HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    1/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    34 

    HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF

    MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    Ririn Anggreini, Sulis MariyantiFakultas Psikologi Universitas Esa Unggul

    Jln Arjuna utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510

    [email protected]

    AbstrakMahasiswi termasuk dalam usia remaja akhir, yg masih labil dam membutuhkan pengakuan darilingkungan sosialnya dan memiliki emosi yang labil. Dalam keadaan tersebut, membuat kemampuanmengendalikan diri atau kontrol diri menjadi lemah, sehingga mereka cenderung mengambil tindakan berdasarkan emosi. Tindakan yang dimaksud salah satunya adalah tindakan dalam membeli. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kontrol diri, melihat dominan dimensi kontrol diri dantingkatan dari perilaku konsumtif. Penelitian ini bersifat kuantitatif non-eksperimental.Sampel penelitian berjumlah 90 mahasiswi Universitas Esa Unggul. Hasil penelitian menunjukkan korelasisebesar -0,304 dengan sig 0,002 (p < 0,05), artinya ada terdapat hubungan negatif antara kontrol diridengan perilaku konsumtif mahasiswi Universitas Esa Unggul. Mahasiswi yang memiliki kontrol dirilemah lebih banyak dibanding dengan mahasiswi yang memiliki kontrol diri yang kuat. Sedangkan pada mahasiswi yang berperilaku konsumtif tinggi lebih banyak daripada mahasisiwi yang

     berperilaku konsumtif rendah. Dari ketiga dimensi dari kontrol diri,yang paling dominan ialahdimensi behavioral control atau kontrol perilaku.

    Kata Kunci : Kontrol diri, Perilaku konsumitf

    PendahuluanMahasiswi merupakan bagian dari masa

    remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinyadisebut adolescene,  berasal dari bahasa Latinadolescene  (kata bendanya, adolescentia yang ber-arti remaja) yang artinya “tumbuh untuk mencapaikematangan, istilah adolescene, seperti yangdipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih

    luas, mencakup kemantangan mental, emosional,sosial, dan fisik (Hurlock, 2004). Menurut William(Yusuf, 2008) mahasiswi yang termasuk dalammasuk bagian remaja akhir yang memiliki tugas per-kembangan yaitu memperkuat self control (kemam- puan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. Mahasiswidikatakan sudah memperkuat self control  bilamahasiswi tidak “meledakkan” emosinya dihadapanorang lain,melainkan menunggu saat dan tempatyang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinyadengan cara-cara yang dapat diterima (Hurlock,2004). Pada usia tersebut, mereka membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosialnya, masih dalamtahap pencarian jati diri, dan masih dalam keadaanemosi yang labil. Keadaan itu cenderung membuatkontrol diri lemah, sehingga apapun keputusan yangdilakukan termasuk keputusan membeli didominasioleh emosi sesaat. Hal itu terlihat dari hasil penelitian Harnum (2012), yang mengatakan bahwaterdapat hubungan negatif yang signifikan antarateknik kontrol diri dengan kecenderungan perilakukonsumtif pada Mahasiswi di Universitas X, yang

    artinya semakin tinggi tingkat teknik kontrol dirimahasiswi maka semakin rendah kecenderungan perilaku konsumtifnya dan sebaliknya semakinrendah teknik kontrol diri maka semakin tinggikecenderungan perilaku konsumtifnya.

    Perilaku konsumtif dapat dikatakan sebagai perilaku kenakalan atau perilaku yang menyimpangketika mahasiswi berbelanja dengan menggunakan

    uang kuliah, membohongi orang tua agar menda- patkan uang untuk berbelanja, menjual barang- barang berharga untuk berbelanja dan mencuri uangorang tua agar dapat membeli barang yang disukai.Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara denganmahasiswi Universitas Esa Unggul berinisial B :

    “ pas gue belanja itu gue suka ambil duitnyokap atau bokap gue.. hmm kadang gue

     juga make uang kuliah buat beli baju, beli

    tas, beli sepatu, beli yang gue suka lah,

    abisnya duit gue kurang buat belanja

    semua barang yang gue suka makanya gue

     pake uang kuliah, ngambil duit orang tua,

    mala bohongi mereka juga pernah hehe..boong minta duit praktek padahal mah

    kagak ada praktek jadi duitnya gue pake

    belanja aja”

    Hasil wawancara tersebut dapat dilihat bah-wa mahasiswi melakukan kenakalan remaja yang berupa memakai uang kuliah, mengambil uangorang tua tanpa seizin orang tua untuk dapatmembeli suatu barang yang diinginkan atau disukai.

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    2/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    35 

    Dari hasil penelitian dan hasil wawancara diatas,maka peneliti memilih judul ini dengan alasan peneliti adalah ingin mengetahui hubungan antarakontrol diri dengan perilaku konsumtif padamahasiswi di Universitas Esa Unggul serta memilikikeunikan yaitu lebih mendalami meneliti kontrol

    diri pada mahasiswi yaitu mengetahui dimensikontrol diri yang paling dominan pada mahasiswi.

    Pengertian kontrol diri yang dikemukakanoleh Averill (Kusumadewi, 2012) ialah kontrol dirimerupakan variabel psikologis yang mencakupkemampuan individu untuk memodifikasi perilaku,kemampuan individu dalam mengelola informasiyang tidak penting atau penting dan kemampuanindividu untuk memilih suatu tindakan yangdiyakininya. Sementara itu, Calhoun dan Acocella(Ghufron & Rini, 2010) mengemukakan dua alasanyang mengharuskan mahasiswi mengontrol dirisecara bertahap. Yang pertama, mahasiswi hidup

     bersama dengan kelompok sehingga dalam me-muaskan keinginannya mereka harus mengontrol perilakunya agar tidak menganggu kenyamananorang lain yang berada disekitarnya. Sedangkanyang kedua, masyarakat mendorong mahasiswiuntuk secara konstan menyusun standar kebutuhanyang lebih baik bagi dirinya. Sebagai mahasiswi,salah satu tugas perkembangan mahasiswi adalahmempelajari apa yang diharapkan oleh kelompokdarinya dan kemudian mau membentuk perilakunyaagar sesuai dengan harapan sosial tanpa harusdibimbing, diawasi, didorong, dan diancam sepertihukuman yang dialami ketika mahasiswi masih

     berada pada tahap kanak-kanak.Mahasiswi yang membutuhkan pengakuan

    dari lingkungan sosial cenderung mengikuti ling-kungannya terlebih dari kelompok teman sebaya-nya, sehingga mereka mudah terpengaruh olehapapun aktivitas yang dilakukan teman sebayanyatermasuk dalam aktivitas membeli. Mahasiswicenderung melakukan penyesuaian diri secara berlebihan hanya untuk memperoleh pengakuansecara sosial. Demi pengakuan sosial, mahasiswi bisa berperilaku konsumtif, yaitu membeli suatu barang atau jasa bukan karena dengan kebutuhan,namun berdasarkan karena keinginan atau me-

    menuhi rasa puas. Hal tersebut diperkuat dari penelitian Sari (2009) yang berjudul “Hubunganantara Perilaku Konsumtif dengan Body Image  padaRemaja Putri” yang mengatakan bahwa remajamudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutanteman, tidak realistis, dan cenderung boros dalammenggunakan uangnya. Dapat disimpulkan remajayang memiliki body image negatif akan memiliki perilaku konsumtif yang tinggi dan para remajamelakukan perilaku konsumtif untuk membuat body

    image mereka menjadi positif atau baik. Hal inidiperkuat dengan data penelitian bahwa sejak tahun1997 diperkirakan bahwa perilaku para remajauntuk menghabiskan uang belanja sekitar $84milyar selama setahun (Harnum, 2012). Munandar juga mengatakan hal yang serupa berdasarkan jenis

    kelamin bahwa ada perbedaan antara pria danwanita dalam berbelanja. Para pria kurang berminatuntuk berbelanja dibandingkan para wanita. Parawanita lebih tertarik berbelanja karena dunia mode,mementingkan status sosial dari lingkungan, dankurang tertarik pada hal-hal yang teknis dari barangyang akan dibelinya (Fransisca & Suyasa, 2005).Reynold, Scott, dan Warshaw (Harnum, 2012) jugamengatakan bahwa remaja putri berusia antara 16tahun sampai 19 tahun membelanjakan uangnyalebih banyak untuk keperluan menunjang penam- pilan diri seperti sepatu, pakaian, kosmetik, danasesoris serta alat-alat yang mampu membantu

    kecantikan mereka dan membantu penampilanmereka agar terlihat menarik orang yang beradadisekitarnya.

    Mahasiswi yang merupakan bagian dariremaja sering berperilaku konsumtif karena padausianya berada dalam tahap perkembangan remaja,yang biasanya mempunyai keinginan membeli yangtinggi (Monks dkk, 2006). Monks juga mengatakan bahwa pada umumnya remaja mempunyaikeinginan membeli yang tinggi, karena remajamempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan,gaya rambut, tingkat laku, kesenangan musik, dalam pertemuan dan pesta. Mahasiswi sebagai remaja

    selalu ingin berpenampilan menarik, agar dapatmenjadi perhatian lawan jenis atau teman sebayasehingga mereka kebanyakan membelanjakanuangnya untuk keperluan tersebut. Mahasiswi yangmenyukai dunia  fashion  menyebabkan merekamembeli tanpa melihat manfaat dari barang atau jasa yang digunakan atau dibeli. Berdasarkan hasilobservasi yang peneliti lakukan di Universitas EsaUnggul mendapatkan hasil bahwa mahasiswiUniversitas Esa Unggul menggunakan pakaian, tas,asesoris, dompet, dan sepatu yang mempunyai merk  terkenal. Selain itu, beberapa mahasiswi UnivesitasEsa Unggul juga menggunakan gadget dengan

    series yang terbaru. Mahasiswi Universitas EsaUnggul pun membeli barang yang tidak sesuaidengan kebutuhannya sebagai seorang mahasiswiyang semestinya membeli barang-barang sesuaidengan kebutuhannya untuk membantu mereka padamasa perkuliahan. Seperti yang dilakukan olehseorang mahasiswi Universitas Esa Unggul berinisial G yang berusia 20 tahun :

    “gue belanja hampir tiap hari, soalnya

    kan gue online shop. Mau ga mau pasti

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    3/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    36

    tiap hari liat-liat baju-baju terupdate.

     Belanja apapun, ya belanja sepatu, tas,

    accessories, baju. Gue sih sering belanja

    gitu buat support penampilan aja rin, biar

    keliatan modis aja. Gue belanja kayak

    gitu karena modelnya baru dari yang gue

     punya, terus kayaknya lucu kalo gue yang pake, tapi mah sebenernya gue beli aja

    dipake juga jarang malah hampir engga

     pernah dipake. Gue sering puyeng sendiri

    kalo duitnya gue pake buat belanja.

    Padahal awalnya gue niat duit itu buat

    apa eh malah kepake buat belanja lagi.

    Gue kalo udah belanja susah rin buat

    nahannya, apalagi kalo udah ada diskon

    di midnight sale lah” (Wawancara pribadi,29 September 2013)

    Hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa

    seorang mahasiswi membelanjakan uangnya denganmembeli sepatu, tas, asesoris dan baju untukmenambah penampilan dirinya. Bahkan ada bebe-rapa barang tersebut yang tidak dipakai olehnya.Mahasiswi juga berbelanja karena barang-barangtersebut merupakan barang ter-update. Artinyamahasiswi G diatas membeli karena ingin mengikutitrend, ingin mencoba produk baru, dan inginmendapat pengakuan dari sosial. Selain itu pertimbangan status sosial pun menjadi penyebabmahasiswi melakukan perilaku konsumtif, adanyainformasi mengenai diskon serta midnight sale jugamenjadi penyebab mahasiswi berperilaku kon-

    sumtif. Ketika mendengar diskon atau midnight salemahasiswi tersebut sulit untuk menahan danmengontrol diri untuk tidak berbelanja. Dengandemikian perilaku membeli tidak lagi mempunyaifungsi yang sebenarnya dan menjadi suatu “ajang” pemborosan biaya bagi para mahasiswi yang belummempunyai penghasilan sendiri (Harnum, 2012).

    Perilaku konsumtif pada mahasiswi ber- beda-beda, ada mahasiswi yang membelanjakanuangnya sesuai dengan kebutuhan mereka sebagaimahasiswi. Seperti pada wawancara yang dilakukandengan salah satu mahasiswi Universitas EsaUnggul berinisial S, umur 21 tahun dibawah ini:

    “suka belanja sih, tapi ga terlalu… paling jarang. Yang pasti kalo ada barang yang gue

    mau atau yang dibutuhkan dan gue ada duit ya

    gue belanja.. kalo ada sisanya gue tabungin.

    Kalo ada diskon yaa biasa aja, engga tertarik

    untuk membelinya, kalo emang barang yang

    lagi diskon itu bukan barang yang lagi gue mau

    atau butuhkan, tapi kalo barang itu lagi gue

    butuhin ya gue beli… duit sisanya mending

    ditabung daripada buat dibelanjain barang

     yang ga begitu penting, nanti malah jadi nyesel

    lagi (Wawancara pribadi, 29 Oktober 2013)

    Pada penjelasan wawancara, terlihat bahwamahasiswi tersebut membeli berdasarkan kebu-tuhannya. Ketika ada uang yang tersisa, mahasiswi

    tersebut lebih memilih untuk menabung. Walaupunmahasiswi tersebut mendapatkan informasi me-ngenai adanya potongan harga, mahasiswi tersebuttidak tertarik untuk membelinya. Kecuali barangyang dibutuhkan itu mendapat potongan harga iaakan membelinya. Artinya mahasiswi tersebut mam- pu mempertimbangkan antara yang penting dantidak penting dan mampu mengontrol dirinya untuktidak terpengaruh oleh iming-iming diskon.

    Mahasiswi yang memiliki kontrol diri yangkuat, mereka mampu membuat pertimbangan prioritas dalam membeli, memilih antara yang penting dan tidak penting sebelum membuat

    keputusan untuk membeli. Sebaliknya, mahasiswimempunyai kontrol diri yang lemah maka akanmembeli suatu barang tanpa mempertimbangkan prioritasnya. Hal itu dapat dilihat dari ketidak-mampuan subjek G dalam menentukan prioritasnya,sedangkan subjek S mampu menentukan prioritas-nya sebagai mahasiswi. Berdasarkan penjelasan dariuraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mela-kukan penelitian yang berjudul Hubungan KontrolDiri dengan Perilaku Konsumtif di Universitas EsaUnggul.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif non-eksperimental, menggunakan me-tode korelasional yang bertujuan untuk melihat bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu antaravariabel kontrol diri dan variabel perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Esa Unggul.

    Populasi dari penelitian ini adalah seluruhmahasiswi dari seluruh fakultas di Universitas EsaUnggul angkatan 2010-2012 reguler aktif. Jumlahsampel yang digunakan dari total populasi 1801mahasiswi dengan sampel sebesar 5%, maka pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak minimum90 mahasiswi. Pada penelitian ini jumlah sampelyang diperoleh ialah sebesar 101 mahasiswi.Penelitian ini menggunakan tabel Yount   dalammenentukan besarnya sampel penelitian (Widiyanto,2007). Dalam uji validitas peneliti menggunakan jenis validitas yang berupa validitas konstruk.Dengan item dikatakan valid bila nilai koefisienvaliditas per item berada pada nilai 0,3 (Sugiyono,2012).

    Reliabilitas alat ukur pada penelitian iniakan diuji dengan teknik internal consistency, yaitu

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    4/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    37

    mencoba alat ukur sekali saja untuk memperolehdata yang akan dianalisis dengan rumus tertentu(Widiyanto, 2007). Sedangkan teknik pengkategori-sasian kuat, sedang dan lemah pada variabel kontroldiri dan tinggi, sedang, dan rendah pada variabel perilaku konsumtif menggunakan perhitungan inter-

     pretasi skor berdasarkan nilai rata-rata (mean) danstandar deviasi.

    Hasil dan PembahasanGambaran Umum Responden Penenlitian

    Usia

    Berdasarkan keseluruhan hasil isian datadari diri sampel, dapat diketahui bahwa terdapat 32mahasiswi berusia 18 tahun, 21 mahasiswi berusia19 tahun, 24 mahasiwi berusia 20 tahun, 17mahasiswi berusia 21 tahun dan 7 berusia 22 tahundari 101 mahasiswi.

    Uang Saku dengan AngkatanBerdasarkan keseluruhan hasil isian data,

    dapat diketahui mahasiswi pada angkatan 2010sebanyak 18 mahasiswi, angkatan 2011 sebanyak 35mahasiswi dan angkatan 2012 sebanyak 48mahasiswi dari 101 mahasiswi. Dan pada uang saku,dapat diketahui mahasiswi yang memiliki uang sakuRp. 500.000 – Rp. 1.400.000 sebanyak 63 maha-siswi dan pada uang saku Rp. 1.500.000 – Rp.2.000.000 sebanyak 38 mahasiswi. pada ketiga ang-katan tersebut, angkatan 2010 berada pada uangsaku Rp.500.000 - Rp.1.400.000 dan untuk uangsaku Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000. 000 paling banyak

     pada angkatan 2011 dan 2012.

    Uang saku dengan FakultasBerdasarkan keseluruhan data hasil isian,

    dapat diketahui jumlah mahasiswi perfakultas yaitufakultas ekonomi sebanyak 22 mahasiswi, fakultasteknik 4 mahasiswi, fakultas kesehatan sebanyak 29mahasiswi, fakultas hukum sebanyak 6 mahasiswi,fakultas komunikasi sebanyak 16 mahasiswi, fakul-tas psikologi sebanyak 8 mahasiswi, fakultas fisio-terapi sebanyak 8 mahasiswi, fakultas ilmu kom- puter sebanyak 6 mahasiswi, dan fakultas desain

    kreatif sebanyak 2 mahasiswi dari 101 mahasiswi.Dan untuk fakultas yang memiliki paling banyakuang saku Rp. 500.000-Rp. 1.400.000 danRp.1.500.000 –Rp 2.000.000 ada pada fakultaskesehatan.

    Hasil uji normalitasKontrol diri

    Uji normalitas dilakukan peneliti denganmenggunakan bantuan SPSS versi 18.00  forwindows. Berdasarkan hasil uji normalitas data

    dengan menggunakan One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test diperoleh hasil nilai sig. (p) = 0,720 (p> 0,05), artinya distribusi data dalam penelitian ininormal.

    Perilaku Konsumtif

    Uji normalitas dilakukan peneliti denganmenggunakan bantuan SPSS versi 18.00  forwindows. Berdasarkan hasil uji normalitas datadengan menggunakan One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test diperoleh hasil nilai sig. (p) = 0,391 (p> 0,05), artinya distribusi data dalam penelitian ininormal.

    PembahasanHubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku

    KonsumtifPada bagian ini akan dibahas mengenai

    hubungan kontrol diri dengan perilaku konsumtif.

    Berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukanmelalui SPSS versi 18.00  for windows, diperoleh hasil

     bahwa nilai  pearson correlation -0,304 dan sig sebesar0,002 (p < 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antarakontrol diri dengan perilaku konsumtif. Artinyasemakin kuat kontrol diri mahasiswi maka semakinrendah perilaku konsumtif mahasiswi tersebut.Sebaliknya semakin lemah kontrol diri mahasiswimaka semakin tinggi perilaku konsumtif mahasiswi.Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitiansebelumnya dari Harnum (2012) dengan judul“hubungan antara teknik kontrol diri dengan

    kecenderungan perilaku konsumtif pada mahasiswidi Universitas X”, yang mengatakan bahwa terdapathubungan negatif yang signifikan antara teknikkontrol diri dengan kecenderungan perilaku kon-sumtif pada Mahasiswi di Universitas X. Artinyasemakin tinggi tingkat teknik kontrol diri mahasiswimaka semakin rendah kecenderungan perilakukonsumtifnya, dan sebaliknya semakin rendahteknik kontrol diri maka semakin tinggi kecen-derungan perilaku konsumtifnya. MenurutMunandar (2006) bahwa kontrol diri yaitukemampuan untuk mengendalikan atau mengontroltingkah laku yang termasuk dalam salah satu sifat

    kepribadian yang mempengaruhi seseorang dalammembeli atau menggunakan barang dan jasa.Artinya mahasiswi yang membeli suatu barangtanpa mempertimbangkan prioritas cenderung akan berperilaku konsumtif seperti membeli barangkarena merk , membeli barang yang tidak sesuaidengan kebutuhannya, membeli untuk menjaga penampilan dan gengi, membeli karena adanya potongan harga, membeli karena adanya bonus, dan

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    5/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    38 

    membeli barang karena bentuk yang menarik danwarna yang disukai.

    Mahasiswi yang memiliki kontrol dirilemah adalah mahasiswi tersebut tidak mampumengelola informasi yang didapatkan, tidak mampumengontrol emosi, dan tidak mampu mengontrol

     perilaku sehingga mahasiwi berperilaku emosionaldan cenderung impulsif. Menurut Golfried danMerbaum (Ghufron & Rini, 2010) kontrol dirisebagai suatu kemampuan menyusun, membimbing,mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yangdapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Apabila mahasiswi memiliki kontrol diriyang lemah maka mahasiswi tidak mampumembimbing perilaku mereka, tidak mampumengatur atau mengarahkan perilaku yang dapatditerima oleh masyarakat yang menuju ke arahkonsekuensi positif. Mahasiswi yang kontrol dirinyalemah akan membeli barang-barang bermerek dan

    menarik tanpa mempertimbangkan terlebih dahulumanfaat atau kebutuhannya sebagai mahasiswi.

    Kategorisasi Kontrol Diri Mahasiswi

    Universitas Esa UnggulBerdasarkan hasil perhitungan kategorisasi

    dihasilkan bahwa terdapat 31 mahasiswi (30,7%) pada kategorisasi lemah, 40 mahasiswi (39,7%) pada kategori sedang, dan 30 mahasiswi (29,7%) pada kategorisasi kuat. Mahasiswi yang memilikikontrol diri yang lemah adalah mahasiswi tidak bisamengendalikan emosi pada diri mereka sendiri,tidak bisa mencegah atau menjauhi ketika dihadap-kan dengan stimulus yang tidak diinginkan danmembuat keputusan berdasarkan emosi sesaat bukankarena sesuatu yang diyakini. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa mahasiswi yaitu sayamembanting barang saat marah ke orang lain (item13), saya langsung marah kepada orang yangmembenci saya  (item 14), saya marah ketika adaorang yang menganggu saya  (item 15), dan sayalangsung memaki teman saya saat mood buruk

    (item 5). Artinya mahasiswi yang memiliki kontroldiri yang lemah adalah mahasiswi yang tidakmampu mengontrol emosi yang ada pada dirinya, bertindak impulsif, tidak mampu mengontrol ataumengelola perilakunya, tidak mampu mengelolastimulus yang tidak diinginkan atau dihindari danmembuat keputusan berdasarkan emosi sesaat.

    Dengan demikian, mahasiswi yang memi-liki kontrol diri lemah akan membuat keputusanmembeli barang-barang berdasarkan merek danmenarik perhation tanpa mempertimbangkan ter-lebih dahulu manfaat atau kebutuhannya sebagaimahasiswi. Menurut Kusumadewi (2012) mahasiswiyang memiliki kontrol diri yang lemah akan cen-

    derung sulit mencari pemecahan masalah dancenderung untuk mengambil jalan pintas yang berujung pada pelanggaran norma sosial, sepertimeluapkan emosi bukan pada tempatnya, tidakmenghargai kritikan atau komentar dari orang lain,tidak mampu mengelola emosinya ketika meng-

    hadapi masalah atau kesulitan, dan tidak mampumempertimbangkan prioritas kebutuhan sebagaimahasiswi ketika dihadapkan pada sebuah pilihan.Hal ini pun diperkuat oleh teori dari Gottfredsondan Hirschi (Aroma & Dewi, 2012) yang menya-takan bahwa individu yang memiliki kontrol diriyang lemah cenderung bertindak impulsif, senangmengambil resiko, dan mudah kehilangan kendaliemosi karena frustasi. Sedangkan mahasiswi yangmemiliki kontrol diri kuat adalah mahasiswi yangdapat mengendalikan situasi dan emosi yangditerima dari lingkungan, dapat mengelola kepu-tusan berdasarkan apa yang diyakininya dan mampu

    menilai keadaan berdasarkan dari segi positif secarasubjektif. Hal ini sejalan dengan jawaban beberapamahasiswi yang menyatakan bahwa saya berfikirhati-hati sebelum bertindak   (item 4), Saya tetapsopan menghadapi orang yang membenci saya (item 10), Saya datang lebih pagi ke kampus agarterhindar dari kemacetan  (item 18), dan Sayamemutuskan menyisakan uang setiap bulan  (item35). Berdasarkan data tersebut, bahwa mahasiswiyang memiliki kontrol diri yang kuat ialahmahasiswi yang dapat mengelola situasi, mengelolaemosi, mengelola perilaku dan bertindak rasional.

    Dengan demikian ketika mahasiswi diha-

    dapkan dengan stimulus berupa barang-barang yang bermerek atau menarik, mahasiswi dengan kontroldiri yang kuat tidak akan membeli barang-barangtersebut, namun akan membeli sesuai dengan ke- butuhannya sebagai mahasiswi. Hal ini sesuai de-ngan yang dikemukakan oleh Kusumadewi (2012) bahwa mahasiswi yang memiliki kontrol diri yangtinggi dapat mengendalikan perilaku, emosi, sertadapat menafsirkan dan melakukan antisipasi ataskejadian yang mungkin terjadi. Pada mahasiswiyang masuk dalam kategorisasi sedang adalahmahasiswi yang mendapatkan stimulus yang tidakmenyenangkan atau yang tidak diinginkan namun

    dapat menghadapi masalah tersebut dengan baikatau tepat seperti sabar, lapang dada, dan tetap berfikir positif pada setiap masalah yang diha-dapinya.

    Kategorisasi Perilaku Konsumtif Mahasiswi

    Universitas Esa UnggulBerdasarkan hasil perhitungan kategorisasi

    dihasilkan bahwa terdapat 27 mahasiswi (26,7%) berada pada kategorisasi tinggi, 52 mahasiswi (51,5%) pada

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    6/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    39 

    kategorisasi sedang dan 22 mahasiswi (21,8%) pada

    kategorisasi rendah. Mahasiswi yang berperilakukonsumtif tinggi adalah mahasiswi yang membeli barang karena emosi sesaat bukan karena kebu-tuhannya namun karena berkeinginan untukmendapatkan pengakuan sosial atau menjaga status

    sosial, membeli karena untuk menjaga gengsi, ka-rena uniknya barang tersebut dan karena adanya potongan harga serta iming-iming hadiah padah barang tersebut bukan merupakan prioritas merekasebagai mahasiswi yang sedang menjalani perkuliahan atau pendidikan. Hal ini terlihat dari jawaban beberapa subjek yang menyatakan bahwasaya membeli barang yang bentuknya unik (item 2),saya membeli produk dengan harga mahal untuk

    membuat saya percaya diri (item 6), saya membelidengan barang bermerek agar tidak dipandang

    rendah orang lain  (item 16), dan saya membelisuatu produk lebih memfokuskan pada harganya

    daripada manfaat (item 28). Artinya mahasiswiyang memiliki perilaku konsumtif tinggi adalahmahasiswi yang membeli barang berdasarkankeunikan barang tersebut, membeli barang bermerekagar menjaga status sosial dan diterima oleh sosial,dan membeli bukan berdasarkan manfaat melainkankarena harga.

    Menurut Solomon (2002) mahasiswi meng-alami banyak perubahan, yaitu mulai meninggalkan peran sebagai remaja dan memasuki peran sebagaiorang dewasa, dan perubahan tersebut membuatmahasiswi mempunyai keunikan identitasnya. Padausia tersebut, mahasiswi sebagai remaja memilih

    kegiatan, memilih teman dan memilih pakaianseringkali demi penerimaan sosial. MenurutReynold, Scott, dan Warshaw (Harnum, 2012) jugamengatakan bahwa mahasiswi yang termasuk dalamrentang usia remaja akan membelanjakan uangnyalebih banyak untuk keperluan menunjang penam- pilan diri seperti sepatu, pakaian, kosmetik, danasesoris serta alat-alat yang mampu membantukecantikan mereka dan membantu penampilanmereka agar terlihat menarik orang yang beradadisekitarnya. Mahasiswi yang memiliki perilakukonsumtif yang tinggi, akan membeli ataumenggunakan produk berdasarkan persepsi dari

    teman atau dari dirinya sendiri. Berdasarkan obser-vasi mahasiswi pada “trend” dimasa sekarang, ingin berpenampilan menarik atau menjaga penampilanseperti membeli tas yang bermerek, membelikosmetik dan membeli assesoris. Sedangkan untukmahasiswi yang berperilaku konsumtif rendah,cenderung membeli barang berdasarkan kebutu-hannya, bukan untuk menjaga simbol sosial, bukanmembeli karena model yang mengiklankan barangtersebut. Jika mendapatkan informasi mengenai

     potongan harga, maka mahasiswi tersebut tidaktertarik untuk membelinya namun bila barang yangdibutuhkan mendapat potongan harga makamahasiswi akan membelinya (Sumartono dalamAdiputra & Clara, 2012). Selain mahasiswi yangmasuk dalam kategori tinggi dan rendah, ada juga

    mahasiswi yang masuk dalam kategori sedang yaitumahasiswi yang membeli suatu barang pada saat ada potongan harga (diskon) namun mahasiswi tersebutmempertimbangkan barang yang akan dibelitersebut sesuai dengan kebutuhannya atau tidak.

    Dimensi Kontrol Diri yang Dominan

    Berdasarkan data dapat dihasilkan bah-wa terdapat 35 mahasiswi berada pada dimensibehavioral control, 33 mahasiswi berada padadimensi cognitive control dan 33 mahasiswiuntuk dimensi decisional control.  Dari  jumlah

    ketiga dimensi tersebut yang mendominasi padamahasiswi Universitas Esa Unggul adalahdimensi behavioral control yaitu kemampuanindividu mengontrol perilaku atau stimulus darisuatu keadaan yang tidak diinginkan ataukeadaan yang tidak menyenangkan. MenurutAverill (Kusumadewi, 2012) behavioral controlmerupakan kesiapan atau tersedianya suaturespon yang dapat secara langsung mempe-ngaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yangtidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol

     perilaku ini diperinci menjadi dua komponen,

    yaitu pertama mengatur tindakan (regulatedadministration) merupakan kemampuan indi-vidu untuk menentukan siapa yang mengen-dalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiriatau sesuatu diluar dirinya. Mahasiswi dengankemampuan kontrol diri yang baik akan mampumengatur perilaku dengan menggunakankemampuan dirinya dan bila tidak mampu,mahasiswi akan menggunakan sumber ekster-nal. Kedua ialah kemampuan mengatur stimulusmerupakan kemampuan untuk mengetahui

     bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak

    dikehendaki dihadapi. Mahasiswi yang dapatmengontrol perilaku mereka dengan caramencegah atau menjauhi stimulus, menghen-tikan stimulus sebelum waktunya berakhir, danmembatasi intensitasnya. Mahasiswi mampumengontrol perilaku menyatakan bahwa sayatetap sabar pada saat mood buruk   (item 1),saya berfikir detail atau hati-hati sebelum

    bertindak   (item 4), saya mendengarkan saran

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    7/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    40 

    ketika sedang ada masalah  (item 2) dan sayaberdoa ketika meghadapi masalah (item 3).

    Analisa Data Tambahan

    Gambaran Umum Uang Saku dengan Peri-

    laku Konsumtif

    Berdasarkan hasil data yang diolah,maka diperoleh mahasiswi yang memiliki

     perilaku konsumtif tinggi ada pada uang sakuRp. 1.500.000 – Rp 2.000.000 yaitu sebanyak23 mahasiswi, untuk perilaku konsumtif sedangada pada uang saku Rp. 500.000 – Rp.1.400.000 dan untuk mahasiswi yang memiliki

     perilaku konsumtif rendah ada pada uang sakuRp. 500.000 – Rp. 1.400.000 sebanyak 15mahasiswi.

    Crosstab Antara Kontrol Diri dengan Peri-laku KonsumtifBerdasarkan hasil data yang diolah bahwa

    mahasiswi yang berada pada perilaku konsumtiftinggi paling banyak ada pada kontrol diri sedangyaitu sebanyak 12 mahasiswi dan pada kategorisasilemah sebanyak 10 mahasiswi lebih banyakdaripada kontrol diri kuat yaitu sebanyak 5 ma-hasiswi. Sedangkan untuk perilaku konsumtifsedang, paling banyak berada pada kontrol dirisedang sebanyak 20 mahasiswi, untuk kontrol diriyang lemah sebanyak 17 mahasiswi lebih banyakdaripada kontrol diri kuat yang sebanyak 15

    mahasiswi

    Crosstab Antara Dimensi Kontrol Diri de-

    ngan Perilaku KonsumtifBerdasarkan hasil dari data yang diperoleh

    terdapat pada kategorisasi perilaku konsumtif tinggi paling banyak atau paling dominan ada padadecisional control  sebanyak 12 (11,9%), untukkategorisasi perilaku konsumtif sedang berada padacognitive control  sebanyak 21 (20,8%), dan padakategorisasi perilaku konsumtif rendah berada padabehavioral control sebanyak 11 (10,9%). Mahasiswiyang memiliki perilaku konsumtif tinggi, memiliki

    decisional control yang baik daripada cognitivecontrol atau behavioral control. Menurut Averill(Kusumadewi, 2012) decisional control  adalahkemampuan mahasiswi untuk memilih hasil atausuatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yangdiyakini atau disetujuinya. Mahasiswi yang me-miliki perilaku konsumtif tinggi menyakini bahwatindakan yang dipilih merupakan tindakan yangsudah sesuai atau tepat.

    Mahasiswi tersebut akan menjawab sesuai sayamemilih mengurangi bermain pada saat ujian (item36), saya berfikir detail sebelum mengambiltindakan  (item 33), dan saya memutuskanmenyisakan uang setiap bulan (item 35). Sedangkanmahasiswi yang memiliki perilaku konsumtif yang

    rendah memiliki behavioral control  atau kontrol perilaku yang lebih dominan daripada dimensi kon-trol diri yang lain. Artinya mahasiswi yang memiliki perilaku konsumtif yang rendah dapat membelisesuai kebutuhannya sebagai mahasiswi. Merekatetap membeli suatu barang atau produk namun berdasarkan kebutuhan mereka sebagai mahasiswiyang sedang menjalani perkuliahan. Mahasiswiyang memiliki perilaku konsumtif yang rendahnamun memiliki kontrol perilaku (behavioralcontrol) yang kuat akan menjawab sesuai pada itemsaya berfikir dengan hati-hati sebelum bertindak  (item 4), tindakan yang dipikirkan dengan hati-hati

    termasuk tindakan dalam membeli.

    KesimpulanSetelah dilakukan pengolahan data maka

    mendapatkan hasil penelitian korelasi sebesar -0,304 dengan sig 0,002 (p

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    8/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    41

    Daftar PustakaAdiputra, R & Moningka, C. (2012). Gambaran

    Perilaku Konsumtif Terhadap Sepatu pada

    Perempuan Dewasa Awal. Jurnal PsikologiVol 05. Jakarta : Universitas Bunda Mulia

    Aroma, I S & Dewi R. S. (2012).  Hubungan AntaraTingkat Kontrol Diri Dengan

    Kecenderungan Perilaku Kenakalan

     Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan danPerkembangan Vol. 01. Surabaya :Universitas Airlangga

    Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi Dua. Jogjakarta : Pustaka Pelajar

    Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

    Fransisca & Tommy Y. S. S. (2005). PerbandinganPerilaku Konsumtif berdasarkan Metode

    Pembayaran. Jurnal Phronesis Vol 07. 172.Jakarta : Universitas Tarumanegara

    Ghufron, M. N. & Rini R. S. (2010). Teori-TeoriPsikologi. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media

    Gumulya, J. (2013). Hubungan Konsep Diri denganPerilaku Konsumtif Mahasiswa Universitas

     Esa Unggul. Skripsi. Diterbitkan : FakultasPsikologi Universitas Esa Unggul Jakarta

    Harnum, D. (2012).  Hubungan antara TeknikKontrol Diri dengan Kecenderungan

    Perilaku Konsumtif Mahasiswi di Ma’had

    Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam

     Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

     Malang. Skripsi. Diterbitkan : FakultasPsikolog Universitas Islam Negeri Malang

    Hurlock, E. B. (2004). Psikologi PerkembanganSuatu Pendekatan Sepanjang Rentang

    Kehidupan. Jakarta : Erlangga

    Kusumadewi, S. Tuti, H. & Aditya N. P. (2012). Hubungan antara Dukungan Sosial Peer

    Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan

    terhadap Peraturan pada Remaja Putri di

    Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam

    Sukoharjo. Jurnal Ilmilah PsikologiCandrajiwa. Surakarta : Unversitas SebelasMaret.

    Monks, F.J & Siti R. H. (2006). PsikologiPerkembangan: Pengantar dalam Berbagai

     Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press

    Munandar, A. S. (1995). Pengantar KuliahPsikologi Industri 1. Jakarta : Karunika

    Munandar, A. S. (2006). Psikologi Indisutri danOrganisasi. Jakarta: UI-Press

    Santoso, A. (2010). Statistik Unutk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta :Univesitas Sanata Dharma

    Sari, T. Y. (2009).  Hubungan Antara PerilakuKonsumtif Dengan Body Image Pada

     Remaja Putri. Skripsi. Diterbitkan :Fakultas Psikologi Universitas SumateraBarat

    Sarwono, J. (2012).  Metode Riset Skripsi:Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan

    Prosedur SPSS). Jakarta : PT Elex MediaKomputindo

    Santrock, J.W. (2003).  Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga

    Schiffman, L. & Kanuk, L.L. (2004). PerilakuKonsumen Edisi ke-7 . Jakarta : Penerbit

    Solomon, M. R. (2002). Consumer Behavior

     Buying, Having, and Being, Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall

    Sugiyono, (2012).  Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D Cetakan 17. Bandung :Alfabeta

    Suyonto, D. (2012). Konsep Dasar Riset Pemasarandan Perilaku Konsumen. Jakarta : CAPS

    Triyuliana, A. H. (2007). Panduan PraktisPengolahan Data Statistik Dengan SPSS

    15.0. Semarang: Wahana Komputer.

    Widiyanti, A. (2009). Perilaku Agresif Taruna AKPOL ditinjau dari Kecerdasaan

     Emosional dan Kontrol Diri. Tesis.Diterbitkan : Fakultas Psikologi UniversitasKatolik Soegijapranata Semarang

  • 8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

    9/9

     

    Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul

    Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014  

    42 

    Widiyanto, M. A. (2007).  Metodologi PenelitianKuantitatif . Fakultas Psikologi. Jakarta :Universitas Indonusa Esa Unggul. Modulatau Diklat.

    Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian

    Psikologi & Pendidikan. Malang : UmumPress

    Yusuf, S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakary