Upload
intan-hanif
View
148
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hidrolisis
Citation preview
Stabilitas Gugus Ester pada Enalapril Maleat, Quinapril Maleat, dan Senyawa Golongan Benzimidazole terhadap reaksi Hidrolisis FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU Tugas Stabilitas Obat Stabilitas Gugus Ester pada Enalapril Maleat, Quinapril Maleat, dan Senyawa Golongan Benzimidazole terhadap reaksi Hidrolisis Oleh : Kadek Joni Prayoga (0608505041) JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS UDAYANA 2009 Stabilitas Gugus Ester pada Enalapril Maleat, Quinapril Maleat, dan Senyawa Golongan Benzimidazole terhadap reaksi Hidrolisis PENGETAHUAN ALAM
BAB I PENDAHULUAN Sediaan farmasi yang akan dipasarkan harus memenuhi persyaratan farmakope, seperti keamanan, kemurnian, efikasi, dan kestabilan. Pada dasarnya zat aktif dalam keadaan tunggal memiliki profil kelarutan dan kestabilan yang kurang baik sehingga pada umumnya sediaan farmasi dikombinasikan dengan berbagai eksipien. Eksipien juga dapat berinteraksi dan mendegradasi beberapa zat aktif sehingga mengganggu kestabilan zat aktif baik fisika maupun kimianya. Evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni merupakan salah satu pengujian yang penting dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Pengkajian kestabilan yang dihubungkan dalam formulasi meliputi kestabilan obat itu sendiri dalam keadaan padat, kestabilan fase larutan, dan kestabilan dengan adanya bahan tambahan lainnya. Secara kimia, zat obat adalah alkohol, fenol, aldehid, keton, ester, asam, garam, alkaloid, glikosida, dan lain-lain, masing-masing dengan gugus kimia relatif yang mempunyai kecenderungan berbeda terhadap ketidakstabilan kimia (Ansel, 2005). Hidrolisis adalah salah satu penyebab terjadinya degradasi, sebab didalam sediaan farmasi, air seringkali digunakan sebagai pelarut dan beberapa obat yang mengandung gugus ester ataupun amida dalam air (Shaikh and Ali, 1996). Hidrolisis merupakan suatu proses solvolisis dimana molekul obat berinteraksi dengan molekul-molekul air menghasilkan produk pecahan dari konstitusi kimia yang berbeda. Proses hidrolisis kemungkinan besar merupakan proses tunggal yang paling penting karena hidrolisis merupakan jalur degradasi utama untuk senyawa obat yang memiliki gugus fungsi ester (Ansel, 2005). Banyak substansi obat mengandung gugus fungsi ester. Ester umumnya tersusun atas asam karboksilat dan berbagai alkohol. Walaupun demikian, ester lainnya terdiri atas asam karbamat atau asam sulfonat dengan berbagai alkohol. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus ester terhidrolisis melalui serangan nukleofilik dari ion hidroksida (Yoshioka and Valentino, 2002).
Reaksi hidrolisis dapat dihindari dengan memodifikasi bentuk sediaan misalnya dibuat dalam bentuk suspensi kering. Penyimpanan pada lemari pendingin juga dianjurkan sebagian besar preparat yang dianggap tidak stabil karena adanya reaksi hidrolisis. Seperti halnya suhu, pH juga merupakan suatu penentu utama dalam kestabilan obat yang cenderung mengalami peruraian hidrolitik. Hidrolisis dari kebanyakan obat tergantung pada konsentrasi relatif dari ion hidronium dan ion hidroksida. Oleh karena itu, melalui penggunaan dapar (buffer) yang tepat, kestabilan senyawa-senyawa yang rentan terhadap reaksi hidrolisis dapat ditingkatkan (Ansel, 2005).
BAB II PEMBAHASAN Obat-obatan golongan ACE inhibitor dapat digunakan sebagai monoterapi pada hipertensi esensial dan hipertensi renovaskuler, adapun contoh dari obat-obatan tipe ini adalah: enalapril maleat dan quinapril (Tjay dan Kirana, 2007). Enalapril maleat, `12angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, adalah 1-{N-[(s)-1-carboxyl-3-phenyl-propyl]-L-alanyl-}-l-proline1-ethil ester (Al-Omari et all, 2000). Adapun struktur kimia dari enalapril maleat adalah sebagai berikut : Gambar 1. Struktur Kimia Enalapril Maleat. Quinapril hidroklorida termasuk dalam kelas dipeptide angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE). Seperti ACE inhibitor yang lainnya, quinapril hidroklorida dalam bentuk farmasinya juga bersifat tidak stabil, terutama terhadap kelembaban dan suhu (Stanisz, 2005). Berikut struktur kimia dari quinapril hidroklorida : Gambar 2. Struktur Kimia Quinapril Hidroklorida Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam kasus cacingan termasuk kedalam golongan benzimidazol, dimana contoh yang paling terkenal didunia adalah Albendazol (ALB), Febendazol (FEN), dan Membendazol (MEB). Obat golongan benzimidazol menghambat uptake glukosa secara irreversible sehingga menyebabkan kehabisan glikogen pada parasit (Ragno et all, 2006).
Gambar 3. Struktur Kimia Albendazol (ALB), Febendazol (FEN), Mebendazol (MEB). Al-Omari (2000) melakukan uji stabilitas enalapril maleat dalam eksipien yang berbeda yaitu eksipien yang bersifat asam (asam palmitat trigliserida) dan eksipien yang bersifat basa (sodium bikarbonat) terhadap pengaruh PH dan kelembaban. Enalapril maleat dalam bentuk tunggal atau dengan adanya asam palmitat trigliserida bentuk degradan yang utama adalah 21% diketopiperazin sedangkan bentuk lainnya 2,6% enalaprilat melalui reaksi dehidrasi dan dilanjutkan dengan intramolekul siklisasi. Kemungkinan degradasi yang terjadi ini disebabkan oleh interaksi antara zat aktif (enalapril maleat) dengan eksipiennya. Sedangkan enalapril maleat dalam eksipien basa (sodium bikarbonat) menghasilkan degradan utama enalaprilat (14,9%) dan diketopiperazin dalam konsentrasi yang lebih kecil (0,1%) melalui reaksi hidrolisis. Dimana reaksi hidrolisis ini terjadi pada gugus ester yang terdapat dalam enalapril maleat menjadi gugus asam karboksilat (enalaprilat) kemungkinan disebabkan serangan nukleofilik katalisis basa. Dalam reaksi ini, yang menjadi ujung tombak adalah ion hidroksida (OH-). Gugus asli terpolarisasi karena oksigen terhadap karbon relative bersifat elektronegatif. Maka disini sebagai langkah pertama dari reaksi, nukleofil OH- akan menyerang gugus asil atom karbon (Connors, 1992). Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Gambar 4. Reaksi hidrolisis enalapril maleat pada suasana basa (eksipien basa) Sementara itu Stanisz (2006) juga melakukan uji stabilitas yang hampir sama terhadap quinapril hidroklorida terhadap eksipien dengan sifat yang berbeda (eksipien dengan sifat asam dan basa) dibawah kondisi yang sama (PH dan kelembaban). Pada penelitian ini terjadi reaksi siklisasi dari quinapril hidroklorida pada eksipien yang bersifat asam menjadi diketopiperazin. Sementara itu pada eksipien yang bersifat basa, terjadi reaksi hidrolisis quinapril hidroklorida menjadi quinaprilat. Dimana reaksi hidrolisis ini juga terjadi pada gugus ester quinapril hidroklorida akibat serangan nukleofilik katalis basa menjadi asam karboksilat pada quinaprilat. Dalam reaksi ini, yang menjadi ujung tombak adalah ion hidroksida (OH-). Gugus asil terpolarisasi karena oksigen terhadap karbon relative bersifat elektronegatif. Maka disini sebagai langkah pertama dari reaksi, nukleofil OH- akan menyerang gugus asil atom karbon (Connors, 1992). Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Gambar 5. Reaksi Hidrolisis Quinapril Hidroklorida pada suasana basa (eksipien basa)
Ragno (2006) melakukan uji stabilitas terhadap tiga macam obat cacingan yang berasal dari golongan benzimidazol, yaitu: Albendazol (ALB), Febendazol (FEN), Mebendazol (MEB) terhadap kondisi cahaya dan suhu yang ekstrim, dimana ketiga sampel ini dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut etanol. Didapatkan hasil bahwa sampel dalam etanol mengalami hidrolisis terhadap pengaruh cahaya saja (photo-degradation) dan tidak mengalami hidrolisis terhadap pengaruh suhu (Thermal-degradation). Diduga bahwa hidrolisis yang terjadi akibat adanya pengaruh air dalam pelarut etanol dengan cahaya sebagai katalis. Adapun tahapan reaksi yang terjadi yaitu pertama-tama senyawa induk (sampel) mengalami reaksi demetilasi pada gugus esternya kemudian dilanjutkan dengan terjadinya reaksi dekarboksilasi, tahapan reaksinya dapat dilihat pada gambar: Gambar 6. Reaksi Hidrolisis (Demetilasi dan Dekarboksilasi) Albendazol (ALB), Febendazol (FEN), Mebendazol (MEB) dengan katalis cahaya
BAB III PENUTUP Enalapril maleat, quinapril hidroklorida serta beberapa sediaan golongan benzimidazol memiliki gugus fungsi ester yang rentan mengalami reaksi hidrolisis. Pada enalapril maleat dan quinapril hidroklorida, terjadi reaksi hidrolisis gugus fungsi ester masing-masing membentuk enalaprilat dan quinaprilat yang dikatalisis oleh basa (ion hidroksida), pada reaksi ini terjadi serangan nukleofilik oleh ion hidroksida. Sedangkan pada sediaan golongan benzimidazol mengalami reaksi hidrolisis yang dikatalisis oleh cahaya, dimana reaksi ini terjadi akibat adanya etanol sebagai pelarut.
DAFTAR PUSTAKA Al-Omari, M.M., M.K Abdelah, A.A. Badwan, and A.M.Y. Jaber. 2000. Effect of the drug-matrix on the stability of enalapril maleate in tablet formulations. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 25 (2001) 893-902. Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Connors, KA., GL Amidon, dan VJ Stella.1992. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi Jilid I. Semarang : IKIP Semarang Press. Ragno G., A. Risoli, G. Ioele, and M. de luca. 2006. Photo- and Thermal-Stability Studies on Benzimidazole Anthelmintics by HPLC and GC-MS. Chem. Pharm. Bull. 54(6) 802—806 (2006). Shaikh, R. H., and Ali A. S. 1996. Stability Of Pharmaceutical Formulations. Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences Vol.9(2), July 1996, pp.83-86 Stanisz, B., 2005. The Influence Of Pharmaceutical Excipients On Quinapril Hydrochloride Stability, Acta Poloniae Pharmaceutica ñ Drug Research, Vol. 62 No. 3 pp. 189ñ193, 2005 Yoshioka, S and Valentino J. S. 2002. Stability of Drugs and Dosage Forms. New York, Boston, Dordrecht, London, Moscow : Kluwer Academic Publishers.