34
PENDAHULUAN Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dapat melalui penyelenggaran pendidikan yang berkualitas. Menurut Damanik (2006) pendidikan merupakan sarana dan jembatan atau fondasi menuju keterbaikan bangsa. Secara khusus tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan peserta didik dan mendampingi mereka agar menjadi pribadi yang baik, Ikhsan, 2006 (dalam Renny, 2007). Pendidikan merupakan salah satu persyaratan utama dalam meningkatkan martabat dan kualitas bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan pengukuran yang disebut evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai menyelenggarkan ujian nasional (UN) sekitar tahun ajaran 2002/2003. Mengacu pada pasal 66 ayat (1) bagian IV bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standart Nasional Pendidikan dan pasal 2 permendiknas No. 78/2008 tentang ujian nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan SMK tahun pelajaran 2008/2009, ujian nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 68 bagian IV bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standart Nasional Pendidikan dan pasal 3 Pemendiknas No. 78/2008 tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan SMK tahun pelajaran

Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

PENDAHULUAN

Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

melalui penyelenggaran pendidikan yang berkualitas. Menurut

Damanik (2006) pendidikan merupakan sarana dan jembatan atau

fondasi menuju keterbaikan bangsa. Secara khusus tujuan

pendidikan adalah untuk mencerdaskan peserta didik dan

mendampingi mereka agar menjadi pribadi yang baik, Ikhsan,

2006 (dalam Renny, 2007). Pendidikan merupakan salah satu

persyaratan utama dalam meningkatkan martabat dan kualitas

bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui melalui

kegiatan pengukuran yang disebut evaluasi. Salah satu bentuk

evaluasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan

menyelenggarakan Ujian Nasional (UN).

Pemerintah mulai menyelenggarkan ujian nasional (UN)

sekitar tahun ajaran 2002/2003. Mengacu pada pasal 66 ayat (1)

bagian IV bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang

Standart Nasional Pendidikan dan pasal 2 permendiknas No.

78/2008 tentang ujian nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan

SMK tahun pelajaran 2008/2009, ujian nasional bertujuan menilai

pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata

pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pasal 68 bagian IV bab X Peraturan

Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standart Nasional Pendidikan

dan pasal 3 Pemendiknas No. 78/2008 tentang Ujian Nasional

SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan SMK tahun pelajaran

Page 2: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

2008/2009, menjelaskan bahwa ujian nasional berfungsi sebagai

alat pemeta mutu program dan atau satuan pendidikan, dasar

seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentu kelulusan

peserta didik dari satuan pendidikan, dan sebagai dasar

pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini

menunjukkan ujian nasional menjadi dasar penentu keberlanjutan

pendidikan siswa ke jenjang berikutnya. Standar ini di buat untuk

menyeragamkan standar kelulusan di seluruh tanah air. Hal ini

sangat penting, mengingat standar itu sangat dibutuhkan karena

berkaitan dengan nama baik dunia pendidikan di Indonesia

(Damanik, 2006).

Pelaksanaan ujian nasional sampai sekarang masih banyak

menimbulkan kontroversi yang berkepanjangan dan pelaksanaan

Ujian Nasional juga dirasakan sebagai beban yang semakin

bertambah berat apalagi dengan adanya Standar Kompetensi

Lulusan Ujian Nasional (SKLUN) yang setiap tahun bisa terus

meningkat membuat orang tua, guru, serta yang paling utama

siswa. Tidak heran jika banyak orang tua yang berusaha keras

untuk memberikan berbagai macam kegiatan belajar anak seperti

mengikuti les tambahan atau mengikuti bimbingan belajar di luar

jam sekolah untuk mendalami materi (pelajaran) yang akan di

ujikan pada saat Ujian Nasional nanti agar berhasil dalam Ujian

Nasional dan mencapai nilai yang membanggakan. Selain itu juga

siswa harus mengikuti les tambahan di sekolahnya dan

Page 3: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

melakukan berbagai persiapan mental serta pendekatan spiritual,

agar siap dan sukses dalam menghadapi Ujian Nasional sehingga

waktu mereka buat istirahat berkurang, hal ini membuat siswa

merasa cemas dan belum siap untuk menghadapi ujian nasional

nanti.

Menurut Branca, 1965 (dalam Dewi, 2006) mendefinisikan

kecemasan sebagai perasaan tidak nyaman yang terjadi pada saat

frustasi dan yang paling tidak pasti mengenai masa depan serta

harapan dari rasa sakit, kegagalan, atau ancaman kegagalan, atau

bisa juga dikatakan bahwa kecemasan adalah reaksi umum

terhadap peristiwa yang tidak mengenakkan atau melukai yang

mungkin terjadi di masa depan. Kecemasan tersebut memiliki

segi yang didasari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa

bersalah, dan terancam. Kecemasan juga memiliki segi di luar

kesadaran dan tidak jelas seperti takut tanpa mengetahui

sebabnya dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak

menyenangkan itu. Pada dasarnya kecemasan dalam tingkat

rendah dan sedang berpengaruh positif terhadap penampilan

belajar siswa, salah satunya dapat meningkatkan motivasi belajar.

Sebaliknya, akan memberikan pengaruh yang negatif apabila

kecemasan tersebut pada taraf yang tinggi (Elliot, dkk, 1996).

Mengamati banyak fenomena siswa SMA yang mengalami

kecemasan dalam menghadapi Ujian Nasional, tentunya ini

menjadi tugas penting bagi guru untuk membantu siswa yang

mengalami kecemasan, karena guru adalah orang yang paling

Page 4: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

banyak melakukan interaksi edukatif dengan siswa di sekolah.

Guru juga harus mempersiapkan peserta didik yang mempunyai

perbedaan seperti tingkat kecerdasan, perbedaan latar belakang,

perbedaan sarana prasarana pendukung kegiatan belajar di rumah

(Purwantini & Purwanti, 2007).

Mengacu pada pasal 28 ayat (3) bagian I Bab VI Peraturan

Pemerintah RI No 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

dan Pasal 3 ayat (2) Bagian I Bab II Peraturan Pemerintah No.

74/2008 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari

empat bentuk yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Dengan masih rendahnya tingkat kompetensi pegadogik yang

dimiliki oleh seorang guru terutama dalam hal untuk memahami

karakteristik peserta didik dari berbagai aspek yaitu aspek sosial,

moral, kultural, emosional, dan intelektual, maka peneliti hanya

akan mengambil satu dari keempat kompetensi yang dimiliki oleh

guru yaitu kompetensi pedagogik. Dikarenkan kompetensi

pedagogik merupakan salah satu dasar yang paling utama untuk

mencapai ke dalam kompetensi selanjutnya.

Baik guru maupun siswa tentu saja terjadi interaksi, baik di

luar maupun di dalam kelas, sehingga antara guru dan siswa

dapat saling memberikan penilaian. Persepsi siswa terhadap

gurunya dapat diartikan sebagai penerimaan, pengorganisasian,

dan penginterpretasi siswa terhadap kemampuan, pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku gurunya baik pada saat mengajar di

Page 5: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

dalam kelas maupun di luar kelas. Melalui persepsi tersebut,

siswa dapat melihat jika gurunya tidak mempunyai kompetensi

yang diandalkan, maka dapat berdampak pada tumbuhnya

keraguan pada diri siswa. Hal tersebut akan mempengaruhi

bagaimana sikap siswa terhadap gurunya, yang nantinya juga

akan berpengaruh pada kelancaran proses belajar mengajar siswa

itu sendiri terutama dalam mempersiapkan ujian nasional. Setiap

siswa dituntut untuk mempunyai prestasi yang baik dalam

berbagai bidang mata pelajaran, salah satunya adalah matematika,

karena tidak dapat dipungkiri matematika sebagai salah satu ilmu

dasar. Mata pelajaran matematika sekarang ini masih dirasakan

interaksinya di berbagai bidang ilmu lain seperti ekonomi, dan

teknologi. Hal ini senada dengan pendapat Unpar, 2002 (dalam

Widayanti, 2007) yang mengemukakan bahwa ilmu matematika

sekarang ini makin banyak digunakan dalam berbagai bidang

kehidupan seperti bidang industri, asuransi, pertanian, dan banyak

bidang sosial maupun teknik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat jika guru beserta

kompetensinya terutama kompetensi pedagogik guru mata

pelajaran matematika merupakan salah satu faktor yang ikut

berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan

di sekolah, termasuk dalam mensukseskan Ujian Nasional dan

kecemasan menghadapi Ujian Nasional bukanlah hal yang bisa

dianggap remeh.

Page 6: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan negatif

yang signifikan antara persepsi terhadap kompetensi pedagogik

guru matematika dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional

(UN)?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui mengenai “mengetahui hubungan yang signifikan

antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru

matematika dengan kecemasan menjelang Ujian Nasional (UN)”.

Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat yang bersifat

teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. Manfaat tersebut yakni:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian

teoritis dalam bidang psikologi pendidikan dan psikologi

sosial.

2. Praktis

a) Guru dan Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang bermanfaat bagi pihak guru dan sekolah

mengenai korelasi antara persepsi terhadap kompetensi

guru dengan kecemasan menghadapi Ujian Nasional,

sehingga diharapkan adanya peningkatan dan

pengembangan kompetensi guru dan dapat mensukseskan

Page 7: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Ujian Nasional untuk mewujudkan pendidikan yang

bermutu.

b) Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa

akan pentingnya mengolah persepsi terhadap kompetensi

guru dengan menjaga objektivitas penilaianterhadap

kompetensi guru, dalam membantu untuk meminimalisir

kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional (UN).

TEORI

Pengertian Kecemasan

Menurut Alwi (2005) kecemasan berasal dari kata cemas

yang berarti khawatir, gelisah, dan takut. Kecemasan

menunjukkan suatu keadaan yang tidak bisa diungkapkan ,

gemetar, dan tidak beralasan. Selain itu kecemasan sebagai

perasaan takut dan kugundahan yang tidak jelas dan tidak

menyenangkan (Santrock, 2007). Kecemasan memiliki segi yang

disadari, seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa bersalah

maupun terancam. Selain itu juga kecemasan memiliki segi diluar

kesadaran, seperti takut tanpa mengetahui sebabnya dan tidak

bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan.

Menurut pendapat Freud (dalam Julianti, 2005) kecemasan

merupakan suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa

lemah sehingga tidak berani dan tidak mampu untuki bersikap

serta bertindak secara rasional sesuai dengan keharusannya.

Selain itu kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya

perasaan takut dan kehati-hatian (kewaspadaan) yang tidak jelas

Page 8: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

dan tidak menyenangkan (Davidson, Neule dalam Julianti, 2001)

dimana gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada

masing-masing individu. Adalah normal, jika siswa kadang

merasa cemas atau khawatir saat menghadapi kesulitan di

sekolah, seperti saat akan mengerjakan ujian (Santrock, 2007)

Sejalan dengan pendapat diatas Elliot, dkk (1996),

mengungkapkan pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah

dan sedang berpengaruh positif terhadap penampilan belajar

siswa, salah satunya dapat meningkatkan motivasi belajar.

Sebaliknya, dapat memberikan pengaruh yang buruk atau negatif

apabila kecemasan berada dalam tingkat tinggi. Searah dengan

pendapat tersebut, Sukmadinata (2003), mengungkapkan bahwa

kecemasan dan kekhawatiran memiliki nilai positif asal

intensinya tidak begitu kuat, sebab kecemasan dan kekhawatiran

yang ringan dapat menjadi motivasi. Kekhawatiran dan

kecemasan yang sangat kuat bersifat negatif, karena dapat

menimbulkan gangguan baik secara psikis maupun secara fisik.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

merupakan keadaan yang tidak beralasan dan tidak bisa

diungkapkan atau perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

menyenangkan dimana individu atau siswa merasa lemah

sehingga tidak berani dan tidak mampu untuk bertindak sesuai

dengan keharusannya dalam hal ini persiapan siswa untuk

menghadapi Ujian Nasional.

Page 9: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Gejala Kecemasan

Menurut Williams (1997) bahwa sebagian besar individu

pernah mengalami kecemasan terutama jika menghadapi situasi

yang mengancam dan stres. Perasaan tersebut adalah reaksi

normal terhadap stres. Sedangkan menurut Hyman dan Pedrick

(2012) ada 3 tingkat kecemasan, yaitu fisik, mental, dan perilaku.

Menurut Kaplan, dkk (dalam Julianti, 1994) kecemasan

dalam taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa.

Misalnya seorang siswa yang cemas dalam tingkat rendah untuk

mengahadapi UN yang dianggap tingkat ketidaklulusannya cukup

tinggi dan soal-soal dalam UN sulit, membuat siswa harus belajar

keras dan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian

(facilitating anxiety). Namun kecemasan yang berlebihan

terhadap UN dapat membuat siswa mengalami hambatan

(blocking) dan tidak bisa mengerjakan soal-soal dalam ujian

(debilitating anxiety). Berdasarkan aspek-aspek diatas, penulis

mengacu pada aspek tingkat kecemasan menurut Hyman dan

Pedrick (2012) yaitu fisik, mental, dan perilaku.

Pengertian Ujian Nasional (UN)

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 tahun

2005 tentang ujian nasional (UN) tahun ajaran 2005/2006,

dijelaskan bahwa ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan

penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan pada Pasal 68 bagian

IV bab X Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standart

Page 10: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Nasional Pendidikan dan pasal 3 Pemendiknas No. 78/2008

tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan SMK

tahun pelajaran 2008/2009, menjelaskan bahwa ujian nasional

berfungsi sebagai alat pemeta mutu program dan atau satuan

pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,

penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dan

sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan

pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini

menunjukkan ujian nasional menjadi dasar penentu keberlanjutan

pendidikan siswa ke jenjang berikutnya. Pemberian standar

kelulusan Ujian Nasional (UN) dirintis sejak enam tahun terakhir

ini yang merupakan kebijakan baru di dunia pendidikan di

Indonesia. Standar ini di buat untuk menyeragamkan standar

kelulusan di seluruh tanah air. Hal ini sangat penting, mengingat

standar itu sangat dibutuhkan karena berkaitan dengan nama baik

dunia pendidikan di Indonesia (Damanik, 2006).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ujian

nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran dan penilaian atau

evaluasi peserta didik dari jenjang pendidikan dasar sampai ke

jenjang menengah. Ujian nasional (UN) juga berfungsi sebagai

alat pemeta mutu pendidikan dan pembinaan kepada satuan

pendidikan serta menjadi dasar untuk masuk ke jenjang

pendidikan berikutnya dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan di seluruh Indonesia.

Page 11: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Fungsi Ujian Nasional (UN)

Ujian Nasional (UN) memiliki 3 fungsi, diantaranya fungsi

Akademis, fungsi Politis, dan fungsi Pedagogis.

Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (UN)

Menurut Freud (dalam Julianti, 2005) kecemasan

merupakan suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa

lemah sehingga tidak berani dan tidak mampu untuk bersikap

serta bertindak secara rasional sesuai dengan semestinya. Adalah

normal, jika siswa kadang merasa cemas atau khawatir saat

menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan

ujian (Santrock, 2007). Sedangkan Ujian nasional (UN) adalah

sebagai penentu siswa untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Mengingat subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas

XII, maka salah satu lingkungan sosial yang dihadapi siswa

adalah sekolah (Meichati, 1983), yang menurut pendapat

Sukmadinata (2003), salah satu komponen lingkungan sosial

sekolah adalah hubungan siswa dan guru.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecemasan menghadapai ujian nasional (UN) adalah suatu

keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga tidak

berani dan tidak mampu untuk bersikap serta bertindak secara

rasional sesuai dengan semestinya, dalam hal ini siswa

menghadapi ujian nasional.

Page 12: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Pengertian Persepsi

Branca, Woodworth, dan Marquis, 1965 (dalam Walgito,

1992) menyatakan persepsi merupakan suatu proses yang

didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat indera. Stimulus yang diindera itu

kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan

sehingga individu menyadari, mengerti apa yang telah diindera

itu. Persepsi tidak hanya didasarkan kepada ingatan tentang masa

lalu dan kemampuan menghubungkan pengalaman sekarang

dengan pengalaman masa lalu (kognisi) saja, akan tetapi juga

melibatkan unsur perasaan (afeksi) (Schiffman, dalam Sukmana,

2003). Walgito (2002), menyatakan bahwa objek manusia disebut

sebagai person perception atau social perception dan objek non

manusia sering disebut sebagai nonsocial perception atau things

perception. Pada penelitian ini, objek yang dimaksud adalah

objek manusia atau person perception, yaitu guru berserta

kompetensi pedagogiknya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah proses yang didahului oleh penginderaan

atau bagaimana cara seseorang memandang terhadap stimulus

yang diterima yang akhirnya individu tersebut akan

memahaminya.

Faktor-faktor Persepsi

Beberapa faktor persepsi menurut Walgito (1992), yaitu objek

yang dipersepsi, alat indera atau reseptor, syaraf dan pusat

susunan syaraf, dan perhatian.

Page 13: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Kompetensi Pedagogik Guru Matematika

Kompetensi menurut Pasal 3 ayat (1) bagian I bab II

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74/2008 tentang

Guru, dijelaskan bahwa kompetensi sebagai seperangkat

pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dan

diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Selain itu, guru mempunyai standar kompetensi.

Standar kompetensi guru ialah suatu ukuran yang ditetapkan atau

dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan

perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk

menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi,

dan jenjang pendidikan. Kompetensi pedagogik pada dasarnya

adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam mengajarkan

materi tertentu kepada siswanya. Menurut kamus Besar Bahasa

Indonesia (Edisi kedua, 1995) matematika adalah ilmu tentang

bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi pedagogik guru matematika adalah kemampuan

seorang guru yang berpengalaman dalam mengajar tentang ilmu

bilangan dan penyelesaiannya terhadap peserta didik, serta

kemampuan pembelajaran peserta didik dalam penampilan kerja

yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional untuk

mencapai tujuan dan suatu ukuran yang telah ditetapkan dalam

bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku sebagai seorang

Page 14: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

guru agar layak untuk menduduki jabatan fungsional sesuai

dengan bidang, kualitas, dan jenjang pendidikan.

Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

Matematika

Walgito (1997) mendefinisikan persepsi sebagai

pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap stimulus yang

diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan

merupakan respon yang integritas dalam diri individu. Persepsi

tersebut tidak hanya didasarkan kepada ingatan tentang masa lalu

dan kemampuan menghubungkan pengalaman sekarang dengan

pengalaman masa lalu (kognisi) saja, akan tetapi juga melibatkan

unsur perasaan (afeksi) (Schiffman, dalam Sukmana, 2003). Pada

penelitian ini, objek yang dimaksud adalah objek manusia atau

person perception, yaitu guru berserta kompetensinya. Nasution

(1987) mengemukakan bahwa siswa kelompok orang atau

individu yang dididik dalam proses pembelajaran. Adapun siswa

itu sendiri mempunyai karakteristik seperti siswa penurut, siswa

pendiam, siswa dapat berdiri sendiri, dan siswa menarik

perhatian.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika

didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan, pengorganisasian

dan penginterpretasian baik yang didasarkan kepada ingatan masa

lalu dan kemampuan menghubungkan pengalaman sekarang

dengan masa lalu (kognisi) dan unsur perasaan (afeksi) siswa

Page 15: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

yang melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

dimiliki gurunya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

terutama dalam mata pelajaran matematika yaitu bagaimana guru

dapat memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek

yaitu aspek sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual.

Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru Matematika dengan Kecemasan

Menghadapi Ujian Nasional

Setiap siswa dituntut oleh guru untuk mempunyai persepsi

yang baik dalam berbagai bidang pelajaran dan seorang guru

harus tahu bagaimana situasi kelas yang dihadapinya. Menurut

Zainal (2002), pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan

lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan yang lebih terfokus

pada keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, dan pengajar lebih

bersifat sebagai fasilitator, mediator, dan motivator serta

menyiapkan dan menetapkan materi pembelajaran sesuai dengan

bidang mata pelajaran yang diampunya. Guru harus dapat

memahami bahwa belajar bagi siswa adalah ingin tahu, ingin

mengerti, melihat, mencari, dan dapat menemukan permasalahan

serta memecahkan masalah yang dihadapi serta guru memberikan

kesempatan siswanya untuk berinteraksi dengan temannya dalam

menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang dianggap sulit. Tapi bila

siswa mempunyai pandangan negatif tentang kemampuan

mengajar guru maka siswa akan menjadi malas untuk mengikuti

Page 16: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

pelajaran, tidak ada motivasi dan malas untuk melakukan

pekerjaan atau kegiatan sekolahnya.

Kompetensi pedagogik guru matematika yang kurang baik

tidak akan mampu mengembangkan prestasi belajar siswanya.

Sebaliknya, bila kompetensi pedagogik guru matematika yang

ditampilkan melalui penguasaan dan mampu memberikan materi

dengan baik maka dapat meningkatkan prestasi belajar peserta

didiknya terutama dalam mata pelajaran matematika.

Hal ini menunjukkan bila siswa memiliki persepsi yang

positif tentang kompetensi pedagogik para guru terutama

matematika maka siswa merasa senang, nyaman, memiliki

kepercayaan, dan semakin tekun dalam belajar serta berusaha

meningkatkan prestasi belajarnya sehingga siswa memiliki

keyakinan diri dan siap untuk menghadapi ujian. Hal ini akan

membantu siswa untuk mengurangi kecemasan yang mereka

rasakan pada saat ujian nanti. Namun, jika semakin negatif

persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik para guru

matematika maka siswa merasa tidak nyaman, tidak tekun dalam

belajar, tidak adanya motivasi mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan guru sehingga dapat mempengaruhi belajarnya. Hal

tersebut akan meningkatkan kecemasan siswa dalam menghadapi

ujian dan menghambat siswa dalam pencapaian nilai ujian secara

maksimal, karena konsentrasi belajar siswa teralih pada gejala

kecemasan yang dirasakannya.

Page 17: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan didalam penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif. Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa dan

siswi SMA kelas XII. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

berkarakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel

diambil dari populasi harus representatif atau mewakili

(Sugiyono, 2006) sampel inilah yang dalam penelitian diambil

datanya untuk membuat suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini

yang menjadi sampel adalah sebagian siswa dan siswi SMA kelas

XII.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengunakan teknik snowball sampling yaitu teknik

penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian

sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan

sampel (Sugiyono, 2006).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian

ini adalah skala. Skala merupakan suatu alat ukur berupa daftar

pernyataan mengungkap indikator dari aspek yang diukur, dan

jawaban yang diberikan tergantung pada interpretasi subjek

terhadap pernyataan tersebut (Azwar, 1999). Terdapat 2 skala

Page 18: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala Persepsi Siswa

terhadap kompetensi Pedagogik Guru Matematika dan skala

Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian yang diberikan kepada

siswa-siswi kelas XII SMA.

Persiapan Alat Ukur untuk Skala Persepsi Siswa terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru Matematika dibuat berdasarkan UU

No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu kompetensi

pedagogik guru tentang memahami karakteristik peserta didik

dari berbagai aspek yaitu aspek sosial, moral, kultural, emosional,

dan intelektual. Pada skala ini terdapat 34 aitem terdiri dari 17

aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Sedangkan untuk

Skala kecemasan siswa menjelang ujian nasional dibuat

berdasarkan teori dari Hyman dan Pedrick (2012) yang terdapat

ada 3 gejala kecemasan yaitu mental, fisik, dan perilaku. Pada

skala ini terdapat 42 aitem terdiri dari 33 aitem favorable dan 9

aitem unfavorable.

Dalam penelitian ini try out dilakukan pada 30 orang untuk

skala perspesi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru

matematika dan diperoleh dari hasil perhitungan korelasi item-

total dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows, terdapat

14 dari 34 item dinyatakan gugur karena memiliki koefisien

korelasi ≤ 0,30. Jumlah item yang lolos seleksi sebanyak 20 item.

Koefisien korelasi item-total pada skala ini bergerak dari angka

0,316 sampai dengan 0,702, dengan pengujian reliabilitas

sebanyak dua kali putaran maka diperoleh koefisien reliabilitas α

Page 19: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

= 0,864 dari 20 aitem valid. Dalam penelitian try out dilakukan

pada 40 orang untuk skala kecemasan siswa menjelang ujian

nasional dan diperoleh hasil perhitungan korelasi item-total

dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows, terdapat 9 dari

42 item dinyatakan gugur karena memiliki koefisien korelasi ≤

0,20. Jumlah item yang lolos seleksi sebanyak 33 item. Koefisien

korelasi item-total pada skala ini bergerak dari angka 0,223

sampai dengan 0,708, dengan pengujian reliabilitas sebanyak dua

kali putaran maka diperoleh α = 0,886.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kota Salatiga pada siswa-siswi

kelas XII SMA di Kota Salatiga dengan teknik snowball

sampling dan mendapatkan 25 siswa-siswi kelas XII SMA yang

sedang beristirahat di luar sekolah atau pada saat jam makan

siang.

Uji Asumsi

Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji kolmogorov smirnov dengan bantuan SPSS versi 17.0 for

windows. Di lihat hasil perhitungan uji normalitas One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh hasil skor skala kecemasan

siswa menjelang UN berdistribusi normal, yang dapat dilihat

dari besarnya nilai KS-Z = 0,600 dengan sig. sebesar 0,864 (p >

0,05). Sedangkan skor persepsi siswa terhadap kompetensi guru

Page 20: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

berdistribusi normal, yang dapat dilihat dari besarnya nilai KS-

Z = 0,621 dengan sig.0,836 (p > 0,05).

Uji Linearitas

Dari hasil uji linieritas dari perhitungan uji linieritas pada

Anova Tabel diperoleh nilai F sebesar 1,076 dengan sig.= 0,532

( p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara skala persepsi

siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan

kecemasan siswa menjelang UN adalah tidak linear.

Norma Alat Ukur

Norma Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

Matematika

Peneliti menghitung norma alat ukur skala persepsi siswa

terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan 20

yang disebarkan pada 25 siswa-siswi kelas XII sebagai

responden. Aitem valid yang memiliki pilihan jawaban

sebanyak 4, dengan skoring dari 1 sampai dengan 4. Dengan

demikian, peluang skor tertinggi adalah 4 x 20 = 80, peluang

skor terendah adalah 1 x 20 = 20, sehingga luas jarak

sebarannya adalah 80-20 = 60. Dengan demikian, setiap satuan

standar deviasi standarnya bernilai σ = 60/6 = 10, dan mean

teoritiknya adalah µ = 20 x 2,5 = 50. Dari keenam satuan

standar deviasi, peneliti hanya menggolongkan subjek ke dalam

4 kategori diagnosis persepsi siswa terhadap kompetensi

pedagogik guru matematika, yaitu : (µ + 0,75 σ) ≤ X = Sangat

Tinggi, µ ≤ X (µ + 0,75 σ) = Tinggi, (µ - 0,75 σ) ≤ X < µ =

Rendah, X < (µ - 0,75 σ) = Sangat Rendah. Sehingga dengan

Page 21: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

harga σ = 10 diperoleh kategori-kategori skor jenjang persepsi

siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika sebagai

berikut : [50 + 0,75 (10)] ≤ X = 57,5, 50 ≤ X [50 + 0,75 (10)] =

50 ≤ X < 57,5, [50 - 0,75 (10)] ≤ X < 50 = 42,5 ≤ X < 50, X <

[50 - 0,75 (10)] = 42,5.

Setelah ditetapkan norma kategorisasi di atas, maka siswa

yang mendapat skor 57,5 ≤ X = 12 siswa dalam skala tersebut

dapat dikatakan sebagai persepsi terhadap kompetensi

pedagogik guru matematika yang sangat tinggi dengan

persentase 48%, siswa yang mendapat skor 50 ≤ X < 57,5 = 10

siswa dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi

terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang tinggi

dengan persentase 40%, siswa yang mendapat skor 42,5 ≤ X <

50 = 2 dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi

terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang rendah

dengan persentase 8%, dan siswa yang mendapat skor X < 42,5

= 1 siswa dalam skala tersebut dapat dikatakan sebagai persepsi

terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang sangat

rendah dengan persentase 4%.

Norma Kecemasan Siswa menjelang Ujian Nasional

Setelah mendapatkan skor dari jawaban setiap responden,

maka peneliti menghitung norma alat ukur skala Kecemasan

Siswa menjelang Ujian Nasional dengan 33 aitem valid

memiliki pilihan jawaban sebanyak 4 dengan skoring dari 1

sampai dengan 4. Dengan demikian, peluang skor tertinggi

Page 22: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

adalah 4 x 33 = 132, peluang skor terendah adalah 1 x 33 = 33,

sehingga luas jarak sebarannya adalah 132-33 = 99. Dengan

demikian, setiap satuan standar deviasi standarnya bernilai σ =

99/6 = 17 (dibulatkan), dan mean teoritiknya adalah µ = 33 x

2,5 = 83 (dibulatkan). Dari keenam satuan standar deviasi,

peneliti hanya menggolongkan subjek ke dalam 3 kategori

diagnosis kecemasan siswa menjelang ujian nasional, yaitu : (µ

+ 1,5 σ) ≤ X = Tinggi, (µ - 1,5 σ) ≤ X < (µ + 1,5 σ) = Sedang, X

< (µ - 1,5 σ) = Rendah.Sehingga dengan harga σ = 17 diperoleh

kategori-kategori skor jenjang persepsi siswa terhadap

kompetensi pedagogik guru matematika sebagai berikut : [83–

1,5 (17)] ≤ X = 108,5 ≤ X, [83–1,5 (17)] ≤ X < [83+1,5 (17)] =

57,5 ≤ X < 108,5, X < [83–1,5 (17)] = X < 57,5.

Setelah ditetapkan norma kategorisasi di atas, maka siswa

yang mendapat skor 108,5 ≤ X = 0 siswa dalam skala tersebut

dapat dikatakan sebagai kecemasan siswa menjelang ujian

nasional yang tinggi dengan persentase 0%, siswa yang

mendapat skor 57,5 ≤ X < 108,5 = 23 siswa dalam skala

tersebut dapat dikatakan sebagai kecemasan siswa menjelang

ujian nasional yang sedang dengan persentase 92%, dan siswa

yang mendapat skor X < 57,5 = 2 siswa dalam skala tersebut

dapat dikatakan sebagai kecemasan siswa menjelang ujian

nasional yang rendah dengan persentase 8%.

Page 23: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Hasil Analisis Data

Analisa Deskriptif

Analisis Deskriptif Skala Persepsi Siswa terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru

Berdasarkan pada hasil statistik deskriptif tampak skor

empirik yang diperoleh pada skala Persepsi Siswa terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru Matematika paling rendah

adalah 37, paling tinggi 75, rata-rata 58,68 dengan standar

deviasi 10,003. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 20 item

skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

Matematika yang valid. Berdasarkan rata-rata sebesar 58,68

dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang diteliti memilliki

skala Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

Matematika pada kategori tinggi.

Analisis Deskriptif Skala Kecemasan menjelang Ujian

Nasional

Berdasarkan pada lampiran 4 tentang statistik deskriptif

tampak skor empirik yang diperoleh pada skala Kecemasan

menjelang Ujian Nasional paling rendah adalah 51, paling

tinggi 106, rata-rata 80,12 dengan standar deviasi 12,238.

Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 33 item skala Kecemasan

menjelang Ujian Nasional yang valid. Berdasarkan rata-rata

sebesar 80,12 dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang

diteliti memiliki skala Kecemasan menjelang Ujian Nasional

pada kategori sedang.

Page 24: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Analisis Korelasi

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik

korelasi product moment. Untuk perhitungan dilakukan dengan

bantuan program SPSS Versi 17.0 for windows. Dari hasil

output korelasi diketahui bahwa korelasi antara persepsi siswa

terhadap kompetensi guru matematika dengan kecemasan

menjelang UN, dengan nilai r = -0,037, dengan nilai signifikan

sebesar 0,861 (p > 0,05), artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik

guru matematika dengan kecemasan siswa menghadapi ujian

nasional. Untuk mendukung bahwa kedua variabel tidak ada

hubungan atau tidak ada korelasi bisa melihat hasil scatter plot

pada lampiran 5, dari hasil tersebut tampak penyebaran butir-

butir tidak merata dan cenderung ada di tengah.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara

persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika

dengan kecemasan siswa menjelang ujian nasional kelas XII

SMA dan hasil uji korelasi diketahui bahwa kedua variabel

memiliki koefisien korelasi -0,037, dengan nilai signifikan 0,861,

yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi

siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan

kecemasan siswa menjelang ujian nasional. Hal ini menunjukkan

bahwa, tinggi rendahnya persepsi siswa terhadap kompetensi

pedagogik guru matematika tidak berdampak pada tinggi

Page 25: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

rendahnya tingkat kecemasan siswa menjelang ujian nasional.

Berkaitan dengan hasil penelitian terdahulu, penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Ayuningtyas (2009), yang

mengatakan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi

siswa terhadap kompetensi guru dengan kecemasan menghadapi

ujian nasional.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada lampiran 4 untuk

skala persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru

matematika diperoleh mean sebesar 58,68 yang memiliki persepsi

siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika yang

berada pada kategorisasi tinggi. Hal ini berarti bahwa pada saat

penelitian dilakukan, siswa mempersepsikan kompetensi

pedagogik guru matematika secara positif terutama dalam hal

memahami karakteristik siswa dari berbagai aspek.

Berdasarkan dari perhitungan norma persepsi siswa

terhadap kompetensi pedagogik guru matematika terhadap 25

siswa, terdapat 12 siswa yang berada pada ketegori sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa 12 siswa tersebut menilai sangat

positif terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru

matematika terutama dalam hal memahami karakteristik siswa-

siswi dari berbagai aspek. Dengan adanya persepsi siswa yang

sangat positif terhadap kompetensi pedagogik guru matematika

dalam hal memahami karakteristik siswa dari berbagai aspek

terutama dalam mengetahui pengetahuan peserta didik terbentuk

karena adanya rangkaian kerjasama yang positif antara aspek

Page 26: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

kognisi dan afeksi. Hal tersebut didukung dengan jumlah skor

total yang tinggi yaitu pada aitem pernyataan nomor 14 yang

menyebutkan guru matematika saya memberikan banyak

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, mempraktekkan, dan

berinteraksi dengan peserta didik lain, sehingga siswa dan guru

dapat mempertahankan persepsi yang positif. Siswa yang

memiliki kognisi yang positif, didukung dengan adanya afeksi

yang positif terhadap kompetensi pedagogik guru matematika..

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Schiffman (dalam Sukmana,

2003) yang menyebutkan bahwa persepsi individu tidak hanya

didasarkan pada ingatan tentang masa lalu dan kemampuan

menghubungkan pengalaman masa sekarang dengan pengalaman

masa lalu (proses kognisi) saja, tetapi melibatkan unsur perasaan

juga (afeksi). Dengan demikian, siswa-siswi akan timbul

kepercayaan (kognisi) dan kenyamanan (afeksi) terhadap

kompetensi pedagogik yang dimiliki guru matematika.

Selain itu Supratiknya (1995), berpendapat bahwa

kepercayaan dan kenyamanan mutlak diperlukan agar suatu relasi

tumbuh dan berkembang. Dengan demikian, kepercayaan dan

kenyamanan merupakan modal penting untuk menciptakan

komunikasi yang efektif antara siswa dan gurunya. Pada saat

siswa percaya terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki

gurunya, siswa akan menganggap penting atas penjelasan yang

guru berikan, maka dari itu adanya kenyamanan dan rasa tenang

yang dirasakan siswa dalam berinteraksi dengan gurunya, baik di

Page 27: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

kelas maupun di luar kelas, akan membuat siswa lebih bisa

membuka diri kepada guru matematika atas segala kondisi dan

kesulitan serta permasalahan yang dihadapi dan dirasakan siswa

dalam menghadapi berbagai tantangan belajar, salah satunya

adalah untuk menghadapi Ujian Nasional (UN).

Berdasarkan pada kategorisasi persepsi siswa terhadap

kompetensi pedagogik guru matematika terdapat 1 siswa pada

kategorisasi sangat rendah. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa

siswa menilai komptensi pedagogik yang dimiliki guru

matematika terutama dalam memahami karakteristik peserta didik

yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional,

spiritual, dan latar belakang sosial-budaya sangat rendah. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah nilai skor aitem pernyataan nomor 11

yang menyebutkan guru matematika saya tidak bisa memahami

gaya belajar yang berbeda pada siswanya. Dengan demikian, guru

matematika dapat lebih peka terhadap gaya belajar yang berbeda

pada setiap siswa-siswinya sehingga mereka mendapatkan rasa

percaya dan kenyamanan dalam belajar mengajar dalam

mempersiapkan ujian nasional.

Ujian Nasional (UN) sebagai syarat penentu untuk

kelulusan siswa, dengan adanya Standar Kompetensi Kelulusan

Nasional (SKLUN) yang terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya dan adanya penambahan mata pelajaran yang

diikutsertakan dalam UN, serta singkatnya waktu untuk

mempersiapkan segala kegiatan belajar untuk UN, pada

Page 28: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

kenyataannya menimbulkan kecemasan dalam diri siswa.

Kecemasan menghadapi Ujian Nasional (UN) adalah ketakutan,

kekhawatiran, dalam kegelisahan bahwa akan terjadi hal-hal yang

tidak diingingkan dalam UN, yang ditunjukkan dengan adanya

gejala psikologis, fisiologis, dan mental, yang dirasakan siswa

pada saat akan menjelang UN.

Berdasarkan dari hasil kategorisasi skala kecemasan siswa

menjelang Ujian Nasional diperoleh mean sebesar 80,12 yang

memiliki kecemasan menjelang ujian nasional dalam kategori

sedang. Kecemasan siswa menjelang ujian nasional yang berada

dalam kategori sedang tersebut, pada kenyataannya justru akan

mendorong siswa untuk lebih giat belajar dalam mempersiapkan

ujian nasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Elliot, dkk, (1996)

yang mengemukakan bahwa tingkat kecemasan yang sedang

berpengaruh positif terhadap penampilan belajar siswa, yaitu

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan tingkat

kecemasan yang tinggi justru akan mengganggu belajar siswa.

Kecemasan dalam kategori sedang yang siswa rasakan akan

membantu siswa untuk lebih sungguh-sungguh dalam membekali

diri dengan menguasai serta memahami segala materi pelajaran

yang akan diujikan dalam ujian nasional terutama pelajaran

matematika, sehingga mampu meraih nilai yang bagus dalam

ujian nasional khususnya pelajaran matematika.

Adanya persepsi yang positif terhadap kompetensi

pedagogik yang dimiliki gurunya, ini menjadi modal penting

Page 29: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

dalam terciptanya komunikasi yang efektif antara guru dan siswa,

yang pada akhirnya akan membentuk sikap yang positif terhadap

guru matematika, dengan demikian dapat memperlancar jalannya

proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah

(2003), yang mengatakan bahwa sikap siswa yang positif

terhadap guru merupakan pertanda awal yang baik bagi proses

belajarnya.

Terbentuknya sikap yang positif terhadap kompetensi

pedagogik guru matematika maka akan tercipta situasi atau

proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan terciptanya

situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar antara siswa

dan guru akan dapat memberikan umpan balik (feed back) dalam

proses belajar mengajar. Dengan adanya situasi belajar mengajar

yang kondusif akan menumbuhkan adanya perasaan yang

didukung oleh guru terutama guru matematika dalam diri siswa

yang akan membantu siswa dalam menumbuhkan keyakinan diri

dalam proses belajar baik di sekolah maupun di rumah.

Keyakinan diri tersebut ditandai dengan keyakinan untuk

melakukan sesuatu hal dengan baik dan berhasil (Dariyo, 2007).

Terkait dengan pelaksanaan menjelang Ujian Nasional (UN),

berdasarkan pendapat Dariyo, maka siswa yang mempunyai

keyakinan diri akan merasa yakin bahwa dirinya mampu

menghadapi dan berhasil dalam Ujian Nasional (UN) khusunya

dalam mata pelajaran metematika. Dengan demikian dengan

adanya keyakinan tersebut dalam diri siswa, maka siswa akan

Page 30: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

memiliki kesiapan dan kecemasan yang dirasakan oleh siswa

menjelang Ujian Nasional (UN) dapat di minimalisir.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap

kompetensi pedagogik guru matematika dengan kecemasan siswa

menjelang ujian nasional. Hal ini disebabkan bahwa persepsi

siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika dengan

kecemasan siswa menjelang ujian nasional tidak selalu

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya siswa menilai kompetensi

pedagogik yang dimiliki oleh gurunya khususnya guru

matematika, tetapi bisa disebabkan oleh faktor dalam diri siswa

misalnya siswa tersebut memang sudah siap untuk menghadapi

ujian nasional, faktor lingkungan misalnya sebagian besar siswa

mengikuti bimbingan belajar terutama mata pelajaran matematika

dan membuat kelompok belajar bersama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik

guru matematika dengan tingkat kecemasan siswa menjelang

ujian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa, tinggi rendahnya

persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru matematika

tidak berdampak pada tinggi rendahnya tingkat kecemasan siswa

menjelang ujian nasional.

Page 31: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Saran

1. Bagi siswa, dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan

kepada siswa agar mereka dapat menjaga persepsi yang

positif terhadap kompetensi pedagogik guru matematika.

2. Bagi guru dan sekolah, Untuk pihak sekolah disarankan

dapat mempertahankan persepsi yang positif terhadap

kompetensi guru yang dimiliki guru terutama kompetensi

pedagogik guru matematika.

3. Bagi peneliti selanjutnya, bagi peneliti selanjutnya dan akan

mengambil topik yang sama, disarankan :

a. Peneliti dalam melakukan penelitian dapat menggunakan

populasi yang lebih luas dan lebih banyak responden.

b. Sebelum pengambilan data peneliti harus mencari

sekolah–sekolah sejak jauh-jauh hari agar mendapatkan

ijin untuk melakukan penelitian.

c. Mengingat peneliti dalam pengambilan data 1 bulan

sebelum ujian nasional. Bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dalam pengambilan data di waktu yang

berdekatan dengan ujian nasional yaitu 1 minggu atau 2

hari sebelum ujian nasional sehingga dapat mengetahui

kecemasan siswa-siswi menjelang Ujian Nasional (UN).

d. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneliti

lebih khusus tentang nilai mata pelajaran matematika guna

mengetahui apakah siswa-siswi mengalami kecemasan

pada saat akan menjelang ujian nasional.

Page 32: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2005). Kamus besar bahasa indonesia. (Edisi ke tiga).

Jakarta: Balai Pustaka

Ayuningtyas, R. P. (2009). Hubungan Antara Persepsi Terhadap

Kompetensi Guru Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian

Nasional (UN) Pada Siswa Kelas IX SMP N 1 Semarang.

Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang. Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro

Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Damanik. (2006). UN dan standar kelulusan. www.hariansib.com

Dariyo, A. 2007. Psikologi perkembangan anak tiga tahun

pertama. Bandung: PT Refika Aditama

Dewi, Y.M. (2006). Hubungan antara dukungan sosial orang tua

dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi seleksi

penerimaan mahasiswa baru (SPMB) pada siswa SMA

Negeri 4 Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Litllefield, J., & Travers, J. F.

(1996). Educational psychology. 2nd Ed. Madition :

Brownand Benchmark Company

Hyman, B.M and Cherry Pedrick. (2012). Anxiety disorder.

Minneapollis: USA Today

Julianti, F. F. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta:

UI Press

Meichati, S. (1983). Kesehatan mental. Yogyakarta: Andi Offset

Nasution, S. (1987). Berbagai pendekatan dalam proses belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Purwantini, C., & Purwanti, R. E. (2007). Persepsi Guru, Orang

Tua, dan Siswa Terhadap UN Studi Empirik SMP-SMP di

Kotamadya Yogyakarta. Widya Dharma, Majalah Ilmiah

Kependidikan, 18 (1), 35-50

Page 33: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. 2008. Bandung:

Yrama Widya

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 Tahun 2008

tentang Guru. 2009. Bandung: Nuansa Aulia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2008

tentang Ujian Nasional SMP/MTs/SMPLB, SMALB, dan

SMK Tahun Pelajaran 2008/2009. 2008. Jakarta: Depdiknas

Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan. Edisi Kedua.

Cetakan 1. Alih bahasa: Tri Wibowo B. S. Jakarta: Kencana

Sugiyono. (2006). Statistik untuk penelitian. (cetakan

kesesembilan). Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. (2012). Statistik untuk penelitian. (cetakan 20).

Bandung : CV Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan psikologi proses

pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sukmana, O. (2003). Dasar-dasar psikologi lingkungan. Malang:

UMM Press

Supratiknya. (1995). Komunikasi antar pribadi. Yogyakarta:

Kanisius

Syah, M. (2003). Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Walgito, B. (1992). Penganrat psikologi umum. Yogjakarta: Andi

Offset

Walgito, B. (1997). Pengantar psikologi umum. (cetakan kelima).

Yogyakarta: Andi Offset

Widayanti, N. (2007). Hubungan antara persepsi siswa terhadap

kualitas pengajaran guru matematika dengan prestasi belajar

matematika. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga. Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana

Page 34: Hubungan antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4025/2/T1_802006088 Full... · menyelenggarakan Ujian Nasional (UN). Pemerintah mulai

Williams, S. (1997). Mananging preasurre for performance.

(terjemahan oleh Suwardi). Jakarta: Gramedia Pustaka

Umum

Zaenal, A. (2002). Profesionalisme guru dalam pembelajaran.

Surabaya: Insan Cendikia