16
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK DENGAN STATUS OBESITAS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WEDRA UTAMA PURWOSARI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : NOVIA TRI RAHAYU J 310 120 015 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

  • Upload
    ngongoc

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN

LEMAK DENGAN STATUS OBESITAS PADA LANSIA DI

POSYANDU LANSIA WEDRA UTAMA PURWOSARI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

NOVIA TRI RAHAYU

J 310 120 015

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

i

Page 3: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

ii

Page 4: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

iii

hjgjy

Page 5: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

1

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK DENGAN STATUS OBESITAS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WEDRA

UTAMA PURWOSARI

Abstrak

Pemberian nutrisi pada lansia perlu diperhatikan supaya terhindar dari masalah gizi. Asupan

yang tidak tepat dapat menyebabkan obesitas. Berdasarkan Hasil Riskesdas 2013 menunjukan

bahwa adanya peningkatan obesitas pada lansia sebanyak 18.10% dari tahun 2007. Berdasarkan

survei pendahuluan di Posyandu Lansia Wedra Utama 46.42% lansia mengalami obesitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan lemak

dengan status obesitas pada lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari. Penelitian ini

adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Tiga puluh tiga lansia yang

berpartisipasi dalam penelitian ini direkrut menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data

Asupan energi, karbohidrat dan lemak didapatkan dengan Food Frequency Questionnaire semi

kuantitatif, penimbangan berat badan dan tinggi badan masing-masing diukur menggunakan

timbangan injak dan microtoice. Analisis hubungan antara asupan energi, karbohidrat dan lemak

dengan status obesitas pada lansia menggunakan Pearson Product Moment dengan program

SPSS for windows versi 21.0. Dua belas (36.40%) lansia memiliki asupan energi cukup, sebelas

(33.30%) lansia memiliki asupan karbohidrat kategori kurang, lima belas (45.50%) lansia

memiliki asupan lemak dalam kategori kurang dan delapan belas (54.50%) lansia termasuk

obesitas I (IMT= 25.0-29.5 kg/m2). Tidak ada hubungan asupan energi, karbohidrat dan lemak

dengan status obesitas lansia dengan nilai p masing-masing 0.622, 0.800 dan 0.136.

Kata Kunci:Asupan energi, karbohidrat, lemak, obesitas lansia

Abstract

The nutrition given for the elderly is important to avoid the malnutrition problem. Inappropriate

dietary intake can lead to obesity. Results based on Riskesdas, 2013 show that obesity in elderly

has increased at 18.10% since 2007. Based on the preliminary surveys conducted in Posyandu

Lansia Wedra Utama, 46.42% of the elderly are obese. To determine the relationship of energy,

carbohydrates and fats intake with obesity status of elderly in Posyandu Lansia Wedra Utama

Purwosari. The research was an observational study with cross sectional approach. Thirty-three

elderly were participated in this study recruited using simple random sampling technique. The

data of energy, carbohydrate and fat intake were obtained using semi-quantitative Food

Frequency Questionnaire, weight and height was measured using bathroom scale and microtoice

respectively. Pearson Product Moment test of SPSS for Windows version 21.0 was used to

analyze the relationship between energy, carbohydrate and fat intake and obesity status in the

elderly. Twelve (36.4%) elderly have sufficient energy intake, 11 (33.3%) elderly have less

carbohydrate intake, 15 (45.5%) elderly have poor fat intake and 18 (54.5%) elderly obesity

stage I (IMT= 25.0-29.5kg/m2). There are no relationship between energy, carbohydrates and

fats intake and obesity status of the elderly, with p value 0.622, 0.800 and 0.136 respectively

Keywords:Energy intake, carbohydrate, fat, the obese elderly

Page 6: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

2

1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk lansia semakin meningkat, pada tahun 2010 penduduk lansia

mengalami peningkatan sebanyak 9,7% dengan usia harapan hidup 67,4 tahun, dan pada tahun

2020 diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang dengan

peningkatan 11,3% dan usia harapan hidup 71,1 tahun (Nugroho, 2008).

Pemberian nutrisi pada lansia perlu mendapat perhatian karena, pemberian nutrisi yang

optimal merupakan kunci bagi kesembuhan penyakit, khususnya pada lanjut usia dengan

masalah multi patologinya yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

asupan zat gizi dan menimbulkan berbagai macam masalah gizi (Purba, 2005). Pengaturan

jumlah makanan sebagai sumber energi harus mengandung semua unsur gizi, seperti

karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai

dengan kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam komposisinya (Maryam, 2008).Pola

makan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis

makanannnya dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas (Nugroho, 2008).Hasil dari

Riskesdas 2013 menunjukan bahwa adanya peningkatan obesitas pada lansia. Pada tahun 2007

terdapat 14.8% lansia dengan IMT >25.0 dan naik menjadi 32,9% pada tahun 2013 (Riskesdas,

2013).

Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan

terutama makanan yang banyak mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai

dengan kebutuhan.Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang menyebabkan berat

badan berlebih atau obesitas (Almatsier, 2011).Hasil penelitian Mainake (2012) menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi lansia di

Kelurahan Mapanget Barat Kecamatan Mapanget Barat Kota Manado.Penelitian Ade dkk

(2013) menunjukan bahwa adanya hubungan antara frekuensi konsumsi karbohidrat dengan

status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan salah satu

penyebab kejadian obesitas pada lansia.Hasil penelitian Dara (2011) menyatakan bahawa ada

hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi manula di Kelurahan Balla

Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, diketahui Posyandu Lansia Wedra

Utama merupakan posyandu di daerah perkotaan yang paling aktif dan memiliki peserta paling

banyak di wilayah kerja Puskesmas Purwosari, dengan 46.42% lansia mengalami obesitas pada

kegiatan posyandu bulan Maret 2016.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

Hubungan Asupan energi, karbohidrat dan lemak dengan status obesitas pada lansia di

Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari.

Page 7: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

3

2. METODE

Jenis penelitian adalah observasional dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini

dilakukan pada 21-28 juli 2016 di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari. Penelitian ini

dilakukan setelah dinyatakan lolos etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan nomor No: 275/B.1/KEPK-

FKUMS/V/2016.Pengambilan sampel dengan sistem Simple Random Samplingyaitu dengan

cara undian. Dari 139 populasi yang tersebar, terlebih dahulu peneliti membuat gulungan kertas

diberi nama responden kemudian dikocok, diambil 33 gulungan dan dibuka, nama yang tertera

merupakan sampel penelitian. Analisis bivariat menggunakan uji Pearson Product Moment.

2.1 Asupan Energi, Karbohidrat dan Lemak

Pengambilan data asupan energi, karbohidrat, lemak dengan wawancara langsung

pada lansia menggunakan form FFQoleh peneliti.Data FFQ yang didapatkan, selanjutnya

dilakukan perhitungan asupan energi, karbohidrat, lemak per haridan perhitungan

kebutuhan asupan individu menurut AKG 2013. Hasil perhitungan asupan energi,

karbohidrat, lemak dibandingkan dengan asupan individu menurut AKG 2013dan

dikategorikan menurut Depkes (2005) dalam bentuk persentase.

2.2 Status Obesitas Lansia

Status gizi lansia didapatkan dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara

langsung oleh peneliti. Alat yang digunakan untuk pengukuran status gizi sudah melalui

proses tera oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Balai Metrologi Wilayah Surakarta.

Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice dengan nomor: 510.61/1059 dan

penimbangan berat badan menggunakan timbangan pegas dengan nomor: 510.61/1060.

Kriteria status gizi lansia berdasarkan pada klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut

Asia Pasifik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Posyandu Lansia Wedra Utama berada di Jl.Flamboyan Dalam No.2 RT.002/XI

Purwosari Surakarta, dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali tepatnya setiap hari

rabu pada minggu keempat. Kegiatan yang diselenggarakan di Posyandu Lansia Wedra

Utama Purwosari dibantu oleh beberapa kader yang merupakan warga RW 11, bidan desa

dan juga dipantau oleh pimpinan perhimpunan di desa Purwosari.Berdasarkan hasil

penelitian, distribusi responden berdasarkan karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 8: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

4

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari Status Obesitas Total

Normal Pre-obes 0bes I Obes II

n % n % n % N % ∑ %

Umur Pralansia

Lansia

Lansia resiko tinggi

7

0

1

21.21

0.00

3.03

1

2

1

3.03

6.06

3.03

11

6

1

33.33

18.18

3.03

2

1

0

6.06

3.03

0.00

21

9

3

63.63

27.27

9.09

Total 8 24.24 4 12.12 28 84.84 3 9.09 33 100.0

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

2

6

6.06

18.18

0

4

0.00

12.12

3

15

9.09

45.45

0

3

0.00

9.09

5

28

15.15

84.84

Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.0

Pendidikan Pendidikan Dasar

Pendidikan Lanjut

8

0

24.24

0.00

4

0

12.12

0.00

17

1

51.51

3.03

3

0

9.09

0.00

32

1

96.96

3.03

Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.0

Pekerjaan

Bekerja

Tidak bekerja

5

3

15.15

9.09

2

2

6.06

6.06

8

10

24.24

30.30

2

1

6.06

3.03

17

16

51.51 48.48

Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.0

Tabel 6 menunjukan bahwa usia pralansia paling banyak mengalami obesitas I (

IMT= 25.0-29.5 Kg/m2) sejumlah 33.33%. Berdasarkan distribusi jenis kelamin, pada

penelitian ini lansia perempuan 45.45% mengalami obesitas I. Penelitian Batsis (2015)

juga menyatakan bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi indeks masa tubuh pada

lansia. Berdasarkan latar belakang pendidikan 17 (51,51%) responden pendidikan dasar

mengalami obesitas I. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 30.30% lansia yang tidak

bekerja mengalami obesits I. Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi aktivitas fisik

orang tersebut. Selama beraktivitas, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk

bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk

mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa

dari tubuh (Almatsier, 2004).

Asupan Energi, Karbohidrat, Lemak dan Status Obesitas Lansia

Distribusi responden berdasarkan asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak

dan status gizi lansia di posyandu lansia Wedra Utama Purwosari dibandingkan dengan

AKG 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 9: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

5

Tabel 2.

Distribusi Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Lemak dan Status Gizi

Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari Dibandingkan dengan AKG

2013 Mean Standar

Deviasi

Nilai

Minimum

Nilai

Maksimum

Asupan Energi (%) 73.78 33.49 17.48 188.20

Asupan Karbohidrat (%) 75.92 35.14 16.01 175.97

Asupan Lemak (%) 70,89 37.63 10.04 200.14

Status Gizi (Kg/m2) 26.31 4.48 18.58 43.20

Tabel 8 menunjukan mean atau rata-rata asupan energi, karbohidrat dan lemak lansia

termasuk dalam kategori cukup (60-79%) menurut DepkesRI (2005), sedangkan status gizi

lansia termasuk dalam kategori obesitas I berdasarkan WHO (2000) yaitu 26.31%. Nilai

minimum asupan energi, karbohidrat dan lemak lansia menunjukan dalam kategori asupan

kurang, hal ini disebabkan karena responden sedikit mengkonsumsi sumber karbohidrat

seperti nasi, responden hanya mengkonsumsi nasi sebanyak 2-4x/minggu.Responden

dengan nilai minimum jarang mengkonsumsi sumber lemak seperti lauk hewani dan

pengunaan minyak dalam pengolahan bahan makanan, dalam sehari-harinya responden

lebih banyak mengkonsumsi sayuran dengan alasan untuk menurunkan berat badan.

Nilai maksimum asupan responden termasuk dalam kategori asupan yang berlebih

yaitu >110% (DepkesRI 2005). Responden dengan nilai maksimum tertinggi sering

mengkonsumsi bermacam-macam bahan makanan seperti nasi, roti, singkong, daging

ayam, telur, gula pasir dan minyak goreng dengan cara pengolahan sering digoreng

sehingga asupan energi, karbohidrat dan lemak dalam sehari berlebih.

Nilai rata-rata status gizi lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari yaitu

26.31Kg/m2

±4.48 yang berarti sebagian besar lansia mengalami obesitas tingkat I. Nilai

minimum status gizi lansia sebesar 18.58 Kg/m2. Lansia dengan status gizi normal

memiliki pola makan yang baik sehingga mereka dapat mengontrol status gizi mereka.

Nilai maksimum status gizi lansia yaitu 43.20 Kg/m2, karena proporsi tinggi badan lansia

tidak sebanding dengan berat badanya yaitu dengan tinggi badan 133.5 cm memiliki

memiliki berat badan 77 kg. Lansia yang memiliki status gizi obesitas mengaku bahwa

sejak dari kecil mereka sudah memiliki status gizi berlebih, tetapi ada juga yang

dikarenakan pola makan yang berlebihan dan seringnya mengkonsumsi makan-makanan

yang tinggi energi, karbohidrat dan lemak saat masih muda.

Distribusi Kategori Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Lemak dan Status Gizi

Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari dapat di lihat pada tabel 3.

Page 10: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

6

Tabel 3.

Distribusi Kategori Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Lemak dan Status Gizi

Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari

Kategori

Asupan

Status Obesitas Total

Normal Pre-obes 0bes I Obes II

n % n % n % N % ∑ %

Energi Kurang

Cukup

Baik Lebih

2

2

4 0

6.06

6.06

12.12 0.00

0

1

1 2

0.00

3.03

3.03 6.06

9

6

2 1

27.27

18.18

6.06 3.03

0

3

0 0

0.00

9.09

0.00 0.00

11

12

7 3

33.33

36.36

21.21 9.09

Total 8 24.24 4 12.12 18 54.81 3 9.09 33 100.00

Karbohidrat Kurang

Cukup

Baik Lebih

2

1

5 0

6.06

3.03

15.15 0.00

0

2

0 2

0.00

6.06

0.00 6.06

9

4

3 2

27.27

12.12

9.09 6,06

0

1

2 0

0.00

3.03

6.06 0.00

11

8

10 4

33.33

24.24

30.30 12.12

Total 8 33.33 4 12.12 18 54.27 3 9.09 33 100.00

Lemak Kurang

Cukup

Baik Lebih

2

2

2 2

6.06

6.06

6.06 6.06

0

0

3 1

0.00

0.00

9.09 3.03

10

4

3 1

30.30

12.12

9.09 3.03

3

0

0 0

9.09

0.00

0.00 0.00

15

6

8 4

45.45

18.18

24.24 12.12

Total 8 24.24 4 12.12 18 54.54 3 9.09 33 100.00

Hasil pada Tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar lansia yang mengalami

obesitas I memiliki asupan energi, karbohidrat dan lemak dalam kategori kurang. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa bila konsumsi energi

terlalu rendah dari kebutuhan akan menyebabkan berat badan kurang, sebaliknya bila

konsumsi energi terlalu tinggi dari yang dibutuhkan maka akan menyebabkan berat badan

berlebih (Almatsier, 2011).

Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang

genetik, hormon, faktor sosial dan lingkungan seperti gaya hidup dan kebiasaan makan

yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik (Murray, 2009). Faktor genetik

merupakan salah satu penyebab obesitas, namun peran genetik yang pasti untuk

menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki

kebiasaan makan yang sama. Akan tetapi bukti terkini menunjukan bahwa 20-25% obesitas

dapat disebabkan karena faktor genetik (Guyton, 2007).

Obesitas dapat disebabkan oleh kecenderungan tubuh untuk menyimpan makanan

lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya, artinya proses metabolisme tubuh berjalan

lambat. Daya serap tubuh seseorang terhadap makanan berbeda-beda, sebagian orang

berdaya serap kalori tinggi walaupun porsi makanya sedikit, tubuh mereka mengalami

Page 11: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

7

kegemukan karena seluruh kalori yang masuk dapat diserap dengan baik (Nugraha, 2009).

Proses metabolisme yang menurun pada lansia bila tidak diimbangi dengan peningkatan

aktivitas fisik atau penurunan jumlah makan, maka kalori yang berlebih akan diubah

menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan (Maryam, 2008).

Hormon adalah pembawa pesan kimia yang mengatur proses didalam tubuh kita.

Hormon juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan obesitas. Hormon insulin dan

leptin, hormon sex dan hormon pertumbuhan dapat mempengaruhi nafsu makan, distribusi

lemak tubuh dan metabolisme (kemampuan tubuh dalam membakar energi). Hasil

penelitian dari Brydon (2008) menunjukan bahwa orang yang lebih responsif terhadap

stres psikologis berada pada peningkatan risiko mengembangkan obesitas.

Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu pada proses pengambilan data

menggunakan metode FFQ semi kuantitatif, dimana metode ini bersifat subjektif dan

mengandalkan ingatan responden. Sebaiknya penelitian seperti menggunakan metode Food

Weighing sehingga data yang dihasilkan bersifat objektif.

Distribusi Jenis Bahan Makanan Berdasarkan Sumber Energi, Karbohidrat dan

Lemak yang Dikonsumsi Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Distribusi Jenis Bahan Makanan Berdasarkan Sumber Energi, Karbohidrat dan

Lemak yang Dikonsumsi Lansia Di Posyandu Lansia Wedra Utama Purwosari

Bahan

Makanan*

Konsumen Frekuensi Rata-rata

konsumsi

(g/hari)**

Persentase

(%)

Kandungan

Energi

Nasi

Tahu Tempe

Minyak goreng

Susu bubuk Sosis

SKM

Daging ayam Roti tawar

Telur ayam

33

32 32

33

4 9

13

29 24

31

2-3x/hari

2-3x/hari 2-3x/hari

2-3x/hari

5-6 x/hari 1-3x/bulan

1-3x/bulan

1x/minggu 1x/minggu

2-4x/minggu

270.01

189.90 79.93

12

21 14.3

18.07

13.72 15.87

23.87

100.00

96.96 96.96

100.00

12.12 27.27

39.39

87.87 72.72

93.93

Energi(kkal)

480.6

129.1 119.1

108.2

90.8 64.6

60.7

41.4 39.4

38.7

Karbohidrat

Nasi Susu bubuk

Papaya

SKM Pisang ambon

Energen

Kentang

Roti tawar Singkong

Kopi instan

33 4

26

13 20

4

28

24 29

10

2-3x/hari 5-6 x/minggu

2-4x/minggu

1-3x/bulan 1x/minggu

2-4x/minggu

2-4x/minggu

1x/minggu 2-4x/minggu

5-6 x/minggu

270.01 21

86.73

18.07 37.3

8.57

29.85

15.87 20.89

7.8

100.00 12.12

78.78

39.39 60.60

12.12

84.84

72.72 87.87

30.30

Karbohidrat (g)

109.6 14.9

10.6

9.9 9.6

8.6

7.9

7.6 7.2

7.2

Page 12: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

8

Bahan

Makanan*

Konsumen Frekuensi Rata-rata

konsumsi

(g/hari)**

Persentase

(%)

Kandungan

Lemak

Minyak goreng

Tahu

Sosis Mentega

Daging ayam

Tempe Telur ayam

Saden

Susu bubuk Kacang tanah

33

32

9 11

29

32 31

5

4 17

2-3x/hari

2-3x/hari

1-3x/bulan 2-4x/minggu

1x/minggu

2-3x/hari 2-4x/minggu

2-4x/minggu

5-6 x/hari 1x/minggu

12

189.90

14.3 5

13.72

12 23.87

7

21 5.11

100.00

96.96

27.27 33.33

87.87

96.96 93.93

15.15

12.12 51.51

Lemak (g)

12.0

8.7

6.0 4.1

3.4

3.2 2.7

2.6

2.4 2.2

* Bahan makanan diurutkan berdasarkan jumlah energi, karbohidrat dan lemak paling tinggi.

** Rata-rata konsumsi perhari berdasarkan jumlah lansia yang mengkonsumsinya

Pada tabel 4 sumbangan energi terbanyak diperoleh dari nasi.Rata-rata lansia

mengkonsumsi nasi sebanyak 270 gram/hari yang menghasilkan energi sebesar 480.6

kkal.Selain nasi bahan makanan yang banyak menyumbangkan energi yaitu tahu.Setiap

harinya lansia mengkonsumsi tahu sebanyak 2-3x/hari dengan rata-rata konsumsi sebanyak

190 gram/hari yang menghasilkan energi sebesar 129.1 kkal.

Asupan energi sangat penting untuk kebutuhan manusia. Asupan energi disesuaikan

dengan kebutuhan seseorang dan setiap individu tidak sama kebutuhannya (Notoatmodjo,

2003). Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari kebutuhan akan menyebabkan berat badan

kurang, sebaliknya bila konsumsi kalori terlalu tinggi dari yang dibutuhkan maka akan

menyebabkan berat badan berlebih (Almatsier, 2011).

Bahan makanan sumber karbohidrat yang tingkat konsumennya paling tinggi yaitu

nasi.Setiap hari responden mengkonsumsi nasi dengan frekuensi 2-3x/hari sebanyak

270.01 gram/hari yang menyumbangkan karbohidrat sebanyak 109.6 gram. Selanjutnya

yaitu susu bubuk, rata-rata konsumsi susu bubuk menghasilkan sebanyak 14.9 gram

karbohidrat yang biasanya di konsumsi sebanyak 5-6x/minggu sebanyak 21 gram/hari.

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Setiap 1 gram karbohidrat

yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan hasil proses oksidasi

(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan

berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot, serta untuk

menjalankan berbagai aktivitas fisik (Fatmah, 2010).

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa bahan makanan sumber lemak yang tingkat

konsumenya paling tinggi yaitu minyak goreng sebesar 100.00% dengan frekuensi

konsumsi 2-3x sehari sebanyak 12 gram/hari yang menyumbangkan 12.0 gram lemak.

Hampir semua lansia yang menjadi responden mengolah bahan makanan dengan cara

Page 13: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

9

ditumis atau digoreng. Lemak dalam tubuh berfungsi untuk membantu dalam pengaturan

suhu, memberikan sumber energi cadangan, memudahkan penyerapan vitamin yang larut

dan mengurangi sekresi asam dan aktivitas otot perut (Miller, 2004).

3.4. Hubungan Asupan Energi, Karbohidrat dan Lemak dengan Status Obesitas

Jumlah asupan didapatkan dari hasil wawancara menggunakan form FFQ semi kuantitatif

yang berisi daftar bahan makanan yang sering dikonsumsi dalam jangka waktu satu bulan

terakhir. Persen asupan diperoleh dari perbandingan asupan makan sehari dengan AKG

2013.Distribusi asupan subjek penelitian dengan status obesitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi Hubungan Asupan Dengan Status Obesitas Pada Lansia

Variabel Mean SD p*

Asupan Energi (%)

Status Obesitas (Kg/m2)

73.78

26.31

33.49

4.48 0.622

Asupan Karbohidrat (%) Status Obesitas (Kg/m

2)

75.92 26.31

35.14 4.48

0.800

Asupan Lemak (%)

Status Obesitas (Kg/m2)

70.89

26.31

37.63

4.48 0.136

*UjiPearson Product Moment

Hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di Posyandu Lansia Wedra Utama

Purwosari menggunakan uji Pearson Product Moment dengan tingkat kemaknaan α= 0.05

menunjukan hasil bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status obesitas

pada lansia (p= 0.622). Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa antara asupan

karbohidrat dan status obesitas tidak terdapat hubungan (p= 0.800). Untuk hubungan

asupan lemak dengan status obesitas juga tidak menunjukan adanya hubungan yang

bermakna (p= 0.136).

Sebagian besar responden yang memiliki status gizi obesitas memiliki asupan energi

yang kurang dan cukup.Hal ini menunjukan bahwa obesitas yang dialami responden tidak

disebabkan oleh asupannya.Kegemukan terkadang juga didasarkan pada kecenderungan

tubuh untuk menyimpan makanan lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya, artinya

proses metabolisme tubuh berjalan lambat. Daya serap tubuh seseorang terhadap makanan

berbeda-beda, sebagian orang berdaya serap kalori tinggi walaupun porsi makanya sedikit,

tubuh mereka mengalami kegemukan karena seluruh kalori yang masuk dapat diserap

dengan baik (Nugraha, 2009).

Terdapat berbagai faktor lain penyebab obesitas pada lansia, diantaranya perubahan

hormonal tubuh dalam beberapa fase hidup. Peningkatan berat badan juga dapat

diperantarai oleh keadaan stress (Elder, 2012). Hasil penelitian dari Brydon (2008)

Page 14: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

10

menunjukan bahwa orang yang lebih responsif terhadap stres psikologis berada pada

peningkatan risiko mengembangkan obesitas.

Salah satu penyebab terjadinya obesitas yaitu karena faktor hormonal. Apabila

asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adipose meningkat disertai

dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang

anorxigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY)

sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya apabila kebutuhan

energi lebih besar daripada asupan energi, maka jaringan adipose akan berkurang dan

terjadi rangsangan pada orexigenic center dihipotalamus yang akan menyebabkan

peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin,

sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunana nafsu makan (Jeffrey,

2009).

Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang

genetik, hormon, obat-obatan steroid jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang

akan mengalami penambahan berat badan, faktor sosial dan lingkungan seperti gaya hidup

dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik (Murray,

2009).Pada penelitian Ribe (2009), menyatakan bahwa pentingnya aktivitas fisik untuk

menghindari obesitas terutama pada usia tua.

Gaya hidup dan pola konsumsi yang diterapkan sejak usia muda bahkan anak-anak

dapat berpengaruh besar terhadap asupan zat gizi makro yang diterima oleh tubuh,

sehingga secara tidak sadar asupan yang berlebih yang diterima tubuh pada saat muda

berdampak besar pada saat usia lansia ditambah kurangnya aktivitas fisik (Philips et al,

2012)

Hal ini sejalan dengan penelitian Situmorang (2015) yang menyatakan bahwa tidak

adanya hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan

IMT.Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2014)

yang berjudul hubungan pola makan, status gizi dan interaksi sosial dengan kualitas hidup

lansia suku bugis di Kelurahan Sapanan Kabupaten Pengkep, bahwa tidak hanya asupan

karbohidrat yang mempengaruhi status gizi pada lansia.Namun hasil penelitian ini berbeda

dengan penelitian Dara (2011) yang menyatakan adanya hubungan antara asupan lemak

dengan status gizi manula di kelurahan Balla Kabupaten Enrekang.Keterbatasan penelitian

ini yaitu peneliti hanya melakukan penelitian tentang hubungan asupan energi, karbohidrat

dan lemak terhadap status obesitas pada lansia, sedangkan status obesitas pada lansia

dipengaruhi oleh beberapa faktor lain dimana pada penelitian ini faktor-faktor

tersebuthidup tidak diteliti

Page 15: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

11

4. PENUTUP

Dari hasil penelitian yang dilakukan di posyandu lansia Wedra Utama Purwosari dapat

disimpulkan bahwa Rata-rata Asupan Energi lansia sebesar 1440.72 kkal dan 36.40% lansia

memiliki persen asupan dalam kategori cukup dengan bahan makanan yang menghasilkan

tinggi energi yaitu nasi. Sumber karbohidrat lansia yang sering di konsumsi yaitu nasi 2-3x/hari

sebayak 270.01 gram/hari, sebagian besar asupan karbohidrat termasuk dalam kategori kurang

yaitu 33.30% dengan rata-rata asupan sehari sebanyak 283.19 gram/hari sedangkan asupan

lemak lansia termasuk dalam kategori kurang yaitu 45.50% dengan rata-rata asupan 38,72

gram/hari, bahan makanan bersumber lemak yang sering dikonsumsi yaitu minyak goreng 2-

3x/hari dan telur ayam 2-4x/minggu. Tidak ada hubungan asupan energi, asupan karbohidrat

dan asupan lemak dengan status obesitas pada lansia di posyandu lansia Wedra Utama

Purwosari

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Brydon L, Wrightt CE, O”Donnell K, Zachry I. 2008.Stress-induced cytocine response and central

adiposity in young woman.International journal of obesity

Depkes RI. 2006. Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Cetakan Ke-

2. Jakarta: Dirjen Bina Gizi Masyarakat

Dara dan Nurhaedar.2011. Kebiasaan Merokok Dan Asupan Makan Terhadap Status Gizi Manula

Kelurahan Balla Kabupaten Enrengkeng. Jurnal kesehata Masyarakat.

Elder CR et al. Impact Of Sleep, Screen Time, depression and Stress On Weight Change In The

Intensive Weight Loss Phase Of The Life Study. . International journal of obesity 36, 86-92

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Penerbit Erlangga

Guyton AC and J.E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9nd

edition. Jakarta: EGC

Leite MLC dan A Nicolosi. 2006. Lifestyle Correlates Of Antropometric Estimates Of Body

Adiposity In An Italian Middle Aged and Elderly Population: A covariance Analysis.

International Jurnal of Obesity 30, 926-934

Miller, CA. 2004.Nursing for wellness in older adults: theory and practice.Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkin.

Nugroho. 2008. Keperawatan gerontik& Geriatrik (3 nd

ed). Jakarta: EGC

Purba M. 2005. Status Gizi Mikro dan Kadar Homocysteine pada Usia lanjut. Pertemuan Ilmiah

Nasional.Dietetic II Tahun 2005.Prosiding 18-19 Februari 2005. Bandung

Rahmawati., Burhanudin, Bahar.,Yustini. Hubungan Pola Makan, Status Gizi, dan Interaksi sosial

dengan Kualitas Hidup Lansia Suku bugis di Kelurahan Sapanang Kabupaten

Pangkep.Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan MAsyarakat. Universitas Indonesia

Page 16: HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT DAN LEMAK …eprints.ums.ac.id/49874/31/NASKAH PUBLIKASI.pdf · status gizi, dimana seseorang yang frekuensi mengkonsumsi nasi tinggi merupakan

12

Riebe Deborah et al. 2009. The Relationship Between Obesity, Physcal Activity, and Physcal

Function in Older Adults. Journal Aging Health vol 21 no 8 1159-1178