Upload
dwi-bodhi-setyawan
View
53
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dfghj
Citation preview
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu.
( Wiknjosastro, 2002 )
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita
hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi
buruk karena dehidrasi.
( Rustam,1998 )
hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa
hamil, tidak seperti /morning sickness/ yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi
dan kelaparan (www.medicastore.com).
Hiperemesis Gravidarum Adalah suatu keadaan pada masa kehamilan dimana
terjadi mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan, serta terjadinya
gangguan keseimbangan elektrolit (www.info-sehat.com).
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis
dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan
lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan
keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,
kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga
makin berkuran kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat
terjadinya muntah.
Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkuran, sehinga
darah menjdi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah
yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan
dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah
beratnya keadaan janin dan wanita hamil.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler
pada lambung dan esophagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana demikian
dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil, dan mengagetkan keluarganya.
Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum tidak banyak
dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.
( Manuaba, 1998 )
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
o Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir
dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar
darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah systole
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih
normal.
o Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole
kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton
ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.
o Tingkat III
Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.
(www.i-comers.com)
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahu secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik; juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada otak, jantung, hati dan susunan saraf
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai
berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada
hamil ganda dan molahidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan khorionik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadi hiperemesis gravidarum.
2. Faktor psikologik
Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
Dengan perubahan suasana/ memberikan suasana baru dan masuk rumah sakit
frekuensi muntah/ penderitaannya dapat berkurang sampai hilang.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan vili khorialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
4. Faktor organik
Perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan.
( Wikinjosastro 2002 )
C. Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada. Tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum, yang
menurut berat ringannya dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sbb.;
1. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada ulu hati.
Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun,
ketegangan kulit menurun, lidah mengering, dan mata cekung.
2. Penderita tampak lebih lemah dan apatis, ketegangan kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit kekuningan. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, kencing sedikit, dan buang air besar tak lancar. Aseton dapat
tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat
pula ditemukan dalam kencing.
3. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai
ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.
Keadaan ini adalah akibat sangat berkurangnya zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(www.balipost.com)
Tanda – tanda hiperemisis gravidarum adalah sebagai berikut :
o Berat badan turun 2,5 s/d 5 kg atau lebih selama trimester pertama.
o Tidak dapat menelan makanan atau minuman apapun selama 24 jam terakhir.
o Air kencing berwarna kuning sangat gelap atau tidak kencing selama 8 jam
terakhir.
o Muntah sangat sering kadang bisa setiap jam atau lebih.
o Mual sangat hebat sehingga selalu muntah saat makan.
(www.bayisehat.com)
D. Manifestasi Klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak jelas/ tidak ada, tetapi. muntah yang menimbulkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita
hamil telah memerlukan perawatan intensif, bila keadaan umum penderita
terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
1. Tingkatan pertama ( I )
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
Ibu merasa lemah.
Nafsu makan berkurang/ tidak ada.
Berat badan menurun.
Merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat 100 x/ menit.
Tekanan darah sistolik menurun.
Turgor kulit mengurang.
Lidah mongering.
Mata cekung.
2. Tingkatan kedua ( II )
Penderita tampak lebih lemah.
Mulai tampak gejala gangguan kesadaran menjadi apatis.
Gejala dehidrasi makin tampak; mata cekung, turgor kulit makin
berkurang, lidah mengering dan kotor.
Nadi kecil dan cepat/ nadi meningkat.
Suhu kadang-kadang naik.
Mata ikterik.
Berat badan menurun.
Tensi turun.
Gejala hemokonsentrasi makin tampak; urin berkurang (oliguri),
konstipasi, badan aseton dalam urin meningkat dan dapat tercium dalam hawa
pernapasan karena mempunyai aroma khas.
3. Tingkatan ketiga (III )
Keadaan umum lebih parah.
Muntah berhenti/ berkurang.
Kesadaran menurun dan somnolen sampai koma.
Nadi kecil dan cepat/ meningkat.
Suhu meningkat.
Tensi menurun.
Keadaan dehidrasi makin jelas.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang di kenal sebagai
ensefalopati Wernicke dengan gejala; nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks.
Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
E. Pengeluaran Cairan Tubuh Harian
Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan
cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa
pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada pengeluaran
cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius
dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari
pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insisible water loss karena kita tidak
menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup.
Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)
Normal
Asupan
Cairan dari makanan
Dari metabolisme
Asupan total
2100
200
2300
Keluaran
Insensible kulit
Insensible paru
Keringat
Feses
Urin
350
350
100
100
1400
Total pengeluaran 2300
Kehilangan cairan lewat keringat.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada
aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100
ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan
kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi
volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan.
Kehilangan cairan lewat feses.
Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari).
Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.
Kehilangan cairan lewat ginjal.
Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat
ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara
paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan
asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan antara asupan dan keluaran
hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal
dalam mengekskresikan zat-zat ini.
F. Patofisologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini
hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologi merupakan faktor
utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan
sudah menderita lambung spastic dengan gejala tak suka makan dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiperemisis gravidarum ini mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra seluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.
G. Patologi
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemisis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat
ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.
a. Hati
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi
lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler. Kelainan
lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat
muntah yang terus menerus. Dapat ditambahkan bahwa separuh penderita yang
meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopik
hati yang normal.
b. Jantung
Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa beratnya atrofi, ini sejalan dengan
lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
c. Otak
Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan otak dan kelainan seperti pada
ensefalopati ernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di
daerah korpora mamilaria venrikel ketiga dan keempat).
d. Ginjal
Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.
H. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditemukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis,
hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala
muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim dengan
manifestasi kliniknya, sehingga hiperemesis gravidarum yang berkelanjutan harus
dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan
berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hat, penyakit ginjal, dan penyakit tukak
lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil
yang disertai penyakit.
I. Pengobatan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadan muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman
seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yan teratur
hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor
yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yan banyak mengandung gula
(www.balipost.com).
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak menurang maka
diperlukan pengobatan. Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum
sebaiknya berkonsultasi denan dokter, sehingga dapat dipilih oba yang tidak
bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan congenital/ cacat bawaan pada
bayi). Komponen (susunan obat) yang dapat diberkan adalah:
a. Sedativa ringan
Phenobarbital (luminal) 30 mgr (obat yang sering diberikan)
Valium
b. Anti alergi
Antihistamin
Dramamin
Avomin
c. Obat anti mual muntah
Mediamer B6
Emetrole
Stimetil
Avopreg
d. Vitamin
Vitamin B1
Vitamin B6
Vitamin C
e. Antiemetik
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik ini:
Disiklomin
Hidrokhloride
Khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dlam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan ysn keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat
yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan. Tidak diberkan makanan/ minum selama 24 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
4. Pemberian cairan parenteral/ cairan pengganti
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glucose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing
perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil,
oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ vital.
Keadaan yang memerlukan pertimbangan untuk mengakhiri kehamilan
diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan
Delirium
Apatis, somnolen sampai koma
Terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernicke.
b. Gangguan penglihatan
Perdarahan retina
Kemunduran penglihatan
c. Gangguan faal
Hati dalam bentuk ikterus
Ginjal dalam bentuk anuri
Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
Tekanan darah menurun.
(www.balipost.com)
J. Komplikasi
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati
wernicke dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya
ikterus menunjukkan adanya payah hati.
Berat badan penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan
perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. jika
muntah terus terjadi, bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah
perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika
penderita muntah (www.medicastore.com).
PATHWAY
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Faktor Predisposisi-Kehamilan ganda -Molahidatidosa
HCG meningkat
Estrogen meningkat
Estrogen merangsang SSP dan pengosongan lambung berkurang
Pemberian Fe
Efek samping pemberian Fe berlebihan
Vili khorialis
Masuk sirkulasi maternal/ peredaran darah ibu
Perubahan metabolic meningkat
Faktor psikologis stress
Mempengaruhi system saraf simpatis
Peningkatan mengeluaran
H.epineprin,norepineprin dan kortisol
As.lambung meningkat
Mual dan muntah
Dehidrasi
Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pembuluh darah Integumen Kardiovaskuler Ginjal
Hemokonsentrasi
Memperlambat peredaran darah
O2 dan makanan ke jaringan berkurang
Iskemik
Janin
Kekurangan O2
Kematian
Ibu
Metabolic anaerob
As.laktat
Nyeri
Turgor kulit menurun
Gangguan integritas kulit
Penurunan kontruktililitis
jantung
COP menurun
Cadangan karbohidrat
habis dipakai oleh energi
Intoleransi aktivitas
Ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan
Sirkulasi kejaringan menurun
Badan keton dalam darah
(tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton)
Pembakaran lemak kurang
sempurna
Pembakaran dalam tubuh beralih pada cadangan lemak
dan protein
Penurunan vaskularisasi
keserebal
Serebal
Penurunan transportasi
CO2
Hipoksia
Gangguan perfusi jaringan
Dehidrasi
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
c. Keluhan Utama
Muntah terus menerus
Tubuh terasa lemah
Nafsu makan berkurang
Berat badan menurun
Nyeri pada epigastrium
Lidah terasa kering dan kotor
Mata cekung.
Suhu tubuh naik
BAK berkurang, susah BAB (konstipasi)
Nafas bau
Kadang-kadang sampai pingsan
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat obstetric:
Gravid
Partus
Abortus
Riwayat Ginekologi:
Fluor albus
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat haid
Menarche
Siklus
Lama haid
Warna
Konsistensi
f. Riwayat Penyakit Keluarga
g. Riwayat perkawinan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan volume cairan tubulus menurun dan
dehidrasi.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
transportasi CO2 dan hipoksia.
c. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan asam lambung yang meningkat dan mual muntah yang
berlebih.
d. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit
menurun.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Jakarta ; EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan maternitas. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta ; Arcan
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://www.balipost.com/BALIPOSTCETAK/2005/7/24/ink2.html
http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=17&iddtl=570
http://www.bayisehat.com/pregnancy/mual-muntah-dalam-kehamilan.html
http://www.i-comers.com/health-fitness-medicine-articles/5622-artikel-kelainan-pada-kehamilan.html
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas
Pengampu : Dewi Puspita., Skp.Ns
Oleh :
1. Ni Ketut Suratmi ( 0104010 )
2. Titi Sari Verawati ( 010401031 )
3. Yudi Hermawan ( 0104010 )
4. Lalu M. Guntur Payasan ( 010401095 )
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2008