Upload
erwin-ucil
View
49
Download
7
Embed Size (px)
HIPERPLASI PROSTAT BENIGNA
Saat ini pada umumnya laki -laki dapat hidup melampaui umur 50 tahun
dengan majunya ilmu kesehatan maka kemungkinan hidupnya akan semakin panjang
dengan segala penyakit yang berhubungan dengan umur.Diantaranya adalah BPH
( Benigna Prostat Hiperplasi ) yang merupakan suatu tumor jinak pada laki-
laki.Dikatakan bahwa 50% pria yang berusia 60 tahun atau 80% pria yang berusia 80
tahun mengalami pembesaran prostate secara mikroskopis.
Sampai saat ini etiologi dan patogenesis BPH belum diketahui secara
pasti,tetapi secara umum telah diketahui bahwa BPH hanya dapat timbul pada pria
yang berusia tua dan mempunyai testis yang masih berfungsi normal.Diduga bahwa
hormone androgen,estrogen dan prolaktin berperan pada patogenesis BPH,disamping
berbagai macam diet,factor lingkungan,ikut berperan sebagai factor resiko terjadinya
proliferasi kelenjar prostat benigna.Lebih lanjut diketahui bahwa ternyata
hormone,diet dan keadaan diatas hanyalah sebagai pemicu terjadinya sintesa protein
yang diproduksi oleh sel-sel prostate.Protein yang disintesis itu adalah factor
pertumbuhan yang bersifat mitogenik dan langsung mempengaruhi sel-sel prostate
untuk berproliferasi.
ANATOMI KELENJAR PROSTAT
Lowsley membagi prostate didalam 5 lobus,yaitu lobus
medius,posterior,anterior,dua lobus lateral.Lobus anterior hanya ada pada
perkembangan embriologi prostate dan akan mengalami atrofi setelah lahir.Saat ini
Pembagian ini diganti oleh pembagian berdasarkan anatomical zone yang
dikemukakan oleh McNeal.Terdapat 5 zona (gambar 1) pada kelenjar protat,yaitu
zona fibromuskuler anterior, sentralis,perifer,transisional dan zona
presfingterik.Pertumbuhan BPH terdapat pada zona transisional,sedangkan
pertumbuhan karsinoma prostate banyak terdapat pada zona perifer.
Secara mikroanatomi kelenjar prostate terdiri dari sel epitel dan stroma.Sel
epitel dapat menghasilkan cairan yang mengisi lumen asinus prostate dan cairan ini
kemudian dialirkan melalui tubulus dan duktus prostate yang akhirnya bermuara pada
uretra prostatika.Secara morfologi sel epitel prostate dibedakan dalam 3 jenis sel,yaitu
sel epitel sekretori,sel basal,sel endokrin.Stroma prostate terdiri dari sel-sel
fibroblast,otot,pembuluh darah dan saraf.
PATOGENESIS
Dikatakan bahwa BPH hanya terjadi pada pria tua dan mempunyai testis yang
masih berfungsi normal.Kelenjar prostate sangat tergantung pada keberadaan
hormone androgen.Hormon ini berperan dalam
pertumbuhan,perkembangan,diferensiasi,dan fungsi kelenjar prostate.Selain hormone
androgen,prolaktin,dan estrogen juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kelenjar
prostate.
Banyak teori atau hipotesis yang menerangkan terjadinya pertumbuhan benigna
kelenjar prostate,diantaranya adalah:
Teori dihidrotestosteron
Dihirotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang dibentuk dari
testosterone didalam sel prostate oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim
NADPH (gb 2)
DHT yang telah terbentuk akan berikatan dengan reseptor androgen membentuk
komplek DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi transkripsi DNA,yang
selanjutnya disintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel
prostate.
Ketidakseimbangan antara estrogen-progesteron
Estrogen dibentuk dari aromatisasi testosterone menjadi estradiol (E2) dan
androstenedione menjadi estrone (E1) didalam jaringan perifer oleh enzim aromatase.
Telah diketahui bahwa estrogen didalam prostate juga berperan dalam terjasdinya
proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitassel-sel
prostat terhadap rangsanganhormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor
androgen,dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa pertumbuhan epitel prostat secara tidak langsung
dikontrol oleh androgen melalui suatu mediator yang berasal dari sel-sel stroma.
Mediator itu adalah berupa suatu protein yaitu faktor pertumbuhan (growth factor).
Faktor pertumbuhan itu adalah EGF (Epidermal growth factor) dan FGF(fibroblast
growth factor) yang bersifat mitogenik sehingga menyebabkan proliferasi sel-sel
prostat.Beberapa hormon lain yang berperan pada regulasi kelenjar prostat adalah
KGF,TGF dan IGF.Disebutkan bahwa factor pertumbuhan yang bersifat menghambat
proliferasi sel adalah TGFβ.
Berkurangnya kematian sel prostat
Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologi untuk
mempertahankan hemostasis kelenjar prostat. Diduga hormon androgen berperan
dalam
Menghambat proses kematian sel karena setelah dikastrasi,terjadi peningkatan
aktivitas kematian sel kelenjar prostat.Estrogen diduga mampu memperpanjang usia
sel prostat.
Teori stem sel
Didalam kelenjar prostate dikenal suatu stem sel yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif.Kemudian akan berubah menjadi
Amplifyng cell dan akan berubah menjadi transit cell yang kemampuan proliferasinya
sangat kecil.Terjadinya proliferasi asel pada BPH dipostulasikan sebagai
ketidaktepatnya aktifitas dari sel stem sehingga terjadi overproduksi dari komponen
sel stroma maupun epitel
PATOFISIOLOGI
Karena letaknya berada bisebelah inferior buli-buli dan membungkus
uretra posterior,pembeseran prostat menyebabkan peningkatan resistensi uretra
sehingga aliran urin keluar dari buli-buli akan terhambat.Untuk mengatasi resistensi
uretra yang tinggi ini,otot detrusor akan meningkatkan tekanannya yang semakin
lama akan terjadi perubahan pada struktur buli-buli,mula-mula terjadi trabekulasi
selanjutnya terjadi sakula dan akhirnya terjadi divertikula buli-buli.Perubahan
struktur akan memperlemah kekuatan otot detrusor dalam mendorong keluarnya
urine.
Ternyata obstruksi uretra posterior yang disebabkan oleh BPH selain
disebabkan oleh massa prostate yang membuntu lumen uretra,juga disebabkan oleh
tingginya tonus otot polos prostat,tonus leher buli-buli,dan tonus kapsul
prostat.Faktor obstruksi yang disebabkan oleh massa prostat disebut sebagai
komponen static,sedangkan yang disebabkan karena tonus otot prostat,leher buli-buli
dan kapsul prostat disebut komponen dinamik.Sehingga dapat dipahami bahwa
besarnya massa prostat tidak selalu sebanding dengan berat obstruksi yang dialami
pasien karena komponen dinamik.
Terganggunya fungsi pengeluaran urin dan reservoir urin
menyebabkan keluhan miksi berupa lower urinary tract symptom (LUTS).Gangguan
pengeluaran urin berupa keluhan obstruksi yaitu hesistensi,pancaran miksi lemah dan
terputus putus,akhir miksi menetes,dan masih ada sisa urin paska
miksi.Terganggunya fungsi reservoir berupa keluhan iritasi saat miksi
yaitu,frekuensi,urgensi,nokturia dan disuria.
Selain menimbulkan perubahan pada struktuk buli-buli ,tekanan urin yang tinggi dan
terus menerus akan menyebabkan aliran balik dari buli-buli ke ureter yang akan
berakibat timbulnya penyulit berupa hidroureter,hidroneprosis,urosepsis bahkan gagal
ginjal.Juga dapat timbul batu buli-buli akibat stasis urin.Komplikasi lain diluar traktus
urinarius yang bias terjadi antaralain hernia dan hemoroid,disebabkan tekanan intra
abdomen yang tinggi dalam upaya mengeluarkan urin.
PREVALENSI BPH
BPH KLINIS : berat lebih dari 20 gram IPSS lebih dari 11 Pancaran urin maksimal kurang dari 11 ml/ detik
Usia ( tahun ) BPH- otopsi ( % ) BPH- klinis40-49 25 13,850-59 40 23,760-69 70 40,070-79 80 43,0
DIAGNOSA BPH
Untuk diagnosa BPH diperlukan:
I.Riwayat medis secara rinci,yaitu:
a. Penyakit-penyakit pada genital dan traktus urinarius yang diderita dahulu dan
sekarang secara rinci dan riwayat pembedahan dan trauma.
b. Riwayat kesehatan secara umum termasuk riwayat keluarga yang
berhubungan dengan kanker prostate dan BPH.
c. Fungsi seksual.
d. Riwayat hematuri dan tindakan apa yang telah dilakukan untuk hal ini.
e. Riwayat infeksi saluran kencing.
f. Riwayatpenyakit saraf termasuk diabetes.
g. Riwayat striktur uretra.
II.Pemeriksaan fisik secara umum harus lengkap,terutama ditujukan pada ada
tidaknya buli-buli yang penuh ,ekskoriasi dari genital yang disebabkan oleh karena
inkontinensia urine,ada tidaknya discharge uretral,abnormalitas genital dan diteliti
juga keadaan neurologis (dilakukan bersamaan dengan colok dubur) seperti tonus
spinter ani,reflek bulbo cavernosus dan pemeriksaan fungsi sensorikdan motorik
ekstremitas inferior.
III.Pemeriksaan colok dubur (DRE)
Yang perlu diperhatikan yaitu: pembesaran prostat,konsistensi,permukaan, nyeri
tekan apa tidak,ada nodul apa tidak,sulkus medianus,lobus lateralis,polus atas mukosa
diatas prostat,dan reflek BCR.
Reflek BCR :
Reseptor ( gland penis / clitoris ) afferent ( n. pudendus ) sentral : S2-4
efferent ( pleksus hypogastricus inferior / pelvicus ) efektor ( m. spingter ani dan
m. bulbocavernosus )
Mengukur pembesaran prostat dengan DRE biasanya under estimate.Untuk
pemeriksaan kanker prostat bila ada nodul ternyata pada biopsi yang positif hanya 26-
36%.Sensitifitas untuk pemeriksaan kanker prostat 33%.
IV.IPSS (International Prostatic Symptom Score),hal ini diperiksa untuk:
1. mengevaluasi adanya bladder outlet obstruction (BOO)
2. untuk indikasi pengobatan aktif jika BOO oleh karena BPH
3. untuk evaluasi hasil terapi.
Keadaan BPH digolongkan berdasarkan skore sebagai berikut:Skore 0-7 : ringan Skore 8-19 : sedangSkore 20-35 : berat
V.Pemeriksaan urine
Bila ada kelainan pada pemeriksaan urin seperti lekosituria ataupun eritrosituria maka
perlu berpikir adanya infeksi,batu, keganasan dibuli-buli,,striktur uretra.
VI.Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan ini penting sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan
saluran kemih bagian atas.
VII.Pemeriksaan catatan harian miksi (voiding diaries)
Pemeriksaan ini dapat untuk mengetahui pasien menderita instabilitas detrusor
sebagai akibat obstruksi infra vesika atau karena asupan air yang berlebih atau
nokturia idiopatik.
VIII.Pemeriksaan PSA (Prostate specific antigen)
PSA diproduksi oleh sel epitel kelenjar prostate dan tidak oleh sel basal
prostate.Jaringan lain yang memproduksi PSA dalam jumlah kecil adalah
endometrium,cairan amnion,kelenjar susu,Ca mamae,kelenjar periuretral
/perianal,kel.ludah,neoplasma ginjal.
Fungsi PSA adalah mengencerkan gumpalan semen sehingga memfasilitasi motilitas
spermatozoa.
PSA dikerjakan oleh karena:
1. adanya kanker prostate akan mempengaruhi tindakan terhadap BOO yang
disebabkan oleh pembesaran prostate.
2. nilai PSA digunakan sebagai prediksi volume prostate pada BPH dan keadaan
yang akan dating yang disebabkan oleh BPH.
Jika PSA tinggi berarti:
1. pertumbuhan volume prostate lebih cepat.
2. keluhan akibat BPH/laju pancaran kencing lebih jelek
3. lebih mudah terjadinya retensio urine akut
Perlu diingat adanya rentang PSA berdasar usia :
40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun : 0-3,5 ng/ml
60-69 tahun : 0-4,5 ng/ml
70-79 tahun : 0-6,5 ng/ml
IX.Pemeriksaan Uroflowmetri
Merupakan pemeriksaan yang menilai pancaran kencing maksinal (Q max) dalam
satuan ml/detik.Terdapat hubungan antara nilai Qmax dengan derajat BOO sebagai
berikut:
Qmax < 10 ml/detik : 90 % BOO
Qmax 10-14 ml/detik : 67% BOO
Qmax > 15 ml/detik : 30% BOO
Nilai Qmax dipengaruhi oleh jumlah urine,usia dan bervariasi orang
perorang.dianjurkan pemeriksaan uroflowmetri dengan jumlah urin < 150 ml.
X.Pemeriksaan residual urine
Residual urine adalah sisa urine yang tertinggal dalam buli-buli setelah miksi.Normal
residual urin adalah 0,09-2,24 ml,rata-rata 0,53 ml.
Pemeriksaannya dengan cara:
1.USG pre dan post miksi.
2.Bladder scan.
3.Kateterisasi post miksi.
XI.Pencitraan traktus urinarius
IVP,hanya dikerjakan pada penderita BPH bila ada:
a.hematuria
b.infeksi saluran kemih
c. insufisiensi ginjal
d. riwayat urolithiasis
e. riwayat pernah menjalani pembedahan saluran urogenital
USG,tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin,kecuali bila penderita akan
mendapat terapi :
a.inhibitor 5α reduktase
b.termoterapi
c.pemasangan stent
d.TUIP
e.prostatektomi terbuka
XII.Pemeriksaan urodinamik
Indikasi pada pemeriksaan BPH adalah:
1. usia < 50 tahun atau > 80 tahun dengan urine sisa lebih dari 300 ml
2. Qmax > 10 ml/detik
3. setelah menjalani pembedahan radikal pada pelvis
4. setelah gagal dengan terapi invasive
5. curiga adanya buli-buli neurogenik.
PENATALAKSANAAN BPH
Menurut 5 International Consultation on BPH,WHO-UICC 2000 dan panduan
penatalaksanaan Benigna prostatic Hyperplasia di Indonesia oleh IAUI tahun
2003,bahwa pilihan terapi BPH adalah:
A.Observasi berupa watchful waiting
Diberikan pada pasien dengan IPSS ringan (0-7).Atau pasien dengan IPSS sedang
atau berat jika penderita memilihnya. Dianjurkan selama terapi ini:
1. jangan terlalu banyak minum kopi atau alcohol setelah makan malam
2. kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli seperti kopi dan coklat
3. membatasi penggunaan obat influenza yang mengandung vinilpropanolamin
4. kurangi makanan pedas dan asin
5. jangan menahan kencing terlalu lama
Setiap 6 bulan penderita control diperiksa IPSS,perubahan keluhan,laju pancaran
kencing dan residual urine
B. Medikamentosa
Medikamentosa bertujuan mengurangi resistensi otot polos prostat, leher buli-buli,dan
kapsul prostat sebagai komponen dinamik,atau mengurangi volume prostat,sebagai
komponen static. α bloker adalah first line terapi untuk BPH (WHO-UICC
2000).Prosentase terapi yang dilakukan oleh dokter adalah :
1. dokter umum 25%
2. internist 24%
3. urologist 37%
4. lain-lain 14%
Obat-obatan yang diberikan adalah:
Golongan Alpha blokers, antara lain;
a. Nonselective alpha bloker (Phenosybenzamine) dosis 2x10mg / hari
b. Alpha-1,short acting (Prazosin) dosis 2x2mg / hari,cara pemberian dimulai
1mg sebelum tidur sampai dengan 3 hari lalu naik 2kali 1mg dapat sampai
2x2mg.
c. Alpha-1,long acting (Terazosin / hytrin) dosis 1-2mg / hari, cara pemberian
mulai 1x1mg selama 3 hari,lalu 2mg perhari sampai 11 hari dosis dapat
sampai 5mg perhari.
(Doxazosin / cardura,kaltenif ) dosis 4 -8 mg /hari,cara pemberian dosis 1mg
perhari sampai 7 hari lalu 2mg perhari sampai 7 hari lalu 4mg perhari,dapat
sampai 8mg perhari
d. Alpha-1, selective (Tamsulosin / harnal ) dosis 0,4-0,8mg /hari
Cara kerja obat adalah memblok saraf simpatis ke adrenoreceptor sehingga
menyebabkan relaksasi dari otot polos prostate dan leher buli-buli ekhirnya
melebarkan uretra pars prostatika sehingga menurunkan obstruksi dan
meningkatkan pancaran kencing.
Efek samping obat berupa ortostatik hipotensi,headache,dizziness dan
retrograde ejakulasi.
Golongan 5α reduktase inhibitor (Fenasteride / Epinasteride) dosis
1x5mg/hari,contohnya, Finired,Finpro, Proscar, Prosh,Prostacomb,Repristum.
Cara kerja obat adalah mencegah perubahan testosterone menjadi DHT.
Pemakaian 12 bulan menurunkan volume prostat 20-25%.
Efek samping: turunnya libido, impotensi,,turunnya vol ejakulat,PSA turun 50%
(tergantung perseorangan).Jika pemakaian obat berhenti maka prostat membesar
lagi.Maksimum efek setelah 6 bulan.
Fitofarmaka
Yang dipakai yaitu:
Akar hipoxis Rooferi,buah seronea repens,kulit kayu pyegeum Africanum,biji
curcubita pepo,daun poplandan akar Echinacea purpura.
Cara kerjanya mungkin menurunkan kadar sex hormone binding globulin
(SHBG),antitestoteron,anti androgen,inhibisi basic Fibroblast Growth Factor (bFGF)
dan Epidermal Factor (EGF),mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek antin
inflamasi,menurunkan out flow resistence dan memperkecil volume prostat.
Kontra indikasi terapi medikamentosa adalah:
a. Retensio urine akut atau kronik
b. Gangguan fungsi ginjal
c. Hematuria berulang
d. UTI yang berulang
e. Batu buli atau divertikel buli-buli
TERAPI INTERVENSI
Dibagi 2 yaitu :
1. ablasi jaringan prostate atau pembedahan
2. tehnik instrumentasi alternative atau minimal invasive
1. ablasi jaringan yaitu pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, Laser
Prostatektomi.
2. tehnik instumentasi alternative yaitu interstitial laser coagulation, TUNA,
TUMT, dilatasi balon dan stant uretra.
PEMBEDAHAN
Indikasi :
BPH dengan komplikasi :
1. retensio urine
2. infeksi saluran kemih berulang
3. hematuria makroskopis
4. batu buli-buli
5. gagal ginjal
6. divertikulum buli-buli
7. curiga ganas
Kontra indikasi operasi prostate :
1. resiko anastesi yang berat oleh karena penyakit paru-paru dan jantung
2. gangguan pembekuan dan kelainan darah
3. penyakit syaraf seperti Parkinson, perdarahan otak, Alzheimer
4. kelemahan spingter eksternus
5. takut akan terjadinya retrograde ejaculation
Operasi pembedahan terbuka :
1. suprapubik transvesical prostatektomi
2. retropubik ekstravesikal prostatektomi
3. transperineal prostatektomi
Komplikasi pembedahan terbuka :
a. Awal : perdarahan, ekstravasasi urine, cedera ureter atau rectum, trombosis vena
profunda, emboli paru, infeksi saluran kemih, periostitis.
b. Lambat : stress inkontinensia, impotensi, stenosis atau striktur uretra, ejakulasi
retrograde, fistula, residif.
Tindakan invasive minimal yaitu :
1. laser terapi ( TULIP ), caranya dengan membakar prostate kekuatan 50 watt
dengan waktu 90 detik.
2. transurethral electrovaporization of the prostate
3. hyperthermia ( TUMT/ transurethral microwave thermotherapy ), sel akan
rusak bila dipanasi dengan microwave pada suhu 43˚ – 46 ˚C ke prostate
sehingga tahanan uretra menurun.
4. high intensity focused ultrasound
5. intraurethral stents, pada uretra pars prostatika dimasukkan stent sehingga
lumen uretra melebar.
6. transurethral balloon dilation of the prostate, dikembangkan balon I pada buli
dan balon II pada uretra pars prostatika, akibatnya prostate tertekan dan
dehidrasi, kapsul prostate teregang sehungga tonus otot polos menghilang.
7. cryosurgery, mendinginkan prostate dengan nitrat cair - 100˚C sehingga
prostate mengalami nekrosis.
Keuntungan TVP :
1. seluruh jaringan adenoma dapat diangkat sampai bersih
2. otot spingter uretra masih baik
3. penyembuhan luka primer
4. dapat melihat keadaan dalam buli-buli (batu,divertikel)
Kerugian TVP :
1.pemasangan kateter lebih lama
2.perdarahan lebih banyak
3 kemungkinan kebocoran buli tinggi
4. kemungkinan infeksi tinggi
5. lama perawatan panjang
Keuntungan TMP :
1. anatomi prostate jelas
2. fossa prostate jelas
3. uretra lebih jelas
4. pembuluh darah vena lebih jelas
Kerugian TMP :
1. sulit pada prostate yang kecil
2. tidak bisa mengambil batu buli yang besar
3. tidak bisa mengkoreksi kelainan di buli-buli ( divertikel )
Keuntungan TURP :
1. pemasangan kateter lebih singkat
2. perdarahan lebih sedikit
3. lama rerawatan lebih pendek
4. luka operasi tidak terlihat
5. komplikasi impotensi sedikit
6. angka morbiditas dan mortalitas kecil
7. dapat sekaligus melakukan biopsy
Kerugian TURP :
1. trauma pada uretra
2. waktu operasi yang terbatas ( < 90 menit )
3. kemungkinan adanya adenoma yang tertinggal lebih besar
4. arus listrik dan panas dapat mempengaruhi organ di sebelah dalamnya ( epitel
uretra dan otot spingter )
5. penyembuhan sekunder
KEPUSTAKAAN
1. Jones AD. Benign prostatic hypertrophy and lower urinary tract dysfunction .
in: Weiss RM, Bearge N, et al editors. Comprehensif urologi. United
Kingdom, Mosby Int Ltd, 2001; 451-76
2. Kirby RS,Christmas TJ. Benign prostatic,hyperplasia 2nd ed. United
Kingdom,Mosby Int Ltd, 1997.
3. Presti JC. Neoplasms of the prostate gland. In : Tanagho EA, McAninch JW,
editors. Smith΄s general urology 16th ed. New york, Lange Medical Books /
Mc Graww- Hill, 2004 ; 367-74
4. Sidharta Darsoyono. Pengelolaan pembesaran prostat jinak. Semarang 2004.
5. Rifki Muslim. Terapi medikamentosa pada prostat hiperplasi. Semarang 2004.
6. Basuki B Purnomo. Patogenesis dan patofisiologi hiparplasi prostat benigna.
Pertemuan ilmiah berkala Proyek Trigonum Plus XIII. Selekta 2002.