16
1 Departemen Geografi Lingkungan, email : [email protected] 1 Erupsi Paroxysmal Gunungapi Merapi Tahun 1006 Masehi Alva Kurniawan 1 Abstraksi Pernyataan Bemmelen tentang terjadinya erupsi paroxysmal Merapi tahun 1006 M hingga saat ini merupakan sebuah polemik dikalangan ahli. Bemmelen mengemukakan hipotesis tentang erupsi paroxysmal Merapi berdasarkan tinjauan geomorfologi dari Gunungapi Merapi serta berdasarkan studi geologi struktural dan tektonisme di Gunungapi Merapi. Dasar Bemmelen yang kuat menyebabkan hipotesis ini diyakini kebenarannya, namun saat ini beragam penelitian yang dilakukan para ahli menyebabkan hipotesis tentang terjadinya erupsi paroxysmal Merapi tahun 1006 M menjadi semakin lemah. Penelitian dilakukan pada Gunungapi Merapi yang terletak pada provinsi Jawa Tengah dan DIY. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi pustaka terhadap berbagai referensi yang terkait dengan letusan paroxysmal Merapi tahun 1006 M. Hasil penelitian yang dilakukan para ahli dijadikan sebagai acuan analisis referensi dengan kondisi nyata yang akan membuktikan kebenaran sebuah hipotesis. Hipotesis Bemmelen tentang erupsi Gunungapi Merapi tahun 1006 M tidak relevan dan sulit dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis letusan paroxysmal Merapi tahun 1006 M tidak pernah terjadi. Bukti Bemmelen tentang terjadinya sebuah letusan paroxysmal Merapi tahun 1006 M yang mengubur candi-candi disekitarnya tidak relevan. Hasil radio dating pada candi-candi yang terkubur material vulkanoklastik menunjukkan bahwa erupsi yang mengubur candi-candi tersebut tidak terjadi dalam sekali erupsi. Perpindahan masyarakat Mataram Hindu dari Jawa Tengah ke Jawa Timur bukan akibat letusan Merapi namun akibat serangan Sriwijaya. Kata kunci : paroxysmal, Gunungapi Merapi, Bemmelen, erupsi. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 diperingati dan diwaspadai oleh sejumlah ahli ilmu bumi di Indonesia khususnya Jawa Tengah dan DIY. Tahun 2006 kemarin diperingati sebagai seribu tahun dari letusan dahsyat Gunungapi Merapi tahun 1006. Reinout Willem van Bemmelen mengeluarkan

Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

1 Departemen Geografi Lingkungan, email : [email protected] 1

Erupsi Paroxysmal Gunungapi Merapi Tahun 1006 Masehi

Alva Kurniawan1

Abstraksi

Pernyataan Bemmelen tentang terjadinya erupsi paroxysmal Merapi tahun 1006 M

hingga saat ini merupakan sebuah polemik dikalangan ahli. Bemmelen mengemukakan

hipotesis tentang erupsi paroxysmal Merapi berdasarkan tinjauan geomorfologi dari

Gunungapi Merapi serta berdasarkan studi geologi struktural dan tektonisme di Gunungapi

Merapi. Dasar Bemmelen yang kuat menyebabkan hipotesis ini diyakini kebenarannya,

namun saat ini beragam penelitian yang dilakukan para ahli menyebabkan hipotesis tentang

terjadinya erupsi paroxysmal Merapi tahun 1006 M menjadi semakin lemah.

Penelitian dilakukan pada Gunungapi Merapi yang terletak pada provinsi Jawa

Tengah dan DIY. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi pustaka terhadap berbagai

referensi yang terkait dengan letusan paroxysmal Merapi tahun 1006 M. Hasil penelitian

yang dilakukan para ahli dijadikan sebagai acuan analisis referensi dengan kondisi nyata yang

akan membuktikan kebenaran sebuah hipotesis.

Hipotesis Bemmelen tentang erupsi Gunungapi Merapi tahun 1006 M tidak relevan

dan sulit dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis letusan paroxysmal Merapi

tahun 1006 M tidak pernah terjadi. Bukti Bemmelen tentang terjadinya sebuah letusan

paroxysmal Merapi tahun 1006 M yang mengubur candi-candi disekitarnya tidak relevan.

Hasil radio dating pada candi-candi yang terkubur material vulkanoklastik menunjukkan

bahwa erupsi yang mengubur candi-candi tersebut tidak terjadi dalam sekali erupsi.

Perpindahan masyarakat Mataram Hindu dari Jawa Tengah ke Jawa Timur bukan akibat

letusan Merapi namun akibat serangan Sriwijaya.

Kata kunci : paroxysmal, Gunungapi Merapi, Bemmelen, erupsi.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Tahun 2006 diperingati dan

diwaspadai oleh sejumlah ahli ilmu bumi

di Indonesia khususnya Jawa Tengah dan

DIY. Tahun 2006 kemarin diperingati

sebagai seribu tahun dari letusan dahsyat

Gunungapi Merapi tahun 1006. Reinout

Willem van Bemmelen mengeluarkan

Page 2: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

2

hipotesis bahwa Gunungapi Merapi pernah

meletus sekitar seribu tahun lalu, yang

ditulis dalam buku The Geology of

Indonesia.

Penelitian Bemmelen tentang

letusan dahsyat Gunungapi Merapi

didukung oleh sebagian besar ahli

gunungapi, namun saat ini banyak juga

ahli gunungapi yang meragukan hipotesis

tersebut. Hasil penelitian di lapangan oleh

para ahli gunungapi sulit dikalibrasikan

dengan hipotesis Bemmelen yang didasari

oleh studi geologi struktural dan tinjauan

dari geotektonik lempeng. Hingga saat ini

fenomena erupsi Gunungapi Merapi

merupakan sebuah polemik dikalangan

ahli, banyak ahli yang membenarkan

hipotesis tersebut namun juga banyak ahli

yang menyanggahnya.

1.2. Ruang Lingkup

1.2.1. Lingkup Wilayah Kajian

Lingkup wilayah kajian meliputi

zona Gunungapi Merapi, zona lereng kaki

Merapi bagian barat daya, sekitar Candi

Borobudur, Perbukitan Gendol, zona

lereng kaki Merapi bagian selatan. Secara

administratif meliputi Provinsi Jawa

Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,

Kabupaten Magelang, Muntilan, Salam,

Borobudur.

1.2.2. Lingkup Materi Kajian

Lingkup materi kajian meliputi

pendapat hipotesis Bemmelen tentang

erupsi paroxysmal Merapi tahun 1006 M,

kondisi fisik Gunungapi Merapi, serta

analisis hipotesis Bemmelen berdasarkan

pandangan para ahli, serta kenyataan yang

ada sesuai dengan perkembangan

teknologi di bidang ilmu kebumian.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya

ilmiah ini antara lain untuk :

a. bahan kajian terhadap polemik

erupsi paroxysmal Gunungapi

Merapi tahun 1006;

b. tinjauan kembali tentang dasar

pemikiran dari hipotesis Bemmelen

tentang erupsi paroxysmal

Gunungapi Merapi;

c. sumber tertulis untuk kajian

tentang erupsi paroxysmal

Gunungapi Merapi tahun 1006

selanjutnya.

1.4. Metode

Adapun metode penulisan karya

ilmiah ini adalah berdasarkan tinjauan

kepustakaan dengan mencari data-data dari

buku yang relevan, pengambilan data dari

instansi-instansi yang terkait, serta analisis

dari data-data yang diperoleh baik berupa

data tabular, grafik, diagram, maupun peta.

Page 3: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

3

Langkah pertama pada penulisan karya

ilmiah ini adalah memahami pokok dari

hipotesis Bemmelen tentang erupsi

paroxysmal Gunungapi Merapi.

Selanjutnya dilakukan pengumpulan data-

data yang tentang dasar hipotesis tersebut

yang berasal dari referensi, jurnal ilmiah,

kajian ilmiah modern, pendapat ahli, serta

artikel ilmiah. Langkah berikutnya

dilakukan analisis korelasi dari data-data

yang dikumpulkan dengan hipotesis

Bemmelen. Hasil korelasi tersebut

kemudian disimpulkan sehingga diperoleh

sebuah hasil yang memperkuat atau

memperlemah hipotesis.

Analisis korelasi hipotesis

Bemmelen dengan penelitian para ahli

dilakukan dengan hati-hati dan

berdasarkan fakta-fakta yang ada saat ini.

Fakta-fakta tersebut berupa hasil kajian

geografis, anthropologis, geologis, dan

geofisika dari Gunungapi Merapi. Analisis

korelasi hipotesis dengan penelitian yang

dilakukan dikaitkan dengan kondisi

fisiografi Merapi saat ini dimana prinsip-

prinsip dasar geomorfologi, salah satunya

adalah the present is the key to the past

and the future (Thornbury, 1954).

2. Penelitian dan Hipotesis Bemmelen

Tentang Evolusi dari Zona Fisiografi

Gunungapi Merapi

Gunungapi Merapi merupakan

gunungapi yang sangat aktif. Gunungapi

Merapi terletak pada perpotongan dua

patahan yaitu patahan transversal yang

memisahkan Jawa Bagian Tengah dengan

Jawa Bagian Timur dan patahan

longitudinal yang membentuk batas antara

Punggungan Kendeng bagian barat dan

Subzona Ngawi sebelah utara Simo.

Bagian yang lebih tua dari Gunungapi

Merapi (terukir dalam oleh erosi, dan

terpotong oleh patahan), dan kerucut

gunungapi aktif Merapi dapat dibedakan.

Kerucut yang lebih tua terdiri dari olivin,

basalt, augit-hypersthene, serta horblend-

andesit yang sepertinya berada pada tahap

pembentukan yang lebih lanjut. Kerucut

gunungapi Merapi saat ini hanya

menghasilkan augit-hypersthene-andesit

dengan bagian bawah hornblend jika tidak

ada olivin. Morfologi dari kerucut

gunungapi Merapi yang lebih tua

menunjukkan bahwa bagian barat

mengalami pembenaman yang menyentuh

bagian timur sepanjang sejumlah

lengkungan, yang kurang lebih

membentuk patahan geser hiperbolis yang

cekung ke arah barat.

Ledakan yang dahsyat pada tahun

1006 M menghancurkan kerucut gunugapi

Merapi tua. Erupsi yang dahsyat tersebut

mengusir dan membuat penduduk

Mataram Hindu berhamburan

meninggalkan lereng-lereng Merapi serta

mengubah persawahan subur disekitarnya

menjadi hamparan gurun dari abu

Page 4: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

4

gunungapi hasil erupsi. Kerucut gunungapi

Merapi saat ini tumbuh dari reruntuhan

sisa kerucut gunungapi Merapi lama pada

tahun yang sama. Jumlah magma yang

keluar dari Gunungapi Merapi baru pada

120 tahun terakhir diperkirakan sekitar 766

juta cb m. Jika Merapi sudah memproduksi

magma selama 940 tahun, sekitar 6 cb km

telah diproduksi sejak letusan tahun 1006

masehi. Perkiraan tersebut cocok dan

wajar dengan ukuran kerucut aktif saat ini.

Pada kaki barat Gunungapi Merapi,

antara Salam dan Muntilan, pada jarak

17,5 km dari puncak Gunungapi Merapi,

ditemukan sekelompok bukit aneh

ditengah-tengah hamparan sawah padi dari

lembah Sungai Progo. Bukit yang paling

besar dan tinggi (Gunung Gendol, 452 m

diatas permukaan laut, sekitar 80 m diatas

dataran alluvial) berada di tengah-tengah

dari sekelompok bukit tersebut. Bukit

tersebut terdiri dari breksi lahar dengan

interkalasi fluviatile tuffaceous.

Perbukitan tersebut secara keseluruhan

terdiri dari unsur pokok vitrophyric augit-

hypersthene-hornblend andesit yang

bertipe sama seperti Gunungapi Merapi

lama. Batuan vulkanis perbukitan tersebut

berbeda dengan batuan vulkanis pada

Pegunungan Menoreh, dimana pada tidak

ditemukan hypersthene pada Pegunungan

Menoreh. Lapisan volkanis pada

perbukitan ini secara jelas terlipat,

membentuk seberkas antiklinorium,

cekung ke barat dan jauh termampatkan

pada bagian tengah Gunung Gendol,

sementara busur tertekan ke utara dan

bagian selatan dibawah permukaan dataran

alluvial. Lipatan ini merupakan hasil dari

tergelincirnya endapan Merapi dari kubah

yang muncul di bagian barat Sungai Progo

atau terbentuk dari runtuhan kerucut

gunungapi Merapi tua yang dipengaruhi

gravitasi. Berlawanan dengan perkiraan

yang pertama lebih lanjut dapat dikatakan

bahwa Pegunungan Menoreh tidak

tertutupi oleh breksi dan tuff dari Merapi

lama. Selama masa kwarter Pegunungan

Menoreh telah terbentuk jauh lebih tinggi,

mengikuti morfologinya dan sisa-sisa erosi

tidak terdapat pada deposit masa kwarter.

Pada sisi lain tampak bahwa

antiklinal antara Salam dan Muntilan

berada pada bagian tengah antara lengan

sistem patahan geser hiperbolis sepanjang

runtuhan lereng Gunungapi Merapi tua.

Selain itu, arah dip (kemiringan) bagian

tengah Antiklinorium Gendol kurang lebih

sama dengan sumbu dari sistem patahan

geser hiperbolis. Oleh karena itu, endapan

vulkanis fluviatile Gendol ini telah terlipat

dan menggumpal melawan tepi dari

Pegunungan Menoreh oleh kekuatan yang

bertepatan dengan sumbu diatas sumbu

sistem patahan geser hiperbolis. Hal ini

menunjukkan bahwa pemampatan

perbukitan itu diimbangi gerakan

membentang karena runtuhnya kubah

Page 5: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

5

Merapi tua. Runtuhnya Merapi pada tahun

1006 M bisa jadi mengawali gerakan

tektonik sepanjang patahan transversal

besar yang terletak dibawah busur

gunungapi Ungaran-Merapi. Daerah

sebelah barat di dekat lembah Sungai

Progo, secara perlahan-lahan membenam.

Konsekuensinya bagian barat dari Merapi

tergelincir ke bawah ke arah daerah

pembenaman tersebut. Gerakan

menggelincir tersebut terhalangi oleh

tepian Pegunungan Menoreh yang

terkubur, menyebabkan pelipatan dari kaki

Merapi tua antara Muntilan dan Salam.

Karakter yang sangat lokal dari

fenomena lipatan dangkal tersebut adalah

kenyataan bahwa fenomena tersebut terjadi

dekat dengan candi Hindu yaitu Borobudur

dan Mendut, yang dibangun pada abad

kesembilan. Candi-candi tersebut bisa jadi

dihancurkan oleh serangkaian gempa dan

terkubur dibawah abu letusan paroxysmal

Merapi pada tahun 1006 masehi. Satu-

satunya efek geologi dari lipatan volkano-

tektonik, ditemukan pada sebelah candi

yaitu munculnya endapan alluvial muda.

Nieuwenkamp seorang pelukis terkenal

menyatakan bahwa Borobudur dibangun

diatas danau. Survey dari Harloff dan

Pannekoek (1940) menunjukkan bahwa

keadaan tersebut tidak pada kondisi yang

sebenarnya. Meskipun demikian pasti ada

sebuah kolam diatas Sungai progo antara

Pegunungan Menoreh dengan

Antiklinorium Gendol. Penurunan secara

temporal dasar erosi dari area ini mungkin

disebabkan oleh pelipatan kaki Merapi tua

dekat dengan persimpangan antara Sungai

Blongkeng dengan Sungai Progo.

Analisis struktur geologi Merapi

dan sekitarnya membawa ke arah

kesimpulan bahwa erupsi dahsyat tahun

1006 masehi bisa jadi hasil kombinasi dari

kekuatan tektonik, gravitasi, dan vulkanik.

Kekuatan tektonik menghasilkan pemicu

aksi dengan menghancurkan kohesi dari

kerucut gunungapi tua Merapi, gaya

gravitasi mengakibatkan runtuh dan

longsornya lereng Merapi tua bagian barat

ke arah lembah Sungai Progo, dan pada

akhirnya tenaga vulkanik yang dilepaskan

menyebabkan letusan dahsyat tahun 1006

masehi.

3. Kondisi Fisik Gunungapi Merapi

Gunungapi Merapi berdasarkan

koordinat geografis terletak pada koordinat

7º32` S, 110º26` E. Gunungapi Merapi

merupakan gunungapi tipe strato yang

memiliki elevasi 2194 m. Merapi merupakan

kelompok gunungapi termuda di Jawa Bagian

Selatan. Gunungapi Merapi terletak dekat

dengan zona subduksi dimana lempeng

tektonis Indo-Australia menunjam masuk ke

lempeng tektonis Eurasia. Gunungapi Merapi

merupakan gunungapi yang sangat aktif.

Gunungapi Merapi terletak pada perpotongan

dua patahan yaitu patahan transversal yang

memisahkan Jawa Bagian Tengah dengan

Page 6: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

6

Jawa Bagian Timur dan patahan longitudinal

yang membentuk batas antara Punggungan

Kendeng bagian barat dan Subzona Ngawi

sebelah utara Simo (Bemmelen, 1970).

Gunungapi Merapi terbentuk

kurang lebih 400.000 tahun yang lalu atau

pada masa akhir Pleistosen. Pada kurun

waktu 400.000 hingga 10.000 tahun yang

lalu letusan Gunungapi Merapi merupakan

sebuah letusan efusif, dimana magma yang

dikeluarkan merupakan lava basaltic.

Sejak saat itu hinga sekarang letusan

Gunungapi Merapi menjadi lebih eksplosif

dengan disertai aliran lava andesitic kental

yang kadang-kadang membentuk lava

dome. Gunungapi Merapi merupakan

sebuah sistem yang kompleks. Merapi

terbangun oleh material magma dengan

kandungan silika yang bervariasi antara

49,5 % sampai 60,5 % berat SiO2.

Stratifikasi struktur vulkanisnya terbentuk

oleh aktivitas vulkanis yang bervariasi

yang seiring dengan waktu. Bagian lebih

tua dari Gunungapi Merapi (terukir dalam

oleh erosi, dan terpotong oleh patahan),

dan kerucut gunungapi aktif Merapi dapat

dibedakan. Kerucut yang lebih tua terdiri

dari olivin, basalt, augit-hypersthene, serta

horblend-andesit dan sepertinya berada

pada tahap pembentukan yang lebih lanjut.

Kerucut gunungapi saat ini hanya

menghasilkan augit-hypersthene-andesit

dengan bagian bawah hornblend jika tidak

ditemukan olivin (Bemmelen, 1970).

Kubah lava yan terbentuk bila

longsor akan menimbulkan aliran lava

piroklastik (pyroclastic lava flow) yang

sangat khas dalam setiap letusan

Gunungapi Merapi. Kadang-kadang

longsornya kubah tersebut akan

membentuk suatu longsoran panas (hot

avalanche) yang menggumpal-gumpal

yang disebut Nueès Ardente d’ Avalanche

(awan panas. Awan panas yang terbentuk

pada aktifitas Gunungapi Merapi

dibedakan atas dua macam, yaitu awan

panas letusan dan awan panas guguran.

Awan panas letusan (Suryo, 1978) serupa

dengan St. Vincent type pyroclastics flows

(Escher, 1933 dan Macdonald, 1972)

sebagai akibat langsung dari penghancuran

batuan atau penutup kubah karena letusan.

Awan panas guguran atau dome collapse

pyroclastics flows terbentuk akibat

hancurnya kubah karena gravitasi, hal ini

berkaitan dengan besarnya volume kubah

aktif.

Newhall, (2000) membagi endapan

letusan Gunungapi Merapi menjadi tiga

jenis, yaitu Endapan Proto Merapi,

Endapan Merapi Tua, dan Endapan Merapi

Muda. Endapan Proto Merapi diperkirakan

berumur Pleistosen dan ditemukan di

Bukit Turgo dan Plawangan (sisi selatan

Gunungapi Merapi). Endapan Merapi Tua

terdiri dari lava yang dikenal dengan Lava

Batulawang (Bahar, 1984) berselingan

dengan endapan piroklstik yang berumur

Page 7: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

7

9630-60 BP (before present), dapat

dijumpai di Srumbung, Cepogo. Proses

pembentukan Gunungapi Merapi Tua

berakhir dengan pergeseran endapan debris

vulkanis dalam tahun 0 Masehi. Proses

pembentukan Gunungapi Merapi Muda

berlangsung sejak 1883 sampai sekarang.

Batuan Gunung Merapi Muda terdiri dari

aliran lava andesit piroksen, endapan

jatuhan piroklastika, endapan aliran

piroklastika, guguran dan endapan lahar

muda. Batuan Merapi Tua terdiri dari

endapan aliran piroklastika tua, endapan

lahar tua, dan aliran lava andesit piroksen.

Berdasarkan rekonstruksi erupsi

dan pola pergeseran pusat erupsi, maka

urutan pola pergeseran pusat erupsi di

kawasan puncak Gunungapi Merapi

dikelompokkan dalam tiga periode letusan.

Periode letusan berdasarkan pola

pergeseran pusat erupsi andalah periode

1786-1823, periode 1832-1872, dan

periode 1883-2001. Secara garis besar

pergeseran titik letusan dimulai dari sisi

baratlaut pindah ke timur kemudian

keselatan dan kini kembali menempati sisi

barat-baratdaya. Pada prinsipnya kubah

lava Merapi yang tidak hancur merupakan

bagian dari puncak Merapi, sedangkan

kubah yang hancur merupakan bagian dari

kawah. Kubah lava yang terbentuk

biasanya terletak dekat dengan kubah

sebelumnya.

4. Analisis Hipotesis Terjadinya Letusan

Paroxysmal Gunungapi Merapi

Tahun 1006 Masehi

Perpindahan masyarakat komunitas

Hindu Kerajaan Mataram Kuno dalam

prasasti disebutkan karena pralaya

(bencana) yang oleh Bemmelen serta

Labberton di korelasikan dengan letusan

paroxysmal Merapi tahun 1006 M.

Korelasi perpindahan komunitas Hindu

dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh

Bemmelen karena pralaya (bencana) dari

Merapi dapat dikatakan tidak tepat.

Berdasarkan Prasasti Pucangan tertanggal

tahun 1041 M, pralaya yang dimaksud

adalah serangan dari Raja Wura-Wari dari

Kerajaan Sriwijaya yang menuntut balas

atas serangan Dharmawangsa ke

Sriwijaya. Kata pralaya (Mulyaningsih,

2006) terdapat pada dua prasasti yaitu

Prasasti Pucangan dan Prasasti Calcutta

yang menyebutkan bahwa pralaya yang

terjadi adalah serangan Raja Wura-Wari

yang tertanggal 938 Caka (1016 M) bukan

928 Caka (1006 M). Perpindahan

masyarakat Hindu tersebut (Boechari,

1976) ternyata tidak dipengaruhi oleh

letusan Merapi karena masyarakat Hindu

telah berpindah ke Jawa Timur pada

sekitar tahun 928 M.

Bemmelen menyebutkan bahwa

letusan paroxysmal Merapi tahun 1006 M

menyebabkan candi Borobudur dan

Mendut terkubur oleh abu letusan

Page 8: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

8

paroxysmal Merapi. Hasil radiocarbon

dating dari fragmen-fragmen karbon pada

material sedimen volkanis disekitar

Borobudur menunjukkan bahwa sama

sekali tidak ada fragmen yang berkorelasi

dengan tahun 1006 (Tabel 1).

Mulyaningsih (2006) dengan melakukan

C-14 dating pada beberapa lokasi

ditemukannya candi-candi yang terkubur

(Tabel 1) menarik kesimpulan bahwa telah

terjadi enam kali periode erupsi Merapi

yang terjadi setiap 50-150 tahun.

Stratigrafi batuan (Mulyaningsih, 2006)

disekitar situs candi menunjukkan bahwa

material yang mengubur candi tersebut

bukan berasal dari sekali erupsi karena

terdiri dari beberapa lapis material

vulkanoklastis yang berbeda umur (Tabel

2) sehingga dapat dikatakan tidak terjadi

erupsi paroxysmal seperti yang

diperkirakan Bemmelen pada tahun 1006

M. Serangkaian penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tertimbunnya

Borobudur maupun candi-candi lainnya

disekitar Merapi oleh material volkanis

tidak terjadi secara langsung terjadi pada

tahun 1006 M, namun melalui proses yang

lama hingga ratusan tahun.

Pengamatan pola persebaran candi-

candi di Peta Persebaran Candi (Gambar 2)

menunjukkan suatu pola yang unik.

Bangunan candi yang dibangun oleh

masyarakat pada masa lampau biasanya

dibangun pada daerah yang subur, terletak

dekat dengan sumber air, dan dekat dengan

sumber material yaitu batu-batuan untuk

membangun candi. Kondisi tersebut

terpenuhi dengan baik di lereng-lereng

Merapi sehingga banyak sekali candi-candi

yang dibangun disekitar Merapi dari yang

berumur 92 M sampai yang berumur lebih

dari 954 M (Gambar 2). Berdasarkan pola

persebaran pada peta (Gambar 2), candi-

candi yang umurnya tua dibangun di

lereng Merapi bagian selatan. Hal tersebut

dapat dikorelasikan dengan aktivitas

Merapi masa lampau yang dominan ke

arah selatan sehingga tanah di lereng

selatan subur, kondisi airnya baik serta

material untuk membangun candi banyak.

Candi-candi yang seumur dengan

Borobudur dibangun secara mengelompok

pada zona lereng kaki Merapi bagian barat

(kompleks candi Budha), serta barat daya

dan selatan (kompleks candi Hindu). Pola

persebaran candi-candi yang seumur

dengan Borobudur lebih didominasi pada

zona selatan lereng kaki Merapi sehingga

berkaitan dengan syarat lokasi

pembangunan candi maka aktifitas Merapi

saat itu tidak hanya dominan ke sektor

selatan namun juga ke sektor barat. Candi-

candi muda yang dibangun dominan pada

zone selatan lereng kaki Merapi bahkan

mendekati kerucut gunungapi Merapi

bagian selatan, hal tersebut dapat

diasumsikan bahwa pada masa ini (lebih

dari 954 M) aktifitas Merapi lebih

Page 9: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

9

dominan ke arah selatan yang menyuplai

bahan dasar pembangunan candi, bukan

kearah barat seperti yang dikemukakan

Bemmelen.

Bemmelen menyatakan bahwa

kerucut Merapi saat ini tumbuh pada

kaldera Merapi tua. Bemmelen

menyimpulkan bahwa kerucut gunungapi

tua longsor ke arah barat akibat tidak

adanya daya kohesi, kemudian tergelincir

oleh pengaruh gravitasi. Zen (2006)

membandingkan hipotesis Bemmelen

dengan gunungapi terdekat dengan Merapi

yang mengalami letusan dahsyat yaitu

Gunungapi Ungaran. Depresi yang

terdapat pada Gunungapi Ungaran

merupakan sebuah volcano tectonic

depression. Depresi tersebut terbentuk oleh

dua tenaga utama bumi yaitu tenaga tektonik

dan tenaga magmatik seperti yang terjadi

pada Kawah Toba, Kaldera maninjau,

Kaldera Ranau, dan Kompleks Krakatau.

Seluruh Kaldera tersebut secara umum

dikelilingi oleh sejumlah massa besar

deposit aliran abu riolit atau pumestone-tuff

(van Bemmelen, 1949; Westerveld, 1953;

Smith et al, 1968; Williams et al, 1956; Zen,

1974). Kompleks Merapi sama sekali tidak

dikelilingi oleh massa besar dari deposit

aliran piroklastik riolit asam atau sedikitnya

tidak ditemukan deposit aliran piroklastik

andesitik dalam volume yang sangat besar.

Zen (2006) menyatakan bahwa pendapat

Bemmelen tentang letusan dahsyat Merapi

mungkin benar karena struktur luar kerucut

gunungapi muda merupakan sebuah struktur

kaldera namun bukan merupakan kaldera

yang terbentuk akibat pengaruh longsornya

kerucut gunungapi namun sebuah ledakan

langsung yang dahsyat seperti Gunung St.

Hellen dan terjadi pada masa lampau jauh

sebelum tahun 1006 M. Secara geomorfologi

dapat dikatakan bahwa struktur cincin yang

terdapat di bawah Kerucut Merapi Muda

merupakan sebuah kaldera, namun ditinjau

dari mineralogi, petrografi serta deposisi

material di sekitar cincin, struktur cincin

tersebut bukanlah sebuah kaldera.

Erupsi paroxysmal Merapi

memang tidak terjadi pada tahun 1006 M,

namun para ahli masih meyakini bahwa

erupsi tersebut pernah terjadi. Ditinjau dari

segi geomorfologinya maka kerucut

gunungapi Merapi saat ini berada dan

tumbuh pada sebuah kaldera kerucut

gunungapi Merapi tua. Sayangnya tidak

ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa

bentukan tersebut merupakan sebuah

kaldera karena material penyusunnya

bukan material khas kaldera. Data-data

dari hasil analisis masih kurang untuk

secara absolut menyatakan bahwa

hipotesis Bemmelen tentang erupsi

paroxysmal Merapi tahun 1006 M salah,

sehingga dibutuhkan studi lebih lanjut

dengan data-data yang lebih lengkap untuk

secara pasti menyatakan bahwa hipotesis

tersebut benar atau salah. Letusan dahsyat

Page 10: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

10

Merapi tahun 1006 M memang tidak dapat

dibuktikan namun timbul permasalahan

baru yaitu kemanakah hilangnya kerucut

gunungapi Merapi tua. Jika kerucut

tersebut hanya longsor maka tidak akan

menimbulkan bentukan khas yang seperti

sebuah kaldera. Permasalahan ini menjadi

tantangan bagi para ahli ilmu bumi

selanjutnya khususnya ahli gunungapi.

Penelitian lebih lanjut tentang

geomorfologi Merapi pada masa lampau

sangat dibutuhkan untuk membuka misteri

tentang hilangnya kerucut gunungapi

Merapi tua.

5. Kesimpulan

a) Berdasarkan radio dating di

sejumlah titik disekitar Merapi

dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

erupsi paroxysmal Merapi pada

tahun 1006 M.

b) Perpindahan masyarakat Mataram

Hindu dari Jawa Tengah ke Jawa

Timur tidak terjadi akibat letusan

Gunung Merapi tahun 1006 M

karena masyarakat Mataram Hindu

telah pindah ke Jawa Timur sejak

tahun 928 M.

c) Material vulkanoklastik yang

mengubur candi-candi disekitar

Merapi bukan berasal dari sekali

erupsi dari Gunungapi Merapi

namun oleh beberapi kali proses

erupsi.

6. Daftar Pustaka

Andreastuti, S.D. 1999. Stratigraphy and

Geochemistry of Merapi Volcano, Central

Java, Indonesia. Implication for

Assessment of Volcanic Hazards.

Andreastuti, S.D. 2006. Did A Large

Eruption of Merapi Occure in 1006 AD ?.

Volcano International Gathering,

Yogyakarta.

Brotopuspito, Kurbani Sri. 2006. Merapi

Volcano Inspires Scientific Curiosity.

Volcano International Gathering,

Yogyakarta.

Kusumadinata, K. 1979. Data Dasar

Gunungapi Indonesia. Jakarta : Direktorat

Vulkanologi.

Lipman, Peter W. 1981. The 1980

Eruption of Mount St. Hellens,

Washington. Washington DC : United

States Government Printing Office.

Mason, Ben G. 2004. The Size and

Frequency of The Largest Explosive

Eruptions on Earth. Bulletin of

Volcanology.

Mulyaningsih, Sri. 2006. Very Old and

Younger Temple Discoveries in

Yogyakarta Area: Based on Volcano-

Stratigraphic Study. Volcano International

Gathering, Yogyakarta.

Newhall, Christopher G. 1982. The

Volcanic Explosivity Index (VEI): An

Page 11: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

11

Estimate of Explosive Magnitude for

Historical Volcanism. Journal of

Geophysical Research.

Ollier, Cliff. 1969. Volanoes.

Massachusetts : The MIT Press.

Ratmodipurbo, A. 2000. Evolusi 100

Tahun Morfologi Gunung Merapi. BPPTK

Siefferman, R.G. 1990. An Ecosystem

Under Acid Rain at Merapi Volcano in

Central Java, Indonesia.

Van Bemmelen, R.W. 1970. The Geology

of Indonesia (Second Edition). The Hague

: Martinus Nijhoff.

Voight, B. 2000. Journal of Vulcanology

and Geothermal Research, Special Issue

Merapi Volcano.

Zen, M.T. 2006. Merapi : Dishtung und

Wahreit. Volcano International Gathering,

Yogyakarta.

Page 12: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

12

LAMPIRAN

Gambar 1. Peta Geologi Merapi Bemmelen dan profilnya, lingkaran merah

menunjukkan Antiklinorium Gendol. (Bemmelen, 1949, fig. 272)

Page 13: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

13

Page 14: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

14

Tabel 1. Kalibrasi dari C-14 dalam Masehi pada endapan vulkaniklastik Merapi yang

terdapat pada situs candi dan zona disekitarnya. (Mulyaniningsih, 2006)

Page 15: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

15

Tabel 2. Stratigrafi lokasi situs-situs Candi yang terkubur material volkanoklastis

Merapi. (Mulyaningsih, 2006)

Page 16: Hipotesis Erupsi Gunungapi Merapi Tahun 1006-2 Indonesia khususnya Jawa Tengah dan ... Merapi bagian barat daya, sekitar Candi ... tektonik sepanjang patahan transversal

16

Gambar 2. Peta Persebaran Candi berdasarkan C-14 dating yang dilakukan pada

tanah dasar candi berdiri. (Mulyaningsih, 2006)