76
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Yuni Widyastuti NIM ST13085 PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

1

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN

TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN HIPERTENSI

DI KLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Yuni Widyastuti

NIM ST13085

PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

2

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

3

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yuni Widyastuti

NIM : ST13085

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun

perguruan tinggi lain.

2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan dari Tim Penguji.

3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

Yuni Widyastuti

NIM ST13085

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala keagungan dan kemahabesaranNya. Hanya dengan petunjuk,

rahmat dan karuniaNya hingga penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara

Kualitas Tidur Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi di

Klinik Dhanang Husada Sukoharjo”

Dalam menjalani proses penyusunan penelitian ini tidak sedikit halangan

dan rintangan yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan

penelitian ini. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan

selama penyusunan penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penulis

menghaturkan ucapan terimakasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Meri Oktariani, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan

serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini

4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

yang telah banyak meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan

arahan, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

5

5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku penguji yang telah membantu dalam

penyelesaian penelitian ini.

6. Segenap pasien di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo yang telah berkenan

menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang

telah banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis.

8. Teman-teman S-1 Keperawatan yang telah memberikan motivasi dalam

penyusunan penelitian ini.

9. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian penelitian ini.

Surakarta, 29 Juli 2015

Penulis

v

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN............................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI.................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

ABSTRAK ..................................................................................................... xi

ABSTRACT……………………………………………………………….. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................. 4

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori ................................................................... 7

2.1.1 Konsep Tidur ........................................................... 7

2.1.2 Kekambuhan Hipertensi .......................................... 13

2.1.3 Lansia ....................................................................... 26

2.2. Keaslian Penelitian ............................................................ 29

2.3. Kerangka Teori .................................................................. 28

vi

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

7

2.4. Kerangka Konsep............................................................... 30

2.5. Hipotesis ............................................................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................... 32

3.2 Populasi dan Sampel ............................................................ 33

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 34

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ........ 34

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...................... 35

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ......................... 40

3.7 Etika Penelitian .................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat................................................................. 46

4.2. Analisis Bivariat................................................................... 49

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden ...................................................... 50

5.2. Kualitas Tidur Pasien Hipertensi ......................................... 52

5.3. Kekambuhan Hipertensi....................................................... 53

5.4. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Kekambuhan

Hipertensi ............................................................................. 54

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan .......................................................................... 58

6.2. Saran .................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

8

DAFTAR TABEL

NomorTabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kebutuhan Tidur Manusia ..................................................... 8

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau LebihBerdasarkan Joint National Committe (JNC) VII 2003 15

Tabel 2.3 Keaslian Penelitian..................................................................... 27

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................... 35

Tabel 3.2 Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan KekuatanKorelasi, nilai p dan arah korelasi................................................. 44

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik DhanangHusada Sukoharjo Berdasarkan Umur.......................................... 46

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik DhanangHusada Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................... 47

Tabel 4.3 Jenis Kelamin Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik DhanangHusada Sukoharjo ........................................................................ 47

Tabel 4.4 Kualitas Tidur Pasien Hipertensi yang Berobat di KlinikDhanang Husada Sukoharjo………….......................................... 48

Tabel 4.5. Kekambuhan Hipertensi Pasien Hipertensi yang Berobat di KlinikDhanang Husada Sukoharjo…………......................................... 48

Tabel 4.6. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan KekambuhanHipertensi.................................................................................... 49

viii

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

9

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori 30

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 31

ix

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

10

DAFTAR LAMPIRAN

Normor Lampiran Keterangan

1 F01 Usulan Topik Penelitian

2 F02 Pengajuan Judul Skripsi

3 F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4 F07 Pengajuan Ijin Penelitian

5 Jadwal Penelitian

6 Surat Studi Pendahuluan

7 Surat Ijin Penelitian

8 Surat Keterangan Balasan Penelitian

9 Lembar Permohonan Menjadi Responden

10 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

11 Kuesioner

12 Tabulasi Hasil Penelitian

13 Hasil Penelitian SPSS

14 Lembar Konsultasi

15 Dokumentasi

x

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

11

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Yuni Widyastuti

Hubungan Antara Kualitas Tidur Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan PadaPasien Hipertensi di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo

Abstrak

Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat perubahanpsikososial. Perubahan psikososial akan mempengaruhi kualitas tidur lansia yangberdampak pada terjadinya penyakit kadiovaskuler. Masalah kesehatan akibatproses penuaan dan sering terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu penyakithipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kualitastidur lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi.

Penelitian ini menggunakan metode descriptif correlation dengan desaincross sectional. Teknik sampling menggunakan insidental sampling denganpasien sebanyak 85 pasien hipertensi. Penelitian dilakukan di Klinik DhanangHusada Sukoharjo. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknikanalisis menggunakan korelasi rank spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyaikualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 58 orang (68,2%). Mayoritas respondenmenyatakan sering mengalami kekambuhan hipertensi yaitu sebanyak 56 orang(65,9%). Ada hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhanpada pasien hipertensi dengan nilai rs sebesar 0,617dengan p value (0,000 < 0,05).

Ada hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan padapasien hipertensi sehingga petugas kesehatan hendaknya meningkatkan intensitaspemberian pendidikan kesehatan bagi lansia melalui konseling untuk membantumeningkatkan pemahaman lansia tentang kekambuhan hipertensi dengan harapanpasien dapat menekan atau mengurangi perilaku yang beresiko hipertensi.

Kata Kunci : Kualitas Tidur, kekambuhan hipertensi, lansiaDaftar Pusatka : 39 (2005-2014)

xi

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

12

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Yuni Widyastuti

Correlation between Elderly Sleep Quality and Hypertensive RecurrenceLevel of the Clients at Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo Sukoharjo

ABSTRACT

The elderly experience the decreasing physical functions due topsychosocial changes. The changes will affect their sleep quality, which latermay induce cardiovascular diseases. The health problem which is due to the agingprocess and which frequently attacks the cardiovascular system is hypertensiondisease. The objective of this research is to analyze the correlation between theelderly sleep quality and the hypertensive recurrence level of the patients.

This research used the descriptive correlational research method with thecross-sectional design. It was conducted at Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo.The samples of research consisted of 85 hypertension clients and were taken byusing the incidental sampling technique. The data of research were collectedthrough questionnaire and were analyzed by using the Spearman’s RankCorrelation.

The result of research shows that 58 respondents (68.2%) had a bad sleepquality, and 56 (65.9%) stated that they had frequently experienced thehypertensive recurrence. Thus, there was a correlation between the elderly sleepquality and the hypertensive recurrence level of the patients as indicated by thevalue of 0.617with the p-value 0.000 which is less than 0.05.

The health workers shall improve the intensity of health educationaddressed to the elderly through counselling as to help them to improve theirknowlege of the hypertensive reccurance with an expectation that the hypertensivebehaviors can be minimized or reduced.

Keywords: Sleep quality, hypertension recurrence, elderlyReferences: 39 (2005-2014)

xii

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi adalah suatu kondisi kesehatan kronis utama yang

mempengaruhi hampir satu miliar orang dewasa di seluruh dunia. Jika tidak

diobati, dapat menyebabkan kecacatan serius dan kematian. Meskipun

prevalensi hipertensi menurun di negara-negara maju, prevalensi terus

meningkat di negara-negara berkembang (Witten, et al, 2013).

Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang

menjadi masalah kesehatan sangat serius saat ini. Hipertensi bisa kambuh,

karena secara keseluruhan hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dengan

penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol dan dapat mengurangi

resiko kekembuhan ulang dengan kombinasi modifikasi gaya hidup dan obat

antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah dalam kisaran yang

tidak akan merusak jantung dan organ lain (Agoes, 2008).

Data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita hipertensi

yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%

yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan sampai

tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan

akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia. Prevalensi

hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%.

Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi

di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

2

tidak menyadari kondisi penyakitnya (Maharani, dkk, 2013). Prevalensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18

tahun di provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 26,4% (Depkes RI, 2013).

Kekambuhan penyakit hipertensi atau peningkatan tekanan darah

kembali dapat terjadi apabila dalam satu tahun tanpa minum obat atau juga

dapat disebabkan beberapa hal antara lain adalah tidak kontrol secara teratur,

tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga,

merokok, alkohol dan kafein terutama pada orang yang mempuyai risiko

hipertensi (Marliani dan Tantan, 2007).

Kekambuhan hipertensi dapat menjadi salah satu faktor risiko penting

dalam peningkatan risiko terjadinya penyakit pembuluh darah seperti stroke,

infark miokard, dan semua penyebab kematian yang berhubungan dengan

kelainan pembuluh darah. Walaupun demikian kesadaran dari masyarakat

untuk melakukan kontrol tekanan darah masih jauh dari yang diharapkan

(Pradono, dkk, 2012).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai hubungan

yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan fisiologis

yang terjadi seperti penurunan respons imunitas tubuh, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, penurunan kemampuan kontraktilitas jantung,

berkurangnya elastisitas pembuluh darah, serta kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Perubahan-perubahan inilah yang

menyebabkan peningkatan resistensivaskuler sehingga lansia cenderung lebih

rentan mengalami hipertensi (Setiawan, dkk, 2013).

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

3

Perubahan yang terjadi pada lansia adalah masalah psikososial.

Perubahan psikososial ini berubungan dengan bahwa lansia telah mengalami

pensiun, maka ia akan kehilangan teman, pekerjaan, dan status. Lansia

merasakan atau sadar akan kematiannya, sehingga menimbulkan perasaan

cemas, yang mengakibatkan permasalahan yang menimbulkan gangguan tidur

(Maryam, dkk, 2008).

Meningkatnya jumlah lansia tersebut diiringi dengan permasalahan

kesehatan yang dihadapi. Proses degeneratif pada lansia menyebabkan

terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Salah satu dampak

dari perubahan fisik yang sering dialami lansia adalah terjadinya gangguan

tidur (Majid, 2014). Gangguan tidur menjadi lebih sering dialami dan sangat

mengganggu seiring dengan bertambahnya usia. Setelah berusia diatas 40

tahun tubuh menjadi lebih rentan penyakit, jadi orang tua sering mengalami

tidur yang tidak berkualitas. Tidur adalah fenomena alami, tidur menjadi

kebutuhan hidup manusia. Tidur merupakan bagian hidup manusia yang

memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat hingga sepertiga waktu

digunakan untuk tidur. Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh

manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh

yang rusak (Natural Healing Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk

beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan

biokimiawi tubuh (Noviani, dkk, 2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Nopember

2014 diketahui bahwa cakupan lansia dengan hipertensi bulan Nopember

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

4

2013 – Oktober 2014 adalah sebanyak 1.220 lansia. Hasil wawancara dengan

10 pasien lansia dengan hipertensi yang memeriksakan dirinya di Klinik

Dhanang Husada Sukoharjo, pasien mengatakan bahwa hipertensinya

kambuh karena banyak beban fikiran, merasa pusing, dan sering terbangun

bila tidur. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Antara Kualitas Tidur Lansia

dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi”.

1.2 Rumusan Masalah

Lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat perubahan

fisik, psikososial, kultural, spiritual. Perubahan psikososial akan

mempengaruhi kualitas tidur lansia yang berdampak pada terjadinya penyakit

kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat dari proses penuaan dan sering

terjadi pada sistem kardiovaskuler yang merupakan proses degeneratif,

diantaranya yaitu penyakit hipertensi.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini

dirumuskan permasalahan yaitu : Apakah ada hubungan antara kualitas tidur

lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien

hipertensi.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

5

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden pada pasien hipertensi

b. Mendeskripsikan kualitas tidur lansia yang mengalami hipertensi

c. Mendeskripsikan tingkat kekambuhan pasien hipertensi

d. Menganalisis hubungan kualitas tidur lansia dengan tingkat

kekambuhan pasien hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritik

Dapat menjelaskan hubungan kualitas tidur pada penderita

hipertensi terhadap perubahan perilaku berisiko pada penderita

hipertensi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam

mengembangkan terapi hipertensi non farmakologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini membuat masyarakat dapat

mengetahui lebih banyak tentang faktor yang mempengaruhi

hipertensi dan dapat membantu mereka mengetahui apakah mereka

berisiko terkena hipertensi, sehingga dapat mengantisipasi secara dini

dan dapat meningkatkan kualitas tidurnya.

1.4.2.2 Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan

informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali kualitas tidur

lansia terhadap tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

6

1.4.2.3 Bagi Pasien

Dapat menjadikan kualitas tidur sebagai upaya untuk melakukan

kontrol agar tidak terjadi kekambuhan hipertensi.

1.4.2.4 Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan

kepustakaan untuk memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga

dapat dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses

pendidikan di profesi kesehatan.

1.4.2.5 Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang hipertensi,

peneliti juga dapat mengaplikasikan antara teori dan praktek di

lapangan, sehingga hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

masyarakat atau untuk menambah khasanah bagi penelitian

berikutnya.

1.4.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

peneliti selanjutnya di bidang yang sama di masa mendatang.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1. Konsep Tidur

Tidur adalah suatu keadaan berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur yang cukup dapat

memulihkan tenaga. Tidur dapat memberikan waktu untuk perbaikan dan

penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan berikutnya (Potter &

Perry, 2005)

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat

dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang sesuai. Tidur

yang normal terdiri atas komponen gerakan mata cepat REM (Rapid Eye

Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Tidur NREM dibagi

menjadi empat tahap. Tahap I adalah jatuh tertidur, orang tersebut mudah

dibangunkan dan tidak menyadari telah tertidur. Kedutan atau sentakan

otot menandakan relaksasi selama tahap I. Tahap II dan III meliputi tidur

dalam yang progresif. Pada tahap IV, tingkat terdalam, sulit untuk

dibangunkan (Asmadi, 2008).

Kebutuhan tidur manusia tergantung pada tingkat perkembangan.

Tabel berikut merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia

(Hidayat, 2008).

7

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

8

Tabel 2.1.Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah kebutuhan

0 – 1 bulan

1 bulan - 18 bulan

18 bulan - 3 tahun

3 tahun - 6 tahun

6 tahun - 12 tahun

12 tahun - 18 tahun

18 tahun - 40 tahun

40 tahun - 60 tahun

60 tahun ke atas

Bayi baru lahir

Masa Bayi

Masa Anak

Masa Prasekolah

Masa Sekolah

Masa Remaja

Masa Dewasa

Masa Muda Paruh Baya

Masa Dewasa Tua

14 – 18 jam/hari

12 – 14 jam/hari

11 – 12 jam/hari

11 jam/hari

10 jam/hari

8,5 jam/hari

7 –8 jam/hari

7 jam/hari

6 jam/hari

Sumber : Hidayat (2008)

2.1.1.1 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat

terbangun. Kualitas tidur yang mencakup aspek kuantitatif dari tidur,

seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif, seperti tidur dalam

dan istirahat (Khasanah, 2012).

Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur

yang diakibatkan oleh karena faktor usia dan ditunjang oleh faktor-faktor

penyebab lainnya seperti adanya penyakit. Selama proses penuaan, terjadi

perubahan fisik dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang

khas yang membedakan dari orang yang lebih muda (Hidayat, 2008).

Menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap

kesehatan, karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres,

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

9

konfusi, disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, menurunnya

kemampuan berkonsentrasi, kemampuan membuat keputusan (Potter &

Perry, 2005). Dampak lebih lanjut dari penurunan kualitas ini

menyebabkan menurunnya kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas

sehari-hari yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup

pada lansia (Maryam, dkk, 2008).

2.1.1.2. Kebutuhan tidur pada usia lanjut

Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan tidur

akibat beberapa faktor. Selama penuaan, terjadi perubahan fisik dan

mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang

membedakan dari orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan itu

mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan

jumlah tidur siang. Kurang tidur berkepanjangan dan sering terjadi dapat

mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur setiap orang

berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam perhari

Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur,

tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki

waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur

siang lebih banyak (Hidayat, 2008).

Kecenderungan tidur siang meningkat secara progresif dengan

bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang dipakai untuk tidur

dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

10

dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau

lebih (Perry & Potter, 2005).

2.1.1.3 Fisiologi tidur pada lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan usia.

Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan

usia lanjut. Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan

yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa usia lanjut tidak

memiliki tahap 4 atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun

lebih sering pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk

jatuh tidur. Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap

perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah

mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005).

2.1.1.4 Tanda-tanda kurangnya kualitas tidur

Hidayat (2008), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila

tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami

masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi

menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa

saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.

1. Tanda fisik

Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak

mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang

berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

11

(kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan

kabur, mual dan pusing.

2. Tanda psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak

badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul

halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan

memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

2.1.1.5 Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur

Menurut Perry and Potter (2005) penyebab gangguan atau susah

tidur antara lain adalah sebagai berikut :

1. Faktor psikologi (Stres dan Depresi)

Stres yang berkepanjangan sering menjadi penyebab dari

insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana

dapat menjadi penyebab insomnia transient. Depresi paling sering

ditemukan. Bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak diinginkan

adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, neorosa dan

gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan

tidur.

2. Sakit fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi,

penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode

nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur,

sehingga seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering,

nokturia atau berkemih pada malam hari,dan lansia yang mempunyai

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

12

sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat sebelum tidur

mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan berirama pada

kaki dan tungkai.

3. Faktor lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat

jet, lintasan kereta api, pabrik atau TV tetangga dapat menjadi faktor

penyebab susah tidur.

4. Gaya hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja

yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

5. Usia

Usia merupakan jumlah lamanya kehidupan yang dihitung

berdasarkan tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir. Usia

mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah usia

seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai

masalah.

6. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan status gender dari seseorang yaitu

laki-laki dan perempuan. Wanita secara psikologis memiliki

mekanisme koping yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki

dalam mengatasi suatu masalah. Dengan adanya gangguan secara

fisik maupun secara psikologis tersebut maka wanita akan

mengalami suatu kecemasan, jika kecemasan itu berlanjut maka akan

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

13

mengakibatkan seseorang lansia lebih sering mengalami kejadian

insomnia dibandingkan dengan laki-laki.

2.1.1.6 Pengukuran Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan

untuk mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Kualitas tidur yang baik akan

ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa

semangat untuk melakukan aktivitas. Pengukuran kualitas tidur dapat

menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Agustin, 2012).

PSQI membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan

pemeriksaan 7 komponen : latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur,

efisiensi kebiasan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan

ganggungan fungsi tubuh di siang hari (Angkat, 2009).

2.1.2 Kekambuhan Hipertensi

2.1.2.1 Definisi

Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu

penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor

penyebab (Sheewangisaw, 2012). Kekambuhan merupakan keadaan klien

hipertensi dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan

mengakibatkan klien hipertensi harus di rawat kembali (Andri 2008).

Tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah

sistolik lebih besar dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah

diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg dalam 2 kali pengukuran

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

14

dengan jarak pemeriksaan minimal sekitar 10 menit (Bawazier, 2008),

sedangkan menurut Yeni, dkk (2010) menyatakan bahwa hipertensi

merupakan keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah di atas normal. Menurut Joint National Commitee 7th bahwa

hipertensi terjadi apabila tekanan darah systolic 140 mmHg dan/atau

tekanan darah diastolic = 90 mmHg (Asmadi, 2008)

Kekambuhan hipertensi dimaknai sebagai timbulnya gejala

meningkatnya tekanan darah sebesar 140/90 mm/Hg. Distribusi penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kecenderungan

kekambuhan hipertensi yang tinggi. Beberapa faktor yang turut

mempengaruhi kekambuhan hipertensi antara lain riwayat penyakit dan

perilaku hidup sehat pasien hipertensi (Muhlisin dan Laksono, 2011).

Kekambuhan penyakit hipertensi atau peningkatan darah kembali

disebabkan oleh beberapa hal yakni tidak kontrol secara teratur, tidak

menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga, berhenti

merokok mengurangi alkohol, kafein dan mengurangi stres terutama pada

orang yang mempunyai faktor resiko hipertensi (Marliani dan Tantan,

2007).

2.1.2.2 Klasifikasi Hipertensi

WHO menyatakan bahwa batas normal tekanan darah sistolik adalah

120–140 mmHg dan tekanan diastolik adalah 80–90 mmHg. Hipertensi

yang terjadi pada seseorang adalah apabila tekanan darahnya > 140/90

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

15

mmHg. Menurut JNC VII 2003 (The seventh report of the joint National

on Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood

pressure) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun

apabila tekanan sistoliknya 140–159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90–

99 mmHg maka dinyatakan menderita hipertensi stadium I. Apabila

tekanan sistoliknya lebih dari 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100

mmHg maka dinyatakan menderita hipertensi stadium II sedangkan

apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya

lebih dari 116 mmHg maka dinyatakan hipertensi stadium III dan apabila

tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi

serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, seperti

serangan jantung, dan stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan

masalah mata (Palmer dan William, 2007).

Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan

JNC dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.2.Klasifikasi Tekanan Darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan

Joint National Committee (JNC) VII 2003

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah

Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi Stadium 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Stadium 2 > 160 > 100

Sumber : (Firstyani, 2011)

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

16

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa prehipertensi

bukan merupakan kategori patologis. Istilah ini digunakan untuk pasien

dengan faktor risiko tinggi kolesterol sehingga baik pasien atau dokter

menjadi waspada akan risiko ini dan dapat melakukan pencegahan.

Pemberian obat-obatan anti hipertensi pada kasus prehipertensi tidak

dibenarkan kecuali pada pasien yang menderita diabetes melitus atau

kelainan ginjal dan gagal menurunkan tekanan darahnya sampai pada <

130 mmHg dengan modifikasi gaya hidup (Bawazier, 2008).

2.1.2.3 Jenis Hipertensi

Menurut Herlinah, dkk (2013), tekanan darah tinggi terbagi menjadi

dua jenis yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Hipertensi primer (esensial) yaitu adanya peningkatan persisten

tekanan arteri yang disebabkan karena ketidakteraturan mekanisme

kontrol homeostatik normal. Jenis hipertensi ini tidak diketahui

penyebabnya, tetapi hal ini terjadi 90% dari kasus hipertensi.

Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang timbul

akibat interaksi beberapa faktor risiko, antara lain meliputi :

a. Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas,

aktivitas fisik, dan stres.

b. Faktor genetis dan usia.

c. Sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan variasi diurnal.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

17

d. Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan

vasodilatasi.

e. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem

renin, angiotensin, dan aldosteron.

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten yang dikarenakan

adanya kelainan dasar kedua selain hipertensi primer. Jenis hipertensi

ini diketahui penyebabnya dan hal ini terjadi 10% dari kasus-kasus

hipertensi.

2.1.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada umumnya penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak

merasakan adanya gejala, namun secara tidak sengaja beberapa gejala

terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi

walaupun terkadang gejala tersebut juga bukan menjadi penyebab

hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari

hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik

pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah

yang normal (Ridwan, 2008).

Hipertensi yang sudah terjadi pada level yang berat atau menahun

dan tidak diobati, dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain adalah

sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan

menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung dan ginjal. Penderita hipertensi berat terkadang juga mengalami

penurunan kesadaran hingga dapat terjadi koma karena adanya

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

18

pembengkakan otak. Hal ini disebut dengan ensefalopati hipertensif dan

apabila hal ini terjadi maka harus segera mendapatkan penanganan

(Ridwan, 2008).

2.1.2.5 Etiologi Hipertensi

Sampai saat ini hipertensi primer tidak diketahui dengan pasti

penyebabnya, hal ini dikarenakan tekanan darah tinggi esensial atau primer

tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini

disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder

dapat disebabkan oleh faktor primer misalnya adalah kerusakan ginjal,

gangguan obat, stres yang akut, kerusakan yang terjadi pada vaskuler dan

yang lainnnya. Risiko kejadian hipertensi sangat tergantung pada jumlah

dan keparahan dari faktor penyebab ataupun faktor risiko yang dapat

dimodifikasi ataupun yang tidak dapat dimodifikasi (Anggraini, dkk,

2009).

Anggraini, dkk (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang tidak

dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, usia, jenis kelamin, dan etnis

sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi antara lain adalah stres,

kegemukan dan nutrisi. Masing-masing penjelasannya adalah sebagai

berikut :

1. Faktor genetik

Risiko terjadinya hipertensi dapat disebakan karena adanya

faktor genetik pada keluarga yang mempunyai hipertensi, hal tersebut

dapat terjadi karena adanya hubungan dengan meningkatnya kadar

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

19

sodium intraseluler dan rendahnya rasio potasium dengan sodium

individu. Orang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi

mempunyai risiko dua kali lebih besar terjadi hipertensi dibandingkan

pada pada keluarga yang tidak mempunyai riwayat hipertensi. 70-80%

kasus hipertensi esensial terjadi karena adanya riwayat hipertensi

dalam keluarga (Anggraini, dkk, 2009).

2. Usia

Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya

usia. Sebanyak 50-60%, pasien dengan usia lebih 60 tahun

mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal ini merupakan pengaruh karena degenerasi yang terjadi

karena proses bertambahnya usia pada seseorang. Tekanan darah

tinggi merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor atau

disebabkan oleh multi faktorial. Adanya pertambahan usia maka

tekanan darah juga akan meningkat. Setelah usia 45 tahun, dinding

arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat

kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-

angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik

meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang

pada penambahan usia sampai dekade ke tujuh sedangkan tekanan

darah diastolik meningkat sampai dekade ke lima dan ke enam

kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan usia akan

menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

20

peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan

tekanan darah yaitu reflek baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang

dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun

(Anggraini, dkk, 2009).

3. Jenis kelamin

Pada pria dan wanita maka prevalensi terjadinya hipertensi

adalah sama, namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler

sebelum menopause. Pada wanita yang belum menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berfungsi untuk meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL). Kolesterol HDL dengan kadar yang

tinggi menjadi faktor pelindung untuk mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Pengaruh perlindungan estrogen merupakan faktor

penjelas adanya kekebalan wanita usia premenopause. Akhirnya

wanita mulai kehilangan hormon estrogen pada saat premenopause

yang biasanya melindungi pembuluh darah dari kerusakan sedikit

demi sedikit. Hal ini terus berlangsung dimana hormon estrogen

secara alami berubah jumlah atau kuantitasnya sesuai dengan usia

wanita, dan pada umumnya hal ini terjadi pada saat wanita berumur

45-55 tahun (Anggraini, dkk, 2009).

4. Etnis

Orang yang mempunyai kulit hitam lebih banyak mengalami

tekanan darah tinggi dibandingkan pada orang yang berkulit putih,

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

21

akan tetapi sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti,

dimana pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih

rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar (Anggraini,

dkk, 2009).

5. Obesitas

Berat badan menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi pada

mayoritas kelompok etnik di semua tingkatan usia. National Institutes

for Health USA (,1998) menyatakan bahwa prevalensi tekanan darah

tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 (obesitas)

untuk pria adalah 38% dan untuk wanita sebesar 32%, dibandingkan

dengan prevalensi untuk pria 18% dan untuk wanita 17% bagi yang

memiliki IMT < 25. Terjadinya perubahan fisiologis dapat

menerangkan hubungan kelebihan berat badan dengan terjadinya

tekanan darah tinggi, yaitu terjadinya resistensi insulin dan

hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,

sehingga menyebabkan perubahan fisik yang terjadi pada ginjal.

Bertambahnya konsumsi energi juga dapat meningkatkan insulin

plasma, dimana natriuretik potensial dapat menyebabkan terjadinya

reabsorpsi natrium dan meningkatkan tekanan darah yang terus

menerus (Anggraini, dkk, 2009).

6. Pola asupan garam dalam diet

Rekomendasi dari World Health Organization (WHO) bahwa

pola konsumsi garam yang tepat dapat mengurangi risiko terjadinya

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

22

hipertensi yaitu tidak lebih dari 100 mmol atau sekitar 2,4 gram

sodium atau 6 gram garam setiap harinya. Kelebihan konsumsi

natrium dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di

dalam cairan ekstraseluler, sehingga untuk menormalkan maka harus

menarik cairan intraseluler ke luar agar volume cairan ekstraseluler

mengalami peningkatan. Peningkatan volume cairan ekstraseluler

dapat menyebabkan volume darah mengalami peningkatan, sehingga

mempengaruhi atau berefek pada timbulnya hipertensi, berdasarkan

hal tersebut maka dianjurkan untuk membatasi ataupun mengurangi

konsumsi natrium/sodium. Garam dapur yang sering disebut juga

dengan natrium klorida merupakan sumber natrium/sodium yang

utama, penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium

karbonat. Setiap hari konsumsi garam dapur yang mengandung

iodium dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari atau sama dengan

satu sendok teh, akan tetapi karena budaya masak terkadang membuat

masyarakat menjadi boros dalam menggunakan garam dan MSG

(Anggraini, dkk, 2009).

7. Merokok

Hipertensi juga dapat disebakan karena kegiatan merokok.

Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan kejadian

hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang

mengalami ateriosklerosis. Penelitian yang dilakukan oleh Bowman

dengan model Kohort – Prospektif pada 28.236 sampel yang pada

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

23

awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,

36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang

rokok per hari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang per

hari. Subyek terus diteliti dalam median waktu selama 9,8 tahun

(Bowman, et al, 2007). Hasil penelitian Arif, dkk (2013) menunjukkan

bahwa merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi.

9. Tipe kepribadian

Tipe kepribadian juga berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Pola perilaku tipe A terbukti mempunyai hubungan dengan kejadian

hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai

dengan kriteria dari Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi

dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang dimodifiksi.

Mengenai mekanisme pola perilaku tipe A dalam menimbulkan

hipertensi banyak penelitian yang menghubungkannya dengan sifat

yang ambisius, suka bersaing, bekerja yang tidak pernah lelah, selalu

dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan

mengeluarkan katekolamin sehingga prevalensi kadar kolesterol

serum mengalami peningkatan, sehingga akan mempermudah

terjadinya aterosklerosis. Stres juga dapat meningkatkan resistensi

pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi

aktivitas saraf simpatis. Stres ini berhubungan dengan pekerjaan, kelas

sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Anggraini, dkk, 2009).

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

24

10. Kualitas tidur

Hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu

riwayat keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang

kurang baik dan durasi atau kualitas tidur (Anggraini, dkk, 2009).

2.1.2.6 Penatalaksanaan

Salah satu tujuan dari penyembuhan pasien yang mengalami

hipertensi antara lain yaitu target tekanan darah menjadi < 140/90 mmHg

dan untuk pasien yang berisiko tinggi seperti diabetes melitus, gagal ginjal

target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg, penurunan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit ginjal (Herlinah,

dkk, 2013). Menurut Anggraini, dkk (2009), penatalaksanaan yang

dilaksanakan ada dua metode :

1. Terapi Non Farmakologis

Terapi non farmakologis antara lain adalah dengan berhenti

merokok, menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi konsumsi

alkohol, membatasi asupan garam dan asupan lemak, serta melakukan

latihan fisik dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

a. Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas)

Meningkatnya berat badan di usia dewasa sangat

berpengaruh pada tekanan darahnya, berdasarkan hal tersebut

maka sangat penting untuk melakukan manajemen berat badan

dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

25

b. Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik

Orang dengan aktivitas yang rendah mempunyai risiko

mengalami hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena

itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari sangat

penting sebagai bentuk pencegahan primer dari kejadian

hipertensi.

c. Mengurangi asupan natrium

Upaya yang lain adalah mengurangi asupan nutrium dan

apabila diet tidak membantu dalam jangka waktu 6 bulan, maka

perlu diberikan obat anti hipertensi oleh dokter.

d. Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol

Perlunya mengurangi konsumsi kafein dan alkohol karena

kafein dapat memacu jantung bekerja menjadi lebih cepat,

sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya,

sementara dengan mengkonsumsi alkohol yang lebih dari 2-3

gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi, sehingga

alkoholpun juga harus dikurangi.

2. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis adalah obat anti hipertensi yang disarankan

oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau

aldosteron antagonis, beta blocker, calciumchanel blocker atau

calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI),

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/

blocker (ARB).

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

26

2.1.3 Lansia

2.1.3.1 Pengertian

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi

4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 –59 tahun, lanjut usia

(elderly) adalah 60 –74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 –90 tahun dan

usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).

Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik,

perubahan psikososial, perubahan kultural dan perubahan spiritual.

Perubahan fisik antara lain adalah perubahan penurunan sel, sistem

persyarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, pola tidur, sistem

kardiovaskular dan sistem muscoleskelatal. Perubahan psikososial lansia

dapat berupa lansia akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan

finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan.

Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki

sesuatu. Perubahan spiritual lansia adalah semakin mendekatkan diri,

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Maryam, dkk,

2008).

2.1.3.2 Hipertensi Pada Lansia

Lansia (Lanjut Usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.

Penggolongan lansia menurut Depkes dibagi menjadi tiga kelompok yakni

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

27

kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas)

dan lansia resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) (Widyasari dan Candrasari,

2010).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan

fisiologis yang terjadi seperti penurunan respons imunitas tubuh, katup

jantung menebal dan menjadi kaku, penurunan kemampuan kontraktilitas

jantung, berkurangnya elastisitas pembuluh darah, serta kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Perubahan-perubahan

inilah yang menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler sehingga lansia

cenderung lebih rentan mengalami hipertensi (Setiawan, dkk, 2013).

Penyakit hipertensi pada lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai

dengan hipertensi sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap

atau kurang dari 90 mmHg yang memberi gejala yang berlanjut, seperti

stroke, penyakit jantung koroner (Herlinah, dkk, 2013).

Menurut Yogiantoro (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi

pada lanjut usia adalah :

1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat

proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi

glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan

bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau

penurunan kadar natrium.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

28

3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua

akan meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang

mengakibatkan hipertensi sistolik.

4. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan

subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di

tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer

dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

29

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.3. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil PenelitianUmami danPriyanto(2013)

Hubungan KualitasTidur dengan FungsiKognitif danTekanan Darah PadaLansia di DesaPasuruhanKecamatanMertoyudanKabupaten Magelang

Chi square Ada hubungankualitas tidur denganfungsi kognitif danada hubungankualitas tidur dengantekanan darah padalansia

Muhlisin danLaksono(2011)

Analisis PengaruhFaktor StresTerhadapKekambuhanPenderita HipertensiDi PuskesmasBendosari Sukoharjo

Chi square Ada pengaruh stresterhadapkekambuhanpenderita hipertensi

Angkat (2009) Hubungan LamaTidur denganPerubahan TekananDarah Pada Lansiadengan Hipertensi diPosyandu LansiaDesa Karangaren

t-test and korelasiproduct moment

Ada perubahan yangsignifikan antaratekanan darah baiksistolik maupundiastolik sebelumdan sesudah tidur.Tidak ada hubunganlama tidur denganperubahan tekanandarah

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

30

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka BerpikirSumber : Marliani (2007). Anggraini, dkk (2009), Maryam, dkk (2008),

Yogiantoro (2006),

Lansia

Penyebab HipertensiPrimerTidak bisa dimodifikasi Usia, Jenis kelamin, Genetik Etnis

Bisa dimodifikasi: Stres Obesitas Kebiasaan Merokok Diit makan Aktivitas Fisik

PerubahanPsikososial

Perubahan fisik PerubahanMental

PerubahanSpiritual

Perubahan fisik : penurunan sel, sistem persyarafan, sistempendengaran, sistem penglihatan, pola tidur, sistem kardiovaskulardan sistem muscoleskelatal.Perubahan psikososial : kehilangan finansial, kehilangan status,kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan.Perubahan mental : mudah curiga, pelit atau tamakPerubahan spiritual : lebih dekat dengan Tuhan.Mempengaruhi kualitas tidur.

Kekambuhanhipertensi

Hipertensi pada lansia Penurunan kadar renin Peningkatan sensitivitas terhadap asupan

natrium Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

31

2.4 Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”

(Arikunto, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan kualitas tidur dengan kekambuhan hipertensi.

Ha : Ada hubungan kualitas tidur dengan kekambuhan hipertensi.

Kualitas Tidur Kekambuhanhipertensi

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan

jenis rancangan descriptif correlation yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan

perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.

Penelitian ini menggunakan design penelitian cross sectional yaitu jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini,

variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat,

jadi tidak ada tindak lanjut. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau

efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab

(variabel independen) (Nursalam 2013).

Penelitian kuantitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada data-

data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya,

pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian interensial (dalam rangka

pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Pada umumnya, penelitian

kuantitatif merupakan penelitian sampel besar (Azwar 2012).

32

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

33

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek peneliitan. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010). Dalam

penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang

Husada Sukoharjo.

3.2.2 Sampel

Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua pasien hipertensi

yang berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo dengan menggunakan

insidental sampling yaitu dengan mengambil pasien hipertensi yang berobat

di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo yang ditemui peneliti dan cocok

digunakan sebagai sumber data dalam penelitian pada bulan Februari –

Maret 2015 dengan minimal sampel 30 responden. Kriteria inklusi sebagai

berikut :

1. Pasien berusia 45 tahun ke atas

2. Pasien pernah mengalami hipertensi lama (lebih dari satu tahun)

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini :

1. Pasien baru mengalami hipertensi (kurang dari satu tahun).

2. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3. Pasien yang sudah mengalami kepikunan.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

34

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini akan dilaksanakan di

Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Waktu penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015.

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel

independen (bebas) yaitu kualitas tidur dan variabel dependen (terikat) yaitu

kekambuhan hipertensi.

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo

2010).

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

35

Tabel 3.1Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala SkorKualitas tidur Penilaian terhadap

tidur nyenyak padalansia yangdiperlihatkandengan berapalama tidur dalam24 jam,jumlah tidur siang,keadaansaat tidur, dangangguan tidurpada lansia.

Kuesioner Ordinal > 5kualitastidurburuk

< 5kualitastidur baikbaik

Kekambuhanhipertensi

Kekambuhanmerupakankeadaan klienhipertensi dimanamuncul gejalayang sama sepertisebelumnya danmengakibatkanklien hipertensiharus dirawatkembali

Kuesioner Ordinal Kadang-kadangbila < 5kalidalamsatutahun

Seringbila > 5kalidalamsetahun

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

1. Variabel bebas (kualitas tidur)

Instrumen penelitian kualitas tidur menggunakan kuesioner.

Pengukuran kualitas tidur dapat menggunakan kuesioner The Pittsburgh

Sleep Quality Index (PSQI). PSQI membedakan antara tidur yang baik

dan tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

36

komponen : latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur, efisiensi kebiasan

tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan ganggungan fungsi

tubuh di siang hari (Agustin, 2012).

PSQI terdiri atas 18 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yang

bernilai 0 (untuk yang mudah) sampai 3 (untuk yang sulit). Dimana bila

jumlah skor > 5 artinya orang tersebut mengalami gangguan tidur.

2. Variabel terikat (kekambuhan hipertensi)

Pengukuran kekambuhan hipertensi menggunakan kuesioner

dengan tentang seberapa sering hipertensi tersebut kambuh. Kriteria

pengukuran menggunakan kadang-kadang bila < 5 kali dalam satu

tahun melakukan pemeriksaan hipertensi dan > 5 kali dalam satu tahun

melakukan pemeriksaan hipertensi maka dinyatakan sering.

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan

tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam

penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi

product moment. Rumus korelasi product moment adalah:

Keterangan:

}y-y{n}xx{

y).x(-xy)n.(2222

nrxy

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

37

rxy : Koefisien korelasi product moment

n : Jumlah responden

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS

(Statistical Program for Social Science) Ver. 17,0. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel pada taraf signifikan 5%

(Ghozali, 2009).

Uji validitas The Pittsburgh Sleep Quality Indekx (PSQI) telah

dilakukan dalam penelitian Agustin (2012) dengan melakukan uji

coba kepada 30 orang responden dengan hasil bahwa bahwa r hitung

(0,410-0,831) > r tabel (0,361).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang

baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih

jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai

dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama

hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan

Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS Ver 17,0.

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

38

t

b

k

kr

2

2

11 11

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2 = Varians total

Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,70)

(Ghozali, 2009).

Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan

reliabilitas karena skala PSQI telah memiliki konsistensi internal dan

koefisien reliabilitas (Cronbach Alpha) sebesar 0,830. Hal ini juga

diperkuat dari penelitian Komalasari, dkk (2012) dalam penelitiannya

tentang kualitas tidur sudah tidak melakukan uji validitas karena

kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner baku yaitu

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, memiliki

konsistensi internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach Alpha)

sebesar 0,83.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa–peristiwa atau hal

sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian

(Arikunto, 2010). Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara

memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner

pada responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

39

Responden diminta mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil

pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil

dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Data

primer dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kualitas tidur dan

kekambuhan hipertensi.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara

langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder

dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber

lain yang mendukung penelitian ini serta data rekam medis.

3. Langkah – langkah pengumpulan data.

a. Setelah mendapat ijin dari Klinik Dhanang Husada Sukoharjo,

peneliti bekerja sama dengan perawat dalam pelaksanaan penelitian

dan pengumpulan data tentang kualitas tidur dan kekambuhan

hipertensi.

b. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan,

manfaat penelitian kemudian memberikan informed consent.

c. Jika calon responden menyetujui dijadikan responden dalam

penelitian, peneliti meminta responden untuk menandatangi lembar

informed consent.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

40

d. Peneliti memberikan kuesioner bagi responden yang bisa mengisi

sendiri sedangkan bagi responden yang ingin dibantu maka data

diisi oleh peneliti.

3.6 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah

yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum

melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih

dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data

tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:

1. Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi

kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan

untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian. Dalam

penelitian ini editing dilakukan untuk memeriksa kembali kuesioner

yang telah diisi responden, apabila belum lengkap maka peneliti

mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner tersebut hingga

lengkap.

2. Coding atau mengkode data merupakan suatu metode untuk

mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam

symbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi

yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

41

menggunakan angka 1,2,3 dan seterusnya. Dalam penelitian ini coding

dilakukan untuk membagi kriteria sebagai berikut :

a. Kualitas Tidur

Kualitas tidur buruk diberi koding 1

Kualitas tidur baik diberi koding 2

b. Kekambuhan Hipertensi

Kekambuhan hipertensi kadang-kadang diberi koding 1

Kekambuhan hipertensi sering diberi koding 2

3. Entri data merupakan proses memasukkan data ke dalam komputer,

dalam hal ini adalah dimasukkan ke dalam program excel terlebih

dahulu kemudian dimasukkan ke dalam program SPSS.

4. Tabulasi merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria

tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item, dalam penelitian

ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden, kualitas tidur

dan kekambuhan hipertensi.

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian distribusi frekuensi terdiri dari usia, pendidikan,

jenis kelamin, kualitas tidur, dan kekambuhan hipertensi.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

42

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui keterkaitan dua variabel (Notoatmodjo 2010). Analisis

bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Data yang digunakan untuk pengujian

hipotesis ini berasal dari variabel kualitas tidur (X) dan variabel

kekambuhan hipertensi (Y) yang pengukurannya menggunakan skala

ordinal yaitu tingkat pengukuran yang memungkinkan peneliti

mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah ke tingkat

yang paling tinggi, melalui pengukuran ini penulis dapat membagi

respondennya ke dalam urutan ranking atas dasar sikapnya pada objek

atau tindakan tertentu, maka dalam menguji hipotesis ini digunakan

teknik statistik non parametrik. Hipotesis ini akan diuji dengan

menggunakan analisis korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank

Spearman menurut Sugiyono (2010) digunakan untuk mencari

hubungan atau untuk menguji spesifikasi hipotesis assosiatif, bila

masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan

sumber data antar variabel tidak harus sama.

Rumus untuk mengukur koefisien Rank Spearman adalah

sebagai berikut :

= 1 − 6∑( − 1)

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

43

Keterangan :

= koefisien korelasi Rank Spearman

di = selisih mutlak antara rangking data variabel X dan variabel Y

n = banyaknya responden atau sampel yang diteliti (Sugiyono, 2010)

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai α

0,05. Kriteria keputusan :

a. Apabila rs hitung < rs tabel atau p value > 0,05 maka hipotesa

nol (Ho) diterima dan Ha ditolak berarti kualitas tidur tidak

mempunyai hubungan dengan kekambuhan hipertensi

b. Apabila rs hitung > rs tabel atau p value < 0,05, maka hipotesa

nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, berarti kualitas tidur

mempunyai hubungan dengan kekambuhan hipertensi.

Menurut Dahlan (2011) interpretasi dari kekuatan korelasi dapat

dilihat sebagai berikut :

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

44

Tabel 3.2Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan

Kekuatan Korelasi, nilai p dan arah korelasi

No. Paramater Nilai Interpretasi1 Kekuatan

Korelasi0.00 – 0.1990.200 – 0.3990.400 – 0.5990.600 – 0.7990.800 – 1.000

Sangat lemahLemahSedangKuatSangat Kuat

2 Nilai p p < 0,05

p > 0,05

Terdapat korelasi yangbermakna antara dua variabelyang diuji

Tidak Terdapat korelasi yangbermakna antara dua variabelyang diuji

3 Arahkorelasi

+ (postif)

- (negatif)

-

Searah, semakin besar nilaisatu variabel semakin besarpula nilai variabel lainnya

Berlawanan arah, semakinbesar nilai satu variael,semakin kecil nilai variabellainnya

3.7 Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian yang harus diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut:

3.7.1 Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

45

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara

lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-

lain.

3.7.2 Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Masaalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Umur pasien hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang Husada

Sukoharjo

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1.Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang

Husada Sukoharjo Berdasarkan Umur

Umur f %45 – 59 tahun 25 29.460 – 74 tahun 60 70.675 – 90 tahun 0 0,0

di atas 90 tahun 0 0,0Total 85 100.0

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa responden dengan usia 45-49

tahun sebesar 25 orang (29,4%), usia 60 – 74 tahun sebanyak 60 orang

(70,6%) dan tidak ada responden dengan usia 75 – 90 tahun dan di atas

90 tahun. Berdasarkan hal tersebut maka mayoritas responden berusia

lebih dari 60 – 74 tahun.

4.1.2 Pendidikan pasien hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang Husada

Sukoharjo

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

46

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

47

Tabel 4.2.Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang

Husada Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan f %SD 39 45.9

SMP 21 24.7

SMA/SLTA 25 29.4Total 85 100.0

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan SD sebanyak 39 orang (45,9%), tingkat pendidikan SMP

sebanyak 21 orang (24,7%) dan tingkat pendidikan SMA/SLTA

sebanyak 25 orang (29,4%). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa

mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SD.

4.1.3 Jenis kelamin pasien hipertensi yang berobat di klinik Dhanang Husada

Sukoharjo

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Hipertensi

yang Berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo

Jenis Kelamin f %Perempuan 31 36.5Laki-laki 54 63.5

Total 85 100.0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 31 orang (36,5%) dan laki-laki sebanyak 54 orang

(63,5%). Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas

responden adalah laki-laki.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

48

4.1.4 Kualitas tidur pasien hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang Husada

Sukoharjo

Hasil analisis univariat variabel kualitas tidur pasien hipertensi

yang berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo dapat dilihat pada

tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4.Kualitas Tidur Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang

Husada Sukoharjo

Kualitas tidur f %Baik 27 31.8

Buruk 58 68.2Total 85 100.0

Tabel 4.9. menunjukkan bahwa kualitas tidur responden baik

sebanyak 27 orang (31,8%) sedangkan kualitas tidur pasien yang buruk

sebanyak 58 orang (68,2%), sehingga mayoritas responden mempunyai

kualitas tidur yang buruk.

4.1.5 Kekambuhan hipertensi pasien yang berobat di klinik Dhanang Husada

Sukoharjo

Hasil analisis univariat variabel kekambuhan hipertensi pasien

hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo dapat

dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5.Kekambuhan Hipertensi Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik

Dhanang Husada Sukoharjo

Kekambuhan hipertensi f %Kadang-kadang 29 34.1

Sering 56 65.9Total 85 100.0

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

49

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa pasien dengan kekambuhan

hipertensi kadang-kadang sebanyak 29 orang (34,1%) dan pasien yang

sering mengalami kekambuhan hipertensi sebanyak 56 orang (65,9%),

sehingga mayoritas responden mempunyai kekambuhan hipertensi yang

sering.

4.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (kualitas tidur) dan variabel terikat (kekambuhan hipertensi). Analisis

data dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Spearman Rank dengan

program SPSS dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6.Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Kekambuhan Hipertensi

Keterangan Korelasi Rank Spearmanrs p value

Hubungan antara kualitas tidurdengan kekambuhan hipertensi

0,617 0,000

Dari hasil tabel tersebut diperoleh nilai korelasi rs sebesar 0,617

dengan signifikansi 0,000 yang berarti (0,000 < 0,05) sehingga ada hubungan

antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien

hipertensi. Nilai korelasi terletak diantara 0,600 – 0,799 sehingga kekuatan

korelasi antara kualitas tidur dengan kekambuhan hipertensi adalah kuat.

Nilai koefisien korelasi bernilai positif sehingga semakin buruk kualitas tidur

lansia dapat meningkatkan kekambuhan hipertensi.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

50

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Karakteristik resonden berdasarkan usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

mempunyai usia 60 – 74 tahun sebanyak 60 orang (70,6%). Hipertensi

ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang

intermiten atau menetap. Insiden hipertensi dapat meningkat seiring

dengan bertambahnya usia. Sekitar 60% lansia akan mengalami

hipertensi setelah berusia 75 tahun.

Anggraini, dkk (2009) menyatakan bahwa adanya pertambahan

usia maka tekanan darah juga akan meningkat, dimana setelah usia 45

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah

akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah

sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang

berkurang pada penambahan usia sampai dekade ke tujuh sedangkan

tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade ke lima dan ke

enam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan usia

akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut

terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik.

50

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

51

5.1.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan

tingkat pendidikan SD sebanyak 39 orang (45,9%). Tingkat pendidikan

seseorang berhubungan dengan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Notoatmodjo (2010) bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan semakin mudah dalam memahami informasi,

sehingga seseorang dapat mencegah perilaku berisiko hipertensi. Hal ini

sesuai dengan penelitian dari Sigarlaki (2006) bahwa tingkat pendidikan

berhubungan dengan kejadian hipertensi.

5.1.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah

laki-laki yaitu sebanyak 54 orang (63,5%). Zuraya (2015) menyatakan

bahwa laki-laki lebih tinggi resiko mengidap penyakit hipertensi dari

pada perempuan, hal ini karena laki-laki lebih banyak melakukan

kebiasaan hidup yang bisa menimbulkan hipertensi seperti merokok,

pemarah, mengkonsumsi minuman alkohol dan lainnya, sehingga

dengan kondisi demikian, katanya, laki-laki sedikit lebih banyak

berpotensi mengidap penyakit hipertensi dari pada kaum perempuan.

Hal ini memperkuat pernyataan dari Sigarlaki (2006) yang menyatakan

bahwa faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat

terkontrol yaitu jenis kelamin

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

52

5.2. Kualitas Tidur Pasien Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 58 orang (68,2%).

Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa tidur adalah suatu keadaan

berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode

tertentu. Tidur yang cukup dapat memulihkan tenaga. Tidur dapat

memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk

periode keterjagaan berikutnya.

Perry and Potter (2005) juga menyatakan bahwa penyebab gangguan

atau susah tidur salah satunya disebabkan oleh usia. Usia merupakan jumlah

lamanya kehidupan yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai ulang

tahun terakhir. Usia mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah

usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai

masalah. Yogiantoro (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

hipertensi pada lanjut usia bahwa peningkatan sensitivitas terhadap asupan

natrium. Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan

atau penurunan kadar natrium.

Hidayat (2008) menyatakan bahwa sebagian besar lansia berisiko

tinggi mengalami gangguan tidur akibat beberapa faktor. Selama penuaan,

terjadi perubahan fisik dan mental yang diikuti dengan perubahan pola tidur

yang khas yang membedakan dari orang yang lebih muda. Perubahan-

perubahan itu mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan

peningkatan jumlah tidur siang. Kurang tidur berkepanjangan dan sering

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

53

terjadi dapat mengganggu kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur

setiap orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam

perhari, walaupun mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur,

tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki

waktu tidur kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur

siang lebih banyak.

5.3. Kekambuhan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden

menunjukkan kekambuhan hipertensi yang sering yaitu sebanyak 56 orang

(65,9%). Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali

suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam

faktor penyebab (Sheewangisaw, 2012). Kekambuhan hipertensi dimaknai

sebagai timbulnya gejala meningkatnya tekanan darah sebesar 140/90

mm/Hg. Distribusi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki kecenderungan kekambuhan hipertensi yang tinggi. Beberapa faktor

yang turut mempengaruhi kekambuhan hipertensi antara lain riwayat penyakit

dan perilaku hidup sehat pasien hipertensi (Muhlisin dan Laksono, 2011).

Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Marliani (2007) yang

mengemukakan bahwa kekambuhan penyakit hipertensi atau peningkatan

darah kembali disebabkan oleh beberapa hal yakni tidak kontrol secara

teratur, tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga,

berhenti merokok mengurangi alkohol atau kafein, serta mengurangi stres,

Page 66: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

54

terutama pada orang yang mempunyai faktor resiko hipertensi. Nawangsari

dan Fitria (2014) menyatakan bahwa faktor penyebab kekambuhan hipertensi

antara lain kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan olahan

dengan kandungan garam yang tinggi memicu naiknya tekanan darah

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Yogiantoro (2006) bahwa

hipertensi mempunyai faktor resiko yang memiliki keterkaitan erat dengan

pemicu terjadinya penyakit tersebut. Berbagai faktor resiko hipertensi

meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, serta stres

psikologis dan faktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi antara lain

pola makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, dan stres.

Herlinah, dkk (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah

pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik,

dan stres, faktor genetis dan usia, sistem saraf simpatis: tonus simpatis dan

variasi diurnal, ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan

vasodilatasi dan pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam

sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.

5.4. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Kekambuhan Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur

lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi dengan nilai rs

sebesar 0,617 dengan p value (0,000 < 0,05). Hasil penelitian ini mendukung

penelitian dari Utami dan Priyanto (2013) bahwa ada hubungan kualitas tidur

Page 67: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

55

dengan fungsi kognitif dan ada hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah

pada lansia.

Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari Anggraini, dkk (2009)

bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu riwayat

keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang baik dan

durasi atau kualitas tidur. Lloyd-Jones, et al (2010) dalam penelitiannya juga

menyatakan bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu

riwayat keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang

baik dan durasi atau kualitas tidur. Durasi dan kualitas tidur yang kurang

baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan

menimbulkan stressor fisik dan psikologis.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai hubungan

yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan fisiologis

yang terjadi seperti penurunan respons imunitas tubuh, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, penurunan kemampuan kontraktilitas jantung,

berkurangnya elastisitas pembuluh darah, serta kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Perubahan-perubahan inilah yang

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler sehingga lansia cenderung

lebih rentan mengalami hipertensi (Setiawan, dkk, 2013).

Perubahan tidur normal pada lansia adalah terdapat penurunan pada

NREM 3 dan 4, lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur dalam.

Perubahan pola tidur lansia disebabkan perubahan sistem neurologis yang

secara fisiologis akan mengalami penurunan jumlah dan ukuran neuron pada

Page 68: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

56

sistem saraf pusat. Hal ini mengakibatkan fungsi dari neurotransmiter pada

sistem neurologi menurun, sehingga distribusi norepinefrin yang merupakan

zat untuk merangsang tidur juga akan menurun. Lansia yang mengalami

perubahan fisiologis pada sistem neurologis menyebabkan gangguan tidur

(Khasanah, 2012).

Buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi

tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses

penuaan. Proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan fungsi

neurontransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi norepinefrin.

Hal itu menyebabkan perubahan irama sirkadian, dimana terjadi perubahan

tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4. Sehingga lansia hampir tidak memiliki

fase 4 atau tidur dalam (Khasanah, 2012)

Gangguan tidur pada usia lanjut biasanya muncul dalam bentuk

kesulitan untuk tidur dan sering terbangun atau bangun lebih awal. Perubahan

pola tidur pada lansia banyak disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang

semakin menurun. Kemampuan fisik menurun karena kemampuan organ

dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. Penurunan

kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh

turut terpengaruh (Prasadja, 2009). Hal ini sesuai penelitian dari Oliveira

(2010) bahwa lansia melaporkan sering tidur siang dan mengalami kesulitan

jatuh tertidur dan tetap tidur (Oliveira, 2010).

Terjadinya gangguan tidur atau kualitas tidur yang buruk dalam

persentase yang besar lansia jika tidak diidentifikasi dan diobati dengan baik

Page 69: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

57

maka gangguan tidur dapat menyebabkan atau memperburuk gangguan medis

dan psikiatris seperti hipertensi, penyakit pembuluh darah koroner atau otak,

obesitas, dan depresi (Asmarita, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian dari

Umami dan Priyanto bahwa lansia yang belum bisa menerima perubahan

fisiologisnya khususnya perubahan dalam pola tidur, sehingga hal ini

menyebabkan lansia menjadi cemas atau stres yang dapat berakibat pada

peningkatan hormon angiotensin dan akan menyebabkan peningkatan tekanan

darah (hipertensi).

Page 70: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

58

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Mayoritas responden berusia 60 - 74 tahun yaitu sebanyak 60 orang(

70,6 % ) , dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 39 orang ( 45,9 % ),

jenis kelamin laki – laki sebanyak 54 orang ( 63,5 % ).

6.1.2. Mayoritas responden mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu

sebanyak 58 orang ( 68,2 % ).

6.1.3. Mayoritas responden menyatakan sering mengalami kekambuhan

hipertensi yaitu sebanyak 56 orang ( 65,9 % ).

6.1.4. Ada hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan

pada pasien hipertensi dengan nilai rs sebesar 0,617dengan p value

(0,000 < 0,05).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya meningkatkan pemahamannya tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi melalui media cetak

maupun elektronik atau mengikuti posyandu lansia sehingga dapat

membantu mereka untuk mengetahui mereka berisiko terkena

hipertensi atau tidak, sehingga dapat mengantisipasi secara dini dan

dapat meningkatkan kualitas tidurnya.

58

Page 71: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

59

6.2.2. Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan hendaknya meningkatkan intensitas

pemberian pendidikan kesehatan bagi lansia melalui konseling untuk

membantu meningkatkan pemahaman lansia tentang kualitas tidur dan

kekambuhan hipertensi dengan harapan pasien dapat menekan atau

mengurangi perilaku yang beresiko hipertensi.

6.2.3. Bagi Pasien

Pasien hendaknya dapat memperbaiki kualitas tidurnya sebagai

upaya untuk melakukan kontrol agar tidak terjadi kekambuhan

hipertensi, dengan cara menjaga pola tidur yang baik, tidak

mengambil waktu tidur siang yang banyak, mengupayakan tidur

malam dengan lingkungan yang tenang dan nyaman, mengurangi

stres, rutin berolahraga.

6.2.4. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan

literatur kepustakaan yang dapat memperkaya pengetahuan tentang

kualitas tidur dan hipertensi, serta untuk keperluan referensi bagi

peserta didik khususnya dalam bidang penelitian.

6.2.5. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pemahaman bagi peneliti

tentang kualitas tidur dan kekambuhan hipertensi pada lansia,

sehingga dapat mengembangkan penelitian, serta dapat

Page 72: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

60

mempromosikan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas tidur yang

baik serta pola hidup yang baik.

6.2.6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan tentang

perilaku yang berisiko hipertensi, misalnya pola makan, kebiasaan

olahraga, kebiasaan merokok dan minum kopi dengan kejadian

hipertensi, dengan jumlah sampel yang lebih besar, atau dengan

instrumen penelitian yang lebih lengkap.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

61

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. (2008). Penyakit di Usia Tua. Palembang: EGC.

Agustin, D. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada PekerjaShift di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon. Skripsi. Depok : Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia.

Andri, B. (2008). Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di RumahSakit Umum Padang Sidempuan Tahun 2005-2006. Skripsi. Medan : FKMUSU.

Angkat, DNS. (2009). Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan DarahPada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Anggraini, dkk. (2009). Faktor--Faktor yang Berhubungan Dengan KejadianHipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa PuskesmasBangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Pekanbaru Riau : Facultyof Medicine – University of Riau

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik. Jakarta :Rineka Cipta.

Asadi. (2010). Hipertensi. Merawat Dan Menyembuhkan Penyakit TekananDarah Tinggi. Bantul: Kreasi Wacana;

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan ApplikasiKebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Asmarita, I. (2014). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan DarahPada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.Naskah Publikasi. Surakarta : Fakultas Kedokteran UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

Azwar, S (2012). Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bawazier, AL. (2008). Lima Puluh Masalah Kesehatan Di BidangIlmu Kesehatan Penyakit Dalam. Pusat Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama

Dahlan S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,dan Multivariat. Jakarta : Salemba Empat.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

62

Depkes RI. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Firstyani, ML. (2011). Hubungan Antara Derajat Hipertensi Dan ElongasiAortapada Pemeriksaan Foto Toraks. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol 2.No. 1

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS,Semarang : Universitas Diponegoro.

Herlinah, L, Wiarsih, W dan Rekawati, E. (2013). Hubungan Dukungan KeluargaDengan Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi. JurnalKeperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 108-115

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika

___________. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep danProses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Khasanah, K. (2012). Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial MandiriSemarang. Jurnal Nursing Studies.Volume 1,Nomor 1

Komalasari, D, Maryati, I dan Koeryaman, MT. (2012). Hubungan AntaraTingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III diPuskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang. Bandung : Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Padjajaran.

Lloyd-Jones, et al. (2010). Heart disease and stroke statistics update: a reportfrom the American Heart Association. Circulation.; Vol 2 No 1 : 121-146

Maharani, Chaeruddin, Darmawan, S. (2013). Pengaruh Penyuluhan KesehatanTerhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Hipertensi di DesaPatobong Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang . Vol 3 No. 1.

Majid, YA. (2014). Pengaruh Akupresur Terhadap Kualitas Tidur Lansia di BalaiPerlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Naskah Publikasi. Bandung :Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Padjadjaran Bandung

Marliani, L., danTantan, HS. (2007). 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta:ElexMedia Komputindo.

Maryam, RS; Mia, FE; Rosidawati; Ahmad, J; dan Irwan, B. (2008). MengenalUsia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

63

Muhlisin, Adan Laksono, RA. (2011). Analisis Pengaruh Faktor Stres TerhadapKekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Bendosari Sukoharjo.Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan , ISSN : 2338-2694

Nawangsari, SW dan Fitria, CN. 2014. Hubungan Antara Mekanisme KopingTerhadap Stresor Dengan Kekambuhan Hipertensi di Bagian Rawat InapPuskesmas Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Profesi. Vol11 Maret – Agustus.

Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Noviani, Okti; Handayani, Safrudin. (2011). Hubungan Lama Tidur DenganPerubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di PosyanduLansia Desa Karangaren. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol 7 No.2

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik& Geriatrik. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis: Jakarta : SalembaMedika.

Oliveira, A. (2010). Sleep Quality of Elders Living in Long-erm Care Institut. RevEsc Enferm USP. Vol 44 (3):615-22

Palmer A and William, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alihbahasa dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Astikawati, Amalia Safitri.Jakarta : Erlangga

Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :EGC

Pradono, J., Afifah, T., Supomo, S. (2012). Model Intervensi Hipertensi diKabupaten Lebak Provinsi Banten. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –Vol. 15 No. 2

Prasadja, A. (2009). Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar.Jakarta : Penerbit Hikmah

Ridwan, M. (2008). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi.Jakarta: Pustaka Widyamara

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.

Setiawan, GW; Wungouw, HIS; Pangemanan, DHC. (2013). Pengaruh SenamBugar Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi.Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol 1, No2.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR LANSIA DENGAN … · serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini 4. Aria Nurahman Hendra Kusuma., S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing II

64

Sheewangisaw, Z. (2012). Prevalence and Associated Factors of Relapse in Patentwith Schizophernia At Amanuel Mental Specialized Hospital. Congress onPublic Health, 1 (1), 1-10

Sigarlaki, JO. (2006). Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan HipertensiDi Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, JawaTengah, Tahun 2006. Makara Kesehatan. Vol 10. No. 2 :

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Umami, R dan Priyanto, S. (2013). Hubungan Kualitas Tidur Dengan FungsiKognitif Dan Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Pasuruhan KecamatanMertoyudan Kabupaten Magelang. Magelang : Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Magelang

Widyasari DF, Candrasari A. (2010). Pengaruh Pendidikan Tentang HipertensiTerhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Di Desa MakamhajiKartasura Sukoharjo. Jurnal Biomedika, Vol 2, No 2.

Witen, J., Vuuren, AJV and Learmonth, D. (2013).Psychological Intervention toAddress Hypertension in South Africa’s Peri-Urban Setlements.OnlineReadings in Psychology and Culture.Vol 10 (1), pp : 1-18.

Yogiantoro M (2006). Hipertensi Esensial : Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam..Jakarta: FKUI

Zuraya, N. (2015). Laki-Laki Lebih Berpotensi Mengidap Hipertensi. Diakses darihttp://www.republika.co.id, diakses tanggal 3 Agustus 2015.