73
1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan rahmatNya sehingga proposal penelitian yang berjudul “ Hubungan antara Shalat Berjamaah dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaruini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Proposal ini dibuat selain untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen pembimbing juga untuk mengkaji dalam bentuk penelitian (proposal) apakah terdapat hubungan antara shalat berjamaah dengan etos kerja mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru sehingga dapat berguna untuk para pembaca. Penulis selaku mahasiswa mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan maupun arahan, dalam proses pembuatan proposal penelitian ini, yakni : 1. Bapak Drs. H. Fansuri, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Mata kuliah Metodologi Penelitian. 2. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan proposal penelitian ini. Penulis menyadari proposal penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi bahasa maupun dalam sistematika penulisan.Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal penelitian ini kedepannya. Akhir kata, semoga proposal penelitian ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Amiiin ya rabbal a‟lamin. Banjarbaru, Juni 2010 Penulis

Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

petunjuk dan rahmatNya sehingga proposal penelitian yang berjudul “ Hubungan

antara Shalat Berjamaah dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama

Banjarbaru” ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

Proposal ini dibuat selain untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen

pembimbing juga untuk mengkaji dalam bentuk penelitian (proposal) apakah

terdapat hubungan antara shalat berjamaah dengan etos kerja mahasiswa PGSD

Berasrama Banjarbaru sehingga dapat berguna untuk para pembaca.

Penulis selaku mahasiswa mengucapkan banyak terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan maupun

arahan, dalam proses pembuatan proposal penelitian ini, yakni :

1. Bapak Drs. H. Fansuri, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Mata kuliah

Metodologi Penelitian.

2. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan

proposal penelitian ini.

Penulis menyadari proposal penelitian ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi bahasa maupun dalam sistematika penulisan.Untuk itu,

penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

proposal penelitian ini kedepannya.

Akhir kata, semoga proposal penelitian ini bisa bermanfaat bagi kita

semua dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Amiiin ya rabbal a‟lamin.

Banjarbaru, Juni 2010

Penulis

Page 2: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN:………………………………………………………1

A. Latar Belakang Masalah..……………………………………………..1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………...4

C. Batasan Masalah.......………………………………………………….6

D. Rumusan Masalah……………………………………………..………6

E. Tujuan Penelitian..………………………………………..……………6

F.Kegunaan Hasil Penelitian.……………………………….……………6

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........…………………………………………….8

A. Deskripsi Teori..……………………………………………………....8

B. Kerangka Berpikir.....................……………………………………...32

C. Hipotesis Penelitian………………………………………………….32

BAB III PROSEDUR PENELITIAN.………………………………………...33

A. Metode Peneltian………………………………………………….19

B. Populasi dan Sampel Penelitian...……………………………........35

C. Tekhnik Pengumpulan Data.....…………………………………...38

D. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data………………………..…43

Page 3: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..........……………………………………………..52

B. Pembahasan.................…………………………………………….64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan....................……………………………………………67

B. Saran................................…………………………………………..67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kewajiban negara adalah meyelenggarakan pendidikan, hal ini

tercantum dalam konstitusi Negara Republik Indonesia. Setiap warga negara

wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

Berdasarkan UUD 1945 BAB XIII tentang pendidikan Pasal 31 yang

berbunyi: Ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3, berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebuah gambaran

tentang betapa pentingnya pendidikan bagi setiap manusia.

Dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan harkat, martabat, dan

derajatnya sebagai manusia. Dan sebaliknya tanpa pendidikan umat manusia

bisa menuai bencana besar. Pendidikan adalah hak dasar setiap manusia yang

harus terpenuhi.Sumber daya bangsa kita masih tertinggal jauh dari dibanding

negara-negara lainnya.

Angin segar mulai berhembus di negeri ini, pemerintah bertekad

memajukan kualitas pendidikan di Indonesia yang salah satu bentuk wujud

komitmennya adalah pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari

APBN. Keberhasilan meningkatkan mutu pendidikan tidak akan pernah lepas

dari peran sentral guru, maka pemerintah melakukan berbagai terobosan

untuk membentuk tenaga pendidik yang profesional.

Page 5: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

5

Bentuk perhatian itu berupa peningkatan jumlah guru, gaji guru,

kesejahteraan guru, profesionalisme guru, semuanya ditingkatkan oleh

pemerintah pusat. Salah satu program pemerintah pusat untuk meningkatkan

profesionalisme guru adalah menjalin kerja sama dengan Universitas

Lambung Mangkurat (UNLAM). Bentuk kerja samanya adalah melalui

penyelenggaraan PGSD Berasrama.

Mahasiswa PGSD berasrama diharapkan menjadi seorang guru di SD

yang profesional. Keberhasilan mahasiswa sangat bergantung pada sikap dan

perilaku yang dimiliki oleh mahasiswa yang bersangkutan. Sebagai calon

guru mahasiswa harus memiliki sikap yang tangguh dalam bekerja serta

berjiwa religius dalam dirinya karena sangat berguna untuk kehidupannya

yang akan datang. Sebelum memimpin orang lain, mahasiswa sendiri harus

bisa memulai dari kecil yaitu memimpin dirinya sendiri. Hal ini bisa sedini

mungkin dilatih selama berada di PGSD berasrama Banjarbaru.

Kehidupan berasrama tentunya berbeda dengan kehidupan sehari-hari

mahasiswa reguler. Kehidupan berasrama lebih kompleks dengan berbagai

aspek kehidupan didalamnya, seperti pembentukan karakter mahasiswa yang

cerdas, disiplin, berkepribadian, religius, kreatif, memiliki etos kerja yang

tinggi, dan sebagainya. Seiring dengan pembentukan karakter mahasiswa di

atas permasalahan juga timbul dalam kehidupan di asrama seperti masalah

kedisiplinan, kepribadian, shalat berjamaah, kerajinan dan sebagainya.

Salah satu hal yang cukup penting adalah aspek keagamaan (kewajiban

shalat berjamaah) dan etos kerja mahasiswa yang sebagian masih rendah dan

perlu untuk ditingkatkan. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui

tentang pengaruh kegiatan keagamaan yakni shalat berjamaah di musahalla

dengan peningktan etos kerja mahasiswa.

Page 6: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

6

Menurut tokoh agama Islam KH. Quraish Shihab ada fenomena yang

kurang bagus dalam umat muslim terutama di Indonesia. Beliau menyatakan

bahwa kebanyakan umat muslim yang mengerjakan shalat dengan tanpa

pengahayatan. Hal inilah yang menyebabkan shalat hanya menjadi rutinitas

jasadiyah tanpa makna dan tidak memberikan pengaruh pada kematangan

jiwanya. Nilai-nilai yang menjadi implikasi positif tidak menyentuh mereka,

apalagi asshalatu tanha „anil fakhsa wal munkar. Hal ini secara tegas

dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur‟an: “Celakalah orang-orang yang

salat, tapi lalai akan (makna) shalat, yaitu mereka yang riya dan menghalangi

pemberian bantuan.

Etos kerja adalah sifat, watak, karakter dan kualitas kehiduan bathin,

moral, dan gaya estetis serta suasana hati. Secara ringkas etos adalah sikap

mendasar terhadap diri dan terhadap dunia yang direfleksikan dalam

kehidupan. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar dalam

menghadapi kerja. Sebagai sikap hidup yang mendasar , maka etos kerja pada

dasarnya merupakan cerminan dari pandangan hidup nyang berorientasi pada

nilai-nilai yang berdimensi transenden.

Seseorang atau individu dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi,

apabila menunjukkkan tanda-tanda sebagai berikut:

1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia

2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur

bagi eksistensi manusia

3. Kerja yang dirasakan sebagai suatu aktivitas yang bermakna bagi

kehidupan manusia

4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan

sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita. Kerja

dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Pembentukan dan penguatan etos kerja tidak semata-mata ditentukan

oleh kualitas pendidikan atau prestasi yang berhubungan profesi dan dunia

kerja , tapi juga ditentukan oleh faktor-faktor yang berhubungan erat dengan

inner life-nya, suasana batin, semangat hidup, yang semua itu bersumber pada

keyakinan atau iman.

Page 7: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

7

Melihat adanya hubungan kedua aspek di atas dan juga kenyataan

keadaan di asrama yang dalam kedua aspek tersebut perlu sekali untuk

ditingkatkan, maka penulis merasa perlu untuk mengangkat hal ini dalam

bentuk tulisan, mengingat pentingnya memaknai nilai-nilai shalat

(berjamaah) yang berprngaruh terhadap etos kerja mahasiswa. Untuk itu

dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Shalat Berjamaah

dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru”.

B. Identifikasi Masalah

Selama menjalalani pendidikan di asrama, tentunya banyak masalah yang

harus dicarikan solusinya sedini mungkin. Etos kerja sebagian mahasiswa

sudah baik, namun masih banyak dari mahasiswa yang etos kerjanya relatif

masih rendah dan perlu ditingkatkan.Hal ini dapat dilihat dari masalah-

masalah yang berkaitan dengan etos kerja mahasiswa di asrama seperti:

1. Masalah keagamaan

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap penghuni asrama untuk ikut

dalam shalat berjamaah setiap hari, yakni shalat subuh, maghrib, dan Isya

di musahalla PGSD. Masalah yang ada pada kegiatan keagamaan ialah

seperti masih seringnya mahasiswa yang meninggalkan shalat berjamaah

di mushalla terutama pada saat shalat subuh berjamaah. Tidak ikut dalam

kegiatan keagamaan shalat sunah hajat atau taubat tiap malam Jumat. Hal

ini dapat dibuktikan dengan absensi yang dilakukan oleh seksi bidang

keagamaan. Belum lagi masalah kekhusukan atau pemaknaan terhadap

nilai-nilai shalat itu sendiri dan keluar musahalla sebelum wiridan

selesai.

2. Masalah ketangguhan

Selain mahasiswa sibuk dengan tugas kuliah yang diberikan oleh

dosen, mahasiswa juga dituntut untuk mengikuti semua kegiatan yang

ada di asrama seperti berkebun, pengembangan diri, pramuka, olahraga

dan sebagainya. Nah, disinilah para mahasiwa sering mengeluh dan

terkadang tidak semangat dalam mengikuti kegiatan di asrama yang telah

terjadwal dan bahkan masih ada yang tidak ikut sama sekali pada waktu

Page 8: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

8

ada kegiatan tanpa alasan yang jelas. Walaupun banyak yang hadir untuk

mengikuti kegiatan, tapi kadar semangat dan kesungguhan masih sangat

perlu di tingkatkan. Masih diperlukan suatu spirit yang tentunya akan

berdampak besar terhadap keberhasilan program kegiatan yang di buat

baik oleh IMPS atau asrama maupun dari lembaga sendiri.

3. Masalah datang tepat waktu

Datang secara tepat waktu sering menjadi hal yang sulit bagi

mahasiswa, baik itu dalam mengikuti kegiatan asrama maupun kegiatan

perkuliahan. Mahasiswa masih kurang pandai dalam memanajemen

waktu. Pembina asrama sering kali menegur dan mencoba untuk

mendisiplinkan mahasiswa yang tidak tepat waktu.

4. Masalah keaktifan

Masalah keaktifan ini juga menjadi hal tidak bisa disepelekan.

Aktif merupakan suatu keseriusan dan keantusiasan dalam melakukan

sesuatu. Mahasiswa kurang menyadari akan hal ini, dan sering megikuti

kegiatan dengan niat asal ikut saja tanpa berperan apa-apa. Masalah

keaktifan yang sering terlihat adalah pada saat pelaksanaan kegiatan

ekstrakurikuler pramuka yang hanya sebagian dari mahasiswa yang

berpartisipasi secara aktif.

5. Masalah kebiasaan

Kebiasaan seseorang memang sangat sulit untuk diubah.

Kebiasaaan mahasiswa sewaktu di rumah atau sebelum mengikuti

pendidikan berasrama tentu berbeda-beda. Selain kebiasaan baik,

kebiasaaan buruk mahasiswa juga ikut terbawa ke asrama. Inilah salah

satu faktor yang menyebabkan banyak masalah yang timbul di asrama

seperti tidak terbiasa untuk hidup teratur, bersih, dan berdisiplin. Di

asrama semua warga asrama dituntut untuk bisa menghilangkan

kebiasaan buruk dan mulai menanamkan sifat atau karakter yang lebih

baik.

Masalah yang diangkat oleh penulis mengenai pengaruh shalat

berjamaah terhadap etos kerja juga terkait dengan kurangnnya kesadaran

dan kedisiplinan mahasiswa PGSD Berasrama.

Page 9: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

9

C. Batasan Masalah

Latar belakang masalah diatas mengemukakan bahwa ada pengaruh

positif kegiatan keagamaan yakni shalat berjamaah di asrama terhadap etos

kerja mahasiwa PGSD Berasrama Banjarbaru.Karena masalah ibadah dan

etos kerja sangat luas, maka penulis dalam penelitian ini membatasi

permasalahan sebagaimana judul tersebut di atas yaitu:

Shalat Berjamaah di asrama:

1. Shalat Subuh

2. Shalat Maghrib

3. Shalat Isya

Etos Kerja, meliputi:

1. Kegiatan di asrama

2. Kegiatan perkuliahan

D. Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Adakah hubungan antara shalat berjamaah dengan etos kerja mahasiswa

PGSD Berasrama Banjarbaru?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara shalat berjamaah terhadap etos kerja

mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh shalat berjamaah terhadap

etos kerja mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Untuk Pengelola PGSD Berasrama Banjarbaru. Sebagai bahan informasi

/acuan mengenai pentingnya para mahasiswa(i) untuk dilatih dan

dibimbing dalam shalat berjamaah.

Page 10: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

10

2. Sebagai bentuk masukan kepada semua pihak tentang bagaimana

meningkatkann etos kerja dalam kaitannya dengan shalat berjamaah

3. Untuk mahasiswa(i) PGSD Berasrama Banjarbaru. Sebagai bahan

informasi yang merupakan objek dari penelitian ini, sehingga dapat

meningkatkan ketakwaan dan etos kerjanya.

4. Memberi pengalaman kepada peneliti sendiri.

Page 11: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

11

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Shalat

a. Pengertian Shalat

Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam

bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir

dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah

ditentukan syara.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim,

diantaranya yaitu shalat fardhu atau shalat lima waktu yang wajib

dilaksanakan oleh umat muslim apabila telah memenuhi syarat-syarat

untuk melaksanakannya. Selain itu shalat hukumnya dapat dikatakan

wajib, fardhu atau sunnah. Shalat Jum‟at yang dilaksanakan pada

setiap hari Jum‟at dan dilaksanakan oleh laki-laki hukumnya yaitu

fardhu„ain, dan bagi wanita tidak.

Secara etimologi shalat berarti do‟a dan secara terminology /

istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara

lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita

beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan.

Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada

Allah, yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di

dalam jiwa rasa kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”

atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita

sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya”

(Hasbi Asy-Syidiqi, 59)

Page 12: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

12

Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi

antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di

dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan

dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri

dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah

ditentukan syara‟ (Imam Bashari Assayuthi, 30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat

adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan

perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam

menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat

merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam

rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.

b. Shalat Fardhu dan Waktunya

Shalat fardhu ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu

yang ditentukan.Umat muslim diperintahkan untuk menunaikan

berdasarkan dengan waktunya masingmasing.

1. Zhuhur

Awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit.

Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama

panjangnya dengan semua itu.

2. Ashar

Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai terbenamnya

matahari.

3. Maghrib

Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq

( awal senja ) merah.

Page 13: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

13

4. Isya

Waktunya mulai dari tebenam syafaq ( awal senja ), hingga terbit

fajar.

5. Subuh

Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari.

c. Dalil – Dalil Tentang Kewajiban Shalat

Al-Baqarah, 43

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta

orang – orang yang ruku.

Al-Baqarah 110

Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa

yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan

dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah Maha melihat

apa – apa yang kamu kerjakan

Al –Ankabut : 45

Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah

perbuatan keji dan munkar.

An-Nuur: 56

Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada

Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat.

Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat

dengan perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan

“dirikanlah”.

Page 14: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

14

unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur

batiniah sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat

tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan

selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga

apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.

d. Landasan Hukum Shalat Berjamaah

Berikut adalah yang terdapat dalam Al Qur'an maupun Hadits

mengenai shalat berjama'ah:

Dalam Al Qur'an Allah SWT berfirman: "Dan apabila kamu berada

bersama mereka lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama

mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat)

bersamamu dan menyandang senjata”. (QS. 4:102).

Hadits.422

Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat berjama'ah itu lebih

utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian." Muttafaq Alaihi.

Hadits.426

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat yang paling berat bagi

orang-orang munafik ialah sholat Isya' dan Shubuh. Seandainya mereka

tahu apa yang ada pada kedua sholat itu, mereka akan mendatanginya

walaupun dengan merangkak." Muttafaq Alaihi.

HaditsNo.427

Dari Abu Hurairah r.a: Ada seorang laki-laki buta menghadap

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Ya Rasulullah,

sungguh aku ini tidak mempunyai seorang penuntun yang menuntunku ke

masjid. Maka beliau memberi keringanan padanya. Ketika ia berpaling

pulang beliau memanggilnya dan bertanya: "Apakah engkau mendengar

adzan untuk sholat?" Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Kalau begitu,

datanglah." Riwayat Muslim.

Page 15: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

15

e. Keutamaan Shalat Berjamaah

Adapun keutamaan shalat berjama'ah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Berjama'ah lebih utama dari pada shalat sendirian. Rasulullah SAW

bersabda: "Shalat berjama'ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian

sebanyak dua puluh tujuh derajat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu

Umar RA)

2. Dari setiap langkahnya diangkat kedudukannya satu derajat dan

dihapuskan baginya satu dosa serta senantiasa dido'akan oleh para

malaikat. Rasulullah SAW bersabda: "Shalat seseorang dengan berjama'ah

itu melebihi shalatnya di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali

lipat. Yang demikian itu karena bila seseorang berwudhu' dan

menyempurnakan wudhu'nya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan

semata-mata untuk shalat, maka setiap kali ia melangkahkan kaki

diangkatlah kedudukannya satu derajat dan dihapuslah satu dosa.Dan

apabila dia mengerjakan shalat, maka para Malaikat selalu memohonkan

untuknya rahmat selama ia masih berada ditempat shalat selagi belum

berhadats, mereka memohon:“Ya Allah limpahkanlah keselamatan

atasnya, ya Allah limpahkanlah rahmat untuknya.

3. “Dan dia telah dianggap sedang mengerjakan shalat semenjak menantikan

tiba waktu shalat." (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra, dari

terjemahan lafadz Bukhari).

4. Terbebas dari pengaruh/penguasaan setan. Rasulullah SAW bersabda:

"Tiada tiga orangpun di dalam sebuah desa atau lembah yang tidak

diadakan di sana shalat berjama'ah, melainkan nyatalah bahwa mereka

telah dipengaruhi oleh setan. Karena itu hendaklah kamu sekalian

membiasakan shalat berjama'ah sebab serigala itu hanya menerkam

kambing yang terpencil dari kawanannya." (HR. Abu Daud dengan isnad

hasan dari Abu Darda' RA).

Page 16: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

16

5. Memancarkan cahaya yang sempurna di hari kiamat. Rasulullah SAW

bersabda: "Berikanlah kabar gembira orang-orang yang rajin berjalan ke

masjid dengan cahaya yang sempurna di hari kiamat." (HR. Abu Daud,

Turmudzi dan Hakim).

6. Mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang shalat Isya dengan berjama'ah maka seakan-akan ia

mengerjakan shalat setengah malam, dan barangsiapa yang mengerjakan

shalat shubuh berjama'ah maka seolah-olah ia mengerjakan shalat semalam

penuh. (HR. Muslim dan Turmudzi dari Utsman RA).

7. Sarana penyatuan hati dan fisik, saling mengenal dan saling mendukung

satu sama lain. Rasulullah SAW terbiasa menghadap ke ma'mum begitu

selesai shalat dan menanyakan mereka-mereka yang tidak hadir dalam

shalat berjama'ah, para sahabat juga terbiasa untuk sekedar berbicara

setelah selesai shalat sebelum pulang kerumah. Dari Jabir bin Sumrah RA

berkata: "Rasulullah SAW baru berdiri meninggalkan tempat shalatnya

diwaktu shubuh ketika matahari telah terbit. Apabila matahari sudah terbit,

barulah beliau berdiri untuk pulang. Sementara itu di dalam masjid orang-

orang membincangkan peristiwa-peristiwa yang mereka kerjakan di masa

jahiliyah. Kadang-kadang mereka tertawa bersama dan Nabi SAW pun

ikut tersenyum." (HR. Muslim).

8. Membiasakan kehidupan yang teratur dan disiplin. Pembiasaan ini dilatih

dengan mematuhi tata tertib hubungan antara imam dan ma'mum, misalnya

tidak boleh menyamai apalagi mendahului gerakan imam menjaga

kesempurnaan shaf-shaf shalat. Rasulullah SAW bersabda: "Imam itu

diadakan agar diikuti, maka jangan sekali-kali kamu menyalahinya. Jika ia

takbir maka takbirlah kalian, jika ia ruku' maka ruku'lah kalian, jika ia

mengucapkan 'sami'Allaahu liman hamidah' katakanlah 'Allahumma

rabbana lakalhamdu', Jika ia sujud maka sujud pulalah kalian. Bahkan

apabila ia shalat sambil duduk, shalatlah kalian sambil duduk pula" (HR.

Bukhori dan Muslim, shahih). Dari Barra' bin Azib berkata: "Kami shalat

bersama Nabi SAW, maka diwaktu beliau membaca 'sami'Allaahu liman

Page 17: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

17

hamidah' tidak seorang pun dari kami yang berani membungkukkan

punggungnya sebelum Nabi SAW meletakkan dahinya ke lantai. (Jama'ah)

9. Merupakan pantulan kebaikan dan ketaqwaan. Allah SWT berfiman:

"Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat." (QS.

9:18).

f. Beberapa Pelajaran Dan Kewajiban Shalat.

1) Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa

Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam karena dapat menentukan

amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa tidak

mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya.

Salah satu persyaratan orang – orang yang betul betul taqwa ialah

diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman Allah SWT dalam surat

Al-Baqarah.

2) Shalat Merupakan Benteng Kemaksiatan

Shalat merupakan benteng kemaksiatan artinya bahwa shalat dapat

mencegah perbuatan keji dan munkar. Semakin baik mutu shalat seseorang

maka semakin efektiflah benteng kemampuan untuk memelihara dirinya

dari perbuatan maksiat. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar

apabila dilaksanakan dengan khusu tidak akan ditemukan mereka yang

melakukan shalat dengan khusu berbuat zina. Maksiat, merampok dan

sebagainya. Merampok dan sebagainya tetapi sebaliknya kalau ada yang

melakukan shalat tetapi tetap berbuat maksiat, tentu kekhusuan shalatnya

perlu dipertanyakan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-

Ankabut: 45

3) Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur

Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan

mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak

Page 18: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

18

yang celaka bagi orang – orang yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat.

Selain mendidik perbuatan baik juga dapat mendidik perbuatan jujur dan

tertib. Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan syarat dan

rukunnya, karena apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi

maka shlatnya tidak sah (batal).

4) Shalat Akan membangun etos kerja

Sebagaimana keterangan – keterangan di atas bahwa pada intinya shalat

merupakan penentu apakah orang – orang itu baik atau buruk, baik dalam

perbuatan sehari – hari maupun ditempat mereka bekerja.Apabila

mendirikan shalat dengan khusu maka hal ini akan mempengaruhi

terhadap etos kerja mereka tidak akan melakukan korupsi atau tidak jujur

dalam melaksanakan tugas.

2. Etos Kerja

a. Pengertian Etos Kerja

Menurut Geertz (dalam Abdullah, 1982:4) dalam artikel yang

berjudul ” Etos world view, and the analysis of sacred simbols” yang

dimuat dalam bukunya berjudul: “The Interpretation of Cultures”,

dikatakan bahwa etos merupakan sikap yang mendasar terhadap diri dan

dunia yang dipancarkan hidup.

Shinamo (2002: 64) mendefinisikan etos dengan keyakinan,

yaitu sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok

atau sebuah institusi. Menurut Majid (1992: 410), memberikan

definisi etos sebagai berikut: Pertama, adalah karakteristik dan sikap,

kebiasaan serta kepercayaan, dan seterusnya, yang bersifat khusus

tentang seorang individu atau sekelompok manusia. Kedua, kualitas

esensial seseorang atau suatu kelompok, termasuk suatu bangsa.

Ketiga, etos juga dapat diartikan sebagai jiwa khas suatu kelompok

manusia, yang dari jiwa khas itu berkembang pandangan bangsa tersebut

tentang yang baik dan yang buruk. Adapun maksud etos dalam

Page 19: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

19

penelitian ini adalah landasan ide, cita dan pikiran yang akan

menentukan sistem tindakan.

Sutarno (2006: 31) mengatakan bahwa etos adalah watak

atau kepribadian. Menurutnya Etos Kerja adalah perilaku seseorang

yang bekerja dengan mengimplementasikan dan mengaplikasikan semua

kemampuan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kemauan serta

mengabdikan dirinya semaksimal mungkin untuk lembaga tempatnya

bekerja.

Lebih lanjut Spranger salah seorang ahli ilmu jiwa

berkebangsaan Jerman (dalam Fauzi, 2004: 125) mengatakan bahwa

watak manusia dibagi berdasarkan nilai- nilai yang dianut, yaitu nilai

ekonomi, politik, sosial, ilmu pengetahuan, kesenian dan agama.

Shimada (1997: 19) mengatakan dalam bukunya Nihonjin No

Shokugyo Rinri (etika kerja orang Jepang), bahwa pengertian

kerja adalah kegiatan manusia bersifat berkesinambungan yang

dilakukan untuk mendapatkan imbalan demi kelangsungan hidup

manusia. Shimada menambahkan bahwa kegiatan yang

berkesinambungan adalah kegiatan yang dijalankan terus selama si pelaku

kerja masih hidup dan jenis kegiatan yang dilakukan tidak harus selalu

sama.

Dalam Anoraga (2006: 12), Smith berkata dalalm bukunya

”Introduction to Industrial Psichology” bahwa tujuan dari kerja adalah

untuk hidup. Dengan demikian, maka mereka yang menukarkan

kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan untuk

hidup, berarti bekerja. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa kegiatan-kegiatan orang yang bermotivasikan kebutuhan

ekonomis sajalah yang bisa dikategorikan sebagai kerja. Adapun

mereka yang melakukan kegiatan dalam yayasan-yayasan sosial,

yaitu mereka yang menjadi anggota dan aktif dalam kegiatan-

kegiatan sosial tanpa mendapatkan imbalan apapun tentulah

tidak dapat dikatakan sebagai pekerja.

Page 20: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

20

Al-Kindi mengatakan (1996: 41) bahwa kerja adalah

suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik

kebutuhan fisik, psikologis maupun sosial. Dengan pekerjaan,

manusia akan memperoleh kepuasan-kepuasan tertentu yang

meliputi semua kebutuhan fisik dan rasa aman, serta kebutuhan sosial dan

rasa ego. Selain itu, kerja merupakan aktifitas yang mendapat dukungan

sosial dan individu itu sendiri. Dukungan sosial ini dapat berupa

penghargaan masyarakat terhadap aktifitas yang ditekuni. Sedangkan

dukungan individu dapat berupa kebutuhan-kebutuhan yang

melatarbelakangi aktifitas kerja seperti kebutuhan untuk aktif,

berproduksi, berkreasi untuk memperoleh pengakuan dari orang lain,

memperoleh nama baik dan lainnya.

Menurut Tasmara (1995: 27), di sisi lain makna bekerja bagi

seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan

mengerahkan seluruh aset, pikir dan zikirnya untuk mengaktualisasikan

atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus

menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari

masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga

dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan

dirinya.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan,

bahwa:

1. Kerja merupakan aktifitas bertujuan, dengan sendirinya dilakukan

secara sengaja.

2. Pengertian kerja dengan konteks ekonomi adalah

merupakanupaya untuk memperoleh hasil.

3. Kerja mencakup kerja yang bersifat fisik dan non fisik atau kerja

batin.

4. Dalam Islam, kerja bukan semata-mata aktifitas pengisi, tidak

hanya berdimensi duniawi, bukan sekedar mengejar gaji, mencari

untung sebanyak- banyaknya, juga bukan semata- mata menepis

gengsi untuk menghindar dan tudingan sebagai penganggur, tetapi

Page 21: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

21

kerja memiliki filosofis yang luhur tujuan yang mulia dan

tujuan ideal yang sempurna yaitu untuk berta‟abbud,

menghambakan diri, mencari keridaan Allah SWT.

Etos Kerja menurut Buhori (1994: 6) dapat

diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap kerja,

kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja

yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu

bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa etos kerja merupakan bagian

dari tata nilai (value system). Etos Kerja seseorang adalah bagian

dari tata nilai yang ada pada masyarakat atau suatu bangsa.

Konsep etos kerja menurut Likert dan Willts (dalam

Vroom, 1964: 76) didefinisikan sebagai sikap mental dalam

mengerjakan atau menghadapi segala hal atau sesuatu yang

berhubungan dengan kerja, pandangan terhadap kerja,

kebiasaan kerja, ciri-ciri tentang cara kerja atau sifat-sifat

mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok

atau suatu bangsa.

Menurut Hamid (1994: 4), etos kerja adalah sikap kehendak

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu. Sudomo (1991:1)

memberikan pengertian etos kerja adalah sebagai sifat dan

pandangan bangsa terhadap kerja. Dan dari pengertian tersebut, etos

kerja memiliki tujuan sejauh mana mencapai hasil terbaik dalam

pekerjaan.

Menurut Nurhana (1991: 73-74) etos kerja dapat diartikan

sebagai berikut:

1. Dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu

masyarakat,yang menjadi penggerak batin anggota masyarakat

pendukung budaya untuk melakukan suatu kerja.

2. Nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat

terhadap kerja yang dapat menjadi penggerak batin masyarakatnya

melakukan kerja.

Page 22: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

22

3. Pandangan hidup yang khas dari suatu masyarakat terhadap kerja

yang dapat mendorong keinginannya untuk melakukan pekerjaan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa etos

kerja adalah sikap mental atau cara diri dalam memandang,

mempersepsi, menghayati dan menghargai sebuah nilai kerja. Etos

kerja juga dapat diartikan sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh

seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang

mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka.

Etos kerja akan mempengaruhi semangat, kualitas dan

produktivitas kerja. Etos kerja juga dapat membentuk semangat

transformatif. Sebuah semangat yang selalu berusaha mengubah keadaan

menuju kualitas yang lebih baik. Sebuah semangat dan sikap mental yang

selalu berpandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari

kehidupan kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Maka

jelaslah, bahwa kualifikasi mental yang demikian itu sangat diperlukan

untuk memasuki kompetensi global.

Sebagaimana diketahui bahwa etos kerja adalah suatu

pandangan dan sikap suatu bangsa atau satu umat terhadap kerja,

maka kalau pandangan dan sikap itu, melihat kerja sebagai suatu

hal yang luhur untuk eksistensi manusia, otomatis etos kerja itu akan

tinggi. Sebaliknya kalau melihat kerja sebagai suatu hal yang tak berarti untuk

kehidupan manusia, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah.

Oleh sebab itu lebih lanjut menurut Anoraga (2006: 29) untuk

menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai

sesuatu yang luhur, maka diperlukan dorongan atau motivasi. Sebagai

contoh, di kalangan Jepang dulu, dorongan yang timbul adalah dari agama.

Orang yang biasa bekerja keras dan sungguh-sungguh dianggap

akan memperoleh ganjaran yang tidak kalah mulianya dari orang yang

paham benar akan ketentuan-ketentuan agama.

Karena orang pada umumnya tidak hanya memikirkan kehidupannya

sekarang, tetapi juga kehidupannya setelah meninggal dunia, maka

Page 23: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

23

pikiran bahwa bekerja keras dinilai sama pentingnya untuk ganjaran

di kehidupan nanti dengan pengetahuan agama, merupakan motivasi

yang kuat untuk mendorong orang Jepang bekerja keras dan sungguh-

sungguh. Malahan kemudian kebiasaan ini sulit untuk dihilangkan.

Hal ini terbukti, ketika orang Barat minta orang Jepang untuk

mengurangi jam kerjanya, maka permintaan tersebut menimbulkan

beban berat bagi orang Jepang. Padahal biasanya jauh lebih sulit untuk

mendorong bekerja keras daripada sebaliknya. Maka persoalannya untuk

kita di Indonesia adalah menemukan motivasi sehingga membuka

pandangan dan sikap rakyat pada umumnya yang menilai tinggi

kepada kerja keras dan sungguh-sungguh.

Bahkan motivasi itu harus cukup kuat untuk menimbulkan kemampuan

orang Indonesia meninggalkan arus utama yang sekarang berlaku dalam

masyarakat, yaitu sikap kerja yang asal jadi. Islam merupakan agama

yang bersifat universal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

seluruh umat manusia dalam rangka untuk mensejahterakan,

memberikan kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis

bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga bagi

seluruh makhluk Allah yang hidup di muka bumi.

Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an : “Dan

Kami tidak akan mengutus kamu wahai Muhammad kecuali untuk

menjadi Rahmat bagi sekalian alam”. Implementasi dari kehadiran Agama

Islam sebagai Rahmat bagi sekalian alam ditunjukkan dengan ajaran-ajaran

agama Islam baik yang bersumber dari Al-Qur‟an maupun dari Al-Hadits

Rasulullah SAW yang mengajarkan tentang kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat secara seimbang.

Hal ini tercermin dari Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an yang

atinya sebagai berikut : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu kebahagiaan kampung akhirat dan janganlah kamu melupakan

bagianmu dari kenikmatan duniawi. Dan berbuat baiklah kepada orang lain

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, karena sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S. Al-Qashash : 77).

Page 24: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

24

Dalam Islam, etos kerja menduduki tempat terhormat, karena kesadaran

kerja, dalam Islam, berdasarkan semangat tauhid dan tanggung

jawab ketuhanan. Kerja adalah ibadah dan setiap ibadah kepada

Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan nyata.

Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah makhluk yang

dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat batin dalam dirinya, bukan

oleh fisik yang tampak. Ia terpengaruh dan diarahkan oleh

keyakinan yang mengikatnya. Salah, benar atau bagaimana

keyakinan itu, niscaya mewarnai segala perbuatan “ikhtiariyyah”

orang itu.

Hal itu terbukti dengan banyaknya orang tidak beragama

mempunyai etos kerja yang baik. Tetapi berdasarkan teori tersebut

di atas, orang itu pasti memiliki keyakinan, pandangan atau sikap

hidup tertentu yang menjadi pemancar bagi etos kerja yang baik

tersebut. Jadi, ajaran agama merupakan salah satu faktor yang dapat menjadi

sebab timbulnya keyakinan, pandangan serta sika hidup mendasar

yang menyebabkan etos kerja tinggi manusia terwujud.

Dari beberapa uraian di atas, etos kerja yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah etos kerja dalam perspektif Islam, yaitu etos kerja yang

terpancar dari aqidah Islam yang bersumber dari sistem keimanan

Islam. Yakni, sebagai sikap hidup mendasar yang berkenaan

dengan kerja (Asifuddin, 2004: 105).

Etos kerja Islami sebagaimana etos kerja umumnya tidak dapat

terwujud tanpa didukung oleh sifat giat dan aktif manusia bersangkutan

memanfaatkan potensi-potensi yang ada padanya. Keistimewaan orang

yang beretos kerja islami aktivitasnya dijiwai oleh dinamika aqidah

dan motivasi ibadah. Orang yang beretos kerja islami menyadari

bahwa potensi yang dikaruniakan dan dapat dihubungkan

dengan sifat-sifat ilahi pada dasarnya merupakan amanah yang

mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya secara bertanggung jawab sesuai

dengan ajaran Islam yang diimani.

Page 25: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

25

Lebih lanjut Majid (1995: 216) mengatakan bahwa etos kerja

dalam Islam merupakan pancaran keyakinan orang muslim dan muslimah

bahwa kerja berkaitan dengan tujuan mencari rida Allah, yakni dalam rangka

ibadah. Ya‟qub (2001: 2-3) mengata bahwa etos kerja dalam Islam

adalah pedoman dan tuntunan dalam bekerja supaya karyanya sukses dan berkah.

Majid (1999: 64-65) menambahkan dalam tafsir Islam perihal

etos kerja, bahwa beliau mengaitkan antara usaha optimalisasi nilai dan hasil

kerja dengan ajaran tentang ihsan. Menurutnya ihsan berarti optimalisasi

hasil kerja, dengan jalan melakukan pekerjaan itu sebaik mungkin,

bahkan sesempurna mungkin atau seoptimal mungkin.

Selanjutnya, disebutkan dalam Kitab suci bahwa Allah juga telah

melakukan ihsan kepada manusia, kemudian dituntut agar manusia pun.

Dan dalam kaitan ini, amat menarik bahwa perintah Allah agar kita melakukan

ihsan itu dikaitkan dengan peringatan agar kita mengusahakan tercapainya

kebahagiaan di hari Akhirat melalui penggunaan yang benar akan harta dan

karunia Allah kepada kita, namun janganlah kita melupakan bagian (nasib) kita

di dunia ini: ” Dan usahakanlah dalam karunia yang telah diberikan Allah

kepadamu itu (kebahagiaan) negeri Akhirat, namun janganlah engkau lupa akan

nasibmu di dunia ini, serta lakukanlah ihsan sebagaimana Allah SWT telah

melakukan ihsan kepadamu, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi ini.

Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang membuat

kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash: 77). Seperti dengan setiap firman Ilahi, ayat suci

itu sarat dengan makna, sehingga melalui kegiatan penafsiran, juga dapat

dijadikan sumber berbagai pelajaran dan nilai hidup. Namun jelas, bahwa

pesan yang hendak disampaikan adalah bahwa seyogyanya bagi umat

Islam memiliki cita-cita yang tinggi, yaitu kebahagiaan di dunia dan di

Akhirat. Sebagai umat Nabi Muhammad yang memilik etos kerja islami,

hendaknya tidak melupakan salah satu siklus kehidupan. Yang

seharusnya adalah menyeimbangkan antara kehidupan di alamfana dan alam

baqa.

Page 26: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

26

Dari pengertian di atas, bahwa etos kerja perspektif Islam

adalah etos kerja yang memiliki nilai lebih di mata Sang

Pencipta, yaitu kerja yang memiliki niat ikhlas semata-mata

karena Allah, diiringi dengan usaha yang keras, disebabkan

manusia memiliki cita-cita yang amat mulia dan tinggi, yaitu

bahagia dunia dan akhira Adapun proses terbentuknya etos

kerja dalam diri seseorang tidak terjadi begitu saja, melainkan

melalui suatu proses tertentu.

Menurut Sinamo ( 2002: 68), etos kerja dibentuk melalui proses

yang bertahap yaitu melalui interaksi sekelompok orang, atau dalam

organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, di tingkat

paradigma, doktrin kerja dipahami sebagai baik dan benar. Di dunia

pendidikan, nilai- nilai kerja seperti itu antara lain kualitas,

profesionalisme, pelayanan, kepuasan murid, efisiensi, inovasi dan

tanggung jawab sosial.

Selanjutnya di tingkat keyakinan, doktrin dan nilai-nilai kerja

dalam paradigma ini kemudian dipercaya sebagai suatu keharusan

normatif karena sudah diterima sebagai baik dan benar. Norma baik dan

benar ini seterusnya menjadi acuan etis bagi seluruh perilaku kerja

dalam kelompok tersebut. Akibatnya, hanya dengan menampilkan

perilaku kerja yang sesuai dengan norma inilah seseorang dapat

diterima dan dihargai oleh kelompoknya.

b. Fungsi Etos Kerja

Menurut Raharjo (1999: 251) menjelaskan bahwa sikap

kerja yang digambarkan dalam perilaku kerja tersebut harus dilakukan

secara terus-menerus atau konsisten, karena pada dasarnya etos

kerja adalah suatu pola sikap yang sudah mendasar dan mendarah-

daging yang mempengaruhi perilaku manusia secara konsisten.

Berdasarkan pendapat di atas, maka di bawah ini akan

dijelaskan mengenai fungsi etos kerja sebagai sikap mental, moral

dan keyakinan diri positif untuk menghasilkan produk kerja yang

Page 27: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

27

baik, bermutu tinggi baik barang maupun jasa, dan tentunya dipengaruhi

oleh faktor yang ada dalam diri maupun di luar individu.

Etos kerja sebagai sikap mental Menurut Ya‟qub (2001:71) etos

kerja sebagai sikap mental untuk menghasilkan produk kerja yang baik,

bermutu tinggi abik barang maupun jasa, tentu dipengaruhi oleh faktor yang

ada dalam diri maupun di luar diri individu. Menurutnya salah satu aspek

yang menentukan dalam suatu pekerjaan yaitu faktor kematangan

mental, kemantapan rohaniyah atau persiapan batin, kebulatan tekad

dan kemauan keras (azam). Betapapun modernnya alat-alat kerja dan

teknologi yang canggih, jika pekerja-pekerja memiliki mental dan

semangat yang rapuh, maka tujuan pekerjaan tidak akan tercapai.

Etos kerja sebagai sikap moral yaitu mempunyai pandangan bahwa

etos kerja sebagai sikap moral yang berorientasi pada norma-norma.

Menurut Luth (2001:12), landasan moral dalam bekerja yang

dimaksud adalah nilai-nilai dasar-dasar agama yang menjadi tempat

berpijak dalam membangun dan memulai bekerja

Etos kerja merupakan sikap kerja yang mengarahkan

seseorang untuk dapat secara maksimal menampilkan potensi-potensi

yang dimilikinya agar dapat bekerja dengan baik dan benar. Untuk

dapat menumbuhkan etos kerja yang positif terhadap diri seseorang

diperlukan kepercayaan diri yang mengandung nilai-nilai untuk

mendukung aktivitas pekerjaannya melalui potensi yang dimilikinya.

Menurut Tanaja (1994: 44) bahwa seseorang yang memiliki

keyakinan diri positif adalah seseorang yang memiliki

kepercayaan diri akan kemampuan yang dimilikinya untuk

dapat bekerja.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Manusia memang makhluk yang sangat komplek. Ia

memiliki rasa suka, benci, marah, gembira, sedih, berani, takut

dan lain-lain. Ia juga mempunyai kebutuhan, kemauan, cita-cita dan

Page 28: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

28

angan-angan. Manusia juga mempunyai dorongan hidup tertentu, pikiran

dan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan sikap dan pendirian.

Selain itu, ia mempunyai lingkungan pergaulan di rumah

atau tempat kerjanya. Realitas sebagaimana tersebut di atas tentu

mempengaruhi dinamika kerjanya secara langsung atau tidak.

Sebagai misal rasa benci yang terdapat pada seorang pekerja,

ketidakcocokan terhadap atasan atau teman satu tim, keadaan seperti itu

sangat potensial untuk menimbulkan dampak negatif pada semangat,

konsentrasi dan stabilitas kerja orang bersangkutan. Sebaliknya

rasa suka pada pekerjaan kehidupan keluarga yang harmonis,

keadaan sosio kultural, sosial ekonomi dan kesehatan yang baik, akan

sangat mendukung kegairahan dan aktivitas kerja.

Begitulah etos kerja manusia dapat dipengaruhi oleh dimensi

individual, sosial dan lingkungan alam. Bagi orang yang beragama

bahkan sangat mungkin etos kerjanya memperoleh dukungan

kuat dari dimensi transendental. Dan dimensi transendental adalah

dimensi yang melampaui batas-batas nilai materi yang mendasari etos kerja

manusia hingga pada dimensi ini kerja dipandang sebagai ibadah.

Rakhmat (2007:77) secara lebih tegas mengemukakan agama dapat

menjadi sumber motivasi kerja, karena didorong oleh rasa ketaatan dan

kesadaran ibadah. Etos kerja terpancar dari sikap hidup mendasar

menusia terhadap kerja. Konsekuensinya pandangan hidup yang

bernilai transenden juga dapat menjadi sumber motivasi yang

berpengaruh serta ikut berperan dalam proses terbentuknya sikap

itu. Nilai-nilai transenden akan menjadi landasan bagi

berkembangnya spiritualitas sebagai salah satu faktor yang efektif

membentuk kepribadian.

Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas pendidikan dan kemampuan

semata. Faktor-faktor yang berhubungan dengan inner life, suasana batin

dan semangat hidup yang terpancar dari keyakinan dan keimanan ikut

menentukan pula. Oleh karena itu, agama (Islam) jelas dapat menjadi

Page 29: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

29

sumber nilai dan sumber motivasi yang mendasari aktivitas hidup,

termasuk etos kerja pemeluknya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja, yaitu:

1. Sistem budaya

2. Sistem Agama

3. Sistem Sosial

Bagan 2.1. Pembentukan perkembangan kepribadian

Dari skema tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa manusia hidup dalam 4

dimensi, yaitu:

1. Agama/spiritual yang merupakan fitrah manusia, merupakan kebutuhan

dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung nilai-nilai moral,

etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat

pada hukum berarti ia bermoral dan beretika; seseorang yang

bermoral dan beretika, berarti ia beragama (no religion without

moral, no moralwithoulaw).

2. Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk

susunan saraf pusat (otak), yang perkembangannya memerlukan makanan

Agama

Organobiologik

Manusia

Psiko Edukatif

Sosial Budaya

Page 30: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

30

yang bergizi, bebas dari penyakit yang kejadiannya sejak dari

pembuahan, bayi dalam kandungan, kemudian lahir sebagai bayi dan

seterusnya melalui tahapan anak (balita), remaja, dewasa dan usia

lanjut.

3. Psiko-edukatif adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua

termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan

identifikasi anak terhadap orang tuanya.

4. Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif, kepribadian seseorang

juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan sosial yang

bersangkutan dibesarkan.

Asy‟ari (1997: 45) mengemukakan bahwasannya etos kerja manusia

berkaitan erat dengan dimensi individual bila dilatarbelakangi oleh motif

yang bersifat pribadi dimana kerja menjadi cara untuk

merealisasikannya. Kalau nilai sosial yang memotivasi aktivitas

kerjanya seperti dorongan meraih sesuatu dan penghargaan dari masyarakat,

maka ketika itu etos kerja orang itu sudah mendapat pengaruh kuat dan tidak

terpisahkan dari dimensi sosial. Faktor lingkungan alam berperan bila keadaan

alam, iklim dan sebagainya berpengaruh terhadap sikap kerja orang itu.

Sedangkan dimensi transendental adalah dimensi yang melampaui

batas-batas nilai materi yang mendasari etos kerja manusia hingga

pada dimensi ini kerja dipandang sebagai ibadah.

Asifudin (2004: 30-31) mengatakan bahwa selain faktor

eksternal yang mempengaruhi etos kerja, yaitu berupa faktor fisik,

lingkungan, pendidikan dan latihan, ekonomi, imbalan, ternyata

etos kerja juga dipengaruhi oleh faktor intern yang bersifat psikis

yang begitu dinamis dan sebagian diantaranya merupakan dorongan

alamiah seperti basic needs dengan berbagai hambatannya.

Ringkasnya, etos kerja seseorang tidak terbentuk oleh

hanya satu, dua variabel. Proses terbentuknya etos kerja, seiring dengan

kompleksitas manusia yang bersifat kodrati, melibatkan kondisi,

prakondisi dan faktor-faktor yang banyak, yaitu fisik-biologis, mental-

Page 31: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

31

psikis, sosio kultural dan spiritual transendental. Jadi, etos kerja

bersifat kompleks serta dinamis.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh dalam pembentukan etos kerja meliputi faktor dalam

dan faktor luar. Faktor yang internal adalah faktor yang timbul dari

psikis misalnya dorongan kebutuhan dengan segala dampaknya, mencari

kebermaknaan kerja, frustasi, faktor-faktor yang menyebabkan

kemalasan dan sebagainya. Sedangkan yang bersifat eksternal adalah

faktor yang datangnya dari luar seperti faktor fisik, lingkungan

alam, pergaulan, budaya, pendidikan, pengalaman dan sesuatu yang bersifat

keagamaan.

d. Indikator Etos Kerja

Secara umum tolok ukur atau indikator dari perilaku yang

mencerminkan etos kerja adalah sebagaimana yang ditulis oleh Myrdal (1968:

61-62) meliputi: efesiensi, kerajinan, ketrampilan, sikap tekun, tepat waktu,

kesederhanaan, kegesitan, kesediaan untuk berubah, sikap bersandar kepada

kekuatan diri sendiri, energik.

Mokodompit (1990: 12) menyebutkan mengenai ciri-ciri etos

kerja sesuai dengan amanah GBHN 1988 tentang kualitas

manusia Indonesia, yaitu: Imtaq, berbudi luhur, tangguh, kerja keras,

mandiri, efisien, disiplin, tanggung jawab, cerdas, terampil dalam bekerja,

sehat jasmani dan rohani dan patriotisme.

Asifudin (2004: 38) mengindikasikan etos kerja yang tinggi

sebagai berikut: aktif, suka bekerja keras, bersemangat hemat,

profesional, tekun, efisien, kreatif, jujur, bertanggungjawab, mandiri,

rasional, mampu bekerjasama dengan orang lain, sederhana, sehat

jasmani dan rohani.

Adapun indikator etos kerja perspektif Islam berdasarkan definisi-

definisi di atas dan rujukan dari Luth (2001: 39-41) adalah:

1. Niat ikhlas karena Allah semata untuk menggapai rida-Nya. Niat teramat

penting dalam setiap aktivitas. Nilai pekerjaan seseorang bisa menjadi

Page 32: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

32

ibadah atau tidak sangat bergantung pada niat untuk apa kita melaksanakan

sesuatu. Dalam pengertian sederhana, manusia akan diperhitungkan

perbuatan sesuai dengan niatnya. Nabi SAW bersabda dalam Hadis

yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ( Dalam Utsaimin, 2006:

24): ” Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada niatnya. Dan

sesungguhnya seseorang akan memperoleh ( pahala) sesuai dengan apa

yang ia niatkan......”. Niat adalah kesadaran untuk mempersatukan

kegiatan otak kiri dan kanan sehingga menghasilkan rasa sambung

(tuning) dalam shalat maupun dalam kegiatan apapun.

Dalam niat, sikap ikhlas sangat diperlukan, karena dengan

ikhlas, manusia secara otomatis akan menjadi lebih tenang, bahagia dan

sukses dalam hidupnya. Erbe Sentanu ( dalam Dinsi dan Abe, 2008: 141)

mengatakan seperti semua teknologi, Quantum Ikhlas pun bersifat

otomatis. Seseorang tidak perlu mempercayainya untuk memperoleh

manfaatnya. Seperti halnya teknologi handphone ketika

seseorang mengirim SMS, cukup melakukan prosedurnya dengan benar

dan klik send.

Niat yang ikhlas merupakan landasan setiap aktivitas

seseorang. Niat hanya karena Allah, Allah hendaknya menjadi tempat

tujuan, segala yang diperoleh wajib disyukuri, rezeki harus digunakan

dan dibelanjakan pada jalan yang benar, dan menyadari apa saja yang

diperoleh pasti akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.

2. Kerja keras ( al-jidd fi al-‟amal)

” Berusahalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup

selamanya, dan berusahalah kamu untuk akhiratmu seakan-akan kamu

akan mati esok.” ( H. R. ‟Asakir).

Hadits ini menganjurkan umat islam untuk bekerja tanpa

kenal lelah atau bekerja keras, bersemangat dalam bekerja seakan hidup

tak akan pernah berakhir. Hal ini sejalan dengan tanggung jawab umat

islam sebagai khairu ummah, dimana agama islam senantiasa memotivasi

umatnya untuk bekerja keras. Juga dapat dilihat dalam surat Al-Insyirah

ayat 7 yang berbunyi:” Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu

Page 33: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

33

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

Bellah ( 1970: 151-152) mengatakan bahwa etos yang dominan

dalam Islam adalah menggarap kehidupan ini secara giat, dengan

mengarahkannya kepada yang lebih baik (ishlah). 3. Memiliki cita-

cita yang tinggi (al-himmah al-‟aliyah) Target hidup yang jelas

adalah cita-cita dan tujuan. Target hidup tidak akan dapat dicapai

kecuali dengan keras.

Munad ( 2007: 140) mengatakan bahwa target hidup adalah

perpaduan antara tujuan hidup dengan perencanaan yang rinci

dan matang tentang bagaimana seseorang mencapai tujuan tersebut.

Menurut ginanjar (2001:134) bahwa manusia diciptakan Allah

sebagai wakil Allah di muka bumi untuk memberikan kesejahteraan dan

kemajuan. Setiap langkah yang dibuat adalah langkah

kemenangan. Karena itu setiap manusia mempunyai potensi dan

peluang yang sama untuk keluar sebagai pemenang (everybody

in the earth is a potensial winner, so be a winner).

Tasmara (1995: 64) mengatakan bahwa dengan cita-cita, maka

langkah yang diayun akan lebih mantap, karena ada arah kemana kita

harus pergi. Resapilah sebuah deklarasi seorang muslim setiap shalat

yang terkandung dalam doa iftitah: ” Sesungguhnya shalatku, gerak

hidupku, hidup dan matiku, hanyalah untuk Engkau Wahai Pemelihara

Alam Semesta.”

Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli, maka peneliti

menyimpulkan bahwa ada 3 indikator etos kerja perspektif Islam, yaitu:

1. Niat ikhlas karena Allah semata dalam mencari rida- Nya:

Memiliki komiten yang berdasarkan karena Allah semata demi mencari

rida-Nya

2. Bekerja keras: Memiliki keuletan, kerajinan dan ketangguhan

dalam bekerja

3. Cita-cita tinggi: Memiliki target hidup dan cita-cita yang mulia.

Page 34: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

34

Sedangkan menurut Sarsono juga (dalamAsifudin, 2004) bahwa orang

yang dikatakan memiliki etos kerja adalah mereka yang bercirikan sebagai

berikut:

1. Disiplin pribadi

2. Kesadaran terhadap hirarki dan ketaatan

3. Penghargaan pada keahlian

4. Hubungan keluarga yang kuat

5. Hemat dan hidup sederhana

Adapun Asifudin berkesimpulan bahwa ciri-ciri orang yang

beretos kerja tinggi pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Aktif dan suka bekerja keras

2. Bersemangat dan hemat

3. Tekun dan profesional

4. Efisien dan kreatif

5. Jujur, disiplin dan bertanggung jawab

6. Mandiri

7. Rasional serta memiliki visi ke depan

8. Percaya diri

9. Sederhana, tabah dan ulet

10. Sehat jasmani dan rohani.

Dari kesimpulan yang didapat sebelumnya juga yaitu saudari Sari

Narulita (2005), unsur pemaknaan sholat dan budaya organisasi sangat

mempengaruhi timbulnya etos kerja yang tinggi, karena dalam sholat

terdapat variabel pemusatan pikiran yang mengasah uji konsentrasi dan

ketabahan seseorang. Hal ini merupakan indikasi dari etos kerja yang tinggi.

Juga variabel budaya organisasi yang mendidik untuk bisa bekerja sama

dengan siapa pun. Hal ini juga akan meningkatkan etos kerja seseorang.

Page 35: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

35

Narulita (2005) menggunakan indikator-indikator etos kerja yang

diteliti oleh Max Weber.Indikator-indikator ini juga digunakan oleh Geertz

(1968), Kuntowijoyo (1991), Sobary (1995), Mahsusi (1999) dan

Shaleh (2003). Indikator-indikator tersebut adalah

1) Kerja keras

2) Hemat

3) Penuh perhitungan

4) Berdisiplin tinggi

5) Jujur

6) Berorientasi sukses

B. Kerangka Berpikir

Jika mahsiswa(i) PGSD berasrama bisa mengikuti dan memaknai shalat

terutama kewajiban berjamaah di mushalla, maka akan memiliki etos kerja

yang tinggi.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka di atas, maka

hipotesa utama penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Ada hubungan positif yang signifikan antara pemaknaan shalat

dengan etos kerja.”

Page 36: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode atau Rancangan Penelitian

Metodologi penelitian pada hakikatnya merupakan operasional dari

epistemologi kearah pelaksanaan penelitian. Epistemologi memberi

pemahaman tentang cara atau teori menemukan atau menyusun pengetahuan

dari ide, materi atau dari kedua-duanya serta merujuk pada penggunaan rasio,

intuisi, fenomena atau dengan metode ilmiah (Rusidi, 2004:3).

Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimanakah mengetahui

sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis

(Garna, 2000:1). Proses sistematis ini tidak lain adalah langkah-langkah

metode ilmiah. Jadi pengertian dari metode penelitian itu dapat diartikan

sebagai pengkajian atau pemahaman tentang cara berpikir dan cara

melaksanakan hasil berpikir menurut langkah-langkah ilmiah.

Penelitian ini menggunakan masalah asosiatif. Asosiatif ini bersifat

menanyakan hubungan antar dua variabel atau lebih, yakni hubungan variabel

pengaruh (independent variabel) dengan variabel terpengaruh (dependent

variabel). Dalam buku-buku teks metodologi yang lainnya dipakai istilah

variabel bebas dan variabel terikat atau tergantung.

Masalah asosiatif terbagi menjadi tiga:

1. Hubungan simetris

Hubungan ini munculnya secara bersamaan

2. Hubungan kausal (sebab-akibat)

Hubungan ini terdiri dari variabel independen dan dependen

3. Hubungan interaktif atau timbal balik

Hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan juga akibat

dari variabel lainnya.

Page 37: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

37

Penelitian yang digunakan menggunakan masalah asosiatif hubungan

kausal (sebab-akibat) yang terdiri dari variabel independen dan dependen yang

mengacu pada penelitian korelasional.

Ciri-ciri Penelitian Korelasional:

(1) Penelitian ini cocok dilkukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit

dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat

dimanipulasikan

(2) Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling

hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.

(3) Apa yang diperoleh adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan

bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dan

bagaimana kekuatan hubungan antara shalat berjamaah di musahalla PGSD

UNLAM Banjarbaru dengan etos kerja mahasiswa(i) PGSD Berasrama UNLAM

Banjarbaru. Penelitian ini dilakukan di asrama mahasiswa(i) PGSD UNLAM

Banjarbaru.

Penelitian ini menggunakan metode survai yang menurut (Bungin,

2005)“dengan menggunakan metode survei memungkinkan peneliti melakukan

generalisasi suatu gejala sosial atau variable sosial tertentu kepada gejala sosial

atau variable sosial dengan populasi yang lebih besar.”

Dalam survai, informasi dikumpulkan responden dengan menggunakan

kuesioner.Umumnya pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya

dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan

demikian penelitian survai adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang

pokok”.

Menurut tingkat explansinya penelitian ini termasuk dalam penelitian

asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan peneltian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2004:11)

Page 38: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

38

Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang

mengkaji hubungan antara satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shalat berjamaah , sedangkan

variabel terikatnya adalah etos kerja (hubungan bivariat).

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat

dilihat dalam gambar konstelasi hubungan antara variabel berikut.

Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh

Hubungan Bivariat

Keterangan:

X = Shalat Berjamaah

Y = Etos Kerja

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Husein Umar sampel adalah (2002:136) adalah: "sampel adalah

bagian dari suatu populasi." Sedangkan Populasi oleh Husein Umar

(2002:136) diartikan sebagai:"kumpulan elemen yang mempunyai karakteristik

tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi anggota sampel".

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas variabel

independen dan variabel dependen. Menurut Husein Umar (2002:62) variabel

independen dan variabel dependen adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel independen adalah Shalat Berjamaah.

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang

merupakan variabel dependen adalah Etos Kerja.

X Y

Page 39: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

39

Berdasarkan pendapat diatas maka penelitian ini menggunakan penelitain

populasi dengan objek seluruh mahasiswa(i) S1 PGSD berasrama Unlam

Banjarbaru yang berjumlah sebanyak 60 orang.

Adapun Jumlah seluruh Mahasiswa(i) S1 PGSD Berasrama Unlam

Banjarbaru dapat dilihat ada tabel berikut :

No. Nama Mahasiswa(i) Berasrama PGSD UNLAM

Banjarbaru

Blok

1. Nurhidayati A 11

2. Musfi Rosmaini A 11

3. Nina Maulidya A 12

4. Yuliyana A 12

5. Feny Norjannah A 13

6. Khusnul Qotimah A 13

7. Nana Nurliani A 14

8. Laila Pitriani A 14

9. Fathul Jannah A 15

10. Mariyana A 15

11. Wahyu Setyo Agustina A 21

12. Rahmila Sari A 21

13. Nurul Azizah A 22

14. Mahfuzatul Husna A 22

15. Asri Fatimah A 23

16. Maida Mustika A 23

17. Santi Sartika A 24

18. Eka Fithriani A 24

19. Norlatifah A 25

20. Afdah A 25

21. Zubaidah B 11

22. Dewi Nur Utami Fithria B 11

23. Syafaritul Jannah B 12

Page 40: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

40

24. Megawati B 12

25. Aulia Azizah B 13

26. Noviecka Wieyanthi B 13

27. Choirunnisa B 14

28. Hadiatul Hasanah B 14

29. Paulina Rohana B 15

30. Ita B 15

31. Aulia Rahmi B 21

32. Dasimah B 21

33. Sri Widiastutik B 22

34. Nurliyani B 22

35. Ukhti Fada Uhara B 23

36. Noorhayati B 23

37. Salasiah B 24

38. Agustina Pusvitasari B 24

39. Marietna T.M. B 25

40. Wahdiah D 25

41. Zainul Aulia D 11

42. Dede Dewantara D 12

43. A. Fahriadi D 12

44. Miyandi Eko Anugerah D 13

45. Syarif Fauzan D 13

46. Adi Rusandy D 14

47. M. Eko Wahono D 14

48. M. Hidayatullah D 15

49. A. Bahruddin Jailani D 15

50. Aulia Rahman D 21

51. Ernadi Hipreyadi D 21

52. Arif Rahman Prasetyo D 22

53. Tri Wibowo D 22

54. M. Raji D 23

Page 41: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

41

55. Agus Setiawan D 23

56. Ranto Yunawan D 24

57. A. Syadzali D 24

58. Rd. A. Surya M.Z. D 25

59. Rusdi D 25

60. Toni Ispiani F

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data penelitian ini terdiri dari : (1)

Identifikasi Variabel, (2) Defenisi Operasional, (3) Pengembangan Instrument

Penelitian dan Pengukuran, dan (4) Uji Coba Instrument Penelitian.

1. Identifikasi Variabel

Variabel yang terdiri dari 1 variabel terikat (dependen) dan 1

variabel bebas (Independen), yaitu :

a. Variabel terikat : Etos Kerja (Y)

b. Variabel bebas : Shalat Berjamaah (X)

2. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda maka

setiap variabel dirumuskan secara konseptual maupun secara operasional,

berdasarkan sintesis yang diperoleh dari kerangka teoritik.

Menurut sofian Efendi (1989 : 46) defenisi operasional adalah semacam

petunjuk pelaksaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Defenisi

operasioanal adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama.

Beberapa batasan operasional adalah :

a. Etos Kerja adalah sebagai sikap mental dalam mengerjakan atau

menghadapi segala hal atau sesuatu yang berhubungan dengan

kebiasaan kerja mahasiswa(i) PGSD Berasrama Banjarbaru yang

meliputi:

Disiplin, terlihat dari mentaati kontrak kegiatan/jadwal asrama , tepat

waktu dan kepatuhan terhadap peraturan/tata tertib asrama.

Page 42: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

42

Kerja keras ditunjukkan dari keaktifan di asrama, mampu bekerjasama

dengan baik dan semangat yang tinggi pada waktu mengikuti

kegiatan/jadwal asrama.

b. Shalat berjamaah adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa

perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri

dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan dengan

minimal dua orang dengan rincian satu orang bertindak sebagai imam

dan satu sebagai makmum yang pada penelitian ini meliputi:

Keaktifan, dapat dilihat dari kehadiran di mushalla(shalat Shubuh,

Maghrib, dan Isya), mengikuti Yasinan tiap malam Jum‟at, mengikuti

wiridan sampai selesai dan pemaknaan terhadap nilai-nilai shalat.

Kepatuhan dapat dilihat dari mematuhi jadwal sebagai pembaca

kultum, datang ke mushalla sebelum imam rukuk rakaat pertama

(tidak masbuk), mengikuti shalat sunat taubat/shalat sunat hajat tiap

malam Jum‟at, dan mengikuti maulid habsyi tiap malam Selasa.

3. Pengembangan Instrument penelitian dan pengukuran

Penelitian ini menggunakan unsur-unsur konsep, proposisi, teori,

variabel, hipotesa dan defenisi operasional. Maka variabel-variabel yang

tercakup dalam desain penelitian dengan kuesioner sebagai alat

pengumpul data pokok.

Kegiatan pengumpulan data dilakukan terhadap Mahasiswa S1 PGSD

Berasrama Unlam Banjarbaru yang dijadikan sebagai objek penelitian.

a. Pengukuran Variabel Etos Kerja

Dalam penelitian ini untuk mengungkapkan Etos Kerja

digunakan kuesioner, dengan pertanyaan yang dilengkapi jawaban

yang menggunakan skala Likert, dan terdiri dari 5 alternatif jawaban.

Instrumen dikembangkan dari landasan teori dengan indikator yang

meliputi : Kedisiplinan dan Kerja Keras. Bisa dilihat dari tabel

dibawah ini :

Page 43: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

43

Tabel Instrumen Etos Kerja

ASPEK

YANG

DIAMATI

INDIKATOR NO

ITEM

Etos Kerja

(Y)

1. Disiplin

a. Mentaati kontrak kegiatan/jadwal asrama

Meliputi:

1. Melaksanakan jadwal keagamaan asrama

2. Melaksanakan kegiatan pengembangan diri

3. Melaksanakan ekstra berkebun

4. Melaksanakan kebersihan lingkungan

b. Tepat waktu dalam mengikuti kegiatan asrama dan

perkuliahan, meliputi:

1. Tepat waktu saat mengikuti kegiatan Pramuka

2. Tepat waktu saat mengikuti senam pagi Jumat

3. Tepat waktu saat mengikuti kebersihan

lingkungan tiap pagi

4. Tepat waktu hadir melaksanakan shalat shubuh,

maghrib, dan isya berjamaah di mushalla

5. Tepat waktu saat mengikuti upacara bendera

pagi Senin

6. Tepat waktu saat mengikuti kegiatan

pengembangan diri

7. Tepat waktu saat mengikuti kegiatan berkebun

pagi Sabtu

c. Mematuhi peraturan/tata tertib asrama

Meliputi:

1. Tidak membawa makanan ke dalam kamar,

tanpa alasan yang jelas seperti sakit atau puasa.

2. Memakai pakaian seragam plus almamater

sampai setelai makan siang selesai

Page 44: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

44

3. Tidak mengisi buku izin asrama ketika

meninggalkan atau keluar asrama

4. Tidak meletakkan sepatu dan sandal pada rak

atau tempat sepatu/sandal yang telah disediakan

di tiap-tiap blok

2. Kerja Keras

1. Keaktifan di asrama

2. Mampu bekerjasama dengan baik

3. Semangat yang tinggi dalam mengikuti

kegiatan/jadwal asrama

b. Pengukuran Variabel Shalat Berjamaah

Dalam penelitian ini untuk mengungkapkan Shalat Berjamaah digunakan

kuesioner, dengan pertanyaan yang dilengkapi jawaban yang menggunakan

skala Likert, dan terdiri dari 5 alternatif jawaban. Instrumen dikembangkan

dari landasan teori dengan indikator yang meliputi: Keaktifan dan Kepatuhan.

Bisa dilihat dari tabel dibawah ini :

ASPEK YANG

DIAMATI

INDIKATOR NO

ITEM

Shalat

Berjamaah

(Y)

1. Aktif

a. Kehadiran di mushalla

Meliputi:

1). Shalat Subuh

2). Shalat Maghrib

3). Shalat Isya

b. Mengikuti Yasinan tiap malam Jum‟at

c. Mengikuti wiridan sampai selesai

d. Pemaknaan shalat

Page 45: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

45

Meliputi:

1. Khusuk dalam shalat

2. Tidak berbicara atau melakukan sesuatu

hal selain sewaktu wiridan

3. Berdoa‟a dengan khusuk

4. Tidak bercakap-cakap ketika imam sudah

mengangkat takbir (tidak menunda-nunda

shalat)

5. Bersalaman setelah wiridan selesai saat

shalat shubuh dan isya

2. Patuh

a. Mematuhi jadwal sebagai pembaca

kultum

b. Datang ke mushalla sebelum imam rukuk

rakaat pertama (tidak masbuk)

c. Mengikuti shalat sunat hajat/shalat sunat

taubat tiap malam Jum‟at

d. Mengikuti maulid habsyi tiap malam

Selasa

4. Uji Coba Alat Ukur (Instrumen)

Seluruh instrumen yaitu, etos kerja dan shalat berjamaah sebelum

digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diuji cobakan untuk

menentukan validitas butir seluruh variabel yang telah selesai disusun juga

reliabilitasnya.

Menurut Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989)

menjelaskan bahwa validitas instrumen menunjukan kualitas dari

keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Suatu

instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut

Page 46: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

46

menjalankan fungsi ukurannya sesuai dengan maksud dilakukan

pengukuran tersebut.

Sedangkan Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas

merupakan penerjemahan dari kata reliability yang artinya

keterpercayaan, keterandalan, konsistensi, dan sebagainya. Hasil

pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang

relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah.

D. Teknik Analisis Data

Seluruh instrumen yaitu shalat berjamaah dan etos kerja sebelum

digunakan untuk penelitian terlebih dahulu diuji cobakan untuk menentukan

validitas dan reliabilitas butir yang telah selesai disusun.

1) Validitas

Menurut Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989)

menjelaskan bahwa validitas instrumen menunjukan kualitas dari

keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Suatu

instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut

menjalankan fungsi ukurannya sesuai dengan maksud dilakukan

pengukuran tersebut.

Untuk menguji kuesioner penelitian, menggunakan uji validitas

faktor instrumen, dikatakan memiliki validitas apabila mempunyai

dukungan besar terhadap skor total. Untuk mengukur validitas faktor

kuesioner dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson:

Rxy =

Page 47: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

47

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi

XY = hasil kali antara tiap-tiap skor asli dari x dan y

x = skor tiap variabel X

y = skor tiap variabel Y

N = jumlah subyek (Arikunto 2002:146)

Tabel Korelasi Product Moment

No Responden

(x) (y) xy

1 55 81 3025 6561 4455 19847025

2 56 97 3136 9409 5432 29506624

3 50 65 2500 4225 3250 10562500

4 54 87 2916 7569 4698 22071204

5 59 92 3481 8464 5428 29463184

6 61 85 3721 7225 5185 26884225

7 46 81 2116 6561 3726 13883076

8 45 96 2025 9216 4320 18662400

9 53 100 2809 10000 5300 28090000

10 52 96 2704 9216 4992 24920064

11 63 92 3969 8464 5796 33593616

12 58 79 3364 6241 4582 20994724

13 52 97 2704 9409 5044 25441936

14 42 60 1764 3600 2520 6350400

15 54 73 2916 5329 3942 15539364

16 58 74 3364 5476 4292 18421264

17 47 65 2209 4225 3055 9333025

18 64 88 4096 7744 5632 31719424

19 52 74 2704 5476 3848 14807104

20 46 73 2116 5329 3358 11276164

21 56 75 3136 5625 4200 17640000

22 50 69 2500 4761 3450 11902500

23 50 65 2500 4225 3250 10562500

24 58 86 3364 7396 4988 24880144

25 63 61 3969 3721 3843 14768649

26 54 80 2916 6400 4320 18662400

27 59 84 3481 7056 4956 24561936

28 55 71 3025 5041 3905 15249025

Page 48: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

48

29 43 66 1849 4356 2838 8054244

30 55 88 3025 7744 4840 23425600

31 65 87 4225 7569 5655 31979025

32 52 97 2704 9409 5044 25441936

33 50 82 2500 6724 4100 16810000

34 61 90 3721 8100 5490 30140100

35 56 71 3136 5041 3976 15808576

36 58 83 3364 6889 4814 23174596

37 65 79 4225 6241 5135 26368225

38 44 85 1936 7225 3740 13987600

39 56 77 3136 5929 4312 18593344

40 52 80 2704 6400 4160 17305600

41 48 73 2304 5329 3504 12278016

42 51 82 2601 6724 4182 17489124

43 63 90 3969 8100 5670 32148900

44 42 98 1764 9604 4116 16941456

45 64 84 4096 7056 5376 28901376

46 47 80 2209 6400 3760 14137600

47 56 87 3136 7569 4872 23736384

48 65 83 4225 6889 5395 29106025

49 62 90 3844 8100 5580 31136400

50 54 72 2916 5184 3888 15116544

51 56 78 3136 6084 4368 19079424

52 51 96 2601 9216 4896 23970816

53 52 78 2704 6084 4056 16451136

54 49 98 2401 9604 4802 23059204

55 52 75 2704 5625 3900 15210000

56 53 78 2809 6084 4134 17089956

57 52 90 2704 8100 4680 21902400

58 46 93 2116 8649 4278 18301284

59 38 73 1444 5329 2774 7695076

60 63 96 3969 9216 6048 36578304

JUMLAH 3233 4925 176707 410537 266150 1221012748

Keterangan :

Variabel Shalat Berjamaah adalah x

Variabel Etos Kerja adalah y

Page 49: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

49

Untuk menguji kuesioner penelitian, menggunakan uji validitas faktor

instrumen, dikatakan memiliki validitas apabila mempunyai dukungan besar

terhadap skor total. Untuk mengukur validitas faktor kuesioner dengan

menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson:

Rxy =

Keterangan:

Rxy = koefisien korelasi

XY = hasil kali antara tiap-tiap skor asli dari x dan y

x = skor tiap variabel X

y = skor tiap variabel Y

N = jumlah subyek (Arikunto 2002:146)

Dari angket yang telah diberikan maka dapat diketahui nilai dari Produck Moment

tersebut yaitu:

Rxy =

Rxy = 60 × 266150 – 3233 × 4925

√ [(60.176707) – (3233)2] [ (60.410537) – (4925)

2]

Rxy = 15969000 – 15922525

√[( 10602420 ) – (10452289)] [ (24632220) – (24255625)]

Rxy = 187845

√{150131} { 376595}

Rxy = 187844

√56538583945

Page 50: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

50

Rxy = 187844

237778,43

Rxy = 0,79

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Produck Moment dari

instrumen shalat berjamaah dan etos kerja adalah kuat atau tinggi.

Selanjutnya interpretasi terhadap Rxy dapat dilakukan dengan Interpretasi

sederhana adalah hasil perhitungan korelasi antara variabel x dan y. Apabila

korelasi antara variabel x dan y tidak bertanda negatif berarti kedua variabel

tersebut terdapat korelasi positif (terdapat hubungan yang searah). Produck

moment (Rxy) sebagai berikut:

Besarnya “R” Produck

Moment Interpretasi

0,00 – 0,20

0,20 – 0,40

0,40 – 0,70

0,70 – 0,90

0,90 – 1,00

Antara variabel X dan Y memang terdapat

korelasi akan tetapi korelasinya sangat lemah

atau rendah sehingga korelasi diabaikan

Antara variabel X dan Y memang terdapat

korelasi yang lemah

Antara variabel X dan Y memang terdapat

korelasi yang sedang atau cukup

Antara variabel X dan Y memang terdapat

korelasi yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan Y memang terdapat

korelasi syang sangat kuat atau sangat tinggi

Page 51: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

51

Hasil Uji Coba Validitas Instrumen

NO ITEM SOAL ANGKET NO

BUTIR

KETERANGAN

1 Shalat subuh berjamaah di

mushalla

1

Valid

2 Shalat maghrib berjamaah di

mushalla

2

Valid

3 Shalat isya berjamaah di mushalla 3 Valid

4 Mengikuti Yasinan tiap malam

Jum,at

4

Valid

5 Mengikuti wiridan sampai selesai 5 Valid

6 Khusuk dalam shalat 6 Valid

7

Tidak berbicara atau melakukan

sesuatu hal yang lain sewaktu

wiridan

7

Valid

8 Berdoa‟a dengan khusuk

8

Valid

9

Tidak bercakap-cakap ketika imam

sudah mengangkat takbir (tidak

menunda-nunda shalat)

9

Valid

10 Bersalaman setelah wiridan

selesai saat shalat subuh dan isya

10 Valid

11 Mematuhi jadwal sebagai pembaca

kultum

11

Valid

12 Menjaga kesempurnaan shaf dalam

shalat

12

Valid

13 Mengikuti shalat sunat hajat/shalat

sunat taubat tiap malam Jumat

13

Valid

14 Mengikuti maulid habsyi tiap

malam Selasa

14

Valid

15 Melaksanakan jadwal keagamaan

15

Valid

Page 52: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

52

asrama

16 Melaksanakan kegiatan

pengembangan diri

16

Valid

17 Melaksanakan ekstra berkebun 17 Valid

18 Melaksanakan kebersihan

lingkungan

18

Valid

19 Tepat waktu saat mengikuti

kegiatan Pramuka

19

Valid

20 Tepat waktu saat mengikuti senam

pagi Jumat

20

Valid

21

Tepat waktu saat mengikuti

kebersihan lingkungan tiap pagi

21

Valid

22

Tepat waktu hadir melaksanakan

shalat shubuh berjamaah di

mushalla

22

Valid

23

Tepat waktu hadir melaksanakan

shalat maghrib berjamaah di

mushalla

23

Valid

24

Tepat waktu hadir melaksanakan

shalat isya berjamaah di mushalla

24 Valid

25

Tepat waktu saat mengikuti

upacara bendera pagi Senin

25

Valid

26

Tepat waktu saat mengikuti

kegiatan pengembangan diri

26

Valid

27

Tepat waktu saat mengikuti

kegiatan berkebun pagi Sabtu

27

Valid

28

Tidak membawa makanan ke

dalam kamar, tanpa alasan yang

jelas seperti sakit atau puasa.

28

Valid

Page 53: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

53

29

Memakai pakaian seragam plus

almamater sampai setelai makan

siang selesai

29

Valid

30

Tidak mengisi buku izin asrama

ketika meninggalkan atau keluar

asrama

30

Valid

31

Tidak meletakkan sepatu dan

sandal pada rak atau tempat

sepatu/sandal yang telah

disediakan di tiap-tiap blok

31 Valid

32 1. Jujur dalam melaksanakan tugas 32 Valid

33 Mampu bekerjasama dengan baik 33 Valid

34

Semangat yang tinggi dalam

mengikuti kegiatan/jadwal asrama

34 Valid

2) Reliabilitas

Azwar (2001) mengatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan

dari kata reliability yang artinya keterpercayaan, keterandalan, konsistensi,

dan sebagainya. Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh

hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur tidak berubah.

Dengan uji reliabilitas dapat ditentukan apakah suatu instrumen dapat

digunakan untuk mengukur suatu instrumen secara tetap, sehingga dapat

digunakan untuk suatu bidang terhadap suatu kelompok kapan saja dan di

mana saja (Muhammad Ali, 1985:106). Sehingga bila instrumen sudah dapat

dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa

Page 54: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

54

kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan

(Arikunto S, 2002:154). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel

akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah:

a. Menyiapkan angket sebagai alat pengumpul data yang akan diuji

reliabilitasnya kepada responden dalam populasi, yaitu sebanyak 60

(enam puluh) orang.

b. Mengadakan skoring terhadap jawaban yang telah diisi oleh responden.

Pemberian skor dengan ketentuan untuk jawaban yaitu: sangat tidak

setuju skor 1, kurang setuju skor 2, kadang-kadang skor 3, setuju skor

4, dan sangat setuju skor 5.

c. Membuat tabulasi jawaban responden.

Page 55: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data yang ada digunakan 2

(dua) metode, yaitu metode analisis deskriptif prosentase dan metode analisis

statistik. Metode analisis statistik yang di gunakan adalah analisis regresi.

1. Analisis Deskriptif

Metode ini digunakan untuk memberikan deskripsi pada penelitian

ini. Dalam analisis data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel shalat berjamaah dengan etos kerja , maka variabel tersebut harus

diangkakan dalam skor untuk diuji secara statistik. Dalam angket

penelitian ini ada 34 (tiga puluh empat satu) item soal dengan masing-

masing mempunyai 5 (lima) alternatif jawaban yang disediakan, dengan

ketentuan sebagai berikut:

Jawaban Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Kadang-kadang 3

Kurang Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Selanjutnya data yang terkumpul dalam bentuk angka

ditabulasikan dan diubah menjadi persentase dengan memasukkan ke

dalam rumus DP (Deskreptif Prosentase).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Dp = × 100% (Ali, 1982:186).

Page 56: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

56

Keterangan:

n : Jumlah nilai (skor) yang diperoleh

N: Jumlah seluruh nilai ideal dicari dengan cara jumlah item

dikalikan nilai ideal tiap-tiap item ada dikalikan jumlah

responden.

Setelah diperoleh hasil perhitungan skor data tersebut maka

diinterpretasikan dengan tabel persentasi sebagai berikut:

Prosentasi Kategori

0% < 20%

21% < 40%

41% < 60%

61% < 80%

81% < 100%

Sangat sedikit

Sedikit

Cukup banyak

Banyak

Banyak sekali

2. Analisis Statistik

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis regresi. Analisis regresi ini digunakan untuk menjawab

hipotesa “ada hubungan shalat berjamaah dengan etos kerja mahasiswa”.

Data yang diperoleh dimasukkan dalam rumus sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan:

Y : Variabel dependen

a : intersep (titik potong kurva terhadap sumbu y)

b : Kemiringan (slope) kurva linear

X : Variabel independen (Sudjana, 1996:312)

Cara menentukan nilai a dan b dengan rumus sebagai berikut:

a =

b =

Page 57: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

57

Keterangan:

b : Slove kurva estimasi yang baik

a : Intersep kurva estimasi atau nilai Y jika X=0

Y : Nilai rata-rata y

X : Nilai rata-rata X

N : Jumlah data yang digunakan sebagai sampel (Sudjana, 1996:315)

Dari hasil analisis regresi selanjutnya dilakukan uji keberartian persamaan

regresi. Setelah analisis regresi, dilanjutkan dengan perhitungan koefisien korelasi

dan determinasi dengan rumus sebagai berikut:

1) Koefisien Korelasi (rxy)

r xy =

r xy = Koefisien korelasi

N = Jumlah subyek

ΣX2 = Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣX = Jumlah skor butir soal

ΣY2 = Jumlah kuadrat skor total

ΣXY = Jumlah perkalian skor butir soal dengan skor total (Arikunto,

2002:245)

2) Koefisien Determinasi

r2 =

Keterangan :

r2 = Koefisien determinasi

b = Koefisien arah b (Sudjana, 1996:370)

Page 58: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

58

Berdasarkan penjumlahan nilai angket yang digunakan dalam penelitian

ini maka dapat dihitung nilai shalat berjamaah dan etos kerja mahasiswa S1

PGSD Berasrama Banjarbaru yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.Data hasil penelitian

No

Resp.

Shalat berjamaah Etos kerja

1 55 81

2 56 97

3 50 65

4 54 87

5 59 92

6 61 85

7 46 81

8 45 96

9 53 100

10 52 96

11 63 92

12 58 79

13 52 97

14 42 60

15 54 73

16 58 74

17 47 65

18 64 88

19 52 74

20 46 73

21 56 75

22 50 69

23 50 65

24 58 86

Page 59: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

59

25 63 61

26 54 80

27 59 84

28 55 71

29 43 66

30 55 88

31 65 87

32 52 97

33 50 82

34 61 90

35 56 71

36 58 83

37 65 79

38 44 85

39 56 77

40 52 80

41 48 73

42 51 82

43 63 90

44 42 98

45 64 84

46 47 80

47 56 87

48 65 83

49 62 90

50 54 72

51 56 78

52 51 96

53 52 78

54 49 98

Page 60: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

60

55 52 75

56 53 78

57 52 90

58 46 93

59 38 73

60 63 96

Jumlah

Shalat Berjamaah

Berdasarkan tabel 1. Data diatas dapat dibuat tabel distribusi frekuensi

menunjukkan penyebaran data skor shalat berjamaah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi = 70 dan Skor terendah = 14

2. Rentang skor = 70 – 14 = 56

3. Jumlah kelas = 5

4. Panjang kelas interval = 56/5 = 11,2 dibulatkan 11

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Shalat Berjamaah

No kelas Kelas interval frekuensi Persentasi

% Kriteria

1 58– 68 18 30 Sangat Tinggi

2 47 – 57 33 55 Tinggi

3 36 – 46 9 15 Cukup Tinggi

4 25 – 35 0 0 Rendah

5 14 – 24 0 0 Sangat Rendah

Jumlah 60 100

Page 61: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

61

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mahasiswa yang

memperoleh skor shalat berjamaah antara 36 sampai 46 sebanyak 9 orang atau

sekitar 15%; mahasiswa yang memperoleh skor shalat berjamaah antara 47-57

sebanyak 33 orang atau sekitar 55%; mahasiswa yang memperoleh skor shalat

berjamaah antara 58-68 sebanyak 18 orang atau sekitar 30%.

Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru mempunyai tingkat shalat berjamaah

tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif setiap aspek

pengukuran shalat berjamaah pada tabel 2.

Tabel 2. Shalat Berjamaah

NO ITEM SOAL ANGKET RATA-

RATA

SKOR

(%)

KRITERIA

1 Shalat subuh berjamaah di

mushalla 4,08 81,6 Sangat Tinggi

2 Shalat maghrib berjamaah di

mushalla 4,08 81,6 Sangat Tinggi

3 Shalat isya berjamaah di

mushalla 4,1 82 Sangat Tinggi

4 Mengikuti Yasinan tiap malam

Jum,at 4 80 Sangat Tinggi

5 Mengikuti wiridan sampai selesai 3,88 77,6 Tinggi

6 Khusuk dalam shalat 3,4 68 Tinggi

18

33

9

Grafik Persentasi Shalat Berjamaah

Sangat Tinggi (30%)

Tinggi ( 55%)

Cukup Tinggi ( 15%)

Page 62: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

62

7

Tidak berbicara atau melakukan

sesuatu hal yang lain sewaktu

wiridan 3,3 66 Tinggi

8 Berdoa‟a dengan khusuk 3,6 72 Tinggi

9

Tidak bercakap-cakap ketika

imam sudah mengangkat takbir

(tidak menunda-nunda shalat) 3,5 70 Tinggi

10 Bersalaman setelah wiridan

selesai saat shalat subuh dan isya 3,72 74,4 Tinggi

11 Mematuhi jadwal sebagai

pembaca kultum 4,25 85 Sangat Tinggi

12 Menjaga kesempurnaan shaf

dalam shalat 3,82 76,4 Tinggi

13

Mengikuti shalat sunat

hajat/shalat sunat taubat tiap

malam Jumat 3,95 79 Tinggi

14 Mengikuti maulid habsyi tiap

malam Selasa 4 80 Sangat Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari aspek shalat

berjamaah dijalankan dengan baik. Terlihat dari kriteria yang di dapatkan masing-

masing aspek yaitu dengan predikat tinggi.

Etos Kerja

Berdasarkan tabel 1. Data diatas dapat dibuat tabel distribusi frekuensi

menunjukkan penyebaran data skor etos kerja sebagai berikut :

1. Skor tertinggi = 100 dan Skor terendah = 20

2. Rentang skor = 100 – 20 = 80

3. Jumlah kelas = 5

4. Panjang kelas interval = 80/5 = 16

Page 63: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

63

Tabel Distribusi Frekuensi Skor Etos Kerja

No kelas Kelas interval frekuensi Persentasi

% Kriteria

1 94– 109 10 16,66 Sangat Tinggi

2 78 – 93 31 51,66 Tinggi

3 62 – 77 17 28,33 Cukup tinggi

4 39 – 61 2 3,33 Rendah

5 20 – 35 0 0 Sangat Rendah

Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa mahasiswa yang

memperoleh skor etos kerja antara 39 sampai 61 sebanyak 2 orang atau sekitar

3,33%; mahasiswa yang memperoleh skor etos kerja antara 62 sampai 77

sebanyak 17 orang atau sekitar 28,33% dan mahasiswa yang memperoleh skor

etos kerja antara 78 sampai 93 sebanyak 31 orang atau sekitar 51,66% dan

seterusnya. Dalam tabel tersebut dapat pula dilihat mahasiswa yang etos kerjanya

masuk dalam kriteria sangat tinggi sebanyak 10 orang atau 16,66%.

Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru mempunyai etos kerja yang tinggi,

yang berarti melaksanakan tata tertib dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dari hasil analisis deskriptif setiap aspek pengukuran etos kerja pada

table.4.

Grafik Persentasi Etos Kerja

Sangat Tinggi (16,66%)

Tinggi ( 51,66%)

Cukup Tinggi ( 28,33%)

Rendah ( 3,33%)

Page 64: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

64

Tabel 4. Etos Kerja Mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru

NO ITEM SOAL ANGKET RATA-

RATA

SKOR

(%) KRITERIA

1 Melaksanakan jadwal keagamaan

asrama 4,33 86,6 Sangat Tinggi

2 Melaksanakan kegiatan

pengembangan diri 4,25 85 Sangat Tinggi

3 Melaksanakan ekstra berkebun 4,2 84 Sangat Tinggi

4 Melaksanakan kebersihan

lingkungan 4,5 90 Sangat Tinggi

5 Tepat waktu saat mengikuti

kegiatan Pramuka 4,03 80,6 Sangat Tinggi

6 Tepat waktu saat mengikuti senam

pagi Jumat 4,2 84 Sangat Tinggi

7

Tepat waktu saat mengikuti

kebersihan lingkungan tiap pagi 4,2 84 Sangat Tinggi

8

Tepat waktu hadir melaksanakan

shalat shubuh berjamaah di

mushalla

4,08 81,6 Sangat Tinggi

9

Tepat waktu hadir melaksanakan

shalat maghrib berjamaah di

mushalla

4,1 82 Sangat Tinggi

10

Tepat waktu hadir melaksanakan

shalat isya berjamaah di mushalla 4,12 82,4 Sangat Tinggi

11

Tepat waktu saat mengikuti

upacara bendera pagi Senin 4,25 85 Sangat Tinggi

12

Tepat waktu saat mengikuti

kegiatan pengembangan diri 3,93 78,6 Tinggi

13 Tepat waktu saat mengikuti 4,05 81 Sangat Tinggi

Page 65: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

65

kegiatan berkebun pagi Sabtu

14

Tidak membawa makanan ke

dalam kamar, tanpa alasan yang

jelas seperti sakit atau puasa.

3,7 74 Tinggi

15

Memakai pakaian seragam plus

almamater sampai setelai makan

siang selesai

3,82 76,4 Tinggi

16

Tidak mengisi buku izin asrama

ketika meninggalkan atau keluar

asrama

2,3 46 Cukup Tinggi

17

Tidak meletakkan sepatu dan

sandal pada rak atau tempat

sepatu/sandal yang telah

disediakan di tiap-tiap blok

2,4

48 Cukup Tinggi

18 2. Jujur dalam melaksanakan tugas 4,08 81,6 Sangat Tinggi

19 Mampu bekerjasama dengan baik 4,1 82 Sangat Tinggi

20

Semangat yang tinggi dalam

mengikuti kegiatan/jadwal asrama 3,9 78 Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari aspek etos kerja

dijalankan dengan baik.

Hubungan antara Shalat Berjamaah dengan Etos Kerja

Hubungan antara shalat berjamaah dengan etos kerja dapat dilihat pada

tabulasi silang antara shalat berjamaah dengan tingkat etos kerja mahasiswa pada

tabel 5

Page 66: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

66

Tabel.5. tabulasi silang antara shalat berjamaah dengan tingkat etos kerja

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari mahasiswa yang mempunyai tingkat

shalat berjamaah cukup tinggi yaitu 15%, semuanya mempunyai tingkat etos kerja

yang cukup tinggi pula, dari mahasiswa yang mempunyai tingkat shalat berjamaah

tinggi, yaitu 55% mempunyai tingkat etos kerja yang tinggi pula, dan 30%

mahasiswa yang tingkat shalat berjamaah sangat tinggi maka tingkat etos kerjanya

sangat tinggi pula.

Etos

Kerja

Shalat Berjamaah

Total Renda

h

Sekali

Rendah Cukup

Tinggi Tinggi

Sangat

Tinggi

f % f % f % f % f % f %

Rendah

Sekali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rendah 0

Cukup

Tinggi 0 7 11,7 10 16,7

Tinggi 0 2 3,3 2 3,3 15 25 14 23,3

Sangat

Tinggi 0 6 10 4 6,7

Total 0 2 3.3 9 15 31 51,7 18 30 60 10

0

Page 67: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

67

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat shalat berjamaah

mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru adalah tinggi. Dari hasil penelitian

terdapat 55% mahasiswa mempunyai tingkat shalat berjamaah tinggi dan 30%

dalam kategori sangat tinggi dan hanya 15% saja yang dikategorikan cukup

tinggi. Dilihat dari tingkat etos kerja mahasiswa S1 PGSD Berasrama

Banjarbaru juga bisa dikatakan dalam kriteria tinggi yaitu sekitar 51,66%,

16,66% dalam kategori sangat tinggi, 28,33% dalam kategori cukup tinggi dan

hanya 3,33% dalam kategori rendah.

Tingginya tingkat etos kerja mahasiswa ini tidak terlepas dari aturan

yang ketat yang diberlakukan oleh pembina melalui aturan tata tertib asrama

baik dalam bentuk tata tertib maupun dalam bentuk kegiatan serta pembiasaan

yang wajib dijalankan oleh mahasiswa. Mahasiswa selama berada di asrama

diwajibkan untuk mematuhi tata tertib asrama yang apabila ada mahasiswa

yang melanggar akan diberikan peringatan atau hukuman yang mendidik

kearah kesadaran. Selama 24 jam penuh segala aktivitas mahasiswa akan selalu

dikontrol baik oleh pembina asrama, kepala asrama, maupun petugas satpam.

Kebiasaan-kebiasaan atau budaya asrama yang ditanamkan kepada

mahasiswa untuk menuju kearah pembentukan seorang calon guru yang

profesional tanpa disadari akan membentuk watak atau karakter mahasiswa

sebagai seorang guru yang tidak hanya cerdas intelektualnya saja melainkan

juga aspek emosional dan spiritualnya sebagai seorang manusia yang utuh.

Perubahan etos kerja mahasiswa dari yang biasa kearah yang lebih

tinggi merupakan hasil sebuah proses dari bermacam ragam kekuatan yang

mempengaruhinya. Selain karena mengikuti dan mentaati kegiatan serta tata

tertib asrama.

Adapun proses terbentuknya etos kerja dalam diri seseorang tidak

terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu. Menurut Sinamo

(2002:68), etos kerja dibentuk melalui sebuah proses yang bertahap yaitu

melalui interaksi sekelompok orang, atau dalam organisasi dapat dijelaskan

sebagai berikut: pertama, di tingkat paradigma, doktrin kerja dipahami sebagai

baik dan benar. Di dunia pendidikan, nilai-nilai kerja seperti itu antara lain

Page 68: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

68

kualitas, profesionalisme, pelayanan, kepuasan murid, efisiensi, inovasi dan

tanggung jawab sosial.

Selanjutnya ditingkat keyakinan, doktrin dan nilai-nilai kerja dalam

paradigma ini kemudian dipercaya sebagai suatu keharusan normatif karena

sudah diterima sebagai baik dan benar. Norma baik dan benar ini seterusnya

menjadi acuan etis bagi seluruh perilaku kerja dalam kelompok tersebut.

Akibatnya, hanya dengan menampilkan perilaku kerja sesuai dengan norma

inilah seseorang dapat diterima dan dihargai oleh kelompoknya.

Dengan demikian, seluruh anggota secara moral terkondisikan untuk

commited dan bertindak sesuai dengan norma tersebut. Artinya, keyakinan

bahwa kerja itu baik dan benar akan membangun menjadi semangat dan energi

psikospiritual yang kemudian mewujudkan perilaku kerja yang sepadan.

Dengan syarat adanya dukungan dari elit organisasi atau masyarakat, dan

khususnya keteladanan kepemimpinan yang kuat, maka secara perlahan-lahan

perilaku kerja yang etis dan normatif tersebut akan menjadi perilaku umum

yang dominan.

Jika etos kerja ini dapat tampil secara kontinyu dalam rentang waktu yang

cukup panjang, maka secara psikis terbentuklah kebiasaan kerja yang mapan,

yang pada gilirannya menjadi ciri khas individu tersebut. Proses terakhir inilah

yang kemudian membentuk karakter warga organisasi atau masyarakat

tersebut.

Sejajar dengan berkembangnya karakter yang baik ini, akan berkembang

pula kompetensi-kompetensi teknis disatu sisi, dan membaiknya kinerja disisi

lain. Dengan kata lain, karakter, kompetensi dan kinerja adalah tiga buah ruh

keberhasilan yang sama, yang mewujud melalui pembatinan doktrin kerja yang

mampu mengundang komitmen dalam melaksanakannya.

Manusia memang makhluk yang sangat kompleks. Ia memiliki rasa suka,

benci, marah, gembira, sedih, berani, takut, dan lain-lain. Ia juga mempunyai

kebutuhan, kemauan, cita-cita dan angan-angan. Manusia juga mempunyai

dorongan hidup tertentu, pikiran dan pertimbangan-pertimbangan dalam

Page 69: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

69

menentukan sikap dan pendirian. Selain itu, ia mempunyai lingkungan

pergaulan di rumah atau tempat kerjanya. Realitas sebagaiman tersebut di atas

tentunya mempengaruhi dinamaika kerjanya secara langsung atau tidak

langsung. Contohnya rasa benci yang terdapat pada seorang pekerja,

ketidakcocokan terhadap atasan atau teman satu tim, keadaan seperti itu sangat

potensial untuk menimbulkan dampak negatif pada semangat, konsentrasi dan

stabilitas kerja orang bersangkutan. Sebaliknya rasa suka pada pekerjaan,

kehidupan keluarga yang harmonis, keadaan sosio kultural, sosio ekonomi dan

kesehatan yang baik, akan sangat mendukung kegairahan dan aktivitas kerja.

Begitulah etos kerja manusia dapat dipengaruhi oleh dimensi individual,

sosial dan lingkungan alam. Bagi orang yang beragama bahkan sangat

mungkin etos kerjanya memperoleh dukungan kuat dari dimensi transendental.

Dimensi transendental adalah dimensi yang melampaui batas-batas nilai materi

yang mendasari etos kerja manusia hingga pada dimensi ini kerja dipandang

sebagai ibadah. Rakhmat (2007:77) secara lebih tegas mengemukakan agama

dapat menjadi sumbermotivasi kerja, karena di dorong oleh rasa ketaatan dan

kesadaran ibadah.

Etos kerja terpancar dari sikap hidup mendasar manusia terhadap kerja.

Konsekuensinya pandangan hidup yang bernilai transenden juga dapat menjadi

sumber motivasi yang berpengaruh serta ikut berperan dalam proses

terbentuknya sikap itu. Nilai-nilai transenden akan menjadi landasan bagi

berkembangnya spiritualitas sebagai salah satu faktor yang efektif membentuk

kepribadian. Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas pendidikan dan

kemampuan semata. Faktor-faktor yang berhubungan dengan inner life,

suasana batin dan semangat hidup yang terpancar dari keyakinan dan keimanan

ikut menentukan pula. Oleh karena itu, agama (Islam) jelas dapat menjadi

sumber nilai dan sumber motivasi yang mendasari aktivitas hidup, termasuk

etos kerja pemeluknya

Page 70: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

1. Tingkat shalat berjamaah mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjabaru

dalam kategori tinggi. Tingginya tingkat shalat berjamah mahasiswa di

asrama ini terkait dengan adanya pengawasan yang ketat dari pembina

asrama, ketua asrama, dan pengurus asrama terutama seksi keagamaan.

2. Tingkat etos kerja mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjabaru dalam

kategori tinggi. Tingginya tingkat etos kerja ini terkait dengan adanya

tata tertib asrama yang harus ditaati oleh seluruh mahasiswa serta

penanaman kebiasaan melalui kegiatan dan budaya asrama melalui

pembiasaan kehidupan sehari-haridan di asrama yang tanpa disadari

menjadi pembentuk watak atau karakter yang gigih, tangguh, pekerja

keras dan unggul.

3. Ada hubungan yang signifikan antara shalat berjamaah terhadap etos

kerja yang dicapai mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjabaru.

B. Saran

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa shalat berjamaah di

asrama sudah bisa dikatakan tinggi dan hubungannya terhadap etos kerja

mahasiswa di asrama juga bisa dikategorikan tinggi. Penulis memberikan

saran kepada semua pihak yang terlibat untuk bisa mempertahankan prestasi

yang sudah baik serta berupaya untuk meningkatkannya ke depan. Penulis

optimis bahwa kedepan mahasiswa berasrama akan lebih meningkat kualitas

dan kuantitas shalat berjamaahnya dengan pengawasan dan pembiasaan

yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari dan akhirnya menjadi

karakter mahasiswa berasrama. Begitu juga hubungannya dengan etos kerja

yang sudah tinggi bisa dibina untuk berprestasi kedepan sebagai seorang

calon guru yang profesional dengan menjalin hubungan yang harmonis dan

kondusif di asrama ini.

Page 71: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

71

DAFTAR PUSTAKA

Masri dan Effendi.1987. Metode Penelitian Survai. Yogyakarta : PT Pustaka

LP3SE Indonesia.

Idris, dkk . 2004. Fikih Islam. Jakarta : Rineka Cipta.

Tajuddin, Muhammad. 2005. 254 Hadits Qudsi. Jakarta : Rineka Cipta.

HD, Kaelany. 2000. Islam Iman dan amal Saleh. Jakarta : Rineka Cipta.

Tim penyusun. 1983. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Direktorat Jenderal

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Tim Penyusun. 1979. Pendidikan Agama Islam 3. Jakarta : New Aqua Press.

Yim Penyusun. 1990. Pendidikan Agama Islam .Jakarta : Departemen Agama.

(http://bab-xiii-pendidikan-dan-kebudayaan.html )

(http://tugas-dey.blogspot.com/2010/02/bab-xiii-pendidikan-dankebudayaan.html)

(http://meditekom.wordpress.com/category/etika-moral/ )

(http://pokokekitabanget.blogspot.com/2010/01/tentang-shalat.html )

(http://storage.jak-stik.ac.id/students/paper/penulisan ilmiah/10499292/BAB

II.pdf )

(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126032T%20297.7%20%202009%20

(3)-Hubungan%20Antara-Literatur.pdf )

(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126032T%20297.7%20%202009%20

(3)-Hubungan%20Antara-Kesimpulan.pdf)

(http://rohis242.wordpress.com/2010/03/08/shalat-berjamaah-bab-11/)

(http://saga-islamicnet.blogspot.com/2009/09/bab-shalat-berjamaah-dan

imam.html)

(http://organisasi.org/pengertian-shalat-wajib-fardhu-hukum-rukun-syarat-sah-

tujuan-dan-kondisi-batal-sholat )

(http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008.)

(http://www.wahdah.or.id, 27 Agustus 2008 )

(http://meditekom.wordpress.com/category/etika-moral/ )

(http://ajenkkartika.blogspot.com/2010_03_01_archive.html )

(http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-51405009-

11692-investigasi-chapter3.pdf )

Page 72: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

72

(http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/968/bab34.pdf?sequence2)

(http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitas-dalam-beberapa

pengertian.htmlhttp://www.yaminsetiawan.com/cgibin/click.pl?id=tulisa

n17&url=/tulisan/tulisan17.)

(http://www.damandiri.or.idfileahmadsuyutiunairbab4.pdf )

(http://www.damandiri.or.idfiledasminsiduipbbab4.pdf )

Page 73: Hubungan Antara Shalat Berjamaah Dengan Etos Kerja Mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru

73