18
HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENORE DI SMA BATIK 1 SURAKARTA HALAMAN JU Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: PRATIWI HESTI HARMONI J500140122 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

  • Upload
    vonhi

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

KEJADIAN DISMENORE DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HALAMAN JU

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

PRATIWI HESTI HARMONI

J500140122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

i

Page 3: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

ii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

iii

Page 5: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

1

HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

KEJADIAN DISMENORE DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

Abstrak

Dismenore adalah rasa nyeri saat menstruasi akibat jumlah prostaglandin yang

berlebihan di dalam tubuh. Aktivitas fisik yang rendah dapat mempengaruhi

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan meningkatkan terjadinya obesitas yang menjadi

faktor risiko terjadinya dismenore. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara IMT dan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore di SMA

Batik 1 Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian diambil dari populasi yang

telah memenuhi kriteria restriksi yaitu 60 responden. Teknik sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Hasil penelitian

dianalisis secara bivariat dengan uji Chi-Square dan multivariat dengan regresi

logistik. Hasil penelitian hubungan antara IMT dan dismenore dilakukan uji

statitistik chi square diperoleh hasil p=0,000 (P<0,05). Hubungan antara aktivitas

fisik dan dismenore juga dilakukan uji statistik chi square diperoleh hasil p=0,001

(p<0,05). Uji multivariat regresi logistik menunjukkan nilai OR variabel IMT

adalah 0,043 dan nilai OR variabel aktivitas fisik adalah 0,150, artinya variabel

aktivitas fisik lebih mempengaruhi terjadinya dismenore. Kesimpulan penelitian

ini adalah ada hubungan antara IMT dan aktivitas fisik dengan kejadian

dismenore di SMA Batik 1 Surakarta.

Kata kunci: dismenore, indeks massa tubuh, aktivitas fisik

Abstract

Dysmenorrhea is a pain which is felt during menstruation due to excessive amount

of prostaglandin in the body. Low physical activity can affect the Body Mass

Index (BMI) and increase the occurence of obesity, which is a risk factor for

dysmenorrhea. The aim of this research is to determine the relation of BMI and

physical activity to the incidence of dysmenorrhea in Batik 1 Surakarta Senior

High School. This research is an analytic observational study with a cross

sectional approach. Samples were taken from a population which had fulfilled the

restriction criteria with total 60 respondents. The sampling technique that used

was purposive sampling. The result were analyzed using bivariate analysis with

Chi-Square and multivariate analysis with logistic regression. The result of Chi

square statistical test between BMI and dysmenorrhea showed p value= 0,000

(p<0,05) which shows the signficant value. The Chi square statistical test of

relation between physical activity and dysmenorhea showed p= 0,001 (p<0,05)

which shows significant value. Multivariate test of logistic regression showed

BMI variable has OR value= 0,043 and physical activity variable has OR value=

0,150. Means, physical activity more influence to make dysmenorrhea. There is a

relation of BMI and physical activity to the incidence of dysmenorrhea in Batik 1

Surakarta Senior High School.

Keywords: dysmenorhea, body mass index, physical activity

Page 6: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

2

1. PENDAHULUAN

Menstruasi merupakan suatu proses fisiologis yang pertama kali

dialami wanita usia 10-16 tahun (Wiknjosastro, 2009). Siklus menstruasi

terjadi di bawah pengendalian hormon dalam interval sekitar empat minggu,

kecuali selama kehamilan dan laktasi (Dorland, 2012). Pada beberapa orang

sering mengalami gangguan menstruasi salah satunya adalah dismenore

(Dawood, 2010).

Dismenore diperkirakan terjadi pada 25% wanita dan hampir 90%

terjadi pada usia remaja. Survey yang dilakukan kepada 113 pasien di tempat

praktik keluarga di Amerika, didapatkan prevalensi dismenore sekitar 29%

sampai 44% (Sobczyk et al., 2013). Prevalensi dismenore di Indonesia pada

tahun 2008 sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenoe primer dan

9,36% dismenore sekunder (Proverawati & Misaroh, 2009).

Tingginya angka kejadian dismenore dapat disebabkan karena pola

makan yang buruk, waktu tidur kurang dari 6 jam, dan aktivitas fisik yang

rendah (Kazama et al., 2015). Aktivitas fisik yang rendah dapat

mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT) dan meningkatkan terjadinya

obesitas yang menjadi faktor risiko terjadinya dismenore (Unani & Istiyorini,

2015).

Indeks Massa Tubuh juga mempengaruhi terjadinya dismenore.

Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, karena di

dalam tubuh dengan berat badan lebih terdapat jaringan lemak yang

berlebihan sehingga dapat menyebabkan terdesaknya pembuluh darah oleh

jaringan lemak pada organ reproduksi sehingga darah yang seharusnya

mengalir pada proses menstruasi menjadi terganggu dan timbul dismenore

(Widjanarko, 2012). Menurut Paath (2007) pada gizi kurang (underweight)

selain mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh juga akan terjadi

gangguan menstruasi karena pada saat fase luteum membutuhkan nutrisi lebih

banyak. Wanita yang mempunyai status gizi kurang (underweight) tidak

dapat memenuhi nutrisi tersebut.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

3

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik akan merangsang sekresi

substansi yang dapat meningkatkan perasaan senang dalam otak, yang disebut

endorfin diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan hipotalamus. Endorfin atau

"morfin endogen" (morfin yang diproduksi dalam tubuh) dapat meningkatkan

ambang nyeri. Endorfin juga meningkatkan mood dan memberi rasa senang

serta menghasilkan analgesik dan membantu untuk menurunkan efek

prostaglandin sehingga dapat mencegah nyeri saat menstruasi (Dietrich &

McDaniel, 2014).

Indeks Massa Tubuh menjadi faktor terjadinya dismenore. Indeks

Massa Tubuh dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu Underweight, Normal,

Overweight, dan Obesitas. Hasil penelitian Zsasha Nisa (2016), dari 87

responden yang mengalami dismenore terdapat 16 responden dengan IMT

underweight, 19 responden dengan IMT Normal, dan 52 responden dengan

IMT overweight dan obesitas. Hasil analisis uji bivariat didapatkan nilai

p=0,025 (p<0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara IMT

dan dismenore.

Penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa terdapat hubungan antara

aktivitas fisik dengan dismenore. Hasil penelitian Hapsari (2016), dari 82

responden terdapat 4 responden dengan kebiasaan melakukan aktivitas fisik

mengalami dismenore, 42 responden dengan kebiasaan melakukan aktivitas

fisik tidak mengalami dismenore, 31 responden tidak memiliki kebiasaan

melakukan aktivitas fisik mengalami dismenore, dan 6 responden tidak

memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik tidak mengalami dismenore.

Hasil uji Chi square pada penelitian tersebut didapatkan nilai p sebesar

0,00001. Ini berarti bahwa nilai P 0,00001 <α (0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa ada korelasi yang signifikan antara aktivitas fisik dan kejadian

dismenore.

Sisi kebaharuan dari skripsi peneliti adalah lokasi penelitian dan

subjek penelitian merupakan siswa SMA Batik 1 Surakarta yang merupakan

wanita usia subur dan hasil penelitian akan dianalisis secara bivariat dan

multivariat.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

4

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan

penelitian yang bertujuan untuk membuktikan adakah hubungan antara

aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian dismenore di SMA Batik 1

Surakarta.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dimana variabel bebas dan

variabel terikat di nilai dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta pada bulan November

2017. Populasi target dalam penelitian ini adalah siswi SMA dan Populasi

aktual dalam penelitian ini adalah siswi SMA Batik 1 Surakarta kelas XII

dengan range usia 15-18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana besar sampel

minimal yaitu 52 responden (Dahlan, 2013). Kriteria restriksi pada penelitian

ini mencakup kriteria inklusi yang terdiri dari siswi SMA Batik 1 Surakarta

kelas XII, usia 15-18 tahun, bersedia menjadi responden, dan sudah

mengalami menstruasi. Kriteria eksklusi terdiri dari responden sakit atau izin

tidak masuk sekolah, tidak mengisi penuh kuesioner, merokok, dan

mengkonsumsi alkohol. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel

bebas yaitu IMT dan aktivitas fisik, variabel terikat yaitu dismenore, dan

variabel luar yaitu gangguan organ reproduksi, merokok, mengkonsumsi

alkohol, genetik, dan usia. Responden mengisi lembar data diri, lembar

persetujuan, Menstrual Symptoms Questionnaire (MSQ) untuk menilai

dismenore, dan International Physical Activity Quesionare (IPAQ) untuk

menilai aktivitas fisik. Analisis data hasil penelitian dilakukan uji bivariat

menggunakan Chi Square dan uji multivariat menggunakan regresi logistik.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada bulan November 2017 di SMA

Batik 1 Surakarta, didapatkan jumlah responden 60 siswi kelas XII yang

sesuai dengan kriteria restriksi. Penelitian ini dilakukan dengan cara

memberi kuesioner kepada responden berupa identitas diri, lembar

persetujuan responden, pengukuran tinggi badan dan berat badan

International Physical Activity Questionnaire, dan Menstrual Symptomp

Questionnaire.

a. Gambaran data IMT

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan IMT

No. Kategori IMT Frekuensi Presentase (%)

1. IMT Normal 39 65

2. IMT Tidak Normal 21 35

Jumlah 60 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa frekuensi responden

dominan terdapat pada kelompok kategori IMT normal yaitu sebanyak

39 responden (65%).

b. Gambaran Data Aktivitas Fisik

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Aktivitas Fisik.

No. Skor Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase (%)

1. Ada Aktivitas Fisik 37 61,7

2. Tidak Ada Aktivitas Fisik 23 38,3

Jumlah 60 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 2. Diketahui frekuensi data dominan

terdapat pada kelompok ada aktivitas fisik yaitu sebanyak 37 responden

(61,7%).

Page 10: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

6

c. Gambaran Data Dismenore

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Dismenore.

No. Skor Dismenore Frekuensi Presentase (%)

1. Dismenore 23 38,33

2. Tidak Dismenore 37 61,67

Jumlah 60 100

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 3. Diketahui frekuensi data dominan

terdapat pada kelompok tidak dismenore yaitu sebanyak 37 responden

(61,67%).

3.2 Analisis Data

Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji bivariat dengan rumus

Chi Square dan uji multivariat dengan rumus regresi logistik. Analisis

penelitian dilakukan dengan menggunakan aplikasi software statistik.

Hasil analisis bivariat antara IMT dengan dismenore dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4. Analisis chi square IMT dengan Dismenore

Sumber: Data SPSS yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4. didapatkan hasil analisis statistik

menunjukkan nilai probability (p) sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya

IMT dengan kejadian dismenore memiliki hubungan yang signifikan.

Nilai C (contingency coefficient) adalah untuk mengukur keeratan

hubungan antara 2 variabel berskala nominal (Dahlan, 2014). Nilai C=

0,541 yang artinya IMT dengan kejadian dismenore memiliki keeratan

hubungan sedang (C= 0,40-0,5999) .

Value Asymp. Sig

Pearson Chi-Square 0,000

N of Valid Cases 60

Contingency Coefficient 0,541

Page 11: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

7

Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan dismenore

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Analisis chi square Aktivitas Fisik dengan Dismenore

Value Asymp. Sig

Pearson Chi-Square 0,001

N of Valid Cases 60

Contingency Coefficient 0,4

Sumber: Data SPSS yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 5. didapatkan hasil analisis statistik

menunjukkan nilai probability (p)= 0,001 (p<0,05) yang artinya aktivitas

fisik dan dismenore memiliki hubungan yang signifikan. Nilai C

(contingency coefficient) adalah untuk mengukur keeratan hubungan

antara 2 variabel berskala nominal (Dahlan, 2014). Nilai C= 0,4 yang

artinya IMT dengan kejadian dismenore memiliki keeratan hubungan

sedang (C= 0,40-0,5999).

Hasil analisis multivariat antara IMT dan aktivitas fisik dengan

kejadian dismenore dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 6. Analisis multivariat regresi logistik

Variabel B OR (Exp. B) 95% CI P value

IMT -3,139 0,043 0,009-0,203 0,000

Aktivitas Fisik -1,898 0,150 0,033-0,679 0,014

Sumber: Data SPSS yang diolah, 2017

Dari hasil analisis multivariat didapatkan hasil nilai B

menunjukkan tanda negatif, artinya IMT dan aktivitas fisik memiliki

hubungan negatif dengan dismenore. Hasil analisis tersebut juga

menunjukkan nilai p=0,000 antara IMT dengan dismenore dan nilai

p=0,014 antara aktivitas fisik dengan dismenore. Pada rentang interval

kepercayaan (CI) dari OR tiap variabel tidak melewati angka 1 yang

Page 12: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

8

artinya variabel IMT dan aktivitas fisik memiliki hubungan yang

bermakna dengan kejadian dismenore.

Nilai OR IMT adalah 0,043 yang artinya kelompok yang

memiliki IMT tidak normal memiliki risiko 0,043 kali lebih tinggi

mengalami dismenore dibanding kelompok yang memiliki IMT normal.

Nilai OR aktivitas fisik adalah 0,150 yang artinya kelompok yang tidak

memiliki aktivitas fisik memiliki risiko 0,150 lebih tinggi mengalami

dismenore dibanding kelompok yang memiliki aktivitas fisik. Variabel

aktivitas fisik lebih mempengaruhi terjadinya dismenore.

Hasil analisis regresi logistik juga didapatkan nilai signifikansi

Omnibus Test 0,000 dengan menggunakan taraf kepercayaan 95%. Hal

ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara IMT

dan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore.

Hasil analisis nilai signifikansi Hosmer and Lameshow Test

adalah 0,360 (>0,05) artinya model regresi logistik mampu menjelaskan

hubungan variabel independen dan dependen.

3.3 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dimana

data variabel bebas dan variabel terikat diteliti dalam waktu yang

bersamaan. Subjek yang diambil untuk penelitian merupakan siswi kelas

XII yang memenuhi kriteria restriksi yaitu 60 responden. Penelitian

dilakukan di SMA Batik 1 Surakarta pada bulan November 2017.

Hasil penelitian uji statitistik chi square diperoleh hasil

p=0,000 (P<0,05), maka hipotesis dapat diterima yaitu ada hubungan

antara IMT dengan kejadian dismenore di SMA Batik 1 Surakarta. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian Nohara et.al. (2011) yang

menyatakan bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan sebagai

faktor risiko terjadinya dismenore, yaitu subjek yang memiliki IMT

underweight, overweight, dan obesitas. Hasil yang sama juga didapatkan

oleh Madhubala dan Jyoti (2012) yang menjelaskan bahwa terdapat

Page 13: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

9

hubungan yang signifikan antara IMT dengan kejadian dismenore

(p=0,01).

Seorang wanita yang mengalami kekurangan maupun

kelebihan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus

yang tidak memberikan rangsang kepada hipofisis anterior untuk

menghasilkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing

Hormone) (Pebrina, 2016). Follicle Stimulating Hormone berfungsi

merangsang pertumbuhan sel telur dan Luteinizing Hormone berfungsi

dalam proses pematangan sel telur dan ovulasi yang apabila tidak

dibuahi akan terjadi peluruhan (menstruasi) (Wiknjosastro, 2009).

Apabila produksi FSH dan LH terganggu akan memicu gangguan pada

menstruasi salah satunya adalah dismenore (Pebrina, 2016). Seseorang

dengan berat badan lebih terdapat jaringan lemak yang berlebihan pula,

sehingga dapat menyebabkan terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan

lemak pada organ reproduksi. Hal tersebut menyebabkan gangguan

vaskularisasi pada organ reproduksi yang memicu kontraksi berlebihan

dan timbul dismenore (Widjanarko, 2012). Gizi kurang (underweight)

juga dapat menyebabkan dismenore karena kurangnya nutrisi pada fase

luteum dan pertumbuhan organ reproduksi kurang optimal (Paath,

2007). Hal ini sesuai dengan penelitian Marmi (2013), bahwa sistem

reproduksi wanita dapat terganggu diantaranya disebabkan oleh status

gizi yang tidak sesuai atau berlebihan.

Hasil penelitian hubungan antara IMT dan dismenore terdapat

4 responden (10,81%) dengan IMT tidak normal dan tidak mengalami

dismenore. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh lemak

terhadap pembentukan hormon estrogen. Kandungan lemak yang

banyak akan menyebabkan produksi hormon estrogen juga meningkat,

sehingga pematangan folikel optimal dan tidak terjadi gangguan saat

mensruasi (Dahliansyah, 2008). Hasil penelitian ini juga terdapat 6

responden (26,09%) dengan IMT normal tetapi mengalami dismenore.

Responden yang memiliki IMT normal tetapi mengalami dismenore

Page 14: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

10

dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor stres.

Faktor stres ini timbul karena responden adalah siswi kelas XII yang

sedang mempersiapkan diri menjelang ujian nasional. Menurut

penelitian Kinantie, Hernawaty, Hidayati (2012), dari 192 responden

siswa kelas XII yang mempersiapkan diri untuk ujian nasional

menunjukkan 8 siswa memiliki tingkat stres normal, 29 siswa memiliki

tingkat stres rendah, 96 siswa memiliki tingkat stres sedang, 58 siswa

memiliki tingkat stres berat, dan 1 siswa memiliki tingkat stres sangat

berat. Saat seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin

sehingga memicu sekresi Corticotrophin Releasing Hormone (CRH)

yang merupakan regulator hipotalamus utama untuk menstimulasi

sekresi Adenocorticotrophic Hormone (ACTH). Homon tersebut

menyebabkan sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormon (LH) terhambat sehingga perkembangan folikel

terganggu. Hal ini menyebabkan sintesis dan pelepasan progesteron juga

terganggu. Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis

prostaglandin F2α dan E2 (Cunningham et al., 2008).

Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2α dan E2 dengan

prostasiklin menyebabkan peningkatan aktivasi PGF2α, sehingga

memicu terjadinya iskemia pada sel-sel miometrium dan peningkatan

kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan

dismenore (Wiknjosastro, 2009).

Hasil penelitian antara aktivitas fisik dengan dismenore juga

dilakukan uji statistik chi square diperoleh hasil p=0,001 (p<0,05),

maka hipotesis dapat diterima yaitu ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan kejadian dismenore di SMA Batik 1 Surakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Harmono (2012) mengenai

Hubungan antara Aktivitas Fisik, Menarche, dan Lama Menstruasi

dengan Kejadian Dismenore di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga

pada tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross

sectional dan analisis data menggunakan uji chi square dilanjutkan

Page 15: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

11

dengan analisis multivariat. Didapatkan hasil bahwa variabel aktivitas

fisik (p=0,002) dan lama manestruasi (p=0,003) berhubungan dengan

kejadian dismenore, sedangkan menarche (p=0,152) tidak ada hubungan

dengan kejadian dismenore. Hasil yang sama juga didapatkan pada

penelitian Setyani dan Indrawati (2014) bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara aktivitas fisik dengan dismenore (p=0,015).

Melakukan aktivitas fisik dapat merangsang pengeluaran

endorfin sehingga dapat memberi rasa nyaman serta menghasilkan

analgesik non spesifik jangka pendek untuk mengurangi rasa nyeri.

(Dietrich & McDaniel, 2014). Aktivitas fisik juga dapat mengurangi

nyeri melalui mekanisme vasodilatasi pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga tidak terjadinya iskemia dan mencegah terjadinya

dismenore (Siswantoyo & Aman, 2014).

Hasil penelitian antara aktivitas fisik dan dismenore terdapat 8

responden (13,3%) memiliki aktivitas fisik tetapi mengalami dismenore.

Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas fisik yang terlalu berat

memicu terjadinya disfungsi hipotalamus yang mengakibatkan

gangguan pada sekresi Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH).

Kekurangan GnRH dapat menurunkan level estrogen yang akan

menimbulkan gangguan saat menstruasi (Ganong, 2009). Pada

penelitian ini juga terdapat 8 responden (13,3%) tidak memiliki aktivitas

fisik dan tidak mengalami dismenore. Hal ini dapat disebabkan karena

faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap terjadinya

dismenore. Hal ini ditunjuksn dalam penelitian Pundati dan Haryadi

(2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

dismenore pada mahasiswa semester VII Universitas Jendral Soedirman.

Variabel yang diteliti adalah dismenore, usia menarche, riwayat

keluarga, lama menstruasi, stres, dan aktivitas fisik. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan variabel lama menstruasi, stres, dan aktivitas fisik

memiliki hubungan dengan dismenore. Analisis multivariat regresi

logistik menunjukkan nilai Exp (risiko)= 0,191 antara lama menstruasi

Page 16: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

12

dan dismenore, nilai nilai Exp (risiko)= 3,781 antara stres dan

dismenore, dan nilai Exp (risiko)= 0,255 antara aktivitas fisik dan

dismenore. Berdasarkan hasil analisis tersebut variabel stres memiliki

risiko paling tinggi untuk mengalami dismenore.

4. PENUTUP

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara IMT dan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore di SMA Batik1

Surakarta. Variabel aktivitas fisik lebih mempengaruhi terjadinya dismenore.

Penulis menyarankan kepada sekolah agar memberikan fasilitas kepada siswa

untuk meningkatkan aktivitas fisik dan memantau IMT siswa untuk

meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko underweight, overweight, dan

obesitas.

PERSANTUNAN

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof.Dr.

EM Sutrisna, dr., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta, Erika Diana Risanti, dr., M.Sc., selaku Kepala Biro

Skripsi, Sri Wahyu Basuki, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama, Budi

Hernawan, dr., M.Sc. selaku ketua penguji skripsi, Tri Agustina, dr., M.Gz.,

selaku anggota penguji, SMA Batik 1 Surakarta, keluarga penulis, jajaran staff

administrasi, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, G., Gant, N. & Leveno, K., 2008. Williams Obstetrics:

International Edition. USA: Mc- Graw-Hill.

Dahlan, S. M., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:

Salemba Medika.

Dahlan, S. M., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

13

Dahliansyah, 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Presentase Lemak Tubuh

dengan Usia Menarche dan Dismenore, Semarang: Universitas

Diponegoro. (Skripsi)

Dawood, M., 2010. Primary Dysmenorrhea Advances in Pathogenesis and

Management. Journal Obstetric and Gynaecology, 108(2): 122-33.

Dietrich, A. & McDaniel, W. F., 2014. Endocannabinoids and Exercise. British

Journal of Sport Medicine, 38(5): 536-41.

Dorland, W., 2012. Kamus Kedokteran Dorland. 28 penyunt. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Ganong, 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Harmono, Hubungan antara Aktivitas Fisik, Menarche, Lama Menstruasi dengan

Kejadian Dismenore pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga.

2012, Purwokerto: Univesitas Muhammadiyah Purwokerto. (Skripsi)

Kazama, M., Maruyamaand, K. & Nakamura, K., 2015. Prevalence of

Dysmenorrhea and Its Correlating Lifestyle Factors in Japanese Female

Junior High School Students. Tohoku J. Exp. Med, 236(1): 107-13.

Kinantie, O., Hernawaty, T. & Hidayati, N., 2012. Gambaran Tingkat Stres SMA

N 3 Bandung Kelas XII menjelang Ujian Nasional, Bandung: Universitas

Padjajaran. (Skripsi)

Madhubala, C. & Jyoti, K., 2012. Relation between Dismenorhea and Body Mass

Index in Adolescents with Rural Versus Urban Variation. The Journal of

Obstetrics and Gynecology of India, 62(4): 442-45.

Marmi, J., 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Nohara, M., Momoeda, M., Kubota, T. & Nakabayashi, M., 2011. Menstrual

Sycle and Menstrual Pain Problems and Related Risk Factors among

Japanese Female Workers. Health Journal, 49(2): 228-34.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Paath, E. F., 2007. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Pebrina,M., 2016. Hubungan Status Gizi dengan Dismenore. Jurnal Kesehatan

Medika Saintika. 7(2): 35-44.

Proverawati & Misaroh, 2009. Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA IMT DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN ... · faktor risiko terjadinya dismenore. ... Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer, ... 0,541 yang artinya

14

Pundati, T. & Hariyadi, B., 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Dismenore pada Mahasiswa Semester VII Universitas Jendral

Soedirman, Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman. (Skripsi)

Siswantoyo, S. & Aman, M., 2014. The Effects of Breathing Exercise Toward

IgG, Beta Endorphin and Blood Glucose Secretion. Asia Pacific Journal of

Education, Arts and Sciences, 1(4): 27-32.

Sobczyk, R., Braunstein, M., Solberg, L. & Schuman, S., 2013. A Case Control

Survey and Dysmenorrhea in Family Practice Population: a Proposed

Disability Index. J Fam Pract, 7(2): 285-90.

Unani, N. N. & Istiyorini, H., 2015. Hubungan Antara Status Gizi (Indeks Massa

Tubuh) dengan Kejadian Dismenore Primer pada Remaja di Akademi

Kebidanan Bina Husada Tangerang. Jurnal Ilmiah Bina Cendekia

Kebidanan, 1(1): 1-9.

Widjanarko, B., 2012. Dismenore Tinjauan Terapi pada Dismenore Primer.

Majalah Kedokteran Damianus, 5(1): 50-62.

Wiknjosastro, H., 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono .