20
Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 1 Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. Abstrak Pandemi virus Covid-19 (SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus corona telah berdampak signifikan terhadap museum. Dampak yang sangat terlihat adalah berhentinya operasional museum karena pembatasan jadwal kerja staf atau penerapan kebijakan bekerja dari rumah (work from home, WFH) dan tidak diperbolehkan adanya kunjungan museum sebagai bentuk tindakan pencegahan penularan virus corona. Selain bentuk pencegahan tersebut, beberapa museum juga melakukan tindakan preventif berupa penyemprotan di area museum dengan menggunakan bahan disinfektan. Disinfektan digunakan untuk membunuh kuman penyakit yang bersifat toksik bagi mikroorganisme yang terpapar oleh bahan tersebut. Beberapa bahan disinfektan yang secara umum beredar di pasaran adalah larutan yang mengandung senyawa hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) dan Natrium Hipoklorit (NaOCl). Kedua bahan ini biasa ditemukan pada produk pemutih pakaian namun tentu perlu dipertimbangkan penggunaan bahan disinfektan tersebut terhadap pengaruhnya bagi koleksi museum. 1. PENDAHULUAN 1.1. Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus H 2 O 2 . Sepintas rumus kimia senyawa ini mirip dengan air namun sifatnya jauh berbeda dengan air. Senyawa ini juga dikenal dengan nama air teroksidasi. Dalam bentuk murninya, senyawa ini berupa cairan bening berwarna kebiruan dan merupakan peroksida paling sederhana. Senyawa ini digunakan sebagai oksidator, bahan pemutih (produksi kertas dan pakaian), penghilang noda, dan antiseptik (Wikipedia, 2020). Senyawa ini tergolong tidak stabil sehingga mudah terurai atau terdekomposisi menghasilkan air (H 2 O) dan gas oksigen (O 2 ) sehingga tidak tahan disimpan dalam waktu lama dan perlu wadah khusus dan campuran lain untuk menjaga senyawa ini tetap stabil (National Center for Biotechnology Information, 2020). Hidrogen peroksida diketahui digunakan dalam kegiatan konservasi koleksi museum sebagai bahan pemutih koleksi kertas yang telah menguning (Niehus, Henniges, Horsky, Prohaska, Potthast, & Brückle, 2012) dan menghilangkan noda teh pada cangkir keramik (Corvaia, 2013). Hidrogen peroksida sebagai senyawa yang bersifat oksidator tergolong berbahaya karena dapat mengoksidasi protein, membran lipid, serta RNA/DNA jika material biologis tersebut bersentuhan langsung dengan senyawa ini. Hal tersebut yang dipercaya bahwa senyawa ini dapat merusak lapisan

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

  • Upload
    others

  • View
    40

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 1

HidrogenPeroksidadanNatriumHipoklorit:

DampakPenggunaannyaSebagaiDisinfektandi

Museum

OlehAsiesSigitPramujo,S.S.,M.A.

Abstrak

Pandemi virus Covid-19 (SARS-CoV-2) atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus corona telah

berdampak signifikan terhadap museum. Dampak yang sangat terlihat adalah berhentinya operasional

museum karena pembatasan jadwal kerja staf atau penerapan kebijakan bekerja dari rumah (work from home,

WFH) dan tidak diperbolehkan adanya kunjungan museum sebagai bentuk tindakan pencegahan penularan

virus corona.

Selain bentuk pencegahan tersebut, beberapa museum juga melakukan tindakan preventif berupa

penyemprotan di area museum dengan menggunakan bahan disinfektan. Disinfektan digunakan untuk

membunuh kuman penyakit yang bersifat toksik bagi mikroorganisme yang terpapar oleh bahan tersebut.

Beberapa bahan disinfektan yang secara umum beredar di pasaran adalah larutan yang mengandung

senyawa hidrogen peroksida (H2O2) dan Natrium Hipoklorit (NaOCl). Kedua bahan ini biasa ditemukan pada

produk pemutih pakaian namun tentu perlu dipertimbangkan penggunaan bahan disinfektan tersebut

terhadap pengaruhnya bagi koleksi museum.

1. PENDAHULUAN

1.1. HidrogenPeroksida

Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus H2O2. Sepintas rumus kimia senyawa

ini mirip dengan air namun sifatnya jauh berbeda dengan air. Senyawa ini juga dikenal dengan nama

air teroksidasi. Dalam bentuk murninya, senyawa ini berupa cairan bening berwarna kebiruan dan

merupakan peroksida paling sederhana. Senyawa ini digunakan sebagai oksidator, bahan pemutih

(produksi kertas dan pakaian), penghilang noda, dan antiseptik (Wikipedia, 2020).

Senyawa ini tergolong tidak stabil sehingga mudah terurai atau terdekomposisi menghasilkan air

(H2O) dan gas oksigen (O2) sehingga tidak tahan disimpan dalam waktu lama dan perlu wadah khusus

dan campuran lain untuk menjaga senyawa ini tetap stabil (National Center for Biotechnology

Information, 2020).

Hidrogen peroksida diketahui digunakan dalam kegiatan konservasi koleksi museum sebagai bahan

pemutih koleksi kertas yang telah menguning (Niehus, Henniges, Horsky, Prohaska, Potthast, &

Brückle, 2012) dan menghilangkan noda teh pada cangkir keramik (Corvaia, 2013).

Hidrogen peroksida sebagai senyawa yang bersifat oksidator tergolong berbahaya karena dapat

mengoksidasi protein, membran lipid, serta RNA/DNA jika material biologis tersebut bersentuhan

langsung dengan senyawa ini. Hal tersebut yang dipercaya bahwa senyawa ini dapat merusak lapisan

Page 2: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 2

pelindung protein pada virus namun bukan berarti senyawa ini benar-benar ampuh dalam

membasmi virus.

Dibalik manfaat hidrogen peroksida sebagai disinfektan, Centers for Disease Control and Prevention

(CDC) menyebutkan bahwa senyawa hidrogen peroksida dapat menyebabkan iritasi pada mata,

hidung, kulit, dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia (Centers for Disease

Control and Prevention (CDC), 2019). Dampak yang ditimbulkan bergantung pada tingkat konsentrasi

dan durasi seseorang terekspos hidrogen peroksida.

1.2. NatriumHipoklorit

Natrium Hipoklorit merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki rumus NaOCl (ada pula yang

menulis NaClO). Senyawa ini banyak digunakan sebagai produk pemutih pakaian yang berupa larutan

encer bening berwarna kuning atau kuning kehijauan. Selain sebagai pemutih, natrium hipoklorit

juga digunakan sebagai disinfektan (Wikipedia, 2020).

Senyawa ini tidak stabil sehingga jika kita lihat pada label produk pemutih biasanya dituliskan

“Komposisi: NaOCl 5,25% pada saat pengisian” maka saat sebelum membuka botol produk pemutih,

konsentrasi NaOCl sebesar 5,25% dan setelah berulang kali kita menggunakan produk tersebut maka

konsentrasinya dapat menurun (terdekomposisi) karena melepaskan gas klorin (Cl2) atau oksigen

(O2).

Senyawa natrium hipoklorit merupakan senyawa pengoksidasi kuat yang artinya bahwa senyawa ini

dapat menimbulkan korosi. Menurut National Fire Protection Association (NFPA), senyawa natrium

hipoklorit dianggap sebagai pengoksidasi berbahaya jika konsentrasinya ≥ 40% sedangkan

konsentrasi di bawah itu dikategorikan tidak berbahaya (NFPA, 2004).

Berdasarkan pedoman penanganan natrium hipoklorit yang dipublikasikan oleh SLAC National

Accelerator Laboratory (SLAC National Accelerator Laboratory, 2013) menyebutkan bahwa senyawa

ini akan menghasilkan gas klorin ketika bergabung dengan senyawa asam dan senyawa lain yang

mengandung ammonia. Gas klorin adalah gas beracun yang enyerang sistem pernapasan, mata, dan

kulit.

Produk pemutih natrium hipoklorit biasanya mengandung senyawa natrium hidroksida (NaOH,

kaustik soda/soda api) sebagai penstabil saat diproduksi di pabrik. Iritasi pada kulit dapat terjadi

sebagai akibat saponifikasi minyak pada kulit yang menyebabkan kulit kering dan kerusakan jaringan,

iritasi mata (mata merah, kering, dan terasa gatal), dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan.

WHO dalam laman resminya (WHO, 2020) menyatakan bahwa menyemprotkan disinfektan

mengandung klorin dapat berbahaya bagi membran mukosa seperti mata dan mulut sehingga tidak

disarankan untuk mengekspos senyawa mengandung klorin ke bagian tubuh.

Walaupun ion hipoklorit (OCl-) cepat terdegradasi sebelum diserap oleh makhluk hidup namun

dikhawatirkan penumpukan senyawa hipoklorit dapat membentuk senyawa yang bersifat

karsinogenik (menyebabkan kanker).

Kontak berkepanjangan dengan natrium hipoklorit dan senyawa lainnya yang termasuk senyawa

hipoklorit (kalsium hipoklorit, disinfektan kolam renang) tidak dianjurkan untuk mencegah dampak

yang tidak terduga dan berbahaya.

Page 3: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 3

2. METODEPENGUJIAN

Pengujian terhadap larutan hidrogen peroksida (H2O2) dan natrium hipoklorit (NaOCl) untuk

mengetahui dampaknya terhadap koleksi museum terdiri dari dua jenis yaitu melakukan percobaan

kedua larutan tersebut kepada material logam dan kain. Dalam pengujian ini, material logam dan

kain yang digunakan bukan merupakan koleksi museum. Material logam yang digunakan sebagai

pengganti koleksi museum adalah paku besi sedangkan material kainnya menggunakan kain bermotif

batik yang dimiliki oleh penulis.

Paku yang digunakan dalam uji coba terdiri dari dua jenis paku yaitu paku besi berwarna abu-abu

gelap dan paku besi berwarna putih mengkilap. Analisis detail mengenai kandungan senyawa logam

yang terkandung di dalam paku tidak dilakukan mengingat keterbatasan alat yang dimiliki oleh

penulis.

Pengujian terhadap logam paku dilakukan dengan merendam paku di dalam larutan H2O2 dan NaOCl

selama 3 hari dimana kedua larutan tidak dilakukan pengenceran untuk mengurangi kadar

konsentrasinya.

Pengujian terhadap material kain dilakukan dengan meneteskan larutan H2O2 dan NaOCl ke atas

permukaan kain. Larutan H2O2 dan NaOCl akan dibagi menjadi dua jenis yaitu larutan H2O2 dan NaOCl

tanpa pengenceran dan larutan H2O2 dan NaOCl yang diencerkan dengan air untuk mengurangi kadar

konsentrasinya.

Tujuan dari melakukan uji ini adalah untuk melihat reaksi kimia dan perubahan fisik dari paku dan

kain yang terjadi akibat larutan H2O2 dan NaOCl. Ini diibaratkan ketika koleksi logam di museum

terpapar oleh larutan yang sejenis dalam rangka penyemprotan disinfektan di area museum.

Larutan H2O2 dan NaOCl yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah larutan baru yang belum

pernah digunakan sebelumnya untuk memastikan konsentrasi larutan uji sekurang-kurangnya tidak

jauh dari konsentrasi yang tertera pada label produk larutan H2O2 dan NaOCl.

Selama melakukan pengujian, pendokumentasian akan dilakukan dengan menggunakan kamera

handphone untuk melihat perubahan fisik paku dan kain yang mungkin terjadi sehingga perubahan

yang terjadi dapat disusun secara kronologis berdasarkan waktu untuk melihat laju reaksi

perubahannya.

Selama melakukan pengujian ini juga penulis akan melengkapi diri dengan sarung tangan karet dan

masker yang digunakan sebagai alat pelindung diri untuk mencegah kemungkinan terjadinya reaksi

gas atau percikan larutan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi kulit selaput

mukosa.

3. UJIHIDROGENPEROKSIDADANNATRIUMHIPOKLORITPADALOGAM

3.1. AlatdanBahan

Sebelum artikel ini ditulis, penulis telah melakukan uji coba sederhana untuk melihat dampak logam

terhadap masing-masing senyawa. Alat dan bahan yang dipersiapkan yaitu:

Page 4: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 4

1. Gelas Ukur (kapasitas 100 mL) : 1 buah

2. Wadah Kaca/Plastik (gelas atau plastik) : 8 buah

3. Larutan Hidrogen Peroksida 5% (merk Vanish) : 1 botol (500 ml)

4. Larutan Natrium Hipoklorit 5,35% (merk Proclin) : 1 botol (200 ml)

5. Tusuk Sate : 8 tusuk

6. Benang kasur : 1 gulung

7. Ampelas Nomor 180 : 1 lembar

8. Paku Besi warna abu-abu gelap : 4 buah

9. Paku Besi warna putih mengkilap : 4 buah

10. Masker respirator atau surgical mask : 1 buah

11. Sarung tangan karet : 1 pasang

12. Kamera handphone untuk dokumentasi proses : 1 buah

3.2. TahapPersiapan

3.2.1. PengamplasanPaku

Masing-masing jenis paku akan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: 1) kelompok paku yang

diamplas dan 2) kelompok paku yang tidak diamplas. Proses pengamplasan ini bertujuan untuk

‘melukai’ dan menghilangkan adanya pelapis atau pelindung (coating) yang mungkin diaplikasikan

pada paku. Pelindung ini biasanya diaplikasikan untuk mencegah korosi pada paku.

Tahap pengamplasan pada paku dilakukan pada 2 buah paku hitam dan 2 buah paku putih.

Pengamplasan dilakukan secara menyeluruh pada bagian tubuh paku yang memanjang hingga pada

bagian ujung paku yang meruncing.

3.2.2. PersiapanLarutanUjiLogam

1. Larutan H2O2 dari botol produk dimasukkan ke dalam 4 wadah uji menggunakan gelas ukur.

Masing-masing wadah diisi sebanyak 20 ml.

2. Bilas gelas ukur untuk mempersiapkan larutan uji selanjutnya.

3. Larutan pemutih NaOCl dari botol produk dimasukkan ke dalam 4 wadah uji menggunakan

gelas ukur. Masing-masing wadah diisi sebanyak 20 ml.

3.3. TahapPengujian

Paku yang telah diamplas kemudian digantung pada tusuk sate dengan menggunakan benang kasur.

Masing-masing paku kemudian dicelupkan sebagian pada setiap wadah kaca yang telah diisi

sebanyak 20 ml larutan uji.

Keterangan waktu yang digunakan akan dilambangkan dengan T yang dimulai dengan T0 yang berarti

waktu pada saat pengujian terhadap sampel uji mulai direndam dalam larutan H2O2 dan NaOCl.

Simbol angka (1, 2, 3, dst.) digunakan untuk melambangkan waktu dan simbol huruf m adalah menit,

j adalah jam, dan h adalah hari. Contoh T+30m diartikan sebagai periode 30 menit setelah dimulainya

Page 5: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 5

pengujian sedangkan T+1j adalah pengujian setelah 1 jam dan T+1h adalah pengujian setelah 1 hari

berlalu.

Tabel 1. Kondisi Sampel Uji Saat Dimulai (T0)

T0 Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1 Sampel HP-2 Sampel HP-3 Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1 Sampel NH-2 Sampel NH-3 Sampel NH-4

Keterangan:

T0 : Waktu Acuan. Periode waktu pada saat pertama dilakukan uji disebut dengan T0.

HP : Hidrogen Peroksida (angka menunjukkan nomor urut sampel); 1-2 sampel tidak diamplas, 3-4 sampel

diamplas

NH : Natrium Hipoklorit (angka menunjukkan nomor urut sampel); 1-2 sampel tidak diamplas, 3-4 sampel

diamplas

Pada pertama dimulainya pengujian (T0) tidak ditemukan adanya reaksi antara larutan H2O2 dan

NaOCl dengan paku. Buih yang tampak adalah udara yang terjebak di dalam larutan ketika larutan uji

dituangkan ke dalam wadah uji.

Tabel 2. Kondisi Sampel Uji Setelah 30 menit (T+30m)

T+30m Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1 Sampel HP-2 Sampel HP-3 Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1 Sampel NH-2 Sampel NH-3 Sampel NH-4

Page 6: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 6

Setelah 30 menit, endapan tipis pada Sampel HP-4 mulai menghilang dan tidak terjadi perubahan

pada tubuh paku putih. Kemungkinan endapan tersebut adalah pengotor yang menempel pada

tubuh paku dan kemudian teroksidasi.

Perubahan fisik mulai terlihat pada Sampel NH-1 dimana pada bagian tubuh paku mulai muncul

korosi berwarna merah kecoklatan dan sebagian korosi mengendap pada bagian wadah kaca.

Foto 1. Detail Perubahan Fisik Sampel NH-1 Setelah 30 menit

(tampak korosi berwarna merah kecoklatan pada endapan dan tubuh paku)

Tabel 3. Kondisi Uji Sampel Setelah 2 jam (T+2j)

T+2j Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1 Sampel HP-2 Sampel HP-3 Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1 Sampel NH-2 Sampel NH-3 Sampel NH-4

Setelah 2 jam, perubahan fisik terjadi pada Sampel NH-3 yaitu mulai terjadi reaksi pembentukan

korosi berwarna merah kecoklatan namun lebih sedikit dibandingkan Sampel NH-1 pada saat T+30m

sedangkan proses korosi terus terjadi pada Sampel NH-1 terutama pada bagian batas antara tubuh

paku yang tidak terendam dengan tubuh paku yang terendam larutan NaOCl.

Paku yang direndam di dalam larutan H2O2 tidak menunjukkan adanya reaksi yang terjadi baik pada

larutan maupun pada paku.

Page 7: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 7

Foto 2. Detail Korosi Pada Sampel NH-1 Setelah 2 jam

(Tempat terjadinya proses korosi aktif ditunjukkan di dalam

lingkaran merah)

Foto 3. Sampel NH-1 Tampak Atas

(Tampak korosi aktif terjadi pada batas larutan)

Foto 4. Sampel NH-3 Mulai Mengalami Korosi

Tabel 4. Kondisi Uji Sampel Setelah 5 jam (T+5j)

T+5j Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1 Sampel HP-2 Sampel HP-3 Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1 Sampel NH-2 Sampel NH-3 Sampel NH-4

Setelah periode 5 jam, tampak proses korosi pada Sampel NH-1 semakin tinggi yang ditunjukkan

dengan semakin banyaknya endapan korosi yang terbentuk pada batas larutan NaOCl. Tubuh paku

bagian atas yang tidak terendam larutan mulai berubah warna menjadi lebih gelap (menghitam).

Pada periode ini belum tampak adanya reaksi kimia maupun perubahan kondisi fisik pada seluruh

sampel paku yang direndam pada larutan H2O2.

Page 8: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 8

Foto 5. Sampel NH-1 Tampak Atas

Tabel 5. Kondisi Sampel Uji Setelah 13 jam (T+13j)

T+13j Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1

Sampel HP-2

Sampel HP-3

Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1

Sampel NH-2

Sampel NH-3

Sampel NH-4

Setelah 13 jam sejak dimulainya pengujian, korosi logam mulai tampak pada Sampel NH-4 pada batas

larutan NaOCl dengan udara sedangkan proses korosi pada Sampel NH-1 dan Sampel NH-3 terus

terjadi dan semakin banyak korosi yang terbentuk sedangkan seluruh sampel paku yang direndam di

dalam larutan H2O2 belum menunjukkan adanya reaksi dan perubahan fisik.

Hingga periode ini dapat disimpulkan sementara bahwa larutan H2O2 tidak menyebabkan reaksi

terhadap logam sedangkan larutan NaOCl telah menunjukkan reaksi yang bersifat korosif pada

logam.

Page 9: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 9

Foto 6. Korosi Mulai Terbentuk Pada Sampel NH-4

Tabel 6. Kondisi Sampel Uji Setelah 1 hari (T+1h)

T+1h Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1

Sampel HP-2

Sampel HP-3

Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1

Sampel NH-2

Sampel NH-3

Sampel NH-4

Setelah 1 hari, korosi mulai muncul pada Sampel NH-4. Korosi terjadi pada batas larutan NaOCl

dengan udara pada bagian tubuh paku putih. Larutan NaOCl pada Sampel NH-1 telah berubah wana

dari bening kekuningan menjadi bening kemerahan.

Hingga periode ini tidak tampak adanya perubahan fisik maupun reaksi yang terjadi pada paku yang

direndam di dalam larutan H2O2. Warna larutan juga tidak mengalami perubahan.

Page 10: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 10

Tabel 7. Kondisi Sampel Uji Setelah 2 hari (T+2h)

T+2h Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1

Sampel HP-2

Sampel HP-3

Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1

Sampel NH-2

Sampel NH-3

Sampel NH-4

Setelah uji coba berlangsung selama 2 hari, korosi pada Sampel NH-4 telah terbentuk pada bagian

tubuh paku yang terletak pada batas larutan dengan udara begitu juga pada Sampel NH-2 sedangkan

pada larutan H2O2 masih tidak ditemukan reaksi maupun perubahan fisik. Warna larutan juga masih

tetap sama.

Tabel 8. Kondisi Sampel Uji Setelah 3 hari (T+3h)

T+3h Tidak Diamplas Diamplas

H2O2

Sampel HP-1

Sampel HP-2

Sampel HP-3

Sampel HP-4

NaOCL

Sampel NH-1

Sampel NH-2

Sampel NH-3

Sampel NH-4

Setelah mencapai 3 hari, seluruh sampel uji yang direndam pada larutan H2O2 tetap tidak

menunjukkan reaksi maupun perubahan fisik. Warna larutan juga tidak mengalami perubahan

sedangkan laju korosi terlihat sangat tinggi pada larutan NaOCl. jika diurutkan berdasarkan mulai

terbentuknya korosi adalah sebagai berikut:

(1) Sampel NH-1 → (2) Sampel NH-3 → (3) Sampel NH-4 → (4) Sampel NH-2

Page 11: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 11

3.4. HasilPengujian

Berdasarkan pengujian yang penulis lakukan selama 3 hari didapatkan hasil uji sebagai berikut:

1. Proses korosi logam tidak terjadi pada larutan hidrogen peroksida (H2O2) melainkan terjadi

pada larutan natrium hipoklorit (NaOCl)

2. Gelembung yang terjadi pada logam yang direndam pada larutan hidrogen peroksida adalah

reaksi pelepasan oksigen ke udara dan hal ini tidak mempengaruhi kondisi fisik logam paku

3. Tidak ada perubahan fisik yang signifikan pada sampel paku yang direndam dalam larutan

hidrogen peroksida

4. Korosi pada sampel logam paku terjadi secara berurutan yang dimulai dari sampel NH-1,

sampel NH-3, sampel NH-4, dan terakhir terjadi pada sampel NH-2

a. Sampel NH-1 (paku hitam yang tidak diamplas)

Korosi terjadi lebih cepat yang kemungkinan besar dipicu oleh adanya lapisan

tertentu pada permukaan tubuh paku. Lapisan tersebut kemudian bereaksi dengan

larutan NaOCl yang menghasilkan larutan garam NaCl (natrium klorida, garam

dapur). Larutan garam NaCl memicu meningkatnya reaksi elektrolisis yang

menyebabkan perpindahan elektron dan menghasilkan korosi.

b. Sampel NH-3 (paku hitam yang diamplas)

Korosi terjadi akibat reaksi antara senyawa besi dengan larutan NaOCl. Reaksi yang

terjadi menyebabkan senyawa besi (Fe) teroksidasi dari Fe2+

membentuk ion Fe3+

kemudian bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa Fe2O3 dimana senyawa ini

adalah senyawa yang akan membentuk karat.

c. Sampel NH-4 (paku putih yang diamplas)

Korosi pada sampel NH-4 menempati urutan ketiga yang kemungkinan besar bahwa

paku putih merupakan paku besi yang telah dicampur dengan unsur lain seperti

timah, alumunium, chromium, atau magnesium dimana unsur ini digunakan untuk

memperlambat atau mencegah korosi.

Pada sampel NH-4, reaksi korosi dapat terjadi yang kemungkinan besar disebabkan

paku telah ‘dilukai’ dengan cara diamplas sehingga muncul unsur besinya. Ketika

unsur besi ini muncul kemudian bereaksi dengan larutan NaOCl yang menyebabkan

mulai terjadinya proses korosi.

d. Sampel NH-2 (paku putih yang tidak diamplas)

Korosi pada sampel NH-4 menempati urutan terakhir pada proses terbentuknya

korosi. Terjadinya korosi yang lebih lambat dibandingkan dengan sampel yang lain

kemungkinan besar terjadi akibat unsur besi yang terkandungnya bereaksi dengan

larutan NaOCl namun karena campuran pada paku putih ini masih mampu menahan

proses korosi sehingga reaksinya menjadi lebih lambat dibandingkan ketiga sampel

lainnya.

Setelah pengujian selama 3 hari telah selesai maka seluruh sampel uji diangkat dari larutan uji untuk

melihat secara detail perubahan fisik yang terjadi terutama perubahan fisik terhadap sampel paku

pada larutan NaOCl.

Page 12: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 12

Tabel 9. Kondisi Sampel NH (paku pada larutan NaOCl) Setelah Diangkat Dari Larutan

Nama Sampel Sebelum Endapan Dibersihkan Setelah Endapan Dibersihkan

Sampel NH-1

Sampel NH-2

Sampel NH-3

Tubuh paku bagian atas

Tubuh paku bagian bawah yang

tertinggal di dalam larutan

Sampel NH-4

Pada Tabel 9 tampak jelas bahwa setelah uji yang dilakukan selama 3 hari, seluruh sampel paku yang

direndam pada larutan NaOCl mengalami proses korosi yang signifikan terutama pada daerah

perbatasan antara larutan dengan udara. Korosi telah mengikis bagian tubuh paku hingga habis atau

hampir habis dan tampak perubahan warna pada paku menjadi menghitam.

Tabel 10. Kondisi Sampel HP (paku pada larutan H2O2) Setelah Diangkat Dari Larutan

Sampel HP-1

Sampel HP-2

Sampel HP-3

Sampel HP-4

Setelah diangkat dari dalam larutan H2O2, seluruh sampel paku tidak mengalami perubahan fisik

maupun warna. Seluruh sampel masih dalam kondisi yang sama seperti pada saat dimulainya

pengujian.

Page 13: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 13

4. UJIHIDROGENPEROKSIDADANNATRIUMHIPOKLORITPADAKAIN

4.1. AlatdanBahan

1. Gelas Ukur (kapasitas 100 mL) : 1 buah

2. Wadah Kaca/Plastik (gelas atau plastik) : 5 buah

3. Larutan Hidrogen Peroksida 5% (merk Vanish) : 1 botol (500 ml)

4. Larutan Natrium Hipoklorit 5,35% (merk Proclin) : 1 botol (200 ml)

5. Kain motif batik : 1 Lembar (secukupnya)

6. Pipet tetes : 1 buah

7. Masker respirator atau surgical mask : 1 buah

8. Sarung tangan karet : 1 pasang

9. Kamera handphone untuk dokumentasi proses : 1 buah

4.2. TahapPersiapan

4.2.1. PeriapanSampelKain

Kain motif batik dipotong persegi kira-kira berukuran 3 x 3 cm sebanyak 5 buah. 1 buah akan

dijadikan sebagai kontrol dan 4 buah lainnya akan digunakan sebagai uji coba. Seluruh sampel

diletakkan sedemikian rupa untuk memudahkan melakukan kontrol.

Foto 7. Persiapan Kain Motif Batik Untuk Pengujian

4.2.2. PersiapanLarutanUji

1. Larutan H2O2 dari botol produk dimasukkan ke dalam 2 wadah uji menggunakan gelas ukur.

Masing-masing wadah diisi sebanyak 20ml. Setelah itu bilas gelas ukur.

2. Isi gelas ukur dengan air bersih sebanyak 40ml kemudian campurkan ke dalam salah satu

wadah uji larutan H2O2 sehingga saat ini salah satu wadah uji berisi 60ml larutan.

3. Larutan H2O2 20ml akan disebut sebagai larutan H2O2 pekat dan 60ml H2O2 akan disebut

sebagai larutan H2O2 encer.

4. Larutan NaOCl dari produk dimasukkan ke dalam 2 wadah uji menggunakan gelas ukur.

Masing-masing wadah diisi sebanyak 20ml. Setelah itu bilas gelas ukur.

Page 14: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 14

5. Isi gelas ukur dengan air bersih sebanyak 40ml kemudian campurkan ke dalam salah satu

wadah uji larutan NaOCl sehingga saat ini salah satu wadah uji berisi 60ml larutan.

6. Larutan NaOCl 20ml akan disebut sebagai larutan NaOCl pekat dan 60ml NaOCl akan disebut

sebagai larutan NaOCl encer.

7. Setelah seluruh larutan uji siap, maka gelas ukur dibilas bersih menggunakan air kemudian isi

gelas ukur dengan air sebanyak kira-kira 80ml yang nantinya akan digunakan untuk membilas

pipet tetes.

Foto 8. NaOCl Pekat

Foto 9. NaOCl Encer

Foto 10. H2O2 Pekat

Foto 11. H2O2 Encer

4.3. TahapPengujian

Sebelum dimulai pengujian dilakukan pendokumentasian berupa foto yang digunakan sebagai

kontrol jika terjadi perubahan pada sampel uji. Keempat sampel uji akan dilihat perkembangan

perubahan warnanya sebagaimana kita tahu bahwa hidrogen peroksida dan natrium hipoklorit

digunakan sebagai larutan pembersih noda dan pemutih.

Foto 12. Dokumentasi Kondisi Awal Sampel

Pengujian dilakukan dengan meneteskan sebanyak 3 tetes setiap larutan uji menggunakan pipet

tetes ke atas permukaan masing-masing sampel uji. Dikarenakan pipet tetes yang digunakan hanya

satu buah maka penetesan larutan uji dilakukan sebagai berikut:

1. Ambil sejumlah larutan uji dengan menggunakan pipet tetes.

2. Teteskan sebanyak 3 tetes ke atas permukaan sampel uji

Page 15: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 15

3. Setiap setelah selesai meneteskan larutan uji, segera bilas pipet tetes menggunakan air

bersih yang telah disiapkan sebelumnya pada gelas ukur. Air bilasan pipet tetes dibuang pada

wadah kaca/plastik yang tidak digunakan.

4. Ulangi langkah 1 – 3 untuk larutan uji lainnya.

Foto 13. Cara Meneteskan Larutan Uji Ke Atas Permukaan Sampel Menggunakan Pipet Tetes

Sesaat setelah setiap larutan uji diteteskan ke atas permukaan masing-masing sampel uji tidak

tampak adanya reaksi yang muncul. Kodisi masing-masing sampel uji masih sama dengan kondisi

sebelum dilakukan pengujian.

Foto 14. Kondisi Sampel Uji Sesaat Setelah Larutan Uji Diteteskan (T0)

Perubahan tampak terjadi setelah 1 menit dari mulai pengujian. Perubahan warna terjadi pada

sampel kain motif batik yang diteteskan dengan larutan NaOCl pekat dan NaOCl encer. Perubahan

warna yang paling terlihat adalah pada area yang berwarna hitam, coklat, dan oranye. Pada area

tersebut terjadi proses pelunturan warna. Pada sampel yang diteteskan larutan H2O2 tidak tampak

adanya perubahan warna maupun fisik.

Page 16: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 16

Foto 15. Kondisi Sampel Uji Setelah 1 menit (T+1m)

Setelah 5 menit berlalu pemudaran warna pada sampel NaOCl semakin meningkat yang ditunjukkan

dengan semakin cerahnya area yang sebelumnya berwarna hitam. Sedangkan pada sampel H2O2

tidak ditemukan adanya perubahan.

Foto 16. Kondisi Sampel Uji Setelah 5 menit (T+5m)

Foto 17. Kondisi Sampel Uji Setelah 20 menit (T+20m)

4.4. HasilPengujian

Dari pengujian yang telah dilakukan selama 20 menit tampak bahwa larutan NaOCl melunturkan

pigmen warna pada kain motif batik sedangkan pada sampel yang diberi larutan H2O2 tidak tampak

adanya perubahan warna maupun fisik.

Page 17: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 17

Laju kecepatan perubahan warna pada sampel yang ditetes dengan larutan NaOCl adalah mula-mula

pada larutan NaOCl pekat kemudian pada larutan NaOCl encer. Hal ini menunjukkan bahwa proses

pengenceran mengurangi konsentrasi larutan NaOCl yang menyebabkan proses pelunturan warna

lebih lambat.

Berdasarkan pengujian ini maka larutan NaOCl tidak direkomendasikan digunakan sebagai

disinfektan walaupun dengan melakukan pengenceran karena dapat menyebabkan perubahan warna

pada bahan kain. Perubahan ini bersifat permanen dan tidak dapat dikembalikan seperti semula.

5. DAMPAKPENGGUNAANHIDROGENPEROKSIDADANNATRIUMHIPOKLORIT

5.1. DampakPadaKoleksiMuseumBerbahanLogam

5.1.1. HidrogenPeroksida

Pada larutan asam, hidrogen peroksida berfungsi sebagai oksidator yang dapat menyebabkan

perubahan pada ion besi (II) Fe2+

menjadi besi (III) Fe3+

dan reaksi oksidasi pada besi ini dapat

berperan pada proses korosi jika konsentrasi hidrogen peroksida cukup tinggi. Perhatikan reaksi

berikut ini:

�������� + ������� + 2� → 2�������� + 2��

Persamaan 1. Reaksi Besi Dengan Hidrogen Peroksida pada Larutan Asam

Berdasarkan hasil uji coba di atas menunjukkan bahwa keempat sampel paku tidak mengalami korosi

akibat larutan hidrogen peroksida. Reaksi yang muncul hanya timbulnya gelembung kecil yang

merupakan gelembung oksigen hasil dekomposisi H2O2. Reaksi dekomposisinya adalah sebagai

berikut:

2��� → 2�� + ��

Persamaan 2. Reaksi Dekomposisi Hidrogen Peroksida

Hasil pengukuran pH pada larutan hidrogen peroksida didapatkan bahwa larutan ini memiliki pH 8

yang berarti larutan hidrogen peroksida berada pada kondisi basa mendekati netral (pH 7) dimana

laju dekomposisi hidrogen peroksida menjadi lebih cepat dan kontaminasi pada katalis seperti besi

(Fe), nikel (Ni), tembaga (Cu), chromium (Cr), dan mangan (Mn) (Cholifah, 2016).

Reaksi korosi tidak terjadi akibat hidrogen peroksida lebih cepat terdekomposisi menjadi air dan

oksigen sebelum terjadi reaksi terhadap logam terlebih logam yang dijadikan uji adalah besi (Fe) yang

merupakan katalis yang juga mempercepat dekomposisi hidrogen peroksida.

Berdasarkan hasil percobaan ini, hidrogen peroksida dengan konsentrasi 5% tidak menghasilkan

reaksi yang signifikan terhadap logam sehingga dapat dikatakan aman bagi koleksi dengan material

logam dengan catatan bahwa hidrogen peroksida tidak bercampur dengan larutan lain yang bersifat

asam untuk mencegah reaksi lain yang menyebabkan korosi seperti reaksi yang ditunjukkan pada

Persamaan 1.

Page 18: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 18

5.1.2. NatriumHipoklorit

Pada tes pH untuk mengukur derajat keasaman atau kebasaan, natrium hipoklorit tergolong senyawa

basa dengan pH 12–13. Walaupun bersifat basa, korosi dapat tetap terjadi pada material logam dan

dapat dilihat melalui rumus reaksi berikut :

2�� ��� + 3����� ���� → �������� + 3���� ����

Persamaan 3. Reaksi Antara Besi dengan Natrium Hipoklorit

Reaksi tersebut di atas disebut reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dimana NaOCl berperan sebagai agen

oksidator dan Fe sebagai agen yang tereduksi. Fe2O3 yang dinamakan Besi (III) Oksida atau ferioksida

merupakan padatan berwarna merah kecoklatan. Dalam peristiwa proses pembentukan karat

(korosi) besi mengalami oksidasi sedangkan oksigen di udara mengalami reduksi. Karat besi pada

umumnya berupa besi oksida atau besi karbonat. Secara umum, rumus kimia dari karat besi adalah

Fe2O3.nH2O. Larutan garam NaCl yang terbentuk juga dapat mempercepat proses korosi karena

seperti diketahui bahwa larutan garam bersifat mempercepat perpindahan elektron.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka larutan NaOCl tidak direkomendasikan untuk digunakan

sebagai disinfektan di area museum terutama di area ruang pamer dan ruang penyimpanan karena

dapat menghasilkan efek korosif pada material logam. Tentunya hal ini juga berlaku walapun larutan

NaOCl diencerkan sekalipun.

5.2. DampakPadaKoleksiBerbahanKaindanMengandungPigmenWarna

5.2.1. HidrogenPeroksida

Hidrogen peroksida sebagai bahan pemutih dalam konsentrasi yang tinggi (tidak diencerkan dengan

air) memungkinkan terjadinya lunturnya pigmen warna (walaupun jarang terjadi) dan dapat

melemahkan serat pada koleksi kain (Smithsonian Institution, 2013) terutama apabila digunakan

secara berulang kali.

Berdasarkan pengujian tidak ditemukan perubahan warna pada koleksi namun berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Smithsonian Institution di atas, penggunaan hidrogen peroksida perlu

diwaspadai karena dapat melemahkan serat kain yang menyebabkan kain menjadi lebih cepat

mengalami kerapuhan.

5.2.2. NatriumHipoklorit

Natrium hipoklorit sebagai produk pemutih tentunya memiliki dampak pada koleksi kain tertutama

kain yang mengandung pigmen warna karena dapat melunturkan warna. Hal ini disebabkan karena

NaOCl senyawa oksidator yang memiliki daya oksidasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

hidrogen peroksida (H2O2) sehingga lebih mudah untuk mengoksidasi pigmen warna yang telah

menempel (terfiksasi) pada kain. Semakin kuat daya oksidasi maka akan semakin banyak pigmen

warna yang teroksidasi (luntur) akibat putusnya gugus yang menyusun pigmen warna.

Oleh sebab itu mengapa penggunaan produk pemutih biasanya memiliki perbandingan lebih rendah

dari pelarutnya. Pada produk pemutih seperti Bayclin atau Proclin perbandingan yang digunakan

dengan air adalah 30ml pada 2L air (3 : 200). Hal ini untuk mengurangi daya oksidasi natrium

Page 19: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 19

hipoklorit sebagai oksidasi pemutih. Selain dampak perusakan pigmen warna, selama proses oksidasi

oleh natrium hipoklorit juga terjadi perusakan polimer pada serat kapas yang disebut oksiselulosa

yang menyebabkan kain menjadi lebih rapuh dan mudah rusak dan terurai (Muslim & Inayah, 2018).

Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap kain, larutan NaOCl tidak direkomendasikan

digunakan sebagai disinfektan di area museum karena dapat menyebabkan perubahan warna

(pelunturan) pada material kain yang memiliki pigmen warna sekalipun dengan melakukan proses

pengenceran.

5.3. DampakMencampurHidrogenPeroksidadenganNatriumHipoklorit

Untuk meningkatkan daya disinfektan ada yang berusaha untuk mencampurkan kedua senyawa

disinfektan ini. Perlu diketahui bahwa mencampur kedua senyawa ini bukanlah tindakan yang tepat

karena akan mengakibatkan reaksi berbahaya yang dapat meningkatkan suhu larutan dan ledakan.

Reaksi hebat antara senyawa H2O2 dengan NaOCl dapat menghasilkan gas oksigen melalui reaksi

sebagai berikut:

��� ���� + ����� ���� → ���� ���� + �� ���� + �� ���

Akumulasi gas oksigen yang diproduksi melalui reaksi tersebut dapat menimbulkan tekanan pada

wadah penyimpanan dan perlu diketahui bahwa oksigen (O2) merupakan unsur yang berperan

penting dalam proses pembakaran. Sebagai contoh api pada lilin, pembakaran sampah, korek dapat

menyala karena adanya ketersediaan oksigen.

Hasil percobaan terkontrol yang dilakukan oleh penulis juga menunjukkan adanya kenaikan suhu

ketika kedua senyawa tersebut dicampurkan. Berdasarkan reaksi yang terjadi maka tidak dianjurkan

untuk menyatukan kedua senyawa tersebut sebagai bahan disinfektan.

6. KESIMPULAN

Penggunaan senyawa Natrium Hipoklorit (NaOCl) tidak disarankan untuk digunakan sebagai

disinfektan di area museum karena efek korosif dan kemampuan pelunturan warnanya yang dapat

berakibat buruk bagi koleksi. Sedangkan penggunaan hidrogen peroksida tampaknya lebih

menjanjikan untuk digunakan mengingat selama pengujian tidak ditemukan dampak buruk pada

logam maupun kain.

Namun demikian, penggunaan bahan-bahan kimia sebagai disinfektan di area museum perlu

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi seperti Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) atau

Balai Konservasi Borobudur (BKB) yang tentunya telah melakukan serangkaian penelitian terhadap

beberapa bahan kimia yang dapat berakibat buruk bagi aset budaya bendawi.

7. UCAPANTERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kepada Dr. Mahirta, M.A. (Kepala Museum UGM)

yang berkenan memberikan ijin penggunaan sarana dan prasarana laboratorium Museum UGM

untuk melakukan penelitian ini.

Page 20: Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit

Hidrogen Peroksida dan Natrium Hipoklorit: Dampak Penggunaannya Sebagai Disinfektan di Museum

Oleh Asies Sigit Pramujo, S.S., M.A. © April 2020 20

8. REFERENSI

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2019, Juni 21). Hydrogen Peroxide. Dipetik April 4, 2020, dari The

National Institute for Occupational Safety and Health: https://www.cdc.gov/niosh/topics/hydrogen-peroxide/

Cholifah, S. (2016, Februari 12). Isu Residu Hidrogen Peroksida. Dipetik April 11, 2020, dari Otoritas Kompeten Keamanan

Pangan Daerah (OKKP-D) Provinsi Jawa Timur: https://fyib.com/2016/02/12/isu-residu-hidrogen-peroksida/

Corvaia, C. (2013, April 30). Ceramics. Dipetik April 4, 2020, dari Western Australian Museum:

https://manual.museum.wa.gov.au/conservation-and-care-collections-2017/ceramics

Muslim, I., & Inayah, K. (2018). Penggunaan Pemutih Pakaian Komersial (BAYCLIN) sebagai Zat Etsa Alternatif pada

Pencapan Etsa Kain Kapas Yang Telah Dicelup Zat Warna Reaktif Dingin (Drimarene Blue K2-RL). Prosiding Seminar

Nasional Hasil Litbangyasa Industri II, 15-20.

National Center for Biotechnology Information. (2020, Maret 28). Hydrogen peroxide. Dipetik April 4, 2020, dari PubChem

Database: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hydrogen-peroxide

NFPA. (2004, Maret 1). Formal Interpretaion NFPA 430. Dipetik April 3, 2020, dari National Fire Protection Association:

https://www.nfpa.org/assets/files/AboutTheCodes/430/FI430.pdf

Niehus, L., Henniges, U., Horsky, M., Prohaska, T., Potthast, A., & Brückle, I. (2012). Reducing the Risks of Hydrogen

Peroxide Bleaching in Presence of Iron. Restaurator, 33, 355-394.

SLAC National Accelerator Laboratory. (2013, Mei 20). Sodium Hypochlorite Safe Handling Guideline. Dipetik April 4, 2020,

dari SLAC National Accelerator Laboratory: www-

group.slac.stanford.edu/esh/eshmanual/references/chemsafetyGuideSodiumHypochlorite.pdf

Smithsonian Institution. (2013). Stain Removal. Dipetik April 4, 2020, dari Smithsonian Museum Conservation Institute:

https://www.si.edu/mci/english/learn_more/taking_care/stains.html

WHO. (2020). Coronavirus disease (COVID-19) advice for the public: Myth busters. Dipetik April 3, 2020, dari WHO:

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters

Wikipedia. (2020, Maret 30). Hydrogen Peroxide. Dipetik April 4, 2020, dari Wikipedia The Free Encylopedia:

https://en.wikipedia.org/wiki/Hydrogen_peroxide

Wikipedia. (2020, April 1). Natrium Hipoklorit. Dipetik April 3, 2020, dari Wikipedia The Free Ensyclopedia:

https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hipoklorit

Asies Sigit Pramujo © Dipublikasikan secara daring dalam format dokumen digital (PDF) pada 16 April 2020.

Tentang Penulis

Asies Sigit Pramujo merupakan arkeolog lulusan program studi S1 dari Departemen Arkeologi, Fakultas

Ilmu Budaya – UGM dengan konsentrasi studi pada Manajemen Pengelolaan Sumberdaya Budaya

(CRM) kemudian melanjutkan studi pada program studi S2 di kampus yang sama dengan konsentrasi

studi pada Konservasi Koleksi Museum dengan spesialisasi pada konservasi koleksi lukisan di atas cat

minyak. Saat ini menjalani profesi sebagai konservator di Museum UGM.