Upload
ferrygunawan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
34
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF
MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Ririn Anggreini, Sulis MariyantiFakultas Psikologi Universitas Esa Unggul
Jln Arjuna utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510
AbstrakMahasiswi termasuk dalam usia remaja akhir, yg masih labil dam membutuhkan pengakuan darilingkungan sosialnya dan memiliki emosi yang labil. Dalam keadaan tersebut, membuat kemampuanmengendalikan diri atau kontrol diri menjadi lemah, sehingga mereka cenderung mengambil tindakan berdasarkan emosi. Tindakan yang dimaksud salah satunya adalah tindakan dalam membeli. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kontrol diri, melihat dominan dimensi kontrol diri dantingkatan dari perilaku konsumtif. Penelitian ini bersifat kuantitatif non-eksperimental.Sampel penelitian berjumlah 90 mahasiswi Universitas Esa Unggul. Hasil penelitian menunjukkan korelasisebesar -0,304 dengan sig 0,002 (p < 0,05), artinya ada terdapat hubungan negatif antara kontrol diridengan perilaku konsumtif mahasiswi Universitas Esa Unggul. Mahasiswi yang memiliki kontrol dirilemah lebih banyak dibanding dengan mahasiswi yang memiliki kontrol diri yang kuat. Sedangkan pada mahasiswi yang berperilaku konsumtif tinggi lebih banyak daripada mahasisiwi yang
berperilaku konsumtif rendah. Dari ketiga dimensi dari kontrol diri,yang paling dominan ialahdimensi behavioral control atau kontrol perilaku.
Kata Kunci : Kontrol diri, Perilaku konsumitf
PendahuluanMahasiswi merupakan bagian dari masa
remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinyadisebut adolescene, berasal dari bahasa Latinadolescene (kata bendanya, adolescentia yang ber-arti remaja) yang artinya “tumbuh untuk mencapaikematangan, istilah adolescene, seperti yangdipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih
luas, mencakup kemantangan mental, emosional,sosial, dan fisik (Hurlock, 2004). Menurut William(Yusuf, 2008) mahasiswi yang termasuk dalammasuk bagian remaja akhir yang memiliki tugas per-kembangan yaitu memperkuat self control (kemam- puan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. Mahasiswidikatakan sudah memperkuat self control bilamahasiswi tidak “meledakkan” emosinya dihadapanorang lain,melainkan menunggu saat dan tempatyang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinyadengan cara-cara yang dapat diterima (Hurlock,2004). Pada usia tersebut, mereka membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosialnya, masih dalamtahap pencarian jati diri, dan masih dalam keadaanemosi yang labil. Keadaan itu cenderung membuatkontrol diri lemah, sehingga apapun keputusan yangdilakukan termasuk keputusan membeli didominasioleh emosi sesaat. Hal itu terlihat dari hasil penelitian Harnum (2012), yang mengatakan bahwaterdapat hubungan negatif yang signifikan antarateknik kontrol diri dengan kecenderungan perilakukonsumtif pada Mahasiswi di Universitas X, yang
artinya semakin tinggi tingkat teknik kontrol dirimahasiswi maka semakin rendah kecenderungan perilaku konsumtifnya dan sebaliknya semakinrendah teknik kontrol diri maka semakin tinggikecenderungan perilaku konsumtifnya.
Perilaku konsumtif dapat dikatakan sebagai perilaku kenakalan atau perilaku yang menyimpangketika mahasiswi berbelanja dengan menggunakan
uang kuliah, membohongi orang tua agar menda- patkan uang untuk berbelanja, menjual barang- barang berharga untuk berbelanja dan mencuri uangorang tua agar dapat membeli barang yang disukai.Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara denganmahasiswi Universitas Esa Unggul berinisial B :
“ pas gue belanja itu gue suka ambil duitnyokap atau bokap gue.. hmm kadang gue
juga make uang kuliah buat beli baju, beli
tas, beli sepatu, beli yang gue suka lah,
abisnya duit gue kurang buat belanja
semua barang yang gue suka makanya gue
pake uang kuliah, ngambil duit orang tua,
mala bohongi mereka juga pernah hehe..boong minta duit praktek padahal mah
kagak ada praktek jadi duitnya gue pake
belanja aja”
Hasil wawancara tersebut dapat dilihat bah-wa mahasiswi melakukan kenakalan remaja yang berupa memakai uang kuliah, mengambil uangorang tua tanpa seizin orang tua untuk dapatmembeli suatu barang yang diinginkan atau disukai.
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
35
Dari hasil penelitian dan hasil wawancara diatas,maka peneliti memilih judul ini dengan alasan peneliti adalah ingin mengetahui hubungan antarakontrol diri dengan perilaku konsumtif padamahasiswi di Universitas Esa Unggul serta memilikikeunikan yaitu lebih mendalami meneliti kontrol
diri pada mahasiswi yaitu mengetahui dimensikontrol diri yang paling dominan pada mahasiswi.
Pengertian kontrol diri yang dikemukakanoleh Averill (Kusumadewi, 2012) ialah kontrol dirimerupakan variabel psikologis yang mencakupkemampuan individu untuk memodifikasi perilaku,kemampuan individu dalam mengelola informasiyang tidak penting atau penting dan kemampuanindividu untuk memilih suatu tindakan yangdiyakininya. Sementara itu, Calhoun dan Acocella(Ghufron & Rini, 2010) mengemukakan dua alasanyang mengharuskan mahasiswi mengontrol dirisecara bertahap. Yang pertama, mahasiswi hidup
bersama dengan kelompok sehingga dalam me-muaskan keinginannya mereka harus mengontrol perilakunya agar tidak menganggu kenyamananorang lain yang berada disekitarnya. Sedangkanyang kedua, masyarakat mendorong mahasiswiuntuk secara konstan menyusun standar kebutuhanyang lebih baik bagi dirinya. Sebagai mahasiswi,salah satu tugas perkembangan mahasiswi adalahmempelajari apa yang diharapkan oleh kelompokdarinya dan kemudian mau membentuk perilakunyaagar sesuai dengan harapan sosial tanpa harusdibimbing, diawasi, didorong, dan diancam sepertihukuman yang dialami ketika mahasiswi masih
berada pada tahap kanak-kanak.Mahasiswi yang membutuhkan pengakuan
dari lingkungan sosial cenderung mengikuti ling-kungannya terlebih dari kelompok teman sebaya-nya, sehingga mereka mudah terpengaruh olehapapun aktivitas yang dilakukan teman sebayanyatermasuk dalam aktivitas membeli. Mahasiswicenderung melakukan penyesuaian diri secara berlebihan hanya untuk memperoleh pengakuansecara sosial. Demi pengakuan sosial, mahasiswi bisa berperilaku konsumtif, yaitu membeli suatu barang atau jasa bukan karena dengan kebutuhan,namun berdasarkan karena keinginan atau me-
menuhi rasa puas. Hal tersebut diperkuat dari penelitian Sari (2009) yang berjudul “Hubunganantara Perilaku Konsumtif dengan Body Image padaRemaja Putri” yang mengatakan bahwa remajamudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutanteman, tidak realistis, dan cenderung boros dalammenggunakan uangnya. Dapat disimpulkan remajayang memiliki body image negatif akan memiliki perilaku konsumtif yang tinggi dan para remajamelakukan perilaku konsumtif untuk membuat body
image mereka menjadi positif atau baik. Hal inidiperkuat dengan data penelitian bahwa sejak tahun1997 diperkirakan bahwa perilaku para remajauntuk menghabiskan uang belanja sekitar $84milyar selama setahun (Harnum, 2012). Munandar juga mengatakan hal yang serupa berdasarkan jenis
kelamin bahwa ada perbedaan antara pria danwanita dalam berbelanja. Para pria kurang berminatuntuk berbelanja dibandingkan para wanita. Parawanita lebih tertarik berbelanja karena dunia mode,mementingkan status sosial dari lingkungan, dankurang tertarik pada hal-hal yang teknis dari barangyang akan dibelinya (Fransisca & Suyasa, 2005).Reynold, Scott, dan Warshaw (Harnum, 2012) jugamengatakan bahwa remaja putri berusia antara 16tahun sampai 19 tahun membelanjakan uangnyalebih banyak untuk keperluan menunjang penam- pilan diri seperti sepatu, pakaian, kosmetik, danasesoris serta alat-alat yang mampu membantu
kecantikan mereka dan membantu penampilanmereka agar terlihat menarik orang yang beradadisekitarnya.
Mahasiswi yang merupakan bagian dariremaja sering berperilaku konsumtif karena padausianya berada dalam tahap perkembangan remaja,yang biasanya mempunyai keinginan membeli yangtinggi (Monks dkk, 2006). Monks juga mengatakan bahwa pada umumnya remaja mempunyaikeinginan membeli yang tinggi, karena remajamempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan,gaya rambut, tingkat laku, kesenangan musik, dalam pertemuan dan pesta. Mahasiswi sebagai remaja
selalu ingin berpenampilan menarik, agar dapatmenjadi perhatian lawan jenis atau teman sebayasehingga mereka kebanyakan membelanjakanuangnya untuk keperluan tersebut. Mahasiswi yangmenyukai dunia fashion menyebabkan merekamembeli tanpa melihat manfaat dari barang atau jasa yang digunakan atau dibeli. Berdasarkan hasilobservasi yang peneliti lakukan di Universitas EsaUnggul mendapatkan hasil bahwa mahasiswiUniversitas Esa Unggul menggunakan pakaian, tas,asesoris, dompet, dan sepatu yang mempunyai merk terkenal. Selain itu, beberapa mahasiswi UnivesitasEsa Unggul juga menggunakan gadget dengan
series yang terbaru. Mahasiswi Universitas EsaUnggul pun membeli barang yang tidak sesuaidengan kebutuhannya sebagai seorang mahasiswiyang semestinya membeli barang-barang sesuaidengan kebutuhannya untuk membantu mereka padamasa perkuliahan. Seperti yang dilakukan olehseorang mahasiswi Universitas Esa Unggul berinisial G yang berusia 20 tahun :
“gue belanja hampir tiap hari, soalnya
kan gue online shop. Mau ga mau pasti
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
3/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
36
tiap hari liat-liat baju-baju terupdate.
Belanja apapun, ya belanja sepatu, tas,
accessories, baju. Gue sih sering belanja
gitu buat support penampilan aja rin, biar
keliatan modis aja. Gue belanja kayak
gitu karena modelnya baru dari yang gue
punya, terus kayaknya lucu kalo gue yang pake, tapi mah sebenernya gue beli aja
dipake juga jarang malah hampir engga
pernah dipake. Gue sering puyeng sendiri
kalo duitnya gue pake buat belanja.
Padahal awalnya gue niat duit itu buat
apa eh malah kepake buat belanja lagi.
Gue kalo udah belanja susah rin buat
nahannya, apalagi kalo udah ada diskon
di midnight sale lah” (Wawancara pribadi,29 September 2013)
Hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa
seorang mahasiswi membelanjakan uangnya denganmembeli sepatu, tas, asesoris dan baju untukmenambah penampilan dirinya. Bahkan ada bebe-rapa barang tersebut yang tidak dipakai olehnya.Mahasiswi juga berbelanja karena barang-barangtersebut merupakan barang ter-update. Artinyamahasiswi G diatas membeli karena ingin mengikutitrend, ingin mencoba produk baru, dan inginmendapat pengakuan dari sosial. Selain itu pertimbangan status sosial pun menjadi penyebabmahasiswi melakukan perilaku konsumtif, adanyainformasi mengenai diskon serta midnight sale jugamenjadi penyebab mahasiswi berperilaku kon-
sumtif. Ketika mendengar diskon atau midnight salemahasiswi tersebut sulit untuk menahan danmengontrol diri untuk tidak berbelanja. Dengandemikian perilaku membeli tidak lagi mempunyaifungsi yang sebenarnya dan menjadi suatu “ajang” pemborosan biaya bagi para mahasiswi yang belummempunyai penghasilan sendiri (Harnum, 2012).
Perilaku konsumtif pada mahasiswi ber- beda-beda, ada mahasiswi yang membelanjakanuangnya sesuai dengan kebutuhan mereka sebagaimahasiswi. Seperti pada wawancara yang dilakukandengan salah satu mahasiswi Universitas EsaUnggul berinisial S, umur 21 tahun dibawah ini:
“suka belanja sih, tapi ga terlalu… paling jarang. Yang pasti kalo ada barang yang gue
mau atau yang dibutuhkan dan gue ada duit ya
gue belanja.. kalo ada sisanya gue tabungin.
Kalo ada diskon yaa biasa aja, engga tertarik
untuk membelinya, kalo emang barang yang
lagi diskon itu bukan barang yang lagi gue mau
atau butuhkan, tapi kalo barang itu lagi gue
butuhin ya gue beli… duit sisanya mending
ditabung daripada buat dibelanjain barang
yang ga begitu penting, nanti malah jadi nyesel
lagi (Wawancara pribadi, 29 Oktober 2013)
Pada penjelasan wawancara, terlihat bahwamahasiswi tersebut membeli berdasarkan kebu-tuhannya. Ketika ada uang yang tersisa, mahasiswi
tersebut lebih memilih untuk menabung. Walaupunmahasiswi tersebut mendapatkan informasi me-ngenai adanya potongan harga, mahasiswi tersebuttidak tertarik untuk membelinya. Kecuali barangyang dibutuhkan itu mendapat potongan harga iaakan membelinya. Artinya mahasiswi tersebut mam- pu mempertimbangkan antara yang penting dantidak penting dan mampu mengontrol dirinya untuktidak terpengaruh oleh iming-iming diskon.
Mahasiswi yang memiliki kontrol diri yangkuat, mereka mampu membuat pertimbangan prioritas dalam membeli, memilih antara yang penting dan tidak penting sebelum membuat
keputusan untuk membeli. Sebaliknya, mahasiswimempunyai kontrol diri yang lemah maka akanmembeli suatu barang tanpa mempertimbangkan prioritasnya. Hal itu dapat dilihat dari ketidak-mampuan subjek G dalam menentukan prioritasnya,sedangkan subjek S mampu menentukan prioritas-nya sebagai mahasiswi. Berdasarkan penjelasan dariuraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mela-kukan penelitian yang berjudul Hubungan KontrolDiri dengan Perilaku Konsumtif di Universitas EsaUnggul.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif non-eksperimental, menggunakan me-tode korelasional yang bertujuan untuk melihat bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu antaravariabel kontrol diri dan variabel perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Esa Unggul.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruhmahasiswi dari seluruh fakultas di Universitas EsaUnggul angkatan 2010-2012 reguler aktif. Jumlahsampel yang digunakan dari total populasi 1801mahasiswi dengan sampel sebesar 5%, maka pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak minimum90 mahasiswi. Pada penelitian ini jumlah sampelyang diperoleh ialah sebesar 101 mahasiswi.Penelitian ini menggunakan tabel Yount dalammenentukan besarnya sampel penelitian (Widiyanto,2007). Dalam uji validitas peneliti menggunakan jenis validitas yang berupa validitas konstruk.Dengan item dikatakan valid bila nilai koefisienvaliditas per item berada pada nilai 0,3 (Sugiyono,2012).
Reliabilitas alat ukur pada penelitian iniakan diuji dengan teknik internal consistency, yaitu
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
4/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
37
mencoba alat ukur sekali saja untuk memperolehdata yang akan dianalisis dengan rumus tertentu(Widiyanto, 2007). Sedangkan teknik pengkategori-sasian kuat, sedang dan lemah pada variabel kontroldiri dan tinggi, sedang, dan rendah pada variabel perilaku konsumtif menggunakan perhitungan inter-
pretasi skor berdasarkan nilai rata-rata (mean) danstandar deviasi.
Hasil dan PembahasanGambaran Umum Responden Penenlitian
Usia
Berdasarkan keseluruhan hasil isian datadari diri sampel, dapat diketahui bahwa terdapat 32mahasiswi berusia 18 tahun, 21 mahasiswi berusia19 tahun, 24 mahasiwi berusia 20 tahun, 17mahasiswi berusia 21 tahun dan 7 berusia 22 tahundari 101 mahasiswi.
Uang Saku dengan AngkatanBerdasarkan keseluruhan hasil isian data,
dapat diketahui mahasiswi pada angkatan 2010sebanyak 18 mahasiswi, angkatan 2011 sebanyak 35mahasiswi dan angkatan 2012 sebanyak 48mahasiswi dari 101 mahasiswi. Dan pada uang saku,dapat diketahui mahasiswi yang memiliki uang sakuRp. 500.000 – Rp. 1.400.000 sebanyak 63 maha-siswi dan pada uang saku Rp. 1.500.000 – Rp.2.000.000 sebanyak 38 mahasiswi. pada ketiga ang-katan tersebut, angkatan 2010 berada pada uangsaku Rp.500.000 - Rp.1.400.000 dan untuk uangsaku Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000. 000 paling banyak
pada angkatan 2011 dan 2012.
Uang saku dengan FakultasBerdasarkan keseluruhan data hasil isian,
dapat diketahui jumlah mahasiswi perfakultas yaitufakultas ekonomi sebanyak 22 mahasiswi, fakultasteknik 4 mahasiswi, fakultas kesehatan sebanyak 29mahasiswi, fakultas hukum sebanyak 6 mahasiswi,fakultas komunikasi sebanyak 16 mahasiswi, fakul-tas psikologi sebanyak 8 mahasiswi, fakultas fisio-terapi sebanyak 8 mahasiswi, fakultas ilmu kom- puter sebanyak 6 mahasiswi, dan fakultas desain
kreatif sebanyak 2 mahasiswi dari 101 mahasiswi.Dan untuk fakultas yang memiliki paling banyakuang saku Rp. 500.000-Rp. 1.400.000 danRp.1.500.000 –Rp 2.000.000 ada pada fakultaskesehatan.
Hasil uji normalitasKontrol diri
Uji normalitas dilakukan peneliti denganmenggunakan bantuan SPSS versi 18.00 forwindows. Berdasarkan hasil uji normalitas data
dengan menggunakan One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test diperoleh hasil nilai sig. (p) = 0,720 (p> 0,05), artinya distribusi data dalam penelitian ininormal.
Perilaku Konsumtif
Uji normalitas dilakukan peneliti denganmenggunakan bantuan SPSS versi 18.00 forwindows. Berdasarkan hasil uji normalitas datadengan menggunakan One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test diperoleh hasil nilai sig. (p) = 0,391 (p> 0,05), artinya distribusi data dalam penelitian ininormal.
PembahasanHubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku
KonsumtifPada bagian ini akan dibahas mengenai
hubungan kontrol diri dengan perilaku konsumtif.
Berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukanmelalui SPSS versi 18.00 for windows, diperoleh hasil
bahwa nilai pearson correlation -0,304 dan sig sebesar0,002 (p < 0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antarakontrol diri dengan perilaku konsumtif. Artinyasemakin kuat kontrol diri mahasiswi maka semakinrendah perilaku konsumtif mahasiswi tersebut.Sebaliknya semakin lemah kontrol diri mahasiswimaka semakin tinggi perilaku konsumtif mahasiswi.Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitiansebelumnya dari Harnum (2012) dengan judul“hubungan antara teknik kontrol diri dengan
kecenderungan perilaku konsumtif pada mahasiswidi Universitas X”, yang mengatakan bahwa terdapathubungan negatif yang signifikan antara teknikkontrol diri dengan kecenderungan perilaku kon-sumtif pada Mahasiswi di Universitas X. Artinyasemakin tinggi tingkat teknik kontrol diri mahasiswimaka semakin rendah kecenderungan perilakukonsumtifnya, dan sebaliknya semakin rendahteknik kontrol diri maka semakin tinggi kecen-derungan perilaku konsumtifnya. MenurutMunandar (2006) bahwa kontrol diri yaitukemampuan untuk mengendalikan atau mengontroltingkah laku yang termasuk dalam salah satu sifat
kepribadian yang mempengaruhi seseorang dalammembeli atau menggunakan barang dan jasa.Artinya mahasiswi yang membeli suatu barangtanpa mempertimbangkan prioritas cenderung akan berperilaku konsumtif seperti membeli barangkarena merk , membeli barang yang tidak sesuaidengan kebutuhannya, membeli untuk menjaga penampilan dan gengi, membeli karena adanya potongan harga, membeli karena adanya bonus, dan
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
5/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
38
membeli barang karena bentuk yang menarik danwarna yang disukai.
Mahasiswi yang memiliki kontrol dirilemah adalah mahasiswi tersebut tidak mampumengelola informasi yang didapatkan, tidak mampumengontrol emosi, dan tidak mampu mengontrol
perilaku sehingga mahasiwi berperilaku emosionaldan cenderung impulsif. Menurut Golfried danMerbaum (Ghufron & Rini, 2010) kontrol dirisebagai suatu kemampuan menyusun, membimbing,mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yangdapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Apabila mahasiswi memiliki kontrol diriyang lemah maka mahasiswi tidak mampumembimbing perilaku mereka, tidak mampumengatur atau mengarahkan perilaku yang dapatditerima oleh masyarakat yang menuju ke arahkonsekuensi positif. Mahasiswi yang kontrol dirinyalemah akan membeli barang-barang bermerek dan
menarik tanpa mempertimbangkan terlebih dahulumanfaat atau kebutuhannya sebagai mahasiswi.
Kategorisasi Kontrol Diri Mahasiswi
Universitas Esa UnggulBerdasarkan hasil perhitungan kategorisasi
dihasilkan bahwa terdapat 31 mahasiswi (30,7%) pada kategorisasi lemah, 40 mahasiswi (39,7%) pada kategori sedang, dan 30 mahasiswi (29,7%) pada kategorisasi kuat. Mahasiswi yang memilikikontrol diri yang lemah adalah mahasiswi tidak bisamengendalikan emosi pada diri mereka sendiri,tidak bisa mencegah atau menjauhi ketika dihadap-kan dengan stimulus yang tidak diinginkan danmembuat keputusan berdasarkan emosi sesaat bukankarena sesuatu yang diyakini. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa mahasiswi yaitu sayamembanting barang saat marah ke orang lain (item13), saya langsung marah kepada orang yangmembenci saya (item 14), saya marah ketika adaorang yang menganggu saya (item 15), dan sayalangsung memaki teman saya saat mood buruk
(item 5). Artinya mahasiswi yang memiliki kontroldiri yang lemah adalah mahasiswi yang tidakmampu mengontrol emosi yang ada pada dirinya, bertindak impulsif, tidak mampu mengontrol ataumengelola perilakunya, tidak mampu mengelolastimulus yang tidak diinginkan atau dihindari danmembuat keputusan berdasarkan emosi sesaat.
Dengan demikian, mahasiswi yang memi-liki kontrol diri lemah akan membuat keputusanmembeli barang-barang berdasarkan merek danmenarik perhation tanpa mempertimbangkan ter-lebih dahulu manfaat atau kebutuhannya sebagaimahasiswi. Menurut Kusumadewi (2012) mahasiswiyang memiliki kontrol diri yang lemah akan cen-
derung sulit mencari pemecahan masalah dancenderung untuk mengambil jalan pintas yang berujung pada pelanggaran norma sosial, sepertimeluapkan emosi bukan pada tempatnya, tidakmenghargai kritikan atau komentar dari orang lain,tidak mampu mengelola emosinya ketika meng-
hadapi masalah atau kesulitan, dan tidak mampumempertimbangkan prioritas kebutuhan sebagaimahasiswi ketika dihadapkan pada sebuah pilihan.Hal ini pun diperkuat oleh teori dari Gottfredsondan Hirschi (Aroma & Dewi, 2012) yang menya-takan bahwa individu yang memiliki kontrol diriyang lemah cenderung bertindak impulsif, senangmengambil resiko, dan mudah kehilangan kendaliemosi karena frustasi. Sedangkan mahasiswi yangmemiliki kontrol diri kuat adalah mahasiswi yangdapat mengendalikan situasi dan emosi yangditerima dari lingkungan, dapat mengelola kepu-tusan berdasarkan apa yang diyakininya dan mampu
menilai keadaan berdasarkan dari segi positif secarasubjektif. Hal ini sejalan dengan jawaban beberapamahasiswi yang menyatakan bahwa saya berfikirhati-hati sebelum bertindak (item 4), Saya tetapsopan menghadapi orang yang membenci saya (item 10), Saya datang lebih pagi ke kampus agarterhindar dari kemacetan (item 18), dan Sayamemutuskan menyisakan uang setiap bulan (item35). Berdasarkan data tersebut, bahwa mahasiswiyang memiliki kontrol diri yang kuat ialahmahasiswi yang dapat mengelola situasi, mengelolaemosi, mengelola perilaku dan bertindak rasional.
Dengan demikian ketika mahasiswi diha-
dapkan dengan stimulus berupa barang-barang yang bermerek atau menarik, mahasiswi dengan kontroldiri yang kuat tidak akan membeli barang-barangtersebut, namun akan membeli sesuai dengan ke- butuhannya sebagai mahasiswi. Hal ini sesuai de-ngan yang dikemukakan oleh Kusumadewi (2012) bahwa mahasiswi yang memiliki kontrol diri yangtinggi dapat mengendalikan perilaku, emosi, sertadapat menafsirkan dan melakukan antisipasi ataskejadian yang mungkin terjadi. Pada mahasiswiyang masuk dalam kategorisasi sedang adalahmahasiswi yang mendapatkan stimulus yang tidakmenyenangkan atau yang tidak diinginkan namun
dapat menghadapi masalah tersebut dengan baikatau tepat seperti sabar, lapang dada, dan tetap berfikir positif pada setiap masalah yang diha-dapinya.
Kategorisasi Perilaku Konsumtif Mahasiswi
Universitas Esa UnggulBerdasarkan hasil perhitungan kategorisasi
dihasilkan bahwa terdapat 27 mahasiswi (26,7%) berada pada kategorisasi tinggi, 52 mahasiswi (51,5%) pada
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
6/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
39
kategorisasi sedang dan 22 mahasiswi (21,8%) pada
kategorisasi rendah. Mahasiswi yang berperilakukonsumtif tinggi adalah mahasiswi yang membeli barang karena emosi sesaat bukan karena kebu-tuhannya namun karena berkeinginan untukmendapatkan pengakuan sosial atau menjaga status
sosial, membeli karena untuk menjaga gengsi, ka-rena uniknya barang tersebut dan karena adanya potongan harga serta iming-iming hadiah padah barang tersebut bukan merupakan prioritas merekasebagai mahasiswi yang sedang menjalani perkuliahan atau pendidikan. Hal ini terlihat dari jawaban beberapa subjek yang menyatakan bahwasaya membeli barang yang bentuknya unik (item 2),saya membeli produk dengan harga mahal untuk
membuat saya percaya diri (item 6), saya membelidengan barang bermerek agar tidak dipandang
rendah orang lain (item 16), dan saya membelisuatu produk lebih memfokuskan pada harganya
daripada manfaat (item 28). Artinya mahasiswiyang memiliki perilaku konsumtif tinggi adalahmahasiswi yang membeli barang berdasarkankeunikan barang tersebut, membeli barang bermerekagar menjaga status sosial dan diterima oleh sosial,dan membeli bukan berdasarkan manfaat melainkankarena harga.
Menurut Solomon (2002) mahasiswi meng-alami banyak perubahan, yaitu mulai meninggalkan peran sebagai remaja dan memasuki peran sebagaiorang dewasa, dan perubahan tersebut membuatmahasiswi mempunyai keunikan identitasnya. Padausia tersebut, mahasiswi sebagai remaja memilih
kegiatan, memilih teman dan memilih pakaianseringkali demi penerimaan sosial. MenurutReynold, Scott, dan Warshaw (Harnum, 2012) jugamengatakan bahwa mahasiswi yang termasuk dalamrentang usia remaja akan membelanjakan uangnyalebih banyak untuk keperluan menunjang penam- pilan diri seperti sepatu, pakaian, kosmetik, danasesoris serta alat-alat yang mampu membantukecantikan mereka dan membantu penampilanmereka agar terlihat menarik orang yang beradadisekitarnya. Mahasiswi yang memiliki perilakukonsumtif yang tinggi, akan membeli ataumenggunakan produk berdasarkan persepsi dari
teman atau dari dirinya sendiri. Berdasarkan obser-vasi mahasiswi pada “trend” dimasa sekarang, ingin berpenampilan menarik atau menjaga penampilanseperti membeli tas yang bermerek, membelikosmetik dan membeli assesoris. Sedangkan untukmahasiswi yang berperilaku konsumtif rendah,cenderung membeli barang berdasarkan kebutu-hannya, bukan untuk menjaga simbol sosial, bukanmembeli karena model yang mengiklankan barangtersebut. Jika mendapatkan informasi mengenai
potongan harga, maka mahasiswi tersebut tidaktertarik untuk membelinya namun bila barang yangdibutuhkan mendapat potongan harga makamahasiswi akan membelinya (Sumartono dalamAdiputra & Clara, 2012). Selain mahasiswi yangmasuk dalam kategori tinggi dan rendah, ada juga
mahasiswi yang masuk dalam kategori sedang yaitumahasiswi yang membeli suatu barang pada saat ada potongan harga (diskon) namun mahasiswi tersebutmempertimbangkan barang yang akan dibelitersebut sesuai dengan kebutuhannya atau tidak.
Dimensi Kontrol Diri yang Dominan
Berdasarkan data dapat dihasilkan bah-wa terdapat 35 mahasiswi berada pada dimensibehavioral control, 33 mahasiswi berada padadimensi cognitive control dan 33 mahasiswiuntuk dimensi decisional control. Dari jumlah
ketiga dimensi tersebut yang mendominasi padamahasiswi Universitas Esa Unggul adalahdimensi behavioral control yaitu kemampuanindividu mengontrol perilaku atau stimulus darisuatu keadaan yang tidak diinginkan ataukeadaan yang tidak menyenangkan. MenurutAverill (Kusumadewi, 2012) behavioral controlmerupakan kesiapan atau tersedianya suaturespon yang dapat secara langsung mempe-ngaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yangtidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol
perilaku ini diperinci menjadi dua komponen,
yaitu pertama mengatur tindakan (regulatedadministration) merupakan kemampuan indi-vidu untuk menentukan siapa yang mengen-dalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiriatau sesuatu diluar dirinya. Mahasiswi dengankemampuan kontrol diri yang baik akan mampumengatur perilaku dengan menggunakankemampuan dirinya dan bila tidak mampu,mahasiswi akan menggunakan sumber ekster-nal. Kedua ialah kemampuan mengatur stimulusmerupakan kemampuan untuk mengetahui
bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak
dikehendaki dihadapi. Mahasiswi yang dapatmengontrol perilaku mereka dengan caramencegah atau menjauhi stimulus, menghen-tikan stimulus sebelum waktunya berakhir, danmembatasi intensitasnya. Mahasiswi mampumengontrol perilaku menyatakan bahwa sayatetap sabar pada saat mood buruk (item 1),saya berfikir detail atau hati-hati sebelum
bertindak (item 4), saya mendengarkan saran
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
7/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
40
ketika sedang ada masalah (item 2) dan sayaberdoa ketika meghadapi masalah (item 3).
Analisa Data Tambahan
Gambaran Umum Uang Saku dengan Peri-
laku Konsumtif
Berdasarkan hasil data yang diolah,maka diperoleh mahasiswi yang memiliki
perilaku konsumtif tinggi ada pada uang sakuRp. 1.500.000 – Rp 2.000.000 yaitu sebanyak23 mahasiswi, untuk perilaku konsumtif sedangada pada uang saku Rp. 500.000 – Rp.1.400.000 dan untuk mahasiswi yang memiliki
perilaku konsumtif rendah ada pada uang sakuRp. 500.000 – Rp. 1.400.000 sebanyak 15mahasiswi.
Crosstab Antara Kontrol Diri dengan Peri-laku KonsumtifBerdasarkan hasil data yang diolah bahwa
mahasiswi yang berada pada perilaku konsumtiftinggi paling banyak ada pada kontrol diri sedangyaitu sebanyak 12 mahasiswi dan pada kategorisasilemah sebanyak 10 mahasiswi lebih banyakdaripada kontrol diri kuat yaitu sebanyak 5 ma-hasiswi. Sedangkan untuk perilaku konsumtifsedang, paling banyak berada pada kontrol dirisedang sebanyak 20 mahasiswi, untuk kontrol diriyang lemah sebanyak 17 mahasiswi lebih banyakdaripada kontrol diri kuat yang sebanyak 15
mahasiswi
Crosstab Antara Dimensi Kontrol Diri de-
ngan Perilaku KonsumtifBerdasarkan hasil dari data yang diperoleh
terdapat pada kategorisasi perilaku konsumtif tinggi paling banyak atau paling dominan ada padadecisional control sebanyak 12 (11,9%), untukkategorisasi perilaku konsumtif sedang berada padacognitive control sebanyak 21 (20,8%), dan padakategorisasi perilaku konsumtif rendah berada padabehavioral control sebanyak 11 (10,9%). Mahasiswiyang memiliki perilaku konsumtif tinggi, memiliki
decisional control yang baik daripada cognitivecontrol atau behavioral control. Menurut Averill(Kusumadewi, 2012) decisional control adalahkemampuan mahasiswi untuk memilih hasil atausuatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yangdiyakini atau disetujuinya. Mahasiswi yang me-miliki perilaku konsumtif tinggi menyakini bahwatindakan yang dipilih merupakan tindakan yangsudah sesuai atau tepat.
Mahasiswi tersebut akan menjawab sesuai sayamemilih mengurangi bermain pada saat ujian (item36), saya berfikir detail sebelum mengambiltindakan (item 33), dan saya memutuskanmenyisakan uang setiap bulan (item 35). Sedangkanmahasiswi yang memiliki perilaku konsumtif yang
rendah memiliki behavioral control atau kontrol perilaku yang lebih dominan daripada dimensi kon-trol diri yang lain. Artinya mahasiswi yang memiliki perilaku konsumtif yang rendah dapat membelisesuai kebutuhannya sebagai mahasiswi. Merekatetap membeli suatu barang atau produk namun berdasarkan kebutuhan mereka sebagai mahasiswiyang sedang menjalani perkuliahan. Mahasiswiyang memiliki perilaku konsumtif yang rendahnamun memiliki kontrol perilaku (behavioralcontrol) yang kuat akan menjawab sesuai pada itemsaya berfikir dengan hati-hati sebelum bertindak (item 4), tindakan yang dipikirkan dengan hati-hati
termasuk tindakan dalam membeli.
KesimpulanSetelah dilakukan pengolahan data maka
mendapatkan hasil penelitian korelasi sebesar -0,304 dengan sig 0,002 (p
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
8/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
41
Daftar PustakaAdiputra, R & Moningka, C. (2012). Gambaran
Perilaku Konsumtif Terhadap Sepatu pada
Perempuan Dewasa Awal. Jurnal PsikologiVol 05. Jakarta : Universitas Bunda Mulia
Aroma, I S & Dewi R. S. (2012). Hubungan AntaraTingkat Kontrol Diri Dengan
Kecenderungan Perilaku Kenakalan
Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan danPerkembangan Vol. 01. Surabaya :Universitas Airlangga
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi Dua. Jogjakarta : Pustaka Pelajar
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Fransisca & Tommy Y. S. S. (2005). PerbandinganPerilaku Konsumtif berdasarkan Metode
Pembayaran. Jurnal Phronesis Vol 07. 172.Jakarta : Universitas Tarumanegara
Ghufron, M. N. & Rini R. S. (2010). Teori-TeoriPsikologi. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media
Gumulya, J. (2013). Hubungan Konsep Diri denganPerilaku Konsumtif Mahasiswa Universitas
Esa Unggul. Skripsi. Diterbitkan : FakultasPsikologi Universitas Esa Unggul Jakarta
Harnum, D. (2012). Hubungan antara TeknikKontrol Diri dengan Kecenderungan
Perilaku Konsumtif Mahasiswi di Ma’had
Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang. Skripsi. Diterbitkan : FakultasPsikolog Universitas Islam Negeri Malang
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi PerkembanganSuatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Kusumadewi, S. Tuti, H. & Aditya N. P. (2012). Hubungan antara Dukungan Sosial Peer
Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan
terhadap Peraturan pada Remaja Putri di
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Sukoharjo. Jurnal Ilmilah PsikologiCandrajiwa. Surakarta : Unversitas SebelasMaret.
Monks, F.J & Siti R. H. (2006). PsikologiPerkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta : UGM Press
Munandar, A. S. (1995). Pengantar KuliahPsikologi Industri 1. Jakarta : Karunika
Munandar, A. S. (2006). Psikologi Indisutri danOrganisasi. Jakarta: UI-Press
Santoso, A. (2010). Statistik Unutk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta :Univesitas Sanata Dharma
Sari, T. Y. (2009). Hubungan Antara PerilakuKonsumtif Dengan Body Image Pada
Remaja Putri. Skripsi. Diterbitkan :Fakultas Psikologi Universitas SumateraBarat
Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi:Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan
Prosedur SPSS). Jakarta : PT Elex MediaKomputindo
Santrock, J.W. (2003). Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga
Schiffman, L. & Kanuk, L.L. (2004). PerilakuKonsumen Edisi ke-7 . Jakarta : Penerbit
Solomon, M. R. (2002). Consumer Behavior
Buying, Having, and Being, Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D Cetakan 17. Bandung :Alfabeta
Suyonto, D. (2012). Konsep Dasar Riset Pemasarandan Perilaku Konsumen. Jakarta : CAPS
Triyuliana, A. H. (2007). Panduan PraktisPengolahan Data Statistik Dengan SPSS
15.0. Semarang: Wahana Komputer.
Widiyanti, A. (2009). Perilaku Agresif Taruna AKPOL ditinjau dari Kecerdasaan
Emosional dan Kontrol Diri. Tesis.Diterbitkan : Fakultas Psikologi UniversitasKatolik Soegijapranata Semarang
8/18/2019 HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
9/9
Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Perilaku Konsumtif Mahasiswi Universitas Esa Unggul
Jurnal Psikologi Volume 12 Nomor 1, Juni 2014
42
Widiyanto, M. A. (2007). Metodologi PenelitianKuantitatif . Fakultas Psikologi. Jakarta :Universitas Indonusa Esa Unggul. Modulatau Diklat.
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian
Psikologi & Pendidikan. Malang : UmumPress
Yusuf, S. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakary