26

HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) UNTUK SOCIAL ......menjawab pertanyaan yang berk-isar pada LOTS (C1- C3) kini di-dorong lebih jauh lagi agara dapat mencapai tahapan keterampi-lan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)UNTUK SOCIAL SCIENCES

    Penulis: Zulfikar Alimuddin

    Nikmah Hariati

    Kontributor: Muhammad Zamrony, Mahrus Afif, M Ridho Pahlawan, Maimunah,

    Muhammad Mustain, Ali Harun, Randi Ahmad Irwanto, M Rijali Riyadi, Siti Raudhah, Yudhistira Abdi A

    Penyelia naskah:Nikmah Hariati

    Desain sampul:Ayatullah Humaidi

    Desain isi:Ayatullah Humaidi

    Penerbit:HAFECS Press

    Jl. Brigjen Hasan Basri, Handil Bakti, Ray V, Alalak, Kab. Barito Kuala, Kalimantan Selatan, 70581

    Terbit pertama kali tahun 2019

    Cetakan Pertama Juni 2019

    Hak Cipta dilindungi oleh Undang Undang Dilarang memperbanyak buku sebagian atau seluruh buku ini

    tanpa izin tertulis dari Penerbit

    ISBN 978-623-91167-0-5

  • Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

    1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimak-sud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

    2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cip-ta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

    4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

  • KATAPENGANTAR

  • SEJAK saya pertama kali di tugas kan di GIBS, SMP-SMA berasrama yang terletak di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan, pada Mei 2015. Sejak saat itu hingga sekarang, salah satu tantangan terbesar dalam pengajaran yang saya amati dalam proses pengajaran di kelas adalah kesulitan siswa dalam memahami materi-materi yang diajarkan oleh para guru. Ketika saya amati lebih jauh dalam proses penyampaian materi, umumnya para siswa tidak menunjukkan ketertarik an pada materi tersebut. Fenomena ini saya kira sama dengan apa yang terjadi pada kehidupan kita sehari-hari di saat kita tidak memiliki ketertarikan pada sebuah informasi yang kita terima karena kita tidak mampu menyerap informasi tersebut.

    Pada awalnya, saya berusaha mem perbaiki situasi ini dengan mengajak para guru untuk memilah-milah materi bagi berbagai kelompok siswa di kelas menurut kemampuan daya serap me reka. Cara ini cukup efektif untuk membuat

    setiap siswa tertangani dengan lebih baik. Namun, tetap saja terjadi hambatan dalam proses interaksi komunikasi antara guru dan siswa.

    Kami kemudian memberikan pelatih an bagi para guru baik di dalam lingkung an sekolah dengan mengundang para ahli pendidikan maupun mengirim guru ke berbagai seminar dan training. Selain itu saya kemudian memutuskan untuk mengambil program doktoral di bidang People and Knowledge Management untuk secara khusus mencari tau bagaimana meningkatkan kemampuan pengajaran para guru. Dalam proses riset saya inilah saya kemudian menemukan istilah Pedagogical Content Knowledge. Dengan temuan konsep ini saya kemudian meratifikasi tema disertasi saya dari “peningkatan kemampuan pengajaran” menjadi “peningkatan kemampuan PCK para guru”.

    Saya kemudian mencoba menerap kan PCK kepada para guru di GIBS melalui pelatihan-pelatihan internal, dan kemudian melalui HAFECS memper kenalkan

    konsep dan metode ini ke para guru di sekolah-sekolah lain.

    Saya kemudian mengajak para guru di GIBS untuk menuliskan pengalam an mereka mengajar setelah mereka menggunakan PCK di buku ini untuk bisamenjadi tambahan referensi bagi guru-guru lain.

    Karena ini adalah buku pertama kami, dan memperhatikan banyak nya mata pelajaran yang harus disampai kan pada siswa, serta kompleksitas PCK itu sendiri, kami memutuskan untuk menjabarkan PCK pada mata pelajaran Matematika dan IPA saja di buku ini. Karena itulah, dalam buku ini hanya mengangkat kasus-kasus yang terkait dengan mata pelajaran tersebut.

    Untuk memberikan gambaran pe nerapan PCK dalam ilmu sosial, di akhir buku ini kami juga mengangkat satu kasus berdasarkan pengalaman guru di kelas sosial. Pembahasan PCK secara khusus untuk pelajaran sosial akan dijabarkan dalam buku yang akan terbit berikutnya.

    Zulfikar Alimuddin B.Eng., MM.

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    viKATA PENGANTAR

  • DAFTAR ISI

  • HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    viDAFTAR ISI

    viKATA PENGANTAR

    viDAFTAR ISI

    viiiCARA MEMBACA BUKU INI

    02PENGANTAR: APA DENGAN MENGAPA HOTS?

    20BAB 1: PROSES BERFIKIR DALAM BELAJAR-MENGAJAR

    32BAB 2: CARA MEMBANGUN HOTS

    46BAB 3: CARA MEMBANGUN HOTS MELALUI PERTANYAAN TURUNAN

    52BAB 4: PROSES BERFIKIR DAN TAKTIK PENGAJARAN

    60BAB 5: PENGGUNAAN PCK DALAM PENGAJARAN HOTS

    160PENUTUP

    162DAFTAR PUSTAKA

  • CARAMEMBACABUKU INI

  • Buku ini bisa dibaca dari awal sampai akhir secara berurutan atau:

    1. Cari cerita pengalaman yang diceritakan di buku ini yang sama

    atau mirip dengan pengalaman Anda.

    2. Tuliskan terlebih dahulu cerita pengalaman Anda pada secarik kertas

    3. Baca pengalaman yang ada di buku ini dan bandingkan dengan

    pengalaman Anda sendiri yang sudah Anda tuliskan.

    4. Baca juga penjabaran tentang PCK di Chapter II.

    5. Baca teori terkait pengalaman tersebut, dan buat catatan tambah-

    an di kertas Anda tentang apa yang Anda bisa perbaiki atas kejadi-

    an dari pengalaman tersebut.

    Bila tidak ada satupun cerita pengalaman di buku ini yang bisa

    anda hubungkan dengan pengalaman anda sendiri, maka:

    1. Baca dengan seksama cerita pengalaman yang ditulis di buku ini.

    2. Bayangkan situasi-situasi yang mungkin terjadi di kelas anda yang

    bisa anda hubungkan dengan cerita pengalaman tersebut, dan tu-

    liskan apa yang anda bayangkan.

    3. Baca teori terkait pengalaman tersebut dan coba tuliskan apa

    yang bisa anda perbaiki pada situasi yang anda bayangkan itu.

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    viiiDAFTAR ISI

  • APA DAN MENGAPA HOTS?

    1BAB

  • PENGAJARAN di kelas, di seluruh dunia, di semua level , semua bertujuan untuk mendidik. Semua memberikan pelajaran berupa informasi, norma, mau-pun keterampilan yang dihara-pkan akan bermanfaat untuk

    kehidupan siswa nanti. Namun kalau kita amati lebih jauh, semua pengetahuan tersebut seringkali hanya bersifat dida-ktik, satu arah, dan tidak be-nar-benar memfasilitasi siswa untuk mencari alasan kenapa mereka memerlukan pelajaran

    tersebut. Dalam kegiatan be-lajar mengajar, siswa berfikir, namun apakah yang mereka sedang fikirkan, sudah sampai pada tahapan manakah mereka berfikir? Inilah yang mungkin seringkali lupa guru klasifi-kasikan.

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    “Sekedar mengingat tidak cukup untuk seseorang yang hidup di abad 21”

    (Williams, 2003)

    2APA DAN MENGAPA HOTS?

  • Guru, yang telah dilatih se-dari persiapan pendidikan di tingkat perguruan tinggi tentu-nya mengenal istilah taksonomi pembelajaran atau lebih dikenal dengan taksonomi Bloom yang berikutnya telah direvisi oleh An-derson dan Krathwohl (AKT) atau lebih dikenal dengan istilah RBT (revised Bloom’s taxonomy). Tak-sonomi ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan sehingga dapat tercapai hasil belajar yang efisien tepat sasaran. Taksonomi juga menjadi landasan pendi-

    dikan intelektual siswa yang me-mang dirangkai agar berkem-bang sesuai dengan tahapan pembelajaran yang diharapkan. Khususnya pembelajaran masa kini yang menitik beratkan pada penguasaan keterampilan ber-fikir tingkat tinggi demi meres-pon permintaan lingkungan so-sial maupun dunia kerja selepas siswa bersekolah nantinya.

    Sekilas tentang taksonomi, sesuai dengan dinamika pendi-dikan, taksonomi yang awalnya diperkenalkan oleh Benyamin S.

    Bloom pun mengalami peruba-han yang disesuaikan dengan karakter pembelajaran masa kini yang direvisi oleh Lorin Ander-son dan Krathwohl. Secara sing-kat, taksonomi revisi menekank-an lebih kepada proses dimana taksonomi yang terdahulu leb-ih berfokus pada produk hasil berfikir. Ini terkait pula dengan kategori proses berfikir yang ter-masuk ke dalam keterampilan berfikir tingkat rendah (LOTS) dan keterampilan berfikir ting-kat tinggi (HOTS).

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    3 APA DAN MENGAPA HOTS?

  • Sebelum buku ini dibahas lebih jauh. Ada dua perubahan mendasar yang harus dipahami yang membedakan antara AKT dan Bloom’s Taxonomy (BT)

    yang bisa dilihat pada tabel berikut ini:

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Pengetahuan (Knowledge)

    Pemahaman (Comprehension)

    Pengaplikasian (Application)

    Analisis (Analysis)

    Sintesis (Synthesis)

    Evaluasi

    Structur Taksonomi BloomNo

    Mengingat (Remember)

    Memahami (Understand)

    Mengaplikasikan (Apply)

    Menganalisa (Analyze)

    Mengevaluasi (Evaluate)

    Menciptakan/Mengkreasikan (Create)

    Struktur Taksonomi Revisi (AKT)

    Tabel 1.1 Perbandingan struktur taksonomi Bloom dan Taksonomi Anderson dan Krathwohl

    Merepresentasikan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS)

    Merepresentasikan kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS)

    Area merah HOTS tersebutlah yang menjadi tujuan pembelaja-ran di kelas pada masa kini Lalu apakah HOTS itu sebenarnya?

    HOTS atau Higher Order Think-ing Skills yang bermakna ke-mampuan berfikir tingkat tinggi ini adalah kemampuan berfikir secara logis, reflektif, dan kom-pleks yang tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami namun juga bersifat analitik, evaluatif, dan kreatif. Da-lam berbagai studi, HOTS diakui sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh masyarakat abad 21 agar bisa memiliki performa yang

    optimal dalam pekerjaan maupun kehidupan sosialnya (Williams, 2003; Brookhart, 2010; Moseley, et al., 2005). Ini pula yang men-dorong pemerintah berbagai neg-ara, melalui pendesain kurikulum nasional dan pembuat kebijakan, menelurkan kurikulum berbasis HOTS yang dapat merespon kebu-tuhan zaman yang menginginkan para pencari solusi dan pemikir yang efisien untuk menempati po-sisi-posisi strategis di masyarakat.

    Pada pembelajaran belakan-gan ini, HOTS yang awalnya ban-yak berfokus kepada kemampuan menjawab pertanyaan yang berk-

    isar pada LOTS (C1- C3) kini di-dorong lebih jauh lagi agara dapat mencapai tahapan keterampi-lan menganalisa hingga mampu menciptakan konsep atau produk berfikir yang baru (C4 - C6).

    4APA DAN MENGAPA HOTS?

  • Secara khusus dikaitkan den-gan peran guru dalam lingkup sekolah, kita tentunya memilki pengaruh yang sangat besar dalam upaya menyukseskan penanaman kemampuan ber-fikir tingkat tinggi ini yang dika-takan merupakan kunci dari suk-sesnya pendidikan (Retnawati et al., 2018; Tanujaya et al., 2017). Buku ini kemudian bertujuan untuk menjadi referensi praktis bagi guru dalam rangka mema-hami elemen-elemen HOTS, ti-dak hanya aspek proses kognitif yang diperkenalkan oleh Bloom dari mengingat (C1) hingga mengevaluasi (C6) namun juga dimensi lain di luar pengeta-huan kognitif yang diperke-

    nalkan oleh Anderson dan Krathwohl yang menetapkan dimensi tersebut berupa peng-etahuan faktual hingga metak-ognitif. Buku ini juga bertujuan membantu guru menemukan kerangka bagaimana melatih siswa untuk dapat menguasai keterampilan berfikir terse-but menggunakan taksonomi dan Anderson dan Krathwohl (AKT) tersebut. Hal yang tidak kalah penting adalah bagaima-na menggunakan pengetahuan konten pedagogi (Pedagogical Content Knowledge) yang dimil-ki oleh guru untuk memaksi-malkan pembelajaran di dalam kelas seperti yang ditulis di buku HAFECS sebelumnya yang ber-

    judul Cara Mengajar Lebih Efektif Dengan Menggunakan PCK Bagi Guru Matematika dan Sains yang telah diterbitkan lebih dulu pada tahun 2019.

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    5 APA DAN MENGAPA HOTS?

  • HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    Kemudian mengapa HOTS? Seperti kutipan yang kita baca sebelumnya. Dunia ini dina-mis, sehingga pendidikan yang menjadi fondasi dasar manusia untuk bertahan hidup tentunya harus mengikuti dinamika itu pula. Se iring dengan terbuka-nya jendela informasi dan pe-ngetahuan tanpa batas, guru pun semestinya melatih siswan-ya agar mampu berfikir kritis dan independen. Kemampuan ini sudang barang tentu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang telah matang keterampi-lan berfikir tingkat tingginya sehingga bukan hanya mereka mampu berfikir, namun juga beradaptasi dengan perubahan dan menciptakan perubah an itu

    sendiri.Berikutnya dalam meren-

    canakan pengajaran yang ber-basis pada keterampilan ber-fikir tingkat tinggi (HOTS), guru harus sudah fasih memahami intisari dari pembelajaran dan pengajaran agar dapat mem-bantu siswa berfikir dengan tepat dan efisien sehingga mer-eka mampu meraih capaian

    pembelajaran yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang siswa sekolah dasar telah diajari dan dapat mengingat konsep nomi-nal uang (C1) tentu perlu belajar memahami untuk barang sep-erti apa saja uang tersebut bisa digunakan (C2) sebelum ia bisa benar-benar menghitung kem-balian belanjaan yang telah ia pakai (C3).

    Proses seperti inilah yang guru akan ajarkan dan akan di bahas di buku ini. Kemudian akan juga dibahas kaitan antara pembelajaran, pengajaran, dan tentunya hasil akhir yang di-harapkan setelah proses tersebut dilalui.

    C1 C2 C3

    6APA DAN MENGAPA HOTS?

  • CONTOHKASUS

  • HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    8CONTOH KASUS

    The

    Know

    ledg

    e D

    imen

    sion

    METACOGNITIVE(Knowledge

    of cognition in general as well as awareness

    and knowledge of one’s own

    cognition)

    M

    MC1Identify • Proses apakah

    yang paling utama dalam membuat suatu warna dari hasil campuran be-berapa warna. Jelaskan!

    MC2Predict• Mengapa setiap

    prosedur yang dilakukan dapat membentuk susunan warna yang tidak sama atau bahkan hasilnya bisa sangat berbeda!

    MC3 UseJelaskan mengapa campuran ber-bagai warna dapat membentuk suatu yang baru yang berbeda – beda!

    MC4 Deconstruct• Susunan

    campuran warna apa saja yang dapat membentuk warna baru yang utuh!

    MC5Reflect• Bagaimana

    cara mengu-rangi dampak dan hasil campuran warna yang tidak sesuai dengan warna baru yang diharapkan!

    MC6Create (cipta)Buatlah satu warna dari hasil campuran beberapa warna sehingga meng-hasilkan spectrum warna baru!

    PROCEDURAL(How to do some-

    thing, methods of inquiry, and

    criteria for using skills, algorithms, techniques, and

    methods) P

    PC1Recall • Tuliskan

    prosedur cara membuat warna ungu dari campuran dua warna!

    PC2Clarify Apakah prosedur tersebut dapat dilakukan untuk membentuk warna lain yaitu biru?

    PC3 Carry out• Buatlah

    susunan bola sehingga mem-bentuk susunan warna pelangi!

    • Tentukan proce-dure lain untuk membentuk campuran dua warna berbeda menjadi satu warna.

    PC4 Integrate• Bandingkan

    prosedur-prosedur tersebut. Manakah prosedur yang paling efektif membentuk suatu warna baru.

    PC5JudgeApa yang harus dilakukan agar kedua prosedur tersebut dapat dilakukan den-gan cara yang sama sehingga dapat menghasil-kan warna baru yang lebih cepat.

    PC6Design• Apa saja yang

    bisa dilakukan untuk menen tu-kan jenis – jenis campuran suatu warna sehingga dapat membentuk warna baru yang berbeda!

    CONCEPTUAL(The interrelation-ships among the basic elements within a larger structure that

    enable them to function together)

    C

    CC1Recognize • Sebutkan

    benda apa saja yang berwarna seperti darah?

    CC2Classify • Jelaskan

    cirri – cirri benda tersebut dapat dikatakan warna darah?

    CC3 ProvideJelaskan apakah cirri – cirri warna tersebut juga ada pada benda lain. Sebut dan jelaskan!

    CC4 DifferentiateApakah ada cir-ri-ciri lain yang menentukan suatu benda dapat memiliki warna-warna tertentu?

    CC5DetermineApa yang menyebabkan warna memiliki spectrum yang berbeda – beda!

    CC6Assemble• Tentukan pembe-

    da utama dalam prosedur menen-tukan warna baru pada prosedur – prosedur sebelumnya.

    FACTUAL(The basic

    elements students must know to be

    acquainted with a discipline or solve

    problems in itF

    FC1List • Apa warna

    tutup marker yang saya pegang?

    FC2Summarize• Ada berapa “ma-

    cam” warna tutup marker yang saya pegang?

    FC3Respond• Ada berapa

    “macam” warna bola yang saya pegang?

    FC4 Select• Apakah

    warna biru pada bola memiliki warna yang sama persis pada tutup marker?

    FC5Check• Apakah setiap

    spektrum war-na yang sama dapat dikatan memiliki nilai dan kualitas warna yang sama!

    FC6GenerateTentukan factor yang dapat menen-tukan suatu benda dapat memiliki warna khusus?

    C1 C2 C3 C4 C5 C6

    REMEMBER(Retrieve relevant

    knowledge from long-term

    memory)

    UNDERSTAND(Construct meaning from instructional

    messages, including oral, written, and

    graphic communi-cation)

    APPLY(Carry out or use

    procedure in a given situation)

    ANALYZE(Break material into constitu-ent parts and

    determine how parts relate to one another

    and to an over-all structure or

    purpose)

    EVALUATE(Make judge-ments based

    on criteria and standards)

    CREATE(Put elements

    together to form a coherent wholes; reorganize into

    a new pattern or structure)

    The Cognitive Process Dimension

    CASE CATEGORIZATION OF COLOUR (MUHAMMAD MUSTAIN)

  • HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    9 CONTOH KASUS

    CASE PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI (NURUL LAILI F)

    REMEMBERING UNDERSTANDING APPLYING ANLYZING EVALUATING CREATING

    METACOGNITIF

    PROCEDURAL

    Apa saja langkah yang harus dilakukan untuk membuat jurnal penutup?

    Bagaimana cara mencatat jurnal penutup untuk kerugian dan keuntungan yang dialami oleh perusahaan?

    Pada tanggal 31 Desember 2017, diketahui usaha kursus akuntansi milik Nona Fitri memperoleh laba sebesar Rp10.000.000,00. Ayat jurnal yang diperlukan untuk menutup akun tersebut adalah

    CONCEPTUAL

    - Apa saja akun yang harus dibuat jurnal penutupnya?

    - Akun apa saja yang termasuk dalam akun nominal?

    - Di bagian lapo-ran manakah kita bisa men-emukan akun nominal?

    - Kenapa akun-akun tersebut harus dibuat jurnal penu-tupnya?

    - Bagaimana jika perusahaan tidak membuat jurnal penutup diakhir periode?

    - Kenapa hanya akun nominal saja yang dibuat jurnal penyesuaian-nya?

    Bagaimana perusaha an membuat jurnal penutup jika pada bulan Janu-ari 2018 perusa-haan mengalami kerugian sebesar Rp 200.000?

    FACTUAL

    Berapa laba yang diperoleh kursus akuntansi milik Nona Fitri selama bulan Desember 2017?

    Apakah laba di bulan Janua ri 2018 akan sama dengan laba di bulan Desember 2017?

    Jika perusahaan mendapatkan laba sebesar Rp 10.000.000 dan akan menut-upnya diakhir ta-hun, berapa laba yang tersisa?

  • HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    10CONTOH KASUS

    CASE ISLAMIC STUDIES (H MUHAMMAD AMIN)

    M

    P

    1. Jelaskan proses turunnya Al-Qur’an!

    1. Mengapa Nabi Muhammad SAW melarang penu-lisan Hadis pada masa hidupnya?

    1. Berikut ini adalah urutan proses peng ambilan hukum pada masa Nabi Muhammad SAW, tentukan proses mana yang tidak termasuk dalam proses peng ambilan hukum pada masa Nabi SAW!

    C

    1. Apa itu hukum?2. Apa itu Islam?3. Apa itu sumber

    hukum?

    1. Jelaskan penger-tian sumber hukum Islam!

    2. Jelaskan keutamaan hukum Islam diband-ingkan dengan hukum lainnya!

    1. Perhatikan ayat di atas! Ayat di atas menjelaskan tentang hukum?

    F

    1. Sebutkan ma-cam-macam hu-kum yang pernah kamu dengar!

    2. Sebutkan sum-ber-sumber hukum agama Islam!

    1. Mengapa Al-Qur’an menjadi sumber utama dalam pengambil-an hukum Islam?

    1. Sesuai ayat di atas, sebutkan sumber-sumber hukum Islam yang disebutkan pada ayat tersebut!

    C1 C2 C3 C4 C5 C6

  • HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    9 CONTOH KASUS

    The

    Know

    ledg

    e D

    imen

    sion

    METACOGNITIVE(Knowledge

    of cognition in general as well as awareness

    and knowledge of one’s own

    cognition)M

    MC1Identify (kenali)• Proses mana

    yag paling menentukan pengambilan keputu-san pada pemerintahan demokrasi!

    MC2Predict (telaah)• Mengapa

    ada sebagian dari prosedur tersebut yang terk-adangtidak dijalankan

    MC3 Use (guna)• Jelaskan

    mengapa pemerintah-an tersebut tetap disebut demokrasi meski sebagian prosedur tidak di-jalankan?

    MC4 Deconstruct (dekonstruksi)• Pemerintah an

    yang seperti apa yang akan lebih efektif dalam menjalan kan sebuah kebija-kan?

    MC5Reflect (gambar)• Bagaimana men-

    gurangi dampak dari lemotnya (lambatnya) se-buah kebijakan?

    MC6Create (cipta)• Rancanglah

    kebijakan baru atau tambahkan kebijakan lain sehingga kelema-han sebuah prosedur tidak akan mengurangi efektivitas se-buah kebijakan!

    PROCEDURAL(How to do some-

    thing, methods of inquiry, and

    criteria for using skills, algorithms, techniques, and

    methods)

    P

    PC1Recall (ingat)• Jabarkan

    prosedur pengambilan keputu-san pada pemerintahan demokrasi!

    PC2Clarify (terang)• Apakah

    prosedur tersebut sela-lu dijalankan di Indonesia?

    • Apakah prosedur tersebut sela-lu dijalankan di Inggris?

    PC3 Carry out (terap, bawa)• Berikan

    contoh-con-toh kejadian dan jelaskan bagaimana prosedur tersebut dijalankan!

    PC4 Integrate (padu)• Bandingkan

    prosedur-prosedur terse-but! manakah prosedur yang lebih cepat dalam pengambilan keputusan?

    PC5Judge (hakim, benar/salah)• Apa yang bisa

    dilakukan agar kedua prosedur tersebut dapat sama cepatnya dalam pengambi-lan keputusan?

    PC6Design• Apa saja kebijakan

    lain yang dapat menentukan kecepatan dalam pengambilan keputusan?

    CONCEPTUAL(The interrelation-ships among the basic elements within a larger structure that

    enable them to function together)

    C

    CC1Recognize (akui)• Sebutkan

    ciri-ciri sebuah pemerintahan yang men-ganut sistem demokrasi!

    CC2Classify (golong)• Jelaskan

    setiap ciri-ciri tersebut (ci-ri-ciri sebuah pemerin-tahan yang menganut sistem demokrasi)!

    CC3 Provide (saji)• Jelaskan

    dengan contoh apa-kah ciri-ciri tersebut ada di Indonesia!

    CC4 Differentiate (beda)• Apakah ada

    ciri-ciri lain yang menen-tukan sebuah negara menga-nut sistem demokrasi meski kepala negaranya bu-kan presiden?

    CC5Determine (menen-tukan)• Apa yang

    me nye babkan negara tersebut tetap disebut negara demokrasi meskipun kepala negaranya bukan presiden? (Jawab-an: penjelasan atas faktor-faktor lain tersebut)

    CC6Assemble (himpun)• Tentukan

    pembeda utama antara dua neg-ara namun tetap menunjukkan keduanya adalah negara demokrasi!

    FACTUAL(The basic

    elements students must know to be

    acquainted with a discipline or solve

    problems in it)F

    FC1List (daftar, data)• Tuliskan defini-

    si demokrasi!

    FC2Summarize (rangkum)• Apakah Indo-

    nesia meng-anut sistem demokrasi?

    FC3Respond (tang-gap)• Sebutkan

    dua aspek yang ada di Indonesia yang menunjukkan Indonesia men-ganut sistem demokrasi!

    FC4 Select (pilih)• Apakah kedua

    aspek tersebut juga terjadi di Inggris?

    FC5Check (periksa)• Apakah Inggis

    tetapbisa disebut negara demokrasi?

    FC6Generate (hasil)• Tentukan faktor

    yang paling me-nentukan apakah sebuah negara bisa disebut nega-ra demokrasi!

    C1 C2 C3 C4 C5 C6

    REMEMBER(Retrieve relevant

    knowledge from long-term

    memory)

    UNDERSTAND(Construct

    meaning from instructional

    messages, including oral,

    written, and graphic commu-

    nication)

    APPLY(Carry out or use

    procedure in a given situation)

    ANALYZE(Break material into constituent parts and deter-mine how parts

    relate to one another and to an overall structure

    or purpose)

    EVALUATE(Make judgements

    based on criteria and standards)

    CREATE(Put elements

    together to form a coherent wholes; reorganize into

    a new pattern or structure)

    The Cognitive Process Dimension

    CASE DEMOKRASI (ZULFIKAR ALIMUDDIN)

  • DAFTARPUSTAKA

  • ACT Cross Sectoral Assessment Working Party .(2016). The Teachers’ Guide to Assessment http://ais.act.edu.au/wp-con-tent/uploads/2016/02/Teachers-Guide-To-Assessment.pdf

    Anderson, L. W., & Krathwohl, D. (Eds.). (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Longman.

    Athreya, B.H., & Mouza, C. (2017). Thinking skills for the digital generation. Switzerland: Springer.

    Bacay, MSC. (2006). Teaching Students with Different Learning Styles. Centre for Development of Teaching and Learning April 2006, Vol. 9 No. 1, p.9. National University of Singapore, Singapore.

    Baumert, J., Kunter, M., Blum, W., Brunner, M., Voss, T., Jordan, A. et al. (2010). Teachers’ Mathematical Knowledge, Cognitive Activation Ni the Classroom and Student Progress. American Educational Research Journal. 47(1), 133 – 180.

    Blömeke, S., & Delaney, S. (2012). Assessment of teacher knowledge across countries: a review of the state of re-search. ZDM, 44(3), 223-247.

    Bloom, B., Englehart, M. Furst, E., Hill, W., & Krathwohl, D. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classifica-tion of educational goals. Handbook I: Cognitive domain. New York, Toronto: Longmans, Green.

    Felder, R. M., & Brent, R. (2005). Understanding Student Dif-ferences. Journal of Engineering Education, 1, 57-72. 

    Gess-Newsome, J. (1999). Pedagogical Content know-ledge: an introduction and orientation. In: Gess-Newsome, J.; Lederman, N.G. (Eds.) Examining Pedagogical Content Knowledge, Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers, 3-17.

    Gess-Newsome, J., & Carlson J. (2013). The PCK summit con-sensus model and definition of pedagogi cal content know-ledge. In: The Symposium “Reports from the Pedagogical Content Knowledge (PCK) Summit, ESERAConference 2013, September, 2013.

    Gudmundsdottir, S. & Shulman, L. (1987). Pedagogical Content Knowledge in Social Studies. Scandinavian Jour-nal of Educational Research 31, 59‐70.

    Guerriero, S. (Ed.) (2017). Pedagogical Knowledge and the Chang-ing Nature of the Teaching Profession. Paris: OECD Publishing.

    Hill, C. H., Rowan, B., & Ball, D. L. (2005). Effects of teachers’ mathematical knowledge for teaching on student achieve-ment. American Educational Research Journal, 42, 2, 371-406.

    Karaman, A. (2012). The Place of Pedagogical Content Knowledge in Teacher Education. Atlas Journal of Science Education 2, 56-60..

    Karaman, A. (2012). The Place of Pedagogical Content Knowledge in Teacher Education. Atlas Journal of Science Education. 2. 56-60

    Kathirveloo, P & Puteh, M. (2014). Effective Teaching: Peda-gogical Content Knowledge. Proceeding of International Joint Seminar Garut.

    Behar, LS. & George, PS. (1994) Teachers’ use of curri-culum knowledge, Peabody Journal of Education 69:3, 48-69,

    Magnusson, S., Krajcik, J., & Borko, H. (1999). Nature, sour-ces, and development of pedagogical content knowledge for science teaching. In J. Gess-Newsome & N. G. Lederman (Eds.), Examining pedagogical content knowledge: The construct and its implication for science education (pp. 95-132). Dordrecht, the Netherlands: Kluwer Academic.

    Morine-Dershimer, G., & Kent, T. (1999). The complex na-ture and sources of teachers´ pedagogical knowledge. In: Gess-Newsome, J.; Lederman, N.G. (Eds.) Examining Peda-gogical Content Knowledge, Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers, p. 21-50.

    Nguyen, J (2016). Why Context Is Just as Important as Con-tent in the Classroom. http://www.edudemic.com/con-text-in-the-classroom/

    Schwartz, R. & Lederman, N. G. (2002). “It’s the nature of the beast”: the influence of knowledge and intentions on learning and teaching nature of science. Journal of Re-search in Science Teaching, 39(3), 205-236

    Shulman, L. S. (1986). Those who understand: knowledge growth in teaching. Educational Researcher, 15 (4), 4-14.

    Shulman, L. S. (1987). Knowledge and teaching: founda-tions of a new reform. Harvard Educational Review, 57 (1), p. 1-22.

    The National Council for Excellence in Critical Thinking. (2015). Retrieved September 3, 2018, from http://www.criticalthinking.org/pages/the-national-council-for-ex-cellence-in-critical-thinking/406

    Voss, T., Kunter, M., & Baumert, J. (2011). Assessing teacher candidates’ general pedagogical/psychological know-ledge: Test construction and validation. Journal of Educa-tional Psychology, 103(4), 952–969.

    Daftar Pustaka

    HIGH ORDER THINKING SKILLS UNTUK SOCIAL SCIENCES

    162DAFTAR PUSTAKA

  • COVER DEPAN HOTS IPS.pdfISI - DUMMY BUKU HOTS SS.pdfCOVER BELAKANG HOTS IPS.pdf