4
Hepatitis B Pasien penderita infeksi hepatitis B ini paling sering ditemui. Distribusinya tersebar diseluruh dunia, dengan prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 5 – 15%. Massa inkubasi berkisar 15 – 180 hari. Hepatitis B akibat dari virus ini memiliki gejala penyakit seperti lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual, pemakaian jarum suntik yang sama, transfusi darah, penggunaan sikat gigi bersama yang telah terkontaminasi oleh virus hepatitis. Pengendalian atau penanggulangan penyakit hati yang terbaik adalah dengan terapi pencegahan agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Terapi penyakit hati dapat berupa: 1. Terapi tanpa obat Untuk memperbaiki fungsi hati perlu dilakukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit, menjaga pola hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Adapun tujuan terapi diet protein ini adalah untuk menghindari kerusakan hati yang permanen, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai, memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh, mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini. Tetapi selain melakukan terapi tanpa obat ini perlu disertai dengan terapi non farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan menghindari minuman beralkohol. 2. Terapi dengan obat Lamivudin digunakan untuk terapi awal hepatitis B kronis. Obat ini dapat digunakan pada pasien decompensanted liver disease. Lamivudin merupakan analog nukleosida deoxycytidine dan bekerja dengan menghambat pembentukkan DNA virus hepatitis B. Lamivudin akan meningkatkan HBV DNA yang

Hepatitis b

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hepatitis b

Hepatitis B

Pasien penderita infeksi hepatitis B ini paling sering ditemui. Distribusinya tersebar diseluruh dunia, dengan prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 5 – 15%. Massa inkubasi berkisar 15 – 180 hari. Hepatitis B akibat dari virus ini memiliki gejala penyakit seperti lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam. Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual, pemakaian jarum suntik yang sama, transfusi darah, penggunaan sikat gigi bersama yang telah terkontaminasi oleh virus hepatitis.Pengendalian atau penanggulangan penyakit hati yang terbaik adalah dengan terapi pencegahan agar tidak terjadi penularan maupun infeksi. Terapi penyakit hati dapat berupa:

1. Terapi tanpa obatUntuk memperbaiki fungsi hati perlu dilakukan diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit, menjaga pola hidup yang teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Adapun tujuan terapi diet protein ini adalah untuk menghindari kerusakan hati yang permanen, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati dengan keluarnya protein yang memadai, memperhatikan simpanan nutrisi dalam tubuh, mengurangi gejala ketidaknyamanan yang diakibatkan penyakit ini.Tetapi selain melakukan terapi tanpa obat ini perlu disertai dengan terapi non farmakologi lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan menghindari minuman beralkohol.

2. Terapi dengan obatLamivudin digunakan untuk terapi awal hepatitis B kronis. Obat ini dapat digunakan pada pasien decompensanted liver disease. Lamivudin merupakan analog nukleosida deoxycytidine dan bekerja dengan menghambat pembentukkan DNA virus hepatitis B. Lamivudin akan meningkatkan HBV DNA yang menjadi negatif pada hampir semua pasien yang diobati dalam waktu 1 bulan. Namun jika digunakan dalam waktu jangka panjang, sensitivitas virus hepatitis B terhadap lamivudin dapat berkurang. Adefovir dipivoksil digunakan untuk terapi hepatitis B kronik. Obat hepatitis B kronik ini digunakan apabila virus sudah resisten terhadap lamivudin dan direkomendasikan sebagai terapi hepatitis B kronik jika (1) terapi dengan interferon alfa atau penginterferon – 2a tidak berhasil, (2) terjadi kekambuhan setelah terapi awal yang berhasil, (3)terapi dengan interferon alfa atau pemginterferon alfa – 2a tidak dapat ditoleransi atau dikontraindikasikan. Jika tidak ada penurunan efikasi obat, pemberian obat sebaiknya dilanjutkan sampai dicapai serokonversi yang sesuai dan merupakan terapi jangka panjang untuk kasus decompensated liver disease atau sirosis.Berikut informasi untuk obat:

Lamivudin: Indikasi : Hepatitis B kronik

Page 2: Hepatitis b

Dosis : Dewasa, anak >12 tahun 100mg 1 x sehari Anak usia 2 – 11 tahun 3 mg/kg 1 x sehari (maximal 100 mg/hari)

Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia, trombositopenia, neuropati, jarang pankreatitisInteraksi obat : trimetroprim menyebaban peningkatan kadar lamivudine dalam plasmaPerhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal berat, penderita sirosis berat, hamil dan laktasiPenatalaksanaan :

Tes untuk HbeAg dan anti Hbe di akhir pengobatan selama 1 tahun dan kemudian setiap 3 – 6 bulan

Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B kronik belum diketahui, tetapi pengobatan dapat diberhentikkan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya serokonversi HbeAg

Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan setelah ada serokonversi HBeAg untuk mengurangi kemungkinan kambuh

Monitoring fungsi hati selama paling sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi dengan lamivudine

Cara penyimpanan : disimpan ditempat kering dan sejuk

Interferon α Indikasi : Hepatitis B kronik, Hepatitis C kronikDosis :

Hepatitis B kronik( interferon α-2a) SC/IM 4,5 x 106 unit 3x seminggu. Jika terjadi toleransi dan tidak menimbulkan respon setelah 1 bulan, secara bertahap naikkan dosis sampai dosis maksimum 18 x 106 unit, 3 x seminggu. Pertahankan dosis minimum terapi selama 4 – 6 bulan kecuali dalam keadaan intoleran.(Interferon α-2b) SC, 3 x 106 unit, 3 x seminggu, tingkatkan dosis 5-10 x 106 unit, 3 x seminggu setelah 1 bulan jika terjadi toleransi pada dosis lebih rendah dan tidak berefek. Pertahankan dosis minimum terapi selama 4 – 6 bulan kecuali dalam keadaan intoleran.

Efek samping : anoreksia, mual, flu like syndrome, dan kelelahan sering kali terjadi pula gangguan pada mata dan depresi. Dilaporkan pula terjadi masalah kardiovaskular (hipotensi, hipertensi dan aritmia) nefrotoksisitas dan hepatotoksisitas, hipertrigliseridemia, reaksi hipersensitivitas, kebingungan, koma, seizur. Interaksi obat : interferon alfa menghambat metabolisme teofilin (meningkatkan kadar plasma). Hindari penggunaan bersama antara interferon gamma dengan vaksin hidup.Cara penyimpanan : simpan ditempat kering dan sejuk

Multivitamin dan MineralGolongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya penyakit hati menimbulkan gejala – gejala seperti

Page 3: Hepatitis b

malaise, lemah dan lain – lain sehingga pasien memerlukan suplemen vitamin dan mineral. Vitamin larut lemak terdiri dari A, D, E dan K atau yang larut dalam air seperti vitamin B kompleks dan C. Asupan vitamin A dalam jumlah cukup dapat membantu mencegah penumpukkan jaringan sel yang mengeras, yang merupakan karakteristik penyakit hati. Tetapi apabila dikonsumsi secara berlebih dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan pembengkakan hati dan penyakit hati. Vitamin E dapat mencegah kerusakan pada hati dan sirosis, meningkatkan kandungan vitamin dalam tiga bagian hati dan mengurangi kerusakan oksidatif pada sel – sel hati.

3. Terapi dengan vaksinasi Vaksin hepatitis B mengandung antigen permukaan virus hepatitis B yang di inaktifkan (HbsAg) dan dijerap pada adjuvan alumunium hidroksida. Dibuat secara biosintesis menggunakan teknologi DNA rekombinan. Vaksin digunakan pada individu yang memiliki resiko tinggi tertular hepatitis B.

Indikasi : imunisasi terhadap infeksi yang disebabkan semua subtipe virus hepatitis BPeringatan : pemberian vaksin harus ditunda pada pasien demam; manfaat vaksin ini harus dipertimbangkan dibandingkan risikonya pada pasien penderita multiple sclerosis karena dapat memperburuk gejala; vaksin tidak dapat diberikan didaerah bokong dan secara intravena; dapat diberikan pada wanita hamil jika benar – benar dibutuhkan karena efeknya pada perkembangan janin belum pernah di uji; efek pada bayi yang menyusui belum pernah diuji pada uji klinik.Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap komponen vaksinEfek samping : reaksi lokal; eritema, sakit, bengkak yang hilang dalam 2 hariDosis : diberikan 3 dosis (dewasa 1 mL, anak 0,5 mL) pada bulan ke 0, 1, dan 6. Booster dapat diberikan setiap 5 tahun, dapat juga digunakan alternatif jadwal untuk wisatawan, bayi yang terinfeksi dari ibunya, dan mereka yang terpapar virus, yaitu bulan ke 0,1,2 dan booster pada bulan ke 12. Dosis tambahan mungkin dibutuhkan oleh pasien hemodialisis dan imunodefisiensi karena titer proteksi mungkin tidak tercapai dengan pemberian dosis primer. Cara penyimpanan : disimpan ditempat dingin.