Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA EMPLOYABILITY DAN JOB INSECURITY
PADA KARYAWAN KONTRAK DI PERUSAHAAN SWASTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Rosa Devi Sukmaningrum
139114138
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Yohanes 15 : 5b
sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa
“Tuhan, terimakasih atas campur tanganMu.
WaktuMu bukan waktuku,
namun waktuMu sungguh sempurna”
“Sematkan pada benakmu,
maka semesta akan membawamu ke sana – jika tujuanmu jelas”
“Hapinness is detach from everything”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HUBUNGAN ANTARA EMPLOYABILITY DAN JOB INSECURITY
PADA KARYAWAN KONTRAK DI PERUSAHAAN SWASTA
Rosa Devi Sukmaningrum
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara employability dan job
insecurity. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan
signifikan antara employability dan job insecurity. Metode pengambilan data dilakukan melalu i
skala Likert yang disebar kepada karyawan kontrak sebanyak 128 orang yang bekerja di Perusahaan
Swasta yang berdomisili di DIY dan Jateng. Skala job insecurity diadaptasi dari De Witte (2000),
sedangkan skala employability disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori milik
Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004). Reliabilitas skala employability dan job insecurity diukur
dengan Alpha Cronbach : 0,965 (emp) dan 0,737 (ji). Uji asumsi normalitas tidak terpenuhi,
sehingga uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik non parametrik yaitu korelasi Spearman’s rho.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara
employability dan job insecurity dengan koefisien korelasi sebesar -0,395. Artinya, kenaikan tingkat
employability pada karyawan kontrak diikuti dengan penurunan tingkat job insecurity pada
karyawan kontrak. Sumbangan efektif dari hubungan antar kedua variabel sebesar 10,7%, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel moderator apa saja yang mampu
memperkuat hubungan antar kedua variabel.
Kata kunci: employability, job insecurity, karyawan kontrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE RELATION BETWEEN EMPLOYABILITY AND JOB
INSECURITY AMONG CONTRACT EMPLOYEES IN PRIVATE
COMPANIES
Rosa Devi Sukmaningrum
ABSTRACT
The purpose of this research was to investigate the relationship between employability and
job insecurity. We hypothesized negative and significant relationship between employability and job
insecurity. Survey data were collected with Likert scale among 128 contract employees in Daerah
Istimewa Yogyakarta and Jawa Tengah’s private companies. The job insecurity scale was adapted
from De Witte (2000), while the employability scale was composed by researcher based on the
theory from Fugate, Kinicki, and Ashforth (2004). Reliability of employability and job insecurity’s
scales were measured by Alpha Cronbach: 0.965 (emp) and 0.737 (ji). Normality assumption test
was not fulfilled, so the hypothesis test was done through non parametric statistic test that was
Spearman's correlation rho. The result of this research indicated there were negative and significant
relationship between employability and job insecurity with a correlation coefficient -0.395. That
was, the increased of employability rates on contract employees followed by a decreased of job
insecurity rates on contract employees. The effective contribution of the relationship between the
two variables was 10.7%, so further research is needed to find out what moderator variables are
able to strengthen the relationship between the two variables.
Keywords: employability, job insecurity, contract employee
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas penyertaan
dan berkatNya yang berlimpah sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun oleh Penulis sebagai salah satu syarat kelulusan
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan serta doa yang dikirimkan orang-orang terkasih di sekitar Penulis.
Penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Monica Eviandaru M., M. App., Ph.D., selaku Pimpinan Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., MA, selaku Wakaprodi Bidang
Kemahasiswaan yang telah memfasilitasi program pengembangan karakter
bagi mahasiswa di Fakultas Psikologi
4. Bapak R. Landung Eko P. M.Psi., Psi dan Bapak Wahyudi M.Si, selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang membimbing penulis dalam
menentukan pilihan-pilihan studi di setiap jenjang semester
5. Bapak Minto Istono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selama
ini telah memberikan bekal ilmu dan saran yang baik untuk skripsi yang
Penulis kerjakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Seluruh Dosen Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu akademik
kepada Penulis, sekaligus bekal kehidupan bagi Penulis agar menjadi
pribadi yang siap tempur
7. Mas Muji yang selalu menghibur dan menjadi teman cerita
8. Bu Nanik dan Mas Gandung yang membantu Penulis dalam proses
administrasi sekaligus selalu memberi dukungan kepada Penulis selama
berkuliah di Fakultas Psikologi
9. Paschasius Basuki Tertianto dan Yustina Pujiati ; kedua orangtua yang
penuh kesabaran dan tak henti-hentinya memberi dukungan finansial dan
afeksi bagi saya. Terimakasih atas seluruh kepercayaan yang selalu papi
mami berikan kepada Teo, Dani, Devi untuk memilih jurusan kuliah yang
kami minati
10. Teodorus Dimas Septianto, Leonardus Dani Novianto, Rina Widosari;
ketiga kakak yang selalu memberikan dukungan dengan cara mereka yang
unik
11. Romo Merdi Nug, Romo Busyet Penuh Pesona, Romo Joko Lelono, Romo
Priyono Marwan, Romo Har Jabrik, dan Romo Roy yang selalu mendoakan
kelancaran studi Penulis
12. Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Psikologi : Mas YB, Mas Moa, Mas
Pandji, Mas Sauson, Mas Tius, Mbak Etta, Ko Herman, dan Mas Ucil yang
selalu menghibur dan memberi dukungan kepada Penulis dalam proses
pengerjaan skripsi
“Akhirnya dik Rosa legal masuk grup ”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
13. Yuyun Yustina, Albertus Gunam, Rere Judith, terimakasih karena sudah
mengijinkan dan membantu Penulis dalam proses penyebaran skala skripsi
di perusahaan Apotek Dian Farma Grup, PT. Eigerindo Multi Produk
Industri, dan Hotel Amaris Semarang
14. Kawan-kawan Classy13class yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per
satu. Terimakasih karena telah mengukir kenangan di tahun 2013-2017
dengan keunikan kalian masing-masing. Terimakasih sudah saling
menopang satu sama lain.
FRIENDS ARE DIAMOND !
15. Keluarga CAH SETRONG – BEMF 2015/2016, terimakasih sudah
berproses bersama dan bersedia menjadi pelayan bagi seluruh civitas
akademika Fakultas Psikologi. Satu per satu dari kalian adalah orang yang
hebat. See you on top ! Be a servant leader !
Spesial untuk : Age, Anggung, Gita, Lia, Vivi, Putri, Kinot
16. Kesepuluh ABI – Devi, Ela, Galuh, Grace, Hermas, Ivan, Komang, Lina,
Maya, Mayang, Penulis sangat bahagia pernah berdinamika dengan kalian.
Atas segala kasih, dukungan, kenangan, cinta, cerita, mimpi, dan harapan
selama di AKSI 2015 – TERIMAKASIH !
17. BEMF Periode 2013/2014, terimakasih untuk kakak-kakak angkatan 2011
yang sudah memberikan pecontohan yang baik untuk menjalin relasi yang
erat ; terutama bagi Pasca, Erlin, Sakti, Ela, dan Saktya
18. Papi Philipus Haryadi, terimakasih banyak sudah memberikan Penulis
kesempatan untuk bekerja secara profesional di Solusi Group selama 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
tahun lebih. Begitu banyak nasihat, ilmu, dan kebijaksanaan yang Penulis
dapatkan dari Papi Haryadi. Semoga Tuhan memberkati dan memelihara
usaha Papi
19. Ibu Latifatul Munawaroh, terimakasih sudah membimbing Penulis secara
langsung selama bekerja di Solusi Grup. Terimakasih telah memahami
Penulis ketika harus memprioritaskan studi, namun tetap mengajarkan arti
sebuah profesionalitas
20. Om Dedi – ayahanda Debora, terimakasih sudah memberi kesempatan
Penulis belajar di dunia perhotelan. Senang rasanya pernah bergabung di
dalam tim Akasa Hotel, semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha Om
Dedi
21. Panti BEMF 2015/2016 ; Super Sambal, dek Raras, dek Luh, ko Rudy,
Chilla terimakasih sudah menjadi keluarga yang saling mengerti, berbagi
cerita, menyembuhkan satu sama lain, dan menerima satu sama lain
22. Seluruh komunitas paroki Gamping dimana Penulis berkecimpung ; Lektor
Malaikat Gabriel, OMK Paroki Gamping, PIR Gamping, PIA Paroki
Gamping
23. Good & Great Family, terimakasih telah berproses bersama selama
menjalani kaderisasi kepemimpinan. Terimakasih Pak Lukito, Romo Tata,
Romo Har, Romo Merdi, Pak Philipus Haryadi, Bebet Darmawan, Tribroto
Cawu Nugroho yang pernah membimbing kami selama berdinamika di GG
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
24. Komunitas Koor dimana Penulis berkecimpung ; Vox Amoris, Koor
Gabungan, Wewex & Friends, Koor Lingkungan St. Antonius Mejing.
Terimakasih sudah menjadi tempat menyalurkan hobi Penulis
25. Priscilla Nia Natasya Hadi, terimakasih sudah menjadi cermin bagi Penulis.
Terimakasih sudah membantu Penulis berproses, menemukan pilihan yang
tepat diantara pilihan-pilihan yang sulit, menerima dalam kekurangan,
menjadi sahabat dalam senang maupun duka, saling membantu dalam
menyelesaikan skripsi
26. Chocho, Messa, Tante Natasha, dan Berto yang menjadi sahabat di waktu
senang. Terimakasih sudah saling berbagi cerita dan tawa. Kita sudah
berproses bersama selama 5 tahun, semoga persahabatan kita langgeng
27. Debora Cristiviani Sendjaja, terimakasih karena sudah menjadi sahabat
yang produktif bagi penulis, saling mengudar mimpi, dan memberi
dukungan bagi Penulis dalam menyelesaikan studi. Terimakasih juga
Penulis sampaikan kepada Tim Uculers : Aiene, Elae, Stefi, Yeyen
28. Maharani Kusumawardhani, terimakasih telah saling memberi masukan dan
menjadi teman karaokean. Terimakasih juga Penulis sampaikan kepada :
Ayahanda, Budhe, dan Tantenya Dani, Gio, dan pasukan yang lain
29. Teman-teman satu bimbingan skripsi : Clara, Lia, Bella, terimakasih sudah
saling menyemangati dan saling mengudar pikir dan rasa
30. Tante Eri, terimakasih sudah menjadi ibu sekaligus sahabat yang saling
mendukung. Terimakasih atas semua doa yang dipanjatkan untuk Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
31. Prima Ibnu Wijaya, laki-laki yang hadir di penghujung penulisan skripsi dan
selalu mendukung penuh semangat agar Penulis segera menyelesa ikan
studi. God bless us!
32. Bagi seluruh pihak yang tidak tercantum dalam halaman pengantar ini
namun ikut mendoakan Penulis selama menempuh pendidikan Sarjana.
Penulis mengucapkan terimakasih atas kasih dan perhatiannya.
Penulis memohon maaf jika Pembaca masih menemukan kesalahan-kesalahan
dalam penulisan kata maupun kesalahan dalam hal lain. Penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran untuk perbaikan penelitian ini. Terimakasih.
Yogyakarta, 16 April 2018
Penulis,
Rosa Devi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………………...iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………….iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………….v
ABSTRAK………………………………………………………………………..vi
ABSTRACT……………………………………………………………………….vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………….viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xv
DAFTAR TABEL……………………………………….…………….……….xviii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………….…………..……..xix
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….………….…......1
A. Latar Belakang………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………8
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………...…..8
D. Manfaat Penelitian……..………………………………………………….8
1. Manfaat Teoritis…………………………………………………….....8
2. Manfaat Praktis……………………………………………………......8
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………...9
A. Job Insecurity……………………………………………….....……..........9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Definisi Job Insecurity…………………………………………….......9
2. Komponen Job Insecurity………………………………………........14
3. Pengukuran Job Insecurity…………………………………………...15
4. Faktor yang Memengaruhi Job Insecurity……………………...........16
B. Employability…………………………………………………….............21
1. Definisi Employability……………………………………………….21
2. Dimensi Employability…………………………………………....….24
3. Pengaruh Employability………………………………………..…….26
C. Dinamika Hubungan antara Employability dan Job Insecurity..................29
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………………34
BAB III METODE PENELITIAN……………………….....................................35
A. Jenis Variabel…………………………………………………….............35
B. Variabel Penelitian…………………………………………………….....35
C. Definisi Operasional………………………………………………….......36
1. Definisi Operasional Employability……………………………….....36
2. Definisi Operasional Job Insecurity……………………………….…37
D. Subjek Penelitian……………………………………………………........38
E. Metode dan Alat Pengambilan Data……………………………..............39
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur…………………..............................41
1. Validitas………………………………….…………………..............41
2. Uji Coba dan Seleksi Aitem……………………………………….....43
3. Reliabilitas……………………………………………………............45
G. Metode Analisis Data…………………………………………………….46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
1. Uji Asumsi……………………………………………………...........46
2. Uji Hipotesis……………………………………………………........47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………...........48
A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………………..….48
B. Deskripsi Subjek Penelitian………………………………………...........49
C. Deskripsi Data Penelitian…………………………………………….......52
D. Hasil Analisis Data……………………………………………………....57
1. Uji Asumsi............................................................. ..............................57
2. Uji Hipotesis........................................................................................58
E. Pembahasan...............................................................................................61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................67
A. Kesimpulan................................................................................................67
B. Saran..........................................................................................................67
1. Bagi Karyawan Kontrak......................................................................67
2. Bagi Perusahaan Swasta......................................................................68
3. Saran Penelitian Selanjutnya...............................................................68
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................70
LAMPIRAN……………………………………………………………………...74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Distribusi Aitem Skala Job Insecurity…………………….40
Tabel 3.2 Tabel Distribusi Aitem Skala Employability Sebelum Uji Coba...40
Tabel 3.3 Tabel Distribusi Aitem Skala Employability Setelah Uji Coba.....41
Tabel 3.4 Tabel Analisis Reliabilitas Variabel..............................................46
Tabel 4.1 Tabel Demografis Subjek Berdasarkan Domisili Kerja.................49
Tabel 4.2 Tabel Demografis Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin..................50
Tabel 4.3 Tabel Demografis Subjek Berdasarkan Usia.................................51
Tabel 4.4 Tabel Demografis Subjek Berdasarkan Lama Bekerja..................52
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Employability……………...52
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Job Insecurity……………...53
Tabel 4.7 Tabel Hasil Analisis Deskriptif......................................................54
Tabel 4.8 Tabel Kategorisasi Skor Subjek.....................................................56
Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov.....................57
Tabel 4.9.1 Tabel Hasil Uji Linearitas..............................................................58
Tabel 4.9.2 Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman................................................59
Tabel 4.9.3 Tabel Nilai Sumbangan Efektif Employability terhadap Job
Insecurity........................................................................................60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Skala Penelitian Employability dan Job Insecurity………………75
Lampiran B Perizinan Adaptasi Skala Job Insecurity…………………………82
Lampiran C Korelasi Aitem Total Skala Employability………………………84
Lampiran D Korelasi Aitem Total Skala Job Insecurity………………………89
Lampiran E Hasil Uji Beda Mean (t-test)……………………………………..91
Lampiran F Hasil Uji Linearitas………………………………………………93
Lampiran G Hasil Uji Normalitas……………………………………………..95
Lampiran H Hasil Uji Korelasi Spearman……………………………………..97
Lampiran I Hasil Pengujian Sumbangan Efektif……………………………..99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah angkatan kerja di Indonesia masih bersifat fluktuatif. Hal tersebut
berarti jenis pekerjaan di Indonesia bersifat musiman. Faktor musiman tersebut
ditunjukkan dari jumlah karyawan kontrak yang cukup banyak, yaitu sejumlah
40% dari jumlah keseluruhan (International Labour Organizational, 2015,
dalam ilo.com). Pemerintah sebenarnya telah meregulasi perjanjian kerja yang
bertujuan agar pihak pemberi kerja dan karyawan memahami hak dan
kewajibannya. Regulasi tersebut tercantum dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003. Karyawan kontrak tergolong dalam
perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Perbedaan signifikan antara karyawan
tetap dan karyawan kontrak terletak pada besaran tunjangan yang didapatkan.
Karyawan kontrak tidak mendapatkan uang pesangon, uang pengganti
perumahan, dan uang pengganti hari cuti ketika masa kerjanya habis (lihat pasal
156 Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003).
Meskipun sudah terdapat regulasi mengenai karyawan kontrak, namun
karyawan kontrak masih menunjukkan kekhawatirannya mengenai status
kontraknya. Pekerja buruh sejumlah 760 orang melaporkan telah mengalami
tindak pemutihan kontrak kerja oleh tiga perusahaan produksi garmen yang
bertempat di Jakarta Utara. Ketiga perusahaan ini memanggil satu per satu
karyawan tetap, meminta karyawan untuk menandatangani surat PHK, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menawarkan uang pesangon yang tidak sesuai dengan ketentuan UU
Ketenagakerjaan dengan alasan pihak perusahaan akan mengalami
kebangkrutan. Karyawan tetap yang menolak tawaran uang pesangon
dihadapkan pada pemutihan hubungan kerja sebagai karyawan tetap dan
ditawarkan untuk melakukan pembaharuan hubungan kerja sebagai karyawan
kontrak (Suara Pembaruan, 2017 dalam beritasatu.com). Karyawan kontrak di
Indonesia yang berjumlah sekitar 10.000 orang juga pernah melakukan aksi
demo besar-besaran di halaman depan Istana Negara dan gedung Mahkamah
Agung pada tanggal 6 Februari 2016. Aksi ini juga serentak dilakukan di Bogor,
Karawang, Cikarang, Tangerang, Surabaya, Batam, Bandung, Medan, Aceh,
dan Makassar. Para karyawan menyuarakan protes karena kontraknya sudah
tidak diperpanjang lagi oleh pihak perusahaan (Mei Amelia, 2016, dalam
detik.com).
Bukti empiris menunjukkan bahwa pekerja non permanen memilik i
tingkat job insecurity yang lebih tinggi daripada pekerja tetap (de Witte &
Naswall, 2003; Kinnunen & Natti, 1994; Hesselink & van Vuuren, 1999;
Parker, Griffin, Sprigg & Wall, 2002 dalam Mauno, Kinnunen, Makikangas, &
Natti, 2005). Job insecurity dijelaskan sebagai perasaan terancam yang
dirasakan oleh individu mengenai kelangsungan karirnya di masa mendatang
(Schreurs, Guenter, Jawahar & Cuyper, 2015). Naswall dan De Witte (2003)
menyatakan bahwa pekerja di sektor industri dengan sistem kontrak cenderung
mempersepsikan bahwa dirinya mengalami job insecurity. Minat penelit ian
mengenai karyawan kontrak juga didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bahwa pekerja waktu tertentu diasosiasikan dengan kebutuhan tugas yang
sedikit, autonomi rendah, sikap pasif, dan pekerjaan yang penuh tekanan
(Wagenaar, Kompier, Houtman, Bossche, Smulders, & Waris, 2011).
Karyawan yang merasakan job insecurity mengalami dampak negatif.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa job insecurity berkorelasi
negatif dengan kondisi kesehatan dan skor sikap kerja seperti kepuasan kerja,
employability, dan tingkat turnover (Wagenaar et al., 2011). De Cuyper, Sulea,
Philippaers, Fischmann, Iliescu, dan De Witte (2014) membuktikan
hipotesisnya bahwa job insecurity yang dirasakan karyawan dapat
memunculkan perilaku kerja counterproductive. Penelitian tersebut
menjelaskan bahwa karyawan menyalahkan pihak perusahaan atas job
insecurity yang dirasakannya. Karyawan membalas pihak perusahaan dengan
melakukan perilaku yang merugikan dan membahayakan pihak perusahaan.
Penelitian terdahulu mengenai topik job insecurity dikaitkan dengan
penelitian kesejahteraan psikologis di tempat kerja (De Cuyper, De Witte,
Kinnunen & Natti, 2010), tingkat kompensasi (Haynie, J.J., Svyantek, D.J.,
Mazzei, M.J., & Varma V., 2016), employee voice (Schreurs, Guenter, Jawahar
& De Cuyper, 2015), dan employability (Fugate, Kinicki & Ashforth, 2004;
Forrier & Sels, 2003). Penelitian ini ingin kembali meneliti employability
sebagai variabel bebas yang kemungkinan memengaruhi job insecurity.
Employability dalam penelitian ini menggunakan teori yang dicetuskan oleh
Fugate (2004). Fugate (2004) mendefinisikan employability sebagai
kemampuan adaptasi yang dilakukan dalam karir yang seseorang pilih dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memanfaatkan potensi individu dan kekuatan sosial yang seseorang milik i.
Forrier dan Sels (2003) mengartikan employability sebagai usaha karyawan
untuk mempertahankan karirnya. Hal tersebut sesuai dengan konteks penelit ian
karyawan kontrak yang diasumsikan mengalami kekhawatiran mengena i
karirnya di masa mendatang (de Witte, 1999).
Peneliti memilih employability untuk kembali diteliti karena didasarkan
oleh isu faktual yang masih menjadi keprihatinan di Indonesia, yaitu tingkat
pendidikan yang rendah dan kompetensi karyawan yang belum memenuhi
kualifikasi perusahaan. Organisasi Pekerja Internasional (2017)
mempublikasikan data angkatan kerja di tahun 2016 yang masih didominas i
oleh pekerja lulusan Sekolah Dasar. Data tersebut mengurai sebanyak 122 juta
pekerja terdiri dari 24 persen lulusan SD, 26 persen lulusan SMP, 22 persen
lulusan SMA, dan hanya 10 persen dari angkatan kerja yang lulus dari jenjang
Universitas (Badan Pusat Statistika 2016, dalam thejakartapost.com). Hanif
Dhakiri yang saat ini menjabat sebagai Menteri Ketenagakerjaan Indonesia
mengungkapkan keprihatinannya mengenai rendahnya latar belakang
pendidikan para karyawan di Indonesia. Kondisi angkatan kerja di Indonesia
memiliki latar belakang pendidikan SMA ke bawah, selain itu terdapat
ketidaksesuaian antara keterampilan pekerjaan dengan latar belakang
pendidikan (Putra Ratya, dalam detik.com). Latar belakang pendidikan
merupakan modalitas kapital seseorang yang menjadi salah satu aspek
employability (Fugate, 2014). McArdle (2007) menyatakan bahwa status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pendidikan seseorang mampu mendorong kepercayaan diri seseorang untuk
mencapai kesuksesan dalam karirnya.
Keprihatinan selanjutnya juga berasal dari survei tingkat kompetensi
karyawan di Indonesia. Indonesia masih ada di level terendah dalam survei
tingkat kompetensi pekerja dewasa pada bulan Juni 2016 yang diadakan oleh
lembaga PIAAC / Programme for the International Assessment of Adult
Competencies. Selain itu, indeks daya saing global terakhir menunjukkan
bahwa negara Indonesia turun peringkat dari 34 menjadi 37 dari 140 negara
yang dinilai (Victoria Fanggidae, 2016, dalam thejakartapost.com).
Latar belakang pendidikan dan kompetensi yang rendah menunjukkan
bahwa karyawan di Indonesia masih memiliki tingkat employability yang
rendah. Kedua hal tersebut mendorong peneliti untuk mencari tahu apakah
employability juga berkontribusi dalam permasalahan-permasalahan yang
dialami karyawan kontrak di Indonesia. Penelitian sebelumnya mengungkapkan
bahwa karyawan yang memiliki tingkat employability yang tinggi berarti
memiliki kontrol diri yang baik (Fugate et al, 2014), sehingga dirinya mampu
meredam perasaan job insecurity dengan usaha menciptakan rasa aman dalam
pekerjaannya (De Cuyper, 2014).
Kontrol diri yang baik juga dikategorikan dalam tipe internal locus of
control yang merupakan salah satu komponen dalam variabel employability
(Fugate et al, 2014). Karyawan yang memiliki internal locus of control percaya
bahwa situasi yang berlangsung di lingkungan pekerjaannya berada di bawah
kontrolnya (Fugate, 2014). Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) menambahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
bahwa hal ini, sangat diperlukan karyawan kontrak dalam mengatas i
lingkungan pekerjaan dengan kesempatan promosi yang sempit, tidak adanya
pengembangan tunjangan, dan kondisi pekerjaan yang penuh tekanan (dalam
Haynie et al., 2016). Karyawan kontrak memiliki kesempatan promosi yang
sempit karena karyawan kontrak hanya memiliki masa kerja maksimal 2 tahun.
Karyawan kontrak menghadapi pemutusan hubungan kerja, kemudian harus
memulai karir yang baru di perusahaan lain. Karyawan harus kembali
beradaptasi di lingkungan kerja yang baru. Forrier dan Sels (2003)
mengungkapkan bahwa kemampuan kontrol diri membantu karyawan
menghadapi proses adaptasi dalam pekerjaannya.
Selain didasarkan pada isu faktual, peneliti memiliki minat untuk
meneliti hubungan antara employability dan job insecurity karena didasarkan
pada isu teoritis dari kajian penelitian terdahulu. Cuyper, Bernhard-Oettel,
Berntson, De Witte, dan Alarco (2008) meneliti hubungan antara employability
dan kesejahteraan psikologi karyawan yang dimediasi oleh job insecurity.
Penelitian tersebut memaparkan bahwa karyawan yang memiliki employability
yang tinggi disyaratkan memiliki kesehatan fisik dan psikologis yang baik,
sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi karyawan.
Penelitian Cuyper et al. (2008) melibatkan 559 pekerja dari 7 perusahaan yang
bergerak di sektor industri dan pertokoan.
Cuyper, Sulea, Philippaers, Fischmann, Iliescu, dan De Witte (2014)
kembali meneliti topik employability dan job insecurity yang dikaitkan dengan
performansi kerja. Cuyper et al. (2014) membuktikan bahwa job insecurity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mampu melemahkan hubungan antara employability dan performansi kerja.
Penelitian tersebut melibatkan sebanyak 433 pekerja di Romania. Subjek yang
terlibat dalam penelitian tersebut berasal dari berbagai strata jabatan, antara lain
staff kesekretariatan, programmer, instruktur, ahli mesin, guru, dan pegawai
dengan jabatan managerial.
Kajian penelitian terdahulu melibatkan sampel karyawan secara umum
yang terdiri dari berbagai sektor bidang pekerjaan dan berbagai strata jabatan.
Cuyper et al. (2008) menambahkan bahwa macam sektor pekerjaan dan macam
jabatan karyawan dapat menentukan bagaimana karyawan mempersepsikan
employability dan job insecurity. Karyawan kontrak identik dengan kondisi
ergonomis yang buruk, pendapatan yang lebih rendah, wewenang yang terbatas,
dan beban kerja yang lebih tinggi. Cuyper et al. (2008) juga menyatakan
terdapat peningkatan job insecurity seiring dengan tipe pekerjaan yang sifatnya
sementara. Lazarus dan Folkman (1984) menjelaskan bahwa karyawan dengan
tingkat employability yang tinggi lebih mudah mengatasi job insecurity karena
karyawan mampu mengartikan pasar kerja jaman sekarang dan turbulens i
ekonomi sebagai tantangan daripada sebagai ancaman, sehingga karyawan
mampu menggunakan strategi coping yang lebih adaptif.
Pemaparan isu faktual dan isu teoritis tersebut mendorong peneliti ingin
kembali meneliti hubungan antara employability dan job insecurity pada
konteks karyawan kontrak di Perusahaan Swasta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat hubungan antara Employability dan Job Insecurity pada
karyawan Kontrak di Perusahaan Swasta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
employability dan job insecurity pada karyawan kontrak di Perusahaan Swasta.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di
bidang Psikologi Industri, terutama mengenai konsep hubungan antara
employability dan job insecurity pada subjek karyawan kontrak.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan bagi karyawan
kontrak dan pihak pemberi kerja mengenai employability dan job insecurity.
Hasil temuan berguna bagi karyawan kontrak untuk mengantisipasi situasi
dan kondisi dalam pekerjaannya, serta melakukan usaha-usaha yang adaptif
di tempat kerja. Pihak perusahaan juga diharapkan mampu membuat
program-program intervensi yang dibutuhkan oleh para karyawan untuk
menciptakan iklim kerja yang produktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Job Insecurity
1. Definisi Job Insecurity
Penelitian job insecurity selama ini terkait dengan teori kontrak
psikologis dimana karyawan dan perusahaan saling memberi dan menerima
(Schein, 1980 dalam Ashford, Lee, & Bobko, 1989). Kontrak psikologis
tersebut memunculkan rasa penguasaan dalam diri seseorang untuk
mengontrol peristiwa dalam kehidupannya. Organisasi, pekerjaan, maupun
karakteristik personal yang mengancam penguasaan diri tersebut dapat
menimbulkan reaksi kuat pada seseorang, yaitu perasaan ketidakamanan
(Staw, 1977; Sutton & Kahn, 1986 dalam Ashford et al, 1989). Salah satu
ancaman yang sering disebut memengaruhi penguasaan diri tersebut
merupakan perubahan organisasi yang besar, seperti mergers, downsizing,
reorganisasi, dan teknologi baru sebagai sumber ancaman (Greenhalgh &
Rosenblatt, 1984). Perubahan organisasi tersebut bertujuan untuk
memotong biaya dan meningkatkan efektifitas organisasi dan kemampuan
kompetitif, sedangkan bagi pekerja justru berdampak pada peningkatan
perasaan job insecurity (Gowing, Kraft & Quick, 1998; Greenhalgh &
Rosenblatt, 1984 dalam Hellgren, Sverke, Isaksson, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Para peneliti sepakat mengasumsikan job insecurity sebagai
pengalaman subjektif yang dihasilkan dari persepsi dan interpretas i
seseorang terhadap lingkungan kerja yang aktual. Hal tersebut berarti situasi
lingkungan yang serupa dapat menghasilkan respon sikap yang berbeda
pada tiap-tiap karyawan (Klandermans & van Vuuren, 1999; Sverke et al.,
2002 dalam Elst, De Witte & De Cuyper, 2014). Kemudian, kekhawatiran
mengenai masa depan adalah akar dari pengalaman job insecurity (De
Witte, 1999; Jacobson, 1991; Sverke, 2002 dalam Elst et al., 2014).
Pengalaman tersebut meliputi peluang seseorang untuk kehilangan
pekerjaan maupun kekhawatiran yang berhubungan dengan ancaman yang
dirasakan (Borg & Elizur, 1992 dalam Elst et al., 2014).
Penelitian terdahulu menemukan bahwa kemunculan job insecurity
disebabkan karena faktor perubahan organisasi yang dinamis (Greenhalgh
& Rosenblatt, 1984). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lastad, Elst,
dan De Witte (2016) justru menemukan bahwa job insecurity hanya
bersumber dari persepsi seorang individu terhadap pekerjaannya dan
berkembang menjadi suatu iklim ketidakamanan di tempat kerja. Studi
tersebut juga menyatakan bahwa individual job insecurity merupakan
prediktor job insecurity climate. Hasil penelitian tersebut dijelaskan oleh
Sora (2013) dalam Lastad, et al. (2016) sebagai proses penularan emosi.
Karyawan yang merasa insecure terhadap pekerjaannya menularkan emosi
negatifnya kepada karyawan lain dan berujung pada terbentuknya persepsi
yang serupa mengenai job insecurity di tempat kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Job insecurity dipaparkan oleh sejumlah ahli dalam beberapa
konstruk, antara lain job insecurity yang dilihat sebagai quantitative dan
qualitatative job insecurity (Hellgren, 1999), objective dan subjective job
insecurity (Klandermans & van Vuuren, 1999), kognitif dan afektif job
insecurity (Borg & Elizur, 1992), job insecurity dari segi multidimensiona l
(Greenhalgh & Rosenblatt, 1984), dan job insecurity dari segi
unidimensional. Berikut uraian definisi yang dikemukakan oleh beberapa
ahli :
a. Definisi Quantitative dan Qualitative Job Insecurity
Hellgren (1999) mengungkapkan definisi job insecurity dari segi
kuantitatif dan kualitatif (dalam Richter, Naswall, Bernhard-Oettel, &
Sverke, 2013). Quantitative job insecurity menitikberatkan pada
kelangsungan pekerjaannya di masa depan, secara spesifik pada ancaman
yang dirasakan dari peristiwa kehilangan pekerjaan. Sedangkan
qualitative job insecurity berfokus pada ancaman yang dirasakan pekerja
berdasarkan nilai dari fitur pekerjaannya seperti pengembangan gaji,
kesempatan promosi, dan kondisi pekerjaan (Roskies & Louis – Guerin,
1990).
b. Definisi Objective dan Subjective Job Insecurity
Objective job insecurity berkaitan dengan peristiwa yang
mengancam berasal dari situasi pekerjaan, sedangkan subjective job
insecurity berarti proses persepsi dan pengalaman personal atas
konsekuensi negatif dari peristiwa tertentu yang dimiliki individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(Klandermans & van Vuuren, 1999). Objective job insecurity dapat
berupa kondisi ekonomi suatu negara, downsizing, maupun pada
perubahan struktur organisasi. Seluruh situasi perubahan yang aktual di
tempat kerja dapat diartikan secara berbeda-beda oleh setiap pekerja.
Meskipun pekerja ada di situasi kerja yang sama, bahkan di satu
departemen yang sama namun setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda yaitu ada yang merasakan job insecurity di level yang tinggi
maupun rendah. Fenomena ini bergantung pada karakteristik dan
persepsi individu.
c. Definisi Cognitive dan Affective Job Insecurity
Borg dan Elizur (1992) menjabarkan job insecurity sebagai
cognitive job insecurity dan affective job insecurity. Job insecurity dari
segi kognitif berfokus pada pemikiran seseorang tentang peristiwa
kehilangan pekerjaan, sedangkan dari segi afektif berfokus pada perasaan
khawatir atau ketakutan akan ancaman kehilangan pekerjaan. Meskipun
job insecurity dari segi kognitif dan afektif dapat dibedakan secara jelas
pada taraf teori, namun dalam prakteknya kedua komponen tersebut
masih dianggap tumpang tindih (De Witte, 2000).
d. Definisi Job Insecurity dari segi Multidimensional
Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) mendeskripsikan job insecurity
sebagai ketidakberdayaan untuk mempertahankan keinginannya untuk
melanjutkan pekerjaan di tengah situasi kerja yang mengancam. Situasi
mengancam diartikan sebagai kemungkinan seseorang untuk kehilangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pekerjaannya di masa depan dan fitur-fitur penting pekerjaannya, seperti
kesempatan mendapatkan promosi dan kebebasan dalam jam kerja.
e. Definisi Job Insecurity dari segi Unidimensional
Pengukuran global berfokus pada ancaman kehilangan pekerjaan
yang mungkin segera terjadi. Pengukuran unidimensional ini juga
berfokus pada persepsi kemungkinan (Mohr, 2000; van Vuuren, 1990)
atau ketakutan akan kehilangan pekerjaan (Johnson, Messe, & Crano,
1984). Job insecurity secara global juga dijabarkan dalam studi yang
dilakukan oleh Schreurs, Guenter, Jawahar, De Cuyper (2015) yang
menyatakan bahwa job insecurity lebih sering dipersepsikan sebagai
ancaman daripada sebuah tantangan bagi karir seorang karyawan. Hal
tersebut disebabkan karena perasaan job insecurity yang dialami
karyawan berkorelasi negatif dengan tingkat performansi karyawan
(Cheng & Chan, 2008; Gilbao et al., 2008; Sverke et al., 2002 dalam
Schreurs et al., 2015).
Pemaparan definisi di atas, peneliti memilih definisi dari segi
unidimensional sebagai acuan pemilihan alat ukur. De Witte (2000)
menggunakan definisi job insecurity secara global sebagai landasan teori
pada skala yang diadaptasi dalam penelitian ini. Peneliti menyimpulkan
definisi job insecurity sebagai kekhawatiran yang bersifat subjektif
mengenai kemungkinan kehilangan karirnya di masa mendatang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Komponen Job Insecurity
Para peneliti menjabarkan dimensi job insecurity berdasarkan
pengukuran global dan pengukuran multidimensi (Mauno, Leskinen, &
Kunnunen, 2001; Reisel & Banai, 2002; Sverke et al., 2004). Elst, et al.,
(2014) menyatakan bahwa pengukuran global memiliki dua keuntungan.
Pertama, skala menjadi lebih singkat sehingga subjek tidak mudah bosan
ketika mengisi skala. Kedua, pengukuran global merupakan konsep yang
paling mendekati akar konstruk job insecurity, yaitu kekhawatiran
seseorang mengenai karirnya di masa mendatang.
Job insecurity dalam perspektif global dibagi menjadi tiga
komponen, yaitu pengalaman subjektif, fenomena tidak terduga, dan
ketidakamanan tentang masa depan (Van Vuuren, 1990). Job insecurity
merupakan pengalaman subjektif yang dihasilkan dari persepsi dan
interpretasi atas lingkungan kerja yang aktual, artinya situasi yang sama
akan memunculkan persepsi yang berbeda-beda pada di tiap karyawan.
Beberapa karyawan mungkin merasakan perasaan insecure yang tidak
beralasan, sedangkan yang lain mungkin justru tetap merasa aman meskipun
senyatanya ada di lingkungan kerja yang mengancam (Klandermans & van
Vuuren, 1999; Sverke et al., 2002). Kedua, job insecurity dilihat sebagai
fenomena yang tidak disengaja (De Witte, 2005; Greenhalgh & Rosenblatt,
1984; Sverke & Hellgren, 2002). Ini bukan menyangkut karyawan yang
lebih memilih status pekerjaan yang tidak pasti karena alasan tertentu,
misalnya memilih pekerjaan yang sifatnya sementara. Ketiga, kekhawatiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tentang masa depan adalah inti konstruk dari job insecurity (De Witte, 1999;
Jacobson, 1991; Sverke et al., 2002). Kekhawatiran ini dilihat dari aspek
kognitif dan aspek afektif. Borg dan Elizur (1992) menyatakan bahwa
secara kognitif, karyawan yang memiliki job insecurity memahami seberapa
besar kemungkinannya kehilangan suatu pekerjaan yang sedang ia jalani.
Borg dan Elizur (1992) juga menambahkan sudut pandang afektif, yaitu
karyawan yang mengalami job insecurity merasakan kekhawatiran yang
memang terkait dengan ancaman yang sedang terjadi di sekitarnya (dalam
Elst, et al., 2014).
3. Pengukuran Job Insecurity
Job insecurity dalam penelitian ini diukur menggunakan skala milik
De Witte (2000). Skala disusun berdasarkan komponen ketiga, yaitu
kekhawatiran tentang masa depan. De Witte (2005) dan Sverke, et al. (2004)
menjabarkan definisi job insecurity sebagai penerimaan subjektif dan
kemungkinan yang tidak diinginkan mengenai kondisi karirnya di masa
mendatang berupa respon kekhawatiran atau ketakutan mengenai peristiwa
kehilangan pekerjaan (dalam Elst, et al., 2014).
Skala terlampir berisi 4 aitem yang terdiri dari 3 aitem favourable
dan 1 aitem unfavourable. Aitem 1 dan 2 (“Kemungkinannya, saya akan
segera kehilangan pekerjaan saya”; “Saya yakin saya dapat
mempertahankan pekerjaan saya”) bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan subjektif seseorang mengenai kondisi karirnya di masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mendatang. Aitem 3 (“Saya merasa khawatir akan karir saya di kemudian
hari”) mengukur kekhawatiran yang dirasakan individu. Aitem 4 (“Saya
pikir saya mungkin kehilangan pekerjaan saya sebentar lagi”) bertujuan
untuk mengukur pemikiran seseorang mengenai kemungkinan kehilangan
pekerjaan di masa mendatang. Keempat aitem tersebut mengukur
penerimaam subjektif para responden dari segi kognitif dan afektif.
4. Faktor yang Memengaruhi Job Insecurity
Kemunculan job insecurity dalam diri pekerja dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi tinggi rendahnya tingkat job insecurity
setiap individu. Berikut beberapa faktor internal yang menjadi prediktor
variabel job insecurity:
a. Usia
Penelitian di Eropa yang diadakan oleh lembaga Survei Kesehatan,
Penuaan, dan Pensiun menemukan bahwa pekerja lanjut usia lebih sedikit
mengalami kekhawatiran tentang pekerjaan masa depan mereka. Hank
dan Erlinghagen (2011) menjelaskan bahwa pekerja yang berusia 50 – 54
tahun dilaporkan dua kali lipat lebih mungkin merasakan kekhawatiran
tentang pekerjaan di masa depan jika dibandingkan dengan pekerja
berusia 61 – 67 tahun (dalam Jiang & Probst, 2017). Keim, Landis,
Pierce, dan Earnest (2014) juga menyatakan hal yang sama bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pekerja yang lebih muda memiliki tingkat job insecurity yang lebih tinggi
dibandingkan pekerja lanjut usia.
b. Gender
Status sosial wanita lebih memungkinkan wanita mengalami
tekanan sosial yang besar, terlebih lagi susunan pekerjaan yang biasanya
dimiliki wanita identik dengan pekerjaan yang kurang diminati dan
menimbulkan kecemasan (Hatton, 2011; Kalleberg, 2000, 2011; Smith,
1998 dalam Fullerton, Long, & Anderson, 2016). Lebih lanjut lagi,
wanita biasanya berada di posisi pekerjaan yang rendah, seperti tingkat
gaji yang rendah dan mendapat penghargaan yang lebih rendah dalam
posisi pekerjaan yang serupa (Fernandez-Mateo & King, 2011).
Berdasarkan status sosial wanita tersebut, peneliti mengasumsikan
bahwa wanita lebih mungkin mengalami konsekuensi negatif sebagai
hasil dari kemunculan job insecurity dibanding dengan yang pria alami
(Fullerton, et al., 2016).
c. Locus of Control
Studi empiris yang dilakukan oleh Ashford, S.J., Lee, C. dan
Bobko, P. (2007) menyatakan bahwa orang dengan tipe locus of control
tertentu juga memiliki respon yang berbeda terhadap job insecurity.
Penelitian tersebut membandingkan orang dengan tipe locus of control
eksternal dan internal. Orang dengan tipe locus of control internal secara
umum melihat situasi lingkungan memiliki dampak yang kecil dan
orang-orang tersebut memiliki kemampuan untuk melawan potensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ancaman dari lingkungan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat
locus of control internal berkorelasi negatif dengan tingkat job insecurity.
Artinya, orang dengan tingkat locus of control internal yang tinggi
memiliki tingkat job insecurity yang rendah (Borg, I. & Elizur, D., 2007).
d. Employability
Employability sering disebut memiliki hubungan dengan job
insecurity (Gallie, White, Cheng & Tomlinson, 1998; Sverke & Hellgren,
2002). Employability ditangkap sebagai anteseden yang potensial
terhadap kemunculan job insecurity (Berntson et al., 2007; Forrier &
Sels, 2003; Sverke et al., 2003) ; karyawan dengan tingkat employability
yang tinggi jika dibandingkan dengan yang memiliki employability
rendah akan dimungkinkan lebih jarang merasakan job insecurity. Dalam
sebuah penelitian, employability juga digambarkan dalam bentuk tingkat
pendidikan seseorang (Elman & O’rand, 2002; Forrier & Sels, 2003; Van
Fam, 2004 ; Virtanen et al., 2003 ; Worth, 2002). Schaufeli (1992)
menyatakan bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah
dipekerjakan dalam jenis pekerjaan yang insecure daripada pekerja
dengan pendidikan yang lebih tinggi, dan dengan demikian pekerja
dengan tingkat pendidikan yang rendah tersebut menjadi lebih sering
merasakan job insecurity.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Selain faktor-faktor internal tersebut, faktor eksternal yang juga
memengaruhi kemunculan job insecurity antara lain:
a. Kondisi Ekonomi
Perubahan ekonomi yang sangat cepat di era modern ini ternyata
menimbulkan tekanan ekonomi. Job insecurity disebut menjadi salah
satu sumber stress terburuk yang memunculkan tekanan ekonomi dalam
dunia kerja (Klehe, Zikic, van Vianen, Koen, & Buyken, 2015).
Hellgren, Sverke, Isaksson (1999) mengemukakan bahwa karyawan
dengan kondisi kerja yang memburuk seperti mengalami demosi,
kurangnya kesempatan karir, dan menurunnya tingkat pengembangan
gaji dilaporkan memiliki tingkat job insecurity yang tinggi. Sumber stress
tersebut berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat yang
dideskripsikan secara objektif seperti dalam peristiwa kehilangan
pendapatan dan tabungan (Voydanoff, 1990).
b. Perubahan Struktur Organisasi
Job insecurity mengacu pada poin utama bahwa job insecurity
merupakan estimasi subjektif dari kemungkinan seseorang kehilangan
pekerjaan berdasarkan kondisi sekitar yang objektif seperti downsizing,
serta pekerjaan yang bersifat sementara yang disaksikan langsung oleh
individu dalam konteks organisasi (Armstrong-Stassen, 2004;
Klandermans & van Vuuren, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Sifat Pekerjaan Sementara
Pekerja sementara diharapkan dapat mengerjakan suatu pekerjaan
yang sifatnya lebih merugikan daripada pekerjaan yang tetap (De Cuyper
et al., 2008; De Witte & Naswall, 2003). Sebagai contoh, pekerjaan
sementara diasosiasikan dengan kondisi ergonomis yang buruk,
pendapatan yang lebih rendah, otonomi/ kekuasaan lebih rendah,
pekerjaan dengan pengawasan yang rendah, beban pekerjaan yang sangat
dinamis, pekerjaan yang lebih berulang, pekerjaan yang monoton,
kesempatan pelatihan yang rendah dan rentan terhadap diskriminas i
(Brown & Sessions, 2003; De Cuyper et al., 2008; Goudswaard &
Andries, 2002; Kompier et al., 2009; Layte et al., 2008; Letourneux,
1998; Parent-Thirion et al., 2007). Job insecurity akan meningkat seiring
sifat sementara dari suatu pekerjaan (De Cuyper et al., 2008),
berimplikasi pada ketidakpastian serta hal yang tidak terprediksi dan
tidak terkontrol.
d. Tipe Kepemimpinan
Karakteristik kepemimpinan etis dapat secara signif ikan
mengurangi persepsi karyawan terhadap dimensi job insecurity, yaitu
tingkat keparahan ancaman dari fitur pekerjaan saat ini. Akker, Heres,
Lasthuizen, dan Six, (2009) menyatakan bahwa karakteristik
kepemimpinan etis mampu menciptakan iklim berkualitas dan kebajikan
yang dapat meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap keadilan
perusahaan (dalam Hawass, 2015). Pemimpin etis mampu memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
penghargaan dan sanksi atas kontribusi bawahan sesuai dengan proses
kerja keras dan pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu, pemimpin etis
juga rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi mencapai tujuan
organisasi. Objektivitas dan kejujuran inilah yang membuat kecemasan
subjektif karyawan kehilangan fitur pekerjaan tersebut dapat dikurangi
bahkan dihilangkan (Hawass, 2015).
B. Employability
1. Definisi Employability
Konstruk employability berkembang dari berbagai tingkatan, antara
lain level makro, level meso, hingga level mikro. Employability pertama kali
muncul di level makro ketika pasca perang dunia. Feintuch (1995) dan
Gazier (1999) mencetuskan konsep intervensi yang disebut socio-medical
atau manpower policy employability. Intervensi tersebut ditargetkan bagi
penyandang disabilitas dan kelompok masyarakat yang kurang berguna, hal
tersebut ditujukan agar kelompok masyarakat tersebut dapat lebih aktif
untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja di masa tersebut.
Employability muncul pada level meso pada tahun 1980-an di
tataran organisasi. Organisasi mulai menghadapi globalisasi sehingga
organisasi dituntut untuk terus bertahan dan meningkatkan profit. Penelit ian
employability mulai dibutuhkan untuk meningkatkan employability para
pekerja di dalam organisasi (Forrier & Sels, 2003) dengan beberapa cara
seperti melakukan rotasi pekerjaan (Berntson, 2008) atau dengan menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pekerja dari tempat lain (Atkinson, 1984; Kalleberg, 2001; Reilly, 1998).
Employability mulai diidentifikasi pada tataran individu. Hal ini berkaitan
dengan model karir ‘modern’ yang dipandang sebagai model karir tidak
terbatas (Van Buren, 2003) dan lekas berubah (Hall, 2004). Karyawan
dianggap sebagai individu yang secara proaktif membentuk karirnya sendiri
di tingkat organisasi, departemen, dan secara fungsional (Sullivan &
Baruch, 2009).
Employability merupakan konstruk psiko-sosial yang berarti suatu
tindakan adaptasi proaktif dari pekerja (Fugate & Kinicki, 2004). Definis i
tersebut didasarkan pada teori adaptasi aktif dan proaktif individu yang
dijabarkan oleh Ashford dan Taylor (1990) dan Crant (2000). Tindakan
adaptasi untuk berubah di dunia kerja dipandang sebagai proses aktif yang
mampu memprediksikan kesuksesan karyawan di masa depan. Karyawan
perlu secara aktif terpaut dengan lingkungan kerjanya untuk
menyeimbangkan tiga kondisi di masa transisi. Pertama, karyawan harus
mengumpulkan informasi yang memadai mengenai kondisi lingkungan
kerjanya. Kedua, karyawan perlu memiliki kesiapan kondisi internal untuk
beradaptasi. Atribut personal seperti optimisme dan efikasi dari
memungkinkan individu bernegosiasi dengan tantangan perubahan interna l
maupun eksternal yang sering terjadi. Ketiga, karyawan harus
mempertahankan fleksibilitas maupun kebebasan untuk bergerak. Hal ini
terkait dengan kemampuan individu untuk mengubah perilaku, kognitif, dan
afektif (Ashford & Taylor, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Forrier dan Sels (2003) mendefinisikan employability sebagai usaha
karyawan untuk mengusahakan kemungkinan memperoleh dan
mempertahankan pekerjaan. Sora et al (2010) menyatakan bahwa pemikiran
rasional utama mengenai employability adalah bahwa individu dengan
tingkat employability yang tinggi mampu bereaksi secara lebih rasional
terhadap sumber stress pada konteks ketidakamanan kerja. Dua ahli ini
menguatkan bahwa employability merupakan faktor kunci yang mampu
memprediksi kesejahteraan psikologis pada konteks karir (Forrier & Sels,
2003).
Professor Mantz Yorke (2004) menyatakan definisi employability
merupakan kemampuan meraih dan memahami, serta meliputi atribut
personal – yang mampu membuat para lulusan mampu meningkatkan
kemampuan bekerja dan meraih kesuksesan pada pilihan karirnya, serta
bermanfaat bagi diri mereka sendiri, dunia kerja, komunitas, dan
pertumbuhan ekonomi. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
employability adalah suatu kemampuan adaptasi proaktif dengan mengubah
perilaku, kognisi, maupun afeksi untuk menyesuaikan kebutuhan
lingkungan kerja yang aktual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2. Dimensi Employability
Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004) menjabarkan dimensi
employability yang lebih berfokus pada diri internal seseorang. Forrier dan
Sels (2003) mengungkapkan bahwa employability yang difokuskan pada
atribut internal seseorang didefinisikan sebagai persepsi subjektif karyawan
dalam melihat kemampuannya sebagai pekerja dan dalam usahanya
memperoleh kesempatan baik di internal maupun eksternal pasar pekerja
(dalam Veld, Semeijn, & van Vuuren, 2015). Fugate et al (2004)
menjabarkan dimensi employability yang berfokus pada diri interna l
individu daripada kriteria eksternal seperti pengalaman dan kemampuan
menguasai spesifikasi pekerjaan (dalam Gowan, 2012).
Ketiga dimensi employability membentuk perilaku adaptif
seseorang. Dimensi pertama adalah identitas karir yang berkaitan dengan
kesadaran seseorang dalam menciptakan pengalaman karir dan bersedia
menjadi motivator bagi keputusan karir di masa mendatang (Fugate et al,
2004; Fugate & Kinicki, 2008). Identitas ini dibangun sebagai hasil dari
asimilasi pengalaman masa lalu pada konstruk yang bermakna (Meijers,
1998). Identitas karir diperlukan untuk merefleksikan nilai personal
seseorang dan minat karirnya pada pekerjaan tertentu (Hall et al, 1997).
Bagi beberapa individu, identitas karir merupakan faktor penting yang
memprediksikan kesejahteraan psikologis dan kepuasan kerja yang
berkaitan dengan peristiwa kehilangan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Adaptabilitas personal merupakan dimensi kedua yang didefinis ikan
dengan atribut seperti optimisme, kecenderungan untuk belajar,
keterbukaan, internal locus of control, dan efikasi diri (Fugate et al, 2004).
Beberapa atribut tersebut mendorong individu untuk lebih proaktif dan
memiliki kemauan untuk berubah menjadi lebih baik.
Dimensi ketiga dari employability adalah social capital dan human
capital. Social capital berkaitan dengan kumpulan relasi dari seseorang
yang menciptakan jaringan (Wolff & Moser, 2009). Jaringan itu sendiri
merupakan suatu perilaku dan merupakan aktivitas penting untuk
mengontrol karir tanpa batas (Forret & Dougherty, 2004). Penelit ian
terdahulu menunjukkan bahwa persentase terbesar dari pekerjaan
didapatkan melalui jaringan ke keluarga, teman, dan kenalan (Granovetter,
1995). Networking membuka pintu kesempatan yang tidak diiklankan
secara terbuka dan meluaskan jangkauan organisasi, serta meningkatkan
kesempatan meraih jabatan (Fugate et al, 2004; Seibert et al, 2001). Forret
dan Doughtery (2004) juga menyatakan bahwa networking berkaitan
dengan kesuksesan karir. Human capital dapat berbentuk pendidikan,
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, dan karakteristik lain. Menurut
McKee-Ryan et al, 2005, human capital berkontribusi terhadap
kesejahteraan selama periode seseorang yang tidak bekerja. McArdle et al
(2007) menyatakan budaya kapital berhubungan dengan status pendidikan
seseorang yang dapat mendorong kepercayaan diri individu yang tidak
bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Pengaruh Employability
Penelitian terdahulu menghasilkan temuan mengenai dampak-
dampak yang dialami seseorang yang memiliki tingkat employability yang
tinggi, antara lain :
a. Kesejahteraan Psikologis
Menurut Forrier dan Sels (2003); Rajan (1997), employability juga
diprediksi sebagai faktor kunci bagi kesejahteraan psikologis karyawan
dalam konteks dunia kerja yang dinamis. Salah satu dimens i
employability adalah identitas karir (dalam Kang, Gold & Kim, 2012).
Fugate dan Kinicki (2008); Meijers (1998), identitas karir merupakan
kesadaran seseorang dalam menciptakan pengalaman karirnya menjadi
keseluruhan pengalaman yang bermakna dan berguna bagi perjalanan
karirnya di masa mendatang (dalam Gowan, 2012). Hall et al. (1997)
juga menyatakan bahwa identitas karir mampu merefleksikan nilai
personal seseorang dan minat karirnya pada pekerjaan tertentu, sehingga
orang tersebut memiliki kesejahteraan psikologis yang baik (dalam
Gowan, 2012).
b. Kepuasan Kerja
Karyawan yang memiliki employability yang tinggi dapat
mencapai kepuasan dalam karirnya. Hal ini dikarenakan individu
memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku menjalin networking
yang luas yang menuntun pada kesuksesan karir (Wolff & Moser, 2009).
Networking merupakan perilaku individu untuk memperluas jaringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sosialnya dan secara proaktif mengumpulkan kontak-kontak dari orang-
orang sekitarnya. Burt (1992) menyatakan bahwa networking atau yang
disebut social capital juga mampu menghadirkan peluang-peluang dalam
karir seseorang, sebagai contoh seseorang mampu meraih posisi sebagai
atasan dalam suatu perusahaan (dalam Wolff & Mosser, 2009). Wolff
dan Moser (2009) menemukan bahwa individu yang terlibat dalam
perilaku menjalin networking supaya merasa lebih puas terhadap karir
yang sedang individu tersebut jalani.
c. Perilaku Menolong
Hubungan antara employability dan perilaku menolong dijabarkan
dalam penelitian Cuyper, Sulea, Philippaers, Fischmann, Iliescu, dan De
Witte, 2014. Hobfoll (1989) menjelaskan The Conservation of Resources
Theory yang mengasumsikan bahwa seorang individu cenderung
mempertahankan sumber daya yang telah individu tersebut miliki (dalam
Cuyper et al., 2014). Individu yang telah memiliki sumber daya yang
melimpah dapat menginvestasikan sumber dayanya untuk lebih
mempertahankan posisinya di konteks sosial. Sebagai contoh, karyawan
yang memiliki employability yang tinggi akan melakukan investas i
dalam bentuk perilaku menolong untuk memperkuat posisi karyawan
dalam relasi sosialnya. Wittekind et al. (2010) menyatakan bahwa
karyawan melakukan perilaku menolong karena mereka memilik i
sumber daya yang lebih dan didorong oleh kemauan yang kuat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengejar hal yang lebih besar lagi, yaitu status sosial yang kuat (dalam
Cuyper et al., 2014).
d. Job Insecurity
Employability juga diyakini sebagai prediktor pada variabel job
insecurity oleh para karyawan. Sora (2010) mengungkapkan bahwa
karyawan yang memiliki employability yang tinggi mampu berespon
secara rasional terhadap sumber stress yang muncul dalam dirinya ketika
menghadapi job insecurity (dalam Kang, Gold & Kim, 2012). Kang et al.
(2012) juga menjelaskan bahwa orang yang memiliki employability yang
tinggi memiliki kesadaran tentang pengalaman karirnya yang dapat
menjadi modal penting untuk mengubah lingkungan pekerjaan yang
penuh ketidakpastian.
Hubungan employability dan job insecurity juga dijelaskan dalam
penelitian milik Cuyper, et al. (2014). Penelitian tersebut tidak
menyatakan hubungan langsung antara employability dan job insecurity,
namun job insecurity menjadi variabel moderator yang memperkuat
hubungan employability dan performansi kerja karyawan.
e. Performansi Kerja
Becker (1993) menjelaskan hubungan antara employability dan
performansi kerja dengan Human Capital Theory (dalam Cuyper, Sulea,
Philippaers, Fischmann, Iliescu, & De Witte, 2014). Teori tersebut
menyatakan bahwa investasi yang dilakukan perusahaan terhadap
karyawan mampu menjadi salah satu strategi untuk mencapai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
perusahaan. Perusahaan membuat investasi untuk meningkatkan
employability karyawan, contohnya dengan melaksanakan program
rekrutmen dan seleksi yang mampu menarik calon karyawan yang
memiliki employability yang tinggi. Karyawan melakukan hal sebaliknya
sebagai proses timbal balik kepada perusahaan, yaitu dengan
meningkatkan performansi dan produktifitas kerja. Hal tersebut juga
berlaku bagi karyawan yang telah melakukan investasi dalam bidang
pendidikan dan keterlibatannya dalam kegiatan pelatihan yang diadakan
perusahaan. Karyawan berekspektasi pada perusahaan agar melakukan
balas jasa, seperti kenaikan gaji dan kondisi pekerjaan yang aman
(Cuyper et al., 2012). Jika hal tersebut tidak dipenuhi oleh pihak
perusahaan, maka karyawan cenderung mengalami penurunan
performansi dan memutuskan untuk menarik diri dari perusahaan.
C. Dinamika Hubungan antara Employability dan Job Insecurity
Forrier dan Sels (2003) menyatakan bahwa employability merupakan
suatu usaha untuk memperoleh dan mempertahankan pekerjaan (dalam Kang,
Gold, & Kim, 2012). Sora et al. (2010) menyatakan bahwa pemikiran rasional
utama mengenai employability adalah bahwa individu dengan tingkat
employability yang tinggi mampu bereaksi secara lebih rasional terhadap
sumber stress pada konteks ketidakamanan kerja. Employability merupakan
faktor kunci yang mampu memprediksi kesejahteraan psikologis pada konteks
karir (Forrier & Sels, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Teori Penilaian menyatakan bahwa pekerja dengan tingkat
employability yang tinggi akan mengartikan pasar kerja zaman sekarang dan
turbulensi ekonomi sebagai tantangan daripada sebagai ancaman, dan akan
berdampak pada mereka menjadi lebih jarang merasakan job insecurity. Lain
pihak, pekerja dengan tingkat employability yang rendah tidak dapat melakukan
strategi coping, bagi mereka, perubahan pasar kerja maupun turbulens i
organisasi menghadirkan ancaman dan peningkatan job insecurity (Lazarus &
Folkman, 1984; Berntson & Marklund, 2007 dalam Cuyper, Bernhard-Oettel,
Berntson, De Witte, & Alarco, 2008). Hal ini sejalan dengan studi Berntson et
al. (2007), yang menunjukkan bahwa perubahan organisasi memprediksi job
insecurity, terutama bagi pekerja yang merasa tidak memiliki employability
(dalam Cuyper et al., 2008).
Employability sering disebut memiliki hubungan dengan job insecurity
(Gallie, White, Cheng & Tomlinson, 1998; Sverke & Hellgren, 2002).
Employability dianggap sebagai anteseden yang potensial terhadap kemunculan
job insecurity (Berntson et al., 2007; Forrier & Sels, 2003b; Sverke et al., 2003).
Karyawan dengan tingkat employability yang tinggi jika dibandingkan dengan
karyawan yang memiliki employability yang rendah dimungkinkan lebih jarang
merasakan job insecurity. Menurut kajian teori yang peneliti lakukan, dimensi
employability berhubungan dengan faktor yang memengaruhi kemunculan job
insecurity pada karyawan. Faktor-faktor dalam employability yang
berhubungan dengan job insecurity, antara lain locus of control, optimisme,
efikasi diri, dan tingkat pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Penelitian terdahulu mengenai topik job insecurity berfokus pada sifat
kepribadian seseorang yang menjadi anteseden kemunculan job insecurity. Hal
ini dikarenakan kecenderungan sifat seseorang dapat memengaruhi orang
tersebut dalam menginterpretasikan situasi dalam lingkungannya. Penelit ian
Bosman, Buitendach, dan Rothman (2005) meneliti hubungan antara variabel
locus of control dan kecenderungan optimisme sebagai anteseden kemunculan
job insecurity. Penelitian Bosman et al. (2005) menemukan hubungan positif
antara locus of control internal dan job insecurity. Orang yang memiliki locus
of control internal diasosiasikan dengan tingkat job insecurity yang rendah,
karena karyawan yang memiliki locus of control internal memiliki performans i
kerja yang lebih baik ketika menghadapi situasi pekerjaan. Salter (1999) dan
Spector (1998) menyatakan bahwa hal yang mendorong performansi kerja
karyawan tersebut adalah rasa percaya diri karyawan akan kemampuan yang
karyawan tersebut miliki untuk mencapai suatu penghargaan di tempat kerja
(Bosman et al., 2005). Bosman et al. (2005) juga menambahkan bahwa orang
yang memiliki inernal locus of control percaya bahwa dirinya memilik i
kekuatan untuk mengontrol lingkungan pekerjaannya, sebaliknya orang yang
memiliki external locus of control akan merasa lebih terancam berada di
lingkungan pekerjaan mereka.
Scheier dan Carver (1985) mendefinisikan kecenderungan optimisme
sebagai harapan baik tentang pengalaman hidup seseorang (dalam Bosman et
al., 2005). Cassidy (2000) menemukan bahwa optimisme sangat berguna bagi
seseorang yang mengalami stress. Hal ini dikarenakan orang yang memilik i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
optimisme mampu melihat pengalaman stress dengan kacamata positif dan
orang optimis mampu mengambil sikap dalam menghadapi sumber stress.
Bosman et al.(2005) meneliti hubungan antara kecenderungan optimisme dan
tingkat job insecurity. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang negatif dan signifikan, yaitu orang yang memiliki kecenderungan
optimisme yang tinggi diasosiasikan dengan level job insecurity yang rendah.
Hasan dan Power (2002) mengindikasikan bahwa orang yang memilik i
kecenderungan optimisme yang tinggi mampu melakukan coping yang efektif
terhadap peristiwa hidup penuh tekanan, mampu beradaptasi dengan proses
transisi kehidupan, dan memiliki respon yang positif untuk meredam tingkat
stress. Tiga hal tersebut merupakan perilaku orang yang optimis yang mampu
memengaruhi ekspektasi seseorang dalam mempersepsikan job insecurity.
Adebayo (2006) meneliti efikasi diri sebagai moderator penting dalam
hubungan antara job insecurity dan komitmen organisasi pada pegawai negeri
di Afrika. Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada
kemampuan diri sendiri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk mengelola situasi yang diharapkan. Hipotesis dalam
penelitian tersebut terbukti bahwa efikasi diri mampu membantu seseorang
dalam menyikapi kesulitan dan kekhawatiran yang berkaitan dengan karir
seperti halnya persepsi mengenai job insecurity. Kunci dari efikasi diri adalah
seseorang memiliki kontrol ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh
tekanan (Adebayo, 2006). Bandura (1997) menjelaskan beberapa strategi yang
dapat dilakukan seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi, antara lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pengalaman enaktif dan aktivasi emosional. Pengalaman enaktif merupakan
unsur efikasi diri yang membuat individu mampu melaksanakan tahap-tahap
perilaku yang individu tersebut harapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain
itu, aktivasi emosional merupakan situasi dimana individu mampu menyadari
perasaan stress yang sedang dialami dan hal tersebut mendorong tingkat efikasi
diri. Tingkat efikasi diri tersebut berguna untuk menciptakan perasaan kontrol
dalam diri seseorang untuk meredam perasaan job insecurity (Adebayo, 2006).
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
kemunculan job insecurity. Asumsi tersebut dijelaskan dengan Teori Pasar
Kerja Ganda. Teori tersebut menjelaskan bahwa pemberi kerja akan
menawarkan jenis pekerjaan yang paling aman untuk menarik dan menahan
pekerja yang berharga (Doeringer & Piore, 1971 dalam Cuyper et al., 2008).
Sebagai contoh, Schaufeli (1992) menyatakan bahwa pekerja dengan tingkat
pendidikan yang rendah akan dipekerjakan dalam jenis pekerjaan yang insecure
daripada pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi, dan dengan demikian
mereka akan lebih sering merasakan job insecurity (dalam Cuyper et al., 2008).
Hal ini, tingkat pendidikan digambarkan sebagai employability (Elman &
O’rand, 2002; Forrier & Sels, 2003a; Van Fam, 2004; Virtanen et al., 2003;
Worth, 2002). Pendapat ini ada di Teori Kapitalisme Manusia (Becker, 1993)
yang menyatakan bahwa pekerja yang ada pada posisi yang kuat dalam pasar
kerja, seperti pekerja dengan tingkat employability yang tinggi mengharapkan
keuntungan atas apa yang sudah mereka investasikan. Keuntungan tersebut
digambarkan melalui kenaikan gaji. Namun di sisi lain, keputusan pekerja dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dipengaruhi oleh motif non-finansial (Brown et al., 2003; Marler et al., 2002),
contohnya motivasi untuk menurunkan tingkat job insecurity. Hal ini sejalan
dengan studi yang dilakukan Worth (2002), yang menyimpulkan bahwa pekerja
berkomitmen pada pekerjaan yang aman dalam jangka panjang sebagai timbal
balik atas investasi kapitalisme manusia.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang didapatkan dari penjabaran literatur di atas
adalah terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara employability dan
job insecurity. Semakin tinggi tingkat employability, maka semakin rendah
tingkat job insecurity. Berikut kerangka berpikir dalam penelitian :
Employability
Job Insecurity
Rendah
-Pemikiran
mengenai keyakinan
dapat
mempertahankan
karirnya
-Perasaan secure
tentang karirnya di
waktu mendatang
Tinggi
Rendah
-memahami identitas
karirnya
-efikasi diri tinggi
-internal locus of
control
-jaringan pertemanan
yang luas
-pengalaman kerja
yang memadai
-tingkat pendidikan
tinggi
-tidak memahami
identitas karirnya
-efikasi diri rendah
-external locus of
control
-tidak memanfaatkan
networking
-pengalaman kerja
kurang memadai
-tingkat pendidikan
rendah
Job Insecurity
Tinggi
-Pemikiran
mengenai
kemungkinan
tentang kehilangan
pekerjaan
-Perasaan insecure
tentang kehilangan
karir di waktu
mendatang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode ini
memungkinkan atribut-atribut psikologis yang muncul dari tampilan atau
manifestasi individu yang dapat dikuantifikasikan (Sumadi, 1998). Penelit ian
ini menggunakan desain korelasional. Desain korelasional memiliki dua
keuntungan bagi penelitian ini. Pertama, isu penelitian job insecurity di dunia
kerja merupakan isu yang sudah sering diteliti. Penggunaan metode penelit ian
korelasional dapat meningkatkan efisiensi hanya dengan mengambil data
sampel yang hasilnya dapat digeneralisasi pada kelompok populasi. Selain itu,
penggunaan metode penelitian korelasional juga dapat digunakan untuk
menjelaskan bagaimana employability dapat memprediksikan kemunculan
variabel job insecurity dalam ukuran yang dapat dikuantifikasikan (Passer,
M.W., 2012).
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu atribut individu atau kelompok yang dapat
diukur dan keberadaannya bervariasi antara orang-orang atau kelompok-
kelompok yang sedang diteliti (Creswell, 2009). Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Creswell, variabel dapat dibagi berdasarkan urutan
waktunya yang berarti suatu variabel dapat memengaruhi atau menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
variabel lain. Jenis variabel menurut urutan waktu yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah employability, sedangkan variabel tergantung yang
diasumsikan sebagai hasil pengaruh dari variabel bebas adalah job insecurity.
C. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional Employability
Employability adalah kemampuan adaptasi proaktif yang dilakukan
seorang karyawan dengan mengubah faktor personal dan perilakunya sesuai
tuntutan karir yang karyawan tersebut pilih. Variabel ini akan diukur dengan
skala yang dibuat peneliti. Skala tersebut mengacu pada teori milik Fugate,
Kinicki, dan Ashforth (2004) dan berisi 37 aitem pernyataan. Skor dalam
setiap aitem berkisar antara 1 sampai dengan 4.
Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi pula tingkat employability.
Karyawan dengan employability yang tinggi memiliki tiga kriteria utama,
antara lain karyawan secara aktif mengumpulkan informasi mengena i
karirnya agar semakin memahami identitas karirnya, karyawan memilik i
kemampuan softskill yang memadai untuk menyelesaikan berbagai
tantangan di tempat kerja, dan karyawan memiliki kemampuan hardskill
yang memadai sebagai modal untuk mencapai kesuksesan karirnya.
Semakin rendah skor, maka semakin rendah pula tingkat
employability. Karyawan dengan employability yang rendah belum
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai karir yang karyawan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pilih. Karyawan tersebut juga kurang mengoptimalkan kemampuan softskill
maupun hardskill, sehingga karyawan enggan melakukan perubahan untuk
beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
2. Definisi Operasional Job Insecurity
Job insecurity merupakan pemikiran dan perasaan subjektif para
karyawan kontrak mengenai kemungkinan pemutusan kontrak kerja yang
dialami di waktu mendatang. Job insecurity diukur dengan skala yang
diadaptasi dari tokoh De Witte (2000) yang terdiri dari 4 aitem pernyataan.
Skor dalam setiap aitem pernyataan berkisar antara 1 sampai dengan 5.
Karyawan kontrak yang memperoleh jumlah skor tinggi berarti
memiliki tingkat job insecurity yang cenderung tinggi. Karyawan dengan
job insecurity yang tinggi memiliki kekhawatiran yang muncul dalam
bentuk pemikiran dan perasaan yang berulang mengenai karirnya di waktu
mendatang. Karyawan kontrak tersebut memiliki keraguan dalam
mempertahankan karirnya karena lingkungan kerjanya dipandang sebagai
lingkungan yang mengancam keberlangsungan karirnya.
Karyawan kontrak yang memperoleh jumlah skor rendah berarti
memiliki tingkat job insecurity yang cenderung rendah. Karyawan tersebut
memandang lingkungan kerjanya sebagai lingkungan yang aman.
Karyawan dengan job insecurity yang rendah berarti memiliki keyakinan
bahwa dirinya mampu mempertahankan kelangsungan karirnya di masa
depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
D. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh karyawan kontrak di
Indonesia yang berjumlah 40 persen dari keseluruhan angkatan kerja di
Indonesia, yaitu 48,8 juta. Peneliti mengambil sampel karyawan kontrak di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Karyawan kontrak di
Indonesia dijelaskan dalam UU Ketenagakerjaan no.13 tahun 2003 tentang
pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu. Perjanjian kerja tersebut dibuat bagi
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu, yaitu seperti pekerjaan yang sementara sifatnya,
pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama atau paling lama 3 (tiga) tahun, pekerjaan yang bersifat musiman, dan
pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau produk tambahan yang
masih dalam pencobaan (Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003).
Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sample,
yaitu anggota sampel dipilih berdasarkan kemudahan atau ketersediaan penelit i
untuk mengaksesnya (Creswell, 2009 dalam Supratiknya, 2015). Penelit i
mengambil subjek melalui akses online dan secara langsung. Akses online
dilakukan dengan menyebarkan skala melalui media sosial ke tiap-tiap individu
yang memenuhi kriteria sebagai karyawan kontrak. Akses secara langsung
dilakukan dengan menghubungi kenalan peneliti yang bekerja di beberapa
perusahaan swasta dan mencari tahu jumlah karyawan kontrak di perusahaan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E. Metode dan Alat Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner untuk mengumpulkan data
dari sampel penelitian. Kuesioner adalah instrumen atau alat pengumpul data
yang bertujuan menyajikan informasi atau pertanyaan tertentu kepada
responden secara tertulis, bisa dengan cara membubuhkan tanda cek pada
kolom di depan salah satu jawaban, melingkari jawaban yang dipilih, atau
menuliskan sendiri jawaban berupa sebuah kata, kalimat, atau rangka ian
kalimat tertentu (Henerson, Morris & Fitz-Gibbon, 1978).
Metode penskalaan yang dipakai untuk mengukur atribut psikologis
subjek adalah skala Likert. Subjek menyatakan kesetujuan maupun
ketidaksetujuannya terhadap suatu pernyataan dalam suatu kontinum respon
(Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan satu skala hasil adaptasi dan
satu skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Skala Job Insecurity disusun oleh
tokoh De Witte (2000). Skala tersebut berisi 4 aitem yang terdiri dari 3 aitem
pernyataan favorable dan 1 aitem pernyataan unfavorable. Skala yang
berbahasa Inggris tersebut diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh dua
orang ahli bahasa. Prosedur skoring dilakukan dengan memberikan nilai 1
hingga 5 sesuai dengan respon jawaban subjek dari “Sangat Tidak Setuju”,
“Tidak Setuju”, “Netral”, “Setuju”, hingga “Sangat Setuju”. Berikut distribus i
aitem pada skala Job Insecurity :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 3.1. Distribusi Aitem Skala Job Insecurity
Pengukuran Global Aitem Favorable Aitem Unfavorable
Job Insecurity 1, 3, 4 2
Jumlah 4 aitem
Skala Employability disusun oleh peneliti dengan mengacu pada
teori milik Fugate (2004). Skala ini terdiri dari 37 butir aitem. Pernyataan
dalam skala tersebut dijawab subjek berdasarkan 4 buah respon, yang terdiri
dari “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Setuju”, dan “Sangat Setuju”.
Peneliti memodifikasi jumlah skala Likert menjadi 4 buah respon dengan
menghapus jawaban netral. Anderson (1990) menyatakan bahwa
penggunaan jumlah genap opsi jawaban tersebut dilakukan agar subjek
hanya dapat memilih antara jawaban favorable atau unfavorable
(Supraktiknya, 2004). Berikut distribusi aitem pada skala Employability
dalam kondisi sebelum dan setelah proses uji coba :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3.2. Distribusi Aitem Skala Job Employability Sebelum Uji Coba
Dimensi Sebaran Aitem Jumlah Aitem Bobot
Career Identity 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14
14 29%
Personal
Adaptability
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
25 50%
Social and
Human Capital
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
49
10 21%
Jumlah 49 aitem 100%
Tabel 3.3. Distribusi Aitem Skala Job Employability Setelah Uji Coba
Dimensi Sebaran Aitem Jumlah Aitem Bobot
Career Identity 1(1)*, 3(3), 4(11), 5(2), 7(21),
11(12), 12(13), 14(22)
8 22%
Personal
Adaptability
15(4), 17(6), 18(7), 19(8), 20(14),
21(5), 22(16), 23(17), 24(18),
25(23), 26(15), 27(25), 29(26),
31(24), 32(31), 34(32), 35(29),
36(30), 37(33), 39(34)
20 54%
Social and
Human Capital
40(9), 42(37), 43(36), 44(19),
45(10), 46(35), 47(28), 48(27),
49(20)
9 24%
Jumlah 37 aitem 100%
Keterangan : ()* = nomor aitem pada skala tersebar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas yang baik digambarkan pada sebuah alat ukur yang mampu
mengukur sesuatu yang hendak diukur. Azwar (1999) menyatakan bahwa
skor tampak yang dihasilkan dari suatu alat ukur dapat mendekati besaran
skor murni dengon eror seminimal mungkin. Validitas pengukuran dalam
penelitian ini menggunakan uji validitas konstruk dan validitas isi.
Validitas konstruk dilakukan dengan melihat sejauhmana alat tes
dapat mengungkap suatu sifat atau konstruk teori yang hendak diukur
(Azwar, 1999). Peneliti terlebih dahulu membaca banyak jurnal penelit ian
yang terkait dengan variabel employability dan job insecurity, antara lain
“Employability: a psycho-social construct, its dimensions, and
applications” (Fugate, Kinicki, & Ashforth, 2004), “The job insecurity
scale: a psychometric evaluation across five European countries” (Elst, De
Witte, & Cuyper, 2014), “Perceived employability and performance:
moderation by felt job insecurity” (Cuyper, et al., 2014), “Psychological
consequences of fixed-term employment and perceived job insecurity among
health care staff” (Mauno, Kinnunen, Makikangas, & Natti, 2005), “The
relationship between job insecurity and employability and well-being
among finish temporary and permanent employees” (Cuyper, Kinnunen, De
Witte, & Natti, 2010), dsb.
Variabel employability dipilih dari sekelompok pakar teori bernama
Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004). Peneliti mengoperasionalkan konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
teori ke dalam aspek dan indikator perilaku, kemudian membuat aitem-
aitem yang relevan dengan indikator perilaku. Skala job insecurity
diadaptasi dari alat ukur milik De Witte (2000). Skala tersebut berisi 4 aitem
pernyataan berbahasa Inggris yang diterjemahkan oleh dua orang ahli
bergelar magister pendidikan Bahasa Inggris. Proses penerjemahan melalui
3 tahap, yaitu skala Bahasa Inggris diterjemahkan ke Bahasa Indonesia,
kemudian skala Bahasa Indonesia melalui tahap back translation untuk
diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris, terakhir peneliti melakukan
perbandingan kedua hasil terjemahan agar memiliki makna kata yang sesuai
dan tepat.
Azwar (1999) menyatakan bahwa validitas isi merupakan analis is
rasional yang dilakukan seorang ahli dalam bidang ilmu terkait untuk
mengukur tingkat kesesuaian aitem-aitem tes dalam mewakili komponen
keseluruhan isi objek (aspek representasi) dan ciri perilaku yang hendak
diukur (aspek relevansi). Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh
dua orang ahli di bidang Psikologi Industri dan Organisasi.
Skor pengujian validitas berkisar antara 1 sampai 4. Semakin besar
skor, maka semakin sesuai aitem dengan konstruk teori yang hendak diukur.
Aitem yang mendapat skor validitas pada rerata angka 3 dan 4, yaitu
sebanyak 53 aitem. Aitem yang mendapat penilaian pada angka 2 dilakukan
revisi aitem oleh peneliti, yaitu sebanyak 10 aitem. Setelah dilakukan revisi
oleh peneliti, lalu dilakukan uji coba pada subjek karyawan kontrak untuk
dilakukan seleksi aitem berdasarkan korelasi aitem total. Hasil revisi aitem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kembali didiskusikan dengan dosen pembimbing hingga tersusun blue print
akhir.
2. Uji Coba dan Seleksi Aitem
Pelaksanaan uji coba alat ukur perlu dilakukan terlebih dahulu kepada
sekelompok subjek yang memiliki karakteristik seperti populasi dalam
jumlah kisaran 15 – 30 orang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kejelasan
instruksi tes, pemahaman subjek mengenai susunan kata dalam aitem, serta
hasil konsistensi respon subjek dalam setiap aitem (Crocker & Algina 2008,
dalam Supratiknya, 2014). Skala dalam penelitian ini diuji cobakan kepada
karyawan kontrak sejumlah 26 orang.
Seleksi aitem yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada
konsistensi internal dalam setiap aitem. Konsistensi internal dipenuhi jika
masing-masing aitem berkorelasi satu dengan yang lainnya, sekaligus
berkorelasi dengan skor total pengukuran (Streiner & Norman, 2000).
Peneliti melakukan analisis statistik dengan bantuan SPSS versi 23 untuk
mengetahui konsistensi internal dalam penelitian ini. Hasil penghitungan
menunjukkan analisis korelasi aitem total berkisar antara -0,443 sampai
dengan 0,857. Rentang skor tersebut belum memenuhi syarat alat ukur yang
baik. Alat ukur yang dikatakan efektif memiliki kriteria skor koefisien
korelasi aitem total di atas 0,20 (Kline 1986, dalam Supratiknya, 2014).
Azwar (2012) menyatakan besaran batasan koefisien korelasi aitem-total
sebesar lebih dari 0,30 agar memenuhi syarat psikometrik yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Peneliti menetapkan batasan koefisien korelasi aitem total dalam penelit ian
ini sebesar 0,25. Aitem yang memiliki koefisien korelasi di bawah 0,25
digugurkan dari daftar aitem. Aitem yang digugurkan dari daftar aitem
sejumlah 12, sehingga mampu menaikkan koefisien korelasi aitem total
berkisar antara 0,215 sampai dengan 0,889.
Seleksi aitem tidak dilakukan pada skala job insecurity karena skala
tersebut merupakan hasil adaptasi dari penelitian sebelumnya. Proses uji
coba pada skala job insecurity tetap dilakukan agar peneliti mampu
mengetahui ketepatan proses terjemahan dan bagaimana subjek
menginterpretasi kalimat pada setiap aitem. Hasil uji coba menunjukkan
bahwa aitem nomor 3 pada skala job insecurity memiliki tingkat Alpha (α)
Cronbach yang sangat rendah, yaitu -0,11. Peneliti melakukan revisi pada
aitem tersebut dari yang sebelumnya ”I feel insecure about the future of my
job” diterjemahkan “Saya merasa tidak aman akan masa depan pekerjaan
saya”, kemudian diterjemahkan menjadi “Saya merasa khawatir akan karir
saya di kemudian hari”. Hasil uji coba berikutnya meningkatkan koefisien
Alpha (α) Cronbach dari 0,663 menjadi 0,737. Streiner dan Norman (2000)
menetapkan Alpha (α) Cronbach yang dikatakan memadai mencapai nilai
lebih dari 0,70.
3. Reliabilitas
Pengukuran reliabilitas dipenuhi dalam dua kondisi, yaitu konsistens i
antar bagian dalam aitem (internal) dan stabilitas alat ukur jika diujikan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
waktu yang berbeda (eksternal) (Klein 1986, dalam Supratiknya 2014).
Reliabilitas dalam penelitian ini tidak melalui pengujian konsistens i
eksternal, namun menggunakan pengujian konsistensi internal yaitu analis is
reliabilitas Alpha (α) Cronbach. Peneliti menggunakan program SPSS versi
23 untuk menguji reliabilitas, sehingga didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3.4. Analisis Reliabilitas Variabel
Variabel
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha
Penelitian Sebelumnya
Jumlah Aitem
Employability .965 - 37
Job Insecurity .737 .82 4
Hasil analisis reliabilitas di atas menunjukkan bahwa variabel Employability
(α = 0,965) dan Job Insecurity (α = 0,70) dapat dikatakan reliabel. Tingkat
reliabilitas yang mencapai lebih dari 0,70 dikatakaan memadai, kemudian
yang mencapai lebih dari 0,80 dikategorikan baik (Streiner & Norman,
2000).
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian yang ada sudah cukup kuat untuk menggambarkan
populasinya (Singgih, 2012). Uji asumsi ini dilakukan melalui metode
statistik menggunakan SPSS versi 23 melalui uji normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kolmogorov-Smirnov. Data yang mengikuti pola distribusi normal
memiliki angka probabilitas lebih dari 0,05.
b. Uji Linearitas
Uji asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antarvariabe l
penelitian dapat mengikuti garis lurus, artinya kenaikan maupun
penurunan kuantitas suatu variabel juga diikuti kenaikan atau penurunan
kuantitas variabel lainnya (Santoso, 2010). Uji linearitas menjadi salah
satu syarat dilakukannya uji hipotesis dalam analisis korelasiona l
(Azwar, 1998).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji korelasi nonparametr ik.
Peneliti menggunakan bantuan SPSS versi 23 untuk melakukan
penghitungan statistik dengan metode korelasi Spearman. Singgih (2012)
mengungkapkan terdapat beberapa proses dalam uji hipotesis. Pertama, kita
menetapkan H0, yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
employability dan job insecurity. Kedua, dasar pengambilan keputusan
didasarkan pada angka probabilitas dengan ketentuan jika lebih dari 0,05
maka H0 diterima, sedangkan angka probabilitas kurang dari 0,05 maka H0
ditolak. Pada langkah terakhir juga dapat dilakukan estimasi signifikans i
pada hubungan kedua variabel, apakah kenaikan atau penurunan variabel
employability erat kaitannya dengan kenaikan maupun penurunan variabel
job insecurity.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala online
via google form pada tanggal 1 – 20 Februari 2018. Skala online disebarkan
melalui media sosial Whatsapp, Facebook, dan Line. Jumlah subjek yang
mengisi skala online sebanyak 66 orang. Penyebaran skala online dengan subjek
karyawan kontrak membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh sebab itu
peneliti memutuskan untuk menyebarkan skala tertulis ke beberapa perusahaan
yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Peneliti menyebarkan skala tertulis ke tiga perusahaan swasta yang dapat
peneliti jangkau, yaitu Apotek Dian Farma Group, PT. Eigerindo Multi Produk
Industri, dan Hotel Amaris Semarang. Peneliti menyebarkan skala tertulis
melalui HRD yang bekerja di perusahaan tersebut. Karyawan perusahaan yang
mengisi skala tertulis sebanyak 75 orang.
Outlier digambarkan sebagai subjek yang memiliki skor ekstrem
dibandingkan dengan subjek lainnya. Jika ditampilkan pada grafik Q-Q Plot,
outlier berada pada titik yang jauh dari kumpulan titik lainnya (Santoso, 2010).
Hasil respon skala dalam penelitian ini memunculkan 2 outliers, sehingga
peneliti tidak menyertakan data tersebut untuk diolah. Sebanyak 7 subjek tidak
mengisi skala tertulis secara lengkap dan terdapat 4 subjek yang berdomisil i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kerja di luar DIY dan Jawa Tengah. Total subjek yang gugur dalam penelit ian
ini sebanyak 13 orang.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 128 subjek yang merupakan karyawan kontrak
di perusahaan swasta. Peneliti memperoleh data penelitian di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Berikut tabel pemetaan subjek penelitian di
kedua daerah tersebut :
Tabel 4.1. Data Demografis Subjek berdasarkan Domisili Kerja
Domisili Kerja Frekuensi Persentase
DIY 70 55%
Jawa Tengah
Jumlah
58
128
45%
100%
Subjek yang berasal dari Provinsi DIY sebanyak 70 orang dengan persentase
sebesar 55%. Sedangkan, subjek penelitian yang berdomisili di Jawa Tengah
sebanyak 58 orang dengan persentase sebesar 45%. Kedua daerah tersebut
merupakan daerah di Pulau Jawa yang memiliki tingkat Upah Minimum
Provinsi (UMP) terendah di Indonesia.
Penelitian ini melibatkan subjek laki-laki dan perempuan yang
jumlahnya cukup seimbang. Berikut tabel pemetaan subjek penelit ian
berdasarkan jenis kelamin :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 4.2. Data Demografis Subjek berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 59 46%
Perempuan 69 54%
Jumlah 128 100%
Subjek berjenis kelamin laki-laki yang terlibat dalam penelitian ini sebesar 59
orang dengan persentase sebanyak 46%. Subjek berjenis kelamin perempuan
sebesar 69 orang dengan persentase sebanyak 54%. Perbedaan gender
merupakan salah satu variabel kontrol yang memungkinkan perbedaan
kemunculan tingkat job insecurity dalam penelitian ini. Kinnunen, Mauno,
Natti, dan Happonen, (2000) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat
job insecurity pada perempuan di sektor domestik lebih tinggi dibandingkan
pada laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih banyak mengisi jabatan
tinggi di sektor domestik, sehingga laki-laki dianggap lebih sukses
menghindari hambatan-hambatan pekerjaannya.
Subjek dalam penelitian ini merupakan karyawan yang berusia 18 tahun
sampai dengan 43 tahun. Berikut merupakan tabel pemetaan subjek
berdasarkan usia :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.3. Data Demografis Subjek berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
18 – 21 tahun 21 9%
22 – 25 tahun 61 48%
26 – 29 tahun 29 23%
30 – 33 tahun 10 8%
≥ 34 tahun 7 5%
Jumlah 128 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek dengan usia 22 – 25 tahun memilik i
tingkat partisipasi tertinggi dalam penelitian ini, yaitu mencapai 61 orang
dengan persentase 48%. Hal ini merepresentasikan bahwa mayoritas karyawan
yang masih dalam masa kontrak berusia 22 – 25 tahun. Subjek dengan rentang
usia lebih dari 34 tahun yang masih menjalani masa kontrak dan terlibat dalam
penelitian ini sebanyak 7 orang dengan persentase 5%.
Undang-undang Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 menyatakan
bahwa karyawan kontrak termasuk dalam perjanjian kerja waktu tertentu
(PKWT) yang diadakan dalam jangka waktu sementara, yaitu selama maksimal
2 tahun. Fakta di lapangan justru mengungkap bahwa karyawan yang sudah
bekerja lebih dari jangka waktu 2 tahun masih berstatus sebagai karyawan
kontrak. Fakta tersebut juga didukung melalui data penelitian di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.4. Data Demografis Subjek berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Frekuensi Persentase
1 – 11 bulan 60 47%
12 – 24 bulan 40 31%
25 bulan – 36 bulan 12 9%
≥ 37 bulan 16 13%
Jumlah 128 100%
Karyawan kontrak yang memiliki masa kerja selama kurang dari 1 tahun
sebesar 60 orang dengan persentase 47%. Karyawan yang sudah bekerja
selama 1 tahun sampai dengan 2 tahun sebesar 40 orang dengan persentase
31%. Data demografis di atas menunjukkan bahwa subjek yang bekerja lebih
dari 2 tahun dan masih berstatus sebagai karyawan kontrak sebanyak 28 orang
dengan persentase sebesar 22%.
C. Deskripsi Data Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini telah mengisi skala
employability dan job insecurity. Hasil pengisian skala employability
dijabarkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 4.5. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Employability
Interval Skor (X) Frekuensi (f)
F- Kumulatif
(dari atas)
% F-Kumulatif
125 – 148 34 34 27%
101 – 124 86 120 94%
76 – 100 6 126 98%
52 – 75 2 128 100%
Tabel ini menunjukkan bahwa subjek memperoleh skor antara 52 sampai
dengan 148. Skor yang diperoleh subjek tidak merata dan subjek cenderung
memperoleh skor yang besar. Respon subjek yang memperoleh skor tertinggi
pada rentang 125-148 sebanyak 34 subjek. Respon subjek yang berada pada
interval skor 101-124, yaitu sebanyak 86 orang. Kemudian, sejumlah 6 subjek
berada pada interval skor 76-100. Subjek yang memiliki skor rendah cenderung
sangat kecil, yaitu hanya 2 orang yang memperoleh skor pada interval 52-75.
Subjek mengisi skala job insecurity yang berisi hanya 4 aitem, sehingga
skor yang dihasilkan cenderung lebih kecil dibandingkan skor subjek dalam
skala employability yang berisi 37 aitem. Berikut distribusi frekuensi dari skala
job insecurity :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 4.6. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Job Insecurity
Interval Skor (X) Frekuensi (f)
F- Kumulatif
(dari atas)
% F-Kumulatif
15 – 18 2 2 2%
11 – 14 30 32 25%
7 – 10 71 103 80%
3 – 6 25 128 100%
Skor respon subjek dalam skala job insecurity cenderung merata. Respon subjek
yang berada pada interval 7-10, yaitu sebanyak 71 orang. Sebanyak 30 subjek
berada pada interval skor 11-14. Subjek yang berada pada interval skor terendah
yaitu sebanyak 25 orang, sedangkan hanya terdapat 2 subjek yang memperoleh
interval skor tertinggi pada rentang skor 15-18.
Tabel di bawah menyajikan data skor terendah (Min), skor tertinggi
(Max), rata-rata skor subjek (Mean), skor yang paling sering muncul (Modus),
dan skor standar deviasi (Std.Deviation). Berikut tabel hasil analisis deskriptif
dari 128 subjek :
Tabel 4.7. Hasil Analisis Deskriptif
Var. N
Min
emp.
Max
emp.
Mean
Empiris
Min
teo.
Max
teo.
Mean
Teoritik
Modus
Std.
Dev
EMP
128 58 148 117,67 37 148 92,5 115 13,614
JI
128 4 18 8,95 4 20 12 9 2,609
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Skor terendah yang dapat diperoleh dari skala employability adalah
sebesar 37, sedangkan skor tertinggi yang dapat diperoleh adalah sebesar 148.
Subjek penelitian yang telah mengisi skala employability memperoleh skor
terendah sebesar 58, sedangkan skor tertinggi yang dapat diperoleh subjek
adalah sebesar 148. Mean teoritik pada variabel employability adalah sebesar
92,5, sedangkan mean empiris yang diperoleh subjek adalah sebesar 117,67.
Mean empiris lebih besar daripada mean teoritik, berarti subjek memiliki skor
employability yang cenderung tinggi. Hasil tersebut juga diperkuat dengan uji t
terlampir yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikans i
(0,000 < 0,05) tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
mean empiris dan mean teoritik. Modus pada skor employability adalah 115,
artinya skor tersebut paling sering diperoleh subjek.
Skor setiap aitem pernyataan pada skala job insecurity berkisar antara 1-
5. Skor terendah teoritik yang dapat diperoleh subjek sebesar 4, sedangkan
penghitungan skor tertinggi teoritik pada variabel job insecurity sebesar 20.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa skor terendah yang diperoleh subjek pada
variabel job insecurity adalah sebesar 4, sedangkan skor tertinggi yang dicapai
subjek adalah 18. Kemudian, subjek memiliki mean empiris yang lebih rendah
dari mean teoritik. Mean empiris yang diperoleh subjek adalah sebesar 8,95,
sedangkan mean teoritik pada variabel job insecurity adalah sebesar 12. Hal
tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki skor job insecurity yang
cenderung rendah. Hal ini juga diperkuat dengan uji t terlampir yang
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi (0,000 < 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tersebut berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan
mean teoritik. Modus pada skor job insecurity adalah 9.
Subjek juga dikategorisasikan berdasarkan model distribusi normal. Hal
tersebut bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok
yang terpisah secara berjenjang dan terukur (Azwar, 1999). Skala employability
terdiri dari 37 aitem dan masing-masing aitem diberi skor 1, 2, 3, dan 4,
sedangkan skala job insecurity terdiri dari 4 aitem yang masing-masing diberi
skor 1 sampai dengan 5. Berikut hasil kategorisasi subjek di kedua variabel :
Tabel 4.8. Tabel Kategorisasi Skor Subjek
Variabel Skor Kategori Jumlah Subjek
Employability ≤ 73
74 – 111
≥ 112
Rendah
Sedang
Tinggi
2
36
90
Job Insecurity ≤ 8
9 – 15
≥ 16
Rendah
Sedang
Tinggi
53
73
2
Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang memiliki skor kategori
rendah sebanyak 2 orang. Sebanyak 36 orang dikategorikan memilik i
employability sedang. Subjek yang tergolong memiliki employability kategori
tinggi sebanyak 90 orang. Hal ini berarti mayoritas subjek yang terlibat dalam
penelitian ini memiliki tingkat employability yang cenderung tinggi.
Berdasarkan tabel 4.8. terdapat 53 orang yang tergolong memiliki tingkat
job insecurity yang rendah. Subjek yang memiliki job insecurity kategori
sedang sebanyak 73 orang, sedangkan subjek yang tergolong memiliki job
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
insecurity rendah hanya sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
yang terlibat dalam penelitian ini memperoleh skor job insecurity yang
tergolong sedang.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Peneliti melakukan uji normalitas menggunakan SPSS versi 23.
Hasil dari analisis statistik menunjukkan dua sumber data, yaitu dengan
metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Peneliti mengacu
hasil data dari metode Kolmogorov-Smirnov sehingga menghasi lka n
data sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov - Smirnov
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Emp. .107 128 .001
JI .094 128 .007
Kita akan membandingkan hasil uji normalitas di atas dengan angka
probabilitas sebesar 0,05 sebagai acuan (Singgih, 2012). Tabel di atas
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,001 pada variabel
employability yang adalah kurang dari 0,05, maka data skor
employability pada karyawan kontrak tidak mengikuti distribusi normal.
Angka signifikansi pada kolom job insecurity adalah sebesar 0,007. Jika
melihat angka probabilitas, maka angka signifikansi tersebut kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dari 0,05 yang berarti data tingkat job insecurity pada karyawan kontrak
tidak memiliki distribusi yang normal.
b. Uji Linearitas
Pengujian linearitas dilakukan dalam penelitian ini dengan bantuan
SPSS versi 23. Santoso (2010) menyatakan bahwa uji linear itas
merupakan salah satu uji asumsi untuk mengetahui hubungan garis lurus
antarvariabel yang hendak diteliti. Berikut ini merupakan hasil
penghitungan uji linearitas menggunakan program SPSS :
Tabel 4.9.1. Hasil Uji Linearitas
F Sig.
Emp. * JI Between
Groups
Linearity 15.895 .000
Deviation from
Linearity
1.144 .296
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi pada baris linearity
sebesar 0,000 (F < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
employability dan job insecurity memiliki hubungan yang linie r.
Santoso (2010) juga menyatakan bahwa garis linier pada kedua variabel
nantinya dapat memberikan penjelasan yang baik mengenai hubungan
antara kedua variabel di tahap pengujian hipotesis.
2. Uji Hipotesis
Data dalam penelitian ini memenuhi satu dari dua uji asumsi. Hasil
pengolahan statistik menghasilkan data yang linear namun tidak
terdistribusi normal. Data yang linear meskipun tidak mengikuti distribus i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
normal masih dapat dilakukan uji hipotesis hubungan. Uji hipotesis
dilakukan dengan metode statistik nonparametrik korelasi Spearman
dengan bantuan SPSS versi 23, sehingga menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel 4.9.2. Hasil Uji Korelasi Spearman
Emp. JI
Spearman's rho
Emp. Correlation Coefficient 1.000 -.359
Sig. (2-tailed) . .000
N 128 128
JI Correlation Coefficient -.359 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 128 128
Tabel di atas memperlihatkan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Jika kita mengacu angka probabilitas sebesar 0,05, maka 0,000 kurang dari
0,05 yang berarti H0 ditolak atau dengan kata lain variabel employability dan
job insecurity memiliki hubungan yang signifikan satu dengan yang lain (Ha
diterima). Koefisien korelasi (rs) di tabel 4.9.2. adalah sebesar -0,359. Hal
tersebut menunjukkan hubungan yang bersifat kebalikan atau negatif,
artinya semakin tinggi tingkat employability maka semakin rendah tingkat
job insecurity.
Widhiarso (2011) menambahkan tahap kedua setelah penelit i
mengetahui nilai signifikansi antara dua variabel, yaitu ukuran efek atau
sumbangan efektif yang dapat menjelaskan seberapa besar kekuatan sebuah
hubungan antarvariabel. Berikut hasil penghitungan sumbangan efektif
melalui program SPSS 23 :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.9.3. Nilai Sumbangan Efektif Employability terhadap Job Insecurity
R R2 Adjusted R2 Std.Error
.327a .107 .100 2.475
Tabel di atas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,107 dan nilai adjusted R2
sebesar 0,100. Peneliti mengacu pada nilai R2, karena penelitian ini tidak
bertujuan untuk menggeneralisasikan subjek ke populasi yang lebih luas
(Widhiarso, 2011). Nilai tersebut dapat diartikan bahwa variabel
employability memiliki kontribusi sebesar 10,7% pada variabel job
insecurity. Kontribusi 89,3% berasal dari variabel prediktor lain yang
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
E. Pembahasan
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang negatif
antara employability dan job insecurity dengan koefisien korelasi sebesar -
0,359. Angka koefisien negatif memiliki arti bahwa hubungan keduanya saling
berkebalikan. Jika terdapat kenaikan tingkat employability, maka diikuti
penurunan tingkat job insecurity. Hal tersebut berlaku sebaliknya jika terdapat
penurunan tingkat employability, maka diikuti pula dengan kenaikan tingkat
job insecurity. Hasil ini sejalan dengan penelitian milik Cuyper, Bernhard -
Oettel, Berntson, De Witte, dan Alarco (2008) yang menyatakan bahwa
employability memiliki hubungan yang negatif dengan job insecurity.
Penelitian tersebut menguraikan mengenai kondisi karyawan yang memilik i
tingkat employability yang tinggi cenderung lebih jarang merasakan job
insecurity. Peneliti melakukan pengukuran sumbangan efektif untuk
mengetahui kekuatan hubungan antarvariabel. Korelasi yang diukur dalam
penelitian ini menghasilkan kontribusi variabel bebas terhadap variabel
tergantung sebesar 10,7%.
Karyawan kontrak dalam penelitian ini memiliki employability yang
tinggi karena karyawan kontrak mampu membentuk identitas karir yang baik.
Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004) mengungkapkan bahwa orang yang
memiliki identitas karir yang baik mampu menciptakan pengalaman karirnya
sendiri secara sadar sehingga menghasilkan karir yang lebih berguna dan
bermakna di masa mendatang. Joosten (2016) menjelaskan bahwa karyawan
yang memiliki employability yang tinggi memiliki banyak alternatif pekerjaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sehingga karyawan memiliki keberanian untuk mengubah karirnya (dalam
Cuyper, et al., 2008). Jika dikaitkan dalam konteks penelitian ini, maka
karyawan kontrak yang memiliki employability yang tinggi memiliki banyak
alternatif pekerjaan, sehingga karyawan kontrak tidak memiliki kekhawatiran
apabila diputus kontraknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Forrier dan Sels
(2003) mengenai fungsi employability yang dapat berguna sebagai kompensasi
atas perasaan job insecurity. Hall, et al. (1997) juga menjelaskan bahwa
karyawan yang memahami identitas karirnya mampu meningka tkan
kesejahteraan psikologis karena karyawan tersebut memiliki nilai-nila i
personal yang kuat bagi motivasi karirnya (dalam Gowan, 2012). Gowan
(2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa karyawan yang memilik i
employability yang tinggi dapat mempertahankan kesejahteraan psikologisnya
ketika menghadapi peristiwa kehilangan pekerjaan.
Adaptabilitas personal merupakan unsur penting dalam employability
yang mampu meredam tingkat job insecurity pada diri karyawan kontrak.
Fugate, et al. (2004) mendefinisikan adaptabilitas personal melalui atribut
optimisme, internal locus of control, dan efikasi diri.
Karyawan yang memiliki optimisme yang tinggi dapat membantu
karyawan mengatasi job insecurity dalam pekerjaannya. Bosman, Buitendach,
dan Rothman (2005) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai karakteristik
orang dengan optimisme yang tinggi mampu melihat pengalaman stress dari
kacamata positif. Berntson dan Folkman (2007) menyatakan bahwa karyawan
dengan employability yang tinggi melihat turbulensi perusahaan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sebuah tantangan. Karyawan kontrak yang menjadi subjek penelitian ini
memiliki optimisme yang tinggi. Karyawan kontrak tidak memandang status
kontrak sebagai hal yang mengkhawatirkan, namun karyawan kontrak justru
melihatnya sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuannya dalam
pekerjaan.
Employability yang tinggi juga dikaitkan dengan tipe locus of control.
Korelasi antara internal locus of control dan job insecurity menghasilkan
hubungan yang negatif dan signifikan (Bosman, et al., 2005). Karyawan
memiliki rasa percaya diri untuk mencapai performansi kerja yang baik agar
karyawan tersebut memperoleh penghargaan di tempat kerja (Salter, 1999;
Spector, 1998 dalam Bosman et al., 2005). Karyawan kontrak dalam penelit ian
ini memiliki tipe internal locus of control, sehingga karyawan kontrak tidak
terlalu terpengaruh oleh faktor dari luar dirinya seperti statusnya sebagai
karyawan kontrak. Karyawan kontrak lebih berfokus bagaimana mencapai
kinerja yang maksimal. Karyawan kontrak dengan tipe locus of control internal
juga memiliki kekuatan untuk mengontrol lingkungan pekerjaannya sehingga
karyawan tersebut lebih merasa aman berada di lingkungan pekerjaannya.
Unsur terakhir dari adaptabilitas personal merupakan efikasi diri. Kriteria
orang dengan employability yang tinggi berarti memiliki efikasi diri yang
berguna untuk menciptakan perasaan kontrol dalam diri seseorang untuk
meredam perasaan job insecurity (Adebayo, 2006). Karyawan kontrak dalam
penelitian ini memiliki employability yang tinggi dengan kriteria memilik i
efikasi diri. Adebayo (2006) mengungkapkan bahwa efikasi diri mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
membantu karyawan memberikan respon yang positif ketika menghadap i
situasi penuh tekanan dalam pekerjaan. Hal ini dapat menjelaskan hasil temuan
dalam penelitian ini, bahwa karyawan kontrak mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang dialami dengan respon yang adaptif.
Employability mampu menurunkan tingkat job insecurity karena
kekuatan sosial yang dimiliki individu. Fugate, Kinicki, dan Asforth (2004)
menjelaskan kekuatan sosial dengan melihat seberapa banyak seseorang
memiliki jaringan pertemanan yang mampu menambah daya pengaruh dan
perolehan informasi. Adler dan Kwon (2002) menyatakan bahwa daya
pengaruh dan informasi yang dimiliki seseorang mampu membukakan jalan
pada kesempatan karir (dalam Fugate, et al., 2004). Tomaka, Blascovich,
Kibler, dan Ernest (1997) menyatakan bahwa seseorang yang mampu
menyadari kesempatan karirnya dapat melihat peristiwa kehilangan pekerjaan
justru sebagai kesempatan untuk berubah dan berkembang ke arah yang lebih
baik (dalam Fugate, et al., 2004). Lattack (1995) menambahkan bahwa
seseorang dengan employability yang tinggi mampu menghadapi pasar kerja
yang dinamis dengan coping yang lebih adaptif. Jika dikaitkan dalam konteks
penelitian ini, maka karyawan kontrak mampu mengandalkan kekuatan
pertemanannya dalam memperoleh kesempatan karir, sehingga karyawan
kontrak tidak merasa khawatir apabila harus kehilangan pekerjaannya di masa
mendatang.
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini yang memiliki masa kerja lebih
dari 2 tahun, yaitu sebanyak 42 orang. Hal tersebut berarti mayoritas subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
telah memiliki pengalaman dalam bekerja. Lubit (2001) menyatakan bahwa
pengalaman kerja sangat penting dalam meningkatkan kemahiran
menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan. Fugate et al. (2004) menyatakan bahwa
pengalaman merupakan unsur penting yang mampu mendukung karyawan
dalam beradaptasi secara individu maupun di tingkat organisasi. Hal tersebut
mampu menjelaskan hubungan negatif antara employability dan job insecurity.
Karyawan kontrak yang memiliki employability yang tinggi mampu
mengantisipasi peristiwa kehilangan pekerjaannya dengan menciptakan
peluang-peluang dalam karirnya. Kanfer, Wanberg, dan Kantrowitz (2001)
juga menjelaskan bahwa orang dengan employability yang tinggi memilik i
kepercayaan diri untuk menggunakan modalitas yang dimiliki dirinya seperti
kualitas kepribadian, optimisme, efikasi diri, dan tingkat pendidikan (dalam
Fugate, et al., 2004). Modalitas diri tersebut membuat individu lebih jarang
merasakan kekhawatiran mengenai karirnya di masa mendatang.
Masa kerja karyawan kontrak yang melebihi ketentuan aturan kontrak
juga dapat menjadi analisa tambahan bagi peneliti. Hal tersebut mampu
memengaruhi dinamika hubungan antara employability dan job insecurity yang
dijelaskan dengan Teori Motivasi milik McClleland. Subjek dalam penelit ian
ini yang memiliki masa kerja sebagai karyawan kontrak selama ≥ 2 tahun
sebanyak 42 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa selesainya masa kontrak
diputuskan oleh pihak perusahaan dalam waktu yang tidak menentu. Teori
reinforcement yang diungkapkan McClleland menyatakan bahwa perilaku
seseorang dimotivasi atau didorong oleh konsekuensi yang seseorang prediksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(Riggio, 2008). Jika dikaitkan dengan model jadwal reinforcement, maka
pengaturan masa kontrak yang tidak menentu merupakan jenis jadwal variabel-
rasio. Jadwal variabel-rasio memunculkan reward atau dalam hal ini
perpanjangan kontrak yang tidak terprediksi oleh karyawan kontrak sehingga
mampu menimbulkan perilaku yang bertahan lama. Hal tersebut membuat
karyawan kontrak tidak lagi merasa khawatir apabila kehilangan pekerjaannya
dan merasa secure selama bekerja. Brown, Hesketh, dan Williams (2003) juga
menyatakan bahwa pekerja juga dipengaruhi oleh motivasi nonfinansial, yaitu
motivasi untuk meredam tingkat job insecurity (dalam Cuyper et al., 2008).
Cuyper, Sulea, Philippaers, Fischmann, Iliescu, dan De Witte (2014)
menemukan bahwa karyawan yang jarang merasakan job insecurity memilik i
tingkat employability yang tinggi dan tidak akan menarik diri dari perusahaan.
Hal tersebut senada dengan penelitian ini yang menghasilkan pengukuran
employability yang tinggi sekaligus job insecurity yang cenderung rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi antara variabel
employability dan job insecurity sebesar 0,395. Hubungan kedua variabel juga
memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan penghitungan
korelasi dapat disimpulkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara variabel employability dan job insecurity pada karyawan kontrak di
perusahaan swasta yang berdomisili di DIY dan Jateng. Employability sebagai
variabel bebas menyumbangkan kontribusi sebesar 10,7% dalam memengaruhi
job insecurity sebagai variabel tergantung. Artinya, peningkatan employability
akan diikuti penurunan job insecurity pada karyawan kontrak.
B. Saran
1. Bagi Karyawan Kontrak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran pada
karyawan kontrak bahwa mereka tidak perlu berfokus pada kekhawatiran
kerja yang mereka alami. Hasil penelitian ini menunjukkan meskipun
karyawan sedang berada dalam masa kontrak, namun mereka memiliki job
insecurity yang rendah. Sebaliknya, tingkat employability pada karyawan
kontrak menunjukkan hasil yang tergolong tinggi. Karyawan perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mengoptimalkan kemampuan adaptasi di lingkungan kerjanya agar
mampu melewati masa kontrak tanpa kekhawatiran yang berlebihan.
2. Bagi Perusahaan Swasta
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan kontrak memilik i
tingkat employability yang tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan
penurunan tingkat job insecurity di kalangan karyawan kontrak. Penelit ian
ini menunjukkan bahwa karyawan kontrak sebenarnya memiliki potensi
besar untuk mencapai kinerja yang baik, apabila pihak perusahaan
bersedia memberikan kesempatan bagi peningkatan karirnya. Wagenaar et
al. (2011) mengungkapkan bahwa pekerja sementara diasosiakan dengan
autonomi yang rendah. Langkah awal yang mampu dilakukan pihak
perusahaan, yaitu memberikan otonomi tugas yang lebih besar bagi
karyawan kontrak.
3. Saran Penelitian Selanjutnya
Data yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengikuti distribus i
normal. Hal tersebut berarti peneliti tidak dapat melakukan generalisas i
hasil penelitian dalam cakupan populasi. Widhiarso (2010) menyatakan
bahwa semakin besar sampel yang dilibatkan dalam penelitian, maka data
tersebut akan semakin mendekati distribusi normal. Penelitian ini hanya
melibatkan 128 subjek dan terbatas pada 4 perusahaan di DIY dan Jateng.
Apabila ingin menggambarkan keadaan populasi karyawan kontrak,
penelitian selanjutnya perlu melibatkan jumlah subjek yang lebih banyak
dan berasal dari sektor perusahaan swasta yang bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hasil penelitian ini menghasilkan hubungan yang signifikan antara
variabel employability dan job insecurity. Nilai sumbangan efektif variabel
employability yang memengaruhi kenaikan dan penurunan job insecurity
tergolong kecil, yaitu sebesar 10,7%. Hal tersebut berarti perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut variabel bebas lain yang juga mampu memengaruhi
tingkat job insecurity. Penelitian selanjutnya juga perlu mencari tahu
mengenai variabel moderator apa saja yang mampu memperkuat
hubungan antara employability dan job insecurity.
Hasil kajian pustaka menyatakan pekerja sementara dikaitkan
dengan job insecurity (Naswall & De Witte, 2003), namun Connelly dan
Gallagher (2004) mengungkapkan bahwa setiap tipe kontrak
menghasilkan heterogenitas dari tekanan kerja yang berbeda. De Cuyper
et al. (2008) menambahkan bahwa tipe kontrak sementara mampu
menghasilkan respon penerimaan job insecurity yang berbeda pula
tergantung gender, usia, suku, dan level pendidikan (Wagenaar et al.,
2011). Penelitian selanjutnya perlu mencari tahu tipe-tipe karyawan
kontrak dan menetapkan kriteria tertentu bagi subjek yang terlibat dalam
penelitian. Peneliti selanjutnya juga dapat melibatkan karyawan tetap
sebagai subjek penelitian untuk mengetahui perbedaan job insecurity
antara karyawan kontrak dan karyawan tetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, D.O. (2006). The moderating effect of self-efficacy on job insecurity and
organizational commitment among Nigerian public servants. Journal of
Psychology in Africa, 16(1), 35 – 43.
Amelia, M. (2016, Mei). Puluhan ribu buruh akan kepung istana. Detik News. Diakses 11 April, 2018, dari https://news.detik.com/ berita/3134667/puluhan-ribu-buruh-akan-kepung- istana-sabtu-6-februari-
dilarang- long-march
Ashford, S.J., Lee, C., & Bobko, P. (1989). Content, causes, and consequences of job insecurity: a theory-based measure and substantive test. The Academy of Management Journal, 32(4), 803 – 829.
Azwar, Saifuddin. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Badan Pusat Statistik. (2016, Mei). Five plans to upskill Indonesia’s workforce. The
Jakarta Post. Diakses 12 Maret, 2018, dari http://www.thejakartapost.com/adv/2016/05/04/five-plans-to-upskill-
indonesias-workforce.html Borg, I., & Elizur D. (2007). Job insecurity: correlates, moderators and
measurement. International Journal of Manpower, 13(2), 13 – 26.
Bosman, J., Buitendach, J.H., & Rothman, S. (2005). Work locus of control and dispositional optimism as antecendents to job insecurity. SA Journal of Industrial Psychology, 31(4), 17 – 23.
De Cuyper, N., Bernhard-Oettel, C., Berntson, E., De Witte, & Alarco, B. (2008).
Employability and employees well-being: mediation by job insecur ity. Applied Psychology an International Review, 57(3), 488 – 509.
De Cuyper, N., De Witte, H., Kinnunen U., & Natti J. (2010). The relationship between job insecurity and employability and well-being among finish
temporary and permanent employees. International Studies of Management & Organization, 40(1), 57 – 73.
De Cuyper, N., Sulea, C., Philippaers, K., Fischmann G., Iliescu, D., & De Witte, H. (2014). Perceived employability and performance: moderation by felt job
insecurity. Personnel Review, 43(4), 536 – 552. De Witte, H. (2005). Job insecurity: review of the international literature on
definitions, prevalence, antecedents and consequences. SA Journal of Industrial Psychology, 31 (4), 1 – 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
De Witte, H., & Naswall, K. (2003). Objective vs. subjective job insecurity:
consequences of temporary work for job satisfaction and organizationa l commitment in four European countries. Economic and Industrial Democracy, 24, 149 – 188.
Elst, T.V., De Witte, H., & De Cuyper, N. (2014). The job insecurity scale: a
psychometric evaluation across five European countries. European Journal of Work and Organizational Psychology, 23(3), 364 – 380.
Fanggidae, V. (2016, September). Indonesia’s workforce in need of total overhaul. The Jakarta Post. Diakses 11 April, 2018, dari
http://www.thejakartapost.com/academia/2016/09/03/indonesias-workforce-in-need-of-total-overhaul.html
Forrier, A., and L. Sels. (2003). Temporary employment and employability: training opportunities and efforts of temporary and permanent employees in
Belgium. Work, Employment and Society, 17(4), 641 – 666. Forrier, A., and L. Sels. (2003). The concept employability: a complex mosaic.
International journal human resource Development and Management, 3(2), 103 – 124.
Fugate, M., Kinicki, A.J., & Ashforth B.E. (2004). Employability: a psycho-social
construct, its dimensions, and applications. Journal of Vocational Behavior,
65, 14 – 38.
Fullerton A.S., Long M.A., & Anderson, K.F. (2016). Job insecurity and substance use in the United States: stress, strain, and the gendering of precarious employment. Research in the Sociology of Work . 241 – 271.
Gowan, M.A. (2012). Employability, well-being and job satisfaction following a
job loss. Journal of Managerial Psychology, 27(8), 780 – 798. Hawass, H.H. (2015). Ethical leadership and job insecurity: Exploring
interrelationships in the Egyptian public sector. International Journal of Commerce and Management, 25(4), 557 – 581.
Haynie, J.J., Svyantek, D.J., Mazzei, M.J., & Varma V. (2016). Job insecurity and
compensation evaluations: the role of overall justice. Management
Decision, 54(3), 630 – 645.
Hellgren, J., Sverke, M., & Isaksson K. (1999). A two-dimensional approach to job insecurity: consequences for employee attitudes and well-being. European Journal of Work and Organizational Psychology, 8(2), 179 – 195.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
International Labour Organization. (2015, November). Tren sosial dan
ketenagakerjaan (terbaru). Jakarta: Tim Penulis. Jiang, L., & Probst, T.M. (2017). Job Insecurity, job loss, and reemployment:
implications for an aging workforce. The Aging Workforce Handbook , 399 – 417.
Kang, D., Gold, J., & Kim, D., (2012). Responses to job insecurity – the impact on
discretionary extra-role and impression management behaviors and the
moderationg role of employability. Career Development International, 17(4), 314 – 332.
Kinnunen, U., Mauno, S., Natti, J., & Happonen, M. (2000). Organizationa l
antecedents and outcomes of job insecurity: a longitudinal study in three
organizations in Finland. Journal of Organizational Behavior, 21(4), 443 – 459.
Klehe, U.C., Zikic J., van Vianen, A.E.M., Koen J., & Buyken M. (2015). Coping
proactively with economic stress: career adaptability in the face of job
insecurity, job loss, unemployment, and underemployment. The Role of the Economic Crisis on Occupational Stress and Well-Being, 10, 131 – 176.
Lastad, L., Elst, T.V., & De Witte, H. (2016). On the reciprocal relationship
between individual job insecurity and job insecurity climate. Career
Development International, 21(3), 246 – 261.
Mauno, S., Kinnunen, U., Makikangas A., & Natti, J. (2005). Psychologica l consequences of fixed-term employment and perceived job insecur ity among health care staff. European Journal of Work and Organizational
Psychology, 14(3), 209 – 237.
Veld, M., Semeijn, J., & van Vuuren, T. (2015). Enhancing perceived employability, an interactionist perspective on responsibilities of organizations and employees. Personnel Review, 44(6), 866 – 882.
Passer, M.W. & Smith R.E. (2012). Psychology: the science of mind and behaviour.
Australia: McGraw-Hill Ratya, P.R. (2017, April). Menaker: RI butuh 3,7 juta tenaga kerja terampil per
tahun. Detik News. Diakses 11 April, 2018, dari https://news.detik.com/news/berita/d-3474059/menaker-ri-butuh-37-juta-
tenaga-kerja-terampil-per-tahun Richter, A., Naswall K., Bernhard-Oettel, C., & Sverke, M. (2013). Job insecur ity
and well-being: the moderating role of job dependence. European Journal of Work and Organizational Psychology, 23(6), 816 – 829.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Riggio, R. E. (2008). Introduction to industrial/ organizational psychology 5th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Roskies, E., & Louis-Guerin, C. (1990). Job insecurity in managers: antecedents and consequences. Journal of Organizational Behavior, 11, 345 – 359.
Santosa, A. (2010). Statistik untuk psikologi: dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santosa, S. (2012). Aplikasi spss pada statistik non parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Schreurs, B., Guenter, H., Jawahar, I.M., & De Cuyper, N. (2015). Speaking up
when feeling job insecure. Journal of Organizational Change Management.
28(6), 1107 – 1128.
Suara Pembaruan. Pelayanan publik aktualitas hukum dan kriminalitas. Diakses 11 April 2018, dari http://www.beritasatu.com/megapolitan/411067-buruh-kbn-cakung-protes-praktik-pemutihan-perusahaan.html
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Suryabrata, Sumadi. 1999. Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Dikti Wagenaar, A., Kompier, M., Houtman, I., Bossche, S., Smulders, P., & Waris, T.
(2011). Can labour contract differences in health and work-related attitudes be explained by quality of working life and job insecurity. Int Arch Occup
Environ Health’s Journal, 85, 763 – 773. Widhiarso, W. (2011, April). Hasil uji statistika yang tidak signifikan dan ukuran
efek kecil bukanlah sebuah kegagalan dalam penelitian. Diakses 5 Mei, 2018, dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/
Widhiarso, W. (2011, Februari). Sumbangan efektif [Pesan 1]. Pesan dimuat dalam
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/tag/sumbangan-efektif/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran A
Blueprint Skala Employability dan Job Insecurity
Skala Psikologi bidang Industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Disusun oleh :
Rosa Devi Sukmaningrum
Dosen Pengampu : Minta Istono, M.Si
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2018
Saya mahasiswa semester akhir yang sedang mengadakan penelitian di
bidang Psikologi Industri. Saya mengambil tema Employability dan Job Insecurity
untuk mengetahui bagaimana tipe adaptasi karyawan kontrak dalam mengatas i
kekhawatirannya di tempat kerja. Identitas Anda bersifat rahasia dan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
penelitian ini hanya digunakan sebagai bahan pembelajaran. Saya memohon
Saudara/i untuk mengisi skala ini dengan jujur, terbuka, dan tanpa paksaan. Maka
dari itu saya terlebih dahulu memohon Saudara/i mengisi lembar kesediaan dan
identitas di bawah ini :
Inisial :
Jenis Kelamin : L / P
Usia :
Domisili :
1. Apakah Anda seorang karyawan Perusahaan Swasta yang sedang dalam masa
kontrak? Ya/ Tidak
2. Jelaskan secara singkat profil Perusahaan tempat Anda bekerja.
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Sebutkan profesi pekerjaan Anda
………………
4. Jabatan Anda sekarang :
Staff/ Supervisor/ Manager/ Yang lain : ………………….
5. Berapa lama Anda bekerja di Perusahaan tersebut?
…………………
Dengan ini saya bersedia menjadi partisipan penelitian ini. Saya akan mengisi skala
ini dengan jujur, terbuka, dan tanpa paksaan.
…………..
Ttd.
Anda akan menemukan 4 pernyataan di bawah ini. Baca dan pahamilah setiap
pernyataan tersebut. Anda diminta untuk memberi tanda centang (√) pada kolom
pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan diri Anda. Adapun pilihan jawaban
tersebut adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS Sangat setuju
Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda. Maka, pilihlah jawaban
yang paling sesuai dengan diri Anda karena tidak ada jawaban yang dianggap salah
maupun benar.
No. Pernyataan STS TS N S SS
1 Kemungkinannya, saya akan segera
kehilangan pekerjaan saya
2 Saya yakin saya dapat mempertahankan
pekerjaan saya
3 Saya merasa khawatir akan karir saya di
kemudian hari
4 Saya pikir saya mungkin kehilangan
pekerjaan saya sebentar lagi
Berikutnya, terdapat 37 pernyataan di bawah ini. Baca dan pahamilah setiap
pernyataan tersebut. Anda diminta untuk memberi tanda centang (√) pada kolom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan diri Anda. Adapun pilihan jawaban
tersebut adalah :
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS Sangat setuju
Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda. Maka, pilihlah jawaban
yang paling sesuai dengan diri Anda karena tidak ada jawaban yang dianggap salah
maupun benar.
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya memilih karir yang sedang saya jalani
sekarang karena saya menyukainya
2 Saya memiliki gambaran mengenai karir
saya dalam beberapa tahun ke depan
3 Saya mencari berbagai informasi terkait
karir yang akan saya pilih
4 Saya merupakan orang yang tidak mudah
putus asa dalam menghadapi tantangan
pekerjaan
5 Saya membaca artikel/ buku untuk
meningkatkan kemampuan analisa saya
6 Saya mengikuti perkembangan teknologi
yang memungkinkan perubahan sistem di
tempat kerja
7 Saya mendapatkan apresiasi dari atasan
karena saya memang bekerja keras
8 Saya mampu menyelesaikan pekerjaan lebih
kompleks dari pekerjaan saya yang sekarang
jika saya berusaha keras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
9 Saya meminta bantuan pada kenalan saya
ketika menemui kesulitan dalam pekerjaan
saya
10 Pengalaman pekerjaan yang saya punya
mendukung peningkatan karir saya di masa
depan
11 Saya memahami deskripsi pekerjaan yang
harus saya lakukan
12 Perjalanan karir saya selama ini dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup saya
13 Saya tahu persis tentang karir yang saya
pilih meskipun karir saya tidak seperti karir
kebanyakan orang
14 Saya yakin dapat menyelesaikan semua
pekerjaan yang diberikan atasan saya
dengan hasil terbaik
15 Saya mencari berbagai sumber informasi
yang relevan ketika mendapat pekerjaan
yang sulit
16 Saya antusias terhadap ide-ide baru yang
muncul di kantor tempat saya bekerja
17 Saya tidak mudah menyalahkan orang lain
ketika permasalahan sedang terjadi di
tempat kerja saya
18 Saya percaya bahwa kemampuan diri saya
dapat mendukung keberhasilan karir saya
19 Saya memiliki jaringan relasi/ networking
yang berguna untuk peningkatan karir saya
20 Saya memiliki pengetahuan, pemahaman,
dan penalaran yang baik untuk mendukung
aktifitas kerja saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
21 Saya memahami tugas dan peran divisi saya
untuk mencapai visi dan misi perusahaan
22 Saya mencari informasi untuk meningkatkan
kemampuan saya dalam bekerja
23 Saya mampu menyelesaikan berbagai
persoalan dalam pekerjaan saya
24 Saya terus mengasah pengetahuan saya agar
lebih mahir dalam menyelesaikan pekerjaan
saya
25 Saya memiliki keingin tahuan yang besar
ketika perusahaan menerapkan sistem baru
dalam pekerjaan yang saya tangani
26 Saya bisa menyelesaikan berbagai tantangan
pekerjaan yang dipercayakan atasan kepada
saya
27 Saya berusaha tetap menjalin komunikasi
dengan orang-orang yang pernah satu
komunitas dengan saya
28 Kemampuan yang saya miliki berkontribusi
bagi kemajuan perusahaan
29 Saya merasa tertantang ketika mendapat
pekerjaan baru
30 Saya mengamati cara kerja orang lain dan
membuat formula baru agar pekerjaan saya
lebih cepat selesai
31 Saya menolak ide-ide baru dalam pekerjaan
karena membuat saya harus belajar lagi
32 Saya merasa ragu terhadap kemampuan diri
saya dalam menyelesaikan pekerjaan di
kantor
33 Saya tidak menutup diri pada perkembangan
teknologi yang dapat menunjang efektifitas
pekerjaan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
34 Saya mampu mengukur kemampuan diri
saya ketika menghadapi berbagai macam
pekerjaan
35 Saya pernah mengikuti berbagai organisasi/
komunitas untuk memperluas jaringan relasi
36 Usia saya sudah tidak mendukung
peningkatan karir saya
37 Saya kurang berminat mengikuti organisasi/
komunitas
Terimakasih banyak atas partisipasi Saudara/i dalam mengisi skala penelitian
saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran B
Perizinan Adaptasi Skala Job Insecurity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran C
Hasil Uji Reliabilitas Skala Employability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran C1. Analisis Korelasi Aitem Total (r.it) Awal Variabel Employability
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Aitem1 151.1304 278.119 .356 .931
Aitem2 152.2174 294.723 -.182* .937
Aitem3 151.0870 281.810 .319 .931
Aitem4 150.9130 276.538 .648 .929
Aitem5 151.1739 278.150 .538 .929
Aitem6 151.4783 282.079 .224* .932
Aitem7 151.0870 276.992 .732 .929
Aitem8 151.5217 293.625 -.168* .936
Aitem9 151.4348 285.711 .099* .933
Aitem10 151.2609 283.202 .219* .932
Aitem11 151.0000 283.455 .300 .931
Aitem12 151.0870 276.628 .506 .929
Aitem13 151.4783 285.261 .137* .932
Aitem14 150.6957 276.221 .644 .929
Aitem15 150.8261 270.332 .704 .928
Aitem16 150.8261 286.241 .131* .932
Aitem17 150.7391 270.838 .742 .928
Aitem18 151.3043 282.494 .294 .931
Aitem19 151.0000 270.455 .807 .927
Aitem20 151.1304 270.937 .656 .928
Aitem21 151.0000 271.545 .690 .928
Aitem22 151.0435 271.407 .712 .928
Aitem23 151.1739 272.514 .736 .928
Aitem24 150.7826 273.632 .776 .928
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Aitem25 151.0000 267.818 .846 .927
Aitem26 150.8261 277.059 .601 .929
Aitem27 150.9565 269.771 .750 .927
Aitem28 151.6957 282.858 .171* .933
Aitem29 151.0435 274.589 .835 .928
Aitem30 151.0000 286.091 .100* .933
Aitem31 150.8696 268.391 .857 .927
Aitem32 150.5652 271.075 .762 .928
Aitem33 152.0870 300.538 -.443* .937
Aitem34 151.0435 266.043 .809 .927
Aitem35 150.8696 270.573 .762 .927
Aitem36 150.8696 275.846 .593 .929
Aitem37 150.6522 269.601 .804 .927
Aitem38 151.6522 286.601 .098* .932
Aitem39 151.0435 277.498 .662 .929
Aitem40 151.1304 278.300 .504 .930
Aitem41 151.2174 289.087 -.022* .934
Aitem42 151.1739 279.150 .307 .931
Aitem43 150.7391 280.929 .316 .931
Aitem44 151.3043 277.949 .510 .930
Aitem45 151.0000 274.455 .807 .928
Aitem46 151.0870 277.719 .510 .929
Aitem47 151.1304 278.755 .481 .930
Aitem48 151.1304 273.209 .676 .928
Aitem49 151.0435 271.043 .801 .927
Keterangan : * = aitem yang gugur (koefisien < 0,25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran C2. Analisis r.it Setelah Pengguguran Variabel Employability
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Aitem1 117.8696 275.846 .215 .967
Aitem3 117.8261 273.332 .421 .965
Aitem4 117.6522 269.601 .685 .964
Aitem5 117.9130 271.356 .565 .964
Aitem7 117.8261 270.514 .747 .964
Aitem11 117.7391 277.202 .296 .965
Aitem12 117.8261 272.787 .402 .965
Aitem14 117.4348 268.984 .697 .964
Aitem15 117.5652 262.893 .756 .963
Aitem17 117.4783 263.170 .807 .963
Aitem18 118.0435 275.771 .313 .966
Aitem19 117.7391 263.656 .836 .963
Aitem20 117.8696 264.755 .656 .964
Aitem21 117.7391 264.383 .731 .963
Aitem22 117.7826 264.542 .741 .963
Aitem23 117.9130 265.992 .751 .963
Aitem24 117.5217 267.170 .789 .963
Aitem25 117.7391 261.292 .862 .963
Aitem26 117.5652 270.439 .620 .964
Aitem27 117.6957 262.858 .781 .963
Aitem29 117.7826 269.087 .792 .963
Aitem31 117.6087 261.522 .889 .963
Aitem32 117.3043 263.403 .829 .963
Aitem34 117.7826 260.269 .795 .963
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Aitem35 117.6087 263.067 .821 .963
Aitem36 117.6087 268.704 .636 .964
Aitem37 117.3913 262.522 .845 .963
Aitem39 117.7826 270.360 .715 .964
Aitem40 117.8696 271.482 .531 .965
Aitem42 117.9130 269.538 .422 .966
Aitem43 117.4783 274.625 .316 .966
Aitem44 118.0435 274.589 .370 .965
Aitem45 117.7391 267.747 .835 .963
Aitem46 117.8261 270.423 .560 .964
Aitem47 117.8696 271.937 .508 .965
Aitem48 117.8696 266.664 .691 .964
Aitem49 117.7826 263.451 .868 .963
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran D
Hasil Uji Reliabilitas Skala Job Insecurity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran D1. Analisis r.it Awal Variabel Job Insecurity
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Aitem1 5.85 3.415 .696 .401
Aitem2 5.77 3.865 .667 .450
Aitem3 5.15 5.735 -.011** .900
Aitem4 5.96 4.038 .659 .467
Keterangan : ** = aitem yang perlu direvisi (< 0,25)
Lampiran D2. Analisis r.it Akhir Variabel Job Insecurity
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Aitem 1 7.5652 6.348 .710 .584
Aitem 2 7.4783 6.897 .476 .707
Aitem 3 6.4348 6.439 .390 .783
Aitem 4 7.7391 6.838 .620 .636
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran E
Hasil Uji Beda Mean (t-test)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran E1. Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Variabel Employability
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
EMP 97.790 127 .000 117.672 115.29 120.05
Lampiran E2. Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Variabel Job Insecurity
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
JI 38.787 127 .000 8.945 8.49 9.40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran F
Hasil Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
TotalJI *
TotalEMP
Between
Groups
(Combined) 386.286 45 8.584 1.472 .065
Linearity 92.718 1 92.718 15.895 .000
Deviation from
Linearity 293.569 44 6.672 1.144 .296
Within Groups 478.331 82 5.833
Total 864.617 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran G
Hasil Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TotalJI .094 128 .007 .973 128 .012
TotalEMP .107 128 .001 .932 128 .000
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran H
Hasil Uji Korelasi Spearman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Correlations
TotalJI TotalEMP
Spearman's rho TotalJI Correlation
Coefficient 1.000 -.359**
Sig. (2-tailed) . .000
N 128 128
TotalEMP Correlation
Coefficient -.359** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 128 128
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran I
Hasil Pengujian Sumbangan Efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .327a .107 .100 2.475
a. Predictors: (Constant), TotalEMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI