32
Tugas MKPBM 1. Metode ilmiah/proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Contoh : Judul : “ Proses Pertumbuhan Tanaman “ I. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah tanaman pada saat perkecambahan memerlukan cahaya matahari untuk pertumbuhannya? 2. Apakah pada saat perkecambahan tanaman tersebut tidak mendapatkan cahaya matahari ia akan mati? I. HIPOTESIS Pada saat perkecambahan tanaman memerlukan cahaya matahari untuk kelangsungan pertumbuhannya dan jika tanaman tersebut tidak mendapat cahaya matahari maka tanaman tersebut akan mati. III. PERCOBAAN a. Alat dan Bahan : 2 buah gelas Aqua yang telah diisi dengan kompos 2 butir kacang hijau ( kacang padi ) Rol

hervina MKPBM.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hervina MKPBM.doc

Tugas MKPBM

1. Metode ilmiah/proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk

memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.

Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam

usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat

berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika

suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi

suatu teori ilmiah.

 Contoh :

Judul : “ Proses Pertumbuhan Tanaman “

I. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah tanaman pada saat perkecambahan memerlukan cahaya matahari untuk pertumbuhannya?

2. Apakah pada saat perkecambahan tanaman tersebut tidak mendapatkan cahaya matahari ia akan mati?

I.   HIPOTESIS

Pada saat perkecambahan tanaman memerlukan cahaya matahari untuk kelangsungan pertumbuhannya dan jika tanaman tersebut tidak mendapat cahaya matahari maka tanaman tersebut akan mati.

III.   PERCOBAAN

a. Alat dan Bahan :

2 buah gelas Aqua yang telah diisi dengan kompos2 butir kacang hijau ( kacang padi )RolKardusAir

b. Langkah – langkah :

1.      Tanam dua butir kacang hijau ( kacang padi ) di dalam dua buah gelas aqua yang telah diisi dengan kompos yang telah disediakan.

Page 2: hervina MKPBM.doc

2.      Siram dengan air dan biarkan hingga kacang itu mulai tumbuh ( menjadi kecambah).

3.      Setelah kacang itu mulai tumbuh ( menjadi kecambah ), tutup salah satu kecambah tersebut dengan kardus yang telah disediakan agar kecambah tersebut tidak terkena cahaya matahari.

4.      Biarkan kecambah itu tumbuh hingga lima hari dan tetap siram dengan air.

5.      Catat hasil pengamatan.

IV.   Hasil Pengamatan :

Tabel Hasil Percobaan Pengaruh Cahaya Matahari terhadap

Pertumbuhan Tanaman Pada Saat Perkecambahan

No. HariTinggi Kecambah

terkena cahaya matahari Tdk terkena cahaya matahari

1. Pertama 2 cm 5 cm

2. Ketiga 5 cm 11 cm

3. Kelima 8 cm 21 cm

Dari percobaan di atas dapat kita ketahui bahwa pertumbuhan tinggi kecambah yang tidak terkena cahaya matahari lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi kecambah yang terkena cahaya matahari.

Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa tanaman pada saat perkecambahan tidak akan mati jika tidak mendapatkan cahaya matahari, tetapi ia akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kecambah yang terkena cahaya matahari.

V.               KESIMPULAN

Mengingat betapa pentingnya cahaya matahari bagi tanaman, penulis ingin mengetahui apakah cahaya matahari juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman pada saat perkecambahan. Maka, penulis mengadakan sebuah penelitian Pengaruh Cahaya Matahari terhadap Pertumbuhan Tanaman Pada Saat Perkecambahan dengan menggunakan tumbuhan toge sebagai objek penelitiannya. Dari data – data yang diperoleh pada saat penelitian dapat disimpulkan bahwa : Pada saat perkecambahan, jika tanaman tidak mendapatkan cahaya matahari ia tidak akan layu ataupun mati. Pada saat perkecambahan, tanaman yang tidak mendapatkan cahaya matahari akan tumbuh tinggi lebih cepat sedangkan yang terkena cahaya matahari akan mengalami pertumbuhan tinggi yang lambat. Cahaya matahari akan menghambat pertumbuhan tanaman pada saat perkecambahan. Pada saat perkecambahan tanaman tidak memerlukan cahaya matahari untuk pertumbuhannya.

Page 3: hervina MKPBM.doc

2. Karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi

yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan

oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika

keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian,

makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, yang pada dasarnya

kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

Contoh :

“ KOMPONEN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ”

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Komponen Dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah semester VI Program S-1 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen. Penulisan makalah ini dapat dilaksanakan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Wahyudi, M.Pd selaku Sekretaris Program S1 PGSD Kampus VI Kebumen;

2. Bapak Drs. Suhartono, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah;

3. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah ini.

Kebumen, 25 Maret 2011

Penulis,

Page 4: hervina MKPBM.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Dewasa ini globalisasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai lingkungan termasuk lingkungan pendidikan. Salah satu contoh perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah Manajem Berbasis Sekolah. Pemerintah telah melakukan sosialisasi ditingkat sekolah dasar pada khususnya tentang pengaruh dan kegunaan Manajemen Berbasis Sekolah terhadap peningkatan mutu dan kualitas sekolah menuju kearah yang lebih baik, akan tetapi hal tersebut seolah tidak mendapat respon yang positif dari pihak sekolah. Terbukti dengan masih banyaknya angka partisipasi pendidikan nasional yang kurang baik dan kualitas pendidikan tetap menurun. Diharapkan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sesuai dengan anjuran yang diberikan sehingga Manajemen Berbasis Sekolah dapat berhasil mengangkat kondisi dan memecahkan masalah pendidikan yang ada. Hal tersebut diharapkan akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, sekolah memiliki wewenang yang besar dalam mengelola kebijakannya. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola sekolah sangatlah penting, selain peran guru, siswa, maupun peran serta masyarakat tentunya. Dalam pengeolaan sekolah diperlukan suatu kemampuan manajerial. Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah, Nurkholis (2003: 120) menyatakan bahwa: “Sebagai manajer, kepala sekolah harus memerankan fungsi manajerial dengan melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengoordinasikan.”

Dari hal tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangatlah vital dalam pengelolaan sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya sebuah sekolah apabila kepala sekolah tidak memiliki kemampuan manajemen ( sebagai manajer ) maka yang terjadi adalah kesemrawutan pengelolaan, baik itu pengelolaan kurikulum, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan hubungan kemasyarakatan, serta pengelolaan layanan khusus. Akan tetapi, pengelolaan tersebut tidak semata-mata tugas dari kepala sekolah saja. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara komponen sekolah itu sendiri. Baik dari guru, siswa, orang tua siswa, maupun komite sekolah. Apabila kerjasama terjalin dengan baik, maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan lebih mudah tercapai.

Page 5: hervina MKPBM.doc

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa

rumusan masalah dalam kaitannya dengan komponen Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu sebagai berikut:

A. Apakah pengertian dari komponen dan Manajemen Berbasis Sekolah?B. Bagaimanakah Manajemen Kurikulum?C. Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran atau Pengajaran?D. Bagaimanakah Manajemen Ketenagaan?E. Bagaimanakah Manajemen Kesiswaan?F. Bagaimanakah Manajemen Keuangan dan Pembiayaan?G. Bagaimanakah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan?H. Bagaimanakah Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat?I. Bagaimanakah Manajemen Layanan Khusus?

Bab I

PEMBAHASANA. KOMPONEN DAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Komponen adalah bagian yang merupakan seutuh ( W.J.S. Poerwodaminto, 1984: ). Secara umum, komponen merupakan bagian dari sebuah sistem utuh.

Mengenai pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Nurkholis (2003: ) menyatakan bahwa:

Manajemen Berbasis Sekolah adalah model pengelolaan sekolah berdasarkan kekhasan, kebolehan, kemampuan, dan kebutuhan sekolah,yang dilakukan secara partisipatif, transparan, akuntabel, berwawasan kedepan, tegas dalam penegakan hukum, adil, prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholder, pasti dalam jaminan mutu, professional, efisien dan efektif dalam rangka peningkatan mutu.

Sedangkan menurut Mulyasa (2009: ) menyatakan bahwa: “MBS adalah salah satu wujud dari reformasi pendidikan, yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik.”

Tidak terlalu berbeda dengan pendapat di atas, Rohiat (2008: ) juga menyatakan bahwa:

MBS adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi, memberikan fleksibilitas atau keluwesan pada sekolah, mendorong partisipasi sekolah secara langsung dari warga sekolah dan masyarakat dan guna meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta perundang-undangan yang berlaku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita pahami bahwa komponen merupakan bagian dari sebuah keutuhan. Dalam hal ini keutuhan yang dimaksud adalah MBS. Jadi komponen dalam MBS memiliki makna bagian-bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah. Bagian-bagian tersebut antara lain: Manajemen Kurikulum, Manjemen Keuangan, dan sebagainya.

Page 6: hervina MKPBM.doc

B. MANAJEMEN KURIKULUMKurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurikulum SDN 3 Tamanwinangun, 2010: 5). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasioanal ( sekarang Kementerian Pendidikan Nasional-red ) pada tingkat pusat. Karena itu sekolah merealisasikan dan menyesuaiakan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

Menurut Nurkholis (2003: 45) menyatakan bahwa: “Sekolah dapat mengembangkan, namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal.”

Pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakkannya Kurikulum 1984, khususnya di sekolah dasar (Mulyasa, 2009: 40). Pada kurikulum tersebut muatan lokal disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai. Dalam kurikulum 1994, muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi.

Jadi intinya adalah dalam pengelolaan kurikulum yang bersifat nasional, sekolah tidak berhak mengurangi isinya. Yang boleh dikembangkan adalah muatan lokal yang disesuaiakan sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah masing-masing.

C. MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN ATAU PENGAJARAN Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran serta melaksanakan

pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program sekolah, manajer hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus menghubungkan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.

Dalam kepentingan kepala sekolah sebagai manajer, ia harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di sekolah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, ada empat langkah yang harus dilakukan. Menurut Mulyasa (2009: 41) , empat langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan kebudayaan dan kebutuhan murid, meningkatkan perencanaan program, memilih dan melaksanakan program, serta menilai perubahan program.

Sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif (Nurkholis, 2003: 45). Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka dalam proses pembelajaran atau pengajaran ada baiknya bersifat terpusat pada siswa.

Mengenai pembelajaran bersifat pada siswa, Rohiat (2008: 65) menyatakan bahwa:

Page 7: hervina MKPBM.doc

Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menekankan pada keaktifan belajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena iitu, cara-cara belajar siswa aktif seperti active learning, cooperative learning, dan quantum learning perlu diterapkan.

Berikut beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan program pengajaran:

1. Tujuan yang hendak dicapai harus jelas;2. Bersifat sederhana dan fleksibel;3. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan;4. Bersifat menyeluruh dan harus jelas pencapainnya;5. Ada koordinasi antarkomponen pelaksana program.

Dari beberapa prinsip di atas, apabila dapat dilaksanakan semua maka tujuan yang diharapkan akan lebih mudah tercapai. Selain itu, dalam pengelolaan sekolah harus ada pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan, program-program pembelajaran. Dengan tujuan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan teratur.

D. MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKANKetenagaan dalam sekolah identik dengan posisi guru sebagai pendidik maupun

tenaga kependidikan. Adanya pembagian tugas yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan yang lainnya akan menunjang kelancaran dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 42) manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai.

Mengenai pengelolaan ketenagaan, Nurkholis (2003: 46) menyatakan bahwa:

Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, penghargaan dan sanksi, hubungan kerja hingga evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah dapat dilakukan oleh sekolah kecuali guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya.

Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk mengerjakan instrumen pengelolaan tenaga kependidikan, seperti daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.

E. MANAJEMEN KESISWAANMengenai Manajemen Kesiswaan, Mulyasa (2009: 46-47) menyatakan bahwa:

Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik (siswa), mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

Page 8: hervina MKPBM.doc

Tujuan dari manajemen kesiswaan yaitu untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

Tanggung jawab kepala sekolah menurut Sutisna (1985) dalam Mulyasa (2009: 46) sebagai berikut:

1. Kehadiran murid di sekolah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan itu;2. Penerimaan, orientasi, klarifikasi, dan penunjukkan murid kelas dan program studi;3. Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar;4. Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan, seperti : pengajaran,

perbaikan, dan pengajaran luar biasa;5. Pengendalian dan disiplin murid;6. Program bimbingan dan penyuluhan;7. Program kesehatan dan keamanan;8. Penyesuaian pribadi, sosial, dan emosional.

Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 67) menyatakan bahwa: “Yang diperlukan dalam manajemen kesiswaan adalah intensitas dan ekstensinya.”

Yang perlu diperhatikan dalam manajemen kesiswaan adalah bahwa sekolah tidak hanya mengembangkan pengetahuan anak saja, akan tetapi juga harus mengembangkan sikap kepribadian, aspek sosial emosional, disamping keterampilan-keterampilan yang lain. Sehingga akan tercipta peserta didik yang cerdas intelejen, emosional, maupun spiritualnya.

F. MANAJEMEN KEUANGANKeuangan merupakan salah satu sumber dari sekolah yang secara langsung

menunjang kelangsungan dari sekolah tersebut dalam efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam MB, hal tersebut akan jauh lebih terasa, karena menuntut sekolah untuk merencanakan, mengelola, mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan penggunaan keuangan secara transparan.

Sekolah diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan, sehingga sumber keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah (Nurkholis, 2003: 46). Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya sehingga desentralisasi uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah (Rohiat, 2009: 66)

Mulyasa (2009: 48) menyatakan bahwa: “Sumber keuangan dan pembiayan sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) pemerintah, (2) orang tua atau peserta didik, (3) masyarakat.”

Dalam pengelolaan keuangan di sekolah, diperlukan rasa tanggungjawab yang besar dari semua komponen sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan sesuai sasaran. Dengan penggunaan yang tepat, maka semua kebutuhan sekolah dalam hal peningkatan pembelajaran, baik teknis ataupun non-teknis akan tercukupi sehingga sekolah dapat berjalan dengan lancar, teratur dan bertanggungjawab.

G. MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA ( FASILITAS )Mengenai sarana dan prasarana pendidikan, Mulyasa (2009: 49) menyatakan bahwa:

Page 9: hervina MKPBM.doc

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

Manejemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.

Nurkholis (2003: 46) dan Rohiat (2008: 66) sepakat bahwa pengelolaan fasilitas seharusnya dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan hingga pengembannya.

Melihat alasan dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam MBS, sekolah yang benar-benar mengetahui kondisi dan kebutuhan fasilitas untuk pengembangan sekolahnya masing-masing.

H. MANAJEMEN HUBUNGAN MASYARAKATHubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu sarana yang

sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 50) tujuan dari hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:

1) Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak;2) Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan

masyarakat;3) Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.

Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan ke masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house, kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah siswa (home visit), penjelasan oleh staf sekolah, siswa itu sendiri, radio serta laporan tahunan.

Esensi dari hubungan ini adalah meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial yang dari dulu telah didesentralisasikan {Nurkholis (2003: 46-47) dan Rohiat (2008: 67)}

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kelangsungan sebuah sekolah tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat. Maka, seyogyanya jalinan atau hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat harus dijunjung tingggi. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, pun demikian dengan masyarakat yang harus merasa memiliki sekolah. Keduanya saling membutuhkan demi tercapainya tujuan pendidikan Indonesia.

I. MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS

Page 10: hervina MKPBM.doc

Menurut Mulyasa (2009: 52) manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.

1) Manajemen perpustakaanPerpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik akan menunjang perkembangan peserta didik dalam hal perkembangan pengetahuan . Disamping itu juga memungkinkan bagi guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual.

2) Manajemen KesehatanSekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan pengetahuan saja, tetapi juga harus meningkatkan jasmani dan rohani siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut, maka di sekolah diadakan UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah ) dan pendirian tempat ibadah.

3) Manajemen KeamananDengan tujuan memberikan rasa tenang dan nyaman dalam mengikuti proses belajar dan mengajar bagi komponen sekolah.

Bab III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa komponen MBS yang telah diuraikan di atas, sebenarnya ada benang merah dari pelaksanaan MBS, yaitu bahwa sekolah mempunyai kewenangan dalam mengelola sekolahnya. Alasan yang menguatkan hal tersebut karena sekolah dianggap lebih memahami dan mengetahui kondisi yang ada di sekolah, baik mengenai program pembelajaran, ketenagaan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan dengan masyarakat serta layanan khusus. Akan tetapi kewenangan tersebut tidak dalam arti semuanya merupakan kewenangan sekolah. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya dalam hal kurikulum. Sekolah hanya berwenang menjabarkan kurikulum nasional dan mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan karakteristik daearahnya masing-masing.

Jadi konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagaimana telah diuraikan di atas, esensinya adalah kewenangan yang besar pada sekolah dengan tuntutan kemampuan manajerial dari kepala sekolah dengan dukungan dari guru, peserta didik, masyarakat, serta pemerintah.

B. Saran

Page 11: hervina MKPBM.doc

1. Komponen-komponen MBS seperti diuraikan di atas akan berjalan dengan baik apabila kemampuan manajerial kepala sekolah baik dengan didukung oleh semua komponen sekolah yang ada;

2. Sebaiknya semua komponen dalam sekolah memahami tugas dan kewajibannya masing-masing sehingga akan tercipta kondisi yang baik demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.

Tim Pengembang Kurikulum. 2010. Kurikulum SD Negeri 3 Tamanwinangun.

3. Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung

menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu

menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian ilmiah

sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis

yang digunakan untuk melakukan penelitian.

Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-

gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena

hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali

mengalami retroduksi.

Contoh :

”MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN KIMIA ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP, TUGAS BERUMPAN BALIK, DAN MUSIK MOZART”

ABSTRAK

Page 12: hervina MKPBM.doc

Sampai saat ini materi kuliah Kimia Organik dianggap sulit oleh para mahasiswa. Dari jumlah peserta perkuliahan ini yang tidak lulus dari tahun ke tahun dapat disimpulkan bahwa mahasiswa menemui kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam materi Kimia Organik, terutama dalam memahami banyaknya senyawa, nama, dan reaksi yang mereka hadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut diduga dapat diatasi dengan pemberian tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang salah satu indikatornya adalah peningkatan hasil pembelajaran. Pokok-pokok bahasan dalam Kimia Organik III adalah senyawa-senyawa karbonil tak jenuh , ; 12ocal1212o poliinti; 12ocal1212o heterosiklik; garam diazonium; stereokimia; karbohidrat; asam-asam amino dan protein; lipida. Subjek penelitian adalah mahasiswa peserta perkuliahan Kimia Organik III pada semester gasal Tahun Akademik 2001/2002 di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang yang berjumlah 42 orang. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang menggunakan 2 (dua) siklus yang mengacu kepada rancangan penelitian tindakan kelas McTaggart (1993). Stimulasi struktur kognitif dalam penelitian ini adalah pemberian tugas membuat peta konsep, penguatan positif, dan pemutaran 12ocal Mozart selama pembelajaran. Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kualitas peta konsep bentukan mahasiswa dan peningkatan rerata skor tes bagian sebanyak 9,79 dalam interval waktu siklus I dan II.

Bab I

Pendahuluan

a. Peta Konsep

Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.. Peta semacam ini mempunyai struktur berjenjang, yaitu dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus, dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Peta konsep dikembangkan sebagai suatu strategi untuk mengakses struktur pengetahuan pebelajar, dan akhir-akhir ini juga dipakai sebagai alat untuk mengakses perubahan dalam pemahaman pebelajar tentang sains (Novak dan Horton et al dalam Dorough dan Rye, 1997). Strategi Peta Konsep termasuk dalam pembelajaran konstruktivistik (Carin, 1993).

Proses penyusunan peta konsep merupakan strategi belajar yang baik sekali sebab memaksa pebelajar untuk secara aktif memikirkan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep atau 12ocal12-faktor sains. Dengan perkataan lain, proses penyusunan peta konsep dapat menfasilitasi pemahaman pebelajar mengenai sains; temasuk di dalamnya Kimia Organik. Di samping merupakan strategi belajar, peta konsep dapat dipakai untuk tujuan-tujuan lain,

Page 13: hervina MKPBM.doc

misalnya untuk mengetahui pengetahuan terdahulu yang dimiliki pebelajar sebelum pembelajaran dimulai, juga dapat dipakai 13ocal13 awal (advance organizer). Bagi pebelajar, peta konsep dapat bermanfaat sebagai alat bantu belajar sebab dengan peta konsep mereka dapat menilai dirinya sendiri dengan kritis, dan penyusunannya dapat mendorong terjadinya pembelajaran kooperatif (Dorough and Rye, 1997).

Adapun sebagai rambu-rambu untuk menilai suatu peta konsep dapat dikemukakan parameter-parameter berikut.a. Banyaknya konsep yang relevan yang dikembangkan oleh pebelajar. b. Banyaknya proposisi yang benar. Parameter ini penting bila peta konsep hendak dipakai

sebagai alat asesmen dan pengajar harus meneliti setiap proposisi yang menunjukkan hubungan antarkonsep, apakah menunjukkan suatu miskonsepsi atau kesalahan biasa.

c. Banyaknya cabang. Parameter ini menunjukkan sejauh manakah pebelajar mengetahui diferensiasi konsep-konsep dalam arti memahami jenjang dari konsep-konsep.

d. Banyaknya hubungan silang antarkonsep, misalnya antara konsep kiral dan keaktifan 13ocal atau konsep pemurnian zat 13ocal1313 dengan kristalisasi, destilasi, dan sublimasi.

e. Banyaknya contoh konsep spesifik. Pebelajar dapat menambahkan contoh-contoh konsep khusus untuk menfasilitasi mengendapnya konsep-konsep di dalam pemahaman konseptual mereka.

b. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)Menurut Dworetzky (1988), penguatan positif adalah sesuatu, baik berupa ucapan, sikap,

maupun perlakuan, yang diberikan kepada individu agar tingkah laku yang menjadi sasaran perhatian menjadi lebih kuat. Sebaliknya, penguatan 13ocal1313o adalah sesuatu, baik berupa ucapan, sikap, maupun perlakuan, yang diberikan kepada individu agar tingkah laku yang menjadi sasaran perhatian menjadi lebih lemah atau bahkan hilang. Contoh yang paling umum untuk penguatan positif adalah pujian atau hadiah, sedangkan untuk penguatan 13ocal1313o adalah larangan atau hukuman.

Biehler (dalam Dembo, 1977) menunjukkan bahwa ada banyak cara bagi pengajar untuk 13ocal13 penguatan positif di dalam pembelajaran, misalnya mengembalikan hasil ulangan/ tes tepat waktu dan membahasnya, 13ocal13 tugas mengerjakan soal-soal secara teratur dan 13ocal13 penguatan positif untuk jawaban yang baik. Dalam hal ini, pengajar perlu secara terus menerus mengecek tugas-tugas yang diberikannya kepada pebelajar, dan berusaha 13ocal13 penguatan positif untuk hal-hal yang baik kepada pebelajar.

c. Musik Mozart di dalam Pembelajaran

Selain dapat mempengaruhi suasana hati, 13ocal ternyata terbukti dapat mempengaruhi manusia secara fisik, emosi, dan spiritual. Komposisi dari bunyi, nada, dan irama dari berbagai jenis 13ocal, misalnya 13ocal klasik, jazz, pop, dan Latin, serta gamelan, dapat mempertajam pikiran dan meningkatkan kreativitas. Efek yang mengherankan yang berlaku untuk segala usia ini disebut efek Mozart.

Campbell (2001) memperhatikan bukti pemanfaatan 13ocal untuk menangani berbagai masalah dan kecemasan hingga penyakit kanker, tekanan darah tinggi, nyeri kronis, bahkan penyakit mental. Di Amerika Serikat, murid-murid yang menyanyi atau memainkan alat 13ocal, skor Standard Achievement Test (S. A. T. )-nya 50 poin lebih tinggi daripada rata-rata skor nasional.

Page 14: hervina MKPBM.doc

Lozanov (dalam Campbell, 2001) mengadakan penelitian tentang penggunaan 14ocal untuk mempercepat proses belajar. Teknik yang disusunnya dikenal sebagai Sugestopedia. Temuannya antara lain adalah 14ocal yang terbaik untuk proses pembelajaran adalah 14ocal biola dan 14ocal1414or14-instrumen gesek lainnya yang kaya akan nada-nada harmonis tinggi dengan denyut pada enam puluh empat ketukan per menit.

Rauscher (dalam Campbell, 2001) menemukan dalam penelitiannya tentang pengaruh 14ocal terhadap kapasitas otak manusia. Di antara gubahan-gubahan 14ocal klasik, misalnya Bach, Handel, Hayden, dan Mozart, ternyata 14ocal Mozartlah yang paling berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia. Sejak itu, kaset atau disket 14ocal Mozart yang telah diseleksi untuk berbagai keperluan banyak ditemukan di pasaran. Sebagai contoh, The Mozart Effect – Music for Babies Volume I – From Time to Sleeping Time, Volume II – Music for Newborns, Volume III – Nighty Night Mozart; Music for The Mozart Effect Volume I: Strengthen the Mind, Music for Intelligence and Learning; Volume II – Heall The Body; Music for Rest and Relaxation; Volume III – Unlock The Creative Spirit; Music for Creativity and Imagination; Volume IV – Music for Stress Reduction, Volume V – Music for Study.

“Tune Your Brains with Mozart” yang dipakai dalam PTK ini tersusun atas: Side one: 1) The Marriage of Figaro Overture; 2) Horn Concerto No. 2 in E-flat Major, K.417; 3) Eine Kleine Nachtmusick in G – Major, K.525; 4) Symphony No. 40 in G – Minor, K.550; 5) Symphony No. 39 in E – flat Major, K.543; 6) Flute Quartet in D Major, K.285; 7) Symphony No. 41 in C Major, K.551; side two: 1) Symphony No. 35 in D Major, K.285; 2) Disertimento in D Major, K.251; 3) Sympony No. 35 in D Major, K.385; 4) String Quintet in D Major, K.593; 5) Posthorn Serenade in D Major, K.318; 6) Concerto in Piano and Orchestra No. 21 in C Major; 7) Symphony No. 35 in D Major, K.504.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Kimia Organik. Utamanya meningkatkan hasil pembelajaran/ prestasi belajar pada semester Gasal 2001/2002 dengan rumusan masalah sebagai berikut. “Apakah tindakan berupa pemberian tugas membuat peta konsep, soal-soal latihan yang disertai umpan balik, serta pemutaran 14ocal gubahan Mozart dapat meningkatkan hasil pembelajaran Kimia Organik”?

Bab II

Metoda Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) bersiklus 2 (dua). Subjek penelitian adalah mahasiswa peserta Kimia Organik di Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang pada semester Gasal 2001/2002 berjumlah 42 orang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Desember 2001.

Diagram alir untuk penelitian ini adalah seperti berikut.

Ide Awal :

Meningkatkan kualitas pembelajaran KIB 410

Analisis Situasi :Mahasiswa

mengalami kesulitan dalam mengikuti

perkuliahan KIB 410

Page 15: hervina MKPBM.doc

Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa pengaruh perlakuan yang digunakan memberikan sinergi terhadap hasil pembelajaran, dan bila hasil pembelajaran mencapai di atas atau minimal 55, maka tujuan penelitian telah tercapai. Adapun 15ocal1515or15 yang dipakai untuk menjaring data adalah peta konsep bentukan mahasiswa. Indikator keberhasilan dalam menyusun peta konsep adalah sesuai dengan rambu-rambu pembuatan peta konsep yaitu banyaknya konsep yang relevan yang dikembangkan, banyaknya proposisi yang benar, banyaknya cabang, banyaknya hubungan silang antarkonsep, dan banyaknya contoh spesifik yang dikemukakan. Hasil evaluasi pembuatan peta konsep dicatat dengan kualifikasi a = baik sekali, b = baik, c = cukup.

Untuk mengukur keberhasilan tindakan secara kuantitatif, dipakai 15ocal1515or15 dalam bentuk soal-soal tes bagian I dan II. Adapun tes bagian I terdiri atas tes sub bagian A yang meliputi pokok bahasan Senyawa Karbonil Tak Jenuh , dan Senyawa Aromatik Poliinti, serta tes bagian B yang meliputi Senyawa Heterosiklik Aromatik dan Garam Diazonium. Sedangkan tes bagian II terdiri atas tes subbagian A yang meliputi pokok bahasan Stereokimia dan Karbohidrat, tes subbagian B yang meliputi pokok bahasan Asam-asam Amino dan Protein, tes subbagian C yang meliputi pokok bahasan Lipida.

Skor tes bagian I merupakan rerata dari skor tes subbagian IA dan IB, dan skor tes bagian II merupakan rerata dari skor tes sub bagian IIA, IIB dan IIC. Ragam soal dalam tes meliputi penguasaan tata nama dan struktur senyawa, sifat fisika dan kimia. Aplikasi pemahaman sifat-sifat kimia zat adalah reaksi-reaksi kimia, baik reaksi indentifikasi maupun reaksi pembuatan zat. Menurut

Perencanaan TindakanSiklus 1Kegiatan 1 : mahasiswa ditugasi membuat peta konsep untuk pokok-pokok bahasan : senyawa karbonil tak jenuh , ; aromatik poliinti; heterosiklik; garam diazonium.Kegiatan 2 : dosen mengajar menggunakan metode ceramah dan tanya jawab untuk pokok-pokok bahasan : senyawa karbonil tak jenuh , ; aromatik poliinti; heterosiklik; garam diazonium.Kegiatan 3 : dosen memeriksa peta konsep dan soal-soal latihan dan memberi umpan balik.

Analisis

dan

Refleksi

Pelaksanaan

dan

Observasi

Perencanaan Tindakan Siklus II (revisi Tindakan Siklus 1)Kegiatan 1: dosen mengajar menggunakan metode ceramah dan tanya jawab untuk pokok-pokok bahasan: stereokimia; karbohidrat; asam-asam amino dan protein; lipida. Setelah mengajar dosen memberi

Pelaksaan

dan

Observasi

Siklus II

Analisis dan Refleksi Tindakan

Simpulan

Perencanaan Tindakan Siklus 2 (Revisi Tindakan Siklus I)

Page 16: hervina MKPBM.doc

buku Pedoman Akademik FMIPA batas kelulusan adalah nilai sama dengan atau lebih dari 55, oleh karena itu dalam penelitian ini juga dipakai sebagai 16ocal1616or keberhasilan (Pedoman Akademik, 2000).

Bab III

Hasil dan Pembahasan

Skenario pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut. Sebelum pembelajaran mahasiswa diberi tugas membaca dan membuat peta konsep untuk pokok-pokok bahasan Senyawa Karbonil Tak Jenuh , ; Senyawa Aromatik Poliinti; Senyawa Aromatik Heterosiklik; Garam Diazonium. Kemudian pengajar mengajarkan pokok-pokok bahasan tersebut di atas dengan penggunaan metoda ceramah dan 16ocal jawab serta pemberian tugas soal-soal latihan yang disertai umpan balik.

Peta konsep dikumpulkan dan dievaluasi. Tes-tes subbagian diberikan setelah satu pokok selesai disajikan. Rerata skor tes bagian I merupakan rerata skor subbagian IA dan IB. Hasil evaluasi peta konsep menunjukkan bahwa 16,67% (7 orang) mendapat nilai a (baik sekali), 11,90% (6 orang) mendapai nilai b (baik) dan 71,43% (29 orang). Rerata skor tes bagian I adalah 48,63. Karena angka ini masih di bawah nilai 55, maka dipandang perlu dilakukan Siklus II yang tindakannya merupakan revisi tindakan Siklus I. Skenario pembelajaran dalam Siklus II bertolak dari revisi tindakan pada Siklus I, yaitu pengajar mengajar lebih dahulu pokok-pokok bahasan Stereokimia, Karbohidrat, Asam-asam Amino dan Protein, Lipida. Metoda yang dipakai adalah metode ceramah dan 16ocal jawab serta pemberian tugas soal-soal latihan yang diberi umpan balik. Kaset Tune Your Brains with Mozart diputar selama pembelajaran berlangsung. Setelah pembelajaran pokok-pokok bahasan tersebut selesai, pengajar 16ocal16 tugas membuat peta konsep yang kemudian dikumpulkan dan dievaluasi. Tes subbagian diberikan setelah penyajian pokok-pokok bahasan selesai.

Rerata skor tes bagian II merupakan rerata skor tes subbagian IIA, IIB, dan IIC. Rerata skor tes bagian II adalah 58,42. Hasil evaluasi peta konsep pada Siklus II menunjukkan 23,80% (10 orang) mendapat nilai a (baik sekali), 38,10% (16 orang) mendapat nilai b (baik), dan 38,10% (16 orang) mendapai nilai c (cukup).

Karena itu, dari rerata skor tes bagian maupun dari hasil evaluasi peta konsep terdapat kenaikan. Untuk skor tes bagian ada kenaikan sebesar (58,42 – 48,63) = 9,79. Dan kenaikan kualifikasi peta konsep rinciannya sebagai berikut.Kualifikasi a = 23,81% - 16,67% = 7,14%Kualifikasi b = 38,10% - 11,90% = 26,20%

Bab IV

Penutup

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai. Saran pertama yang dapat diajukan adalah penggunaan 16ocal 16ocal misalnya gamelan atau kolintang yang cukup dikenal oleh mahasiswa dengan catatan bahwa 16ocal 16ocal tersebut mempunyai kualifikasi sama dengan Mozart dalam hal merangsang struktur kognitif pebelajar. Saran yang kedua bagi peneliti lain yang hendak menyelidiki pengaruh tindakan-tindakan terhadap kualitas secara terpisah.

Page 17: hervina MKPBM.doc

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Don. 2000. Efek Mozart. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Carin, A.A. 1993. Teaching Modern Science, Sixth Edition. New York, N.Y.: MacMillan Publishing Company, Inc.

Dembo, M. 1977. Teaching for Learning, Applying Educational Psychology in The Classroom. Santa Monica, CA: Goodyear Publishing Company, Inc.

Dorough, and Rye. Mapping for Understanding. The Science Teacher. (January 1977. P.374)

Dworetsky, J.P. 1988. Psychology. Third Edition. St. Paul, MN: West Publishing Company.

Joyce, B., and Weill, M. 1980. Models of Teaching. Second Edition. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.

Loudon, G.M. 1988. Organic Chemistry. Menlo Park, CA: The Benjamin/ Cummings Publishing Company, Inc.

Mc Taggart. 1993. Action Research A short Modern History. Geelong, Australia: Deakin University Press.

Wade, Jr. 1987. Organic Chemistry. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.

4. Eksperimen adalah percobaan yg bersistem dan berencana untuk

membuktikan kebenaran suatu teori.

Contoh :

“Membuat Catapult (ketapel)   Viking ”

Kita pasti pernah mendengar tentang katapel. Nah katapel itu sebenarnya berasal dari kata catapult, yaitu sebuah alat perang yang dahulu seringkali digunakan dalam berbagai macam peperangan besar sebelum ditemukannya meriam. Jangan membayangkan catapult itu seperti katapel yang sering kita mainkan. Catapult yang sebenarnya amatlah besar bahkan untuk menggunakannya dibutuhkan banyak orang.

Untuk membuat catapult viking, alat yang diperlukan tidak banyak yang kalian butuhkan hanyalah :

Karet gelang 12 buah Tusuk Sate bulat yang sama besar 6 buah Satu tutup botol plastik / sejenisnyau

Page 18: hervina MKPBM.doc

gunting / cutter

Gambar 1. Catapult

Sekarang lakukan proses berikut

Pertama  kita buat kerangka dasar catapult.  Yaitu dengan merangkai tusuk sate dan menggabungkannya dengan karet gelang seperti gambar

Buat alat pelempar dengan melubangi tutup botol di tiga bagian dan mengikatnya dengan karet

Kemudian setelah itu Satukan kerangka catapult dengan alat pelempar. dan catapult pun siap digunakan

Gunakanlah kertas yang diremas remas kecil sebagai amunisi catapult. atau bisa juga menggunakan bola pingpong

Selesai sudah catapult kita, namun jangan khawatir untuk lebih  seru buatlah simulasi peperangan dengan temanmu – temanmu secara berkelompok, ada yang bertahan dan ada yang sebagai penyerang

Tugas sang penyerang ialah menghancurkan benteng pertahanan musuh, sedangkan tugas yang bertahan ialah menghancurkan seluruh catapult yang digunakan oleh penyerang. jika sudah ada pemenangnya lakukanlah pertukaran yang menyerang menjadi bertahan dan sebaliknya.

Bagaimana, mudah sekali bukan, Tahukan sobat sains apa yang menyebabkan kertas dan bola pingpong itu melesat keluar catapult dan menuju sasaran ? dan kalau kalian ingin yang lebih menantang lagi bukan, kalian bisa melakukan kegiatan di bawah ini:

Hitunglah Berapakah jarak yang paling jauh yang bisa di capai oleh catapult yang kalian buat ? dan coba lakukan improvisasi hingga menemukan cara menembak yang paling jauh

Kemudian coba kalian ganti kertas dan bola pingpong dengan benda yang jauh lebih berat seperti besi atau batu (arahkan ke tempat yang kosong dan tidak ada orang), adakah perbedaannya ?

kalau ingin lebih menantang lagi cobalah buat catapult yang lebih besar lagi tentunya dengan bantuan kakak atau orang tuamu di rumah, dan perhatikan bagaimana besarnya kekuatan catapult tersebut

Page 19: hervina MKPBM.doc

5. Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap

suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian

memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan

pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk

mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan

suatu penelitian.

Orang yang melakukan pengamatan disebut pengamat.

Contoh : guru memerintahkan pada siswanya untuk mengamati kedudukan sebuah balok pada suatu cairan yang memiliki massa jenis yang berbeda. Misalnya pada air raksa, bensin dan air

6. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah

yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan

kebenarannya.

Contoh : Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.

7. Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera

(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan

pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk

proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang

diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi

baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut

menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut

dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan

konklusi (consequence).

Page 20: hervina MKPBM.doc

Contoh : Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.(contoh penalaran generalisasi)

8. Variabel adalah suatu besaran kuantitatif atau kualitatif yang dapat

bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Besaran kuantitatif adalah

besaran yang dinyatakan dalam suatu pengukuran baku tertentu,

misalnya tinggi badan yang dinyatakan dalam cm, massa benda

dinyatakan dengan Newton, suhu badan dengan oC (derajad selsius).

Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam satuan

pengukuran baku tertentu, misalnya: bau makanan (sedap,kurang sedap,

tidak sedap), warna (menarik, kurang menarik, tidak menarik), rasa

makanan (enak, kurang enak, tidak enak), kesenangan, dan sebagainya.

Contoh : prestasi belajar , minat beli , warna.

9. Variabel manipulasi adalah suatu variabel yang secara sengaja

dimanipulasi dalam suatu situasi. Variabel manipulasi disebut juga

variabel bebas karena variabel ini secara bebas dapat mempengaruhi

variabel lain.

Contoh : pada percobaan tabung resonansi variabel manipulasinya adalah frekuensi

Page 21: hervina MKPBM.doc

10. Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai hasil atau

akibat dari perubahan variabel bebas atau pemanipulasian. Perubahan

pada faktor ini karena dipengaruhi oleh variabel manipulasi. Karena

perubahan itu sebagai tanggapan dari faktor lain (variabel manipulasi)

maka disebut variabel respon (variabel terikat).

Contoh : pada percobaan tabung resonansi variabel responnya adalah nilai nada atas 1 dan nada atas 2

11. Variabel kontrol adalah variabel yang dapat mempengaruhi hasil

ekseprimen, tetapi dijaga agar tidak memberikan pengaruh

Contoh : pada percobaan tabung resonansi variabel kontrolnya adalah amplitudo

12. Deviasi operasional variabel adalah proses identifikasi beberapa

variabel yang berbeda untuk dicari kesamaannya.

Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.

Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.

Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.

Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik statisnya.

Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat.

Page 22: hervina MKPBM.doc

13. Pengamatan kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan

lainnya. Data yang dihasilkan dalam pengamatan kualitatif tidak

berbentuk angka, tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita,

dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto).

Contoh : pengamatan panjang daun, pengamatan lebar daun, pengamatan berat anak anjing,pengamatan tinggi pohon, pengamatan tinggi badanmu.

14. Pengamatan kuantitatif adalah jenis penelitian yang temuan-

temuannya diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan lainnya.

Data yang dihasilkan dalam pengamatan kuantitatif mempergunakan

aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik

(angka-angka).

Contoh : pengamatan warna daun, pengamatan rasa buah-buahan, pengamatan bentuk paruh burung, pengamatan bentuk biji-bijian.

15. Peta konsep dapat diartikan sebagai tampilan dari sebuah gambar

atau bagan tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan

tabiat ilmu pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan urutan atau

skuensi topik bahasan yang diinginkan.

Contoh :

Page 23: hervina MKPBM.doc