18
LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI PESTISIDA PERTANIAN Disusun oleh: INDRA S 081510501177 Judul Acara : Aplikasi Herbisida pada Tanaman Padi

Herb is Ida

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Herb is Ida

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI PESTISIDA PERTANIAN

Disusun oleh:

INDRA S

081510501177

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

Judul Acara : Aplikasi Herbisida pada Tanaman Padi

Page 2: Herb is Ida

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian gulma dewasa ini di Indonesia cukup berkembang

disbanding pemanfaatan sumber daya dan eradikasi gulma itu sendiri. Cara

pengendalian dapat dilakukan secara fisik (manual, mekanis, pemanfaatan dan

kultur teknis), biologi dan kimia (herbisida). Pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida sudah banyak diterapkan di lapangan baik pada budidaya

komoditas tanaman perkebunandan industri maupun tanaman pangan, hortikultura

dan perairan. Hal ini disebabkan oleh kelangkaan tenaga kerja di tingkat usaha

tani, serta banyaknya pilihan herbisida yang efektif dan selektif sebagai haerbisida

pra tumbuh dan purna tumbuh sesuai dengan komoditas tanaman yang

dibudidayakan (Tjitrosemito, 2004).

Herbisida merupakan bagian dari pestisida yang secara umum

didefinisikan sebagai penggunaan senyawa kimia untuk mengendalikan gulma

atau tumbuhan pengganggu. Penggunaan herbisida memberi pengaruh yang

sangat nyata dalam pengendalian gulma jika dibandingkan dengan cara-cara

pengandalian lainnya, seperti pengolahan tanah, pencangkulan dan pencabutan.

Bersama-sama dengan penggunaan pupuk, pestisida lainnya, varietas unggul,

pemakaian herbisida ternyata dapat juga meningkatkan hasil panen.

Pengaruh tidak langsung gulma terhadap tanaman dapat menyebabkan

terhambatnya aksesibilitas sehingga berakibat buruk terhadap efisiensi dan

efektivitas pemupukan, sulitnya pengendalian hama/penyakit dan pekerjaan-

pekerjaan lain. Pada tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit, pengendalian

gulma sangat penting tidak saja karena terjadinya kehilangan produksi sebagai

akibat dari persaingan tanaman-gulma terhadap sumberdaya (unsur hara, air,

cahaya) tetapi juga karena adanya kehilangan hasil tidak langsung. Kehadiran

gulma pada piringan (circle) kelapa sawit menyebabkan kesulitan penghitungan

buah jatuh (brondolan) sebelum panen untuk menentukan kriteria panen.

Sedangkan pada saat panen, brondolan yang tersembunyi diantara gulma di

piringan sulit untuk dikumpulkan sehingga membutuhkan tenaga kerja tinggi atau

Page 3: Herb is Ida

akan terbuang percuma, dan kemudian malah dapat tumbuh menjadi gulma. Lebih

dari itu, manajemen pemanenan, pemupukan, dan pengawasan lainnya juga akan

terganggu jika gulma tidak dikendalikan dengan baik.

Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah

untuk mendapatkan pengendalian yang selektif yaitu mematikan gulma tetapi

tidak merusak tanaman budidaya. Untuk hal ini perlu mengetahui dosis atau

konsentrasi herbisida yang optimum. Selain itu, beberapa faktor yang ikut

mempengaruhi selektifitas herbisida adalah peranan tumbuhan, peranan

lingkungan dan peranan cara aplikasi.

Hal itu lah yang menjadi dasar perlunya pemahaman akan aplikasi

herbisida agar penggunaannya dapat efektif dan efisien. Dimana, saat ini

penggunaan bahan kimia mulai sangat diawasi karena memiliki dampak atau efek

negative bagi lingkungan sekitar, tanaman budidaya maupun kesehatan manusia

bila terakumulasi dalam konsentrasi atau jumlah tertentu. Dengan begitu, perlu

dilakukan pengujian efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma.

1.2 Tujuan

Praktikum kali ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma pada tanaman budidaya.

Page 4: Herb is Ida

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Herbisida adalah suatu bahan kimia (pestisida) yang digunakan untuk

membunuh atau mencegah pertumbuhan gulma. Cara yang paling efektif untuk

menanggulangi gulma ialah menggunakan herbisida dalam kombinasi dengan cara

pengendalian lainnya. Keuntungan penggunaan herbisida yaitu: a) Menggunakan

herbisida menghemat tenaga. b) Herbisida dapat dapat digunakan dalam

lingkungan apapun. Sedangkan kerugian penggunaan herbisida adalah:

menggunakan herbisida yang sama terus-menerus mengakibatkan berkembangnya

gulma, khususnya jenis tahunan yang sulit dikendalikan dengan herbisida

(Sebayang, 2005).

Proses aplikasi herbisida menyangkut berbagai aspek antara lain: 1)

Penyediaan larutan yang sesuai. 2) Pembuatan butiran cairan semprot. 3) Gerakan

butiran cairan semprot kepada sasaran. 4) Impak butiran pada sasaran (Sukman

dan Yakup, 2002). Di dalam melakukan kalibrasi terdapat tiga faktor penting yang

menentukan keberhasilan kalibrasi yakni:

Ukuran lubang nozel.

Tekanan dalam tangki alat semprot.

Kecepatan pergerakan (berjalan) aplikator.

Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan

herbisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer

(Djojosumarto, Panut. 2004). Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer

berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle,

menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus. Faktor utama yang

dapat menyebabkan aplikasi herbisida kurang tepat adalah kalibrasi (Harahap,

2009). Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal yang penting yang harus

dilakukan adalah menghitung jumlah herbisida yang diperlukan pada areal

tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume semprot adalah banyaknya

cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan herbisida secara merata pada areal

tertentu.

Page 5: Herb is Ida

Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis

dan kosentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan beracun yang dapat membunuh

organisme sasaran sedangakan kosentrasi adalah perbandingan antara bahan racun

dengan bahan pelarut. Takaran herbisida sangat perlu diketahui dengan tepat

karena herbisida merupakan bahan beracun yang berbahaya terhadap organisme

non-target termasuk manusia dan juga lingkungan (Bpplentengsumenep. 2010).

Menurut Junaidi (2009), terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dan

ditentukan sebelum melakukan kalibrasi alat adalah : Laju aliran semprot dari

nosel ( f = l/menit ); Lebar bidang semprot ( R = meter ); Kecepatan berjalan ( D =

meter/menit ) dan Volume cairan semprot ( A = l/ha ).

Gulma atau sering juga disebut ‘tumbuhan pengganggu’ selalu

dikendalikan oleh petani atau pekebun karena mengganggu kepentingan

petani/pekebun tersebut. Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman

utama terhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara,

air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut, produksi

tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain ada kehilangan hasil dari

potensi hasil yang dimiliki tanaman.

Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah

faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda

kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik

budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangan tersebut terbagi dua

kategori, langsung dan tidak langsung. Gulma berpengaruh langsung terhadap

tanaman utama dengan adanya kompetisi terhadap nutrient, air, dan cahaya.

Pengendalian Ischaemum muticum L., jenis gulma rerumputan tahunan, mampu

meningkatkan berat tandan buah segar sekitar 10 ton/ha dalam waktu tiga tahun.

Penurunan produksi pada jagung RR tanpa pengendalian gulma dilaporkan sekitar

31% (Purba dan Desmarwansyah, 2008).

Pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai

teknik pengendalian termasuk diantaranya pengendalian secara manual (tenaga

manusia dilengkapi dengan peralatan kecil), memanfaatkan tanaman penutup

tanah (leguminous cover crop), mekanis, ekologis, solarisasi, biologis,

Page 6: Herb is Ida

menggunakan bahan kimia (herbisida) dan teknik budidaya lainnya. Masing-

masing teknik pengendalian tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kekurangan dari masing-masing teknik pengendalian dapat diperkecil dengan

menerapkan konsep pengendalian gulma secara terpadu (integrated weed

management) yaitu memadukan cara-cara pengendalian yang kompatibel satu

sama lain.

Page 7: Herb is Ida

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Timba plastic

Mangkok plastic

Alat semprot/hand sprayer

Gelas dan tabung ukur

Meteran

3.1.2 Bahan

Air aquades

Herbisida roundup dan DMA 6

Tanah lapang

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Perhitungan Jumlah Volume larutan yang diperlukan untuk

penyemprotan seluas 1 ha (D) :

D = 10000 x A

C x B

Keterangan:

D = Jumlah Volume (liter/ha)

A = Kecepatan curah (liter/menit)

B = Lebar gawang semprot (meter)

C = Kecepatan jalan (meter/menit)

3.2.2 Aplikasi atau penyemprotan herbisida

a. Menghitung dominansi gulma dilahan penyemprotan dengan bantuan alat

sampling sebanyak 5 ulangan dan membagi lahan menjadi 3 bagian untuk

keperluan penyemprotan dengan 3 jenis larutan herbisida

Page 8: Herb is Ida

b. Membuat larutan herbisida sesuai luasan lahan penyemprotan dan hasil

kalibrasi

c. Larutan herbisida dibuat dengan 3 jenis yaitu herbisida Roundup, herbisida

DMA 6 dan campuran kedua herbisida tersebut (Roundup + DMA 6)

d. Melakukan penyemprotan herbisida dan mengamatinya satu minggu sekali

Page 9: Herb is Ida

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel Pengamatan Mingguan

Kel GulmaRoundup DMA 6 Roundup + DMA 6

0 7 14 0 7 14 0 7 14

1Rumput 10,0% 5,0% 0,0% 20,0% 4,5% 0,0% 5,0% 1,0% 0,0%Teki 20,0% 10,0% 8,0% 40,0% 20,0% 0,0% 22,5% 7,5% 1,5%Daun Lebar 70,0% 30,0% 5,0% 40,0% 15,0% 2,5% 72,5% 37,5% 1,5%

2Rumput 10,0% 8,0% 7,0% 15,0% 11,5% 7,0% 7,5% 5,0% 0,5%Teki 10,0% 8,0% 7,0% 15,0% 11,5% 7,0% 11,0% 4,0% 2,5%Daun Lebar 80,0% 7,0% 15,0% 70,0% 55,0% 15,0% 76,5% 10,0% 22,5%

3Rumput 5,0% 3,0% 1,0% 10,0% 7,5% 4,5% 7,5% 5,0% 2,5%Teki 15,0% 9,0% 4,0% 10,0% 8,5% 6,0% 0,0% 0,0% 0,0%Daun Lebar 80,0% 60,0% 25,0% 80,0% 57,5% 17,5% 92,5% 62,5% 32,5%

Tabel Rata-Rata Pengamatan

GulmaRoundup DMA 6 Roundup + DMA 6

0 7 14 0 7 14 0 7 14Rumput 8% 5% 3% 15% 8% 4% 7% 4% 1%Teki 15% 9% 6% 22% 13% 4% 11% 4% 1%Daun Lebar 77% 32% 15% 63% 43% 12% 81% 37% 19%

4.2 Pembahasan

Page 10: Herb is Ida
Page 11: Herb is Ida

BAB 5. SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan

bahwa dalam melakukan aplikasi herbisida, perlu adanya pemahaman akan

bagaimana cara dan aturan yang ditentukan agar pelaksanaannya dapat efektif dan

efisien. Sebelum melakukan aplikasi, sebaiknya dilakukan kalibrasi alat agar

diketahui kebutuhan herbisida (dosisnya) sehingga kita dapat menghitung

konsetrasi herbisida untuk dicampurkan yang didasarkan pada hasil kalibrasi alat

dan rekomendasi pada botol herbisida. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui

bahwa aplikasi ketiga herbisida (Roundup, DMA 6 dan campuran keduanya) lebih

efektif untuk mengendalikan gulma golongan berdaun lebar dimana Roundup

mengurangi populasi gulma tersebut (berdaun lebar) sebanyak 62%, 51% untuk

herbisida DMA 6 dan 63% untuk campuran DMA 6 dan Roundup.

Page 12: Herb is Ida

DAFTAR PUSTAKA

Bpplentengsumenep. 2010. Pengenalan Formulasi dan Alat Aplikasi. http://bpplentengsumenep.blogspot.com/2010/12/pengenalan-formulasi-dan-alat-aplikasi.html. Diakses tanggal 1 April 2011

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Harahap, M. 2009. Cara Menghitung Kalibrasi Alat Semprot. http://haruting. blogspot.com/2009/01/cara-mengitung-kalibrasi-alat-semprot.html. Diakses pada Senin, 4 April 2011.

Junaidi, W. 2009. Kalibrasi Alat Semprot Pestisida. http://wawan-junaidi. blogspot.com/2009/08/kalibrasi-alat-semprot-pestisida.html. Diakses pada Senin, 4 April 2011.

Purba, E. Dan Desmarwansyah, 2007. Growth and yield of glyphosateresistant corn under different timing of glyphosate application. Asian Journal of Plant Sciences 7 (7): 692-695.

Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

Sukman, Y., dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tjitrosemito, S., Sri S.T., dan Imam M., 2004. Prosiding Konferensi Nasional XVI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia SEAMEO BIOTROP, Bogor, 15-17 Juli 2003. Bogor-Indonesia.

Page 13: Herb is Ida

Lampiran