Upload
buidat
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN PELAKSANAAN SHALAT
TAHAJJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) SANTRI
DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH TUGUREJO
TUGU SEMARANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
Oleh:
SITI ROKHMAH
NIM: 083111113
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Rokhmah
NIM : 083111113
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk
sumbernya.
Semarang, 23 Mei2012
Saya yang menyatakan,
Siti Rokhmah
NIM: 083111113
NOTA PEMBIMBIN
Kepada Yth.
Yth. Dekan Fa
IAIN Walison
di Semarang
Assalamu’ala
Dengan ini
arahan dan ko
Judul
Nama
NIM
Jurusan
Program Stud
Saya meman
kepada Faku
munaqosyah.
Wassalamu’a
iv
BING Semarang, 23
Yth.
kan Fakultas Tarbiyah
alisongo
arang
’alaikum Wr. Wb.
n ini diberitahukan bahwa saya telah melakuk
dan koreksi naskah skripsi dengan:
: HUBUNGAN ANTARA KE
PELAKSANAAN SHALAT
DENGAN KECERDASAN EMOSI
SANTRI DI PONDOK PESANTREN
HIKMAH TUGUREJO TUGU SEMA
: Siti Rokhmah
: 083111113
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
m Studi : Pendidikan AgamaIslam (PAI)
emandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan
osyah.
u’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
DR. Sujai, M. A
NIP: 19700503
23 Mei 2012
lakukan bimbingan,
KEDISIPLINAN
T TAHAJJUD
MOSIONAL (EQ)
TREN PUTRI AL-
SEMARANG
udah dapat diajukan
iujikan dalam sidang
ing I
i, M. Ag
0503 199603 10003
NOTA PEM
Kepada Yth.
Yth. Dekan Fa
IAIN Walison
di Semarang
Assalamu’ala
Dengan ini
arahan dan
Judul
Nama
NIM
Jurusan
Progam Stud
Saya meman
kepada Faku
munaqosyah.
Wassalamu’a
v
PEMBIMBING Semarang, 23
Yth.
kan Fakultas Tarbiyah
alisongo
arang
’alaikum Wr. Wb.
n ini diberitahukan bahwa saya telah melakuk
dan koreksi naskah skripsi dengan:
: HUBUNGAN ANTARA KE
PELAKSANAAN SHALAT
DENGAN KECERDASAN EMOSI
SANTRI DI PONDOK PESANTREN
HIKMAH TUGUREJO TUGU SEMA
: Siti Rokhmah
: 083111113
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
emandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan
osyah.
u’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II
Drs. H. Shodiq
NIP. 19681205
23Mei 2012
lakukan bimbingan,
KEDISIPLINAN
T TAHAJJUD
MOSIONAL (EQ)
TREN PUTRI AL-
SEMARANG
udah dapat diajukan
iujikan dalam sidang
ing II
hodiq, M.Ag
81205 199403 1 003
vi
ABSTRAK
Judul : Hubungan Antara Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
Dengan Kecerdasan Emosional (EQ) Santri Di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu semarang
Penulis : Siti Rokhmah
NIM :083111113
Skripsi ini membahas tentang hubungan kedisiplinan pelaksanaan shalat
tahajjud dengan kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok Pesantren Putri Al-
Hikmah tugurejo Tugu Semarang.Kajiannya dilatar belakangi oleh pentingnya
seseorang dalam hal ini adalah santri pondok pesantren putri Al-Hikmah memiliki
kecerdasan emosional dalam kehidupannya, baik dengan diri sendiri, teman,
keluarga maupun dengan lingkungan dimana santri tersebut tinggal.Para ahli
psikologi menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam
menentukan hidup, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Di
antara yang terpenting adalah kecerdasan emosi (Emotional Quotion). Dengan
kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam
mencapai keberhasilan hidup. Sedangkan di Pondok Pesantren putri Al-Hikmah
setiap santri wajib melaksanakan shalat tahajjud setiap malam secara disiplin yang
tujuannya selain mendapatkan ridha Allah SWT juga untuk menjadikan jiwa
santri tenang dan memiliki akhlakul karimah. Dari dua hal tersebut, menurut
hemat penulis sangat berhubungan dan diperlukan adanya penelitian .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kedisiplinan pelaksanaan
shalat tahajjud santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah tugurejo Tugu
Semarang.2)Untuk mengetahui kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah tugurejo Tugu Semarang. 3) Untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara kedisiplinan shalat tahajjud dengan kecerdasan
emosional (EQ) santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah tugurejo Tugu
Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan kuantitatif dengan jenis
pendekatan correlation research (penelitian korelasi). Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik sampel acak atau random sample dengan subyek
penelitian sebanyak 35 responden dari jumlah 166 santri yang mengikuti
pelaksanaan shalat tahajjud. Pengumpulan data menggunakan metode: 1) Angket
untuk mencari data tentang kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dan
kecerdasan emosional (EQ) santri. 2) Dokumentasi untuk memperoleh data
tentang tata tertib atau peraturan di pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo
Tugu Semarang dan data-data lain yang bersifat dokumenter.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi
product moment, pengujian hipotesis menunjukkan bahwa:1) nilai rata-rata
kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud santri di pondok pesantren putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang adalah 57,57 dan masuk dalam kategori
“sedang”.2) nilai rata-rata kecerdasan emosional santri di pondok pesantren putri
Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang adalah 61 dan masuk dalam kategori
“sedang”. 3) terdapat hubungan yang positif antara kedisiplinan pelaksanaan
shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional (EQ) santri di pondok pesantren
vii
putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.Hal ini dapat dilihat pada taraf
signifikan 5% dengan jumlah responden 35 diperoleh rt = 0,334 sedang ro = 0,641
sehingga dengan demikian ro lebih besar dari rt. Pada taraf singnifikansi 1%
dengan jumlah responden 35 , diperoleh rt = 0,430 sedang ro = 0,641 sehingga
dengan demikian ro lebih besar dari pada rt. Setelah diinterpretasikan antara ro
dan rt pada taraf signifikansi 5% dan 1% ro lebih besar dari pada rt hasilnya
adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional
santri di pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional santri. Bahwa shalat
tahajjud yang dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusyu, tepat, ikhlas dan
kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif. Dan respons
emosi positif (positive thinking) dapat menghindarkan reaksi stress.
Menumbuhkan persepsi dan motivasi positif tersebut merupakan bagian dari
unsur-unsur kecerdasan emosional yaitu motivasi.
viii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor:
158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang
(al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
{t ط a ا
{z ظ b ب
‘ ع t ت
gh غ |s ث
f ف j ج
q ق {h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م |z ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
’ ء sy ش
y ي {s ص
{d ض
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang اَو= au
i> = i panjang اَي= ai u> = u panjang
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq, inayah dan bimbingan serta kekuatan lahir
batin kepada diri peneliti, sehingga dalam penyusunan tugas akhir perkuliahan
berupa skripsi dapat terselesaikan sebagaimana mestinya melalui proses yang
panjang. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan yang baik bagi seluruh umat,
pembawa petunjuk ke jalan yang lurus.
Penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kedisiplinan Pelaksanaan
Shalat Tahajjud dengan Kecerdasan Emosional (EQ) Santri Di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang” pada dasarnya selain
disusun untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. juga sebagai
wahana pengembangan ilmu pengetahuan, dan solusi dunia kependidikan.
Dalam proses penyusunan penelitian tersebut, penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena
itu izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
telah membantu penulis sehingga karya sederhana ini dapat selesai tepat waktu.
Peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Sujai, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
sekaligus pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan
x
pikirannya dengan tekun dan sadar memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini..
2. H. Nasirudin, M.Ag, Selaku Ketua Jurusan PAI.
3. H. Mursid M.Ag. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
dan Dosen PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4. Drs. H. Shodiq, M.Ag. selaku Pembimbing II yang juga telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dengan tekun dan sadar
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag.,selaku dosen wali, beserta Bapak dan Ibu
Dosen yang belum disebut yang telah membimbing, mendidik dan
memberikan pencerahan untuk selalu berpikir dan berusaha selama menimba
ilmu di Kampus IAIN Walisongo Semarang.
6. Ayahanda (Masduki) dan ibunda tercinta (Warsiyah) beliaulah semua
limpahan, curahan, kasih sayang, serta do’anya yang tulus dan ikhlas
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
7. KakakkuMblatif yang senantiasa mendoakan penulis di setiap waktunya.
8. Habibi yang telah memberi doa & kasih sayang, semangat dan motivasi
kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir kuliah
(skripsi).
9. Bapak kyai AmnanMuqoddam dan ibu Nyai RofiqotulMakiyyah beserta
keluarga selaku pengasuh Pontren Al-Hikmah. Terima kasih atas doa yang
diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman di pondok pesantren putri Al-Hikmah (kang Isni, mb Mum, mb
Umi, mbYuni, mb Ida, mbMoza, mbRatna, mb Inti, mb Ambar, mb 0if,mb
ilmy, ika, umihani, mbzulfa, bi ina, mbleni, ch2 tegal) yang telah membantu
penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman di kamar As-Salam (Mb Wil, Ustadzah Qoni, mb fa2, mb
Santi, Ismie, Veti, Riefa, Lyla, Mb Opie, Zeny, Hajjah, fadiel) terima kasih
atas supportnya.
12. Keluarga besar PAI C angkatan 2008 (Ning Zakiyyatul Miskiyyah, Mb
Musthink dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu ) terima kasih atas supportnya.
xi
Ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan, semoga amal dan jasa
yang telah diberikan menjadi amal yang baik dalam kehidupan ini serta diterima
oleh Allah SWT. Dan pada akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin..
Semarang, 23Mei2012
Penulis
SitiRokhmah
NIM. 083111113
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING I ...................................................................................... iv
NOTA PEMBIMBING II ..................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
TRANSLITERASI……………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 6
B. Kedisiplinan Menjalankan Shalat Tahajjud dan Kecerdasan
Emosional ................................................................................ 7
1. Shalat Tahajjud dan Kedisiplinan ..................................... 7
2. Faktor Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud ............ 11
3. Kecerdasan Emosional dan Unsur-unsurnya .................... 16
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan
Emosional .......................................................................... 30
5. Kecerdasan Emosional sebagai Hasil dari Kedisiplinan
Pelaksanaan Shalat Tahajjud
C. Rumusan Hipotesis ................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................. 36
D. Variabel dan Indikator Penelitian............................................ 37
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 41
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................. 43
1. Data Hasil Angket tentang Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat
Tahajjud………………………………………………….. 44
2. Data Hasil Angket tentang Kecerdasan Emosional……… 48
B. Pengujian Hipotesis ................................................................. 53
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 61
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR GAMBAR
Gb. 4.1 Nilai Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud ..................... 48
Gb. 4.2 Nilai Kecerdasan Emosional Santri .......................................... 52
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Spesifikasi Angket tentang Shalat Tahajjud………………. 37
Tabel 3.2 Daftar Spesifikasi Angket tentang Kecerdasan Emosional ............ 39
Tabel 3.3 Daftar Nama Santri yang menjadi Responden ................................ 40
Tabel 4.1 Hasil Angket tentang Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud ... 44
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Shalat Tahajjud .............. 47
Tabel 4.3 Hasil Angket tentang Kecerdasan Emosional .................................. 49
Tabel 4.4 Daftar Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional ........................ 52
Tabel 4.5 Koefisien Korelasi antara Kedisiplinan Shalat Tahajjud dengan
Kecerdasan Emosional ..................................................................... 53
Tabel 4.6 Kualitas Variabel Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud ........ 56
Tabel 4.7 Kualitas Variabel kecerdasan Emosional ......................................... 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Instrumen Penelitian (Angket)
Lampiran 2 Perhitungan Validitas Butir Soal
Lampiran 3 Perhitungan Reliabilitas Butir Soal
Lampiran 4 Daftar Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas instrumen
Lampiran 5 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket
Lampiran 6 Data Mentah Hasil Angket tentang Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat
tahajjud
Lampiran 7 Data Mentah Hasil Angket tentang Kecerdasan Emosional
Lampiran 8 Data hasil Angket tentang Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
Lampiran 9Data Hasil Angket tentang Kecerdasan Emosional
Lampiran 10 Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah
Lampiran 11 Tata Tertib Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah
Lampiran 12 Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah
Lampiran 13 Daftar Pilihan Hafalan Ta’ziran Shalat Tahajjud
Lampiran 14 Surat Uji Laboratorium Komputer
Lampiran 15 Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 16 Surat Ijin Riset
Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 18 Piagam OPAK Institut
Lampiran 19 Piagam OPAK Fakultas
Lampiran 20 Piagam KKN
Lampiran 21 Surat Keterangan Ko Kurikuler
Lampiran 22 Transkip Ko Kurikuler
Lampiran 23 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ini banyak orang menganggap jika seseorang memiliki tingkat
kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang
untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding dengan orang yang
memiliki IQ rendah. Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana seseorang
yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain
yang tingkat intelektualnya lebih rendah. Hal ini berarti kecerdasan intelektual
(IQ) yang tinggi tidak menjamin seseorang mencapai kesuksesan dalam
kehidupannya.
Hasil-hasil penelitian kontemporer menunjukkan bahwa di samping
adanya faktor yang berasal dari IQ, ternyata belajar dan prestasi sangat ditentukan
oleh Emotional Intelligence atau kecerdasan emosi. Para ahli psikologi
menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan
hidup, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Di antara yang
terpenting adalah kecerdasan emosi (Emotional Quotient). Dengan kata lain,
kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mencapai
keberhasilan hidup.1
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.2
Kecerdasan emosional dengan beberapa kecakapan utamanya tidaklah
mudah diperoleh, karena kecakapan tersebut tidak hadir dan dimiliki secara tiba-
tiba atau langsung jadi. Sebaliknya, kemampuan tersebut harus dipelajari sejak
1 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 152-153.
2 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Prestasi, Terj. Alex Tri Kantjono
Widodo, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 512.
2
dini. Kecerdasan emosional tumbuh dan berkembang seiring dengan
pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Jadi, lingkungan
seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat dimana seseorang tinggal akan
mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan emosional.
Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf memberikan suatu metode untuk
meningkatkan kecerdasan emosi yaitu meluangkan waktu dua atau tiga menit dan
bangun lima menit lebih awal daripada biasanya, duduk dengan tenang, pasang
telinga hati, keluar dari pikiran, dan masuk ke dalam hati (yang penting disini
adalah menulis apa yang dirasakan). Menurut pengamatan Cooper dan Sawaf cara
ini secara langsung akan mendatangkan kejujuran emosi (hati), berikut
kebijaksanaan yang terkait, dan membawanya ke permukaan sehingga seseorang
dapat menggunakannya secara efektif.
Terlepas dari metode di atas, tujuan utama metode tersebut adalah “untuk
masuk kedalam hati dan keluar dari pikiran”. Begitupun makna shalat khusyu
yang sebenarnya adalah untuk menyelami hati yang terdalam dan untuk
menemukan sifat-sifat ilahiyah yang luhur yang berada di dasar hati dan
mengangkatnya ke permukaan. Menurutnya teknik seperti itu merupakan teknik
pembangunan kesadaran diri.3
Shalat di sini salah satunya adalah shalat tahajjud. Penulis lebih
menitikberatkan kepada shalat tahajjud karena shalat tahajjud adalah shalat
sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Berbeda dengan shalat fardhu
yang memang hukumnya sudah wajib. Meskipun ada seseorang yang
mengerjakan shalat fardhu hanya untuk menggugurkan kewajiban bukan semata-
mata ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT.
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang mempunyai banyak keutamaan,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
zÏΒ uρ È≅ø‹©9$# ô‰ ¤f yγtF sù ϵ Î/ \' s#Ïù$tΡ y7 ©9 #|¤ tã βr& y7 sWyè ö7tƒ y7 •/u‘ $ YΒ$ s) tΒ # YŠθ ßϑ øt¤Χ ∩∠∪
3 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses membangun kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ), (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 200.
3
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajjud (sebagai suatu
ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke
tempat yang terpuji. (Q.S. al- Isra/17: 79).4
Shalat tahajjud akan mendampingi langkah hidup seseorang menuju
kecerdasan sosial. Dengan tahajjud seseorang akan berpikir bahwa orang tersebut
akan hidup dengan orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Lewat tahajjud seseorang akan berpikir bahwa kehidupan sosial menjadi indah
apabila keragaman dapat dijaga dan dikelola, bukan dimanipulasi untuk
kepentingan segelintir manusia. Tahajjud juga akan mengawal seseorang untuk
lebih peduli kepada penderitaan sesama, kemiskinan dan kebodohan. Seseorang
yang rajin mengerjakan shalat tahajjud, akan menghadirkan dalam dirinya tekad
untuk mengabdi ke masyarakat dengan cara merintis kemungkinan jalan keluar
mengatasi kemiskinan dan kebodohan itu.5
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang rajin
mengerjakan shalat tahajjud akan memunculkan suatu kemampuan kecerdasan
sosial. Kemampuan dimana seseorang dapat berhubungan baik dengan orang lain
dan mempunyai hati yang lebih peka terhadap keadaan yang ada disekitarnya.
Kemampuan seperti ini menurut hemat penulis merupakan salah satu bentuk
kecerdasan emosional.
Di Pondok Pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang, terdapat
peraturan (tata tertib) secara tertulis bahwa setiap santri wajib mengikuti shalat
tahajjud berjamaah dan bagi santri yang tidak mengikuti shalat tahajjud tersebut
akan dikenakan sanksi. Shalat tahajjud dikerjakan setiap malam secara kontinyu
dari jam 02.30 sampai 03.00 WIB. Adanya tata tertib tersebut dimaksudkan
supaya para santri yang berada dalam lingkup pesantren menjadi seorang muslim
yang sejati dan berakhlakul karimah. Akhlakul karimah di sini adalah bagaimana
santri tersebut dapat bertingkah laku dengan baik, dapat membina hubungan baik
dengan orang lain baik pengasuh (kyai), sesama santri, maupun dengan
masyarakat.
4 Depag, Alqur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: SYGMA, 2007), hlm. 290.
5 M. Thobroni, Tahajjud Energi Sejuta Mukjizat, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2008), hlm. 35.
4
Dalam buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan
Spiritual (ESQ)”, Ary Ginanjar menjelaskan bahwa dalam ajaran islam, yang
berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual, seperti konsistensi
(istiqomah), kecerdasan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakkal),
ketulusan/sincerity (keikhlasan), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun),
integritas dan penyempurnaan (ikhsan), semua itu disebut akhlakul karimah.6 Jadi,
seseorang yang memiliki kecerdasan emosional juga akan memiliki akhlak yang
baik atau akhlakul karimah.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN PELAKSANAAN SHALAT
TAHAJJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) SANTRI DI
PONDOK PESANTREN PUTRI AL-HIKMAH TUGUREJO TUGU
SEMARANG, karena seseorang yang senantiasa melaksanakan shalat tahajjud
akan memiliki suatu kecerdasan sosial untuk dapat membina hubungan baik
dengan orang-orang disekitarnya, memiliki kepekaan hati yaitu hati yang mudah
menerima nasihat kebaikan dan kebenaran, hati yang dipenuhi dengan kelembutan
dan belas kasih serta hati yang memiliki ketajaman terhadap hidayah dan petunjuk
dari Allah SWT, serta memiliki akhlakul karimah yang dalam hal ini merupakan
bentuk dari kecerdasan emosional.
B. Rumusan Masalah
Kaitannya dengan judul dan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang?
2. Bagaimana kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok Pesantren Putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang?
6 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses membangun kecerdasa Emosi dan Spiritual
(ESQ), hlm. 199-200.
5
3. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan
kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah
Tugurejo Tugu Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud santri di
Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
b. Untuk mengetahui kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
c. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kedisiplinan pelaksanaan
shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak-pihak yang berkaitan. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu
tentang shalat, khususnya shalat Tahajjud dan kecerdasan emosional (EQ).
b. Manfaat praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan
ilmu pengetahuan tentang shalat Tahajjud bagi mahasiswa Fakultas
Tarbiyah pada umumnya dan jurusan Pendidikan Agama Islam pada
khususnya, sehingga bisa dijadikan acuan dalam meningkatkan kecerdasan
emosional (EQ).
c. Diharapkan hasil penelitian ini positif antara kedisiplinan pelaksanaan
shalat Tahajjud dengan kecerdasan emosional (EQ), sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kecerdasan emosional (EQ)
santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
KEDISIPLINAN PELAKSANAAN SHALAT TAHAJJUD
DAN KECERDASAN EMOSIONAL
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka akan mendeskripsikan penelitian yang sudah pernah
dilakukan sebelumnya yaitu:
Suntoro, 2005. Judul “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Kesehatan
Mental Lansia (Studi Kasus di Panti Wreda Pucang Gading Semarang)”.
Menjelaskan bahwa para lanjut usia yang terbiasa melakukan shalat tahajjud
dengan rutin, khusyu, ikhlas, bersungguh-sungguh, dan tidak terpaksa maka akan
berpengaruh juga pada kesehatan orang yang mengerjakannya. Di antaranya dapat
merasakan seakan-akan ada Allah SWT, selalu merasakan kehadiran-Nya,
merasakan ketenangan lahir maupun batin, serta merasakan adanya kasih sayang
dari Allah SWT.7
Nikmatul Wafiroh, 2007. Judul “Pengaruh Motivasi Pelaksanaan Shalat
Tahajjud Terhadap Ketenangan Jiwa Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang)”. Menjelaskan bahwa Shalat tahajjud
mempunyai implikasi terhadap terciptanya tingkah laku sosial keseharian santri di
Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang. Sebagai
indikasinya adalah santri terbiasa hidup mandiri, bergaul dan bertegur sapa
dengan masyarakat, saling menasihati tentang kesabaran dan kebenaran dan pada
akhirnya santri akan selalu terbiasa hidup bermasyarakat serta dapat beradaptasi
dengan lingkungan dimana santri tersebut berada.8
7 Suntoro, “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Kesehatan Mental Lansia (Studi Kasus di
Panti Wreda Pucang Gading Semarang)”, Skripsi (Semarang: Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo
Semarang, 2005).
8 Nikmatul Wafiroh, “Pengaruh Motivasi Pelaksanaan Shalat Tahajjud Terhadap
Ketenangan Jiwa Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu
Semarang)”, Skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007).
7
Siti Kumaeroh, 2009. Judul “Korelasi Antara Intensitas Pelaksanaan
Shalat Tahajjud Dengan Perilaku Keagamaan Santri Putri Al-Hikmah Tugurejo
Semarang (Analisis Fungsi Bimbingan Islam)”. Menjelaskan bahwa dari analisis
uji hipotesis dengan menggunakan rumus Product moment diketahui, bahwa nilai
rxy > rt. Hal ini ditunjukkan dari nilai rxy sebesar 0,437 > dari nilai tabel taraf
signifikansi 5% sebesar 0,235 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0, 305. Karena
nilai rxy > rt pada taraf signifikansi 5% dan 1%, maka signifikan dan hipotesis
yang diajukan diterima. Dengan demikian ada hubungan yang positif antara
intensitas pelaksanaan shalat tahajjud dengan perilaku keagamaan santri putri Al-
Hikmah Tugurejo Semarang. Dengan melakukan shalat tahajjud secara rutin maka
santri mendapatkan banyak hikmah dari shalat tahajjud diantaranya dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendidik hidup disiplin dan bertanggung
jawab, serta dapat menjadikan hati dan pikiran tenang, senang dan tenteram.9
Dari beberapa kajian penelitian di atas, dapat dilihat relevansinya dengan
penelitian ini, karena menjadi kelaziman setiap penelitian yang dilakukan
merupakan pengulangan dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini mencoba
menggali bagaimana suatu praktek ritual agama dalam hal ini pelaksanaan shalat
tahajjud di pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang
memunculkan kecerdasan emosional (EQ) bagi pelakunya. Argumen-argumen
tersebut menunjukkan perbedaan yang mendasar antara penelitian ini dengan
penelitian-penelitian yang pernah diteliti sebelumnya.
B. Kedisiplinan Menjalankan Shalat Tahajjud dan Kecerdasan Emosional
1. Shalat Tahajjud dan Kedisiplinan
a. Pengertian Shalat Tahajjud dan Kedisiplinan
Shalat menurut bahasa adalah doa, sedangkan secara istilah adalah
“ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir, dan disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat
9 Siti Kumaeroh, “Korelasi Antara Intensitas Pelaksanaan Shalat Tahajjud Dengan Perilaku
Keagamaan Santri Putri Al-Hikmah Tugurejo Semarang (Analisis Fungsi Bimbingan Islam)”,
Skripsi (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2009).
8
yang ditentukan”.10
Jadi shalat merupakan suatu ibadah yang terdiri dari
perkataan dan perbuatan yang pelaksanaannya dimulai dari takbir dan diakhiri
dengan salam, dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat.
Sementara itu, shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dikerjakan di
sepertiga malam yang terakhir, dimana orang yang terbiasa dengannya
mendapatkan predikat sebagai orang yang shalih, sedangkan tujuan dari
shalat tahajjud adalah untuk melengkapi, berdoa, dan bermunajat kepada
Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan seseorang sebagai
manusia.11
Menurut Asy-Syafi’y sebagaimana dikutip Muhammad Hasby As-
Shidiqy dalam bukunya Pedoman Shalat menjelaskan bahwa “shalat malam,
baik sebelum tidur maupun sesudahnya dinamakan tahajjud. Sedangkan
waktu shalat tahajjud adalah sejak dari selesai shalat isya sehingga shalat
shubuh”.12
Bilangan rakaat shalat tahajjud berdasarkan kaifiat yang diterangkan
oleh Aisyah RA, yaitu Nabi SAW membuka shalat malam dengan dua rakaat
yang ringan. Sesudah itu beliau mengerjakan sepuluh rakaat sunnah tahajjud
dengan lima salam, dan sesudah itu beliau mengerjakan sunnah witir satu
rakaat. Selain itu boleh juga mengerjakan dua rakaat saja shalat sunnah
tahajjud dan kemudian mengerjakan witir satu rakaat.13
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa shalat tahajjud
adalah shalat sunnah yang dikerjakan disepertiga malam yang terakhir yang
mana lebih utama pelaksanaannya adalah setelah bangun dari tidur.
Sedangkan jumlah rakaatnya adalah paling sedikit adalah dua rakaat dan
paling banyak adalah tidak terbatas.
10
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar baru Algensindo, 2007), hlm. 53.
11 Muhammad Muhyidin, Misteri Shalat Tahajjud, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 57.
12 Muhammad Hasby As-Shidiqy, Pedoman Shalat, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putera,
1997), hlm. 508.
13 Muhammad Hasby As-Shidiqy, Pedoman Shalat, hlm. 514-515.
9
Hasby Ash-Shidiqy dalam bukunya pedoman shalat menyebutkan ada
enam adab yang harus dipelihara oleh orang yang mengerjakan shalat malam
yaitu:
1) Berniat ketika akan tidur, untuk bangun mengerjakan shalat malam.
2) Menyapu muka di kala bangun dari tidur, kemudian menyikat gigi
untuk menyegarkan mulut, dan dianjurkan memandang langit
disertai berdoa.
3) Membuka shalat malam dengan dua rakaat yang ringan, sesudah itu
dilanjutkan sesuai dengan jumlah rakaat yang diinginkan.
4) Membangunkan keluarga dari tidur di malam hari.
5) Menghentikan shalat untuk tidur kembali apabila terasa mata
mengantuk, hingga hilang kantuk.
6) Jangan memberatkan diri. Di sini, hendaknya seseorang melakukan
shalat sesuai dengan kemampuan.14
Adab-adab yang sudah dijelaskan di atas sangat perlu dan penting untuk
dikerjakan oleh orang yang senantiasa melaksanakan shalat tahajjud, karena
hal tersebut akan menambah kekhusyukan seseorang dalam melaksanakan
shalat tahajjud.
Sedangkan disiplin merupakan sebuah kata yang tidak asing dalam
kehidupan sehari-hari. Kedisiplinan berasal dari kata dasar “disiplin”, yang
mendapat awalan ke- dan akhiran -an. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata “disiplin” berarti ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib).15
Menurut Soegarda Poerbakawatja dalam bukunya Ensiklopedi
Pendidikan, dijelaskan bahwa disiplin adalah:
1) Proses mengarahkan atau mengabdikan kehendak-kehendak
langsung, dorongan-dorongan, keinginan atau kepentingan-
kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk
mencapai efek yang lebih besar.
2) Pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar-
pelajar) dengan menggunakan sistem hukuman atau hadiah.
3) Suatu cabang ilmu pengetahuan.
4) Dalam kemiliteran: patuh kepada atasan dan melaksanakan
perintah.
14
Muhammad Hasby As-Shidiqy, Pedoman Shalat, hlm. 521-524.
15 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 268.
10
5) Dalam sekolah: Suatu tingkat tata tertib tertentu untuk mencapai
kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.16
Henry Clay Lindgren dalam bukunya Educational Psychology In The
Class Room menjelaskan, “The word “discipline” is commonly used to mean
“punishment”, control by enforcing obedience or orderly conduct”, and
“training that corrects and strengthens”.17
“kata disiplin umumnya digunakan
untuk sebuah hukuman, pengawasan dengan memaksa kepatuhan atau perintah
dan pelatihan yang benar dan kuat”.
Selain itu, menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Child
Development menjelaskan “Discipline comes from the same word as
“disciple” one who learns from or voluntarily follows a leader”.18
Disiplin
berasal dari kata yang sama seperti ‘disciple’ seseorang yang belajar dari atau
mengikuti seorang pemimpin dengan sengaja.
Dalam bukunya yang lain yaitu Child and Growth Development,
Elisabeth B. Hurlock menjelaskan “To most people, discipline means
punishment. But the Standard dictionaries define it as “training in self-
control and obedience” or “education”. It also means training that molds,
strengthens, or perfect”.19
Bagi sebagian orang disiplin adalah hukuman.
Tetapi menurut standar kamus disiplin adalah latihan pengendalian diri dan
ketaatan atau pendidikan. Yang dimaksud latihan disiplin disini adalah
pembentukan karakter, memperkuat karakter, atau menyempurnakan karakter.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan merupakan ketaatan atau kepatuhan seseorang dalam melakukan
suatu perbuatan atau tindakan terhadap suatu peraturan (tata tertib) yang sudah
ditentukan.
16
Soegarda Poerbakawartja dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: PT
Gunung Agung, 1982), hlm. 81.
17 Henry Clay Lindgren, Educational Psychology In Classroom, (Tokyo: Charles E. Tuttle
Company, 1960), hlm. 323.
18 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (Singapore: International Student Edition,
1978), hlm. 392.
19 Elisabeth B. Hurlock, Child and Growth Development, (Panama: Webster Division,
1978), hlm. 335.
11
b. Dasar dari Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh
Rasulullah SAW. Adapun yang menjadi perintah dalam melaksanakan shalat
tahajjud tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-isra’ ayat 79 yang berbunyi:
z ÏΒuρ È≅ ø‹©9 $# ô‰¤f yγ tF sù ϵÎ/ \' s#Ïù$ tΡ y7 ©9 # |¤ tã βr& y7 sWyè ö7 tƒ y7 •/u‘ $ YΒ$s)tΒ # YŠθ ßϑøt¤Χ ∩∠∪
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajjud (sebagai
suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (Q.S. al- Isra/17: 79).20
Dan pada sebagian malam bangun dan bertahajjulah dengannya, yakni
dengan bacaan Al-qur’an itu, dengan kata lain lakukanlah shalat tahajjud
sebagai suatu ibadah tambahan kewajiban, atau sebagai tambahan ketinggian
derajat bagimu, mudah-mudahan dengan ibadah-ibadah ini Tuhan Pemelihara
dan Pembimbingmu mengangkatmu di hari kiamat nanti ke tempat yang
terpuji.21
Penafsiran di atas menjelaskan bahwa perintah untuk menjalankan
shalat tahajjud adalah sebagai ibadah tambahan setelah ibadah yang wajib
yang mana orang yang senantiasa menjalankan shalat tahajjud akan
dimuliakan derajatnya oleh Allah.
Ayat di atas menegaskan bahwa yang dinamakan shalat tahajjud
adalah shalat yang dikerjakan pada malam hari. Maka shalat sunnah yang
dikerjakan di siang hari tidak disebut dengan shalat tahajjud. Ayat tersebut
juga menegaskan bahwa salah satu fungsi dari shalat tahajjud, yakni sebagai
ibadah tambahan bagi manusia.22
Dengan ibadah tersebut, manusia akan
mendapatkan tempat terpuji di sisi Allah SWT.
Selain itu ada juga hadits yang menjelaskan keutamaan shalat malam,
diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Nabi SAW
bersabda:
20
Depag, Alqur’an dan Terjemahnya, hlm. 290.
21 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Jati,2006), Jil. 7, hlm 523.
22 Muhammad Muhyidin, Misteri Shalat Tahajjud, hlm. 53.
12
حدثنا آبوعوانة، عن عن أيب بشر، عن أيب محيد بن : قتيبة بن سعيدحدثين
قال رسول اهللا : نه قالعن أيب هريرة رضي اهللا عاحلمريي، عبد الرمحن
أفضل الصيام، بعد رمضان، شهر اهللا احملرم، : " اهللا عليه وسلم ىصل
٢٣)رواه مسلم". (وأفضل الصالة، بعد الفريضة، صالة الليل
Telah bercerita kepadaku Qutaibah bin Said: Telah bercerita kepada
kita sAbu Awanah, dari Abi Bisrin, dari Humaidi bin Abdirrohman
Himyari, dari Abu Hurairah RA berkata: Nabi muhammad SAW
bersabda “Sebaik-baik puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di
bulan Allah, Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat yang
fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim).
Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa shalat tahajjud merupakan
salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan, karena
shalat tahajjud merupakan shalat yang utama setelah melaksanakan shalat
fardhu.
c. Hikmah Shalat Tahajjud
Orang yang melaksanakan shalat tahajjud memiliki keutamaan dan
kemuliaan daripada orang yang tidak melakukannya. Orang yang demikian ini
telah memanfaatkan waktu malam tidak hanya untuk beristirahat dan tidur saja
akan tetapi juga menggunakan sebagian waktunya untuk beribadah kepada
Allah SWT. Oleh karena itu, dari sisi pemanfaatan waktu malam, orang-orang
yang melakukan ibadah kepada Allah SWT adalah orang-orang yang patut dan
pantas untuk dipuji dan dimuliakan. Hal itu terjadi karena orang tersebut telah
mampu memanfaatkan kemuliaan malam.24
Hikmah mengerjakan shalat tahajjud antara lain:
1) Menguatkan tali hubungan dengan Allah.
2) Menyucikan ruh dan menaikkannya pada derajat mulia.
3) Membuat suka beribadah, menjauhi maksiat, dan jauh dari futur
dan malas beribadah.
4) Melunakkan hati.
23
Al- Imam Muslim Ben Al-Hajjaj, Sahih Muslim, (Lebanon: Dar Al- Kotob Al- Ilmiyah,
2008), hlm. 484.
24 Muhammad Muhyidin, Misteri Shalat Tahajjud, hlm. 110-111.
13
5) Mendapat ridha Allah dan masuk surga.
6) Wasilah terbaik bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri pada
Tuhannya.25
Orang yang senantiasa menjalankan shalat tahajjud akan mendapatkan
hikmah dari shalat tahajjud tersebut, shalat tahajjud merupakan suatu wasilah
(sarana) terbaik bagi seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhannya sehingga jiwa orang tersebut akan merasa tenang, tenteram dan
memperoleh derajat yang mulia disisi Tuhannya.
2. Faktor Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan pribadi dan kelompok. tata tertib itu bukan buatan binatang, tetapi
buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari
dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan
Kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti
menaati (mematuhi) tata tertib.26
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata pelaksanaan berarti proses, cara, perbuatan melaksanakan
(rancangan, keputusan).27
Sementara itu shalat tahajjud adalah shalat sunnah
yang dikerjakan di sepertiga malam yang terakhir.
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud adalah ketaatan atau kepatuhan
seseorang (santri) dalam melaksanakan shalat tahajjud sesuai dengan
peraturan (tata tertib) yang ada di dalam suatu lembaga, yang dalam hal ini
adalah pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
Faktor kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud antara lain:
1) Kesadaran dalam melaksanakan shalat tahajjud
25
M. Abdul Qadir Abu Faris, Menyucikan Jiwa, Terj. Habiburrahman Saerozi, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), hlm. 149-150.
26 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 17.
27 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 627.
14
Kesadaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pembentukan kedisiplinan. Kesadaran muncul dari dalam diri seseorang.
Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan seseorang menyadari
bahwa hanya dengan disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala
hal, didapatkan keteraturan dalam kehidupan, dapat menghilangkan
kekecewaan orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain
mengaguminya.28
Dari pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa kesadaran dalam
melaksanakan shalat tahajjud tumbuh dari dalam diri seseorang yang
melakukannya. Seseorang akan senantiasa melaksanakan shalat tahajjud
tanpa diperintah ataupun dipaksa oleh orang lain.
2) Tepat waktu dalam melaksanakan shalat tahajjud
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ketepatan mempunyai
arti hal (keadaan, sifat) tepat; ketelitian; kejituan.29
Sedangkan menurut hemat penulis, yang dimaksud dengan tepat
waktu dalam melaksanakan shalat tahajjud di sini adalah ketepatan santri
dalam melaksanakan shalat tahajjud sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan oleh pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu
Semarang yaitu mulai jam 02.30 sampai 03.00 WIB. Jadi tepat waktu
dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi salah satu faktor kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud, karena dengan tepat waktu akan menjadikan
seseorang berdisiplin.
3) Konsisten dalam melaksanakan shalat tahajjud
Hal terpenting dalam disiplin adalah konsistensi. Konsistensi
penting dalam pemberian “hukuman” saat perilaku yang tak diinginkan
muncul. Sikap yang tidak konsisten dapat menjadikan anak oportunis
(mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan semata).30
Sikap
28
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, hlm. 17.
29 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 1178.
30 Imam Musbikin, Mendidik Anak Nakal, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), hlm. 75.
15
yang tidak konsisten juga akan menghancurkan aturan dan disiplin.31
Hal
tersebut berarti aturan menjadi tidak adil karena selalu berubah-ubah
penerapannya. Akibatnya tumbuhnya disiplin juga sulit sekali diharapkan.
Dalam amalan keagamaan konsisten (istiqomah) merupakan syarat
agar amalan itu dapat mencapai hasil yang dikehendaki secara optimal.
Disebutkan dalam al-Qur’an:
¨βÎ) š Ï%©!$# (#θ ä9$ s% $ oΨš/u‘ ª!$# §ΝèO (#θßϑ≈ s)tF ó™$# ãΑ̈”t∴tGs? ÞΟÎγ øŠn=tæ èπx6 Í×‾≈ n=yϑø9 $# āωr& (#θ èù$ sƒrB
Ÿωuρ (#θ çΡt“ øtrB (#ρã� ϱ ÷0r&uρ Ïπ ¨Ψpgø: $$ Î/ ÉL©9 $# óΟçFΖä. šχρ߉tãθ è? ∩⊂⊃∪
Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan Tuhan kami adalah
Allah kemudian mereka menegakkan pendirian mereka
(beristiqomah) maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan) janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang
telah dijanjikan Allah kepadamu. (Q.S. Fushilat/41: 30).32
Ayat di atas menguraikan orang-orang yang beriman dan konsisten
melaksanakan petunjuk imannya. Allah berfirman: sesungguhnya orang-
orang yang percaya dan mengatakan dengan lidahnya bahwa tuhan kami
hanyalah Allah mengatakannya sebagai cerminan kepercayaan mereka
tentang kekuasaan dan kemahaesaan Allah kemudian mereka memohon
atau bersungguh-sungguh beristiqomah meneguhkan pendirian mereka
dengan melaksanakan tuntunannya, maka buat mereka bukan teman-teman
buruk yang memperindah keburukan yang menemani mereka sebagaimana
halnya para pendurhaka, tetapi akan turun kepada mereka yakni akan
dikunjungi dari saat ke saat serta secara bertahap hingga menjelang ajal
mereka oleh malaikat-malaikat untuk meneguhkan hati mereka sambil
berkata: “janganlah kamu takut menghadapi masa depan dan janganlah
kamu bersedih atas apa yang telah berlalu, dan bergembiralah dengan
31
Supardi dan Aqila Smart, Ide-Ide Kreatif Mendidik Anak Bagi Orang Tua Sibuk, hlm. 47.
32 Depag, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, hal. 480.
16
perolehan surga yang telah dijanjikan Allah kepada rasul-Nya kepada
kamu”.33
Jadi seseorang yang konsisten dalam beriman kepada Allah itu
akan mendapatkan kebaikan yang optimal. Orang yang bersungguh-
sungguh dalam beristiqomah beriman kepada Allah akan mendapatkan
kebahagiaan. Maka konsisten (istiqomah) dapat ditetapkan sebagai salah
satu faktor kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud, karena dengan
konsisten melaksanakan shalat tahajjud, akan tumbuh dalam diri seseorang
sikap kedisiplinan dalam melaksanakan shalat tahajjud.
3. Kecerdasan Emosional dan Unsur-unsurnya
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Sebelum kepada pengertian kecerdasan emosional, terlebih dahulu
akan dijelaskan pengertian dari kecerdasan dan juga emosi. Dalam
mengartikan inteligensi (kecerdasan), para ahli mempunyai pengertian yang
beragam. Di antara pengertian inteligensi adalah sebagai berikut:
1) C.P. Chaplin mengartikan inteligensi atau kecerdasan itu sebagai
kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi
baru secara cepat dan efektif.
2) Binet menyatakan bahwa sifat hakikat inteligensi itu ada tiga
macam yaitu:
a) Kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan
(memperjuangkan) tujuan tertentu.
b) Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka
mencapai tujuan tersebut.
c) Kemampuan untuk melakukan otokritik, kemampuan untuk
belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
3) Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama,
inteligensi meliputi tiga pengertian yaitu:
a) Kemampuan untuk belajar.
b) Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh.
c) Kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi
baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya, Woolfok
mengemukakan inteligensi itu merupakan satu atau beberapa
kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jil. 12, hlm 409.
17
dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan
lingkungan.34
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
yang disebut dengan kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dengan tujuan
untuk memecahkan masalah yang ada atau yang sedang dihadapi dan agar
bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Sedangkan psikolog Harvard, Horward Gardner sebagaimana dikutip
oleh Yatim Riyanto dalam bukunya Paradigma Baru Pembelajaran
mendefinisikan kecerdasan sebagai:
1) Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang
merupakan konsekuensi dalam suasana budaya.
2) Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati
situasi yang sasaran harus dicapai.
3) Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah
sasaran tersebut.35
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
merupakan suatu keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi agar mencapai tujuan yang
diinginkan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan baik.
Secara harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan:
Emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran khas-pikiran khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.36
Emosi sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Tiap bentuk
emosi pada dasarnya membuat hidup terasa lebih menyenangkan karena
34
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2008), hlm. 106.
35 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hlm. 236.
36 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001), hlm. 411.
18
emosilah seseorang akan merasakan getaran-getaran perasaan dalam dirinya
maupun orang lain.37
Menurut English and English emosi adalah “A complex feeling state
accompanied by characteristic motor and glandular activities” (suatu
keadaan perasan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan
kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan berpendapat bahwa
emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai
warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang luas (mendalam).38
Emosi berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat didefinisikan
sebagai suatu gejolak perasaan yang timbul dari dalam diri seseorang dengan
hebat dan meluap-luap ketika menghadapi situasi tertentu dalam
kehidupannya, seperti perasaan gembira, sedih, bahagia, putus asa, dan
sebagainya.
Di bawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap
perilaku individu di antaranya sebagai berikut:
1) Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas
hasil yang telah dicapai.
2) Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena
kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya
rasa putus asa (frustasi).
3) Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap
gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
4) Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri
hati.
5) Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.39
Penjelasan di atas merupakan pengaruh dari emosi terhadap perilaku
yang mana hal tersebut tergantung dari keadaan atau suasana hati seseorang
yang merasakannya, apakah orang tersebut sedang senang, bahagia, susah dan
sebagainya.
37
Siti Aisyah, Dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 9.4.
38 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 114
39 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 115.
19
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
dari University of New Hampshire sebagaimana dikutip oleh Laurence E.
Shapiro dalam bukunya Mengajarkan Emotional Pada Anak Terjemahan Alex
Tri Kantjono menjelaskan bahwa kecerdasan emosional diperlukan untuk
menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan. Kualitas-kualitas ini antara lain empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.40
Kecerdasan emosional menjadi sangat penting untuk dijelaskan,
karena di dalamnya menerangkan berbagai macam kualitas-kualitas
emosional yang sangat penting untuk dimengerti dan dimiliki serta
berpengaruh terhadap keberhasilan hidup seseorang.
Sedangkan dalam khazanah disiplin ilmu pengetahuan, terutama
psikologi, istilah kecerdasan emosional (Emotional Intelligence), merupakan
sebuah istilah yang relatif baru. Istilah ini dipopulerkan oleh Daniel Goleman
berdasarkan hasil penelitian tentang neorolog dan psikolog yang
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya dengan
kecerdasan intelektual. Berdasarkan hasil penelitian para neurology dan
psikolog tersebut, maka Goleman berkesimpulan bahwa setiap manusia
memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional.
Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau yang populer
dengan sebutan “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional
digerakkan oleh emosi.41
Kecerdasan emosional sebenarnya sama penting dengan kecerdasan
intelektual, karena pada dasarnya manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu
pikiran rasional yang digerakkan oleh kemampuan intelektual dan pikiran
40
Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, Terj. Alex Tri
Kantjono, (Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2003), hlm. 5.
41 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 170.
20
emosional yang digerakkan oleh emosi. Jadi baik kecerdasan intelektual
maupun kecerdasan emosional mempunyai kontribusi besar terhadap
kehidupan manusia.
Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional atau emotional
intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain.42
Berdasarkan pengamatannya, banyak orang yang gagal dalam
hidupnya bukan karena kecerdasan intelektualnya rendah, namun karena
orang tersebut kurang memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional
ini semakin perlu dipahami, dimiliki, dan diperhatikan dalam
pengembangannya karena mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin
kompleks. Kehidupan yang semakin komplek ini memberikan dampak yang
sangat buruk terhadap kehidupan emosional individu. 43
Sedangkan Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional
sebagai “kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan
orang lain serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran
dan tindakan”.44
Stain and Book sebagaimana dikutip M. Furqon Hidayatullah dalam
bukunya Guru Sejati Membangun Insan Berkarakter kuat dan Cerdas
mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan
yang memungkinkan seseorang melapangkan jalan di dunia yang rumit, yaitu
aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang
penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif
setiap hari.45
42
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Prestasi, Terj. Alex Tri Kantjono
Widodo, hlm. 512. 43
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 113.
44 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Prestasi, Terj. Alex Tri Kantjono
Widodo, hlm. 513.
45 M. Furqon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter kuat dan Cerdas,
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), hlm. 200-201.
21
Selain itu, Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ), menjelaskan bahwa
kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi, dan pengaruh manusia.46
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang
yang memiliki kecerdasan emosional dalam kehidupannya akan dapat
memahami perasaan yang ada dalam dirinya maupun memahami perasaan
orang lain yang ada disekitarnya, mampu memotivasi diri ketika dihadapkan
pada suatu masalah yang sulit, serta mampu mengelola emosi baik emosi
yang ada di dalam diri sendiri maupun ketika berhubungan dengan orang lain.
b. Unsur-Unsur Kecerdasan Emosional
Satu hal yang tidak diragukan bahwa kesuksesan dan kegagalan hidup
sangat bergantung kepada penguasaan diri seseorang terhadap emosinya dan
kemampuannya mengontrol diri.47
Hal ini berarti seseorang yang memiliki
kemampuan dalam penguasaan diri dan mengontrol emosi akan
mempengaruhi sukses tidaknya orang tersebut dalam menjalani hidup.
Menurut Salovey kecerdasan emosional memiliki lima wilayah utama
yaitu:
1) Mengenali emosi diri
2) Mengelola emosi
3) Memotivasi diri sendiri
4) Mengenali emosi orang lain
5) Membina hubungan48
Lima wilayah utama yang sudah disebutkan di atas merupakan unsur-
unsur atau bagian-bagian yang terdapat di dalam kecerdasan emosional.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang mampu
46
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses membangun kecerdasa Emosi dan Spiritual
(ESQ), hlm. 199.
47 Yusuf al-Uqshari, Menuju Puncak Prestasi Tanpa Batas, (Jakarta: Gema Insani, 2006),
hlm. 114.
48 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, hlm. 58-59.
22
menguasai, mengelola, dan mengarahkan emosinya dengan baik. Kesadaran
diri yang dimiliki dapat membantu mengelola diri sendiri dan hubungan antar
personal serta menyadari emosi dan pikirannya sendiri sehingga dapat
mendukung kesuksesan hidup orang tersebut.
Sedangkan Daniel Goleman sebagaimana dikutip oleh Desmita dalam
bukunya Psikologi Perkembangan mengklasifikasikan kecerdasan emosional
atas lima komponen penting yaitu:
1) Kesadaran diri ( Self- awareness)
Yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat, dan
menggunakannya untuk memandu keputusan diri sendiri, memiliki tolok
ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.49
Self-awareness meliputi kemampuan:
a) Kesadaran emosi (emotional awareness) yakni mengenali emosi
diri sendiri dan efeknya.
b) Penilaian secara teliti (accurate self-assessment) yakni
mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
c) Percaya diri (self-confidence) yakni keyakinan tentang harga diri
dan kemampuan sendiri.50
2) Mengelola Emosi (Managing Emotions)
Yaitu menangani emosi sendiri agar berdampak positif bagi
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya satu tujuan, serta mampu menetralisir
emosi.51
Pengaturan diri meliputi kemampuan:
a) Mengendalikan diri (self-control) yakni mengelola emosi dan
desakan hati yang merusak.
b) Sifat dapat dipercaya (trustworthiness) yakni memelihara norma
kejujuran dan integritas.
c) Kehati-hatian (consciousness) yakni bertanggung jawab atas
kinerja pribadi.
49
Desmita, Psikologi Perkembangan , hlm. 170.
50 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, hlm. 154.
51 Desmita, Psikologi Perkembangan , hlm. 171.
23
d) Adaptabilitas (adaptability) yakni keluwesan dalam menghadapi
perubahan.
e) Inovasi (innovation) yakni mudah menerima dan terbuka
terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.52
3) Motivasi diri (motivating oneself)
Motivasi dalam kecerdasan emosional di sini adalah menggunakan
hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun manusia
menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara
efektif serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.53
Kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan
pencapaian sasaran meliputi:
a) Dorongan prestasi (Achievement drive) yaitu dorongan untuk
menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
b) Komitmen (commitment) yaitu kemampuan menyesuaikan diri
dengan sasaran kelompok atau lembaga
c) Inisiatif (initiative) yaitu kesiapan untuk memanfaatkan
kesempatan
d) Optimisme (optimism) yaitu kegigihan dalam memperjuangkan
sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.54
4) Mengenali Emosi Orang Lain (Recognizing emotions in other)
Yaitu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami
perasaan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain,
menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
orang banyak atau masyarakat.55
Kemampuan ini meliputi kemampuan:
a) Kemampuan memahami orang lain (understanding other) yaitu
mengindera perasaan dan perspektif orang dan menunjukkan
minat aktif terhadap kepentingannya.
b) Mengembangkan orang lain (developing other) yaitu merasakan
kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha
menumbuhkan kemampuannya.
52
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, hlm. 155.
53 Desmita, Psikologi Perkembangan , hlm. 171.
54 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, hlm. 155.
55 Desmita, Psikologi Perkembangan , hlm. 171.
24
c) Orientasi pelayanan (service orientation) yaitu kemampuan
mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan
orang lain.
d) Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity) yaitu
kemampuan menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan
orang lain.
e) Kesadaran politis (political awareness) yaitu mampu membaca
arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan
kekuasaan.56
5) Membina Hubungan (Handling Relationship)
Yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi dan
jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak
bijaksana dalam hubungan antar manusia.57
Kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada
orang lain meliputi:
a) Pengaruh (influence) yaitu melakukan taktik untuk melakukan
persuasi.
b) Komunikasi (communication) yaitu mengirim pesan yang jelas
dan meyakinkan.
c) Manajemen konflik (conflict management) meliputi kemampuan
melakukan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
d) Kepemimpinan (leadership) yaitu membangkitkan inspirasi dan
memandu kelompok dan orang lain.
e) Katalisator perubahan (change catalyst) yaitu kemampuan
memulai dan mengelola perubahan.
f) Membangun hubungan (building bonds) yaitu kemampuan
menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.
g) Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation) yaitu
kemampuan bekerjasama dengan orang lain demi tujuan
bersama.
h) Kemampuan tim (team capability) yaitu menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.58
Berdasarkan lima komponen kecerdasan emosional di atas, dapat
dipahami bahwa kecerdasan emosi sangat dibutuhkan oleh manusia dalam
56
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, , hlm. 156.
57 Desmita, Psikologi Perkembangan , hlm. 172.
58 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, , hlm. 157.
25
kehidupannya untuk mencapai kesuksesan, baik di bidang akademis, karir,
maupun dalam kehidupan sosial. Karena kecerdasan emosional merupakan
kemampuan seseorang dalam membina hubungan baik dengan orang lain.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas
tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan
dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti
struktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat
mental (seperti emosi, kecerdasan, dan bakat).
Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
antara lain:
1) Hereditas (keturunan atau pembawaan)
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala
potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak
orang tua melalui gen-gen.59
Jadi keturunan atau pembawaan sangat mempengaruhi
perkembangan individu dalam kehidupannya dan secara tidak langsung hal
tersebut juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kecerdasan emosional
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain dalam hidupnya.
2) Lingkungan Perkembangan
Urie Bronfrenbrenner dan Ann Crouter sebagaimana dikutip
Syamsu Yusuf dalam bukunya Psikologi Anak dan Remaja
mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan berbagai
peristiwa, situasi, atau kondisi di luar organism yang diduga
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Lingkungan
ini terdiri atas: a) fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada
59
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 31.
26
di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu
rumah. b) sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu. 60
a) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan
terpenting. Sejak timbulnya peradaban manusia sampai sekarang,
keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak
manusia.61
Kehidupan keluarga merupakan yang pertama untuk
mempelajari emosi.62
Karena sebuah keluarga menjadi pusat pendidikan yang pertama
dan penting, maka orang tua harus senantiasa mendidik dan
mengarahkan anak kepada hal-hal yang baik sehingga perkembangan
emosi anak juga akan menjadi baik.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama
maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang
kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota
masyarakat yang sehat.63
Mengkaji lebih jauh tentang fungsi keluarga ini dapat
dikemukakan bahwa secara psiko sosiologis keluarga berfungsi sebagai:
(1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya.
(2) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis.
(3) Sumber kasih sayang dan penerimaan.
(4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar
menjadi anggota masyarakat yang baik.
(5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang
secara sosial dianggap tepat.
60
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 35.
61 Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Jogjakarta: Diva Press, 2010),
hlm. 18.
62 John Gottman dan Joan Declaire, Kiat-kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 2.
63 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 37.
27
(6) Pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya dalam
kehidupan.
(7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik,
verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri.
(8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk
mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat.
(9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi.
(10) Sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai
cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau
apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.64
Orang tua yang mengasuh anak dengan EQ, akan menciptakan
keluarga yang harmonis dan membuat anak-anak tumbuh dewasa
dengan disiplin dan tanggungjawab.65
Karena itu sebagai orang tua
yang baik harus senantiasa mengajarkan kepada anak apa itu
kecerdasan emosional dan bagaimana penerapannya sehingga anak
tumbuh dengan kedisiplinan.
b) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan
dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan
potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional, maupun sosial.66
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian
anak, Hurlock sebagaimana dikutip oleh Syamsu Yusuf dalam bukunya
Psikologi Anak dan Remaja mengemukakan bahwa sekolah merupakan
faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik
dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku. Ada beberapa
alasan, mengapa sekolah memainkan peranan penting bagi
perkembangan kepribadian anak, yaitu:
64
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 38-39.
65 Maurice J. Elias, dkk, Cara-cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, (Bandung: Kaifa,
2000), hlm. 39.
66 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 54.
28
(1) Para siswa harus hadir di sekolah.
(2) Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini,
seiring dengan perkembangan “konsep diri”-nya.
(3) Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah
daripada di tempat lain di luar rumah.
(4) Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meraih sukses.
(5) Sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk
menilai dirinya, dan kemampuannya secara realistik.67
Sekolah memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan
kecerdasan emosional anak, karena di sekolah anak berhubungan
langsung dengan orang-orang disekitarnya dan anak akan senantiasa
mengalami bentuk-bentuk emosi yang secara tidak langsung emosi itu
muncul dan dirasakan setiap hari.
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat di sini lebih dititikberatkan kepada
kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan
sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi
perkembangan kepribadiannya. Peranannya itu semakin penting,
terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat
pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu:
(1) Perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke
keluarga kecil.
(2) Kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda.
(3) Ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda.
(4) Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat
orang dewasa.68
Peranan kelompok teman sebaya bagi remaja adalah kesempatan
untuk belajar tentang:
(1) Bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
(2) Mengontrol tingkah laku sosial.
(3) Mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan
dengan usianya.
(4) Saling bertukar perasaan dan masalah.69
67
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 55.
68 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 59.
29
Lingkungan masyarakat tidak kalah penting dalam
mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan emosional seseorang, karena
dalam masyarakat mereka langsung berhubungan, berbaur, dan
bersosialisasi dengan masyarakat.
Selain beberapa faktor di atas, faktor lain yang mempengaruhi
kecerdasan emosional salah satunya adalah dengan melaksanakan shalat
tahajjud. Dalam buku Agama Sebagai Terapi, Telaah Menuju Ilmu
Kedokteran Holistik, M. Sholeh dan Imam Musbikin menjelaskan bahwa
orang yang menjalankan shalat tahajjud dengan tepat, kontinyu, khusyuk, dan
ikhlas, dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan memperbaiki
coping, yang mana respons emosi positif dan coping yang efektif dapat
mengurangi reaksi stress. Memang diakui, coping tidak menyelesaikan
masalah, akan tetapi dapat menolong subjek mengubah persepsi atau
meningkatkan kondisi yang di anggap mengancam.70
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
menjalankan shalat tahajjud dengan disiplin, kontinyu memiliki peran atau
pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
emosional seseorang.
5. Kecerdasan Emosional Sebagai Hasil dari Kedisiplinan Pelaksanaan
Shalat Tahajjud
Shalat pada hakikatnya merupakan sarana terbaik untuk mendidik jiwa dan
memperbaiki semangat dan sekaligus pensucian akhlak.71
Untuk memperoleh
manfaat shalat, maka yang penting diperhatikan adalah kekhusyukan dalam
melaksanakan shalat. Sehingga tujuan utama melaksanakan shalat tidak lain
hanyalah untuk mendapatkan ridha Allah, sedangkan manfaat penyembuhan
adalah buah langsung dari shalat itu sendiri. Khusyuk berarti jiwa raga tunduk dan
69
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm. 59-60.
70 M. Sholeh dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, Telaah menuju Ilmu
Kedokteran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 275.
71 Syaikh Musthafa Masyhur, Bertemu Allah Dalam Shalat, Terj. Ibnu Hajar, (Yogyakarta:
Total Media, 2008), hlm. 11.
30
penuh taat dalam mengerjakan shalat dihadapan Allah SWT. Semua ini bisa
dilakukan apabila yang bersangkutan merasa berada di bawah pengawasan-Nya.72
Shalat juga bisa menjadi salah satu penyembuhan rabbani dari penyakit
dunia, baik yang berkaitan dengan fisik, kejiwaan, maupun emosional. Shalat bisa
menjadi tindakan antisipasi akan terjadinya berbagai macam penyakit. Dalam
shalat, semua otot tubuh baik yang kecil maupun yang besar bergerak. Ini
merupakan tindakan pemeliharaan serta pelatihan agar otot menjadi lebih kuat.73
Menurut Ary Ginanjar dalam bukunya “Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ)” menjelaskan bahwa kecerdasan
emosional dan spiritual bersumber dari suara-suara hati. Sedangkan shalat berisi
tentang pokok-pokok pikiran dan bacaan suara-suara hati itu sendiri. Contoh,
ucapan “maha suci Allah, maha besar allah, maha tinggi allah”. Ini akan menjadi
suatu reinforcement atau penguatan kembali akan pentingnya suara-suara hati
mulia itu yang sesungguhnya juga telah dimiliki di dalam setiap dada manusia,
sehingga sumber-sumber ESQ akan hidup untuk mencerdaskan emosi dan
spiritual sekaligus kepekaan jiwa seseorang.74
Begitu juga dengan shalat tahajjud, sesuai dengan pendapat M. Sholeh dan
Imam Musbikin dalam buku Agama Sebagai Terapi, Telaah Menuju Ilmu
Kedokteran Holistik, yang sudah dijelaskan di atas, bahwa shalat tahajjud yang
dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusyu, tepat, ikhlas dan kontinyu
diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif. Dan respons emosi
positif (positive thinking) dapat menghindarkan reaksi stress. Menumbuhkan
persepsi dan motivasi positif tersebut merupakan bagian dari unsur-unsur
kecerdasan emosional yaitu motivasi. Dari penjelasan ini menurut hemat penulis,
shalat tahajjud berhubungan dengan kecerdasan emosional.
72
Sulaiman Al-kumayi, Jangan Biarkan Shalat Anda Tidak Khusyuk, (Yogyakarta: Real
Books, 2011), hlm. 69-70.
73 Imam Musbikin, Melogikan Rukun Islam Bagi Kesehatan fisik dan Psikologi Manusia,
(Yogyakarta: Diva Press, 2008), hlm. 89
74 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses membangun kecerdasa Emosi dan Spiritual
(ESQ), hlm. 200.
31
Di dalam islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan
spiritual, seperti konsistensi (istiqomah), kecerdasan hati (tawadhu), berusaha dan
berserah diri (tawakkal), ketulusan/sincerity (keikhlasan), totalitas (kaffah),
keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ikhsan), semua itu
disebut akhlakul karimah. Dalam kecerdasan emosi, hal-hal di atas dijadikan
sebagai tolok ukur kecerdasan emosi/EQ seperti integritas, komitmen, konsistensi,
sincerity, dan totalitas. Oleh karena itu bahwa kecerdasan emosi sebenarnya
adalah akhlak di dalam agama islam.75
Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa
seseorang yang memiliki akhlak yang baik juga akan memiliki kecerdasan
emosional.
Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Rafy Sapury dalam bukunya
Psikologi Islam berpendapat bahwa induk seluruh akhlak dan yang merupakan
sendi-sendinya itu ada empat yaitu hikmah dan kebijaksanaan (kondisi jiwa dalam
ikhtiar baik dan buruk), keberanian (kondisi jiwa dalam sifat kemarahan yang
dikoridori oleh pikiran), kelapangan dada (pendidikan jiwa dengan akal pikiran
dan syariat agama), dan keadilan (kekuatan jiwa untuk membimbing kemarahan
dan syahwat ke arah hikmah dan kebijaksanaan).76
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa shalat sangat bermanfaat
bagi kesehatan jasmani dan rohani. Dengan shalat jiwa akan menjadi tenang dan
pikiran akan menjadi jernih. Hal ini akan berpengaruh pada perilaku seseorang
dalam kehidupan sehari-hari seperti cara membina hubungan dengan orang lain,
dapat mengontrol emosi ketika menghadapi suatu permasalahan, dan lain
sebagainya. Begitu juga dengan shalat tahajjud, menurut hemat penulis jika
seseorang melaksanakan shalat tahajjud akan tumbuh di dalam dirinya sifat
keikhlasan. Ikhlas untuk bangun dari tidur ketika orang lain masih tidur, dan
keikhlasan tersebut hanya untuk mencari ridha Allah.
Shalat tahajud juga memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang, dimana jika shalat tahajud dikerjakan secara khusyu dan
75
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ), hlm. 199.
76 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2009), hlm. 276.
32
istiqomah, hal itu akan menumbuhkan, melatih, dan menanamkan keikhlasan pada
jiwa seseorang, Karena itulah orang yang senantiasa mengerjakan shalat tahajjud
merupakan sosok pribadi yang memiliki ketulusan, keikhlasan, ketawadhu’an dan
sikap pasrah hanya kepada Allah SWT. Hikmah yang diperoleh dari
mengamalkan shalat tahajud adalah mensucikan jiwa dan memelihara rohani,
karena dapat membekali pelakunya dengan nilai spiritual yang tinggi, hatinya
akan tenang, pendirian yang kuat dan memiliki rasa optimistis, dan sabar serta
tabah dalam menghadapi masalah.
Selain itu, seseorang yang senantiasa disiplin melaksanakan shalat tahajjud
akan menumbuhkan akhlakul karimah didalam dirinya. Dengan akhlakul karimah
berarti orang tersebut dapat dikatakan memiliki kecerdasan emosional. Karena di
dalam agama islam kecerdasan emosional sebenarnya adalah akhlak yang mana
di dalamnya menunjukkan bagaimana seseorang dapat membina hubungan baik
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.77
Adapun
hipotesis yang penulis ajukan pada skripsi ini yaitu “terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan
kecerdasan emosional (EQ) santri di pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo
Tugu Semarang”. Artinya semakin tinggi kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud
maka semakin tinggi pula kecerdasan emosional (EQ) santri di pondok pesantren
putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
77
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.
21.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.78
Sedangkan penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu.79
Jadi metode penelitian adalah cara-cara yang dilakukan seseorang
dalam proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan
logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan kuantitatif dengan jenis
pendekatan correlation research (penelitian korelasi). Jenis pendekatan ini
mempunyai tujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi–variasi pada suatu
faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada suatu atau lebih faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi.80
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian berlokasi di Pondok Pesantren putri Al-Hikmah
Tugurejo Tugu Semarang. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama dua
minggu yaitu dari tanggal 14 maret 2012 sampai 28 maret 2012. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kedisiplinan pelaksanaan shalat
tahajjud dengan kecerdasan emosional (EQ) santri di Pondok Pesantren putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang. Pondok Pesantren Al-Hikmahmemiliki
kelebihan dalam hal shalat tahajjud yang mana ada peraturan tertulis tentang
78
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL
Media Group, 2008), hlm. 7.
79 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 5.
80 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, hlm. 82.
34
kewajiban mengikuti pelaksanaan shalat tahajjud secara berjamaah setiap
malamnya. Dari hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Pondok ini.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.81
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh santri di Pondok Pesantren putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang yang berjumlah 166 santri.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.82
Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktek, memberikan petunjuk sebagai berikut: ”Apabila
subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar atau lebih dari seratus, maka dapat diambil antara 10 %
sampai 15 % atau 20 % sampai 25 % atau lebih”.83
Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis mengambil sampel 21 %
dari keseluruhan santri di pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu
Semarang yang berjumlah 166 santri. Jadi sampel yang diambil adalah 21%
× 166 = 35 santri.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan
sampel random atau sampel acak. Teknik sampling ini diberi nama demikian
karena di dalam pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek
81
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 61.
82 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, hlm. 62.
83 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 134.
35
di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama yaitu dengan diundi.
Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek
untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.84
D. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.85
Berkaitan
dengan judul penelitian di atas, variabel penelitiannya adalah :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).86
Dalam penulisan
skripsi ini variabel bebasnya adalah Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat
Tahajjud Santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang,
dengan indikator :
a. Kesadaran melaksanakan shalat tahajjud
b. Tepat waktu melaksanakan shalat tahajjud
c. Konsisten melaksanakan shalat tahajjud
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.87
Dalam penulisan skripsi ini variabel
terikatnya adalah Kecerdasan Emosional Santri di Pondok Pesantren Putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang, dengan indikator :
a. Kesadaran diri
b. Pengaturan diri (Pengendalian diri)
c. Memotivasi diri
d. Empati (Mengenali emosi orang lain)
84
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 134.
85 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitan, hlm. 2.
86 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitan, hlm. 4.
87 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, hlm. 4.
36
e. Keterampilan sosial (Membina hubungan dengan orang lain)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.88
Jadi metode angket merupakan metode pengumpulan data
yang menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh
responden. Angket ini digunakan untuk mencari data tentang kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud dan kecerdasan emosional (EQ) santri.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Yaitu
angket yang disusun dengan menyediakan alternatif jawaban sehingga
memudahkan responden dalam memberi jawaban dan memudahkan peneliti
dalam menganalisa. Angket dalam penelitian ini menggunakan (a) skala
kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud yang tersusun menjadi tiga indikator
yakni kesadaran, tepat waktu, dan konsisten dalam melaksanakan shalat tahajjud.
(b) skala kecerdasan emosional yang tersusun menjadi lima indikator yakni
kesadaran diri, pengaturan diri (Pengendalian diri), memotivasi diri, Empati
(mengenali emosi orang lain), dan keterampilan sosial (membina hubungan
dengan orang lain). Angket dalam penelitian ini terdiri dari pernyataan yang
bersifat positif dan negatif yang akan dispesifikasikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Spesifikasi Angket tentang Kedisiplinan Shalat Tahajjud
No. Indikator Item soal Jumlah
Item Positif Negatif
1 Kesadaran melaksanakan
shalat tahajjud
1, 3, 6, 7 2, 4, 5 7
2 Tepat waktu melaksanakan
shalat tahajjud
8, 9, 10, 11,
12, 13
0 6
3 Konsisten melaksanakan
shalat tahajjud
14, 15, 18,
19, 20
16, 17 7
Jumlah 15 5 20
88
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 142.
37
Tabel 3.2
Spesifikasi Angket Tentang Kecerdasan Emosional
No. Indikator Item Soal Jumlah
Item Positif Negatif
1 Kesadaran diri 1, 2, 3, 4 0 4
2 Pengendalian diri 7 5, 6, 8 4
3 Memotivasi diri 10, 11, 12 9 4
4 Empati 13, 14, 16 15 4
5 Keterampilan social 17, 18, 19 20 4
Jumlah 14 6 20
Pengukuran skala menggunakan skala likert dengan menggunakan
lima alternatif jawaban yaitu:
Untuk pernyataan positif, item jawaban “sangat setuju” diberi skor 5,
“setuju” diberi skor 4, “ragu-ragu” diberi skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2,
dan item jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan negatif, item jawaban “sangat setuju”
diberi skor 1, “setuju” diberi skor 2, “ragu-ragu” diberi skor 3, “tidak setuju”
diberi skor 4, dan item jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 5. (Angket
terlampir)
2. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang
tertulis. Jadi metode dokumentasi ialah metode yang digunakan untuk
mendapatkan data-data berupa dokumen atau data tertulis.89
Metode ini
penulis gunakan untuk memperoleh data tentang tata tertib atau peraturan di
pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang dan data-data
89
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , hal. 158.
38
lain yang bersifat dokumenter, misalnya jadwal kegiatan santri, struktur
kepengurusan, dan sebagainya.
Adapun daftar nama santri Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah
Tugurejo Tugu Semarang yang menjadi responden adalah:
Tabel 3.3
Daftar nama santri yang menjadi responden
No. Nama Alamat
1 Alfiatur Rohmaniyah Purwodadi
2 Ambar Lisa C Purwodadi
3 Dewi Umi Nasichah Boyolali
4 Fathinatus Siayah Purwodadi
5 Fatimatuz Zahratun Nisa Demak
6 Himatul Aliyah Kendal
7 Iis Maghfiroh Tegal
8 Ismy Asriyani Brebes
9 Khozinatur Ribhiyah Purwodadi
10 Leni Ismawati Demak
11 Malihatun Nisa Demak
12 Miftahun Nikmah Blora
13 Miftahur Rohaniyah Kendal
14 Miftakhul Jannah Kendal
15 Muyassaroh Jepara
16 Muzayyanatul Fauziyah Palembang
17 Nur Avina Miftakhiyah Batang
18 Nur Hajjah Jamil Purwodadi
19 Nurhidayati Kendal
20 Nurkhasanah Semarang
21 Nurlaela Tegal
22 Nursiyanti Demak
23 Nurul Atikah Tegal
24 Rachmatus Saadah Semarang
25 Ratna Hidayah Tegal
26 Retno Setyosari Kendal
27 Rohmatun Demak
28 Roikhanah Purwodadi
29 Siti Hana Demak
30 Siti Khafsoh Demak
31 Siti Qoniatun Nikmah Purwodadi
32 Syifa Fauziyah Tegal
33 Umi Farkhatin Brebes
34 Ummi Hanik Riau
35 Wildanun Demak
39
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan merupakan tahap pertama dengan menyusun
tabel distribusi frekuensi sederhana sesuai dengan variabel yang ada yaitu
data tentang kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dan kecerdasan
emosional (EQ) santri.
2. Analisis Uji Hipotesis
Data pada analisis ini yang berupa kuantatif dan khususnya untuk
menguji kebenaran hipotesis. Penulis menggunakan metode analisis statistik
dengan rumus korelasi product moment.90
( )( )22 yx
xyrxy
∑∑
∑=
r�� = angka indeks korelasi product moment
∑�� = jumlah dari skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan
∑�� = jumlah dari skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan
N = jumlah responden
xy = jumlah perkalian antara x dan y
3. Analisis Lanjut
Analisis ini sebagai pengolahan lebih lanjut dari hasil analisis uji
hipotesis. penulis membuat interpretasi dari hasil yang diperoleh dengan
membandingkan angka r��� dengan r���� pada taraf signifikansi 1% atau
5% dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika ro < rt (r hasil observasi lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikansi
tertentu, misal 1% atau 5%) → tidak signifikan → berarti tidak ada
hubungan yang berarti antar kedua variabel (hipotesis tidak diterima).
90
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , hal. 274.
40
b. Jika ro ≥ rt (r hasil observasi sama atau lebih besar dari r tabel pada taraf
signifikansi tertentu, misal 1% atau 5%) → signifikan → berarti ada
hubungan yang berarti antar kedua variabel (hipotesis diterima).
\
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Data Hasil Angket tentang Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
Data tentang kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dapat diperoleh
melalui angket yang telah diberikan kepada responden yang berjumlah 35 santri.
Jumlah angket tentang tingkat kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud terdiri dari
15 item pernyataan. Masing-masing pernyataan disertai lima alternatif jawaban
yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, untuk
pernyataan positif dengan skor 5,4,3,2,1 dan sangat tidak setuju, tidak setuju,
ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju, untuk pernyataan negatif dengan skor
5,4,3,2,1. Sedangkan pernyataan yang tidak dijawab diberi skor 0 baik positif
maupun negatif.
Untuk mengetahui data tentang kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud
penulis tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Hasil Angket tentang Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
Resp Item
Opsi Jawaban Skor
Jumlah Total A B C D E
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
R_1 Positif 3 4 3 1 0 15 16 9 2 0 42
59 Negatif 2 1 1 0 0 10 4 3 0 0 17
R_2 Positif 0 3 4 3 1 0 12 12 6 1 31
44 Negatif 0 2 1 1 0 0 8 3 2 0 13
R_3 Positif 5 6 0 0 0 25 24 0 0 0 49
64 Negatif 0 3 1 0 0 0 12 3 0 0 15
R_4 Positif 1 8 1 1 0 5 32 3 2 0 42
59 Negatif 1 3 0 0 0 5 12 0 0 0 17
R_5 Positif 3 2 2 3 1 15 8 6 6 1 36
49 Negatif 1 0 2 1 0 5 0 6 2 0 13
R_6 Positif 4 3 0 4 0 20 12 0 8 0 40
59 Negatif 3 1 0 0 0 15 4 0 0 0 19
R_7 Positif 1 4 5 1 0 5 16 15 2 0 38 56
42
Negatif 2 2 0 0 0 10 8 0 0 0 18
R_8 Positif 2 4 3 2 0 10 16 9 4 0 39
56 Negatif 1 3 0 0 0 5 12 0 0 0 17
R_9 Positif 3 4 2 3 0 15 16 6 6 0 43
55 Negatif 0 3 0 0 0 0 12 0 0 0 12
R_10 Positif 4 7 0 0 0 20 28 0 0 0 48
65 Negatif 2 1 1 0 0 10 4 3 0 0 17
R_11 Positif 1 2 0 1 7 5 8 0 2 7 22
32 Negatif 0 2 0 0 2 0 8 0 0 2 10
R_12 Positif 0 5 2 4 0 0 20 6 8 0 34
50 Negatif 0 4 0 0 0 0 16 0 0 0 16
R_13 Positif 0 2 7 2 0 0 8 21 4 0 33
47 Negatif 0 2 2 0 0 0 8 6 0 0 14
R_14 Positif 6 4 0 1 0 30 16 0 2 0 48
67 Negatif 3 1 0 0 0 15 4 0 0 0 19
R_15 Positif 0 8 1 2 0 0 32 3 4 0 39
55 Negatif 2 1 0 1 0 10 4 0 2 0 16
R_16 Positif 0 8 2 1 0 0 32 6 2 0 40
55 Negatif 1 1 2 0 0 5 4 6 0 0 15
R_17 Positif 0 9 1 1 0 0 36 3 2 0 41
59 Negatif 2 2 0 0 0 10 8 0 0 0 18
R_18 Positif 2 5 3 1 0 10 20 9 2 0 41
58 Negatif 1 3 0 0 0 5 12 0 0 0 17
R_19 Positif 4 5 1 1 0 20 20 3 2 0 45
63 Negatif 2 2 0 0 0 10 8 0 0 0 18
R_20 Positif 0 10 1 0 0 0 40 3 0 0 43
59 Negatif 0 4 0 0 0 0 16 0 0 0 16
R_21 Positif 0 7 1 3 0 0 28 3 6 0 37
57 Negatif 4 0 0 0 0 20 0 0 0 0 20
R_22 Positif 5 4 2 0 0 25 16 6 0 0 47
66 Negatif 3 1 0 0 0 15 4 0 0 0 19
R_23 Positif 4 4 3 0 0 20 16 9 0 0 45
64 Negatif 3 1 0 0 0 15 4 0 0 0 19
R_24 Positif 5 3 1 2 0 25 12 3 4 0 44
63 Negatif 3 1 0 0 0 15 4 0 0 0 19
R_25 Positif 3 1 5 2 0 15 4 15 4 0 38
48 Negatif 0 1 1 1 1 0 4 3 2 1 10
R_26 Positif 3 3 0 5 0 15 12 0 10 0 37
51 Negatif 2 0 0 2 0 10 0 0 4 0 14
43
R_27 Positif 0 8 0 3 0 0 32 0 6 0 38
51 Negatif 0 2 1 1 0 0 8 3 2 0 13
R_28 Positif 0 7 3 1 0 0 28 9 2 0 39
53 Negatif 0 3 0 1 0 0 12 0 2 0 14
R_29 Positif 5 6 0 0 0 25 24 0 0 0 49
67 Negatif 2 2 0 0 0 10 8 0 0 0 18
R_30 Positif 1 8 0 2 0 5 32 0 4 0 41
59 Negatif 2 2 0 0 0 10 8 0 0 0 18
R_31 Positif 5 6 0 0 0 25 24 0 0 0 49
69 Negatif 4 0 0 0 0 20 0 0 0 0 20
R_32 Positif 9 0 0 2 0 45 0 0 4 0 49
68 Negatif 3 1 0 0 0 15 4 0 0 0 19
R_33 Positif 1 8 1 1 0 5 32 3 2 0 42
58 Negatif 0 4 0 0 0 0 16 0 0 0 16
R_34 Positif 5 6 0 0 0 25 24 0 0 0 49
65 Negatif 0 4 0 0 0 0 16 0 0 0 16
R_35 Positif 4 6 1 0 0 20 24 3 0 0 47
65 Negatif 2 2 0 0 0 10 8 0 0 0 18
Jumlah 2015
Rata-rata 57,57
Dari data tabel di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Menentukan Kualifikasi dan Interval Kelas Dengan Rumus:
P= R/K, dimana R= NT- NR, dan K= 1+3,3 logN
Keterangan:
P = panjang interval
R = rentang nilai
NT = nilai tertinggi
NR = nilai terendah
K = banyak kelas
N = jumlah individu dalam sampel
Dari data di atas akan diperoleh hasil:
R = NT-NR
= 69-32
= 37
K = 1 + 3,3logN
44
= 1 + 3,3log35
= 1 + 3,3(1,544)
= 1 + 5,0952
= 6,0952 dibulatkan menjadi 6
Sehingga dapat diketahui interval kelas sebagai berikut:
P = K
R
= ���
= 6,166 dibulatkan menjadi 6
b. Tabel Distribusi Frekuensi
Dari perhitungan di atas, diketahui bahwa kelas interval
berjumlah 6 dan interval kelasnya adalah 6. Kemudian hasil tersebut
dibuat sebagai patokan dalam membuat tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Distribusi Frekuensi
No Interval Frekuensi
1 32-38 1
2 39-45 1
3 46-52 6
4 53-59 15
5 60-66 8
6 67-73 4
c. Gambar Histogram
Setelah data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
maka data yang ada kemudian divisualisasikan dalam bentuk
histogram seperti tampak pada gambar 1 berikut ini:
45
Gambar 4.1
Nilai Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud
d. Mencari Nilai Rata-rata (mean) dari Kedisiplinan Shalat
Tahajjud
Mencari nilai rata-rata (mean) dari kedisiplinan pelaksanaan
shalat tahajjud dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Mx= N
XΣ
= ������
= 57,57
Keterangan:
Mx = Mean variabel X
∑X = Jumlah nilai kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud
N = Jumlah individu dalam sampel
2. Data Hasil Angket tentang Kecerdasan Emosional
0
2
4
6
8
10
12
14
16
67-73 60-66 53-59 46-52 39-45 32-38
46
Data tentang kecerdasan emosional dapat diperoleh melalui angket
yang telah diberikan kepada responden yang berjumlah 35 santri. Jumlah
angket tentang kecerdasan emosional terdiri dari 15 item pernyataan.
Masing-masing pernyataan disertai lima alternatif jawaban yaitu sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju untuk
pernyataan positif dengan skor 5,4,3,2,1 dan sangat tidak setuju, tidak
setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju, untuk pernyataan negatif
dengan skor 5,4,3,2,1. Sedangkan pernyataan yang tidak dijawab diberi
skor 0 baik positif maupun negatif.
Untuk mengetahui data tentang kecerdasan emosional penulis
tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Hasil Angket tentang Kecerdasan Emosional
Resp Item
Opsi Jawaban Skor
Jumlah Total A B C D E
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
R_1 Positif 3 10 1 0 0 15 40 3 0 0 58
61 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_2 Positif 1 9 2 2 0 5 36 6 4 0 51
55 Negatif 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
R_3 Positif 1 11 1 1 0 5 44 3 2 0 54
59 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_4 Positif 1 12 1 0 0 5 48 3 0 0 56
61 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_5 Positif 1 6 6 1 0 5 24 18 2 0 49
52 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_6 Positif 6 7 0 1 0 30 28 0 2 0 60
63 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_7 Positif 8 4 2 0 0 40 16 6 0 0 62
67 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_8 Positif 1 10 2 1 0 5 40 6 2 0 53
57 Negatif 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
R_9 Positif 2 9 3 0 0 10 36 9 0 0 55
58 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_10 Positif 1 11 2 0 0 5 44 6 0 0 55
58 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
47
R_11 Positif 7 2 0 0 5 35 8 0 0 5 48
49 Negatif 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1
R_12 Positif 2 11 0 1 0 10 44 0 2 0 56
59 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_13 Positif 0 8 6 0 0 0 32 18 0 0 50
53 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_14 Positif 11 2 1 0 0 55 8 3 0 0 66
70 Negatif 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
R_15 Positif 9 4 1 0 0 45 16 3 0 0 64
69 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_16 Positif 1 10 3 0 0 5 40 9 0 0 54
58 Negatif 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
R_17 Positif 10 3 0 1 0 50 12 0 2 0 64
69 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_18 Positif 3 8 2 1 0 15 32 6 2 0 55
58 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_19 Positif 5 5 1 2 1 25 20 3 4 1 53
56 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_20 Positif 4 7 3 0 0 20 28 9 0 0 57
60 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_21 Positif 5 8 0 0 1 25 32 0 0 1 58
61 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_22 Positif 5 7 2 0 0 25 28 6 0 0 59
64 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_23 Positif 6 7 1 0 0 30 28 3 0 0 61
66 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_24 Positif 7 4 3 0 0 35 16 9 0 0 60
64 Negatif 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
R_25 Positif 6 5 2 1 0 30 20 6 2 0 58
61 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_26 Positif 5 8 0 1 0 25 32 0 2 0 59
62 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_27 Positif 0 11 1 2 0 0 44 3 4 0 51
54 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_28 Positif 5 6 3 0 0 25 24 9 0 0 58
61 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_29 Positif 3 10 0 1 0 15 40 0 2 0 57
61 Negatif 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
R_30 Positif 1 11 1 1 0 5 44 3 2 0 54 57
48
Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_31 Positif 8 5 1 0 0 40 20 3 0 0 63
66 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_32 Positif 14 0 0 0 0 70 0 0 0 0 70
75 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_33 Positif 0 12 2 0 0 0 48 6 0 0 54
57 Negatif 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0 3
R_34 Positif 11 3 0 0 0 55 12 0 0 0 67
72 Negatif 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
R_35 Positif 5 8 1 0 0 25 32 3 0 0 60
62 Negatif 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 2
Jumlah 2135
Rata-rata 61
Dari tabel di atas, kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Kualifikasi dan Interval Kelas, dengan langkah sebagai
berikut:
R = NT-NR
= 75-49
= 26
K = 1+ 3,3 logN
= 1+3,3 log
= 1+3,3(1,544)
= 1+5,0952
= 6,0952 dibulatkan menjadi 6
Sehingga dapat diketahui interval kelas sebagai berikut:
P = K
R
= ���
= 4,33 dibulatkan menjadi 4
b. Tabel Distribusi Frekuensi
49
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh 6 kelas interval dengan
interval kelas 4. Kemudian hasil tersebut digunakan sebagai patokan
dalam membuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi
No Interval Frekuensi
1 49-53 3
2 54-58 10
3 59-63 12
4 64-68 5
5 69-73 4
6 74-78 1
c. Gambar Histogram
Setelah data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
maka data yang ada kemudian divisualisasikan dalam bentuk
histogram seperti tampak pada gambar 2 berikut ini
Gambar 4.2
Nilai Kecerdasan Emosional
0
2
4
6
8
10
12
14
74-78 69-73 64-68 59-63 54-58 49-53
Series 1
50
d. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) dari Kecerdasan Emosional
Santri
Mencari nilai rata-rata (mean) dari kecerdasan emosional santri
menggunakan rumus sebagai berikut:
My = N
YΣ
= ������
= 61
Keterangan
My = Mean variabel Y
∑Y = Jumlah nilai kecerdasan emosional santri
N = Jumlah individu dalam sampel
B. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kedisiplinan pelaksanaan
shalat tahajjud dan kecerdasan emosional santri, maka akan diadakan analisis data
dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment.
Untuk memudahkan jalannya analisis kedua variabel tersebut dimasukkan
kedalam tabel kerja koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 4.5
Koefisien Korelasi antara Variabel X (Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat
Tahajjud) dan Y (Kecerdasan Emosional Santri di Pondok Pesantren Putri
Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang)
No X x=X- X x² Y y=Y- Ῡ y² Xy
R_1 59 1.43 2.0449 61 0 0 0
R_2 44 -13.57 184.1449 55 -6 36 81.42
R_3 64 6.43 41.3449 59 -2 4 -12.86
R_4 59 1.43 2.0449 61 0 0 0
R_5 49 -8.57 73.4449 52 -9 81 77.13
51
R_6 59 1.43 2.0449 63 2 4 2.86
R_7 56 -1.57 2.4649 67 6 36 -9.42
R_8 56 -1.57 2.4649 57 -4 16 6.28
R_9 55 -2.57 6.6049 58 -3 9 7.71
R_10 65 7.43 55.2049 58 -3 9 -22.29
R_11 32 -25.57 653.8249 49 -12 144 306.84
R_12 50 -7.57 57.3049 59 -2 4 15.14
R_13 47 -10.57 111.7249 53 -8 64 84.56
R_14 67 9.43 88.9249 70 9 81 84.87
R_15 55 -2.57 6.6049 69 8 64 -20.56
R_16 55 -2.57 6.6049 58 -3 9 7.71
R_17 59 1.43 2.0449 69 8 64 11.44
R_18 58 0.43 0.1849 58 -3 9 -1.29
R_19 63 5.43 29.4849 56 -5 25 -27.15
R_20 59 1.43 2.0449 60 -1 1 -1.43
R_21 57 -0.57 0.3249 61 0 0 0
R_22 66 8.43 71.0649 64 3 9 25.29
R_23 64 6.43 41.3449 66 5 25 32.15
R_24 63 5.43 29.4849 64 3 9 16.29
R_25 48 -9.57 91.5849 61 0 0 0
R_26 51 -6.57 43.1649 62 1 1 -6.57
R_27 51 -6.57 43.1649 54 -7 49 45.99
R_28 53 -4.57 20.8849 61 0 0 0
R_29 67 9.43 88.9249 61 0 0 0
R_30 59 1.43 2.0449 57 -4 16 -5.72
R_31 69 11.43 130.6449 66 5 25 57.15
R_32 68 10.43 108.7849 75 14 196 146.02
R_33 58 0.43 0.1849 57 -4 16 -1.72
R_34 65 7.43 55.2049 72 11 121 81.73
R_35 65 7.43 55.2049 62 1 1 7.43
2015
2112.572 2135
1128 989
Dari tabel diatas dapat diketahui:
N = 35
∑ X = 2015
∑ Y = 2135
∑ x2 = 2112,572
52
∑ y2 = 1128
∑ xy = 989
1. Mencari Mean (rata - rata) dan Simpangan Baku (standar deviasi)
a. Mean dan simpangan baku variabel X (Kedisiplinan Pelaksanaan
Shalat Tahajjud)
X = ∑X/N
= 2135/35
= 57,57
2Sx = ∑x2/ N – 1
= 2112,572/35- 1
= 2112,572/ 34
= 62,13446
Sx = 2Sx
= √62,13446
= 7,88
b. Mean dan simpangan baku variabel Y (Kecerdasan Emosional Santri
di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang)
Y = ∑Y/N
= 1128/35
= 61
2Sy = ∑y2/N – 1
= 1128/35- 1
= 1128/ 34
= 33,17
Sy = 2Sy
= √33,17
= 5,759 dibulatkan menjadi 5,76
2. Menentukan kualitas variabel
a. Menentukan kualitas variabel X (Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat
Tahajjud)
53
M + 1,5 SD = 57,57 + (1,5) (7,88) = 69,39
M + 0,5 SD = 57,57 + (0,5) (7,88) = 61,51
M – 0,5 SD = 57,57 – (0,5) (7,88) = 53,63
M – 1,5 SD = 57,57 – (1,5) (7,88) = 45,75
Tabel 4.6
Kualitas Variabel X (Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat Tahajjud)
Rata – Rata Interval Kualitas Kreteria
57,57
70 ke atas Sangat baik
Sedang
62 – 69 Baik
54 – 61 Sedang
46 – 53 Kurang
45 ke bawah Sangat kurang
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud santri di pondok pesantren putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang termasuk dalam kategori “sedang”,
yaitu berada pada interval nilai 54-61 dengan nilai rata- rata 57,57.
b. Menentukan kualitas variabel Y (Kedisiplinan Pelaksanaan Shalat
Tahajjud Santri di Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu
Semarang)
M + 1,5 SD = 61 + (1,5) (5,76) = 69,64
M + 0,5 SD = 61 + (0,5) (5,76) = 63,88
M – 0,5 SD = 61 – (0,5) (5,76) = 58,12
M – 1,5 SD = 61 – (1,5) (5,76) = 52,36
Tabel 4.7
Kualitas Variabel Y (Kecerdasan Emosional Santri di Pondok
Pesantren Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang)
54
Rata – Rata Interval Kualitas Kreteria
61
70 ke atas Sangat baik
Sedang
64 – 69 Baik
59 – 63 Sedang
53 – 58 Kurang
52 ke bawah Sangat kurang
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kecerdasan
emosional santri di pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu
Semarang termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada interval
nilai 59- 63 dengan nilai rata- rata 61.
3. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium
Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dapat dicari melalui
teknik korelasi product moment, dengan rumus:
( )( )22 yx
xyrxy
∑∑
∑=
Sehingga:
rxy =
!"!
#$����,���%$���"%
rxy =
!"!
√��"�!"�,���
=
!"!��&�,�!����
= 0,641
Dari perhitungan di atas telah diperoleh rxy sebesar sebesar 0,641
dan selanjutnya adalah menghubungkan antara r hitung (rh) dengan r
tabel (rt), baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%, maka:
55
1. Apabila nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel maka hipotesis
diterima dan hasil yang diperoleh adalah signifikan.
2. Apabila nilai r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka hipotesis
ditolak dan hasil yang diperoleh non signifikan.
Nilai r product moment
N
Taraf signifikan
5% 1%
35 0,334 0,430
Dari hasil yang telah diperoleh, dikonsultasikan dengan r tabel dan
hasilnya adalah signifikan karena pada perhitungan rxy dihasilkan nilai
yang lebih besar daripada r tabel dengan taraf signifikan 5% maupun
taraf signifikan 1% yaitu dengan nilai rxy sebesar 0,641. Sedangkan taraf
signifikan 5% dan 1% adalah 0,334 dan 0,430 sehingga dapat diartikan
bahwa hipotesis r hitung diterima dan signifikan, artinya terdapat korelasi
yang signifikan antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan
kecerdasan emosional santri.
Dengan demikian hasil yang telah diperoleh, dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Interpretasi Secara Sederhana
56
Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka
indeks korelasi ”r” product moment (rxy), pada umumnya digunakan
pedoman data sebagai berikut:91
Besarnya ”r” Product
Moment (rxy)
Interpretasi
0,00-0,20 Sangat lemah
0,20-0,40 Lemah
0,40-0,70 Sedang
0,70-0,90 Kuat
0,90-1,00 Sangat kuat
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional santri di
pondok pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang terdapat
korelasi yang “sedang” yaitu berada diantara “0,40-0,70”.
2. Interpretasi dengan Menggunakan Tabel
Interpretasi ini digunakan untuk membandingkan nilai r hasil
perhitungan (rh) dengan r pada tabel (rt) dan untuk menguji kebenaran
atau kepalsuan hipotesa.
a. Rumus Hipotesis
Ha: Terdapat korelasi positif yang signifikan antara kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional
santri.
91
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 193.
57
Ho: Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan
emosional santri.
b. Menentukan dengan tabel nilai “r” product moment
Untuk menentukan nilai r tabel (rt) maka digunakan rumus:
db = N-Nr92
Keterangan:
Db : derajat bebas
N : jumlah individu dalam sampel
Nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan
Db : 35-2 = 33
Kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment,
maka dapat diketahui bahwa dengan db sebesar 33, akan diperoleh
r product moment pada taraf signifikan 5% dan taraf signifikan 1%
adalah 0,344 dan 0,442. .
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui rxy = 0,641 maka
r hitung (rh) = 0,641. Jadi pada taraf signifikan 5% dan 1% pada r
tabel (rt) = 0,344 dan 0,442 sehingga dapat diartikan bahwa rh>rt,
maka hipotesis alternatif (ha) diterima atau terbukti kebenarannya,
berarti vareabel X (kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud) dan
variabel Y (kecerdasan emosional) memang benar-benar terdapat
korelasi yang positif. sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis r
hitung diterima dan signifikan, artinya terdapat korelasi yang
signifikan antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan
kecerdasan emosional santri. Selanjutnya untuk mengetahi nilai koefisien determinasi
(variabel penentu) variabel X terhadap Y, maka dilakukan proses
perhitungan dengan rumus :
92
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, hlm. 193-194.
58
( r )2 x 100% = (0,641)
2 x 100%
= 0,441 x 100%
= 44,1%
Jadi diketahui variabel penentu antara variabel X dan variabel
Y sebesar 44,1%, sedangkan sisanya sebesar 55,9% merupakan
variabel lain yang belum diteliti oleh penulis, sebagaimana yang
telah dibahas dalam bab II di depan, bahwa shalat tahajjud yang
dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusyu, tepat, ikhlas dan
kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi
positif. Dan respons emosi positif (positive thinking) dapat
menghindarkan reaksi stress. Menumbuhkan persepsi dan motivasi
positif tersebut merupakan bagian dari unsur-unsur kecerdasan
emosional yaitu motivasi.
X � Y
44,1%
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjabarkan hasil analisis uji
hipotesis yang telah diajukan adalah terdapat hubungan positif antara kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional santri . Setelah
dilakukan pengujian hipotesis ternyata hipotesis yang diajukan diterima atau
menunjukkan angka yang signifikan dengan bukti nilai r hitung (rxy) sebesar 0,641
dan r hitung (rxy) lebih besar dari pada r tabel baik pada taraf signifikan 5%
maupun 1%. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional santri.
Untuk mengetahui hubungan positif antara kedisiplinan pelaksanaan shalat
tahajjud dengan kecerdasan emosional santri maka peneliti melakukan analisis
melalui analisis korelasional.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis korelasional dengan
menggunakan rumus product moment dihasilkan rxy sebesar 0,641, setelah itu
dikonsultasikan pada r tabel dengan taraf signifikan 5% dan 1% dihasilkan 0,334
59
dan 0,430 dan dapat ditulis rxy>rt, maka dapat diartikan hasil perhitungan (rxy) itu
lebih besar dari hasil r tabel (rt) sehingga hipotesis variabel X dan variabel Y pada
taraf signifikan 5% dan 1% dapat diterima.
Pada taraf signifikan 5% dan 1% pada derajat kebebasan (db), dimana db
=N-Nr sehingga diperoleh db =35-2=33, maka pada taraf signifikan 5% dan 1%
diperoleh 0,344 dan 0,442, sedangkan dari perhitungan dihasilkan rxy sebesar
0,641, Hal ini dapat diartikan bahwa rxy itu lebih besar dari pada r tabel (rxy>rt)
sehingga hipotesis alternatif dapat diterima, berarti terdapat hubungan yang positif
antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional
santri.
Dengan demikian, hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa hipotesis
yang diajukan peneliti diterima, dengan bukti r hitung (rh) itu lebih besar nilainya
dari pada r tabel (rt) baik r tabel product moment maupun pada r tabel pada
derajat kebebasan (db).
D. Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu pondok
pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang untuk dijadikan tempat
penelitian.
2. Keterbatasan biaya
Meskipun biaya tidak satu-satunya faktor yang menjadi hambatan
dalam penelitian, namun biaya memegang peranan yang sangat penting dalam
menyukseskan penelitian. Peneliti juga menyadari bahwa dengan biaya minim
penelitian akan terhambat.
3. Keterbatasan waktu
Disamping faktor tempat dan biaya, waktu juga memegang peranan
yang sangat penting. Namun demikian, peneliti menyadari dalam penelitian
ini, peneliti membutuhkan waktu yang lama. Hal ini menyebabkan penelitian
yang seharusnya cepat selesai, justru terlambat dikarenakan banyak hal yang
60
terjadi. Meskipun demikian, peneliti bersyukur bahwa penelitian ini berjalan
dengan sukses dan lancar.
4. Kemampuan Penulis
Penulis menyadari sebagai manusia biasa masih mempunyai banyak
kekurangan- kekurangan dalam penelitian ini, baik keterbatasan tenaga dan
kemampuan berpikir penulis.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kedisiplinan
Pelaksanaan Shalat Tahajjud dengan Kecerdasan Emosional Santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang”, dari data lapangan dapat
disimpulkan:
1. Data hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kedisiplinan
pelaksanaan shalat tahajjud santri di pondok pesantren putri Al-Hikmah
Tugurejo Tugu Semarang adalah 57,57 dan masuk dalam kategori “sedang”.
2. Data hasil perhitungan nilai rata-rata kecerdasan emosional santri di pondok
pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang adalah 61 dan masuk
dalam kategori “sedang”.
3. Hubungan kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan
emosional santri dapat ditarik kesimpulan yaitu pada taraf signifikan 5%
dengan jumlah responden 35 diperoleh rt = 0,334 sedang ro = 0,641 sehingga
dengan demikian ro lebih besar dari rt. Pada taraf singnifikansi 1% dengan
jumlah responden 35 , diperoleh rt = 0,430 sedang ro = 0,641 sehingga dengan
demikian ro lebih besar dari pada rt. Setelah diinterpretasikan antara ro dan rt
pada taraf signifikansi 5% dan 1% ro lebih besar dari pada rt hasilnya adalah
signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kedisiplinan
61
pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional santri di pondok
pesantren putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang.
Kajian penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kedisiplinan
Pelaksanaan Shalat Tahajjud dengan Kecerdasan Emosional Santri di Pondok
Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang” dan sesuai rumusan
masalah yang ada maka kesimpulan yang diperoleh adalah ada hubungan yang
signifikan antara kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan
emosional santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang yaitu
terbukti bahwa hasil perhitungan rxy itu lebih besar dari pada rtabel baik pada taraf
signifikan 5% maupun taraf signifikan 1%, dengan rhitung sebesar 0,641 sedangkan
rtabel sebesar 0,334 dan 0,430. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan
diterima (signifikan).
B. Saran
Hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
kedisiplinan pelaksanaan shalat tahajjud dengan kecerdasan emosional santri.
Dengan adanya hasil penelitian ini, peneliti menyarankan bagi seluruh santri
Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang, supaya
meningkatkan kedisiplinan shalat tahajjud dan juga kecerdasan emosional. Karena
dua hal tersebut saling berhubungan. Sehingga diharapkan kedisiplinan dalam
melaksanakan shalat tahajjud dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan
begitu juga sebaliknya dengan kecerdasan emosional yang dimiliki dapat
meningkatkan kedisiplinan dalam melaksanakan shalat tahajjud.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abu Faris, M. Abdul Qadir, Menyucikan Jiwa, Terj. Habiburrahman Saerozi,
Jakarta: Gema Insani, 2006.
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses membangun kecerdasa Emosi dan
Spiritual (ESQ), Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001
Aisyah, Siti Dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Al-Hajjaj, Al- Imam Muslim Ben, Sahih Muslim, Lebanon: Dar Al- Kotob Al-
Ilmiyah, 2008.
Al-kumayi, Sulaiman, Jangan Biarkan Shalat Anda Tidak Khusyuk, Yogyakarta:
Real Books, 2011.
Al-Uqshari, Yusuf, Menuju Puncak Prestasi Tanpa Batas, Jakarta: Gema Insani,
2006.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
As-Shidiqy, Muhammad Hasby, Pedoman Shalat, Semarang: PT. Pustaka Rizki
Putera, 1997.
Depag, Alqur’an dan Terjemahnya, Jakarta: SYGMA, 2007.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010.
63
Djamarah, Syaiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Elias, Maurice J, dkk, Cara-cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, Bandung:
Kaifa, 2000.
Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
______________, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Prestasi, Terj. Alex Tri
Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Gottman, John dan Joan Declaire, Kiat-kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional, Terj. T. Hermaya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2001.
Hasan, Maimunah, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jogjakarta: Diva Press,
2010.
Hidayatullah, M. Furqon, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter kuat dan
Cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2009.
Hurlock, Elizabert B, Child Development, Singapore: International Student
Edition, 1978.
______________, Child and Growth Development, Panama: Webster Division,
1978.
______________, Perkembangan Anak, terj. Med. Meitasari Tjandrasa, Jakarta:
Erlangga, 1993
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
RaSAIL Media Group, 2008.
Kumaeroh, Siti, “Korelasi Antara Intensitas Pelaksanaan Shalat Tahajjud Dengan
Perilaku Keagamaan Santri Putri Al-Hikmah Tugurejo Semarang (Analisis
Fungsi Bimbingan Islam)”, Skripsi, (Semarang: Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo, 2009).
Lindgren, Henry Clay, Educational Psychology In Classroom, Tokyo: Charles E.
Tuttle Company, 1960.
Masyhur, Syaikh Musthafa, Bertemu Allah Dalam Shalat, Terj. Ibnu Hajar,
Yogyakarta: Total Media, 2008.
Muhyidin, Muhammad, Misteri Shalat Tahajjud, Jogjakarta: Diva Press, 2011.
Musbikin, Imam, Melogikan Rukun Islam Bagi Kesehatan fisik dan Psikologi
Manusia, Yogyakarta: Diva Press, 2008.
64
______________, Mendidik Anak Nakal, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2008.
Poerbakawartja, Soegarda dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:
PT Gunung Agung, 1982.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar baru Algensindo, 2007.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009.
Sapuri, Rafy, Psikologi Islam, Jakarta: PT Rajawali Press, 2009.
Shapiro, Lawrence E, Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, Terj. Alex
Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2003.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Jati, 2006.
Sholeh, M dan Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, Telaah menuju Ilmu
Kedokteran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Sudijono, Anas , Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2008.
______________, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Suntoro, “Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Kesehatan Mental Lansia (Studi
Kasus di Panti Wreda Pucang Gading Semarang)”, Skripsi, (Semarang:
Fakultas Ushuludin IAIN Walisongo, 2005).
Supardi, dan Aqila Smart, Ide-Ide Kreatif Mendidik Anak Bagi Orang Tua Sibuk,
Yogyakarta: Katahati, 2010.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2011
Thobroni, M, Tahajjud Energi Sejuta Mukjizat, Yogyakarta: Pustaka Marwa,
2008.
65
Wafiroh, Nikmatul, “Pengaruh Motivasi Pelaksanaan Shalat Tahajjud Terhadap
Ketenangan Jiwa Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri Al-
Hikmah Tugurejo Tugu Semarang)”, Skripsi, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007).
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2008.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Siti Rokhmah
2. Tempat dan Tgl. Lahir : Pemalang, 4 Nopember 1991
3. NIM : 083111113
4. Alamat rumah : Ds. Beber, Kejene, Randudongkal, Pemalang
5. HP : 081905123644
6. E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal:
a. SDN 05 KejeneRandudongkal Pemalang
b. SMPN 2 Randudongkal Pemalang
c. SMAN 1 Pemalang
d. IAIN Walisongo Semarang
2. Pendidikan Non-Formal
a. Pondok Pesantren Salafiyah Kauman Pemalang
b. Pondok Pesantren An-nur Karanganyar Semarang
c. Pondok Pesantren Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang