13
rali- the Re- dre, 1. rrch tm", 2l ww. Nrlmgga Pribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberalisme Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi di Indonesia -{irlangga Pribadi Slaf Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga Abstract -\Iong with comsolidqtion democracy under the regulation of free market economic regime, :he mqinstream of academic literature in political science raises free marlzet'democracy <nowledge, especially onthe discourse of good governance andtrqnsitological democracy ;s a dominctnt Lznowledges. The power operation of this discourse is subrnerging the ;lternqtive ideqs of democracy such as radical democracy and the analysis of democracy nsed. on structural approach in political science academic discipline and Indonesian :ominant public sphere. Through Cricital Discourse Analysis practices, this paper will ;.,'rorys how the operation and diffusion of neoliberal ideas take place in Indonesian public :there in the time of reformation era fram macro text analysis qnd micro text analysis. {evw o rds : D emo cr acy, Dis cur sus Analy sis, He g emony >eiring konsolidasi demokrasi dalam penataan regulasi pasar bebas, khasanah literatur :iiademik di bidang ilmu politik mengernbangkan pengetahuan rnengenai demokrasi :asar bebas, khususnya gagasan dominan tentang tata pemerintahan yang baik dan :emokrasi transitologi. Operasi kuasa dari diskursus tersebut menenggelamkan gagasan =lrernatif seperti demokrasi radikal dan analisis demokrasi berbasiskan pada pendekatan :=u}<Lural, baik di kalangan ilmu politik maupun di ruang publik secara dominan. )engan mempraktekkan Analisis Diskursus Kritis (Critical Discourse Analysis) tulisan =i melakukan analisa teks di tingkat makro dan mikro guna mencoba menunjukkan ragaimana operasi dan persebaran dari gagasan-gagasan neoliberal mengambil tempat J ruang publik di Indonesia, Xbt o kunci : D emoLzr qsi, Analisis D is la u rs us, H e g emoni -Cara mengatur pemerintahan negeri, cara menyusun perekonomian negeri, semuanya harus diputuskan oleh rakyat dengan mupakat. Pendek kata, rakyat itu daulat alias raja atas dirinya. Tidak lagi orang seorang atau sekumpul orang pandai atau satu golongan kecil saja yang memutuskan nasib rakyat dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah :lrotu dasar demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya. Tidak saja dalam hal politik melainkan juga dalam hal ekonomi dan sosial ada demokrasi: keputusan dengan mupakat ralryat yang ban;zak". (Muhommad Hattq, Ke Arqh Indonesia Merdehq, Daulat Ra'jat tgs1). lika kita memang betul-betul mengerti, mengingat, mencinta rakyat Indonesia, marilah kita terima sociale rechtvardigheid ini, yaitu bukan saja persamaan politik, saudara- saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya. Saudara-saudara, badan permusyawatatan ]'ang akan kita buat hendaknya bukan politieke democratie saja tetapi badan yang

Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

rali-theRe-

dre,1.

rrchtm",

2lww.

Nrlmgga Pribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberalisme

Hegemoni ldeologi Neoliberalisme danDiskursus Demokrasi di Indonesia

-{irlangga PribadiSlaf Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga

Abstract

-\Iong with comsolidqtion democracy under the regulation of free market economic regime,:he mqinstream of academic literature in political science raises free marlzet'democracy<nowledge, especially onthe discourse of good governance andtrqnsitological democracy;s a dominctnt Lznowledges. The power operation of this discourse is subrnerging the;lternqtive ideqs of democracy such as radical democracy and the analysis of democracynsed. on structural approach in political science academic discipline and Indonesian:ominant public sphere. Through Cricital Discourse Analysis practices, this paper will;.,'rorys how the operation and diffusion of neoliberal ideas take place in Indonesian public:there in the time of reformation era fram macro text analysis qnd micro text analysis.

{evw o rds : D emo cr acy, Dis cur sus Analy sis, He g emony

>eiring konsolidasi demokrasi dalam penataan regulasi pasar bebas, khasanah literatur:iiademik di bidang ilmu politik mengernbangkan pengetahuan rnengenai demokrasi:asar bebas, khususnya gagasan dominan tentang tata pemerintahan yang baik dan:emokrasi transitologi. Operasi kuasa dari diskursus tersebut menenggelamkan gagasan

=lrernatif seperti demokrasi radikal dan analisis demokrasi berbasiskan pada pendekatan:=u}<Lural, baik di kalangan ilmu politik maupun di ruang publik secara dominan.)engan mempraktekkan Analisis Diskursus Kritis (Critical Discourse Analysis) tulisan

=i melakukan analisa teks di tingkat makro dan mikro guna mencoba menunjukkanragaimana operasi dan persebaran dari gagasan-gagasan neoliberal mengambil tempatJ ruang publik di Indonesia,Xbt o kunci : D emoLzr qsi, Analisis D is la u rs us, H e g emoni

-Cara mengatur pemerintahan negeri, cara menyusun perekonomian negeri, semuanyaharus diputuskan oleh rakyat dengan mupakat. Pendek kata, rakyat itu daulat alias rajaatas dirinya. Tidak lagi orang seorang atau sekumpul orang pandai atau satu golongankecil saja yang memutuskan nasib rakyat dan bangsa, melainkan rakyat sendiri. Inilah:lrotu dasar demokrasi atau kerakyatan yang seluas-luasnya. Tidak saja dalam hal politikmelainkan juga dalam hal ekonomi dan sosial ada demokrasi: keputusan dengan mupakatralryat yang ban;zak". (Muhommad Hattq, Ke Arqh Indonesia Merdehq, Daulat Ra'jattgs1).

lika kita memang betul-betul mengerti, mengingat, mencinta rakyat Indonesia, marilahkita terima sociale rechtvardigheid ini, yaitu bukan saja persamaan politik, saudara-saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinyakesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya. Saudara-saudara, badan permusyawatatan

]'ang akan kita buat hendaknya bukan politieke democratie saja tetapi badan yang

Page 2: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

iI

I

iI

Srui: P -::i E,iisi l. \ ol. I. \0.1. 2010

bersama dengan masyarakat dapat mewujudkan dua prinsip: politieke rechtvaardigheiddan s ociale rechtvaardigheid. " (S oeharmo, Lahirny a Pancasila, 1945) .

"Indonesia lahir dengan penentangan kolonialisme yang sering dikaitkan dengankapitalisme, liberalisrne, dan sebagainya. Para pendiri negara kita banyak terdiri darikaum sosialis-nasionalis, itu produk sejarah yang unik pada awal dan pertengahan abadke-20. Kalau Indonesia lahir pada abad ke-21tentunya akan berbeda, tetapi kebanyakannegara dunia ketiga lahir pada pertengahan abad ke-20, di mana FIAM, liberalisme,sedang didiskreditkan di beberapa belahan dunia. Jadi, memang agak sedih juga jikakita melihat hal itu. Tetapi, itu adalah masa lalu, pada masa sekarang justru trennya,arahnya, kecenderungannya sudah berbalik. Mau tidak mau, sekarang ini kita dipaksauntuk menjadi semakin liberal". (Rizal Mallarangeng, Demolzrasi dan Liberalisme ForumFreedom 2005).

A da hal yang menarik ketika mem

^ff;l''**":31" J"',ilil"Tl-";:11Indonesia antara saat masa pergerakankemerdekaan dengan demokrasi yangberlangsung di fajar abad ke-21 setelahtidur lelapnyayang panj ang dibawahtiranirezim Soeharto. Kesej aj ar an (diachronic)istilah "demokrasi", terutama pada levelkesadaran diskursif, tampak jelas antaraera paruh awal abad ke-20 dengan erapolitik reformasi dan menjadi hegemoniterminologi dalam ruang publik. Padaawal masa kemerdekaan, ada konsensusyang hampir disepakati bersama bahwademokrasi menjadi jalan politik bagimasa depan republik yang masih muda(Feith 1962; Latif 2007). Hal ini terjadipula dalam perbincangan ruang publikkita sekarang. Konsep "demokrasi"dengan penguatan lembaga-lembagapolitiknya menjadi kesepakatan diantaraaktor-aktor politik strategis untukditempuh, dipelihara, dan dirawat bagimasa depan Indonesia.

Di sisi lain ada perbedaan danpartikularitas (synchronic) dalampemaknaan demokrasi yang menandaibatas antara paruh awal abad ke-20dengan era reformasi. Pada paruh awalabad ke-20. istilah demokrasi diucapkandalam satu rarikan nafas dengankesejahteraan umum. keadilan sosial danperan partisipator:s rakyat yang intens

dalam proses-proses pengelolaan negarabaik dalam wilayah ekonomi maupunpolitik. Tumbuhnya "demokrasi" dalamkesadaran diskursif dipenuhi oleh idetentang ikatan solidaritas kolektif untukmerdeka, pentingnya partisipasi politikrakyat, keberjarakan dengan sistemekonomi kapitalisme, dan pentingnyaperan aktif negara tidak saja dalamwilayah politik namun juga sosialekonomi untuk memenuhi hajat hidupwarganegaranya (Soekarno 1945; Hatta193 I ; Tjokroaminoto 1916).

Muatan dari term "demokrasi" diawalb erdirinya republik ini kontradiktif dengannarasi utama "demokrasi" di Indonesiadi era reformasi. Pasca kejatuhan rezimotoritarianisme Soeharto, pondasi demok-rasi pertama-tama dibangun atas pondasikebebasan individual, pembedaanruang publik dan privat yang disertaiperluasan mang privat pada wilayahsosial ekonomi. Perkembangan ini seiringdengan pelepasan peran-peran aktifnegara di wilayah sosial ekonomi yangdigantikan dengan kegairahan untukterintegrasi dengan rezim global pasarbebas dan pemutusan pemahaman akandemokrasi dari korespondensinya dengankeadilan sosial dan partisipasi intenswarganegara. Perbincangan tentangdemokrasi kemudian berubah sebagaisebuah prosedur untuk memilih pemimpinyang legitimatif di hadapan publik

Page 3: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

melalui proses pemilu disertai denganpemenuhan hak-hak politik dan sipil dariwarganegara (Rizal Mallarangeng 2005;William Liddle 2006). Tulisan ini akanmengurai bagaimana terjadi pergeserankonsep demokrasi pada era Pendirirepublik dan era reformasi berlangsung,dari demokrasi sosial menuju hegemonidemokrasi neoliberal', yang tidak terlepasdari dorongan kuat dan permainanekonomi politik aktor-aktor global.

Sosialisme sebagai Basis KonstruksiDemokrasi Indonesia Era Pergerakan\asional

Sejarah kompetisi kekuatan ekonomipolitik global yang khas dan pengetahuandominan yang membentuk wacanakomunitas intelektual antara generasi

]'ang berbeda membentuk terjadinyakesejajaran (diachronic) dan perbedaants-vnchronic) kedua fase sejarah Indonesiatersebut. Seperti diutarakan oleh EdwardShills (1960), keterlibatanyang intens darikaum intelejensia masyarakat jajahan(termasuk Indonesia-pen.) terhadapgagasan sosialis me dan kesetaraandemokratis terjadi bersamaan denganbergeloranya pemikiran sosialis daiamruang publik intelektual Eropa padaarval abad ke-20. Pada saat yang sama,gelomb ang p erpindahan kaum intelej ensianegeri terjajah untuk menuntut ilmu di

. negara-negara Eropa yang dimulai padatahun 1890-an meningkat pada tahun1920-an dan memuncak pasca tahunI945. Peristiwa-peristiwa global sepertisuksesnya Revolusi Bolshevik di Rusiadan menguatnya partai-partai buruhberideologi sosialis-demokratis di Eroparurut memperkuat semangat tersebut.

\ilenurut Sheri Berman (2006: 32)dalam karyanya The Primacy of Politics:Sociol Democracy qnd The Mal<ing ofEurope, pada akhir abad ke-19 dan awalabad ke-20 pengaruh sosialisme dalam:atanan politik republik demokrasi begitu:renguat di Eropa. Berman mengutiP

Airlangga Pribadi, Hegemoni Ideologr Neoliberalisme

uraian dari Jean Jaures - politisi kiriutama Prancis yang kerapkali dikutip olehSoekarno - bahwa republik demokratistidak murni berkarakter borjuis. Republikdemokrasi sebenarnya dipersiapkanmenuju sosialisme melalui suatu prosesevolusi politik, yangjika dibiarkan terusberjalan akan membawa jalan politikrepublik menuju sosialisme. Bagi Jaures,transformasi politik republik demokrasimenuju sosialisme rnemberikanpemenuhan makna fundamental atas hak-hak manusia (Tlhe Right of Man). Seiringdengan depresi ekonomi global padatahun 1929, terjadi proses penguatanartikulasi politik kelas-kelas populer padaarus utama politik formal di Eropa yangberpuncak pada kompromi kelas antarakekuatan borjuasi dan buruh. (Berman2006, 6; Huber, Rueschmeyer, Stephens1997,323-6).

Sirkulasi ide-ide demokrasi sosialisdimulai dengan lahirnya kelompokstudi mahasiswa Indonesia di negeriBelanda, yaitu Perhimpoenan Indonesia(Indonesische Vereniging) pada tahun1922-1923 yang melahirkan tokoh-tokohpergerakan legendaris kiri hasil didikanedukasi di Belanda seperti Tan Malaka,Soetan Sjahrir dan Muhammad Hattayang menggulirkan ide non-kooperatif,kemandirian nasional dan politikpartisipatoris ralryat dalam mencapaikemerdekaan (Dhont 2005; 30-1, 54).

"Cara mengatur pemerintahan negeri,cara menyusun perekonomian negeri,semuanya harus diputuskan oleh rakyatdengan mufakat. Pendek kata, rakyatitu daulat alias raja atas dirinya. Tidaklagi orang seorang atau sekumpul orangpandai atau satu golongan kecil saja yangmemutuskan nasib rakyat dan bangsa,melainkan ralryat sendiri. Inilah suatudasar demokrasi atau kerakyatan yangseluas-luasnya. Tidak saja dalam halpolitik melainkan juga dalam hal ekonomidan sosial ada demokrasi: keputusandengan mufakat ralryat yang banyak".Muhammad Hatta, Ke Arah IndonesiaMerdekq (Daulat Ra'iat 193 1) .

Page 4: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

Sfudi Politik Edisi 1, Vol. I, No.l, 2010

Kecenderungan yang berlangsungdi nrang transnasional pendidikan inisejalan dengan perluasan kesempatanbelajar di Hindia Belanda pasca kebijakanPolitik Etis. Kemunculan sekolah-sekolah di Hindia Belanda yang melayanikebutuhan birokrasi rezim kolonial danpekerjaan profesional, seperti SekolahAmtenaar Bumiputera (OSWA), SekolahDokter Jawa (STO\4A), Sekolah Hukum(Rechtschool) dan Sekolah Tinggi Tekhnik(THS), berhasil memproduksi elit-eliteterpelaj ar bumiputera yang berpartisipasidan membentuk superkultur metropolitanIndonesia (Indonesian metropolitansuperculture) (Geertz 1963). Di tengahketerlib atan intens para elit mudaterpelaj arterhadap cakrawala pengetahuan Barat,mereka merasakan diskriminasi sosialketika posisi-posisi penting dalam duniapemerintahan lebih banyak diberikankepada orang-orang Belanda maupunIndo-Eropa. Himpitan dan diskriminasidalam wilayah sosial ini mempengaruhiformasi pembentukan identitas bawahsadar (sub-altern) bumiputera melaluiproduksi wacana-wacana populis-nasionalis dalam konstruksi gagasandemokrasi yang mereka gulirkan.Intensitas politik nasionalisme populis diIndonesia ini diperkuat oleh tampilnyakelompok-kelompok studi di kota-kota sekolah tinggi di Indonesia sepertiIndonesis che Studieclub yang terinspirasioleh ide dari Tjokroaminoto dan Soetomo,serta Al g e m e e ne S tudie club y ang didirikandi Bandung dengan tokohnya Soekarnodan Soenario (pelopor partai politik PND.

'Tika kita memang betul-betul mengerti,mengingat, mencinta rakyat Indonesia,marilah kita terima sociale rechtvardigheidini, yaitu bukan saja persamaan politik,saudara-saudara. tetapi pun di ataslapangan ekonomi kita harus mengadakanpersamaan, arrinl'a kesejahteraanbersama yang sebaik-baiknl'a. Saudara-saudara, badan pennusvawaratan yangakan kita buat hendaknl'a bukan politiehedemocrotte saja tetapi badan 1'ang bersama

dengan masyarakat dapat mewujudkandua prinsip: politieke rechtvaardigheiddan socicile rechtvasrdigheid.l' Soekarno,Lahirny a P sncssila ( 1 I 4 5 )

Tidaklah mengherankan dalam intensitas perlawanan kaum intelektual yangbegitu kuat terhadap imperialisme dankolonialisme terbentuklah konstruksiwacana demokrasi sosialis yangmemaknai demokrasi sebagai proyekpembebasan dan aktivasi kekuatanrakyat secara intens dalam arena politikberbasis kolektivitas dan solidaritas untukmelakukan politik reclaiming dari kuasakolonialisme rakvat.

Demokrasi Indonesia DiBendera Neoliberalisme

Bawah

Dinamika transisi demokrasi diIndonesia diramaikan oleh kontestasi danberagam difusi wacana tentang demokrasidengan sebaran spektrum yang luas,mulai dari perspektif radikal (marxis,populis kiri dan feminis) berdampingandengan wacana liberal (ekonomis-politik),serta wacana konservatif dan Islam(modernis, neomodernis, transformatif)(Uhlin, 1998: 33). Pada gelombangawal sebelum transisi demokrasi diIndonesia, masih terlihat terbangunnyakesinambungan antara tradisi demokrasipada masa pergerakan nasional dantradisi demokrasi baru sebagai gerakanoposisi terhadap pemerintahan Soeharto.Pada saat yang sama juga tumbuh sebuahpercabangan baru gagasan demokrasiIndonesia berdasar semangat demokrasiliberal prosedural.

Mengemukanya perspektif demokrasiliberal-prosedural yang sejajar dengangagasan ekonomi pasar bebas diIndonesia pada era reformasi adalahhal yang logis. Pertautan kedua haltersebut tidak lepas dari pemahamanbahwa wacana demokrasi liberalprosedural dalam rasionalitas politiknyasejalan dengan dinamika ekspansi

Page 5: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

tnido,

Nrlangga Pribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberaiisme

::zim ekonomi pasar bebas. Terkait Studi transitologis ini kemudian men-rengan koneksi rasionalitas demokrasi jadi diskursus dominan dalam menga-::osedural liberal dengan ekonomi pasar rahkan proses demokrasi dan rnenjadi:tbas, ada beberapa dinamika global wacana utama dalam pembicaraan ru-', "ng patut dicatat dan rnempengaruhi ang publik intelektual di negara-negara

::-rnteks ekonomi politik baik di level yang tengah mengalami proses transisi::nyebaran diskursif rnaupun kesadaran demokrasi, termasuk di Indonesia. Fokus::'aktekal di Indonesia. Pertama-tama, kajian transitologis demokrasi adalah::rlu dieksplorasi terlebih dahulu pada persoalan institutionalisasi politik::rkembangan yang berlangsung di level seperti pemilihan umum, penguatan hak-

--skursif yang membentuk konstruksi hak sipil dan politik serta konsentrasipada interaksi, ne-gosiasi dan prosespolitik yang ber-langsung diantarapara aktor-aktorpolitik strategis.Pembatasan fokuskajian transisi de-mokrasi ini mem-buat berbagai per-soalan-persoalankrusial saat tran-sisi politik sepertipersoalan pemiski-nan struktural,pelanggaran hak-hak ekonomi-sosial-budaya, dialek-tika politik kelasdan ketegangan-.:gara-negara berkembang seperti di

--nerika Latin, Asia-Afrika dan Eropa>:latan serta Eropa Timur pada paruh.ihir abad ke-20. Kajian fenomena ini:enjadi kajian utama tentang demokrasi.,ng menyoroti perkembangan situasi- -.ska otoritarianisme, kontestasi::tara para aktor politik strategis dan:.emmuskan jawaban realistis atas':ntutan paska otoritarianisme yaitu::mbentukan tatanan demokrasi politik..'.ng terdiri atas penegakan pemilihan-num dan hak-hak sipil dan politik dari.'.'arga negara (Agung Putri 2000).'

struktural akibat ekspansi dan proses in-tegrasi ekonomi pasar bebas di negara-negara transisi rnenjadi termarjinalkandalam perbincangan publik intelektualIndonesia tentang demokrasi.

Perkernbangan kedua, fenomena lainyang turut memperkuat rasionalisasidunia politik dibawah logika pasar bebasadalah studi Francis Fukuyama (1992)yang menggemakan manifesto ideologis

rtenangdanrksiangyekLtanitiktukasa

nah

dilan'asiLas,

ris,lanik),amti0rngdi

ryaasilan:anto.ahasiasi

rsiandiahralan:alyarsi

-=sionalitas demok:''si yang tunduk {t "..dolo* intensitos pe,' lawanon-=:-hadap ekspansi .-'- --

_ _.^sar bebas. - koum intelektual Yang begitu

pekembangan kuot terhodop imperiolisme don

-:rrama, seiiing koloniolisme terbentukloh konslruksi-::lgan menguat WACO1A demOkrqsi SOS/O/1'S y1ng- ' a pengetahuan mernqknoi dernokrosi sebogor proyek- -:S&r bebas seba: -;.. rezim regulasi pembeboson don Oktivosi kekuoton, -:r'1-r dunia sejak rokyot secoro tnfens dolom areno

erbosis kolektivitas donuntuk rnelokukon politikdori /<uoso koloniolisme

::lomena tergu.rgnya banyak=zrm otoriter di

Kajian tentang proses runtuhnyaotoritarianisme dan oerubahanmenyertainya baik berupaotorrtarranlsme maupun proses

ini dikenal sebagai kajian transitologis. Kajianini secara intens berkembang dalam pertemuanakademik yang diselenggarakan oleh WoodrowWilson International Centre for Scholars pada

tahun 1979-1981. Dari Dertemuan inilah kemudianmuncul produk buku empat iiUd The Transitionfrom Au^thoritarian yang ditulis dan dieditori olehGuillermo O'Donnell dan Philippe Schmitter.

rezim-rezimpolitik yangrekonsolidasidemokratisasi

Page 6: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

Studi Politik Edisi 1, Vol. I, No.l, 2010

dari kemunculan era baru kemenanganrezim global utama demokrasi dan pasarbebas sebagai akhir dari perjalananperadaban manusia. Bagi Fukuyama, akhirperang dingin dan runtuhnya sosialismedi Eropa Timur dan Uni Soviet ini telahmenuntaskan akhir dari pertarunganideologi dengan kemenangan liberalismeekonomi dan politik yang sekaligusmengawinkan demokrasi liberal danr ezim neoliberalisme. Warga negara yangbebas diidentikkan dengan kebebasankonsumen dalam arena pasar bebas.

Ketika rezim demokrasi diklaimmenjadi satu-satunya pengetahuan sah,maka perspektif tentang demokrasiyang beragam direduksi pada desaindemokrasi liberal prosedural. Kedaulatansebagai warga negara disamakan dengankebebasan konsumen dalam transaksipasar bebas. Hanya desain politikdemokrasi seperti inilah yang sejalandengan pergerakan akumulasi kapitaldan ekspansi pasar bebas dalam kontekshegemoni ideologi neoliberal. Sejalandengan persetujuan ekonomi-politikglobal yang menempatkan wacanademokrasi pasar bebas sebagai diskursusdominan perj alanan politik demokratisasidi Indonesia pada era reformasimengafirmasi desain demokrasi liberalpasar bebas sebagai jalan reformasiIndonesia pasca Orde Baru (Steger 2008;Ftrkuyama 1992).

Perkembangan ketiga yang ikutmembentuk desain pengetahuandemokrasi liberal-pasar bebas diIndonesia saat ini adalah tampilnyadiskursus "tolak negara" yang berjalanseiring dengan berkembangnya wacanacivil sociefy di Indonesia pada era tahun1990-an. Seiring dengan penolakanterhadap tindakan otoritarianisme rezimSoehafto, sejak tahun 1990-an, wacanapemberdayaan civil society menjadistrategi politik utama untuk mendorongproses demokratisasi. Diskursus civilsociety di Indonesia tampil dengan suara

penolakan terhadap tindakan aktif darinegara. Tidak saja aktivitas dan intervensinegara dalam arena sipil dan politik yangharus dibatasi, namun segenap aktivitasnegara dalam arena ekonomi yangtidak sejalan dengan agenda privatisasi,liberalisasi perdagangan dan perluasanpasar bebas harus ditolak. Diskursus"tolak rtegara" yang bergulir seiringdengan gagasan civil society ini turutmemfasilitasi penguatan demokrasiliberal dan ekonomi pasar bebas.

Perkembangan keempat, kompatibilitas demokrasi prosedural formal danekonomi pasar bebas sebagai diskursusdominan dalam wacana demokrasiterkoneksikan dengan munculnyawacana tentang otonomi dan kebebasanindividual sebagai basis utama tatanandemokrasi modern. Dalam perkembanganpolitik global, tampilnya wacana tentangsupremasi individualisme dibandingkanikatan sosial komunitas sebagai tulangpunggung demokrasi, sangat terkaitdengan dominasi kaum konservatif diAmerika dan Inggris sejak tahun lg70-an. Dalam kajian politik, menguatnyagagasan tentang individualisme ini tidakdapat dilepaskan dari perkembanganfilsafat politik liberal kontemporer danhadirnya teori "aggregative mod"el,, yangmempengaruhi kajian tentang pemilihanumum maupun studi voting behaviour.Dalam demokrasi, kepentingan diridikelola dalam proses-proses politikdemokrasi, seperti melalui saluranpemilihan umum. Mengedepannyapemenuhan kepentingan diri dalamgagasan liberalisme modern telahmeminggirkan wacana solidaritas, ikatansosial dan komunitas yang menjadi basisdari format demokrasi yang lain.. Sebagai bagian dari arus mata rantaidari sirkulasi ekonomi politik dunia,maka ada empat tren utama dalamperkembangan diskursif demokrasi yangturut membentuk konstruksi dominanpemahaman demo-krasi di era reformasi

tt]I1tIIttII!ttG

I1N

IIItIIIt

!I

I!II

Page 7: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

darirensiyangvitasYang.sasi,asanTTSUS

iring-urut<rasi

rnpaI danrrsus<rasilnyaasanlnanlgantanglkanlangrkait,f di970-tnyaidaklgan.dan-rangihani.our.

diriilitikfranrnyailamelahatanrasis

rntairnia,ilamrafiSinannasi

-: rnesia. Tampilnya wacana demokrasi:.: i:: bebas sebagai arus utama:r:.aknaan demokrasi di Indonesia:::.rndisikan oleh tampilnya semangat

-- . :i negara" yang mengikuti ekspansi: :--i:: bebas. Hal ini terlihat pada prioritas-=, - -nasi dalam Pemilihan umum'- =:aksi aktor strategis dalam arena

:.. -.::k. pengutamaan hak-hak sipil dan

-,:.::ik (dengan meminggirkan hak-hak--::amental ekonomi, sosial dan budayaL::fanegara) dan Pondasi kebebasan-:-',-idual sebagai basis kehidupan:.. .:ik demokrasi dan aktivitas ekonomi': =:'catasan arena politik demokrasi oleh

-' i . :'nalitas ekspansi tezimregulasi pasar:€: .r.s ini telah meluruhkan pondasi-:,- --.iasi lain dari kehidupan demokrasi

'.=: erti kehendak hiduP bersama,. =:aulatan hak asasi dan partisipasi.-:.-f rakyat dalam ruang politik ketika:=:radapan dengan tirani modal' Bagian

' - -anjutnya rnembahas bagaimana proses

:=rbentukan persetujuan (construction' concent) atas hegemoni wacana

-=:sebut berlangsung dalam arena politik--==eharian di Indonesia'

\lembangun .Persetujuan DemokrasiPasar Bebas di Indonesia

\lengacu pada analisis Gramsci

--engenai praktek hegemoni, upaya

-:tuk memahami proses adopsi wacana..eoliberalisme di Indonesia tidak dapat::iepaskan dari praktek politik keseharian.=bagai landasan Pembentukan: ersetujuan bersama di era reformasi.

Tampilnya praktek ideologis neoliberal--!rte di Indonesia tidak lepas dari.--:ruk-pikuk politik gerakan reformasi,ietika kebebasan politik menjadi tujuanjiama dan negara dipandang sebagai.rstitusi koersif dan invasif yang selalu

:remantau, mengendalikan dan menindasiehidupan masyarakat sipil. TerkaitCengan perkembangan wacana ini, ada

Cua isu utama yang muncul dalam ruang:ublik yaitu isu tentang kebebasan

Airlangga Pribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberalisme

politik di tengah suasana ketertutupanera Orde Baru dan tuntutan keadilansosial yang didesakkan oleh kekuatan-kekuatan politik akar rumput. Tuntutanuntuk lepas dari belenggu negara otoriterdan penghormatan terhadap kebebasanindividu diartikulasikan bersamaandengan dorongan untukyang lebih luas dari ksosial petani, buruhmiskin. Seruan untuk memangkas peranintervensionis negara dalam setiap linikehidupan muncul bersamaan denganagenda keadilan sosial dalam gagasan

civil socief, sementara dorongan untukmemperjuangkan hak-hak siPil danpolitik diperjuangkan secara simultandengan pentingnya hak-hak ekonomi dansosial. Tuntutan untuk mendorong iklimkehidupan ekonomi yang bebas di tengahiklim KKN danclientelismtezim Orde Barudiutarakan seiring dengan protes reformasiagrarra, politik tanah dan tuntutanpeningkatan kesej ahteraan buruh.

Di Indonesia, wacana demokrasipartisipatoris tidaktampil sebagai diskursusdominan tetapi narasi demokrasi-pasarbebas bergulir seiring dengan dukunganberbagai lembaga donor (IME Bank Duniadan agensi-agensi donor lainnya) dannegara-negara maju terhadap beragamagenda reformasi politik seperti pemilihanumum, program good governonce danperluasan pasar bebas (Wiratraman 2006).

Diskursus demokrasi Pasar bebastidak melupakan proses pembentukankesepakatan melalui penciptaan klaim-klaim ideologis. Upaya konstruksiglobalisasi ideologi neoliberalisme menjadijalan untuk mernbentuk dukungan danpersetujuan bersama serta menggiringpublik untuk memahami globalisasisemata-mata sebagai proses penguatanekonomi pasar bebas Yang menjaditumpuan dari proses demokratisasi (Steger

2005;2r).

Neoliberalisme sebagai sebuah ideologimemiliki peran yang sangat besar untuk

Page 8: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

Studi Politik Edisi 1, Vol. I, No.l, 2010

membentuk gagasan demokrasi dandemokratisasi di Indonesia, sehinggapublik secara naif memaknai demokrasisebagai persesuaian demokrasi danekspansi pasar bebas, pergeseran perannegara ke pinggir terkait dengan peran-peran sosial ekonominya, maupun basis

ividualsebagaiokrasi. Upaya

memiliki karakter khas i3ffi""i"ff;ideologi ketika disemaikan dalam ruangpubtik melalui upaya tI

kebenaran akatibersama ategidiskursus y oleh

dan gagasan-gagasan lain yang

konstruksi moralitasdengan menentukanmana yang "benar" danmana yang "salah atau"sejalan dengan aruszaman" dan "ketinggalanzaman", memuja, merayudan mengutuk. Untukmengokohkan klaim-klaimideologi

kebenarannya,demokrasi

pasar bebas melakukantindakan simplifikasi,distorsi, legitimasi danintegrasi.

Ada beberapa klairn-klaim ideologis yangbanyak digunakan olehp ara p enganj ur demokras i-pasar bebas di Indonesiayang berdampak negatifpada "pemiskinan" prosesdemokrasi di Indonesia.

proktekodoloh

lqin,don

sebenarnya lebih bersifatpartisipatoris.

Dalam salah satuwawancara di acara radiotalkshow Forum Freedomedisi 60 pada tanggal t0Juli 2006, William Liddle,seorang Indonesianisdan Ohio State Universitymembenarkan pandanganbahwa demokrasi liberal

memiloh

satunyo /ondoson filosofrsdemokrosi yong "soh" donmemariinqlkqn gogoson-gogoson lqin seperlirepu bl ikan,srne sosio/rsmedon gogoson-gogosonI o i n yo ng sebenorn yo I eb i hbersifot portisipotoris. t t

dengon menempqtkon adalah satu-satunyaklaim demokrasi yangsah. Seperti halnyaklaim ideologi-ideologilain, argumen justifikasidemokrasi liberaldibangun dengan merujukpada buruknya praktek-praktek politik di negara-negara yang mengadopsisosialisme dan demokrasirakyat. Bahkan lebih tajamlagi, para pendukungdemokrasi liberal di

Klaim ke-l: Demokrasi Liberal SebagaiSatu-Satunya Model Demokrasi yang Sah

Salah satu klaim utama parapendukung demokrasi liberal pasar bebasdi Indonesia dan dunia internasionaladalah bahwa demokrasi liberal sebagaisatu-satunya model demokrasi yang sahdi dunia. Upaya pembentukan justifikasiterhadap klaim tersebut diuraikan melaluiteknologi propaganda berulang di mediamassa sehingga menjadi sebuah rezim

Indonesia menjelaskan bahwa gagasandemokrasi partisipatoris dan sosialis-yangdiperjuangkan para pendiri RepublikIndonesia sebagai gagasan yang tidakkontekstual dan relevan diimplementasikansaat ini (Saitut Mujani 2006;William Liddle2008). Para pendukung demokrasi pasarbebas "mengufuk" kalangan yang masihsetia terhadap cita-cita zaman pergerakannasional tersebut sebagai para demagogmurahan.

...Sfrofegi drskursus yangkeropkolioleh para

digunokonpendukung

demokrosi liberol-posorbebos, seperfi holnyo

ideologi

membangun oposrsl biner

liberolisme sebogoi sofu-

Page 9: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

Selanjutnya untuk mengukuhkanklaim liberalisme sebagai satu-satunyapondasi filosofis dari demokrasi, Liddle(2006) meneruskan uraiannya tersebutdengan mendefinisikan demokrasisecara terbatas, yaitu prosedur dimanamasyarakat memiliki hak untuk memilihpemimpin dan wakil-wakilnYa Yangduduk di dewan Perwakilan rakYat.Argumen Liddle tentang karakter liberaldan prosedural sebagai arti demokrasisesungguhnya sejalan dengan analisisRobinson (1996: 56-62) dalam bukunyaPromoting Polyarchy: Globalization,US Intewention and HegemonYyang menguraikan tentang ProYekpenyemaian neoliberal Amerika dilahan negara-negara berkembang yangtengah melakukan proses perubahansosiat-politik. Menurut Robinson,demokrasi liberal yang dipromosikanoleh Amerika Serikat sebenarnYabukanlah demokrasi yang menghormatikedaulatan rakyat melalui praktek politikpartisipatoris, namun lebih merupakanpolyarchy untuk mengamankan posisipara elit berkuasa dan ekspansi penetrasimodal.

Namun demikian melalui strategidiskursif, kaum liberal menempatkangagasan demokrasi partisipatorisdiatas sebagai gagasan marjinal' Modeldemokrasi partisipatoris kerapkalidikritik oleh para penganut pendekatandemokrasi prosedural elitis. Merekamengatakan bahwa Pata Pendukungdemokrasi maksimalis (partisipatoris)karena menggunakan standar Yangterlalu tinggi dan utopis terhadap prosesdemokraSi, kemudian terbentur padaskeptisisme dan hanya menuntut hasil-hasit demokrasi yang berkorelasi dengankesej ahte raan. Ketidakpuasan terhadapproses demokrasi ini berujung Padapenolakan terhadap capaian-capaianaktual dari proses demokratisasi itusendiri.

NrlanggaPribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberalisme

Klaim ke-2: Kepentingan Diri danKebebasan Individual PenopangDemokrasi Pasar Bebas

Klaim kedua yang seringdipropagandakan oleh pata ideologdemokrasi pasar bebas adalahpengutamaan kepentingan diri dankebebasan individu sebagai pilar dasardemokrasi. Klain ini dipandang sebagaisatu-satunya sumber moralitas yang sah.

Seperti uraian Mallarangeng (2005) yangmendukung argumen tersebut:

Sekali lagi kita lihat bahwa dalam politicaleconomic Liberalism percaya kepadakebebasan, bahwa manusia mampumenemukan apa yang baik, mampu bepikirbagi dirinya sendiri, dan dalam prosesmengejar kepentingan dirinya sendiriyang membawa manfaat bagi orang lain.Demikian pula dalam bidang ekonomi.Dalam ekonomi juga dipercaya bahwapara penjual dan pembeli mementingkankepentingan mereka sendiri, itu tidakperlu dinafikan.

Mengingat begitu kuatnya nilai-nilaikebaikan bersama dan kesejahteraanumum tertanam dalam budaya politikmasyarakat Indonesia maka klaimpengutamaan kepentingan diri inikerapkali disamarkan oleh Parapendukung demokrasi Pasar bebas.Uraian prinsip-prinsip dasar demokrasipasar bebas, selain memilih pemimpindan wakil-wakil rakyat melalui pemilihanumum yang bebas, disertai juga denganpengutamaan hak-hak Politik dansipil dari warga negara tetapi denganmenisbikan hak-hak ekonomi dansosial dari warganegata. Upaya strategimanipulatif yang digunakan adalahdengan memarjinalkan hak-hak ekonomidan sosial dengan ide "kemerdekaan"dan "keterbukaan" ekonomi setiapwarganegara untuk masuk dalam pasarbebas (Mallarangeng 2007; Liddle2006). Tujuan utama dari pengedepananpemenuhan kepentingan diri ini adalahuntuk memberikan argumentasi rasional

Page 10: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

Studi Politik Edisi 1, Vol, I, No.l, 2010

bagi praktek ekspansi pasar bebas yangdilindungi oleh proses demokratisasipolitik.

Pemenuhan kepentingan diri inisebagian berakar dari gagasan filosofisVoltaire dan David Humme. Bagi merekaketika setiap individu hanya berpegangpada pemenuhan kepentingan diri, makadengan sendirinya mereka akan sadarakan adanya kepentingan aktor lain danlingkirngan sekelilingnya untuk dapatmenjamin pemenuhan kepentingandirinya. Pada awalnya pengutamaankepentingan,diri sebagai tulang punggungfilsafat pencerahan memiliki maknarevolusioner untuk menempatkan setiaporang dalam posisi setara. Bukan sajakalangan pendeta dan aristokrat saja yangberhak memiliki kepentingan diri, namunsemua individu memiliki posisi yang setaradalam mengejar pemenuhan kepentingandiri. Namun demikian pengutamaankepentingan diri ini menjadi bermasalahketika mengabaikan aspek ,,sosial,,

dalam pemenuhan kehendak bersamadari warganegara. Selanjutnya kita akanmemasuki argumen tersebut setelahmelihat secara ringkas perkembangangagasan kepentingan diri.

Berangkat dari konsepsi filosofisneoliberalisme --Milton Friedman danFrederich von Hayek-- masyarakatdifahami sebagai kumpulan kumulatifindividu-individu, sehingga upaya untukmemenuhi kepentingan masyarakatdijalankan dengan memenuhi kebutuhanagregatif setiap orang. Dalam pandangankaum neo-liberal, institusi pasar bebastempat proses transaksi jual beliberlangsung merupakan institusi utamayang harus ditegakkan agar setiap orangdapat memenuhi kebutuhan dirinya(Dryzek 1996; 94).

Prinsip pemenuhan kepentingan diriseluas-luasnya dalam arena pasar bebashanya akan mengakomodasi mereka yangdapat membayar dan memberi keuntun-gan dalam transaksi ekonomi yang diakui

untuk memfasilitasi kenyamanan hidup.Alih-alih bersikap egalitarian karenadapai memuaskan kepentingan setiapindividu, mekanisme pasar bebas justrumenjadi kerangka institusional eksklusifyang teftutup untuk mereka yang palingtermarjinalkan secara ekonomi. Dam-pak jangka panjang pengedepanan rezimpasar bebas tanpa persiapan perangkatregulasi yang tepat oleh otoritas pub-lik hanya akan menghancurkan pondasidasar kehidupan publik yang berangkatdari ikatan "relasi sosial" (Ortiz 1995: 28).Prinsip "kebaikan bersama" akan hancurdigerus oleh prinsip pasar bebas yangberlan daskan efisiensi ekonomi dan ke-pentingan diri.

Klaim ke-3: Ekspansi globalisasi neo-liberal mendorong dan memfasilitasiproses demokratisasi

Setelah menegaskan demokrasiliberal dan pemenuhan kepentingandiri sebagai landasan sah satu-satunyadari model demokrasi, para proponendernokrasi pasar bebas menegaskanekspansi globalisasi neoliberal sebagaikekuatan alamiah yang mendorongproses demokratisasi. Pembenaran klaimketiga ini juga berjalan melalui strategireduksi dan manipulasi khas propagandaideologis dengan mensejajarkan ekspansipasar bebas seluas-luasnya dengandukungan untuk melakukan demokrasipolitik (\rlallarangeng 2006).

Kesepakatan terhadap doronganglobalisasi pasar bebas untuk mendukungproses demokratisasi ini diuraikanoleh Thomas Friedman (1999; tgt-lg2)dalam The Lexus and The Olive Tree.Menurut Friedman, integrasi negara-negara berkembang menuju pasar bebasakan mendorong penerapan prinsipakuntabilitas, transparansi dan fleksibeldi negara tersebut. Secara bersamaanprinsip-prinsip ini akan mengkondisikannegara-negara tersebut menuju prosesdemokrasi.

iryr

Page 11: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

lup.enaliap;truusifling1m-zim;katub-lasi;kat28).cur1ngke-

eo-;asi

:asl

lan:rya1en(angai)ngrimegi -

rda.nsi

lan'asi

lanlng(ane2)'ee.

ffa-f,assipbelIan(anSES

)alam banyak hal, diskursus demokrasi:.:-sar bebas dan good governance ini-'. - :rr-embunyikan kepentingan kekuas aan

-s ada didalamnya. Kjaer (2004, 177-'. membongkar pertautan kepenti gan--::erika Seri kat dan dunia internasional:: am diskursus good governance dari1..:k Dunia. Menurut Kjaer, ,{merika:+:-kat memiliki saham terbesar dalaml'.::k Dunia, 16,62/", di atas Jerman:jr3: memiliki saham kurang dari 5%.

.-:-erika Serikat secara efektif memilikir:i,t?S4411 beSar Sebagai penentu:r::rlihan Presiden Bank Dunia dan arahr=::iakan International Development

-='nry GDA) yang didanai oleh surplus-:i.D dan institusi afiliasi Bank Duniairn\ra. Konfigurasi ini memungkinkan.-=erika Serikat untuk memaksakani=:entingannya kepada Bank Dunia;= : agai lembaga keuangan multilateral.

\lenurut Kjaer, ada relasi asimetris:-1:ara Amerika Serikat dan dunia--.::rnasionatr dalam konteks mendorong

' -balisasi neoliberal. Amerika Serikat--=miliki kepentingan terhadap Bank- -:nia untuk melakukan injeksi kapital:trupa pembukaan pasar global,:-=nggeser regulasi berbagai negara di:.:ang ekonomi dan liberalisasi pasar: -,dal. Amerika Serikat berkepentingan:=sar agar Bank Dunia mendapatkan+:rtimasi dan dipercaya sebagai lembaga--:rangan multilateral. Hal itu dilakukan:-:lgan mendorong berbagai wacana-::.Iang "proteksi hati-hati" terhadap:€lerapa industri, upaya mereduksi- =riskinan dengan mengintegrasikan diri:nrgan pasar bebas, dan mempertahankan:,: =isi negara di bidang sosial-ekonomi-: am model good governance. Bank-'-ria, melalui program liberalisasi

=-<,)nomi, kerapkali berpihak pada--=:entingan pemilik saham terbesar-''ru Amerika Serikat dan kepentingan--.-eksi kapitalnya. Uraian ini memberikan: -nbaran singkat bahwa tekanan:-rbalisasi pasar bebas sebenarnya tidak

Airlangga Pribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberalisme

bekerja untuk mendorong demokratisasinegara, namun lebih memfasilitasiperluasan mekanisme pasar bebas dinegara-negara berkembang.

Upaya untuk memperkuat kontroldemokratis rakyat terhadap kebijakan-kebijakan negara dalam arena sosialekonomi membutuhkan perimbanganpolitik kelas dalam arena politik formal(Huber, Rueschmeyer dan Stephens 1997) .

Kapasitas organisasi buruhyang kuat baikdalam arena masyarakat sipil maupunpartai politik menjadi determinan utamayang mempengaruhi negara agar dapatbekerja untuk pemenuhan keadilan sosialdan kebijakan redistributif. Paradoksnyaterletak pada praktek demokrasi pasarbebas di Indonesia yang melemahkankekuatan penyeimbang dari buruh dalamproses restrukturisasi ekonomi menujupasar bebas. Kebijakan outsourcing,fleksibilitas tenaga kerja dan upahburuh yang rendah secara strukturalmelemahkan kekuatan buruh. tselum lagihal ini ditopang oleh imbas kebijakanotoriter Orde Baru yang menisbikandinamika politik kelas di Indonesia.

Dalam konteks yang berbeda, Purcell(2008; 24-25) dalam RecopturingDemocracy: Neoliberalization and TheStruggle for Alternqtives Urban Futures,menegaskan bahwa ekspansi globalisasineoliberalisme telah memiskinkanpraktek-praktek politik demokrasi.Neoliberalisme bahkan mereduksi modeldemokrasi liberal yang secara prinsipilbertanggung jawab kepada rakyat denganmenggesernya melalui prinsip deregulasiperan negara sehingga membuatpemerintah bertanggung jawab kepadakekuatan korporasi dan pasar daripadarakyat yang memilihnya. Hal ini dapatmembuka salah satu selubung manipulasipropaganda demokrasi liberal yangselalu menekankan pada aspek "memilihsecara bebas" namun mengabaikanaspek "kontrol publik" sebagai landasandefinisi demokrasi. Dalam konteks

l' -l

Page 12: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

Studi Politik Edisi 1, Vol. I, N0.1, 2010

ini, konfigurasi globalisasi neoliberaltidak memfasilitasi demokrasi dalamkonteks penguatan kontrol demokratiswarganegara, namun justru mendorongagar struktur ekonomi-politik bekerjauntuk melayani kepentingan kapital.

KesimpulanDari penblaahan secara umum terkait

dengan perjalanan diskursus demokrasidi Indonesia memperlihatkan bahwaberbeda dengan pengertian akademikmainstream tentang gagasan demokrasiyang didefinisikan tanpa melihat reganganrelasi kuasa yangberlangsung pada setiapzaman. Makalah ini memperlihatkanbahwa hubungan antara pengetahuanuntuk mendefinisikan demokrasisangat terkait dengan artikulasi politikpengetahuan dan hubungan-hubungankekuasaan maupun kekuatan sosial politikdan rezim pengetahuan apakah yangtengah berkuasa di setiap zaman. Definisiminimalis tentang demokrasi yang hanyamelihat pada dimensi mekanisme danaturan kelembagaan untuk memilihpemimpin, maupun pada hak-haksipil dan politik semata adalah bagiandari berkuasanya proses reproduksipengetahuan yang berpihak padakepentingan kekuas aan rezimpasar bebasyang menggerakkan proses globalisasisaat ini. Selain itu penghampiran CDAyang digunakan dalam analisis tulisanini memperlihatkan bagaimana operasikekuasaan berlangsung melalui bahasayang diartikulasikan dalam ucapanmaupun tulisan-tulisan dari kalanganintelektual sehingga menciptakan klaim-klaim yang dianggap "alamiah" mengenaikeniscayaan proses demokrasi liberal danpasar bebas di Indonesia paska reformasi.Kedepan diharapkan hadirnya proyek-proyek akademik yang dapat mengangkatalternatif pemaknaan lain tentangdemokrasi yang lebih mengartikulasikanDemoslra$at sebagai pemegangkedaulatan tertinggi di republik.

Referensi:Berman, S. (2006) ThePrimacy of Politics:

Sociql Democracy and The Making ofEurope Twentieth Century, CambridgeUniversity Press.

Derber, C., et.al. (1995) What's Left?Rqdical Politics in the Post CommunistEro, Amherst & University ofMassachussets Press.

Dhont, E (2005) Nasionalisme BaruInteleLztual Indonesia Tahun 1920-an,Gajah Mada University Press.

Dryzek, J. S. (1996) Democrocy inCapitalist Times: ideals, Limits, andStruggles, Oxford University Press.

Friedman, T (1999) The Lexus and TheOlive Tree, Farrar, Strous & Giroux,New York.

Fukuyama, E (1992) The End of History:The Last Man. Hamish Hamilton.London.

Gramsci, A. (1971) Selections from thePrisons NotebooLz.s, (terj. Q. Hoare & G.Nowell Smith), Lawrence & Wishart,London.

Hadi, S. et.al., (2007) Post WashingtonConsensus dqn PolitiL< Privatisasi diIndonesia, Marjin Kiri.

Harvey, D. (2005) A Brief History ofN eolib er alism, Oxford University Press.

Hatta, M. (1984) Ke Arah IndonesiqMerdeL<a. Dqulat Rakyat 1931 dalamKumpulan Korangan I, Bulan Bintang.

Kjaer, A. M. (2004) Governance, PolityPress.

Lane, M. (2007) Bapgsa Yang BelumSelesai: Indonesiq, Sebelum .danSesudoh Soeharto. Reform Institute.Jakarta.

Latif, Y. (2007), Revolusi Demolzratik,Djambatan, Jakarta.

Page 13: Hegemoni ldeologi Neoliberalisme dan Diskursus Demokrasi

iics:

:ofdge

eft?nist

of

idru-tfl,

insnd

The)ux,

ory:ton,

theLG.rart,

;tonidi

,of,CSS.

esialamng.

rlity

Iumdan.ute,

ttik,

:11e. \M R. (2006), MemPerkuat)e mokr asi Lib er aI, Forum Freedom.

U'''arangeng, R. (2005) Demokrasi dan- :beralisme, Freedom Forum.

v-:"arangeng, R. (2006) Diskusi Proliontra Liberalisme, Universitaslaramadina.

I[-:.'.'o. M. (2005), Globql Citizens:

-i,rcicl Movements & The Challenge-i-- Globalizqtion, Zed Books Press,- ondon-New York.

VJard, M. (2004), The Politics ofG i. ob qliz qtion and P olqr iz atio n, E dwardidgar Publishing Limited UK.

V:jani, S. (2006) Demolzrasi Bersama,lakarta: Forum Freedom.

l::cell, M. (2008), ' RecoPturingDemocracy : N eoliberalization and TheStntggle for Alternqtive Urbqn Futures"

Airlangga Pribadi, Hegemoni Ideologi Neoliberalisme

Putri, A. (2001) Demokrqsi MenghadapiKrisis Demokrasi dalam Jurnql HAMdanDemokrosi, The Habibie Centre.

Robinson, W I. (1996), PromotingPolyarchy: Globolization, USlntewention, and The HegemonY,Cambridge University Press.

Shills, E. (1960) "The Intellectuals in ThePolitical Development of The NewStates", World Politics.

Soekarno (2007) Lahirnya Pancasila,Galang Press.

Steger, M. B. (2005), Globalisme:Bangkitnya Ideologi Plsor, LafadlYogya.

Wiratraman, R. H. P (2007) GoodGovernance and Legal Reform inlndonesiq, Mahidol UniversitY.