Upload
doanngoc
View
222
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA PASIEN KANKER
YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG
ONE DAY CARE RSUD DR MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
WAHYUDI INDRIYATMO
NIM. ST 13 079
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wahyudi Indriyatmo
NIM : ST.13 079
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan masukan dari
Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataann ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 7 Agustus 2015
Yang membuat pernyataan.
Wahyudi Indriyatmo
NIM : ST.13 079
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam,
karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul : ”Hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi
untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day
care RSUD Dr. Moewardi”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan,
bimbingan dan mmotivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis tidak akan
mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta,
yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua Prodi Si Keperawatan
yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua mahasiswanya.
3. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ari Setiyajati, S.Kep.,N.s.,M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan segenap
ilmu dan pengalamnnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman ST13 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Responden yang telah bersedia membantu dalam pengisian kuesioner dalam
penelitian ini.
8. Direktur Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan
semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali
ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2015
Wahyudi Indriyatmo
NIM. ST. 13 079
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah .................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................... 4
1.3. Tujuan penelitian ............................................................ 5
1.4. Manfaat penelitian .......................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan teori ................................................................ 7
2.1.1. Kanker .................................................................. 7
2.1.2. Dukungan keluarga ............................................... 13
2.1.3. Motivasi ............................................................... 17
2.2. Keaslian penelitian ......................................................... 22
2.3. Kerangka teori ................................................................ 25
2.4. Kerangka konsep ............................................................. 26
2.5. Hipotesis ........................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian ...................................................... 27
3.2. Tempat dan waktu penelitian ........................................ 28
3.3. Populasi dan sampel ....................................................... 27
3.4. Variabel penelitian ......................................................... 29
3.5. Definisi operasional ...................................................... 29
3.6. Instrumen penelitian ........................................................ 30
3.7. Uji Validitas dan reliabilitas ............................................ 32
3.8. Pengolahan data dan analisis data .................................. 35
3.9. Pengumpulan data dan jalannya penelitian .................... 38
3.10.Etika penelitian .............................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik Responden ................................................. 42
4.2. Analisis Univariat ............................................................ 43
4.3. Analisis Bivariat ............................................................. 44
BAB V PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden ................................................. 46
4.2. Analisis Univariat ............................................................ 48
4.3. Analisis Bivariat ............................................................. 51
4.4. Keterbatasan ................................................................... 53
BAB VI PENUTUP
4.1. Simpulan .......................................................................... 54
3.2. Saran .............................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTARF TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
3.1 Definisi operasional variabel dan skala pengukuran ............... 30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka teori ......................................................................... 25
2.2 Kerangka konsep ...................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran 2. Surat permohonan menjadi responden
Lampiran 3. Kuesioner penelitian
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi untuk Sembuh
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran 8. Hasil Analisis Data
Lampiran 9. Jadwal Penelitian
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Wahyudi Indriyatmo
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Motivasi untuk Sembuh pada
Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD
Dr Moewardi
Abstrak
Pasian kanker yang menjalani kemoterapi kadang-kadang merasa pesimis
bahwa penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk mengurangi
pesimis itu diperlukan dukungan keluarga dan penatalaksanaannya agar
kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien tersebut dapat berjalan lancar
sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemterapi.
Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel 78 pasien dan teknik pengambilan sampel dengan
accidental sampling. Alat analisis yang digunakan dengan korelasi rank
spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien kanker yang
menjalani kemoterapi mempunyai dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 37
orang (47,4%), sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi
mempunyai motivasi untuk sembuh tergolong baik yaitu sebanyak 37 orang
(47,4%), dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan nilai korelasi
hitung sebesar 0,403 dan nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05).
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi.
Kata kunci: Dukungan keluarga, motivasi untuk sembuh, kanker, kemoterapi.
Daftar Pustaka: 35 (2006 – 2014)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang
jaringan di sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh.
Kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidak terkontrol (Corwin, 2009).
Menurut data WHO tahun 2013, insidens kanker meningkat dari 12,7 juta
kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah
kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada
tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar
13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insidens kanker
dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat
kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih
cepat (Kemenkes, 2014).
Prevalensi penyakit kanker cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330 orang. Kanker
tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker
leher rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru-paru dan kanker
kolorektal (Harian Terbit, 2014). Khusus penyakit kanker, the World Cancer
Report mengestimasi bahwa terdapat 12,4 juta kasus baru dan 7,6 juta
kematian pada tahun 2008 (IARC, 2008). Angka estimasi jumlah kasus baru
ini sedikit lebih rendah daripada estimasi WHO (2010). Kejadian kanker yang
1
terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus)
dan kanker kolorektal (1,15 juta kasus).Kematian tertinggi disebabkan oleh
karena kanker paru (1,31 juta kematian), kanker lambung (780.000 kematian)
dan kanker hati (699.999 kematian) (IARC, 2008).
Penyakit kanker memiliki beberapa penatalaksanaan, salah satu
penanganan kanker adalah dengan menjalani pengobatan kemoterapi. Pasien
kanker yang menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya merasakan
ketidaknyamanan di berbagai sistem tubuh. Penanganan penyakit kanker
sebaiknya bersifat holistik atau menyeluruh. Bentuk penanganan pasien
kanker yang bersifat holistik salah satunya dengan perawatan paliatif.
Perawatan paliatif sebagai pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit yang
mengancam nyawa, melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan
cara identifikasi dini, pemeriksaan yang baik, dan terapi rasa sakit dan
masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (Rasjidi, 2010). Kondisi dan
penanganan penyakit kanker dengan kemoterapi dapat menimbulkan stress,
sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga kondisi psikologis
pasien sehingga dukungan keluarga diharapkan dapat membangkitkan
motivasi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit untuk
mencapai derajat kesehatan yang lebih baik (Diananda, 2008).
Di samping dukungan keluarga, motivasi pasien untuk sembuh juga
memberikan kontribusi terhadap kesembuhan penyakitnya. Motivasi pasien
dalam menjalani kemoterapi kanker payudara adalah sebagai upaya untuk
pemenuhan suatu kebutuhan terapi agar meringankan gejala, menghambat
pertumbuhan dan penyebaran kanker, memperpanjang kelangsungan hidup
dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Saragih (2010) yang berkaitan dengan peranan dukungan
keluarga pada pasien kanker menghasilkan kesimpulan bahwa pentingnya
dukungan dari keadaan (emosional, finansial, dan spiritual) serta koping
pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari, dkk (2013) yang berkaitan dengan
dukungan keluarga juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker
payudara dalam menjalani kemoterapi.
Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 terdapat
3.600 pasien kanker. Berdasarkan hasil data yang dilakukan penulis di ruang
One Day Care RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni 2014 terdapat 300
pasien, bulan Juli 2014 meningkat menjadi 330 pasien, dan pada bulan
Agustus 2014 meningkat menjadi 350 pasien. Wawancara yang dilakukan
terhadap 10 orang pasien kanker yang menjalani kemoterapi didapatkan data
bahwa 33,0% pasien mengalami diare, 67,0% pasien mengalami nyeri kejang
dan kembung, 54,5% sering mengalami nyeri pinggang bagian bawah, dan
feses bercampur darah. Melihat keluhan-keluhan yang ada pada pasian kanker
tersebut mereka kadang-kadang merasa pesimis bahwa penyakitnya tersebut
tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh.Dukungan keluarga dan
penatalaksanaan sangat mendukung kelangsungan kemoterapi yang dijalani
oleh pasien kanker tersebut.
Hasil wawancara terhadap 10 pasien kanker yang menjalani
kemoterapi diketahui 4 orang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan
6 orang dukungan keluarga kurang. Dari 10 pasien tersebut ada 6 pasien yang
menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk sembuh karena kemoterapi
hanya akan berdampak pada keluhan seperti nyeri, sulit tidur, mudah lelah,
kurang semangat hidup, dan 4 pasien menyatakan cukup termotivasi untuk
sembuh karena kemoterapi merupakan solusi yang tepat untuk menghentikan
berkembangnya kanker tersebut walaupun memerlukan perawatan yang lama
dan biaya yang besar.Pengobatan maupun kemoterapi pada pasien yang
menderita kanker memerlukan waktu yang relatif lama dan pasien maupun
keluarga diharapkan dapat menjalani program kemoterapi sampai selesai, agar
dapat dicapai hasil yang optimal. Di RSUD Dr. Moewardi yang merupakan
rumah sakit pusat rujukan banyak memberikan pelayanan penanganan
terhadap pasien kanker mulai dari pengobatan ringan sampai dengan tindakan
operasi serta pelaksanaan kemoterapi, hal ini terutama adalah di ruang One
Day Care RSUD Dr. Moewardi.
Berdasarkan pemikiran dan latar belakang permasalahan di atas, maka
penelitian ini ditentukan judul “hubungan antara dukungan keluarga dengan
motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani memoterapi.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: ”Adakah hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care
RSUD Dr. Moewardi?”
.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi
untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang
one day care RSUD Dr. Moewardi.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden pasien kanker
yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr.
Moewardi.
2. Mendeskripsikan dukungan keluarga untuk sembuh pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr.
Moewardi.
3. Mendeskripsikan motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang
menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi.
4. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one
day care RSUD Dr. Moewardi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan
penelitian lebih lanjut tentang sejauh mana dukungan keluarga
hubungannya dengan motivasi pasien untuk sembuh pada pasien
Kanker yang menjalani kemoterapi.
2. Bagi peneliti
Memberikan bukti-bukti empiris tentang dukungan keluarga
hubungannya dengan motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang
menjalani kemoterapi di rumah sakit.
3. Bagi peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat menggunakannya sebagai acuan untuk
pendokumentasian apabila akan mengadakan penelitian mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pasien untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit.
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi rumah sakit
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi pada
rumah sakit dalam hal dukungan keluarga untuk menjalani kemotherapi
pada pasien kanker agar tercipta suatu motivasi untuk sembuh atas
penyakit yang dideritanya.
2. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama
dalam menangani pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan
melibatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan motivasi sembuh.
3. Bagi pasien
Memperoleh dukungan keluarga dan pelayanan kesehatan yang
holistik agar memperoleh motivasi yang kuat untuk sembuh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Kanker
2.1.1.1. Pengertian kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel yang abnormal tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal Istilah kanker ini digunakan untuk
menggambarkan kelompok lebih dari seratus jenis penyakit yang berbeda.
Karena ada jenis kanker yang berbeda, namun semua itu mempunyai cirri-
ciri yang umum yaitu sel tumbuh dan berkembang dengan tidak beraturan.
Ketika sel menjadi bersifat kanker, sel akan kehilangan kemampuannya untuk
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya tanpa mengikuti
kebutuhan hidup (Smeltzer & Bare. 2010), sehingga terbentuk tumor yang
terpisah dari bagian tubuh yang normal. Tumor ini dapat menimbulkan
kelainan bentuk dan gangguan fungsi organ yang ditumbuhinya.
2.1.1.2. Etiologi kanker
1. Penyebab nyata dari kanker
Kanker disebabkan adanya gen abnormal, yang terjadi karena ada
kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan deferensiasi sel.
Adanya gen abnormal ini menimbulkan salah atur, lebih atau kurang
aturan. Kanker dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan konginetal
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker
payudara akan mempunyai resiko lebuh besar terkena kanker
7
payudara dibanding dengan seseorang yang tidak mempunyai
faktor resiko (Erikson, 2004).
2) Karsinogen
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai karsinogen, seperti
yang terdapat dalam tir atau jelaga, asap rokok, sinar ionisasi
(misalnya sinar X atau sinar rongent dan sinar ultraviolet) dan
virus.
3) Hormon
Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ
saja, yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon,
seperti payudara, uterus dan prostat.
4) Lingkungan hidup
Lingkungan hidup mencakup semua keadaan didaerah tempat
hidup kita baik alamiah maupun biologi, seperti :
a) Pekerjaan
Kontak dengan karsinogen karena pekerjaan umumnya karena
radiasi ionisasi atau karena karsinogen kimia yang terdapat
dalam tempat pekerjaan.
b) Tempat tinggal
Dalam lingkungan tempat tinggal terdapat banyak karsinogen
atau kadar karsinogennya tinggi dalam tanah, air, atu udara.
Misalnya hidup didaerah yang banyak mengandung radium,
arsen, nikel, chrom dan asbes.
c) Gaya hidup
Gaya hidup mempengaruhi terjadinya kanker, karena gaya
hidup itu meliputi nutrisi (alkohol, makanan asin, diasap,
dipanggang dan pengawet makanan), minuman keras, merokok,
menginang, terik sinar matahari, kawin muda (memudahkan
timbulnya kanker servik, dan sirkumsisi yang mengurangi
kemungkinan mendapat kanker penis.
2.1.1.3. Asuhan keperawatan kanker
Asuhan keperawatan kanker atau yang biasa disingkat Askep
kanker merupakan sebuah pedoman dalam memberikan perawatan bagi
pasien kanker. Askep kanker ini menjadi acuan perawat untuk
memberikan pelayanan bagi pasien kanker. Askep kanker sendiri banyak
jenisnya, bergantung pada jenis kanker yang terjadi.Kanker payudara,
maka digunakan askep kanker payudara.Kanker kulit, maka digunakan
askep kanker kulit (Erikson, 2004).
Banyaknya askep kanker tersebut sesuai dengan jenis penyakit
kankernya sehingga diharapkan tiap pasien yang menderita suatu penyakit
kanker dapat diberikan pelayanan yang optimal. Penyakit kanker
dibedakan berdasarkan jaringan asalnya.Jaringan mesodermal yang terdiri
dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot sampai pembuluh darah
disebut sarcoma. Sedangkan osteosarcoma merujuk pada kanker tulang,
dan carcinoma merupakan kanker yang berada di jaringan epitel seperti
membran mukosa dan kelenjar seperti kanker payudara, kanker ovarium,
dan kanker paru, lalu myeloma merujuk pada kanker sumsum tulang
sedangkan blastoma untuk kanker darah (hemopoietik).
Terdapat istilah metastatis dalam kanker, yang dimaksud
metastatis adalah kemampuan sel kanker untuk berpindah dari satu tempat
ke tempat lain. Kemampuan berpindah ini yang membuat kanker amat
berbahaya sebab membuat kanker menyebar dan menyerang beberapa
organ sekaligus. Perpindahan sel kanker dari satu tempat ke tempat lain
tersebut dapat melalui pembuluh darah, pembuluh limfa, jaringan
menempel, dan rongga dalam tubuh.
Mengenai pengobatan kanker, dalam kanker dijelaskan bahwa ada
tiga penanganan utama pada penderita kanker, yaitu melalui pembedahan,
radioterapi, dan kemoterapi. Pembedahan kanker dilakukan jika kondisi
tumor masih kecil. Pembedahan juga tidak berjalan sendiri, namun
biasanya dibarengi dengan radioterapi dan kemoterapi. Pada radioterapi
digunakan sinar laser (X-ray) untuk membunuh sel kanker dan dilakukan
hanya pada bagian yang terkena kanker. Hal ini dimaksudkan agar tidak
membuat kerusakan di jaringan lainnya sedangkan kemoterapi dilakukan
untuk menghancurkan sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh.
Perawat memiliki peran yang sangat penting agar proses
penyembuhan pasien bisa berlangsung lancar. Perawat berperan dengan
melakukan pengkajian,menentukan diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan. Perawat juga mencari tahu kebutuhan psiko-sosial dan
spiritual pasien..Peran-peran perawat yang sangat penting tersebut
dijelaskan dalam askep kanker secara mendetail.
Hubungannya dengan dukungan keluarga diagnosa keperawatan
yang sering muncul adalah gangguan konsep diri.Keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting untuk dilibatkan dalam pemberian asuhan
keperawatan.Mendorong pasien untuk mengungkapkan masalah dan
mencari solusi pemecahannya,mendorong pasien untuk lebih bersemangat
dalam menghadapi masalahnya.Dukungan keluarga adalah salah satu
aspek penting dalam pemberian asuhan keperawatan..
2.1.1.4. Pengelolaan kanker
Pengelolaan kanker yang umum digunakan selama ini adalah
dengan kemoterapi. Kemotherapi merupakan bagian dari terapi
multimodel tumor ganas disamping operasi, terapi penyinaran (radioterapi,
dan terapi hormonal (Lewis, 2008).
a. Tujuan pemberian kemoterapi
Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) tujuan pemberian
kemotherapi adalah sebagai berikut :
1) Mencapai kesembuhan
2) Memperpanjang masa bebas penyakit
3) Memperpanjang lama hidup
4) Memperbaiki kualitas hidup
Bedasarkan tujuan pemberian kemoterapi tersebut, maka
harapan dari pemberian kemoterapi adalah untuk mencapai
kesembuhan, memperpanjang masa bebas penyakit, memperpanjang
hidup yang lebih lama, dan memperbaiki kualitas hidup.
b. Indikasi kemoterapi
Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) kemoterapi dapat diberikan
sebaga adjuvant, neoadjuvant tetapi secara umum kemoterapi diberikan
bila ukuran tumor besar (T2 dan T3), ada metastase.
c. Efek samping kemoterapi
Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) efek samping kemoterapi
adalah reaksi allergi, ekstravasasi obat, mual, muntah, dehidrasi,
stomatitis, anemi, leukopeni, dan trombosipeni.
d. Dampak kemoterapi dan imunoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan yang dimaksudkan
untuk menghambat pembelahan sel kanker sehingga pertumbuhannya
dihambat dan akhirnya dibinasakan. Meskipun demikian, hal ini juga
akan berakibat pada sel-sel normal yang sedang mengalami
pembelahan, seperti pada sumsum tulang yang memproduksi sel-sel
darah dan sel-sel dinding saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai
anus. Oleh karena itu, obat ini akan memberikan efek samping berupa
kurang darah dan berbagai gangguan saluran pencernaan.
Efek samping yang paling berbahaya adalah depresi sumsum
tulang yang menyebabkan leukopenia (menurunnya jumlah leukosit
atau darah putih), trombositopenia (kadar trombosit darah kurang), dan
anemia (kekurangan butir darah merah). Leukopenia menyebabkan
penderita mudah terkena infeksi karena fungsi pertahanannya
terganggu. Trombositopenia mengakibatkan mudah terjadi perdarahan
dan anemia berarti jaringan kekurangan oksigen.
Kemoterapi sangat berhubungan terhadap status gizi penderita.
Pada penderita yang telah mengalami kakheksia, responnya sangat
jelek. Obat ini dapat menghambat nafsu makan penderita melalui
kemoreseptor pada otak sehingga menimbulkan anoreksia. Kemoterapi
juga dapat bersifat racun bagi hati, menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit, dan racun bagi ginjal.
Imunoterapi adalah jenis pengobatan yang merangsang
kekebalan tubuh penderita sehingga dengan sistem pertahanannya
sendiri tubuh dapat membunuh sel tumor. Obat tersebut dapat
menimbulkan efek samping, seperti menimbulkan anoreksia, mual,
muntah dan diare. Timbulnya demam sering dijumpai pada penderita
sebagai reaksi pemberian obat ini, yang berarti meningkatkan
metabolisme basal dan terbuangnya energi. Oleh karena itu, pemberian
obat jenis ini harus disertai pengaturan diet yang benar sehingga
asupan makanan dapat ditingkatkan dan status gizi dapat
dipertahankan.
2.1.2. Dukungan Keluarga
2.1.2.1. Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan dua individu atau lebih yang terikat
oleh hubungan darah, perkawinan maupun adopsi yang tinggal dalam satu
rumah, jika tempat tinggal terpisah tetap saling memperhatikan saling
memperhatikan (Muhlisin, 2012)
Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan
terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu
memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai
kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial
(Potter, 2009). Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan (Friedman, 2008).
2.1.2.2. Jenis dukungan keluarga
Menurut Sarafino (2006), menjelaskan bahwa dukungan keluarga
memiliki 4 jenis antara lain :
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor informasi tentang dunia yang
dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.
2. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan perhatian.
3. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti
materi, tenaga, dan sarana.
4. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
2.1.2.3. Faktor–faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Purnawan (2009), faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga yaitu :
2. Faktor internal
a. Tahap perkembangan
Dukungan dapat ditentukan dengan pertumbuhan dan perkem-
bangan faktor usia, dengan demikian setiap rentang usia memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda–beda.
b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman masa
lalu akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk keyakinan
adanya penting dukungan keluarga.
c. Faktor emosi
Emosi mempengaruhi setiap individu dalam memberikan respon
dukungan. Respons saat stres cenderung melakukan hal yang
mengkhawatirkan dan merugikan, tetapi saat respons emosionalnya
kecil akan lebih tenang dalam menanggapi.
d. Aspek Spiritual
Aspek ini mencakup nilai dan keyakinan seseorang dalam
menjalani hubungan dengan keluarga, teman dan kemampuan
mencari arti hidup.
3. Faktor eksternal
a. Menerapkan fungsi keluarga
Sejauh mana keluarga mempengaruhi pada anggota keluarga lain
saat mengalami masalah kesehatan serta membantu dalam
memenuhi kebutuhan.
b. Faktor sosial ekonomi
Setiap individu membutuhkan dukungan terhadap kelompok sosial
untuk mempengaruhi keyakinan akan kesehatannya dan cara
pelaksanaanya. Biasanya individu dengan ekonomi diatas rata –
rata akan lebih cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang
sedang dihadapi.
c. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi nilai, keyakinan dan
kebiasaan indvidu dalam memberikan dukungan dan cara
mengatasi masalah kesehatan.
2.1.2.4. Dampak penyakit pada peran keluarga
Ada beberapa jenis peran dalam keluarga sebagai pencari nafkah,
pembuat keputusan, anak, saudara kandung dan orang tua. Saat terjadi
sakit, orang tua dan anak beradaptasi terhadap perubahan akibat seseorang
anggota keluarga sedang sakit. Pembalikan peran sering ditemui, jika
orang tua jatuh sakit dan tidak dapat menjalankan aktivitas hariannya, anak
akan mengambil alih tanggung jawab orangtuanya. Pembalikan peran ini
dapat menimbulkan stress, tanggung jawab yang berat dan mengambil
keputusan sering menimbulkan konflik. Individu dan keluarganya sering
membutuhkan konseling dan bimbingan untuk membantu menghadapi
perubahan peran (Potter, 2009).
Pengukuran dukungan keluarga dalam penelitian menggunakan
pengukuran yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2010), yaitu :
1. Baik : 76 % - 100% dari skor total
2. Cukup : 56 % - 75 % dari skor total
3. Kurang : < 56 % dari total skor.
2.1.3. Motivasi
2.1.3.1. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan,
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motif
merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-
alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya
mempunyai motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang
berlangsung secara otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun
maksud itu tidak senantiasa disadari manusia (Russel, 2005).
Motivasi juga merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan
atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang agar mau berbuat dan
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi atau upaya
untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat
untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa
harus diperintah atau diawasi (Singgih, 2007).
Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the energizer of
behavior) Motivasi adalah penentu (determinan) perilaku, dengan kata lain
motivasi adalah konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku. Konstruk
teoritis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi). Pengarahan
(direksi), serta tujuan (insentif global ) dari perilaku (Usman, 2005).
2.1.3.2. Motivasi dalam perilaku
Menurut Usman (2005), ciri motivasi dalam perilaku :
1. Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan
yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku
tertentu saja tetapi menstimulasi berbagai kecenderungan berperilaku
yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda.
2. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi
dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin
menimbulkan reaksi yang hebat atau sebaliknya.
3. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
4. Penguatan positif (positive reinforcement), menyebabkan suatu perilaku
tertentu cenderung diulangi.
5. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat
tidak baik.
Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik biologis,
psikologis, maupun yang berasal dari lingkungan. Determinan ini akan
menstimulasi timbulnya suatu keadaan (bio) psikologis tertentu yang
dalam tubuh disebut kebutuhan. Kebutuhan menciptakan suatu keadaan
ketengangan (tension), hal ini mendorong perilaku untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (perilaku instrumental). Bila kebutuhan sudah
dipenuhi, maka ketegangan akan melemah, sampai timbulnya ketegangan
lagi karena munculnya kebutuhan baru. Inilah yang disebut daur motivasi.
Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak ada lagi maka
daur tidak terjadi (Daniellle Gales & Carrette, 2006).
2.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Beberapa teori dan definisi tentang motivasi maka dapat dipahami
bahwa bila pada individu terdapat bermacam-macam motif yang
mendorong dan menggerakkan manusia untuk melakukan kegitan-kegiatan
dalam mencapai tujuan serta memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka
mempertahankan eksistensinya (Hidayat, 2006). Motivasi dipengaruhi
oleh :
1. Energi
Merupakan sumber energi yang mendorong tingkah laku, sehingga
seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan suatu
tindakan tertentu.
2. Belajar
Dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam
tingkah laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu maka ia
akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah
dipelajarinya.
3. Interaksi sosial
Dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain akan
mempengaruhi motivasi bertindak. Semakin sering seseorang
berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi
seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.
4. Proses kognitif
Yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap kemudian diproses
dan pengetahuan tersebut untuk kemudian mempengaruhi tingkah laku.
Menurut Sumidjo (2006), bahwa motivasi dapat diklasifikasikan
menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Faktor internal
Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap,
pengalaman, pendidikan dan cita-cita
a. Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun
dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri
terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga
corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional
yang khas pada manusia itu, sehingga orang yang berkepribadian
pemalu akan mempunyai motivasi berbeda dengan orang yang
memiliki kepribadian keras.
b. Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan
individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif,
sehingga orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah
menyerap informasi, saran, dan nasihat.
c. Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada
suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika
sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang
tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Cita-cita
merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya cita–cita maka
seseorang akan termotivasi mencapai tujuan.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial,
ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara.
a. Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial
yang ada sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang
sehingga dorongan dan pengaruh lingkungan akan dapat
meningkatkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu.
b. Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan
tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan
adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar
adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas.
Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan
mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh
seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga
akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan.
c. Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma
atau ajaran agamanya. Agama akan menjadikan individu bertingkah
laku sesuai norma dan nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan
termotivasi untuk mentaati saran, atau anjuran petugas kesehatan
karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu baik dan sesuai dengan
norma yang diyakininya.
d. Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu
mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk
keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi
tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial
ekonomi rendah.
e. Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya manusia
yang harus dibiasakan dengan belajar. Orang dengan kebudayaan
Sunda yang terkenal dengan kehalusannya akan berbeda dengan
kebudayaan Batak, sehingga motivasi dari budaya yang berbeda akan
berbeda pula.
f. Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal,
sehingga apapun nasihat atau saran dari orang tua akan dilaksanakan.
g. Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang akan secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi
untuk berperilaku.
Pengukuran motivasi untuk sembuh dalam penelitian
menggunakan pengukuran yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi
(2010), yaitu :
1. Baik : 76 % - 100% dari skor total
2. Cukup : 56 % - 75 % dari skor total
3. Kurang : < 56 % dari total skor.
2.2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada
penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat
dijadikan acuan, diantaranya:
1. Sari, dkk (2012), dengan judul “Hubungan dukungan keluarga terhadap
motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di ruang
Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi, menggunakan
pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 37
responden dengan teknik Consecutive Sampling. Alat ukur yang digunakan
adalah kuesioner. Analisis yang diggunakan adalah analisis univariat dan
bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan p value = 0,008
(p value < 0,05) dengan OR=9,000 (95% CI = 1,958-41,364), artinya H0
ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam
menjalani kemoterapi.
2. Saragih (2012), yang meneliti tentang Peranan dukungan keluarga dan
koping dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang
didapat dari kuesioner yang dilakukan kepada keluarga dan pasien-pasien
yang menjalani pengobatan kemoterapi. Dimana populasinya adalah 103
orang dan sampel yang digunakan adalah 25% dari 103 orang yaitu 25
orang yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi. Dari penelitian
diketahui bahwa dukungan keluarga pada penderita yang mengalami
kemoterapi berdasarkan emosional adalah baik. Berdasarkan finansial
dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah
baik. Berdasarkan spiritual dukungan keluarga pada penderita yang
mengalami kemoterapi adalah baik. Berdasarkan Supresi koping pasien
pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah kurang baik.
Berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit koping pasien yang sedang
menjalani kemoterapi adalah kurang baik Dari hasil peraelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, final-
siel, spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk
meningkatkan dukungan keluarga. Perawat berfungsi sebagai memberikan
penyuluhan khususnya tentang dukungan keluarga dan koping pasien
terhadap pengobatan kemoterapi.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu tersebut,
perbedaan yang ada pada penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini,
dimana pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah pasien kanker
payudara dan kanker serviks namun pada penelitian saat ini pada pasien
Kanker, di samping itu perbedaan yang lain adalah pada penelitian
terdahulu menggunakan variabel perilaku dan tindakan pengobatan
sementara pada penelitian saat ini tidak menggunakan variabel perilaku
dan tindakan pengobatan. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini adalah penggunakan variabel dukungan keluarga sebagai
variabel independen serta jenis dan rancangan penelitian yang digunakan.
Oleh karena itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempurnakan
hasil penelitian terdahulu sehingga dapat digunakan sebagai acuan
terhadap hubungan dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh
pada pasien Kanker yang menjalani perawatan di rumah sakit.
2.3. Kerangka Teori
Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Notoatmodjo (2010), Safarino (2006), dan Sunaryo (2004).
Keterangan :
: Yang tidak diteliti
: Yang diteliti.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi dukungan
keluarga
Faktor Internal :
- Tahap Perkembangan
- Pendidikan atau tingkat
Pengetahuan
- Faktor Emosi
- Faktor Spiritual
Faktor Eksternal
- Menerapkan Fungsi
Keluarga
- Faktor Sosial Ekonomi
- Latar Belakang Budaya
Dukungan Keluarga
Motivasi untuk Sembuh
pada Pasien Kanker
Pasien
Kanker
Faktor yang mempenga-ruhi
motivasi pasien:
1. Faktor Interna;
a. Kepribadian
b. Intelegensi
c. Sikap
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
b. Pendidikan
c. Agama
d. Sosial ekonomi
e. Kebudayaan
f. Orang tua/Saudara
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
2.5. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one
day care RSUD Dr. Moewardi.
Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk
sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one
day care RSUD Dr. Moewardi.
Dukungan keluarga
Motivasi pasien untuk sembuh
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif
korelational, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan
melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan antara dukungan
keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker di One Day
Care RSUD Dr. Moewardi. Faktor risiko serta efek tersebut diukur menurut
keadaan atau status pada waktu observasi, jadi tidak ada tindak lanjut (Setiadi,
2007).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini rencananya dilaksanakan di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi”.
3.2.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian rencananya dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni 2015.
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Kanker
yang yang sedang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD
27
Dr. Moewardi berjumlah 350 orang, hal ini didasarkan hasil data yang
dilakukan penulis di Ruang One day Care RSUD Dr. Moewardi pada
bulan Agustus 2014 yaitu terdapat 350 pasien kanker.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat digunakan
sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel pada penelitian ini di ambil dari pasien
kanker yang menjalani perawatan di Ruang One Day Care RSUD Dr.
Moewardi dengan tehnik accidental sampling. Dengan kriteria inklusi
adalah semua pasien yang menjalani kemoterapi di ruang One Day Care
RSUD Dr. Moewardi dan kriteria ekslusi, semua pasien yang menjalani
kemoterapi di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi tetapi tidak
memiliki keluarga ataupun yang tidak mau dijadikan responden penelitian.
Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi
populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka penentuan
besarnya sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010) yaitu :
n = )(1 2dN
N
+
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Besarnya populasi
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar
10% atau 0.1
Adapun penerapan rumus yang ada adalah :
n = )1.0(3501
3502+
n = 5,4
350
n = 77,7778, sehingga dibulatkan menjadi 78 pasien.
3.4 Variavel, Definisi Operasional Variabel, dan Skala Pengukuran
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari
variabel terikat dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian ini adalah
dukungan keluarga.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena
pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah
motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemotherapi
di rumah sakit.
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,
sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan
membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi,
2007). Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya. Definisi operasional
dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1. Definisi Operasional Dukungan Keluarga dan Motivasi untuk
sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi.
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala Alat Ukur
1 Dukungan
Keluarga
Dukungan yang
diberikan keluarga
terhadap pasien
Kanker dalam bentuk
informasi tentang
Kanker serta
menyediakan sarana
prasarana dalam
mendampingi saat
menjalankan
kemoterapi, sehingga
penderita Kanker
merasa aman nyaman
yang berpengaruh
pada emosi.
1. Baik
(66-88)
2. Cukup
(49-65)
3. Kurang
(<49).
Ordinal Kuesioner
2 Motivasi
untuk sembuh
Hasrat dan semangat
dalam menjalani ke-
motherapi merupakan
kegiatan pasien
Kanker untuk
mengikuti
kemotherapi sesuai
jadwal yang telah
ditentukan agar cepat
sembuh.
1. Baik
(54-72)
2. Cukup taat
(40-53)
3. Kurang
(<40).
Ordinal Lembar
Kuesioner
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan
yang tertutup karena jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal
memilih tidak perlu menjawab dengan kalimatnya sendiri. Kuesioner ini
diberikan dalam bentuk pertanyaan berupa formulir soal–soal secara tertulis
kepada responden untuk memperoleh informasi (Arikunto, 2010).
3.5.1 Kuesioner dukungan keluarga.
Alat ukur dukungan keluarga penderita kanker berupa kuesioner
dengan skala Likert (Sugiyono, 2009). Bentuk kuesioner ini ada empat
alternatif jawaban yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang–
kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Ada dua tipe
pertanyaan yaitu favourable (bersifat positif) dan unfavorable (bersifat
negatif). Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan
kategori baik dengan nilai ≥66, cukup dengan nilai 44-65, kurang dengan
nilai ≤44 (Budiman, 2013).
Tabel 3.2. Indikator instrument dukungan keluarga
No Sub Variabel Favourable Unfavorable
1
2
3
4
Dukungan Informasional
Dukungan Penilaian
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
1,3,5
9,11
15, 17
19,21,23
2,4,6
8,10,12
14,16,18
20,22,24
Total 10 12
3.5.2 Lembar kuesioner motivasi untuk sembuh pada pasien dalam menjalani
kemoterapi
Lembar kuesioner ini mengarah pada motivasi pasien untuk
sembuh ketaatan pasien kanker dalam menjalani kemotherapi di ruang one
day care RSUD Dr. Moewardi”, dalam mengungkapkan motivasi pasien
untuk sembuh setelah mengikuti kemotherapi tersebut digunakan lembar
kuesioner dengan skala Likert. Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif
jawaban dengan jenis pernyataan favourable (bersifat positif) yaitu bila
Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju
(TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Jenis
pernyataan unfavourable (bersifat negatif) yaitu bila Sangat Setuju (SS)
diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Hasil ukur dari kuesioner ini
menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan nilai ≥ 54, cukup
dengan nilai 36-53, kurang dengan nilai ≤36 (Budiman, 2013). Adapun
kisi-kisi dalam pembuatan kuesioner untuk variabel motivasi untuk
sembuh dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut
Tabel 3.3. Kisi-kisi instrumen variabel motivasi untuk sembuh
No Indikator Nomor Item
Jumlah Favourable Unfavourable
1. Faktor internal 3,,6,11,57,
12,17,18
9,16
2. Faktor eksternal 1,4,19,
8,20
10,13
14
Jumlah 14 6 20
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas instrumen telah dilakukan pada tanggal 27
April s.d 5 Mei 2015 kepada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
Ruang One Day Care Cendana RSUD Dr. Moewardi. Adapun uji ini
dilakukan pada variabel dukungan keluarga dan motivasi pasien untuk
sembuh.
3.6.1 Uji validitas
Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen
untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran
yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Suharsimi, 2010). Suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa
saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas tiap item digunakan
rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan
rumus korelasi Product Moment karena datanya berbentuk numerik, yaitu
sebagai berikut:
( )( )(( ){ } ( ){ }å åå å
å åå--
-=
2222 YYNxXN
YXXYNrXY
Keterangan:
rXY = koefesien korelasi antara skor item dengan total item
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
N = jumlah responden (Suharsimi, 2006).
Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung
denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf
signifikansi 0,05%. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan
dengan Program SPSS for Windows versi 17.00 (Singgih, 2006).
Perhitungan uji validitas instrumen menggunakan bantuan Program SPSS
for Windows versi 17.00 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel dukungan keluarga nilai validitas terendah sebesar
0,139 dengan nilai r-value sebesar 0,465 dan nilai validitas tertinggi
sebesar 0,713 dengan nilai r-value sebesar 0,000. Oleh karena nilai
rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai r-value 0,000 yang
nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa instrumen
tentang dukungan keluarga yang disebarkan tergolong valid, sehingga
diketahui yang valid sebanyak 22 item (item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8,
9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24) dan
instrumen yang tidak valid item nomor 7, 13, dan 25, sehingga item
yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang
tidak valid tidak digunakan untuk penelitian (hasil terlampir).
b. Motivasi untuk Sembuh
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas
untuk variabel motivasi sembuh nilai validitas terendah sebesar 0,101
dengan nilai r-value sebesar 0,595 dan nilai validitas tertinggi sebesar
0,730 dengan nilai r-value sebesar 0,000. Oleh karena nilai rhitung >
rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai r-value 0,000 yang nilainya
lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tentang
motivasi untuk sembuh yang disebarkan tergolong valid, sehingga
diketahui yang valid sebanyak 18 item (item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, dan 20) dan instrumen yang tidak
valid item nomor 2 dan 15, sehingga item yang valid digunakan untuk
penelitian sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan
untuk penelitian (hasil terlampir).
3.6.2 Uji Reliabilitas
Pengukuran uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga dan
motivasi untuk sembuh pada Kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang
ODC Cendana RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan rumus alpha
cronbach yaitu: (Suharsimi, 2010)
úû
ùêë
éå
-=
2
2
)!(t
ii
S
S
K
Kr
Keterangan:
ir = koefisien reliabilitas
K = jumlah item pernyataan
å 2
iS = mean kuadrat kesalahan
2
tS = varian total
Menurut Sugiyono (2006) dikatakan reliabel apabila angka alpha
cronbach lebih besar dari 0,60.
Hasil uji reliabilitas untuk variabel dukungan keluarga diketahui
sebesar 0,873 dan untuk varabel motivasi untuk sembuh sebesar 0,793. Hal
ini berarti semua instrumen yang disebarkan reliabel karena nilai
reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 (hasil terlampir).
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu
proses dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar
kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat
pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di
lengkapi.
b. Coding
Yang dimaksud coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-
jawaban/hasil-hasil yang ada menurut macamnya. Klasifikasi
dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan
kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja
guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan
karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer
melalui program komputer yang memerlukan suatu kode tertentu.
Adapun kode yang dimaksud adalah :
1) Dukungan keluarga
(a) Dukungan rendah, kode 1
(b) Dukungan sedang, kode 2
(c) Dukungan tinggi, kode 3
2) Motivasi untuk sembuh
(a) Motivasi rendah, kode 1
(b) Motivasi sedang, kode 2
(c) Motivasi tinggi, kode 3
c. Scoring
Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang
diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang
telah ditentukan.
d. Tabulating
Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel
sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan
kuesioner
2. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis:
a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat distribusi
frekuensi data: umur, pendidikan, jenis pekerjaan, berat badan, dan
tinggi badan, mendeskripsikan dukungan keluarga dan motivasi
untuk sembuh pada pasien kanker dalam menjalani kemotherapi.
b. Bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan
hubungan antara dua variabel yang diduga ada hubungan dukungan
keluarga dan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker dalam
menjalani kemotherapi di Ruang One Day Care Cendana I RSUD
Dr. Moewardi”. Data yang telah didapat dianalisa dengan
menggunakan komputer.
Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan
diolah dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel besar
(³ 30) dengan kriteria data semua variabel berbentuk ordinal dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Suharsimi,
2006) untuk mencari hubungan antar variabel. Untuk menjawab hipotesa
yang telah dibuat, digunakan interprestasi nilai korelasi (r) Rank
Spearman.
Interpretasi :
a. Ho ditolak bila nilai rhoXY > rtab atau nilai r < 0.05, yang berarti ada
hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day
Care Cendana I RSUD Dr. Moewardi”.
b. Ho diterima bila rhoXY < rtab atau nilai r > 0.05, yang berarti tidak ada
hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day
Care RSUD Dr. Moewardi”.
Adapun kekuatan korelasi menurut Colton dalam Sugiyono (2010):
r = 0,00 - 0,25 --> tidak ada hubungan/hubungan lemah
r = 0,26 - 0,50 --> hubungan sedang
r = 0,51 - 0,75 --> hubungan kuat
r = 0,76 - 1,00 --> hubungan sangat kuat/sempurna
3.8 Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data
penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Studi kepustakaan
Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah
yang akan diteliti sebagai landasan teori.
b. Memilih tempat penelitian
Peneliti memilih tempat di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi
sebagai tempat penelitian kemudian melakukan pendekatan dengan
pimpinan bangsal, menyampaikan rencana penelitian serta meminta
saran berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
c. Studi pendahuluan
Setelah judul penelitian diajukan untuk mendasari permasalahan yang
akan diteliti maka peneliti mengadakan studi pendahuluan dengan
melakukan wawancara bersama dengan para pasien kanker di ruang
one day care RSUD Dr. Moewardi”
d. Penyusunan dan seminar proposal
Setelah proposal penelitian selesai disusun dan disetujui oleh
Pembimbing I dan Pembimbing II, peneliti mengadakan seminar
proposal penelitian.
e. Permohonan ijin penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin
penelitian ke pihak Direktur RSUD Dr. Moewardi dengan membawa
pengantar permohonan ijin penelitian dari STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan penelitian
Data diambil pada bulan Mei s/d Juni 2015,dengan memggunakan
instrumen kuesioner yang telah melalui uji validitas kepada responden.
Pengamatan ditujukan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi.
b. Melakukan pengolahan data
Setelah data jawaban kuesioner terkumpul kemudian dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan Progran SPSS for Windows
versi 17.00.
3. Tahap Pelaporan
Data yang telah selesai dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data yang ada.
b. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari data yang ada.
c. Menginterpretasikan data-data tersebut dengan teori-teori dari
penelusuran kepustakaan yang ada.
3.9 Etika Penelitian
Peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi tempat penelitian
yang dalam penelitian ini adalah di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi”.
Kemudian setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :
1. Informed concent (lembar persetujuan menjadi responden)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Inform concent).
Tujuannya adalah supaya responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian. Setelah objek bersedia, maka harus menanda tangani lembar
persetujuan menjadi responden, sebaliknya subjek yang tidak bersedia
menjadi responden penelitian, maka peneliti harus menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa
angka sesuai dengan jumlah responden.
3. Confidentaly (Kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tersebut yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang umur,
pendidikan, pekerjaan. Hal ini dapat dijelaskan dalam tabel 4.1. berikut.
Tabel 4.1 Pengelompokan responden berdasarkan karakteristik demografi
Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur :
< 30 tahun 13 16,7
30 – 40 tahun 27 34,6
> 40 tahun 38 48,7
Pendidikan Akhir :
SD 20 25,6
SLTP 15 19,2
SLTA 34 43,6
PT 9 11,5
Pekerjaan :
PNS 10 12,8
Wiraswasta 13 16,7
Buruh/tani 31 39,7
IRT 24 30,8
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi umur responden, diketahui bahwa 13 orang
(16,7%) berumur kurang dari 30 tahun, 27 orang (34,6%) berumur antara 30 –
40 tahun, dan 38 orang (48,7%) berumur lebih dari 40 tahun. Sehingga dapat
diketahui bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40
tahun yaitu sebesar 38 orang (46,7%).
42
Pendidikan akhir responden diketahui bahwa dari 76 responden
diketahui terdapat 20 orang (25,6%) lulus SD, 15 orang (19,2%)
berpendidikan akhir SLTP, 34 orang (43,6%) berpendidikan akhir SLTA, dan
9 orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas responden berpendidikan lulus
SLTA yaitu sebanyak 34 orang (43,6%).
Dilihat dari jenis pekerjaan responden diketahui bahwa yang
mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 10 orang (12,6%), sebagai wiraswasta
sebanyak 13 orang (16,7), sebagai buruh/tani sebanyak 31 orang (39,7%), dan
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (30,8%), hal ini berarti
mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak
31 orang (39,7%).
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Dukungan Keluarga
Hasil distribusi frekuensi tentang dukungan keluarga disajikan dalam
tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi tentang Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
4
37
37
5,1
47,4
47,4
Jumlah 78 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi data tentang dukungan keluarga pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai dukungan baik
dan juga cukup masing-masing sebanyak 37 orang (47,4%) dan yang
mempunyai dukungan kurang hanya sebanyak 4 orang (5,1%).
4.2.2 Motivasi untuk Sembuh
Hasil distribusi frekuensi tentang motivasi untuk sembuh pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi disajikan dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi untuk sembuh
Motivasi untuk sembuh Frekuensi Persentase (%)
Kurang
Cukup
Baik
7
34
37
9,0
43,6
47,4
Jumlah 78 100,0
Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi data tentang motivasi untuk sembuh pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai motivasi baik
yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), yang mempunyai motivasi cukup sebanyak
34 oirang (43,6%) dan yang hanya mempunyai motivasi kurang sebanyak 7
orang (9,0%) dari keseluruhan responden yang diteliti.
4.3 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman (t) untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Berikut hasil analisis yang
telah diuji yang tersajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman (t)
Dukungan
Keluarga (X)
Motivasi untuk
Sembuh (Y)
Spearman's rho Dukungan
Keluarga (X)
Correlation
Coefficient 1.000 .403(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 78 78
Motivasi untuk
Sembuh (Y)
Correlation
Coefficient .403(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 78 78
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dengan menggunakan analisis korelasi
rank spearman (t) diketahui bahwa nilai korelasi hitung sebesar 0,403 dengan
nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak,
artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat dukungan keluarga
maka semakin baik dan meningkat motivasi untuk sembuh pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi tersebut, adapun kekuatan hubungan tergolong
hubungan sedang.
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini akan membahas mengenai kriteria-kriteria yang telah
diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa kriteria berdasarkan karakteristik
responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan lama dirawat), serta variabel
dukungan keluarga dan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi.
5.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan umur responden
diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 13 orang (16,7%) berumur
kurang dari 30 tahun, 27 orang (34,6%) berumur antara 30 – 40 tahun, dan 38
orang (48,7%) berumur lebih dari 40 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa
responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar
38 orang (46,7%). Sesuai dengan teori Papalia (2008), bahwa batasan usia
dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa menengah yaitu 41-65 tahun, dan
dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa, sebagian besar kasus kanker terjadi pada wanita usia > 40 tahun keatas
dan dapat mempengaruhi motivasi mereka (Smeltzer & Bare, dalam Sari, dkk,
2012).
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pendidikan
responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 20 orang (25,6%)
lulus SD, 15 orang (19,2%) berpendidikan akhir SLTP, 34 orang (43,6%)
46
berpendidikan akhir SLTA, dan 9 orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas
responden berpendidikan lulus SLTA yaitu sebanyak 34 orang (43,6%).
Dimilikinya tingkat pendidikan yang cukup membuat responden akan
mempunyai motivasi yang baik terhadap sesuatu yang akan diinginkan seperti
ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Menurut Sumidjo (2006), bahwa
pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku
individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar
mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat
tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal
maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan
pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran
atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status
kesehatan.
Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pekerjaan responden
diketahui bahwa dari 78 orang diketahui yang mempunyai pekerjaan PNS
sebanyak 10 orang (12,6%), sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (16,7),
sebagai buruh/tani sebanyak 31 orang (39,7%), dan sebagai Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (30,8%), hal ini berarti mayoritas responden
mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 31 orang (39,7%).
Apabila dikaitkan dengan motivasi untuk sembuh, pekerjaan yang dapat
dilihat dari sosial ekonomi keluarga, apabila dikaitkan dengan motivasi pasien
untuk sembuh dan dukungan keluarga maka dengan status ekonomi yang
tinggi yang dimiliki seseorang maka akan mempunyai dukungan dan motivasi
untuk sembuh. Hal ini menurut Sumidjo (2006) bahwa sosial ekonomi
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas
serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial
ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial
ekonomi rendah.
5.2 Hasil Analisis Univariat
5.2.1 Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan keluarga pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai
dukungan baik dan juga cukup baik masing-masing sebanyak 37 orang
(47,4%) dan yang mempunyai dukungan kurang hanya sebanyak 4 orang
(5,1%). Dukungan dari keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi penderita kanker dalam menjalani kemoterapi, karena hal tersebut
dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya. Jadi
pasienmerasa bahwa tetap ada yang memberikan perhatian, kasih sayang
atau ada yang peduli kepadanya walaupun dalam keadaan sakit. Menurut
teori Bomar (2006), dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani
yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional
(perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai,
umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun
dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu).
Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga
yang terdiri dari atas informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan
nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena
kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku
bagi pihak penerima (Gottieb, 1983, dikutip Smet, 1994, dalam Nursalam &
Kurniawati 2007). Dukungan keluarga yang baik adalah dukungan konkret,
yaitu terdapat 37 orang (47,4%) yang mempunyai dukungan keluarga baik
pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga dapat
membantu pasien kanker untuk menumbuhkan motivasi melakukan
kemoetarapi.
Dukungan keluarga yang diberikan dapat berbentuk perhatian
secara emosi dengan kesediaan keluarga menemani pasien menjalani
kemoterapi. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien kanker saat
menjalani kemoterapi dengan menenangkan hati pasien bahwa keluarga
akan bersama-sama dan membantu pasien dalam menghadapi kemoterapi.
Hal ini sesuai dengan Sari (2010) yang menyatakan bahwa dukungan
merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi
masalah (kesehatan). Salah satunya kelebihan masyarakat di Indonesia
adalah kekerabatannya yang kuat, dapat dilihat dari ketika ada anggota
keluarga yang sakit dan menjalani rawat inap di rumah sakit, semua
keluarga dan tetangga memberikan dukungan dengan menunggu atau tidur
di rumah sakit secara bergantian.
5.2.1 Motivasi Untuk Sembuh
Hasil penelitian diketahui bahwa motivasi untuk sembuh pada
pasien kanker yang menjalani kemoterapi diketahui sebagian besar
mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), yang
mempunyai motivasi cukup sebanyak 34 oirang (43,6%) dan yang hanya
mempunyai motivasi kurang sebanyak 7 orang (9,0%) dari keseluruhan
responden yang diteliti.
Motivasi merupakan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam
diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk
melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan,
harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan
yang baik serta kegiatan yang menarik (Nursalam, 2005). Hasil penelitian
tentang motivasi untuk sembuh menunjukkan bahwa 47,4% motivasi
responden dikarenakan responden merasa sebagai manusia maka harus
mencoba semua cara agar penyakit sembuh termasuk dengan kemoterapi.
Masih ada 43,6% responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena
disarankan oleh kerabat untuk menjalani kemoterapi agar cepat sembuh, dan
sebagian responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena perawat
selalu mengingatkan jadwal kemoterapi.
Pasien kanker yang mempunyai motivasi yang baik disebabkan
kemoterapi telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu kebutuhan akan rasa
aman. Kemoterapi memberikan jaminan keamanan bagi kesehatan dirinya
karena kemoterapi merupakan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien
kanker. Pasien yang telah mengetahui manfaat dan dampak kemoterapi bagi
kesehatannya dapat menjalani kemoterapi dengan baik, namun bagi pasien
yang tidak mengetahui manfaat kemoterapi dan efek samping ditimbulkan
harus menyesuaikan dengan keadaan yang baru seperti kondisi yang tidak
menyenangkan. Hal ini sesuai dengan Maslow dalam Purwanto (2006) yang
menyatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan
keamanan. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi manusia berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan
nyaman (safety need). Kebutuhan ini sangat diperlukan karena tanpa adanya
rasa aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan
berbagai kegiatan dalam hidupnya.
Motivasi yang baik adalah motivasi internal yaitu terdapat 37 orang
(47,4%) yang menyatakan bahwa motivasi pasien kanker baik dalam
menjalani kemoterapi. Motivasi pada pasien kanker bermanfaat selama
menjalani kemoterapi. Pasien yang mempunyai motivasi yang baik akan
patuh dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih
(2012) yang menyatakan bahwa peranan dukungan keluarga pada penderita
yang mengalami kemoterapi berdasarkan emosional adalah baik.
5.3 Hasil Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman (t) diketahui bahwa
nilai korelasi hitung sebesar 0,403 dengan nilai probabilitas 0,000 (p value <
0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, artinya bahwa semakin baik
dan meningkat dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat
motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
tersebut, dan sifat hubungan tergolong sedang (Colton dalam Sugiyono, 2010).
Dukungan keluarga yang kurang pada pasien kanker dapat
menyebabkan pasien tersebut kurang termotivasi menjalani kemoterapi
sehingga enggan bahkan tidak datang sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh
dokter. Dukungan keluarga sangat memegang peranan penting dalam
menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Dukungan yang diberikan
keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi
pasien kanker payudara untuk melakukan kemoterapi. Hal ini sesuai dengan
Stuart & Sundeen (1995 dalam Tamher & Noorkasiani, 2005) yang
menyatakan bahwa dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam
membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa
percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang
terjadi akan meningkat.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif
dan signifikan dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2012), yang meneliti tentang
hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara
dalam menjalani kemoterapi, hasil penelitian didapatkan p value = 0,008 (p
value < 0,05) dengan OR=9,000 (95% CI = 1,958-41,364), artinya Ho ditolak,
sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam
menjalani kemoterapi.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai
umur lebih dari 40 tahun (48,7%), pendidikan akhir SLTA (43,6%)
berprofesi buruh /tani (39,7%).
2. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai
dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%).
3. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai
motivasi untuk sembuh tergolong baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%).
4. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk
sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa saran :
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan
keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi responden
agar bersedia menjalani kemoterapi sesuai dengan anjuran perawat
maupun dokter.
54
2. Bagi keluarga, pasien yang menjalani kemoterapi
Bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan terbentuk sebuah
motivasi yang baik untuk menjalani kehidupan dan keluarganya
diharapkan untuk selalu memberikan motivasi kepada pasien agar lebih
patuh terhadap jadwal dan pengobatan kanker seperti kemoterapi.
3. Bagi rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan
trerhadap pasien kanker yang menjalani kemoterapi tidak hanya dalam
pengobatan medis saja namun perlu melibatakn dukungan keluarga dalam
rangka meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh, hal ini dapat
berbentuk pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan dengan
menggunakan media leaflet.
4. Bagi peneliti berikutnya
Bagi peneliti lain bisa menggunakan variabel lain yang belum diteliti,
seperti umur, sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas kesehatan dengan
sampel yang lebih berlainan.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta. Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media
Bomar, PJ. 2006. Promoting Health in Families: Applying family research and
theory of nursing practice. Philadelphia: W.B.Saunders Company.
Depkes, RI. 2014. Prevalensi kanker di Indonesia dan Dunia. Sumber: http://ma-
najemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-kanker-di-indonesia-dan-
dunia. diakses tanggal 01 Nopember 2014.
Diananda. 2008. Mengenal Seluk-beluk Kanker. Jogjakarta : Katahati.
Dinkes Surakarta. 2009. Gambaran Statistika Kejadian Penyakit Tidak Menular
di Kota Surakarta. Tidak dipublikasikan. Eriksson, L., Carides, A. D., Gertz, B. J., 2004, Prevention of Cisplatin-Induced
Emesis by the Oral Neurokinin-1 Antagonist, MK-869, in Combination
With Granisetron and Dexamethasone or With Dexamethasone Alone, J
Clin Oncol.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
Jakarta : EGC.
Harianterbit.com. 2014. Prevalensi Penyakit Kanker di Indonesia, Tinggi. Jum’at,
09 Mei 2014. Diakses tanggal 4 Nopember 2014.
IARC. 2008. Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to
Humans (WHO International Agency for Research on Cancer). Kemenkes R.I. 2014. Profil Kesehatan Infonesia Tahun 2014. Jakarta: Depkes. Lewis. 2008. Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical
problem (5th ed). Philadelphia: Mosby.
Muchlisin, Abi dan Novarina. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga tentang Senam Lansia dengan Keaktifan Mengikuti Senam di Posyandu Peduli Insani di Mendungan Desa Pabelan Kartasura Tahun 2012. Jurnal Publikasi. Surakarta: UMS.
Notoatmodjo S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
_____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Papalia, Diane E. 2008. Human Development, terjemahan A. K. Anwar, Jakarta :
Kencana.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Purnawan, Eva Rahayu. 2009. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Melalui
Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial, Dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon Kehilangan Pada Lansia, diakses dari http://unsoed.ac.id/index.php /kepera-watan/article/ view/249/ 100, tanggal 5 Juni 2015
Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rifki Zaki Yamani, Nur Mukarromah dan Musrifatul Uliyah (2011), yang
meneliti tentang : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pemeriksaan PAP SMEAR di Desa Ketawang Daleman Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Jurnal Kesehatan. Malang.
Russel, Bernadin. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third. Saragih, Rosita. 2012. Peranan Dukungan Keluarga dan Koping Pasien dengan
Penyakit Kanker terhadap Pengobatan Kemoterapi di RB I Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Jurnal Keperawatan. FIK, UDA, Medan.
Sari, Mahwita, Irvani, dan Utami. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap
Motivasi Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemoterapi di Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan. PSIK STIKES Hangtuah Pekanbaru.
Setiadi, 2007. Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Singgih. 2006. Analisis Statistik Parametrik dengan Program SPSS. Jakarta:
Elexmedia Komputindo. Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta:
EGC. Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:
Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sumidjo, Wahyu. 2006. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Usman, Moh. Uzer. 2005. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta;: Remaja Rosda
Karya. Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.