24
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALISA herba SECARA MIKROSKOPIS Disusun Oleh: NAMA : MARHAMAH NPM : 1443057049 Grup : SORE PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

herba.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: herba.docx

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

ANALISA herba SECARA MIKROSKOPIS

Disusun Oleh:

NAMA : MARHAMAH

NPM : 1443057049

Grup : SORE

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2015

Percobaan 1

Page 2: herba.docx

Analisa Folium Secara Mikroskopis

I. Tujuan

1.    Mengamati simplisia secara organoleptik, meliputi bentuk, rasa,  warna, dan bau.

2.    Melakukan identifikasi simplisia herba dengan metode mikroskopik.

II. Dasar teori

Tanaman herba adalah salah satu tanaman yang memiliki ketinggian kurang dari satu

meter, umumnya hidup pada lingkungan dengan kandungan air yang rendah dan intensitas

cahaya yang tinggi. Berdasarkan pada kondisi tersebut tanaman ini umumnya banyak tumbuh

di daerah yang tidak terlalu tinggi intensitas hujannya. Kondisi lingkungan pada suatu area

tertentu akan berpengaruh pada pola penyebaran suatu tanaman. Pola penyebaran tanaman

yang ada di alam umumnya memiliki pola yang tidak sama, jarak antara satu tanaman dengan

tanaman yang lain. Tetapi kondisi lingkungan yang tanaman ini tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor di atas. Faktor lingkungan lain yang berpengaruh pada pola penyebaran tanaman adalah

adanya perbedaan kondisi lingkungan meliputi: sumber daya, pH, suhu, intensitas cahaya,

predator, dan persaingan interspesies maupun intraspesies. Perbedaan kondisi lingkungan tidak

hanya memodifikasi pola penyebaran tanaman, tetapi  juga mengubah laju pertumbuhan,

produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar dan ukuran individu.Golongan herba

(herbaceous) atau terna merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak

sama sekali (tidak berkayu) tetapi dapat berdiri tegak. Kana dan tapak darah termasuk dalam

golongan tanaman herba. 

Farmakognosi merupakan bagian, biokimia, dan kimia sintesis sehingga ruang

lingkupnya menjadi luas seperti yang didefenisikan sebagai fluduger, yaitu penggunaan secara

serentak sebagai cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu

diketahui tentang obat. Dalam kehidupan sehari-sehari, kita ketahui bahwa banyak

masyarakat didunia ini sudah kenal bahwa sebagian dari tanaman ini adalah obat. Sering kita

lihat bahwa sebagian dari masyarakat  memanfaatkan tanaman sebagai makanan, sedangkan

pada bidang farmasi mengenal bahwa sebagaian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat-

obatan. Sejalan kemajuan teknologi, kita sebagai masyarakat indonesia khususnya seorang

farmasi harus semakin mengenal tentang jaringan-jaringan yang terdapat dalam tanaman

khususnya simplisia yang dapat dijadikansebagai obat. Hal ini perlu kita ketahui agar

pengetahuan kita semakin berkembang, mengenai jaringan didalam didalam suatu simplisia

pada daun.

Page 3: herba.docx

A. Pengertian Simplisia

Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali

dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI

:1989).

B. Penggolongan Simplisia

Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,

eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis

nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman

atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat

berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu

dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

b. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna

yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak

ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).

c. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang

belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia

murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (Dep.Kes RI,1989).

C. Cara Pembuatan Simplisia

a.    Pemanenan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan

bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan

tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.  Seperti

rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul.  Bahan yang rusak

atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan.  Penempatan dalam wadah (keran-

jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak

menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan

supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan

terjadinya proses fermentasi/ busuk.  Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama

(hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).

b.    Penanganan Pasca Panen

Page 4: herba.docx

Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman

budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk

membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta

mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.  Untuk memulai proses pasca panen perlu

diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah

dilakukan proses panen tanaman tersebut.  Selama proses pasca panen sangat penting

diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi

pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. 

Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang

bermutu, efek terapinya tinggi  sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

c.    Penyortiran (segar)

Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk

memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang

muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.  Bahan nabati yang baik

memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses

penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang

muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam

bahan.

d.    Pencucian

Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan mengurangi

mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus segera di-lakukan setelah

panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih

seperti air dari mata air, sumur atau  PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan

jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah.  Pada saat

pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi

pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian

harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan

terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan

dengan beberapa cara antara lain.

1) Perendaman bertingkat

Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung

kotoran seperti daun, bunga, buah dll.  Proses perendaman  dilakukan beberapa kali

pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya

mengandung kotoran paling banyak.  Saat perendaman kotoran-kotoran yang

melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.  Metoda ini

Page 5: herba.docx

akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang

terkandung dalam bahan.

2) Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat

pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.  Proses penyemprotan

dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-

nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat

dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang

cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam

bahan.

3) Penyikatan (manual maupun oto-matis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak

lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.  Pencucian ini memakai alat bantu sikat

yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-

hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan

secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.  Pem-bilasan dilakukan

pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan

yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun

meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri

atau mikro-organisme.

4) Perajangan

Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses selanjutnya seperti

pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan. 

Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan

tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain.  Ukuran perajangan

tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia

yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif  yang

terkandung dalam bahan.  Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air

dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran  dan

kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan

untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5

mm.  Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam

dan terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.  Bentuk irisan

split atau slice tergantung tujuan pemakaian.  Untuk tujuan mendapatkan minyak

Page 6: herba.docx

atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin

bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).

e.    Pengeringan

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan

dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. 

Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan

disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat

aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu

diperhati-kan.  Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan.  Pada

umumnya suhu pengeringan  adalah antara 40 – 600C dan hasil yang baik dari proses

pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%.  Demikian pula de-

ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang

dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga.  Hal lain yang perlu

diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan

mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak

saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan

menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-

ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.

Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan

menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 – 500C. 

Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga

mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan

alat pengering energi surya, dimana  suhu pengering dalam ruang pengering berkisar

antara 36 – 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 – 53,3% menghasilkan kadar

minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung

maupun oven.  Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari

langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan

asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih,

ditiriskan kemudian  dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk

mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran

juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh

kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan

sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan

menggunakan blower pada suhu 40 – 500C.  Kelebihan dari alat ini adalah waktu 

penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari

Page 7: herba.docx

membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga

terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang,

tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan

selama 3 hari. Untuk daun  atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-

nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam,

menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.

Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis,

pencokelatan, fermentasi dan oksidasi.  Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir

apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada

umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 – 10%.  Dengan

jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-

pun waktu penyimpanan.

f. Penyortiran (kering)

Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang

terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing

lainnya.  Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering

sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah

penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca

panen yang dilakukan.

g.    Pengemasan

  Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan. 

Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung

goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,

mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu

pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh

mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ;

nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,

nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

h.    Penyimpanan

    Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan  di ruang biasa (suhu kamar)

ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup

kering dan ber-ventilasi.  Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara

yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10

kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia

Page 8: herba.docx

tanaman obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia

selama penyimpanan 3 – 6 bulan.  Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus

diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia

adalah :

1) Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun

penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.

2) Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk

air hujan.

3) Suhu gudang tidak melebihi 300C.

4) Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk

mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat

memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik

dalam bentuk segar maupun kering.

5) Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.

6) Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia

yang disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009).

Klasifikasi:

1. Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Artemisia 

Spesies : Artemisia vulgaris L.

2. Kingdom        :Plantae

Divisio            :Spermatophyta

Sub Divisio    :Angiospermae

Kelas               :Dicotyledoneae

Ordo                :Convolvulales

Famili              :Convolvulacae

Genus              :Ipomoea

Spesies            : Ipomoea Aquatica.

Page 9: herba.docx

3. Kingdom          : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom   : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi                  : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas                  : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas         : Asteridae

Ordo                  : Scrophulariales

Famili                 : Acanthaceae

Genus               : Andrographis

Spesies             : Andrographis paniculata Nees

Sinonim            : Justicia paniculata Burm., Justicia latebrosa Russ.

4. Kingdom: Plantae

Order: Lamiales

Family :Acanthaceae

Genus:Andrographis

Species : Andrographis Paniculata Nees

5. Kingdom                     : Plantae

Divisi                           : Spermatophyta

Kelas                           : Dicotyledone

Ordo                            : Umbillales

Famili                          :  Umbilliferae (Apiaceae)

Genus                          : Centella

Spesies                        : Centella Asiatica

Page 10: herba.docx

III. Prosedur kerja

A. ALAT DAN BAHAN

Alat Yang Digunakan:

1. Tisue

2. Kaca Objek

3. Kaca Pentup ( Cover )

4. Spatula

5. Mikroskop

6. Botol Aquadest

Bahan Yang Digunakan:

1. Sampel Bahan:

2. Aquadest.

B. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Ambil sedikit serbuk simplisisa yang akan diperiksa, letakkan di atas gelas obyek lalu tetesi

dengan aquades tutup dengan gelas penutup.

3. Amati masing-masing simplisia yang telah diperlakukan sesuai dengan cara pada point 1.

Gunakan mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

Page 11: herba.docx

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

No. Hasil pengamatan keterangan

1 Artemesia Vulgaris Herba Organoleptis :

- Warna : coklat muda

- Bentuk: serbuk kaya kapas

- Rasa: tidak berasa

- Bau: berbau khas

2 Ipomea Augaticae Herba Organoleptis :

- Warna :coklat tua

- Bentuk: serbuk

- Rasa: tidak berasa

- Bau: berbau khas

3 Andrographis Paniculata Herba Organoleptis :

- Warna :hijau tua

- Bentuk: serbuk jarum

- Rasa: pahit

- Bau:berbau khas

Page 12: herba.docx

4 Thymus Vulgaris Herba Organoleptis :

- Warna :coklat muda

- Bentuk: serbuk

- Rasa: tidak berasa

- Bau: berbau khas

5 Centella Asiatica Herba Organoleptis :

- Warna :coklat muda

- Bentuk: serbuk halus

- Rasa: tidak berasa

- Bau: berbau khas

B. Pembahasan

Pengertian simplisia menurut farmakope indonesia edisi III adalah bahan alam yang

digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali

dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah

dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman, eksudat tanaman adalah

isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel dan zat-zat nabati lainnya dengan cara

tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Haksel merupakan

bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan

tetapi belum dalam bentuk serbuk. Sedangkan simplisia merupakan bahan alami yang

digunakan sebagai obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali

dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia terbagi atas simplisia

nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral. 

Page 13: herba.docx

Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah Artemesia Vulgaris Herba, Ipomea

Augaticae Herba, Andrographis Paniculata Herba, Thymus Vulgaris Herba, dan Centella

Asiatica Herba.

Herba Baru cina (Artemesia Vulgaris Herba )

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat muda, berbau khas, berbentuk serbuk

seperti kapas dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada rambut seperti benang,

polen, serabut sklerenkim, dan kristal rosette. Morfologi batang setengah berkayu, percabangan

banyak, beralur dan berambut, daun berbentuk bulat-telur dengan tepi berbagi menjari ujung

meruncing, kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau, di bagian bawah warna

lebih putih, duduk berseling, bunga bunga majemuk, kecil-kecil, warna kuning muda berbentuk

bonggol tersusun dalam rangkaian berbentuk malai yang tumbuh menunduk, keluar dari ketiak

daun dan ujung tangkai. Habitat dan penyebaran berasal dari Cina, terdapat sampai 3000 m di

atas permukaan laut. Tanaman ini menyenangi tanah yang cukup lembab dan tanah yang kaya

humus, tumbuh liar di hutan dan di ladang. Jenis yang biasa ditanam di pekarangan sebagai

tanaman obat. Kandungan kimia Minyak menguap (Phellandrene, cadinene, thujvl alkohol),

alfa-amirin, fernenol, dehydromatricaria ester, cineole,Terpinen-4-ol, beta- karyophyllene, 1-

quebrachitol). Akar dan batang : Inulin (mengandung artemose), Cabang kecil :

Oxytocin, yomogi alcohol, dan ridentin. Daun mengandung skopoletin dan isoskopoletin.

Kegunaan Sebagai obat untuk mengatasi sakit haid, keguguran, disentri, keputihan, susah

punya anak, muntah darah, mimisan, pendarahan usus, mudah persalinan.

Herba Kangkung ( Ipomea Augaticae Herba )

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat tua, berbau khas, berbentuk serbuk

dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada sisik kelenjar, stomata, kalsium oksalat

bentuk rosette dan berkas pengangkut.

Kangkung merupakan tanaman yang sangat tergolong lama tumbuh, tanaman ini

memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang. Perakaran ini menembus dengan kedalam 60 –

100 cm, dan menyebar luas secara mendatar 150 cm hingga lebih, terutamanya tanaman

kangkung pada air.

Batang pada tanaman kangkung  bult dan berlubang, berbuku-buku, dan banyak

mengandung air. Terkadang buku-buku tersebut mengeluarkan akar tanaman yang serabut dan

juga berwarna putih dan ada juga berwrana kecoklatan tua.

Page 14: herba.docx

Kangkung juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan di keiak

batang terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan memiliki ujung

runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan juga berwarna hijau muda.

Bunga pada tanaman kangkung memiliki bentuk terompet dan memiliki dauan

mahkota yang berwara putih atau kemerahan. Dan jika menghasilkan buah berbentuk bulat atau

oval yang di dalamnya memiliki tiga butit biji. Warna biji tanaman kangkung berwran hitam

jika sudah tua dan hijau ketika mudah. Kangkung mengandung zat seperti vitamin A, vitamin

B1, vitamin C, protein, kalsium, fosfor, zat besi. Pada kangkung terdapat 2,5 mg/100g,  Zat

besi, sehingga sangat baik untuk mengatasi anemia/kurang darah.

Andrographis Paniculata Herba

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna hijau tua, berbau khas, berbentuk serbuk

jarum dan pahit. Pengamatan mikroskopik yaitu ada sistolit, sel batu dan stomata.

Morfologi Batang tak berambut, tebal 2 mm sampai 6 mm, berbentuk persegi empat,

batang bagian atas seringkali dengan sudut agak berusuk. Daun bersilang berhadapan,

umumnya terlepas dari batang,bentuk lanset sampai bentuk lidah tombak, panjang 2 cm sampai

7 cm, lebar 1 cm sampai 3 cm, rapuh tipis, tidak berambut, pangkal daun runcing, ujung

meruncing, tepi daun rata. Permukaan berwarna hijau tua atau hijau kecoklatan, permukaan

bawah berwarna hijau pucat. Tangkai daun pendek. Kelopak bunga terdiri dari 5 helai daun

kelopak, panjang 3 mm sampai 4 mm, dan berambut. Daun mahkota berwarna putih sampai

keunguan. Buah berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam, panjang ± 2 cm, lebar ± 4 mm,

kadang – kadang pecah secara membujur  menjadi 4 keping.permukaan luar kulit buah

berwarna hijau tua sampai hijau kecoklatan, permukaan dalam berwarna putih atau putih

kelabu. Biji agak keras, panjang 1,5 mm sampai 3 mm, lebar ± 2 mm. Permukaan luar

berwarna coklat muda bertonjol – tonjol. Pada penampang melintang biji terlihat endosperm

berwarna kuning kecoklatan, lembaga berwarna putih kekuningan.

Herba Tyhmus Vulgaris

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat muda, berbau khas, berbentuk serbuk

dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada rambut bengkok, serbuk sari, rambut

kelenjar, dan rambut sklerenkim.

Herba timi atau Thymus vulgaris adalah salah satu jenis tanaman yang sudah lama

digunakan sebagai anti batuk. Efek utama sebagai pengeluar dahak atau ekspektoran dan anti

pasmodik. Hal tersebut berkaitn dengan kandungan Minyak Atsiri (timol dan karvakrol), serta

Page 15: herba.docx

flavonoid yang dikandung oleh herba timi. Pemberian minyak thimi secara oral dan intra

muscular pada hewan coba, memperlihatkan stimulasi saluran pernapasan. Penggunaan sirup

dengan ekstrak thimi selama 5 hari, terbukti memberikan efek yang sama dengan obat

bromheksin. Zat aktif yang terdapat pada minyak timi adalah senyawa phenol dengan

komponen utamanya terdiri dari thymol sebesar 30-70% dan carvacrol 70%. Selain zat itu,

senyawa thymol methyl eter, p-cymene, terpinene, linalool, dan juga mengandung senyawa

golongan flavonoid yaitu Circineol, 8-methoxycircineol, thymonin dan eriodyctol.

Timi memiliki ukuran daun 4–12 mm untuk panjang dan lebar sampai 3mm, memiliki

tangkai daun yang sangat pendek. Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Kelopak

berwarna hijau, sering disertai bintik-bintik ungu, dan berbentuk tubular. Setelah berbunga,

tabung kelopak ditutup oleh mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga

biasanya berwarna kecoklatan dalam keadaan kering dan sedikit berbibir dua.

Herba kaki kuda ( Centella Asiatica Herba )

Pada pengamatan haksel terlihat berwarna coklat muda, berbau khas, berbentuk serbuk

jarum dan tidak berasa. Pengamatan mikroskopik yaitu ada sistolit, sel batu dan stomata.

Centella asiatica merupakan tanaman herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan

rimpang pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun

dalam roset yang terdiri dari 2-10 daun, kadang-kadang agak berambut, tangkai daun panjang

sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar, dan bundar dengan garis tengah 1-7 cm,

pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan

berupa payung tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang

perbungaan 5-50 mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3, yang ditengah

duduk, yang disamping bergagang pendek, daun pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bundar

telur, tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. buah pipih,

lebar lebih kurang 7mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna

kuning kecoklatan, berdinding agak tebal. Manfaat pegagan lainnya yaitu meningkatkan

sirkulasi darah pada lengan dan kaki; mencegah varises dan salah urat; meningkatkan daya

ingat, mental dan stamina tubuh; serta menurunkan gejala stres dan depresi. pegagan pada

penelitian di rsu dr.soetomo surabaya dapat dipakai untuk menurunkan tekanan

darah,Penurunan tidak drastis, jadi cocok untuk penderita usia lanjut.

Dalam percobaan ini, digunakan medium aquadest karena dipakai untuk melihat

jaringan-jaringan yang terdapat dalam daun.

Page 16: herba.docx

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Haksel merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun, biji,

akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan belum diserbukan.

b. Serbuk merupakan suatu bahan alam yang berasal dari tumbuhan, berupa daun, biji,

akar, batang, dain lain-lain yang dikeringkan dan sudah diserbukan, tidak dapat

dibedakan bentuknya.

c. Simplisia daun yang berupa halsel memiliki bentuk yang berbeda-beda, warna

dominannya coklat, memiliki rasa, serta ada yang berbau khas dan tidak berbau.

Page 17: herba.docx

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta

Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media Pressindo. Jakarta