12
1 HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN POLA ASUH DEMOKRATIS (AUTHORITATIVE) ORANGTUA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA Ani Khoerunni’mah 1 , Kriswandani 2 , Wahyudi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2 Dosen Pembimbing Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 1 email: [email protected] ABSTRACT This study aims to determine wheter there is a relationship between adversity quotient and authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7 th class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga. Type of research is a correlational. Subjects in this study were all students of 7 th class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga, totalling 76 students. Data was collected by questionnaires and documentation. The data analysis technique used is the pearson’s product moment correlation and multiple correlation, calculation program with the help of SPSS 16.0 for windows. The result showed that: (1) There was no correlation between adversity quotient with mathematic learning outcomes in 7 th class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga. (2) There was no correlation between authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7 th class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga. (3) The multiple correlation between adversity quotient and authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7 th class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga also get result that three variables such there was no correlation significant. Value of R 2 give impact by the percentage 0,2% against mathematic learning outcomes and the rest is 99,8% are other factors affecting mathematic learning outcomes in 7 th class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga. Keywords: Adversity Quotient, Authoritative Parenting Style, Mathematic Learning Outcomes PENDAHULUAN Keberhasilan pendidikan salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa, untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Slameto (2003) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri siswa)

Hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dan Pola Asuh ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7508/2/T1_202009074_Full... · AQ) dan pola asuh yang bermacam-macam menjadi faktor

Embed Size (px)

Citation preview

1

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN POLA ASUH

DEMOKRATIS (AUTHORITATIVE) ORANGTUA DENGAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

VII SMP KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

Ani Khoerunni’mah1, Kriswandani

2, Wahyudi

2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga 2

Dosen Pembimbing Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

1email: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine wheter there is a relationship between adversity

quotient and authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7th

class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga. Type of research is a

correlational. Subjects in this study were all students of 7th

class of Satya Wacana

Christian Junior High School Salatiga, totalling 76 students. Data was collected by

questionnaires and documentation. The data analysis technique used is the pearson’s

product moment correlation and multiple correlation, calculation program with the help

of SPSS 16.0 for windows.

The result showed that: (1) There was no correlation between adversity quotient

with mathematic learning outcomes in 7th

class of Satya Wacana Christian Junior High

School Salatiga. (2) There was no correlation between authoritative parenting style with

mathematic learning outcomes in 7th

class of Satya Wacana Christian Junior High

School Salatiga. (3) The multiple correlation between adversity quotient and

authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7th

class of Satya

Wacana Christian Junior High School Salatiga also get result that three variables such

there was no correlation significant. Value of R2 give impact by the percentage 0,2%

against mathematic learning outcomes and the rest is 99,8% are other factors affecting

mathematic learning outcomes in 7th

class of Satya Wacana Christian Junior High

School Salatiga.

Keywords: Adversity Quotient, Authoritative Parenting Style, Mathematic

Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Keberhasilan pendidikan salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa, untuk

mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan maka perlu diperhatikan

beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Slameto (2003) faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri siswa)

2

dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar). Contoh dari faktor intern dan faktor

ekstern tersebut adalah adversity quotient (AQ) dan pola asuh orangtua.

Stoltz (2000) menyatakan adversity quotient (AQ) merupakan suatu kecerdasan

atau kemampuan dalam merubah, atau mengolah sebuah permasalahan atau kesulitan

dan menjadikannya sebuah tantangan yang harus diselesaikan agar tidak menghalangi

cita-cita dan prestasi yang ingin diraih. Siswa mempunyai tugas untuk belajar dan

berupaya memberikan hasil yang terbaik di kelas, serta dituntut untuk mampu mengatasi

berbagai permasalahan, kesulitan, dan hambatan menjadi sebuah peluang dalam

menggapai prestasi. Dalam rangka pencapaian tugas belajar, siswa tidak terlepas dari

berbagai kesulitan, kesulitan-kesulitan inilah yang dapat mengakibatkan turunnya

semangat siswa untuk belajar sehingga menghambat pencapaian hasil belajarnya.

Dweck dalam Stoltz (2000) membuktikan bahwa siswa dengan respon pesimistis

terhadap kesulitan tidak banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan siswa

yang pola sikapnya lebih optimistis. Menurut Sudarman (2009) adversity quotient (AQ)

juga sangat diperlukan siswa dalam belajar matematika.

Selain AQ, keluarga juga berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Keluarga

memberikan hubungan sosial dan lingkungan yang penting pada proses pembelajaran

mengenai manusia, situasi, dan ketrampilan. Pembelajaran yang pertama ini sangat

berpengaruh. Dalam keluarga, yang memegang peranan penting adalah orangtua,

pengasuhan orangtualah yang mempengaruhi pembelajaran tersebut.

Salah satu bentuk hubungan orangtua dan anak adalah pola asuh orangtua kepada

anak-anak mereka. Casmini dalam Septiari (2012) menjelaskan bahwa pola asuh

orangtua adalah bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik membimbing, dan

mendisiplinkan anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga dalam upaya

pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Pengasuhan

demokratis atau authoritative adalah pola pengasuhan dimana orangtua mendorong

anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap memberikan batasan-batasan atau aturan serta

mengontrol perilaku anak. Orangtua bersikap hangat, mengasuh dengan penuh kasih

sayang serta penuh perhatian, selain itu orangtua juga memberikan ruang kepada anak

untuk membicarakan apa yang mereka inginkan atau harapan dari orangtuanya

(Septiari, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang orangtuanya terlibat dalam

kegiatan sekolah memiliki kehadiran yang lebih baik, prestasi yang lebih tinggi, dan

sikap yang lebih positif terhadap sekolah (JL Epstein dalam Silalahi dan Meinarno,

2010).

3

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan guru, dari sekian

banyak siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga, masih terdapat siswa yang

mengalami kesulitan belajar. Hal ini terlihat dari adanya siswa yang kurang

bersemangat dalam proses pembelajaran. Data hasil belajar matematika siswa kelas VII

yang diperoleh, untuk mata pelajaran matematika diketahui bahwa KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) yang harus dicapai siswa kelas VII A dan VII B adalah 63,

sedangkan untuk VII C adalah 68 dan masih terdapat siswa yang belum bisa memenuhi

KKM yang telah ditetapkan. Persentase siswa yang masih di bawah KKM yaitu

sebanyak 42%. Siswa mendapatkan hasil belajar matematika dengan kategori cukup

sebesar 34% dan 8% berada pada kategori rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan hal

tersebut adalah adversity quotient (AQ) siswa yang masih belum maksimal serta pola

asuh demokratis orangtua yang dinilai masih kurang. Tetapi sebagian besar dari siswa

aktif dalam kegiatan pembelajaran dan senang apabila menerima tantangan dari guru,

mereka juga bisa dikatakan mandiri dalam menyelesaikan masalah, contohnya adalah

cara penyelesaian soal yang diberikan oleh guru itu berbeda-beda antara siswa satu

dengan siswa yang lain. Adversity quotient (AQ) dan pola asuh yang bermacam-macam

menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, karena adversity quotient (AQ)

yang dimiliki siswa serta pola asuh orang tua siswa itu berbeda-beda maka hasil belajar

siswapun tidak sama.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ)

dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika

siswa apabila diterapkan pada siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga,

sehingga penelitian ini mengambil judul “Hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dan

Pola Asuh Demokratis (Authoritative) Orangtua dengan Hasil Belajar Matematika

Siswa Kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga”.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar Matematika Siswa

Hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau

keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai

yang berhasil diraihnya, dengan demikian hasil belajar merupakan hasil maksimum

yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (Winkel, 1997).

Hasil belajar matematika diartikan sebagai suatu hasil atas kecakapan atau kemampuan

4

seseorang pada mata pelajaran matematika dalam mencapai tingkat kedewasaan yang

langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf.

Adversity Quotient (AQ)

Stoltz (2000) menjelaskan bahwa adversity quotient (AQ) merupakan suatu

kecerdasan atau kemampuan dalam merubah, atau mengolah sebuah permasalahan atau

kesulitan dan menjadikannya sebuah tantangan yang harus diselesaikan agar tidak

menghalangi cita-cita dan prestasi yang ingin diraih. Adversity quotient (AQ) dapat

diukur berdasarkan lima komponen yang disingkat dengan CO2RE, diantaranya adalah

control (kendali) yakni menyatakan berapa banyak kendali yang dirasakan terhadap

sebuah peristiwa yang menghadirkan kesulitan, origin (asal-usul) yaitu

mempertanyakan apa yang menjadi asal-usul dari sebuah kesulitan, ownership

(pengakuan) yaitu menjelaskan sejauh mana seseorang mau mengakui akibat-akibat dari

kesulitan atau kegagalan yang terjadi, reach (jangkauan) yaitu sejauh mana kesulitan

akan menjangkau ranah-ranah yang lain dalam kehidupan individu, dan yang terakhir

yaitu endurance (daya tahan) yakni mempertanyakan tentang berapa lama kesulitan

akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung.

Tipe adversity quotient (AQ) menurut Stoltz (2000) dibagi menjadi 3 yaitu quitter,

camper, dan climber. Hubungannya dengan siswa, siswa tipe climber mempunyai

kemampuan untuk menghadapi kesulitan yang berat dan terus bergerak maju dan ke atas

dalam hidupnya. Siswa tipe camper sudah lumayan baik dalam menempuh liku-liku

hidup sepanjang segala sesuatunya berjalan relatif lancar. Siswa tipe quitter

kemungkinan telah mengalami penderitaan yang tidak perlu dalam sejumlah hal. Bisa

dikatakan siswa tidak mampu menghadapi rintangan dalam hidupnya.

Pola Asuh Demokratis (Authoritative) Orangtua

Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan

menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan

penuh pengertian antara orangtua dan anak (Gunarsa, 2004), pola asuh demokratis

orangtua dapat diukur melalui empat aspek yaitu orangtua suka berdiskusi dengan anak,

orangtua mendengarkan keluhan anak, orangtua memberikan tanggapan, pengambilan

keputusan berdasarkan atas kesepakatan bersama.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian korelasi ganda (multiple correlation) karena

penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua

variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen

5

(Sugiyono, 2005), yaitu hubungan antara adversity quotient (AQ) sebagai variabel bebas

(X1) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua sebagai variabel bebas (X2)

dengan hasil belajar matematika siswa sebagai variabel terikat (Y).

Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga pada semester

genap, tahun ajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah

seluruhnya yaitu 76 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

responden dari jumlah populasi, maka jumlah sampel yang diambil adalah 76 siswa

kelas VII SMP Kristen Satya Wacana tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan untuk mengambil sampel data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik sampling jenuh atau total sampling, yaitu teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala yang berupa

pernyataan dan pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hubungan

antara variabel. Skala pengukuran adversity quotient (AQ) yang digunakan adalah

adopsi dari Stoltz (2000) dengan sedikit perubahan yang disesuaikan dengan penelitian

ini, adapun angket adversity quotient (AQ) terdiri dari lima aspek yakni control, origin,

ownership, reach, and endurance (CO2RE). Angket terdiri dari 30 item pernyataan,

yang setiap itemnya terdapat 2 pertanyaan. 30 pernyataan tersebut terdiri dari 10 item

untuk pernyataan favorable dan 20 item untuk pernyataan unfavorable.

Skala pengukuran pola asuh demokratis (authoritative) orangtua terdiri dari 30 item

dengan pernyataan favorable berdasarkan aspek pola asuh orangtua dari Gunarsa

(2004). Angket pola asuh orangtua dibuat dalam bentuk skala Likert dengan 4 alternatif

jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai

(STS). Adapun skoring angket untuk pernyataan favorable yaitu pilihan jawaban sangat

tidak sesuai (STS) diberi skor 1, pilihan jawaban tidak sesuai (TS) diberi skor 2, pilihan

jawaban sesuai (S) diberi skor 3, dan pilihan jawaban sangat sesuai (SS) diberi skor 4.

Pengukuran validitas internal dilakukan melalui uji validitas butir. Untuk mengukur

validitas instrumen digunakan SPSS for windows versi 16.0 dengan menggunakan

corrected item correlation. Pengujian validitas dalam penelitian ini hanya dilakukan

untuk variabel pola asuh demokratis (authoritative) orangtua, karena skala pengukuran

adversity quotient (AQ) yang digunakan merupakan instrumen baku yang diadopsi dari

Stoltz (2000) dengan sedikit perubahan yang disesuaikan dengan penelitian ini.

Pengukuran validitas hasil belajar matematika siswa juga tidak dihitung dalam

6

penelitian ini, karena hasil belajar matematika siswa didapat dari nilai siswa kelas VII

SMP Kristen Satya Wacana Salatiga dengan mengambil nilai murni ulangan tengah

semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Skala pola asuh demokratis (authoritative) orangtua terdiri dari 30 item favorable

dengan signifikan 5%. Hasil uji validitas item diketahui dari 30 item yang diajukan

terdapat 26 item yang valid, sedangkan yang gugur terdapat 4 item pada nomor 1, 7, 12,

dan 17 karena koefisien corrected item to total diperoleh kurang dari 0,2 sesuai yang

dikemukakan oleh Arikunto (2002).

Uji reliabilitas mengunakan SPSS 16.0 for Windows dilakukan setelah masing-

masing item pola asuh demokratis (authoritative) orangtua diuji validitasnya, sehingga

item-item yang valid dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik

alpha cronbach. Hasil pengujian diperoleh reliabilitas pola asuh demokratis

(authoritative) orangtua sebesar 0,860. Koefisien alpha lebih dari 0,80 menggambarkan

bahwa instrumen pola asuh demokratis (authoritative) orangtua sangat reliabel.

Analisis data menggunakan analisa statistik dengan rumus “korelasi product

moment” dari Karl Pearson jika terbukti data tersebar dalam distribusi normal dan

linear. Cara perhitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows. Analisis dalam penelitian ini selain menggunakan korelasi sederhana juga

digunakan korelasi berganda (multi correlation) untuk menunjukkan arah dan kuatnya

hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu

variabel dependen (Sugiyono, 2010). Hubungan kedua variabel bebas yaitu adversity

quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua secara bersama-sama

dengan variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa dapat dianalisis dengan

menggunakan uji analisis “linear regression”.

Sebelum menghitung nilai korelasi dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji

linearitas terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

dari data yang diperoleh mendekati distribusi normal atau tidak. Pengujian ini dihitung

dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Sedangkan uji linearitas untuk

mengetahui apakah ketiga variabel berhubungan linear atau tidak, uji linearitas

hubungan menggunakan analisis varians (Anava).

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis dan Intepretasi Data

Sampel yang ditentukan adalah sebanyak 76 siswa, namun terdapat 1 siswa yang

tidak hadir pada waktu pelaksanaan penelitian jadi sampel yang ditentukan menjadi

berkurang, dari 76 siswa menjadi 75 siswa. Angket yang dibagikan diisi oleh siswa,

kemudian dikumpulkan kembali sebanyak 75. Dengan demikian subjek penelitian

sebanyak 75 siswa yang digunakan sebagai sampel penelitian.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan uji one-sample kolmogorov-

smirnov. Hasil uji normalitas variabel adversity quotient (AQ) diperoleh Asymp.

Sig (2-tailed) sebesar 0,782 ( > 0,05) yang berarti data berdistribusi normal. Uji

normalitas terhadap variabel pola asuh demokratis (authoritative) orangtua didapat

Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,651 ( > 0,05) yang berarti data berdistribusi

normal. Uji normalitas terhadap variabel hasil belajar matematika siswa diperoleh

bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,612 ( > 0,05) yang berarti data

berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas antara adversity quotient (AQ) terhadap hasil belajar matematika

siswa diperoleh nilai signifikan sebesar 0,301. Dimana nilai signifikansi tersebut >

0,05, sehingga data adversity quotient (AQ) dan hasil belajar matematika siswa

adalah linear. Sedangkan, hasil uji linearitas antara pola asuh demokratis

(authoritative) orangtua terhadap hasil belajar matematika siswa didapat nilai

signifikan sebesar 0,793. Hal ini menunjukkan bahwa data pola asuh demokratis

(authoritative) orangtua dan hasil belajar matematika siswa adalah linear, karena

nilai signifikansi 0,793 > 0,05.

3. Uji Hipotesis

Tingkat signifikansi antara adversity quotient (AQ) dengan hasil belajar

matematika siswa sebesar 0,697. Hal ini menunjukkan 0,697 > 0,05, yang berarti

tidak terdapat hubungan antara adversity quotient (AQ) dengan hasil belajar

matematika siswa. Nilai koefisien korelasi sebesar r1 = 0,046 menunjukkan bahwa

tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sangat rendah. Tingkat

signifikansi antara pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil

belajar matematika siswa sebesar 0,939. Hal ini menunjukkan bahwa 0,939 > 0,05,

8

yang berarti tidak terdapat hubungan antara pola asuh demokratis (authoritative)

orangtua dengan hasil belajar matematika siswa. Dilihat dari nilai koefisien

korelasi dapat disimpulkan bahwa tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut

adalah tiada korelasi (r2 = -0,009). Tingkat hubungan antara adversity quotient

(AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar

matematika siswa adalah sangat rendah, ditunjukkan dengan nilai R = 0,049.

Tingkat signifikansi antara adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis

(authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa sebesar 0,917. Hal

ini menunjukkan bahwa 0,917 > 0,05, yang berarti tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative)

orangtua dengan hasil belajar matematika siswa.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi hubungan antara adversity

quotient (AQ) dan hasil belajar matematika siswa r1 = 0,046, yang menunjukkan bahwa

tingkat hubungan sangat rendah. Nilai signifikansi pada hubungan antara adversity

quotient (AQ) dan hasil belajar matematika siswa adalah sebesar 0,697. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima karena 0,697 >

0,05. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ)

dengan hasil belajar matematika siswa, sehingga berapapun tingginya skor adversity

quotient (AQ) yang dimiliki oleh siswa tidak akan mempengaruhi hasil belajar

matematika siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Utami dan Lydia (2006) yang mendapat kesimpulan yang sama bahwa tidak ada

kontribusi signifikan dari seluruh dimensi adversity quotient (AQ) terhadap hasil belajar

siswa SMA program percepatan belajar.

Hasil penelitian hubungan antara pola asuh demokratis (authoritative) orangtua

dengan hasil belajar matematika siswa menunjukkan bahwa koefisien korelasinya yaitu

r2 = -0,009. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan tiada hubungan. Nilai

signifikansinya sebesar 0,939, yang berarti 0,939 > 0,05. Dengan demikian tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis (authoritative) orangtua

dengan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Kumalasari dan Warih (2012) yang juga memperoleh hasil bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna secara statistik antara pola asuh orangtua dengan hasil belajar

anak.

9

Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear diperoleh tingkat signifikansi antara

adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil

belajar matematika siswa sebesar 0,917. Hal ini menunjukkan bahwa 0,917 > 0,05, yang

berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ) dan pola

asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa. Hasil

uji regresi linear juga menunjukkan bahwa R = 0,049 R2 = 0,002 dengan = 0,000 <

0,05. Nilai R menunjukkan bahwa tingkat hubungan sangat rendah, nilai R2

memberikan pengaruh dengan persentase sebesar 0,2% terhadap hasil belajar

matematika siswa dan 99,8% merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu motivasi dan minat belajar

(Slameto, 2003). Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menimbulkan arah pada kegiatan

belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Minat belajar yaitu kecenderungan siswa untuk

tetap memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan dalam belajar.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa

kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga merupakan kelompok camper, kategori

adversity quotient (AQ) pada kelompok ini memperoleh persentase sebesar 97%.

Frekuensi siswa pada kelompok camper adalah 73 siswa, sedangkan 2 siswa termasuk

kelompok climber atau berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 3%.

Tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kelompok quitter, hal ini ditunjukkan dengan

tidak adanya frekuensi siswa untuk kategori rendah dan persentase sebesar 0%. Rata-

rata (mean) nilai adversity quotient (AQ) sebesar 117,59 dan standar deviasi (SD)

sebesar 10,088. Skor tertinggi untuk variabel adversity quotient (AQ) sebesar 152 dan

skor terendah yaitu sebesar 96. Hasil belajar matematika siswa yang dinilai sudah cukup

baik dibuktikan dengan berdasarkan nilai ulangan tengah semester genap tahun ajaran

2012/2013 dari 75 siswa, terdapat 35 siswa yang berada pada kategori tinggi dengan

persentase 46,67%, 38 siswa berada pada kategori sedang dengan persentase 50,67%, 2

siswa berada pada kategori rendah dengan persentase 2,67%. Rata-rata (mean) skor

hasil belajar matematika sebesar 69,04 dan standar deviasi (SD) sebesar 16,746.

Perolehan nilai siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga diketahui bahwa

nilai tertinggi siswa adalah 100, sedangkan perolehan nilai terendah adalah 28.

Hasil analisis deskriptif, yaitu kategori pola asuh orangtua tergolong demokratis

dengan persentase 54,67%. Jumlah siswa yang mendapatkan pola pengasuhan

10

demokratis adalah sebanyak 41 anak, sedangkan terdapat 40% siswa mendapat pola

pengasuhan cukup demokratis dan 1,3 % siswa mendapat pola pengasuhan kurang

demokratis. Rata-rata (mean) variabel pola asuh demokratis (authoritative) orangtua

sebesar 79,59 dan standar deviasi (SD) sebesar 9,541. Skor tertinggi untuk pola asuh

demokratis (authoritative) orangtua adalah 100 dan skor terendah yaitu 40. Berdasarkan

pembahasan di atas maka membuktikan bahwa tidak terdapat korelasi antara adversity

quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar

matematika siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

adversity quotient (AQ) dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kristen

Satya Wacana Salatiga, dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola

asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa kelas

VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil korelasi ganda antara adversity quotient

(AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika

siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga juga mendapat hasil bahwa ketiga

variabel tersebut tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Nilai R2 memberikan pengaruh dengan persentase sebesar 0,2% terhadap hasil

belajar matematika siswa dan sisanya yaitu sebesar 99,8% merupakan faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana

Salatiga.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penelitian

ini akan mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Berdasarkan hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis

(authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa. Mengingat hasil

belajar matematika siswa itu penting dalam mendukung tugas perkembangan

individu, maka penting bagi individu untuk mengetahui faktor-faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajarnya. Untuk itu kepada peneliti mendatang hendaklah

melanjutkan penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel yang

digunakan selain adversity quotient (AQ) dan pola asuh orangtua sehingga dapat

menemukan faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

11

2. Bagi Sekolah

Oleh karena pola asuh yang merupakan faktor lingkungan keluarga tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil belajar siswa, maka diharapkan

sekolah yang merupakan lingkungan kedua bagi siswa dapat memberikan

kontribusi lebih besar dalam pencapaian hasil belajar yang baik.

3. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat memaksimalkan pembelajaran matematika sehingga

siswa menjadi termotivasi, guru hendaknya juga lebih memperhatikan

perkembangan hasil belajar siswa di kelas terutama pada siswa dengan hasil belajar

yang masih rendah atau yang mengalami kesulitan belajar supaya hasil belajar

matematika siswa menjadi meningkat.

4. Bagi Orangtua

Orangtua bukan hanya diharapkan untuk dapat memperhatikan faktor

keluarga saja, tetapi diharapkan pula untuk lebih memperhatikan faktor yang

berasal dari dalam diri siswa dan juga faktor lingkungan sekolah siswa untuk

mengawasi anak dalam kegiatan belajar.

5. Bagi Siswa

Siswa hendaknya menyadari arti penting dari belajar, karena belajar

berhubungan dengan pencapaian cita-cita. Oleh karena itu, siswa perlu

memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya,

serta diharapkan untuk siswa agar dapat menggunakan faktor-faktor tersebut untuk

meningkatkan hasil belajarnya.

12

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Bumi Aksara.

Gunarsa, Singgih. D. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT BPK Bumi

Mulia.

Kumalasari, E dan Warih AP . 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Hasil

Belajar Siswa.

Sumber: http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-

dokter/article/view/3960/3292 diunduh 25 Januari 2013 pukul 10:25.

Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Silalahi, K dan Eko A M. 2010. Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Stoltz, Paul G. 2000. Adversity Quotient: Mengubah Peluang menjadi Peluang. Jakarta:

PT. Grasindo.

Sudarman. 2009. Adversity Quotient: Kajian Kemungkinan Pengintegrasiannya dalam

Pembelajaran Matematika.

Sumber:http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AKSIOMA/article/view

diunduh 13 Juni 2013 pukul 10:33.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R & D. Bandung: CV Alfabeta.

Utami, AB dan Lydia FH. 2006. Kontribusi Adversity quotient terhadap Prestasi

Belajar Siswa SMU Program Percepatan Belajar di Jakarta.

Sumber: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21106137148.pdf diunduh 26

Januari 2013 pukul 11:20.

Winkel, W. S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.