Upload
bella-tika-sari
View
50
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer. Nama lain penyakit ini dampa, cacar ular.1-6
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis.
Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara
aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster.1-6
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun
daerah-daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita
sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.1-6
Sebelum timbul gejala kulit terdapat, gejala prodromal baik sistemik
(demam, pusing, malaise), maupun gejala prodromal local (nyeri otot-tulang,
gatal, pegal dan sebagainya). setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat
menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan
edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna
abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta.1-6
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah
unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan.1-6
Pengobatan herpes zoster diantaranya adalah terapi sistemik, yaitu dengan
pemberian antiviral yaitu asyklovir dengan dosis 5x800 mg sehari dan biasanya
2
diberikan selama 7 hari, atau valasiklovir 3x1000 mg sehari. Untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotic. Sedangkan
pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar
tidak terjadi infeksi sekunder. bila erosive diberikan kompres terbuka. Kalau
terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotic. 1-6
Berikut dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis herpes zoster pada
seorang perempuan berumur 53 tahun yang berobat ke poli klinik kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUD Raden Mattaher Jambi.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 november 2013.
Seorang perempuan, berusia 53 tahun, bekerja sebagai PNS, datang ke
poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Raden Mattaher Jambi, dengan
keluhan utama muncul gelembung-gelembung kecil berisi cairan di punggung
sebelah kanan yang terasa sakit sejak satu hari yang lalu.
Sejak satu minggu yang lalu os merasakan pegal-pegal di seluruh
tubuhnya. Os juga mengeluh demam tinggi namun hilang timbul, menggigil (-),
berkeringat(-), nyeri kepala (+), badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang..
Satu hari sebelum berobat os meraba adanya gelembung-gelembung kecil
berisi cairan di punggung bagian kanan. Gelembung awalnya dirasakan
bergerombol di satu tempat namun beberapa jam sesudahnya menjalar tidak jauh
lokasinya dari gelembung pertama yang semakin banyak, gelembung-gelembung
tersebut terasa sakit berdenyut dan seperti ditusuk-tusuk, namun tidak gatal. Os
belum pernah berobat sebelumnya.
Os tinggal di rumah dengan suami dan kedua anaknya. Tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan os.
Riwayat menderita cacar air (+) sewaktu kecil. Riwayat sakit maag (-)
Pada pemeriksaan dijumpai keadaan umum baik, tampak sakit ringan,
kesadaran composmentis, tekanan darah dalam batas normal, nadi dalam batas
normal, respirasi dalam batas normal, dan suhu dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik: Kepala: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokhor. Tidak terdapat pembesaran KGB pada leher. Pada thorak
didapatkan bunyi jantung normal, murmur dan gallop tidak ditemukan, suara
4
dasar pernafasan vesikuler normal, ronkhi dan wheezing tidak ditemukan. Pada
abdomen datar, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal. Ektremitas
superior dan inferior akral hangat dan tidak terdapat edema.
Pada pemeriksaan dermatologi:
I. Pada regio lumbalis dextra distribusi unilateral pada dermatom T10,
ditemukan:
1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar kulit yang eritem dan edema
ukuran milier sampai lentikuler, susunan herpetiformis
2. Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan herpetiformis.
II. Pada regio pectoris lateralis dextra pada dermatom T6 ditemukan:
1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar kulit yang eritem dan edema
ukuran milier susunan herpetiformis.
2. Ruam primer berupa papul eritem dengan ukuran milier susunan
herpetiformis
III. Pada regio umbilikalis dextra pada dermatom T 11, ditemukan:
1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar kulit yang eritem dan edema
ukuran milier susunan herpetiformis.
2. Ruam primer berupa papul eritem multiple dengan ukuran milier susunan
herpetiformis
1. 4
23
Keterangan:vesikel miliarvesikel lentikulerpapul eritemruam primer terdapat vesikel dengan dasar eritem dan edema ukuran miliar hingga lentikuler susunan herpetiformis. Dan papul eritem ukuran miliar susunan herpetiformis.
5
Gambar 1. Lesi di regio lumbalis dextra
Gambar 2. Lesi di regio pectoralis lateralis dextra
dan umbilicalis dextra
Gambar 3. Lesi regio lumbalis dextra
6
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan karena keterbatasan
waktu pemeriksaan dan sarana kurang memadai. Dari ananmnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan dermatologis differensial diagnosis kelainan kulit ini
adalah Herpes zoster, dermatitis venenata, impetigo bulosa, dermatitis kontak
iritan. Diagnosa kerja yaitu herpes zoster.
Pengobatan pada pasien ini bertujuan untuk mengatasi infeksi virus akut,
mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster, dan mencegah
timbulnya neuralgia pasca herpetic.
Pengobatan non medikamentosa, diantaranya:
dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada orang
lain yang defisiensi imun.
jangan memakai handuk bersama-sama dengan keluarga.
usahakan agar bintil tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju
yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.
Lesi boleh dibersihkan dengan air, tapi jangan digosok agar bintil tidak
pecah.
Istirahat dan konsumsi makanan yang bergizi.
kontrol ke poliklinik.
Pengobatan medikamentosa, diantaranya:
Topikal
bedak salisil 1% ditaburkan di tempat lesi dengan tujuan protektif untuk
mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
Sistemik
Antiviral: Acyclovir 5x800 mg (7-10 hari)
Analgetik: Asam mefenamat 3x500 mg
Glukokortikoid: metilprednisolon 24 mg, tappering tiap minggu
Vitamin B1, B6, B12.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosa pada pasien ini ditegakkan melalui anamnesa dan gejala klinis
yang khas. Dimana seorang perempuan usia 53 tahun datang dengan keluhan
timbul gelembung kecil berisi cairan yang berkelompok di punggung sebelah
kanan sejak satu hari yang lalu yang terasa sakit berdenyut dan seperti ditusuk-
tusuk. Gelembung kecil semakin banyak dan menjalar di daerah sekitarnya Sejak
seminggu yang lalu os mengeluh pegal-pegal di seluruh tubuh dan adanya demam
tinggi namun hilang timbul, menggigil (-), berkeringat(-), nyeri kepala (+), badan
terasa lemas dan nafsu makan berkurang.. Riwayat menderita cacar air
(+),sewaktu os masih kecil, riwayat sakit maag (-). Tidak ada anggota keluarga os
atau orang yang serumah dengan os ataupun teman sekantor os yang menderita
sakit yang sama.
Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita sebelumnya 7 hari yang lalu
pasien mengeluh demam tinggi, demam dirasakan hilang timbul, menggigil (-),
berkeringat (-), nyeri kepala (+), badan terasa lemas dan nafsu makan berkurang.
Selain itu pasien juga mengeluh seluruh badan pegal – pegal. Hal ini
menunjukkan pasien sebelumnya mengalami gejala prodromal yang merupakan
gejala khas dari infeksi virus herpes, gejala prodromal berupa gejala sistemik
maupun lokal, gejala sistemik berupa demam, pusing dan malaise, sedangkan
gejala lokal berupa nyeri otot-tulang, gatal, pegal dan sebagainya.1-6 Riwayat
menderita varisela (+) sewaktu kecil dan riwayat keluarga atau teman kerja yang
menderita penyakit yang sama disangkal. Hal ini sesuai dengan penyebab herpes
zoster yaitu merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat
varisela sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan teori, dimana pada herpes zoster1-6:
1. terdapat pada semua golongan usia tetapi lebih dari 66% mengenai usia
lebih ari 50 tahun.
2. Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
3. Adanya gejala prodromal sistemik seperti demam, pusing, malaise.
9
4. Adanya gejala prodromal local seperti nyeri otot tulang, gatal, pegal dan
sebagainya.
5. Adanya nyeri yang dapat menetap atau bersifat hilang timbul dan
biasanya diikuti oleh adanya nyeri tekan pada dermatm yang terkena.
6. Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Menurut
dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%), cranial (20%),
Lumbal (15%), dan sacral (5%)
7. Lesi primer pada pasien herpes zoster dengan timbul eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritematosa.
Berdasarkan data tersebut, maka mengarah ke herpes zoster. Kemudian dilakukan
pengkajian lebih lanjut berdasarkan status dermatologis.
Di dalam teori, tempat predileksi, yaitu daerah yang paling sering terkena
adalah daerah torakal. Menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal
(55%), cranial (20%), lumbal (15%), dan sacral (5%). Efloresensinya, kelainan
kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula
dan vesikel yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula.
Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula
bercampur darah. Jika absorbs terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.1-6
10
Gambar 4. Skema dermatom saraf.5
Berdasarkan kasus, pada regio lumbalis dextra distribusi unilateral pada
dermatom T10, ditemukan: 1. Ruam primer berupa vesikel dengan dasar yang
eritem dan edema ukuran milier sampai lentikuler, susunan herpetiformis.
2.Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan herpetiformis.
Pada regio pectoris lateralis dextra pada dermatom T6 ditemukan:1. Ruam
primer berupa vesikel dengan dasar eritem dan edema ukuran milier, susunan
herpetiformis. 2.Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan
herpetiformis.
11
Pada regio umbilikalis dextra pada dermatom T 11, ditemukan: 1. Ruam primer
berupa vesikel dengan dasar eritem dan edema ukuran milier, susunan
herpetiformis.2. Ruam primer berupa papul eritem ukuran milier susunan
herpetiformis.
Pada status dermatologis di atas sesuai dengan teori yang ada, bahkan
telah mengarah kepada herpes zoster sehingga diagnosis pada pasien ini menjadi
lebih kuat.
Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan penunjang tetapi menurut
teori untuk membantu menegakkan diagnosis secara tepat, dapat dilakukan
pemeriksaan, antara lain:5-6
Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus.
Immunofluororescet: mengidentifikasi varicella di sel kulit.
Pemeriksaan histopatologik.
Pemeriksaan mikroskop electron
Kultur virus.
Pada kasus, didiagnosis banding dengan dermatitis venenata, impetigo bulosa,
dermatitis kontak iritan
a. Dermatitis venenata
Dematitis yang disebabkan oleh gigitan, liur atau bulu serangga.
penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan serangga
tersebut.m Paling sering terjadi, di antaranya pada tangan, lengan, wajah
dan leher. Awalnya terlihat eritema lalu sudah menjadi vesikel atau
bahkan nekrosis. Dari anamnesisnya dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan, umur, ras dan jenis kelamin. Reaksi pertama rasa
12
gatal, terbakar dan eritema, edema, papula, vesikel serta perembesan atau
secret. Tanda awalnya muncul dalam beberapa jam setelah paparan.1-6
b. Impetigo bulosa
Suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superficial dan menular
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tempat predileksinya di muka
sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan
daerah yang tidak tertutup pakaian. Efloresensinya, tampak vesikel dan
bula dengan dinding tebal dan tipis, miliar hingga lentikuler, kulit di
sekitarnya tidak menunjukkan peradangan, terkadang tampak hipopion.
Pada anamnesis biasanya terjadi pada semua umur terutama bayi dan
anak-anak. Pria dan wanita sama. Lebih banyak terjadi pada tropis dengan
udara panas, musim panas dengan debu, hygiene yang jelek dan
malnutrisi.1-6
c. Dermatitis kontak iritan
Peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan dari
luar yang bersifat iritan misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Tempat predileksinya kulit
wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap
dermatitis kontak iritan. Efloresensinya tampak eritema, vesikel, atau
bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas
tegas. Kulit yang lebih bersifat monomorf. Pada anamnesis, dapat diderita
oleh semua orang dari berbagai golongan, umur, ras, dan jenis kelamin.
Adanya riwayat atopi diketahui sebagai factor predisposisi. Kulit terasa
pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema edema,
bula dan mungkin juga nekrosis, terasa gatal.1-6
13
Berdasarkan diagnosis banding, maka pada pasien ini menunjukkan herpes
zoster.
Pengobatan herpes zoster pada kasus ini bertujuan untuk mengatasi
infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes
zoster, dan mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetic.5-8
Pengobatanya terdiri dari non medikamentosa dan medikamentosa. Pengobatan
medikamentosa sistemik diberikan antiviral acyclovir 5x800 mg selama 7-10
hari. Pemberian antiviral acylclovir ini sangat bermakna jika diberikan ≤ 72 jam
(stadium vesikulasi aktif) karena dapat mempercepat penyembuhan lesi pada
kulit, mengurangi durasi nyeri akut, dan dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya neuralgia postherpetik. Mekanisme kerjanya menghambat enzim DNA
polymerase virus, asiklovir segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh
enzim timidin kinase virus, kemudian diubah lagi menjadi asiklo-guanosin trifosfat
(asiklo-GTP), asiklo-GTP bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan
terhentinya aktifitas enzim DNA polymerase.8 Untuk keluhan nyeri pasien diberikan
asam mefenamat 3x500mg mg tablet yang merupakan analgetik golongan NSAID.
Namun perlu diingat bahwa pemberian asam mefenamat dapat menyebabkan keluhan
iritasi pada mukosa lambung sehingga sebaiknya obat diminum sesaat setelah makan
dan pemakaiannya dibatasi hanya apabila pasien mengeluhkan nyeri. Pada pasien ini
diberikan Glukokortikoid oral berupa metilprednisolon tablet 4-2-0. Hal ini diberikan
dengan tujuan dapat mengurangi risiko untuk terjadinya neuralgia postherpetik, dimana
dalam literature disebutkan diberikan prednson 30 mg, sehingga jika dikonversikan
menjadi metilprednisolon diperlukan 24 mg (6tablet). Dari literatur lain disebutkan
bahwa pemberian kortikosteroid ini juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
akutyang timbul pada herpes zoster. Pemberian metilprednisolon ini harus di tapering
tiap minggu. Pada pasien ini diberikan vitamin B1, B6, dan B12. Hal ini dikarenakan
vitamin tersebutbersifat neurotropik, sehingga diharapkan dengan pemberian vitamin
tersebut dapat mencegah kerusakan saraf lebih lanjut atau dapat membantu perbaikan
pada saraf yang rusak. Untuk pengobatan topical dapat diberikan bedak salisil 1%
ditaburkan di tempat lesi dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar
tidak terjadi infeksi sekunder.5-8
14
Untuk non medikamentosa, pasien disarankan untuk beristirahat di rumah, makan
makanan bergizi dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada
orang lain yang defisiensi imun, tidak memakai handuk bersama-sama dengan
keluarga. usahakan agar bintil tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai
baju yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.Lesi
boleh dibersihkan dengan air, tapi jangan digosok agar bintil tidak pecah.
Prognosis pada penyakit ini adalah baik bagi pasien dengan kepatuhan dalam
penggunaan obat1-6.
15
BAB IV
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus herpes zoster, dimana diagnosa ditegakkan dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan gejala klinis yang khas. Terjadinya
herpes zoster pada pasien ini diduga karena reaktivasi virus varisela-zoster yang
terjadi setelah penderita mendapat varisela1-6. Pengobatan yang diberikan berupa
antiviral oral, analgetik oral, glukokortikoid oral, Vitamin B1, B6, dan B12 dan
pengobatan topikal. Pengobatan yang diberikan yakni non medikamentosa dan
medikamentosa. Prognosis pada kasus ini adalah baik1-6.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko, Ronny P. Dalam: Djuanda, A. dkk, editor. Ilmu Penyakit Kulit
Dan Kelamin. Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia;
2007.
2. Siregar, R,S. Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC, 2002.
3. Graham, Robin. Lecture Note Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta :
EMS. 2007. Hal. 29-30
4. Darwin T. Pembagian dermatom pada tubuh (online). 13 okt 2010
(diakses 15 November 2013). Diunduh dari : URL
:http://en.wikipedia.org/wiki/dermatome(anatomi).
5. Lubis. D.R. Varicela dan Herpes zoster. Departemen Ilmu Kesehahan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran USU. 2008
6. Gnann. J.W, Whitley, J.W. Clinical Practice Herpes Zoster, New England
Journal of medicine: 2001
7. Gan Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta :
FK UI. 2007. Hal 642
8. Theodorus. Penuntun praktis peresepan obat. Jakarta. EGC. 2005