35
BAB II ISI 2.1 SISTEM LYMFOID Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut jaringan limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan yang mengandung terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit dan makrofag atau tidak. Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi: 1. Jaringan limfoid primer/sentral Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B. Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit

HISTO PRESENTASI(1) limfoid

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

ISI

2.1 SISTEM LYMFOID

Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat dan

epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat

bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat

longgar. Apabila jaringan penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut

disebut jaringan limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk

bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan yang mengandung terutama

limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit dan makrofag atau tidak.

Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

1. Jaringan limfoid primer/sentral

Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari

jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar thymus yang

merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi

limfosit B. Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid

primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman

sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.

2. Jaringan limfoid perifer/sekunder

Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang

telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten

yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder,

sebagai stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-

serabut retikuler. Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong

dalam jaringan ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan tonsilla.

Berdasarkan susunan histologisnya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

1. Jaringan limfoid longgar

Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel retikuler) lebih banyak dari

sel-sel bebas.

2. Jaringan limfoid padat

Limfosit mendominasi dibandingkan sel-sel lain.

3. Jaringan limfoid noduler

Sebenarnya merupakan jaringan limfoid padat karena sel-sel limfosit memadati

jaringan tersebut dan tersusun dalam struktur bulat, disebut juga noulus lymphaticus.

Jaringan limfoid ini merupakan bangunan sementara yang dapat menghilang dan

timbul lagi, berfungsi sebagai tempat proliferasi limfosit. Bagian tengah nodul berisi

limfosit-limfosit muda yang berukuran besar dengan inti pucat yang disebut centrum

germinalis.

Organ Limfoid terdiri dari :

1. Thymus

2. Nodus lympaticus

3. Lien

4. Tonsilla.

Jaringan Limfoid

1. Nodus Lymphaticus

Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret sepanjang

pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang mampu mengenal

antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk

seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut

hillus, yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen

masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus

lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen

dan daerah mediastinum.

a. Gambaran Histologis

Cortex: ini terletak di bawah kapsul. Dibentuk dari serangkaian erat dikemas nodul getah

bening diatur secara teratur.

Medulla: Dibentuk dari anastomosing tali limfosit dipisahkan oleh sinus limfatik berlimpah.

Kapsul: Penutup jaringan ikat yang septa atau trabekula menembus substansi kelenjar getah

bening.

Sinus kortikal: Limfatik sinus memisahkan nodul kortikal dari kapsul. Limfe dari pembuluh

limfatik aferen memasuki node melalui sinus kortikal.

Getah nodul: Erat dikemas agregat limfosit dalam korteks dari node. Juga dikenal sebagai

folikel kortikal atau nodul primer. Nodul limfatik adalah struktur sementara yang dapat

berkembang, hilang, dan membangun kembali. Ukuran dan jumlah bulatan bervariasi.

Pusat germinal: Juga dikenal sebagai nodul sekunder atau pusat reaksi. Wilayah di tengah

nodul getah bening pewarnaannya ringan. Ukuran bervariasi sesuai usia, yang terbaik yang

dikembangkan di masa tumbuh/sewaktu kecil. Hal ini diyakini menjadi pusat cytogenic atau

lymphocytopoietic. Ini adalah struktur sementara seperti nodul getah bening.

Pembuluh darah: Cabang arteri yang masuk di hilus dari node.

Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi anyaman pembuluh

limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus lymphaticus dibungkus oleh jaringan

pengikat sebagai kapsula yang menebal di daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam

sebagai trabekula. Parenkim diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang

berhubungan dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit, plasmasit dan sel

makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi atas cortex dan medulla, dengan perbedaan

terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.

1. Cortex

Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh

trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah sebagai

nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan

limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder menmpati cortex

bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati cortex bagian dalam

atau daerah paracortical.Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat

memiliki inti yang jernih dengan sitoplasma menagndung granular

endoplasmic retikulum dan diduga membuat serabut-serabut retikuler. Pada

umumnya germinal center banayk terdapat di daerah cortex. Daerah dekat

sinus marginalis mengandung banyak limfosit kecil karena menerima limfosit

yang baru datang dari pembuluh darah aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-

selnya tersusun lebih longgar dan terutama terdapat limfosit kecil dan sel

retikuler yang makin bertambah.

2. Medulla/Medulla Cord

Medulla cord merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tersusun di sekitar

pembuluh darah. Kumpulan jaringan limfoid ini membentuk anyaman dan

berakhir di daerah hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman

serabut retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya mengandung limfosit,

plasmasit dan makrofag. Kadang ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam

keadaan sakit jumlah unsur sel akan bertambah.

b. Pembuluh Darah

Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan

masuk melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-

mula arteri dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi

kapiler. Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi

kapiler membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung

dalam venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan

berkumpul menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak

mempunyai serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian

pembuluh darah di tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.

c. Histofisiologi

Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul

dan sel-sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai

adanya barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun

eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel

membrana mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput

dari perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan

menghasilkan toksin yang mudah masuk dalam limfe.

Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk

karena terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh

yang merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus

disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk

mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus

juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau

sumsum tulang.Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat

banyak disebut sebagai hemal nodes. Jenis ini ditemukan pada domba, tetapi

tidak pada manusia

2.Tonsilla

Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini

membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan limfoid dan

terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut. Selain itu diyemukan juga

organ limfoid dengan batas-batas nyata.

Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:

a. Tonsila Lingualis

Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai tonjolan-tonjolan

bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri sebagai celah

invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Crypta tersebut

dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami infiltrasi dalam

epitel dan berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami degenerasi dan

membentuk suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah terlepas bersama bakteri

sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta bermuara kelenjar mukosa. Dalam

jaringan limfoid tampak adanya nodus lymphaticus.

b. Tonsila Palatina

Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat ua buah jaringan

limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut tonsilla palatine.

Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi mengadakan invaginasi membentuk

crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas antara epitel dan jaringan

limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel. Limfosit yang telah melintasi

epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang mati sebagai corpusculum

salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2 mm dengan germinal centernya

tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang difus. Antara nodulus lymphaticus

yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan pengikat (capsula) yang

mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit. Apabila ditemukan granulosit, hal ini

menunjukkan adanya radang.

Crypt: pelagica epitel ke dalam substansi tonsil dilapisi oleh epitel permukaan.

Epitel skuamosa berlapis: Meliputi permukaan bebas dari tonsil dan garis diabadikan.

Lymphold nodul: Compact agregat limfosit di tengah-tengah selembar difus jaringan

limfatik. Terjadi dekat dengan epitel. Mungkin berisi pusat-pusat germinal.

Limfosit: jenis sel Dominan di tonsil palatina.

c.Tonsila Pharyngealis

Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid yang

ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis epitelnya sama dengan

epitel tractus respiratorius ialah epitel semu berlapis bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak

mengadakan invaginasi membentuk crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan banyak

infiltrasi limfosit, dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang mengikuti lipatan-lipatan.

Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar capsula terdapat

kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus jaringan limfoid dan bermuara

didalam saluran lipatan epitel.

Kelenjar Limfe

1. Lien

Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri atas di

bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien merupakan organ

penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan

sel-sel mati disamping sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula

untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat

limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit,

granulosit dan trombosit

a. Gambaran Histologis

Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri sebagai

trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan dengan peritoneum. Dari

capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah organ yang akan membentuk anyaman.

Pada sediaan terlihat adanya daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut

dinamakan pulpa alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan

pulpa ruba

1. Pulpa Alba (Pulpa Putih)

Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas jaringan

limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid periarterial

(periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru meninggalkan trabecula,

selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-cabang menjadi kapiler.

Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat selubung tersebut mengandung

germinal center. PALS dan germinal center merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs

sebagian besar mengandung limfosit Tdan germinal center mengandung limfosit B.

Struktur PALS terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di

tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis .dalam celah-celah anyaman terdapat

limfosit kecil dan sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya

rangsangan antigen di daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan

plasmasit muda banyak sekali.

White Pulp: Compact limfatik jaringan selubung yang mengelilingi arteri pusat. Selubung ini

membentuk pembesaran bulat telur pada interval. Pembesaran, yang dikenal sebagai nodul

limfatik, nodul limpa atau sel-sel * Malphigi, mungkin memiliki pusat-pusat germinal.

Campuran ke dalam red pulp yang berdekatan. Limfosit adalah elemen seluler dominan, tetapi

sel plasma, makrofag, dan sel-sel bebas lainnya juga ditemukan.

Red Pulp: Jaringan limfatik tidak berdekatan. Dilalui oleh saluran vena (sinusoid)

Limfosit: Besar, menengah, dan kecil limfosit merupakan jenis sel utama yang ditemukan

dalam pulpa putih. Mereka kompak diatur dalam pulpa putih dan lebih longgar diatur dalam

pulp merah.

Central arteriole: Lapangan di pulpa putih. Adventitia digantikan oleh jaringan retikuler,

yang disusupi oleh limfosit dalam pulpa putih. Dilengkapi kapiler pada pulpa putih.

2. Pulpa rubra

Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur sebagai

sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic cords of

Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang mengisi sinus

venosus dan jaringan diantaranya.Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti

makrfag, semua jenis sel dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E.

makrofag dapat dengan mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag

kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi

pulpa alba terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron,

daerah ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona

marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga merupakan

tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.

Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos dan

anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai bagian

peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa arteri, vena dan

pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut elastis dan beberapa

serabut sel otot polos.Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti

trabecula dan tiap kali bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai

jenis arteri muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat

padat trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan

trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi arteri

sentralis.

Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai

selapis atau dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan

makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis dan bercabang

menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria pulpa rubra. Pada waktu

masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi 2-3 kapiler dengan dinding

yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated

capillary.

Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:

1.Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.

2.Sheated capillary, tanpa otot polos

3. Terminal arterial capillary

Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di sekeliling

pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus sebab

lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas endotil dan

lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang tersusun sejajar

sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction. Kemampuan fagositosis

sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah ke vena pulpa yang

menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina basalis dan selapis tipis

otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena trabecula yang akan

berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

Sinus vena: Membentuk anastomosing pleksus melalui pulpa merah antara pita pulpa.

Cord: Jaringan limfatik longgar diatur dalam anastomosing kabel dan piring ciri limpa pulpa

merah. Juga disebut kabel Billroth atau limpa. Pita mengandung berbagai jumlah sel-sel darah

merah, limfosit, sel plasma, dan monosit. Antara cord adalah sinusoid vena.

Sel-sel darah: Isi sinusoid vena, dan memberikan warna merah pada pulpa dalam keadaan

tidak segar.

Sel-sel lapisan: sinusoid dilapisi oleh sel fagosit reticular milik makrofag luas

(reticuloenclothelial) sistem. Perubahan bentuk dengan keadaan distensi sinus.

a. Hubungan Arteri dan Vena

Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:

2. Teori sirkulasi terbuka

Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah

antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.

3. Teori sirkulasi tertutup

Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus venosus.

4. Teori kompromi

Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut

pada suatu tempat.

b. Histogenesis dan Regenerasi Lien

Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan

jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim memperbanyak

diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya sebagai rangka

retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul sel primitif basofil

yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau medulla oseum.

Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang

dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel

induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan diambil

alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan dengan timbulnya

jaringan pengikat.

2. Thymus

Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluh-

pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid primer.

Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan

merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus

vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami

kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder

dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi

imunologis humoral. Geminal centers tidak terdapat di organ ini.

a.GambaranHistologis

Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan melanjutkan

diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2 mm. Jaringan parenkim

thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat

lain, diantara sel retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam

nodus lymphaticus dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah

medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli (thymic

corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.

Cortex

Limfosit dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian besar populasi sel di cortex

adalah limfosit dari berbagai ukuran. Hubungan antara sel retikuler terlihat dengan

M.E. sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya adalah sel stelat dengan inti oval

yang berwarna pucat dan berukuran 7-11 mikron. Limfosit besar banyak terdapat di

bagian perifer dan makin kedalam jumlah limfosit kecil makin bertambah, sehingga

cortex bagian dalam sangat padat oleh limfosit kecil. Dalam cortex terjadi proses

proliferasi dan degenerasi, dan terdapat makrofag yang walaupun sedikit merupakan

penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang juga ditemukan sedikit plasmasit dalam

parenkim.

Medulla

Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang

mempunyai tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula sel

retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk corpusculum

Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian tengahnya mengalami

degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit terdapat tidak begitu banyak dan

hanya dari jenis bentuk kecil. Perbedaan dengan limfosit cortex karena bentuk yang

tidak teratur dengan sitoplasma lebih banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain

dalam jumlah kecil seperti makrofag dan eosinofil.

a. PembuluhDarah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari

arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit

perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding kapiler cortex,

sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka, limfosit dalam cortex

dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-thymus barier.

Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.

b. Histogenesis

Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-

mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan adanya

proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga mengadakan

invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada umur enam minggu

akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah dan parenkim akan mengubah

sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom. Medulla terjadi kemudian di daerah

dalam.

c. Involusi

Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak.

Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya penyakit,

stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai accidental

involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental involution yang

dapatdiikutiregenerasi yang intensif.Thymus mengalami involusi secara fisiologis

dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim

mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.

d. Histofisiologis

Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang

bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity, reaksi

terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu. Limfosit T tidak melepaskan

anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk membantu reaksi humoral oleh limfosit B.

Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus.

Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit thymus

dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi memberikan

limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi di thymus tidak

dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di organ limfoid perifer,

dengan adanya blood thymus barrier.Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju

organ limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus

(thymus depending regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung

limfoid periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri

dan appendiks.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Jaringan Limfoid

Limfosit terdapat satu-satu di dalam darh, limfe, dan jaringan ikat dan epitel tubuh.

Mereka juga terdapat bersama sel plasma, dlam massa padat dalam jaringan ikat longgar dari

lamina propia saluran cerna dan saluran napas. Timus, limfonodus, tonsila, dan pulpa putih limpa

juga terdiri terutama atas banyak sekali gumpalan limfosit kecil. Istilah “jaringan limfoid” atau

“limfatik” umumnya dipakai untuk seluruh gumpalan limfosit dan organ kaya-limfosit ini.

Sejenis jaringan limfoid yang secara morfologis dan fungsional diketahui berbeda dari

yang lain ditemukan dalam timus dan bursa Favricius burung, terdiri atas limfosit dan sedikit

makrofag, dan tetampung dalam jalinan tiga dimensi sel-sel stelata yang diikat bersama

desmosom. Sel- sel stroma stelata ini secara tradisi disebut sel-sel retikulum, semata-mata karena

membentuk jalinan. Sel retikulum dari timus asalnya dari penumbuhan epitel dari endoderm

embrional yang kemudian disusupi oleh sel-sel induk limfopoietik. Serat retikular yang umumya

menyertai sel retikuler asal mesenkim jarang terdapat dalam jaringan limfoid timus dan bursa

Fabricus.

Jaringan limfoid yang jauh lebih umum adalah yang membentuk bagian terbesar

limfonodus, pulpa putih limpa, dan tosila, dan membentuk massa kurang lebih jelas, tersebar di

jaringan ikat longgar organ lain.

1.2 Jaringan Limfoid Difus

Jaringan limfoid jenis ini ditemukan di daerah antar nodus, korteks bagian dalam, dan

daerah medula limfonodus (dalam selubung limf periarteri limpa, daerah antarnodus tonsila, dan

dalam plak Peyeri ileum). Ia terdiri atas stroma mirip-spons dengan limfosit di antaranya. Stroma

itu terdiri atas sel-sel dan serat-serat retikuler asal mesenkim. Pada hewan yang disuntikkan

pewarna vital, beberapa selnya memasukkan pewarna koloid dengan lahapnya, sementara yang

lain tidak. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa selnya bersifat fagositik dan dapat dianggap

sebagai makrofag. Jadi sebagian sel stroma dari jaringan limfoid difus dipandang sebagai

makrofag tetap, sedangkan yang lain agak mirip fibroblas dari jaringan ikat tempat lain tubuh.

Sel-sel bebas dari jaringan limfoid difus adalah limfosit, makrofag bebas, dan sejumlah plasma.

1.3 Limfonoduli

Limfonoduli atau folikel limfoid adalah sekelompok limfosit berhimpit padat di daerah

jaringan limfoid. Mereka ditemukan di korteks limfonodus, di tepian pulpa putih limpa, dan

dalam lamina propia saluran cerna dan napas.mereka banyak dalam tonsila, plak penyeri, dan

apendiks.

Pusat germinal adalah komponen jaringan limfoid yang terorganisasi baik, berada dari

yang pada timus normal. Bila telah berkembang sempurna, tampaknya lebih padat dan gelap dan

satunya lagi yang lebih pucat dan kurang padat.

Daerah lebih gelap dari pusat germinal terjadi akibat pemulasan inti dan sitoplasma

basofik limfoblas yang sangat banyak dan berhimpitan, limfosit kecil, sedang dan besar, dan sel-

sel dalam transisi menjadi sel plasma.

Batas luar pusat germinal terdiri atas beberapa lapis sel retikuler gepeng yang diikat oleh

desmosom. Lapisan ini kurang teratur di kutub terang akibat adanya penyebukan oleh banyak

limfosit kecil yang sangat pleiomorfik yang tertangkap dalam proses bermigrasi ke, atau dari

tudung limfosit di atasnya. Sel plasma jarang ada dalam pusat germinal, kecuali pada tonsila.

MAKALAH HISTOLOGI VETERINER II

SISTEM LIMFOID

oleh :

1. I Wayan Budiana (1209005127)

2. Ida Ayu Adhistania Pidada (1209005129)

3. I Komang Asmara Putra (1209005130)

4. Neti Ersawati (1209005132)

5. I Gede Made Abdi Prasatya (1209005141)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasaNya, sehingga

dapat diselesaikannya tulisan makalah yang bejudul “Sistem Limfoid” ini dengan baik.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas atas selesainya bahan ajar Sistem Limfoid

Histologi Veteriner II di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.

Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak

lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 2 Mei 2013

Hormat kami

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Judul Halaman

Halaman Judul .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Jaringan Limfoid.......................................................................................... 1

1.2 Jaringan Limfoid Difus.................................................................................1

1.3 Limfonoduli..................................................................................................2

II. ISI ............................................................................................................................. 3

2.1 Sistem Limfoid............................................................................................. 3

III. PENUTUP .............................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 19

3.2 Saran.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20

iii

DAFTAR PUSTAKA

Fawcett, M.D. Don W. 2002. Buku Hajar Histologi, 12/E. Jakarta : EGC. 378:419

http://blogs.unpad.ac.id/histologi/2010/07/18/12-organ-lymfoid/ (di akses tanggal 2 mei 2013)

http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/12-organ-lymfoid.html (di akses tanggal 2 mei 2013)

https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/H8833x400.jpg (di akses tanggal 2 mei 2013)

http://www.anatomyatlases.org/MicroscopicAnatomy/Section09/Section09.shtml (di akses tanggal 2 mei 2013)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat dan

epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat

bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat

longgar. Jaringan limfoid dapat di bagi berdasarkan fungsinya, dan susunan histologisnya. Organ

limfoid itu terdiri dari Thymus, nodus lympaticus, lien, dan tonsilla.

3.2 Saran

Semoga paper ini dapat menjadi bahan acuan dan referensi bagi para pembaca khususnya

mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Semoga kedepannya dapat dibuat lebih

banyak informasi atau makalah mengenai sistem limfoid yang diperlukan oleh mahasiswa

kedokteran hewan dan seorang dokter hewan.