26
BAB I TINJAUAN TEORI A. Definisi Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala- gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. ( Wiknjosastro, 2002 ) Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena dehidrasi. ( Rustam,1998 ) hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil, tidak seperti /morning sickness/ yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan kelaparan (www.medicastore.com ). Hiperemesis Gravidarum Adalah suatu keadaan pada masa kehamilan dimana terjadi mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan, serta terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit (www.info-sehat.com ).

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfghj

Citation preview

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih

terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang

lebih 10 minggu.

( Wiknjosastro, 2002 )

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita

hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi

buruk karena dehidrasi.

( Rustam,1998 )

hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama masa

hamil, tidak seperti /morning sickness/ yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi

dan kelaparan (www.medicastore.com).

Hiperemesis Gravidarum Adalah suatu keadaan pada masa kehamilan dimana

terjadi mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan, serta terjadinya

gangguan keseimbangan elektrolit (www.info-sehat.com).

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis

dipakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan

lemak dan protein. Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan

keton dalam darah yang dapat menambah beratnya gejala klinik.

Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,

kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga

makin berkuran kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat

terjadinya muntah.

Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkuran, sehinga

darah menjdi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah

yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan

dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah

beratnya keadaan janin dan wanita hamil.

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler

pada lambung dan esophagus, sehingga muntah bercampur darah. Suasana demikian

dapat menimbulkan kekhawatiran wanita hamil, dan mengagetkan keluarganya.

Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis gravidarum tidak banyak

dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.

( Manuaba, 1998 )

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :

o Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,

berat-badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir

dan sedikit empedu kemudian hanya lendir, cairan empedu dan terakhir keluar

darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah systole

menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih

normal.

o Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,

subfebril, nadi cepat dan lebih 100-140 kali per menit, tekanan darah sistole

kurang 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus ada, aseton

ada, bilirubin ada dan berat-badan cepat menurun.

o Tingkat III

Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, ikterus,

sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada, dan proteinuria.

(www.i-comers.com)

B. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahu secara pasti. Tidak ada bukti

bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik; juga tidak ditemukan kelainan

biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada otak, jantung, hati dan susunan saraf

disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor

predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai

berikut:

1. Faktor adaptasi dan hormonal

Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis

gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah

wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim pada

hamil ganda dan molahidatidosa.

Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon

estrogen dan khorionik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola

hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan

terjadi hiperemesis gravidarum.

2. Faktor psikologik

Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah

tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan

persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan

konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak

sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Dengan perubahan suasana/ memberikan suasana baru dan masuk rumah sakit

frekuensi muntah/ penderitaannya dapat berkurang sampai hilang.

3. Faktor alergi

Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan vili khorialis yang

masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat

menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.

4. Faktor organik

Perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak

ibu terhadap perubahan.

( Wikinjosastro 2002 )

C. Gejala dan Tanda

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum tidak ada. Tetapi bila keadaan umum penderita

terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum, yang

menurut berat ringannya dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sbb.;

1. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa

lemah, nafsu makan tak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada ulu hati.

Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun,

ketegangan kulit menurun, lidah mengering, dan mata cekung.

2. Penderita tampak lebih lemah dan apatis, ketegangan kulit lebih mengurang, lidah

mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan

mata sedikit kekuningan. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi, kencing sedikit, dan buang air besar tak lancar. Aseton dapat

tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat

pula ditemukan dalam kencing.

3. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen

sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.

Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai

ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.

Keadaan ini adalah akibat sangat berkurangnya zat makanan, termasuk vitamin B

kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

(www.balipost.com)

Tanda – tanda hiperemisis gravidarum adalah sebagai berikut :

o Berat badan turun 2,5 s/d 5 kg atau lebih selama trimester pertama.

o Tidak dapat menelan makanan atau minuman apapun selama 24 jam terakhir.

o Air kencing berwarna kuning sangat gelap atau tidak kencing selama 8 jam

terakhir.

o Muntah sangat sering kadang bisa setiap jam atau lebih.

o Mual sangat hebat sehingga selalu muntah saat makan.

(www.bayisehat.com)

D. Manifestasi Klinik

Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum tidak jelas/ tidak ada, tetapi. muntah yang menimbulkan

gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita

hamil telah memerlukan perawatan intensif, bila keadaan umum penderita

terpengaruh sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis

gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:

1. Tingkatan pertama ( I )

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.

Ibu merasa lemah.

Nafsu makan berkurang/ tidak ada.

Berat badan menurun.

Merasa nyeri pada epigastrium.

Nadi meningkat 100 x/ menit.

Tekanan darah sistolik menurun.

Turgor kulit mengurang.

Lidah mongering.

Mata cekung.

2. Tingkatan kedua ( II )

Penderita tampak lebih lemah.

Mulai tampak gejala gangguan kesadaran menjadi apatis.

Gejala dehidrasi makin tampak; mata cekung, turgor kulit makin

berkurang, lidah mengering dan kotor.

Nadi kecil dan cepat/ nadi meningkat.

Suhu kadang-kadang naik.

Mata ikterik.

Berat badan menurun.

Tensi turun.

Gejala hemokonsentrasi makin tampak; urin berkurang (oliguri),

konstipasi, badan aseton dalam urin meningkat dan dapat tercium dalam hawa

pernapasan karena mempunyai aroma khas.

3. Tingkatan ketiga (III )

Keadaan umum lebih parah.

Muntah berhenti/ berkurang.

Kesadaran menurun dan somnolen sampai koma.

Nadi kecil dan cepat/ meningkat.

Suhu meningkat.

Tensi menurun.

Keadaan dehidrasi makin jelas.

Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang di kenal sebagai

ensefalopati Wernicke dengan gejala; nistagmus, diplopia, dan perubahan

mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk

vitamin B kompleks.

Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.

E. Pengeluaran Cairan Tubuh Harian

Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan

cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa

pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada pengeluaran

cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius

dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari

pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insisible water loss karena kita tidak

menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup.

Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)

Normal

Asupan

Cairan dari makanan

Dari metabolisme

Asupan total

2100

200

2300

Keluaran

Insensible kulit

Insensible paru

Keringat

Feses

Urin

350

350

100

100

1400

Total pengeluaran 2300

Kehilangan cairan lewat keringat.

Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada

aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100

ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan

kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi

volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan.

Kehilangan cairan lewat feses.

Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari).

Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.

Kehilangan cairan lewat ginjal.

Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat

ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara

paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan

asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan antara asupan dan keluaran

hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal

dalam mengekskresikan zat-zat ini.

F. Patofisologi

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada

hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini

hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologi merupakan faktor

utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan

sudah menderita lambung spastic dengan gejala tak suka makan dan mual, akan

mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.

Hiperemisis gravidarum ini mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak

habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,

terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan

aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena

muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra seluler dan plasma berkurang.

Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu

dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan

berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan

mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium

sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah

frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.

G. Patologi

Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemisis gravidarum

menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat

ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.

a. Hati

Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi

lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler. Kelainan

lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat

muntah yang terus menerus. Dapat ditambahkan bahwa separuh penderita yang

meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran mikroskopik

hati yang normal.

b. Jantung

Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa beratnya atrofi, ini sejalan dengan

lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.

c. Otak

Adakalanya terdapat bercak-bercak perdarahan otak dan kelainan seperti pada

ensefalopati ernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di

daerah korpora mamilaria venrikel ketiga dan keempat).

d. Ginjal

Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.

H. Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditemukan

adanya kehamilan muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi

keadaan umum dan menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.

Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis,

hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala

muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan

makanan yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim dengan

manifestasi kliniknya, sehingga hiperemesis gravidarum yang berkelanjutan harus

dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.

Kemungkinan penyakit lain yang menyertai hamil harus dipikirkan dan

berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit hat, penyakit ginjal, dan penyakit tukak

lambung. Pemeriksaan laboratorium dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil

yang disertai penyakit.

I. Pengobatan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan

memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang

fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadan muntah merupakan

gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4

bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah

kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,

tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan

yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman

seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yan teratur

hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor

yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yan banyak mengandung gula

(www.balipost.com).

1. Obat-obatan

Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak menurang maka

diperlukan pengobatan. Memberikan obat pada hiperemesis gravidarum

sebaiknya berkonsultasi denan dokter, sehingga dapat dipilih oba yang tidak

bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan congenital/ cacat bawaan pada

bayi). Komponen (susunan obat) yang dapat diberkan adalah:

a. Sedativa ringan

Phenobarbital (luminal) 30 mgr (obat yang sering diberikan)

Valium

b. Anti alergi

Antihistamin

Dramamin

Avomin

c. Obat anti mual muntah

Mediamer B6

Emetrole

Stimetil

Avopreg

d. Vitamin

Vitamin B1

Vitamin B6

Vitamin C

e. Antiemetik

Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik ini:

Disiklomin

Hidrokhloride

Khlorpromasin

Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah

sakit.

2. Isolasi

Penderita disendirikan dlam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran

udara yang baik. Catat cairan ysn keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat

yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan

penderita mau makan. Tidak diberkan makanan/ minum selama 24 jam. Kadang-

kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa

pengobatan.

3. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,

hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta

menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang

penyakit ini.

4. Pemberian cairan parenteral/ cairan pengganti

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein

dengan glucose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila

perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan

vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino

secara intravena.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing

perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu

dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan

pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila

selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat

dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah

dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya

gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.

5. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan

memburuk. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil,

oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak

tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ vital.

Keadaan yang memerlukan pertimbangan untuk mengakhiri kehamilan

diantaranya:

a. Gangguan kejiwaan

Delirium

Apatis, somnolen sampai koma

Terjadi gangguan jiwa ensefalopati Wernicke.

b. Gangguan penglihatan

Perdarahan retina

Kemunduran penglihatan

c. Gangguan faal

Hati dalam bentuk ikterus

Ginjal dalam bentuk anuri

Jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat

Tekanan darah menurun.

(www.balipost.com)

J. Komplikasi

Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati

wernicke dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah

akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya

ikterus menunjukkan adanya payah hati.

Berat badan penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan

perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. jika

muntah terus terjadi, bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah

perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika

penderita muntah (www.medicastore.com).

PATHWAY

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Faktor Predisposisi-Kehamilan ganda -Molahidatidosa

HCG meningkat

Estrogen meningkat

Estrogen merangsang SSP dan pengosongan lambung berkurang

Pemberian Fe

Efek samping pemberian Fe berlebihan

Vili khorialis

Masuk sirkulasi maternal/ peredaran darah ibu

Perubahan metabolic meningkat

Faktor psikologis stress

Mempengaruhi system saraf simpatis

Peningkatan mengeluaran

H.epineprin,norepineprin dan kortisol

As.lambung meningkat

Mual dan muntah

Dehidrasi

Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Pembuluh darah Integumen Kardiovaskuler Ginjal

Hemokonsentrasi

Memperlambat peredaran darah

O2 dan makanan ke jaringan berkurang

Iskemik

Janin

Kekurangan O2

Kematian

Ibu

Metabolic anaerob

As.laktat

Nyeri

Turgor kulit menurun

Gangguan integritas kulit

Penurunan kontruktililitis

jantung

COP menurun

Cadangan karbohidrat

habis dipakai oleh energi

Intoleransi aktivitas

Ketidak seimbangan antara suplai dan

kebutuhan

Sirkulasi kejaringan menurun

Badan keton dalam darah

(tertimbunnya asam aseton-asetik, asam

hidroksi butirik dan aseton)

Pembakaran lemak kurang

sempurna

Pembakaran dalam tubuh beralih pada cadangan lemak

dan protein

Penurunan vaskularisasi

keserebal

Serebal

Penurunan transportasi

CO2

Hipoksia

Gangguan perfusi jaringan

Dehidrasi

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Identitas penanggung jawab

c. Keluhan Utama

Muntah terus menerus

Tubuh terasa lemah

Nafsu makan berkurang

Berat badan menurun

Nyeri pada epigastrium

Lidah terasa kering dan kotor

Mata cekung.

Suhu tubuh naik

BAK berkurang, susah BAB (konstipasi)

Nafas bau

Kadang-kadang sampai pingsan

d. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat obstetric:

Gravid

Partus

Abortus

Riwayat Ginekologi:

Fluor albus

e. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat haid

Menarche

Siklus

Lama haid

Warna

Konsistensi

f. Riwayat Penyakit Keluarga

g. Riwayat perkawinan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan volume cairan tubulus menurun dan

dehidrasi.

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

transportasi CO2 dan hipoksia.

c. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan asam lambung yang meningkat dan mual muntah yang

berlebih.

d. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit

menurun.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC

Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Jakarta ; EGC

Farrer, Helen. 1999. Perawatan maternitas. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta ; EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta ; Arcan

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

http://www.balipost.com/BALIPOSTCETAK/2005/7/24/ink2.html

http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=17&iddtl=570

http://www.bayisehat.com/pregnancy/mual-muntah-dalam-kehamilan.html

http://www.i-comers.com/health-fitness-medicine-articles/5622-artikel-kelainan-pada-kehamilan.html

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas

Pengampu : Dewi Puspita., Skp.Ns

Oleh :

1. Ni Ketut Suratmi ( 0104010 )

2. Titi Sari Verawati ( 010401031 )

3. Yudi Hermawan ( 0104010 )

4. Lalu M. Guntur Payasan ( 010401095 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN

2008