Hk Jaminan Usu

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    1/21

    BAB II

    TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT

    A.  Pengertian Hukum Jaminan Kredit

    Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan  zakerheidesstelling,

     zekerheidsrechten atau security of law.  Dalam Keputusan Seminar Hukum

    Jaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional

    Departemen Kehakiman bekerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas

    Gadjah Mada tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 1978 di Yogyakarta

    menyimpulkan, bahwa istilah “hukum jaminan” itu meliputi pengertian baik

     jaminan kebendaan maupun perorangan. Berdasarkan kesimpulan tersebut,

     pengertian hukum jaminan, melainkan memberikan bentang lingkup dari istilah

    hukum jaminan itu, yaitu meliputi jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan.

    Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang

    merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu

    diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang

    seorang kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah

    hukum yang mengatur tentang jaminan piutang seseorang.14

    14 J. Satrio,  Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

    2007, hal. 3

    Definisi ini

    difokuskan pada pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat

    kaitannya dengan debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda

     jaminan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    2/21

    Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang

    mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang

    (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan

    yang berlaku saat ini.15

    Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah

    keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan

     penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk

    mendapatkan fasilitas kredit.

     

    16

    Unsur-unsur yang tercantum di dalam definisi ini adalah :

     

    17

    1.  Adanya kaidah hukum

    Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2

    macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan

    tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah

    hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan

    yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah

    kaidah-kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang

    dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat

    yang dilakukan secara lisan.

    2.  Adanya pemberi dan penerima jaminan

    Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang

    menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak

    15  M. Bahsan,  Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008, hal. 3.

    16  Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia,  Jakarta: PT. RajaGrafindo

    Persada, 2008, hal. 6.17  Ibid, hal. 7-8.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    3/21

    sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang

    membutuhkan fasilitas kredit. Orang ini lazim disebut dengan debitur.

    Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima

     barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima

     jaminan ini adalah orang atau badan hukum. Badan hukum adalah

    lembaga yang memberikan fasilitas kredit, dapat berupa lembaga

     perbankan dan atau lembaga keuangan nonbank.

    3.  Adanya jaminan

    Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah

     jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan

    yang berupa hak-hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak

    dan benda tidak bergerak. Jaminan imateriil merupakan jaminan

    nonkebendaan.

    4.  Adanya fasilitas kredit

    Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan

     bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga

    keuangan nonbank. Pemberian kredit merupakan pemberian uang

     berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan

    nonbank percaya bahwa debitur sanggup untuk mengembalikan pokok

     pinjaman dan bunganya. Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau

    lembaga keuangan nonbank dapat memberikan kredit kepadanya.

    Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila

    debitur tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    4/21

    kredit yang telah dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak

    mampu membayar maka debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang

    telah diberikannya.18

    Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian pokok.

    Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan tidak

    Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang

    menetapkan bahwa segala hak kebendaan debitur baik yang bergerak maupun

    yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari

    menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Dengan demikian, segala harta

    kekayaan debitur secara otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut

    membuat perjanjian utang meskipun tidak dinyatakan secara tegas sebagai

     jaminan.

    Terhadap jaminan ini akan timbul masalah manakala seorang debitur

    memiliki lebih dari seorang kreditur di mana masing-masing kreditur

    menginginkan haknya didahulukan.

    Hukum mengantisipasi keadaan demikian dengan membuat jaminan yang

    secara khusus diperjanjikan dengan hak-hak istimewa seperti hak tanggungan,

    fiducia, gadai, maupun cessie piutang. Kreditur yang memegang hak tersebut

    memiliki hak utama untuk mendapatkan pembayaran kredit seluruhnya dari hasil

     penjualan benda jaminan. Apabila terdapat kelebihan dalam penjualan benda

     jaminan terebut dapat diberikan kepada kreditur lain.

    18  Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Yogyakarta: Pustaka

    Yustisia, 2010, hal. 67.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    5/21

    mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka

     perjanjian penjaminan akan berakhir pula.

    Dasar hukum jaminan dalam pemberian kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU

    Perbankan yang menyatakan bahwa :

    “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,

    Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yangmendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur

    untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai

    dengan yang diperjanjikan.”

    Jaminan pemberian kredit menurut Pasal 8 ayat (1) adalah bahwa keyakinan

    atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya

    sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut,

    sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama

    terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah

    debitur.

    Dengan demikian, hal ini menegaskan bahwa jaminan hendaklah

    mempertimbangkan dua faktor, yaitu :

    1.  Secured , artinya jaminan kredit mengikat secara yuridis formal

    sehingga apabila suatu hari nanti nasabah debitur melakukan

    wanprestasi (cedera janji), maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk

    melakukan tindakan eksekusi.

    2.   Marketable,  artinya bila jaminan tersebut hendak dieksekusi, dapat

    segera dijual atau diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    6/21

    B.  Kerangka Hukum Jaminan menurut KUHPerdata

    Dalam hukum positif di Indonesia terdapat peraturan perundang-undangan

    yang sepenuhnya mengatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan penjaminan

    utang. Materi atau isi peraturan perundang-undangan tersebut memuat ketentuan-

    ketentuan yang secara khusus mengatur tentang hal-hal yang berkaitan dengan

     penjaminan utang, antara lain mengenai prinsip-prinsip hukum jaminan, lembaga-

    lembaga jaminan, objek jaminan utang, penanggungan utang dan sebagainya.

    Di dalam KUHPerdata tercantum beberapa ketentuan yang dapat

    digolongkan sebagai hukum jaminan. Hukum jaminan dalam ketentuan hukum

    KUHPerdata adalah sebagaimana yang terdapat pada Buku Kedua yang mengatur

    tentang prinsip-prinsip hukum jaminan, lembaga-lembaga jaminan (Gadai dan

    Hipotek) dan pada Buku Ketiga yang mengatur tentang penanggungan utang

    adalah sebagai berikut :19

    1.  Prinsip-prinsip Hukum Jaminan

    Beberapa prinsip hukum jaminan sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-

    ketentuan KUHPerdata adalah sebagai berikut.

    a.  Kedudukan Harta Pihak Peminjam

    Pasal 1131 KUHPerdata mengatur tentang kedudukan harta pihak

     peminjam, yaitu bahwa harta pihak peminjam adalah sepenuhnya

    merupakan jaminan (tanggungan) atas utangnya.

    Pasal 1131 KUHPerdata menetapkan bahwa semua harta pihak

     peminjam, baik yang berupa harta bergerak maupun yang tidak bergerak,

    19 M. Bahsan, Op. Cit , hal. 9.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    7/21

     baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari merupakan

     jaminan atas perikatan utang pihak peminjam.

    Ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata merupakan salah satu ketentuan

     pokok dalam hukum jaminan, yaitu mengatur tentang kedudukan harta

     pihak yang berutang (pihak peminjam) atas perikatan utangnya.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata pihak pemberi pinjaman

    akan dapat menuntut pelunasan utang pihak peminjam dari semua harta

    yang bersangkutan, termasuk harta yang masih akan dimilikinya di

    kemudian hari. Pihak pemberi pinjaman mempunyai hak untuk menuntut

     pelunasan utang dari harta yang akan diperoleh oleh pihak peminjam di

    kemudian hari.

    Dalam praktik sehari-hari yang dapat disebut sebagai harta yang

    akan ada di kemudian hari adalah misalnya berupa warisan, penghasilan,

    gaji, atau tagihan yang akan diterima pihak peminjam.

    Ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata sering pula dicantumkan

    sebagai salah satu klausul dalam perjanjian kredit perbankan. Ketentuan

    Pasal 1131 KUHPerdata yang dicantumkan sebagai klausul dalam

     perjanjian kredit bila ditinjau dari isi (materi) perjanjian disebut sebagai

    isi yang naturalia. Klausul perjanjian yang tergolong sebagai isi yang

    naturalia merupakan klausul fakultatif, artinya bila dicantumkan sebagai

    isi perjanjian akan lebih baik, tetapi bila tidak dicantumkan, tidak

    menjadi masalah kecacatan perjanjian karena hal (klausul) yang seperti

    demikian sudah diatur oleh ketentuan hukum yang berlaku.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    8/21

    Dengan memperhatikan kedudukan ketentuan Pasal 1131

    KUHPerdata bila dikaitkan dengan suatu perjanjian pinjaman uang, akan

    lebih baik ketentuan tersebut dimasukkan sebagai klausul dalam

     perjanjian pinjaman uang, termasuk dalam perjanjian kredit.

     b. 

    Kedudukan Pihak Pemberi Pinjaman

    Bagaimana kedudukan pihak pemberi piinjaman terhadap harta

     pihak peminjam dapat diperhatikan dari ketentuan Pasal 1132

    KUHPerdata.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata dapat disimpulkan

     bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua

    golongan, yaitu :

    1) Yang mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan piutang

    masing-masing; dan

    2) Yang mempunyai kedudukan didahulukan dari pihak pemberi

     pinjaman yang lain berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan.

    Pasal 1132 KUHPerdata menetapkan bahwa harta pihak peminjam

    menjadi jaminan bersama bagi semua pihak pemberi pinjaman, hasil

     penjualan harta tersebut dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu

    menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara

     pihak pemberi pinjaman itu mempunyai alasan yang sah untuk

    didahulukan.

    Dalam praktik perbankan pihak pemberi pinjaman disebut kreditur

    dan pihak peminjam disebut nasabah debitur atau debitur. Pihak pemberi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    9/21

     pinjaman yang mempunyai kedudukan didahulukan lazim disebut

    sebagai kreditur preferen dan pihak pemberi pinjaman yang mempunyai

    hak berimbang disebut sebagai kreditur konkuren.

    Mengenai alasan yang sah untuk didahulukan sebagaimana yang

    tercantum pada bagian akhir ketentuan Pasal 1132 KUHPerdata adalah

     berdasarkan ketentuan dari peraturan perundang-undangan, antara lain

     berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Pasal 1133 KUHPerdata,

    yaitu dalam hal jaminan utang diikat melalui gadai atau hipotek.

    c.  Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak

     pemberi pinjaman.

    Pihak pemberi pinjaman dilarang memperjanjikan akan memiliki

    objek jaminan utang bila pihak peminjam ingkar janji (wanprestasi).

    Ketentuan yang demikian diatur oleh Pasal 1154 KUHPerdata tentang

    Gadai, Pasal 1178 KUHPerdata tentang Hipotek.

    Larangan bagi pihak pemberi pinjaman untuk memperjanjikan akan

    memiliki objek jaminan utang sebagaimana yang ditetapkan dalam

    ketentuan-ketentuan lembaga jaminan tersebut tentunya akan melindungi

    kepentingan pihak peminjam dan pihak pemberi pinjaman lainnya,

    terutama bila nilai objek jaminan melebihi besarnya nilai utang yang

    dijamin. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai hak berdasarkan

    ketentuan lembaga jaminan dilarang serta-merta menjadi pemilik objek

     jaminan utang bila pihak peminjam ingkar janji. Ketentuan-ketentuan

    seperti tersebut di atas tentunya akan dapat mencegah tindakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    10/21

    sewenang-wenang pihak pemberi pinjaman yang akan merugikan pihak

     peminjam.

    2. 

    Gadai

    Gadai adalah salah satu lembaga jaminan yang akan dapat digunakan untuk

    mengikat objek jaminan utang yang berupa barang bergerak. Gadai diatur oleh

    ketentuan-ketentuan Pasal 1150 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1160

    KUHPerdata. Beberapa di antara ketentuan gadai sebagaimana yang tercantum

    dalam KUHPerdata adalah sebagai berikut :

    a.  Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu

     barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau

    seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si

     berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara

    didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya, dengan

    mengecualikan biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang

    telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu

    digadaikan, biaya-biaya tersebut harus didahulukan (Pasal 1150

    KUHPerdata).

     b. 

    Persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat yang diperbolehkan bagi

     pembuktian persetujuan pokok. (Pasal 1151 KUHPerdata)

    Perjanjian Gadai dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa akta autentik

    atau akta di bawah tangan.

    c.  Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang bawa diletakkan

    dengan membawa barang yang dijadikan objek gadai di bawah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    11/21

    kekuasaan si berpiutang ataupun di bawah kekuasaan seorang pihak

    ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak. (Pasal 1152

    ayat pertama).

    d. 

    Tidak sah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam

    kekuasaan si berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas

    kemauan si berpiutang (Pasal 1152 ayat kedua).

    e.  Hak gadai hapus apabila barang yang dijadikan objek gadai keluar dari

    kekuasaan si penerima gadai. Apabila barang tersebut hilang dari tangan

     penerima gadai atau dicuri darinya, ia berhak menuntutnya kembali

    sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1977 ayat kedua, sedangkan apabila

     barang tersebut kembali diperolehnya, hak gadai dianggap tidak pernah

    hilang (Pasal 1152 ayat ketiga).

    f. 

    Hal tidak berkuasanya si pemberi gadai untuk bertindak bebas dengan

     barang yang dijadikan objek gadai tidak dapat dipertanggungjawabkan

    kepada si berpiutang yang telah menerima barang tersebut dalam gadai,

    dengan tidak mengurangi hak pihak yang kehilangan atau kecurian

     barang itu, untuk menuntutnya kembali (Pasal 1152 ayat keempat).

    Ketentuan yang mengatur tentang keharusan objek jaminan utang di

     bawah kekuasaan pihak pemberi pinjaman pperlu dipatuhi karena bila

    objek jaminan utang yang diikat dengan gadai tersebut tetap berada pada

     pihak peminjam, pengikatan melalui gadai tersebut batal demi hukum.

    Bila hal seperti demikian terjadi dalam pemberian kredit perbankan,

    dapat dikatakan bahwa pemberian kredit yang bersangkutan adalah tanpa

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    12/21

     jaminan kredit dan mempunyai akibat terhadap penilaian tingkat

    kesehatan bank sebagai pemberi kredit.20

    g. 

    Apabila si berutang atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-

    kewajibannya, maka tidak diperkenankan si berpiutang memiliki barang

    yang dijadikan objek gadai (Pasal 1154 ayat kesatu). Segala janji yang

     bertentangan dengan ketentuan tersebut adalah batal (Pasal 1154 ayat

    kedua).

    Ketentuan gadai yang melarang pihak pemberi pinjaman memiliki objek

    gadai tersebut termasuk sebagai salah satu prinsip hukum jaminan

    sebagaimana telah dikemukakan pada uraian terdahulu mengenai prinsip-

     prinsip hukum jaminan.21

    3. 

    Hipotek

    Di samping beberapa ketentuan tersebut di atas, terdapat pula ketentuan-

    ketentuan yang mengatur tentang hak gadai atas surat-surat tunjuk (Pasal 1152

     bis), hak gadai atas benda bergerak yang tak bertubuh (Pasal 1153), tata cara

     pencairan objek gadai (Pasal 1155 dan Pasal 1156), tanggung jawab si berpiutang

    dan si berutang (Pasal 1157), piutang yang digadaikan (Pasal 1158), pelepasan

    gadai (Pasal 1159), dan objek gadai dan ahli waris (Pasal 1160).

    Lembaga jaminan yang diatur oleh ketentuan KUHPerdata, Pasal 1162

    sampai dengan Pasal 1232 adalah hipotek. Akan tetapi, dengan berlakunya UU

     No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, objek jaminan utang berupa tanah

    sudah tidak dapat diikat dengan hipotek. Hipotek pada saat ini hanya digunakan

    20  Ibid, hal. 14.

    21  Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    13/21

    untuk mengikat objek jaminan utang yang ditunjuk oleh ketentuan peraturan

     perundang-undangan lain.

    4. 

    Penanggungan Utang

    Penanggungan utang diatur oleh Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850

    KUHPerdata. Penanggungan utang merupakan jaminan utang yang bersifat

     perorangan. Akan tetapi, dalam hal ini diartikan pula dapat diberikan oleh suatu

     badan di samping oleh perorangan sebagaimana yang terdapat dalam praktik

    sehari-hari dan lazim disebut dengan sebutan borgtocht.  Beberapa bentuk

     penanggungan utang yang banyak ditemukan adalah berupa jaminan pribadi dan

     jaminan perusahaan.

    Beberapa di antara ketentuan KUHPerdata tentang penanggungan utang

    adalah sebagai berikut.

    a. 

    Penanggungan utang adalah suatu persetujuan yang dibuat oleh seorang

     pihak ketiga untuk kepentingan pihak pemberi pinjaman dengan

    mengikatkan dirinya guna memenuhi perikatan pihak peminjam bila

     pihak peminjam wanprestasi terhadap pihak pemberi pinjaman (Pasal

    1820 KUHPerdata).

    Penanggungan utang adalah suatu perjanjian penjaminan utang yang

    sangat terkait kepada perorangan (individu atau badan hukum) yang

    mengikatkan dirinya sebagai jaminan atas utang dari pihak peminjam dan

     pihak yang mengikatkan dirinya disebut penanggung atau penjamin).22

    22  Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    14/21

     b.  Penanggungan utang sangat berkaitan dengan perjanjian pokok yang sah

    (Pasal 1821 KUHPerdata).

    Ketentuan ini menunjukkan tidak ada suatu penanggungan utang bila

    sebelumnya tidak ada suatu perjanjian pokok. Perjanjian pokok misalnya

     berupa perjanjian pinjaman yang disepakati oleh pihak peminjam dengan

     pihak pemberi pinjaman. Perjanjian penanggungan utang bukan suatu

     perjanjian pokok. Sehubungan dengan itu dalam hukum perikatan

    sebagaimana yang dikemukakan menurut doktrin (pendapat ahli hukum)

    dikatakan tentang adanya perikatan pokok dan perikatan accessoir  

    (perikatan turutan). Perjanjian penanggungan utang adalah perjanjian

    accessoir . Sebagai contoh yang lain adalah perjanjian kredit disebut

    sebagai perjanjian pokok dan perjanjian pengikatan jaminan kredit

    disebut sebagai perjanjian accessoir .23

    c.  Perikatan penanggungan utang para penanggung berpindah kepada ahli

    warisnya (Pasal 1826 KUHPerdata).

    d.  Peminjam yang diwajibkan memberikan seorang penanggung harus

    mengajukan seseorang yang mempunyai kecakapan hukum untuk

    mengikatkan dirinya, cukup mampu untuk memenuhi perikatannya dan

     berdiam di Indonesia (Pasal 1827 KUHPerdata).

    e.  Penanggung tidak diwajibkan membayar kepada pemberi pinjaman

    selainnya jika pihak peminjam lalai, sedangkan harta pihak peminjam

    23  Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    15/21

    adalah yang terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya

    (Pasal 1831 KUHPerdata).

    f. 

    Penanggung tidak dapat menuntut supaya harta pihak peminjam lebih

    dauhulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya :

    1) 

    Apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya

    harta pihak peminjam lebih dahulu disita dan dijual.

    2) Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan pihak

     peminjam utama secara tanggung-menanggung, yang akibat-akibat

     perikatannya diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang

    tanggung-menanggung.

    3) Jika pihak peminjam dapat mengajukan suatu tangkisan yang hanya

    mengenai dirinya sendiri secara pribadi.

    4) 

    Jika pihak peminjam berada di didalam keadaan pailit.

    5) Dalam halnya penanggungan yang diperintahkan oleh hakim.

    g.  Penanggung yang telah membayar utang pihak peminjam, menggantikan

    demi hukum segala hak pihak pemberi pinjaman terhadap pihak

     peminjam (Pasal 1840 KUHPerdata).

    h. 

    Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena sebab-sebab

    yang sama, sebagaimana yang menyebabkan berakhirnya perikatan.

    Demikian antara lain beberapa ketentuan tentang penanggungan utang

    sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850

    KUHPerdata. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, penanggungan utang

    lazim disebut dengan sebutan borgtocht . Mengingat ketentuan-ketentuan tentang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    16/21

     penanggungan utang yang tercantum dalam KUHPerdata tersebut bersifat umum,

    dapat ditemukan adanya pengaturan lebih lanjut yang bersifat khusus yang

    dikeluarkan oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kewenangannya.

    Salah satu penanggungan utang yang berupa jaminan perusahaan yang

    diatur lebih lanjut dengan suatu peraturan perundang-undangan di Indonesia

    adalah garansi bank (bank garansi) yang diterbitkan oleh Bank Umum.

    Garansi bank tersebut wajib memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan

    oleh peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu

    SK Direksi BI No. 23/88/KEP/DIR dan SEBI No. 23/7/UKU.

    Garansi bank sebagai salah satu produk bank selain tunduk kepada

    ketentuan-ketentuan KUHPerdata mengenai penanggungan utang, juga tunduk

    kepada peraturan perundang-undangan Bank Indonesia tersebut di atas.

    Demikian secara umum beberapa ketentuan hukum jaminan yang berkaitan

    dengan prinsip-prinsip hukum jaminan, lembaga jaminan dan penanggungan

    utang sebagaimana yang tercantum dalam KUHPerdata, Buku Kedua dan Buku

    Ketiga.

    C. 

    Penggolongan Jaminan Kredit Bank dalam Pemberian Kredit Perbankan

    Jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia perbankan

    terdiri dari :24

    1.  Jaminan perorangan

    2.  Jaminan kebendaan

    24 Badriyah Harun, Op. Cit, hal. 68.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    17/21

    Penjabaran jaminan tersebut adalah sebagai berikut :

    1. 

    Jaminan Perorangan

    Jaminan perorangan dalam Pasal 1820 KUHPerdata disebut sebagai

     penanggungan utang. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa jaminan perorangan

    adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan pihak si

     berpiutang (kreditur), mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang

    manakala orang tersebut tidak memenuhinya. Pelaksanaan perjanjian selalu dibuat

    oleh pihak ketiga yang menjamin terpenuhnya kewajiban membayar kredit

    tersebut, baik diketahui maupun tidak diketahui oleh debitur.

    Dengan adanya pihak ketiga sebagai penjamin, apabila debitur tidak dapat

    melaksanakan kewajibannya, maka pihak ketiga inilah yang akan melaksanakan

    kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan

    kewajibannya. Perlindungan hak terhadap pihak ketiga dalam menjalankan

    kewajibannya tidak terlepas dari ketentuan Pasal 1831 yang berbunyi :

    “Si penanggung (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si

     berpiutang selain jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang

    ini harus lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”

    Dalam praktiknya, bank tetap meminta pihak ketiga untuk melepas hak

    tersebut. Sehingga apabila debitur wanprestasi, bank dapat segera melakukan

     penagihan langsung kepada pihak ketiga. Tujuan pelepasan hak tersebut agar

     pihak bank lebih mudah mendapatkan hak pembayaran kreditnya. Bank juga

    mengantisipasi kendala penarikan pembayaran yang bisa jadi karena harta benda

    yang dimiliki debitur tidak marketable seperti yang diharapkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    18/21

    2.  Jaminan Kebendaan

    Mengingat Pasal 8 UU Perbankan, yang berbunyi :

    a. 

    Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,

    Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang

    mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah

    Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan

    dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

     b.  Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan

     pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang

    ditetapkan Bank Indonesia.

    Keyakinan menurut pasal tersebut sudah merupakan jaminan bagi bank

    untuk memberikan kredit kepada nasabah debiturnya. Namun, pada peraturan

    kredit perbankan, jaminan kebendaan merupakan berupa jaminan tambahan yang

    disebut sebagai agunan.

    Jadi sebenarnya menurut UU Perbankan, jaminan dan agunan merupakan

    dua unsur yang berbeda. Jaminan pokok merupakan keyakinan, sedangkan

     jaminan tambahan adalah sesuatu yang dapat menguatkan keyakinan bank, yaitu

    agunan. Mengenai agunan sebagai jaminan tambahan, secara tegas diungkapkan

    dalam Pasal 1 angka 23, yang berbunyi :

    “Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur

    kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan

     berdasarkan Prinsip Syariah.”

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    19/21

    Dengan demikian jelas bahwa yang dimaksud dengan agunan atau jaminan

    kebendaan merupakan jaminan tambahan. Jaminan tambahan tersebut

    sebagaimana dimuat dalam penjelasan Pasal 8 UU Perbankan diebutkan bahwa

    agunan dapat hanya berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan

    kredit yang bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum

    adat yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang

    sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta agunan

     barang yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai, yang lazim dikenal

    dengan agunan tambahan.

    D.  Hubungan Perjanjian Kredit dengan Jaminan

    Perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda)

    antara dua orang, yang member hak pada yang satu untuk menuntut barang

    sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yng lainnya ini diwajibkan memenuhi

    tuntutan itu.25

    25 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, 2003, hal. 122.

    Salah satu kegiatan usaha perbankan adalah berupa perjanjian

    kredit. Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara pihak bank dengan pihak

    nasabah. Dengan melihat bentuk perjanjiannya, maka sebenarnya perjanjian kredit

    merupakan perjanjian yang tergolong dalam jenis perjanjian pinjam pengganti.

    Meskipun demikian adanya, namun perjanjian kredit tetap merupakan perjanjian

    khusus karena di dalamnya terdapat kekhususan, dimana pihak kreditur adalah

     pihak bank sedangkan objek perjanjian adalah uang. Perjanjian kredit ini dibuat

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    20/21

    secara tertulis, tujuannya ialah untuk bukti lengkap mengenai apa yang mereka

     perjanjikan.26

    Sebelum mengajukan kredit, seorang calon debitur haruslah terlebih dahulu

    mengajukan surat permohonan kredit. Setelah permohonan kredit calon debitur

    dianggap layak untuk disetujui, bank akan memberikan tanda persetujuannya yang

    disebutnya Sebagai Surat Persetujuan Prinsip, yaitu surat kepada pemohon yang

    memberitahukan setuju secara prinsip pemberian kredit.

     

    27

    Pemberian Kredit merupakan pemberian pinjaman uang oleh bank kepada

    anggota masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan kredit

    oleh debitur (peminjam). Terhadap penerimaan jaminan kredit tersebut terkait

    dengan berbagai ketentuan hukum jaminan.

     

    28

    Banyak hal mengenai perjanjian kredit yang dapat dikaitkan dengan

    ketentuan hukum jaminan. Salah satu contoh adalah tentang penerapan ketentuan

    Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatur tentang kedudukan harta seorang yang

     berutang untuk menjamin utangnya. Bank pemberi kredit hendaknya sepenuhnya

    memahami dan mematuhi ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata tersebut untuk

    mengamankan kepentingannya sebagai pihak yang berpiutang. Ketentuan Pasal

    1131 KUHPerdata seharusnya dipatuhi pada waktu bank melakukan penilaian

    calon nasabah dan ketika melakukan penanganan kredit bermasalah debitur. Pada

    waktu melakukan penilaian calon debitur yang mengajukan permohonan

    kepadanya, bank seharusnya berdasarkan kepada ketentuan Pasal 1131

    26 Abdulkadir Muhammad,  Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,2000, hal. 226.

    27 H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

    2005, hal. 133.28 M. Bahsan, Op. Cit, hal. 70.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/19/2019 Hk Jaminan Usu

    21/21

    KUHPerdata dapat meyakini harta yang dimiliki oleh calon debitur untuk

    menjamin pelunasan kredit di kemudian hari. Harta calon debitur adalah semua

    hartanya yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, baik yang sudah

    ada maupun yang akan ada di kemudian hari, sepenuhnya merupakan jaminan atas

    kredit yang bersangkutan. Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 1131

    KUHPerdata tersebut, jaminan atas kredit yang diterima debitur tidak terbatas pada

    harta debitur yang telah dikuasai bank atau yang diikat melalui sesuatu lembaga

     jaminan. Semua harta debitur adalah jaminan atas kredit yang diterimanya dari

     bank, dan dalam praktik perbankan mengenai harta debitur sebagaimana yang

    dimaksud oleh ketentuan KUHPerdata tersebut sering dicantumkan dengan

    ketentuan perjanjian kredit.

    Sehubungan dengan itu hukum jaminan sangat berkaitan dengan kegiatan

     perbankan, terutama dalam perjanjian kredit yang dilakukannya. Secara umum

    dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan perekonomian saat ini penerapan hukum

     jaminan lebih banyak ditemukan dalam kegiatan perjanjian kredit perbankan.