16
HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS GUBUG I KABUPATEN GROBOGAN MAKALAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Nama : ERYTROMISIN C. NIM : J500070001 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

HIPERTENSI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS GUBUG I

KABUPATEN GROBOGAN

MAKALAH PUBLIKASI

Diajukan oleh :

Nama : ERYTROMISIN C.

NIM : J500070001

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

ii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

2

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN

DERAJAT HIPERTENSI PASIEN RAWAT JALAN DI

PUSKESMAS GUBUG I KABUPATEN GROBOGAN

Erytromisin C, Sigit Widyatmoko, Erna Herawati

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Latar Belakang : Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering

ditemukan. Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 %. Insomnia dapat

menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik salah satunya hipertensi. Penderita

insomnia yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki resiko 5 kali lebih besar

menderita hipertensi daripada mereka yang tidur dalam porsi cukup. Penyebab

hipertensi pada orang insomnia adalah sering terbangunnya di malam hari dan

butuh waktu untuk bisa tertidur kembali. Semakin lama terjaga dan beberapa kali

terbangun di malam hari, hipertensi akan semakin parah. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara derajat insomnia dengan derajat

hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan.

Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien

hipertensi rawat jalan yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling.

Estimasi besar sampel dalam penelitian ini kurang lebih sebanyak 99 orang.

Analisis data dilakukan dengan tujuan membuktikan hubungan antara variabel

derajat insomnia dengan derajat hipertensi menggunakan teknik Korelasi

Spearman Rho (ρ) dengan bantuan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) 19.0

Hasil : Penelitian dilakukan bulan Agustus tahun 2012 terhadap pasien rawat

jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Jumlah sampel yang didapat

sebanyak 104 orang, berdasarkan kriteria eksklusi 5 orang dikeluarkan dari

penelitian sehingga diperoleh 99 orang. Hasil analisis data diperoleh hasil

sebanyak 93 orang (93.9%) mengalami insomnia ringan, sebanyak 81 orang

(81.8%) mengalami hipertensi derajat 2, rata-rata tekanan darah sistolik 175.05

mmHg dan tekanan darah diastolik 99.29 mmHg dengan rentang usia responden

terbanyak pada usia antara 33 – 47 tahun sebanyak 67 orang (67.7%).

Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara derajat hipertensi dengan

derajat insomnia (p value = 0,037 < 0,05) pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug

I Kabupaten Grobogan.

Kata Kunci : insomnia, hipertensi

Page 4: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

3

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE INSOMNIA AND

HYPERTENSION DEGREE OF OUTPATIENTS IN

CLINIC GUBUG I GROBOGAN

Erytromisin C, Sigit Widyatmoko, Erna Herawati

Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta

Background: Insomnia is a sleep disorder that is most often found. In Indonesia,

the prevalence of insomnia is about 10%. Insomnia can cause impacts on the

physical health that one of these is hypertension. Patients with insomnia who

sleep less than 5 hours a night have risk of hypertension five times higher than

those who sleep in adequate portions. Hypertension in people insomnia is caused

by frequent awakening at night and it takes time to get to sleep. The longer people

are awake several times at night, the more hypertension will be severe. The

purpose of this study is to determine the relationship between the insomnia and

hypertension degree of outpatients in clinic Gubug I Grobogan.

Method: The study design used was analytical observational study with cross-

sectional approach. The population is the hypertension outpatients specified based

on the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique was purposive

sampling technique. Estimation of the samples in this study is approximately 99

people. Data analysis was done with the aim of proving the relationship between

variable of the insomnia and hypertension degree by using technique of Spearman

Rho (ρ) correlation with Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 19.0.

Result: The study was conducted in August 2012 on outpatients in clinic of

Gubug I Grobogan. The number of samples as many as 104 people, and based on

the exclusion criteria, 5 patients were excluded from the study, thus becomes 99

people. The result of data analysis is as many as 93 people (93.9%) had mild

insomnia, as many as 81 people (81.8%) with second degree hypertension, the

average of systolic blood pressure was 175.05 mmHg and 99.29 mmHg in

diastolic blood pressure with age range of respondents among the ages of 33-47

years by 67 people (67.7%).

Conclusion: There is a significant relationship between the degree of

hypertension and insomnia (p value = 0.037 <0.05) of outpatients in clinic of

Gubug I Grobogan.

Keywords: insomnia, hypertension

Page 5: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

4

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap

tahun diperkirakan sekitar 20-50 % orang dewasa melaporkan adanya gangguan

tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur serius. Berdasarkan survei yang

ada, prevalensi insomnia yang terjadi di Amerika mencapai 60-70 kasus orang

dewasa. Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 %, yang berarti 28 juta

orang dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia (Amir, 2010).

Insomnia dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik antara lain

peningkatan nafsu makan yang dapat mengakibatkan obesitas, diabetes, penyakit

jantung koroner, hipertensi, gangguan sistem imun, dan penurunan gairah seksual.

Insomnia juga dikaitkan dengan gangguan psikologik misalnya terjadinya

terjadinya depresi, ansietas, dan penurunan daya ingat karena pada dasarnya tidur

berguna untuk resusitasi otak dan konsolidasi daya ingat (Amir, 2010).

Hasil penelitian Vgontzas dkk.(2009) menunjukkan bahwa orang dengan

insomnia berisiko besar terkena tekanan darah tinggi. Penderita insomnia yang

tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki resiko 5 kali lebih besar menderita

hipertensi daripada mereka yang tidur dalam porsi cukup. Hal ini berkaitan

dengan hubungan antara hormon stres dan tekanan darah tinggi. Kombinasi durasi

tidur yang rendah dan insomnia atau bangun di malam hari atau memiliki

kesulitan untuk tidur secara kronis sangat berkaitan dengan hipertensi.

Sebaliknya, responden yang tidur dalam porsi cukup selama lebih dari 6 jam tidak

memiliki resiko peningkatan tekanan darah tinggi.

Hasil penelitian Javaheri dkk. (2008) menyebutkan bahwa remaja dengan

efisiensi tidur yang buruk (sulit tidur dan sulit bangun, tidur < 6,5 jam) mengalami

peningkatan odds ratio untuk mengalami prehipertensi (ditentukan > 90th

percentile untuk umur, jenis kelamin dan tinggi badan). Bahkan setelah

melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor lainnya yang berhubungan, remaja

dengan pola tidur yang buruk mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 4 +

1,2 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan remaja lainnya (p<0,01).

Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor

satu secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat

menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung,

stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka

kematian yang tinggi. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita,

keluarga dan negara harus mengeluarkan lebih banyak biaya pengobatan dan

perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita (Depkes RI, 2007).

Page 6: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

5

Stroke, hipertensi, dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga

penyebab kematian, stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4 %,

hipertensi 6,8 %, penyakit jantung iskemik 5,1 %, dan penyakit jantung 4,6 %.

Dalam data Riskesdas (2007) juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia

berkisar 30 persen dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih

banyak pada perempuan 52 % dibandingkan 48 % (Depkes RI, 2009).

Prevalensi hipertensi akan meningkat secara progresif dari tahun ke tahun

(Gutierrez dkk., 2011). Diperkirakan sekitar 80 persen kenaikan kasus hipertensi

terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun

2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini

didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk

saat ini (Armilawaty dkk., 2007). Menurut Kemenkes (2010), bahwa hipertensi

merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni

mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit dan

puskesmas tahun 2006, kasus hipertensi sebesar 166,07 per 1.000 penduduk,

mengalami peningkatan dibanding tahun 2005.Kasus hipertensi tahun 2005

sebesar 143,82 per 1.000 penduduk (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2006).

Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga setelah Provinsi Riau dan

Bangka Belitung (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2011).

Data dari Kabupaten Grobogan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa

penderita hipertensi sebanyak 18.796 orang. Kabupaten Grobogan menduduki

peringkat ketiga dengan penderita hipertensi terbanyak setelah Kabupaten

Temanggung dan Kabupaten Sragen (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2009).

Jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Gubug I pada tahun 2010 sebanyak 730

orang yang menduduki peringkat kelimabelas dari tigapuluh Puskesmas yang ada

di Kabupaten Grobogan (Dinkes Kabupaten Grobogan, 2010).

Mengamati data penderita hipertensi di Indonesia yang semakin

meningkat, penulis tertarik untuk mengkaji hubungan antara derajat insomnia

dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten

Grobogan.

Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien

rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan?

Page 7: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

6

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara

derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug

I Kabupaten Grobogan.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis : Sebagai referensi tentang hubungan antara derajat

insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I

Kabupaten Grobogan.

Manfaat Praktis : Dapat mengetahui kejadian insomnia yang terjadi pada

pasien, sehingga insomnia tersebut dapat diatasi dan tidak berlanjut menyebabkan

hipertensi. Selain itu, agar petugas kesehatan lebih memperhatikan keadaan pasien

apakah mengalami insomnia atau tidak yang nantinya akan berdampak pada

proses penyembuhan penyakit.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara derajat

insomnia dengan derajat hipertensi. Penelitian cross sectional disebut juga

penelitian transversal sebab variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung

(efek) diobservasi hanya satu kali pada saat yang bersamaan (Arief, 2010).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bulan Agustus tahun 2012 terhadap pasien

hipertensi di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Puskesmas ini dipilih

karena jumlah pasien hipertensi di puskesmas ini dianggap cukup untuk menjadi

subjek penelitian.

Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasien hipertensi di Puskesmas Gubug I

Kabupaten Grobogan yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi maupun

eksklusi (Notoatmodjo, 2010).

Sampel dan Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling, mendeskripsikan karakteristik sebuah populasi sasaran berdasarkan

pengamatan pada sampel. Karakteristik populasi yang ditaksir berupa proporsi,

Page 8: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

7

baik risiko (insidensi), incidence rate, maupun prevalensi (Murti, 2010). Estimasi

besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 99 orang.

Kriteria Restriksi

Kriteria Inklusi

a. Usia 18-60 tahun

b. Pasien hipertensi lama yang rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten

Grobogan

c. Bersedia untuk diobservasi

d. Mengisi kuisioner secara lengkap

Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan penyakit parenkim

i. Glomerulonefritis akut

ii. Nefritis interstitial akut

iii. Nekrosis tubuler akut

b. Pasien dengan penyakit renovaskular

i. Oklusi adrenalis bilateral

ii. Poliarteritis nodosa akut

iii. Nefrosklerosis

iv. Trombosis vena renalis

c. Pengguna kontrasepsi hormonal

i. KB Suntik

ii. Pil KB

iii. Implant

d. Hamil

e. Gangguan jiwa berat

f. Diet rendah garam

g. Konsumsi obat alergi, asma atau flu

h. Konsumsi nikotin, kafein, alkohol

Identifikasi Variabel

Variabel bebas : derajat insomnia (ringan, berat dan sangat berat)

Variabel terikat : derajat hipertensi (prehipertensi, hipertensi stage I, dan

hipertensi stage II)

Variabel pengganggu : diet rendah garam, usia, konsumsi obat (alergi, asma

atau flu), konsumsi nikotin, kafein atau alkohol

Definisi Operasional

Derajat Insomnia

a. Adalah keadaan sulit tidur, sering terbangun pada malam hari, atau bangun

lebih awal yang ditentukan dengan kuesioner Insomnia Rating Scale yang

telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta)

b. Skala pengukuran : ordinal

Page 9: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

8

Derajat Hipertensi

a. Adalah tekanan darah yang diklasifikasikan sesuai kriteria JNC VII (The

Seventh Report of The Joint National Comittee on Prevention).

Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali dan diambil rata-ratanya.

Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII :

i. Prehipertensi : sistolik 120 – 139 mmHg atau diastolik 80 – 89 mmHg

ii. Hipertensi stage I : sistolik 140 – 159 mmHg atau diastolik 90 – 99

mmHg

iii. Hipertensi stage II : sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 100 mmHg

b. Skala pengukuran : ordinal

Instrumentasi Penelitian

Instrumen yang digunakan data identitas responden dan

kuesionerInsomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok

Studi Psikiatri Biologik Jakarta). Pertanyaan dalam angket tersebut meliputi:

a. Kesulitan untuk memulai tidur

b. Tiba-tiba terbangun pada malam hari

c. Bisa terbangun lebih awal/dini hari

d. Merasa mengantuk di siang hari

e. Sakit kepala pada siang hari

f. Merasa kurang puas dengan tidur anda

g. Merasa kurang nyaman/gelisah saat tidur

h. Mendapat mimpi buruk

i. Badan terasa lemah, letih, kurang tenaga setelah tidur

j. Jadwal jam tidur sampai bangun tidak beraturan

k. Tidur selama 6 jam dalam semalam

Angket ini menggunakan skala ordinal yaitu 1 (tidak pernah), 2 (kadang-kadang),

3 (sering), dan 4 (selalu).

Jumlah total setiap item pertanyaan dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu 11– 19

(tidak ada keluhan insomnia), 20 – 27 (insomnia ringan), 28 – 36 (insomnia

berat), dan 37 – 44 (insomnia sangat berat).

Page 10: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

9

Skema Penelitian

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan membuktikan hipotesis penelitian.

Uji statistik yang digunakan untuk membuktikan hubungan antara variabel derajat

insomnia dengan derajat hipertensi adalah menggunakan teknik Korelasi

Spearman Rho (ρ) dengan bantuan program Statistical Product and Service

Solution (SPSS) 19.0.

Hasil Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Agustus tahun 2012 terhadap pasien

rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan. Jumlah sampel yang

didapat dalam penelitian ini adalah 104 orang. Sebanyak 5 orang dikeluarkan dari

penelitian karena termasuk kriteria eksklusi, sehingga diperoleh 99 orang.

Analisis data untuk mengetahui hubungan antara derajat insomnia dengan derajat

hipertensi menggunakan uji statistik Korelasi Spearman Rho (ρ) dengan bantuan

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 19.0. Dari hasil analisis

data diperoleh hasil sebagai berikut :

Populasi

Sampel

Insomnia Rating Scale

Rata-rata Tekanan Darah

Kriteria Inklusi : a. Usia 18 – 60 tahun b. Pasien hipertensi

lama yang rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan

c. Pasien Rawat JalanPuskesmas Gubug I

d. Bersedia diobservasi e. Mengisi kuesioner

Kriteria Ekslusi : a. Pasien dengan penyakit

parenkim b. Pasien dengan penyakit

renovaskular c. Pengguna kontrasepsi

hormonal d. Hamil e. Gangguan jiwa berat f. Diet rendah garam g. Konsumsi obat alergi,

analgesik, asma atau flu h. Konsumsi nikotin, kafein

atau alkohol

Korelasi Spearman Rho (ρ)

Page 11: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

10

Tabel 1 Deskripsi Usia Responden

Usia

(Tahun)

Jumlah

(N)

Frekuensi

(%)

18 – 32 12 12.1

33 – 47 67 67.7

48 – 62 20 20.2

Total 99 100

Tabel 2 Deskripsi Derajat Insomnia Responden

Derajat Insomnia Jumlah

(N)

Frekuensi

(%)

Tidak Insomnia 6 6.1

Insomnia Ringan 93 93.9

Total 99 100

Tabel 3 Deskripsi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden

Keterangan Tekanan Darah

Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah

Diastolik

(mmHg)

Rata-rata 175.05 99.29

Minimum 140 75

Maksimum 250 130

Standar Deviasi 21.11 10.738

Variance 445.661 115.311

Tabel 4 Deskripsi Derajat Hipertensi Responden

Derajat Hipertensi Jumlah

(N)

Frekuensi

(%)

Derajat 1 18 18.2

Derajat 2 81 81.8

Total 99 100

Page 12: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

11

Tabel 5 Korelasi Derajat Insomnia dengan Derajat Hipertensi

Variabel r (rho) p-value

Derajat Hipertensi dengan

Derajat Insomnia 0.210 0.037

Pembahasan

Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut interval usia, diketahui bahwa

dari 99 pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan yang

mengalami insomnia dan hipertensi sebagian besar berusia antara 42 – 54 tahun

sebanyak 67 orang atau 67.7%, usia antara 55 – 67 tahun sebanyak 18 orang atau

18.2%, usia antara 29 – 41 tahun sebanyak 12 orang atau 12.1%, dan usia antara

68 – 80 tahun sebanyak 2 orang atau 2.0%. Menurut Amir (2010), setiap tahun

diperkirakan sekitar 20-50% orang dewasa mengalami gangguan tidur dan sekitar

17% mengalami gangguan tidur serius. Menurut Purnomo (2008), prevalensi

insomnia meningkat dengan bertambahnya usia, pada usia 30 tahun terdapat 15%

laki-laki dan 25% wanita.

Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut derajat insomnia pada 99

pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan yang mengalami

insomnia ringan sebanyak 93 orang atau 93.9%, sedangkan yang tidak mengalami

insomnia sebanyak 6 orang atau 6.1%. Menurut Amir (2010), insomnia

merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Di Indonesia prevalensi

insomnia sekitar 10%.

Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut hasil pemeriksaan tekanan

darah sistolik dan diastolik pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten

Grobogan diketahui bahwa rata-rata tekanan darah pasien termasuk kategori

hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah sistolik 175.05 mmHg dan tekanan

darah diastolik 99.29 mmHg.

Berdasarkan tabel distribusi subjek menurut derajat hipertensi pasien rawat

jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan sebagian besar mengalami

hipertensi derajat 2 sebanyak 81 orang atau 81.8%, sedangkan yang mengalami

hipertensi derajat 1 sebanyak 18 orang atau 18.2%.

Berdasarkan tabel uji korelasi derajat insomnia dengan derajat hipertensi

diketahui p value = 0,037 < 0,05 sehingga menolak hipotesis nihil (nol). Rho (ρ)

value menunjukkan kuat lemahnya hubungan, dari hasil uji statistik Rho (ρ) =

0,210 < 0,05 berarti hubungan ini lemah. Artinya ada hubungan signifikan derajat

Page 13: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

12

lemah antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di

Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Sebagian besar pasien memiliki gangguan tidur (insomnia) sebanyak 93

orang dalam kategori insomnia ringan.

2. Sebagian besar pasien memiliki tekanan darah hipertensi dalam kategori

derajat 2 yaitu sebanyak 81 orang.

3. Ada hubungan signifikan derajat lemah antara derajat hipertensi dengan

derajat insomnia (p value = 0,037 < 0,05) pasien rawat jalan di Puskesmas

Gubug I Kabupaten Grobogan.

SARAN

Beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain:

1. Pasien diharapankan lebih menjaga pola tidur sehat dan beristirahat yang

cukup (tidur minimal 7 jam semalam), jika ada keluhan tidak bisa tidur

segera periksakan diri ke dokter.

2. Dokter diharapkan memperhatikan keluhan insomnia pasien agar tidak

berlanjut ke stadium yang lebih tinggi.

3. Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi kepada semua

pasien terutama pasien insomnia.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Nurmiati. 2010. Tata Laksana Insomnia Insomnia Bisa Terjadi Pada

Semua Lapisan Usia, Tak Terkecuali Anak-Anak. Jakarta

Arief, M.TQ., 2010. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.

Surakarta : Sebelas Maret University Press

Armilawaty, A.H., Amirudin R., 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam

Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka

Cipta

Carr, Nick. 2009. The Function of Sleep. ABC.

Corwin, E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC pp:484-9

Page 14: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

13

Drake, C., 2012. Sleep 2012 Conference. Ford Hospital Sleep Disorders and

Research Center. Boston

Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2006. Semarang : Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah pp:42-3

Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2009. Semarang : Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah

Direktorat Jenderal Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical

Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik

Espie, C.A., 2002. Insomnia : Conceptual Issue in the Development, Persistence,

and Treatment of Sleep Disorder in Adult. Annual Reviews 53:215-43

Gunawan, L., 2001. Hipertensi – Tekanan Darah Tinggi. Edisi Kedelapan.

Yogyakarta : Kanisius pp:7-11

Gutierrez. 2011. Hypertension in a Population Cohort of People Aged or Years or

Older in Spain. J Hypertens. 29(10):1863-70

Guyton, A.C., Hall, J., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Kesebelas.

Jakarta : EGC pp:160-70

Japardi, I., 2002. Gangguan Tidur. USU Digital Library pp:1-11

Javaheri, S., Strofer-Isser, A., Rosen, C.L., Redline, S., 2008. Sleep Quality and

Elevated Blood Pressure in Adolescents. August;18(8):1034-1040

Kaplan, N.M., 2002. Kaplan’s Clinical Hypertension. Edisi Kedelapan.

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins pp:137-168

Kaplan & Sadock. 2007. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical

Psychiatry. Edisi Kesepuluh pp:750-71

Khomsan, Ali. 2009. Terapi Gizi untuk Insomnia. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Kumar. 2005. Clinical Medicine. Systemic Hypertension. Edisi Keenam. USA

British Library

Kleiner. 2007. Anxiety and Insomnia. Health Guide

Healthcommunities. 2000. Sleep Disorders: Overview. Healthcommunities.

Healthcommunities. 2000. Sleep Disorders: Types of Sleep Disorders.

Healthcommunities.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

14

Iskandar, Yul. (2009). Konsultasi Terapi Insomnia.

Lanywati, E., 2001. Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta : Kanisius

Mansjoer, A., 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Pertama.

Jakarta : Media Aesculapius

Murti, B., 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press

Nabili, Saimak T., 2012. Insomnia. eMedicine Health. Feb;7(2):1-13

Nafrialdi. 2007. Buku Farmakologi dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta : EGC

pp:341-360

Nasucha, Y., 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Yogyakarta : Media Perkasa

Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B., 2005. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima.

Jilid Kedua. Jakarta : Erlangga pp:61-8

Notoadmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

pp:110-5

Riwidikdo, H., 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia

Riyadina, W., 2002. Faktor-faktor Resiko Hipertensi pada Operator Pompa

Bensin di Jakarta. Media Litbang Kesehatan Vol.XII No 2. Jakarta

Robbins & Cotran. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Edisi Ketujuh.

Jakarta : EGC pp:307-310

Rodenbeck, A., Cohrs, S., Jordan, W., Huether, G., Rüther, E., Hajak, G., 2003.

The Sleep-improving Effects of Doxepn are Paralleled by a Normalized

Plasma Cortisol Secretion in Primary Insomnia. December;170(4):423-28

Sheerwood, L., 2001. Fisiologi Manusia – dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua.

Jakarta : EGC pp:283-84

Sidharta, P., 2009. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat

pp:192-3

Tambayong. 2000. Patofisiologi untuk Perawat. Edisi Pertama. Jakarta : EGC

pp:13-4

The Seventh Report of the Joint National Committe on Pressure, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. August 2004.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA DERAJAT INSOMNIA DENGAN DERAJAT

15

Troxel, W.M., Robles, T.F., Hall, M., 2007. Marital Quality and Marital Bed :

Examining The Covariation Between Relationship Quality and Sleep.

October;11(5):389-404

Vgontzas, A.N., Liao, D., Bixler, E.O., Chrousos, G.P., Vela-Bueno, A., 2009.

Insomnia with objective short duration is associated with a high risk for

hypertension. April;32(4):491-7

Vgontzas, A.N., Bixler, E.O., Lin, H.M., Ten, H.T., Rein, J., Vela-Bueno, A.,

Kales, A., 2001. Prevalence of sleep-disordered breathing in women :

effects of gender. March;163(3):608-13

Wade, A., Hwheir, D.N., Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study

(PDS) to Identity and Compare Health Care Privider and Consumer Views

of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension,

Jun;17(6):397

Weissman, M., 2008. Different Types of Insomnia May Need Different

Treatments. So What Type Do You Have?. Insomnia-Free.com

Yogiantoro, M. 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid

Pertama. Jakarta : FK UI pp:599-603