152
HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN (FEAR OF SUCCESS) DENGAN KOMITMEN KERJA KARYAWAN PADA WANITA KARIER YANG TELAH MENIKAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : TRI RATIH DEWI SETIADI 029114046 JURUSAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN ...repository.usd.ac.id/28276/2/029114046_Full[1].pdfABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN DENGAN KOMITMEN KERJA KARYAWAN TERHADAP

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

  • HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN (FEAR OF

    SUCCESS) DENGAN KOMITMEN KERJA KARYAWAN PADA WANITA

    KARIER YANG TELAH MENIKAH

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Oleh :

    TRI RATIH DEWI SETIADI

    029114046

    JURUSAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2007

  • PEISTruJUANPIMB| NG

    qTiXJNGAN AMARA XTTAI(tIIA'I A(AII I(ESO'XSESAN 'I'EI.IX OI7

    - ,J[rocEls) DENGAN r(o|'IrrllEN (Ef,JA KT.RYAWAN PADA

    WAIiITAIIIRIERYA]\'CTETJIff MENTKr|f,

    . s.Pli, Msi Yosdrai!, tdEi20o7

    S|diFi

    {' (\ 'e\?uq6]MR E

    #ffiitudlreql-, &** ^obu*-*m*tl

  • sLRrPSl

    SI''UNGA}IANT'f,AICOIAKUTA!',|"KANKESIJI'SESAN ('E'f Of

    .'t,Ic@I') DEIICAX KOMII!{EN (ET,'A XAIYAWAN PADA

    W]|]qIA (ARIER YAI{C TEI,AS ME}IIKAS

    rnl f,ATTH DE1WISEIIAI'I

    Td

    1.

    2.

    1

    t_

    s.Pt_ Msi

    ii

  • ?TNNYATAAN |.E"{SLIAN XABYA

    s.tt Gnt{i,tm .L.ge *"gg"hqrE !.tn shipi tEls srqE tllis ili

    tidd. !l@!t &ty. tu b.gie tey! deg hh terli ,rrg r.kh dir€tdad

    driro ldln d! dda!!s.lo, !.n€!liM.lir.lor! lfFnEhi.

    i."" $-tf" r,,ffi\ -EZffiu.31^T*F\-t""ri*,.*i

  • MOTTO

    “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk

    manusia” Kolose 3 : 23

    “Song is not song until you sing it, Love is not love until you give it away”

    -Annonymous-

    v

  • PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini untuk

    Tuhanku, Yesus Kristus Sang Juru Slamat

    Papa dan mama tercinta yang dengan penuh kasih

    memberikan dorongan dan doa.

    Kakak-kakakku tersayang, makasi atas doanya.

    Semua sahabat dan saudaraku..

    Semua orang yang mengasihiku..

    vi

  • ABSTRAK

    HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN DENGAN

    KOMITMEN KERJA KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN PADA

    WANITA KARIER YANG TELAH MENIKAH

    Tri Ratih Dewi Setiadi 029114046

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja pada wanita karier yang telah menikah. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja, dimana semakin tinggi tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of success) yang dialami oleh wanita, maka semakin rendah komitmen kerjanya terhadap perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of success), maka semakin tinggi komitmen kerjanya terhadap perusahaan. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawati bank yang telah menikah dengan masa kerja minimal 1 tahun. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 60 orang. Data diperoleh dengan menggunakan skala ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan skala komitmen kerja. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala ketakutan akan kesuksesan (fear of success) diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,929, dan pada skala komitmen kerja diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,960. Untuk mengetahui hubungan antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja dilakukan dengan menggunakan Product Moment Pearson. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi negatif antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan komitmen kerja dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,710 dengan taraf signifikansi 0,01. Dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa hipotesis dari penelitian ini yang berbunyi ada hubungan negatif antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja diterima.

    vii

  • ABSTRACT

    THE RELATIONSHIP BETWEEN FEAR OF SUCCESS AND THE WORK

    COMMITMENT OF EMPLOYEES TO A COMPANY FOR MARRIED

    CARRIER WOMEN

    Tri Ratih Dewi Setiadi 029114046

    Faculty Of Psychology Sanata Dharma University

    Yogyakarta

    The aim of this research is to see the relationship between the fear of success and the work commitment of employees to a company for married carrier women. This is a correlational research. The hypotesis inside has a negative between fear of success with work commitment, if the level of fear of success which women have becomes higher then the work commitment to their company will be lower, instead, if the level of fear of success is lower then the work commitment to company will be higher. The subjects of this research are married women who have worked in bank at least for one year. They are 60 persons. Data is got by using scale of fear of success and scale of work commitment. The discriminate power of this research uses the value ≥ 0,3. Reliability coefficient at 0,929 will be got at fear of success scale, and reliability coefficient at 0,960 will be got at work commitment scale. To know the relation between far of success and work commitment can be done by using Product Moment Pearson. The result of this research shows the negative correlation between fear of success and work commitment with correlation coefficient at -0,710 and significant standard 0,01. By that result, we can say that hypotesis of this research is there is a negative relation between fear of success and work commitment which is got.

    viii

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi rahmat dan

    anugerahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.

    Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, sehingga

    dengan bantuan dari berbagai pihaklah akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Bpk. P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

    sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan

    mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    2. Ibu Titik Kristiani, S.Psi dan Bpk. C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi selaku

    Dosen Pendamping Akademik penulis, terimakasih atas pendampingannya

    selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata

    Dharma.

    3. Pihak BPD Shinta Daya, BTN Syariah, Bank Nasional Indonesia (BNI) serta

    Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang telah memberikan ijin penelitian kepada

    penulis.

    4. Ibu Endang, Mas Agus Purnomo, Mbak Agatha dan Mbak Aida yang telah

    membantu penulis menyebarkan skala penelitian.

    ix

  • 5. Mas Gandung, Mbak Nanik dan Pak Gi di Sekretariat Psikologi, terima

    kasih atas bantuannya kepada penulis selama penulis belajar di fakultas

    Psikologi ini.

    6. Mas Muji dan Mas Doni, terima kasih atas semua bantuannya.

    7. Seluruh karyawati bank yang menjadi subyek penelitian, terima kasih atas

    bantuannya serta kesediaannya mengisi skala dalam penelitian ini.

    8. Papa Leo Setiadi, Mama Sri Juarni, Mama Asih, dan Ibu makasi banyak ya

    pa, ma, atas dukungan dan cintanya, karena cinta dan dukungan kalian

    semualah aku dapat menyelesaikan skripsi ini.

    9. Kak Giri, Kak Harsono, Kak Irwan, Kak Lina, Kak Lena, Mbak Kris dan

    A’Lukman, makasi atas dukungan dan penerimaannya, dan terima kasih

    telah menjadi kakak yang baik untukku...

    10. Mitha atas persahabatan dan persaudaraan yang telah kita bangun selama ±7

    tahun. makasi telah menjadi saudara dan sahabat buat aku, ada disaat aku

    jatuh dan butuh dukungan. Thank ya mit..Buat Tuk-tuk, makasi dah jadi

    saudaraku selama ini, kapan kita doa bareng lagi sist..

    11. Anak kos Zusi Arib : Evi, Kasis, Siska, Duma, Sie Coy, Lulu, Thea. Makasi

    ya buat persaudaraan yang telah kita bangun bersama, berkat kalianlah aku

    bisa bangkit dari kemalasanku mengerjakan skripsi ini..Buat Mili, Mameth,

    Mba Tuti, Mbak Meli, Meme, Mbak Dewi, kangen ni ngumpul bareng

    lagi,he..

    12. RPJ cell : Tuk-tuk, Kak Jackline, Kak Uli, Kak Titin, bang Difi, bang Agus,

    bang Roy, Andi, Christian, Robert, Michael, Hendro, Anto makasi buat

    x

  • semuanya, berkat kalianlah aku dapat mengenal cinta akan Yesus Kristus.

    Buat bang Roy, makasi ya dah mau nganterin aku kemanapun aku pergi..

    13. El-Shaddai cell : Kak Ertim, Kak Esti, Alin, Kai2 makasi dah jadi saudara

    yang sejati buat aku, ada di saat aku membutuhkan orang yang mau berdiri

    buat aku, thanks sist, sori ya da banyak ngerepotin, aku akan selalu ingat

    betapa berharganya Cammy dibandingkan diriku, hiks,he.. Buat Bang

    Jeremy, Bang Berty, Bang Edi, Trisno, Dede, Paul, Kak Tina, Fera, Dame,

    Tiur, Idel, Echa, Uli, Febi makasi buat persaudaraannya.

    14. Teman-teman seperjuangan yang suka ngobrak ngabrik kamarku (Fista,

    Tanti, Adjenk, Nopek, Thea, Trisa, Lia, Lita n’ Ucix), cayo semangat,

    cepetan lulus biar cepet kawin☺.. thank ya dah jadi keluarga keduaku di Yk

    dan atas semua masukan tentang skripsi ini, luv u all..

    15. Imang Suarna, makasi dah mau nemenin aku dan atas semua yang telah

    kamu lakukan buat aku, karena itu semua aku dapat belajar banyak hal dari

    kamu..Buat Bli Yobi, makasi dah mau dengerin cerita-ceritaku dan semua

    nasehat serta dorongannya..

    16. Mas Hari dan Nanoet, makasi ya dah mau ngajarin aku tentang segala hal

    dalam skripsi ini..

    17. Teman-teman angkatan 2002 (Ina, Meme, Lisna, Yanti, Bona, Eyang, Suko,

    Wawan, dll),semuanya yang ga bisa aku sebutin satu persatu, thanks buat

    kebersamaannya..

    18. Bapak Zainuri, Ibu Sri Suyatinah, Mbak Yusi, Arba, Irba, makasi atas

    kekeluargaan yang dibangun dalam kost Zusi Arib

    xi

  • 19. Temen-temen KKNku : Dwi, Ima, Fai2, Lena, Tina, Mamas, Andre, dan

    Mas Eka. makasi buat persaudaraan yang telah dibangun di dukuh Krapyak

    Wetan. Buat Dwi, makasi ya da mau nganterin aku cari bank buat

    penelitianku, cape ya wi,he..

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena

    itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang

    membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini.

    Yogyakarta,

    Penulis

    Tri Ratih Dewi Setiadi

    xii

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul.................................................................................................. i

    Halaman Persetujuan........................................................................................ ii

    Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii

    Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. iv

    Halaman Motto ................................................................................................ v

    Halaman Persembahan..................................................................................... vi

    Abstrak ............................................................................................................. vii

    Abstract ........................................................................................................... viii

    Kata Pengantar ................................................................................................. ix

    Daftar Isi .......................................................................................................... xiii

    Daftar Lampiran............................................................................................... xvi

    Daftar Gambar.................................................................................................. xvii

    Daftar Tabel......................................................................................................xviii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................. 1

    B. RUMUSAN MASALAH .............................................................. 6

    C. TUJUAN PENELITIAN............................................................... 6

    D. MANFAAT PENELITIAN........................................................... 6

    xiii

  • BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 8

    A. KOMITMEN KERJA ................................................................... 8

    1. Pengertian Komitmen Kerja ................................................ 8

    2. Aspek Komitmen Kerja ....................................................... 10

    3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Kerja ........................... 12

    4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja ......... 13

    B. KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN (FEAR OF SUCCESS) . .15

    1. Pengertian Ketakutan Akan Kesuksesan ............................. 15

    2. Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan .................................... 18

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Ketakutan Akan Kesuksesan................................................ 20

    4. Pengaruh Adanya Ketakutan Akan Kesuksesan.................. 22

    C. WANITA KARIER....................................................................... 23

    D. WANITA KARIER YANG TELAH MENIKAH ........................ 24

    E. HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN

    (FEAR OF SUCCESS) DENGAN KOMITMEN KERJA ............ 27

    F. HIPOTESIS................................................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32

    A. JENIS PENELITIAN .................................................................... 32

    B. VARIABEL PENELITIAN .......................................................... 32

    C. DEFINISI OPERASIONAL ......................................................... 32

    D. LOKASI PENELITIAN................................................................ 34

    xiv

  • E. SUBYEK PENELITIAN .............................................................. 34

    F. METODE PENGUMPULAN DATA........................................... 35

    G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS............................................ 39

    H. METODE ANALISIS DATA....................................................... 41

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 42

    A. PERSIAPAN PENELITIAN......................................................... 42

    B. DESKRIPSI SUBYEK.................................................................. 45

    C. HASIL PENELITIAN................................................................... 46

    D. PEMBAHASAN ........................................................................... 52

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 58

    A. KESIMPULAN ............................................................................. 58

    B. SARAN ......................................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

    LAMPIRAN..................................................................................................... 65

    xv

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 SKALA UJI COBA/TRY OUT DAN PENELITIAN................ 65

    Lampiran 2 DATA UJI COBA SKALA.........................................................66

    Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA........................................................... 79

    Lampiran 4 DATA PENELITIAN................................................................. 94

    Lampiran 5 UJI NORMALITAS...................................................................106

    Lampiran 6 UJI LINEARITAS.....................................................................107

    Lampiran 7 UJI HIPOTESIS.........................................................................109

    Lampiran 8 SURAT KETERANGAN PENELITIAN..................................110

    Lampiran 9 SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI BANK...........111

    xvi

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Skema Hubungan Ketakutan akan Kesuksesan (fear of success)

    dengan Komitmen Kerja...................................................................30

    Gambar 2 Scatter Plot ...................................................................................... 50

    xvii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Distribusi Item-item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan

    Sebelum Uji Coba............................................................................ 37

    Tabel 2 Distribusi Item-item Skala Komitmen Kerja

    Sebelum Uji Coba............................................................................ 39

    Tabel 3 Distribusi Item-item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan

    Setelah Uji Coba.............................................................................. 44

    Tabel 4 Distribusi Item-item Skala Komitmen Kerja

    Setelah Uji Coba.............................................................................. 45

    Tabel 5 Distribusi Subyek berdasarkan Bank................................................ 46

    Tabel 6 Distribusi Subyek berdasarkan Usia ................................................ 46

    Tabel 7 Distribusi Subyek berdasarkan Lama Kerja .................................... 46

    Tabel 8 Data Penelitian................................................................................. 46

    Tabel 9 Norma Kategorisasi Ketakutan Akan Kesuksesan

    dan Komitmen Kerja ....................................................................... 47

    Tabel 10 Norma Kategorisasi Ketakutan Akan Kesuksesan ......................... 47

    Tabel 11 Norma Kategorisasi Komitmen Kerja ............................................. 48

    Tabel 12 Normalitas ....................................................................................... 49

    Tabel 13 Linearitas ......................................................................................... 50

    xviii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perusahaan-perusahaan dewasa ini membutuhkan karyawan yang

    setia kepada perusahaan mereka, yaitu karyawan yang

    mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta

    memperlakukan perusahaan seperti milik mereka sendiri (Dessler, 1984).

    Adanya sumber daya manusia yang seperti itu dalam perusahaan dapat

    memudahkan perusahan untuk mencapai tujuan yang ingin mereka capai.

    Kontribusi yang optimal bagi perusahaan yang dilakukan oleh seorang

    karyawan juga memberikan sumbangan yang besar bagi tercapainya tujuan

    perusahan tersebut. Dengan kata lain adanya komitmen karyawan

    terhadap perusahaan sangat penting nilainya bagi kelangsungan

    perusahaan.

    Komitmen itu sendiri didefinisikan sebagai rasa identifikasi

    (kepercayaan terhadap nilai perusahaan), keterlibatan (kesediaan untuk

    berusaha sebaik mungkin demi kepentingan perusahaan) dan loyalitas

    (keinginan untuk tetap menjadi anggota dalam suatu perusahaan) yang

    dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap perusahaan tempat ia bekerja

    (Steers, 1985). Luthan (1995) juga mengemukakan bahwa komitmen

    merupakan suatu sikap mengenai loyalitas seorang karyawan terhadap

    perusahaan,dimana hal tersebut merupakan proses yang berlangsung terus-

    1

  • 2

    menerus, dimana karyawan menunjukkan kepeduliannya terhadap

    perusahaan, dan ini akan membawa pada keberhasilan dan keadaan yang

    baik.

    Hasil studi menunjukkan bahwa komitmen karyawan diduga

    berperan dalam pembentukan suatu kultur organisasi yang kuat pada

    perusahaan (Dehesihsari & Seniati, 2002). Selain itu komitmen kerja

    karyawan yang tinggi juga dapat membawa dampak positif bagi

    perusahaan, karena mereka cenderung akan terlibat dengan sungguh-

    sungguh dalam perusahaan, berusaha kearah pencapaian tujuan perusahaan

    serta memiliki keinginan untuk tetap bergabung dengan perusahaan dalam

    jangka waktu yang lama, sebaliknya komitmen karyawan yang rendah

    akan berdampak negatif bagi perusahaan, dimana selain rendahnya prestasi

    kerja karena karyawan tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, juga dapat

    menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi, misalnya adanya absensi,

    pemogokan karyawan hingga turn over, dimana hasil penelitian

    menunjukkan bahwa komitmen kerja karyawan mempengaruhi sikap dan

    perilaku karyawan yang meliputi absensi, turn over, dan perilaku kerja

    lainnya (Mathieu & Zajac, 1990). Dari pemaparan di atas dapat diketahui

    bahwa komitmen karyawan sangat penting artinya bagi sebuah

    perusahaan.

    Menurut Mowday, Steers, dan Porter (Nortcraft dan Neale, 1990)

    ada beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan, yaitu faktor

    personal, faktor organisasi dan faktor non-organisasi. Faktor jenis kelamin

  • 3

    (gender) merupakan salah satu faktor personal yang mempengaruhi

    komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan. Seniati (1996) dalam

    penelitiannya mengenai komitmen karyawan di Jakarta menemukan

    meskipun responden pria dan wanita memiliki skor komitmen kerja yang

    tergolong cukup tinggi, namun karyawan pria memiliki skor komitmen

    kerja yang secara signifikan lebih tinggi daripada karyawan perempuan.

    Salah satu penyebab adanya perbedaan komitmen kerja antara karyawan

    pria dan wanita adalah adanya ketakutan akan kesuksesan (fear of success)

    dalam diri wanita. Hal ini disebabkan karena ketakutan akan kesuksesan

    itu sendiri lebih sering terjadi pada wanita karena perasaan bahwa berhasil

    dalam karier akan merusak citra mereka bahkan mengarah ke situasi

    penolakan sosial (Hurlock, 1980). Menurut Sigmund Freud (Ancok, 2004),

    sifat wanita yang lemah lembut, keibuan dan feminin akan menjadi rusak

    bila dia memilih untuk mengembangkan kariernya, selain itu individu

    yang mengalami ketakutan akan kesuksesan (fear of success) menurut

    Adelson (Eriany & Sukarti, 1994) cenderung akan menetapkan tujuan-

    tujuan yang mudah dicapai dan hanya berusaha untuk mencapai tujuan

    tersebut.

    Walaupun pada masa sekarang ini kesempatan bagi wanita untuk

    bekerja di berbagai bidang pekerjaan semakin terbuka luas, serta adanya

    gerakan emansipasi wanita dimana wanita memiliki kesempatan yang

    sama untuk menduduki berbagai jabatan serta mengenyam pendidikan

    setinggi-tingginya seperti kaum pria, namun gerakan ini juga membawa

  • 4

    situasi dilematis bagi wanita karier di Indonesia. Di satu sisi wanita

    Indonesia dituntut untuk berperan dalam semua sektor, tetapi di sisi lain

    muncul pula tuntutan agar wanita tidak melupakan kodrat mereka sebagai

    perempuan. Mereka merasa terpanggil untuk mendarmakan bakat dan

    keahliannya bagi perkembangan bangsa dan negara mereka, namun

    mereka juga dihantui oleh opini yang ada dalam masyarakat yang melihat

    bahwa perempuan karier/ibu karier sebagai salah satu sumber

    ketidakberhasilan pendidikan anak-anak mereka (Soetrisno, 1997).

    Selain itu masih sering pula terdengar bahwa wanita lebih memilih

    berhenti bekerja atau berhenti kuliah, terutama setelah berkeluarga. Ada

    berbagai alasan yang dikemukakan atas tindakan ini. Salah satunya adalah

    untuk menjalankan kodrat alam, yaitu menjadi istri dan ibu yang baik.

    Alasan tersebut sebenarnya merupakan alasan yang sangat mulia, namun

    ada pula yang berpendapat bahwa alasan ini semata-mata muncul karena

    wanita tidak ingin kehilangan feminitasnya, kehilangan penghargaan

    sebagai seorang wanita yang feminin, serta ditolak lingkungan sosialnya.

    Secara keseluruhan, ketiga hal tersebut merupakan konsekuensi negatif

    yang diperkirakan wanita jika ia terlihat berprestasi dalam pekerjaan atau

    pendidikan (Kompas, 20 Oktober 2003).

    Tanpa disadari masyarakat masih mengharapkan wanita lebih

    mengutamakan keluarganya daripada karier pribadinya, selain itu sering

    kali masyarakat juga berusaha mencari bukti bahwa wanita yang sukses

    dalam pekerjaannya akan memiliki keluarga yang tidak sukses, dalam

  • 5

    artian bahwa hubungan dengan suami dan anak-anaknya tidak harmonis,

    pendidikan anak terlantar, dan berbagai contoh kegagalan lainnya

    (Kompas, 20 Oktober 2003). Menurut Sarlito walaupun wanita sudah

    dididik dan disekolahkan setinggi mungkin dan selalu diberi tahu agar

    tidak terlalu bergantung pada pria, pada prakteknya tetap saja mereka

    dharapkan menikah, mempunyai suami dan anak-anak, dan kembali lagi

    ke dapur. Seakan-akan menjadi istri dan ibu yang baik adalah satu-satunya

    tolak ukur kesuksesan wanita. Mudah dipahami jika banyak wanita takut

    meraih sukses yang lain, jika itu berarti menghambat fungsinya sebagai

    istri dan ibu, walaupun ia calon profesor atau calon manajer (Femina, 27

    Januari-2Februari 2005).

    Adanya kecenderungan takut akan kesuksesan dalam diri wanita

    karena akan diterimanya konsekuensi negatif pada dirinya serta

    kecenderungan bahwa umumnya wanita yang telah menikah dan bekerja di

    luar rumah mengalami bahwa karier suami harus didahulukan (Hurlock,

    1980) menjadi dasar penulis untuk mengadakan penelitian mengenai ada

    tidaknya hubungan antara ketakutan akan kesuksesan dengan komitmen

    kerja karyawan pada wanita karier yang telah menikah, mengingat pula

    pada saat sekarang ini kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai

    bidang pekerjaan semakin terbuka luas, dan banyaknya perusahaan yang

    memakai tenaga kerja wanita.

  • 6

    A. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “apakah ada

    hubungan antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan

    komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan pada wanita karier yang

    telah menikah?”

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

    ada hubungan antara ketakutan akan kesuksesan ( fear of success ) dengan

    komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan pada wanita karier yang

    telah menikah.

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

    berfungsi sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan

    penelitian baru yang relevan dengan Psikologi Industri dan Organisasi.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Perusahaan

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi serta dapat

    memberikan masukan bagi perusahaan yang banyak menggunakan tenaga

    kerja wanita untuk lebih dapat memahami mengenai adanya

  • 7

    kecenderungan takut akan sukses (fear of success) dalam diri wanita,

    sehingga perusahaan dapat mengelola sumber daya wanita secara optimal

    dan efektif.

    b. Bagi Wanita yang Bekerja

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru bagi

    wanita mengenai adanya kecenderungan ketakutan akan kesuksesan (fear

    of success) dalam dirinya, sehingga mereka diharapkan mampu

    mengendalikan dan sedapat mungkin meminimalkan rasa takutnya dalam

    mencapai kesuksesan, jangan sampai rasa takut akan sukses tersebut

    menghambat mereka untuk mengaktualisasikan dirinya, khususnya di

    perusahaan tempat mereka bekerja.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Komitmen Kerja

    1. Pengertian Komitmen Kerja

    Komitmen seseorang terhadap perusahaan dalam dunia kerja

    seringkali menjadi isu yang sangat penting. Begitu pentingnya hal tersebut,

    sampai-sampai beberapa perusahaan berani memasukkan unsur komitmen

    sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang

    ditawarkan dalam iklan-iklan lowongan kerja. Pemahaman mengenai arti

    dari komitmen itu sendiri sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja

    yang kondusif sehingga perusahaan dapat berjalan secara efisien dan

    efektif (Kuntjoro, 2002).

    Porter (Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen kerja sebagai

    kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan

    keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai

    dengan tiga hal, yaitu :

    a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan perusahaan

    b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas

    nama perusahaan

    c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam perusahaan

    (menjadi bagian dalam perusahaan)

    8

  • 9

    selain itu, Steers (Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen kerja sebagai

    rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai – nilai perusahaan),

    keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan

    perusahaan) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota

    perusahaan yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai

    terhadap perusahaan. Steers juga berpendapat bahwa komitmen kerja

    merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-

    nilai, dan sasaran perusahaannya. Komitmen kerja artinya lebih dari

    sekedar keanggotan formal, karena meliputi sikap menyukai perusahaan

    dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi

    kepentingan perusahaan demi pencapaian tujuan. Mc Shane & Glinow

    (2005) mengartikan komitmen kerja sebagai keterikatan emosional

    karyawan terhadap perusahaan untuk mengidentifikasikan diri dan terlibat

    dalam perusahaan serta menjadi bagian dalam perusahaan tersebut,

    sedangkan Staw (1991) mendefinisikan komitmen kerja sebagai ikatan

    psikologis antara individu dengan perusahaan yang meliputi keterlibatan

    kerja, loyalitas serta keyakinan karyawan terhadap perusahaan.

    Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

    komitmen kerja karyawan adalah suatu kondisi dimana seorang karyawan

    memiliki keterikatan dengan perusahaan tempat mereka bekerja, yang

    dinyatakan dalam keinginannya untuk aktif berpartisipasi dalam

    perusahaan, memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi

  • 10

    kepentingan perusahaan, serta memiliki keinginan untuk tetap bekerja di

    perusahaan tersebut karena adanya kesesuaian nilai dan tujuan.

    2. Aspek komitmen kerja

    Komitmen kerja memiliki tiga aspek utama, yaitu :

    a. Identifikasi, terwujud dalam bentuk kepercayaan karyawan terhadap

    perusahaan, yang dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan

    perusahaan, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan

    ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula kebutuhan dan

    keinginan pegawai dalam tujuan perusahaan. Hal ini akan membuahkan

    suasana saling mendukung antara karyawan dengan perusahaan. Lebih

    lanjut, suasana tersebut akan membawa karyawan dengan rela

    menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan perusahaan, karena

    karyawan menerima tujuan perusahaan yang dipercayai telah disusun

    demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek, 1994 : 113).

    b. Keterlibatan atau partisipasi pegawai sangat penting untuk diperhatikan

    karena adanya keterlibatan pegawai menyebabkan mereka bersedia dan

    senang bekerjasama baik dengan pimpinan maupun dengan sesama

    teman kerja serta memiliki kesediaan untuk menyumbangkan usaha dan

    kontribusinya bagi kepentingan perusahaan. Disamping itu, dengan

    melakukan hal tersebut mereka dapat merasakan bahwa mereka diterima

    sebagai bagian yang utuh dari perusahaan, dan konsekuensi lebih lanjut,

    mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah

  • 11

    diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka

    ciptakan (Kuntjoro, 2002).

    c. Loyalitas pegawai terhadap perusahaan memiliki makna kesediaan

    seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan perusahaan, jika

    perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa

    mengharapkan apapun (Wignyo-Soebroto, 1987). Kesediaan karyawan

    untuk mempertahankan diri bekerja dalam perusahaan adalah hal yang

    penting dalam menunjang komitmen kerja karyawan. Hal ini dapat

    diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan kepuasan di

    dalam perusahaan tempat ia bergabung untuk bekerja.

    Schultz & Schultz (1990) mengungkapkan bahwa komitmen kerja

    memiliki 3 aspek, yaitu : (a) menerima nilai dan tujuan perusahaan, (b)

    bersedia berusaha dengan keras untuk perusahaan, dan (c) memiliki

    keinginan untuk tetap tinggal dalam perusahaan.

    Tiga aspek komitmen kerja yang serupa juga dikemukakan oleh

    Luthan (1995), yang terdiri dari : (a) keinginan yang kuat untuk tetap

    menjadi anggota perusahaan, (b) kesediaan untuk berusaha keras demi

    kepentingan perusahaan, serta (c) keyakinan yang kuat serta menerima

    nilai dan tujuan perusahaan.

    Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen kerja

    memiliki 3 aspek, yaitu :

    a. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, meliputi

    kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam

  • 12

    perusahaan serta untuk melanggengkan hubungannya dengan

    perusahaan, selain itu ia juga merasakan adanya keamanan dan kepuasan

    di dalam perusahaan tempat ia bergabung untuk bekerja.

    b. Kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan, meliputi

    kesediaan karyawan untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi

    kepentingan perusahaan dan merasa wajib untuk melaksanakan bersama

    apa yang telah diputuskan (peduli pada masa depan perusahaan) serta

    senang bekerjasama baik dengan pimpinan maupun dengan sesama

    teman kerja.

    c. Keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan,

    meliputi adanya dukungan karyawan terhadap perusahaan dan

    penerimaan nilai dan tujuan perusahaan oleh karyawan yang dipercayai

    telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka serta merasa

    bahwa bekerja di dalam perusahaan adalah hal yang terbaik bagi mereka.

    3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Karyawan Terhadap Perusahaan

    Menurut Staw (1991), ada 3 tahap terbentuknya komitmen karyawan

    terhadap perusahaan, yaitu :

    a. Compliance, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh

    dari perusahaan, terutama mendapatkan sesuatu dari perusahaan

    tempat ia bekerja, seperti gaji.

    b. Identification, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh

    dari perusahaan dengan tujuan untuk mempertahankan kepuasan.

  • 13

    c. Internalization, merupakan tahap dimana individu menemukan nilai-

    nilai perusahaan, dimana pada hakekatnya menguntungkan dan sama

    dengan nilai pribadinya.

    4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Kerja

    Luthan (1995) mengungkapkan ada tiga faktor yang mempengaruhi

    komitmen, yaitu :

    a. Faktor personal, meliputi umur, masa jabatan dalam perusahaan, dan

    penempatan

    b. Faktor organisasi, meliputi bentuk kerja dan gaya kepemimpinan dari

    seorang pimpinan

    c. Faktor non-organisasi, meliputi ketersediaan alternatif pekerjaan

    setelah individu membuat pilihan untuk bergabung dalam suatu

    perusahaan, dimana hal tersebut akan mempengaruhi komitmen

    individu selanjutnya

    Hal senada juga dikemukakan oleh Mowday, Steers, dan Porter

    (Northcraft dan Neale, 1990) dimana ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi komitmen kerja, yaitu :

    a. Faktor personal, yang paling utama dalam faktor ini adalah seberapa

    potensial ikatan organisasi yang dibawa ketika seseorang bekerja

    pada hari pertama. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi

    komitmen kerja karyawan adalah usia, pengalaman kerja,

    pendidikan, jenis kelamin (gender), dimana perbedaan peran antara

  • 14

    pria dan wanita ini menimbulkan adanya perbedaan karakteristik

    pada pria dan wanita dalam segala hal, termasuk dalam hal karier,

    yang mana menurut Sigmund Freud (Ancok, 2004) sifat wanita yang

    lemah lembut, keibuan dan feminin akan menjadi rusak bila dia

    memilih untuk mengembangkan kariernya, oleh karena itu wanita

    memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami

    ketakutan akan kesuksesan (fear of success), karena jika ia sukses

    dalam kariernya ia akan menerima konsekuensi negatif dari

    masyarakat.

    b. Faktor organisasi, seperti lingkungan kerja yaitu umpan balik,

    otonomi, tantangan dan arti pekerjaan dapat meningkat keterlibatan

    karyawan terhadap pekerjaannya. Kemampuan berpartisipasi serta

    aktif dalam pengambilan keputusan kerja juga dapat memberi

    pengaruh pada level komitmen, selain itu konsistensi antara kerja

    kelompok dan tujuan perusahaan akan meningkatkan komitmen yang

    mengarah pada tujuan perusahaan.

    c. Faktor non-organisasi, faktor terpenting dalam faktor non-organisasi

    yang dapat mempertinggi komitmen adalah ketersediaan alternatif

    lowongan pekerjaan lain setelah karyawan menentukan pilihan untuk

    bergabung pada suatu perusahaan.

    Menurut Schultz & Schultz (1990) faktor personal dan faktor

    organisasi dapat meningkatkan komitmen kerja karyawan terhadap

    perusahaan. Dimana karyawan yang berusia tua, yang telah bekerja dalam

  • 15

    perusahaan lebih dari dua tahun dan memiliki motivasi berprestasi yang

    tinggi cenderung memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan.

    Selain itu karyawan yang berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai

    ilmuwan, teknisi atau specialist menunjukkan komitmen kerja yang

    rendah. Begitu juga dengan karyawan yang kariernya cenderung stabil,

    yang menempati posisi yang sama dalam lima tahun dan memiliki

    kesempatan promosi yang rendah cenderung menunjukkan komitmen kerja

    yang datar.

    Faktor-faktor organisasi berhubungan pula dengan komitmen yang

    tinggi, meliputi perluasan kerja, otonomi, kesempatan untuk menunjukkan

    kemampuan dan keterampilan dalam sebuah pekerjaan, dan sikap positif

    dalam lingkup kerja kelompok. Faktor-faktor lain yang mungkin termasuk

    dalam komitmen organisasi adalah rencana pensiun, jumlah anak yang

    sekolah, kepemilikan rumah, dan hubungan dalam suatu komunitas.

    A. Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of Success)

    1. Pengertian Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of Success)

    Istilah takut sukses ini pertama kali diketemukan di Amerika Serikat

    oleh Martina Horner pada tahun 1965 untuk membahas hasil penelitian

    McCleland mengenai banyaknya wanita yang kurang berprestasi

    dibandingkan pria. Ia menduga bahwa berprestasi di banyak bidang

    merupakan sesuatu yang tidak pantas atau tidak biasa bagi wanita, dimana

    wanita yang berprestasi di satu bidang mungkin akan merasa kehilangan

  • 16

    femininitasnya. Selain itu, sukses bagi wanita juga memiliki pengalaman

    yang ambivalen, yang mana di satu sisi sukses memiliki konsekuensi positif

    terhadap harga diri dan penghargaan dari lingkungan, akan tetapi di sisi lain

    sukses juga memiliki konsekuensi negatif terhadap kenyataan atau bayangan

    bahwa ia akan mendapat celaan dari orang lain karena ia menjadi tidak

    feminin. Dimana jika konsekuensi negatif dirasa muncul lebih banyak dari

    konsekuensi positif, maka hal tersebut dapat menyebabkan motivasi untuk

    berprestasi menjadi rendah (Lips, 2005).

    Horner sendiri mengawali penelitiannya dengan mengetes 90 wanita

    dan 88 pria di Universitas Michigan, dan dari semakin banyaknya data yang

    masuk, ia menemukan tingginya presentase wanita yang mengalami fear of

    success, dan jauh lebih banyak wanita daripada pria, sehingga akhirnya

    masalah itu sedikit banyak dianggap lazim pada psikis wanita. Dalam

    penelitian ini 65% wanita menganggap bahwa keberhasilan dapat

    memberikan konsekuensi negatif bagi dirinya, konsekuensi negatif ini

    mencakup pula ketakutan akan mengalami penolakan sosial, atau kehilangan

    ‘kelayakan’ sebagai teman kencan atau pasangan hidup, dan takut akan

    terkucilkan, kesepian atau tidak bahagia. Dan hanya 10% pria yang

    merespon secara negatif mengenai keberhasilannya (Dowling, 1989).

    Sebenarnya tidak ada alasan untuk percaya bahwa wanita dan pria

    memiliki motivasi dasar untuk meraih kesuksesan yang berbeda. Akan

    tetapi, hasil penelitian mengenai konsep fear of success menunjukkan

    dengan jelas bahwa individu sangat sensitif terhadap konsekuensi sosial atas

  • 17

    perilaku berprestasi dan beberapa konsekuensi dipersepsikan berbeda untuk

    wanita dan pria dalam situasi tertentu. Persepsi institusional dan rintangan

    sosial membuat adanya perbedaan tanggapan terhadap perilaku berprestasi

    dari wanita dan pria (Lips, 2005).

    Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) itu sendiri menurut

    Horner (Shaw & Constanzo, 1982) adalah bentuk motif menghindari sukses

    yang berkaitan dengan dugaan adanya konsekuensi negatif seperti penolakan

    sosial dan/atau merasa tidak feminin sebagai akibat dari kesuksesan yang

    diperolehnya. Selain itu Horner (Dowling, 1989) juga mengatakan bahwa

    ketakutan akan kesuksesan ini merupakan keadaan yang tidak disadari dan

    diduga berasal dari proses sosialisasi yang dilakukan yang membuat wanita

    mengantisipasi adanya konsekuensi negatif dari lingkungannya. Antisipasi

    ini menyebabkan wanita menjadi cemas ketika akan mendapatkan

    kesuksesan, sehingga mereka lebih memilih untuk membidik ke sasaran

    yang jauh di bawah taraf prestasi mereka yang alamiah.

    Lebih jauh Horner mengungkapkan bahwa justru wanita yang paling

    ingin berprestasi dan paling mampu berprestasilah yang paling menderita

    fear of success (Dowling, 1989). Ketakutan akan kesuksesan ini merupakan

    salah satu penghambat motivasi wanita untuk berprestasi. Dimana

    sebenarnya ketakutan akan kesuksesan ini merupakan hasil dari adanya

    konflik antara motif berprestasi (motif untuk mencapai sesuatu berdasarkan

    standar keunggulan tertentu) dan motif afiliasi (motif untuk dekat dengan

    orang lain).

  • 18

    Pada kebanyakan masyarakat, wanita pada umumnya lebih dituntut

    untuk menampilkan motif afiliasi dalam bentuk lebih dekat dan lebih

    memperhatikan orang lain dibandingkan menampilkan motif berprestasi

    dalam pekerjaan di luar rumah. Karena itu, sering kali wanita merasa lebih

    penting untuk mencapai keberhasilan dalam bidang rumah tangga serta

    dalam pekerjaan tradisional wanita. Selain itu mereka juga khawatir bahwa

    keberhasilannya dalam dunia kerja justru akan menimbulkan konflik,

    sehingga untuk menghindari kondisi tersebut, banyak wanita yang akhirnya

    sudah merasa puas hanya dengan bekerja sekedar memperoleh penghasilan

    tanpa terlalu mempersoalkan peningkatan prestasi ataupun keberhasilan

    dalam karier. Mereka tidak ingin gagal. Namun juga tidak mau mencapai

    prestasi yang optimal (Stefani,dkk, 2000).

    Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketakutan akan

    kesuksesan (fear of success) adalah motif menghindari kesuksesan yang

    banyak dialami oleh wanita karena adanya dugaan akan diterimanya

    konsekuensi negatif dari masyarakat berupa penolakan sosial atau merasa

    tidak feminin atas kesuksesan yang ia raih.

    2. Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of Success)

    Menurut Horner (Miniatrix, 2003) terdapat tiga aspek yang

    memberikan gambaran mengenai fear of success, yaitu :

  • 19

    a. Kategori pertama dan paling utama adalah ketakutan akan penolakan

    sosial termasuk ketakutan akan kehilangan teman dan dukungan pria

    sebagai akibat dari kesuksesan wanita

    b. Kategori kedua berhubungan dengan kenormalan seseorang yang

    dipandang sebagai pendukung adanya ketakutan internal, ragu-ragu dan

    merasa bersalah

    c. Kategori ketiga merupakan pengingkaran yaitu dengan menganggap

    bahwa kesuksesan yang diperoleh disebabkan faktor keberuntungan.

    Kesuksesan justru menimbulkan adanya ketidaknyamanan, dianggap

    tidak lazim atau tidak pantas sehingga wanita menghindarinya.

    Shaw dan Costanzo (1982) mengungkapkan 3 komponen fear of

    success, yaitu (1) ketakutan akan kehilangan feminitas, (2) ketakutan akan

    kehilangan penghargaan sosial, (3) ketakutan akan penolakan sosial.

    Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3

    komponen dari ketakutan akan kesuksesan (fear of success), yaitu (a)

    ketakutan akan kehilangan feminitas, dimana kesuksesan dianggap tidak

    lazim/tidak pantas bagi wanita dan menganggap bahwa kesuksesan yang ia

    raih disebabkan karena faktor keberuntungan, (b) ketakutan akan kehilangan

    penghargaan sosial, dimana kesuksesan dihubungkan dengan kenormalan

    seseorang dalam lingkungan masyarakat (c) ketakutan akan penolakan

    sosial, meliputi ketakutan wanita akan kehilangan teman dan dukungan

    suami.

  • 20

    3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketakutan Akan Kesuksesan

    Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, diantaranya perlakuan dari lingkungan, dimana menurut

    Maccoby (Suhapti, 1995) terdapat adanya perbedaan perilaku pada

    perempuan dan laki-laki, dan ini timbul bukan karena faktor bawaan yang

    dibawa sejak lahir, tetapi terbentuk lebih disebabkan karena faktor budaya

    masyarakat, dimana terdapat perbedaan perlakuan yang diterima perempuan

    dan laki-laki sejak awal masa perkembangan (masa kanak-kanak). Dowling

    (1989) berpendapat bahwa sejak kecil wanita diajarkan untuk mempercayai

    bahwa sebagai wanita ia tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan

    perlindungan. Selain itu menurut Sarlito (Femina, 2005) secara tradisional

    wanita dididik sejak kecil untuk lebih mendahulukan laki-laki (ayah atau

    kakak), sehari-hari ia melihat ibu melayani dan menunggu ayah pulang

    untuk makan malam. Dalam bukunya, Success and the Fear of Success in

    Women : A Development and Psychodynamic Perspektives, Krueger (dalam

    Femina, 2005) mengatakan bahwa anak perempuan selalu mendapat kasih

    sayang ayah jika ia berlaku submitif (merendah, menerima) dan tradisional,

    tetapi ia selalu mendapat reaksi negatif dari ayah, jika ia terlalu agresif (aktif

    menyatakan kehendaknya), perlakuan lingkungan seperti ini, secara tidak

    sadar dapat berpengaruh pada diri wanita tersebut sehingga menjadi wanita

    yang kurang mandiri.

    Menurut Dowling (1992) konflik mengenai wanita bekerja berkaitan

    sangat erat dengan kelas sosial. Dalam penelitian horner, wanita yang paling

  • 21

    terganggu atau risau karena kemungkinan keberhasilan di masa depan

    cenderung berasal dari keluarga menengah dan menengah atas dengan ayah

    yang berhasil. Di keluarga ini para ibu tidak bekerja sama sekali atau bekerja

    dengan cara yang tidak terlalu terikat dan profesional.

    Wanita yang tidak terlalu cemas karena keberhasilan berasal dari

    keluarga kelas yang lebih bawah dengan para ibu yang kerap lebih

    berpendidikan daripada suami mereka, dan yang biasanya telah bekerja di

    sepanjang masa hidup mereka. Anak-anak perempuan dari para ibu yang

    seperti ini tidak mengalami konflik antara prestasi dan femininitas karena

    mereka dibesarkan dengan melihat kedua hal ini terintegrasi dengan baik

    dalam diri ibu mereka (Dowling, 1992).

    Selain itu menurut teori yang lebih berbasis kesadaran (kognisi) dan

    sosial (teori psikososial) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai

    dorongan untuk maju. Dorongan untuk maju tersebut dapat terhambat oleh

    ketakutan akan kesuksesan yang bersumber pada ada atau tidaknya

    dukungan sosial terhadap dirinya. Dimana, seseorang akan jauh dari fear of

    success jika ia percaya diri. Menurut Sarlito, kepercayaan diri timbul jika ia

    dipercaya oleh orang lain di sekitarnya, khususnya yang terdekat, seperti

    orang tua, kerabat, teman, guru dan atasan. Hasil penelitian juga

    membuktikan bahwa wanita yang didukung oleh mitra prianya, termasuk

    ayah dan suami, akan lebih maju daripada wanita yang tidak mendapat

    dukungan seperti itu (Femina, 27 Januari-2Februari 2005).

  • 22

    Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

    faktor yang mempengaruhi tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of

    success) yang dialami oleh wanita, yaitu perlakuan dari lingkungan, pola

    asuh orang tua, konsep peran jenis, kelas sosial serta ada tidaknya dukungan

    sosial terhadap dirinya.

    4. Pengaruh Adanya Ketakutan akan Kesuksesan (fear of success)

    Hasil dari beberapa penelitian mengenai ketakutan akan kesuksesan

    menunjukkan adanya simptom fear of success (Nanik, 1995), yaitu : (a)

    perasaan rendah diri sehingga individu menjadi mudah dipengaruhi,

    menghindari tantangan, menentukan standar yang rendah untuk diri sendiri,

    (b) sulit melakukan kegiatan yang kompetitif, (c) menganggap keberhasilan

    sebagai suatu keberuntungan, bukan karena kemampuan yang dimiliki, (d)

    menyalahkan diri sendiri bila terjadi kegagalan (e) tidak berani mengambil

    resiko, (f) takut melakukan kesalahan atau melakukan hal yang tidak tepat,

    (g) mudah menyerah, (h) jarang bersikap tegas dalam mempertahankan diri.

    Selain itu, menurut Adelson (dalam Eriany & Sukarti, 1994) akibat

    dari adanya ketakutan akan kesuksesan adalah kurangnya usaha untuk

    menyelesaikan tugas dengan baik dan mereka juga akan menetapkan tujuan-

    tujuan yang mudah dicapai dan hanya berusaha untuk mencapai tujuan

    tersebut.

  • 23

    B. Wanita Karier

    Menurut Gibson, Ivacevich, dan Donnelly (dalam Stefani, dkk, 2000)

    orang yang berkarier diartikan sebagai orang bergerak maju dan meningkat

    dalam pekerjaan yang dipilihnya. Bergerak maju dalam hal-hal seperti

    kebutuhan, tuntutan gaji yang lebih besar, tanggung jawab yang lebih banyak,

    mendapatkan status, dan kekuasaan yang lebih banyak. Selain itu menurut

    Anoraga (1992) wanita karier adalah wanita yang memperoleh atau

    mengalami perkembangan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain, dan untuk

    mencapai perkembangan dan kemajuan tersebut diperlukan adanya kerja keras

    dalam bekerja. Dimana menurutnya, istilah wanita karier sering disebut juga

    dengan istilah wanita bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut, wanita karier

    dapat diartikan sebagai wanita yang terlibat dalam suatu bidang pekerjaan

    yang memberikan peluang kepadanya untuk maju dan berkembang dalam

    pekerjaannya serta meningkatkan jabatannya ke jenjang yang lebih tinggi.

    Adapun beberapa motif yang mendasari kebutuhan wanita untuk berkarier

    menurut Rini (2002) di antaranya adalah:

    1. Kebutuhan finansial

    Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak

    membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan

    sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain

    kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah.

    2. Kebutuhan sosial-relasional

  • 24

    Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja karena

    mempunyai kebutuhan sosial relasional yang tinggi, dan tempat kerja

    mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka,

    tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas

    sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Faktor psikologis seseorang

    serta keadaan internal keluarga, turut mempengaruhi seorang ibu untuk tetap

    mempertahankan pekerjaannya.

    3. Kebutuhan aktualisasi diri

    Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan

    oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya,

    berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan diri dan orang

    lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu, menghasilkan

    sesuatu, serta mendapatkan penghargaan, penerimaan, prestasi adalah bagian

    dari proses penemuan dan pencapaian kepenuhan diri. Kebutuhan akan

    aktualisasi diri melalui profesi ataupun karir merupakan salah satu pilihan

    yang banyak diambil oleh para wanita di jaman sekarang ini, terutama

    dengan makin terbukanya kesempatan yang sama pada wanita untuk meraih

    jenjang karir yang tinggi.

    D. Wanita Karier Yang Menikah

    Menurut Gilarso (2003) pernikahan adalah persekutuan hidup antara

    seorang pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang total

    dengan persetujuan bebas dari kedua belah pihak yang tidak dapat ditarik

  • 25

    kembali. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,

    menikah berarti mengadakan perjanjian untuk membentuk rumah tangga

    dengan resmi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sesuai dengan

    peraturan agama maupun peraturan negara.

    Bukanlah sesuatu yang mudah untuk menjalani suatu pernikahan.

    Dalam suatu ikatan pernikahan, membutuhkan adanya penyesuaian dari

    masing-masing pihak. Sama seperti meningkatnya jumlah kesempatan

    pekerjaan, membuat pilihan pekerjaan dan penyesuaian yang lebih cocok dan

    disukai menjadi sulit, begitu juga dengan banyaknya model keluarga

    menjadikan proses penyesuaian hidup sebagai suami isteri menjadi sulit.

    Menurut Hurlock (1980) ada 4 pokok yang paling umum dan paling penting

    bagi kebahagian perkawinan, yaitu penyesuaian dengan pasangan,

    penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan dan penyesuaian dengan keluarga

    dari pihak masing-masing pasangan.

    Kesulitan akan semakin dirasakan oleh isteri yang bekerja, dimana

    akan banyak situasi yang dapat membuat adanya perselisihan dalam rumah

    tangga yang dibinanya, apabila seorang isteri bekerja karena perlu tambahan

    keuangan guna menunjang keuangan keluarga, maka suaminya akan merasa

    lebih rendah dan kurang enak, suami sering menunjukkan rasa marah. Apabila

    dia bekerja karena mempunyai keinginan untuk mengembangkan kariernya

    atau untuk mencari simbol status demi diri dan keluarganya, sebagai akibatnya

    mungkin suami akan marah, karena ia merasa tidak dapat memuaskan

    keinginan isterinya. Bisa juga sang suami marah karena ia harus

  • 26

    bertanggungjawab terhadap sebagian dari pekerjaan rumah tangga yang tidak

    dapat ia hindari karena sementara itu sang isteri sering bekerja di luar rumah.

    Tekanan jiwa yang dialami oleh suami isteri sering merambat ke anak-

    anaknya, sehingga ketegangan dalam rumah tangga akan memuncak. Selain

    itu situasi yang bersaing sering terjadi apabila isteri memperoleh keberhasilan

    dari pekerjan yang dianggap rendah dibanding keberhasilan suaminya. Karena

    banyak pria yang mengklim keberhasilan isteri dengan sikap yang sombong,

    cemburu, dan iri hati. Sikap seperti ini juga sering menimbulkan ketegangan

    dalam hubungan keluarga (Hurlock, 1980).

    Banyak laki-laki, terutama yang berpenghasilan rendah mengalami

    saat-saat yang sulit untuk menerima isteri mereka bekerja. Sebagai contoh,

    dalam satu penelitian, laki-laki yang sudah menikah yang menentang isteri

    mereka bekerja lebih tertekan ketika penghasilan mereka lebih rendah

    daripada ketika penghasilan mereka tinggi (Ulbrich, 1988). Laki-laki tersebut

    tampaknya mengalami penghinaan ganda atas diri mereka sebagai seorang

    penyelia. Banyak suami yang isterinya bekerja melaporkan bahwa mereka

    lebih suka memiliki isteri yang berada di rumah sepenuhnya (Santrock, 1995).

    Hal tersebut membawa situasi yang dilematis bagi isteri yang bekerja, dimana

    ia mengalami adanya tuntutan peran ganda, di satu sisi ia dituntut untuk

    menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, dan di sisi lain, ia juga dituntut

    untuk menjadi seorang karyawan yang dapat menyelesaikan pekerjaannya

    dengan sebaik mungkin di perusahaan tempat ia bekerja. Hal ini membuat

  • 27

    posisi seorang isteri yang bekerja menjadi sulit, apalagi jika tidak adanya

    dukungan dari keluarga, terutama suami.

    B. Hubungan Antara Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) Dengan

    Komitmen Kerja

    Komitmen kerja seorang karyawan terhadap perusahaan merupakan

    suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan perusahaan tersebut. Saking

    pentingnya komitmen kerja karyawan dalam suatu perusahaan, sampai-sampai

    beberapa perusahaan berani memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu

    syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan-

    iklan lowongan kerja. Pengertian komitmen kerja itu sendiri adalah suatu

    kondisi dimana seorang karyawan memiliki keterikatan dengan perusahaan

    tempat mereka bekerja, yang dinyatakan dalam keinginannya untuk aktif

    berpartisipasi dalam perusahaan, memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik

    mungkin demi kepentingan perusahaan, serta memiliki keinginan untuk tetap

    bekerja di perusahaan tersebut karena adanya kesesuaian nilai dan tujuan..

    Komitmen kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (a) faktor

    personal, (b) faktor organisasi, dan (c) faktor non-organisasi. Faktor jenis

    kelamin (gender) merupakan salah satu faktor personal yang mempengaruhi

    komitmen kerja karyawan. Seniati (1996) dalam penelitiannya mengenai

    komitmen kerja karyawan di Jakarta menemukan meskipun responden pria

    dan wanita memiliki skor komitmen kerja yang tergolong cukup tinggi, namun

  • 28

    karyawan pria memiliki skor komitmen kerja yang secara signifikan lebih

    tinggi daripada karyawan perempuan.

    Penyebab adanya perbedaan komitmen kerja antara karyawan pria dan

    wanita adalah adanya ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dalam diri

    wanita. Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) itu sendiri menurut

    Horner (Shaw & Constanzo, 1982) adalah bentuk motif menghindari sukses

    yang berkaitan dengan dugaan adanya konsekuensi negatif seperti penolakan

    sosial dan/atau merasa tidak feminin sebagai akibat dari kesuksesan yang

    diperolehnya. Menurut Horner (Dowling, 1989) ketakutan akan kesuksesan

    (fear of success) ini jauh lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria,

    maka pada akhirnya masalah itu sedikit banyak dianggap lazim pada psikis

    wanita. Menurut Sarlito (dalam Femina, 2005) mudah dipahami jika wanita

    mengalami ketakutan akan kesuksesan karena walaupun wanita sudah dididik

    dan disekolahkan setinggi mungkin dan selalu diberi tahu agar tidak terlalu

    bergantung pada pria, namun pada prakteknya tetap saja mereka diharapkan

    menikah, mempunyai suami dan anak-anak, dan kembali lagi ke dapur.

    Seakan-akan menjadi istri dan ibu yang baik adalah satu-satunya tolak ukur

    kesuksesan wanita.

    Ketakutan akan kesuksesan merupakan salah satu penghambat

    motivasi wanita untuk berprestasi (Dowling, 1989). Menurut Adelson (dalam

    Eriany & Sukarti, 1994) ketakutan akan kesuksesan tersebut juga dapat

    menyebabkan kurangnya usaha untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan

  • 29

    mereka juga cenderung akan menetapkan tujuan-tujuan yang mudah dicapai

    dan hanya berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.

    Kondisi wanita yang mengalami ketakutan akan kesuksesan dapat

    mempengaruhi komitmen kerjanya terhadap perusahaan tempat ia bekerja.

    Adanya ketakutan tersebut menyebabkan wanita kurang ingin menampilkan

    diri dan cenderung membatasi potensi yang dimilikinya agar ia tidak tampak

    menonjol di lingkungannya. Hal ini mengakibatkan wanita yang mengalami

    ketakutan akan kesuksesan cenderung memiliki keinginan yang rendah untuk

    aktif berpartisipasi dalam perusahaan dan kurang bersedia untuk berusaha

    sebaik mungkin demi kemajuan perusahaan tempat ia bekerja.

  • 30

    Gambar 1. Skema Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) dan

    Komitmen Kerja Karyawan pada Wanita Karier yang telah Menikah

    Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)

    Tinggi

    - Ketakutan akan kehilangan feminitas tinggi

    - Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial tinggi

    - Ketakutan akan penolakan sosial tinggi

    - Ketakutan akan kehilangan feminitas rendah

    - Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial rendah

    - Ketakutan akan penolakan sosial rendah

    Rendah

    Komitmen Kerja Rendah

    Komitmen Kerja Tinggi

  • 31

    C. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka kajian teori yang ada, maka hipotesis yang

    dikemukakan adalah : ada korelasi negatif antara ketakutan akan kesuksesan

    (fear of success) dengan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Semakin

    tinggi ketakutan akan kesuksesan pada subyek, maka semakin rendah

    komitmennya terhadap perusahaan tempat ia bekerja, sebaliknya semakin

    rendah ketakutan akan kesuksesan, maka semakin tinggi komitmen subyek

    terhadap perusahaan.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi

    pada satu variabel berkaitam dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain

    berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Jadi tujuan penelitian ini adalah

    untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel ketakutan akan

    kesuksesan (fear of success) dengan variabel komitmen kerja karyawan

    terhadap perusahaan.

    B. VARIABEL PENELITIAN

    Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :

    Variabel bebas : Ketakutan akan kesuksesan (fear of success)

    Variabel Tergantung : Komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan

    C. DEFINISI OPERASIONAL

    1. Ketakutan akan kesuksesan (Fear Of Success)

    Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) adalah motif

    menghindari kesuksesan yang banyak dialami oleh wanita karena adanya

    dugaan akan diterimanya konsekuensi negatif dari masyarakat berupa

    penolakan sosial atau merasa tidak feminin atas kesuksesan yang ia raih.

    32

  • 33

    Tinggi rendahnya tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of success)

    yang dialami oleh subyek diukur dengan menggunakan skala ketakutan akan

    kesuksesan berdasarkan 3 aspek yang diambil dari teori Shaw dan Costanzo

    (1982), yaitu : (a) Ketakutan akan kehilangan feminitas, (b) Ketakutan akan

    kehilangan penghargaan sosial, (c) Ketakutan akan penolakan sosial.

    Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala ketakutan akan

    kesuksesan (fear of success) tersebut maka semakin tinggi pula ketakutan

    yang dialami oleh subyek dan demikian pula sebaliknya.

    2. Komitmen karyawan terhadap perusahaan

    Komitmen karyawan terhadap perusahaan adalah suatu kondisi dimana

    seorang karyawan memiliki keterikatan dengan perusahaan tempat mereka

    bekerja, yang dinyatakan dalam keinginannya untuk aktif berpartisipasi

    dalam perusahaan, memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi

    kepentingan perusahaan, serta memiliki keinginan untuk tetap bekerja di

    perusahaan tersebut karena adanya kesesuaian nilai dan tujuan.

    Aspek komitmen kerja yang dipakai untuk mengukur tinggi rendahnya

    komitmen subyek didasarkan pada teori Luthan (1995) yaitu : (a) memiliki

    keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, (b) memiliki

    kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan, (c) memiliki

    keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan

    Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala komitmen kerja

    tersebut, maka semakin tinggi pula komitmennya terhadap perusahaan dan

  • 34

    begitupun sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin

    rendah pula komitmennya terhadap perusahaan.

    A. LOKASI PENELITIAN

    Penelitian mengenai Hubungan antara Ketakutan Akan Kesuksesan

    (fear of success) dengan Komitmen Kerja ini dilaksanakan di empat tempat,

    yaitu di BTN Syariah, BPR Shinta Daya, Bank Nasional Indonesia (BNI), dan

    Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta.

    B. SUBYEK PENELITIAN

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di Bank.

    2. Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah purposive sampling, dimana dalam teknik ini pengambilan sampel

    didasarkan atas ciri – ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

    (Hadi, 1991). Adapun ciri – ciri subyek dalam penelitian ini adalah :

    a. Wanita yang bekerja

    b. Berstatus sebagai karyawan di Bank dengan lama kerja minimal 1 tahun

    c. Sudah menikah

    Pemilihan subyek didasarkan pada alasan bahwa pada wanita terdapat

    kecenderungan memiliki perasaan takut akan kesuksesan yang lebih sering

    terjadi karena adanya perasaan bahwa berhasil dalam karier akan merusak

  • 35

    citra mereka bahkan mengarah ke situasi penolakan sosial (Hurlock, 1980).

    Dipilihnya wanita bekerja yang telah menikah sebagai subyek penelitian,

    karena terdapat asumsi bahwa pada umumnya wanita yang telah menikah dan

    bekerja di luar rumah mengalami bahwa karier suami harus didahulukan

    (Hurlock, 1980) selain itu ia juga memiliki peran ganda, dimana di satu sisi ia

    harus berperan sebagai ibu rumah tangga, dan di sisi lain ia juga berperan

    sebagai karyawan di suatu perusahaan. Alasan pemilihan Bank sebagai tempat

    penelitian, karena diasumsikan bahwa di perusahaan tersebut cukup

    memberikan peluang bagi subyek untuk mengalami peningkatan karier,

    disamping itu dalam perusahaan ini juga terdapat adanya peluang persaingan

    antara karyawan pria dan karyawan wanita. Selain itu pemilihan subyek yang

    telah bekerja minimal 1 tahun, karena diasumsikan bahwa subyek telah

    melewati masa adaptasi dengan perusahaan tempat ia bekerja.

    C. METODE PENGUMPULAN DATA

    Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    skala sikap yang digunakan untuk mengetahui skala ketakutan akan

    kesuksesan (fear of success) dan skala komitmen kerja karyawan terhadap

    perusahaan, dimana pada skala sikap tersebut terdiri atas pernyataan favorabel

    dan unfavorabel, dengan empat alternatif jawaban, yaitu : Sangat Tidak Setuju

    (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Nilai bergerak dari 0

    sampai dengan 3 untuk item yang favorabel dan 3 sampai 0 untuk item yang

    unfavorabel. Tinggi rendahnya tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of

  • 36

    success) serta tingkat komitmen kerja karyawan dilihat dari skor total jawaban

    subyek pada skala. Masing – masing akan dijelaskan sebagai berikut :

    1. Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( fear of success )

    Skala ini dikembangkan berdasarkan aspek dari ketakutan akan

    kesuksesan (fear of success) menurut teori Shaw dan Costanzo (1982),

    yaitu :

    a. Ketakutan akan kehilangan feminitas, dimana kesuksesan dianggap

    tidak lazim/tidak pantas bagi wanita dan menganggap bahwa

    kesuksesan yang ia raih disebabkan karena faktor keberuntungan

    b. Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial, dimana kesuksesan

    dihubungkan dengan kenormalan seseorang dalam lingkungan

    masyarakat, meliputi penilaian masyarakat terhadap kesuksesan yang

    diraih oleh wanita

    c. Ketakutan akan penolakan sosial, meliputi ketakutan wanita akan

    kehilangan teman dan dukungan suami

    Skor skala yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan ketakutan

    akan kesuksesan (fear of success) yang dialami oleh subyek. Semakin

    tinggi skor yang didapatkan dari skala ketakutan akan kesuksesan (fear of

    success) maka semakin tinggi ketakutan yang dialami oleh subyek dan

    demikian pula sebaliknya.

  • 37

    Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat

    pada tabel 1 berikut ini :

    Tabel 1. Distribusi Item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) sebelum Uji Coba

    Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)

    Nomor Item Favorabel

    Nomor Item Unfavorabel

    Jumlah Total Item

    1. Ketakutan akan kehilangan feminitas

    1, 2, 12, 21, 23, 24, 32, 35, 43, 52

    3, 5, 13, 14, 22, 33, 44, 46, 43, 54

    20 (33,33%)

    2. Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial

    4, 7, 15, 25, 26, 34, 36, 45, 55, 57

    6, 8, 16, 27, 28, 37, 38, 47, 56, 58

    20 (33,33%)

    3. Ketakutan akan penolakan sosial 9, 10, 17, 18, 29, 39, 42, 48, 49, 59

    11, 19, 20, 30, 31, 40, 41, 50, 51, 60

    20 (33,33%)

    Total 30 30 60

    2. Skala Komitmen Karyawan Terhadap Perusahaan

    Skala untuk mengetahui komitmen kerja karyawan terhadap

    perusahaan dalam penelitian ini dikembangkan dari Organizational

    Commitment Questionnaire (OCQ) oleh Mowday, Steers & Porter, 1979

    (Luthan, 1995) kemudian dilakukan penambahan item-item baru yang

    didasarkan pada 3 aspek menurut teori Luthan (1995), yaitu :

    a. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota

    perusahaan, meliputi kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri

    bekerja dalam perusahaan serta untuk melanggengkan hubungannya

    dengan perusahaan, selain itu ia juga merasakan adanya keamanan dan

    kepuasan di dalam perusahaan tempat ia bergabung untuk bekerja.

    b. Memiliki kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan

    perusahaan, meliputi kesediaan karyawan untuk menyumbangkan

  • 38

    usaha dan kontribusi bagi kepentingan perusahaan dan merasa wajib

    untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan (peduli pada

    masa depan perusahaan) serta senang bekerjasama baik dengan

    pimpinan maupun dengan sesama teman kerja.

    c. Memiliki keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan

    perusahaan, meliputi adanya dukungan karyawan terhadap perusahaan

    dan adanya penerimaan nilai dan tujuan perusahaan oleh karyawan

    yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi

    mereka serta merasa bahwa bekerja di dalam perusahaan adalah hal

    yang terbaik bagi mereka.

    Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh subyek dalam skala

    komitmen kerja ini, maka semakin tinggi pula komitmen yang dimilikinya

    dan begitupun sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh oleh

    subyek, menunjukkan bahwa ia memiliki komitmen yang rendah terhadap

    perusahaan tempat ia bekerja.

    Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat

    pada tabel 2 berikut ini :

  • 39

    Tabel 2. Distribusi Item Skala Komitmen Kerja Karyawan sebelum Uji Coba

    Aspek Komitmen Kerja Karyawan Nomor Item Favorabel

    Nomor Item Unfavorabel

    Jumlah Total Item

    1. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan

    1, 3, 11, 19, 20, 35, 37, 43, 45, 52

    2, 4, 12, 21, 22, 36, 39, 44, 53, 54

    20 (33,33%)

    2. Memiliki kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan

    5, 6, 13, 14, 23, 25, 38, 46, 47, 55

    7, 10, 15, 24, 26, 32, 48, 56, 58, 60

    20 (33,33%)

    3. Memiliki keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan

    8, 16, 27, 28, 31, 33, 40, 49, 50, 57

    9, 17, 18, 29, 30, 34, 41, 42, 51, 59

    20 (33,33%)

    Total 30 30 60

    G. Validitas dan Reliabilitas

    Validitas dan Reliabilitas adalah 2 hal yang sangat penting untuk

    menentukan baik buruknya suatu penelitian.

    Validitas itu sendiri adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang

    dimaksudkan untuk diukur, jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada

    derajat fungsi mengukurnya suatu tes (Suryabrata, 1999). Suatu tes atau

    instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut

    menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan

    akurat sesuai dengan maksud dilakukannya pengetesan tersebut. Tes yang

    menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan

    sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Azwar, 1996).

    Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Validitas isi

    (Content Validity), dimana setelah instrumen disusun dengan berlandaskan

    teori-teori tentang aspek-aspek yang akan diukur, maka selanjutnya instrumen

  • 40

    tersebut dikonsultasikan dengan ahli, dalam hal ini peneliti akan

    mengkonsultasikannya dengan Dosen Pembimbing. Setelah itu diteruskan

    dengan uji coba instrumen.

    Instrumen yang telah disetujui tersebut dicobakan pada sampel dari

    mana populasi diambil. Setelah data terkumpul, dilakukan seleksi item, item

    yang baik dan lolos seleksi adalah item yang memiliki koefisien korelasi item

    total (rix) = 0,3 karena item-item yang memiliki rix ≥ 0,3 tersebut dianggap

    memiliki daya beda yang memuaskan.

    Reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran itu

    dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran

    kembali terhadap subyek yang sama. Namun demikian, reliabilitas alat ukur

    tidak harus selalu diuji dengan melakukan tes ulang, berbagai tehnik telah

    memungkinkan pengujian reliabilitas dengan tidak memerlukan lebih dari satu

    kali pengukuran (Azwar, 1986).

    Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan

    internal consistency, dimana instrumen dicobakan hanya 1 kali pada

    kelompok subyek, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik Alfa

    Cronbach. Dan hasil analisis ini dapat digunakan untuk memprediksi

    reliabilitas instrumen.

  • 41

    H. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi

    13.0. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan

    membuktikan hubungan antara dua variabel (Sugiyono, 2002), dalam

    penelitian ini hubungan yang ingin dilihat adalah hubungan antara ketakutan

    akan kesuksesan dengan komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan Penelitian

    1. Uji Coba Alat Ukur

    Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur ini adalah untuk menguji

    kesahihan dan keandalan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

    Uji coba ini dilakukan pada 60 orang subyek yang berasal dari empat bank

    yang berbeda, yaitu BTN Syariah, BPR Shinta Daya, Bank Nasional

    Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta. Subyek

    diberi dua jenis skala, yaitu Skala Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of

    Success) dan Skala Komitmen Kerja, yang masing-masing terdiri dari 60

    item. Penyebaran skala dilakukan pada waktu yang berbeda pada setiap

    bank, dan disebarkan pada subyek oleh pihak bank itu sendiri. Selain itu atas

    permintaan pihak bank, skala yang disebarkan dapat diambil kembali oleh

    peneliti dalam waktu ± sepuluh hari. Pada Bank BTN Syariah, skala

    disebarkan pada tanggal 6 Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 16

    Oktober 2006, sedangkan pada Bank BPR Shinta Daya, skala disebarkan

    pada tanggal 5 Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 16 Oktober 2006.

    Selain itu skala juga disebarkan pada karyawati Bank Nasional Indonesia

    (BNI) pada tanggal 12 Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 20 Oktober

    2006. Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI), skala disebarkan pada tanggal 6

    Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 16 Oktober 2006.

    42

  • 43

    Berdasarkan pertimbangan ijin yang sulit untuk melakukan penelitian

    serta minimnya subyek yang memenuhi kriteria penelitian dalam satu bank,

    maka digunakan try out terpakai, dimana data yang diperoleh dari hasil uji

    coba, dipakai pula sebagai data penelitian.

    2. Pengukuran Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of Success)

    a. Uji Kesahihan Item untuk Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of

    Success)

    Uji kesahihan item dilakukan dengan menggunakan bantuan

    program SPSS for Windows versi 13.0, yaitu dengan mengukur korelasi

    antara item-item yang diuji dengan skor total subyek. Batasan skor

    kesahihan item adalah ≥ 0,3. Berdasarkan perhitungan yang telah

    dilakukan diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara

    -0,176 sampai dengan 0,701. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh

    39 item yang sahih dan 21 item yang gugur. Item-item yang gugur

    tersebut adalah item nomor 7, 8, 9, 13, 17, 19, 21, 26, 28, 30, 31, 35, 37,

    38, 40, 41, 47, 49, 50, 52, dan 55. Sedangkan item-item yang sahih akan

    disajikan dalam distribusi item pada tabel 3.

  • 44

    Tabel 3. Distribusi Item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) setelah Uji Coba

    Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)

    Nomor Item Favorabel

    Nomor Item Unfavorabel

    Jumlah Total Item

    1. Ketakutan akan kehilangan feminitas

    1, 2, 12, 23, 24, 32, 43,

    3, 5, 14, 22, 33, 44, 46, 43, 54

    16

    2. Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial

    4, 15, 25, 34, 36, 45, 57

    6, 16, 27, 56, 58

    12

    3. Ketakutan akan penolakan sosial

    10, 18, 29, 39, 42, 48, 59

    11, 20, 51, 60

    11

    Total 21 18 39

    b. Reliabilitas Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of Success)

    Reliabilitas Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of Success)

    dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program

    SPSS for Windows versi 13.0. Dari perhitungan tersebut diperoleh

    koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,929.

    1. Pengukuran Skala Komitmen Kerja

    a. Uji kesahihan item untuk Skala Komitmen Kerja

    Uji kesahihan item dilakukan dengan menggunakan bantuan

    program SPSS for Windows versi 13.0, yaitu dengan mengukur korelasi

    antara item-item yang diuji dengan skor total subyek. Batasan skor

    kesahihan item adalah ≥ 0,3. Berdasarkan perhitungan yang telah

    dilakukan diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara

    0,35 sampai dengan 0, 777. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh 55

    item yang sahih dan 5 item yang gugur. Item-item yang gugur tersebut

    adalah item nomor 1, 3, 38, 54, dan 60. Sedangkan item-item yang sahih

    akan disajikan dalam distribusi item pada tabel 4.

  • 45

    Tabel 4. Distribusi Item Skala Komitmen Kerja Karyawan setelah Uji Coba

    Aspek Komitmen Kerja Karyawan Nomor Item Favorabel

    Nomor Item Unfavorabel

    Jumlah Total Item

    1. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan

    11, 19, 20, 35, 37, 43, 45, 52

    2, 4, 12, 21, 22, 36, 39, 44, 53

    17

    2. Memiliki kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan

    5, 6, 13, 14, 23, 25, 46, 47, 55

    7, 10, 15, 24, 26, 32, 48, 56, 58

    18

    3. Memiliki keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan

    8, 16, 27, 28, 31, 33, 40, 49, 50, 57

    9, 17, 18, 29, 30, 34, 41, 42, 51, 59

    20

    Total 27 28 55

    b. Reliabilitas Skala Komitmen Kerja

    Reliabilitas Skala Komitmen Kerja dihitung dengan

    menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for Windows

    versi 13.0. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas

    alpha sebesar 0,960.

    B. Deskripsi Subyek

    Subyek dalam penelitian ini adalah karyawati bank yang telah menikah

    dengan masa kerja minimal 1 tahun. Rentang usia subyek berkisar antara 24

    tahun sampai dengan 49 tahun. Jumlah subyek yang menjadi subyek dalam

    penelitian ini sebanyak 60 orang karyawati yang berasal dari BTN Syariah,

    BPR Shinta Daya, Bank Nasional Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat

    Indonesia (BRI) Yogyakarta. Distribusi subyek akan disajikan dalam tabel

    berikut :

  • 46

    Tabel 5. Distribusi Subyek berdasarkan Bank No Nama Bank Jumlah subyek Rentang Usia

    (tahun) 1 BTN Syariah 2 24-26 2 BPR Shinta Daya 18 26-49 3 Bank Nasional Indonesia

    (BNI) 30 27-42

    4 Bank Rakyat Indonesia (BRI) 10 27-49

    Tabel 6. Distribusi Subyek berdasarkan Usia No Usia Jumlah No Usia Jumlah No Usia Jumlah 1 24 1 9 32 4 17 41 3 2 25 1 10 33 3 18 42 2 3 26 3 11 34 3 19 49 2 4 27 6 12 35 3 5 28 4 13 36 4 6 29 6 14 37 3 7 30 4 15 38 1 8 31 6 16 40 1

    Tabel 7. Distribusi Subyek berdasarkan Lama Kerja

    No Lama Kerja (± dalam th)

    Jumlah No Lama Kerja (± dalam th)

    Jumlah No Lama Kerja (± dalam th)

    Jumlah

    1 1 2 9 9 4 17 17 1 2 2 3 10 10 3 18 18 1 3 3 4 11 11 5 19 20 1 4 4 7 12 12 1 20 22 1 5 5 7 13 13 3 6 6 8 14 14 1 7 7 3 15 15 1 8 8 2 16 16 2

    C. Hasil Penelitian

    1. Data Penelitian

    Tabel 8 Tabel Data Penelitian

    Skor Mean Teoritis Empiris

    Max Min Max Min Teoritis

    Empiris

    SD

    Ketakutan Akan Kesuksesan 117 0 64 1 58,5 40,20 13,56 Komitmen Kerja 165 0 163 76 82,5 105,45 19,64

  • 47

    Untuk membuat kategorisasi skor pada ketakutan akan kesuksesan

    (fear of success) dan komitmen kerja digunakan norma kategorisasi sebagai

    berikut (Azwar, 1999):

    Tabel 9 Tabel Norma Kategorisasi

    ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan komitmen kerja Skor Kategori

    µ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi μ + 0,5 σ < X ≤ μ + 1,5 σ < X Tinggi μ – 0,5 σ < X ≤ μ + 0,5 σ < X Sedang μ – 1,5 σ < X ≤ μ – 0,5 σ < X Rendah X ≤ μ – 1,5 σ < X Sangat Rendah

    Rentang minimum dan maksimum untuk ketakutan akan kesuksesan

    (fear of success) adalah 0 sampai dengan 117 dan luas jarak sebarannya adalah

    117. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 117 : 6 = 19,5

    dan mean teoritis μ = (117-0) : 2 = 58,5, sehingga setelah dimasukkan ke

    dalam norma diperoleh kategorisasi skor ketakutan akan kesuksesan ( fear of

    success) :

    Tabel 10 Tabel Norma Kategorisasi Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)

    Skor Kategori Jumlah Prosentase 87,75 < X Sangat Tinggi 0 0 % 68, 25 < X ≤ 87,75 Tinggi 0 0 % 48,75 < X ≤ 68,25 Sedang 15 25 % 29,25 < X ≤ 48,75 Rendah 37 61,67 % X ≤ 29,25 Sangat Rendah 8 13,33 %

    Dilihat dari tabel kategorisasi ketakutan akan kesuksesan (fear of

    success) di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah skor 37 dan

    prosentase 61,67 %, terdapat pada subyek dengan kategori skor 29,25 < X ≤

    48,75.

  • 48

    Rentang minimum dan maksimum untuk variabel Komitmen Kerja

    adalah 0 sampai dengan 165 dan luas jarak sebarannya adalah 165. Dengan

    demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 165 : 6 = 27,5 dan mean

    teoritis μ = (117-0) : 2 = 82,5, sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma

    diperoleh kategorisasi skor Komitmen Kerja :

    Tabel 11 Tabel Norma Kategorisasi Komitmen Kerja

    Skor Kategori Jumlah Prosentase 123,75 < X Sangat Tinggi 9 15 % 96,25 < X ≤ 123,75 Tinggi 29 48,33 % 68,75 < X ≤ 96,25 Sedang 22 36,67 % 41,25 < X ≤ 68,75 Rendah 0 0 % X ≤ 41,25 Sangat Rendah 0 0 %

    Dilihat dari tabel kategorisasi komitmen kerja di atas, diketahui bahwa

    skor tertinggi dengan jumlah skor 29 dan prosentase 48,33 %, terdapat pada

    subyek dengan kategori skor 96,25 < X ≤ 123,75.

    2. Uji Asumsi

    Uji asumsi dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis

    hipotesis sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak menyimpang dari

    semestinya. Uji asumsi ini sendiri terdiri dari uji normalitas dan uji

    linearitas.

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

    ketakutan akan kesuksesan dan komitmen kerja berdistribusi normal

    atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan

  • 49

    bantuan program SPSS for Windows versi 13.0 dengan statistik uji One

    Sample Kolmogorov Smirnov.

    Dari hasil pengujian tersebut, pada variabel ketakutan akan

    kesuksesan (fear of success) diperoleh nilai Z sebesar 1,050 dengan

    p = 0,220, sedangkan pada variabel komitmen kerja diperoleh nilai Z

    sebesar 0,735 dengan p = 0,652. Persyaratan data disebut normal

    adalah jika nilai probabilitas atau p > 0,05, dari pengujian pada

    variabel ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan variabel

    komitmen kerja diperoleh nilai p > 0,05, sehingga berdasarkan hasil

    perhitungan tersebut distribusi subyek adalah distribusi normal.

    Tabel 12 Tabel Normalitas

    Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of

    success)

    Komitmen Kerja

    Kolmogorov-Smirnov Z 1,050 0,735 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,220 0,652

    b. Uji Linearitas

    Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan bentuan program

    SPSS for Windows versi 13.0. Pengujian ini dilakukan untuk

    mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel mengikuti fungsi

    linear atau garis lurus, selain itu analisis ini juga setidaknya berguna

    untuk memberikan arah tentang hubungan antara dua variabel tersebut.

    Dari hasil pengujian pada variabel ketakutan akan kesuksesan (fear of

    success) dan komitmen kerja diperoleh nilai F = 79,492 dan nilai

  • 50

    p = 0,000 dengan nilai p < 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa

    hubungan antara kedua variabel merupakan garis lurus.

    Tabel 13 Tabel Uji Linear

    F Sig. Between (Combined) 4,085 ,000 Group