Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HIMPUNAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
i
KATA SAMBUTAN
Dalam rangka menyediakan informasi hukum berupa peraturan perundang-
undangan, Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan Sekretariat
Kemenko Polhukam menyusun himpunan peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yaitu
Himpunan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
Himpunan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
serta Himpunan Keputusan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Tahun 2015. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan ini
sangat dibutuhkan untuk dijadikan pedoman dalam menjabarkan tugas dan tanggung
jawab serta wewenang yang dilaksanakan secara profesional dan prosedural baik di
lingkungan kerja Kemenko Polhukam maupun di lapangan.
Demikian sambutan saya, semoga buku himpunan ini dapat memberi
manfaat bagi keberhasilan pelaksanaan tugas Kemenko Polhukam.
Jakarta, Desember 2015
Sektretaris Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
Eko Wiratmoko
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Sambutan…………………………………………………………………...
i
Daftar Isi…………………………………………………………………………... iii
1. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2015 tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan …………………….
1
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan..……………………
19
3. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Kelas Jabatan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ..…………………………………………..……………………...
47
4. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan……………………………………………………………………
63
1
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menuju tata kelola pemerintahan yang
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, diperlukan suatu kondisi
yang bebas dari benturan kepentingan;
b. bahwa pemahaman yang tidak seragam mengenai benturan
kepentingan menimbulkan penafsiran yang beragam dan
berpengaruh pada kinerja pegawai, sehingga perlu disusun
pedoman benturan kepentingan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang
Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
2
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan
Kegiatan Pegawai Negeri Dalam Usaha Swasta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3021);
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: Per-367/Menko/Polhukam/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan
6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: Per-02/Menko/Polhukam/8/2011 tentang
Disiplin Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: Per-03/Menko/Polhukam/8/2011 tentang
Kode Etik Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
8. Peraturan Menteri KoordinatorBidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: Per-04/Menko/Polhukam/10/2011 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukuman
Disiplin dan Kode Etik Pegawai Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Penanganan Benturan Kepentingan (Berita Negara
Republik IndonesiaTahun 2013 Nomor 65);
3
10. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Sistem Penanganan
Pengaduan (Whistblower System) Tindak Pidana Korupsi di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
11. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pengendalian
Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,
DAN KEAMANAN TENTANG PEDOMAN PENANGANAN
BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN.
Pasal 1
Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 menjadi acuan bagi pejabat dan pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk
mengenal, mencegah, dan mengatasi benturan kepentingan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Pasal 3
Atasan langsung pejabat dan/atau pegawai melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penanganan Benturan Kepentingan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1.
4
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Mei 2015
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. TEDJO EDHI PURDIJATNO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd. YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 738
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
5
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
6
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang baik (good government) dan
peningkatan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing Pejabat dan
Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan serta dalam rangka penciptaan lingkungan kerja yang bebas
korupsi, perlu dilakukan pengenalan serta upaya pencegahan dan penanganan
terhadap terjadinya benturan kepentingan dari Pejabat atau Pegawai di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugasnya.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pedoman bagi seluruh pejabat dan pegawai
di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
dalam penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Penyusunan Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengacu
antara lain kepada peraturan perundang-undangan yang menyangkut
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pelaksanaan
reformasi birokrasi dan pedoman yang diatur di dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan.
7
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan Pedoman Benturan Kepentingan di Lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah:
1. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pejabat dan Pegawai
untuk mengenal, mencegah, mengatasi benturan kepentingan sehingga
mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.
2. Tujuan
a. menciptakan budaya kerja organisasi yang dapat mengenal,
mencegah, dan mengatasi situasi-situasi benturan kepentingan;
b. meningkatkan pelayanan publik dan mencegah terjadinya kerugian
Negara;
c. meningkatkan integritas;
d. meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini adalah mengatur hal-hal terkait dengan benturan
kepentingan dan tata cara penanganan benturan kepentingan jika terjadi
benturan kepentingan.
D. Pengertian
Pengertian umum dalam pedoman ini meliputi:
1. Benturan Kepentingan adalah situasi dimana pejabat atau pegawai
memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap setiap
penggunaan wewenang dalam kedudukan atau jabatannya, sehingga
dapat mempengaruhi kualitas keputusan dan/atau tindakannya.
2. Kepentingan Pribadi adalah keinginan/kebutuhan pejabat atau pegawai
mengenai suatu hal yang bersifat pribadi, dan/atau bersifat hubungan
afiliasinya/hubungan dekat/balas jasa/pengaruh dari pegawai, pejabat di
2. ....
8
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, dan pihak lain.
3. Hubungan Afiliasi adalah hubungan yang dimiliki oleh seorang Pegawai
dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan
perkawinan maupun hubungan pertemanan/kelompok/golongan yang
dapat mempengaruhi keputusannya.
4. Pejabat adalah pejabat struktural atau pejabat yang mempunyai
wewenang mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program dan kegiatan yang menjadi tugas dan fungsinya.
5. Pegawai adalah Pegawai Negeri dan Pegawai lain yang berdasarkan
Keputusan Pejabat yang berwenang diangkat dalam suatu jabatan atau
ditugaskan dan bekerja secara penuh dalam satuan organisasi di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
9
BAB II
BENTURAN KEPENTINGAN
A. Bentuk, Jenis dan Sumber Benturan Kepentingan
1. Bentuk Benturan Kepentingan adalah sebagai berikut:
a. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu
keputusan/jabatannya;
b. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
menggunakan aset jabatan untuk Kepentingan Pribadi/golongan;
c. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
menggunakan informasi rahasia jabatan untuk Kepentingan Pribadi/
golongan;
d. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
memberikan akses khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti
prosedur yang seharusnya;
e. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam
melakukan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena
adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;
f. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
menyalahgunakan jabatan;
g. situasi yang menyebabkan Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
mengerjakan pekerjaan lain diluar tugas pokok dan tugas kedinasan
pada saat jam bekerja; dan
10
h. situasi yang menyebabkan Pejabat di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan diskresi
yang melampaui wewenang atau mencampuradukkan wewenang atau
sewenang-wenang.
2. Jenis Benturan Kepentingan adalah sebagai berikut:
a. kebijakan dari Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang berpihak
akibat pengaruh, hubungan dekat, ketergantungan, dan/atau
pemberian gratifikasi;
b. pemberian izin dari Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diskriminatif;
c. pengangkatan Pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/
rekomendasi/pengaruh dari pejabat pemerintah;
d. pemilihan partner atau rekanan kerja oleh Pejabat atau Pegawai di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan berdasarkan keputusan yang tidak professional;
e. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan komersialisasi pelayanan
publik;
f. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan menggunakan aset dan informasi
rahasia untuk Kepentingan Pribadi.
g. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan pengawasan tidak sesuai
dengan norma, standar, dan prosedur.
h. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan pengawasan atau penilaian
atas pengaruh pihak lain dan tidak sesuai norma, standar, dan
prosedur; dan
i. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan menjadi bagian dari pihak yang
memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai.
2. ....
11
3. Sumber Benturan Kepentingan adalah sebagai berikut:
a. penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau
tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas
pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang
undangan;
b. Hubungan Afiliasi;
c. gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang,
barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas
lainnya;
d. kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala
bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan Pejabat atau
Pegawai terkait yang disebabkan karena struktur dan budaya
organisasi yang ada; dan
e. Kepentingan Pribadi.
B. Pencegahan Terjadinya Benturan Kepentingan
Setiap Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dilarang:
1. Ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi
adanya Benturan Kepentingan;
2. Memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa kepada
keluarga, kerabat, kelompok dan/atau pihak lain atas beban Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
3. Memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki Benturan
Kepentingan, kecuali sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
4. Melakukan transaksi dan/atau menggunakan harta/aset Barang Milik
Negara untuk Kepentingan Pribadi, keluarga atau golongan;
5. Menerima, memberi, menjanjikan hadiah (cinderamata) dan/atau
hiburan dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan kedinasan,
termasuk dalam rangka hari keagamaan atau acara lainnya;
c. ....
12
6. Mengizinkan mitra usaha atau pihak ketiga memberikan sesuatu dalam
bentuk apapun kepada Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;
7. Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi
dan/atau bukan haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan
atau hal-hal yang dapat menimbulkan potensi Benturan Kepentingan;
8. Bersikap diskrimintatif dan tidak adil serta melakukan kolusi untuk memenangkan satu atau beberapa pihak dalam pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
9. Memanfaatkan data dan informasi rahasia instansi untuk kepentingan
pihak lain; dan
10. Dengan sengaja, baik secara langsung atau tidak langsung, turut serta
dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya.
C. Tata Cara Penanganan Benturan Kepentingan
1. Penanganan Atas Situasi yang Berpotensi Benturan Kepentingan
a. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan yang berada pada situasi yang
berpotensi memiliki Benturan Kepentingan, maka berdasarkan
penilaiannya sendiri yang bersangkutan wajib melaporkan kepada
atasan langsung dengan menyampaikan formulir Surat Pernyataan
Potensi Benturan Kepentingan disertai keterangan tindakan lanjutan
yang diharapkan oleh pelapor;
b. dalam hal Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan berdasarkan
penilaiannya sendiri tidak merasa memiliki potensi Benturan
Kepentingan, namun berdasarkan penilaian atasan langsung
dan/atau Inspektorat memiliki potensi Benturan Kepentingan, maka
digunakan penilaian atasan langsung dan/atau Inspektorat;
c. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor
13
tersebut dilarang untuk meneruskan kegiatan/melaksanakan tugas
dan tanggung jawab yang terkait dengan situasi yang berpotensi
Benturan Kepentingan;
d. atasan langsung meneruskan Surat Pernyataan Potensi Benturan
Kepentingan kepada Inspektorat disertai dengan pertimbangan
bahwa diperlukan pemeriksaan terkait situasi Benturan Kepentingan
yang dihadapi oleh Pejabat atau Pegawai sebagai pelapor;
e. setelah dilakukan pemeriksaan, Inspektorat menyusun rekomendasi
hasil pemeriksaan untuk disampaikan kepada Biro Umum melalui
Bagian Kepegawaian agar dapat dilakukan tindakan lanjutan dengan
turut mempertimbangkan tindakan lanjutan yang diharapkan oleh
pelapor; dan
f. tindakan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf e,
meliputi:
1) penarikan diri dari proses pengambilan keputusan dimana
Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai
pelapor tersebut terkait dalam proses pengambilan keputusan;
2) membatasi akses Pejabat atau Pegawai di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
yang bertindak sebagai pelapor tersebut atas informasi tertentu
apabila yang bersangkutan memiliki kepentingan;
3) mutasi Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang
bertindak sebagai pelapor tersebut;
4) mengalihtugaskan tugas dan tanggung jawab Pejabat atau
Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan yang bertindak sebagai pelapor
tersebut; dan
5) mengintensifkan pengawasan terhadap Pejabat atau Pegawai
di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum
yang bertindak sebagai pelapor tersebut.
14
2. Penanganan Atas Benturan Kepentingan Yang Bersumber Dari
Gratifikasi.
Dalam hal situasi Benturan Kepentingan bersumber dari Gratifikasi, maka
pelaporan adanya situasi Benturan Kepentingan mengacu pada angka 1
diatas atau angka 3 dibawah dan untuk pelaporan atau pemberian
keterangan segala bentuk gratifikasi mengacu pada Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor 6 Tahun 2013
tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
3. Penanganan Atas Dugaan Benturan Kepentingan Dalam Pengambilan
Keputusan dan/atau Tindakan.
a. Pejabat atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan wajib melaporkan dan memberikan
keterangan tentang dugaan adanya atau potensi adanya Benturan
Kepentingan dalam menetapkan keputusan dan/atau tindakan yang
dilakukan oleh Pejabat atau Pegawai tertentu di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
disampaikan kepada Tim Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai.
b. pelaporan dan pemberian keterangan sebagaimana dimaksud huruf
a mencantumkan identitas jelas pelapor dan melampirkan dokumen
pembuktian yang terkait melalui mekanisme yang telah diatur dalam
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: Per-04/Menko/Polhukam/10/2011 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukum Disiplin
dan Kode Etik Pegawai Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
c. bagi masyarakat yang mengetahui adanya atau potensi adanya
Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, dapat menyampaikan
pelaporan atas dugaan adanya atau potensi adanya Benturan
Kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung (dengan
menggunakan saluran pos dan/atau melalui www.polkam.go.id)
kepada Tim Penegakan Disiplin dan Kode Etik Pegawai melalui Unit
Pelayanan Publik Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
15
dan Keamanan dengan mencantumkan identitas jelas pelapor serta
melampirkan dokumen pembuktian yang terkait.
4. Pengawasan
Pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan dari tindak lanjut hasil
pemeriksaan terjadinya Benturan Kepentingan dilaksanakan oleh
Inspektorat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
5. Sanksi
Setiap Pejabat atau Pegawai yang dalam menetapkan keputusan
dan/atau tindakan terbukti mengandung Benturan Kepentingan akan
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
D. Upaya Yang Diperlukan Untuk Keberhasilan Penanganan Benturan
Kepentingan
Agar penanganan Benturan Kepentingan dapat dilakukan secara baik dan
berhasil diperlukan beberapa upaya sebagai berikut:
1. Komitmen dan Keteladanan
Diperlukan komitmen dan keteladanan dari seluruh Pejabat dan Pegawai
di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan dalam menggunakan kewenangannya secara baik dengan
mempertimbangkan kepentingan lembaga, kepentingan publik,
kepentingan pegawai, dan berbagai faktor lain.
2. Perhatian Khusus atas Hal Tertentu
Perhatian khusus perlu dilakukan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap
beresiko tinggi yang akan dapat menyebabkan terjadinya situasi Benturan
Kepentingan. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus tersebut
antara lain adalah :
a. Hubungan Afiliasi;
b. gratifikasi;
c. pekerjaan tambahan;
d. informasi orang dalam;
2. ....
16
e. kepentingan dalam pengadaan barang;
f. tuntutan keluarga dan komunitas;
g. kedudukan di organisasi lain;
h. intervensi pada jabatan sebelumnya; dan
i. perangkapan jabatan.
3. Menghindari Situasi Benturan Kepentingan
Pejabat dan/atau Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dapat lebih awal menghindari terjadinya
Benturan Kepentingan atau melakukan antisipasi terhadap terjadinya
Benturan Kepentingan dalam pengambilan keputusan, antara lain dengan
lebih awal mengetahui agenda pembahasan untuk pengambilan
keputusan atau melakukan penarikan diri (recusal) dari pengambilan
keputusan secara ad hoc.
17
Formulir Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jabatan :
Pangkat, Golongan :
Unit Kerja :
Menyatakan dengan sebenarnya berdasarkan penilaian (sendiri/atasan langsung/Inspektorat)* memiliki potensi Benturan Kepentingan terkait dengan pelaksanaan tindakan:
Transaksi/Kegiatan :
Bentuk Benturan Kepentingan :
Nilai Transaksi/Kegiatan :
Oleh karena itu, dengan ini saya menyatakan sikap agar dapatnya dipertimbangkan tindakan lanjutan yaitu ………………. (disebutkan pilihan tindakan lanjutkan yang diharapkan oleh pelapor sesuai BAB III Huruf C Angka 1. a).
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sesuai Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan serta ketentuan peraturan perundang-undangan jika diperlukan.
Hormat saya,
Nama Jelas
NIP/NRP.
*) coret yang tidak perlu
18
BAB IV
PENUTUP
Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ini merupakan salah satu acuan
bagi Pejabat dan Pegawai di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan dalam bersikap dan berperilaku sehingga dapat mewujudkan
good governance dan clean government.
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
TEDJO EDHI PURDIJATNO
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
19
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengisian jabatan pimpinan tinggi
secara terbuka dan kompetitif dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan dan integritas serta
persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, perlu dilakukan pengisian jabatan pimpinan
tinggi secara terbuka;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang
Pedoman Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara
Terbuka di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan
Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik
20
Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4194);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang, Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);
4. Peraturan Presiden Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan
Keamanan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 380);
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
6. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 83);
7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: Per-367/Menko/Polhukam/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
8. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: PER-7/Menko/12/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Kejaksaaan
Republik Indonesia;
9. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: PER-01/Menko/1/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Kepolisian
Nasional;
21
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Tata
Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka
di Lingkungan Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 477);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN.
Pasal 1
Pedoman Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka
di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 2
Pengisian jabatan pimpinan tinggi secara terbuka dilakukan melalui proses seleksi terbuka yang dilaksanakan oleh panitia seleksi untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi utama, jabatan pimpinan tinggi madya dan jabatan pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 3
Pengisian jabatan pimpinan tinggi secara terbuka di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 secara berkelanjutan akan
dievaluasi, kemudian disesuaikan dengan dinamika perubahan
peraturan perundang-undangan, kebutuhan organisasi
22
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 2015
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. TEDJO EDHI PURDIJATNO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 879
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
23
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
24
PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara disebutkan bahwa pengisian jabatan pimpinan tinggi dilakukan secara
terbuka dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sebagai wujud komitmen terhadap Grand Design Reformasi Birokrasi yang
dipertajam dengan rencana aksi 9 (Sembilan) Program Percepatan Reformasi
Birokrasi maka Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan berupaya mewujudkan Manajemen Aparatur Sipil Negara
berdasarkan merit sistem, salah satunya dengan melaksanakan pengisian
jabatan pimpinan tinggi secara terbuka. Dengan sistem merit tersebut, maka
pelaksanaan promosi jabatan didasarkan pada kebijakan dan manajemen
Aparatur Sipil Negara yang dilakukan sesuai dengan kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecacatan.
Sehubungan dengan ketentuan tersebut di atas, guna lebih menjamin
terpenuhinya pengisian jabatan pimpinan tinggi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan secara profesional,
akuntabel, dan obyektif perlu dilakukan pengaturan mengenai pengisian
jabatan pimpinan tinggi secara terbuka melalui proses seleksi terbuka
berdasarkan sistem merit, dengan mempertimbangkan kesinambungan karier
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud disusun Pedoman Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka
di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
adalah sebagai acuan bagi panitia seleksi dalam menyelenggarakan pengisian
25
jabatan pimpinan tinggi utama, pimpinan tinggi madya dan pimpinan tinggi
pratama di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Tujuannya adalah terselenggaranya seleksi calon pejabat pimpinan tinggi yang
transparan, obyektif, kompetitif, dan akuntabel serta mendapatkan jabatan
pimpinan tinggi yang berkualitas.
C. Sasaran
Sasaran disusunnya Pedoman Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara
Terbuka di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan adalah terselenggaranya seleksi calon pejabat pimpinan tinggi yang
transparan, obyektif, kompetitif, dan akuntabel serta terpilihnya calon pejabat
pimpinan tinggi sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dan mengacu
pada sistem merit.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup disusunnya Pedoman Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Secara Terbuka di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan meliputi jabatan pimpinan tinggi di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, tata cara
seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi, monitoring dan evaluasi.
E. Pengertian
1. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
2. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi
pemerintah.
3. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara, prajurit
Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi.
4. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama adalah kepala lembaga pemerintah non
kementerian.
5. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya adalah jabatan yang setara dengan
Eselon I a dan Eselon I b.
26
6. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama adalah jabatan yang setara dengan
Eselon II.
7. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil Negara dan pembinaan
Manajemen Aparatur Sipil Negara di instansi pemerintah sesuai
ketentuan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian yang
dimaksud dalam Peraturan Menteri ini adalah Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
8. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pejabat yang Berwenang yang dimaksud dalam
Peraturan Menteri ini adalah Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
9. Komisi Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat KASN adalah
lembaga nonstruktural yang mandiri dan bebas dari intervensi politik.
10. Panitia Seleksi adalah tim yang dibentuk oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk melaksanakan seleksi terbuka calon pimpinan
tinggi.
11. Sekretariat Panitia Seleksi adalah tim yang dibentuk oleh Sekretaris
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan selaku
Pejabat yang Berwenang untuk membantu Panitia Seleksi dalam
melaksanakan seleksi terbuka calon pimpinan tinggi.
12. Tim Penilai Kompetensi adalah tim independen yang ditunjuk oleh Ketua
Panitia Seleksi yang bertugas untuk membantu Panitia Seleksi.
13. Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen Aparatur Sipil Negara
yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil
dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau
kondisi kecacatan.
14. Assesment Center adalah metode terstandar yang dilakukan untuk
menilai/mengukur kompetensi dan prediksi keberhasilan PNS dalam
suatu jabatan dengan menggunakan alat ukur psikotes, kuisioner
kompetensi, dan wawancara kompetensi berdasarkan persyaratan
kompetensi jabatan dan dilakukan oleh beberapa assesor.
7 ....
27
BAB II
JABATAN PIMPINAN TINGGI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
A. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama di lingkungan Kementerian Koodinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan yaitu: Kepala Badan Keamanan Laut.
B. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di lingkungan Kementerian Koodinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan, yaitu:
1. Sekretaris Kementerian Koordinator;
2. Deputi Kementerian Koordinator; dan
3. Staf Ahli Kementerian Koordinator.
C. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yaitu:
1. Kepala Biro Kementerian Koordinator;
2. Inspektur Kementerian Koordinator;
3. Asisten Deputi Kementerian Koordinator;
4. Kepala Sekretariat Komisi Kepolisian Nasional; dan
5. Kepala Sekretariat Komisi Kejaksaan Republik Indonesia.
D. Jabatan Pimpinan Tinggi Yang Dapat Diisi Oleh Prajurit Tentara Nasional
Indonesia Atau Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Aktif
1. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi oleh prajurit Tentara Nasional
Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia aktif
mengacu pada standar kompetensi jabatan yang ditentukan oleh
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
2. Pengisian jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan
melalui suatu mekanisme tahapan seleksi.
BAB II
28
BAB III
TATA CARA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI
A. Persyaratan
Seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilaksanakan secara
kompetitif oleh Panitia Seleksi dengan persyaratan sebagai berikut:
1. Jabatan Pimpinan Tinggi Utama
a. persyaratan umum:
1) personel dari instansi penegak hukum yang memiliki kekuatan
armada patroli;
2) telah menduduki jabatan eselon I atau yang setara, atau jabatan
eselon II yang memiliki pengalaman jabatan terkait selama
minimal 5 (lima) tahun.
3) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan pengalaman
pada bidang yang sesuai;
4) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
5) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
6) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
7) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) Pajak Orang Pribadi 1 (satu) tahun terakhir; dan
8) sehat fisik dan mental.
b. persyaratan khusus:
1) Pegawai Negeri Sipil:
a) pangkat sekurang-kurangnya Pembina Utama Madya
Golongan Ruang IV/d;
b) telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat II, diutamakan telah mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat I; dan
29
c) berusia setinggi-tingginya 58 (lima puluh delapan) tahun.
2) prajurit Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia:
a) pangkat perwira tinggi bintang dua atau perwira tinggi bintang
tiga;
b) telah mengikuti pendidikan:
(1) Sekolah Staf dan Komando Angkatan atau Sekolah Staf
dan Komando Tentara Nasional Indonesia; atau
(2) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
c) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun.
2. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
a. Jabatan Sekretaris Kementerian Koordinator
1) persyaratan umum:
a) telah menduduki jabatan eselon I atau yang setara, atau
jabatan eselon II yang memiliki pengalaman jabatan terkait
selama minimal 5 (lima) tahun;
b) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan
pengalaman pada bidang yang sesuai;
c) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
d) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
f) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Orang Pribadi (SPT) 1 (satu)
tahun terakhir; dan
g) sehat fisik dan mental.
2) ....
30
2) persyaratan khusus:
a) Pegawai Negeri Sipil:
(1) pangkat sekurang-kurangnya Pembina Utama Madya
Golongan Ruang IV/d;
(2) telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat II, diutamakan telah mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat I; dan
(3) berusia setinggi-tingginya 58 (lima puluh delapan) tahun.
b) prajurit Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia:
(1) pangkat perwira tinggi bintang dua atau perwira tinggi
bintang tiga;
(2) telah mengikuti pendidikan;
(a) Sekolah Staf dan Komando Angkatan atau Sekolah
Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia; atau
(b) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
(3) pernah menduduki jabatan sebagai Panglima Komando Utama atau Kepala Kepolisian Daerah; dan
(4) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun.
b. Jabatan Deputi
1) persyaratan umum:
a) telah menduduki jabatan eselon I atau yang setara, atau
jabatan eselon II yang memiliki pengalaman jabatan terkait
selama minimal 5 (lima) tahun;
b) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan
pengalaman pada bidang yang sesuai;
c) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
d) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
f) ....
31
f) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Orang Pribadi (SPT) 1 (satu)
tahun terakhir; dan
g) sehat fisik dan mental.
2) persyaratan khusus
a) Pegawai Negeri Sipil:
(1) pangkat sekurang-kurangnya Pembina Utama Madya
Golongan Ruang IV/d;
(2) telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat II, diutamakan telah mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat I; dan
(3) berusia setinggi-tingginya 58 (lima puluh delapan).
b) prajurit Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia:
(1) pangkat perwira tinggi bintang satu atau perwira tinggi
bintang dua;
(2) telah mengikuti pendidikan:
(a) Sekolah Staf dan Komando Angkatan atau Sekolah
Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia; atau
(b) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
(3) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun.
c. Jabatan Staf Ahli
1) persyaratan umum:
a) telah menduduki jabatan eselon I atau yang setara, atau eselon
II yang memiliki pengalaman jabatan terkait selama minimal 5
(lima) tahun. Khusus pelamar dari jabatan fungsional
sekurang-kurangnya menduduki jabatan fungsional jenjang
madya;
b) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan
pengalaman pada bidang yang sesuai;
32
c) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
d) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
f) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Orang Pribadi (SPT) 1 (satu)
tahun terakhir; dan
g) sehat fisik dan mental.
2) persyaratan khusus
a) Pegawai Negeri Sipil:
(1) pangkat sekurang-kurangnya Pembina Utama Muda
Golongan Ruang IV/c;
(2) telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat II atau Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat I; dan
(3) berusia setinggi-tingginya 58 (lima puluh delapan).
b) prajurit Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia:
(1) pangkat perwira tinggi bintang satu atau perwira tinggi
bintang dua;
(2) telah mengikuti pendidikan:
(a) Sekolah Staf dan Komando Angkatan atau Sekolah
Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia; atau
(b) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
(3) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun.
33
3. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
a. Jabatan Asisten Deputi/Kepala Biro/Inspektur.
1) persyaratan umum:
a) telah menduduki jabatan eselon II atau yang setara, atau
eselon III selama minimal 4 (empat) tahun. Khusus pelamar
dari jabatan fungsional sekurang-kurangnya menduduki
jabatan fungsional jenjang madya;
b) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan
pengalaman pada bidang yang sesuai;
c) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
d) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
f) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Orang Pribadi (SPT) 1 (satu)
tahun terakhir; dan
g) sehat fisik dan mental.
2) persyaratan khusus:
a) Pegawai Negeri Sipil;
(1) pangkat sekurang-kurangnya Pembina Tingkat I
Golongan Ruang IV/b;
(2) telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat III atau Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II; dan
(3) berusia setinggi-tingginya 58 (lima puluh delapan)
tahun.
b) ....
34
b) prajurit Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
(1) pangkat:
(a) Kolonel;
(b) Komisaris Besar Polisi; atau
(c) perwira tinggi bintang satu.
(2) telah mengikuti pendidikan:
(a) Sekolah Staf dan Komando Angkatan atau Sekolah
Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia;
atau
(b) Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Kepolisan Negara
Republik Indonesia.
(3) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun.
b. Kepala Sekretariat Komisi Kepolisian Nasional:
Persyaratan:
1) berasal dari anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
2) telah menduduki jabatan eselon II atau yang setara, atau eselon
III selama minimal 4 (empat) tahun;
3) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan pengalaman
pada bidang yang sesuai;
4) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
5) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
6) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
7) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Orang Pribadi (SPT) 1 (satu) tahun terakhir;
8) sehat fisik dan mental;
9) pangkat Komisaris Besar Polisi atau perwira tinggi bintang satu;
b. ....
35
10) telah mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi
Kepolisan Negara Republik Indonesia; dan
11) berusia setinggi-tingginya 56 (lima puluh enam) tahun.
c. Kepala Sekretariat Komisi Kejaksaan Republik Indonesia
Persyaratan umum:
1) personel dari Kejaksaan Republik Indonesia;
2) telah menduduki jabatan eselon II atau yang setara, atau eselon
III selama minimal 4 (empat) tahun;
3) memiliki kompetensi yang terkait dengan jabatan dan pengalaman
pada bidang yang sesuai;
4) kualifikasi pendidikan umum minimal sarjana (S-1) atau yang
setara;
5) semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
6) tidak sedang menjalani hukuman disiplin;
7) telah menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) pada jabatan terakhir dan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Orang Pribadi (SPT) 1 (satu) tahun terakhir;
8) sehat fisik dan mental;
9) pangkat Pembina Tingkat I Golongan ruang IV/b atau Pembina
Utama Muda Golongan Ruang IV/c;
10) telah mengikuti pendidikan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tk.III atau Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tk.II;
11) berusia setinggi-tingginya 58 (lima puluh delapan) tahun.
B. Tahapan Pelaksanaan Seleksi
Dalam melaksanakan seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi dilakukan
tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi pembentukan Panitia Seleksi, Sekretariat
Panitia Seleksi, dan Tim Penilai Kompetensi.
6) ....
36
a. pembentukan Panitia Seleksi
1) Panitia Seleksi dibentuk dengan Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
2) Dalam membentuk Panitia Seleksi, Pejabat Pembina Kepegawaian
berkoordinasi dengan Komisi ASN.
3) Panitia Seleksi terdiri atas unsur:
a) pejabat terkait dari Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
b) pejabat dari instansi lain yang jenis tugas dan kompetensi
jabatannya sesuai dengan jabatan yang akan diisi; dan
c) akademisi, pakar dan profesional sesuai dengan bidang
jabatan yang akan diisi.
4) jumlah Panitia Seleksi berjumlah ganjil yaitu paling sedikit 5 (lima)
orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang dari unsur terkait
internal dan eksternal instansi.
5) Panitia Seleksi melaksanakan seleksi dapat dibantu oleh Tim
Penilai Kompetensi (assessor) yang independen dan memiliki
pengalaman dalam membantu seleksi.
6) Panitia Seleksi mempunyai tugas:
a) mengumumkan pendaftaran penerimaan seleksi calon
pejabat;
b) melakukan pendaftaran calon;
c) melakukan seleksi administrasi calon;
d) mengumumkan daftar nama calon yang lulus seleksi
administrasi;
e) melakukan penilaian kualitas kepemimpinan dan kompetensi
calon dengan bantuan Tim Penilai Kompetensi Independen;
f) melakukan uji jejak rekam calon;
g) merekomendasikan 3 (tiga) orang calon untuk masing-masing
jabatan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, dan
selanjutnya Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3
(tiga) orang calon tersebut kepada Presiden melalui Tim
5) ....
37
Penilai Akhir (TPA) untuk seleksi calon Pimpinan Tinggi Utama
atau Pimpinan Tinggi Madya; dan
h) melaporkan hasil pelaksanaan tugas Panitia Seleksi kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian;
7) Panitia Seleksi dibantu oleh Sekretariat.
8) Masa kerja Panitia Seleksi terhitung sejak tanggal ditetapkan
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan sampai dengan diangkatnya Pejabat Pimpinan Tinggi.
b. Pembentukan Sekretariat Panitia Seleksi
1) Sekretariat Panitia Seleksi dibentuk berdasarkan Keputusan
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan selaku Ketua Panitia Seleksi dan berjumlah paling
banyak 21 (dua puluh satu) orang dari unsur terkait.
2) Sekretariat Panitia Seleksi mempunyai tugas:
a) memberikan dukungan administrasi kepada Panitia Seleksi;
b) menyusun jadwal kegiatan Panitia Seleksi;
c) merencanakan kegiatan pelaksanaan rapat;
d) menyiapkan bahan keperluan rapat;
e) menyusun acara rapat;
f) menghimpun surat-surat/dokumen;
g) membuat notulen rapat;
h) mempublikasikan kegiatan Panitia Seleksi; dan
i) melaporkan pelaksanaan tugas kepada Ketua Panitia Seleksi.
3) masa kerja Sekretariat Panitia Seleksi selama satu tahun anggaran.
c. Pembentukan Tim Penilai Kompetensi
1) Tim Penilai Kompetensi bersifat independen dan ditunjuk oleh
Ketua Panitia Seleksi.
2) jumlah Tim Penilai Kompetensi harus ganjil, sekurang-kurangnya 7
(tujuh) orang.
3) Tim Penilai Kompetensi bertugas:
d) ....
38
a) membantu Panitia Seleksi dalam melakukan penilaian kualitas
kepemimpinan dan kompetensi; dan
b) melaporkan hasil penilaian beserta peringkatnya kepada
Panitia Seleksi.
2. Tahapan Seleksi
a. pengumuman:
1) diumumkan secara terbuka melalui website Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(www.polkam.go.id), melalui surat edaran kepada instansi lain
dan/atau media cetak.
2) pengumuman tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) untuk mengisi Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Pimpinan
Tinggi Madya (setara dengan eselon Ia dan Ib) diumumkan
terbuka dan kompetitif kepada seluruh instansi secara
nasional;
b) untuk mengisi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama diumumkan
secara terbuka dan kompetitif paling kurang pada tingkat
kementerian yang bersangkutan; dan
c) pengisian jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi
Madya dan Pimpinan Tinggi Pratama dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan,
rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) dalam pengumuman tersebut harus memuat :
a) nama jabatan;
b) persyaratan jabatan;
c) persyaratan administrasi;
d) batas waktu pengumpulan kelengkapan administrasi;
e) materi atau tahapan seleksi; dan
f) prosedur lain yang diperlukan.
c) ....
39
4) dalam hal peserta yang mendaftar belum memenuhi batas jumlah
minimal pelamar maka Panitia Seleksi dapat melakukan
perpanjangan waktu pengumuman dengan perubahan jadwal
seleksi.
b. Tata Cara:
1) pendaftaran
a) Panitia Seleksi hanya menerima berkas yang dikirimkan ke
alamat yang telah ditentukan.
b) berkas yang sudah dikirimkan menjadi milik Panitia Seleksi dan
tidak dapat diminta kembali.
c) berkas yang dikirimkan atau diterima sebelum tanggal
penerimaan berkas dianggap tidak berlaku.
d) berkas pendaftaran 1 (satu) rangkap harus disusun dengan
urutan sebagai berikut:
(1) fotokopi ijazah;
(2) fotokopi Surat Keputusan Pengangkatan dalam pangkat
terakhir;
(3) fotokopi Surat Keputusan Pengangkatan dalam jabatan
terakhir
(4) fotokopi sertifikat mengikuti pendidikan dan pelatihan
jabatan struktural terakhir;
(5) fotokopi hasil penilaian prestasi kerja dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
(6) fotokopi bukti penyerahan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan;
(7) formulir persetujuan yang telah ditandatangani oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian/Pejabat yang
berwenang (dapat diunduh dalam website
www.polkam.go.id); dan
(8) Daftar Riwayat Hidup (dapat diunduh dalam website
www.polkam.go.id).
(3) ....
40
e) setiap pelamar wajib mencantumkan prioritas jabatan yang
diminati dan diisikan pada formulir persetujuan.
f) Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat yang Berwenang
dapat menugaskan Pegawai Negeri Sipil Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang
memenuhi syarat administrasi untuk mengikuti seleksi.
g) dalam hal pada saat seleksi jumlah peserta yang mendaftar
atau yang memenuhi persyaratan administrasi setelah
dilakukan perpanjangan pengumuman kurang dari 3 (tiga)
orang maka:
(1) untuk pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Utama atau
Jabatan Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pembina
Kepegawaian atau Pejabat yang Berwenang dapat
menunjuk calon untuk diajukan sebagai peserta seleksi
untuk mengisi jabatan tersebut; dan
(2) untuk pengisian jabatan Pimpinan Tinggi Pratama,
Pejabat yang Berwenang dapat menunjuk calon untuk
diajukan sebagai peserta seleksi untuk mengisi jabatan
tersebut.
h) calon sebagaimana dimaksud pada huruf g) angka (1) dan (2)
dapat mengirimkan berkas lamaran langsung ditujukan kepada
Panitia Seleksi untuk selanjutnya tetap mengikuti tahapan
proses seleksi berikutnya.
2) Pelaksanaan seleksi
a) seleksi administrasi:
(1) penilaian terhadap kelengkapan berkas administrasi
yang mendukung persyaratan dilakukan oleh Sekretariat
Panitia Seleksi.
(2) penetapan calon peserta seleksi terbuka Jabatan
Pimpinan Tinggi yang memenuhi persyaratan
administrasi untuk mengikuti seleksi berikutnya untuk
setiap 1 (satu) lowongan Jabatan Pimpinan Tinggi.
(3) kriteria persyaratan administrasi didasarkan atas
peraturan perundang-undangan dan peraturan internal
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
h) ….
41
Keamanan yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian.
(4) syarat yang harus dipenuhi adalah adanya keterkaitan
objektif antara kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan
integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan oleh
jabatan yang akan diduduki.
(5) pengumuman hasil seleksi ditandatangani oleh Ketua
Panitia Seleksi.
(6) Tata cara penilaian pada seleksi kompetensi akan
ditetapkan lebih lanjut oleh Ketua Panitia Seleksi.
b) seleksi kompetensi
(1) penilaian kompetensi dititikberatkan pada penilaian
kompetensi manajerial dan kompetensi bidang.
(2) penilaian kompetensi manajerial menggunakan metode
assessment center atau menggunakan metode
psikometri, wawancara kompetensi, analisa kasus dan
presentasi.
(3) kriteria penilaian kompetensi mengacu pada standar
kompetensi manajerial masing-masing jabatan.
(4) penilaian kompetensi bidang menggunakan metode
tertulis, wawancara, dan pembuatan makalah. Penilaian
meliputi aspek presentasi, penguasaan masalah,
kemampuan berpikir strategis, upaya terobosan, dan
kendali waktu.
(5) penilaian kompetensi manajerial dan kompetensi bidang
diselenggarakan oleh Tim Penilai Kompetensi.
(6) Tim Penilai Kompetensi dapat memberikan
pertimbangan jabatan yang sesuai bagi peserta
berdasarkan hasil penilaian diluar peminatan yang
dicantumkan.
(7) hasil penilaian beserta peringkatnya disampaikan oleh
Tim Penilai Kompetensi kepada Panitia Seleksi.
(3) ….
42
c) hasil seleksi:
(1) Panitia Seleksi mengolah hasil dari setiap tahapan
seleksi dan menyusun peringkat hasil seleksi.
(2) Panitia Seleksi mengumumkan hasil dari setiap tahapan
seleksi kepada peserta seleksi.
(3) Panitia Seleksi membuat peringkat hasil penilaian dan
menyampaikan 3 (tiga) orang calon sesuai urutan
tertinggi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya.
(4) Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga)
orang calon sesuai urutan nilai tertinggi kepada
Presiden melalui Tim Penilai Akhir (TPA) dengan
tembusan KASN.
(5) Panitia Seleksi membuat peringkat hasil penilaian dan
menyampaikan 3 (tiga) orang calon sesuai urutan
tertinggi kepada Pejabat yang Berwenang untuk
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama.
(6) Pejabat yang Berwenang mengusulkan 3 (tiga) calon
sesuai urutan nilai tertinggi kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian.
3. Tahapan Seleksi Untuk Prajurit Tentara Nasional Indonesia Atau Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Aktif
Tahapan seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia aktif berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Pejabat Pembina Kepegawaian menyampaikan Jabatan Pimpinan
Tinggi yang dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia atau
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia aktif kepada Panglima
Tentara Nasional Indonesia atau Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
b. Panglima Tentara Nasional Indonesia atau Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia menunjuk 3 (tiga) orang calon peserta seleksi
berdasarkan hasil sidang Wanjakti;
3 ….
43
c. 3 (tiga) orang calon peserta seleksi yang ditunjuk oleh Panglima
Tentara Nasional Indonesia atau Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia mengikuti seleksi kompetensi sesuai mekanisme
sebagaimana terdapat pada ketentuan seleksi kompetensi;
d. hasil penilaian seleksi kompetensi beserta peringkatnya disampaikan
oleh Tim Penilai Kompetensi kepada Panitia Seleksi;
e. Panitia Seleksi membuat peringkat hasil penilaian 3 (tiga) orang calon
dan disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Utama serta Jabatan Pimpinan
Tinggi Madya;
f. Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) calon sesuai
urutan nilai tertinggi kepada Presiden melalui Tim Penilai Akhir (TPA)
dengan tembusan KASN;
g. Panitia Seleksi membuat peringkat hasil penilaian 3 (tiga) orang calon
dan disampaikan kepada Pejabat yang Berwenang untuk pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama;
h. Pejabat yang Berwenang mengusulkan 3 (tiga) calon sesuai urutan
nilai tertinggi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.
BAB IV
44
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. Kandidat yang sudah dipilih, ditetapkan dan dilantik harus diberikan orientasi
tugas oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan/atau Pejabat yang Berwenang
selama 1 (satu) bulan.
B. Status kepegawaian bagi kandidat terpilih yang berasal dari instansi luar
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ditetapkan
dengan status dipekerjakan sesuai peraturan perundang-undangan paling
lama 5 (lima) tahun.
C. Pejabat Pimpinan Tinggi yang telah menduduki jabatan 5 (lima) tahun dapat
diperpanjang berdasarkan pencapaian kinerja, kesesuaian kompetensi, dan
berdasarkan kebutuhan instansi setelah mendapatkan persetujuan Pejabat
Pembina Kepegawaian dan berkoordinasi dengan KASN.
D. Pejabat Pembina Kepegawaian menyampaikan laporan pelaksanaan seleksi
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi secara terbuka kepada KASN dan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
BAB V
45
BAB V
PENUTUP
Dengan dibuatnya pedoman ini diharapkan pelaksanaan seleksi pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi secara terbuka di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dapat terselenggara secara profesional, akuntabel,
dan obyektif berdasarkan sistem merit, sehingga dapat menghasilkan pejabat yang
berintegritas, professional, dan kompeten.
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
TEDJO EDHI PURDIJATNO
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
46
47
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pada Pasal 7 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2015 tentang Tunjangan
Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, perlu menetapkan
kembali Kelas Jabatan di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
b. bahwa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-400/Menko/ Polhukam/12/2010
tentang Penetapan Peringkat/ Grade Jabatan di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Nomor 1 Tahun 2014, perlu diganti untuk disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang
Kelas Jabatan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
48
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6 tahun
2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5494);
2. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Komisi
Kepolisian Nasional;
3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi
Kejaksaan Republik Indonesia;
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
5. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 83);
6. Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2015 tentang Tunjangan
Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 228);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG KELAS JABATAN DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG
POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN.
Pasal 1
Kelas Jabatan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini terdiri atas:
a. Kelas Jabatan di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
49
b. Kelas Jabatan di Sekretariat Komisi Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
c. Kelas Jabatan di Sekretariat Komisi Kepolisian Nasional
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Kelas Jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 berlaku
terhitung mulai tanggal 1 Mei 2015.
Pasal 3
(1) Kelas Jabatan untuk setiap jabatan dari pemangku jabatan
Pimpinan Tinggi Madya yang belum diangkat berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, mengacu pada Peraturan Menteri ini.
(2) Kelas Jabatan untuk setiap jabatan berdasarkan:
a. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-367/Menko/
Polhukam/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
b. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-07/Menko/
Polhukam/12/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Komisi Kejaksaan Republik Indonesia; dan
c. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-01/Menko/ Polhukam/1/2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi
Kepolisian Nasional.
dinyatakan mengacu pada Peraturan Menteri ini.
50
Pasal 4
(1) Kelas Jabatan untuk setiap jabatan yang berlaku setelah
ditetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan tentang Organisasi dan Tata Kerja
baru, mengacu pada Peraturan Menteri ini sepanjang belum
diubah atau diganti dengan Peraturan Menteri yang baru.
(2) Setiap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
tidak tercantum pada Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III
Peraturan Menteri ini, maka Kelas Jabatan akan disesuaikan
dengan Kelas Jabatan sesuai Peraturan Menteri ini sepanjang
belum diubah atau diganti dengan Peraturan Menteri yang
baru.
Pasal 5
Ketentuan pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
masih mengacu pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-
401/Menko/Polhukam/12/2010 tentang Pelaksanaan Pemberian
Tunjangan Kinerja Pegawai di Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan sebagaimana telah diubah dua
kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Nomor 4 Tahun 2013, sepanjang belum
diubah atau diganti dengan Peraturan Menteri yang baru.
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-
400/Menko/Polhukam/12/2010 tentang Penetapan
Peringkat/Grade Jabatan di Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan sebagaimana telah diubah dua kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Nomor 1 Tahun 2014, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
51
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Oktober 2015 MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. LUHUT BINSAR PANDJAITAN
Diundangkan di Jakarta pada tanggal Oktober 2015 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd.
WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1609
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
52
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
53
KELAS JABATAN
DI KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
1. JABATAN PIMPINAN TINGGI
MADYA (ESELON I.A) 17
Sekretaris Kementerian Koordinator
Deputi
2. JABATAN PIMPINAN TINGGI
MADYA (ESELON I.B) 16
Staf Ahli
Staf Khusus
3. JABATAN PIMPINAN TINGGI
PRATAMA (ESELON II) 15
Kepala Biro
Asisten Deputi
Inspektur
4. JABATAN ADMINISTRATOR
(ESELON III)
12 Kepala Bagian
Kepala Bidang
11 Kepala Bagian Perpustakaan
5. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 11 Auditor Madya
6. JABATAN PENGAWAS
(ESELON IV) 9 Kepala Subbagian
7. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 9
Dokter
Perancang Peraturan Perundang-Undangan Muda
Auditor Muda
Analis Kebijakan Muda
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 3 TAHUN 2015
TANGGAL : 23 OKTOBER 2015
54
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
8. JABATAN PENGAWAS
(ESELON IV) 8
Kepala Subbagian Administrasi Pustaka
Kepala Subbagian Pengadaan dan
Pemeliharaan Pustaka
Kepala Subbagian Pelayanan Pustaka
Kepala Subbagian Persuratan
Kepala Subbagian Penggandaan
Kepala Subbagian Pengamanan
9. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 8
Analis Kebijakan Pertama Bidang
Politik Dalam Negeri, Politik Luar
Negeri, Hukum, Pertahanan dan
Keamanan Negara, dan
Komunikasi dan Informasi
Auditor Pertama
Perancang Peraturan Perundang-Undangan
Pertama
10. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 7
Analis Kepegawaian Pelaksana Lanjutan
Arsiparis Pelaksana Lanjutan
Pranata Komputer Pelaksana Lanjutan
Pranata Hubungan Masyarakat Pelaksana
Lanjutan
55
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
11.
JABATAN FUNGSIONAL UMUM (PELAKSANA)
7
Analis Politik Dalam Negeri
Analis Politik Luar Negeri
Analis Hukum
Analis Pertahanan dan Keamanan
Analis Komunikasi dan Informasi
Analis Konsep Rancangan Peraturan Perundang-
Undangan
Analis Perencana Pelaksanaan Anggaran
Analis Akuntabilitas Kinerja
Analis Organisasi
Analis Tata Laksana
Analis Pengelola Barang Milik Negara
Analis Kegiatan Persandian
Bendahara Pengeluaran
Pelaksana Monitoring
Pengevaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
Penata Kesekretariatan
Penata Laporan Keuangan
Pengelola Kepegawaian
Penyiap Bahan Publikasi Hasil Persidangan
Penyiap Bahan Produk Hukum
56
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
Penyiap Bahan Konsultasi dan Bantuan Hukum
Penelaah Hubungan Kelembagaan
Penyusun Laporan Akuntabilitas
Penyusun Laporan Pelaksanaan Kegiatan dan
Anggaran
JABATAN FUNGSIONAL UMUM (PELAKSANA)
7 Penyusun Laporan
Pengembangan Kinerja Organisasi
Penyusun Pengadaan dan
Perlengkapan Kantor
Penyusun Laporan Kerumahtanggaan
Penyusun Penggajian
Pegawai
Penyusun Rencana
Pelaksanaan Persidangan
Penyusun Materi
Persidangan
Penyusun Rekaman dan Transkrip Persidangan
Penyusun Bahan Risalah
Penyusun Laporan Hasil
Pengawasan
Perencana
57
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
12. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 6
Analis Kepegawaian Pelaksana
Arsiparis Pelaksana
Perawat
Pranata Hubungan Masyarakat Pelaksana
Pustakawan Pelaksana
13. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 6
Pengadministrasi Keuangan
Penata Acara
Pengolah Bahan Kegiatan Persandian
Pengolah Data
Verifikator
14. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 5
Komandan Peleton Satuan Pengamanan
Operator Komputer
Pengadministrasi Hubungan Kelembagaan
Pengadministrasi Perlengkapan dan Rumah
Tangga
Pengadministrasi Pengadaan dan Perlengkapan Kantor
Pengadministrasi Tata Naskah
Pengadministrasi Umum
Pengawas Sarana dan Prasarana
Petugas Protokol
58
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
JABATAN FUNGSIONAL UMUM (PELAKSANA)
5
Petugas Pelayanan Persidangan
Petugas Dokumentasi
Teknisi
15. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 4
Komandan Regu Satuan Pengamanan
Pengagenda Surat
Pengemudi
Penata Jamuan Acara
Petugas Penggandaan
Petugas Persandian
16. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 3
Caraka
Penata Naskah dan Dokumen
Petugas Pergudangan
Pendistribusi Risalah
Satuan Pengamanan
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUHUT BINSAR PANDJAITAN
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
59
KELAS JABATAN
DI SEKRETARIAT KOMISI KEJAKSAAN
REPUBLIK INDONESIA
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
1. JABATAN PIMPINAN TINGGI
PRATAMA (ESELON II) 15 Kepala Sekretariat
2. JABATAN ADMINISTRATOR
(ESELON III) 12 Kepala Bagian
3. JABATAN PENGAWAS
(ESELON IV) 9 Kepala Subbagian
4. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 7
Analis Kepegawaian Pelaksana Lanjutan
5. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 7
Bendahara Pengeluaran
Pengevaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
Pengevaluasi Pengaduan Internal dan Eksternal
Penyusun Bahan Pengambilalihan
Pemeriksaan
6. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 7
Penyusun Laporan
Penyusun Laporan Pengaduan
Penyusun Materi Koordinasi dengan K/L, Ormas, dan Perguruan
Tinggi
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 3 TAHUN 2015
TANGGAL: 23 OKTOBER 2015
60
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
Penyusun Rekomendasi Tindak Lanjut Hasil
Evaluasi Komisi Kejaksaan
Perencana
7. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 6
Analis Kepegawaian Pelaksana
Arsiparis Pelaksana
8. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 6
Verifikator
Pengelola Rumah Tangga
Pengelola Barang Milik Negara
9. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 5
Pengadministrasi Umum
Pengadministrasi Pengadaan dan
Perlengkapan Kantor
Petugas Protokol
Operator Komputer
Pengawas Sarana dan Prasarana
10. 3 Caraka
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUHUT BINSAR PANDJAITAN
61
KELAS JABATAN
DI SEKRETARIAT KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
1. JABATAN PIMPINAN TINGGI
PRATAMA (ESELON II) 15 Kepala Sekretariat
2. JABATAN ADMINISTRATOR
(ESELON III) 12 Kepala Bagian
3. JABATAN PENGAWAS
(ESELON IV) 9 Kepala Subbagian
4. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 7
Pranata Komputer Pelaksana Lanjutan
5. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 7
Bendahara Pengeluaran
Pengevaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
Penyusun Laporan Administrasi SKM
Penyusun Laporan Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut
6. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 7
Penyusun Laporan Hubungan Lembaga
Pemerintah
Penyusun Laporan Hubungan Media dan
Masyarakat
Perencana
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 3 TAHUN 2015
TANGGAL : 23 OKTOBER 2015
62
NO. JABATAN
(STRUKTURAL/FUNGSIONAL) KELAS
JABATAN NAMA JABATAN
1 2 3 4
7. JABATAN FUNGSIONAL
TERTENTU 6
Analis Kepegawaian Pelaksana
Arsiparis Pelaksana
8. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 6
Pengadministrasi Keuangan
Pengelola Barang Milik Negara
Pengelola Rumah Tangga
Pengolah Data dan Info SKM
Verifikator
9. JABATAN FUNGSIONAL
UMUM (PELAKSANA) 5
Pengadministrasi Hubungan Kelembagaan
Pengadministrasi Pengadaan dan
Perlengkapan Kantor
Pengadministrasi Umum
Operator Komputer
10. 3 Caraka
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUHUT BINSAR PANDJAITAN
63
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2015
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 96 huruf b dan
Pasal 98 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara dan Pasal 44 Peraturan
Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
b. bahwa berdasarkan Surat Persetujuan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor B/3129/M.PANRB/9/2015, Tanggal 23 September
2015;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
64
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 83).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA
KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.
(2) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan dipimpin oleh Menteri Koordinator.
Pasal 2
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi,
dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan
pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan.
65
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;
c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Pasal 4
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
mengoordinasikan:
a. Kementerian Dalam Negeri;
b. Kementerian Luar Negeri;
c. Kementerian Pertahanan;
d. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. Kementerian Komunikasi dan Informatika;
f. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
66
g. Kejaksaan Agung;
h. Badan Intelijen Negara;
i. Tentara Nasional Indonesia;
j. Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
k. Instansi lain yang dianggap perlu.
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 5
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
terdiri atas:
a. Sekretariat Kementerian Koordinator;
b. Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri;
c. Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri;
d. Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara;
f. Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat;
g. Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa;
h. Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan
Aparatur;
i. Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi;
j. Staf Ahli Bidang Ketahanan Nasional;
k. Staf Ahli Bidang Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman;
l. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi;
m. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup;
dan
n. Inspektorat.
67
BAB III
SEKRETARIAT KEMENTERIAN KOORDINATOR
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 6
(1) Sekretariat Kementerian Koordinator berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
(2) Sekretariat Kementerian Koordinator dipimpin oleh Sekretaris Kementerian Koordinator.
Pasal 7
Sekretariat Kementerian Koordinator mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan,
dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, Sekretariat Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip,
dan dokumentasi Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
68
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta pelaksanaan advokasi hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara
dan layanan pengadaan barang/jasa; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 9
Sekretariat Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan terdiri atas:
a. Biro Perencanaan dan Organisasi;
b. Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan; dan
c. Biro Umum.
Bagian Ketiga
Biro Perencanaan dan Organisasi
Pasal 10
Biro Perencanaan dan Organisasi mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran
serta penataan organisasi dan tata laksana.
69
Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, Biro Perencanaan dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan, sinkronisasi, dan harmonisasi rencana, program,
dan anggaran di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan;
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, kegiatan, dan anggaran serta penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan;
c. penataan dan penguatan organisasi, penataan dan
penyempurnaan sistem ketatalaksanaan serta
pengembangan organisasi dan tata laksana di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
d. pengelolaan data, pembangunan dan pengembangan jaringan
sistem informasi, dan pengelolaan perpustakaan di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris
Kementerian Koordinator.
Pasal 12
Biro Perencanaan dan Organisasi terdiri atas:
a. Bagian Perencanaan;
b. Bagian Evaluasi dan Pelaporan;
c. Bagian Organisasi dan Tata Laksana;
d. Bagian Data dan Informasi; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
70
Pasal 13
Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan, sinkronisasi, dan harmonisasi rencana, program,
dan anggaran di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, Bagian Perencanaan menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri, Deputi Bidang
Koordinasi Politik Luar Negeri, Deputi Bidang Koordinasi
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan Deputi Bidang Koordinasi
Pertahanan Negara;
b. penyiapan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat, Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa,
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan
Aparatur, dan Staf Ahli;
c. penyiapan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Sekretariat Kementerian Koordinator dan Inspektorat; dan
d. penyiapan penyusunan rencana, program, dan anggaran
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Pasal 15
Bagian Perencanaan terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran I;
b. Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran II; dan
c. Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran III.
71
Pasal 16
(1) Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran I mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana,
program, dan anggaran Deputi Bidang Koordinasi Politik
Dalam Negeri, Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri,
Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan
Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara.
(2) Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran II mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana,
program, dan anggaran Deputi Bidang Koordinasi Keamanan
dan Ketertiban Masyarakat, Deputi Bidang Koordinasi
Kesatuan Bangsa, Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi,
Informasi, dan Aparatur, dan Staf Ahli.
(3) Subbagian Penyusunan Program dan Anggaran III
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana, program, dan anggaran Sekretariat Kementerian
Koordinator dan Inspektorat.
Pasal 17
Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan
pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, kegiatan, dan anggaran serta penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 18
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17, Bagian Evaluasi dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi:
a. pemantauan pelaksanaan rencana, program, kegiatan, dan
anggaran;
b. evaluasi pelaksanaan rencana, program, kegiatan, dan
anggaran; dan
c. penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program,
kegiatan, dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja
72
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Pasal 19
Bagian Evaluasi dan Pelaporan terdiri atas:
a. Subbagian Pemantauan;
b. Subbagian Evaluasi; dan
c. Subbagian Pelaporan.
Pasal 20
(1) Subbagian Pemantauan mempunyai tugas melakukan
pemantauan pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran.
(2) Subbagian Evaluasi mempunyai tugas melakukan evaluasi
pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran.
(3) Subbagian Pelaporan mempunyai tugas melakukan
penyusunan laporan pelaksanaan program, kegiatan, dan
anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 21
Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas
melaksanakan penataan dan penguatan organisasi, penataan
dan penyempurnaan sistem ketatalaksanaan serta
pengembangan organisasi dan tata laksana di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
73
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21, Bagian Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan
fungsi:
a. evaluasi dan penataan organisasi di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
b. evaluasi dan penataan ketatalaksanaan di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
c. pengembangan organisasi dan tata laksana di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 23
Bagian Organisasi dan Tata Laksana terdiri atas:
a. Subbagian Organisasi;
b. Subbagian Tata Laksana; dan
c. Subbagian Pengembangan Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan.
Pasal 24
(1) Subbagian Organisasi mempunyai tugas melakukan
penyiapan evaluasi dan penataan organisasi di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
(2) Subbagian Tata Laksana mempunyai tugas melakukan
penyiapan evaluasi dan penataan ketatalaksanaan di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
(3) Subbagian Pengembangan Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan mempunyai tugas melakukan penyiapan
pengembangan organisasi dan tata laksana di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
74
Pasal 25
Bagian Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan data, sistem informasi, dan perpustakaan di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 26
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25, Bagian Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan data di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
b. pengelolaan sistem informasi di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
c. pengelolaan perpustakaan di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 27
Bagian Data dan Informasi terdiri atas:
a. Subbagian Data;
b. Subbagian Sistem Informasi; dan
c. Subbagian Perpustakaan.
Pasal 28
(1) Subbagian Data mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pengolahan, dan penyajian data di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
(2) Subbagian Sistem Informasi mempunyai tugas melakukan
pengelolaan sistem informasi di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
(3) Subbagian Perpustakaan mempunyai tugas melakukan
75
penyusunan rencana kebutuhan bahan pustaka dan
pelayanan perpustakaan.
Bagian Keempat
Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan
Pasal 29
Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan peraturan
perundang-undangan, advokasi hukum, hubungan masyarakat,
dan kerja sama.
Pasal 30
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29, Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan,
pendokumentasian dan publikasi produk hukum serta
penelaahan produk hukum dan pemberian advokasi hukum;
b. fasilitasi pelaksanaan persidangan dan penyusunan risalah
persidangan;
c. fasilitasi penyiapan naskah persidangan;
d. pelaksanaan urusan hubungan kelembagaan dan hubungan
masyarakat;
e. pemberian dukungan administrasi kerja sama; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris
Kementerian Koordinator.
76
Pasal 31
Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan terdiri
atas:
a. Bagian Hukum;
b. Bagian Persidangan dan Risalah;
c. Bagian Naskah Persidangan;
d. Bagian Hubungan Kelembagaan dan Hubungan Masyarakat;
dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 32
Bagian Hukum mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan, pendokumentasian
dan publikasi produk hukum serta penelaahan produk hukum dan
pemberian advokasi hukum.
Pasal 33
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32, Bagian Hukum menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
b. fasilitasi penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan di bidang politik, hukum, dan keamanan;
c. pendokumentasian dan publikasi produk hukum serta
pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum; dan
d. penelaahan produk hukum serta pemberian pertimbangan dan
advokasi hukum.
77
Pasal 34
Bagian Hukum terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan;
b. Subbagian Dokumentasi dan Publikasi Produk Hukum; dan
c. Subbagian Penelaahan Produk Hukum dan Pemberian
Advokasi Hukum.
Pasal 35
(1) Subbagian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan
fasilitasi penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan di bidang politik, hukum, dan keamanan.
(2) Subbagian Dokumentasi dan Publikasi Produk Hukum
mempunyai tugas melakukan pengelolaan dokumentasi
produk hukum, penyiapan pengundangan peraturan
perundang-undangan, penyiapan salinan dan publikasi
produk hukum serta pengelolaan jaringan dokumentasi dan
informasi hukum.
(3) Subbagian Penelaahan Produk Hukum dan Pemberian
Advokasi Hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan
penelaahan produk hukum serta pemberian pertimbangan
dan advokasi hukum.
Pasal 36
Bagian Persidangan dan Risalah mempunyai tugas
melaksanakan fasilitasi pelaksanaan persidangan dan
penyusunan risalah persidangan.
78
Pasal 37
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36, Bagian Persidangan dan Risalah menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan, pelaksanaan, pendokumentasian administrasi,
penatausahaan, dan rekapitulasi kegiatan persidangan;
b. pelaksanaan perekaman dan transkrip, penyusunan notulensi,
dan resume persidangan; dan
c. penyusunan risalah persidangan dan pengelolaan hasil risalah
persidangan.
Pasal 38
Bagian Persidangan dan Risalah terdiri atas:
a. Subbagian Persidangan;
b. Subbagian Rekaman dan Transkrip Persidangan; dan
c. Subbagian Risalah Persidangan.
Pasal 39
(1) Subbagian Persidangan mempunyai tugas melakukan
penyiapan perencanaan, pelaksanaan, pendokumentasian
administrasi, penatausahaan, dan rekapitulasi kegiatan
persidangan.
(2) Subbagian Rekaman dan Transkrip Persidangan mempunyai
tugas melakukan penyiapan pelaksanaan perekaman dan
transkrip, penyusunan notulensi, dan resume persidangan.
(3) Subbagian Risalah Persidangan mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan risalah persidangan dan
pengelolaan hasil risalah persidangan.
Pasal 40
Bagian Naskah Persidangan mempunyai tugas melaksanakan
fasilitasi penyiapan naskah persidangan.
79
Pasal 41
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40, Bagian Naskah Persidangan menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, analisis, dan
penyajian dokumen naskah persidangan tingkat menteri dan
dokumen naskah kegiatan menteri lingkup koordinasi
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
b. pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, analisis, dan
penyajian dokumen naskah persidangan tingkat pimpinan
tinggi madya; dan
c. pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, analisis, dan
penyajian dokumen naskah persidangan dan dokumen
naskah kegiatan menteri lintas koordinasi Kementerian/
Lembaga serta Lembaga Negara.
Pasal 42
Bagian Naskah Persidangan terdiri atas:
a. Subbagian Naskah Persidangan Tingkat Menteri;
b. Subbagian Naskah Persidangan Tingkat Pimpinan Tinggi
Madya; dan
c. Subbagian Naskah Persidangan Lintas Koordinasi.
Pasal 43
(1) Subbagian Naskah Persidangan Tingkat Menteri mempunyai
tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, pengelolaan,
analisis, dan penyajian dokumen naskah persidangan tingkat
menteri dan dokumen naskah kegiatan menteri lingkup
koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan.
80
(2) Subbagian Naskah Persidangan Tingkat Pimpinan Tinggi
Madya mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pengolahan, pengelolaan, analisis, dan penyajian dokumen
naskah persidangan tingkat pimpinan tinggi madya.
(3) Subbagian Naskah Persidangan Lintas Koordinasi
mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan,
pengelolaan, analisis, dan penyajian dokumen naskah
persidangan dan dokumen naskah kegiatan menteri lintas
koordinasi Kementerian/Lembaga serta Lembaga Negara.
Pasal 44
Bagian Hubungan Kelembagaan dan Hubungan Masyarakat
mempunyai tugas melaksanakan urusan hubungan kelembagaan
dan hubungan masyarakat serta pemberian dukungan
administrasi kerja sama.
Pasal 45
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44, Bagian Hubungan Kelembagaan dan Hubungan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pemantauan tindak lanjut rekomendasi
persidangan dengan Kementerian/Lembaga, Lembaga-
Lembaga Negara, dan Non Lembaga Pemerintahan;
b. pemberian dukungan administrasi kerja sama;
c. pelaksanaan mobilisasi media, penyiapan pelaksanaan konferensi
pers, dan pelayanan informasi kepada media; dan
d. pelaksanaan peliputan, publikasi, dan pendokumentasian
kegiatan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
81
Pasal 46
Bagian Hubungan Kelembagaan dan Hubungan Masyarakat
terdiri atas:
a. Subbagian Hubungan Kementerian/Lembaga;
b. Subbagian Hubungan Media; dan
c. Subbagian Publikasi.
Pasal 47
(1) Subbagian Hubungan Kementerian/Lembaga mempunyai
tugas melakukan penyiapan pelaksanaan pemantauan tindak
lanjut rekomendasi persidangan dengan
Kementerian/Lembaga, Lembaga-Lembaga Negara, dan Non
Lembaga Pemerintahan serta pemberian dukungan
administrasi kerja sama.
(2) Subbagian Hubungan Media mempunyai tugas melakukan
penyiapan pelaksanaan mobilisasi media, konferensi pers, dan
pelayanan informasi kepada media.
(3) Subbagian Publikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
pelaksanaan peliputan, publikasi, dan pendokumentasian
kegiatan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Bagian Kelima
Biro Umum
Pasal 48
Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
ketatausahaan, kepegawaian, kerumahtanggaan, barang milik/
kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa serta
keuangan.
82
Pasal 49
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48, Biro Umum menyelenggarakan fungsi:
a. administrasi persuratan, kearsipan, ketatausahaan,
keprotokolan, dan pengamanan;
b. pengelolaan kepegawaian;
c. pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
d. pelaksanaan pengelolaan kerumahtanggaan;
e. pelaksanaan pengelolaan barang milik/kekayaan negara;
f. pelaksanaan pengelolaan keuangan; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris
Kementerian Koordinator.
Pasal 50
Biro Umum terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha dan Protokol;
b. Bagian Kepegawaian;
c. Bagian Pengadaan dan Rumah Tangga;
d. Bagian Keuangan; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 51
Bagian Tata Usaha dan Protokol mempunyai tugas melaksanakan
administrasi persuratan, kearsipan, ketatausahaan, keprotokolan,
dan pengamanan.
Pasal 52
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51, Bagian Tata Usaha dan Protokol menyelenggarakan fungsi:
a. pengadministrasian surat masuk dan surat keluar serta tata
83
naskah dan ekspedisi;
b. pengelolaan arsip inaktif, pemusnahan arsip, mempersiapkan
arsip statis serta melaksanakan pembinaan dan evaluasi
dalam rangka penyelenggaraan kearsipan;
c. penyiapan acara dan kegiatan keprotokolan serta
pengamanan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan; dan
d. pengelolaan ketatausahaan Menteri Koordinator, Sekretaris
Kementerian Koordinator, dan Staf Ahli.
Pasal 53
Bagian Tata Usaha dan Protokol terdiri atas:
a. Subbagian Persuratan;
b. Subbagian Kearsipan;
c. Subbagian Protokol dan Pengamanan;
d. Subbagian Tata Usaha Menteri Koordinator;
e. Subbagian Tata Usaha Sekretaris Kementerian Koordinator;
dan
f. Subbagian Tata Usaha Staf Ahli.
Pasal 54
(1) Subbagian Persuratan mempunyai tugas melakukan kegiatan
pengadministrasian surat masuk dan surat keluar serta tata
naskah dan ekspedisi.
(2) Subbagian Kearsipan mempunyai tugas melakukan
pengelolaan arsip inaktif, pemusnahan arsip, mempersiapkan
arsip statis serta melaksanakan pembinaan dan evaluasi
dalam rangka penyelenggaraan kearsipan.
(3) Subbagian Protokol dan Pengamanan mempunyai tugas
melakukan penyiapan acara dan kegiatan keprotokolan serta
pengamanan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
84
(4) Subbagian Tata Usaha Menteri Koordinator mempunyai tugas
melakukan pengelolaan ketatausahaan Menteri Koordinator.
(5) Subbagian Tata Usaha Sekretaris Kementerian Koordinator
mempunyai tugas melakukan pengelolaan ketatausahaan
Sekretaris Kementerian Koordinator.
(6) Subbagian Tata Usaha Staf Ahli mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan Staf Ahli.
Pasal 55
Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan kepegawaian.
Pasal 56
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
55, Bagian Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan penyiapan perencanaan dan pengembangan
pegawai;
b. pelaksanaan pengelolaan ketatausahaan kepegawaian; dan
c. pelaksanaan penerapan disiplin dan kesejahteraan pegawai.
Pasal 57
Bagian Kepegawaian terdiri atas:
a. Subbagian Pengembangan Pegawai;
b. Subbagian Mutasi dan Jabatan; dan
c. Subbagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai.
Pasal 58
(1) Subbagian Pengembangan Pegawai mempunyai tugas
melakukan penyiapan pengelolaan analisis kebutuhan dan
perencanaan pegawai jabatan fungsional, serta pendidikan
dan pelatihan pegawai.
85
(2) Subbagian Mutasi dan Jabatan mempunyai tugas melakukan
penyiapan pengelolaan usulan mutasi jabatan, pembinaan
karir, kepangkatan serta pengelolaan informasi kepegawaian.
(3) Subbagian Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai
tugas melakukan penyiapan penerapan pelaksanaan disiplin
dan kode etik, pengurusan pensiun, administrasi tunjangan
jabatan/kinerja, pemberian penghargaan serta pelayanan
kesehatan pegawai.
Pasal 59
Bagian Pengadaan dan Rumah Tangga mempunyai tugas
melaksanakan pengadaan barang/jasa, pengelolaan
kerumahtanggaan, dan pengelolaan barang milik/kekayaan
negara.
Pasal 60
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
59, Bagian Pengadaan dan Rumah Tangga menyelenggarakan
fungsi:
a. penyusunan rencana kebutuhan dan distribusi barang/jasa;
b. pelaksanaan dukungan administrasi pengadaan barang/jasa;
c. pelaksanaan pengelolaan kerumahtanggaan; dan
d. pelaksanaan pengelolaan barang milik/kekayaan negara.
Pasal 61
Bagian Pengadaan dan Rumah Tangga terdiri atas:
a. Subbagian Pengadaan;
b. Subbagian Rumah Tangga; dan
c. Subbagian Barang Milik Negara.
86
Pasal 62
(1) Subbagian Pengadaan mempunyai tugas melakukan
penyiapan penyusunan rencana kebutuhan dan distribusi
barang/jasa serta pelaksanaan dukungan administrasi
pengadaan barang/jasa.
(2) Subbagian Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan
penyiapan pelaksanaan pengelolaan kerumahtanggaan.
(3) Subbagian Barang Milik Negara mempunyai tugas melakukan
penyiapan pelaksanaan pengelolaan barang milik/kekayaan
negara.
Pasal 63
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
keuangan.
Pasal 64
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63, Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana anggaran dan pengelolaan administrasi
keuangan;
b. pelaksanaan perbendaharaan; dan
c. pelaksanaan akuntansi, verifikasi, dan pelaporan keuangan.
Pasal 65
Bagian Keuangan terdiri atas:
a. Subbagian Administrasi Keuangan;
b. Subbagian Perbendaharaan; dan
c. Subbagian Akuntansi dan Pelaporan.
87
Pasal 66
(1) Subbagian Administrasi Keuangan mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan rencana anggaran dan
pengelolaan administrasi keuangan.
(2) Subbagian Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan
perbendaharaan.
(3) Subbagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan pelaksanaan akuntansi, verifikasi, dan
pelaporan keuangan.
BAB IV
DEPUTI BIDANG KOORDINASI POLITIK DALAM NEGERI
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 67
(1) Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri dipimpin oleh Deputi.
Pasal 68
Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang politik dalam negeri.
Pasal 69
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
68, Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri
88
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang politik dalam negeri;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang politik dalam negeri;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kelembagaan demokrasi;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang desentralisasi dan otonomi daerah;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang organisasi masyarakat sipil;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pemilihan umum dan partai politik;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang otonomi khusus;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
politik dalam negeri;
i. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri;
dan
j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 70
Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri terdiri atas:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Koordinasi Demokrasi dan Organisasi
Masyarakat Sipil;
89
c. Asisten Deputi Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi
Daerah;
d. Asisten Deputi Koordinasi Pengelolaan Pemilihan Umum dan
Penguatan Partai Politik;
e. Asisten Deputi Koordinasi Otonomi Khusus; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 71
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
Pasal 72
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Politik Dalam Negeri.
Pasal 73
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
72, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan,
rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
90
Pasal 74
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
Pasal 75
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 76
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Deputi.
Pasal 77
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 78
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Deputi.
91
Pasal 79
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 80
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
79, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 81
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 82
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
92
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Demokrasi dan Organisasi Masyarakat Sipil
Pasal 83
Asisten Deputi Koordinasi Demokrasi dan Organisasi Masyarakat
Sipil mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang penguatan demokrasi dan organisasi masyarakat sipil.
Pasal 84
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
83, Asisten Deputi Koordinasi Demokrasi dan Organisasi
Masyarakat Sipil menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penguatan demokrasi;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang kelembagaan demokrasi;
c. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang organisasi masyarakat sipil
dan organisasi masyarakat asing; dan
d. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 85
Asisten Deputi Koordinasi Demokrasi dan Organisasi Masyarakat
Sipil terdiri atas:
a. Bidang Penguatan Demokrasi dan Kelembagaan Demokrasi;
dan
b. Bidang Pengawasan Organisasi Masyarakat Sipil dan
Organisasi Masyarakat Asing.
93
Pasal 86
Bidang Penguatan Demokrasi dan Kelembagaan Demokrasi
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang penguatan
demokrasi dan kelembagaan demokrasi.
Pasal 87
Bidang Pengawasan Organisasi Masyarakat Sipil dan Organisasi
Masyarakat Asing mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang
isu di bidang organisasi masyarakat sipil dan organisasi
masyarakat asing.
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Pasal 88
Asisten Deputi Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang desentralisasi dan otonomi daerah.
Pasal 89
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
88, Asisten Deputi Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penyelenggaraan
desentralisasi;
94
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang otonomi daerah dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 90
Asisten Deputi Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah
terdiri atas:
a. Bidang Desentralisasi; dan
b. Bidang Otonomi Daerah.
Pasal 91
Bidang Desentralisasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penyelenggaraan desentralisasi.
Pasal 92
Bidang Otonomi Daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang otonomi daerah dan
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
95
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Pengelolaan Pemilihan Umum
dan Penguatan Partai Politik
Pasal 93
Asisten Deputi Koordinasi Pengelolaan Pemilihan Umum dan
Penguatan Partai Politik mempunyai tugas mengoordinasikan dan
menyinkronkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
melaksanakan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
tentang isu di bidang pengelolaan pemilihan umum dan penguatan
partai politik.
Pasal 94
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
93, Asisten Deputi Koordinasi Pengelolaan Pemilihan Umum dan
Penguatan Partai Politik menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang pengelolaan pemilihan umum
dan pemilihan kepala daerah;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penguatan partai politik; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 95
Asisten Deputi Koordinasi Pengelolaan Pemilihan Umum dan
Penguatan Partai Politik terdiri atas:
a. Bidang Pengelolaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala
Daerah; dan
b. Bidang Penguatan Partai Politik.
96
Pasal 96
Bidang Pengelolaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala
Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi
dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang pengelolaan pemilihan umum dan pemilihan kepala
daerah.
Pasal 97
Bidang Penguatan Partai Politik mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penguatan partai politik.
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Otonomi Khusus
Pasal 98
Asisten Deputi Koordinasi Otonomi Khusus mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang otonomi khusus.
Pasal 99
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
98, Asisten Deputi Koordinasi Otonomi Khusus
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang otonomi khusus Aceh, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
97
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang otonomi khusus Papua dan
Papua Barat; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 100
Asisten Deputi Koordinasi Otonomi Khusus terdiri atas:
a. Bidang Otonomi Khusus Aceh, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta; dan
b. Bidang Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat.
Pasal 101
Bidang Otonomi Khusus Aceh, Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
dan Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang otonomi khusus Aceh, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pasal 102
Bidang Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang otonomi khusus
Papua dan Papua Barat.
98
BAB V
DEPUTI BIDANG KOORDINASI POLITIK LUAR NEGERI
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 103
(1) Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri dipimpin oleh Deputi.
Pasal 104
Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang politik luar negeri.
Pasal 105
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
104, Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang politik luar negeri;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang politik luar negeri;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama Asia dan Pasifik;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama Afrika;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama Timur Tengah;
99
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama Amerika;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama Eropa;
h. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama ASEAN;
i. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kerja sama multilateral;
j. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
politik luar negeri;
k. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri; dan
l. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 106
Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri terdiri atas:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik, dan
Afrika;
c. Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa;
d. Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama ASEAN;
e. Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Organisasi
Internasional; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
100
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 107
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
Pasal 108
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Politik Luar Negeri.
Pasal 109
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan,
rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 110
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
101
Pasal 111
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 112
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
111, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan
anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Deputi.
Pasal 113
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 114
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana,
program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan
anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
Deputi.
102
Pasal 115
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 116
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
115, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 117
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 118
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
103
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik, dan Afrika
Pasal 119
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik, dan Afrika
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang kerja sama Asia, Pasifik, dan Afrika.
Pasal 120
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
119, Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik dan
Afrika menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
kerja sama bilateral dan regional Asia dan Pasifik;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
kerja sama bilateral dan regional Afrika dan Timur Tengah;
dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 121
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik, dan Afrika
terdiri atas:
a. Bidang Kerja Sama Bilateral Asia dan Pasifik; dan
b. Bidang Kerja Sama Bilateral Afrika dan Timur Tengah.
104
Pasal 122
Bidang Kerja Sama Bilateral Asia dan Pasifik mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
kerja sama bilateral dan regional Asia dan Pasifik.
Pasal 123
Bidang Kerja Sama Bilateral Afrika dan Timur Tengah mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan
di bidang kerja sama bilateral dan regional Afrika dan Timur
Tengah.
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa
Pasal 124
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang kerja sama Amerika dan Eropa.
Pasal 125
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
124, Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
105
kerja sama bilateral dan regional Amerika;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
kerja sama bilateral dan regional Eropa; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 126
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa terdiri
atas:
a. Bidang Kerja Sama Bilateral Amerika; dan
b. Bidang Kerja Sama Bilateral Eropa.
Pasal 127
Bidang Kerja Sama Bilateral Amerika mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
kerja sama bilateral dan regional Amerika.
Pasal 128
Bidang Kerja Sama Bilateral Eropa mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu politik, hukum, dan keamanan di bidang
kerja sama bilateral dan regional Eropa.
106
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama ASEAN
Pasal 129
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama ASEAN mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang kerja sama ASEAN.
Pasal 130
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
129, Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama ASEAN
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang politik dan pertahanan
ASEAN;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang hukum, keamanan, dan hak
asasi manusia ASEAN; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 131
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama ASEAN terdiri atas:
a. Bidang Politik dan Pertahanan ASEAN; dan
b. Bidang Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia ASEAN.
107
Pasal 132
Bidang Politik dan Pertahanan ASEAN mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang politik dan pertahanan ASEAN.
Pasal 133
Bidang Hukum, Keamanan, dan Hak Asasi Manusia ASEAN
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang hukum,
keamanan, dan hak asasi manusia ASEAN.
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Organisasi Internasional
Pasal 134
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Organisasi Internasional
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang kerja sama multilateral.
Pasal 135
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
134, Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Organisasi
Internasional menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu kerja sama multilateral di bidang politik,
keamanan, dan pertahanan;
108
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu kerja sama multilateral di bidang hukum,
hak asasi manusia, dan kemanusiaan; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 136
Asisten Deputi Koordinasi Kerja Sama Organisasi Internasional
terdiri atas:
a. Bidang Politik, Keamanan, dan Pertahanan Internasional; dan
b. Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Kemanusiaan
Internasional.
Pasal 137
Bidang Politik, Keamanan, dan Pertahanan Internasional
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu kerja sama
multilateral di bidang politik, keamanan, dan pertahanan.
Pasal 138
Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Kemanusiaan
Internasional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang
isu kerja sama multilateral di bidang hukum, hak asasi manusia,
dan kemanusiaan.
109
BAB VI
DEPUTI BIDANG KOORDINASI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 139
(1) Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia dipimpin oleh Deputi.
Pasal 140
Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang hukum dan hak asasi manusia.
Pasal 141
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
140, Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang hukum dan hak asasi manusia;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang hukum dan hak asasi
manusia;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang materi hukum;
110
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pemberdayaan aparatur hukum;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penegakan hukum;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang hukum internasional;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pemajuan dan perlindungan hak asasi
manusia;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
hukum dan hak asasi manusia;
i. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi
Manusia; dan
j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 142
Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri
atas:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Koordinasi Materi Hukum;
c. Asisten Deputi Koordinasi Penegakan Hukum;
d. Asisten Deputi Koordinasi Hukum Internasional;
e. Asisten Deputi Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan Hak
Asasi Manusia; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
111
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 143
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
Pasal 144
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Pasal 145
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
144, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan,
rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 146
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
112
Pasal 147
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 148
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
147, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan
anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Deputi.
Pasal 149
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 150
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana,
program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan
anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
Deputi.
113
Pasal 151
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 152
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
151, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
Pasal 153
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 154
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
114
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Materi Hukum
Pasal 155
Asisten Deputi Koordinasi Materi Hukum mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang materi hukum.
Pasal 156
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
155, Asisten Deputi Koordinasi Materi Hukum menyelenggarakan
fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang materi hukum privat;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang materi hukum publik; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 157
Asisten Deputi Koordinasi Materi Hukum terdiri atas:
a. Bidang Materi Hukum Privat; dan
b. Bidang Materi Hukum Publik.
Pasal 158
Bidang Materi Hukum Privat mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang materi hukum privat.
115
Pasal 159
Bidang Materi Hukum Publik mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang materi hukum publik.
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Penegakan Hukum
Pasal 160
Asisten Deputi Koordinasi Penegakan Hukum mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang penegakan hukum.
Pasal 161
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
160, Asisten Deputi Koordinasi Penegakan Hukum
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penyelesaian kasus hukum
dan budaya hukum;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang pemberdayaan aparatur
hukum; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 162
Asisten Deputi Koordinasi Penegakan Hukum terdiri atas:
a. Bidang Penyelesaian Kasus Hukum; dan
116
b. Bidang Pemberdayaan Aparatur Hukum.
Pasal 163
Bidang Penyelesaian Kasus Hukum mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penyelesaian kasus hukum dan
budaya hukum.
Pasal 164
Bidang Pemberdayaan Aparatur Hukum mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang integritas dan profesionalisme
aparatur hukum.
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Hukum Internasional
Pasal 165
Asisten Deputi Koordinasi Hukum Internasional mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang hukum
internasional.
Pasal 166
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
165, Asisten Deputi Koordinasi Hukum Internasional
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu penegakan hukum di bidang hukum laut
dan hukum dirgantara;
117
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang hukum humaniter; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 167
Asisten Deputi Koordinasi Hukum Internasional terdiri atas:
a. Bidang Hukum Laut dan Dirgantara; dan
b. Bidang Hukum Humaniter.
Pasal 168
Bidang Hukum Laut dan Dirgantara mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu penegakan hukum di bidang hukum laut dan
hukum dirgantara.
Pasal 169
Bidang Hukum Humaniter mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang hukum humaniter.
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Pasal 170
Asisten Deputi Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi
Manusia mempunyai tugas mengoordinasikan dan
menyinkronkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
melaksanakan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
tentang isu di bidang pemajuan dan perlindungan hak asasi
manusia.
118
Pasal 171
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
170, Asisten Deputi Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan Hak
Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang pemajuan hak asasi manusia;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang perlindungan dan
penghormatan hak asasi manusia; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 172
Asisten Deputi Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi
Manusia terdiri atas:
a. Bidang Pemajuan Hak Asasi Manusia; dan
b. Bidang Perlindungan Hak Asasi Manusia.
Pasal 173
Bidang Pemajuan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang pemajuan hak asasi manusia.
Pasal 174
Bidang Perlindungan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang perlindungan dan penghormatan
hak asasi manusia.
119
BAB VII
DEPUTI BIDANG KOORDINASI PERTAHANAN NEGARA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 175
Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara dipimpin oleh
Deputi.
Pasal 176
Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang pertahanan negara.
Pasal 177
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
176, Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang pertahanan negara;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang pertahanan negara;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang doktrin dan strategi pertahanan;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang intelijen pertahanan;
120
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang wilayah perbatasan dan tata ruang
pertahanan;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang potensi pertahanan;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kekuatan, kemampuan, dan kerja sama
pertahanan;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pertahanan negara;
i. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara;
dan
j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 178
Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara terdiri atas:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan;
c. Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Pertahanan;
d. Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata
Ruang Pertahanan;
e. Asisten Deputi Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja
Sama Pertahanan; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
121
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 179
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
Pasal 180
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Pertahanan Negara.
Pasal 181
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
180, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan,
rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 182
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
122
Pasal 183
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 184
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
183, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan
anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Deputi.
Pasal 185
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 186
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana,
program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan
anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
Deputi.
123
Pasal 187
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 188
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
187, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
Pasal 189
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 190
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
124
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan
Pasal 191
Asisten Deputi Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang doktrin dan strategi pertahanan.
Pasal 192
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
191, Asisten Deputi Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang doktrin pertahanan;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang strategi pertahanan; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 193
Asisten Deputi Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan terdiri
atas:
a. Bidang Doktrin Pertahanan; dan
b. Bidang Strategi Pertahanan.
Pasal 194
Bidang Doktrin Pertahanan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang doktrin pertahanan.
125
Pasal 195
Bidang Strategi Pertahanan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang strategi pertahanan.
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Pertahanan
Pasal 196
Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Pertahanan mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang intelijen pertahanan.
Pasal 197
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
196, Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Pertahanan
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penyelidikan, pengamanan,
dan penggalangan pertahanan;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang ancaman intelijen terhadap
negara; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
126
Pasal 198
Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Pertahanan terdiri atas:
a. Bidang Kontra Intelijen; dan
b. Bidang Ancaman Intelijen.
Pasal 199
Bidang Kontra Intelijen mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penyelidikan, pengamanan, dan
penggalangan pertahanan.
Pasal 200
Bidang Ancaman Intelijen mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang ancaman intelijen terhadap
negara.
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan
Pasal 201
Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang
Pertahanan mempunyai tugas mengoordinasikan dan
menyinkronkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
melaksanakan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
tentang isu di bidang wilayah perbatasan dan tata ruang
pertahanan.
127
Pasal 202
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
201, Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata
Ruang Pertahanan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu pertahanan di bidang wilayah
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang tata ruang pertahanan; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 203
Asisten Deputi Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang
Pertahanan terdiri atas:
a. Bidang Wilayah Perbatasan; dan
b. Bidang Tata Ruang Pertahanan.
Pasal 204
Bidang Wilayah Perbatasan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu pertahanan di bidang wilayah perbatasan
dan pulau-pulau kecil terluar.
Pasal 205
Bidang Tata Ruang Pertahanan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang tata ruang pertahanan.
128
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja Sama Pertahanan
Pasal 206
Asisten Deputi Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja
Sama Pertahanan mempunyai tugas mengoordinasikan dan
menyinkronkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
melaksanakan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
tentang isu di bidang kekuatan, kemampuan, dan kerja sama
pertahanan.
Pasal 207
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
206, Asisten Deputi Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja
Sama Pertahanan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang potensi, kekuatan, dan
kemampuan pertahanan;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang kerja sama pertahanan; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 208
Asisten Deputi Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja
Sama Pertahanan terdiri atas:
a. Bidang Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan; dan
b. Bidang Kerja Sama Pertahanan.
129
Pasal 209
Bidang Kekuatan dan Kemampuan Pertahanan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang potensi, kekuatan, dan
kemampuan pertahanan.
Pasal 210
Bidang Kerja Sama Pertahanan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang kerja sama pertahanan.
BAB VIII
DEPUTI BIDANG KOORDINASI KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 211
(1) Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat dipimpin oleh Deputi.
Pasal 212
Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat.
130
Pasal 213
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
209, Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang keamanan dan ketertiban
masyarakat;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang intelijen keamanan dan bimbingan
masyarakat;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penanganan kejahatan konvensional dan
kejahatan terhadap kekayaan negara;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penanganan kejahatan transnasional dan
kejahatan luar biasa;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penanganan konflik dan kontijensi;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang penanganan pengamanan obyek vital
nasional dan transportasi;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
keamanan dan ketertiban masyarakat;
i. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat; dan
j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
131
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 214
Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
terdiri atas:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan
Masyarakat, dan Obyek Vital Nasional;
c. Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan
Konvensional dan Kejahatan terhadap Kekayaan Negara;
d. Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan
Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa;
e. Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Konflik dan
Keamanan Transportasi; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 215
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
Pasal 216
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.
132
Pasal 217
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
216, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan,
rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 218
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
Pasal 219
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 220
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
219, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan
anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Deputi.
133
Pasal 221
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 222
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana,
program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan
anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
Deputi.
Pasal 223
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 224
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
223, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
134
Pasal 225
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 226
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat,
dan Obyek Vital Nasional
Pasal 227
Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan
Masyarakat, dan Obyek Vital Nasional mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang intelijen keamanan,
bimbingan masyarakat, dan obyek vital nasional.
Pasal 228
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
227, Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan
Masyarakat, dan Obyek Vital Nasional menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang intelijen keamanan;
135
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang bimbingan masyarakat dan
obyek vital nasional; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 229
Asisten Deputi Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan
Masyarakat, dan Obyek Vital Nasional terdiri atas:
a. Bidang Intelijen Keamanan; dan
b. Bidang Bimbingan Masyarakat dan Obyek Vital Nasional.
Pasal 230
Bidang Intelijen Keamanan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang intelijen keamanan.
Pasal 231
Bidang Bimbingan Masyarakat dan Obyek Vital Nasional
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang bimbingan
masyarakat dan obyek vital nasional.
136
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional dan
Kejahatan terhadap Kekayaan Negara
Pasal 232
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional
dan Kejahatan terhadap Kekayaan Negara mempunyai tugas
mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang penanganan
kejahatan konvensional dan kejahatan terhadap kekayaan
negara.
Pasal 233
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
232, Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan
Konvensional dan Kejahatan terhadap Kekayaan Negara
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan
konvensional;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan
terhadap kekayaan negara; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 234
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional
dan Kejahatan terhadap Kekayaan Negara terdiri atas:
a. Bidang Penanganan Kejahatan Konvensional; dan
b. Bidang Penanganan Kejahatan terhadap Kekayaan Negara.
137
Pasal 235
Bidang Penanganan Kejahatan Konvensional mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan
konvensional.
Pasal 236
Bidang Penanganan Kejahatan terhadap Kekayaan Negara
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang
penanganan kejahatan terhadap kekayaan negara.
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional
dan Kejahatan Luar Biasa
Pasal 237
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional
dan Kejahatan Luar Biasa mempunyai tugas mengoordinasikan
dan menyinkronkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
melaksanakan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
tentang isu di bidang penanganan kejahatan transnasional dan
kejahatan luar biasa.
Pasal 238
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
237, Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan
Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa menyelenggarakan
fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan
transnasional;
138
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan luar
biasa; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 239
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional
dan Kejahatan Luar Biasa terdiri atas:
a. Bidang Penanganan Kejahatan Transnasional; dan
b. Bidang Penanganan Kejahatan Luar Biasa.
Pasal 240
Bidang Penanganan Kejahatan Transnasional mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan
transnasional.
Pasal 241
Bidang Penanganan Kejahatan Luar Biasa mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan kejahatan luar biasa.
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Konflik dan Keamanan Transportasi
Pasal 242
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Konflik dan Keamanan
Transportasi mempunyai tugas mengoordinasikan dan
menyinkronkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
melaksanakan pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan
tentang isu di bidang penanganan konflik, kontijensi konflik, dan
keamanan transportasi.
139
Pasal 243
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
242, Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Konflik dan
Keamanan Transportasi menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan konflik dan
kontijensi konflik;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan keamanan
transportasi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 244
Asisten Deputi Koordinasi Penanganan Konflik dan Keamanan
Transportasi terdiri atas:
a. Bidang Penanganan Konflik dan Kontijensi Konflik; dan
b. Bidang Penanganan Keamanan Transportasi.
Pasal 245
Bidang Penanganan Konflik dan Kontijensi Konflik mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang penanganan konflik
dan kontijensi konflik.
Pasal 246
Bidang Penanganan Keamanan Transportasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang penanganan keamanan
transportasi.
140
BAB IX
DEPUTI BIDANG KOORDINASI KESATUAN BANGSA
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 247
(1) Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa dipimpin oleh Deputi.
Pasal 248
Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di
bidang kesatuan bangsa.
Pasal 249
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
248, Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang kesatuan bangsa;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang kesatuan bangsa;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang wawasan kebangsaan;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang memperteguh ke-Bhinneka-an;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kewaspadaan nasional;
141
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang etika dan karakter bangsa;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang kesadaran bela negara;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
kesatuan bangsa;
i. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa; dan
j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Pasal 250
Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa terdiri atas:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Koordinasi Wawasan Kebangsaan;
c. Asisten Deputi Koordinasi Memperteguh Ke-Bhinneka-an;
d. Asisten Deputi Koordinasi Kewaspadaan Nasional;
e. Asisten Deputi Koordinasi Kesadaran Bela Negara; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 251
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
142
Pasal 252
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Kesatuan Bangsa.
Pasal 253
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 252, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 254
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
Pasal 255
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 256
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
255, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan
anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Deputi.
143
Pasal 257
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 258
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana,
program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan
anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
Deputi.
Pasal 259
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 260
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
259, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
144
Pasal 261
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 262
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Wawasan Kebangsaan
Pasal 263
Asisten Deputi Koordinasi Wawasan Kebangsaan mempunyai
tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang wawasan
kebangsaan.
Pasal 264
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
263, Asisten Deputi Koordinasi Wawasan Kebangsaan
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang materi wawasan kebangsaan;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu wawasan kebangsaan di bidang etika
145
dan karakter bangsa; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 265
Asisten Deputi Koordinasi Wawasan Kebangsaan terdiri atas:
a. Bidang Materi Wawasan Kebangsaan; dan
b. Bidang Etika dan Karakter Bangsa.
Pasal 266
Bidang Materi Wawasan Kebangsaan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang materi wawasan kebangsaan.
Pasal 267
Bidang Etika dan Karakter Bangsa mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu wawasan kebangsaan di bidang etika dan
karakter bangsa.
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Memperteguh Ke-Bhinneka-an
Pasal 268
Asisten Deputi Koordinasi Memperteguh Ke-Bhinneka-an
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang memperteguh ke-Bhinneka-an.
146
Pasal 269
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
268, Asisten Deputi Koordinasi Memperteguh Ke-Bhinneka-an
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu ke-bhinneka-an di bidang kerukunan
suku dan umat beragama;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu ke-bhinneka-an di bidang pembauran
bangsa dan kearifan lokal; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 270
Asisten Deputi Koordinasi Memperteguh Ke-Bhinneka-an terdiri
atas:
a. Bidang Kerukunan Suku dan Umat Beragama; dan
b. Bidang Pembauran Bangsa dan Kearifan Lokal.
Pasal 271
Bidang Kerukunan Suku dan Umat Beragama mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu ke-bhinneka-an di bidang kerukunan suku
dan umat beragama.
Pasal 272
Bidang Pembauran Bangsa dan Kearifan Lokal mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu ke-bhinneka-an di bidang pembauran
bangsa dan kearifan lokal.
147
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Kewaspadaan Nasional
Pasal 273
Asisten Deputi Koordinasi Kewaspadaan Nasional mempunyai
tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang kewaspadaan
nasional.
Pasal 274
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
273, Asisten Deputi Koordinasi Kewaspadaan Nasional
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang potensi ancaman ideologi,
sosial, dan budaya;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang peningkatan kewaspadaan
masyarakat; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 275
Asisten Deputi Koordinasi Kewaspadaan Nasional terdiri atas:
a. Bidang Potensi Ancaman; dan
b. Bidang Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat.
Pasal 276
Bidang Potensi Ancaman mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang potensi ancaman ideologi, sosial,
dan budaya.
148
Pasal 277
Bidang Kewaspadaan Masyarakat mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang peningkatan kewaspadaan
masyarakat.
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Kesadaran Bela Negara
Pasal 278
Asisten Deputi Koordinasi Kesadaran Bela Negara mempunyai
tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang kesadaran bela
negara.
Pasal 279
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
278, Asisten Deputi Koordinasi Kesadaran Bela Negara
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang bela negara lingkungan
pemukiman;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang bela negara lingkungan kerja
dan pendidikan; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 280
Asisten Deputi Koordinasi Kesadaran Bela Negara terdiri atas:
a. Bidang Bela Negara Lingkungan Pemukiman; dan
b. Bidang Bela Negara Lingkungan Kerja dan Pendidikan.
149
Pasal 281
Bidang Bela Negara Lingkungan Pemukiman mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang bela negara lingkungan
pemukiman.
Pasal 282
Bidang Bela Negara Lingkungan Kerja dan Pendidikan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang bela negara
lingkungan kerja dan pendidikan.
BAB X
DEPUTI BIDANG KOORDINASI KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN APARATUR
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 283
(1) Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator.
(2) Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur dipimpin oleh Deputi.
Pasal 284
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian
pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur.
150
Pasal 285
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
284, Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan
Aparatur menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga
yang terkait dengan isu di bidang komunikasi, informasi, dan
aparatur;
c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang media massa;
d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang telekomunikasi dan informatika;
e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang infomasi publik dan kehumasan;
f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur;
g. koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang program dan reformasi birokrasi;
h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
komunikasi, informasi, dan aparatur;
i. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi,
dan Aparatur; dan
j. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Koordinator.
Pasal 286
Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan Aparatur
terdiri atas:
a. Sekretariat Deputi;
151
b. Asisten Deputi Koordinasi Infomasi Publik dan Media Massa;
c. Asisten Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika;
d. Asisten Deputi Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan;
e. Asisten Deputi Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Bagian Ketiga
Sekretariat Deputi
Pasal 287
(1) Sekretariat Deputi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Deputi.
(2) Sekretariat Deputi dipimpin oleh Sekretaris Deputi.
Pasal 288
Sekretariat Deputi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi
Komunikasi, Informasi, dan Aparatur.
Pasal 289
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
288, Sekretariat Deputi menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan,
rencana, program, dan anggaran di lingkungan Deputi;
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
152
Pasal 290
Sekretariat Deputi terdiri atas:
a. Bagian Program dan Evaluasi; dan
b. Bagian Tata Usaha dan Umum.
Pasal 291
Bagian Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
kebijakan, rencana, program, dan anggaran Deputi.
Pasal 292
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
291, Bagian Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penyerasian rencana, program, dan
anggaran Deputi; dan
b. pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan
rencana, program, dan anggaran serta penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja Deputi.
Pasal 293
Bagian Program dan Evaluasi terdiri atas:
a. Subbagian Penyusunan Program; dan
b. Subbagian Pemantauan dan Evaluasi.
Pasal 294
(1) Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan dan penyerasian rencana,
program, dan anggaran Deputi.
(2) Subbagian Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas
melakukan penyiapan pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan pelaksanaan rencana, program, dan
anggaran serta penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
Deputi.
153
Pasal 295
Bagian Tata Usaha dan Umum mempunyai tugas melaksanakan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 296
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
295, Bagian Tata Usaha dan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi; dan
b. pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan sistem
informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip, dan
penyusunan peraturan perundang-undangan di lingkungan
Deputi.
Pasal 297
Bagian Tata Usaha dan Umum terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Subbagian Umum.
Pasal 298
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
pengelolaan ketatausahaan di lingkungan Deputi.
(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan
pemberian dukungan administrasi meliputi pengelolaan
sistem informasi, kepegawaian, hubungan masyarakat, arsip,
dan penyusunan peraturan perundang-undangan di
lingkungan Deputi.
154
Bagian Keempat
Asisten Deputi Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa
Pasal 299
Asisten Deputi Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang informasi publik, kehumasan, dan media massa.
Pasal 300
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
299, Asisten Deputi Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang informasi publik dan
kehumasan;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang media massa; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 301
Asisten Deputi Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa
terdiri atas:
a. Bidang Informasi Publik; dan
b. Bidang Media Massa.
Pasal 302
Bidang Informasi Publik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang
informasi publik dan kehumasan.
155
Pasal 303
Bidang Media Massa mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang
isu di bidang media massa.
Bagian Kelima
Asisten Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika
Pasal 304
Asisten Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang telekomunikasi dan informatika.
Pasal 305
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
304, Asisten Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang telekomunikasi;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang informatika; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 306
Asisten Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika terdiri
atas:
a. Bidang Telekomunikasi; dan
b. Bidang Informatika.
156
Pasal 307
Bidang Telekomunikasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang telekomunikasi.
Pasal 308
Bidang Informatika mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang
isu di bidang informatika.
Bagian Keenam
Asisten Deputi Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan
Pasal 309
Asisten Deputi Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan mempunyai
tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang pendayagunaan
aparatur.
Pasal 310
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
309, Asisten Deputi Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang kelembagaan dan
ketatalaksanaan;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang sumber daya manusia dan
pengawasan aparatur; dan
157
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 311
Asisten Deputi Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan terdiri atas:
a. Bidang Kelembagaan dan Ketatalaksanaan; dan
b. Bidang Sumber Daya Manusia dan Pengawasan Aparatur.
Pasal 312
Bidang Kelembagaan dan Ketatalaksanaan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang kelembagaan dan
ketatalaksanaan.
Pasal 313
Bidang Sumber Daya Manusia dan Pengawasan Aparatur
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan
sinkronisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang sumber
daya manusia dan pengawasan aparatur.
Bagian Ketujuh
Asisten Deputi Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik
Pasal 314
Asisten Deputi Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyinkronkan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan melaksanakan
pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang isu di
bidang program dan reformasi birokrasi.
158
Pasal 315
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
314, Asisten Deputi Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik
menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang program dan reformasi
birokrasi pelayanan barang dan jasa;
b. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang program dan reformasi
birokrasi pelayanan administrasi; dan
c. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi.
Pasal 316
Asisten Deputi Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik terdiri
atas:
a. Bidang Peningkatan Pelayanan Barang dan Jasa; dan
b. Bidang Peningkatan Pelayanan Administrasi.
Pasal 317
Bidang Peningkatan Pelayanan Barang dan Jasa mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis,
evaluasi, dan pelaporan tentang isu di bidang program dan
reformasi birokrasi pelayanan barang dan jasa.
Pasal 318
Bidang Peningkatan Pelayanan Administrasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan sinkronisasi perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan tentang isu di bidang program dan reformasi birokrasi
pelayanan administrasi.
159
BAB XI
INSPEKTORAT
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Pasal 319
(1) Inspektorat adalah unsur pengawas yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator melalui
Sekretaris Kementerian Koordinator.
(2) Inspektorat dipimpin oleh Inspektur.
Pasal 320
Inspektorat mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
Pasal 321
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
320, Inspektorat menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern;
b. pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lainnya;
c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas
penugasan Menteri Koordinator;
d. penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
e. pelaksanaan administrasi Inspektorat.
160
Pasal 322
Inspektorat terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
Pasal 323
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan tata
usaha Inspektorat.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Subbagian Tata Usaha
Inspektorat secara administratif berada di bawah pembinaan
Inspektur.
Pasal 324
(1) Kelompok Jabatan Fungsional Auditor mempunyai tugas
membantu Inspektur dalam melaksanakan pengawasan
intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Kelompok Jabatan Fungsional Auditor terdiri atas sejumlah
tenaga fungsional auditor dalam jenjang jabatan yang diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Kelompok Jabatan Fungsional Auditor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikoordinasikan oleh pejabat
fungsional auditor senior yang ditunjuk oleh Inspektur.
(4) Jumlah Kelompok Jabatan Fungsional Auditor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.
(5) Jenjang jabatan tenaga fungsional auditor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
161
BAB XII
STAF AHLI
Pasal 325
(1) Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Koordinator dan secara administratif dikoordinasikan
oleh Sekretaris Kementerian Koordinator.
(2) Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada
Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
(3) Staf Ahli Bidang Ketahanan Nasional mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada
Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
(4) Staf Ahli Bidang Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
(5) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
(6) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu
strategis kepada Menteri Koordinator sesuai keahliannya.
BAB XIII
JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 326
Di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
162
Pasal 327
(1) Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah tenaga fungsional
sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya dan
secara administratif dalam melaksanakan tugasnya
dikoordinasikan oleh Deputi atau Kepala Biro atau Inspektur.
(2) Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.
(3) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XIV
ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN
Pasal 328
(1) Sekretaris Kementerian Koordinator dan Deputi adalah jabatan
struktural eselon I.a atau Jabatan Pimpinan Tinggi Madya.
(2) Staf Ahli adalah jabatan struktural eselon I.b atau Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya.
(3) Kepala Biro, Inspektur, Asisten Deputi, dan Sekretaris Deputi
adalah jabatan struktural eselon II.a atau Jabatan Pimpinan
Tinggi Pratama.
(4) Kepala Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural
eselon III.a atau Jabatan Administrator.
(5) Kepala Subbagian adalah jabatan struktural eselon IV.a atau
Jabatan Pengawas.
Pasal 329
(1) Pejabat struktural eselon I atau Jabatan Pimpinan Tinggi
Madya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul
Menteri Koordinator, setelah melalui prosedur seleksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
163
(2) Pejabat struktural eselon II atau Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
Koordinator, setelah melalui prosedur seleksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pejabat struktural eselon III ke bawah diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Koordinator.
(4) Pejabat struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dan
diberhentikan oleh Pejabat yang diberi pelimpahan wewenang
oleh Menteri Koordinator.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan wewenang
dalam pengangkatan dan pemberhentian pejabat struktural
eselon III ke bawah ditetapkan oleh Menteri Koordinator.
Pasal 330
Pejabat struktural eselon I.a yang dialihtugaskan pada jabatan
Staf Ahli tetap diberikan eselon I.a.
BAB XV
TATA KERJA
Pasal 331
Sekretaris Kementerian Koordinator, Deputi, Staf Ahli, dan
Inspektur dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus
bekerja sama di bawah pimpinan Menteri Koordinator.
Pasal 332
Sekretaris Kementerian Koordinator, Deputi, Staf Ahli, Inspektur,
dan pejabat lain dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus
menerapkan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
164
Pasal 333
Sekretaris Kementerian Koordinator, Deputi, Staf Ahli, Inspektur,
dan pejabat lain dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, antar Kementerian/ Lembaga yang
dikoordinasikannya maupun dengan Kementerian/Lembaga lain
yang terkait.
Pasal 334
(1) Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilakukan
melalui penerapan peta bisnis proses yang menggambarkan
tata hubungan kerja yang efektif dan efisien baik antar
Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikannya maupun
dengan Kementerian/ Lembaga lain yang terkait.
(2) Selain melalui penerapan peta bisnis proses sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan koordinasi dan
sinkronisasi dilakukan melalui:
a. rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat
koordinasi gabungan antar Menteri Koordinator;
b. rapat koordinasi Menteri Koordinator dengan
Kementerian/Lembaga terkait baik dalam koordinasi
Menteri Koordinator maupun di luar koordinasi Menteri
Koordinator;
c. rapat koordinasi tingkat Pimpinan Tinggi Madya dengan
Kementerian dan Lembaga terkait;
d. rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh Menteri
Koordinator sesuai dengan kebutuhan;
e. forum-forum koordinasi dan konsultasi yang sudah ada
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
f. konsultasi langsung dengan para Menteri dan pimpinan
lembaga lain yang terkait; dan
g. rapat koordinasi internal.
165
(3) Pelaksanaan koordinasi dilakukan secara berkala dan/atau
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.
(4) Hasil pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilaporkan kepada
Presiden.
(5) Hasil pelaksanaan koordinasi oleh Pimpinan Tinggi Madya
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan dilaporkan kepada Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan guna dijadikan bahan laporan
kepada Presiden dan menjadi bahan tindak lanjut
pelaksanaan hasil koordinasi, baik oleh Pimpinan Tinggi
Madya Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan maupun bersama dengan unsur Kementerian dan
Lembaga terkait.
Pasal 335
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
harus menyusun analisa jabatan, peta jabatan, uraian tugas, dan
analisa beban kerja terhadap seluruh jabatan di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 336
Semua unsur di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan wajib menerapkan sistem
pengendalian internal di lingkungan masing-masing.
Pasal 337
Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin
dan mengoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan
pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
166
Pasal 338
Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing
dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya dan
laporan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 339
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi
wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap satuan
organisasi di bawahnya.
Pasal 340
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Menteri Koordinator dapat
membentuk perangkat kerja yang bersifat ad-hoc dan non
struktural, antara lain:
a. Desk-desk Koordinasi
Dibentuk oleh Menteri Koordinator sesuai kebutuhan guna
membantu melaksanakan langkah-langkah koordinasi untuk
mengelola masalah-masalah khusus, bersifat mendesak, dan
lintas sektoral di bidang politik, hukum, dan keamanan yang
memerlukan penanganan cepat.
b. Pusat Pemantau Krisis
Dibentuk oleh Menteri Koordinator untuk menghimpun
informasi secara cepat, tepat, dan akurat tentang suatu
kejadian krisis atau berpotensi krisis yang terjadi di setiap
wilayah di seluruh Indonesia.
c. Tim Koordinasi atau Kelompok Kerja
Dibentuk oleh Menteri Koordinator sesuai kebutuhan guna
melakukan koordinasi pembahasan atau pengkajian masalah
yang bersifat strategis untuk merumuskan saran atau konsep
kebijakan dan pemecahan masalah yang memerlukan
penyelesaian bersama yang hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan di
167
bidang politik, hukum, dan keamanan.
d. Kelompok atau Satuan Tugas
1. Dibentuk oleh Menteri Koordinator untuk memantau dan
mengatasi situasi krisis di bidang politik, hukum, dan
keamanan yang bersifat mendesak atau mendadak dan
memerlukan penanganan atau penyelesaian secara
cepat; dan
2. Kelompok atau Satuan Tugas merupakan suatu unit
penugasan yang profesional dan fleksibel terdiri atas
unsur lembaga pemerintahan terkait yang bekerja tepat
waktu, tepat sasaran, dan tepat guna.
e. Tim Pencari Fakta
Dibentuk oleh Menteri Koordinator untuk memantau,
mencari, menemukan, dan mengevaluasi fakta atau bukti
atas suatu masalah yang dianggap perlu atau masalah yang
telah menimbulkan keresahan masyarakat dan mengganggu
stabilitas nasional.
BAB XVI
EVALUASI KELEMBAGAAN
Pasal 341
(1) Penataan organisasi pemerintahan dilakukan berdasarkan
evaluasi kelembagaan dan analisis kebutuhan organisasi.
(2) Evaluasi kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan paling kurang 3 (tiga) tahun sekali.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi kelembagaan diatur
dalam peraturan menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
168
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 342
(1) Unit organisasi yang menangani fungsi di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah, karena sifat tugas dan fungsinya
melaksanakan tugas dan fungsi Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
(2) Kepala Bagian yang menangani fungsi di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah, karena sifat tugas dan fungsinya
menjadi Kepala Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri Koordinator sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 343
(1) Unit organisasi yang menangani fungsi di bidang pengelolaan
data dan sistem informasi karena sifat tugas dan fungsinya
melaksanakan tugas dan fungsi Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik yang selanjutnya
disebut LPSE di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
(2) Kepala Bagian yang menangani fungsi pengelolaan data dan
sistem informasi, karena sifat tugas dan fungsinya menjadi
Kepala Unit LPSE di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab
LPSE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri Koordinator sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
169
Pasal 344
(1) Kepala Biro yang menangani fungsi pelaksanaan urusan hubungan masyarakat, karena sifat tugas dan fungsinya menjadi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi yang selanjutnya disebut PPID di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab PPID sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Koordinator sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 345
Susunan organisasi Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan dan satuan organisasi di bawah
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 346
Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ditetapkan
oleh Menteri Koordinator setelah mendapat persetujuan tertulis
dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan
aparatur negara dan reformasi birokrasi.
170
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 347
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua peraturan
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-
367/Menko/Polhukam/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan
belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru
berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 348
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang
ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan diangkat
pejabat baru berdasarkan Peraturan Menteri ini.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-
367/Menko/Polhukam/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 350
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
171
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober 2015
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. LUHUT BINSAR PANDJAITAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 November 2015
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1665
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Persidangan dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
172
173
cv
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184