28
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME KEKERASAN DENGAN AGRESIVITAS REMAJA MAHASISWA PSIKOLOGI UKSW 2017 OLEH ROMMY ANANDA (802012043) TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Progdi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME

KEKERASAN DENGAN AGRESIVITAS REMAJA MAHASISWA

PSIKOLOGI UKSW 2017

OLEH

ROMMY ANANDA

(802012043)

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Progdi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 2: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak
Page 3: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak
Page 4: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak
Page 5: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak
Page 6: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak
Page 7: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME

KEKERASAN DENGAN AGRESIVITAS REMAJA MAHASISWA

PSIKOLOGI UKSW 2017

Rommy Ananda

Rudangta Arianti Sembiring

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 8: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

i

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi menonton anime

kekerasan dengan agresifitas remaja. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan Teknik snowball sampling dengan jumlah partisipan sebanyak 51

orang. Alat ukur yang digunakan adalah angket yang dibuat oleh peneliti dengan

menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Buss and Perry (1992) ada empat

aspek, yaitu physical agression, verbal agression, anger, dan hostility. Sedangkan

angket frekuensi menggunakan pertanyaan yang membahas lama responden

menonton anime kekerasan dalam satu minggu. Dari hasil uji korelasi yang

dilakukan, diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel frekuensi menonton

anime kekerasan dengan tingkat agresivitas remaja adalah sebesar r = 0,656 yang

masuk pada kategori kuat (Sarwono:2006), dengan nilai sig = 0,001 (p <0,05). Dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara agresivitas

dengan frekuensi menonton anime kekerasan.

Kata kunci: frekuensi menonton anime, anime kekerasan, agresivitas remaja

Page 9: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

ii

Abstrack

The purpose of this study was to determine the relationship of frequency of violent

anime watch with teen aggressiveness. Sampling in this study using snowball

sampling technique with the number of participants as many as 51 people. The

measuring tool used is a questionnaire created by researchers using the aspects

proposed by Buss and Perry (1992) there are four aspects, physical agression, verbal

agression, anger, and hostility. While the questionnaire frequency using questions

that discuss the length of respondents watching anime violence in one week. From the

correlation test results, it is known that the correlation coefficient between the

frequency variables of violent anime watch and teenagers aggressiveness is r = 0.656

in the strong category (Sarwono: 2006), with sig = 0.001 (p <0.05). It can be

concluded that there is a significant positive relationship between aggressiveness and

frequency of violent anime watch.

Keywords: frequency of anime watch, violent anime, teen aggressiveness

Page 10: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

1

PENDAHULUAN

Agresivitas merupakan masalah utama pada remaja, karena remaja terkadang

sangat sulit untuk mengendalikan emosi mereka sehingga berpeluang besar

melakukan tindakan agresi kepada teman mereka. Berkowitz (1995) mendefinisikan

agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang,

baik secara fisik maupun mental. Sebagai contoh remaja yang melakukan agresi

secara mental, yaitu dengan cara mengejek teman mereka dengan memanggil mereka

dengan nama yang tidak semestinya atau mereka mengganti nama teman mereka

dengan nama yang tidak pantas untuk nama teman mereka. Remaja juga sering

melakukan agresi secara fisik yaitu dengan cara mereka melakukan tawuran di jalan

raya dan terkadang mereka juga melakukan tawuran di lingkungan sekolah mereka,

bahkan di lingkungan universitas pun juga terkadang terjadi tawuran dengan Fakultas

lain, seperti pada saat final POM UKSW pada cabang olahraga sepak bola antara

Fiskom dengan Fakultas Hukum pada Rabu 30 Maret 2015. Peristiwa ini terjadi

karena mereka terprovokasi dengan yel-yel yang dinyanyikan dari kedua belah pihak

suporter yang mengacu pada saling menjelek-jelekkan tim musuh. Lalu salah satu

dari suporter tersebut tidak terima dan langsung memukul dari salah satu suporter

kubu lawan. Lalu terjadilah tawuran antar kedua kubu suporter tersebut.

Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh

setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan

yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan

Page 11: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

2

dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Hurlock (1991)

pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu

meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran,

perubahan pola perilaku, nilai- nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

Di negara-negara barat, istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang

berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia =

remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi

dewasa. Adapun batasan-batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli

adalah 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu 12-15 tahun adalah usia masa remaja awal, 15-18 tahun

adalah usia masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah usia masa remaja akhir

(Desmita, 2005).

Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, maka remaja pada jaman

sekarang sangat mudah untuk mengakses internet dan banyak remaja penggemar

anime yang mencari anime kegemaran mereka di internet. Anime yang mereka sukai

tidak ditayangkan bahkan tidak boleh ditayangkan di televisi indonesia oleh KPI

(Komisi Penyiaran Indonesia), karena banyak sekali mengandung unsur kekerasan

yang sangat sadis bahkan sampai membunuh dan menyiksa. Anime adalah animasi

khas Jepang, yang biasanya ditampilkan melalui gambar-gambar berwarna-warni

yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang

ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi oleh gambar manga

(komik khas Jepang). Kata “anime” tampil dalam bentuk tulisan dalam tiga karakter

katakana a, ni, me yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris animation dan

Page 12: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

3

diucapkan sebagai anime-shon. Seperti anime Naruto yang sering mempertontonkan

unsur perkelahian hingga pembunuhan, dan juga anime One Piece yang juga

mengandung unsur kekerasan yang memang tergolong dalam unsur sadisme yang

sangat tinggi. Masih banyak lagi judul anime yang termasuk dalam anime kekerasan.

Karena tidak boleh tayang lagi di televisi Indonesia, maka banyak remaja yang

mencari anime kegemaran mereka di internet yang mereka bisa unduh dan mereka

tonton sesuka hati mereka.

Menurut Siregar dalam Rulia Kurniasih (2002) bahwa “film yang

mengandung unsur kekerasan adalah film dengan tema penonjolan masalah fisik

dalam suatu konflik”. Dalam L Atkinson (2001) menjelaskan, bahwa “film yang

mengandung unsur kekerasan merupakan film yang dalam tayangannya atau alur

ceritanya menampilkan adegan kekerasan. Kekerasan dalam hal ini adalah tingkah

laku seperti pembunuhan, penganiayaan, perkelahian, peperangan dan bentuk tingkah

laku lain yang sengaja dilakukan dengan tujuan merusak, mencelakai orang lain

ataupun sebagai pemecahan dari sebuah masalah”.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan film kartun yang mengandung unsur kekerasan dalam

penelitian ini adalah film kartun yang dalam ceritanya banyak memuat adegan

kekerasan, seperti pertengkaran, permusuhan, perkelahian, penganiayaan, dan

pembunuhan baik dengan tangan kosong maupun menggunakan alat-alat tertentu.

Buss & Perry (1992) menyatakan agresivitas adalah segala bentuk perilaku

yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara

verbal. Menurut Buss dan Perry (1992), terdapat empat aspek perilaku agresif yang

Page 13: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

4

didasari dari tiga dimensi dasar yaitu motorik, afektif, dan kognitif. Empat aspek

perilaku agresif yang dimaksud yaitu, physical aggression adalah tindakan agresi

yang bertujuan untuk menyakiti, mengganggu, atau membahayakan orang lain

melalui respon motorik dalam bentuk fisik, seperti memukul, menendang, dan lain-

lain. Verbal aggression yaitu tindakan agresi yang bertujuan untuk menyakiti,

mengganggu, atau membahayakan orang lain dalam bentuk penolakan dan ancaman

melalui respon vokal dalam bentuk verbal. Anger merupakan emosi negatif yang

disebabkan oleh harapan yang tidak terpenuhi dan bentuk ekspresinya dapat

menyakiti orang lain serta dirinya sendiri. Beberapa bentuk anger adalah perasaan

marah, kesal, sebal, dan bagaimana mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya

adalah irritability, yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk cepat marah,

dan kesulitan mengendalikan amarah. Hostility yaitu tindakan yang mengekspresikan

kebencian, permusuhan, antagonisme, ataupun kemarahan yang sangat kepada pihak

lain. Hostility adalah suatu bentuk agresi yang tergolong agresi covert (tidak

kelihatan). Hostility mewakili komponen kognitif yang terdiri dari kebencian seperti

cemburu dan iri terhadap orang lain, dan kecurigaan seperti adanya ketidakpercayaan,

kekhawatiran. Maka dari aspek tersebut, peneliti akan membuat alat ukur dengan

menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Buss dan Perry.

Menurut Bandura dan kawan-kawan (dalam Koeswara, 1988), agresi dapat

dipelajari dan terbentuk melalui perilaku meniru atau mencontoh perilaku agresi yang

dilakukan oleh individu lain yang dianggap sebagai contoh atau model. Dalam hal ini,

individu dapat mengendalikan perilaku yang ditirunya dan menentukan serta memilih

obyek imitasinya. Proses ini disebut proses imitasi.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

5

Lowery dan De Fleur (1993) dalam Nando (2012) menyebutkan tiga perilaku

menonton yaitu :

a. Total waktu menonton televisi adalah jumlah waktu yang dihabiskan

seseorang untuk menonton televisi

b. Frekuensi menonton televisi adalah berapa kali seseorang menonton televisi

dalam jangka waktu tertentu.

c. Pilihan program acara yang ditonton adalah jenis acara televisi yang dipilih

untuk ditonton.

Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses

pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari

perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan

kepada orang lain.

Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses

pengamatan atau modeling proses yang terjadi dalam observational learning tersebut

adalah atensi. Dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap

model dengan cermat. Lalu retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali

perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki

ingatan yang bagus terhadap perilaku model. Selanjutnya adalah reproduksi, dalam

tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian untuk mengamati dengan

cermat dan mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya maka

selanjutnya adalah mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

6

oleh model. Yang terakhir adalah motivasional, pada tahapan ini, seseorang harus

memiliki motivasi untuk belajar dari model.

Pada dasarnya remaja yang menontonton anime kekerasan akan

memperhatikan perilaku tokoh anime dengan cermat, lalu akan mengingat kembali

perilaku tokoh anime tersebut. Remaja akan mencoba menirukan perilaku agresi yang

ditampilkan oleh tokoh anime. Lalu remaja termotivasi untuk melakukan perilaku

agresi yang ditiru dari tokoh anime tersebut.

Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai hubungan

antara frekuensi menonton anime kekerasan dengan tingkat agresivitas pada remaja.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara frekuensi

menonton anime kekerasan dengan tingkat agresivitas pada remaja. Hipotesis yang

diajukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara

frekuensi menonton anime kekerasan dengan agresivitas remaja.

METODE

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi menonton anime

kekerasan. Variabe tergantungnya adalah agresivitas remaja.

Populasi dari penelitian ini adalah remaja yang suka menonton anime

kekerasan. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah snowball sampling.

Subjek yang digunakan adalah remaja yang senang menonton anime

kekerasan, anak psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Angkatan 2017 yang

masih remaja.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

7

Alat ukur yang digunakan adalah angket yang dibuat oleh peneliti dengan

menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Buss and Perry (1992) ada empat

aspek, yaitu physical agression, verbal agression, anger, dan hostility. Sedangkan

angket frekuensi menggunakan pertanyaan yang membahas lama responden

menonton anime kekerasan dalam satu minggu.

Analisis data yaitu responden mengisi angket yang diberikan peneliti kepada

responden. Selanjutnya angket diuji menggunakan uji normalitas, uji linieritas, dan

uji korelasi. Dimana uji normalitas dimaksudkan untuk menguji persebaran data

memenuhi asumsi normalitas atau tidak. Selanjutnya diuji menggunakan uji linieritas

dengan maksud mengetahui hubungan dari frekuensi menonton anime kekerasan

dengan agresivitas remaja apakah ada hubungan yang linier atau tidak. Lalu peneliti

menguji data dengan uji korelasi dengan teknik pearson correlation.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data empirik yang diperoleh, untuk mengetahui gambaran

partisipan penelitian terkait dengan frekuensi menonton anime kekerasan, penulis

menyusun tabel analisis deskriptif seperti Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Frekuensi Menonton Anime Kekerasan

No Kategori Interval N Persentase Mean

1 Tinggi 13 < x < 18 16 31,37%

2 Sedang 5 ≤ x ≤ 13 24 47,05% 9,57

3 Rendah 1 < x < 5 11 21,58%

Jumlah 51

Page 17: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

8

Dari hasil analisis deskriptif dari tabel frekuensi menonton anime kekerasan,

diketahui bahwa remaja yang menjadi partisipan dari penelitian ini adalah sebesar

31,37% masuk dalam kategori tinggi, dan 47,05% remaja masuk dalam kategori

sedang, sedangkan 21,58% remaja masuk dalam kategori frekuensi menonton anime

kekerasan yang rendah. Jumlah dari partisipan adalah 51 orang remaja.

Peneliti menentukan interval dengan rumus Mean + 0,75 x Standar Deviasi

(9,57 + 0,75 x 5,213 = 13). Dimana jika nilai lebih besar dari 13 masuk dalam

kategori tinggi. Rumus selanjutnya Mean - 0,75 x Standar Deviasi (9,57 - 0,75 x

5,213 = 5). Jika nilai kurang dari 5 maka masuk dalam kategori rendah. Jika nilai

antara 5 sampai 13 maka masuk dalam kategori sedang.

Selanjutnya penulis juga menyusun tabel deskriptif untuk mengetahui

gambaran tingkat agresivitas remaja pada partisipan penelitian seperti pada Tabel 2

berikut ini

Tabel 2. Kategorisasi Skor Tingkat Agresivitas Remaja

No Kategori Interval N Persentase Mean

1. Tinggi 116 < x < 135 18 35,29%

2. Sedang 73 ≤ x ≤ 116 19 37,25% 95,24

3. Rendah 49 < x < 73 14 27,46%

Jumlah 51

Dari hasil analisis deskriptif dari tabel tingkat agresivitas remaja, diketahui

bahwa remaja yang menjadi partisipan dari penelitian ini adalah sebesar 35,29%

masuk dalam kategori tinggi, 37,25% partisipan masuk dalam kategori sedang,

Page 18: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

9

27,46% partisipan masuk dalam kategori rendah. Jumlah dari partisipan adalah

sebesar 51 orang.

Peneliti menentukan interval dengan rumus Mean + 0,75 x Standar Deviasi

(95,24 + 0,75 x 28,353 = 116). Dimana jika nilai lebih besar dari 116 masuk dalam

kategori tinggi. Rumus selanjutnya adalah Mean - 0,75 x Standar Deviasi (95,24 -

0,75 x 28,353 = 73). Jika nilai kurang dari 73 maka masuk dalam kategori rendah.

Jika nilai antara 73 sampai 116 maka masuk dalam kategori sedang.

Penulis juga membagi partisipan berdasarkan jenis kelamin mereka seperti

yang ditulis dalam Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 9 17,65%

Perempuan 42 82,35%

Total 51

Jumlah dari partisipan perempuan sebesar 82,35%, sedangkan laki-laki

sebesar 17,65%. Lalu penulis juga mengkategorikan partisipan menurut umur

mereka. Seperti pada Tabel 4 berikut ini.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

10

Tabel 4. Umur Partisipan

Umur Jumlah Persentase

17 6 11,76%

18 34 66,66%

19 7 13,72%

20 3 5,88%

21 1 1,98%

Total 51

Dibagi dari umur mereka adalah dari yang berumur 17 tahun ada 11,76%, dan

18 tahun ada 66,66%, 19 tahun ada 13,72%, yang berumur 20 tahun ada 5,88%,

sedangkan yang berumur 21 tahun ada 1,98%. Dan jumlah keseluruhan partisipan

adalah 51 orang.

Sebelum penulis melakukan pengujian pada data yang diterima, penulis

terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap skala tersebut dengan uji seleksi item

dan uji reliabilitas. Dari 29 item dalam skala agresivitas remaja, terdapat terdapat 4

item yang gugur karena nilai corrected item- total correlation kurang dari 0,2. Yang

digunakan adalah pengujian yang kedua dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,936.

UJI NORMALITAS

Selanjutnya peneliti melakukan uji normalitas data untuk mengetahui kondisi

persebaran data dalam penelitian ini. Berikut ini adalah tabel hasil uji liliefors yang

telah dilakukan oleh peneliti:

Page 20: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

11

Tabel 5. Hasil uji liliefors

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

frekuensi .160 51 .002 .911 51 .001

agresi .180 51 .000 .888 51 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan dari uji normalitas menggunakan uji liliefors, diketahui bahwa

nilai signifikansi dari frekuensi menonton anime kekerasan adalah sebesar 0,001 yang

berarti persebaran data dari frekuensi menonton anime kekerasan dalam penelitian ini

tidak memenuhi asumsi normalitas. Kemudian untuk sebaran data agresivitas

diketahui memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 yang berarti persebaran data dari

agresivitas dalam penelitian ini juga tidak memenuhi asumsi normalitas.

UJI LINIERITAS

Selanjutnya penulis melakukan uji linieritas untuk mengetahui hubungan

linier antara variabel dalam penelitian ini. Tabel 6 berikut ini adalah hasil uji

lineiritas.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

12

Tabel 6. Hasil Uji Linieritas

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

agresivitas *

frekuensi

Between

Groups

(Combined) 27644.831 15 1842.989 5.140 .000

Linearity 19162.324 1 19162.32

4

53.439 .000

Deviation from

Linearity

8482.507 14 605.893 1.690 .103

Within Groups 12550.345 35 358.581

Total 40195.176 50

Dari hasil uji linieritas, diketahui bahwa nilai F beda pada Deviation from

Linearity adalah 1,690 dan nilai sig. deviation from linearity adalah 0,103 berati

terdapat hubungan yang liner antara variabel frekuensi menonton anime kekerasan

dengan variabel tingkat agresivitas pada remaja dalam penelitian ini.

UJI HIPOTESIS

Uji Korelasi

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara

agresivitas dengan kecanduan frekuensi menonton anime kekerasan pada remaja.

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara frekuensi menonton anime

Page 22: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

13

kekerasan dengan tingkat agresivitas pada remaja, penulis melakukan uji korelasi

dengan teknik pearson correlation dengan bantuan SPSS 25. Berikut ini adalah tabel

hasil uji korelasi spearman.

Tabel 7. Uji Korelasi Spearman

Correlations

frekuensi agresi

Spearman's rho frekuensi Correlation Coefficient 1.000 .656**

Sig. (1-tailed) . .000

N 51 51

agresi Correlation Coefficient .656** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 51 51

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari hasil uji korelasi yang dilakukan, diketahui bahwa koefisien korelasi

antara variabel frekuensi menonton anime kekerasan dengan tingkat agresivitas

remaja adalah sebesar r = 0,656 yang masuk pada kategori kuat (Sarwono:2006),

dengan nilai sig = 0,001 (p <0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

positif yang signifikan antara agresivitas dengan frekuensi menonton anime

kekerasan. Hubungan yang positif dan signifikan berarti semakin tinggi frekuensi

menonton anime kekerasan, maka semakin tinggi pula tingkat agresivitas pada

remaja. Demikian pula sebaliknya, dimana semakin rendah frekuensi menonton

Page 23: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

14

anime kekerasan maka semakin rendah pula tingkat agresivitas pada remaja. Oleh

karena itu hipotesis dalam penelitian ini diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari koefisien korelasi antara frekuensi

menonton anime kekerasan dengan tingkat agresivitas remaja adalah 0,656 (p < 0,05)

yang artinya ada hubungan positif antara frekuensi menonton anime kekerasan

dengan tingkat agresivitas pada remaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis

adanya hubungan positif antara frekuensi menonton anime kekerasan dengan tingkat

agresivitas remaja dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

frekuensi menonton anime kekerasan, maka akan semakin tinggi pula tingkat

agresivitas pada remaja tersebut, sebaliknya, jika semakin rendah frekuensi menonton

anime kekerasan, maka akan semakin rendah pula tingkat agresivitas pada remaja

tersebut. Dari pengisian angket tersebut, rata-rata para remaja ini menonton anime

kekerasan tersebut melalui streaming dari internet dan laptop/komputer mereka.

Teori belajar menjelaskan perilaku agresi sebagai perilaku yang dipelajari.

Para pakar teori belajar sosial, seperti Albert Bandura menyatakan bahwa perilaku

agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial (Strickland, 2001; Hanurawan,

2010:84). Belajar sosial adalah proses belajar melalui mekanisme belajar pengamatan

dalam dunia sosial. Manusia melakukan perilaku agresi karena meraka

mempelajarinya secara sosial melalui perilaku model. Dari pembahasan teori belajar

Albert Bandura, dapat diartikan bahwa remaja dapat berperilaku agresi karena remaja

Page 24: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

15

tersebut meniru perilaku agresi yang ditampilkan oleh tokoh karakter pada anime

kekerasan yang sering ditonton oleh remaja tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mc Carthy (dalam

Rakhmat, 2009) yang melaporkan bahwa frekuensi menonton tayangan berisi

kekerasan di televisi mempunyai korelasi yang positif dengan indikator agresif,

seperti jumlah konflik dengan orang tua dan frekuensi berkelahi. Penelitian Mc

Carney dkk. (dalam Martani dan Adiyanti, 2002) menemukan bahwa faktor frekuensi

menonton televisi merupakan variabel penting dalam menjelaskan pengaruh televisi

dalam tingkah laku agresif. Anak yang jarang menonton tayangan yang mengandung

kekerasan, walaupun suka, tidak terlalu terpengaruh untuk menjadi agresif bila

dibandingkan dengan anak yang sering menonton tayangan televisi yang

mengandung kekerasan. Steinberg dkk. (2001) juga menegaskan bahwa menonton

tayangan kekerasan di televisi menyebabkan kecenderungan agresif dan anak yang

agresif lebih banyak menonton tayangan yang agresif.

Bee (2001) mengatakan bahwa film yang mengandung kekerasan ini

menampilkan ciri-cri: agresi fisik, adanya lalim dan alim, keberhasilan melalui usaha

kekerasan dan memperlihatkan luka, darah serta pengrusakan. Meningkatnya proporsi

adegan kekerasan dalam film-film televisi melahirkan kecaman akan timbulya

pengaruh negative bagi penonton.

KESIMPULAN

Page 25: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

16

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara frekuensi menonton anime

kekerasan dengan tingkat agresivitas pada remaja. Yang artinya semakin tinggi

frekuensi menonton anime kekerasan maka akan semakin tinggi pula tingkat

agresivitas pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah frekuensi menonton anime

kekerasan maka akan semakin rendah pula tingkat agresivitas pada remaja.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti

memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi orang tua

Bagi para orang tua sebaiknya mengendalikan frekuensi menonton anime

kekerasan anak remaja mereka.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain yang berkaitan

dengan agresivitas remaja.

3. Bagi remaja

Seharusnya para remaja mampu membatasi frekuensi menonton anime

kekerasan, supaya tidak menimbulkan efek yang buruk bagi remaja itu sendiri.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

17

Daftar Pustaka

Berkowitz, L. (1995). Agresi: sebab & akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman

Pressindo.

Buss, A. H,. & Perry, M. (1992). The aggression questionare. Journal of Personality

and Social Psychology. 454.

Dion, P, L., Supra, W., & Avin F. H. (1999). Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan

Yang Nyata Terhadap Agresivitas. Jurnal Psikologi. No. 1, 51 – 63. Universitas

Gadjah Mada.

Harganhahn, B. R., & Matthew, H, Olson. (2012). Theorles of learning. Kencana.

367.

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi perkembangan anak. Edisi 6. Alih Bahasa: dr. Med.

Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock, E. B. (1994). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan). Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Mappiare, A. (1986). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Nando. (2011). Hubungan antara perilaku menonton film kekerasan Dengan perilaku

agresi remaja (Kasus Remaja di SMK Pelita Kecamatan Ciampea, Kabupaten

Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Sains Komunikasi Dan

Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian

Bogor. Diunduh pada (4 Juni 2016) dari http://dosen.narotama.ac.id/wp-

content/uploads/2012/03/HUBUNGAN-ANTARA-PERILAKU

MENONTON-FILM-KEKERASAN-DENGAN-PERILAKU-AGRESI-

REMAJA.pdf.

Nuryoto, S. (1992). Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis

Kelamin dan Peran Jenis. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

18

Pratama, P. (2013). Hubungan antara intensitas menonton tayangan kekerasan di

televisi dengan perilaku agresi pada siswa SD Negeri Trangsan 03. Skripsi.

Program psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Priliantini, A. (2008). Hubungan Antara Gaya Manajemen Konflik Dengan

Kecenderugan Perilaku Agresif Narapidana Usia Remaja Di Lapas Anak Pria

Tangerang, Jurnal Psiko-Edukasi, vol. 6, hal. 10-20.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi Massa. PT. Remaja Rosda Karya,

Bandung.

Suharto. (2006). Hubungan Pola Menonton Berita Kriminal di Televisi dengan

Perilaku Remaja. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hal. 110.

Susantyo, B. (2011). Memahami perilaku agresif. Di unduh pada (24 April 2016) dari

http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/350d40edc66e2a381a752512210a

8d6d.pdf.

Tumengkol, I. (2009). Tayangan Kekerasan di Televisi dan Perilaku Pelajar, Jurnal

Penelitian Komunikasi dan Pembangunan, vol. 1, no. 10, hal. 88-103.

Valentine, H. V. (2009). Efek Berita Kriminal Terhadap Perilaku Khalayak Remaja

Kasus SMP Taman Siswa, Jakarta Pusat. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Widiastuti, W. 2002, Adegan Kekerasan di Televisi Terhadap Perilaku Agresif

Remaja Perkotaan, Jurnal Penelitian UNIB, vol.VIII , no. 3, hal. 140-143.

Wisnu, A. (2014). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresif

pada suporter sepakbola. Skripsi. Program psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Diunduh pada (27 Agustus 2016) dari

www.eprints.ums.ac.id.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENONTON ANIME …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17445/2/T1_80201… · menggunakan Teknik . snowball sampling. dengan jumlah partisipan sebanyak

19