22
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN DUKUNGAN BIDAN DENGAN KESEDIAAN IBU MELAKUKAN INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : SIGIT WIENDARTO J 410 100 026 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN DUKUNGAN BIDAN DENGAN KESEDIAAN IBU MELAKUKAN INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GAJAHAN KOTA SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

SIGIT WIENDARTO

J 410 100 026

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN
Page 3: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN
Page 4: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN DUKUNGAN BIDAN DENGAN KESEDIAAN IBU MELAKUKAN INISIASI MENYUSUI DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN KOTA SURAKARTA

Sigit Wiendarto J410100026

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102

Abstrak

Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang menyusui dini membuat ibu kurang termotivasi untuk melakukan inisiasi menyusui dini dan kurangnya dukungan bidan membuat ibu tidak percaya atau takut untuk melakukan inisiasi menyusui dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan dengan inisiasi menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan. Penelitian ini merupakan penelitian survei observasional dengan pendekatan Cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan di wilayah Kerja Puskesmas Gajahan pada bulan Juli 2014 sebanyak 74 ibu. Sampel sebanyak 70 ibu yang diambil dengan Proporsional Random Sampling tiap kelurahan. Uji Hipotesis menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu (p=0,000), motivasi ibu (p=0,001), dan dukungan bidan (p=0,009) dengan kesediaan ibu melakukan Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta.

Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi, Dukungan bidan, Inisiasi Menyusui Dini.

ABSTRACT Breastfeeding early have a positive impact for both mother and baby. Ignorance and lack of information about the early stages of breastfeeding mothers are less motivated to do the early initiation of breastfeeding and the lack of support for midwives make mothers do not believe or are afraid to do the early initiation of breastfeeding. This study aims to determine the relationship of maternal knowledge, maternal motivation, and support the early initiation of breastfeeding midwife at the health center Gajahan Work Area. This study is an observational survey with cross sectional approach. The

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

1

study population was all mothers who gave birth in Puskesmas Gajahan in July 2014 by 74 mothers. A sample of 70 mothers were taken with the Proportional Random Sampling techniques for each village with Hypothesis Testing using the chi square test. The results showed that there is a relationship between mother’s knowledge (p=0,000), maternal motivation (p=0,001) and support midwives (p=0,009) with a willingness Early Initiation of Breastfeeding mothers do in the Work Area Health Center Gajahan Surakarta City.

Keywords : Early Initiation of Breastfeeding, Knowledge, Motivation, Support midwife. PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan terbaik dan termurah yang dapat

diberikan ibu kepada bayinya, didalamnya terkandung zat-zat yang dibutuhkan bayi

sejak lahir sampai usia 24 bulan atau lebih. ASI sebagai makanan alami pertama

untuk bayi menyediakan energi dan nutrisi dalam jumlah tepat yang dibutuhkan

sesuai dengan umur bayi. Pemberian ASI merupakan salah satu upaya membentuk

generasi sehat, cerdas, serta berkualitas demi masa depan dirinya, keluarga,

masyarakat dan negara (Iis, 2010).

Hasil Riskesdas (2013) menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif

baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusu mempunyai peran penting untuk

menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya

dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi

morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus

sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (Riskesdas, 2013).

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

2

Pencapaian pada 2015 merupakan target komitmen global tujuan

pembangunan milenium (MDGs). Kondisi kesehatan ibu yang rendah karena

berbagai penyakit yang tidak diobati dengan tepat sebelum atau semasa hamil sering

menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Sebagian besar kematian

bayi baru lahir disebabkan oleh BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), kesulitan

bernafas saat lahir atau infeksi (Kemenkes, 2010).

Menurut WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai

usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh

pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik

bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara. Menurut penelitian yang dilakukan di

Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan menyimpulkan bahwa Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan

diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan

ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-hal sebagai berikut :

(1). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam setelah kelahiran bayi. (2). ASI

eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau

minuman. (3). ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap

hari setiap malam. (4). ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot

(Sunarsih 2011).

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

3

Pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya IMD pada bayi baru lahir

menjadi suatu kebutuhan bagi semua petugas kesehatan dan masyarakat luas terutama

ibu-ibu yang sedang hamil. Rendahnya cakupan ASI ekslusif di Indonesia disebabkan

karena kurangnya informasi pelaksanaan IMD kepada masyarakat dari pihak instansi

kesehatan. Demikian juga persepsi dan pendapat masyarakat yang salah tentang IMD

juga menjadi penghambat suksesnya program pemerintah ini, sehingga informasi

yang benar tentang program IMD hendaknya terus disosialisasikan pada masyarakat

luas agar apa yang menjadi tujuan program pemerintah ini dapat tercapai dengan baik

(Hikmawati, 2008).

Metode IMD diperkenalkan oleh Karen M. Edmon pada Bulan Maret 2006.

Metode ini dilandaskan pada refleks atau kemampuan bayi dalam mempertahankan

diri (Survival instinc). Bayi yang baru berusia 20 menit dengan sendirinya dapat

langsung mencari puting ibunya. Proses ini dapat berlangsung selama 1 jam atau

lebih. Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan langsung bayi yang baru lahir di

dada ibunya dan membiarkan bayinya merayap untuk menemukan sendiri puting susu

ibunya untuk menyusu. IMD harus dilakukan secara langsung setelah bayi dilahirkan

tanpa boleh ditunda. Begitu bayi dilahirkan dan dinilai bayi sehat, kemudian bayi di

IMD dengan terlebih dulu dikeringkan seluruh badannya, kecuali kedua tangannya.

Proses harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Widuri, 2013).

Bidan merupakan seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan

yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi

kualifikasi untuk di daftar (register) atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

4

melakukan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang

bertanggung jawab, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberi dukungan,

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin

persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru

lahir. Berhasil atau tidaknya praktek inisiasi menyusu dini tergantung pada petugas

kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena mereka yang pertama akan

membantu ibu bersalin melakukan inisiasi menyusu dini (Siregar, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Yuntas, dkk (2013) Bidan di Puskesmas Batua

Kota Makasar sudah sangat mengerti dan memahami akan IMD, Bidan menjelaskan

dengan baik informasi-informasi tentang IMD pada ibu yang melahirkan. Bidan

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) setelah membantu persalinan. Dalam upaya

IMD bidan penolong persalinan mempunyai peranan yang penting dalam membantu

ibu melakukan menyusui dini. Penelitian Media dan Manalu (2001) bahwa sebagian

besar ibu sudah mempunyai pengetahuan tentang ASI/menyusui yang relatif baik,

namun pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif relatif rendah, begitu juga perilaku

pemberian ASI secara eksklusif, pada umumnya mereka tidak dapat memberikan

ASI secara eksklusif.

Menurut penelitian Afifah (2008) motivasi pemberian ASI eksklusif sebagian

besar dalam kategori rendah (53,6%). Sedangkan untuk perilaku pemberian ASI

eksklusif didapatkan sebagian besar (57,1%) tidak memberikan ASI eksklusif.

Terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Balun

Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

5

Penelitian Ratifah dan Chasanah (2013) menyatakan sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan tentang IMD cukup yaitu sejumlah 32 orang (42,1%) dan

sebagian besar mempunyai motivasi baik sebanyak 32 orang (42,1%). Sebagian besar

pengetahuan baik dengan motivasi baik 16 orang (69,5%), pengetahuan cukup

dengan motivasi baik 16 orang (50%) serta pengetahuan kurang motivasi baik 21

orang (61,9%).

Dari penelitian Safitri (2009) menunjukkan bahwa kondisi fisiologis payudara

ibu saat menyusui masih memungkinkan bayi mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan

kebiasaan pemberian makanan prelakteal tidak memungkinkan ibu untuk

memberikan ASI eksklusif. Dukungan keluarga juga belum maksimal dalam

memberikan kontribusi yang positif kepada ibu untuk memberikan ASI eskklusif.

Hasil penelitian Sari dan Wirawani (2012) menunjukkan bahwa proporsi ibu

IMD hanya sebesar 14,81%. Pada ibu IMD, pemberian kolostrum 100%,

makanan/minuman pralakteal MP-ASI 100%. ASI eksklusif 0%, rata-rata frekuensi

dan lama pemberian ASI adalah 8,75±3,54 kali/hari dan 25±22,04 menit. Pada ibu

tidak IMD, pemberian kolostrum 89,1%, makanan/minuman pralakteal 84,8%, ASI

eksklusif 4,3%, rata-rata frekuensi dan lama pemberian ASI adalah 10,19±4,3

kali/hari dan 16,74±13,1 menit.

Menurut survei pendahuluan yang dilakukan penelitian pada Bulan April

2014, diketahui bahwa Puskesmas Gajahan merupakan salah satu puskesmas

perawatan (rawat inap) yang juga menyediakan pelayanan persalinan di wilayah

Kecamatan Pasar Kliwon. Jumlah ibu hamil di Puskesmas Gajahan Tahun 2014

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

6

sebanyak 844 ibu. Pelayanan persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan khususnya

bidan. Untuk IMD di Puskesmas Gajahan sudah diterapkan, ibu yang melahirkan di

puskesmas diberi pelayanan dengan fasilitas rawat gabung. Fasilitas rawat gabung

tersebut sangat penting dalam upaya perawatan pasca persalinan dan memudahkan

kontak ibu dengan bayi dalam pelaksanaan IMD. Ketidaktahuan dan kurangnya

informasi tentang menyusu dini membuat ibu kurang termotivasi untuk melakukan

inisiasi menyusui dini dan kurangnya dukungan bidan membuat ibu tidak percaya

atau takut untuk melakukan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan latar belakang di atas

penulis bermaksud melakukan penelitian di Puskesmas Gajahan, tentang Inisiasi

Menyusui Dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan dengan inisiasi menyusui dini di Wilayah

Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan Cross

sectional karena mempelajari korelasi antar variabel bebas dengan terikat yang

diamati dalam satu titik waktu bersamaan (point time). Penelitian ini dilakukan pada

bulan Juli 2014. Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan

Kota Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di

Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Kota Surakarta. Sampel sebanyak 70 ibu hamil,

diambil dengan teknik proporsional random sampling tiap kelurahan.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

7

Analisis data meliputi analisis univariat dengan menggunakan distribusi

frekuensi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square test

tingkat signifikan ∝ = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Jumlah responden ibu yang terbanyak pada kelompok usia 20-35 tahun

sebesar 59 responden (84,3%), sedangkan yang paling sedikit pada kelompok usia

35-50 tahun yakni sebesar 3 responden (4,3%). Ibu dengan umur tertua yaitu 43 tahun

dan termuda 16 tahun dengan rata-rata usia ibu yaitu 27,37 tahun. Responden yang

paling banyak adalah tamat SMA/SMK yakni sebesar 43 responden (61,4%),

sedangkan paling sedikit ialah tingkat SD yakni 2 responden (2,9%). Sedangkan

responden ibu paling banyak tidak bekerja atau sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT),

sebesar 48 orang (68,6%), sedangkan yang paling sedikit pada ibu yang bekerja

sebagai perawat yaitu 1 orang (1,4%).

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

8

B. Gambaran tentang pengetahuan ibu, kesediaan ibu, motivasi ibu dan dukungan bidan Tabel 1. Analisis Univariat

Variabel Kategori Jumlah Persentase %

Pengetahuan ibu Kurang Baik

6

64

8,6 %

91,4% Kesediaan ibu Bersedia

Tidak bersedia

64 6

8,6%

91,4% Motivasi ibu Ada motivasi

Tidak ada motivasi

63 7

90,0%

10,0% Dukungan bidan Mendukung

Tidak mendukung

65 5

92,9%

7,1%

Responden memiliki pengetahuan baik sebesar 64 orang (91,4%), dan hanya

sebagian kecil responden yang pengetahuannya kurang yaitu sebesar 6 orang (8,6%).

Responden yang bersedia melakukan IMD sebanyak 64 orang (91,4%), lebih banyak

dari pada responden yang tidak bersedia yakni 6 orang (8,6%). Responden yang

memiliki motivasi sebanyak 63 orang (90,0%), lebih banyak dari pada responden

yang tidak memiliki motivasi yaitu 7 orang (10,0%). Bidan yang mendukung untuk

melakukan inisiasi menyusui dini terhadap ibu sebanyak 65 orang (92,9%), lebih

banyak dari pada bidan yang tidak mendukung sebanyak 5 orang (7,1%).

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

9

C. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan. Tabel 2. Analisis Bivariat

Variabel

Kategori

Kesediaan IMD Total

p-value Bersedia Tidak

bersedia n (%) n (%)

Tingkat pengetahuan ibu

Baik Kurang

62 (88,6%)

2 (2,9%)

2 (2,9%)

4 (5,7%)

64 (91,4%)

6 (8,6%)

0,000

Tingkat motivasi Ibu

Ada motivasi Tidak ada motivasi

60 (85,7%)

4 (5,7%)

3 (4,3%)

3 (4,3%)

63 (90,0%)

7 (10,0%)

0,001

Tingkat dukungan Bidan

Mendukung Tidak mendukung

61 (87,1%)

3 (4,3%)

4 (5,7%)

2 (2,9%)

65 (92,9%)

5 (7,1%)

0,009

Responden yang memiliki pengetahuan baik, cenderung bersedia melakukan

IMD, yaitu sebanyak 64 orang (91,4%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang

dan tidak bersedia melakukan IMD sebanyak 6 orang (8,6%). berdasarkan hasil

analisis dengan Chi Square didapatkan nilai p=0,000≤0,05, dengan demikian ada

hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan ibu melakukan IMD di Wilayah

Kerja Puskesmas Gajahan. Responden yang memiliki motivasi, sebesar 60 orang

(85,7%) bersedia melakukan IMD. Sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi,

sebanyak 3 orang (4,3%) tidak bersedia IMD. berdasarkan hasil analisis dengan Chi

Square didapatkan nilai p=0,001≤0,05, dengan demikian ada hubungan antara

motivasi ibu dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

10

Gajahan. Bidan yang bersedia mendukung sebanyak 61 (87,1%), sedangkan bidan

yang tidak bersedia mendukung yaitu 2 (2,9%), berdasarkan hasil analisis dengan

Chi Square didapatkan nilai p=0,009, dengan demikian diperoleh ada hubungan

antara dukungan bidan dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja

Puskesmas Gajahan.

D. PEMBAHASAN

1) Pengetahuan ibu

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan juga dapat diperoleh dari

pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun

lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu

di wilayah kerja Puskesmas Gajahan tentang IMD sebagian besar termasuk

dalam kriteria baik, yaitu sebanyak 64 (91,4%). Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu yang baru melahirkan memiliki pengetahuan yang baik

tentang IMD. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang IMD mendorong

seorang ibu akan memberikan ASInya segera setelah bayi lahir atau pada satu

jam kelahiranya. Dengan demikian bayi akan memiliki kekebalan tubuh yang

baik serta tidak rentan terhadap penyakit yang berbahaya. Selain itu IMD sangat

baik untuk menciptakan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

Berdasarkan hasil penelitian dengan kuesioner tentang pengetahuan ibu

didapatkan jawaban pengetahuan baik sebanyak 62 (91,4%) responden dengan

jawaban ya, sedangkan 2 (8,6%) responden dengan jawaban tidak.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

11

2) Motivasi Ibu

Menurut Rahardjo (2006) motivasi merupakan salah satu mekanisme

bagaimana terbentuknya proses alami perubahan. Motivasi berarti dorongan

yang timbul dari dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar

sehingga berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa motivasi ibu tentang IMD di

wilayah kerja Puskesmas Gajahan sebagian besar termasuk dalam kriteria baik

63 (90,0%). Afifah (2008) menyimpulkan bahwa perlu ada motivasi yang

berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga, masyarakat, dan

tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu timbul untuk

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan hasil penelitian

dengan kuesioner tentang motivasi ibu didapatkan jawaban ibu yang memiliki

motivasi sebesar 60 (90,0%) responden dengan jawaban ya, sedangkan 4

(10,0%) responden dengan jawaban tidak.

3) Dukungan bidan

Aisyaroh (2010) menyimpulkan bahwa bidan yang mempunyai

pengetahuan baik mengenai IMD mempunyai sikap positif atau mendukung

terhadap IMD, dan membantu ibu melaksanakan IMD dengan baik. Bidan

mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI,

peranan bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan

mencegah masalah yang umum terjadi (Sunarsih 2011). Berdasarkan hasil

penelitian dengan kuesioner tentang dukungan bidan didapatkan jawaban ibu

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

12

yang mendapat dukungan bidan sebesar 61 (92,9%) responden dengan jawaban

ya, sedangkan 3 (7,1%) responden dengan jawaban tidak.

4) Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Kesediaan Ibu Melakukan

Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan.

Responden yang memiliki pengetahuan baik dan bersedia melakukan IMD

sebanyak 64 orang (91,4%). Sedangkan yang berpengetahuan kurang dan tidak

bersedia melakukan IMD sebanyak 6 orang (8,6%). Ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan kesediaan ibu melakukan IMD di Wilayah Kerja

Puskesmas Gajahan (p=0,001). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Iis (2010) yang menyimpulkan bahwa

pengetahuan ibu tentang manfaat memberikan ASI mempengaruhi keputusan

untuk memberikan ASI satu jam pertama setelah bayi lahir. Penelitian ini juga

sejalan dengan penelitian Deswani (2007) di Cakung Jakarta Timur, yang

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dan sikap ibu dengan keberhasilan melakukan IMD. Berdasarkan hasil

penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas

Gajahan tentang praktek IMD termasuk dalam kriteria baik. Hal ini

menunjukkan bahwa kebanyakan ibu yang baru melahirkan memiliki

pengetahuan yang baik tentang IMD, sehingga dapat memberikan ASI sedini

mungkin pada bayinya. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang arti

pentingnya ASI bagi bayi sudah pasti seorang ibu akan memberikan ASInya

pada satu jam pertama setelah bayi lahir. Ibu yang memiliki pengetahuan yang

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

13

baik tentang IMD, akan menyusui anaknya segera setelah melahirkan

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini

disebabkan ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI, pada

umumnya mengetahui berbagai manfaat dari pelaksanaan IMD. Menurut Roesli

(2008), faktor utama yang menyebabkan kurang tercapainya pelaksanaan IMD

yang benar adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang IMD

pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam

menyusui. Seorang ibu yang kehilangan pengetahuan tentang IMD berarti

kehilangan sumber makanan yang paling penting dan cara perawatan yang

optimal pada bayi. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengetahuan

ibu berhubungan dengan praktek inisiasi menyusu dini di wilayah kerja

Puskesmas Gajahan.

5) Hubungan antara Motivasi Ibu dengan Kesediaan Ibu Melakukan Inisiasi

Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan.

Responden yang memiliki motivasi untuk melakukan IMD sebesar 63

orang (90,0%). Sedangkan ibu yang tidak memiliki motivasi sebanyak 7 orang

(10,0%). Ada hubungan antara motivasi ibu dengan kesediaan ibu melakukan

IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan (p=0,001). Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Afifah (2008) yang menyimpulkan bahwa perlu

ada motivasi yang berupa penyuluhan atau pemberian informasi dari keluarga,

masyarakat, dan tenaga kesehatan kepada ibu agar kesadaran dan kemauan ibu

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

14

timbul untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa motivasi berhubungan signifikan dengan praktek IMD.

Hal ini berarti seorang ibu yang memiliki motivasi baik berpengaruh pada

praktek IMD. Dalam penelitian ini motivasi berpengaruh terhadap IMD

disebabkan karena motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi IMD. Agar

IMD dapat terlaksana, seorang ibu harus tahu manfaat dan keuntungan

memberikan IMD bagi bayi. Seorang ibu juga harus percaya bahwa bayi yang

baru lahir bisa menyusu dengan sendirinya tanpa perlu bantuan dari orang

dewasa. Pemikiran tersebut harusnya mulai ditumbuhkan pada ibu-ibu hamil.

6) Hubungan antara Dukungan Bidan dengan Kesediaan Ibu Melakukan

Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan.

Bidan yang mendukung sebesar 65 orang (92,9%). Sedangkan bidan yang

tidak mendukung sebanyak 5 orang (7,1%). Ada hubungan antara dukungan

bidan dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan

(p=0,009). Menurut Raharjo (2006), penolong persalinan merupakan kunci

utama keberhasilan pemberian ASI satu jam pertama setelah melahirkan.

Karena dalam waktu tersebut peran penolong persalinan masih sangat dominan.

Apabila penolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya

maka interaksi-interaksi antara ibu dan bayinya diharapkan segera terjadi.

Dengan IMD ibu semakin percaya diri untuk dapat memberikan ASI sehingga

tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada

bayinya dan bayi akan merasa nyaman menempel di dada ibu dan tenang dalam

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

15

pelukan ibunya segera setelah lahir. Berhasil atau tidaknya praktek IMD

tergantung pada petugas kesehatan baik perawat, bidan atau dokter karena

mereka yang pertama membantu ibu bersalin melakukan IMD. Dengan

memiliki sikap tanggap maka seorang bidan akan mampu memberikan

pelayanan yang terbaik bagi ibu dan bayi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Umur responden paling banyak pada usia 20-35 tahun sebesar 59 responden

(84,3%), Tingkat pendidikan responden paling banyak SMA/SMK yakni 43

responden (61,4%). Sedangkan pekerjaan yang paling banyak sebagai Ibu Rumah

Tangga (IRT) yaitu 48 responden (68,6%). Ibu yang berpengetahuan baik sebesar 64

orang (91,4%), yang mempunyai motivasi sebanyak 63 orang (90,4%), dan ibu yang

mendapat dukungan bidan untuk melakukan inisiasi menyusui dini terhadap ibu

sebanyak 65 orang (92,9%). lebih banyak dari pada bidan yang tidak mendukung

sebanyak 5 orang (7,1%). Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan

ibu melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan p=0,000. Ada hubungan

antara motivasi ibu dengan kesediaan melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas

Gajahan p=0,001. Ada hubungan antara dukungan bidan dengan kesediaan

melakukan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan p=0,009.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

16

Saran

Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dapat memberikan

penyuluhan tentang IMD terutama pada ibu hamil serta tenaga kesehatan untuk

berupaya memfasilitasi pelaksanaan IMD, mengevaluasi dan koreksi tentang

pelaksanaan dan pengawasan kegiatan program tersebut. Bagi masyarakat khususnya

para ibu dapat meningkatkan pengetahuan akan pentingnya pemberian ASI sedini

mungkin dengan IMD dan ASI eksklusif pada bayinya. Bagi peneliti lain yang

mungkin berminat untuk melakukan dan mengembangkan penelitian ini diharapkan

menggunakan variabel penelitian seperti sikap dan perilaku, lebih luas pembahasan

materinya, menggunakan metode dan tehnik yang berbeda seperti kohort serta

memperluas ruang lingkup penelitian.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, D N. 2008. Hubungan antara Motivasi dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. STIKes Muhammadiyah Lamongan. Vol. 1. No.2. Maret 2009:57-64

Aisyaroh, N. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan Praktik Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas Kota Semarang.

Deswani, 2007, Faktor-faktor yang Mempengeruhi Ibu dalam Pengambilan Keputusan Untuk Menyusui Bayi Secara Dini di RB Puskesmas Kecamatan Keramat Jati, Duren Sawit dan Cakung Jakarta Timur. Skripsi : Universitas Indonesia

Hikmawati, I. 2008. Faktor-Faktor Resiko Kegagalan Pemberian ASI selama Dua Bulan ( Studi Kasus pada Umur 3-6 Bulan di Kabupaten Banyumas). (Tesis). FKM Universitas Diponegoro Semarang.

Iis S. 2010, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI dalam Satu Jam Pertama Setelah Lahir di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat (Analisis Survey Data Dasar Pengembangan Model Pelayanan Kesehatan Neonatal Esential di Kabupaten Garut Jawa Barat, Tahun 2007), Jurnal Kesehatan Media Litbang Kesehatan Vol XX No 2 Tahun 2010

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010.Penuntun Hidup Sehat. Jakarta : Bakti Husada.

Media Y, Rachmalina, dan Manula H. 2006. Pengetahuan, Presepsi dan perilaku Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif. Media Litbang Kesehatan XVI No 3

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahardjo S, 2006, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Satu Jam Pertama Setelah Melahirkan, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,Volume I Nomor I Tahun 2006

Ratifah dan Chasanah U. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kelas Ibu Hamil di Puskesmas 2 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Prodi D3 Keperawatan Purwokerto. Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 4 No. 1 Edisi Desember 2013. hal. 211-219

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, MOTIVASI IBU, DAN

Roesli S. 2008, Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eklusif (Cetakan I) Jakarta : Pustaka Bunda.

Safitri Y. 2009. Perilaku yang Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Cibeber tahun 2009. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 3. Desember 2012 : 161-169

Sari M C dan Wirawani. 2012. Perbedaan Pola Pemberian ASI antara Ibu yang Melakukan dan tidak Melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Progam Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Journal of Nutrition College Vol 1. Nomor 1. Tahun 2012, Halaman 1-10

Sunarsih, T .2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta selatan : Salemba Medika.

Siregar, 2004, Pemberian ASI Ekslusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi : Universitas Sumatra Utara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Widuri, H. 2013. Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja.Yogyakarta : Gosyen Publising.

Yuntas, Djunaidi M D dan Sukmawati.2013. Perilaku Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Studi Kasus Di Puskesmas Batua Makassar. FKM. Universitas Hasanuddin.