Upload
mimba-wibiyana
View
8
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Jl. Tanjung 2 No. 25
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Tanggal Masuk : 15 Januari 2015
Mondok di bangsal : Khadijah 324
No. CM : 141000293
Nama Suami : Tn. H
Pendidikan : -
B. ANAMNESIS
1. Diberikan oleh : Ny. F
2. Keluhan : Muntah (+) >4x/hari, Mual (+),
Intake <<, hamil 1
3. Riwayat perkawinan
Kawin : Ya
Umur waktu kawin : -
Umur suami waktu kawin : -
Lama perkawinan : -
4. Riwayat menstruasi
Menarche : -
Menstruasi : -
Jumlah darah menstruasi : -
Rasa sakit saat menstruasi : -
Perdarahan di luar siklus : -
HPM : -
5. Riwayat Fertilitas
Riwayat kehamilan sekarang
HPM : -
HPL : -
Mual-mualan : (+)
Sesak nafas : -
Gangguan BAK/BAB : -
Hipertensi : -
Kejang : -
Riwayat keluarga berencana : -
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
KU : Sedang
Vital sign : Suhu afebris, tekanan
darah 125/77 mmHg, nadi 90 x/menit, pernafasan 23
x/menit
Berat Badan :
Gizi : -
Kepala : Konjungtiva
anemis (-/-)
Leher : -
Dada : Suara Pernapasan :
Vesikuler, Bising Jantung (-).
Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (+)
Extremitas : -
Status Obsetri
Inspeksi : -
Palpasi : -
Leopold I : -
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
Auskultasi : -
Vaginal Toucher : -
Lain-lain
His : -
TBJ :
Periksa 1
Umur kehamilan (minggu) 14- 15 minggu
TFU Teraba diatas simpisis pubis
(SOP)
Presentasi Tidak diperiksa
Letak anak dan turunnya
bagian bawah
Tidak diperiksa
Punggung Tidak diperiksa
DJJ Tidak diperiksa
Edema Tidak diperiksa
Tekanan darah Tidak diperiksa
Berat Badan Tidak diperiksa
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 10,8 g/dl
AL : -
Ht : 33,1 %
LED : -
AT : -
Bilirubin total : -
Bilirubin direk : -
Bilirubin indirek : -
Protein total : -
Albumin : -
Masa pendarahan (Duke) : -
Masa pembekuan : -
HJL
Eosinophyl : -
Staf : -
Segmen : -
Lymphocyte : -
Monocyte : -
Globulin : -
SGOT : -
SGPT : -
Alkali phosphatase : -
Uerum : -
Creatinin : -
Urin : -
Malaria : -
Golongan darah : -
Rhesus : -
Urin : -
pH : -
Albumin : -
Gula : -
Urobilin : -
BJ : -
Keton : -
Darah samar : -
Epithel : -
Leucocyte : 8,4 mm3
Erythrocyte : 4,31 %
USG : -
Radiologi : -
E. DIAGNOSIS
G1P0A0H0 Gestasi 14-15 minggu + HEG
F. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad sanam : Ad Bonam
Quo ad fungsionam : Ad Bonam
G. TERAPI
D 10 Guyur 1 kolf : RL guyur juga 1 kolf.
D 10 + nurobion 5000 : 30 tpm
Injeksi Primperan 3x1 mg .i.v.
Injeksi Ranitidin 2x1 mg i.v.
Injeksi Antasida 3x1 mg i.v.
H. EDUKASI
Hindari makanan yang cepat saji dan mengandung MSG (monosodium
glutamat).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi1.
Hiperemesis gravidarum (HEG) adalah keadaan
dimana penderita mual dan muntah berlebihan, lebih dari
10 kali dalam 24 jam atau setiap saat sehingga
mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus / muntah
yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil
yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, atau defisiensi nutrisi dan penurunan berat
badan
2. Etiologi1,2.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik. Juga tidak ditemukan
kelainan biokimia.
Namun ada beberapa pengetahuan mengenai factor yang
dapat memicu mual muntah :
a. Peningkatan hormon progesterone dan estrogen
pada ibu hamil, hal ini akan meningkatkan proses
pengosongan lambung sehingga akan terjadi
proses distensi lambung.
b. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak,
hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan
pekerjaan.
c. Faktor organik : masuknya fili khorionis dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun
3. Epidemiologi dan Faktor Resiko2.
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan.
Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu ke 9-10,
memuncak pada minggu ke 11-12, dan berakhir pada
minggu ke 13-14. Pada 1-10% kehamilan gejala dapat
berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang
harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan. Di
masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali
menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan
dengan morbiditas yang signifikan.
1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir
50% wanita hamil yang bekerja.
2. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi.
Sekitar seperempat pasien hiperemesis gravidarum
membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari
sekali.
3. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan
kenaikan berat badan dalam kehamilan yang rendah
(7 kg) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan neonatus dengan berat badan lahir
rendah, kecil untuk masa kehamilan, dan prematur.
Beberapa faktor resiko terjadinya HEG :
1. Faktor resiko untuk hiperemesis gravidarum adalah:
Kehamilan sebelumnya dengan hiperemesis
gravidarum
Berat badan tinggi
Kehamilan multipel
2. Merokok berhubungan dengan resiko yang lebih
rendah untuk hiperemesis gravidarum.
4.Klasifikasi1.
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara
klinis menjadi tiga tingkat, yaitu :
3. Tingkat I
Muntah terus-menerus ( > 3-4 x sehari, dan
mencegah masuknya makanan atau minuman
selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi
lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun (2-
3 kg dalam 1 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat
sampai 100 x/menit, tekanan darah sistolik menurun,
tekanan kulit menurun dan mata cekung.
4. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada
sekitarnya, nadi kecil dan cepat,suhu badan
meningkat, mata cekung dan ikterik ringan, berat
badan turun, tekanan darah turun, lidah kering dan
kotor, pengentalan darah, urin berkurang, sulit BAB,
dan pada nafas tercium bau aseton.
5. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti,
kesadaran menurun (somnolen hingga koma), nadi
kecil dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah
menurun. Pada janin dapat terjadi enselopati
wernicke dengan gejala nistagmus, penglihatan
ganda, dan perubahan mental. Keadaan ini akibat
kekurangan zat makanan termasuk vitamin B
kompleks.
5.Patofisiologi1,2,3.
Sebelumnya, pada etiologi mual dan muntah yang
terjadi selama kehamilan masih belum diketahui, namun
beberapa teori yang menjelaskan terjadinya hiperemesis
gravidarum merupakan akibat faktor sosial, psikologis dan
organobiologik, yang berupa perubahan kadar hormon-
hormon selama kehamilan. Hal ini memegang peranan
penting dalam terjadinya hiperemesis gravidarum.
Disfungsi pada traktus gastrointestinal yang disebabkan
oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah
satu penyebab terjadinya mual dan muntah pada
kehamilan. Peningkatan kadar progesteron memperlambat
motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi otot-
otot polos di lambung (disritmia gaster). Selain
progesteron, peningkatan kadar hormon human chorionic
gonadotropin (HCG) dan estrogen serta penurunan kadar
thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama pada
awal kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya
hiperemesis gravidarum walaupun mekanismenya belum
diketahui.
6.Manifestasi Klinis1.
Hiperemesis gravidarum dijumpai pada trimester
pertama kehamilan, di mana pasien datang dengan
keluhan mual dan muntah. Sesuai dengan beratnya
penyakit yang dialami, dapat pula dijumpai penurunan
berat badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi.
7.Diagnosis3.
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang :
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda,
mual, dan muntah, Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan
muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu,
dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis
juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stress, lingkungan
sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-
tanda vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu
juga dilakukan pemeriksaan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis
banding. Pasien mengalami penurunan berat badan
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG
(pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan
ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan
parameter TSH dan T4.
Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60%
terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter
pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda
dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan
blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
8.Komplikasi1.
1. Maternal
Dehidrasi
Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan
cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah.
Keadaan ini menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah
berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan
diantarkan ke jaringan berkurang pula. Dampak dari keadaan ini
terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum,
munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan
tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu
berkurang. Resiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan
yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas
sehari-hari ibu.
Diplopia
Akibat defisiensi tiamin (B1)
Nistagmus
2. Fetal
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
9. Diagnosis Banding1.
Selain hiperemesis gravidarum, ada beberapa penyakit yang harus
dipikirkan jika terjadi mual dan muntah yang berat dan persisten pada ibu
hamil, yaitu:
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit
ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi. Gejalanya
adalah nyeri epigastrik yang berkurang dengan makanan atau
antasid dan memberat dengan alkohol, kopi, atau OAINS. Nyeri
tekan epigastrik, hematemesis, dan melena dapat ditemukan.
Apendisitis akut
Pasien dengan apendisitis akut mengalami demam dan
nyeri perut kanan bawah. Uniknya, lokasi nyeri dapat berpindah ke
atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan dan nyeri lepas. Dapat ditemukan
tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda
Alder (pasien berbaring miring ke kiri dan letak nyeri tidak
berubah).
10.Penatalaksanaan1,3.
Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat
dan penghindaran dari rangsangan yang berperan sebagai
pemicu. Di bawah ini adalah penatalaksanaan dalam
kondisi kegawatdaruratan :
Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit dan membatasi pengunjung.
Stop makanan per oral 24 – 48 jam.
Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan.
Larutan normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam
kondisi tersebut.
Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan
atau tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan
defisiensi vitamin, tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum
pemberian cairan dekstrosa.
Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi
cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton
urin hilang atau sedikit.
Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin
B6 atau vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta
dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama (American
College of Obstetricians and Gynecologists, 2004). Pemberian
multivitamin pada saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat
keparahan gejala.
Non-Farmakologis / Diet
Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1–2 jam setelah makan.
Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C,
sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.
Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang.
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai
gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan
D.
Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium.
Farmakologis
Vitamin B1, B2, B6 masing-masing 50 – 100 mg/hari/infus
Vitamin B12 mg/hari/infus, Vitamin C 200 mg/hari/infus
Fenobarbital 30 mg I.M. 2-3 x/hari atau klorpromazin 25 – 50
mg/hari I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 x/hari I.M.
Antiemetik :
Prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg/hari/oral atau
Proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg/hari/oral atau
Mediamer B6 3 x 1 per hari per oral
Antasida :
Asidrin 3 x 1 tablet/hari/oral atau
Milanta 3 x 1 tablet/hari/oral atau
Magnam 3 x 1 tablet/hari/oral
Antiemesis
Tidak dijumapi adanya teratogenitas dengan menggunakan
dopamin antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin
(klorpromazin, proklorperazin), antilinergik (disiklomin) atau
antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun
bila masih tetap tidak memberikan respon, dapat juga di gunakan
kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-
Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid).
Rehidrasi dan suplemen
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dextrose
tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup
untuk mengoreksi hiponatremia. Suplemen potasium boleh
diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin
diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 dilarutkan ke dalam
100 cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu dilakukan
pemeriksaan dipstik untuk mengetahui terjadinya ketonuria.
11.Prognosis1.
Dalam penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum
sangat memuaskan. Penyakit biasanya dapat membatasi diri, namun
demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa
ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan edisi 4. Jakarta ; PT Bina Pustaka. 2011.
2. Kevin, et all. 2010. Hiperemesis Gravidarum. Universitas Indonesia,
https://www.scribd.com/doc/251098178/Hiperemesisgravidarum Emedicine-
2011 .
3. Gunawan, K. Ocviyanti, D. Diagnosis Dan Tata Laksana Hiperemesis
Gravidarum. Departemen Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo,
Jakarta. 2011.