11
PANDUAN HISAB ARAH KIBLAT 1 Fajar Fathurahman Wahid, SHI 2 A. MUQADDIMAH Salah satu prasyarat shalat adalah akurasi arah kiblat. Sebagaimana tersebut di dalam hadits berikut ini: اذا قمت الىصلة ال فاسبغ الوضوء ثم اسـتـقـبلقبلة ال فكبر3 ”Bila kamu hendak melaksanakan shalat maka sempurnakanlah wudlu lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah!” Kiblat berarti arah, yaitu arah kita menghadap dari suatu tempat menuju Ka’bah terutama bagi seseorang yang melaksanakan shalat di dalam Masjid al Haram, bagi yang berada di tanah Haram, maka kiblatnya adalah Masjid Al-Haram dan bagi yang berada diluar tanah haram, maka kiblatnya adalah tanah haram, Sebagaimana tersebut di dalam hadits berikut ini: البيت قبلةهل ل المسجد والمسجد قبلةهل ل الحرم والحرم قبلةهل ل الرض في مشارقها ومغاربها4 ”Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang di Masjidil haram. Masjidil Haram adalah kiblat bagi orang-orang penduduk Tanah Haram (Makkah). Dan Tanah Haram adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di Barat maupun di Timur” Ada satu cerita dari negara Suriname. Dahulu orang-orang islam di sana ada yang menghadap ke arah barat serong ke utara dan ada pula yang menghadap ke timur serong ke utara. Hal ini terjadi karena orang-orang Suriname yang berasal dari Indonesia berkeyakinan bahwa shalat itu mesti menghadap ke barat serong ke utara, sebagaimana sewaktu mereka masih di Indonesia. Namun, orang-orang yang sudah mengetahui arah kiblat yang sebenarnya mereka menghadap ke arah timur serong ke utara sebesar 21˚ 43’ 50.80” (T-U), berikut ini gambaran arah kiblatnya dilihat dari bola dunia: 1 Disampaikan pada Pelatihan Hisab Rukyat yang diselenggarakan oleh Bidang Urais Kanwil Dep. Agama Propinsi DKI Jakarta Cq. Tim BHR Propinsi DKI Jakarta 2 Anggota BHR Propinsi DKI Jakarta. 3 (H.R. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah) Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Semarang: Toha Putera, tt), hal. 4 (H.R. baihaqi dari abu hurairoh) Asy-Syaukani, Nailul Author, (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1983), Juz II, hal. 169

Hisab Praktis Arah Kiblat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Astronomi

Citation preview

Page 1: Hisab Praktis Arah Kiblat

PANDUAN HISAB ARAH KIBLAT1

Fajar Fathurahman Wahid, SHI2

A. MUQADDIMAH

Salah satu prasyarat shalat adalah akurasi arah kiblat. Sebagaimana tersebut di dalam hadits berikut ini:

3فكبر القبلة اسـتـقـبل ثم الوضوء فاسبغ الصلة الى قمت اذا

”Bila kamu hendak melaksanakan shalat maka sempurnakanlah wudlu lalu menghadaplah ke kiblat, kemudian bertakbirlah!”

Kiblat berarti arah, yaitu arah kita menghadap dari suatu tempat menuju Ka’bah terutama bagi seseorang yang melaksanakan shalat di dalam Masjid al Haram, bagi yang berada di tanah Haram, maka kiblatnya adalah Masjid Al-Haram dan bagi yang berada diluar tanah haram, maka kiblatnya adalah tanah haram, Sebagaimana tersebut di dalam hadits berikut ini:

في الرض لهل قبلة والحرم الحرم لهل قبلة والمسجد المسجد لهل قبلة البيت4 ومغاربها مشارقها

”Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang di Masjidil haram. Masjidil Haram adalah kiblat bagi orang-orang penduduk Tanah Haram (Makkah). Dan Tanah Haram adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di Barat maupun di Timur”

Ada satu cerita dari negara Suriname. Dahulu orang-orang islam di sana ada yang menghadap ke arah barat serong ke utara dan ada pula yang menghadap ke timur serong ke utara. Hal ini terjadi karena orang-orang Suriname yang berasal dari Indonesia berkeyakinan bahwa shalat itu mesti menghadap ke barat serong ke utara, sebagaimana sewaktu mereka masih di Indonesia. Namun, orang-orang yang sudah mengetahui arah kiblat yang sebenarnya mereka menghadap ke arah timur serong ke utara sebesar 21˚ 43’ 50.80” (T-U), berikut ini gambaran arah kiblatnya dilihat dari bola dunia:

1 Disampaikan pada Pelatihan Hisab Rukyat yang diselenggarakan oleh Bidang Urais Kanwil Dep. Agama Propinsi DKI Jakarta Cq. Tim BHR Propinsi DKI Jakarta

2 Anggota BHR Propinsi DKI Jakarta.3 (H.R. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah) Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Semarang: Toha Putera, tt), hal.4 (H.R. baihaqi dari abu hurairoh) Asy-Syaukani, Nailul Author, (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1983), Juz II, hal. 169

Page 2: Hisab Praktis Arah Kiblat

Gambar 1. Arah Kiblat dari Suriname ke Makkah

5 قبلة والمغرب المشرق بين ما

”Diantara Timur dan Barat terdapat Kiblat”

Satu persoalan tentang Arah Kiblat :Jamaah ini seorang insinyur, yang setahun ini relatif setia shalat di masjid. Tetapi

kemudian ia menemukan satu peta dunia dengan judul US/UK World Magnetic Chart -Rpoch 2000 Declination- Main Field (D). Di situ digambarkan bahwa Indonesia berada pada garis O, dan kalau ditarik garis lurus ke barat, maka menurut penghitungan ini arah kiblat masjid yang sekarang ini menuju ke Tanzania atau Zanzibar di Afrika Timur. Dia dan putera-puteranya pun memilih shalat di rumah.(dikutip dari Republika, judul artikel: Sensitifnya Arah Kiblat)

Masalahnya adalah "kalau ditarik garis lurus ke barat", bagaimana menarik garis ini? Jika anda menarik garis lurus dari Jakarta ke Mekkah diatas Peta, arah yang anda dapat bukanlah arah yang sesungguhnya! Mengapa? karena bumi bulat, sementara peta adalah proyeksi Bumi dalam dua dimensi. Dengan demikian akan ada distorsi jika anda menarik garis lurus di atas peta kemudian diproyeksikan di bola bumi. Garis yang demikian ini disebut dengan rhumb line atau loxodrom. Jika anda naik pesawat dari Jakarta mengikuti arah ini, anda tidak akan melewati kota Mekkah, tapi justru sampai ke tempat lain.

Kita pun tidak heran jikalau sekiranya ada orang yang mengatakan bahwa arah “Kiblat” bagi tempat-tempat yang berada di timur Makkah mereka menghadap ke barat, bagi tempat-tempat yang berada di barat Makkah menghadap ke timur. Padahal tidak mesti demikian, misalnya arah kiblat untuk Sanfrasisco (фX = +37˚ 45’ LU dan λX = -122˚ 30’ BB) adalah sebesar 18˚ 45’ 38.11” (U-T), artinya orang-orang muslim di Sanfrasisco menghadap ke arah Utara serong ke timur sebesar yang 18˚ 45’ 38.11”. Pada kenyataannya Sansfransisco berada di sebelah barat (Ka’bah). Hal demikian ini dapat terjadi oleh karena bentuk bumi ini bulat.6

5 Ash-Shon’ani, Subulus Salam, (Bandung: Ad-Dahlan,tt), Juz I, h. 1336 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), Cet. II, hal. 50

Suriname

(Ka’bah)

Makkah

Page 3: Hisab Praktis Arah Kiblat

B. PENGERTIAN ARAH KIBLAT

KIBLAT dalam Bahasa Arab: Qiblah, berarti arah; berasal dari kata qabala yaqbulu yang berarti menghadap. Tempat menghadap yang dimaksud adalah Ka’bah, yang ada di masjidil haram, letaknya di kota Makkah Saudi Arabia. Ka’bah ini adalah bangunan sebagai patokan arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan shalat dan menghadapkan makam-makam. Dinamai Ka'bah (Bhs. Arab: Ka’bah / Muka’ab) karena jika kita perhatikan bentuk bangunannya persegi empat. Dalam bahasa arab muka'ab artinya persegi empat.

YANG dimaksud ‘Arah Kiblat’ itu sendiri adalah arah dengan jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati kota Makkah (Ka’bah) dengan tempat ybs. Dengan demikian tidak dibenarkan, misalkan orang-orang jakarta melaksanakan shalat menghadap ke arah timur serong ke selatan sekalipun bila diteruskan juga akan sampai ke Makkah.

Pada hakekatnya Hisab Arah Kiblat adalah masalah perhitungan arah, yakni arah yang menunjuk ke Ka’bah. Di seluruh titik permukaan bumi ini bisa diukur dan dihitung ke mana arah kiblatnya. Oleh karena itu, perhitungan arah kiblat adalah perhitungan untuk mengetahui dan menetapkan ke arah mana Ka’bah itu berada dilihat dari suatu tempat di bumi ini, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, ruku’, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka’bah.7

Ijma’ Ulama’ berpendapat bahwa menghadap Kiblat merupakan syarat sahnya shalat, sebagaimana yang telah disebutkan oleh dalil-dalil syar’i. Bagi orang-orang di kota Makkah dan sekitarnya perintah ini tidak menjadi persoalan, sebab dengan sangat mudah mereka dapat memenuhinya. Tapi persoalannya menjadi lain bagi orang-orang yang jauh dari kota Makkah.

Untuk menentukan arah kiblat ada berbagai cara, seperti menggunakan kompas, sinar matahari ataupun dengan menggunakan theodolite yang semua itu dapat dilakukan setelah mengetahui arah kiblat untuk tempat/daerah tersebut. Oleh sebab itu, ketepatan pengukuran terutama barat dan timur menjadi sesuatu yang urgen disamping perhitungan untuk menentukan arah kiblat suatu tempat.

Berikut dibawah ini akan dijelaskan bagaimana menghitung arah kiblat dari suatu tempat di bumi ini:

7 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), Cet. II, hal. 49

?

Page 4: Hisab Praktis Arah Kiblat

C. TEHNIK MENGHITUNG ARAH KIBLAT

Diumpamakan di bumi ini ada sebuah lingkaran besar yang jaraknya sama antara kutub utara dengan kutub selatan dan membaginya menjadi dua bagian yang sama, belahan utara dan belahan selatan. Lingkaran ini dinamakan khattul istiwa’, katulistiwa atau lintang 0˚ dan dalam astronomi dikenal dengan equator. Sejajar equator dapat dibuat lingkaran-lingkaran yang makin mengecil baik sampai titik utara dan titik selatan. Lingkaran-lingkaran ini dikenal dengan garis-garis lintang. Dianalogikan pula di bumi ini ada sebuah garis lingkaran besar yang ditarik melingkar dari kutub utara ke selatan dan kembali ke kutub utara. Garis ini berjajar dari barat ke timur atau sebaliknya. Garis inilah yang disebut dengan garis Bujur. Ada satu garis bujur istimewa sebagai titik pangkal ukur waktu dan bujur tempat (bujur 0˚) yang disepakati oleh mayoritas orang-orang di dunia saat ini, Lingkaran ini dinamakan meridian atau garis bujur 0˚. Garis bujur ini melewati kota Greenwich (di London, Inggris) sehingga dalam tolok ukur waktu dunia biasanya kita menyebutnya sebagai GMT (Greenwich Mean Time).

Gambar 2. Segitiga Bola

Dengan analogi seperti di atas. Maka untuk menentukan Arah Kiblat dari suatu tempat kita bisa menggunakan rumus segitiga bola, untuk menghitungnya diperlukan data-data sebagai berikut :

1. Lintang tempat (Jakarta) фX

2. Bujur tempat (Jakarta) λX

3. Lintang Ka’bah фK 4. Bujur Ka’bah λK

Data Sudut bantu untuk perhitungan :a = Jarak antara titik Kutub Utara sampai dengan garis lintang tempat/kota yang dihitung

arah kiblatnya (90˚ - фX )b = Jarak antara titik Kutub Utara sampai dengan lintang Ka’bah (90˚ - фK) C = Jarak Bujur (fadhluth thulain), yaitu jarak antara Bujur tempat/kota yang dihitung arah

kiblatnya dengan Ka’bah. (λX – λK )

Untuk menghitung arah kita menggunakan rumus spherical trigonometri berikut ini:

Cotan ARAH_Ka’bah = Sin a x Cotan b : Sin C – Cos a x Cotan C

Disamping ini adalah analogi bumi yang dilogikakan seperti bola:

Ket:

A B C adalah segitiga bola dan A, B, C adalah sudut-sudut segitiga bola

a dan b adalah panjang busur segitiga bola yang merupakan garis bujur tempat. c adalah panjang busur segitiga bola dari titik B ke A

titik A adalah perpotongan lintang v-x dan bujur C’-D’ dan titik B adalah perpotongan lintang y-z dan bujur C”-D”. Garis putus-putus melintang adalah khattul istiwa

Page 5: Hisab Praktis Arah Kiblat

Contoh perhitungan arah kiblat di Jakarta (Masjid Nurul Jami’- Rawamangun) :

Dari aplikasi google earth/ wikimapia.org/ googlemaps, kami memperoleh koordinat rata-rata Masjid “Nurul Jami” adalah berada pada posisi: Lintang tempat : 6°11'50.28" LS Bujur tempat : 106° 53' 23.93" BT.

Berikut ini adalah gambar foto satelit area Rawamangun, dengan tanda kuning sebagai penanda letak masjid Nurul Jami’:

Gambar 3. Posisi Masjid Nurul Jami pada Peta hasil foto satelit wilayah Jakarta

Berikut di bawah ini adalah gambar foto satelit area Masjidil Haram, dengan tanda kuning adalah sebagai penanda letak Ka’bah : 21°25'21" LU 39°49'34" BT :

Gambar 4. Posisi Makkah pada Peta hasil Foto Satelit

Page 6: Hisab Praktis Arah Kiblat

Dengan Menggunakan Rumus Segitia Bola (dalam Disiplin Ilmu Matematika: Spherical Trigonometri) maka seolah-olah kita akan menarik benang dari Ka’bah sampai ke Masjid Nurul Jami’, sebagaimana tercantum dalam gambar bola dunia berikut ini :

Gambar 5. Bola Dunia: garis putih adalah arah Kiblat dari Masjid Nurul Jami’ ke Ka’bah

Dari data di atas untuk perhitungan arah kiblat dari masjid tersebut diketahui data-data sebagai berikut:

Lintang tempat : 6° 11' 50" LSBujur tempat : 106° 53' 23" BTLintang Ka’bah : 21° 25' 21" LU Bujur Ka’bah : 39° 49' 34" BT

Proses perhitungan :

Menghitung nilai sudut a, b dan C :

a = 90 ° - (-6° 11' 50") = 96° 11' 50"b = 90 ° - (21° 25' 21") = 68° 34' 39"C = 106° 53' 23" - 39° 49' 34" = 67° 3' 49"

1. Cotan Arah_Ka’bah = (Sin (96° 11' 50") x Cotan (68° 34' 39") : Sin (67° 3' 49")) – (Cos (96° 11' 50") x Cotan (67° 3' 49"))

2. Cotan Arah_Ka’bah = ((0.994156199) x (0.392348795) : (0.920938085)) – ((0.107951158) x (0.423165171))

3. Cotan Arah_Ka’bah = 0.469223201

(Ka’bah) Makkah

M. Nurul Jami’

Page 7: Hisab Praktis Arah Kiblat

4. Arah_Ka’bah = 25.13705912 (°Desimal) konversi ke derajat menit detik 25° 8’ 13” (BU)

Jadi arah kiblat dari titik barat ke utara sebesar 25° 8’ 13”

Untuk memperoleh arah dari titik utara ke barat = kurangi 90° dengan arah Ka’bah tersebutUtara Barat = 90° - 25° 8’ 13” = 64° 51’ 46” (UB)Untuk memperoleh Azimuth UTSB = tambahkan 270° dengan arah Ka’bah tersebutAzimuth = 270° + 25° 8’ 13” = 295° 8’ 13” (UTSB)

Untuk menghitung derajat anda dapat menggunakan kalkulator scientific berikut ini:

Kaisar 1101, Karce-131 Scientific, Kc-119, Casio fx 82 MS, 85 MS, 95 MS, 100 MS, 115 MS, 350 MS, 570 MS, 820 MS, 991 MS, 992S, 4000 P , 4500 P , 5000 P, dll.

D. TEHNIK PENGUKURAN ARAH KIBLAT

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kita bisa mengukur Arah Kiblat di lokasi dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Setelah dilakukan perhitungan, persiapkan alat-alat pengukuran yang terdiri dari : Kompas, Busur Kayu, Waterpass, Paku, Palu dan Benang.Pilih tempat yang permukaannya datar, gunakan Waterpass untuk memastikannya.

Bujur Tempat (M. Nurul Jami’):

106° 53' 23" BT

Azimuth Kiblat (M. Nurul Jami’):

295° 8’ 13” (UTSB)

Bujur Ka’bah : 39° 49' 34"

Lintang Tempat (M. Nurul Jami’):

106° 53' 23" BT

Khattul istiwa’0°

Lintang Ka’bah:

106° 53' 23" BT

Page 8: Hisab Praktis Arah Kiblat

• Letakkan Busur kayu di atas bidang yang datar tersebut, lalu tancapkan paku di bagian tengah busur. Pastikan posisi busur stabil dan bisa digerakkan/diputar ke kiri dan ke kanan.

• Letakkan kompas di atas busur, luruskan dengan arah utara. Perhatikan deviasi medan magnet.

• Setelah dipastikan arah utara dan telah disesuikan dengan posisi busur, maka angka 90˚ yang tertera pada busur adalah arah titik Barat. Buat tanda dengan menarik benang + 1 m atau seperlunya dari paku ditengah busur ke arah angka 90 / barat. Kemudian tarik benang guna menunjukkan arah Barat dan Timur.

• Ikatkan benang lainnya ke paku yang sama dan tarik sepanjang kira-kira dua meter dengan posisi sebelah utara dari benang pertama / titik barat, dengan jarak 25˚ 8’ 30.72” (Untuk kiblat Jakarta). Benang kedua itu menunjukkan arah kiblat untuk lokasi yang diukur.

2. Untuk tingkat akurasi yang cukup, pengukuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat THEODOLITE.

3. Selain cara diatas, mengukur arah kiblat juga dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari saat posisinya berada di atas/zenith Ka'bah. Berikut ini adalah penjelasannya.

Gambar 6. Matahari Diatas Ka’bah

Selain untuk merekonstruksi jam istiwa’ dengan bayang-bayang sinar matahari kita juga bisa mencari tahu arah kiblat, bagaimana bisa? Bisa saja, hal ini terjadi pada saat matahari tepat berada di atas Ka’bah. Posisi matahari di atas Ka’bah ini terjadi ketika deklinasi (kemiringan) matahari sebesar lintang tempat Ka’bah (21° 25' LU) serta ketika matahari berada pada titik kulminasi atas dilihat dari Ka’bah (39° 50' BT). Berikut ini merupakan dalil Qur’an yang berkaitan dengan bayang-bayang matahari:

Matahari

Ka’bah

Page 9: Hisab Praktis Arah Kiblat

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (QS: Ar ra’d ayat 15)

Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, (QS: Al Furqaan ayat 45)

kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. (QS: Al Furqaan ayat 46)

Dengan letak matahari persis di atas ka’bah, maka dengan mudah umat islam dari sekitar belahan bumi dapat mengetahui, menunjuk dan mengarah ke Baytullah (Ka’bah) itu. Peristiwa semacam itu terjadi dua kali dalam satu tahun, yaitu pertama ketika matahari akan mencapai titik paling utara (deklinasi +23.5 derajat dari garis khatulistiwa). Yang kedua ketika matahari kembali menuju posisi ke arah equator / khatulistiwa dari titik paling utara tersebut. Berikut ini tabel waktu posisi matahari berada di atas / Zenith Ka’bah:

Tanggal Waktu Tahun

2009 2010 2011 2012

27 Mei

WS 12.17.53 12.17.51 12.17.50 12.17.55

WIB 16.17.53 16.17.51 16.17.50 16.17.55

WITA 17.17.53 17.17.51 17.17.50 17.17.55

WIT 18.17.53 18.17.51 18.17.50 18.17.55

28 Mei

WS 12.18.00 12.17.59 12.17.58 12.18.03

WIB 16.18.00 16.17.59 16.17.58 16.18.03

WITA 17.18.00 17.17.59 17.17.58 17.18.03

WIT 18.18.00 18.17.59 18.17.58 18.18.03

15 Juli

WS 12.26.43 12.26.42 12.26.41 12.26.44

WIB 16.26.43 16.26.42 16.26.41 16.26.44

WITA 17.26.43 17.26.42 17.26.41 17.26.44

WIT 18.26.43 18.26.42 18.26.41 18.26.44

16 Juli

WS 12.26.48 12.26.48 12.26.47 12.26.50

WIB 16.26.48 16.26.48 16.26.47 16.26.50

WITA 17.26.48 17.26.48 17.26.47 17.26.50

WIT 18.26.48 18.26.48 18.26.47 18.26.50

WS = Waktu Saudi (GMT + 3 Jam)

Koordinat Makkah 21⁰ 25' 21" LU 39⁰ 49' 34" LS (Google Earth)

Page 10: Hisab Praktis Arah Kiblat

E. Dalil

يـصـل وـلـم ـنـواحيه فى دعا البيت دخل لما وسلم عليه الله صلى النبي ان8 القبلة هذه وقال القبلة قبل فى ركعتين ركع خرج حتى فيه

”Sesungguhnya Nabi SAW ketika masuk ke Baitullah beliau berdo’a di sudut-sudutnya, dan tidak shalat di dalamnya sampai beliau keluar. Setelah keluar beliau shalat dua raka’at di depan Ka’bah dan berkata: ”Inilah Kiblatku”

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS.Ali Imran ayat 96)

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam…” (QS. Al Baqarah ayat 144)

“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Sesungguhnya ketntuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS: Al-Baqarah ayat 149)

“Dan dari mana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, dan di mana saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmy ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara

8 (H.R. Muslim dari Usamah bin Zaid), Shahih al-Bukhari, (Semarang: Toha Putera, tt)

Page 11: Hisab Praktis Arah Kiblat

mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepadaKu. Dan agar Ku sempurnakan ni’matKu atas kamu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS: Al-Baqarah ayat 150)

Terakhir sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah ayat

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui".

(QS: Al baqarah ayat 115).

أعلم والله بالصواب