61
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK PADA ANAK OBESITAS DI USIA SEKOLAH DASAR YULI DWI SETYOWATI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

Citation preview

Page 1: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI FAST FOOD

DAN SOFT DRINK PADA ANAK OBESITAS DI USIA

SEKOLAH DASAR

YULI DWI SETYOWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Aktivitas

Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink dengan Anak Obesitas di Usia Sekolah

Dasar benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Yuli Dwi Setyowati

NIM I14100066

Page 3: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

3

Page 4: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

4

ABSTRAK

YULI DWI SETYOWATI. Hubungan aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft

drink pada anak obesitas di usia sekolah dasar. Dibimbing oleh RIMBAWAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktifitas fisik,

konsumsi fast food dan soft drink pada anak yang mengalami obesitas di sekolah

dasar. Penelitian dilakukan di SD Eka Wijaya Cibinong. Total keseluruhan sampel

umur 9-12 tahun yang terdiri 289 anak. Berdasarkan IMT, 70 murid mengalami

obesitas dan selanjutnya dipilih 60 orang anak dipilih menjadi subyek penelitian.

Frekuensi konsumsi fast food dan soft drink berhubungan secara signifikan

dengan tingkat pendapatan orang tua pada anak. Meskipun demikian tidak

ditemukan adanya hubungan antara aktifitas fisik, konsumsi fast food dan soft

drink pada anak obesitas dilokasi penelitian. Akan tetapi terdapat kecenderungan

peningkatan status gizi jika konsumsi fast food dan soft drink yang meningkat

juga.

Kata kunci: aktivitas fisik, fast food, soft drink, obesitas

ABSTRACT

Yuli Dwi Setyowati. The relationship between physical activity, fast food and

soft drink consumption among primary school children with obesity. Supervised

by RIMBAWAN.

This study aims to analyze the relationship between physical activity,

consumption of fast food and soft drinks to the incidence of obesity in primary

school children. The study was conducted in SD Eka Wijaya Cibinong. The total

sample in this study was 289 pupils aged 9-12 years old. Based on BMI, a total of

70 pupils from the school are obese and 60 of them were selected as subjects of

this study, comprising 42 boys and 18 girls. Frequency of fast foodand soft drink

significantly associated with the level of fathers education and income of the

parents. However, there is no relationship between physical activity, consumption

of fast food and soft drink on the nutritional and obesity in children. Morever,

samples have trend positive to increased consumpted fast food and soft drink

between BMI among children obesity.

Keywords: fast food, obesity, physical activity, soft drink

Page 5: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

5

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI FAST FOOD

DAN SOFT DRINK PADA ANAK OBESITAS DI USIA

SEKOLAH DASAR

YULI DWI SETYOWATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

6

Judul Skripsi : Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft

Drink pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

Nama : Yuli Dwi Setyowati

NIM : I14100066

Disetujui oleh

Dr Rimbawan

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 7: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

7

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah gizi lebih,

dengan judul Hubungan Aktifitas Fisik, Konsumsi Fast Food dan Soft Drink pada

Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Rimbawan selaku dosen pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Siti

Madanijah selaku dosen pembimbing akademik atas waktu, bimbingan,

motivasi, serta saran/masukannya dalam membantu proses penyelesaian

penyusunan karya ilmiah ini.

2. Keluarga tercinta: Ayahanda (Bapak Satal), Ibunda (Ibu Sri Susilowati,

SPd), Devy Ika Lismawati, Amd.Per. (kakak), Handy Cahyono, SEc

(kakak), serta seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan moril,

dan kasih sayang yang telah diberikan.

3. Kepala SD Eka Wijaya Cibinong yang telah memberikan izin lokasi

penelitian, kepada para staf dewan guru yang telah membantu dan

mendampingi selama proses pengambilan data, serta siswa-siswi yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4. Teman-teman tercinta: Hayu Ning Dewi, Mellia Aghnie Anggita,

Yosep Andrew Tao, Putri Monicha, Nana Rodiana, Elok Nalurita,

Kharisma Tamimi yang telah memberi doa dan semangat yang luar

biasa.

5. Teman-teman enumerator: Elok Nalurita, Imelda Saputri, Yazid,

Nurrahma Sri Fitayani, dan Reyfan Ambrian yang banyak membantu

dalam proses pengambilan data.

6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47, teman-teman KKP Desa

Sukamakmur Bogor 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas

segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang selalu

diberikan kepada penulis.

Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan

karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Yuli Dwi Setyowati

Page 8: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

8

DAFTAR ISI

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran ix

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 3

Metode Penelitian 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Teknik Penarikan Contoh 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 8

Hasil dan Pembahasan 9

Keadaan Umum Lokasi 9

Karakteristik Contoh 9

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 12

Kebiasaan Makan 15

Kebiasaan Konsumsi Fast Food 20

Kebiasaan Konsumsi Soft Drink 26

Konsumsi Energi dan Zat Gizi 30

Aktifitas Fisik 33

Hubungan dengan Frekuensi Konsumsi Fast Food 35

Hubungan dengan Frekuensi Konsumsi Soft Drink 36

Hubungan dengan Status Gizi Anak 37

Simpulan dan Saran 38

Simpulan 38

Saran 39

Daftar Pustaka 39

Lampiran 43

Page 9: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

9

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan cara pengumpulan data 6

2. Kategori data yang dilakukan scoring 7

3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi 10

4. Sebaran anak menurut umur 10

5. Sebaran data uang saku menurut jenis kelamin 11

6. Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga 12

7. Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua 12

8. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua 13

9. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua 14

10. Sebaran contoh berdasarkan status gizi orang tua 15

11. Frekuensi makan dalam sehari 15

12. Kebiasaan sarapan 16

13. Waktu saat mengemil 17

14. Fast food yang dibeli di sekolah 18

15. Fast food yang dikonsumsi di rumah 19

16. Ukuran soft drink yang sering dibeli 19

17. Tingkat kesukaan terhadap fast food 20

18. Waktu mengunjungi restoran fast food 20

19. Informasi menganai fast food 21

20. Sebaran data alasan konsumsi fast food 22

21. Restoran fast food yang paling sering dikunjungi 22

22. Jenis fast foodyang paling sering dikonsumsi 23

23. Frekuensi konsumsi fast Food 23

24. Sebaran frekuensi konsumsi fast food dan jenis kelamin 24

25. Tingkat kesukaan terhadap fast food 26

26. Waktu membeli soft drink 26

27. Informasi menganai soft drink 27

28. Faktor kesukaan terhdap soft drink 27

29. Jenis soft drink yang paling disukai 28

30. Frekuensi konsumsi soft drink 28

31. Sebaran frekuensi konsumsi soft drink dan jenis kelamin 29

32. Sebaran rata-rata konsumsi energi dan zat gizi berdasarkan

Status gizi 30

33. Rata-rata konsumsi hari libur dan hari sekolah 31

34. Kontribusi energi fast food terhadap total konsumsi energi contoh 32

35. Kontribusi energi soft drink terhadap total konsumsi energi contoh 32

36. Tingkat kecukupan energi anak obesitas 32

37. Tingkat kecukupan protein anak obesitas 33

38. Tingkat kecukupan lemak anak obesitas 33

39. Tingkat aktifitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada hari sekolah 34

40. Tingkat aktifitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada hari libur 34

41. Tingkat rata-rata aktifitas fisik berdasarkan jenis kelamin 35

Page 10: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

10

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial

ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas 4

2. Jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 43

Data Status Gizi Anak

Page 11: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh tingkat

konsumsi. Masalah kekurangan dan kelebihan konsumsi zat gizi membawa

pengaruh pada timbulnya masalah gizi ganda di Indonesia, yakni masalah gizi

kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi lebih terjadi bersamaan dengan

kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti masyarakat di daerah

perkotaan. Salah satu masalah gizi yang sering terjadi bersamaan dengan

kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, seperti masyarakat di daerah

perkotaan. Salah satu masalah gizi yang sering terjadi dan perlu mendapat

perhatian adalah obesitas.

Obesitas terjadi sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara jumlah

energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi

biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan

kesehatan. Perkembangan teknologi yang tinggi juga dapat menyebabkan anak-

anak SD cenderung kurang melakukan aktivitas fisik dan lebih memilih menonton

televisi, bermain game, maupun bermain komputer yang membutuhkan sedikit

energi. Ketidakseimbangan yang tejadi akibat jumlah energi yang masuk lebih

tinggi dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas fisik

menyebabkan masalah kegemukan (Heird 2002). Status gizi lebih pada anak akan

menyebabkan pertambahan jumlah sel lemak di dalam tubuh, apabila hal ini

berlanjut secara terus menerus akan menyebabkan anak cenderung mengalami

obesitas ketika mereka dewasa.

Daya beli masyarakat yang meningkat berdampak pula kepada sikap orang

tua yang memanjakan anak-anaknya dalam hal pemberian makanan, khususnya

makanan berenergi tinggi dan dapat diartikan sebagai makanan tinggi lemak dan

karbohidrat namun rendah serat sperti fast food dan soft drink (Do Wendt 2009).

Umumnya fast food disajikan dalam jumlah besar dengan frekuesi yang lebih

sering sehingga berkontribusi pada terjadinya kegemukan dan obesitas. Makanan

olahan yang serba instan tersebut misalnya fast food (burger, pizza, hot dog, fried

chicken, kentang goreng, nugget dan spagheti) dan soft drink serta makanan siap

saji lainnya yang tersedia di gerai makanan (Suryaalamsah 2009). Menurut

Prancis (2001), di Amerika Serikat konsumsi harian rata-rata minuman ringan

adalah hampir dua kaleng standar (24 oz/700ml) untuk anak laki-laki dan lebih

dari satu kaleng standar bisa dikonsumsi anak perempuan (12 oz/350 ml),

sedangkan rata-rata konsumsi soft drink Indonesia pada tahun 2010 adalah 2,4

liter per minggunya (Riskesdas 2010).

St-Onge et al. (2003) menyatakan bahwa asupan energi yang besar pada

anak-anak yang mengkonsumsi fast food dan soft drink dalam jumlah yang

banyak tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dapat menyebabkan

terjadinya obesitas. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2010, prevalensi berat badan lebih pada anak di Provinsi Jawa Barat adalah 8,5%.

Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang mendalam

terkait hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi fast food dan soft drink pada

anak obesitas.

Page 12: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

12

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian: 1) Adakah hubungan antara konsumsi fast

food dengan risiko obesitas; 2) Adakah hubungan antara konsumsi soft drink

terhadap peningkatan resiko obesitas; 3) Adakah hubungan konsumsi fast food

dan soft drink terhadap perbedaan jenis kelamin pada usia yang 9-12 tahun dalam

peningkatan resiko obesitas.

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara aktivitas fisik,

konsumsi fast food dan soft drink pada anak obesitas di usia sekolah dasar.

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink usia 9-12 tahun.

2. Untuk mengukur adakah perbedaan dan hubungan kebiasaan makan,

karakteristik sosial ekonomi keluarga dan contoh dengan konsumsi fast food

dan soft drink usia 9-12 tahun.

3. Untuk mengukur hubungan obesitas dengan aktivitas fisik, frekuensi konsumsi

fast food dan soft drink, dan aktivitas fisik anak usia 9-12 tahun.

4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan konsumsi fast food dan soft

drink usia 9-12 tahun.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan antara konsumsi karbohidrat, protein, lemak, fast food,

soft drink, jajanan, dan aktivitas fisik siswa gizi obesitas pada status jenis

kelamin berbeda.

2. Terdapat perbedaan antara frekuensi konsumsi fast food dan soft drink

siswa obesitas jenis kelamin yang berbeda.

3. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial-ekonomi, tingkat kesukaan

dan sumber informasi terhadap frekuensi konsumsi fast food dan soft drink.

4. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik, frekuensi konsumsi fast food dan

soft drink terhadap status gizi siswa obesitas.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk masyarakat,

dan pemerintah. Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran dan informasi

mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan gaya hidup anak gizi lebih baik di

sekolah maupun di rumah. Bagi pihak orang tua diharapkan dapat menjadi

masukan mengenai evaluasi konsumsi pangan anak yang aman, bergizi, beragam,

dan berimbang. Selanjutnya bagi pemerintah diharapkan dapat digunakan dalam

mengambil kebijakan dalam pemerintahan guna mewujudkan generasi muda

Indonesia yang sehat dan berkualitas.

Page 13: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

13

KERANGKA PEMIKIRAN

Prevalensi anak yang menderita obesitas di Indonesia semakin meningkat.

Banyak faktor yang memicu semakin meningkatnya angka obesitas pada anak, di

antaranya adalah pengaruh parental fatness, karakteristik anak, karakteristik

keluarga, aktivitas fisik dan kebiasaan makan pada anak. Apabila tidak segera

diterapi, maka di masa yang akan datang, dunia ini akan dipenuhi olehorang-

orang berberat badan lebih atau orang-orang yang memiliki kandungan lemak

yang berlebih.

Seseorang mengalami obesitas dapat terjadi karena salah satu atau kedua

orang tuanya mengalami obesitas pula. Menurut Effendi (2003) faktor keturunan

berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan energi. Bila kedua orang tua tidak

gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9 persen. Bila salah satu

orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41-51persen,

sedangkan bila kedua orang tua gemuk, maka kemungkinan anak menjadi gemuk

sebesar 66-80 persen. Faktor timbulnya kegemukan juga disebabkan oleh asupan

energi yang tinggi, contoh makanan berenergi tinggi adalah fast food dan soft

drink.

Fast Food merupakan salah satu jenis makanan yang disukai oleh anak-

anak, kaum muda sampai orang dewasa. Makanan ini merupakan makanan cepat

saji yang mengandung energi tinggi. Biasanya konsumsi fast food dibarengi oleh

konsumsi soft drink, karena restaurant cepat saji menjual dalam satu paket

bersamaan. Soft drink merupakan salah satu jenis minuman yang mengandung

energi yang tinggi karena didalamnya terdapat gula sebagai pemanis. Saat ini fast

food dan soft drink telah menjadi bagian perilaku konsumsi sebagian anak dan

remaja di luar rumah di berbagai kota dan diperkirakan cenderung akan semakin

meningkat (Bowman 2004).

Konsumsi fast food dan soft drink dipengerauhi oleh keadaan sosial

ekonomi keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kesempatan untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar. Jenis pekerjaan orang tua akan

mempengaruhi pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang tinggi

meningkatkan kemampuan untuk membeli fast food dan soft drink yang harganya

relatif mahal. Sedangkan pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap pemilihan

makanan dan penentuan jumlah makanan yang diberikan untuk memenuhi

kebutuhan gizi anak. Kecenderungan anak sekolah dalam mengkonsumsi fast food

dan soft drink semakin meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi

keluarga. Hal ini terjadi karena keluarga merupakan sumber informasi pangan

yang penting berkaitan dengan kebiasaan makan dan sikap pemilihan makanan.

Anak-anak biasanya meniru bagaimana ayah, ibu dan anggota keluarganya

makan.

Karakteristik anak meliputi jenis kelamin, berat badan lahir, berat badan

sekarang, dan tinggi badan sekarang. Karakteristik keluarga meliputi pendidikan

orang tua, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, dan pola konsumsi

keluarga. Pengetahuan gizi ibu diukur dengan memberikan pertanyaan pada

kuesioner yang ditujukan untuk ibu. Kebiasaan makan mencakup riwayat makan

anak dan konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang diteliti adalah konsumsi

cemilan, konsumsi makanan berlemak, konsumsi fast food, dan konsumsi soft

drink. Konsumsi cemilan, soft drink, fast food, dan makanan berlemak

Page 14: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

14

diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi pada

anak yang nantinya berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak. Kerangka

pemikiran penelitian ini dapat digambarkan dalam skema berikut:

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangkan pemikiran konsumsi fast food dan soft drink serta sosial

ekonomi keluarga yang berhubungan dengan obesitas

Sosial ekonomi:

- Pendidikan orang tua

- Pendapatan keluarga

- Besar keluarga

Kebiasaan makan:

- Frekuensi makan sehari

- Kebiasaan jajan, mengemil

- Konsumsi makanan berlemak

Konsumsi Fast Food dan

Soft drink

- Frekuensi

Informasi pangan:

- Sumber Informasi

Kesukaan

Konsumsi Pangan

Status Gizi:

- Normal

- Kegemukan

- Obesitas Status Gizi Orang Tua

Aktivitas fisik

Infeksi Penyakit - Metabolisme

- Enzim dan Hormon

- Obat-obatan

Page 15: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

15

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan menggunakan

metode survey. Penelitian dilakukan di SD Eka Wijaya Cibinong, dengan

pertimbangan status ekonomi orang tua siswa sebagian besar tergolong menengah

keatas dan banyaknya jumlah anak yang mengalami obesitas. Penelitian dilakukan

selama 3 bulan yaitu pada bulan Mei-Juli 2014 yang disesuaikan dengan kalender

akademik SD Eka Wijaya Cibinong agar tidak menganggu kegiatan belajar

mengajar.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi contoh penelitian ini adalah siswa-siswi SD Eka Wijaya

Cibinong yang duduk di kelas 4 sampai 6. Pemilihan populasi contoh dilakukan

secara purposive. Seluruh anak kelas 4 hingga 6 diukur berat dan tingginya secara

langsung, sehingga dapat diperoleh nilai z-score masing-masing. Selanjutnya

sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan peneliti,

yaitu siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar di lokasi penelitian dengan status gizi

lebih (nilai Z-Score>+2 SD menurut Riskesdas 2013), bersedia, dan hadir pada

saat penelitian dilaksanakan. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini

menggunakan rumus (Chandra 1996):

n = Z2

(1-α/2) P(1-P)

d2

keterangan:

n = jumlah contoh

Z = nilai sebaran baku pada taraf nyata 0.95 = 1.96

P = proporsi kejadian gemukdi Provinsi Jawa Barat menurut Atmarita

RISKESDAS (2013) = 8.8%

d = kesalahan yang dapat ditaksir = 0.1 (10%)

Jumlah minimal contoh sebanyak 30.83 orang yang digenapi menjadi 31

anak dan tersebar dari semua kelas. Jumlah sampel yang obese di SD Eka Wijaya

sebanyak 70 anak namun terdapat 10 anak yang datanya yang datanya tidak

lengkap dan selanjutnya dikeluarkan dari kriteria sampel, sehingga sampel yang

diteliti sebanyak 60 orang. Contoh yang masuk kedalam kriteria inklusi, dengan

jumlah laki-laki sebanyak 42 anak dan perempuan sebanyak 18 anak.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data penelitian yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer

meliputi data karakteristik anak (usia, jenis kelamin dan uang saku), karakteristik

sosial ekonomi keluarga (pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar

keluarga), sumber informasi pangan, tingkat kesukaan, konsumsi fast food dan

soft drink, kebiasaan makan, konsumsi pangan dan status gizi orang tua.

Page 16: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

16

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan

menggunakan kuisioner. Data frekuensi konsumsi fast food dan soft drink

dikumpulkan dengan menggunakan food frequency questionnaire (FFQ). Untuk

data konsumsi pangan digunakan metode recall 2 x 24 jam pada 1 hari sekolah

dan 1 hari libur.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Variabel Alat dan cara

pengumpulan

Jenis data yang

dikumpulkan

Data Primer

1. Karakteristik

contoh

Wawancara dengan langsung

contoh menggunakan

kuisioner

Nama

Tanggal lahir

Jenis kelamin

Urutan kelahiran

Uang saku

Umur (tahun)

2. Karakteristik

keluarga (ayah dan ibu)

Wawancara dengan ibu

contoh menggunakan kuisioner

Umur (tahun)

Pendidikan Pekerjaan

Pendapatan (bulan)

Besar keluarga

3. Status gizi contoh Pengukuran TB menggunakan stature meter ,

dan BB menggunakan

timbangan injak dan Software WHO Anthroplus

BB dan TB sekarang

4. Frekuensi dan

jumlah konsumsi

pangan contoh

Wawancara dengan contoh

menggunakan Semi

Quantitative FFQ (Food Frequency Questionaire)

Jumlah dan jenis bahan

pangan yang dikonsumsi

Frekuensi konsumsi bahan pangan

5. Kesukaan dan

kebiasaan makan

Wawancara dengan kuisioner Sangat suka sampai tidak

suka fast food dan soft drink Frekuensi makan fast food

dan soft drink

Pengukuran antropometri (IMT/U) dilakukan dengan menggunakan

standar Kemenkes (2013), diawali dengan penentuan umur anak dalam bulan.

Menimbang umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,

kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah.

Selanjutnya berat badan anak ditimbang menggunakan timbangan injak (kapasitas

200 kg dengan ketelitian 1 kg). Tinggi badan diukur menggunakan Microtoise

(panjang 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm). Data sekunder meliputi gambaran

umum sekolah tempat penelitian berlangsung. Frekuensi konsumsi fast food dan

soft drink dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-2x/hari, 1-2x/minggu, 3-

5x/minggu, dan 1-2x/bulan (Gibson 2005).

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data yang dilakukan terhadap data primer meliputi

coding, entry, cleaning, grouping dan dilanjutkan dengan analisis data. Data

diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 dan dianalisis menggunakan perangkat

lunak SPSS 16.0 for Windows.

Page 17: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

17

Tabel 2 Kategori data yang dilakukan scoring No Variabel Kategori Pengukuran

I. Karakteristik Keluarga

1 Usia (Depkes 2009)

Remaja (<18 tahun)

Dewasa awal (18-40 tahun)

Dewasa madya (40-60 tahun)

Dewasa akhir (>60 tahun)

2 Besar keluarga (BKKBN 1998)

Kecil (≤ 4 orang)

Sedang (5-6 orang)

Besar (> 6 orang)

3 Pendapatan (BPS Jawa Barat 2014)

Miskin (≤ Rp 302 735/ bulan/kapita)

Tidak miskin (> Rp 302 735/ bulan/kapita)

4 Status gizi (WHO 2005)

Underweight

Normal

Overweight

Obesitas

II. Karakteristik Contoh

1 Usia 9 tahun

10 tahun

11 tahun

12 tahun

2 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

3 Uang saku (sebaran data)

Rendah (<Rp 8 000 per hari)

Sedang (Rp 8 000– 14 000 per hari)

Tinggi (Rp 14 000- Rp 50 000 per hari)

4 Status gizi (IMT/U) (WHO 2005)

Sangat kurus (z < -3 SD)

Kurus (-3 SD ≤ z < -2 SD)

Normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD)

Gemuk (+1 SD < z ≤ +2 SD)

Obese (z > +2 SD)

III. Kebiasaan Konsumsi Pangan Contoh

1 2

Fast food Soft Drink

(Modifikasi Gibson 2005)

Tidak pernah

6-7x/bulan

1-2x/minggu

3-5x/minggu

1-2x/hari

IV. Kecukupan Gizi Contoh

1

2

3

Tingkat kecukupan energi

Tingkat kecukupan protein

Tingkat kecukupan lemak

(Gibson 2005)

Defisit berat (<70% AKG)

Defisit sedang (70-79% AKG)

Defisit ringan (80-89% AKG)

Normal (90-119% AKG)

Kelebihan (≥ 120% AKG)

V. Aktivitas Fisik

1 Aktivitas Fisik

(WHO 2001) Sangat ringan (<1.40)

Ringan (1.40-1.69)

Sedang (1.70-1.99)

Berat (2.00-2.40)

Page 18: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

18

Uji statistik yang dilakukan antara lain analisis deskriptif, uji beda Mann

Whitney, dan uji korelasi Spearman. Syarat melakukan uji beda Mann Whitney

adalah data berskala ordinal,interval atau rasio, terdiri dari dua kelompok yang

independendent atau saling bebas, data kelompok satu dan dua tidak harus sama

banyaknya, data tidak harus berdistribusi normal. Hasil recall makanan total

sehari-hari selama 2 hari yang dikonsumsi anak perhari dicatat, dikonsevrsi

beratnya dalam gram, dirata-ratakan kemudian dihitung kandungan energi dan zat

gizinya.

Kebiasaan mengkonsumsi camilan, sarapan, fast food dan soft drink

(tingkat kesukaan, informasi, waktu mengunjungi restoran dan jenis minuman)

ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Uji beda (Mann Whitney) dilakukan

untuk menganalisis perbedaan uang saku, frekuensi konsumsi fast food dan soft

drink, konsumsi fast food dan soft drink, konsumsi energi, status gizi orang tua.

Sedangkan uji Mann Whitney untuk menganalisis perbedaan karakteristik sosial

ekonomi keluarga, sumber informasi, tingkat kesukaan dan kebiasaan makan.

Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga, sumber

informasi fast food dan soft drink serta tingkat kesukaan dengan frekuensi

konsumsi fast food dan soft drink digunakan uji korelasi Spearman. Analisis

korelasi Spearman digunakan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

dengan kegemukan anak sekolah di SD Eka Wijaya Cibinong.

Definisi Operasional

Contoh adalah siswi-siswi yang duduk di kelas IV sampai dengan VI SD Eka

Wijaya Cibinong yang berstatus gizi gemuk dan normal.

Fast Food adalah makanan cepat saji (ayam goreng, kentang goreng, burger,

pizza, spaghetti dan nugget) yang berasal dari restoran-restoran fast

food : McDonald’s, Kentucky Fried Chicken (KFC), California Fried

Chicken (CFC), Pizza Hut, Texas, Hoka-Hoka Bento dan A&W.

Frekuensi konsumsi Fast Food adalah seberapa sering anak gemuk

mengonsumsi fast food selama 1 minggu yang dibeli di restoran fast

food.

Kegemukan adalah status gizi lebih dengan IMT/U lebih besar sama dengan

persentil ke-95 menurut CDC (2000) yang termasuk ke dalam status

gizi overweight dan obese.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anak

gemuk dalam satu hari dengan cara recall 2 x 24 jam pada satu hari

kuliah dan satu hari libur.

Kebiasaan makan adalah perilaku makan anak gemuk yang terdiri dari frekuensi

makan dalam sehari, kebiasaan sarapan, kebiasaan minum susu,

kebiasaan makan sayur dan buah, kebiasaan makan camilan,

kebiasaan jajan di rumah dan di sekolah.

Kesukaan adalah pilihan terhadap salah satu jenis fast food (aroma, tekstur dan

rasa) yang paling disukai anak.

Informasi Pangan adalah semua informasi tentang fast food yang diperoleh anak

melalui keluarga, teman, lingkungan sekolah maupun iklan di televisi.

Page 19: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

19

Besar keluarga adalah jumlah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, akak atau adik

dan anggota keluarga lainnya yang tinggal satu rumah dengan anak

gemuk dan normal.

Pendapatan orang tua adalah jumlah seluruh uang yang dihasilkan oleh kedua

orang tua dari usaha atau pekerjaan dalam waktu satu bulan.

Status gizi orang tua adalah keadaan gizi kedua orang tua anak gemuk dan

normal yang dinalai dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT)

Soft Drink adalah jenis minuman berkarbonasi yang mengandung air (90%), gula,

pewarna, karbondioksida, zat pengatur asam yang dijual dalam

kemasan botol maupun kaleng.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi

Sekolah Dasar Eka Wijaya adalah salah salahh satu sekolah swasta favorit

yang terletak di Jalan Mayor Oking, Cibinong, Jawa Barat. Sekolah ini terletak di

pusat kota dekat dengan mall, mudah dilalui oleh beragam alat transportasi.

Sekolah ini berdiri sejak 1992 yang diselenggarakan oleh Yayasan Eka Wijaya

dan berdiri di atas areal tanah seluas 12 321 m2. Jumlah staf pengajar (guru) di SD

Eka Wijaya adalah 30 orang dan staf tata usaha sebanyak 5 orang. Siswa kelas 4

sampai dengan kelas 6 berjumlah 127 siswa laki-laki dan 162 siswa perempuan.

Tiap tingkatan kelas memiliki jumlah kelas yang sama dimana kelas 4 sampai

dengan kelas 6 masing-masing memiliki tiga kelas. Jumlah siswa kelas 4 yaitu 97

siswa, kelas 5 sebanyak 97 siswa dan kelas 6 sebanyak 96 siswa. Waktu belajar

kelas 4-6 dimulai dari pukul 07.00-12.30 untuk hari Senin-Kamis dan hari Jumat

dari pukul 07.00-11.00. Kelas 6 memulai pembelajaran dari pukul 07.00-15.00

untuk hari Senin-Kamis dan hari Jumat dari pukul 07.00-11.00.

Fasilitas yang dimiliki oleh sekolah meliputi fasilitas fisik, lahan, dan non

fisik. Fasilitas fisik yang dimiliki meliputi ruang kelas, ruang guru, ruang TU,

ruang bidang kurikulum, perpustakaan multimedia, lab komputer, UKS, kantin,

musholla, aula, gudang, toilet dan ruang remedial. Fasilitas lahan yang ada terdiri

dari halaman, lapangan olah raga, kebun, dan lapangan parkir. Fasilitas non

fisik/ekstrakurikuler yang ada di sekolah meliputi pramuka, English club, sains

club dan basket. SD Eka Wijaya terletak di daerah yang stategis yaitu terletak

ditengah kota yang relatif dekat dengan mall dan tempat-tempat untuk

mengkonsumsi fast food dan soft drink. Sekolah menjual makanan fast food dan

soft drink seperti jamur crispy, kentang goreng, fried chicken, nugget, ice cream,

dan soft drink.

Karakteristik Contoh

Jenis Kelamin

Siswa kelas 4 sampai dengan kelas 6 berjumlah 127 siswa laki-laki dan

162 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas 4 yaitu 97 siswa, kelas 5 sebanyak 97

Page 20: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

20

siswa dan kelas VI sebanyak 96 siswa. Jumlah anak yang mengalami obesitas

sebagian berjumlah 70 orang dari kelas 5-6 SD. Akan tetapi, terdapat 10 orang

yang drop out, sehingga jumlah sampel hanya berjumlah 60 orang. Keluarnya

sampel dari penelitian dikarenakan terdapat data yang bias, tidak bersedianya

sampel sebagai responden dan berhenti ditengah jalan. Proporsi jumlah sampel

tidak didasarkan pada jumlah yang proporsional, dikarenakan sampel obesitas

tidak merata di setiap kelasnya. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan

jenis kelamin dan status gizi khususnya kelas 4 sampai kelas 6 SD Eka Wijaya

Cibinong.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi Status Gizi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Underweight

Normal

Overweight

Obesitas

2.00

48.00

32.00

45.00

1.57

37.80

25.20

35.43

5.00

100.00

39.00

18.00

3.09

61.73

24.07

11.11

7.00

148.00

71.00

63.00

2.42

51.21

24.57

21.80

Total 127 100.00 162 100.00 289 100.00

Contoh yang berstatus gizi obesitas sebanyak 35.43% dan sebagian besar

adalah laki-laki, sedangkan contoh yang berstatus gizi normal sebagian besar

adalah perempuan yaitu sebanyak 61.73%. Persentase anak berstatus gizi obesitas

yang besar juga ditemukan pada penelitian Padmiari dan Hadi (2003). Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa prevalensi anak obesitas di Sekolah Dasar

Denpasar yaitu 13.6%, sedangkan penelitian Suryaalamsah (2009) pada siswa/

siswi SD menunjukkan prevalensi anak berstatus gizi lebih pada SD (SD Bina

Insani) di Bogor yaitu 55%. Berdasarkan uji statistik Mann Whitney terdapat

perbedaan yang nyata (p<0.05) antara status gizi dan jenis kelamin (laki-laki dan

perempuan). Hal ini terbukti pada anak laki-laki (77 anak) yang lebih banyak

memiliki status gizi lebih (overweight dan obesitas) dibandingkan anak

perempuan (57 anak). Menurut hasil uji Chi-Square, terdapat hubungan yang

nyata (p<0.05) antara status gizi dan jenis kelamin.

Usia Anak

Persentase anak obesitas terbanyak ada pada umur 11 tahun (35.71%).

Aktaria (2004) melaporkan bahwa sebagian besar contoh dalam penelitiannya

berada pada rentang usia 11 tahun dengan status gizi obesitas sebesar 76.7%.

Tabel 4 Sebaran anak menurut umur Kelompok umur (tahun) Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

12

11

10 9

7

15

12 8

16.67

35.71

28.57 19.05

4

5

6 3

22.22

27.78

33.33 16.67

11

20

18 11

18.33

33.33

30.00 18.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Jumlah sampel anak laki-laki berjumlah 42 dan perempuan berjumlah 18

orang. Banyaknya anak yang mengalami obesitas di SD Eka Wijaya berkaitan

dengan pertambahan lemak di dalam tubuh. Menurut Waspadji et al. (2003)

kecepatan pertambahan lemak badan antara pria dan wanita berbeda sejak usia 8

Page 21: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

21

tahun. Jumlah lemak pada wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki.

Biasanya jumlah lemak dalam tubuh akan cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia. Kecenderungan obesitas akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak laki-laki memiliki

prevalensi obesitas yang lebih besar dibanding anak perempuan. Hal ini

disebabkan anak laki-laki lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi energi

namun aktivitas fisiknya rendah. Aktivitas fisik yang rendah ini disebabkan anak

laki-laki lebih memilih menonton televisi dan bermain game (handphone/

computer) di waktu luang mereka dibandingkan bermain bersama dengan teman.

Anak perempuan (rata-rata nilai aktivitas fisik= 1.37) memiliki kecenderungan

beraktivitas lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki (rata-rata nilai aktivitas fisik

= 1.26). Berdasarkan analisis statistik (Mann Whitney), tidak ada (p=0.125)

perbedaan yang nyata antara umur anak laki-laki dan perempuan yang obesitas.

Uang Saku

Uang saku contoh dalam penelitian ini merupakan uang saku per hari yang

digunakan contoh untuk jajan di sekolah. Uang saku tidak termasuk uang

transportasi (jemputan, angkot dan bensin motor), uang buku dan uang SPP. Tabel

5 di bawah ini menunjukkan besarnya jumlah uang saku anak per hari.

Tabel 5 Sebaran data uang saku menurut jenis kelamin Uang saku Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

<8 000

8 000-14 000 >14 000

17.00

11.00 14.00

40.48

26.19 33.33

2.00

9.00 7.00

11.11

50.00 38.89

19

20 21

31.67

33.33 35.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Uang saku contoh yang tergolong tinggi pada laki-laki obesitas yaitu

sebesar 33.33% dan untuk perempuan obesitas sebesar 35%. Secara keseluruhan

lebih banyak siswa yang mendapatkan uang saku yang tergolong tinggi yakni

35%. Hasil penelitian Mardayanti (2008) tentang alokasi uang saku pada siswa

Sekolah Dasar di Bogor juga menunjukkan hasil serupa. Hal ini mengindikasikan

bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang

diterima oleh anak. Tidak terdapat perbedaan nyata dalam hal besar uang saku

yang diperoleh contoh menurut jenis kelamin. Hasil analisis korelasi Spearman

menunjukkan tidak ada hubungan (p>0.095) antara uang saku dengan jenis

kelamin contoh.

Besar Keluarga

Penelitian ini memperlihatkan besar keluarga anak yang hanya terdiri dari

dua kategori yaitu keluarga kecil dan sedang. Tabel 10 dapat diketahui bahwa

kedua anak laki-laki dan perempuan obesitas banyak berasal dari keluarga kecil,

dengan persentase masing-masing 83.33% dan 72.22%. Akan tetapi, berdasarkan

analisis statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) besar keluarga anak

laki-laki dan perempuan obesitas. Besar keluarga anak dapat dilihat pada Tabel 6

dibawah ini.

Page 22: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

22

Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga

Kategori besar keluarga Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Keluarga kecil (< 4 orang) Keluarga sedang (5-6 orang)

35 7

83.33 16.67

13 5

72.22 27.78

48 12

80.00 20.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Jumlah anggota keluarga juga akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis

makanan yang tersedia dalam keluarga. Akan tetapi dalam penelitian ini besar

keluarga sebenarnya bukanlah aspek yang besar pengaruhnya terhadap konsumsi

pangan anak, karena tingkat pendapatan keluarga yang rata-rata tinggi. Hal

tersebut menyebabkan distribusi pangan dalam keluarga diharapkan dapat

menjangkau semua anggotanya. Berbeda kenyataannya jika terjadi pada keluarga

yang penghasilan rendah. Seperti yang dinyatakan Suhardjo (2004) bahwa

terdapat hubungan yang sangat nyata antara jumlah anggota keluarga dengan

status gizi khususnya bagi keluarga yang berpenghasilan rendah pemenuhan

makan akan lebih mudah jika jumlah anggota keluarganya sedikit

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Umur Orang Tua

Sebagian besar contoh memiliki orang tua dengan rentang usia dewasa

madya (40-60 tahun), dimana usia rata-rata ayah adalah 42.7± 4.6 tahun dan ibu

38.3 ± 4.6 tahun. Persentase usia Ayah berada pada tingkat dewasa madya (40-60

tahun) yakni sebesar 72%. Umur ibu pada tingkatan dewasa awal (18-40 tahun)

yakni sebesar 60%. Hasil uji Mann-Whitney antara usia orang tua kedua kelompok

contoh menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan dimana nilai p>0.05.

Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua diukur berdasarkan tingkat pendidikan

formal dari ayah dan ibu. Sebanyak empat orang anak yang tidak mempunyai

Ayah (meninggal), sehingga jumlah sampel Ayah dari anak laki-laki menjadi 54

orang. Tabel 7 memperlihatkan persentase terbesar tingkat pendidikan Ayah dan

Ibu siswa obesitas adalah SMA dengan persentase masing-masing 38.89% dan

48.30%. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) baik tingkat pendidikan

ayah maupun ibu pada kedua anak.

Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan Ayah Ibu

n % n %

Tidak tamat SD

SD/sederajat SMP/sederajat

SMA/sederajat

Diploma Sarjana

S2/S3

0

0 2

21

11 20

2

0.00

0.00 3.70

38.89

20.37 37.04

3.73

0

1 3

29

14 11

2

0.00

1.70 5.00

48.30

23.33 18.33

3.33

Total 54* 100.00 60 100.00

*Keterangan : Anak laki-laki yang Ayahnya meninggal berjumlah empat orang

Page 23: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

23

Menurut Yudesti (2012) dan Ernawati (2006) semakin tinggi tingkat

pendidikan orang tua semakin baik pertumbuhan anaknya. Setidaknya ada lima

upaya yang merupakan imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pendidikan akan

meningkatkan sumberdaya keluarga, pendapatan keluarga, alokasi waktu untuk

pemeliharaan kesehatan anak, produktivitas dan efektivitas pemeliharaan

kesehatan, dan referensi kehidupan keluarga. Tingkat pendidikan orang tua contoh

tidak terlalu berpengaruh dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh jumlah

pendapatan perkapita yang tergolong tinggi, sehingga asumsinya setiap kebutuhan

setiap anggota keluarga akan terpenuhi dengan baik.

Pekerjaan Orang Tua

Ayah anak obesitas yaitu sebanyak empat orang tidak diketahui jenis

pekerjaannya disebabkan mereka sudah meninggal sehingga jumlah Ayah anak

menjadi 54 orang. Jenis pekerjaan ayah yang paling banyak pada kedua jenis

kelamin siswa obesitas adalah sebagai wiraswasta. Jenis pekerjaan orang tua anak

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua

Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah %

n % n %

Ayah

Tidak bekerja Sekolah/Guru

Wiraswasta

Petani Pedagang

Buruh

Pegawai Swasta

Pegawai Negeri

Jumlah

0 0

20

0 3

0

13

3 38*

0.00 0.00

51.28

0.00 7.69

0.00

33.33

7.69 100

0 0

7

0 1

0

7

2 17*

0.00 0.00

38.89

0.00 5.56

0.00

38.89

11.111100

0 0

27

0 4

0

20

5 54*

0.00 0.00

50.00

0.00 7.41

0.00

37.04

9.26 100

Ibu

Tidak bekerja Sekolah/Guru

Wiraswasta

Petani

Pedagang Buruh

Pegawai Swasta

Pegawai Negeri

Jumlah

23 0

5

0

3 2

4

5 42

54.76 0.00

11.90

0.00

7.14 4.76

9.52

11.90 100

10 1

2

0

1 1

0

3 18

0.00 55.56

5.56

0.00

5.56 5.56

0.00

16.67 100

33 1

7

0

4 3

4

5 60

54.76 1.67

11.67

0.00

6.67 5.00

6.67

8.33 100

*Keterangan : Anak yang Ayahnya meninggal berjumlah empat orang

Pekerjaan Ayah pada anak laki-laki obesitas terbesar kedua pada jenis

pekerjaan pegawai swasta (33.33%). Sebagian besar pekerjaan ibu pada kedua

jenis kelamin siswa obesitas adalah sebagai ibu rumah tangga (IRT) yakni 54.76%

pada ibu siswa laki-laki obesitas dan 55.56% pada ibu siswa perempuan obesitas.

Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang. Tidak terdapat

perbedaan (p>0.05) yang nyata baik jenis pekerjaan ayah maupun ibu pada kedua

jenis kelamin siswa obesitas. Tingkat pendapatan keluarga sangat berpengaruh

terhadap konsumsi energi keluarganya. Holman (1987) yang diacu dalam

Page 24: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

24

Novitasari (2005) menyatakan bahwa sesuai dengan hukum Bennet konsumsi

pangan akan bergeser ke arah konsumsi pangan dengan harga kalori yang lebih

mahal ketika semakin meningkatnya pendapatan seseorang, seperti pangan

hewani yang kandungan lemaknya lebih tinggi.

Pendapatan Orang Tua

Pendapatan orang tua siswa laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada

Tabel 9. Data tersebut merupakan jumlah dari pendapatan ayah dan ibu setiap

bulannya. Persentase tingkat pendapatan orang tua dengan kategori sangat tinggi

(> Rp 5 000 000/bulan) pada anak laki-laki obesitas 41.67% dan perempuan

obesitas 66.67%. Hal ini sama dengan hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2003),

yang menunjukkan bahwa kejadian obesitas terdapat pada keluarga yang

mempunyai pendapatan yang tinggi atau golongan ekonomi menengah keatas.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua

Pendapatan orang tua (Bulan) Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Rp 2 000 000-Rp 3 000 000

Rp 3 000 001-Rp 4 000 000 Rp 4 000 001-Rp 5 000 000

> Rp 5 000 000

6

4 7

25

14.29

6.67 11.67

41.67

2

0 4

12

11.11

0.00 22.22

66.67

8

4 11

37

13.33

6.67 18.33

61.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Dengan menggunakan standar BPS Jawa Barat (2014) seluruh orang tua

anak laki-laki dan perempuan (100%) termasuk dalam kategori tidak miskin

dimana pendapatannya melebihi Rp 302 735/perkapita/bulan. Tidak terdapat

perbedaan yang nyata antara pendapatan orang tua anak laki-laki obesitas dan

perempuan obesitas. Menurut Madanijah (2004) meningkatnya pendapatan berarti

memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang

lebih baik dibandingkan dengan keluarga dengan tingkat pendapatan rendah.

Status Gizi Orang Tua

Ayah anak laki-laki dan perempuan obesitas paling banyak berstatus gizi

lebih (48.34%) sedangkan ibu anak obesitas juga paling banyak berstatus gizi

lebih (56.67). Tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05) diantara status gizi Ayah

dari anak laki-laki dan perempuan obesitas. Hal yang sama juga ditemukan pada

Ibu anak laki-laki dan perempuan yang tidak terdapat perbedaan yang nyata status

gizinya. Sebaran contoh status gizi orang tua contoh dapat dilihat pada Tabel 10.

Tidak ada hubungan yang nyata (p>0.05) antara status gizi Ayah dengan

status gizi anak laki-laki dan perempuan obesitas. Sama dengan status gizi Ibu

yang tidak memiliki hubungan yang nyata dengan anak laki-laki dan perempuan

obesitas. Hal yang sama juga diperoleh dari uji hubungan antara status gizi orang

tua dengan status gizi anak laki-laki dan perempuan obesitas yang tidak memiliki

hubungan nyata (p>0.05). Hasil penelitian Sartika (2011) menunjukkan bahwa

riwayat obese ayah memberikan hubungan terhadap peluang obese pada anak.

Penelitian Haines et al. (2007) juga menunjukkan kelebihan berat badan pada

orangtua memiliki hubungan positif dengan kelebihan berat badan anak.

Page 25: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

25

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status gizi orang tua Status Gizi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Ayah

Underweight Normal

Overweight

Obesitas

Jumlah

2 19

7

14

42

4.76 45.24

16.67

33.33

100

1

9

6 2

18

5.56 50.00

33.33

11.11

100

3 28

13

16

60

5.00 46.67

21.67

26.67

100

p= 0.654

Ibu Underweight

Normal

Overweight Obesitas

Total

0

18

13 11

60

0.00

42.86

30.95 26.19

100.00

0

8

3 7

60

0.00

44.44

16.67 38.89

100.00

0

26

16 18

60

0.00

43.33

26.67 30.00

100

p= 0.425

Salah satu faktor predisposisi terjadinya obesitas pada anak-anak adalah

adanya faktor herediter dari keluarganya. Apabila ayah atau ibu gemuk, maka

kemungkinan anak menjadi gemuk 41-50%. Apabila kedua orang tua gemuk

maka kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66-80% (Yueniwati dan

Rahmawati 2002).

Kebiasaan Makan

Frekuensi Makan Anak

Kebiasaan makan anak merupakan perilaku makan anak setiap harinya,

baik di rumah maupun di luar rumah seperti di sekolah. Frekuensi makan anak

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Frekuensi makan dalam sehari Frekuensi makan sehari Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1

2 3

4

0

1 36

5

0.00

2.38 85.71

11.90

0

1 17

0

0.00

5.56 94.44

0.00

0

2 53

5

0.00

3.33 88.33

8.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

p= 0.105

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas biasa makan 3 kali

sehari dengan masing-masing persentase 85.71% dan 94.44%. Khomsan (2006)

menyatakan bahwa frekuensi makan sebaiknya adalah 3 kali sehari untuk

menghindari kekosongan lambung. Berdasarkan hasil uji beda (Mann Whitney)

antara anak laki-laki dan perempuan obesitas tidak memiliki perbedaan yang

nyata (p>0.05) dengan frekuensi makannya. Hal ini disebabkan karena frekuensi

makan anak laki-laki maupun perempuan yang obesitas sama yakni lebih dari

85% makan sebanyak tiga kali sehari.

Frekuensi makan anak yang 3 kali sehari juga ditemukan pada penelitian

Suryalamsah (2009) di sekolah dasar Bogor, dimana sebagian besar anak gemuk

Page 26: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

26

terbiasa makan 3 kali sehari. Menurut Purwati et al. (2005) dalam Suryaalamsah

(2009), untuk menghindari kegemukan maka biasakan makan secara teratur dan

hanya pada waktu tertentu saja, yakni 3 kali sehari. Jika diantara dua waktu

makan merasa lapar, makanan rendah kalori tetapi mengenyangkan seperti buah-

buahan dapat dikonsumsi.

Kebiasaan Sarapan

Sarapan merupakan suatu kegiatan makan pada pagi hari, biasanya waktu

untuk sarapan pada pukul 06.00-08.00. Kegiatan ini sangat penting dilakukan

pada pagi hari karena akan menunjang produktivitas dan konsentrasi belajar anak

(Khomsan 2006).Selain itu, sarapan akan mencegah terjadinya obesitas pada anak.

Tabel 12 di bawah ini menampilkan jumlah siswa yang sarapan dan tidak sarapan.

Tabel 12 Kebiasaan sarapan

Kebiasaan sarapan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak sarapan

Nasi,sayur,lauk

Nasi,lauk

Roti dan susu

Nasi goreng

Nasi uduk

Mie

Kue

Sereal dan susu Bubur ayam

2

1

11

10

2

0

2

1

1

2

4.76

2.38

26.19

23.81

4.76

0.00

4.76

2.38

2.38

4.76

1

4

7

3

1

1

0

0

0

0

5.56

22.22

38.89

16.67

5.56

5.56

0.00

0.00

0.00

0.00

14

5

18

13

3

1

2

1

1

2

23.33

8.33

30.00

21.67

5.00

1.67

3.33

1.67

1.67

3.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

p=0.961

Jenis makanan yang biasa dikonsumsi contoh saat sarapan adalah nasi,

sayur bayam, telur goreng, nugget,nasi uduk, mie, kue, sereal, bubur ayam dan

susu. Sebagian besar anak laki-laki maupun perempuan obesitas melakukan

kegiatan sarapan (76.67%) sedangkan anak laki-laki dan perempuan obesitas yang

tidak sarapan sebesar 23.33%. Jenis sarapan yang biasa mereka konsumsi berupa

pangan sumber karbohidrat (nasi, roti, mie, bubur) dengan pangan sumber protein

saja (chicken nugget dan telur ayam goreng) tanpa ada sayur dan buah. Menurut

Khomsan (2006), sarapan hendaknya memenuhi minimal empat pangan sumber

zat gizi (karbohidrat, lemak, protein dan vitamin) dengan kuantitas dan kualitas

yang cukup. Ada sebanyak 9.33% anak laki-laki dan perempuan yang memenuhi

kriteria tersebut, namun buah masih jarang dikonsumsi oleh anak. Umumnya

menu sarapan yang diberikan kepada anak merupakan makanan praktis, mudah

dan cepat dalam penyajiannya. Jenis chicken nugget yang biasa dikonsumsi anak

pagi hari berupa panganan kemasan yang dibeli orang tua dalam keadaan mentah

kemudian dimasak di rumah.

Hasil penelitian Suryaalamsah (2009) menunjukkan hal yang sama, bahwa

sebagian besar anak gemuk melakukan kegiatan sarapan sebelum mereka

berangkat sekolah. Sebagian besar anak laki-laki maupun perempuan yang

obesitas memilih sarapan dengan nasi dan lauk (telur goreng/nugget) saja.

Berdasarkan hasil uji beda (Mann Whitney) tidak terdapat perbedaan yang nyata

Page 27: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

27

(p>0,05) antara jenis sarapan yang dikonsumsi anak laki-laki maupun perempuan

obesitas. Hasil uji Spearman juga tidak menunjukkan adanya hubungan antara

kebiasaan sarapan dengan jenis kelamin maupun dengan status gizi anak yang

obesitas (p>0.05). Tidak adanya hubungan dan perbedaan antara kedua jenis

kelamin disebabkan karena sebagian besar contoh memiliki kebiasaan sarapan dan

menu yang hampir sama.

Kebiasaan Mengemil

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak laki-laki mapun

perempuan yang obesitas memiliki kebiasaan mengemil, dimana persentase

mengemil di sekolah lebih besar dibandingkan dengan di rumah dengan total

persentasenya. Tabel 13 berikut berisi informasi mengenai waktu anak laki-laki

dan perempuan mengemil.

Tabel 13 Waktu saat mengemil

Waktu mengemil Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Menonton tv

Belajar dirumah

Saat santai

Jalan-jalan di luar

19

2

20

1

45.24

4.76

47.62

2.38

8

4

5

1

44.44

22.22

27.78

5.56

27

6

25

2

45.00

10.00

41.67

3.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki obesitas terbiasa mengemil ketika santai dirumah dengan

persentase sebesar 47.62%, sedangkan anak perempuan obesitas lebih sering

mengemil saat menonton televisi dengan persentase 44.44%. Tidak terdapat

perbedaan (p>0,05) antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang obesitas

terhadap waktu mengemil. Selain waktu mengemil kebiasan makan anak juga bisa

dilihat dari jenis camilan yang biasa dikonsumsi. Jenis camilan yang biasa

dikonsumsi anak laki-laki maupun perempuan yang obesitas adalah nasi goreng,

siomay, kentang goreng, pastel, mie goreng, mie ayam, jamur crispy, batagor,

chiki, nasi kuning, kacang, permen, gorengan, nugget, roti dan sebagainya.

Gambar 2 di bawah ini menampilkan jenis makanan yang dikonsumsi untuk

camilan di sekolah dan di rumah.

Gambar 2 Jenis makanan yang dikonsumsi untuk camilan di sekolah

0.00%5.00%

10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%

nas

i go

ren

g

sio

may

ken

tan

g go

ren

g

pas

tel

mie

go

ren

g

mie

aya

m

jam

ur

cris

py

bat

ago

r

chik

i

nas

i ku

nin

g

kaca

ng

per

men

gore

nga

n

nu

gget

roti

frie

d c

hic

hke

n

po

p ic

e

sod

a

teh

man

is

es k

rim

bis

kuit

Es je

ruk

kem

asan

ota

k o

tak

susu

keto

pra

k

soto

aya

m

kue

Lain

-lai

n

Sekolah Rumah

Page 28: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

28

Pengambilan data jenis camilan yang biasa dikonsumsi anak laki-laki dan

perempuan obesitas terdiri dari tiga jenis camilan. Jenis camilan yang paling

banyak dikonsumsi anak laki-laki obesitas adalah gorengan (9.62%), sedangkan

anak perempuan lebih banyak mengkonsumsi siomay (14.29%) sebagai camilan

di sekolah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara jenis kelamin

dengan jenis camilan yang biasa dikonsumsi di sekolah. Selain di sekolah anak

obesitas juga biasa mengkonsumsi camilan di rumah.

Jenis camilan yang biasa dikonsumsi anak laki-laki di rumah adalah soft

drink dan “chiki” dengan persentase keduanya 18.75%. Anak perempuan obesitas

paling banyak mengkonsumsi “chiki” sebagai camilan ketika di rumah dengan

persentase 22.22%. Secara keseluruhan jenis camilan yang paling banyak di

konsumsi di rumah adalah snack sejenis “chiki” dengan persentase rata-rata

sebesar 20%. Menurut uji statistika tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05)

antara jenis camilan yang dikonsumsi di rumah dengan jenis kelamin.

Konsumsi chiki dan soft drink sebagai camilan dapat menyebabkan

kegemukan. Hal ini dikarenakan chiki termasuk makanan padat kalori namun

rendah gizi dan soft drink mengandung energi tinggi yang berasal dari gula. Anak-

anak obesitas cenderung sulit menahan rasa lapar. Purwati et al. (2005) dalam

Suryalamsah (2009) menganjurkan mengonsumsi pangan rendah kalori, tetapi

tinggi serat seperti buah-buhan, sayuran, umbi-umbian rebus, yoghurt atau susu

non fat ketika mengemil. Konsumsi jenis pangan tersebut akan mengurangi risiko

terjadinya obesitas pada anak-anak.

Fast Food

Salah satu jenis makanan yang biasa dibeli oleh anak laki-laki dan

perempuan obesitas adalah fast food. Jenis makanan ini biasa dijual di sekolah

dengan harga yang relatif murah. Semua anak laki-laki dan perempuan

mengetahui bahwa kantin sekolah menyediakan berbagai macam jenisfast food.

Fast food yang dijual di sekolah adalah kentang goreng, fried chicken, jamur

crispy, nugget, spaghetti, sosis goreng, burger dan mie instan. Data fast food yang

biasa dibeli anak ketika sekolah disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Fast food yang dibeli di sekolah Jenis Makanan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak membeli

Kentang goreng Fried chicken

Jamur crispy

Nugget Spaghetti

Mie instant

4.00

20.00 7.00

7.00

3.00 0.00

1.00

9.52

47.62 16.67

16.67

7.14 0.00

2.38

1

7 6

2

1 1

0

5.56

38.89 33.33

11.11

5.56 5.56

0.00

5

27 13

9

4 1

1

8.33

45.00 21.67

15.00

6.67 1.67

1.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas sering membeli

kentang goreng di sekolahnya dengan persentase masing-masing yakni 47.62%

dan 38.89%. Menurut uji statistika (Mann Whitney) tidak terdapat perbedaan yang

nyata (p>0.05) antara anak laki-laki dan perempuan obesitas dengan jenis fast

food yang dikonsumsi. Hasil penelitian Davis (2009) juga menunjukkan lebih dari

setengah sekolah di Amerika menyediakan jenis makanan ini. Anak-anak yang

sekolahnya menyediakan fast food berisiko 1.07 kali menjadi obesitas dan

Page 29: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

29

berkaitan dengan tingkat kejadian obesitas pada anak-anak usia sekolah.

Konsumsi fast food anak tidak hanya di sekolah saja tetapi juga di rumah. Tabel

15 menampilkan jenis fast food yang biasa dikonsumsi di rumah.

Tabel 15 Fast food yang dikonsumsi di rumah Jenis Makanan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak memakan Kentang goreng

Fried chicken

Jamur crispy Nugget

Sosis goreng

Burger

0.00 8.00

13.00

0.00 18.00

1.00

2.00

0.00 19.05

30.95

0.00 42.86

2.38

4.76

0.00 5.00

2.00

0.00 8.00

1.00

2.00

0.00 27.78

11.11

0.00 44.44

5.56

11.11

0.00 13.00

15.00

0.00 26.00

2.00

4.00

0.00 21.67

25.00

0.00 43.33

3.33

6.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Jenis fast food yang biasa dikonsumsi anak laki-laki (42.86%) dan

perempuan (44.44%) obesitas di rumah adalah nugget. Konsumsi nugget di rumah

lebih besar dibandingkan dengan makanan lainnya. Hal ini berkaitan dengan

kebiasaan makan keluarga. Keluarga yang terbiasa menyajikan fast food di rumah

akan menumbuhkan perilaku yang sama kepada anak. Alasan orang tua

memberikan makanan tersebut karena proses pemasakan yang sangat cepat dan

mudah. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara anak laki-laki dan

perempuan obesitas yang mengkosumsi fast food di rumah.

Soft Drink

Soft drink atau minuman bersoda merupakan minuman berkarbonasi yang

memiliki jumlah kalori yang tinggi setiap satu serving size. Minuman ini sering

dikonsumsi dan dibeli oleh berbagai tingkatan usia termasuk anak-anak. Hasil

penelitian menunjukkan anak laki-laki dan perempuan obesitas sebagian besar

membeli minuman ini di sekolah. Data ukuran botol/kaleng yang biasa dibeli di

sekolah disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Ukuran soft drink yang sering dibeli

Ukuran botol/kaleng

(ml)

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Tidak membeli

1600

1000

500

350

300

250

5.00

1.00

0.00

4.00

19.00

3.00

10.00

11.90

2.38

0.00

9.52

45.24

7.14

23.81

1.00

0.00

1.00

1.00

8.00

0.00

7.00

5.56

0.00

5.56

5.56

44.44

0.00

38.89

6.00

1.00

1.00

5.00

27.00

3.00

17.00

10.00

1.67

1.67

8.33

45.00

5.00

28.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas membeli jenis

botol/kaleng yang berukuran 350 ml dengan persentase masing-masing 45.24%

dan 44.44%. Anak laki-laki lebih banyak membeli botol minuman ukuran 350 ml

karena harganya yang terjangkau dengan uang saku mereka. Selain itu di sekolah

mereka juga lebih banyak menyediakan ukuran botol tersebut. Tidak terdapat

perbedaan yang nyata (p>0.05) antara anak laki-laki dan perempuan obesitas yang

membeli berbagai macam ukuran soft drink.

Page 30: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

30

Hasil penelitian Prancis (2001) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

konsumsi harian rata-rata soft drink hampir dua kaleng standar (24 oz/700ml)

untuk anak laki-laki dan lebih dari satu kaleng standar bisa dikonsumsi anak

perempuan (12 oz/350 ml). Menurut Ludwig (2001), asupan soft drink yang tinggi

dapat menimbulkan risiko terjadinya obesitas dan mempunyai hubungan yang

signifikan dengan kejadian obesitas anak.

Kebiasaan Konsumsi Fast Food

Tingkat Kesukaan Fast Food

Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas menyukai fast food

dengan persentase sebesar 50% dan hanya sebesar 20% yang sangat menyukai

jenis makanan ini. Sebaran tingkat kesukaan fast food dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 17 Tingkat Kesukaan terhadap fast food Tingkat kesukaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Suka

Suka

Biasa saja

Tidak suka

9

22

11

0

21.43

52.38

26.19

0.00

3

8

7

0

16.67

44.44

38.89

0.00

12

30

18

0

20.00

50.00

30.00

0.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki perempuan obesitas paling banyak menyukai makanan jenis

fast food dengan persentase masing-masing 52.38% dan 44.44%. Tidak ada

contoh yang tidak menyukai jenis makanan ini dikarenakan sebagian besar proses

pengolahannya digoreng dengan minyak, sehingga membuat makanan ini semakin

gurih dan juga memiliki rasa yang enak khususnya bagi anak-anak. Selain itu,

jenis makanan ini telah menjadi salah satu makanan yang biasa dikonsumsi oleh

anak-anak karena proses penyajiannya yang cepat. Menurut Suhardjo (1989)

derajat kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap makanan akan

berpengaruh terhadap konsumsi pangan.

Waktu Yang Paling Sering Dipilih Untuk Mengunjungi RestoranFast Food

Sebanyak 46.67% contoh laki-laki dan perempuan berstatus gizi obesitas

terbiasa mengonsumsi fast food pada waktu yang tidak tentu. Konsumsi fast food

dengan waktu yang tidak tentu menggambarkan fast food tidak hanya dikonsumsi

pada waktu libur saja, akan tetapi pada sebagian contoh fast food telah menjadi

bagiandari menu harian. Tabel 18 menunjukkan waktu yang paling sering dipilih

contoh untuk mengonsumsi fast food laki-laki dan perempuan obesitas.

Tabel 18 Waktu mengunjungi restoran fast food

Waktu kunjungan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Hari sekolah

Akhir pekan

Hari libur

Tidak tentu

1

4

17

20

2.38

9.52

40.48

47.62

1

5

4

8

5.56

27.78

22.22

44.44

2

9

21

28

3.33

15.00

35.00

46.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Page 31: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

31

Sebanyak 47.62% contoh laki-laki dan sebanyak 44.44% perempuan

berstatus gizi obesitas memilih tidak tentu. Hal serupa juga dilaporkan oleh Fitri

(2011) yang menunjukkan bahwa 73.3% orang yang memiliki status gizi obesitas

banyak mengkonsumsi fast food pada waktu yang tidak tentu. Selain itu menurut

hasil penelitian Suryaalamsah (2009), sebagian besar (60%) anak berstatus gizi

lebih memilih mengunjungi restorant fast food pada waktu hari sekolah dan libur.

Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan anak untuk mengunjungi restoran

fast food tidak hanya dilakukan pada hari libur/akhir pekan tetapi pada hari

sekolah mereka juga terbiasa mengunjungi restoran ini.

Informasi Mengenai Fast Food

Anak laki-laki obesitas maupun perempuan obesitas lebih banyak

mendapatkan informasi mengenai fast food dari televisi, karena iklan mengenai

berbagai macam makanan ataupun restoran fast food sering meraka lihat dengan

persentase secara keseluruhan sebesar 55,38%. Sebaran informasi mengenai fast

food dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Informasi menganai Fast food Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Televisi

Majalah Internet

Baliho

Keluarga Teman

25

1 0

0

14 2

59.52

2.38 0.00

0.00

33.33

4.76

11

0 0

0

7 0

61.11

0.00 0.00

0.00

38.89 0.00

36

1 0

0

21 7

55.38

1.54 0.00

0.00

32.31 10.77

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki dan perempuan obesitas lebih banyak mendapatkan

informasi mengenai fast food dari televisi dengan persentase masing-masing yakni

59.52% dan 61.11%. Sumber informasi ini berkaitan dengan waktu anak

menonton televisi yang cukup tinggi yakni sebanyak 5 jam pada hari sekolah dan

10 jam pada hari libur. Hal serupa didapatkan dari hasil penelitian Mcneal (1998)

dalam Bowman (2004) yang menunjukkan bahwa anak-anak akan sangat mudah

dipengaruhi dari waktu ke waktu oleh iklan yang akan mereka ingat. Kemudian

kebiasaan konsumsi makanan cepat saji ini akan bertahan sampai mereka dewasa.

Alasan Mengkonsumsi Fast Food

Alasan yang paling banyak dipilih oleh kedua anak dalam mengonsumsi

fast food adalah rasa yang enak (laki-laki obesitas 76.19% dan 83.33% perempuan

obesitas). Sama halnya dengan hasil penelitian Suryaalamsah (2009) yaitu alasan

responden memilih makan fast food karena cita rasa makanan yang enak.

Kandungan lemak dan garam yang berasal dari bahan-bahan makanan penyusun

fast food diduga memberikan cita rasa yang gurih dan lezat, sehingga fast food

banyak disukai oleh anak-anak. Rasa harus diperhatikan oleh sebuah restoran jika

ingin tetap dapat bertahan dan maju dalam bisnis makanan. Selain harga, rasa

makanan juga dapat dijadikan penentu kualitas dari suatu restoran (Fitri, 2011).

Sebaran contoh menurut faktor kesukaan terhadap fast food dan jenis kelamin

dapat dilihan pada Tabel 20.

Page 32: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

32

Tabel 20 Sebaran data alasan konsumsi fast food

Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Aroma yang lezat

Rasanya enak

Harga terjangkau

Tempat yang nyaman

6

32

2

2

14.29

76.19

4.76

4.76

2

15

1

0

11.11

83.33

5.56

0.00

17

50

9

2

21.79

64.10

11.54

2.56

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Hanya sedikit anak memilih tempat yang nyaman hal ini disebabkan pada

sebagian anak tersebut sering membeli fast food hanya untuk mendapat akses

internet gratis di restoran tersebut.

Restoran Fast Food yang Paling Sering Dikunjungi

Semakin menjamurnya restoran-restoran fast food yang letaknya strategis

dan dekat dengan sekolah dapat mengakibatkan perilaku makan anak menjadi

terbiasa dengan mengkonsumsi fast food secara terus menerus. Sebaran contoh

restoran yang paling sering dikunjungi dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Restoran fast food yang paling sering dikunjungi Jenis Restoran Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

A

B C

D

E F

G

H I

J

K

L

8.00

16.00 3.00

7.00

1.00 1.00

2.00

1.00 1.00

0.00

1.00

1.00

19.05

38.10 7.14

16.67

2.38 2.38

4.76

2.38 2.38

0.00

2.38

2.38

3

5 0

2

1 0

1

1 1

1

2

1

16.67

27.78 0.00

11.11

5.56 0.00

5.56

5.56 5.56

5.56

11.11

5.56

11

21 3

9

2 1

3

2 2

1

3

2

18.33

35.00 5.00

15.00

3.33 1.67

5.00

3.33 3.33

1.67

5.00

3.33

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebanyak 35% contoh anak laki-laki maupun perempuan obesitas (27.78%

untuk anak laki-laki obesitas dan 38.0% untuk anak perempuan obesitas) paling

sering mengunjungi restoran B yang merupakan franchise dari Amerika yang

menyajikan menu utama berupa ayam goreng. Selain restoran B memiliki menu-

menu yang cukup beragam sesuai dengan selera anak-anak dan memiliki suasana

yang nyaman dengan menghadirkan hadiah mainan. Restoran ini juga

menyediakan Wifi gratis kepada pengunjungnya. Hasil serupa juga ditemukan

pada penelitian Fitri (2011) dan Suryaalamsah (2009) yang menyatakan bahwa

jenis fast food berupa fried chicken biasanya banyak dikonsumsi konsumen.

Contoh juga memberi alasan mengunjungi restoran B karena jaraknya

yang dekat dengan sekolah. Menurut Davis (2009) lebih dari setengah sekolah

anak-anak di Amerika dekat dengan restoran fast food dan meyediakan jenis

makanan ini di sekolahnya. Anak-anak tersebut berisiko 1.06 kali menjadi

overweight dan 1.07 kali menjadi obesitas apabila sekolahnya dekat dengan

Page 33: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

33

restoran fast food dan hal ini berhubungan dengan tingkat kejadian kegemukan

pada anak-anak.

Jenis Fast Food yang Paling Sering Dikonsumsi

Fast food yang diteliti adalah jenis fast food yang dibeli di restoran dan

tidak dimasak di rumah. Jenis fast food yang paling disukai oleh contoh adalah

fried chicken (48%) dan tidak ada yang memilih spaghetti. Sebaran jenis fast food

yang paling disukai dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Jenis fast food yang paling sering dikonsumsi

Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Burger

Kentang goreng

Fried chicken

Pizza

Bento

Chicken nugget

Spaghetti

Doughnat

1.00

3.00

18.00

8.00

1.00

10.00

1.00

1.00

2.38

7.14

42.86

19.05

2.38

23.81

2.38

2.38

1.00

1.00

7.00

2.00

2.00

4.00

1.00

0.00

5.56

5.56

38.89

11.11

11.11

22.22

5.56

0.00

2

4

25

10

1

14

2

1

3.33

6.67

41.67

16.67

1.67

23.33

3.33

1.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar contoh anak laki-

laki obesitas (42.86%) dan (38.89%) anak perempuan obesitas menyukai fried

chicken. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suryaalamsah (2009) dan Fitri

(2011) yang menyatakan bahwa jenis fast food fried chicken yang biasa

dikonsumsi konsumen. Dipilihnya fried chicken sebagai jenis fast food yang

paling sering dikonsumsi kemungkinan disebabkan oleh bahan baku dan proses

pengolahannya. Fried chicken diolah dengan cara digoreng sehingga akan lebih

banyak menyerap minyak, dengan penambahan tepung terigu dan bumbu-bumbu

membuat cita rasa yang lebih gurih dan renyah. Satu potong fried chicken bagian

dada meiliki berat sekitar 178 gram dengan kalori sebesar 320 kkal dan lemak 14

gram sedangkan bagian pada memiliki berat 110 gram dengan kalori sebesar 290

kkal dan lemak 21 gram (KFC 2001).

Frekuensi Mengkonsumsi Fast Food

Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang

dikonsumsi oleh seseorang adalah rasa lapar atau kenyang, selera, atau reaksi cita

rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial-ekonomi,

dan pendidikan (Riyadi 1996). Sebaran data frekuensi konsumsi fast food secara

keseluruhan disajikan pada Tabel 23.

Tabel 23 Sebaran data rekuensi konsumsi fast food Frekuensi Konsumsi fast food

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1-2/hari 1-2/minggu

3-5/minggu

6-7/bulan

Total

9 10

16

7

42

21.43 23.81

38.10

16.67

100

6 5

5

2

18

33.33 27.78

27.78

11.11

100

15 15

21

9

60

25.00 25.00

35.00

15.00

100.00

Page 34: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

34

Frekuensi konsumsi fast food terbanyak 3-5x/minggu sebanyak 35%. Hasil

penelitian Fitri (2011) juga menunjukkan hasil bahwa anak sekolah di Bogor lebih

banyak mengkonsumsi fried chicken dalam satu bulan dengan frekuensi 1-2 kali

per minggu. Frekuensi konsumsi fast food terbanyak 3-5x/minggu sebanyak 35%.

Hasil penelitian Fitri (2011) juga menunjukkan hasil bahwa anak sekolah di

Bogor lebih banyak mengkonsumsi fried chicken dalam satu bulan dengan

frekuensi 1-2 kali per minggu. Berdasarkan hasil uji statistik (Mann Whitney),

dapat diketahui tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara frekuensi

konsumsi fast food contoh anak laki-laki dan perempuan obesitas.

Fried chicken merupakan jenis fast food terbanyak yang pernah

dikonsumsi satu bulan yang lalu oleh contoh. Seluruh contoh laki-laki dan

perempuan yang berstatus gizi obesitas pernah mengkonsumsi fried chicken

dalam satu bulan terakhir. Frekuensi konsumsi terbanyak 1-2x/bulan pada anak

laki-laki obesitas yaitu 38,1% dan 33.33% contoh perempuan obesitas

mengkonsumsi 1-2 kali per hari. Kandungan energi dan lemak fried chicken per

porsi pada bagian dada, masing-masing sebesar 346 kkal dan 22.97 gram

(Khomsan et al. 1998). Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa

kandungan energi dan lemak yang disumbangkan fried chicken bagian dada per

porsi yaitu dengan frekuensi 1-2 x per bulan yaitu 346-1038 kkal dan 22.87-68.91

gram.

Chicken nugget merupakan jenis fast food kedua terbanyak yang

dikonsumsi satu bulan terakhir oleh contoh laki-laki dan perempuan obesitas.

Seluruh contoh laki-laki dan perempuan obesitas mengkonsumsi chicken nugget

dalam waktu sebulan terakhir. Sebanyak 30.95% contoh laki-laki obesitas

mengkonsumsi chicken nugget 3-5 x per minggu sedangkan sebanyak 38.89%

contoh perempuan obesitas mengkonsumsi chicken nugget 1-2 kali perminggu.

Kandungan energi dan lemak chicken nugget, masing-masing sebesar 190 kkal

dan 15 gram (DKBM 2006).

Sebanyak 64.29% anak laki-laki obesitas dan 61.11% perempuan obesitas

tidak pernah mengkonsumsi hot dog serta 1-2 kali perbulan sebanyak 26.19% dan

27.78% mengkonsumsi hotdog dengan berat rata-rata 126 gram atau berukuran

sedang. Sebanyak 33.33% contoh laki-laki berstatus gizi obesitas dan 16.67%

contoh perempuan berstatus gizi obesitas tidak mengkonsumsi doughnut sebulan

terakhir.

Berdasarkan hasil uji statistik (Mann Whitney), dapat diketahui tidak

terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara frekuensi konsumsi fast food

contoh yang anak laki-laki dan perempuan obesitas. Hasil analisis korelasi

Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi

fast food dengan jenis kelamin contoh (p>0.05).Jenis fast food yang dikonsumsi

anak selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Frekuensi jenis konsumsi fast food dan jenis kelamin Jenis Fast Food Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Fried chicken 1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu 1-2/bulan

Tidak Pernah

Total

9

10

7 16

0

42

21.43

23.81

16.67 38.10

0.00

100

6

5

2 5

0

18

33.33

27.78

11.11 27.78

0.00

100

15

15

9 21

0

60

25.00

25.00

15.00 35.00

0.00

100.00

Page 35: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

35

Tabel 24 Frekuensi jenis konsumsi fast food dan jenis kelamin (Lanjutan) Jenis Fast Food Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Burger 1-2/hari 1-2/minggu

3-5/minggu

1-2/bulan Tidak Pernah

Total

2 13

4

15 8

42

4.76 30.95

9.52

35.71 19.05

100

0 2

0

12 4

18

0.00 11.11

0.00

66.67 22.22

100

2 15

4

27 12

60

3.33 25.00

6.67

45.00 20.00

100.00

Hotdog 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu

1-2/bulan

Tidak Pernah Total

0

2 2

11

27 42

0.00

4.76 4.76

26.19

64.29 100

0

1 1

5

11 18

0.00

5.56 5.56

27.78

61.11 100

0

3 3

16

38 60

0.00

5.00 5.00

26.67

63.33 100.00

Pizza 1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu 1-2/bulan

Tidak Pernah

Total

2

11

10 11

8

42

4.76

26.19

23.81 26.19

19.05

100

0

1

5 8

4

18

0.00

5.56

27.78 44.44

22.22

100

2

12

15 19

12

60

3.33

20.00

25.00 31.67

20.00

100.00

Sandwich 1-2/hari 1-2/minggu

3-5/minggu

1 11

2

2.38 26.19

4.76

1 1

4

5.56 5.56

22.22

2 12

6

3.33 20.00

10.00

1-2/bulan Tidak Pernah

Total

6 22

42

14.29 52.38

100

1 11

18

5.56 61.11

100

7 33

60

11.67 55.00

100.00

Spaghetti 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu

1-2/bulan

Tidak Pernah Total

0

7 7

12

16 42

0.00

16.67 16.67

28.57

38.10 100

1

3 2

8

4 18

5.56

16.67 11.11

44.44

22.22 100

1

10 9

20

20 60

1.67

16.67 15.00

33.33

33.33 100.00

Kentang goreng 1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu 1-2/bulan

Tidak Pernah

Total

6

15

7 6

8

42

14.29

35.71

16.67 14.29

19.05

100

3

8

4 3

0

18

16.67

44.44

22.22 16.67

0.00

100

9

23

11 9

8

60

15.00

38.33

18.33 15.00

13.33

100.00

Chicken nugget 1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu

1-2/bulan Tidak Pernah

Total

11

11

13

4 3

42

26.19

26.19

30.95

9.52 7.14

100

1

7

6

3 1

18

5.56

38.89

33.33

16.67 5.56

100

12

18

19

7 4

60

20.00

30.00

31.67

11.67 6.67

100.00

Doughnut 1-2/hari 1-2/minggu

3-5/minggu

1-2/bulan

Tidak Pernah Total

3 3

11

11

14 42

7.14 7.14

26.19

26.19

33.33 100

0 5

1

9

3 18

0.00 27.78

5.56

50.00

16.67 100

3 8

12

20

17 60

5.00 13.33

20.00

33.33

28.33 100.00

Page 36: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

36

Kebiasaan Konsumsi Soft drink

Tingkat Kesukaan Soft Drink

Tingkat kesukaan soft drink terdiri dari sangat suka, suka, biasa saja dan

tidak suka. Sebagian besar anak laki-laki dan perempuan obesitas menyukai soft

drink dengan persentase masing-masing sebesar 42.67%. Hanya sebesar 13.33%

anak laki-laki dan perempuan yang sangat menyukai jenis makanan ini. Sebaran

tingkat kesukaan soft drink dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Tingkat kesukaan terhadap soft drink Tingkat kesukaan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Suka

Suka

Biasa saja

Tidak suka

6

21

13

1

14,29

50,00

30.95

2.38

2

3

11

2

11,11

16.67

61.11

11,11

8

25

24

3

13,33

42.67

40.00

5.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebesar 5% contoh yang tidak menyukai jenis minuman ini dikarenakan

mereka belum pernah mencobanya. Alasan contoh anak laki-laki dan perempuan

obesitas yang menyukai soft drink karena rasanya yang enak dan memiliki varian

rasa serta warnanya yang menarik. Menurut Suhardjo (1989) derajat kesukaan

atau ketidaksukaan seseorang terhadap makanan akan berpengaruh terhadap

konsumsi pangan.

Waktu Membeli Soft Drink

Sebanyak 52.38% contoh laki-laki dan 72.22% perempuan berstatus gizi

obesitas memilih tidak tentu, sebanyak 23.81% contoh laki-laki obesitas memilih

akhir pekan dan sebanyak 22.22% contoh perempuan obesitas memilih hari libur

dan 11.9% hari sekolah sebagai waktu membeli soft drink. Tabel 26 menunjukkan

waktu yang paling sering dipilih contoh untuk mengkonsumsi soft drink laki-laki

dan perempuan obesitas.

Tabel 26 Waktu membeli soft drink Waktu kunjungan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Hari sekolah Akhir pekan

Hari libur

Tidak tentu

5 10

5

22

11.90 23.81

11.90

52.38

1 0

4

13

5.56 0.00

22.22

72.22

6 10

9

45

10.00 16.67

15.00

75.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebanyak 75% contoh laki-laki dan perempuan berstatus gizi obesitas

mengkonsumsi soft drink pada waktu yang tidak tentu, contoh mengkonsumsi soft

drinktidak terbatas pada hari sekolah atau hari libur. Konsumsi soft drink dengan

waktu yang tidak tentu ini, menggambarkan bahwa soft drink tidak hanya

dikonsumsi pada waktu libur saja, akan tetapi pada sebagian contoh kemungkinan

soft drink telah menjadi bagian dari menu harian dan frekuensi konsumsinya

cenderung meningkat. Konsumsi soft drink dengan waktu yang tidak tentu

menggambarkan bahwa soft drink tidak hanya dikonsumsi pada waktu libur saja,

kemungkinan soft drink telah menjadi bagian dari menu harian anak.

Page 37: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

37

Informasi Mengenai Soft Drink

Informasi yang yang didapat oleh anak mengenai soft drink diperoleh dari

berbagai sumber, seperti televisi, majalah, internet, baliho, keluarga dan teman.

Anak laki-laki obesitas maupun perempuan obesitas lebih banyak mendapatkan

informasi mengenai soft drink dari televisi, karena iklan mengenai berbagai

macam merek minuman ini sering meraka lihat dengan persentase secara

keseluruhan sebesar 61.67%. Sebaran informasi mengenai soft drink dapat dilihat

pada Tabel 27.

Tabel 27 Informasi menganai soft drink Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Televisi

Majalah

Internet

Baliho Keluarga

Teman

18

1

0

14 9

0

42.86

2.38

0.00

33.33 21.43

0.00

19

1

0

7 1

0

50.00

5.56

0.00

38.89 5.56

0.00

37

2

0

21 10

0

61.67

3.33

0.00

35.00 16.67

0.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Anak laki-laki dan perempuan obesitas lebih banyak mendapatkan

informasi mengenai soft drink dari televisi dengan persentase masing-masing

yakni 42.86% dan 50%. Selain itu sebanyak 33.33% anak laki-laki dan 38.89%

mengetahui fast food dari keluarga. Hal ini dapat disebabkan bahwa ketika di

rumah contoh menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi yang

menayangkan berbagai macam merek soft drink dan juga kemungkinan minuman

ini disediakan di rumah.

Alasan Mengkonsumsi Soft Drink

Keputusan anak dalam membeli dan mengkonsumsi sesuatu disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu rasa dan juga warna yang menarik. Sebaran alasan

mengkonsumsi soft drink dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Faktor kesukaan terhdap soft drink Asal Informasi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Warna menarik

Rasanya enak

Harga terjangkau Tersedia di rumah

7

29

3 3

16.67

69.05

7.14 7.14

1

12

1 4

5.56

66.67

5.56 22.22

8

41

4 7

13.33

68.33

6.67 11.67

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Alasan yang paling banyak dipilih oleh kedua kelompok anak dalam

mengkonsumsi soft drink adalah rasa yang enak (laki-laki obesitas 69.05% dan

66.67% perempuan obesitas). Kandungan gula yang tinggi pada soft drink diduga

memberikan cita rasa yang manis, sehingga soft drink banyak disukai oleh anak-

anak. Makanan ataupun minuman yang manis biasanya digemari oleh banyak

anak-anak sehingga banyak anak yang menyukai jenis minuman ini. Selain itu,

jenis minuman ini biasa disajikan bersama dengan makanan fast food di restoran-

restoran cepat saji sehingga banyak anak yang sudah terbiasa dengan rasanya.

Page 38: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

38

Tidak jarang pula keluarga mereka menyiapkan minuman ini dirumahnya

sehingga anak-anak dengan mudah mengkonsumsinya.

Jenis Soft Drink yang Paling Disukai

Semakin banyaknya merek soft drink membuat banyak konsumen dengan

mudah membelinya di toko-toko terdekat. Selain itu soft drink juga diperjual

belikan di lingkungan sekolah. Semakin menjamurnya restoran-restoran fast

foodjuga memudahkan anak untuk membeli soft drink. Sebaran contoh restoran

yang paling sering dikunjungi dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Jenis soft drink yang paling disukai Jenissoft drink Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Soft drink non warna1

Soft drink merah Soft drink hitam 1

Soft drink. hitam 2

Soft drink perisa Teh

Soft drink non warna 2

3

27 4

2

1

5

7.14

64.29 9.52

4.76

2.38

11.90

1

13 2

0

1

1

5.56

72.22 11.11

0.00

5.56

5.56

4

40 6

2

2

6

6.67

66.67 10.00

3.33

3.33

10.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Sebagian besar anak laki-laki (64.29%) dan perempuan (72.22%) obesitas

menyukai soft drink merah. Jenis minuman soft drink paling disukai oleh anak-

anak disebabkan oleh warnanya yang menarik karena terdiri dari tiga pilihan

warna yaitu merah, kuning dan hijau sehingga anak-anak dapat memilih sesuai

dengan kesukaan mereka. Selain itu jenis soft drink ini juga disajikan bersamaan

dengan makanan di restoran yang menyajikan menu fast food.

Frekuensi Mengkonsumsi Soft Drink

Frekuensi konsumsi terbanyak 6-7x/bulan ditemukan pada anak laki-laki

obesitas dan contoh perempuan obesitas dengan persentase total sebesar 70%.

Hasil penelitian ini (Tabel 30) didasarkan pada frekuensi konsumsi soft drink

secara umum dan tidak terfokus pada jenisnya, disebabkan anak mengkonsumsi

soft drink dengan jenis yang berbeda-beda pada satu bulan terakhir. Sebaran data

frekuensi konsumsi soft drink disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30 Frekuensi Konsumsi soft drink Frekuensi Konsumsi soft drink

Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

1-2/hari 1-2/minggu

3-5/minggu

6-7/bulan Total

2 8

5

27 42

4.76 19.05

11.90

64.28 100

0 3

0

15 18

0.00 16.67

0,00

83.33 100

2 11

5

42 60

3.33 18.33

8.33

70.00 100.00

Jumlah anak yang terbiasa konsumsi soft drink 6-7kali/bulan akan

meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak. Hal serupa ditemukan pada

penelitian Weils (2005) di Amerika, dengan contoh anak usia sekolah bahwa

minum soft drink dua kali sehari akan meningkatkan 2.2 kali resiko terjadinya

kegemukan dan konsumsinya satu kali sehari akan meningkatkan 1.8 resiko

terjadinya kegemukan pada anak-anak. Umumnya soft drink disukai anak-anak,

Page 39: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

39

remaja maupun orangdewasa karena rasanya yang menimbulkan efek ketagihan

dan kecanduan untuk minum lagi setelah tegukan pertama. Hal ini disebabkan

karena minuman tersebut mengandung kadar gula yang tinggi sehingga membuat

kenyamanan dan kebahagiaan setelah meminumnya (Suragimath et al. 2009).

Jenis soft drink terdiri dari soft drink non warna, warna merah, dan hitam. Data

frekuensi soft drink menurut jenisnya selama 1 bulan terakhir disajikan pada tabel

31.

Tabel 31 Frekuensi konsumsi soft drink menurut jenisnya dan jenis kelamin Jenis soft drink Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Soft drink non

warna 1

1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu

1-2/bulan Tidak Pernah

Total

2

2

3

7 28

42

4.76

4.76

7.14

16.67 66.67

100

0

1

2

5 10

18

0.00

5.56

11.11

27.78 55.56

100

2

3

5

12 38

60

3.33

5.00

8.33

20.00 63.33

100.00

Soft drink merah 1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu

1-2/bulan

Tidak Pernah Total

2

8 5

14

13 42

4.76

19.05 11.90

33.33

30.95 100

0

3 0

12

3 18

0.00

16.67 0.00

66.67

16.67 100

2

11 5

26

16 60

3.33

18.33 8.33

43.33

26.67 100.00

Soft drink hitam 1

1-2/hari 1-2/minggu

3-5/minggu

1-2/bulan Tidak Pernah

Total

1 8

2

9 22

42

2.38 19.05

4.76

21.43 52.38

100

0 3

3

5 7

18

0.00 16.67

16.67

27.78 38.89

100

1 11

5

14 29

60

1.67 18.33

8.33

23.33 48.33

100.00

Soft drink perisa

teh

1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu

1-2/bulan Tidak Pernah

Total

0

1

0

2 39

42

0.00

2.38

0.00

4.76 92.86

100

0

1

2

1 14

18

0.00

5.56

11.11

5.56 77.78

100

0

2

2

3 53

60

0.00

3.33

3.33

5.00 88.33

100.00

Soft drink hitam

2

1-2/hari

1-2/minggu

3-5/minggu 1-2/bulan

Tidak Pernah

Total

0

4

3 6

29

42

0.00

9.52

7.14 14.29

69.05

100

0

2

0 4

12

18

0.00

11.11

0.00 22.22

66.67

100

0

6

3 10

41

60

0.00

10.00

5.00 16.67

68.33

100.00

Soft drink non

warna 2

1-2/hari

1-2/minggu 3-5/minggu

1-2/bulan

Tidak Pernah

Total

3

5 2

2

30

42

7.14

11.90 4.76

4.76

71.43

100

0

3 0

5

10

18

0.00

16.67 0.00

27.78

55.56

100

3

8 2

7

40

60

5.00

13.33 3.33

11.67

66.67

100.00

Sebanyak 73.33% laki-laki yang berstatus gizi obesitas dan contoh

perempuan berstatus gizi obesitas pernahmengkonsumsi soft drink warna merah

dalam satu bulan terakhir. Frekuensi konsumsiterbanyak 1-2x/bulan pada anak

Page 40: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

40

laki-lakiobesitas dan contohperempuan obesitas yaitu berturut-turut 33.33% dan

66.67%. Kandungan energi dan karbohidrat soft drink warna merah per porsi (250

ml), masing-masing sebesar 140 kkal dan 35 gram (Khomsan et al. 1998).

Soft drink cola berwarna hitam merupakan jenis soft drink kedua

terbanyak yang dikonsumsi satu bulan terakhir oleh contoh laki-laki dan

perempuan obesitas dengan persentase 51.67%. Anak laki-laki obesitas

mengkonsumsi jenis minuman bersoda yang mengandung cola selama 1-2 kali

satu bulan terakhir yakni 21.43% dan 27.78% anak perempuan obesitas.

Kandungan energi dan karbohidrat soft drink cola per porsi (250 ml), masing-

masing sebesar 105 kkal dan 28 gram (Khomsan et al. 1998). Soft drink yang

tidak banyak dikonsumsi selama satu bulan terakhir adalah soft drink berperisa

teh. Sebanyak 53% anak laki-laki maupun perempuan obesitas tidak

mengkonsumsi soft drink tersebut sebagai minuman mereka.

Berdasarkan hasil uji statistik (Mann Whitney), dapat diketahui tidak

terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara frekuensi konsumsi soft drink

contoh yang anak laki-laki dan perempuan obesitas. Hasil analisis Korelasi

Spearman juga tidak menunjukkanadanya hubungan yang signifikan antara

frekuensi soft drink dengan jenis kelamin contoh (p>0.05). Menurut Weils (2005)

konsumsi soft drink sebanyak tiga kali sehari pada anak-anak akan meningkatkan

2,1 kali resiko terjadinya kegemukan, bila konsumsinya dua kali sehari akan

meningkatkan 2,2 kali resiko terjadinya kegemukan dan konsumsinya satu kali

sehari akan meningkatkan 1.8 resiko terjadinya kegemukan pada anak-anak.

Konsumsi Energi dan Zat Gizi

Rata-rata Konsumsi Energi dan Zat Gizi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

menunjukkan pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Selain energi, dalam

penelitian ini zat-zat gizi yang dihitung adalah protein, lemak, dan karbohidrat.

Keempat zat gizi dipilih karena zat gizi tersebut berhubungan dengan konsumsi

energi yang menyebabkan gizi lebih. Anak usia 7-9 tahun memiliki kecukupan zat

gizi yang berbeda dengan anak usia 10-12 tahun, sedangkan pada tingkatan usia

9-12 tahun menurut jenis kelaminnya juga memiliki kecukupan zat gizi yang

berbeda. Oleh karena itu terdapat tiga kelompok di dalam penentuan rata-rata

konsumsi energi dan zat gizi. Rata-rata konsumsi energi dan zat gizi tersebut pada

ketiga kelompok dapat dilihat pada Tabel 32 dibawah ini.

Tabel 32 Rata-rata konsumsi zat gizi berdasarkan usia dan jenis kelamin

Zat Gizi Jenis kelamin

Usia 9th Laki-laki Perempuan

Energi (kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

2 199

52.3

81.7

350.8

2 277

64.1

84.7

498.3

2 172

53.0

71.0

448.3

Tabel 34 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi contoh anak usia 9 tahun

yaitu 2 199 kkal. Nilai ini lebih tinggi dibandingkankan anak perempuan obesitas

usia 10-12 tahun. Sedangkan anak laki-laki obesitas rata-rata konsumsinya 2 277

kkal yang paling tinggi dibandigkan anak usia 9 tahun dan perempuan obesitas.

Hal ini disebabkan karena konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak yang lebih

Page 41: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

41

tinggi dari pada contoh anak perempuan dan anak usia 9 tahun.

Berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05)

antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan obesitas. Rata-rata konsumsi energi

contoh laki-laki obesitas, lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan

obesitas. Tidak terdapat perbedaan rata-rata konsumsi energi (p>0.05), protein

(p>0.05), lemak (p>0.05) dan karbohidrat (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh

kebiasaan makan anak-anak obesitas laki-laki maupun perempuan yang relatif

sama. Namun jika dibandingkan antara status gizi lebih dan normal, hasil

penelitian Suryaalamsah (2011) menunjukkan perbedaan yang nyata antara rata-

rata konsumsi zat gizi.

Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pada Hari Sekolah dan Hari Libur

Konsumsi energi dan zat gizi contoh pada penelitian ini, dibedakan pada

hari sekolah dan hari libur. Berdasarkan hasil recall konsumsi pangan selama 2

hari, terdapat kecenderungan konsumsi pada hari libur lebih banyak dibandingkan

hari sekolah. Konsumsi pada hari libur tidak sesuai dengan aktivitas yang

dilakukan contoh pada hari libur. Dapat dilihat pada Tabel 33 bahwa rata-rata

konsumsi hari libur lebih banyak dibandingkan hari sekolah. Konsumsi pada hari

libur tidak sesuai dengan aktivitas yang dilakukan contoh pada hari libur. Dapat

dilihat pada Tabel 33 bahwa rata-rata konsumsi hari libur lebih banyak

dibandingkan hari sekolah.

Tabel 33 Rata-rata konsumsi hari libur dan hari sekolah

Energi dan Zat

Gizi

Jenis kelamin

Usia 9th Laki-laki Perempuan

Hari

sekolah

Hari

libur

Hari

sekolah

Hari

libur

Hari

sekolah

Hari

libur

Energi (kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Karbohidrat (g)

2063

45.8

79.6

333.5

2336

58.8

83.8

368.1

2176

55.6

83.4

478.8

2378

72.6

86.0

517.8

1955

49.46

70.63

329.76

2388

56.6

71.4

566.9

Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara rata-rata konsumsi

energi contoh laki-laki dan perempuan obesitas pada hari sekolah maupun hari

libur. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi contoh laki-laki dan perempuan

obesitas cenderung sama pada hari libur maupun sekolah. Karena semua contoh

berstatus gizi obesitas maka hal ini sejalan dengan penelitian menurut

Suryaalamsah (2009) yang menyatakan konsumsi anak gemuk lebih banyak dari

pada anak normal pada hari sekolah dan hari libur. Hasil uji Mann Whitney tidak

terdapat perbedaan konsumsi energi, dan protein pada hari sekolah dan hari libur

(p>0.05). Konsumsi lemak dan protein terdapat perbedaan yang bermakna

(p<0.05) pada hari libur tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0.05)

pada hari sekolah.

Kontribusi Energi fast food terhadap kebutuhan Energi

Jumlah dan jenis fast food yang dikonsumsi oleh contoh yang berstatus

gizi obesitas dapat mempengaruhi total konsumsi energinya. Persentase kontribusi

energi fast food terhadap total konsumsi energi pada kedua kelompok contoh

cukup tinggi. Data yang disajikan dalam Tabel 34 menunjukkan kontribusi energi

yang cukup besar berasal dari fast food yang dikonsumsi contoh yang berstatus

gizi obesitas pada anak 9 tahun (31.40%), laki-laki (27.19%) dan perempuan

Page 42: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

42

(28.66%) pada hari sekolah dan hari libur.

Tabel 34 Kontribusi energi fast food terhadap total konsumsi energi contoh Variabel Jenis kelamin

Usia 9 th Laki-laki Perempuan

Total Kebutuhan energi (kkal)

Total Energi fast food (kkal) Kontribusi Energi fast food (%)

1 850

581 31.40

2 100

544 27.19

2 000

602 28.66

Hasil penelitian Piernas (2011) juga menunjukkan hasil yang relatif sama.

Kontribusi energi darifast food tahun 2003-2006 di Amerika Serikat pada anak 7-

12 tahun adalah 35%, terutama berasal dari pizza dan burger. Anak berstatus gizi

obesitas mempunyai kecenderungan untuk mengonsumsi fast food berupa fried

chicken yang sangat tinggi. Konsumsi fast foodini tidak disertai dengan konsumsi

sayur dan buah. Mereka lebih menyukai mengkonsumsi fried chicken bersama

kentang atau nasi saja.

Kontribusi Energi soft drink terhadap kebutuhan Energi

Volume dan jenis soft drink yang dikonsumsi oleh contoh yang berstatus

gizi obesitas dapat mempengaruhi total konsumsi energinya. Persentase kontribusi

energi soft drink terhadap totalkonsumsi energi pada kedua contoh cukup tinggi

(Tabel 35).

Tabel 35 Kontribusi energi soft drink terhadap total konsumsi energi contoh Variabel Jenis kelamin

Usia 9 th Laki-laki Perempuan

Total Kebutuhan energi (kkal)

Total Energi soft drink(kkal)

Kontribusi Energi soft drink(%)

1 850

164

8.85

2 100

120

5.72

2 000

160

7.98

Kontribusi energi yang berasal dari soft drink contoh yang berstatus gizi

obesitas pada anak 9 tahun (8.85%), laki-laki (5.72%) dan perempuan (7.98%)

pada hari sekolah dan hari libur. Hasil penelitian Pernas (2011) menunjukkan

bahwa kontribusi energi dari soft drink menyumbang 18% dari total konsumsi

sehari. Hasil penelitian Yule (2002) memperlihatkan adanya hubungan yang

signifikan antara intake energi dengan konsumsi minuman bersoda (9 ounce/hari)

dan akan meningkatkan 1.6 kali risiko terjadinya obesitas pada anak.

Tingkat Kecukupan Energi, Protein dan Lemak

Rata-rata konsumsi dan kecukupan energi dan zat gizi contoh anak laki-

laki obesitas dibandingkan dengan perempuan obesitas disajikan pada Tabel 36.

Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi anak obesitas Kategori Tingkat

Kecukupan Energi

9 tahun Laki-laki Perempuan

n % n % n %

Defisit Berat Defisit Ringan

Normal

Lebih

1 1

3

7

9.09 9.09

27.27

54.55

4 9

9

12

11.76 26.47

26.47

35.29

0 6

5

4

0.00 40

33.33

26.67

Total 11 100.00 34 100.00 15 100.00

Sebagian besar anak obesitas usia 9 tahun dan anak laki-laki obesitas

memiliki tingkat kecukupan energi yang berlebih. Anak usia 9 tahun mempunyai

rata-rata konsumsi energi sebesar 2 112 ± 35 Kal, anak laki-laki sebesar 2 176 Kal

Page 43: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

43

± 564 Kal dan anak perempuan 1 955 Kal± 326 Kal. Jika makanan yang

dikonsumsi menyediakan energi yang melebihi kebutuhan, maka kelebihan enrgi

yang dihasilkan akan disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan penimbunan

lemak dalam tubuh juga berisiko untuk memunculkan kejadian obesitas (Sartika

2011). Data tingkat kecukupan protein, lemak dan karbohidrat anak obesitas

selengkapnya disajikan pada Tabel 37 dan 38 di bawah ini.

Tabel 37 Sebaran tingkat kecukupan protein anak obesitas Tingkat kecukupan

protein

9 tahun Laki-laki Perempuan

n % n % n %

Defisit Berat

Defisit Ringan

Normal

Lebih

3

2

3

3

27.27

18.18

27.27

27.27

7

13

5

9

20.59

38.24

14.71

26.47

7

4

1

3

46.67

26.67

6.67

20.00

Total 11 100.00 34 100.00 15 100.00

Anak usia 9 tahun mempunyai rata-rata konsumsi protein sebesar 94.3 ±

24.50 g, anak laki-laki sebesar 55.6 ± 55.6 g dan anak perempuan 49.5 ± 24 g.

Konsumsi protein diatas kebutuhan akan diubah menjadi lemak dan disimpan

dalam tubuh, sehingga berisiko untuk menimbulkan obesitas. Jika keadaan ini

terjadi terus menerus menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh dan berisiko

mengalami obesitas (Asdie 2000).

Tabel 38 Sebaran tingkat kecukupan lemak anak obesitas Tingkat kecukupan lemak

9 tahun Laki-laki Perempuan

n % n % n %

Defisit Berat

Defisit Ringan

Normal Lebih

1

2

1 7

7.69

15.38

7.69 53.85

4

5

5 20

11.76

14.71

14.71 58.82

1

3

3 8

6.67

20.00

20.00 53.33

Total 11 100.00 34 100.00 15 100.00

Anak usia 9 tahun dalam penelitian ini mempunyai rata-rata konsumsi

lemak sebesar 110.5 g ± 28.75 g, anak laki-laki sebesar 83.4 g ± 30.33 g dan anak

perempuan 70.6 g ± 18 g. Konsumsi lemak yang melebihi kebutuhan disimpan

didalam tubuh dan menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh. Jika keadaan

ini terjadi terus menerus maka akan menyebabkan terjadinya obesitas (Sartika

2011).

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dalam mengeluarkan

energi. Aktivitas fisik dipengaruhi oleh jenis, frekuensi, dan dan waktu melakukan

aktivitas. Aktivitas fisik adalah pergerakan badan yang menggunakan energi.

Menurut Almatsier (2004), kebutuhan energi dan zat gizi seseorang dalam

keadaan sehat tergantung dari umur, gender, aktivitas fisik, serta kondisi khusus

(ibu hamil dan menyusui). Kebutuhan energi ditentukan oleh komponen utama

yaitu, Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolisme Rate (BMR)

dan 44 aktivitas fisik. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi

yang dibutuhkan semakin banyak. Pola aktivitas remaja dapat dilihat dari

bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam

kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan

berulang-ulang.(FAO/WHO/UNU 2001).

Page 44: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

44

Aktivitas yang dilakukan contoh pada hari sekolah adalah belajar. Contoh

belajar di sekolah pada hari Senin dimulai dari jam 07.00 sampai jam 14.00 atau

15.00. Selain belajar di sekolah contoh juga melakukan aktivitas sehari-hari di

rumah. Kegiatan yang biasa dilakukan contoh antara lain kegiatan rumah tangga,

menonton TV, olahraga, bermain/hangout. Kegiatan contoh lainnya yaitu tidur,

mandi, dan makan.

Rata-rata faktor aktivitas fisik pada hari sekolah yang dilakukan contoh

laki-laki dan perempuan berstatus gizi obesitas yaitu 1.33 (sangat ringan).

Sebanyak 88.1% contoh laki-laki obesitas memiliki rata-rata faktor aktivitas 1.25-

1.45 (aktivitas sangat ringan). Tabel 39 di bawah ini menunjukkan sebaran contoh

berdasarkan kategori faktor aktivitas pada hari sekolah.

Tabel 39 Sebaran tingkat aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin di hari sekolah Aktivitas fisik Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Ringan

Ringan

Sedang

Berat

37

4

1

0

88.1

9.5

2.4

0

16

2

0

0

88.9

11.1

0.0

0

53

6

1

0

88.3

10.0

1.7

0

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Aktivitas fisik yang sangat rendah pada hari sekolah dikarenakan sebagian

besar contoh pergi kesekolah dengan menggunakan kendaran bermotor seperti

mobil dan motor, namun mereka tidak melakukan olah raga ketika hari sekolah.

Kegiatan di sekolah juga tidak berat yakni hanya duduk, menulis dan

mendengarkan guru mengajar. Ketika istirahat mereka juga lebih banyak

menghabiskan waktu dengan makan bekal yang dibawa dari rumah atau pergi

keperpustakan untuk membaca buku. Contoh lebih banyak menghabiskan waktu

menonton televisi dan bermain handphone (games) saat di rumah.

Faktor aktivitas contoh pada hari libur disajikan pada Tabel 40. Rata-rata

faktor aktivitas fisik pada hari libur yang dilakukan contoh laki-laki dan

perempuan obesitas adalah 1.43 atau dikategorikan aktivitas ringan. Sebanyak

54.8% contoh laki-laki obesitas dan 50%contoh perempuan obesitas memiliki

rata-rata faktor aktivitas 1.25-1.45 atau sangat ringan.

Tabel 40 Tingkat aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin pada hari libur

Aktivitas fisik Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Ringan

Ringan

Sedang

Berat

23

17

2

0

54.8

40.5

4.8

0.0

9

8

1

0

50.0

44.4

5.6

0.0

32

25

3

0

53.3

41.7

5.0

0.0

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Tabel 39 dan 40 menggambarkan rata-rata aktivitas fisik contoh pada hari

sekolah dan hari libur. Rata-rata faktor aktivitas fisik pada contoh laki-laki

berstatus gizi obesitas yakni 1.26 dan perempuan obesitas yakni 1.37. Sebanyak

66.67% contoh anak laki-laki dan 55.56% contoh anak perempuan obesitas

memiliki rata-rata tingkat aktivitas fisik sangat ringan antara 1.29-1.39, sedangkan

Page 45: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

45

pada tingkat aktivitas fisik sedang antara 1.68-1.88 terdapat 2.38% contoh anak

laki-laki obesitas.

Rata-rata aktivitas yang yang lebih tinggi pada contoh berstatus gizi

obesitas pada hari libur digunakan sebagai aktivitas lain seperti bermain bersama

teman, refreshing bersama keluarga. Aktivitas olahraga sangat jarang dilakukan

oleh contoh berstatus gizi obesitas. Hanya beberapa anak yang melakukan

akitivitas jogging, bersepeda dan berenang di hari libur. Selain itu sebagian besar

anak saat hari libur pergi ke tempat ibadah masing-masing, seperti gereja,

kelenteng, dan wihara.

Tabel 41 Tingkat rata-rata aktivitas fisik berdasarkan jenis kelamin

Aktivitas fisik Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Ringan

Ringan

Sedang

Berat

28

13

1

0

66.67

30.95

2.38

0.00

10

8

0

0

55.56

44.44

0.00

0.00

38

21

1

0

63.33

35.00

1.67

0.00

Total 42 100.00 18 100.00 60 100.00

Uji statistik terhadap data pada Tabel 41 tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan antara faktor aktivitas fisik contoh anak laki-laki dan

perempuan obesitas (p>0.05) pada hari sekolah dan hari libur. Hasil uji Korelasi

Spearman juga tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

faktor aktivitas fisik dengan jenis kelamin contoh (p>0.05). Diduga bahwa

umumnya contoh yang berstatus gizi lebih cenderung lebih malas untuk

beraktivitas karena bobot tubuhnya yang besar, sehingga mereka lebih suka

melakukan aktivitas yang sedikit menggunakan energi. Kegiatan yang biasanya

dilakukan pada contoh berstatus gizi lebih yaitu tidur dan menonton televisi pada

waktu yang cukup lama, sedangkan aktivitas olahraga sangat jarang dilakukan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kiess (2004) yang menunjukkan bahwa

terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas

fisik, seperti ke sekolah dengan naik naik kendaraan dan kurangnya aktivitas

bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-

anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer/games,

menonton televisi atau video dibanding melakukan aktivitas fisik.

Hubungan antara Karakteristik Sosial-Ekonomi Keluarga, Uang Saku,

Sumber Informasi dan Tingkat Kesukaan dengan Frekuensi Konsumsi Fast

Food

Tingkat pendapatan orang tua (p= 0.115, r= 0.073) dan besar keluarga

(p=0.659, r=0,059) tidak berhubungan nyata dengan frekuensi konsumsi fast food.

Akan tetapi tingkat pendapatan yang tinggi dan besar keluarga besar memiliki

trend positif dengan frekuensi konsumsi fast food. Artinya, semakin besar

pendapatan orang tua dan besar keluarga, maka kecenderungan anak memiliki

frekuensi konsumsi fast food lebih banyak akan semakin besar juga.

Tidak adanya hubungan antara pendapatan dan besar keluarga serupa

dengan Musadat (2010) yang mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan yang

nyata antara pendapatan dan pekerjaan orang tua dengan kegemukan. Menurut

Suryaalamsah (2009), karakteristik sosial-ekonomi keluarga tidak memiliki

Page 46: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

46

hubungan dengan frekuensi konsumsi fast food. Hal ini diduga karena data

tentang pendapatan orang tua, besar keluarga dan sumber informasi hampir sama

pada setiap anak. Selain itu jumlah contoh yang relatif sedikit mungkin belum

mampu menggambarkan hubungan yang signifikan pada contoh.

Sumber informasi fast food paling banyak berasal dari televisi. Akhir

pekan seperti hari Sabtu atau Mingu pagi biasanya program televisi untuk anak-

anak menayangkan lebih dari 56% iklan tentang makanan. Iklan makanan itu

sekitar 44% makanan yang mengandung lemak, minyak dan makanan yang

mengandung gula. (Robert & Wiliam, 2000). Hal ini mengindikasikan bahwa

sumber informasi merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan

konsumsi fast food.

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman diperoleh hasil, bahwa tidak

terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kesukaan (p= 0.142, r= 0.074) dan

sumber informasi (p= 0,082, r= 0,251) restoran fast food terhadap frekuensi

konsumsi fast food. Tingkat kesukaan dan sumber informasi memiliki trend yang

positif dengan frekuensi fast food, artinya semakin tinggi tingkat kesukaan dan

semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka kecenderungan

frekuensi fast food akan semakin sering juga. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Suryaalamsah (2009) yang menunjukkan bahwa sumber informasi tidak

memiliki hubungan antara frekuensi konsumsi fast food. Tidak adanya hubungan

diduga disebabkan oleh data contoh yang hampir sama yakni sebagian besar

mendapatkan informasi mengenai fast food dari keluarga dan televisi. Selain itu

juga diduga karena jumlah contoh yang relatif kecil sehingga tidak

menggambarkan hubungan yang signifikan pada contoh.

Antara uang saku dengan frekuensi konsumsi fast food pada penelitian ini

tidak menunjukkan hubungan yang nyata (p= 0.084, r= 0.219). Uang saku dan

frekuensi memiliki kecenderungan positif, artinya semakin besar uang saku

kecenderungan anak untuk konsumsi fast food dengan frekuensi yang lebih sering

akan semakin meningkat juga. Serupa dengan hasil penelitian Suryaalamsah

(2009) dan Fitri (2011) yang memberikan hasil tidak adanya hubungan yang

bermakna antara besar uang saku dengan frekuensi konsumsi fast food. Hal ini

diduga karena jumlah uang saku pada kedua contoh pada penelitian ini

hampirhomogen. Selain itu, juga diduga karena jumlah contoh yang sedikit

sehingga tidak menggambarkan hubungan yang signifikan pada contoh.

Hubungan antara Karakteristik Sosial-Ekonomi Keluarga, Uang Saku,

Sumber Informasi dan Tingkat Kesukaan dengan Frekuensi Konsumsi Soft

Drink

Salah satu faktor yang dapat dipertimbakan dalam hal konsumsi soft drink

adalah pendapatan orang tua, uang saku dan pendidikan orang tua. Berdasarkan

uji statistik (spearman) pendapatan orang tua berhubungan nyata dengan

frekuensi konsumsi soft drink (p= 0.034, r= 0.237). Hubungan antara pendapatan

dengan soft drink memiliki arti bahwa semakin besar tingkat pendapatan orang

tua akan meningkatkan frekuensi konsumsi soft drink pada anak-anak dengan

IMT (Indeks Massa Tubuh) yang tinggi. Meskipun demikian, tidak terdapat

hubungan yang nyata (p>0.05) antara pendapatan orang tua (p= 0.722, r= 0.077)

dan besar keluarga (p= 0.521, r= 0.019) dengan frekuensi konsumsi fast food.

Akan tetapi pendapatan orang tua dan besar keluarga memiliki kecenderungan

Page 47: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

47

yang positif dengan frekuensi konsumsi soft drink, artinya kecenderungan anak

untuk lebih sering mengkonsumsi soft drink akan meningkat sejalan dengan

peningkatan pendapatan orang tua dan besar keluarga.

Tingkat pendapatan orang tua berhubungan positif (r= 0.269, p= 0.037)

dengan frekuensi konsumsi soft drink. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan

orang tua maka frekuensi konsumsi soft drink semakin sering. Rata-rata

pendapatan orang tua laki-laki obesitas adalah Rp 10 577 381 dan orang tua anak

perempuan obesitas adalah Rp 7 000 000. Pendapatan orang tua yang tinggi

memungkinkan anak untuk mendapatkan jenis minuman yang lebih mahal ketika

di rumah ataupun di luar rumah.

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman, diperoleh hasil bahwa tidak

terdapat hubungan antara tingkat kesukaan (p= 0.66, r= 0.239) dan sumber

informasi (p= 0.289, r= 0.043) dengan frekuensi konsumsi soft drink. Tingkat

kesukaan dan sumber informasi memiliki kecenderungan (trend) positif dengan

frekuensi konsumsi soft drink. Artinya tingkat kesukaan yang tinggi dan sumber

informasi soft drink yang diterima anak lebih banyak, akan membuat

kecenderungan anak mengkonsumsi soft drink lebih sering. Tidak adanya

hubungan antara uang saku, tingkat kesukaan dan sumber informasi diduga karena

data pada kedua contoh pada penelitian ini hampir homogen. Selain itu juga

diduga sampel jarang membeli minuman ini ketika di sekolah namun biasa

mengkonsumsinya dan membelinya di rumah.

Uang saku dengan frekuensi konsumsi soft drink pada penelitian ini tidak

menunjukkan adanya hubungan yang nyata (p=0.474, r=0.094). Kecenderungan

yang positif pada besarnya uang saku mengindikasikan bahwa kemungkinan anak

konsumsi soft drink lebih sering yang meningkat saat uang saku meningkat juga.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Allo (2013) yang menemukan hubungan

bermakna antara besar uang saku dengan frekuensi konsumsi soft drink. Hal ini

diduga karena jumlah uang saku pada kedua contoh pada penelitian ini hampir

homogen. Selain itu juga diduga sampel jarang membeli minuman ini ketika di

sekolah namun biasa mengkonsumsinya dan membelinya di rumah.

Hubungan Aktivitas Fisik, Frekuensi Makan Fast Food , Soft drink, Tingkat

Kecukupan Energi dan Tingkat Kecukupan Gizi Terhadap Status Gizi

Obesitas

Berdasarkan analisis statistika dengan menggunakan uji Spearman, tidak

terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.257, r= -0.113) antara aktivitas fisik

dengan IMT anak. Akan tetapi aktivitas fisik memiliki trend negatif dengan IMT

anak, artinya semakin tinggi aktivitas fisik maka kecenderungan anak memiliki

IMT yang rendah akan lebih besar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nazir &

Zalillah (2007) dalam Mediwan (2009) di Malaysia yang menunjukkan tidak

adanya hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan IMT. Berbeda dengan

penelitian Suryaalamsah (2009) yang mendatkan hasil adanya hubungan antara

aktvitas fisik dan status gizi anak. Tidak adanya hubungan ini diduga karena

sebagian contoh memiliki tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah tetapi IMT

tubuhnya hampir sama. Selain itu seluruh contoh memiliki status gizi yang

obesitas.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p= 0.779, r= 0.039) dan (p=

0.970, r= 0.005) antara IMT anak dengan frekuensi konsumsi fast food dan soft

Page 48: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

48

drink. Frekuensi konsumsi fast food dan soft drink memiliki trend yang positif.

Artinya, kecenderungan anak memiliki IMT/U yang besar akan lebih tinggi saat

frekuensi konsumsi fast food dan soft drink meningkat juga. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Nury (2003) dalam Rahmawati (2009) yang tidak

menemukan hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat

saji (fast food) dengan kejadian obesitas. Namun hal ini berbeda dengan hasil

penelitian Allo (2013) dan Zulfa (2011) yang menemukan adanya hubungan

antara kebiasaan konsumsi fast food dengan kejadian gizi lebih.

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tingkat

kecukupan energi (p= 0.259, r= 0.148), protein (p= 0.143, r= 0.191) dan lemak

(p= 0.079, r= 0.349) anak. Akan tetapi, terlihat adanya trend positif antara status

gizi dengan IMT/U anak. Artinya, semakin besar tingkat kecukupan gizi maka

kecenderungan anak memiliki IMT yang besar akan meningkat juga. Berbeda

dengan hasil penelitian Suryaalamsah (2009) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan positif antara konsumsi energi dengan kejadian gizi lebih. Hal ini

diduga disebabkan seluruh contoh memiliki IMT yang hampir sama (homogen),

sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat

kecukupan energi dan protein yang relatif sama. Rata-rata tingkat kecukupan

energi dan protein contoh termasuk dalam kategori lebih. Almatsier (2003)

menyatakan bahwa kelebihan asupan energi yang masuk ke dalam tubuh melalui

makanan secara terus terus menerus apabila tidak dikeluarkan melalui aktivitas

fisik yang cukup, maka kelebihan energi ini dapat diubah menjadi lemak tubuh.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar contoh memiliki orang tua usia dewasa, keluarga kecil, dan

menamatkan pendidikan hingga SMA, sebagian besar ayah dari contoh bekerja

sebagai wiraswastawan dan Ibu sebagai IRT, dan pendapatan orang tua tergolong

tinggi. Jika dilihat dari status gizi kedua orang tua contoh diketahui bahwa

sebagian besar orang tua contoh (ayah atau ibu) salah satunya berstatus gizi obese.

Data karakterristik contoh menunjukan bahwa sebagian besar contoh berusia 10

dan 11 tahun. Persentase terbanyak contoh yang obese adalah berjenis kelamin

laki-laki. Sebagian besar uang saku yang dimiliki oleh contoh tergolong tinggi.

Kebiasaan makan yang dimiliki oleh contoh adalah lebih sering

mengonsumsi soft drink dan gorengan. Frekuensi makan contoh sebagian besar

sebanyak tiga kali sehari dan memiliki kebiasaan sarapan pada pagi hari. Jenis

sarapan yang paling banyak dikonsumsi berupa nasi dengan lauk. Waktu

mengemil yang paling banyak dilakukan adalah ketika menonton televisi.

Frekuensi makan fast food dan soft drink contoh lebih banyak dilakukan pada

waktu yang tidak menentu dengan jenis fast food yang paling banyak dikonsumsi

dan disukai adalah fried chicken dan jenis soft drink yang menyajikan aneka

warna. Sebagian besar contoh mengonsumsi fast food dengan frekuensi 3-5

kali/minggu dan soft drink dengan frekuensi 6-7 kali/bulan. Contoh sering

membeli soft drink saat di sekolah. Tingkat kecukupan gizi contoh diketahui

kedua jenis kelamin contoh tergolong lebih untuk TKE, TKP dan TKL serta

memiliki tingkat aktivitas fisik sangat ringan.

Page 49: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

49

Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat

pendapatan orang tua dengan frekuensi konsumsi fast food dan soft drink. Selain

itu terdapat hubungan yang nyata antara jenis kelamin dan status gizi anak usia 9-

12 tahun. Tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan ibu, uang

saku, besar keluarga, tingkat kesukaaan, sumber informasi dengan frekuensi

makan fast food dan soft drink. Penelitian ini juga tidak menemukan hubungan

yang nyata antara status gizi dengan aktivitas fisik, uang saku, tingkat kecukupan

gizi, frekuensi makan fast food dan soft drink.

Saran

Penelitian terkait obese pada anak usia sekolah dasar lebih lanjut perlu

dilakukan karena banyak variabel yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada

anak-anak. Pengelompokan contoh juga perlu diperhatikan. Sebaiknya perlu

dibagi menjadi kelompok status gizi normal dan obese, sehingga perbedaanya

dapat terlihat. Sebaiknya semua pihak lebih memperhatikan masalah gizi lebih

tidak hanya berfokus pada gizi kurang saja. Bagi pihak sekolah sebaiknya

mewajibkan anak untuk bermain di luar kelas saat istirahat dan membatasi jenis

fast food yang dijual digantikan dengan jenis pangan yang mengandung buah dan

sayur. Sebaiknya sekolah perlu memperhatikan status gizi anak dengan

memberikan edukasi gizi kepada anak dan juga orang tua. Orang tua utamanya

ibu sebagai pengatur menu makan keluarga lebih menjaga dan memperbaiki pola

asuh dan pola makan di rumah, karena keluarga merupakan unit terkecil yang

mampu memhubungani terbentuknya karakteristik dan kebiasaan makan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Aktaria. 2004. Keseimbangan energi pada anak usia sekolah dasar dengan status

gizi normal. overweight. dan obese [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama.

________. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

________. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama.

Asdie, A. H. 2000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. Yogyakarta

(ID): Medika Fakultas Kedokteran UGM.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta [ID]: Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Page 50: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

50

Bowman, S, et al. 2004. Effects of fast food consumption on energy intake and

diet quality among children in a national household survey. Pediatric,

113;112.

Cuomo, Rosario., et al. 2011. The role of a pre-load beverage on gastric volume

and food intake: comparion between non-caloric carbonated and non-

carbonated beverage. Nutrition Journal, 10: 114, 1-11. Terhubung berkala

http://www.jstor.com [21 Februari 2014].

Davis B, Cristopher C. 2009. Proximity of fast food reataurants to schools and

adolescent obesity. American Journal of Public Health, Vol 9; 505-510.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. obesitas dan kurang

aktivitas fisik menyumbang 30% kanker. Terhubung berkala www.depkes.

-go.id [10Desember 2013].

Engel JF, Backwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Ed ke-6 Jilid I.

Budiyanto FX, penerjemah, Jakarta: Binapura Aksara.

Ernawati A. 2006. Hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan,

tingkat konsumsi, dan infeksi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di

Kabupaten Semarang tahun 2003 [tesis]. Semarang (ID): Program Pasca

Sarjana Magister Gizi Masyarakat Universitas Diponegoro.

Fitri S J. 2011. Kebiasaan konsumsi fast food pada siswa yang berstatus gizi lebih

di SMA Kartini Batam. [skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

[FAO] Food and Nutritionn Technical Report Series. 2001. Human energy

requirements. Rome (US): a joint FAO/WHO/UNU expert consultation.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. New York (US): Oxford

University Press.

Haines J, et al. 2009. Personal, behavioral, and environmental risk and protective

factors for adolescent overweight. International Journal Obesity. Vol 15;

2748-2760.

Hardinsyah, D Briawan. 1994. Penilaian Dan Perencanaan Konsumsi Pangan.

Bogor. Departemen Gizi Masyarakat danKeluarga IPB.

Harper A, et al. 2007. Increased Satiety After Intake Of A Chocolate Milk Drink

Compared With A Carbonated Beverage, Nut No Difference In Subsewuent

Ad Libitium Lunch Intake. The British Journal of Nutrition, 97.3, 579-583.

Heird, W.C. 2002. Parental Feeding Behavior and Children’s Fat Mass. Am J

Clin Nutr, 2002; 75: 452-452.

JU, McNeal.1998. Tapping the three kids markets. Am Demogr, 20, 37-41. dalam

Bowman, S, et al. 2004. Effects of fast food consumption on energy intake

and diet quality among childhren in a national household survey. Pediatric,

113;112.

[Kemenkes] Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman

persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan. Jakarta (ID): Menteri

Kesehatan Republik Indonesia.

[KFC] Official Website. 2010. Nutrition Fact of Breast Fried Chicken and Soft Drink (on line). Terhubung berkala www.kfc.com (30 Agustus 2014).

Khomsan, A. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Page 51: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

51

Madanijah S. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi: Pola Konsumsi Pangan. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Miller J, Arlan R, Janet S. 2004. Childhood Obesity. J. Clin End & Metab. 89 :

4211-4218.

Mardayanti. 2008. Hubungan faktor-faktor risiko dengan status gizi pada siswa

kelas 8 di SLTPN 7 Bogor tahun 2008 [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas

Indonesia.

Musadat. 2010. Faktor Risiko Obesitas Pada Remaja.(on line). Terhubung

berkala http://www.dik.undip.ac.id (30 Agustus 2014).

Novitasari. 2005. Kebiaaan mengkonsumsi western fast food pada remaja SMU

yang berstatus gizi normal dan obese di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor :

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB Bogor.

Padmiari Eka IA. 2004. Tingkat Konsumsi Makanan Jajanan pada Anak SD di

KotaDenpasar. Tesis Jurusan Gizi dan Kesehatan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Piernas, C, Barry M P. 2011. Increased portion sizes from energy-dense foods

affect total energy intake at eating occasions in US Children and

adolescents: patterns and trends by age group and sociodemographic

characteristics, 1977–200. Am J Clin Nutr, Vol 94; 1324-1330.

Prancis SA, Cerita M, Neumark-Sztainer D, Fulkerson JA, Hannan P.

2001.Makanan Cepat Saji penggunaan restaurant di kalangan remaja: as-

sociations dengan asupan gizi, pilihan makanan dan perilaku dan variabel

psikososial. IntJObes, Vol 17; 305-315.

Prihatini S, Jahari AB. 2007. Faktor risiko kegemukan pada anak sekolah usia 6-

18 tahun di DKI Jakarta. Journal of Food and Nutrition Research, 30(1):

31-39. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan. Bogor.

Rahmawati N. 2009. Aktivitas Fisik, Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fast Food),

dan Keterpaparan Media serta Faktor-Faktor lain yang berhubungan dengan

Kejadian Obesitas pada Siswa SD Islam AL-Azhar 1 Jakarta Selatan.

[skripsi]. Depok: Program Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kesehatan Kemestrian Kesehatan RI Tahun 2010.

Riyadi H. 2003. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian Bogor.Bogor

: IPB Press.

St-Onge MP, Keller KL, Heymsfield SB. 2003. Changes in childhood food

consumption patterns: a cause for concern in light of increasing body

weights. Am J Clin Nutr, Vol 78: 1068-107.

Stettler N, Zemel BS, Kumanyika S, Stallings VA. 2002. Infant weight gain and

childhood overweight status in a multicenter, cohort study. Pediatric,

109(2):194–9.

Suhardjo. 2004. Obesitas Primer pada Anak (Diagnosis, Patogenesis dan

Patofisiologi). Bandung: Kiblat Buku Utama.

Page 52: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

52

Suragimath, G, et al. 2009. Effect of carbonated drink on excisional

woundhealing: A study on wistar rats. Indian J dent Res, Vol 21; 330-333.

ABI/INFORM Global (Proquest) database.

Suryaalamsah I. 2009. Konsumsi fast food dan Faktor-faktor yang

berhubungandengan kegemukan anak sekolah di SD Bina Insani Bogor.

[thesis]. Bogor :Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Syarif, D.R. 2003. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Naskah

Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: AdiS., dkk. Surabaya,

2003: 123-139. dalamSiti Nurul Hidayanti, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat.

Obesitas Pada Anal. Buletin Pediatrik Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, (24 Februari 2006).

Yueniwati Y & Rahmawati A. 2002. Hubungan Karakteristik sosial ibu dengan

pengetahuan tentang obesitas pada anak (on line). www.temopinteraktif.

com/medika/arsip terhubung berkala (21 Desember 2013)

Yule A. 2002. Increased Soft Drink Consumption In Contributing To An

Increased Incidence Of Obesity. Nutrition Bytes: Los Angeles.

Zulfa. F. (2011). Hubungan kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status

gizi. Terhubung berkala http://journal.unsil.ac.id (30 Agustus 2014)

Page 53: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

53

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI FAST FOOD

DAN SOFT DRINK DENGAN RISIKO OBESITAS

USIA 9-12 TAHUN SD EKA WIJAYA CIBINONG

A. Nama Sheet: CoverId

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

A. (A1) No. Responden :................................ (di isi oleh enumurator)

B. (A2) Tanggal wawancara :......................................................................

C. (A3) Alamat :......................................................................

D. (A4) Nama ibu anak :......................................................................

E. (A5) Nama anak :......................................................................

F. (A6) Status gizi :1. Obesitas 2. Overweight 3. Normal

G. (A7) Agama : …………………… ………………………

H. (A8) Jumlah Uang saku : ……………………… (per hari/minggu/bulan)

*(tidak termasuk transport)

I. (A9) No. Tlp. Rumh/Hp : ……………………………………………

J. Catatan wawancara :

Page 54: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

54

Nama sheet: KarKel

B. Karakteristik keluarga Kode Karakteristik Ayah Ibu

(B1) Umur

(B2) Pendidikan

(B3) Pekerjaan

(B4) Pendapatan (bulan)

(B5) Berat Badan

(B6) Tinggi Badan

(B7) Status Gizi

Keterangan:

a. (B1) umur dalam tahun

b. (B2) pendidikan:

1=tidak pernah sekolah, 2=tidak tamat SD, 3=belum sekolah,

4=SD/sederajat, 5=SLTP/Sederajat, 6=SLTA/Sederajat,

7=Akademi/Diploma, 8= Universitas/Institusi, 9= Pascasarjana (S2/S3)

c. (B3) pekerjaan:

1= tidak bekerja, 2= sekolah, 3= TNI/POLRI, 4= PNS, 5= wiraswasta,

6=petani, 7=pedagang, 8=buruh, 9=supir, 10=pegawai swasta, 11=lainnya,

sebutkan........

d. (B4) pendapatan (Rp)

e. (B5) berat badan (kg):

f. (B6) tinggi badan (cm)

g. (B7) status gizi:

Normal, (IMT 18,5-23 kg/m2), Overweight (IMT : 23,5-24,9 kg/m

2)

Obesitas I (IMT : 25-29,9 kg/m2) Obesitas II (IMT : > 30 kg/m

2)

Nama sheet: KarAn

C. Karakteristik Anak

C1 Usia (tahun dan bulan)

C2 Nama lengkap anak

C3 Anak ke- ...........dari.........bersaudara

C4 Tanggal lahir

C5 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

C6 Berat badan lahir ..........................kg

C7 Panjang badan lahir ..........................cm

C8 Berat badan sekarang ..........................kg

C9 Tinggi badan sekarang ...........................m

Nama sheet: KebMa

D. KEBIASAAN MAKAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang ( X ) pada

jawaban yang kamu pilih coret jawaban yang tidak perlu atau isilah ditik-titik

yang tersedia

1. Berapa frekuensi kamu makan dalam sehari ?

a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali

Page 55: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

55

2. Apakah kamu biasa sarapan pagi? (Ya/Tidak)

Jika Ya, sebutkan jenis makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi saat

sarapan : ………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

3. Apakah kamu memiliki kebiasaan mengemil? (Ya/Tidak)

Jika Ya, sebutkan 3 jenis makanan camilan yang biasa dikonsumsi :

(1) ……………………… (2) ………………………… (3) …………………..

4. Kapan biasanya kamu mengkonsumsi camilan tersebut?

a. Saat menonton TV

b. Sambil belajar di rumah

c. Saat santai

d. Lainnya………………

5. Apakah kamu suka jajan di sekolah ? (Ya/Tidak)

6. Sebutkan 3 jenis jajanan yang biasa kamu beli di sekolah?

(1) ………………………………… (2) …………………………………

(3) …………………………………

7. Apakah kamu suka jajan bila di rumah/? (Ya/Tidak)

8. Sebutkan 3 jenis jajanan yang biasa kamu beli di sekolah?

(1) ………………………………… (2) ……………………………………

(3) …………………………………

9. Apakah dikantin mu menjual fast food dan minuman bersoda? (Ya/Tidak)

10. Jenis fast food apa saja yang biasa kamu beli dikantin?

……………………………………………………

11. Jenis ukuran botol apa yang biasa kamu beli untuk minuman bersoda?

………………………………………………………………………………….

12. Apakah kamu biasa dibuatkan fast food dirumah?(Ya/tidak)

Jika Ya, jenis fast food yang biasa dibuatkan adalah ……………………………

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan membri tanda silang ( X ) pada jawaban

yang kamu pilih. Jika jawaban kamu diluar pilihan yang ada, maka isilah titik-titik

di bawah ini dengan jawaban kamu.

FAST FOOD

1. Apakah kamu menyukai fast food?

a. Sangat suka b. Suka c. Biasa saja d. Tidak suka

2. Kapan biasanya kamu mengunjungi restorant fast food?

a. Hari Sekolah (Senin-Jumat) c. Hari libur

b. Akhir pekan (Sabtu-Minggu) d. Tidak tentu

3. Darimana kamu mengetahui informasi tentang fast food ?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Televisi

b. Majalah

c. Internet

d. Baliho

e. Keluarga

f. Teman

g. Lainnya ………

Page 56: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

56

4. Faktor apa yang menyebabkan kamu menyukai fast food??

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Aroma yang lezat

b. Rasanya enak

c. Tempat yang nyaman

d. Berhadiah mainan

e. Lainnya ……………

5. Nama restoran fast food yang biasa kamu kunjungi?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Mcdonald

b. KFC

c. A&W

d. Pizza Hut

e. Domino Pizza

f. Papa Ronz Pizza

g. Burger King

h. CFC

i. Hoka-Hoka Bento

j. Duncin Dounats

k. JCO

l. Lainnya ………

6. Sebutkan jenis fast food yang paling ingin kamu makan!

………………………………………………………………

SOFT DRINK

1. Apakah kamu menyukai minuman bersoda?

a. Sangat suka b. Suka c. Biasa saja d. Tidak suka

2. Kapan biasanya kamu membeli minuman bersoda?

a. Hari Sekolah (Senin-Jumat)

b. Akhir pekan (Sabtu-Minggu)

c. Hari libur

d. Tidak tentu

e. Setiap hari

3. Darimana kamu mengetahui informasi tentang minuman bersoda?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Iklan TV d. Keluarga

b. Internet e. Teman

c. Baliho f. Lainnya ………

4. Faktor apa yang menyebabkan kamu menyukai minuman bersoda?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Warnanya yang menarik

b. Rasanya enak

c. Harga murah

d. Lainnya ……………

5. Sebutkan nama merek minuman bersoda yang paling kamu sukai!

a. Sprite

b. Fanta

c. Pepsi

d. Big Cola

e. Tebz

f. Lainna………

Page 57: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

57

E. FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DAN MINUMAN BERSODA

Berilah tanda cheklist (\/) pada salah satu kolom!

No Nama Makanan

Berapa kali anda mengkonsumsi jenis

makanan fast food dalam satu bulan terakhir? Jumlah

1x/hr 2-3x/mg 1-2x/bln Tidak

pernah

1 Fried chicken

2 Burger

3 Hotdog

4 Pizza

5 Sandwic

6 Spaghetti

7 Kentang goreng

8 Chicken nugget

9 Dunkin donuts

10 Sprite

11 Fanta

12 Coca Cola

13 Tebs

14 Pepsi

15 Big Cola

F. Food FrequencySemi Quantitatif (FFSQ) No. Klp

Panga

n

Jenis Pangan

Frekuensi .........x/per

Jumlah 1-2/hari

1-2/ minggu

3-5/ minggu

6-7/ bulan

8 Jajanan

a. Bakso

b. Siomay

c. Mie ayam

d. Gorengan

e. Ketoprak

f. Es krim

g. Aneka es

(sirup, es mambo, dll)

h. Lontong sayur

i. Batagor

j. Permen (gulali)

k. Fast food

9 Lain-lain

a. Gula

b. Kopi

c. Teh

d. Soft Drink

e. .......

Page 58: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

58

G. Food Recall (2 x 24 jam)

Tanggal wawancara :

Waktu Nama

Makanan

Jenis Bahan

Makanan URT

Berat

(gram) Keterangan

Pagi

Selingan 1

Siang

Selingan 2

Malam

H. AKTIVITAS FISIK HARI SEKOLAH/LIBUR

Waktu Kegiatan

04.00-04.30

04.30-05.00

05.00-05.30

05.30-06.00

06.00-06.30

06.30-07.00

07.00-07.30

07.30-08.00

08.00-08.30

08.30-09.00

09.00-09.30

09.30-10.00

10.00-10.30

10.30-11.00

11.00-11.30

11.30-12.00

12.00-12.30

12.30-13.00

13.00-13.30

13.30-14.00

14.00-14.30

14.30-15.00

04.00-03.30

Hari/Tgl:

Page 59: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

59

Lampiran 2. Data Status Gizi Anak

Kode Jenis Kelamin Usia (tahun) Zscore IMT/U Status Gizi

1201

1102

1103 1204

1105

1106 1107

1108

1209

1210 1111

1112

1113 1214

1115

1116 1117

1118

1219

1120 1121

1222

2123 2124

2225

2226

2227 2128

2129

2130 2131

2132

2133 2134

2135

2136

2137 2138

2239

2140 2141

2242

2143

3144 3245

3146

3247 3148

3249

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki Perempuan

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Perempuan Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki Perempuan

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki Laki-laki

Perempuan

Laki-laki Laki-laki

Perempuan

Perempuan

Perempuan Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Perempuan

Laki-laki Laki-laki

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki Perempuan

Laki-laki

Perempuan Laki-laki

Perempuan

12

12

11 12

11

11 11

12

11

11 11

9

11 11

9

11 11

9

12

11 12

9

10 10

10

10

10 11

10

11 11

11

12 10

10

11

10 10

10

10 10

11

11

10 10

10

10 10

10

2.14

2.13

2.40 2.16

2.28

2.95 2.48

2.13

2.46

2.36 2.11

2.15

2.50 2.46

2.38

2.18 2.58

2.29

2.35

2.74 3.52

2.47

2.24 2.48

2.54

2.36

3.17 2.86

2.66

2.29 2.34

2.26

2.06 2.49

3.14

2.34

2.92 2.33

2.59

2.23 2.33

2.38

2.27

2.54 2.31

2.80

2.33 2.33

2.31

Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Page 60: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

60

Lampiran 2. Data status gizi anak (Lanjutan) Kode Jenis Kelamin Usia (tahun) Zscore IMT/U Status Gizi

3150

3151 3152

3153

3154 3155

3156

3257 3258

3159

3260

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki Laki-laki

Laki-laki

Perempuan Perempuan

Laki-laki

Perempuan

9

9 9

9

9 9

9

9 9

9

9

2.60

3.00 2.88

3.03

2.47 3.07

2.49

2.78 3.16

4.61

3.04

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas Obesitas

Obesitas

Obesitas

Page 61: Hubungan Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food Dan Soft Drink Pada Anak Obesitas Di Usia Sekolah Dasar

61

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1992 dari ayahanda Satal dan ibunda Sri Susilowati. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara. Awal

pendidikan penulis dimulai dari sekolah dasar di SD Negeri 05 Sukmajaya Depok tahun

1998-2004. Tahun 2004-2007 penulis menduduki pendidikan di bangku SMP Negeri 4 Depok dan tahun 2007-2010 di SMA Negeri 109 Jakarta. Tahun 2010 penulis lulus dari

SMA kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang diterima di Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi yaitu sekretaris

Dewan Sosial dan Lingkungan di DPM FEMA IPB tahun 2012/2013. Penulis juga

menjadi asisten praktikum patofisiologi manusia mahasiswa Gizi Masyarakat tahun 2012-2013. Pada bulan Juni-Juli 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa

Nangerang Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor, pada bulan Januari penulis

menjadi finalis 10 besar HAA (Health Agent Award) dari Nutrifood Jakarta dan pada bulan Maret 2014 penulis mengikuti Internship Dietetik (ID) di RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur.