70
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBS RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Sukartinah NIM. ST14062 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

  • Upload
    vuliem

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS

HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO

CAESAREA DI RUANG IBS RSUD dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Sukartinah

NIM. ST14062

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS

HEMODINAMIK PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO

CAESAREA DI RUANG IBS RSUD dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Sukartinah

NIM. ST14062

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

i

Page 3: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK

PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBS RSUD

dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Oleh :

Sukartinah

NIM. ST14062

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 30 Januari 2016 dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M.Kep Galih Priambodo, S. Kep., Ns., M.Kep

NIK. 201284113 NIK. 201587142

Penguji,

bc. Yeti Nurhayati, M. Kes

NIK. 201378115

Surakarta, 13 Februari 2016

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Atiek Murharyati, S. Kep., Ns., M. Kep

NIK. 200680021

ii

Page 4: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Sukartinah

NIM : ST14062

Dengan ini menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan

Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 8 Januari 2016

Yang membuat pernyataan,

(Sukartinah)

NIM. ST14062

iii

Page 5: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik pada Pasien Pre

Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak

mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M. Kep, selaku ketua STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

2. Atiek Murharyati, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Kepala Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Happy Indri Hapsari, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku pembimbing I yang telah

memberikan masukkan, motivasi, dorongan serta arahan dalam penyusunan

skripsi.

4. Galih Priambodo, S. Kep., Ns, M. Kep, selaku pembimbing II yang telah

memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.

5. bc. Yeti Nurhayati, M. Kes, selaku penguji yang telah memberikan masukan,

kritik dan saran dalam penyusunan skripsi

6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

7. Pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah

memfasilitasi jalannya penelitian.

iv

Page 6: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

8. Suami tercinta dan anak-anak tersayang yang selalu memberi semangat,

dukungan, motivasi, do’a dan dorongan dalam menempuh pendidikan ini.

9. Semua responden penelitian yang sudah bersedia membantu dan bekerja sama

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Teman seangkatan Mahasiswa Program Studi S1 Transfer Keperawatan

STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan

memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak dan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

pelayanan keperawatan.

Surakarta, 8 Januari 2016

Peneliti

v

Page 7: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................................ x

ABSTRACT ........................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Teori ...................................................................................... 5

2.1.1. Sectio Caesarea ....................................................................... 5

2.1.2. Kecemasan .............................................................................. 14

2.1.3. Hemodinamik .......................................................................... 19

2.2.Keaslian Penelitian .............................................................................. 23

vi

Page 8: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2.3.Kerangka Teori..................................................................................... 26

2.4.Kerangka Konsep ................................................................................

27

2.5.Hipotesis .............................................................................................

27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Jenis dan Rancangan Penelitan ............................................................ 28

3.2.Populasi dan Sampel ............................................................................ 28

3.3.Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29

3.4.Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .......... 29

3.5.Alat Penelitian dan cara pengumpulan Data .......................................... 30

3.6.Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 31

3.7.Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ................................................... 32

3.8.Etika Penelitian .................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisa Univariat ................................................................................. 37

4.2. Analisa Bivariat ................................................................................... 38

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden ...................................................................... 40

5.2. Hubungan tingkat kecemasan dengan RR dan TD ................................ 48

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 21

6.2. Saran ................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 9: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1.

Keaslian Penelitan

23

3.1.

Definisi Operasional

29

3.2

Rumus Odd Ratio

35

4.1

Karakteristik Responden Menurut Umur

37

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 37

4.3

Distribusi Tekanan Darah Saat Di IBS

37

4.4

Distribusi Respirasi Rate Saat Di IBS

38

4.5

Distribusi Tingkat Kecemasan

38

4.6

Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Tekanan Darah

38

4.7

Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi Rate

39

viii

Page 10: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1.

Kerangka Teori

26

2.2. Kerangka Konsep 27

ix

Page 11: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Keterangan

1 Jadwal Penelitian

2 Usulan Topik Penelitian

3 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi

4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

5 Lembar Permohonan Menjadi Responden

6 Lembar Persetujuan Responden

7 Kuesioner Hamilton Anxiety (HAM A)

8 Pengajuan Ijin Penelitian

9 Surat Ijin Penelitian ke RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri

10 Pengajuan Ijin Penelitian Kesebangpol Wonogiri

11 Lembar Legalisir Kesbangpol Wonogiri

12 Hasil Analisis SPSS v.18.00

13 Dokumentasi Penelitian

14 Lembar Oppenent Ujian Sidang Proposal

15 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal

16 Surat Keterangan Selesai Penelitian

17 Lembar Konsultasi

x

Page 12: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Sukartinah

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN STATUS HEMODINAMIK

PADA PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG IBS

RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ABSTRAK

Kemajuan jaman membawa dampak pada estetika dalam hal melahirkan.

Kebanyakan wanita ingin melakukan operasi sectio caesarea karena menghindari

rasa sakit dan demi kemudahan proses kelahiran. Status hemodinamik yang tidak

baik dapat berpengaruh pada tindakan operasi yang akan dilakukan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan status

hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian

korelasional menggunakan cross sectional. Sampel di ambil di ruang IBS dengan

jumlah 61 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisa bivariat menggunakan uji

kendal tau diapatkan p value 0,009 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima maka terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah

karena ansietas, takut, nyeri, dan emosi dapat merangsang saraf simpatis sehinga

menimbulkan penekanan denyut jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan

saraf simpatis menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hasil analisa bivariat p

value 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka

terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi rate pada pasien pre

operasi sectio caesarea kareana Rasa cemas yang dialami dapat meningkatkan

respirasi rate (hiperventilasi) akibat rasa takut yang ditimbulkan oleh rasa cemas

yang dialaminya.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat kecemasan

dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang IBS

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Kata Kunci : Sectio Caesarea, Status Hemodinamik, Kecemasan, Pre Op

Daftar Pustaka : 37 (2005-2015)

xi

Page 13: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BACHELOR OF NURSING PROGRAM

SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Sukartinah

The Relationship between Anxiety Level and Hemodynamic Status of Patients

at the Central Surgical Suite of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public

Hospital of Wonogiri before Caesarean Section

ABSTRACT

Development of era gives effect to aesthetics of baby delivery. Most of

women wish to have caesarean section to avoid pain and to ease the birth

process. A poor hemodynamic status may influence the surgical procedure which

will be performed. This research aims at finding out the relationship between

anxiety level and hemodynamic status of patients at the central surgical suite of

dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before

undergoing caesarean section.

The research belongs to quantitative research with correlational study

using cross-sectional design. A number of 61 respondents staying at the central

surgery suite were selected as the samples.

The research findings indicate that the bivariate analysis using Kendall

Tau test results in the p value of 0.009 (p value < 0.05), and accordingly H0 is

rejected and H1 is accepted. It means that there is a relationship between anxiety

level and blood pressure due to anxiety, fear, pain, and emotion that can stimulate

suppression of heart rate and peripheral resistance. The stimulation of

sympathetic nervous system leads to high blood pressure. The bivariate analysis

results in p value of 0.002 (p value < 0.05), and thereby H0 is rejected and H1 is

accepted. This indicates that there is a relationship between anxiety level and

respiratory rate of patients before caesarean section since the anxiety which is

experienced can increase respiratory rate (hyperventilation) caused by the fear

resulted from the anxiety.

In other words, this proves that there exists the relationship between

anxiety level and hemodynamic status of patients at the central surgical suite of

dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri before

caesarean section.

Keywords : caesarean section, hemodynamic status, anxiety, pre-op

Bibliography : 37 (2005-2015)

xii

Page 14: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan jaman membawa dampak pada estetika dalam hal proses

melahirkan. Kebanyakan wanita ingin melakukan operasi Sectio Caesarea

karena mengindari rasa sakit dan demi kemudahan proses kelahiran.

Prevalensi tindakan operasi Sectio Caesarea di negara berkembang

mencapai 5-20% dan rata-rata tindakan operasi Sectio Caesarea di beberapa

negara mencapai 20-25% (WHO, 2009). Angka kejadian Sectio Caesarea di

Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin

dengan Sectio Caesarea 47,22% tahun 2001 sebesar 45,19% tahun 2002

sebesar 47,13% tahuh 2003 sebesar 46,87% tahun 2004 sebesar 53,2% tahun

2005 sebesar 51,59% dan tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace dalam

Sumelang, Kundre dan Karundeng, 2014). Survei nasional pada tahun 2009

persalinan dengan Sectio Caesarea sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

(Sumelang, Kundre dan Karundeng, 2014).

Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart dalam

Handayani, dkk, 2014). Taylor dalam Tailor Manifest Anxiety Sectio

Caesarea (TMAS) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan suatu

perasaan subyektif mengenai ketegangan mental sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

1

Page 15: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2

Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan

menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis (misalnya panik, tegang,

bingung, tidak bisa berkonsentrasi) (Nau, 2013).

Tindakan pembedahan sering menimbulkan rasa takut yang berdampak

pada cemas mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi

uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta

timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls myeri bertambah banyak

(Sumarah dalam Handayani, dkk, 2014). Perubahan fisiologis pada berbagai

sistem tubuh akibat cemas seperti perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu

peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi

meningkat, tekanan nadi menurun, syok dan lain-lain. Sistem pernafasan

antara lainn nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik

(Mau, 2013).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr.Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri didapatkan hasil bahwa 2 dari 5 orang mengtakan merasa

deg-degan serta takut saat akan melakukan operasi dan sering bertanya

apakah nanti saat dioperasi masih merasa sakit atau tidak dan ada juga yang

mengatakan apakah nanti setelah operasi penyakitnya benar-benar sembuh

atau tidak sebab dulu sudah pernah operasi tetapi sekarang harus operasi lagi

sehingga saat akan melakukan operasi menjadi cemas dan terjadi peningkatan

tekanan darah dari 130/90 mmHg menjadi 140/90 mmHg.

Kecemasan yang timbul dari rasa takut pada pasien yang akan

menjalani operasi Sectio Caesarea dapat berpengaruh terhadap status

Page 16: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3

hemodinamik sehingga dapat membuat pembatalan operasi, maka peneliti

ingin melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Tingkat Kecemasan

dengan Status Hemodinamik pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di

Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri”.

1.2. Rumusan Masalah

Adakah Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status Hemodinamik

pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral

(IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Status

Hemodinamik pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea di Ruang

Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio

caesarea di ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

3. Untuk mengetahui status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio

caesarea di ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

Page 17: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4

4. Untuk menganalisa hubungan tingkat kecemasan dengan status

hemodinamok pada pasien pre operasi Sectio Caesarea di Ruang

Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam

mempersiapkan pasien Sectio Caesarea.

1.4.2. Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pembelajaran tentang

keperawatan maternitas.

1.4.3. Peneliti

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai media pembelajaran dan

pengalaman bagi peneliti.

1.4.4. Masyarakat

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai ilmu pengetahuan tentang

pentingnya mengontrol kecemasan demi lancarnya operasi.

1.4.5. Ibu Hamil

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kecemasan

yang dialami oleh ibu hamil sehingga dapat membuat rencana pencegahan

dalam mengatasi kecemasan yang dialaminya.

Page 18: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

2.1.1. Sectio Caesarea

1. Pengertian

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang

berarti memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut

mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan

membuka dinding perut dan rahim ibu (Lia et.al, 2010).

Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin

dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007). Sectio Caesarea

adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada

dinding abdomen dan uterus (Oxorn & Forte, 2010).

Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk

melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang

menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi)

untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih (Dewi Y, 2007).

2. Tipe-tipe Sectio Caesarea

a. Sectio Caesarea segmen bawah

Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah uterus. Segmen

bawah uterus tidak bagitu banyak mengandung pembuluh darah

dibandingkan segmen atas sehingga risiko perdarahan lebih kecil

5

Page 19: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

6

karena segmen bawah terletak di luar kavum peritoneum,

kemungkinan infeksi juga tidak begitu besar. Disamping itu, risiko

ruptura uteri pada kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih

kecil bilamana jaringan parut hanya terbatas pada segmen bawah

uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen bawah

merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif (Fereer, 2001).

b. Sectio Caesarea klasik

Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Cara ini

dikerjakan kalau segmen bawah tidak terjangkau karena adanya

perlengketan atau jaringan plasenta, kalau terdapat vena varikosa

pada segmen bawah dan kadang-kadang juga dilakukan bagi janin

yang letaknya melintang serta untuk melakukan histerektomi

caesarea (Fereer, 2001).

3. Indikasi

Sectio Caesarea elektif dilakukan kalau sebelumnya sudah

diperkirakan bahwa kelahiran per vaginam yang normal tidak cocok

atau tidak aman. Pelahiran dengan Sectio Caesarea dilakukan untuk :

a. Plasenta previa

b. Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi

c. Riwayat obstetrik yang jelek

d. Disproporsi sefalopelvik

e. Infeksi herpesvirus tipe II (genital)

f. Riwayat Sectio Caesarea klasik

Page 20: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

7

g. Presentasi bokong (kadang-kadang)

h. Diabetes (kadang-kadang)

i. Penyakit atau kelainan yang berat pada janin, seperti eritroblastosis

atau retardasi pertumbuhan yang nyata.

Sectio caeasarea emerjensi dilakukan untuk:

a. Induksi persalinan yang gagal

b. Kegagalan dalam kemajuan persalinan

c. Penyakit fetal atau maternal

d. Diabetes atau pre-eklamsia yang berat

e. Persalinan macet

f. Prolapsus funikuli

g. Perdarahan hebat dalam persalinan

h. Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan

Indikasi Sectio Caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap

keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan tidak mungkin terlaksana

merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal. Diantaranya adalah

kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat

jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana

tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat Sectio

Caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya (Oxorn &

Forte, 2010).

Page 21: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

8

4. Resiko Persalinan Sectio Caesarea

Persalinan melalui sectio caesarea memiliki beberapa bahaya

yang cukup umum dalam dunia kedokteran. Hal ini, tidak terlepas dari

penggunaan anestesi ketika operasi yang bisa terjadi pada ibu dan bayi

yang dilahirkan. Secara umum resiko ini meliputi (Dewi Y, 2007):

a. Hipoksia akibat sindroma hipotensi terlentang.

b. Depresi pernafasan akibat anastesi.

c. Sindroma gawat pernafasan, lazimnya pada bayi dilahirkan dengan

sectio caecarea.

Resiko ibu akibat sectio caecarea haruslah dianggap lebih serius,

karena mereka berhubungan langsung dengan tindakan operasi.

Komplikasi diantaranya:

a. Infeksi yang didapat di rumah sakit, terutama setelah dilakukan

sectio caecarea.

b. Ileus, terutama karena peritonitis dan kurang sering sering karena

dasar obstruksi.

c. Pembiusan ketika operasi atau yang lebih dikenal dngan anestesi,

dianggap sebagai alternatif untuk menghilangkan rasa sakit ketika

operasi tapi perlu pula diperhatikan bahwa penggunaan anestesi

tertentu dapat menimbulkan efek pada ibu dan bayi seperti syok,

trauma dan mual-mual serta hilang nafsu makan. Pada bayi yang

barua dilahirkan akan terlihat lemah akibat pengaruh anestesi.

Secara spesifik resiko sectio caesarea adalah sebagai berikut:

Page 22: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

9

5. Resiko pada Ibu

a. Resiko Jangka Pendek

1) Infeksi pada Bekas Jahitan

Infeksi luka akibat persalinan cesar beda dengan luka

persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah

terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar dan berlapis-

lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah

menginfeksi sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak

mungkin dilakukan jahitan ulang.

2) Infeksi Rahim

Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi

sebelumnya, misal mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan

operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang

digunakan dalam operasi tak cukup kuat.

3) Keloid

Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu

karena pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ

tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan

parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap

mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas

operasinya (Dewi Y, 2007).

.

Page 23: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1010

4) Cedera Pembuluh Darah

Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko

mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera

terjadi pada penguraian pembuluh darah yang melengket. Ini

adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada

persalinan cesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.

5) Cedera pada Kandung Kemih

Kandung kemih melekat pada dinding rahim. Saat

operasi cesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu

dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih

yang cedera tersebut.

6) Perdarahan

Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan.

Namun, darah yang hilang lewat operasi cesar dua kali lipat

dibanding lewat persalinan normal.

7) Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah

Selama operasi cesar berlangsung pembuluh darah

terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air

ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus

mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary

embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara

tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.

Page 24: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1111

8) Pembekuan Darah

Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di

bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke

paru-paru, terjadilah embolus.

9) Kematian Saat Persalinan

Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu

pada operasi cesar lebih tinggi dibanding persalinan normal.

Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau

perdarahan yang tak ditangani dengan cepat.

10) Kelumpuhan Kandung Kemih

Usai operasi cesar, ada kemungkinan ibu tak bisa

buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya

gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan

berlangsung, kandung kemih terpotong.

11) Hematoma

Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu.

Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar

membentuk kantung akibat pengumpulan darah terus-menerus.

Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga

bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat risiko

perdarahan pada operasi cesar lebih tinggi, risiko hematoma

pun lebih besar.

Page 25: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1212

12) Usus Terpilin

Operasi cesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak

bagus. Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat

manipulasi usus, atau perlengketan usus saat

mengembalikannya ke posisi semula. Akibatnya ibu sulit

buang air besar dan buang angin karena ususnya seperti

terpilin. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi

ulang.

13) Keracunan Darah

Keracunan darah pada operasi cesar dapat terjadi

karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di

awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah,

berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban

pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina

berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke

pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke

seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan

kematian ibu (Dewi Y, 2007).

b. Risiko Jangka Panjang

1) Masalah Psikologis

Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami

operasi cesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa

memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi

Page 26: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1313

pascapersalinan juga merupakan masalah yang sering muncul.

Beberapa mengalami reaksi stres pasca trauma berupa mimpi

buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap

kehamilan. Masalah psilokogis ini lama-lama akan

mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan

pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap

menghadapi operasi.

2) Pelekatan Organ Bagian Dalam

Penyebab pelekatan organ bagian dalam pascaoperasi

cesar adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah.

Terjadilah pelengketan yang menyebabkan rasa sakit pada

panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan

hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi cesar lagi,

pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis sehingga melukai

organ lain, seperti kandung kemih atau usus.

3) Pembatasan Kehamilan Dulu

Perempuan yang pernah menjalani operasi cesar hanya

boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang

lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu

(bahkan sampai lima kali). Tapi risiko dan komplikasinya

makin berat (Dewi Y, 2007).

Page 27: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1414

c. Risiko Persalinan Berikutnya

1) Sobeknya Jahitan Rahim

Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi cesar.

Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut,

lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan

rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering

menjalani operasi cesar, makin tinggi risiko terjadinya

sobekan.

2) Pengerasan Plasenta

Jika setelah operasi cesar ibu hamil lagi, plasenta bisa

tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit

dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel pada selaput lendir

rahim (endometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim

karena plasenta mengeras (Dewi Y, 2007).

2.1.2. Kecemasan

1. Pengertian

Menurut KBBI (2016), kecemasan berasal dari kata cemas yang

artinya tidak tentram hati, merasa gelisah dan takut. Kecemasan atau

anxiety berasal dari bahasa Jerman dari kata angst yang artinya ketakutan.

Secara konseptual, kecemasan berarti suatu perasaan emosional seperti

rasa takut Kata kecemasan berasal dari Bahasa Yunani “ango” berarti

sempit, berkaitan dengan rasa sesak, tercekik yang dialami penderita pada

saat mendapat serangan berat.

Page 28: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1515

Kecemasan adalah respon atau sinyal yang menyadarkan atau

memperingatkan terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui,

internal samar-samar atau konflitual sehingga memungkinkan seseorang

mengambil tindakan atau mengatasi ancaman (Sutandoyo, 2008).

Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan atau perasaan tegang

yang disebabkan karena faktor-faktor luar bukan dari gangguan

kondisi-kondisi jaringan tubuh (Hall & Lindsey, 2009). Kecemasan

atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebanya.

Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakan

tingkah laku, baik tingkah laku normal maupun tingkah laku

menyimpang. Kecemasan juga diartikan sebagai masa-masa pelik

(Gunarsah & Gunarsah, 2008). Kecemasan merupakan simtom utama

atau penyebab dari simtom-simtom yang lain atau akibat dari masalah-

masalah lain, sebagai tanda gejala dari gangguan skizofrenia (Semiun,

2010).

2. Penyebab

Kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat ditimbulkan dari

adanya sebuah ancaman yang dapat menimbulkan rasa ketakutan dan

akhirnyanya merasa cemas atau khawatir. Kecemasan atau ansietas

dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar dan dari dalam diri seseorang

yang sifat ancamannya itu samar-samar. Bahaya dari dalam bisa timbul

bila ada sesuatu hal yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran,

perasaan, keinginan, dan dorongan (Gunarsah & Gunarsah, 2008).

Page 29: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1616

3. Tanda dan gejala

Menurut Semiun (2010) kecemasan memiliki beberapa simtom antara

lain :

a. Simtom suasana hati

Simtom-simtom suasana hati dalam gangguan-gangguan

kecemasan adalah kecemasan, tegangan, panik, dan kekhawatiran.

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu

yang tidak diketahui. Simtom-simtom suasana hati yang lain adalah

depresi dan sifat mudah marah. Depresi dapat terjadi karena individu

mungkin tidak melihat suatu pemecahan terhadap masalahnya serta

cepat menyerah dan mengaku bersalah. Orang yang mengalami

kecemasan tidak bisa tidur dan dengan demikian dapat menyebakan

sifat mudah marah. Deperesi dan sifat mudah marah dilihat sebagai

simtom-simtom sekunder karena keduanya disebabakan oleh

kecemasan yang merupakan simtom primer.

b. Simtom kognitif

Simtom-simtom kognitif dalam gangguan –gangguan

kecemasan menunjukkan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai

bencana yang diantisipasi oleh individu. Misalnya seseorang

individu yang merasa takut berada di tengah khalayak ramai

(agorafobia) menghabiskan banyak waktu untuk khawatir mengenai

hal-hal yang tidak menyenangkan (mengerikan) yang mungkin

Page 30: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1717

terjadi dan kemudian dia merencanakan bagaimana dia harus

menghindari hal-hal tersebut. Perhatian yang dipusatkan hanya pada

masalah-masalah tersebut menyebabkan seseorang tidak fokus

terhadap masalah-masalah nyata yang ada sehingga seseorang

merasa sering tidak bekerja atau belajar secara efektif dan akhirnya

merasa cemas.

c. Simtom somatik

Simtom-simtom somatik dari kecemasan dapat dibagi menjadi

dua kelompok. Pertama adalah simtom-simtom langsung yang terdiri

dari keringat, mulut kering, bernafas pendek, denyut nadi cepat,

tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-denyut, dan otot

terasa tegang. Simtom-simtom ini menunjukkan tingkat rangsangan

dari saraf otonomi tinggi dan respon-respon yang sama juga terjadi

pada ketakutan. Simtom-simtom tambahan dapat terjadi karena

orang tersebut mulai bernafas terlalu cepat (hiperventilasi).

Hiperventilasi menyebabkan kepala pusing, jantung berdenyut

dengan cepat, dada terasa sakit dan kehabisan nafas. Kedua, apabila

kecemasan itu berkepanjangan maka simtom-simtom tambahan

seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, otot

melemah, dan gangguan fungsi usus (kesulitan pencernaan dan rasa

nyeri pada perut) mungkin dapat rerjadi. Tidak semua orang yang

mengalami kecemasan akan mengalami simtom-simtom fisik yang

Page 31: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1818

sama karena perbedaan-perbedaan individual dalam pemolaan

reaktivitas otonomi.

4. Macam-macam

Freud membedakan tiga macam kecemasan yakni kecemasan

realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan-

perasaan bersalah. Tipe pokoknya adalah kecemasan realitas atau rasa

takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, kedua tipe kecemasan

lain berasal dari realitas ini. Kecemasan neurotik adalah rasa takut

jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan

sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum.

Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap hukuman yang

mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan. Kecemasan neurotik

mempunyai dasar dalam kenyataan sebab dunia sebagaimana diwakili

oleh orang tua dan berbagai autoritas lain akan menghukum anak bila ia

melakukan tindakan-tindakan impulsif. Kecemasan moral adalah rasa

takut terhadap suara hati. Orang-orang yang superegonya berkembang

dengan baik cenderung merasa bersalah jika mereka yang bertentangan

dengan norma moral. Kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam

realitas di masa lalu jika melanggar norma moral di dapat diberikan

hukuman (Hall & Lindsey, 2009).

5. Penilaian Kecemasan

Penilaian tingkat kecemasan menggunakan Hamilton Anxiety (HAM-A)

dengan total pernyataan 14 dan nilai total 56. Klasifikasi penilaian

Page 32: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

1919

terdapat 5 klasifikasi dengan nilai 0 = tidak cemas, 1 = sedikit cemas, 2

= cukup cemas, 3 = cemas berat, 4 = cemas berat sekali. Pembagian

tingkat kecemasan terbagi menjadi 4 yaitu <17 = tidak cemas, 18-24 =

cemas ringan, 25-30 = cemas sedang, >30 = cemas berat.

2.1.3. Hemodinamik

1. Pengertian

Hemodinamik adalah keadaaan fungsi kerja dari sebuah organ

vital manusia seperti fungsi paru dan jantung. Hemodinamik sangat

mempengaruhi fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh dan

melibatkan fungsi jantung. Pada kondisi gangguan hemodinamik,

diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat sesuai kondisi

pasien (Leksana, 2011).

2. Pemantauan Hemodinamik

Menurut Horne & Swearingen (2001) Pemantauan hemodinamik

dapat bermanfaat dalam mengevaluasi abnormalitas volume. Perubahan

pada tanda-tanda vital dapat menggangu keseimbangan cairan dan asam

basa. Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, pernafasan, suhu dan

nadi.

3. Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Fungsi jantung adalah menghantarkan oksigen, nutrisi dan

substansi lainnya ke jaringan tubuh dan membuang produk sisa

metabolisme seluler melalui pompa jantung, sistem vaskuler sirkulasi

dan integrasi sistem lainnya seperti sistem pernafasan, pencernaan dan

Page 33: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2020

ginjal. Ventrikel kanan memompa darah melalui pulmonal sedangkan

ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan

oksigen dan nutrisi ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh.

Sistem sirkulasi mensuplai gas pernafasan dan nutrisi dan produk

sampah antara darah dan jaringan (Potter dan Perry, 2006).

Untuk mempertahankan aliaran darah yang adekuat ke sirkulasi

pulmonal dan sirkulasi sistemik maka aliran darah miokardium harus

mensuplai oksigen dan nutrisi yang cukup untuk miokardium itu

sendiri. Aliran darah satu arah melalui 4 katup jantung selama diastole

ventrikuler, katup atrioventrikular (mitral dan trikuspidialis) terbuka

dan darah mengalir dari atrium dengan tekanan yang lebih tinggi

kedalam ventrikel yang relaksasi. Setelah pengisian ventrikuler, maka

akan dimulai fase sistole. Saat tekanan intraventrikular sistolik

meningkat maka katup atrioventrikular akan menutup sehingga

mencegah aliran darah kembali ke dalam atrium dan kemudian

kontraksi ventikular dimulai. Selama fase sistolik, tekanan ventrikuler

meningkat dan menyebabkan katup semilunar (aorta dan pulmonal)

terbuka. Saat venrikular mengeluarkan darah, maka tekanan

intravaskuler menurun dan katup semilunar menutup sehingga

mencegah aliran balik kedalan ventrikel. Penghitungan tekanan darah

dapat dipermudah dengan Mean Arterial Pressure (MAP) yaitu dengan

rumus (Aoronson & Ward, 2007) :

MAP= (S+2D)/3

Page 34: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2121

Keterangan :

S : Tekanan Darah Sistole

D : Tekanan Darah Diastole

Klasifikasi nilai MAP sebagai berikut :

a. Hipotensi : <70 mmHg

b. Normal : 70-105 mmHg

c. Hipertensi : >105 mmHg

4. Fisiologis Sistem Pernafasan

Pernafasan merupakan proses pemindahan oksigen dari udara

menuju sel-sel jaringan dan pelepasan karbondioksida dari dalam sel

jaringan menuju udara luar (Punawan & Saryono, 2010). Fungsi utama

respirasi (pernafasan) adalah memperoleh oksigen untuk digunakan

oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan karbondioksida yang diproduksi

oleh sel (Sherwood, 2001).

Secara garis besar saluran pernafasan dibagi 2 yaitu saluran

pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas

terdiri dari hidung, nasofaring, orofaring dan laringofaring. Saluran

pernafasan bawah merupakan kelanjutan dari saluran pernafasan atas

yang terdiri dari laring, trakea, dan bronkus (Purnawan & Saryono,

2010). Saat inspirasi, udara akan melalui rongga hidung dan mengalami

proses penyaringan, penghangatan dan pelembapan. Proses ini

dilakukan oleh mukosa respirasi yang berfungsi sebagai penghasil

mukus yang melapisi permukaan epitel. Partikel-partikel debu yang

Page 35: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2222

kasar akan disaring oleh rambut-rambut pada lubang hidung sedangkan

yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus dan gerakan silia akan

mendorong lapisan mukus ke posterior dalam rongga hidung dan ke

superior di dalam saluran nafas bawah menuju faring. Pada tempat ini

partikel tersebut bisa tertelan atau dibatukkan ke luar. Selain sebagai

perangkap partikel debu, mukus juga berperan dalam melembabkan

udara respirasi sedangkan pembuluh darah rongga hidung berfungsi

untuk menghangatkan udara respirasi. Melalui tiga proses tersebut

maka udara inspirasi mencapai faring hampir bebas debu, memiliki

suhu mendekati suhu tubuh dan kelembapan mencpai 100% (Purnawan

& Saryono, 2010).

5. Kategori Umur menurut Depkes RI (2009):

a. Masa Balita = 0-5 Tahun b.

Masa Kanak-kanak = 5-11 Tahun c.

Masa Remaja Awal = 12-16 Tahun d.

Masa Remaja Akhir = 17-25 Tahun e.

Masa Dewasa Awal = 26-35 Tahun f.

Masa Dewasa Akhir = 36-45 tahun g.

Masa Lansia Awal = 46-55 Tahun h.

Masa Lansia Akhir = 56-65 Tahun i.

Masa Manula = > 65 Tahun

Page 36: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2.2. Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

No Nama Pengarang Judul Penelitian Metode penelitian Hasil Penelitian

1 Ma’wah Iqbal

Tanjung (2014)

Status Hemodinamik

Pada Pasien Sectio

Caesarea Bedah Di

Ruang ICU Sectio

Caesarea Bedah

Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik

Medan

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui status hemodinamik

pasien Sectio Caesareaa bedah

Ruang ICU Sectio Caesarea

Bedah Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik dengan

menggunakan desain deskriptif

dan menggunakan instrumen

penelitian Checklist. Pengambilan

sampel dilalukan dengan jumlah

31 orang. Pengumpulan data

dilakukan pada bulan Juni 2014.

Data dianalisa menggunakan

komputerisasi dengan uji ststistik

deskriptif

Hasil penelitian mengambarkan

Status hemodinamik pasien

Sectio Caesarea bedah,

Frekuensi nafas pasien yang

normal 21 orang (68%),

Abnormal 10 orang (32%).

Saturasi Oksigen pasien yang

normal 23 orang (74%),

Abnormal 8 orang (26%). Suhu

tubuh pasien yang normal 26

orang (84%), Abnormal 5 orang

(16%). Haluaran Urin pasien

yang normal 25 orang (81%),

Abnormal 6 orang (19%).

Tekanan darah pasien yang

normal 21 orang (68%),

Abnormal 10 orang (32%).

Central Venous Pressure (CVP)

pasien yang normal 26 orang

(84%), Abnormal 5 orang

(16%). Hal ini dapat menuntun

perawat guna mengetahui

gambaran status hemodinamik

pasien Sectio Caesarea bedah.

23

Page 37: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

Untuk peneliti selanjutnya

diharapkan untuk mencari faktor

mana yang paling

mempengaruhi status

hemodinamik pasien Sectio

Caesarea bedah

2 Aemilianus Mau

(2013)

Pengaruh terapi musik

terhadap kecemasan

pasien pre operasi di

ruang Anggrek.

Cempaka dan Asoka

RSU. Prof Dr. W. Z.

Johannes Kupang

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian Pra Experimen dengan

rancangan Pra-Paska Test dengan

Satu Kelompok (One Group Pra

Test-Posttest Design). Jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah

60 orang Variabel independen/

intervensi dalam penelitian ini

adalah terapi musik dan variabel

dependennya adalah kecemasan

pasien. Instrumen penelitian ini

menggunakan kuesioner dan

lembar observasi cek list untuk

mengukur tingkat kecemasan

pasien berdasarkan Hamilton

Sectio Caesarea Range for Anxiety

(HRS-A). Cara pengumpulan data

: sebelum pasien dioperasi. diukur

tingkat kecemasan. Jika pasien

cemas. maka dilakukan

1. Kecemasan pasien sebelum

terapi musik: 5 orang (8%)

mengalami kecemasan

ringan. 45 orang (75%)

mengalami kecemasan

sedang. dan 10 oran (17%)

mengalami kecemasan

berat.

2. Kecemasan pasien setelah

terapi musik : 27 orang

(45%) tidak mengalami

kecemasan sebelum

dioperasi. 30 orang (50%)

mengalami kecemasan

ringan. dan 3 oran (5%)

mengalami kecemasan

sedang.

3. Hasil uji statisitik

menggunakan Wilcoxon

Signed Ranks Test

intervensi mendengarkan musik menunjukan ada pengaruh

24

Page 38: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

instrumen Kenny G. Dan musik

rohani sesuai pilihan pasien

menggunakan headset selama 2-

3x/hari. Data hasil penelitian

dianalisis dengan menggunakan

Uji Wilcoxon Siged Rank Test

yang signifikan terapi

musik terhadap penurunan

tingkat kecemasan pasien

sebelum operasi yang

ditunjukkan dengan nilai

p=0.000. dan Z=--6.952

3 Nuh Huda, Tujiana,

Retno Wardani

(2009)

Hubungan antara

Komunikasi Terapeutik

Perawat dan Tingkat

Kecemasan pada Klien

Pre Operasi Di Ruang

Pre Med ICU Anestesi

Rumah Sakit Dr.

Ramelan Surabaya

Penelitian kuantitaif dengan

pendekatan cross sectional yaitu

penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor –

faktor resiko efek, dengan cara

pendekatan observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (PointTime Approach)

artinya setiap subjek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan

pengukuran dilakukan terhadap

suatu karakter atau variabel subyek

pada saat pemeriksaan

Hasil Uji statistic korelasi

Spearman menunjukkan

terdapat hubungan yang

signifikan antara komunikasi

terapeutik perawat dan tingkat

kecemasan klien Pre Operasi di

Ruang Pre Med ICU Anestesi

Dr. Ramelan Surabaya.

Dari penelitian terdahulu memiliki kemiripan judul tetapi metode, alat ukur, cara pengumpulan data dan tempat penelitian

berbeda.

25

Page 39: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2626

2.3. Kerangka Teori

Indikasi SC

1. Plasenta previa

2. Letak janin tidak stabil

3. Disproporsi sefalopelvik

4. Riwayat sectio caesarea

5. Presentasi bokong

Pre Operasi SC

Status Hemodinamik

1. Tekanan Darah SC

2. Frekuensi Pernafasan

Kecemasan

1. Pengertian

2. Penyebab

3. Tanda dan Gejala

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Oxorn & Forte (2010), Potter & Perry (2006), Sherwood (2011) )

Page 40: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2727

2.4. Kerangka Konsep

Tekanan Darah

Tingkat Kecemasan Pre SC

Respirasi Rate

2.5. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik

pada pasien pre operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah

Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

H1 : Ada hubungan tingkat kecemasan dengan status hemodinamik pada

pasien pre operasi Sectio Caesarea di Ruang Instalansi Bedah Sentral

(IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Page 41: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

penelitian korelasional menggunakan Cross Sectional. Penelitian Cross

Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau

observasi dari variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu

saat. Pada penelitian ini variabel independen dan dependen dinilai secara

simultan pada satu saat sehingga tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2014).

Penelitian ini akan menghubungkan antara tingkat kecemasan dengan status

hemodinamik (tekanan darah dan frekuensi pernafasan).

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan subjek yang dijadikan sebagai responden

suatu penelitian (Nursalam, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasien yang akan melakukan operasi Sectio Caesarea di Ruang

Instalansi Bedah Sentral (IBS) dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data bahwa dalam bulan

Mei sampai Juli 2014 diperkirakan terdapat 61 pasien yang melakukan

operasi Sectio Caesarea.

28

Page 42: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

2929

Sampel adalah beberapa subjek yang dijadikan sebagai responden

penelitian. Pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

Total Sampling yaitu semua populasi penelitian dijadikan sebagai responden

penelitian (Nursalam, 2014).

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS)

dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada tanggal 23 September sampai

23 November 2015.

3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Alat ukur Penilaian Skala Tingkat

Kecemasan Suatu keadaan

tegangan atau

perasaan tegang

yang disebabkan

karena faktor-

faktor luar bukan

dari gangguan

kondisi-kondisi

jaringan tubuh

Kuesioner

HAM-A 0 = Tidak Cemas

<17

1 = Cemas Ringan

(18-24)

2 = Cemas Sedang

(25-30)

3 = Cemas Berat

(>30)

Total skor = 56

Ordinal

Status

Hemodinamik Keadaaan fungsi

kerja dari sebuah

organ vital

manusia seperti

Lembar

Observasi TD Berdasarkan MAP

1. Hipotensi <70

mmHg

2. Normal 70-105

Ordinal

fungsi paru dan

jantung seperti

frekuensi

pernafasan dan

tekanan darah

mmHg

3. Hipertensi

>105mmHg

RR

1. Bradipnea (<16

x/menit)

2. Normal (16-24

x/menit)

3. Takypnea (>24

x/menit)

Page 43: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3030

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Alat Penelitian

Alat penelitan yang digunakan meliputi kuesioner HAM-A yang

digunakan sebagai alat pengukur kecemasan, Hamilton Anxiety (HAM-A)

dengan total pernyataan 14 dan nilai total 56. Klasifikasi penilaian terdapat

5 klasifikasi dengan nilai 0 = tidak cemas, 1 = sedikit cemas, 2 = cukup

cemas, 3 = cemas berat, 4 = cemas berat sekali. Pembagian tingkat

kecemasan terbagi menjadi 4 yaitu <17 = tidak cemas, 18-24 = cemas

ringan, 25-30 = cemas sedang, >30 = cemas berat

Tensi Meter (Spigmomanometer) yang digunakan sebagai alat

pengukur tekanan darah, dan jam digital yang digunakan sebagai alat

pengukur frekuensi pernafasan.

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari institusi

kepada Direktur RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Direktur RSUD

dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, peneliti mengumpulkan data

tentang pasien yang pernah menjalani operasi Sectio Caesarea.

3. Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan penelitian dengan

memberikan informed consent sebagai pernyataan sah menjadi

responden.

Page 44: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3131

4. Peneliti membacakan kuesioner untuk menilai tingkat kecemasan

yang dialami responden menggunakan kuesioner HAM-A serta

melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter yang

sudah di kalibrasi dan frekuensi nafas menggunakan jam tangan. Jika

ditengah-tengah pengisian kuesioner responden mengalami HIS atau

nyeri, peneliti mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Waktu yang

dibutuhkan dalam pengisian kuesioner 5-10 menit.

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu pengukuran dan pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data

(Nursalam 2014). Kuesioner HAM-A sudah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas sehingga available atau layak untuk digunakan dimana saja

sebab kuesioner ini sudah diuji di China, Prancis, dan Spanyol dan

sudah dipublikasikan oleh Healthcare Technology Systems. Tensi meter

dilakukan kalibrasi sebelum dilakukan untuk pengukuran tekanan darah

dengan nomer seri 201311542416 oleh Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Loka Pengamanan Fasilitas

Kesehatan Surakarta tanggal kalibrasi 20 Oktober 2015.

Page 45: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3232

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap

sebagai berikut :

1. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat

kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari

responden. Editing ini dilakukan di tempat pengumpulan data

sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi. Selama proses

penelitian ada beberapa data yang tidak terisi sehingga peneliti

meminta responden untuk melengkapinya sehingga didapatkan data

yang lengkap.

2. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk

mempermudah mengolah data, hanya 1 variabel diberi kode yaitu

variabel dependen (Nursalam 2013). Tingkat kecemasan ada tiga

kategori yaitu 1 untuk kurang, 2 untuk sedang dan 3 untuk berat.

3. Entry data

Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer

untuk selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan

program komputer SPSS untuk analisa univariat dan bivariat

menggunakan Uji analisa Kendall Tau.

Page 46: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3333

4. Cleaning

Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang

dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan

sebenarnya atau proses pembersihan data. Proses ini peneliti

melakukan pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data

yang dimasukkan dalam program komputer telah sesuai dengan data

asli yang didapat di lapangan.

5. Tabulating

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel

kemudian diolah dengan bantuan komputer.

3.7.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data

yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif

dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat. Pada penelitian ini

menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa

yang digunakan sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan

untuk menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang

menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-

masing variabel (Nursalam, 2014).

Analisa univariat dalam penelitian ini adalah distribusi tentang

pendidikan, umur, pengalaman melahirkan.

Page 47: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3434

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Kendall Tau yang

bertujuan untuk menghubungkan dua variabel yang memiliki skala

ordinal. Pada penelitian ini akan menghubungkan dua variabel yaitu

variabel tingkat kecemasan (independen) dengan variabel status

hemodinamik (dependen) (Nursalam, 2014)

Analisa hasil uji statistik : Apabila p value > 0,05 maka Ho

diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan tingkat kecemasan

dengan status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di

Ruang Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan H1

terima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan status

hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di Ruang

Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

Odd Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)

dengan kejadian penyakit, dihitung dari angka kejadian penyakit pada

kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian

penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor

risiko). Odd ratio digunakan untuk mengetahui seberapa banyak

perubahan status hemodinamik ditemukan pada pasien yang akan

menjalani operasi Sectio Caesarea yang mengalami kecemasan.

Page 48: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3535

Rumus Odd Ratio

Tabel 3.2 Rumus Odd Ratio

Kecemasan Perubahan Status Hemodinamik

Ya Tidak

Ya a B

Tidak c D

OR = ad/bc

Nilai Odd ratio ditunjukkan dengan nilai "Estimate".Nilai Asymp. Sig

(2-Sided) menunjukkan nilai p value atau signifikansi nilai odds ratio.

Apabila < 0,05 maka pada taraf kepercayaan 95%, odds ratio

dinyatakan signifikan atau bermakna yang berarti dapat mewakili

keseluruhan populasi. Nilai Common Odd Ratio Lower Bound dan

Upper Bound menunjukkan batas atas dan batas bawah odds ratio.

3.8. Etika Penelitian

Ada beberapa etika yang dilakukan untuk mendukung kelancaran

penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

calon responden dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti

menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Calon responden

bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatangani lembar

persetujuan.

2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas)

Anonimity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak

mencantumkan nama responden dan tanda tangan pada lembar alat ukur,

Page 49: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3636

tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Kode yang

digunakan berupa nama responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi atau

masalah lain yang menyangkut privacy klien. Hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

Page 50: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Analisa Univariat

4.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Klasifikasi Umur Frekuensi Persen Remaja Akhir (17-25 Tahun) 17 27,9 Dewasa Awal (26-35 Tahun) 31 50,8 Dewasa Akhir (36-45 Tahun) 13 21,3

Total 61 100

Karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak sesuai tabel

4.1 adalah usia dewasa awal sebanyak 31 orang (50,8%).

4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Klasifikasi Pendidikan Frekuensi Persen (%) SD 21 34,4 SMP 25 41,0 SMA 11 18,0 S1 4 6,6

Total 61 100

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang paling

banyak sesuai tabel 4.2 adalah SMP sebanyak 25 orang (41,0%).

4.1.3. Distribusi Tekanan Darah Saat Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)

Tabel 4.3 Distribusi Tekanan Darah Saat Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)

Klasifikasi TD Frekuensi Persen (%)

Hipotensi 0 0

Normal 9 14,8

Hipertensi 52 85,2

Total 61 100

37

Page 51: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3838

Tidak Cemas 0 0 4 Cemas Ringan 0 5 15 Cemas Sedang 0 2 15

Distribusi tekanan darah saat di Instalansi Bedah Sentral (IBS) yang paling

banyak sesuai tabel 4.3 adalah hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%).

4.1.4. Distribusi Respirasi rate Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)

Tabel 4.4 Distribusi Respirasi rate Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)

Klasifikasi RR Frekuensi Persen (%) Bradipnea 0 0 Normal 61 100 Takypnea 0 0

Total 61 100

Distribusi respirasi rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal sebanyak

61 orang (100%).

4.1.5. Distribusi Tingkat Kecemasan

Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Kecemasan

Klasifikasi Tingkat Kecemasan Frekuensi Persen (%) Tidak cemas 4 6,6 Cemas ringan 20 32,8 Cemas sedang 17 27,9 Cemas berat 20 32,8

Total 61 100

Distribusi tingkat kecemasan yang paling banyak sesuai dengan tabel 4.5

adalah cemas ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas berat sebanyak

20 orang (32,8%).

4.2. Analisis Bivariat

4.3.1. Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Tekanan Darah

Tabel 4.6 Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Tekanan Darah

Tingkat

Kecemasan

Tekanan Darah P Value

Hipotensi Normal Hipertensi

0,009

Cemas Berat 0 2 18

Page 52: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

3939

Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau berdasarkan tabel 4.6

didapatkan nilai p value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan

darah.

4.3.2. Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi rate

Tabel 4.7 Analisa Tingkat Kecemasan Dengan Respirasi rate

Tingkat

Kecemasan

Respirasi Rate P Value

Bradipnea Normal Takipnea

Tidak Cemas 0 4 0

Cemas Ringan 0 20 0

Cemas Sedang 0 17 0

0,002

Cemas Berat 0 20 0

Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau berdasarkan tabel 4.7

didapatkan nilai p value = 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi

rate.

Page 53: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Karakteristik Responden Menurut Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur yang paling banyak

sesuai tabel 4.1 adalah usia dewasa awal sebanyak 31 orang (50,8%). Hasil

penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Salfariani & Nasution

(2007) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menjalani

sectio caesarea adalah umur 25-30 tahun sebanyak 14 orang. Menurut

BKKBN usia reproduktif yang sehat adalah 20-30 tahun. Lebih atau

kurang dari usia tersebut merupakan berisiko.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Milka, Hasifah

& Suryani (2013) menunjukkan bahwa dari 35 responden diketahui jumlah

responden yang terbanyak berada pada golongan umur 20-30 tahun yaitu

sebanyak 26 responden (74,3%). Hasil penelitian Khodijah, Siburian &

Sinaga (2014) menunjukkan bahwa umur mempengaruhi kejadian SC

yang mayoritas berusia 20-35 tahun sebanyak 184 ibu (80%).

Hasil penelitian di atas juga senada dengan penelitian Marisi

(2007) di RSUD Sidikalang yang menyatakan (78,7%) adalah ibu

melahirkan dengan umur 20-35 tahun. Komplikasi yang mungkin timbul

saat kehamilan juga dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga SC

dapat dianggap sebagai cara terbaik untuk melahirkan janin. Penelitian

40

Page 54: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4141

Nurhasannah (2010) pada tahun 2010 di RSU Bhakti Yudha Depok

didapatkan sebanyak 78% kasus terjadi pada usia 20-35 tahun. Hasil

tersebut disebabkan oleh perkembangan indikasi baik dari indikasi medis

yaitu faktor ibu dan janin maupun indikasi sosial. Selain itu, hal ini juga

dikarenakan jumlah ibu hamil yang melahirkan di usia >35 dan <20 tahun

memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang

melahirkan di usia kelompok 20-35 tahun.

Kehamilan dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat berisiko

untuk persalinan patologis sebagai indikasi SC. Kehamilan ibu dengan

usia dibawah 20 tahun berpengaruh pada kematangan fisik dan mental

dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Rahim dan panggul ibu

sering kali belum tumbuh matang mencapai ukuran dewasa. Selain itu

mental ibu juga berpengaruh terhadap pada ketrampilan ibu dalam

merawat diri ibu dan bayinya. Sehingga pada usia ini ibu cenderung

mengalami persalinan SC walaupun tanpa indikasi dengan pertimbangan

kekhawatiran ibu pada dirinya dalam menghadapi proses persalinan dan

keselamatan janin dalam kandungannya (Hutabalian, 2011).

5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang

paling banyak sesuai tabel 4.2 adalah SMP sebanyak 25 orang (41,0%).

Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan

landasan seseorang dalam berbuat sesuatu. Pendidikan responden yang

Page 55: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4242

mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan

sikap mereka tentang tindakan sectio caesarea.

Tingkat pendidikan berpengaruh dalam memberikan respon

terhadap segala sesuatu yang datang dari luar, dimana pada seseorang

dengan pendidikan tinggi akan memberikan respon lebih rasional daripada

yang berpendidikan menengah atau rendah. Tingkat pendidikan

selanjutnya menunjukkan kesadaran dan usaha pencapaian atau

peningkatan derajat kesehatan yang lebih baik pada yang berpendidikan

tinggi daripada yang berpendidikan menengah atau rendah. Semakin

tinggi pendidikan pasien maka keyakinannya harus didukung oleh bukti –

bukti ilmiah yang rasional, karena persalinan bila dilakukan secara operasi

hal ini menunjukan adanya proses yang tidak normal, mereka

diharapkan dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan

kondisi kesehatannya (Pratiwi, 2011).

5.1.3. Distribusi Tekanan Darah Pasien Saat Di Instalansi Bedah Sentral

(IBS)

Distribusi tekanan darah saat di IBS yang paling banyak sesuai

tabel 4.4 adalah hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%).

Hasil penelitian Tampubolon, Lalenoh & Tambajong (2015)

menunjukan bahwa MAP pada jam ke-0 paling banyak 97 mmHg

berjumlah 8 pasien atau 40 %. Pada jam ke2 paling banyak 87 mmHg

Berjumlah 7 pasien atau 35 %. Pada jam ke-4 paling banyak 107 mmHg

berjumlah 10 pasien atau 50 %. Pada jam ke-6 paling banyak 107 mmHg

Page 56: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4343

berjumlah 13 pasien atau 65 % sehingga distribusi tekanan darah pada

pasien dalam ruang Instalansi Bedah Sentral paling banyak adalah

hipertensi pada jam ke-6 berjumlah 13 pasien (65%).

Tekanan psikologis merupakan faktor utama penyebab terjadinya

atau munculnya peningkatan tekanan darah pada mereka yang akan

memasuki kamar operasi. Menurut seorang ahli bedah gastroenterology di

RS Pertamina bahwa meningkatnya tekanan darah pada mereka yang di

ruang pre medikasi disebabkan karena tekanan psikologis yang tinggi

khususnya menjelang akan dioperasi. Adanya tekanan psikologis

menyebabkan munculnya gejala mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati

dan malas makan. Selain itu juga tekanan psikologis bisa menyebabkan

seseorang menjadi depresi yang menyebabkan menurunnya nafsu makan

(Ikhsan, Asdar & Suryani, 2012).

Hasil Penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh

Rondhianto dalam Ikhsan, Asdar & Suryani (2012) bahwa tindakan

operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir

semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk yang akan membahayakan

bagi pasien dapat saja terjadi sehingga diperlukan peran penting perawat

dalam setiap tindakan pembedahan dengan melakukan intervensi

keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan klien baik secara fisik

maupun psikis.

Page 57: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4444

Menurut teori yang dikemukakan oleh Harry (2005), bahwa

ansietas, takut, nyeri, dan stres emosi menyebabkan stimulasi simpatik

yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular

perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah. Pada

dasarnya tekanan psikologis memberikan efek pada peningkatan tekanan

darah. Pada orang yang mengalami tekanan psikologis, maka pemompaan

darah ke jantung menjadi lebih cepat, paru-paru bekerja lebih cepat dan ini

juga menyebabkan timbulnya simptom-simptom pada aliran darah dan

akhirnya tekanan darah mengalami peningkatan (Ikhsan, Asdar & Suryani,

2012).

5.1.4. Distribusi Respirasi Rate Di Instalansi Bedah Sentral (IBS)

Distribusi respirasi rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal

sebanyak 61 orang (100%). Hasil penelitian Tampubolon, Lalenoh &

Tambajong (2015) menunjukan bahwa laju napas pada jam ke-0 paling

banyak 20x/menit, 21x/menit, dan 22x/menit berjumlah masing-masing 4

pasien atau 20%. Pada jam ke-2 paling banyak 18x/menit dan 19x/menit

berjumlah masing-masing 4 pasien atau 20%. Pada jam ke-4 paling

banyak 20x/menit berjumlah 5 pasien atau 25%. Pada jam ke-6 paling

banyak 26x/menit berjumlah 5 pasien atau 25% sehingga distribusi

frekuensi pernafasan yang paling banyak di Instalansi Bedah Sentral pada

jam ke-4 adalah normal sebanyak 5 pasien (25%) dan takypne pada jam

ke-6 sebanyak 5 pasien (25%).

Page 58: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4545

Hasil Penelitian Fadllilah (2014) didapatkan sebanyak 4 responden

(13.3%) yang mengalami kecemasan berat dan panik mengalami frekuensi

napas dalam kategori takipneu. Hasil penelitian ini mendukung pendapat

yang dikemukanan oleh Debora (2012) bahwa ada beberapa faktor yang

bisa memengaruhi pernapasan, antara lain adalah fisik, misalnya kelainan

bentuk dada, penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta adanya

gangguan pada fungsi dan struktur pernapasan. Psikologis, misalnya stres

dan cemas. Sosiokultural, misalnya merokok. Lingkungan, misalnya

adanya alergi dan polusi.

Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek,

nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan

kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.

Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek,

rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit,

marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau (Stuart, 2007).

5.1.5. Distribusi Tingkat Kecemasan

Distribusi tingkat kecemasan yang paling banyak sesuai dengan

tabel 4.6 adalah cemas ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas berat

sebanyak 20 orang (32,8%).

Hasil penelitian Hastuti (2015) menunjukkan bahwa kecemasan

pada pasien pre operasi section caesarea mengalami kecemasan berat

sebanyak 18 orang (45%). Pasien sebelum dioperasi menganggap bahwa

Page 59: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4646

operasi merupakan tindakan yang menakutkan karena menggunakan

peralatan, ruangan dan tindakantindakan keperawatan khusus. Pasien pre

operasi mengalami perasaan cemas dan ketegangan yang ditandai dengan

rasa cemas, takut akan pikiran sendiri, otot terasa nyeri, rasa penuh atau

kembung, keringat dingin, pusing, tegang, lesu, tidak dapat istirahat

dengan tenang. Perasaan itu dapat terjadi karena pasien tidak mempunyai

pengalaman terhadap hal-hal yang akan dihadapi saat pembedahan seperti

anatesi, nyeri, perubahan bentuk dan ketidakmampuan mobilisasi post

operasi (Kasdu, 2008). Menurut sundari (2005), pasien yang akan

menjalani operasi atau pembedahan dapat mengalami kecemasan yang

merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu

ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan

kehidupannya itu sendiri.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa distribusi kecemasan

ringan juga paling banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Qulsum ,dkk (2012) yang menyatakan bahwa kecemasan pasien

pre operasi sebelum diberikan intervensi terbanyak adalah kecemasan

ringan yang disebabkan oleh umur responden yang rata-rata dewasa. Ibu

yang akan bersalin mempunyai emosi berlebihan yang dapat menimbulkan

kecemasan. Tingkat kecemasan setiap orang berbeda-beda meskipun

menghadapi permasalahan yang sama karena faktor yang mempengaruhi

diantaranya pemahaman diri, kematangan dan pemahaman dalam

menghadapi tantangan (Stubrata, 2008).

Page 60: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4747

Hasil penelitian Gangka, Kadir & Semana (2013) menunjukkan

beberapa faktor yang dapat memepengaruhi tingkat kecemasan pada

pasien pre operasi antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan

dan pendapatan. Faktor umur dapat mempengaruhi tingkat kecemasan

sesuai pendapat Soewadi (2006) yang mengatakan bahwa umur muda

lebih mengalami kecemasan dari pada umur tua, karena usia muda lebih

mudah mengetahui dan memahami tentang tindakan operasi yang

dilakukan.Kondisi tersebut juga berhubungan dengan tingkat kesiapan

pasien dalam menghadapi operasi. Berdasarkan hasil penelitian kecemasan

berat lebih banyak dialami oleh pasien perempuan, hal ini karena pasien

perempuan lebih emosional dan lebih responsive dari laki-laki.

Kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum operasi lebih banyak

yang dialami oleh pasien yang tidak bekerja. Hal ini terjadi karena

kemungkinan pasien selalu memikirkan, biaya pengobatan maupun semua

biaya selama dia dalam perawatan, mulai masuk sampai keluar di rumah

sakit (Gangka, Kadir & Semana, 2013).

Kecemasan yang dialami oleh pasien sebelum operasi lebih banyak

dialami oleh pasien yang berpendidikan rendah dalam hal ini yang tingkat

pendidikannya SD dan SLTP karena pengetahuan atau pemahamannya

tentang prosedur, manfaat dan kerugian dari operasi tersebut masih kurang

sehingga mekanisme koping yang dimiliki kurang efektif dari pada pasien

yang pendidikannya cukup dalam hal ini pasien yang pendidikannya

SMU-Sarjana karena responden mampu memahami dan menganalisa

Page 61: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4848

tentang segala informasi yang diberikan sehingga memiliki tingkat

pemahaman yang bagus atau memiliki mekanisme koping yang lebih

bagus. Adanya hubungan antara pendapatan pasien pre operasi bedah

mayor digestif dengan tingkat kecemasan, disebabkan karena walaupun

tingkat pendapatan yang baik tetapi kurangnya persiapan biaya yang tidak

sedikit merupakan faktor dari permasalahan yang berdampak pada rasa

kekhawatiran dari keluarga ataupun pasien pre operasi bedah mayor

digestif itu sendiri, jika hal ini terus menerus terjadi dapat menyebabkan

kecemasan yang berkepanjangan pada pasien pre operasi bedah mayor

digestif (Gangka, Kadir & Semana, 2013).

5.2. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan RR dan TD

5.2.1. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Respirasi rate

Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan

nilai p value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1

diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah.

Hasil penelitian Fadlilah (2014) menunjukkan hasil yang sama bahwa nilai

p-value didapatkan hasil 0.002. Yang berarti nilai p-value kurang dari 0,05

dapat juga diartikan Ho ditolak atau hipotesis diterima yang artinya ada

hubungan antara tingkat kecemasan dengan frekuensi napas

Rasa cemas yang dialami dapat meningkatkan respirasi rate

(hiperventilasi) akibat rasa takut yang ditimbulkan oleh rasa cemas yang

dialaminya (Aulawi, 2007). Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi

pernapasan, antara lain adalah fisik, misalnya kelainan bentuk dada,

Page 62: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

4949

penyakit pernapasan yang sudah menahun, serta adanya gangguan pada

fungsi dan struktur pernapasan. Psikologis, misalnya stres dan cemas.

Sosiokultural, misalnya merokok. Lingkungan, misalnya adanya alergi dan

polusi. Tanda dan gejala pada kecemasan berat antara lain napas pendek,

nadi, dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan

kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.

Tanda dan gejala pada kecemasan panik antara lain yaitu napas pendek,

rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit,

marah, ketakutan, berteriak-teriak, dan persepsi kacau (Stuart, 2007).

5.2.2. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tekanan Darah

Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai

p value = 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima

artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan respirasi rate. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fadlilah (2014) yang

menunjukkan bahwa nilai p-value didapatkan hasil 0,002. yang berarti

nilai p-value kurang dari 0,05 dapat juga diartikan Ho ditolak atau

hipotesis diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat

kecemasandengan tekanan darah.

Kecemasan dapat menstimulasi sistem saraf pusat sehingga membuat

jantung berdebar disertai takikardi dan peningkatan tekanan darah

(Aulawi, 2007). Kecemasan yang dirasakan dapat meningkatkan kepekaan

terhadap stimulus sehingga stimulus bereaksi berlebihan dalam sistem

Page 63: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

5050

peredaran darah yang menyebabkan urat-urat nadi dan pembuluh darah

kecil mengerut sangat kuat dan kemudian mengadakan respon terhadap

tekanan darah yang bertambah kuat serta mengeluarkan angiotamin (zat

yang menyebabkan pembuluh-pembuluh nadi dan menggiatkan kerja

jantung) maka terjadilah peningkatan tekanan darah (Semiun, 2010).

Hasil penelitian Ikhsan, Asdar & Suryani (2012) menunjukkan

bahwa tingkat pengetahuan dapat meningkatkan tekanan darah pada pasien

pre operasi. Peningkatan tekanan darah disebabkan karena pengetahuan

merupakan informasi yang diperlukan pasien untuk mengatasi masalah.

Pengetahuan pasien mengenai tindakan operasi seperti jenis operasi, jenis

anatesi, dan riwayat penyakit yang diderita dapat meningkatkan tekanan

darah. Semakin banyak informasi atau pengetahuan pasien mengenai

tindakan operasi yang akan dilakukan maka pasien akan lebih siap

sebelum memasuki ruang operasi sehingga mengurangi dampak terjadinya

peningkatan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah pada pasien pre operasi dapat terjadi

akibat adanya riwayat penyakit tekanan darah tinggi sehingga pada saat

akan melakukan operasi maka terjadi peningkatan tekanan darah. Pada

orang dengan riwayat hipertensi maka risiko untuk mengalami kondisi ini

semakin meningkat apalagi jika kondisi tersebut tidak diikuti dengan

dukungan dari keluarga pada saat masih berada di ruang perawatan

(Rondhianto, 2008).

Page 64: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

5151

Tekanan psikologis merupakan faktor utama penyebab terjadinya

atau munculnya peningkatan tekanan darah pada mereka yang akan

memasuki ruang operasi. Menurut seorang ahli bedah gastroeneterolgy di

RS Pertamina bahwa meningkatnya tekanan darah pada mereka di pre

medikasi disebabkan karena tekanan psikologis yang tinggi khusunya

menjelang operasi. Menurut teori yang dikemukakan oleh Harry (2005)

bahwa ansietas, takut, nyeri dan stress emosi menyebabkan stimulasi

simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan

vaskular perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukanan oleh

Muttaqin & Sari (2011) yang menunjukkan bahwa ansietas, takut, nyeri,

dan emosi dapat merangsang saraf simpatis sehinga menimbulkan

penekanan denyut jantung, dan tahanan vena perifer. Perangsangan saraf

simpatis menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pada panelitian ini juga

didapatkan responden dalam kategori cemas ringan mengalami

peningkatan tekanan darah atau hipertensi sebanyak 1 responden (3.3%)

dikarenakan faktor lain, pada saat penelitian peneliti mendapatkan bahwa

pasien mengalami nyeri di bagian yang mengalami penyakit. Hal ini

berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stuart (2007)

menunjukkan ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan

darah yaitu stresor psikologis dan fisik yang dapat mempengaruhi tekanan

darah yang tidak dikendalikan di kriteria inklusi dan eksklusi.

Page 65: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

1. Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur yang paling

banyak sesuai tabel 4.1 adalah usia dewasa awal sebanyak 31 orang

(50,8%) dan berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak sesuai

tabel 4.2 adalah SMP sebanyak 25 orang (41,0%).

2. Tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang

Instalansi Bedah Sentral (IBS) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri yang paling banyak sesuai dengan tabel 4.6 adalah cemas

ringan sebanyak 20 orang (32,8%) dan cemas berat sebanyak 20 orang

(32,8%), cemas sedang sebanyak 17 orang (27,9%), dan tidak cemas

sebanyak 4 orang (6,6%).

3. Status hemodinamik pada pasien pre operasi sectio caesarea di ruang

IBS RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri berdasarkan

distribusi tekanan darah saat di IBS yang paling banyak sesuai tabel 4.4

adalah hipertensi sebanyak 52 orang (85,2%) dan distribusi respirasi

rate sesuai tabel 4.5 semuanya dalah normal sebanyak 61 orang

(100%).

4. Hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau didapatkan nilai p

value = 0,009 makap value < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima

artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan tekanan darah dan

52

Page 66: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

53

hasil analisis bivariat menggunakan uji kendall tau berdasarkan tabel

4.7 didapatkan nilai p value = 0,002 maka p value < 0,05 sehingga H0

ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan tingkat kecemasan dengan

respirasi rate.

6.2. Saran

1. Rumah sakit

Hasil penelitian mampu dijadikan sebagai acuan dalam

pemeriksaan sebelum dilakukan operasi sectio caesarea.

2. Institusi

Hasil penelitian mampu dijadikan sumber pembelajaran tentang

keperawatan maternitas.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memotivasi peneliti lebih mendalami

lagi tentang manajemen keperawatan maternitas dalam penanganan

kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea.

4. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan menjalani sectio

caesarea.

5. Ibu Hamil

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang

kecemasan yang dialami oleh ibu hamil sehingga dapat membuat

rencana pencegahan dalam mengatasi kecemasan yang dialaminya.

Page 67: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S. (2010). Prosedur Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

Depkes.RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Depkes.RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Fadlilah, Siti. (2014). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Status

Tanda-Tanda Vital Pada Pasien Pre-Operasi Laparotomi Di Ruang

Melati Iii Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Fareer, Hellen. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Gunarsah, Singgih D & Gunarsah, Ny.Singgih. D. (2008). Psikologi

Keperawatan. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunawan, Adi W. (2007). Hypnosis The Art Of Subconscious Communication.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hall, Calvin S & Lindsey, Gardner. (2009). Teori-teori Psikodinamik (Klinis).

Yogyakarta: Kasinius.

Hastuti, Dwi. (2015). Hubungan Pengetahuan Tentang Sectio Caesarea dengan

Kecemasan Ibu Pre Operasi Di Ruang Catleya Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta. Skripsi S-1 keperawatan. Stikes Kusuma Husaada.

Surakarta.

Horne, Mima M & Swearingen, Pamela L. (2001). Keseimbangan Cairan

Elektrolit & Asam Basa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ikhsan, Muhammad, Asdar, Faisal & Suryani, Sri. (2012). Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Terjadinya Peningkatan Tekanan Darah Pada

Pasien Pre Operasi Laparatomi Di Rumah Sakit Umum Islam Faisal

Makassar. Jurnal Penelitian Volume 1 Nomor 1 Tahun 2012. ISSN:

2302-2531.

Kasdu, Dini. (2008). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa

Swara.

KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa indonesia. Diakses 3 Februari 2016 dari

http://kbbi.web.id/cemas.

Page 68: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

Khodijah, Dodoh, Siburian, Yessika Rouli & Sinaga, Renny. (2014). Hubungan

Karakteristik Ibu Dengan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit TK IV

01.07.001 KESDAM I/BB Pematangsiantar. Jurnal Ilmiah

PANNMED. ISSN 1907– 3046 Vol.9 No.1.

Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: Salemba Medika.

Leksana, Ery. (2011). Pengelolaan Hemodinamik. Jurnal CDK. No.38 Vol.7.

Semarang: RSUP Kariadi.

Marisi. (2009). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan Seksio

Sesarea Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang

Tahun 2007: USU Repository 2009. Medan

Mau, Aemalinius. (2013). Pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien pre

operasi di ruang Anggrek, Cempaka dan Asoka RSU Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang.

Milka, Maria Viane, Hasifah & Suryani, Sri. (2013). Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Ibu Post Sectio Caesarea terhadap Mobilisasi Dini di RSIA

Pertiwi Makassar 2013. Jurnal Ilmiah.Vol.4 No.3.ISSN 2302-1721.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Oxorn, Harry & Forte, William R. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi

Persalinan. Yogyakarta: Yem & Andi Offset.

Pawate, Inggriet. Pali, Cicila & Opod, Henri. (2013). Perbedaan Tingkat

Kecemasan pada Ibu Pre Sectio Caesarea di RSIA Kasih Ibu dan

RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas

dan Topik Vol 1 No 3.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (edisi 4).

Jakarta: Salemba Medika.

Pratiwi, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Edisi Pertama,

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Purnawan, I & Saryono. (2010). Mengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik.

Jakarta: Rekatama.

Page 69: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

Purwaningsih, Wahyu. (2010). Derajat Kecemasan Pasien dengan Tindakan

Operatif dapat Diminimalisir dengan Persiapan Preoperatif yang

Matang. Infokes. Vol 1.No.1. ISSN : 2086-2628.

Qulsum, dkk. (2012). Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi

Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD.

Tugurejo Semarang. Diakses 28 Desember 2015 dari

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id.

Saifuddin. A. (2009). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirodihardjo. Jakarta.

Salfariani, Intan M & Nasution, Siti Saidah. (2007). Faktor Pemilihan Persalinan

Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU Bunda Thamrin

Medan. Karya Ilmiah S-1 Keperawatan. Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Semiun, Yustinus. (2010). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi 6). Jakarta:

EGC.

Stuart, W.G. (2007). Buku Saku keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sumelung, Veibymiaty. Kundre, Rina & Karundeng, Michael. (2014). Faktor –

Faktor Yang Berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio

Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna.

Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1

Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Asdi

Mahasatya.

Sutandoyo. (2008). Mekanisme Kecemasan. Jakarta: EGC

Tampubolon, Triyatna R.A. Lalenoh, Diana & Tambajong, Harold. (2015). Profil

Nyeri Dan Perubahan Hemodinamik Pada Pasien Pasca Bedah Seksio

Sesarea Dengan Analgetik Petidin.Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3, No.1.

Tanjung, Ma’wah Iqbal. (2014). Status Hemodinamik Pada Pasien PaSectio

Caesareaa Bedah Di Ruang ICU PaSectio Caesareaa Bedah Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.Artikel Ilmiah.

Universitas Sumatera Utara Jurnal Keperawatan. Vol.1 No.1 ISSN

2337-3830.

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan.Penerbit Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Page 70: HUBUNGA N TINGKA T KECE MASAN DENGA N STATUSdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/30/01-gdl-sukartinah... · STIKes Kusuma Husada angkatan 2014, yang selalu mendukung dan memberi

Yaeni, Muhamad. (2013). Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea

Di Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.Karya Publikasi.Surakarta.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lia, X., Zhua, J., Dai, L., Li, M., Miao, L., Liang, J. and Wang, Y. (2010). Trends

in Maternal Mortality Due to Obstetric Hemorrhage in Urban, and

Rural China, 1996–2005. J. Perinat. Med. 39: 35–41.

Liu, David. (2007). Manual Persalinan. Jakarta : EGC.

Dewi, Yusmiati. (2007). Manajemen Stres, Cemas: Pengantar Dari A Sampai Z.

Jakarta: Edsa Mahkota.