Hiperemesis Gravidarum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hiperemesis Gravidarum

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANEMIA

MAKALAH

OlehKelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANEMIA

MAKALAH

diajukan sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik 7dengan dosen: Ns. Iis Rahmawati, M.Kep

OlehErvi Fitri Faradiana NIM 122310101001Raditya Putra Yuwana NIM 122310101067

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015

BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Babak, Lowdermik, Jensen, 2004).Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntah-muntah.Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung dan hipokalemia.Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (Wiknjosastro, 2005).Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi hiperemesis gravidarum?2. Apa etiologi hiperemesis gravidarum?3. Apa patologi hiperemesis gravidarum?4. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?5. Bagaimana tanda dan gejala hiperemesis gravidarum?6. Bagaimana pemeriksaan hiperemesis gravidarum?7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan1. Mengetahui definisi hiperemesis gravidarum2. Mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum3. Mengetahui patologi hiperemesis gravidarum4. Mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum5. Mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum6. Mengetahui pemeriksaan hiperemesis gravidarum7. Mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum

1.4 Implikasi KeperawatanSebagai seorang perawat harus memberikan informasi dan dukungan kepada pasien hiperemesis gravidarum mengenai pengertian, etiologi, tanda gejala, penatalaksanaan, pencegahannya dan dilakukan pemeriksaan fisik baik secara psikis maupun yang lainnya. Dan sebagai perawat tidak hanya menjelaskan kepada pasien tetapi kepada anggota keluarganya mengenai bagaimana perawatan tindak lanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 PengertianEmesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2007 hal 98). Sedangkan Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Hiperemesis gravidum merupakan mual muntah selama kehamilan karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trisemester pertama (Varney,2006). Sedangkan menurut (Wiknjosastro,2005) hiperemsis gravidum adalah gejala mual muntah pada ibu hamil trisemester pertama yang terjadi setiap saat. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010). 2.2 EpidemiologiMual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada sekitar 10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan. Dalam situasi wanita sebagai pekerja, mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan Depresi.

2.3 Etiologi Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan : 1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. 2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik. 3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. 4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien

2.4 PatofisiologiPerasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena itu keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat. Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.

2.5 Manifestasi Klinis1. Dehidrasi berat, ikterik, takikardia 2. Suhu meningkat 3. Alkalosis4. Kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga 5. Menarik diri dan depresi Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu:\1. Tingkat I Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung. 2. Tingkat II Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine. 3. Tingkat III Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.

2.6 Komplikasi dan Prognosis Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan Dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Hiperemesis gravidarum juga dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa, meliputi:1. Rupture esophagus2. Perdarahan retina3. Kerusakan ginjal4. Kematian janin5. Prognosis 6. Dengan penangan yang baik prognosis hiperemisis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini dapat membatasisi diri namun pada tngkatan yang berat penyakit ini daat mengancam jiwa ibu dan janin.

2.7 PenatalaksanaanPencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dinginPengobatan yang baik pada emesis gravidarum dapat mencegah hiperemesis gravidarum.Dalam keadaan muntah berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah hiperemesis gravidarum.Konsep pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.1. Isolasi dan pengobatan psikologis. Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat menenangkan ibu hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas dapat memberi komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan.2. Pemberian cairan pengganti. Cairan pengganti dapat diberikan dalam keadaan darurat sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5% sampai 10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak menjadi protein menuju ke arah pemecahan glukosa. Cairan tersebut dapat ditambah vitamin C, B kompleks, atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Selama pemberian cairan harus memerhatikan keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine memberi petunjuk bahwa keadaan ibu hamil berangsur-angsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, dan bila memungkinkan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal. Bila muntah berkurang dan kesadaran membaik, ibu hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi.3. Pemberian obat. Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital atau cacat bawaan bayi). Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah:a. sedatif ringan (fenobarbital [Luminal] 30 mg, Valium);b. anti-alergi (antihistamin, Dramamine, Avomin);c. obat antimual/anti-muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stemetil, Avopreg);d. vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C.4. Menghentikan kehamilan. Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum yang tidak berhasil justru mengakibatkan terjadinya kemunduran dan keadaan semakinmenurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan pengguguran kandungan.Keadaan yang memerlukan pertimbangan pengguguran kandungan adalah:a. gangguan kejiwaan (delirium, apati, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernicke);b. gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan);c. gangguan faal (hati [ikterus], ginjal [anuria], jantung dan pembuluh darah nadi meningkat, tekanan darah menurun5. Dieta. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan .Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D. c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

2.8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan yaitu:a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian KeperawatanRuangan : di isi nama ruangan pasien dirawatTgl. / Jam MRS : di isi tanggal dan jam MRSDx. Medis : Hiperemesis gravidarumNo. Reg. : di isi nomer registrasiTGL/Jam Pengkajian : di isi tanggl dan jam pengkajian perawat1. Identitas Kliena. Nama/Nama panggilan (diisi dengan nama lengkap dan nama panggilan).Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien dan untuk membangun hubungan saling percaya sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan.b. Tempat tgl lahir/usia (di isi tempat tanggal lahir dan usia)c. Jenis kelamin (diisi jenis kelamin pasien)d. AgamaBagaimana pasien beribadah kepada tuhan selama sakit serta bagaiamana keyakinan pasien untuk sembuh.e. PendidikanTingkat pengetahuan juga dapat mempengaruhi terjadinya hiperemesis gravidarum dari segi preventif dan mengenali gejala awal pada saat terjadi hiperemesis gravidarum.f. Alamat2. Identitas Walia. Nama (diisi nama lengkap orang tua/suami dan nama panggilannya)b. Usia (diisi usia wali pasien)c. PendidikanTingkat pendidikan yang kurang, mencerminkan kurangnya paparan informasi dan mempengaruhi tingkat pengambilan keputusan orangtua/suami.d. Pekerjaan/sumber penghasilanSumber penghasilan yang kurang mencerminkan nutrisi yang dikonsumsi pasien kurange. Agama3. Riwayat Kesehatana. Diagnosa medikhiperemesis gravidarumb. Keluhan utamaMual dan muntahc. Riwayat penyakit sekarang:Mual muntahd. Riwayat kesehatan terdahulu:Pada primigravida e. Riwayat penyakit keluarga:4. Pengkajian Keperawatana. Pola Nutrisi dan Metabolik:Adanya mual, muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat.b. Pola EliminasiTerjadi gangguan eliminasi urine dikarenakan gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi.c. Pola Aktifitas dan latihan :Aktivitas dan latihan pasien terganggu akibat penurunan tingkat energid. Kognitif & Perseptual :Ketika mengalami masalah kesehatan yang serius pasien menangani masalah tersebut dengan bantuan tim kesehatane. Persepsi DiriKlien yang diberikan pengobatan akan merasa cemas akibat kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu, gangguan juga dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan status mental klien akibat ketidaksiapan menjalani pengobatan.f. Pola istirahat dan tidurAkibat dari mual muntah kemudian kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat menganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. g. Pola hubungan peranAkibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam hubungan dan peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan bermasyarakat klienh. Pola reproduksi seksualMual muntah yang berlebih dapat megganggu proses reproduksii. Pola penanggulangan stressStres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres klien. j. Pola tata nilai dan kepercayaanPasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami Hiperemesis gravidarum dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan perlu dikaji.5. Pemeriksaan Fisik1. Data SubjektifNausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya berlebihan/hipersalivasi.Riwayat haid: Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis.2. Data Objektifa. Pemeriksaan fisik1) Pemeriksaan umumKulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian bawah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis. Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat terjadi.2) Pemeriksaan abdomenPemeriksaan ini biasanya normal, meskipun dapat ditemukan rasa sakit dihepar.3) Pemeriksaan pelvisUterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi.b. Kebutuhan Dasar Khusus1) Aktifitas istirahatTekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).2) Integritas egoKonflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.3) EliminasiPerubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.4) Makanan/cairanMual dan muntah yang berlebihan (4 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.5) PernafasanFrekuensi pernapasan meningkat.6) KeamananSuhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma.7) SeksualitasPenghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.8) Interaksi sosialPerubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.c. Tes Laboratorium1) Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darahNilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.2) UrinalisisUrin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi.

B. Diagnosa1. Defisit volum cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat ditandai dengan pasien tampak lemas dan pucat2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebih ditandai dengan pasien tidak mau makan3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien hanya berbaring ditempat tidur.4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah ke otak ditandai dengan pasien tampak pucat

DiagnosaTujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

1. Defisit volum cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat ditandai dengan pasien tampak lemas dan pucat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:0. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal0. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab0. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal0. pH urin dalam batas normal

1. Pertahankan intake dan output cairan

2. Monitor status hidrasi (kelembapan dan mukosa bibir)

3. Monitor vital sign

4. Kolaborasi pemberian cairan IV

5. Kaji berat badan pasien dan catat perkembangannya

6. Tingkatkan asupan oral sesuai kebutuhan

1. Mengobservasi status hidrasi pasien secara akurat

2. Mengetahui dan mengobservasi keadaan pasien

3. Mengetahui keadaan umum pasien

4. Terapi IV membantu memberikan pemenuhan kebutuhan cairan.

5. Mengevaluasi kemajuan rencana tindakan yang telah diberikan.

6. Membantu mencegah peningkatan asam lambung

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebih ditandai dengan pasien tidak mau makan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi teratasi dengan kriteria hasil:1.status gizi: asupan makanan dan cairan dalam rentang normal Makanan oral dalam rentang kuat

1. Monitor adanya mual dan muntah2. Monitor intake nutrisi3. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan4. Timbang BB pasien pada interval yang tepat5. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya6. Instruksikan pasien, untuk menarik nafas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar untuk mengurangi mual/muntah7. Tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

1. Mengetahui asupan nutrisi yang diperlukan pasien2. Mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien.3. Pantauan nutrisi dapat menjadi evaluasi dalam perkembangan kebutuhan nutrisi klien4. Memperlihatkan kemajuan klien dalam p;emenuhan nutrisi5. Informasi nutrisi dapat meningkatkan pemenuhan nutrisi klien6. Nafas dalam dan latihan menelan dapat mengurangi mual7. Diet yang tepat dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien tampak lemahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat

1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

5. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

6. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

7. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

0. Mengetahui keadaan dan kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas

0. Membatasi aktivitas yang terlalu berat

0. Nutrisi dan sumber energy dapat membantu pemenuhan energy pasien0. Aktivitas yang terlalu berat dapat menurunkan keadaan fisik pasien.0. Tidur/istirahat dapat membantu meningkatkan kekuatan pasien0. Aktivitas yang terlalu berat dapat memperburuk keadaan pasien0. Membatasi dan mengatur aktivitas pasien dapat membantu meminimalkan dan mengurangi dampak kelelahan.

C. ImplementasiNoDiagnosaImplementasi

1Defisit volum cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat ditandai dengan pasien tampak lemas dan pucat

1. Mempertahankan intake dan output cairan2. Monitoring status hidrasi (kelembapan dan mukosa bibir)3. Monitoring vital sign4. Berkolaborasi pemberian cairan IV 5. Mengkaji berat badan pasien dan catat perkembangannya6. Meningkatkan asupan oral sesuai kebutuhan

2.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebih ditandai dengan pasien tidak mau makan

1. Monitoring adanya mual dan muntah2. Monitoring intake nutrisi3. Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan4. Menimbang BB pasien pada interval yang tepat5. Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya6. Menginstruksikan pasien, untuk menarik nafas dalam, perlahan, dan menelan secara sadar untuk mengurangi mual/muntah7. Menentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, secara tepat, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien hanya berbaring ditempat tidur.

1. Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas2. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan3. Monitoring nutrisi dan sumber energi yang adekuat4. Monitoring pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan\5. Monitoring pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien6. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan7. Membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

D. EvaluasiNoDiagnosaEvaluasi

1Defisit volum cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat ditandai dengan pasien tampak lemas dan pucat

S: Pasien menyatakan muntah berkurangO: Frekuensi muntah menurunTurgor kulit baikMembrane mukosa lembabOliguri (-)Bau aseton (-)A:MAsalah teratasi sebagianP:Intervensi dilanjutkan dilanjutkan

2Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebih ditandai dengan pasien tidak mau makan

S:Pasien mengatakan sudah bisa makan namun hanya sedikitO:Muntah berkurangMual berkurangMakan habis 1/2 porsiA:Masalah teratasi sebagianP:Tindakan dilanjutkan

BAB 5. PENUTUP5.1 Kesimpulan Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidarum yang berlebihan sehingga menimbulkan gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari-hari yang sering terjadi pada sebagian wanita hamil trimester pertama. Hal ini dapat dipengaruhi faktor internal ataupun faktor eksternal yang meliputi fisik, psikologis atau sosial (dukungan lingkungan sekitar). Kondisi ini perlu diperhatikan karena menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin yang berdampak pada berat badan lahir, angka kematian prenatal, keadaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan serta perkembangan bayi setelah lahir. Diperlukan asuhan keperawatan yang tepat pada wanita hamil dengan kondisi hiperemesis gravidarum yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi atas tindakan keperawatan yanggtelah dilakukan.5.2 Saran Kondisi hiperemesis gravidarum sering kali dianggap wajar dimasyarakat yang dikarenakan proses kehamilan. Dibutuhkan skrening dini oleh tenaga kesehatan pada wanita wanita hamil yang mengalami tanda awal seerti mual dan muntah. Dapat pula dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada masyarakat sehinga kondisi ini tidak diremehkan dan perlu adannya penanganan sehingga tidak berlanjut dan mengakibatkan gangguan-gangguan yang tidak diingikan pada wanita hamil. Sebagai perawat dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien dan dapat mempertahankan kondisi kesehatannya Ibu Hamil dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta, EGCHidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Penerbit: ArcanPrawirohardjo, Sarwono, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa PrinterSastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGCWilkinson, J. M. et al. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria NOC. Jakarta: ECG.

Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka sarwono prawirohardjo