Hernia Scrotalis Dextra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

z8

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan penyakit yang mulai berkembang dan semakin dikenal di masyarakat, baik pada Negara maju maupun berkembang. Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria. Hernia adalah pembukaan atau kelemahan dalam struktur otot dinding perut. Penyakit ini menyebabkan penonjolan dari dinding perut. Hal ini lebih terlihat ketika otot-otot perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut. Setiap kegiatan yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dapat memperburuk penyakit hernia; contoh kegiatan tersebut mengangkat, batuk, atau bahkan berusaha untuk buang air besar.

Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk- batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dan lain-lain.Lokasi yang paling umum untuk penyakit hernia adalah lipat paha (inguinal) sehingga ada jenis penyakit hernia yang disebut dengan hernia inguinal.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan operatif. Peengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah atau penunjang untuk memepertahankan isi hernia yang telah direposisi. Sedangkan prinsip dasar operasi hernia pada anak adalah herniotomi.

I.2RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan hernia?

I.3TUJUAN

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan hernia.

I.4MANFAAT

I.4.1Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya hernia.

I.4.2Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah.Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA

No. RM:

Berkas Pembinaan Keluarga

Nama pasien: Tn. DPKM Wajak

Nama KK: Tn. D

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga

: Tn. DAlamat lengkap

: Ds.Kidangbang Rt.02 Rw.01Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

NoNamaStatusL/PUmurPendidikanPekerjaanPasien PKMKet

1Tn. DSuami (KK)L47 ThSMPSopir dan Kuli MebelY Hernia

2Ny. RIstriP42 ThSDIbu Rumah TanggaT-

3An. AAnak ke 1P3ThBelum sekolah-T-

Sumber : Data Primer, 22 Oktober 2014Kesimpulan :

Keluarga pasien merupakan small family yang terdiri atas 3 orang. Pasien adalah Tn.D, umur 47 tahun, beralamat di Ds. Kidangbang Rt.02, Rw.01. Diagnosa klinis pasien adalah Hernia. Pasien tinggal bersama dengan istri (Ny. R, 42 th) dan anaknya (sdr. A, 3 Th).

BAB IISTATUS PASIEN

1.1 PENDAHULUAN

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita hernia, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 47 tahun. Mengingat kasus hernia masih sering terjadi di masyarakat, beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan tentang penanganan yang tepat sehingga dapat menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya dan kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.1.2 ANAMNESIS

1.2.1 Identitas Pasien

Nama

: Tn. DUmur

: 47 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-lakiPekerjaan

: Sopir dan Kuli MebelPendidikan

: SMPAgama

: Islam

Alamat

: Ds. Kidangbang Rt.02 Rw.01Status Perkawinan: Menikah

Suku

: Jawa

Tanggal Periksa: 22 Oktober 20141.2.2 Keluhan utama : Benjolan di kantung buah zakar bagian kanan1.2.3 Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD PKM Wajak dengan keluhan benjolan di kantung buah zakar bagian kanan sejak 6 tahun yang lalu. Benjolan tersebut sebesar buah kelapa namun tidak sakit. Benjolan tersebut muncul jika pasien batuk-batuk, mengejan serta mengangkat beban yang berat. Awalnya benjolan yang timbul tersebut bisa masuk kembali jika didorong dengan tangan pasien. Namun, sejak 1 tahun yang lalu benjolan tersebut sudah tidak dapat masuk kembali. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB, BAB tidak berdarah dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK, pada saat BAK pasien selalu merasa tuntas dan tidak merasa nyeri. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah.

1.2.4 Riwayat penyakit DahuluRiwayat sakit serupa : disangkalRiwayat mondok : disangkalRiwayat diabetes : disangkal

Riwayat batuk: disangkal1.2.5 Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat keluarga sakit serupa: disangkalRiwayat diabetes : disangkalRiwayat penyakit jantung: disangkalRiwayat hipertensi : disangkal1.2.6 Riwayat kebiasaanRiwayat olahraga : disangkalRiwayat pengisian waktu luang : istirahat drumahRiwayat lainnya: Merokok1.2.7 Riwayat sosial ekonomi

Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari pasien yang bekerja sebagai sopir dan kuli mebel. Keluarga Tn.D memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus. Pasien adalah seorang Laki-laki berusia 47 tahun, seorang suami dengan seorang anak dari hasil pernikahannya. Pasien bekerja sebagai sopir dan kuli mebel. Saat ini pasien tinggal di rumah dengan istri dan analnya yaitu An.A. Saat ini kebutuhan sehari-hari penderita ditanggung oleh dia seorang. Hubungan Tn.D dan istri nampak saling mendukung, karena istri pasien tampak menemani selama pasien dirawat di IGD puseksmas wajak.

Hubungan Tn.D dengan tetangga nampak akrab, karena saat kunjungan di rumah,tampak tetangga sedang menjenguknya, pasien juga mengenal beberapa petugas puskesmas yang diakuinya sebagai tetangga.

1.2.8 Riwayat Gizi :

Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali/hari. Berupa nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk. Terkadang dengan telur, tahu, tempe, ayam dan daging. jarang makan buah-buahan seperti pepaya dan pisang. Minum air putih 8 gelas/hari. 1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: tampak sakitDerajat kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

TD

: 110/70 mmHgNadi: 84 x/menit, regular, isi tegangan cukup

RR

: 18 x/ menit, kedalaman cukup, regulerSuhu: 36,4 0C peraksila

BB

: 80 kg

TB : 160 cm Kulit

Kulit sawo matang, ikterik (-), venektasi (-), spider nevi (-). Kepala

Bentuk Normocephal, luka (-), makula (-), papula (-), nodul (-), bells palsy (-). Matakonjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)

Hidung

Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-) Mulutbibir pucat (-), sianosis (-), TelingaDaun telinga bentuk normal, sekret (-/-)

TenggorokUvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1.

Leher

Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar.

ThoraksBentuk: normochest, retraksi (-/-)

Cor:

Inspeksi: iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi :

Batas kiri atas

: SIC II Linea parasternalis Sinistra

Batas kiri bawah: SIC IV Linea Mid clavicularis sinistra

Batas kanan atas: SIC II Linea parasternalis Dextra

Batas kanan bawah: SIC IV Linea parasternalis Dextra

Batas jantung kesan tidak melebarAuskultasi: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo: Inspeksi: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi: sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

AbdomenInspeksi : dinding perut lebih cembung daripada dinding dada, caput medusae (-)Auskultasi : bising usus (+) NPerkusi : pekakPalpasi: supel, nyeri tekan (-)Oedem

--

--

EkstremitasAkral Dingin

--

--

Capillary refill time < 2 detik

Arteri dorsalis pedis teraba kuatStatus Lokalis :

Regio ScrotalisInspeksi: Tampak adanya ketidakseimbangan antara testis kanan dan kiri, testis kana terlihat lebih besar dari pada testis kiri. Ukuranya sebesar biji kelapa, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang.

Palpasi

: teraba massa di scrotum ukuran 5x6 cm, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis

1.4 RESUME

Tn. D, umur 47 Th, datang ke IGD PKM Wajak dengan keluhan benjolan di kantung buah zakar bagian kanan sejak 6 tahun yang lalu. Benjolan tersebut sebesar buah kelapa namun tidak sakit. Benjolan tersebut muncul jika pasien batuk-batuk, mengejan serta mengangkat beban yang berat. Awalnya benjolan yang timbul tersebut bisa masuk kembali jika didorong dengan tangan pasien. Namun, sejak 1 tahun yang lalu benjolan tersebut sudah tidak dapat masuk kembali. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB, BAB tidak berdarah dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK, pada saat BAK pasien selalu merasa tuntas dan tidak merasa nyeri. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi: 110/70 mmHg, Nadi: 84 x/menit, regular, isi tegangan cukup, RR: 18 x/ menit, kedalaman cukup, reguler, Suhu: 36,4 0C peraksila, BB: 80 kg. Status Lokalis: Regio Scrotalis Inspeksi: Tampak adanya ketidakseimbangan antara testis kanan dan kiri, testis kana terlihat lebih besar dari pada testis kiri. Ukuranya sebesar biji kelapa, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Palpasi: teraba massa di scrotum ukuran 5x6 cm, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis.1.5 DAFTAR MASALAH

1. Benjolan dikantung buah zakar kanan2. Benjolan muncul jika pasien batuk-batuk, mengejan serta mengangkat beban yang berat.3. Awalnya benjolan yang timbul bisa masuk kembali jika didorong dengan tangan pasien4. Sejak 6 bulan terakhir benjolan tersebut sudah tidak dapat masuk kembali.5. BB: 80 kg, TB: 160 cm6. Status Lokalis: Regio Scrotalis Inspeksi: Tampak adanya ketidakseimbangan antara testis kanan dan kiri, testis kana terlihat lebih besar dari pada testis kiri. Ukuranya sebesar biji kelapa, warna serupa dengan kulit, tidak ada tanda radang. Palpasi: teraba massa di scrotum ukuran 5x6 cm, konsistensi lunak, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan, terpisah dari testis.1.6 DIAGNOSIS HOLISTIKTn. D, 47 Th, dengan keluhan benjolan di kantung buah zakar bagian kanan, dengan keluarga yang saling memperhatikan, serta saling mendukung.1.6.1 Diagnosis Biologis Hernia Scrotalis Dextra

1.6.2 Diagnosis Psikologis

Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari istri, dan kedua anaknya yang sangat memperhatikan kesehatan pasien.

1.6.3 Diagnosis Sosial EkonomiKeluarga Tn.D memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus. Status ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari pasien yang bekerja sebagai sopir dan kuli mebel. Saat ini kebutuhan sehari-hari penderita ditanggung oleh Tn.D seorang diri.1.7 PENATALAKSANAAN

1.7.1 Non Medika mentosa Bed rest Reposisi dan pemakaian penyangga (korset) untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi Konsumsi makanan berserat tinggi. Berhenti merokok.1.7.2 Medikamentosa

IVFD RL 20 tpm

Rujuk: Pro Hernioplasty1.8 PROGNOSIS ad Bonam

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

2.1 FUNGSI HOLISTIK

2.1.1 Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari suami (Tn.D, 47 tahun), istri (Ny.R, 42 tahun), anak (An.A, 3 tahun).2.1.2 Fungsi Psikologis

Penderita tinggal bersama istri dan seorang anaknya di rumah. Tn.D adalah seorang suami yang bekerja sebagai sopir dan kuli mebel. Hubungan Tn.D dan keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Tn.D kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu bertemu setiap hari saat sore ataupun malam hari. Hal ini terbukti pada saat pasien dirawat di IGD, baik istri dan anak pasien menemani pasien. 2.1.3 Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn.D hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial Tn.D cukup berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

2.1.4 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan Tn.D yang bekerja sebagai sopir dan kuli mebel, istri pasien adalah ibu rumah tangga yang mengelola rumah tangga dan menjaga anak mereka. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau iuran membayar listrik mengandalkan uang yang ada dari gaji suami saja. Kesimpulan :Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya adalah Keluarga Tn.D umur 47 tahun dengan Hernia Scrotalis Dextra, fungsi psikologis dan fungsi sosial ekonomi cukup baik.2.2 FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik.Tabel 3. APGAR score Tn.D = APGAR Tn.D Terhadap KeluargaSering/

SelaluKadang-kadangJarang/

Tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya (

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru (

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama (

Untuk Tn.D APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Saat Tn.D sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Tn.D dengan keluarga.

Score : 2

Partnership : Pekerjaan Tn.D sebagai sopir dan kuli mebel tidak menyebabkan hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.

Score : 2

Growth : Tn.D jarang berkumpul dengan keluarga dan berkomunikasi, karena Tn.D bekerja hingga sore hari kadang hingga malam hari. Score : 1

Affection : Tn.D jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara langsung.

Score : 1

Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang.Score : 1

Tabel 4. APGAR score Ny.R. = APGAR Ny.R Terhadap KeluargaSering/SelaluKadang-kadangJarang

/tidak

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Untuk Ny.R APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Saat Ny.R sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Ny.R dengan keluarga.

Score : 2

Partnership : Pekerjaan Ny.R sebagai ibu rumah tangga tidak menyebabkan hambatan dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.

Score : 2

Growth : Ny.R jarang berkumpul dengan keluarga dan berkomunikasi, karena Ny.R di rumah sedangkan suami bekerja hingga sore bahkan malam hari. Score : 1

Affection : Ny.R jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara langsung.

Score : 1

Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang.

Score : 1

APGAR score keluarga Tn.D = (7+7) : 2 = 7

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.D adalah cukup.

2.3 FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dari keluarga Tn.D dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 6. SCREEM keluarga pasienSUMBERPATOLOGISKET

SocialIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya-

CultureKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.-

Religious

Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.-

EconomicPenghasilan keluarga yang relatif stabil-

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup, namun kurang memperhatikan masalah kesehatan+

MedicalKeluarga ini cukup mampu membiayai pelayanan kesehatan, namun jika tidak cukup parah tidak akan dibawa kerumah sakit+

Kesimpulan Keluarga Tn.D mempunyai fungsi patologis di bidang educational, dan medical2.4 GENOGRAM KELUARGA

Alamat lengkap:Ds. Kidangbang Rt.02, Rw.01Bentuk Keluarga: small FamilyDiagram 2. Genogram keluarga Tn.D

Kesimpulan:

Riwayat hernia tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya, dan bukan merupakan penyakit yang ditularkan dari anggota keluarga yang lain..2.5 POLA INTERAKSI KELUARGA

Diagram 1. Pola interaksi keluarga Tn.D

Keterangan : Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Kesimpulan: Hubungan antara Tn.D dengan keluarga baik

BAB IVIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN3.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga3.1.1 Faktor Perilaku Keluarga

Tn.D adalah seorang laki-laki mengeluh benjolan di kantung buah zakar bagian kanan sejak 1 tahun yang lalu. Tn.D tinggal serumah dengan istri dan seorang anaknya, komunikasi antar anggota keluarga cukup baik. Istri dan anaknya belum banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya bahaya yang ditimbulkan oleh hernia.Saat sakit keluarga Tn.D cukup memperhatikan penderita bahkan peduli dan mengantarkan untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan terdekat3.1.2 Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga hidup sederhana, dengan mengandalkan gaji dari suami yang menjalani dua pekerjaan sekaligus. Ketika Tn.D sakit, maka keluarga ini biasanya berobat ke Puskesmas terkadang ke praktek dokter jika sakitnya parah atau saat mereka merasa khawatir, pasien tidak memiliki kartu jamkesmas.

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, karena cukup memenuhi standar kesehatan. Pencahayaan ruangan cukup, ventilasi cukup, fasilitas WC dan kamar mandi cukup bersih. Dapur memiliki akses udara yang bebas dan pencahayaannya cukup. Pembuangan limbah rumah tangga dialirkan ke sungai belakang yang mengalir, untuk sampah dikumpulkan di bak sampah depan. Kebersihan lingkungan dalam dan luar rumah cukup bersih karena keluarga memahamai pentingnya kebersihan lingkungan untuk kesehatan. Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku3.2 Identifikasi Lingkungan Rumah

3.2.1 Lingkungan Luar RumahKeluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah tetangganya. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur,dan memiliki fasilitas jamban keluarga. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan rumah dan di belakang. Jendela kaca ada. Lantai rumah sebagian sudah memakai ubin, sebagian berbahan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Perabotan rumah tangga cukup. Secara keseluruhan kebersihan rumah sudah cukup. 3.2.2 Denah Rumah SHAPE \* MERGEFORMAT

Kesimpulan : Lingkungan rumah cukup memenuhi syarat kesehatan

BAB V

DAFTAR MASALAH

4.1 MASALAH MEDIS :

1. Hernia Scrotalis Dextra4.2 MASALAH NON MEDIS :

1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn.D tentang kesehatan kurang.2. Keluarga Tn.D hanya datang berobat ke puskesmas atau dokter swasta jika merasa sakitnya parah atau mengkhawatirkan.4.3 PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Diagram 5. Permasalahan Tn.D

4.4 MATRIKULASI MASALAHPrioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)

Tabel 7. Matrikulasi masalahNoDaftar MasalahITRJumlah

IxTxR

PSSBMnMoMa

1.2.Tingkat pengetahuan keluarga Tn.D tentang kesehatan kurangKeluarga Tn.D hanya datang berobat ke puskesmas atau dokter swasta jika merasa sakitnya parah atau mengkhawatirkan55554 3224433449.6007200

Keterangan :

I: Importancy (pentingnya masalah)

P: Prevalence (besarnya masalah)

S: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T: Technology (teknologi yang tersedia)

R: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn: Man (tenaga yang tersedia)

Mo: Money (sarana yang tersedia)

Ma: Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting4.5 PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.D adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn.D tentang kesehatan kurang.

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan keluarga Tn.D tentang kesehatan kurang, sehingga mempengaruhi kondisi kesehatannya.HUBUNGAN ANTARA STATUS EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN KASUS Hernia Tn.DA. EKONOMI KELUARGA

Kondisi perekonomian keluarga Tn.D termasuk cukup sederhana. Tn.D saat ini tinggal bertiga dengan istri dan seorang anaknya. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dilakukan dari uang gaji bulanan. Untuk pemenuhan kesehatan keluarga Tn.D tidak memiliki kartu jaminan kesehatan, karena kondisi ekonomi penderita yg cukup sederhana dan tidak mempunyai karti jaminan kesehatan,penderita apabila sakit ke puskesmas atau dokter swasta jika merasa sakitnya parah atau mengkhawatirkan saja dan minum obat yang diberikan oleh dokter. B. HAMBATAN SOSIAL BUDAYA PENANGANAN KASUS HERNIASecara garis besar hambatan sosial budaya dalam penanggulangan hernia tidaklah terlalu besar walaupun pengetahuan pasien kurang, namun apabila pasien ada masalah pasien dapat mengakses pusat kesehatan terdekat, baik karena kondisi ekonomi dan dekatnya pusat kesehatan yg ada.Tuntutan besar Tn.D sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai sumber ekonomi satu satunya di keluarga, penyakit ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam terhadap pasien dan keluarga.

Pengambilan keputusan dirujuk untuk tindakan operasi membutuhkan perhitungan dan pengambilan keputusan yang berat karena keluarga Tn.D hanya mengandalkan gaji bulanan.

Atas dasar pertimbangan pencegahan komplikasi lebih lanjut maka tindakan rujuk untuk dilakukan operasi diambil secara mufakat oleh keluarga Tn.D.Baik faktor kebiasaan, kepercayaan, sikap, dan juga nilai tidak terlalu bepengaruh pada penanganan Hernia scrotalis.

BAB VITINJAUAN PUSTAKA5.1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. 5.2 Anatomi Dinding Perut

Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari :1. Kutis

2. lemak subkutis

3. fasia skarpa

4. muskulus obligus eksterna

5. muskulus obligus abdominis interna

6. muskulus abdominis tranversal

7. fasia transversalis

8. lemak peritoneal

9. peritoneum.

Gambar. Anatomi abdomenb. Regio inguinalis

b.1. Kanalis inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar. Kanalis inguinalisb.2. Kanalis femoralis

Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia femoralis.Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.Gambar 1. Bagian-bagian Hernia21. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis; 2. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus; 3. Locus Minoris Resistence (LMR); 4. Cincin hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia; 5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.5.3 Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi

Klasifikasi Hernia

Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:

1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi.

6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

Hernia EksternaPenonjolannya dapat dilihat dari luar : a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralisb. Hernia Femoralisc. Hernia Umbilicusd. Hernia Epigastricae. Hernia Lumbalisf. Hernia Obturatoriag. Hernia Semilunarish. Hernia Perinealisi. Hernia Ischiadica

Hernia InternaBila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya cavum thorax, cavum abdomen :a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui foramen omentaleb. Hernia Bursa Omentalisc. Hernia Mesentericad. Hernia Retroperitonealise. Hernia Diafragmatica

Gambar 2. Beberapa Contoh Hernia EksternaHernia InguinalisHernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis internus); dan hernia inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, sementara hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai herniainguinalis.Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain:1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,

3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites,

4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,

5. Defisiensi otot,

6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.

Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangka pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.

Gambar 3. Hernia InguinalisHernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengedan. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut hernia skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.Gambaran Klinis dan Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

Gambar 4. Hernia scrotalis yang berasal dari hernia inguinalis indirekJenis hernia yang lain-lain

1. Hernia umbilikalisUmbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus peritoneal secara darurat.

Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan protesis.

2. Hernia paraumbilikalis.Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi. 3. Hernia ventralisKebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal. Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya direkomendasikan.. Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang , maka tindakan ini relatf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan adalah operasi dengan memobilisasi jaringan denga cermat dan untuk mencapai penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang penggunaan kasa protesis seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan.

4. Hernia epigastrikaHernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.

5. Hernia lumbalisDi daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit) berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m. Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m. Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek.

6. Hernia LittreHernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.

7. Hernia SpeighelHernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70 tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan suatu protesis.

8. Hernia obturatoriaHernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total.

Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg). Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.

9. Hernia perinealisHernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara abdominoperineal.

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau kombinasi abdomino dan perineal.

10. Hernia pantalonHernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti.

5.4 Pemeriksaan HerniaInspeksi Daerah Inguinal dan Femoral

Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.Pemeriksaan Hernia InguinalisPalpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik.Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri.Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman.Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.Transluminasi Massa SkrotumJika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel.5.5 Komplikasi

Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isihernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia strangulata. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut.

Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basah. Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan vaskularisasi dan akan terjadilah ganggern. Hernia strangulata adalah keadaan emergensi yang perlu tindakan operatif secepatnya.5.6 Penatalaksanaan1. KonservatifPengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.2. OperatifPengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.a. HerniotomiPada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

b. HernioplastiPada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.1.5 PencegahanKelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen: Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan, konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang sesuai. Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat, biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan bertumpu pada pinggang. Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan hernia inguinalis.BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Diagnosis Holistik :

Tn.D 47 tahun, dengan Hernia Scrotalis Dextra dengan hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari istri dan anak pasien yang sangat memperhatikan kesehatan pasien. 1. Segi BiologisHernia Scrotalis Dextra2. Segi Psikologis

Penderita tinggal bersama suami dan seorang anaknya di rumah. Tn.D adalah seorang suami yang bekerja sebagai sopir dan kuli mebel. Hubungan Tn.D dan keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun Tn.D kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu bertemu setiap hari saat sore atau malam hari. Hal ini terbukti pada saat pasien dirawat di IGD, baik istri dan anak pasien menemani pasien. 3. Segi Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Status ekonomi mencukupi kebutuhan b. Penyakit Tn.D mengganggu aktifitas sehari-hari.

c.Kondisi lingkungan dan rumah yang cukup memenuhi standar kesehatan.

d. Cukup berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

6.2 SARAN

Memberikan pengertian kepada keluarga pasien mengenai pentingnya berobat secara teratur untuk mencegah penyakit Tn.D agar dapat ditangani secepat mungkin penyakit yang diderita, serta edukasi kepada keluarga perilaku hidup bersih sehat. DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp. 519-372. Mulyana S. Hernia inguinalis. http://medlinux.blogspot.com . Diakses tanggal 21 September 20073. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-84. Ompusunggu M dr.SpB, Agus D dr.SpB. Pedoman Diagnosa Terapi RSUD AW Syahrani Ed.V. SMF Penyakit Bedah.20015. Grace A Pierce and Neil R Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi ke-tiga. EMS: JakartaTabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

Ny. R

Tn. D

An.A

Ny. R

Tn. D, 47th

An. A, 3 th

Lingkungan:

Keluarga cukup memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan pasien

Pengetahuan :

Keluarga kurang mengetahui penyakit pasien

Pelayanan Kesehatan:

Jika sakit Tn.D merasa parah dan mengkhawatirkan saja berobat ke praktek dokter swasta

Sikap:

Komunikasi baik.Keluarga cukup memperhatikan penyakit pasien

Keluarga Tn.D

Tindakan:

Keluarga mengantarkan Tn.D untuk periksa ke dokter

Keturunan :

Tidak ada factor keturunan

Kamar tidur

6,5 m

B

9 m

Bagian Depan

R tamu

Dapur

Halaman teras

R. Makan

Kmr Mandi

Ruang Makan

Tingkat pengetahuan keluarga Tn.D tentang kesehatan kurang

Tn.D 47 th

Hernia Scrotalis Dextra

Tingkat pengetahuan keluarga Tn.D tentang kesehatan kurang

23