12
Diskusi Kelompok “Media E- Learning” Pemakalah: Moh Wifaqul Idaini Hasil Diskusi 1. Bagaimana teknik evaluasi elearning? Evaluasi merupakan sebuah proses untuk menganalisis sebuah prosedur dari aspek kualitasnya (Timothy, 2000: 220). Dalam bidang pendidikan, evaluasi merupakan proses yang sistematis guna mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi serta menyimpulkan sejauh mana tingkat pencapaian tujuan pembelajaran (Gronlund, 1990: 5). Jadi, evaluasi e-learning adalah proses menganalisis kualitas proses pembelajaran berbasis Web (e- learning) dan sejauh mana ketercapaian dari proses e-learning tersebut untuk dapat dirasakan para pembelajar. Dalam pengukuran evaluasi e-learning dapat digunakan alat ukur yang sama dengan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, tidak perlu mengembangkan atau menerapkan teori baru untuk mengukur keberhasilan e-learning, hanya perlu meneruskan sistem yang sudah ada dan sudah diterapkan dalam pembelajaran di kelas selama ini dengan mengembangkan alat-alat teknologi sebagai media evaluasi e-learning. Evaluasi dapat dilakukan pada tiga waktu, yaitu (Timothy, 2000: 220-221): 1. Sebelum proses pembelajaran (before)

Hasil diskusi E learning

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Hasil diskusi E learning

Diskusi Kelompok

“Media E- Learning”

Pemakalah: Moh Wifaqul Idaini

Hasil Diskusi

1. Bagaimana teknik evaluasi elearning?

Evaluasi merupakan sebuah proses untuk menganalisis sebuah prosedur dari aspek

kualitasnya (Timothy, 2000: 220). Dalam bidang pendidikan, evaluasi merupakan proses yang

sistematis guna mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi serta menyimpulkan

sejauh mana tingkat pencapaian tujuan pembelajaran (Gronlund, 1990: 5). Jadi, evaluasi e-

learning adalah proses menganalisis kualitas proses pembelajaran berbasis Web (e-learning) dan

sejauh mana ketercapaian dari proses e-learning tersebut untuk dapat dirasakan para pembelajar.

Dalam pengukuran evaluasi e-learning dapat digunakan alat ukur yang sama

dengan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, tidak perlu mengembangkan atau

menerapkan teori baru untuk mengukur keberhasilan e-learning, hanya perlu meneruskan sistem

yang sudah ada dan sudah diterapkan dalam pembelajaran di kelas selama ini dengan

mengembangkan alat-alat teknologi sebagai media evaluasi e-learning.

            Evaluasi dapat dilakukan pada tiga waktu, yaitu (Timothy, 2000: 220-221):

1.   Sebelum proses pembelajaran (before)

Evaluasi ini dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung dan berfungsi untuk

mengukur potensi pelajar tentang materi yang akan disampaikan, sehingga instruktur dapat

menganalisis kebutuhan pelajar berdasarkan latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki.

2.   Pada saat proses pembelajaran (during)

Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menganalisis proses pembelajaran serta merevisinya

menjadi lebih baik.

3.   Setelah proses pembelajaran (after)

Evaluasi yang dilakukan setelah proses pembelajaran berfungsi untuk mengukur

efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran yang telah berlangsung demi perbaikan di masa

yang akan datang.

Page 2: Hasil diskusi E learning

2. Bagaimana Cara mengatasi kelemahan Pembelajaran e-learning ?

Menurut Soekartawi (dalam Kedasih, 2007:3) hal ini mungkin dapat diatasi dengan cara :

1. Disediakan forum untuk berdiskusi antara guru dengan peserta didik dan antar peserta

didik,

2. Diberikan keterampilan menguasai teknologi kepada pengajar

3. Disediakan fasilitas jaringan dan koneksi internet di tempat-tempat pendidikan

4. Disediakan software pembelajaran

5. Adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan progran e-learning

Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002)

mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu :

a. Sederhana

Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi

dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi

pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat

diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem

e-learning-nya.

b. Personal

Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang

guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi

yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala

persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di

depan layar komputernya.

c. Cepat

Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan

dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat

dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.

Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-

learning.

a. e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat,

menyimpan atau memunculkan kembali,mendistribusikan, dan sharing pembelajaran

dan informasi.

Page 3: Hasil diskusi E learning

b. e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar

teknologi internet.

c. e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran

yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.

3. Nilai karakter apa yang bisa diterapkan dalam pembelajaran E- Learning?

Pendidikan karakter  merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang

baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak

dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya

penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap

pengajaran. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini

semakin memudar.

Dalam hal ini media elearning bisa diterapkan semua nilai- nilai karakter. Setiap mata

palajaran bahkan mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik.

Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda.

Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Pendidikan Agama:  Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun,

disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman,

patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras,

dan adil.

2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur,

mengahrgai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.

3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung

jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis,

kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.

5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur,

bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri,

bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu

Page 4: Hasil diskusi E learning

6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama,

patuh pada aturan sosial

7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain,

ingin, jujur, disiplin, demokratis

8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri,

mengahrgai karya dan prestasi orang lain

9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab,

dan menghargai karya orang lain.

10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.

Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam

pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.

Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema

materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar

dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif,

kerjasama)

2. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan

guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama,

saling menghargai, peduli lingkungan)

3. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai

yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)

4. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan

(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)

Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:

1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas

tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)

2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang

ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)

3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan

bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)

Page 5: Hasil diskusi E learning

4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai

yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)

5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi

belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)

6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan

maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:

jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)

7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok

(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)

8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang

dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,

kerjasama)

9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan

rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling

menghargai, mandiri, kerjasama)

Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:

a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling

menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)

b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui

berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)

c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar

yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan

kekurangan)

d) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:

Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta

didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan

benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);

membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);

Page 6: Hasil diskusi E learning

Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi

(contoh nilai yang ditanamkan: kritis)

Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan:

cinta ilmu); dan

Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi

aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).

4. E-learning cocoknya diterapkan dimana?

Semua jenjang baik itu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama ,sekolah

menengah Atas maupun Perguruan tinggi.

5. Sekolah mana yang sudah melaksanakan pembelajaran E-learning?

Contohnya untuk daerah jogyakarta yaitu SMA N 7 Yogyakarta, SMA N 8 yogyakarta, SMKN 4 yogyakarta, SMA Muhammadiyah 2 yogyakarta, SMA muhammadiyah 1 yogyakarta

Bahkan menurut sumber data/ berita yaitu dari TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan pada tahun 2014, seluruh Sekolah Menengah Pertama di Indonesia sudah menerapkan program pembelajaran berbasis teknologi informasi (e-learning). Kementerian ini juga menobatkan Yogyakarta sebagai pionir program e-learning di Indonesia, karena daerah ini telah memulai pelaksanaan program-program berbasis teknologi informasi di sekolah atau e-education.

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengatakan hingga saat ini di Indonesia, program pengajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) baru diresmikan pada 110 sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta saja.

“Untuk tahap selanjutnya kita targetkan TIK ini sudah diterapkan pada 500 sekolah yang terdiri dari 300 SD dan 200 SMP di DI Yogyakarta," kata Tifatul saat meresmikan Program e-education di SMP Negeri 1 Bantul, Yogyakarta, Sabtu 26 Maret 2011. "Dan pada 2014, untuk seluruh SMP di Indonesia sudah e-learning.

6. Ranah Afektif yang diterapkan dalam pembelajaran E-learning?

Sudah dijelaskan diatas, tidak ada bedanya pada pembelajaran dengan menggunakan media yang

lain. Contoh:

Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap

dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui

dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian

angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu

lembar pengamatan.

Page 7: Hasil diskusi E learning

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif

kemampuan yang diukur adalah:

1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran,

kerelaan, mengarahkan perhatian

2. Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas 

dalam merespon, mematuhi peraturan

3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen

terhadap nilai

4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak,

mengorganisasi sistem suatu nilai

Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya

mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.

Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone,

Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran PAI

7 6 5 4 3 2 1

Saya senang balajar PAI              

Pelajaran agama bermanfaat              

Pelajaran PAI membosankan              

Dst….              

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran PAI

1. Pelajaran PAI bermanfaat SS S TS STS

1. Pelajaran PAI sulit        

1. Tidak semua harus belajar PAI        

1. Sekolah saya menyenangkan        

Keterangan:

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

 

Page 8: Hasil diskusi E learning

Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa

Minat Membaca

Nama Pembelajar:_____________________________

No Deskripsi Ya/Tidak

1 Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan

melakukan hal-hal lain

 

2 Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang

saya baca

 

3 Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya  

4 Dst…………..