10
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOTA AIR HEMATOLOGI OLEH NAMA : YULIANI STAMBUK : L221 12 605 KELOMOK : I ( SATU ) ASISTEN : 1. ANDI MASRIAH, S.Pi 2. YUSRIFAT AMRAN 3. MULKAN ARSYUDDIN LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR

hematologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hematologi

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI BIOTA AIR

HEMATOLOGI

OLEH

NAMA : YULIANI STAMBUK : L221 12 605KELOMOK : I ( SATU )ASISTEN : 1. ANDI MASRIAH, S.Pi

2. YUSRIFAT AMRAN 3. MULKAN ARSYUDDIN

LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIRJURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 2: hematologi

I. PENDAHULUAN

Latar belakang

Fisiologi ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari

organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi menerangkan factor-faktor fisik

dan kimia yang bertanggung jawab akan asal, perkembangan dan gerak maju

kehidupan. Tiap-tiap jenis kehidupan, mulai dari makhluk hidup sederhana

seperti virus yang bersel satu sampai manusia yang mempunyai susunan sel

yang rumit, mempunyai sifat-sifat fungsional tersendiri ( Amrina, 2013 ).

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup

di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang

paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.

Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan

kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa

rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan

bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan

sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai

bahasa daerah disebut iwak, jukut. Fisiologi ikan mencakup proses

osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme,

pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi

(Fujaya,1999).

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan

jaringan pembentuk darah. Antikongulan adalah digunakan untuk mencegah

pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat

fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan

untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk

mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau

tranfusi ( Risky, 2012 ).

Page 3: hematologi

Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk sel darah dan

kondisi ikan melalui penghitungan jumlah sel darah serta presentase gumpalan

darah.

Kegunaan praktikum ini agar mahasiswa dapat memahami metode yang

digunakan untuk mengamati bentuk sel darah, presentase gumpalan darah dan

jumlah sel darah.

Page 4: hematologi

II.TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang berasal dari

sungai nila dan danau-danau yang menghubungkan sungai tersebut. Ikan nila

didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar

pada tahun 1969, bibit ikan nila yang ada di Indonesia berasal dari Taiwan adapun

dengan ciri berwarna gelap dengan garis-garis vertikal seanyak 6-8 buah dan

Filipina yang berwarna merah (Suyanto 1998).

Menurut Saanin (1982), klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah

sebagai berikut:

Kingdom     : Animalia

Filum           : Chordata

Sub Filum    : Vertebrata

Kelas           : Osteichtes

Sub Kelas    : Acanthoptherigii

Ordo            : Percomorphii

Sub Ordo     : Percoidae

Famili           : Cichlidae

Genus          : Oreochromis

Spesies        : Oreochromis niloticus

Siklus hidup

Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya,

sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran

tinggi yang berair tawar. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-

380 C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-370 C. Untuk pertumbuhan

dan perkembang biakan, suhu optimin bagi ikan ini adalah 25-300 C. Selain

Page 5: hematologi

suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau

kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas

0-29 %0 (promil ) ( amri dan khairuman,2003).

Kebiasaan Makan Ikan Nila

Nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsu

msi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itu, ikan ini sangat mudah

dibudidayakan. Ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton

(plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp, Atau Daphnia sp. Selain itu

benih nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada

di habitat hidupnya. Ketika dibudidayakan, nila juga memakan tanaman air yang

tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa

diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet.

Laju pertumbuhan tubuh nila yang dibudidayakan tergantung dari

pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Sebagai contoh, Curah

hujan yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan tanaman air dan secara tidak

langsung akan memengaruhi pertumbuhan nila yang dipelihara . Berdasarkan

hasil penelitian, diketahui laju pertumbuhan nila lebih cepat jika dipelihara di

kolam yang airnya dangkal dibandingkan dengan kolam yang airnya dalam.

Penyebabnya adalah pertumbuhan tanaman air sangat cepat di perairan yang

dangkal, sehingga nila mendapatkan pasokan pakan yang cukup.

Selain itu, laju pertumbuhan nila di kolam yang dipupuk dengan pupuk

organik misalnya kotoran ternak juga. lebih cepat dibandingkan dengan nila yang

dipelihara di kolam yang dipupuk dengan pupuk anorganik (pupuk buatan). perlu

diketahui juga, laju pertumbuhan nila jantan lebih cepat 40% dibandingkan

dengan laju nila betina.Terlebih lagi jika dipelihara secara kelamin tunggal

(monosex). jika sudah mencapai ukuran 200 gram, pertumbuhan nila menjadi

semakin lambat. Namun, hal ini hanya terjadi pada nila betina, sedangkan nila

jantan akan tetap tumbuh pesat (Amri, 2013).

Page 6: hematologi

III.METODOLOGI

Waktu dan tempat

Percobaan Hematologi dilaksanakan pada hari senin,10 maret 2014,

pukul 13:20-15:10 WITA, bertempat di Laboratorium Fisiologi Biota Air, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan , Universitas Hasanuddin, Makassar.

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktek anastesi dan

pembedahan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Alat yang digunakan serta fungsinya pada praktikum yaitu:NO ALAT FUNGSI1 Spoit Mengambil sampel darah pada ikan 2 Deg glass Meratakan sampel darah pada objek glass 3 Objek glass Menyimpan sampel darah4 Sentrifuge Memisahkan gumpalan darah dan plasma darah 5 Mikroskop Mengamati sel darah6 Tabung test Tempat meletakkan mikrohaematokrit pada saat

dalam sentrifug7 Haemacytometer Menghitung jumlah sel darah merah

8 Baskom Wadah atau tempat pembiusan ikan 9 Kalkulator Menghitung waktu

10 Mistar Mengukur panjang gumpalan dan plasma darah11 Mikrohaematokrit Menyimpan darah untuk diukur

Tabel.2. Bahan yang digunakan pada praktikum antara lain :NO BAHAN FUNGSI

1 Ikan Nila (Oreochomis niloticus) Sampel2 Parafin Penyumbat mikrohaematokrit3 EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) Anti koagulan4 Haematoksilin Pemberi warna pada inti sel darah5 Eosin Pemberi warna pada sitoplasma 6 Alkohol 70% Bahan fiksasi7 Methylent blue Pengencer darah8 Es batu Membius ikan9 Air tawar Sebagai media untuk ikan

10 Tissue Membersihkan alat

Prosedur kerja dari praktikum Hematologi, antara lain.

A. Teknik Pewarnaan Sel Darah

Mengambil darah pada ikan melalui jantung dengan menggunakan spoit

yang telah dimasukkan larutan EDTA. Kemudian meneteskannya di atas 2 buah

Page 7: hematologi

Objek glass dan ratakan dengan menggunakan deg glass, lalu mendiamkannya

hingga kering. Kemudian merendam / memfiksasi dalam alkohol 70% Selama 5

menit, lalu membilasnya menggunakan akuades dan diamkan hingga kering.

Kemudian mencelupkannya ke dalam Eosin selama 5 menit untuk mewarnai

sitoplasma, lalu membilasnya menggunakan akuades dan diamkan hingga

kering. Selanjutnya mencelupkan kembali salah satu objek glass tersebut di

dalam Hematoksilin selama 5 menit, kemudian bilas dengan akuades dan

diamkan hingga kering. Setelah itu, amati di bawah mikroskop. Mengambil

gambar atau foto hasil pengamatan tersebut.

B. Teknik Pemisahan Sel Darah dan Plasma Darah

Mengambil darah dari jantung dengan menggunakan spoit, lalu

memasukkannya ke dalam mikrohaematokrit yang telah disumbat salah satu

ujungnya dengan paraffin yang telah dilelehkan. Kemudian meletakkan

mikrohaematokrit di dalam tabung reaksi/tabung test yang telah disediakan dan

sentrifugasi selama 60 detik dengan kecepatan 6431 RPM. Setelah itu,

mengukur panjang gumpalan darah dan panjang plasma darah. Perlu diingat

pula untuk memperhatikan “lapisan buffy” yang terbentuk antara gumpalan darah

dan plasma darah.

C. Teknik Menghitung Jumlah Total Eritrosit ( sel darah merah )

Mengambil darah ikan melalui jantung sebanyak 2 ml dengan

menggunakan spoit, yang telah diisi dengan metylen blue, lalu

menghomogenkannya di dalam spoit. Setelah itu, mengambil darah yang telah

diencerkan, lalu meratakannya dengan deg glass dan keringkan. Kemudian

meletakkannya pada kedua sisi haemacytometer. Selanjutnya, mengamati di

bawah mikroskop dan menghitung jumlah sel darahnya.