69
HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN DERAJAT RETINOPATI HIPERTENSIF Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : PUSPA ANTIKA NIM : 1110103000082 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN

DARAH DENGAN DERAJAT RETINOPATI

HIPERTENSIF

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

PUSPA ANTIKA

NIM : 1110103000082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat
Page 5: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

v

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr. wb.

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara Kontrol

Tekanan Darah dengan Derajat Retinopati Hipertensif” dapat dilakukan dengan

baik, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Saya mengucapkan

banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak berkontribusi

dalam pembuatan laporan penelitian ini, antara lain:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh dosen Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Erfira Hermawan, SpM dan dr. Dede Moeswir, SpPD sebagai dosen

pembimbing saya yang senantiasa membimbing, memberikan masukan

dan arahan selama proses penelitian ini.

4. dr. Nida Farida, SpM dan dr.Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku penguji

saya yang telah memberikan banyak saran dan masukan yang membangun

untuk laporan penelitian ini.

5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset

Program Studi Pendidikan Dokter 2010.

6. Dr. dr. Andri Maruli Tua Lubis, SpOT(K) selaku Kepala Bagian Penelitian

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Pak Ubay selaku staff Bagian

Penelitian RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

7. Ibu Nurhayati, beserta staff Bagian Rekam Medis Pusat RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo yang sangat membantu dalam memperoleh data penelitian

ini.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

vi

8. Kedua orang tua saya, Surya Andi Wijaya dan Nus Mustika, serta adik-

adik saya Ikhlas, Sandi dan Rafi, yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang dan dukungan kepada saya dalam proses penyusunan penelitian ini.

9. Teman-teman kelompok riset saya, Larisa Sabrina, Annisa Aulia Fitri, dan

Almira Dwina, yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan dan saran

selama penelitian ini.

10. Seluruh teman-teman PSPD 2010 dan seluruh sahabat saya yang

senantiasa memberikan saran dan dukungan kepada saya dalam pembuatan

penelitian ini.

11. Seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun untuk penelitian ini dapat disampaikan kepada

penulis. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan

pembaca pada umumnya.

Wassalamu‟alaikum wr. wb.

.

Ciputat, 20 September 2013

Penulis

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

vii

ABSTRAK

Puspa Antika. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Antara Kontrol

Tekanan Darah pada dengan Derajat Retinopati Hipertensif. 2013.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan derajat retinopati hipertensif yang

merupakan bentuk progresivitas retinopati hipertensif dengan kontrol tekanan

darah sebagai faktor yang berperan.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik menggunakan

desain cross sectional dengan sampel 57 pasien retinopati hipertensif di RSUPN

Dr. Cipto Mangunkusumo.

Hasil Pasien terbanyak pada usia <60 tahun (57,9%) dengan rata-rata usia 55,05

tahun, lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (59,6%), hipertensi tidak terkontrol

„;;o(63,2%), dan tidak merokok (73,7%). Pasien pada derajat I sebanyak 36,8%,

derajat II 28,1%, derajat III 26,3% dan derajat IV 8,8%. Kontrol tekanan darah

berhubungan dengan derajat retinopati hipertensif (p=0,005) dan hipertensi tidak

terkontrol merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat

sedang-berat. (RP 5,25 IK 95% 1,9-46,9).

Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat retinopati

hipertensif dan hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko menderita

retinopati hipertensif derajat sedang-berat.

Kata kunci: kontrol tekanan darah, derajat retinopati hipertensif

ABSTRACT

Puspa Antika. Medical Study Program. Relationship Between Blood Pressure

Control with Hypertensive Retinopathy Grades. 2013.

Objectives To determine the relationship between hypertensive retinopathy grades

as markers for hypertensive retinopathy progresivity and blood pressure control

as a related factor.

Methods This research was a descriptive-analytic study used cross sectional

design and the samples were 57 hypertensive retinopathy patients in RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo.

Results Most patients were younger than 60 years old and the average age was

55,05 years old. Most patients were male (59,6%), had uncontrolled hypertension

(63,2%), and were not smoking (73,7%). 36,8% of all patients had grade I

hypertensive retinopathy, 28,1% had grade II hypertensive retinopathy, 26,3%

had grade III hypertensive retinopathy, and 8,8% had grade IV hypertensive

retinopathy. Blood pressure control is related to hypertensive retinopathy grades

(p=0,005), and uncontrolled hypertension is a risk factor in moderate-severe

hypertensive retinopathy (RP 5,25 IK 95% 1,9-46,9)..

Conclusions Blood pressure control is related to hypertensive retinopathy grades

and controlled hypertension is risk factor in moderate-severe hypertensive

retinopathy.

Key word : blood pressure control, hypertensive retinopathy grades.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1.Latar belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

1.3. Hipotesis ................................................................................................ 3

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.4.1. Tujuan umum............................................................................... 3

1.4.2. Tujuan khusus .............................................................................. 3

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti .................................................................. 3

1.5.2. Manfaat Bagi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ...................... 3

1.5.1. Manfaat Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah ....... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1. Landasan Teori ...................................................................................... 5

2.1.1. Definisi Hipertensi ...................................................................... 5

2.1.2. Klasifikasi Hipertensi .................................................................. 5

2.1.3. Epidemiologi Hipertensi .............................................................. 5

2.1.4. Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi ........................................ 6

2.1.5. Patogenesis Hipertensi................................................................. 7

2.1.6. Diagnosis Hipertensi ................................................................... 9

2.1.7. Komplikasi Hipertensi ............................................................... 10

2.1.8. Retinopati Hipertensif ............................................................... 11

2.1.8.1. Definisi Retinopati Hipertensif ....................................... 11

2.1.8.2. Epidemiologi Retinopati Hipertensif ............................... 11

2.1.8.3. Faktor Resiko Retinopati Hipertensif .............................. 11

2.1.8.4. Patogenesis dan Patofisiologi Retinopati Hipertensif ..... 12

2.1.8.5. Diagnosis Retinopati Hipertensif .................................... 13

2.1.8.6. Klasifikasi Retinopati Hipertensif ................................... 13

2.1.8.7. Hubungan Kontrol Tekanan Darah dengan Tanda Mikro-

vaskular Retinopati Hipertensif..................................... 16

2.1.8.8. Hubungan Retinopati Hipertensif dengan Penyakit

Kardiovaskular Lain ....................................................... 17

2.1.8.9. Pengobatan Retinopati Hipertensif .................................. 17

2.2. Kerangka Teori .................................................................................... 19

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

ix

2.3. Kerangka Konsep ................................................................................ 20

2.4. Definisi Operasional ............................................................................ 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 22

3.1. Desain Penelitian ................................................................................. 22

3.2. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... 22

3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................ 22

3.4. Besar Sampel ....................................................................................... 22

3.5. Kriteria Sampel .................................................................................... 23

3.5.1. Kriteria Inklusi........................................................................... 23

3.5.2. Kriteria Eksklusi ........................................................................ 24

3.6. Alur Penelitian ..................................................................................... 25

3.7. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 26

3.8. Managemen Data ................................................................................. 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 28

4.1 Analisis Univariat ................................................................................. 28

4.1.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian ...................................... 28

4.1.2 Gambaran Kelompok Usia dengan Retinopati Hipertensif ........ 30

4.1.3 Gambaran Jenis Kelamin dengan Retinopati Hipertensif .......... 32

4.1.4 Gambaran Kontrol Tekanan Darah dengan Retinopati

Hipertensif .................................................................................. 34

4.1.5 Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Retinopati

Hipertensif .................................................................................. 35

4.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 37

4.3 Keterbatasan penelitian ......................................................................... 40

BAB 5 PENUTUP .................................................................................................... 41

5.1 Simpulan .................................................................................................. 41

5.2 Saran ..................................................................................................... 42

5.2.1 Saran untuk Masyarakat Umum ................................................. 42

5.2.2 Saran untuk Rumah Sakit ........................................................... 42

5.2.3 Saran untuk Peneliti Selanjutnya ................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43

LAMPIRAN ............................................................................................................... 47

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 56

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Berdasarkan JNC VII .............................................. 5

Tabel 2.2. Etiologi Hipertensi Sistolik dan Diastolik ............................................... 6

Tabel 2.3. Komplikasi Hipertensi ........................................................................... 10

Tabel 2.4. Definisi Kontrol Tekanan Darah ............................................................ 16

Tabel 2.5. Penanganan Retinopati Hipertensif Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif..............................................................................................18

Tabel 2.6. Definisi Operasional Penelitian.............................................................. 21

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian .................................................. 28

Tabel 4.2. Gambaran Kelompok Usia Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif ............................................................................................. 30

Tabel 4.3. Gambaran Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif .............................................................................................. 32

Tabel 4.4. Gambaran Kontrol Tekanan Darah Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif ............................................................................................. 34

Tabel 4.5. Gambaran Kebiasaan Merokok Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif ............................................................................................. 35

Tabel 4.6. Hubungan Kontrol Tekanan Darah dengan Derajat Retinopati

Hipertensif .............................................................................................. 37

Tabel 4.7. Hubungan Kontrol Tekanan Darah dengan Derajat Retinopati

Hipertensif berdasarkan Klasifikasi Wong dan Mitchell ....................... 38

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme Hipertensi ....................................................................... 9

Gambar 2.2. Retinopati Hipertensif Ringan.......................................................... 14

Gambar 2.3. Retinopati Hipertensif Sedang ......................................................... 15

Gambar 2.4. Retinopati Hipertensif Berat ............................................................ 15

Gambar 2.5. Kerangka Teori................................................................................. 19

Gambar 2.6. Kerangka Konsep ............................................................................. 20

Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................. 25

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Kelompok

Usia ....................................................................................................... 31

Grafik 4.2. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Jenis Kelamin . 33

Grafik 4.3. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Kontrol

Tekanan Darah ....................................................................................... 35

Grafik 4.4. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Kebiasaan

Merokok ................................................................................................. 36

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Ijin Penelitian ..................................................................................................... 47

Data Statistik…. .......................................................................................................... 48

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki angka mortalitas yang

tinggi di dunia. Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta

kematian dan merupakan 12,8 % dari total seluruh kematian berdasarkan data

World Health Organization.1 Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus

meningkat. Pada tahun 2000 terdapat 972 juta penderita hipertensi atau 26,4% dari

populasi dunia dan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,56 miliyar penderita

atau sebesar 60% pada tahun 2025.2 Prevalensi peningkatan tekanan darah pada

orang dewasa usia 25 tahun atau lebih yakni sekitar 40% pada tahun 2008, dengan

jumlah penderita hipertensi tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada 1980

menjadi mendekati 1 milyar pada tahun 2008.3 Hipertensi di Indonesia pun

memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 menunjukan prevalensi hipertensi nasional mencapai 31,7%.4

Hipertensi berkaitan dengan beberapa komplikasi klinis seperti stroke,

gagal jantung, infark miokard, gagal ginjal, Peripheral Vascular Disease (PVD),

dan retinopati.5 Retinopati hipertensif merupakan tanda mikrovaskular yang

berkembang sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. Tanda retinopati

hipertensif ini umumnya terjadi pada usia di atas 40 tahun.6 Beberapa penelitian

menunjukan hubungan tekanan darah tinggi dengan kejadian retinopati

hipertensif. Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati menunjukan retinopati

hipertensif ditemukan pada 87,5% pada pasien hipertensi esensial non diabetik di

RSUP Dr. Kariadi Semarang.7

Penelitian lain pun menunjukan hasil yang serupa. Penelitian Besharati et

al menunjukan 213 pasien hipertensi usia 25-85 tahun mengalami kejadian

retinopati hipertensif sebesar 39,9% dengan prevalensi retinopati hipertensif pada

pasien hipertensi ringan sebesar 25,5%, hipertensi sedang 34,5% dan hipertensi

berat 84,6%.5 Namun penelitian Sharp et al menunjukan terdapat hubungan yang

relatif lemah antara tekanan darah istirahat maupun ambulatory blood pressure

dengan kejadian retinopati hipertensif pada Afro-Caribbean.8

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

2

Derajat retinopati hipertensif menggambarkan progresivitas retinopati

hipertensif. Setiap derajat retinopati hipertensif memiliki tanda-tanda

mikrovaskular retina yang khas seperti penyempitan arteriolar general,

persilangan arteri vena, penyempitan arteriolar fokal, cotton wool spots, dan

perdarahan retina,6 serta berhubungan dengan indikator morbiditas dan mortalitas

sistemik.9 Pada studi Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) yang dikutip

oleh Wong dan Mclntosh menunjukan perdarahan retina dan cotton wool spots

yang terdapat pada retinopati hipertensif derajat III, memiliki resiko menderita

stroke sebanyak dua sampai empat kali dibandingkan pasien tanpa tanda-tanda

retinopati hipertensif.9

Selain itu, berdasarkan penelitian Keith et al yang dikutip

oleh Wong pada retinopati hipertensif derajat I, pasien yang dapat bertahan hidup

selama 3 tahun sebanyak 70% sedangkan pada retinopati hipertensif derajat IV

hanya 6% .10

Kontrol tekanan darah merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan progresivitas retinopati hipertensif. Beaver Dam Eye Study menunjukan

pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol cenderung mengalami

perkembangan retinopati hipertensif daripada pasien dengan tekanan darah

terkontrol.10

Penelitian Wong et al juga menunjukan terdapat hubungan antara

tekanan darah tidak terkontrol dengan tanda abnormalitas mikrovaskular retina.11

Namun pada penelitian Klein et al, prevalensi blot hemorrhage lebih besar pada

pasien hipertensi terkontrol daripada hipertensi tidak terkontrol, dan hipertensi

terkontrol memiliki resiko paling tinggi mengalami blot hemorrhage diantara

pasien hipertensi tidak terkontrol maupun pasien hipertensi yang tidak

mendapatkan terapi. 10

Penelitian mengenai kontrol tekanan darah sebagai faktor yang

berhubungan dengan progresivitas retinopati hipertensif sangat diperlukan.

Penelitian ini penting dilakukan mengingat pentingnya pengontrolan tekanan

darah dalam upaya pencegahan progresivitas retinopati hipertensif. Namun,

penelitian mengenai hal tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia, sehingga

peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan kontrol tekanan darah dengan

derajat retinopati hipertensif.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

3

1.2 Rumusan masalah

Berdasakan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara kontrol tekanan

darah dengan derajat retinopati hipertensif?

1.3 Hipotesis

Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat retinopati hipertensif.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara kontrol tekanan darah dengan derajat

retinopati hipertensif.

1.4.2. Tujuan khusus

Mengetahui karakteristik umum subjek penelitian.

Melihat distribusi kelompok usia, jenis kelamin, kontrol tekanan darah

dan kebiasaan merokok berdasarkan derajat retinopati hipertensif.

Melihat gambaran derajat retinopati hipertensif berdasarkan kelompok

usia, jenis kelamin, kontrol tekanan darah dan kebiasaan merokok.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti :

Merupakan syarat kelulusan preklinik Program Studi Pendidikan

Dokter.

Menambah pengetahuan mengenai hubungan kontrol tekanan darah

dengan derajat retinopati hipertensif.

1.5. 2 Manfaat Bagi Pihak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Sumber informasi mengenai hubungan kontrol tekanan darah dengan

derajat retinopati hipertensif sehingga selanjutnya dapat dijadikan referensi

dalam pencegahan progresivitas retinopati hipertensif.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

4

1.5.3 Manfaat Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :

Sumber pengetahuan dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang

akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Hipertensi

Berdasarkan The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

VII), definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan

diastolik ≥90 mmHg.12

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)

membuat klasifikasi tekanan darah, yaitu :

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC VII12

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stage 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stage 2 ≥160 atau ≥100

2.1.3 Epidemiologi Hipertensi

Berdasarkan hasil National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) di USA sekitar 30% populasi dewasa atau 65 juta individu menderita

hipertensi. Prevalensi hipertensi diperkirakan meningkat sejalan dengan

pertambahan usia. Pada negara berkembang, hipertensi terjadi pada 25–30% dari

seluruh populasi dewasa dan meningkat menjadi 65.4% pada individu usia 60

tahun,13

serta mencapai 60–70% pada individu di atas dekade ketujuh.14

Variasi

prevalensi hipertensi dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan yang merupakan

faktor resiko dari hipertensi.13

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

6

2.1.4 Etiologi dan Faktor Resiko Hipertensi

Hipertensi memiliki beberapa etiologi, tetapi sekitar 90% merupakan

hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya. Pada kasus

hipertensi sekunder, beberapa mekanisme yang mendasarinya telah

diidentifikasikan dan beberapa penyebab spesifik telah banyak ditemukan.15

Tabel 2.2. Etiologi Hipertensi Sistolik dan Distolik15

Primer, esensial, atau idiopatik

Penyebab yang telah diketahui (sekunder)

Renal

Penyakit parekimal renal

Glomerulonefritis akut

Nefritis kronik Penyakit polikistik

Nefropati diabetik

Hidronefrosis Penyakit renovaskular

Renoprival: stenosis arteri renalis dan penyebab lain iskemia renal

Renin-producing tumors Endokrin

Akromegali

Hipotiroidisme dan hipertiroidisme Hiperkalsemia (hiperparatiroidisme)

Gangguan adrenal dan gangguan kortikal

Sindrom Cushing Aldosteronisme primer

Hiperplasia adrenal kongenital

Medullary tumors: pheochromocytoma Extra-adrenal chromaffin tumors

Defisiensi atau inhibisi enzim 11-β-hidroksisteroid dehidrogenase

Estrogen, glukokortikoid dan mineralokortikoid Simpatomimetik

Eritropoietin

Makanan yang mengandung tiramin dengan inhibitor monamine oksidase Aorta coarctation dan aortitis

Kehamilan

Hipertensi pada kehamilan Gangguan neurologis

Peningkatan tekanan intrakranial

Sleep apnea Quadriplegia

Familial dysautonomia

Sindrom Guillain-Barré Stress akut

Hiperventilasi psikogenik

Hipoglikemia Luka bakar

Sickle cell crisis

Pasca resusitasi Perioperatif

Peningkatan volume intravaskular (polycythemia)

Alkohol, nikotin. siklosporin, tacrolimus

Hipertensi esensial tidak memiliki penyebab tunggal namun merupakan

interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan, termasuk asupan garam,

alkohol dan obesitas.14

Beberapa faktor resiko yang berperan dalam hipertensi

antara lain:

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

7

a. Usia. Tekanan darah sistolik meningkat secara progresif seiring dengan

bertambahnya usia. Orang berusia lanjut dengan hipertensi memiliki resiko

tinggi penyakit kardiovaskular.15

b. Obesitas. Obesitas dan peningkatan berat badan merupakan faktor resiko

yang kuat terjadinya hipertensi, dan diperkirakan 60% pasien hipertensi

memiliki berat badan berlebih sebanyak 20%.

c. Asupan garam, kalsium, dan potassium. Prevalensi hipertensi berhubungan

dengan asupan garam dan kalsium. Selain itu, asupan potasium yang

rendah juga berperan dalam resiko terjadinya hipertensi.

d. Faktor resiko lainnya seperti konsumsi alkohol, stress psikososial dan

aktivitas fisik yang rendah juga berkontribusi terhadap hipertensi.13

Hipertensi merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik yakni

sekitar 30–50% variasi tekanan darah diturukan. Beberapa studi juga menunjukan

hipertensi lebih banyak terjadi pada individu yang memiliki riwayat keluarga

positif. Hipertensi sebelum usia 55 tahun terjadi 3-8 kali lebih sering pada orang

dengan riwayat hipertensi pada keluarga. Hipertensi ini diturunkan secara

herediter sekitar 60% pada laki-laki dan 30–40% pada wanita. 13,14

2.1.5 Patogenesis Hipertensi

Tekanan darah arterial ditentukan oleh curah jatung (cardiac output) dan

resistensi perifer. Curah jantung sendiri ditentukan oleh volume sekuncup (stroke

volume) dan heart rate. Stroke volume berhubungan dengan kontraktilitas

miokardium dan ukuran kompartemen vaskular. Resistensi perifer ditentukan oleh

perubahan fungsional dan anamomis dari ukuran lumen arteri-arteri kecil dan

arteriol, serta viskositas darah.13,14

Hipertensi terjadi akibat adanya abnormalitas

dari komponen-komponen tersebut,15

dan melibatkan beberapa faktor, antara lain:

a. Volume intravaskular

Volume vaskular merupakan penentu utama dari tekanan arteri dalam

jangka waktu lama. Ketika asupan NaCl melebihi kapasitas ginjal untuk

mengekskresikan sodium, volume vaskular akan meningkat dan curah

jantung meningkat. Peningkatan awal tekanan darah terjadi sebagai respon

terhadap peningkatan volume vaskular, sehingga resisitensi perifer

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

8

meningkat dan curah jantung kembali normal.13

Peningkatan curah

jantung ini terjadi melalui peningkatan volume cairan (preload) atau

peningkatan kontraktilitas akibat stimulasi saraf dari jantung.15

b. Sistem saraf otonom

Sistem saraf otonom menjaga homeostasis kardiovaskular melalui tekanan

darah, volume darah, dan sinyal kemoreseptor. Refleks adrenergik

memodulasi tekanan darah pada jangka waktu singkat sedangkan fungsi

adrenergik bersama faktor hormonal berkontribusi terhadap pengaturan

tekanan arteri dalam jangka waktu lama. Beberapa refleks dapat

memodulasi tekanan darah dengan segera melalui perangsangan

barorefleks arterial yang berada di sinus karotis dan lengkung aorta

sehingga menyebabkan tekanan darah arterial berfluktuasi ketika

perubahan posisi, stress fisiologis dan perilaku, serta perubahan volume

darah. Pada orang dengan berat badan normal maupun obesitas, hipertensi

dihubungkan dengan peningkatan aktivitas simpatis. Sympathetic outflow

pada penderita hipertensi lebih tinggi daripada individu normotensif.13

c. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (SRAA)

Sistem renin angiotensin-aldosteron berkontribusi dalam pengaturan

tekanan darah arterial, melalui angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan

aldosteron yang berfungsi mempertahankan natrium dalam tubuh. Sekresi

renin distimulus oleh penurunan traspor NaCl pada lengkung Henle,

penurunan tekanan darah (mekanisme baroreseptor), dan stimulasi saraf

simpatis melalui adrenoreseptor. Kemudian renin mengaktifkan

angiotensinogen menjadi angiotensin I. Ketika melewati sirkulasi paru,

angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh Angiotensin Converting

Enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan stimulus untuk menghasilkan

aldosteron dari kelenjar adrenal, yang berperan dalam meningkatkan

reabsorpsi natrium di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Sistem renin

angiotensin aldosteron ini berperan dalam meningkatkan tekanan darah,

namun peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron ini tidak

selalu berhubungan dengan hipertensi. 13, 16

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

9

d. Mekanisme vaskular

Pada pasien hipertensi, perubahan struktural, mekanik, dan fungsional

dapat menurunkan diameter lumen dari arteri-arteri kecil dan arteriol.

Hipertrofi vaskular yang meliputi peningkatan jumlah sel dan peningkatan

deposisi matriks interseluler, berkontribusi dalam peningkatan resistensi

vaskular. Diameter lumen juga berhubungan dengan elastisitas pembuluh

darah. Pasien hipertensi memiliki pembuluh arteri yang kaku dan pasien

arteriosklerosis biasanya memiliki tekanan darah sistolik yang tinggi.

Selain itu, zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan oleh endotel vaskular

berperan dalam pengaturan tekanan darah, termasuk nitric oxide yang

merupakan vasodilator. Pada pasien hipertensi, mekanisme vasodilatasi ini

terganggu.13

Beberapa faktor lain seperti genetik yang menyebabkan perubahan pada

membran sel dan obesitas yang berkaitan dengan hiperinsulinemia, juga berperan

dalam proses terjadinya hipertensi. 15

Gambar 2.1. Mekanisme Hipertensi15

2.1.6 Diagnosis Hipertensi

Berdasarkan the Seventh Report of the Joint National Committee (JNC 7)

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

10

pasien didiagnosis hipertensi jika mendapatkan terapi antihipertensi atau

memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.

Pemeriksaan tekanan darah secara sederhana dapat dilakukan dengan teknik

Korotkoff dan sampai saat ini masih banyak digunakan. 12,14

Secara klinis, hipertensi didefinisikan sebagai derajat tekanan darah yang

berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas sehingga membutuhkan terapi

untuk menurunkan tekanan darah. Kriteria klinis hipertensi saat ini berdasarkan

rata-rata pembacaan tekanan darah sebanyak dua kali atau lebih pada dua atau

lebih outpatient visits.13

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi yang tidak ditangani dapat meningkatkan disabilitas dini dari

penyakit kardiovaskular. Hipertensi menyebabkan kerusakan arteri sehingga dapat

meyebabkan kerusakan pada beberapa organ, seperti jantung, otak, ginjal, mata,

dan organ lainnya.13

Komplikasi hipertensi dapat berupa komplikasi hipertensif yang

disebabkan kenaikan tekanan darah langsung dan komplikasi aterosklerotik yang

memiliki beragam penyebab dengan hipertensi berperan di dalamnya.15

Tabel 2.3. Komplikasi Hipertensi15

Sumber: Norman M. Kaplan,2006

Berdasarkan data epidemiologis studi Framingham, hipertensi dapat

menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti: infark miokard, angina pektoris,

kematian mendadak, kematian koroner lain serta penyakit arteri perifer. 15

Komplikasi hipertensif

Accelerated-malignant hypertension (retinopati derajat III dan IV)

Ensefalopati

Perdarahan serebral

Hipertrofi ventrikel kiri

Gagal jantung kongestif

Insufisiensi renal

Pembedahan aorta

Komplikasi aterosklerotik

Trombosis serebral

Infark miokard

Penyakit arteri koroner

Claudication syndromes

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

11

Hipertensi juga berefek terhadap struktur dan fungsi dari mata. Bagian

mata yang terkena meliputi retina, koroid, dan nervus optikus, yang kemudian

mengalami perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap kenaikan tekanan

darah sehingga bermanifestasi sebagai retinopati hipertensif, koroidopati

hipertensif, dan neuropati optik hipertensif.6

2.1.8 Retinopati Hipertensif

2.1.8.1. Definisi Retinopati Hipertensif

Retinopati hipertensif merupakan tanda mikrovaskular retina yang

berkembang sebagai respon terhadap kenaikan tekanan darah.6

2.1.8.2. Epidemiologi Retinopati Hipertensif

Tanda-tanda perubahan mikrovaskular pada retinopati hipertensif biasanya

tampak pada orang dewasa berusia ≥40 tahun meskipun tanpa riwayat diabetes

maupun hipertensi. Berdasarkan the Beaver Dam Eye study yang dikutip oleh

Grosso et al, berbagai macam tanda mikrovaskular retina dilaporkan memiliki

prevalensi dan insidensi sebanyak 2–15%.17

Penelitian Klein dan Leiden yang

dikutip oleh Wong menunjukkan insidensi berbagai tanda retinopati selama

periode 5-7 tahun sekitar 6-10%.18

2.1.8.3. Faktor Resiko Retinopati Hipertensif

Beberapa studi menunjukkan hubungan kuat antara hipertensi dengan

munculnya tanda-tanda retinopati hipertensif. Riwayat hipertensi berhubungan

dengan tanda-tanda retina yang spesifik yaitu penyempitan arteriolar retina dan

arteriovenous nicking yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah

kronis.11

Tanda-tanda lain seperti penyempitan fokal arteriolar, perdarahan retina,

mikroaneurisma, dan cotton-wool spots lebih menunjukan keparahan dari

hipertensi akut.11,18

Menurut penelitian Stolk et al yang dikutip oleh Wong, faktor-faktor yang

berperan pada hipertensi seperti hiperglikemia, disfungsi endotel, dan inflamasi,

dapat berperan dalam patogenesis retinopati. Selain itu, penyempitan diameter

arteriol retina atau rasio arteri vena retina yang rendah lebih banyak ditemukan

pada usia tua, perokok, jenis kelamin pria, Indeks Massa Tubuh (IMT) tinggi,

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

12

orang yang mengkonsumsi alkohol, kolesterol total yang tinggi, dan HDL

rendah.18

Menurut penelitian yang dlakukan Setyowati, jenis kelamin, rokok, HDL,

LDL, mikroalbuminuria dan asam urat merupakan faktor resiko kejadian

retinopati hipertensif pada hipertensi non diabetik, dengan LDL, asam urat, dan

mikroalbuminuria merupakan faktor resiko penentu atau paling berperan

bermakna terhadap kejadian retinopati hipertensif. 7

2.1.8.4 Patogenesis dan Patofisiologi Retinopati Hipertensif

Gambaran retinopati hipertensif muncul ditentukan oleh derajat

peningkatan tekanan darah dan keadaan dari arteriol retina. Patofisiologi yang

mendasari retinopati hipertensif dapat dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain:

a. Stadium vasokonstiktif. Respon awal dari sirkulasi retina terhadap

peningkatan tekanan darah adalah vasospasme dan peningkatan tonus

vasomotor, yang bermanifestasi klinis sebagai penyempitan arteriolar

retina general.6,14

b. Stadium sklerotik.

Peningkatan tekanan darah secara persisten

menyebabkan perubahan sklerotik kronik berupa penebalan intima

pembuluh darah, hiperplasia dinding bagian media dan degenerasi hialin.

Pada tahap ini terjadi penyempitan arteriolar difus atau fokal yang lebih

parah, penekanan venula oleh arteriola yang disebut persilangan arteri-

vena (arteriovenous nicking /arteriovenous nipping), dan peningkatan

refleks cahaya arteriolar (arteriolar opacification/copper wiring).14

c. Stadium eksudatif. Tekanan darah yang lebih tinggi menyebabkan nekrosis

otot polos dan sel endotel sehingga barier darah-retina rusak kemudian

terjadi eksudasi darah (hemoragik), eksudat lipid, dan iskemia lebih lanjut

dari lapisan serabut saraf (cotton-wool spots), serta terjadi

mikroaneurisma.6,18

Proses ini menunjukkan kegagalan mekanisme

autoregulasi dan jarang terjadi sampai tekanan darah mencapai 110

mmHg. Cotton-wool spots terjadi 24-48 jam setelah peningkatan tekanan

darah. 19

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

13

d. Pada tekanan darah tinggi yang parah (malignant hypertension) dapat

meningkatkan tekanan intrakranial dan iskemia nervus optikus sehingga

terjadi pembengkakan diskus optikus (papilloedema). 6,19

Mekanisme lain yang menjelaskan hubungan tekanan darah dengan tanda

retinopati hipertensif antara lain : inflamasi, disfungsi endotel dan angiogenesis.6

2.1.8.5. Diagnosis Retinopati Hipertensif

Retinopati hipertensi dapat dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop,

yang merupakan bagian dari evaluasi standar pasien dengan hipertensi. Hal ini

didukung oleh laporan dari the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC), yang

memasukan retinopati sebagai salah satu tanda kerusakan target organ akibat

hipertensi.12

Kelainan pembuluh darah yang dapat ditemukan pada pemeriksaan

oftalmoskop yakni berupa penyempitan arteriolar fokal maupun general,

percabangan pembuluh darah tajam, gambaran crossing, atau sklerosis pembuluh

darah. Pada penyempitan pembuluh darah, arteriol retina akan tampak berwarna

lebih pucat, kaliber arteriol menjadi lebih kecil atau irregular dan terlihat

percabangan arteriol tajam. Sklerosis arteriol akan tampak sebagai gambaran

copper wire, silver wire, sheating, dan crossing arteri-vena. Perdarahan atau

eksudat retina pada makula menyebabkan gambaran star figure. Gambaran

eksudat retina juga berupa cotton wool patches yang merupakan edema saraf

retina akibat mikroinfark arteriol.20

2.1.8.6. Klasifikasi Retinopati Hipertensif

Berdasarkan klasifikasi Keith-Wargener-Barker, tanda-tanda retinopati

hipertensif diklasifikasikan secara klinis menjadi 4 stadium berdasarkan tingkat

keparahannya yaitu:

a. Derajat I : penyempitan general ringan atau sklerosis dari arteriol.

b. Derajat II : penyempitan fokal arteriol, persilangan arteri-vena, refleks

cahaya yang berlebihan, dan sklerosis sedang.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

14

c. Derajat III: derajat II ditambah oedema retina, gambaran cotton-wool

spots, perdarahan retina, dan hard exudates.

d. Derajat IV: seperti derajat IV dengan pembengkakan diskus optikus

(papilloedema).17,21

Pembuatan klasifikasi ini berdasarkan meninggalnya penderita dalam

waktu 8 tahun. Pada retinopati hipertensif derajat I ini jumlah pasien yang

meninggal dunia selama peiode 8 tahun yakni sebanyak 4%, retinopati hipertensif

derajat II 20%, retinopati hipertensif derajat III 80% dan retinopati hipertensif

derajat IV sebanyak 98%.20

Menurut Wong dan Mitchell, retinopati hipertensif derajat I dan II sebagai

stadium awal retinopati hipertensif sulit untuk dibedakan, serta derajat retinopati

hipertensif ini tidak selalu berhubungan dengan keparahan hipertensi, sehingga

dibuatlah klasifikasi 3 derajat retinopati hipertensif, yaitu :

a. Retinopati ringan (mild retinopathy) : penyempitan arteriolar,

arteriovenous nipping, dan arteriolar wall opacification.

b. Retinopati sedang (moderate retinopathy) : gambaran cotton-wool spots,

hard exudates, mikroaneurisma, dan perdarahan dengan gambaran flame-

shaped/blot-shaped.

c. Retinopati berat (severe retinopathy) : tanda-tanda retinopati seperti

derajat sebelumnya dengan pembengkakan diskus optikus

(papilloedema).18

Gambar 2.2. Retinopati Hipertensif Ringan*18

*Gambaran arteriovenous nicking (panah hitam gambar A), penyempitan fokal (panah

putih gambar A), gambaran copper wiring dari reflek cahaya sentral arteriol (panah

putih gambar B)

A B

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

15

Gambar 2.3. Retinopati Hipertensif Sedang*18

*Gambaran perdarahan retina (panah hitam gambar C), gambaran cotton-wool spot

(panah putih gambar C dan D), dan arteriovenous nicking (panah hitam gambar D).

Gambar 2.4. Retinopati Hipertensif Berat*18

*Gambaran cotton-wool spots yang multiple (panah putih), perdarahan retina (panah

hitam), dan pembengkakan diskus optikus terlihat.

Selain itu, terdapat klasifikasi retinopati hipertensif berdasarkan Scheie

yang mendefinisikan perubahan hipertensif dan arteriosklerotik secara terpisah,

antara lain:

a. Stadium 1 : penyempitan setempat pembuluh arterial.

b. Stadium 2 : penyempitan arterial dengan irregularitas fokal disertai

perubahan refleks cahaya.

c. Stadium 3 : stadium 2 disertai copper wiring, terbentuk eksudat dan

perdarahan retina akibat tekanan darah diastol di atas 120

mmHg, kadang-kadang muncul keluhan penglihatan

berkurang.

d. Stadium 4.: stadium 3 disertai silver wiring dan papiloedema. Pada

stadium ini terdapat keluhan penglihatan menurun dan

tekanan darah diastol umumnya lebih dari 150 mmHg.20,21

C D

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

16

2.1.8.7. Hubungan Kontrol Tekanan Darah dengan Tanda Mikrovaskular

Retinopati Hipertensif

Definisi pasien dengan tekanan darah tidak terkontrol adalah pasien

hipertensi yang tekanan darahnya tetap meningkat walaupun telah diberikan obat

antihipertensi.9 Berdasarkan studi oleh Thomas J. Wang, definisi kontrol tekanan

darah bervariasi sesuai guideline yang digunakan,22

seperti yang tertera pada tabel

berikut :

Tabel 2.4. Definisi Kontrol Tekanan Darah22

Tahun Tanpa Diabetes (mmHg) Dengan diabetes (mmHg)

JNC 6 1997 <140/90 <130/85

JNC 7 2003 <140/90 <130/80

HEDIS 2000-2004 ≤140/90 ≤140/90

ADA*/NKF** 2003 …. <130/80

ESH***/ESC**** 2003 <140/90 <130/85

*ADA = American Diabetes Association

**NKF = National Kidney Foundation

***ESH = European Society of Hypertension,

****ESC = European Society of Cardiology

Studi Beaver Dam Eye menunjukan subjek tanpa diabetes yang memiliki

tekanan darah tidak terkontrol meskipun telah mendapatkan terapi antihipertensi,

lebih banyak mengalami penyempitan arteriolar fokal dan persilangan arteri-vena

daripada pasien yang memiliki tekanan darah terkontrol.10

Hipertensi sistemik yang tidak terkontrol menyebabkan tanda-tanda

mikrovaskular pada mata semakin memburuk.23

Gambaran fundus retinopati

hipertensif itu sendiri ditentukan oleh derajat peningkatan tekanan darah. Sirkulasi

retina berubah sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah, diawali

dengan vasokonstriksi arteriolar retina, kemudian peningkatan tekanan darah

secara persisten menyebabkan penebalan intima, hiperplasia dinding media dan

selanjutnya terjadi persilangan arteri-vena serta pembengkakan diskus optikus

dapat terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang parah.24

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

17

2.1.8.8. Hubungan Retinopati Hipertesif dengan Penyakit Kardiovaskular Lain

Beberapa penelitian menunjukan hubungan retinopati hipertensif dengan

penyakit kardiovaskular lain, yaitu stroke dan penyakit jantung koroner. Pada

Studi the Cardiovascular Health, setelah peningkatan tekanan darah dan faktor

resiko dikontrol, menunjukan bahwa pasien dengan tanda-tanda retinopati seperti

perdarahan retina, mikroaneurisma, dan cotton-wool spots memiliki riwayat stroke

dua kali lebih banyak daripada individu yang tidak memiliki tanda-tanda tersebut.9

Studi The Atherosclerosis Risk in Communities menunjukkan beberapa

tanda retinopati seperti perdarahan retina, mikroaneurisma, dan cotton-wool spots

berhubungan dengan resiko stroke yang baru didiagnosis. Studi ini juga

menunjukan bahwa tanda-tanda retinopati berhubungan dengan penurunan fungsi

kognitif. 25

Berdasarkan penelitian Duncan BB et al pada 560 pria dengan hipertensi

dan hiperlipidemia, adanya retinopati hipertensif memprediksikan meningkatnya

resiko penyakit jantung koroner.26

2.1.8.9. Pengobatan Retinopati Hipertensif

Penanganan retinopati meliputi terapi hipertensi yang tepat.27

Beberapa

studi eksperimental dan clinical trials juga menunjukkan tanda-tanda retinopati

hipertensif berkurang dengan pengontrolan tekanan darah. 28

Terapi antihipertensi spesifik yang dapat digunakan untuk menghasilkan

efek secara langsung pada struktur mikrovaskular masih belum jelas, namun

beberapa penelitian telah menunjukkan enapril atau hidroklorotiazid dapat

mengurangi arteriolar-wall opacification setelah 26 minggu setelah pemberian

enapril. Selain itu, fungsi endotel dari pembuluh darah retina pasien hipertensif

membaik setelah pemberian angiotensin II receptor blocker.28

Penanganan

retinopati hipertensif dilakukan berdasarkan derajat retinopati hipertensif sesuai

disajikan pada tabel 2.5.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

18

Tabel 2.5. Penanganan Retinopati Hipertensif berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif28

Derajat Hubungan dengan Sistemik Penanganan

Ringan

(Derajat I dan II)

Hubungan yang lemah sampai sedang

dengan stroke, penyakit jantung

iskemik dan mortalitas kardiovaskular

Penanganan rutin

Pemantauan tekanan darah.

Sedang

(Derajat III)

Hubungan kuat dengan stroke

gangguan kognitif, gagal jantung

kongestif, disfungsi renal, dan

mortalitas kardiovaskular.

Penanganan oleh tim medis

Diabetes exclude

Indikasi terapi hipertensi dan

faktor-faktor resiko lain.

Berat

(Derajat IV) Berhubungan dengan mortalitas Terapi hipertensi urgensi

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

19

2.2 Kerangka Teori

*berdasarkan klasifikasi Keith-Wagener-Barker

Gambar 2.5. Kerangka Teori

Hipertensi

Respon awal:

vasospasme &

peningkatan tonus

vasomotor arteriol

retina

hiperplasia

dinding

media

arteriolar

retina Penyepitan

arteriolar

retina

general barier

darah-

retina

arteriolar

rusak

Penyempitan

arteriol fokal

Persilangan

arteri-vena

Peningkatan

tekanan

darah secara

persisten

penebalan

intima

arteriolar

retina

degenerasi

hialin

vaskular

retina

Iskemia lapisan

serabut saraf

(cotton-wool

spots)

eksudat lipid

(hard

exudates)

eksudasi

darah

(hemoragik)

nekrosis

otot polos

& sel

endotel

arteriolar

retina

Papiloedema

TIK ↑ iskemia

n. optikus

malignant

hypertension

Retinopati

Hipertensif

derajat I*

Retinopati

Hipertensif

derajat II*

Retinopati

Hipertensif

derajat III*

Retinopati

Hipertensif

derajat IV*

Peningkatan

refleks cahaya

arteriolar

/copper wiring

Tekanan

darah lebih

tinggi

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

20

2.3 Kerangka Konsep

Variabel terikat

Variabel bebas

Variabel perancu yang tidak dikontrol

Variabel perancu yang dikontrol dengan restriksi

Gambar 2.6. Kerangka Konsep

Derajat

Retinopati

hipertensif Kontrol

tekanan darah

Hiperglikemia dan

Diabetes Melitus

Usia

Jenis

Kelamin

Merokok Indeks

Massa

Tubuh

Dislipidemia

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

21

2.4. Definisi Operasional

Tabel 2.6. Definisi Operasional Penelitian

N

o.

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Derajat

retinopati

hipertensif

Klasifikasi

retinopati hipertensif

berdasarkan Keith-

Wargener-Barker

yang ditentukan

oleh diagnosis

dokter yang

memeriksa.

Oftalmos-

kop

Melihat

gambaran

vaskular

retina

Derajat I

DerajatII

Derajat III

Derajat IV

Ordinal

2

Kontrol

tekanan

darah

Data kontrol

tekanan darah yang

disimpulkan oleh

dokter pemeriksa

atau kesimpulan

data rata-rata

tekanan darah pada

pasien yang

mendapatkan terapi

antihipertensi

berdasarkan JNC

VII.

Sfigmoma-

mometer

Pengukuran

tekanan

darah

Terkontrol,

atau rata-rata

tekanan darah

sistolik

<140mmHg

atau diastolik

<90 mmHg

Tidak

terkontrol, atau

rata-rata

tekanan darah

sistolik

≥140mmHg

atau diastolik

≥90 mmHg .

Ordinal

3 Usia Usia pasien pada

saat didiagnosis

retinopati

hipertensif.

Rekam

medik

Baca Jumlah usia

(dalam tahun)

Numerik

Kategorik

4 Jenis

Kelamin

Jenis kelamin pasien

yang ada di rekam

medik.

Rekam

medik

Baca Laki-laki

Perempuan

Nominal

6 Kebiasaan

merokok

Kebiasaan merokok

pada pasien, yang

datanya terdapat di

rekam medik.

Rekam

medik

Baca Merokok

Tidak merokok

Ordinal

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

22

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain

penelitian potong lintang atau cross sectional untuk mengetahui hubungan antara

kontrol tekanan darah dengan derajat retinopati hipertensif di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama

bulan Juni 2013 sampai dengan Juli 2013.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah pasien retinopati hipertensif.

Populasi terjangkau penelitian ini yakni pasien retinopati hipertensif yang berobat

ke Poli Mata RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2010-2013.

3.3. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah rekam medik pasien retinopati

hipertensif yang berobat ke Poli Mata RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari

tahun 2010-2013. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

consecutive sampling.

3.4. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

besar sampel penelitian analisis kategorik tidak berpasangan dengan desain

penelitian potong lintang, yakni sebagai berikut:29,30

√ √

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

23

Keterangan:

Zα = deviat baku alpha

Zβ = deviat baku beta

P1-P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

P2 = Proporsi pada kelompok dengan faktor resiko negatif atau kontrol.

Q2 = 1-P2

Q1 = 1-P1

P= Proporsi total = 2

21 PP

Q= 1-P

Peneliti menetapkan kesalahan tipe I sebesar 5% dengan hipotesis dua arah,

sehingga nilai Zα= 1,96, dan kesalahan tipe II sebesar 20% dengan Zβ=

0,84. P2 yang didapatkan dari kepustakaan yaitu 0,069.11

Proporsi minimal

yang dianggap bermakna sebesar 20%, maka P1-P2 = 0,2 sehingga P1=

0.2+0,069= 0,269.

Q1= 1-P1= 1-0,269= 0,731

Q2= 1-P2= 1-0,069= 0,931

P = 0,269+0,069 = 0,169

2

Q = 1-P = 1-0,169= 0,831

√ √

56.3

Dengan demikian, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 57 orang.

3.5. Kriteria Sampel

3.5.1 Kriteria Inklusi

Pasien retinopati hipertesif yang diagnosis dokter spesialis mata yang

memeriksa.

Pasien memiliki riwayat hipertensi dan mendapatkan terapi

antihipertensi.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

24

Pasien memiliki rekam medik yang mencantumkan diagnosis kontrol

tekanan darah atau telah mendapatkan terapi antihipertensi dan

memiliki data tekanan darah.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Pasien dengan riwayat atau didiagnosis diabetes melitus oleh dokter

pemeriksa.

Pasien dengan hiperglikemia berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

25

3.6. Alur penelitian

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Menyaring seluruh rekam medis pasien retinopati hipertesif

dengan kriteria inklusi: memiliki riwayat hipertensi, memiliki

rekam medik yang mencantumkan diagnosis kontrol tekanan

darah atau telah mendapatkan terapi antihipertensi dan memiliki

data tekanan darah.

.

Kriteria eksklusi

Pasien dengan riwayat atau didiagnosis

diabetes melitus oleh dokter pemeriksa.

Pasien dengan hiperglikemia berdasarkan

pemeriksaan laboratorium.

Rekam medis memenuhi kriteria (57 sampel)

Kesimpulan

Analisis penelitian

Melihat data kontrol tekanan pada rekam medis

Tekanan darah

tidak terkontrol

Tekanan darah

terkontrol

Mengelompokan berdasarkan derajat retinopati hipertensif

Derajat I Derajat II

Derajat III

Derajat IV

Melihat gambaran

usia, jenis kelamin,

dan kebiasaan

merokok

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

26

3.7. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

Variabel bebas atau independen pada penelitian ini adalah kontrol

tekanan darah.

Variabel terikat atau dependen pada penelitian ini adalah derajat

retinopati hipertensif.

Variabel perancu yang dikontrol dengan restriksi adalah diabetes

mellitus dan hiperglikemia.

Variabel perancu yang tidak dikontrol adalah usia, jenis kelamin,

merokok, Indeks Massa Tubuh, dan dislipidemia.

3.8. Managemen Data

Data dari rekam medis yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke

dalam program SPSS untuk diolah. Tahapan-tahapan pengolahan data penelitian

ini antara lain: memeriksa seluruh data yang telah terkumpul atau editing,

memberi kode untuk data rekam medis atau coding, kemudian data rekam medis

dimasukkan sesuai kode yang telah ditentukan sebelumnya sehingga data dasar

terbentuk atau entry, selanjutnya mengelompokan dan mengurutkan data,

sehingga pada tahap selanjutnya data-data tersebut dapat dianalisis.

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan melihat karakteristik umum subjek

penelitian, dan gambaran usia, jenis kelamin, kontrol tekanan darah, serta

kebiasaan merokok berdasarkan derajat retinopati hipertensif, serta melihat

gambaran derajat retinopati hipertensif berdasarkan kelompok usia, jenis

kelamin, kontrol tekanan darah dan kebiasaan merokok

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara kontrol tekanan

darah dengan derajat retinopati hipertensif. Uji statistik yang digunakan

pada penelitian ini adalah chi-square dan Kolmogorov-Smirnov sebagai uji

alternatifnya. Nilai p < 0.05 menunjukan hasil uji statistik yang bermakna

atau terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.

Nilai p ≥ 0,05 menunjukan hasil uji statistik tidak bermakna atau tidak

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

27

terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.29,31

Selain itu akan ditentukan rasio prevalens (RP) jika uji

statistik menunjukan hasil yang bermakna atau terdapat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen, serta ditentukan interval

kepercayaan (IK).

RP ditentukan sebagai estimasi resiko relatif pada penelitian cross

sectional, dan dapat dihitung dengan cara formula:

RP = a/(a+b) : c/(c+d)

a/(a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor resiko yang

mengalami efek.

c/(c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor resiko yang mengalami

efek.

Nilai rasio prevalens yang didapatkan = 1 menunjukan variabel bebas

tidak berpengaruh terhadap terjadinya efek atau bersifat netral. Nilai rasio

prevalens > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1

berarti variabel bebas merupakan faktor resiko timbulnya efek, sedangkan

jika rasio prevalens < 1 berarti variabel bebas merupakan faktor

protektif.29

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

28

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini diambil dari Bagian Rekam Medis Pusat RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo dengan melihat data rekam medis pasien retinopati

hipertensif yang berobat pada tahun 2010 sampai 2013 dan memenuhi kriteria.

Jumlah total sampel yang diambil yakni sebanyak 57 sampel dengan metode

pengambilan sampel consecutive sampling.

4.1. Analisis Univariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk melihat gambaran

distribusi frekuensi pada variabel-variabel yang diteliti. Adapun hasil analisis

univariat pada penelitian ini akan dijelaskan pada sub-bab berikut ini.

4.1.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Interval Rerata

(tahun)

Usia

<60 tahun

61-69 tahun

70-79 tahun

≥80 tahun

33

16

7

1

57.9

28.1

12.3

1.8

21-86 55.05

Jenis kelamin

Perempuan

Laki-laki

23

34

40.4

59.6

Kontrol Tekanan Darah

Terkontrol

Tidak terkontrol

21

36

36.8

63.2

Derajat Retinopati Hipertensif

Derajat I

Derajat II

Derajat III

Derajat IV

21

16

15

5

36.8

28.1

26.3

8.8

Kebiasaan Merokok

Merokok

Tidak Merokok

15

42

26.3

73.7

Pada penelitian ini usia pasien retinopati hipertensif berkisar antara 21

tahun sampai 86 tahun, dengan rerata usia 55,05 tahun. Hasil ini sesuai dengan

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

29

penelitian Besharati et al yang menunjukan pasien retinopati hipertensif memiliki

rentang usia antara 25 sampai 85 tahun.5

Hasil rerata usia pada penelitian ini

sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dikutip oleh Wong, yaitu

tanda-tanda perubahan mikrovaskular pada retinopati hipertensif umumnya

tampak pada usia 40 tahun atau lebih.21

Hal ini berhubungan dengan persentase

orang dewasa yang menderita hipertensi meningkat pada usia diatas 40 tahun.32

Pasien paling banyak pada kelompok usia <60 tahun yaitu sebesar 57,9%

dan jumlahnya menurun sejalan dengan bertambahnya usia, serta paling sedikit

pada kelompok usia ≥80 tahun dengan persentase 1,8%. Hasil ini berbeda dengan

penelitian Liew et al dan Wang et al yang menunjukan pasien dengan tanda

mikrovaskular retina paling banyak pada usia ≥80 tahun, dan jumlahnya

meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.33,34

Perbedaan hasil penelitian ini

dan penelitian sebelumnya disebabkan oleh perbedaan gambaran prevalensi

hipertensi di Indonesia dengan di negara lain. Kejadian hipertensi di Indonesia

meningkat antara usia 35 sampai 55 tahun dan mengalami penurunan pada usia

lebih dari 64 tahun.35

Penurunan jumlah pasien yang berusia lanjut berkaitan

dengan angka harapan hidup di Indonesia, yaitu sekitar 67,8 tahun.36

Pasien retinopati hipertensif pada penelitian ini lebih banyak laki-laki

daripada perempuan, yaitu 59,6% pasien laki-laki dan 40,4% pasien perempuan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Chao et al yang menunjukan retinopati

hipertensif lebih banyak terjadi pada laki-laki dan terdapat hubungan antara jenis

kelamin laki-laki dengan retinopati hipertensif.37

Namun, hasil ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh TY Wong et al yang menunjukan retinopati

hipertensif lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu

sebanyak 60%.11

Banyaknya retinopati hipertensif pada pasien laki-laki

berhubungan dengan tingginya rata-rata tekanan darah laki-laki dibandingkan

perempuan akibat perempuan dapat mentoleransi peningkatan tekanan darah lebih

baik.14

Gambaran kontrol tekanan darah pada pasien menunjukan pasien

hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol lebih banyak daripada yang

terkontrol, yaitu 73,7% tidak terkontrol dan 26,3% terkontrol. Hasil ini sesuai

dengan penelitian Wang et al yang menunjukan pasien yang mengalami tanda

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

30

mikrovaskular retina lebih banyak memiliki tekanan darah tidak terkontrol

daripada yang terkontrol.34

Hipertensi tidak terkontrol memilki resiko tinggi

mengalami tanda-tanda abnormalitas mikrovaskular retina.23

Gambaran derajat retinopati hipertensif pada penelitian ini yaitu 36,8%

pasien menderita retinopati hipertensif derajat I, 28,1% menderita retinopati

hipertensif derajat II, 26,3% menderita retinopati hipertensif derajat III, dan 8,8%

menderita retinopati hipertensif derajat IV. Hasil ini sejalan dengan penelitian

Besharati et al yang menunjukan pasien retinopati hipertensif paling banyak

berada derajat I yaitu sebesar 42,4%, kemudian retinopati hipertensif derajat II

35,3%, retinopati hipertensif derajat III 20% dan retinopati hipertensif derajat IV

sebesar 2,3%.5

Selain itu, gambaran kebiasaan merokok sebagai faktor resiko terjadinya

retinopati hipertensif37

menunjukan 26,3% pasien retinopati hipertensif memiliki

kebiasaan merokok dan 73,7% pasien tidak memiliki kebiasaan merokok. Hasil

ini sejalan dengan penelitian Susie Setyowati, yang menunjukan pasien retinopati

hipertensif dengan kebiasaan merokok (15,6%) lebih sedikit daripada pasien yang

tidak merokok (84,4%).7

4.1.2. Gambaran Kelompok Usia dengan Derajat Retinopati Hipertensif

Tabel 4.2. Gambaran Kelompok Usia Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif

Kelompok usia (tahun)

Retinopati Hipertensif

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

n % n % n % n %

<60 11 52.4 8 50.0 9 60.0 5 100

61-69 5 23.8 6 37.5 5 33.3 0 0

70-79 4 19.0 2 12.5 1 6.7 0 0

≥80 1 4.8 0 0 0 0 0 0

Peneliti menentukan kelompok usia berdasarkan penelitian Liew et al dan

Wang et al.33,34

Tabel di atas menunjukan pasien retinopati hipertensif derajat I

dan II paling banyak berada pada kelompok usia <60 tahun (52,4% pada derajat I

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

31

dan 50% pada derajat II), serta jumlah pasien menurun sejalan dengan

bertambahnya usia. Hasil ini berbeda dengan penelitian Liew et al dan Wang et al

yang menunjukan penyempitan arteriolar retina dan persilangan arteri-vena ringan

(tanda mikrovaskular retina pada derajat I dan II) semakin banyak terjadi sejalan

dengan bertambahnya usia.33,34

Hasil tersebut didukung oleh penelitian Leung et

al yang menunjukan diameter pembuluh darah retina mangalami penurunan

seiring bertambahnya usia.38

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya dapat dihubungkan dengan angka harapan hidup di Indonesia yaitu

67,8 tahun, sehingga jumlah pasien pada usia lanjut menjadi semakin kecil.

Pada pasien retinopati hipertensif derajat III paling banyak pada kelompok

usia <60 tahun (60%) dan paling sedikit pada usia 70-79 tahun (3.3%), sedangkan

pasien retinopati hipertensif derajat IV hanya terdapat pada kelompok usia <60

tahun. Hasil ini sejalan dengan penelitian Henderson et al yang menunjukan

pasien dengan retinopati hipertensi derajat III atau IV memilki interval usia 21-62

tahun atau lebih muda dibandingkan dengan pasien tanpa retinopati hipertensif

derajat III atau IV. Banyaknya pasien retinopati IV yang berusia muda dikaitkan

dengan tingginya mortalitas pada derajat tersebut.39

Grafik 4.1. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Kelompok

Usia

Grafik 4.1 memperlihatkan pada kelompok usia <60 tahun masih terdapat

derajat retinopati hipertensif derajat I sampai IV, sedangkan pada kelompok usia

Kelompok usia

jumlah

jumlah

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

32

selanjutnya tidak terdapat retinopati hipertensif derajat IV. Pada kelompok usia

70-79 tahun, semakin tinggi derajat retinopati hipertensif maka semakin sedikit

jumlah pasien, dan pada kelompok usia ≥80 tahun hanya terdapat pasien retinopati

hipertensif derajat I.

Gambaran grafik di atas dapat dikaitkan dengan gambaran harapan hidup

pasien yang semakin menurun sejalan dengan bertambahnya derajat retinopati

hipertensif. Semakin tinggi derajat retinopati hipertensif maka menunjukan

semakin parah hipertensi yang diderita pasien.21

Berdasarkan penelitian Keith et al

yang dikutip oleh Tien Yin Wong pada retinopati hipertensif derajat I, pasien yang

dapat bertahan hidup selama 3 tahun sebanyak 70% sedangkan pada retinopati

hipertensif derajat IV hanya 6%, dengan jumlah pasien yang meninggal dunia

selama periode 8 tahun meningkat sejalan dengan peningkatan derajat retinopati

hipertensif .10,20

4.1.3. Gambaran Jenis Kelamin dengan Derajat Retinopati Hipertensif

Tabel 4.3. Gambaran Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Retinopati Hipertensif

Jenis Kelamin

Retinopati Hipertensif

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

N % n % n % n %

Perempuan 5 23.8 7 43.8 8 53.3 3 60.0

Laki-laki 16 76.2 9 56.2 7 46.7 2 40.0

Tabel 4.3 menunjukan retinopati hipertensif derajat I dan II lebih banyak

dialami pasien laki-laki yaitu sebanyak 76,2% pada derajat I dan 56,2% pada

derajat II. Retinopati hipertensif derajat III dan IV lebih banyak dialami pasien

perempuan, yaitu sebanyak 53,3% pada derajat III dan 60% pada derajat IV.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Liew et al yang menunjukan

penyempitan arteriolar fokal dan persilangan arteri-vena yang termasuk dalam

tanda mikrovaskular pada derajat II, lebih banyak terjadi pada wanita daripada

laki-laki.32

Penelitian Henderson et al juga menunjukan retinopati hipertensif

derajat III atau IV lebih banyak dialami pasien laki-laki daripada perempuan.39

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

33

Perbedaan gambaran jenis kelamin pada retinopati hipertensif derajat I dan

II antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disebabkan banyaknya

jumlah pasien laki-laki pada sampel penelitian ini. Banyaknya pasien retinopati

hipertensif derajat III dan IV pada perempuan dapat dihubungkan dengan

hipertensi tidak terkontrol yang lebih banyak ditemukan pada perempuan.21

Grafik 4.2. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Jenis Kelamin

Grafik 4.2 menunjukkan pada pasien perempuan paling banyak menderita

retinopati hipertensif derajat III yaitu sebanyak 8 orang, sedangkan pasien laki-

laki paling banyak menderita retinopati hipertensif derajat I yaitu sebanyak 16

orang. Hasil ini menunjukan pasien perempuan memiliki progresivitas retinopati

hipertensif lebih tinggi daripada laki-laki, sehingga pada pasien perempuan

pengontrolan tekanan darah pada derajat retinopati hipertensif lanjut dapat lebih

ditingkatkan.

Jumlah

Jenis Kelamin

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

34

4.1.4. Gambaran Kontrol Tekanan Darah dengan Derajat Retinopati Hipertensif

Tabel 4.4. Gambaran Kontrol Tekanan Darah Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif

Kontrol Tekanan Darah

Retinopati Hipertensif

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

N % n % n % n %

Terkontrol 14 66.7 5 31.2 2 13.3 0 0

Tidak terkontrol 7 33.3 11 68.8 13 86.7 5 100.0

Tabel 4.4 menunjukkan retinopati hipertensif derajat I lebih banyak

dialami pasien hipertensi terkontrol yaitu sebanyak 66,7%, sedangkan derajat II

sampai derajat IV lebih banyak diderita pasien hipertensi tidak terkontrol yaitu

sebanyak 68,8% pada derajat II, 86,7% pada derajat III, dan 100% pada derajat

IV. Penelitian Wong et al menunjukan hasil yang sesuai yaitu tanda-tanda

abnormalitas mikrovaskular retina lebih banyak pada hipertensi tidak terkontrol

daripada yang terkontrol.11

Pada penelitian ini, banyaknya pasien hipertensi terkontrol pada derajat I

sedangkan pada derajat lainnya lebih banyak hipertensi tidak terkontrol

menunjukan bahwa semakin tinggi jumlah tekanan darah tidak terkontrol maka

semakin tinggi derajat retinopati hipertensif. Hal ini dikarenakan hipertensi yang

tidak terkontrol menyebabkan tanda-tanda mikrovaskular pada mata semakin

memburuk.23

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

35

Grafik 4.3. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Kontrol

Tekanan Darah

Grafik 4.3 menunjukan pasien hipertensi terkontrol paling banyak

menderita retinopati hipertensif derajat I yaitu sebanyak 14 orang, dan tidak ada

yang mengalami retinopati hipertensif derajat IV, sedangkan pasien hipertensi

tidak terkontrol paling banyak menderita retinopati hipertensif derajat III yakni

sebanyak 13 orang. Hasil ini menunjukan bahwa kontrol tekanan darah mungkin

berperan terhadap pencegahan progresivitas retinopati hipertensif.

4.1.5. Gambaran Kebiasaan Merokok dengan Derajat Retinopati Hipertensif

Tabel 4.5. Gambaran Kebiasaan Merokok Berdasarkan Derajat Retinopati

Hipertensif

Kebiasaan Merokok

Retinopati Hipertensif

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

N % n % n % n %

Merokok 7 33.3 3 18.8 4 26.7 1 20.0

Tidak merokok 14 66.7 13 81.2 11 73.3 4 80.0

Tabel 4.5 menunjukkan pada setiap derajat retinopati hipertensif, pasien

dengan kebiasaan merokok lebih sedikit daripada yang tidak merokok. Pasien

yang memiliki kebiasaan merokok pada derajat I yaitu sebanyak 33,3%, derajat II

sebanyak 18,8%, derajat III sebanyak 26,7% dan derajat IV sebanyak 20%.

Jumlah

Kontrol Tekanan Darah

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

36

Hasil ini sejalan dengan penelitian Liew et al yang menunjukan jumlah

pasien merokok yang mengalami tanda mikrovaskular retina lebih sedikit daripada

yang tidak merokok, dan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok

dengan tanda-tanda mikrovaskular retina.33

Grafik 4.4. Gambaran Derajat Retinopati Hipertensif Berdasarkan Kebiasaan

Merokok

Grafik 4.4 menunjukan perbedaan distribusi derajat retinopati hipertensif

pada pasien dengan kebiasaan merokok dan pasien tidak merokok. Distribusi

derajat retinopati pada pasien tidak merokok sesuai dengan distribusi sampel

penelitian pada masing-masing derajat retinopati hipertensif, yaitu terjadi

penurunan jumlah pasien sejalan dengan bertambahnya derajat retinopati

hipertensif.

Gambaran derajat retinopati hipertensif pada pasien yang memiliki

kebiasaan merokok menunjukan pasien paling banyak menderita retinopati

hipertensif derajat I. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya sampel penelitian

yang menderita retinopati hipertensif derajat I, dan merupakan yang terbanyak di

antara derajat lainnya. Namun, gambaran selanjutnya tidak sejalan seperti

gambaran pasien yang tidak merokok, yakni derajat retinopati hipertensif kedua

terbanyak pada pasien dengan kebiasaan merokok adalah derajat III. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Henderson et al yang menunjukan pasien retinopati

Jumlah

Kebiasaan Merokok

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

37

hipertensif derajat III atau IV dengan kebiasaan merokok memiliki persentase

sebanyak 57% dan lebih banyak daripada pasien yang tidak mengalami retinopati

hipertensif derajat III atau IV.39

Hal ini sesuai dengan penelitian Wong et al yang

dikutip oleh Susie Setyowati yang menunjukan merokok dapat mempengaruhi

antioksidan yang menyebabkan terjadi disfungsi endotel pada retinopati

hipertensif.7

4.2. Analisis Bivariat

Tabel 4.6. Hubungan antara Kontrol Tekanan Darah dengan Derajat Retinopati

Hipertensif

Kontrol Tekanan

Darah

Retinopati Hipertensif P

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

n % n % n % n %

Terkontrol 14 24.6 5 8.8 2 3.5 0 0 0.005

Tidak terkontrol 7 12.3 11 19.3 13 22.8 5 8.8

Tabel 4.6 menunjukan hubungan antara kontrol tekanan darah dengan

derajat retinopati hipertensif. Penelitian ini menggunakan tabel 2x4 sehingga uji

statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Namun, hasil uji analisis

menunjukan sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5 sebanyak 25%,

sehingga tidak memenuhi syarat uji chi-square. Uji alternatif yang digunakan

adalah uji Kolmogorov-Smirnov dan menghasilkan nilai significancy sebesar

0,005. Oleh karena nilai p yang didapatkan < 0,05, maka dapat disimpulkan hasil

penelitian yang bermakna, atau terdapat hubungan antara kontrol tekanan darah

dengan derajat retinopati hipertensif.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Wang et al yang menunjukan terdapat

hubungan yang konsisten antara tanda-tanda mikrovaskular retina seperti

penyempitan arteriolar fokal, dan persilangan arteri-vena ringan sampai berat

dengan hipertensi tidak terkontrol.34

Penelitian Wong et al juga menunjukan

terdapat hubungan antara tekanan darah tidak terkontrol dengan tanda

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

38

abnormalitas mikrovaskular retina yakni pasien dengan tekanan tidak terkontrol

memiliki resiko paling tinggi mengalami abnormalitas mikrovaskular retina.6

Oleh karena terdapat hubungan antara kontrol tekanan darah dengan

derajat retinopati hipertensif, peneliti menentukan estimasi resiko relatif dengan

menghitung rasio prevalens (RP). Pengukuran rasio prevalens pada penelitian ini

karena penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini

menggunakan tabel 2x4, sehingga tidak dapat menentukan rasio prevalens karena

rasio prevalens hanya bisa ditentukan jika tabel yang digunakan adalah tabel 2x2.

Oleh karena itu, peneliti melakukan teknik penggabungan sel31

dengan

menggabungan derajat retinopati hipertensif menjadi menjadi 2 klasifikasi

berdasarkan klasifikasi Wong dan Mitchell18

yakni retinopati hipertensif derajat

ringan dan retinopati hipertensif derajat sedang-berat.

Pada klasifikasi retinopati hipertensif berdasarkan Wong dan Mitchell,

gambaran derajat I dan II sulit dibedakan, sehingga digabungkan menjadi

retinopati hipertensif derajat ringan.18

Peneliti juga menggabungkan derajat III

dan IV menjadi derajat sedang-berat karena gambaran cotton-wool spots,

perdarahan retina, dan hard exudates pada derajat III dimasukan ke dalam derajat

sedang pada klasifikasi Wong dan Mitchell

serta gambaran derajat IV yakni

papilloedema dimasukan ke dalam derajat berat

Tabel 4.7. Hubungan Kontrol Tekanan Darah dengan Derajat Retinopati

Hipertensif berdasarkan Klasifikasi Wong dan Mitchell

Kontrol Tekanan Darah

Derajat Retinopati Hipertensif P Rasio

Prevalens

IK 95%

Ringan Sedang-Berat

n % n %

Terkontrol 19 33.3 2 3.5 0.002 5.25 1.9-46.9

Tidak terkontrol 18 31.6 18 31.6

Tabel 4.7 menunjukan pasien hipertensi terkontrol yang mengalami

retinopati hipertensif derajat ringan sebanyak 19 orang (33,3%) dan mengalami

retinopati derajat sedang-berat berjumlah 2 orang (3,5%), sedangkan pasien

hipertensi tidak terkontrol yang mengalami retinopati hipertensif derajat ringan

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

39

sebanyak 18 orang (31,6%) dan mengalami retinopati derajat sedang-berat

sebanyak 18 orang (31,6%).

Berdasarkan uji statistik chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,002, atau

nilai p <0,05 sehingga menunjukan hasil yang bermakna yakni terdapat hubungan

antara kontrol tekanan darah dengan derajat retinopati hipertensif. Rasio prevalens

yang didapatkan dengan mengukur perbandingan antara proporsi pasien hipertensi

tidak terkontrol yang mengalami retinopati hipertensif derajat sedang-berat

dengan proporsi pasien hipertensi terkontrol yang mengalami retinopati

hipertensif derajat sedang-berat, yaitu sebesar 5,25. Interval kepercayaan (IK)

yang didapatkan dari hasil uji statistik yaitu 1,9-46,9. Rasio prevalens pada

penelitian ini memiliki nilai >1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup

angka 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi tidak terkontrol merupakan

faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat.

Pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol memiliki tekanan

darah yang senantiasa meningkat, dan hipertensi sistemik yang tidak terkontrol

ini dapat menyebabkan tanda-tanda mikrovaskular pada mata semakin

memburuk.9,23

Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah secara persisten atau mengakibatkan terjadinya hipertensi urgensi

atau emergensi. Peningkatan tekanan darah secara persisten menyebabkan

penebalan intima, hiperplasia dinding media dan selanjutnya terjadi persilangan

arteri-vena yang bermanifestasi sebagai retinopati hipertensif derajat II.6,24

Hipertensi kronik maupun hipertensi maligna yang akut dapat

menyebabkan nekrosis otot polos dan sel endotel dan terjadi kerusakan barrier

darah-retina sehingga terjadi perdarahan (flame haemorrhages) dan eksudat lipid

(hard exudates), serta selanjutnya dapat terjadi oedema retina dan infark lapisan

serabut saraf (gambaran cotton–wool spots). Pada tahap ini terjadi retinopati

hipertensi derajat III. 21,40

Pada hipertensi maligna terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan

iskemia nervus optikus sehingga terjadi pembengkakan diskus optikus atau

papilloedema, yang bermanifestasi sebagai retinopati hipertensif derajat IV. 6, 24

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

40

4.3 Keterbatasan penelitian

1. Pada penelitian ini digunakan desain cross sectional yang hanya

menggambarkan variabel independen dan dependen yang diteliti pada

waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan

sebab-akibat yang idealnya dilakukan dengan menggunakan desain

kohort.

2. Penentuan kontrol tekanan darah tidak dapat dilakukan dengan

pengukuran langsung tekanan darah dari awal didiagnosis hipertensi,

tetapi hanya berdasarkan kesimpulan dokter di rekam medis.

3. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah pasien hipertensi

yang mendapatkan terapi antihipertensi tetapi penelitian ini tidak

menganalisis jenis terapi hipertensi yang digunakan.

4. Pada penellitian ini penentuan derajat retinopati hipertensif hanya

berdasarkan diagnosis dokter pemeriksa pada rekam medis,

sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya dilakukan dengan

melihat gambaran tanda-tanda mikrovaskular retina menggunakan

oftalmoskop.

5. Pada penelitian ini, dalam penentuan kontrol tekanan darah tidak

membedakan antara hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.

6. Faktor-faktor perancu yang berhubungan dengan derajat retinopati

hipertensif seperti usia, jenis kelamin, dan merokok tidak dapat

dikontrol karena keterbatasan jumlah sampel, serta dislipidemia dan

IMT hanya terdapat pada sebagian rekam medis sampel.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

41

BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Pasien retinopati hipertensif terbanyak berada pada kelompok usia <60

tahun (57,9%), rerata usia pasien 55,05 tahun, jumlah pasien laki-laki lebih

banyak dari pasien perempuan (59,6%), tekanan darah tidak terkontrol

lebih banyak daripada yang terkontrol (63,2%), dan pasien dengan

kebiasaan merokok lebih sedikit daripada yang tidak merokok (26,3%).

b. Pasien retinopati hipertensif derajat I 36,8%, retinopati hipertensif derajat

II 28,1%, retinopati hipertensif derajat III 26,3% dan retinopati hipertensif

derajat IV 8.8%.

c. Jumlah pasien pada setiap derajat retinopati hipertensif menurun sejalan

dengan bertambahnya usia, hanya derajat I yang ada di semua kelompok

usia, dan derajat IV hanya terdapat pada kelompok usia <60 tahun.

d. Pasien retinopati hipertensif derajat I dan II lebih banyak laki-laki (76,2%

dan 56,2%), sedangkan pada derajat III dan IV lebih banyak perempuan

(53,3% dan 60%).

e. Pada retinopati hipertensif derajat I lebih banyak pasien hipertensi

terkontrol (66,7%), sedangkan pada derajat lainnya lebih banyak tidak

terkontrol (68,8% dan 86,7%, dan 100%), dan pasien hipertensi terkontrol

paling banyak mengalami derajat I, sedangkan tidak terkontrol paling

banyak mengalami derajat III.

f. Pada retinopati hipertensif derajat I, II, III, dan IV, pasien yang merokok

lebih sedikit daripada yang tidak merokok (33,3%, 18,8%, 26,7%, dan

20%)

g. Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat retinopati hipertensif

(p=0,005), dan hipertensi tidak terkontrol merupakan faktor resiko

menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat. (RP 5,25 IK 95%

1,9-46,9).

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

42

5.2. Saran

5.2.1. Saran untuk Masyarakat Umum

Bagi pasien retinopati hipertensif disarankan untuk melakukan

pengontrolan hipertensi, baik dengan dengan menjalankan pengobatan hipertensi

secara teratur, menghindari faktor resiko hipertensi, maupun dengan melakukan

kontrol tekanan darah secara rutin, sehingga progresivitas retinopati hipertensif

dapat mencegah.

5.2.2. Saran untuk Rumah sakit

Pengontrolan tekanan darah pada pasien retinopati hipertensif baik dengan

hipertensi esensial maupun sekunder sangat penting dilakukan. Oleh karena itu

pemeriksaan tekanan darah secara rutin perlu dilakukan pada semua pasien

retinopati hipertensif, disertai pemantauan terapi dan faktor resiko agar tekanan

darah pasien senantiasa terkontrol. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskop bagi

pasien hipertensi perlu dilakukan agar dapat mendeteksi retinopati hipertensi

secara dini dan mencegah progresivitas lebih lanjut.

5.2.3. Saran untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian mengenai hubungan kontrol tekanan darah dengan retinopati

hipertensif idealnya menggunakan desain penelitian kohort atau kasus kontrol.

Desain kohort merupakan metode yang paling baik dalam meneliti hubungan

antara faktor resiko dengan suatu penyakit. Selain itu, penentuan kontrol tekanan

darah dan derajat retinopati hipertensif sebaiknya dengan menggunakan

pemeriksaan langsung kepada pasien.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

43

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Raised blood pressure : Situation and trends

[Internet]. 2013 [updated 2013 May 9; cited 2013 May 9]. Available from:

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.

2. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Muntner P, Whelton PK, He Jiang.

Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet. 2005

Jan;365:217–23.

3. World Health Organization. World Health Statistics 2008. France: WHO

Library Cataloguing-in-Publication Data; 2008. 104 p [cited 2013 May 13].

Available from: http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/

EN_WHS08_Full.pdf.

4. The National Institute of Health Research and Development Ministry of

Health Republic of Indonesia. Report of Result National Basic Reasearch

(RISKESDA) 2007. Jakarta: Ministry of Health Republic of Indonesia;

December 2008. 283 p

5. Besharati MR, Rasegar A, Shoja MR, Maybodi ME. Prevalemce of

retinopathy in hypertensive patients. Saudi Med J. 2006;27(11):1725-1728.

6. Wong TY, Mitchel P. The Eye in Hypertension. Lancet [Internet]. 2007 Feb

[cited 2013 May 10];369:425–35. Available from: http://www.ncbi.

nlm.nih.gov/pubmed/17276782.

7. Setyowati S. Faktor-faktor yang Berperan Terhadap Kejadian Retinopati

Hipertensif pada Pasien Hipertensi Esensial Non Diabetik (thesis). Semarang :

Universitas Diponegoro; 2005.

8. Sharp PS, Chaturvedi N, Wormald R, McKeigue PM, Marmot MG, Young

SM. Hypertensive retinopathy in Afro-Caribbeans and Europeans. Prevalence

and risk factor relationships. Hypertension [Internet]. 1995 Jun [cited 2013

May 10]; 25(6):1322-5. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

/7768581.

9. Wong TY, McIntosh R. Hypertensive retinopathy signs as risk indicators of

cardiovascular morbidity and mortality. British Medical Bulletin [Internet].

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

44

2005 Jul [cited 2013 May 10];73 and 74:57–70. Available from:

http://bmb.oxfordjournals.org/content/73-74/1/57.full.

10. Klein R, Klein BE, Moss SE, and Wang Q. Blood pressure, hypertension and

retinopathy in a population. Trans Am Ophthalmol Soc. 1993; 91: 207–226.

11. Wong TY, Hubbard LD, Klein R, Marino EK, Kronmal R, Sharret AR, et al.

Retinal microvascular abnormalities and blood pressure in older people:

Cardiovascular Health Study. Br J Ophthalmol [Internet]. 2002 Mar [cited

2013 May 11]; 86: 1007-1013/ Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.

gov/pmc/articles/PMC1771256/.

12. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al.

Seventh report of the Joint National Committee (JNC 7) on prevention,

detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Hypertension.

2003;42:1206–1252.

13. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J.

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw Hill; 2012.

14. Kaufmann GR. Epidemiology of Hypertension. In: Battegay EJ, Lip GY,

Bakris GL. Hypertension: Principles and Practice. USA: Taylor & Francis

Group; 2005. p. 23-24, 44-45.

15. Kaplan NM, Flynn JT. Kaplan's Clinical Hypertension. 9th

ed. USA:

Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 29-31, 96-103, 241-248.

16. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th ed. USA:

Brooks/Cole; 2010. p. 567-568.

17. Grosso A, Veglio F, Porta M, Grignolo FM, Wong TY. Hypertensive

retinopathy revisited: some answers, more questions. Br J Ophthalmol. 2005;

89:1646–1654.

18. Mitchell P, Wong TY. Hypertensive Retinopathy. N Engl J Med [Internet].

2004 Nov [cited 2013 April 16]; 351: 2310-7. Available from:

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra032865.

19. Sharma YR, Sudan R. Concise Textbook of Ophthalmology. India: Elsevier;

2007.

20. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th

ed. Jakarta:Badan Penerbit

FKUI;2012.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

45

21. Lip P. The Eye and Hypertension. In: Battegay EJ, Lip GY, Bakris GL.

Hypertension: Principles and Practice. USA: Taylor & Francis Group; 2005. p.

303-306.

22. Wang TJ, Ramachandran. Epidemiology of Uncontrolled Hypertension in the

United States. Circulation [Internet]. 2005 Sep [cited 2013 April

16];112:1651-1662. Available from : http://circ.ahajournals.org/content/112/1

1/1651.extract.

23. Chatterjee S. Chattopadhya S, Hope-Ross M. Lip PL. Hypertension and the

eye: changing perspectives. Journal of Human Hypertension. 2002

Oct;16:667-675.

24. Riordan-Eva P, Whitcher JP, editors. Vaughan and Asbury's General

Ophthalmology. 17th ed. USA: The McGraw-Hill Companies;2007.

25. Wong TY, Klein R, Sharrett AR, et al. Retinal microvascular abnormalities

and cognitive impairment in middle-aged persons: the Atherosclerosis Risk in

Communities Study. Stroke [Internet]. 2002 Jun [cited 2013 May 6];33:1487-

92. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12052979.

26. Duncan BB, Wong TY, Tyroler HA, Davis CE, Fuchs FD. Hypertensive

retinopathy and incident coronary heart disease in high risk men. Br J

Ophthalmol [Internet]. 2002 Sep [cited 2013 May 6];86:1002-6. Available

from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12185127.

27. Singer GM, Izhar M, Black HR. Guideline for hypertension: are quality-

assurance measures on target? Hypertension. 2004;43:198-202.

28. Mohler, Townsend. Advanced Therapy in Hypertension and Vascular Disease.

Colombia: BC Decker; 2006.

29. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, 4th

ed.

Jakarta: Sagung Seto; 2011.

30. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

31. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 4th

ed. Jakarta:

Salemba Medika;2009.

32. Yoon SS, Burt V, Louis T, Carroll MD. Hypertension Among Adults in the

United States, 2009–2010. NCHS Data Brief [Internet]. 2012 Oct [cited 2013

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

46

August 31]; 107:1-8. Available from: www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db1

07.pdf.

33. Liew G, Kaushik S, Rochtchina E, Tan AG, Mitchell P, Wang JJ. Retinal

Vessel Signs and 10-Year Incident Age-Related Maculopathy: The Blue

Mountains Eye Study. Ophthalmology. 2006;113:1481-1487.

34. Wang JJ, Mitchell P, Leung H, Rochtchina E, Wong TY, Klein R.

Hypertensive Retinal Vessel Wall Sign in General Older Population:The Blue

Mountains Eye Study. Hypertension [Internet]. 2003 Agt [cited 2013 August

9];42:534-541. Available from: http://hyper.ahajournals.org/content/42/4/

534.full.

35. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di

Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009;59(12):580-587.

36. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Proyeksi Penduduk Indonesia

(Indonesian Population Projection) 2000-2025. Jakarta: Badan Pusat

Statistika; 2005.

37. Chao JR. Lai MY. Azen SP. Klein R. Varma R. Retinopathy in Persons

without Diabetes: The Los Angeles Latino Eye Study. Invest Ophthalmol Vis

Sci. 2007;48:4019-4025.

38. Leung H, Wang JJ. Rochtchina E, Tan AG, Wong TY, Ronald Klein, et al.

Relationships between Age, Blood Pressure, and Retinal Vessel Diameters in

an Older Population. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2003;44:2900–2904.

39. Henderson AD, Biousse V, Newman NJ, Lamirel C, Wright DW, Bruce BB.

Grade III or Grade IV Hypertensive Retinopathy with Severely Elevated

Blood Pressure. Western Journal of Emergency Medicine [Internet]. 2012 Dec

[cited 2013 August 20];13:529-531. Available from: http://www.ncbi.

nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3555579.

40. Sehu KW, Lee WR. Ophthalmic Pathology: An illustrated guide for clinicians.

USA: Blackwell Publishing, Inc; 2005. p. 224.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

47

Lampiran 1

p

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

48

Lampiran 2

Hasil analisis statistik

Descriptives

Statistic Std. Error

usia pasien Mean 55.05 1.751

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 51.54

Upper Bound 58.56

5% Trimmed Mean 55.32

Median 56.00

Variance 174.836

Std. Deviation 13.223

Minimum 21

Maximum 86

Range 65

Interquartile Range 18

Skewness -.284 .316

Kurtosis .078 .623

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

usia pasien .067 57 .200* .991 57 .935

a. Lilliefors Significance Correction

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

49

(Lanjutan)

kelompok usia

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <60 33 57.9 57.9 57.9

60-69 16 28.1 28.1 86.0

70-79 7 12.3 12.3 98.2

>=80 1 1.8 1.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

jenis kelamin pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 23 40.4 40.4 40.4

laki-laki 34 59.6 59.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

derajat retinopati hipertensif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Derajat I 21 36.8 36.8 36.8

Derajat II 16 28.1 28.1 64.9

Derajat III 15 26.3 26.3 91.2

Derajat IV 5 8.8 8.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

50

(Lanjutan)

kontrol tekanan darah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Terkontrol 21 36.8 36.8 36.8

tidak terkontrol 36 63.2 63.2 100.0

Total 57 100.0 100.0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Merokok 15 26.3 26.3 26.3

tidak merokok 42 73.7 73.7 100.0

Total 57 100.0 100.0

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

51

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

52

(Lanjutan)

Page 66: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

53

(Lanjutan)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 14.722a 3 .002

Likelihood Ratio 16.636 3 .001

Linear-by-Linear Association 13.757 1 .000

N of Valid Cases 57

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is 1.84.

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

kontrol tekanan

darah N

derajat retinopati hipertensif terkontrol 21

tidak terkontrol 36

Total 57

Page 67: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

54

(Lanjutan)

Test Statisticsa

derajat retinopati

hipertensif

Most Extreme Differences Absolute .472

Positive .000

Negative -.472

Kolmogorov-Smirnov Z 1.720

Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Grouping Variable: kontrol tekanan darah

Page 68: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

55

(Lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.540a 1 .002

Continuity Correctionb 7.846 1 .005

Likelihood Ratio 10.755 1 .001

Fisher's Exact Test

.003 .002

Linear-by-Linear Association 9.373 1 .002

N of Valid Casesb 57

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.37.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kontrol

tekanan darah (terkontrol /

tidak terkontrol)

9.500 1.924 46.903

For cohort derajat retinopati

hipertensif = ringan 1.810 1.269 2.580

For cohort derajat retinopati

hipertensif = sedang-berat .190 .049 .741

N of Valid Cases 57

Page 69: HUBUNGAN ANTARA KONTROL TEKANAN DARAH DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26397/1/PUSPA... · Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

56

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Puspa Antika

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 29 Februari 1992

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Bukit Sawangan Indah A 14/3 Bojong Sari, Depok

Nomor Telepon/HP : 081318733644

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996 – 1998 : Taman Kanak-Kanak Al-Iman

1998 – 2004 : SDN Parung 01

2004 – 2007 : SMPN 1 Pamulang

2007 – 2010 : SMA Lazuardi Global Islamic School

2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

KARYA ILMIAH YANG PERNAH DIHASILKAN

(2008) Perbandingan Efektivitas Anti Nyamuk Spray Antara Ekstrak Kulit Durian

(Durio zibethinus), Jeruk Mandarin (Citrus nobilis), dan Manggis (Garcinia

mangostana)