111
HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR INTERNAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 2 DI MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN AJARAN 2015-2016 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Clarissa Maharani Putri NIM: 1113103000045 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR INTERNAL

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 2

DI MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN

UIN JAKARTA TAHUN AJARAN 2015-2016

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Clarissa Maharani Putri

NIM: 1113103000045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

ii

Page 3: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

iii

Page 4: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

iv

Page 5: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji

dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

rahmat dan ridho-Nya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang selalu menjadi panutan kehidupan.

Penulis menyadari laporan penelitian ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa

adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter yang telah membimbing saya selama menjalani pendidikan di

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku Penanggung Jawab Riset Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 yang selalu mengingatkan

penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini.

4. Dr. Riva Auda, Sp.A.M. Kes selaku Pembimbing 1 yang telah meluangkan

waktu, pikiran, dan tenaga serta memberi motivasi untuk membimbing penulis

baik dalam pengambilan data, penyusunan laporan, hingga laporan ini dapat

terselesaikan.

5. dr. Marita Fadhilah, Ph. D selaku Pembimbing II yang terus memberikan

bimbingan, arahan, dan saran-saran yang sangat membangun dalam

pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian.

6. Bapak dan Ibu yang tercinta, Dr. sc. H. Zainal Nur Arifin, Dipl-Ing. HTL, M.T

dan Kusumani Dewi Panji Haryati SE serta kakak penulis dr. Tiffano Taufan

Firdaus dan Nico Aldrin Avesina S.Ked yang memberikan dukungan dan

semangat terus menerus, dan lantunan do’a yang tak pernah putus untuk penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini.

Page 6: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

vi

7. Mbak Pipit selaku admin yang telah memberikan surat izin penelitian, serta Pak

Mardi selaku wakil kurikulum Madrasah Pembangunan, Pak Efron selaku

admin Madrasah Pembangunan dan Bu Hani selaku guru bimbingan konseling

yang turut membantu dalam pengambilan data penelitian.

8. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia menjadi sampel penelitian

sehingga penulis bisa mendapatkan ilmu yang baru dari hasil penelitian ini.

9. Mellia Wida Masita dan Putri Anggereini, teman-teman seperjuangan dalam

penelitian ini yang terus berjalan bersama, menghabiskan waktu, tenaga, pikiran

dan semangat bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Ferina, Iftina, Hana, Carin, Syabil, Ami, Najo, Nha, Siti, Nisa, dan teman-teman

PSKPD 2013 yang terus mengingatkan, menemani dan memberikan

semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik langsung

maupun tak langsung yang tentunya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak dalam

mewujudkan laporan penelitian yang jauh lebih baik. Hasil laporan penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak. Semoga penelitian yang

telah dilakukan ini mendapat barokah dan Ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 14 Oktober 2016

Penulis

Page 7: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

vii

ABSTRAK

Clarissa Maharani Putri. Hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi

belajar siswa kelas 2 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta

Tahun Ajaran 2015-2016

Latar Belakang Faktor kesehatan seperti riwayat penyakit, nutrisi, pola tidur,

aktivitas fisik dan motivasi mempunyai efek terhadap prestasi belajar. Dengan

pengetahuan mengenai hubungan faktor-faktor kesehatan dengan prestasi belajar,

sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang masih peringkat

bawah dan masuk dalam kategori median human development. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas

2 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2015-2016.

Metode: penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang yang terdiri

dari 120 subjek penelitian. Seluruh subjek penelitian mengisi kuesioner untuk

menilai faktor-faktor risiko internal, dan dilakukan pemeriksaan tinggi badan dan

berat badan. Prestasi belajar didapat dari rata-rata selama 4 semester (kelas 7 dan

kelas 8). Hasil: Faktor risiko internal yang mempunyai hubungan bermakna

terhadap prestasi belajar menggunakan analisis chi square adalah jenis kelamin

(p:0,023) anemia (p:0,002), batuk pilek (p:0,048), alergi (p:0,035), intake makanan

(p:0,043), aktivitas intensitas sedang (p:0,048) dan penghargaan (0,000).

Selanjutnya dengan analisis regresi logistik didapatkan kekurangan intake makanan

(OR : 4,755 P= 0,005 IK 95% 1,597-14,158), jenis kelamin laki-laki (OR: 3,664 P

: 0,008 OR : 3,664 IK 95% 1,402-9,578), dan gangguan pernapasan saat tidur (OR:

3,156 P : 0,080 OR 3,156 IK 95% 0,872-11,42), mempunyai kekuatan hubungan

paling kuat terhadap prestasi belajar kurang. Simpulan: Terdapat hubungan

bermakna antara jenis kelamin, anemia, batuk pilek, alergi, intake makanan,

aktivitas fisik intensitas sedang dan penghargaan terhadap prestasi belajar,

sedangkan durasi tidur tidak terdapat hubungan bermakna terhadap prestasi belajar.

Kekuatan paling kuat terhadap prestasi belajar kurang adalah intake makanan, jenis

kelamin, gangguan pernapasan saat tidur, anemia dan penghargaan.

Kata Kunci: prestasi belajar, kesehatan, nutrisi, pola tidur, aktivitas fisik, motivasi

Page 8: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

viii

ABSTRACT

Clarissa Putri Maharani. Relationship between internal factors on student

achievement in class 2 MTs Pembangunan UIN Jakarta Academic Year 2015-

2016

Background Health factors such as a history of the disease, nutrition, sleep

patterns, physical activity and motivation have an effect on learning achievement.

With the knowledge of the relationship factors of health and academic achievement,

so as to improve the quality of human resources that are still ranked below the and

into the category of median human development Objective: To determine the

internal factors that affect student achievement in class 2 MTs Pembangunan UIN

Jakarta Academic Year 2015-2016. Methods: This study used cross sectional

design consisting of 120 research subjects. The entire research subjects filled out a

questionnaire to assess internal risk factors internal, their height and weight were

also examined. The achievement of learning was derived from the average of four

semesters (grade 7 and grade 8). Results: The internal risk factors which are have

a significant relationship to the student achievement using chi square analysis were

gender (p: 0.023), anemia (p: 0.002), cough/colds (p: 0.048), allergy (p: 0.035),

intake of food (p: 0.043), moderate-intensity activity (p: 0.048) and rewards

(0,000). Furthermore, by using logistic regression analysis found that shortages of

food intake (OR:4.755 P:0.005 IK:95% 1.597-14.158), male gender (OR:3.664

P:0.008 OR: 3.664 IK: 95% 1.402-9.578), and sleep breathing disorders (OR:3.156

P:0.080 IK:95% 0.872 -11.42) have the strongest relationship to less learning

achievement. Conclusions: There was a significant relationship between sex,

anemia, cough/colds, allergies, food intake, physical activity of moderate intensity

and reward toward learning achievement, while the duration of sleep and sleep

disorders are no significant relationship to the learning achievement. The most

powerful forces on the less learning achievement are intake of food, sex, sleep

breathing disorders, anemia and awards.

Keywords: learning achievement, health, nutrition, sleep patterns, physical activity,

motivation

Page 9: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3.Hipotesis ........................................................................................................ 3

1.4.Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4

1.4.1.Tujuan Umum .................................................................................... 4

1.4.2.Tujuan Khusus ................................................................................... 4

1.5.Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4

1.5.1.Bagi Peneliti ........................................................................................ 4

1.5.2.Bagi Institusi ....................................................................................... 4

1.5.3.Bagi Masyarakat................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

2.1.Kerangka / Landasan Teori ........................................................................... 5

2.1.1.Prestasi Belajar ..................................................................................... 5

2.1.1.1. Definisi prestasi belajar .................................................................. 5

2.1.1.2. Definisi prestasi belajar menurut KBBI ......................................... 5

2.1.1.3. Faktor internal prestasi belajar ....................................................... 6

2.1.1.4. Faktor eksternal prestasi belajar ..................................................... 6

2.1.2. Riwayat penyakit ................................................................................. 7

2.1.2.1.Gangguan penglihatan ..................................................................... 7

2.1.2.2.Asma ............................................................................................... 8

2.1.2.3.Aggression dan violence .................................................................. 8

2.1.2.4.Inattention dan hiperaktif ................................................................ 8

2.1.2.5.Anemia ............................................................................................ 9

2.1.2.6.Gangguan pendengaran ................................................................... 9

2.1.2.7.Pilek dan batuk ................................................................................ 9

2.1.2.8.Diare ................................................................................................ 9

2.1.2.9.Alergi ............................................................................................ 10

2.1.3.Status gizi dan nutrisi ......................................................................... 10

2.1.3.1.Indeks massa tubuh ....................................................................... 10

2.1.3.2.Suplemen nutrisi dan mikronutrien ............................................... 11

Page 10: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

x

2.1.3.3.Defisiensiesi dan suplementasi .................................................... 11

2.1.3.4.Insufisiensi makanan ..................................................................... 11

2.1.3.5.Sarapan .......................................................................................... 11

2.1.3.6.Makanan cepat saji ........................................................................ 12

2.1.3.7.Pola makan sehat ........................................................................... 12

2.1.4.Pola tidur ............................................................................................ 12

2.1.4.1.Perubahan tidur dari childhood sampai adolescence .................... 12

2.1.4.2.Gangguan tidur pada anak ............................................................. 14

2.1.4.3.BISS ............................................................................................. 18

2.1.4.4.Hubungan durasi tidur dengan prestasi belajar ............................ 18

2.1.5.Aktivitas fisik ................................................................................... 19

2.1.5.1.Klasifikasi aktivitas fisik .............................................................. 19

2.1.5.2.Aktivitas fisik pada anak dan orang muda ................................... 20

2.1.5.3.Manfaat aktivitas fisik .................................................................. 20

2.1.5.4.Aktivitas fisik mempengaruhi otak .............................................. 21

2.1.5.5.Penelitian aktivitas fisik ............................................................... 22

2.1.6.Motivasi ............................................................................................ 22

2.1.6.1.Faktor yang mempengaruhi motivasi ........................................... 22

2.1.6.2.Komponen dari motivasi .............................................................. 22

2.1.6.3. Self Determination Theory .......................................................... 22

2.1.6.4. Hubungan motivasi dengan prestasi belajar ................................ 24

2.1.7. Otak ................................................................................................... 25

2.1.7.1. Anatomi otak ................................................................................ 25

2.1.7.2. Perkembangan otak ...................................................................... 27 2.1.7.3. Perubahan anatomi ....................................................................... 28

2.1.8.Remaja ............................................................................................... 31

2.1.8.1. Kematangan seksual, tinggi badan dan berat badan ..................... 31

2.1.8.2.Perubahan hormonal...................................................................... 33

2.1.8.3.Waktu dan variasi dalam pubertas ................................................ 33

2.1.8.4.Dimensi psikologis dari pubertas .................................................. 33

2.1.8.5.Otak ............................................................................................... 34

2.1.9. Pediatri sosial ................................................................................... 34

2.1.9.1. Aspek pediatric sosial .................................................................. 35

2.2.Kerangka Teori............................................................................................ 36

2.3.Kerangka Konsep ........................................................................................ 37

2.4.Definisi Operasional.................................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 43

3.1.Desain penelitian ......................................................................................... 43

3.2.Lokasi dan waktu penelitian........................................................................ 43

3.3.Populasi dan sampel .................................................................................... 43

3.3.1.Populasi dan sampel yang diteliti ....................................................... 43

3.3.2.Jumlah Sampel .................................................................................. 44

3.3.3.Variabel yang diteliti .......................................................................... 44

3.4. Cara kerja Penelitian .................................................................................. 44

3.4.1.Alur penelitian ................................................................................... 44

3.5. Managemen data ........................................................................................ 45

3.5.1.Pengumpulan data ............................................................................. 45

Page 11: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

xi

3.3.2. Analisis data .................................................................................... 45

3.5.2.1.Analisis univariat ......................................................................... 46

3.5.2.2. Analisi bivariat ............................................................................ 46

3.5.2.2. Analisi bivariat ............................................................................ 46

3.6.Etika penelitian............................................................................................ 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 47

4.1.Hasil uji validitas dan reliabilitas ................................................................ 47

4.1.1.Uji validitas ....................................................................................... 47

4.1.2.Uji reliabilitas .................................................................................... 48

4.2.Madrasah pembangunan.............................................................................. 48

4.3.Analisis univariat ........................................................................................ 50

4.4.Analisi bivariat ............................................................................................ 59

4.4.1.Hubungan antara riwayat penyakit dengan prestasi belajar ............... 59

4.4.2.Hubungan antara nutrisi dengan prestasi belajar ............................... 63

4.4.3.Hubungan antara pola tidur dengan prestasi belajar .......................... 65

4.4.4.Hubungan antara aktivitas fisik dengan prestasi belajar .................... 67

4.4.5.Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar ............................ 69

4.5.Analisis multivariat ..................................................................................... 70

4.6.Kelebihan penelitian.................................................................................... 71

4.7.Keterbatasan penelitian ............................................................................... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 73

5.1.Kesimpulan ................................................................................................. 73

5.2.Saran ............................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74

LAMPIRAN ..................................................................................................... 79

Page 12: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Range Motivasi ............................................................................. 24

Gambar 2.2.Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar ................................ 24

Gambar 2.3.Anatomi Otak ................................................................................ 25

Gambar 2.4.Anatomi Otak ................................................................................ 25

Gambar 2.5 Subdivisi Korteks Prefrontal ......................................................... 26

Gambar 2.6.Daerah Asosiasi ............................................................................. 30

Page 13: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh ..................................................... 10

Tabel 2.2. Proses Encephalisasi ....................................................................... 28

Tabel 2.3. Estimasi Usia Puncak Penebalan Korteks Serebri .......................... 29

Tabel 2.4. Varianel Dependen yaitu prestasi belajar ....................................... 38

Tabel 2.5. Variabel Independen yaitu faktor internal ..................................... 38

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas pada Item Kuesioner ........................................ 47

Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas pada Item Kuesioner..................................... 49

Tabel 4.3. Karakteristik responden .................................................................. 50

Tabel 4.4. Hasil Analisis Univariat Riwayat penyakit ..................................... 51

Tabel 4.5. Hasil Analisis Univariat Nutrisi ...................................................... 53

Tabel 4.6. Hasil Analisis Univariat Pola Tidur ................................................ 55

Tabel 4.7. Hasil Analisis Univariat Aktivitas Fisik ......................................... 56

Tabel 4.8. Hasil Analisis Univariat Motivasi ................................................... 58

Tabel 4.9. Sebaran responden berdasarkan faktor riwayat penyakit dan tingkat

prestasi belajar ................................................................................. 59

Tabel 4.10.Sebaran responden berdasarkan nutrisi dan tingkat prestasi

belajar .............................................................................................. 63

Tabel 4.11.Sebaran responden berdasarkan pola tidur dan tingkat

prestasi belajar ................................................................................. 65

Tabel 4.12.Sebaran responden berdasarkan aktivitas fisik dan tingkat

prestasi belajar ................................................................................. 67

Tabel 4.13.Sebaran responden berdasarkan motivasi dan tingkat

prestasi belajar ................................................................................. 69

Tabel 4.14.Hasil analisis multivariat ................................................................. 70

Page 14: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar surat persetujuan responden ............................................. 78

Lampiran 2 Kuesioner penelitian ...................................................................... 78

Lampiran 3 Hasil uji validitas dan

reliabilitas........................................................................................84

Lampiran 4 Dokumentasi …….……………………………………………… 94

Lampiran 5 Riwayat penulis ................................................................. ..……..95

Page 15: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

xv

DAFTAR SINGKATAN

UNDP : United Nations Development Programme

USDA : United States Department of Agriculture

BISS : Behaviorally induced insufficient sleep syndrome

ADHD : Attention Deficit Hyperactivity Disorder

SMA : Sekolah Menengah Atas

IMT : Indeks Massa Tubuh

NICU : Neonatal intensive care unit

CPAP : Continuous Positive Airway Understood

OSA : Obstructive Sleep apnea

REM : Rapid Eye Movement

RLS : Restless Leg Syndrome

SDT : Self Determination Theory

AM : autonomous motivation

CM : Controlled Motivation

SEM : Structural Equation Modelling

DTI : Diffusion tensor imaging

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

FSH : Follicle-Stimulating Hormone

LH : Luteinizing Hormone

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

UIN : Universitas Islam Negeri

Page 16: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam

pembangunan Nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat

dibentuk manusia yang berkualitas, seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak seperti peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.1

Dalam human development report 2014 oleh United Nations Development

Programme (UNDP), tahun 2013 Indonesia mempunyai index pembangunan

manusia yaitu 0,681 dengan peringkat 108 dari 187 negara, tergolong dalam

medium human development yang masuk dalam kriteria Negara berkembang.2

Selain itu hasil survey The 2015 International Institute for Management

Development World Competitiveness Scoreboard, Indonesia berada dalam

peringkat 42 dari 61 negara.3 Data di atas menunjukan bahwa kualitas sumber daya

manusia Indonesia masih rendah.

Salah satu indikator untuk melihat kualitas sumber daya manusia adalah

prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang

dicapai siswa selama mengikuti pelajaran pada periode tertentu dalam suatu

lembaga pendidikan, hasilnya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol lainnya.4

Faktor kesehatan merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa faktor – faktor kesehatan memiliki

efek terhadap prestasi belajar seperti riwayat penyakit, nutrisi, pola tidur, aktivitas

fisik, dan motivasi.

Page 17: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

2

Dalam suatu jurnal yang membahas mengenai kesehatan mata terdapat

perbedaan hasil penelitian, bahwa di pada anak usia (4-7 tahun) dan siswa sekolah

dasar (7-11 tahun), hyperopia mempunyai efek negatif terhadap nilai ujian

membaca, keterampilan keaksaraan, pengenalan kata dan kosakata, dan ortografi.

Sedangkan anak usia 10-12 tahun dengan miopia dapat membaca lebih banyak dan

mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding anak tanpa miopia. 5 Selain

itu pada penelitian 7000 anak kelas 3 SD, menunjukkan bahwa anak dengan

obesitas lebih sering tidak naik kelas dibandingkan anak yang menjaga berat

normalnya.6 Faktor internal yang ditunjukkan pada penelitian di Uganda anak SD

menemukan bahwa anak dengan status hemoglobin baik tanpa adanya infeksi

parasit malaria memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan anak yang

mengalami stunted, anemia, dan terinfeksi malaria. Sehingga dari penelitian ini

menyimpulkan bahwa riwayat penyakit berpotensi untuk mempengaruhi prestasi

belajar.7

Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 12.000 anak, Tobin (2013)

menemukan bahwa yang mengonsumsi makanan cepat saji lebih sering (beberapa

kali per minggu) mempunyai penurunan nilai ujian matematika dan membaca

secara signifikan.6 Bahkan pada penelitian siswa SMP, anak yang mengikuti

program sarapan pagi dengan intake nutrisi yang baik memiliki peningkatan pada

prestasi belajar dan fungsi psikososial, dibandingkan siswa yang tidak

mengkonsumsi sarapan pagi.6 Pernyataan ini didukung oleh The Food and

Nutrition Service of the United States Department of Agriculture (USDA) memiliki

National School Breakfast Programs untuk siswa, yaitu dengan pemberian buah

saat sarapan, dapat memberikan efek pada pembelajaran anak.6 Sehingga dari

beberapa penelitian ini menunjukan bahwa nutrisi dan status gizi memiliki

hubungan dengan prestasi belajar.

Pada review jurnal yang diambil 50 penelitian melakukan pengukuran

keterampilan kognitif dan attitude dan dihubungkan dengan aktifitas fisik dan

prestasi belajar, dengan hasil 50,5% positif berhubungan, 48% tidak signifikan dan

1,5% negatif.8 Pada anak sekolah di British Columbia yang diambil secara cluster

dan random diikutkan program aktivitas fisik dan didapatkan peningkatan

Page 18: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

3

performa akademik dibandingkan siswa yang tidak berpartisipasi program

tersebut.9

Selain faktor tersebut, terdapat penelitian yang diambil dari siswa SMA di

Korea Selatan, dari total 51 siswa tanpa behaviorally induced insufficient sleep

syndrome (BISS), 28 orang (54,9%) menempati ranking pada kuartil pertama,

sedangkan siswa dengan BISS hanya 13 orang (21,6%), hal ini menunjukkan

bahwa performa akademik tanpa gangguan pola tidur lebih tinggi dibandingkan

adolescent dengan gangguan pola tidur.10

Pada penelitian terhadap 252 mahasiswa Universitas Tehran di Iran yang

mengisi kuosioner motivasi akademik didapatkan hasil positif dan hubungan

signifikan antara motivasi akademik dan prestasi belajar sebesar 9,8%.11

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa perlu

mengadakan suatu penelitian untuk mencari faktor-faktor kesehatan dan hubungan

terhadapnya prestasi belajar untuk membuat strategi pendidikan yang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga terbentuk sumber daya manusia yang

berkualitas dan memajukan negara Indonesia. Hal itulah yang menjadikan peneliti

tertarik mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Faktor-faktor Internal

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 2 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan

UIN Jakarta Tahun Ajaran 2015-2016.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana hubungan antara prestasi belajar dengan faktor-faktor internal pada

siswa kelas 2 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan tahun ajaran 2015-2016?

1.3 HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara faktor-faktor internal dengan prestasi belajar, yaitu:

1. Tidak ada riwayat penyakit akan meningkatkan prestasi belajar.

2. Nutrisi yang baik akan meningkatkan prestasi belajar.

3. Pola tidur yang benar dan cukup akan meningkatkan prestasi belajar.

4. Aktivitas fisik yang cukup akan meningkatkan prestasi belajar.

5. Motivasi yang baik akan meningkatkan prestasi belajar.

Page 19: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

4

1.4 TUJUAN

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas

2 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2015-2016

1.4.1 Tujuan Khusus

Mengetahui hubungan antara faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2

di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2015-2016

1.5 MANFAAT

1.5.1 Manfaat Peneliti

Mendapatkan informasi dan wawasan mengenai hubungan faktor-faktor internal

terhadap prestasi belajar.

1.5.2 Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam perkembangan ilmu

pendidikan khususnya di bidang pediatric social mengenai hubungan faktor-faktor

internal terhadap prestasi belajar siswa.

1.5.3 Manfaat masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru, orang

tua, dan siswa tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar anak khususnya di wilayah kota

Jakarta.

Page 20: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KERANGKA/LANDASAN TEORI

2.1.1. Prestasi belajar

2.1.1.1. Definisi prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil

belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan

perilaku yang diharapkan dari siswa.12 Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar

yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar

yang telah ditetapkan.13

Prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai :

a. Academic performance adalah suatu nilai di kelas dan tingkat kelulusan yang

dinilai saat ujian, tugas sekolah (performance in tests, performance in course

work, performance in examinations)

b. Education behavior adalah perilaku belajar seperti kehadiran, tingkat putus

sekolah dan masalah perilaku di sekolah

c. Student cognitive skills and attitude seperti konsentrasi, memori, dan mood.16

2.1.1.2. Definisi belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia

Prestasi : hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya).14 Prestasi dicapai dengan nilai akademis dan belajar.

a. Akademis : hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau

perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui

pengukuran dan penilaian

b.Belajar : penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui

mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru.

Page 21: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

6

2.1.1.3. Faktor Internal Prestasi Belajar

Faktor yang berasal dari dalam diri individu, disebut faktor internal. Faktor ini

terdiri dari faktor biologis (jasmaniah) dan psikologis.15

Yang termasuk faktor biologis yaitu

a. Aktivitas fisik16

b.Nutrisi : sarapan, konsumsi buah dan sayur, konsumsi minum bersoda17

c. Kondisi kesehatan

Kondisi kesehatan kronik : IMT, ganggguan mata, asma5

Kesehatan mental : depresi, merasa tidak aman di sekolah17

Penyalahgunaan zat : merokok, alkohol dan ganja17

d.Pola tidur10

Yang termasuk faktor psikologis yaitu

e. Tingkah laku : inattention dan hiperaktif

f. Nilai saat masuk : direct entry points, diploma points, mature age points18

g.Motivasi akademik11

2.1.1.4. Faktor eksternal Prestasi Belajar

Faktor yang berasal dari luar individu, disebut faktor eksternal. Faktor ini meliputi

faktor lingkungan keluarga, faktor lingkugan sekolah, dan faktor lingkungan

masyarakat.16

a. Status sosial ekonomi keluarga18

Edukasi orang tua

Pendapatan keluarga

Pekerjaan orang tua

b. Latar belakang sekolah18

Lokasi sekolah (kota atau desa)

Status akademik

Kepemilikan sekolah (public atau private)

Keuangan

c. Keadaan sekolah

Manajemen sekolah18

Kurikulum sekolah17

Page 22: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

7

Program19 : promosi pengembangan remaja positif, edukasi dan pelayanan

support keluarga yang berpenghasilan rendah, program keterampilan sosial,

program kesehatan mental.

Fasilitas sekolah18

1. Fasilitas laboratorium

2. Teknologi seperti penggunaan slide presentasi, video akan lebih menarik

dan membuat murid lebih penuh perhatian

3. Ruang kelas

4. Buku pelajaran

Kualitas pengajar20

Metode pendekatan praktik seperti pemberian contoh, studi kasus akan

menarik perhatian murid dan membuat mengerti topik lebih baik dan menjadi

ingatan jangka panjang18

Lingkungan sekolah18

Staff sekolah untuk promosi kesehatan18

Aktivitas ekstrakurikuler dan sekolah18

Gangguan suara eksternal dan lama kuliah18

2.1.2. Riwayat penyakit

Pada penelitian yang dilakukan di sekolah primer Uganda, didapatkan hasil bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara kesehatan dan nutrisi pada prestasi

belajar. Walaupun status hemoglobin dan infeksi malaria mempunyai hubungan

pada prestasi belajar yang baik pada anak. Anak yang mempunyai kadar

hemoglobin tanpa infeksi malaria memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan mereka

yang kerdil, anemia, dan terinfeksi malaria.7

2.1.2.1. Gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang banyak dijumpai adalah gangguan refraktsi yaitu

miopia dan hipermetropia. Gangguan mata yang juga penting adalah astigmatisme,

strabismus, ambliopia, masalah dengan gerakan koordinasi mata binokular, dan

gangguan integrasi persepsi mata dengan otak.5

Page 23: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

8

Dengan adanya gangguan mata akan menyebabkan gangguan tracking

(kemampuan bergerak dalam baris teks saat membaca), teaming atau binocularity

(komunikasi antara mata dan otak), dan fokus (kemampuan fokus secara akurat

pada berbagai jarak, memindahkan fokus secara cepat dan menjaga fokus yang

lama). Gejala gangguan mata tersebut akan mengancam prestasi belajar termasuk

berkedip sering, rentang perhatian yang pendek, menghindari membaca, sakit

kepala berulang, penglihatan ganda, dan kesulitan mengingat apa yang sudah

dibaca.5 Penglihatan yang baik memfasilitasi belajar di sekolah, tingkat dengan

sensor input dan kemampuan melihat jelas yang tidak optimal membuat seseorang

lebih cenderung menjadi lelah dan menghindari tugas belajar yang membutuhkan

penglihatan yang lebih baik.5

2.1.2.2. Asma

Anak dengan asma memiliki gangguan dalam tidur karena faktor inflamasi,

hiperresponsif bronkus, dan resistensi jalan napas pada malam hari yang dapat

mengakibatkan eksaserbasi gejala asma dan menyebabkan batuk, sesak napas, dan

mengi yang menganggu tidur. Sehingga anak dengan asma kurang konsisten dalam

memulai waktu tidur dan jumlah waktu tidur. Hal ini menyebabkan rasa mengantuk

dan lelah pada siang hari yang berhubungan dengan prestasi belajar yang menurun.5

2.1.2.3. Aggression dan violence

Teknologi yang berkembang saat ini membuat anak dan remaja mudah

mendapatkan inforrmasi-informasi dapat berupa hal baik maupun buruk. Hal

negatif seperti kekerasan di masyarakat. Paparan kekerasan masyarakat

mempengaruhi kegagalan akademis melalui dua jalur penyebab yaitu: gejala

depresi (pikiran terganggu, motivasi dan energi rendah) dan perilaku yang

menganggu (agresi, impulsive, dan hiperaktif).5

2.1.2.4. Gangguan tingkah laku : Inattention dan hiperaktif

Anak dengan ADHD kesulitan untuk fokus perhatian terus menerus dan mudah

terganggu, menyelesaikan tugas rumah dan latihan, menjadi bosan dengan cepat,

Page 24: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

9

tidak mendengarkan peraturan dengan baik, dan kesulitan memproses informasi

(gejala inattention) memiliki implikasi yang jelas terhadap prestasi belajar.5

Ketidakmampuan untuk duduk diam, kesulitan melakukan kegiatan yang tenang,

menunggu giliran, bertindak impulsive dan tidak sabar, membuat komentar yang

tidak pantas, mengganggu aktivitas atau percakapan orang lain (gejala hiperaktif)

akan menyebabkan masalah lebih lanjut mengenai bergaul dengan teman, guru, dan

yang lainnya.5

2.1.2.5. Anemia

Merupakan penyakit dengan saturasi oksihemoglobin yang berkurang. Anemia

didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin darah di bawah nilai normal

untuk usia dan jenis kelamin. Rentang hemoglobin pada anak (7-12 tahun) 11-16

g/dL sedangkan pada dewasa wanita 12-16 g/dL, dan dewasa pria 14-18 g/dL. 21

Gangguan intelektual pada anak dengan anemia merupakan hasil pengurangan

kronis pada saturasi oksihemoglobin darah untuk menyuplai ke otak, yang

mendasari patofisiologi infark serebral silent. Infark serebral silent disebutkan

sebagai penyebab utama masalah sekolah, IQ rendah, dan defisit neurokognitif.22

2.1.2.6. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran menunjukkan kesulitan untuk mendengar dan mengerti

pidato dan suara lingkungan yang berisik dan bergema, sehingga mempengaruhi

interaksi sosial anak, perkembangan emosi, dan prestasi belajar.23

Anak dengan gangguan pendengaran menunjukkan kesulitan dalam mengerjakan

tugas (konsep bahasa), perhatian auditori dan memori, keterlambatan

perkembangan seperti bahasa, mengeja, matematika, dan pemecahan masalah.23

2.1.2.7. Pilek dan batuk

Anak balita terpapar batuk pilek 6 sampai 8 kali per tahun (2 bulan sekali) dianggap

wajar, sedangkan pada orang dewasa rata-rata terserang pilek 2 – 3 kali dalam satu

tahun.24 Dalam penelitian menunjukkan orang dengan batuk pilek mempengaruhi

kesehatan, nilai akademik yang rendah dan performa kerja.24

Page 25: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

10

2.1.2.8. Diare

Penelitian menunjukkan bahwa jangka panjang diare anak usia dini merupakan

faktor risiko penting untuk prestasi sekolah yang buruk.25

2.1.2.9. Alergi

Dalam penelitian pada 400 responden menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan

antara anak alergi dengan anak tidak alergi dalam hal kinerja akademik dan bahasa,

retensi, handicap, atau masalah perilaku.26

Rinitis alergi adalah gangguan kronik tersering pada anak, penyakit ini dapat

menyebabkan gangguan tidur yang membuat kantuk di siang hari dan absensi atau

inattention, gangguan mood dan masalah psikososial. Hal ini dapat berkontribusi

dalam penurunan prestasi belajar.27

2.1.3. Nutrisi dan Status Gizi

Hal yang terjadi pada siswa yang lapar:

1.Recall memory melambat

2.Masalah hiperaktif dan perhatian

3.Pada saat SMA, lebih tergantung dan mempunyai masalah dengan orang lain

4.Nilai matematika yang rendah

5.Lebih sering tinggal kelas28

Salah satu indikator kesehatan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Klasifikasi Fungsi

Kurang <18,5

Normal 18,5-,22,9

Pra-obes 23-24,9

Obese 1 24,9-29,9

Obese 2 >30

Sumber : World Health Organization, 2000

Anak dengan obesitas mempunyai komplikasi gangguan jantung seperti kolesterol

dan tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, masalah tulang dan sendi, sleep apnea,

asma, batu empedu, dan sindrom ovarian polikistik.6

Page 26: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

11

Selain itu, obesitas menyebabkan masalah sosial dan psikologikal, seperti

penurunan rasa percaya diri yang menyebabkan kesedihan, kesepian, dan perilaku

risiko tinggi seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol.6

Penelitian terbaru didapatkan anak dengan obesitas juga mempengaruhi kognitif

dan prestasi belajar. Anak dengan obesitas menunjukkan durasi perhatian yang

pendek, penurunan fleksibilitas mental dan cenderung mempunyai fungsi

intelektual yang rendah, yang dapat menimbulkan masalah dalam belajar.6

2.1.3.2. Suplemen nutrisi dan mikronutrien

Penelitian di United States dan United Kindom menginvestigasi pemberian

multivitamin dan suplemen mineral (zink dan iodine) kepada populasi normal pada

usia sekolah untuk membuktikan efek terhadap kecerdasan dan performa pada tes

standarisasi atau prestasi belajar. Dan didapatkan hasil “Varied”, penelitian

mengindikasikan bahwa tidak ada efek suplemen multivitamin terhadap kecerdasan

dan performa pada kebanyakan anak.30

2.1.3.3. Defisiensi besi dan suplementasi

Pada jurnal yang menampilkan 18 penelitian mendemonstrasikan bahwa defisiensi

asupan besi berhubungan dengan hasil akademik rendah (nilai matematika yang

rendah). Sedangkan pada siswa dengan anemia defisiensi besi, didapatkan

hubungan dengan kognitif dan prestasi belajar yang buruk.30

2.1.3.4. Insufiesiensi makanan

Pada review artikel-artikel yang mencantumkan penelitian mengenai hubungan

antara insufisiensi makanan pada performa / kemampuan kognitif pada siswa

didapatkan bahwa insufisiensi makanan mengurangi prestasi belajar.30

2.1.3.5. Sarapan

Pada review journal school of health menjelaskan terdapat pengaruh positif sarapan

terhadap keterampilan kognitif dalan jangka pendek, sedangkan pada efek jangka

panjang sarapan terhadap performa di sekolah masih belum diketahui. Pada

penelitian didapatkan fungsi spesifik yang meningkat yaitu pada kelancaran

Page 27: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

12

berbicara, aritmatika, kemampuan perhatian, memori, kreativitas, ketahanan fisik,

test prestasi belajar dan fungsi kognitif, kewaspadaan, dan pemecahan masalah.30

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang melewatkan sarapan

berhubungan dengan tekanan mental. Sedangkan anak yang mengkonsumsi sarapan

yang berkualitas mempunyai kesehatan mental yang baik.30

2.1.3.6. Makanan cepat saji

Penelitian pada tahun ke 5 dan 8 pada 12.000 murid menunjukkan anak yang

konsumsi makanan cepat saji sering (satu kali dalam sehari) memiliki prestasi

belajar yang rendah pada nilai matematika, membaca, dan pengetahuan alam, nilai

terendah pada nilai matematika.31

2.1.3.7. Pola makan sehat

Anak dengan kebiasaan mengkonsumsi susu, buah dan sayur setiap hari

mempunyai prestasi belajar baik (memiliki rata-rata di atas 90) dibandingkan anak

dengan nilai rata-rata rendah.31

2.1.4. POLA TIDUR

2.1.4.1. Perubahan tidur dari childhood sampai adolescence

a. Infant (0-1 tahun)

Selama satu bulan awal kehidupan, bayi tidur sepanjang hari pada siang dan malam,

dalam enam bulan pertama, sebagian besar bayi mengembangkan kemampuan

untuk mempertahankan episode tidur dan mulai mengkonsolidasikan tidur di

malam hari, secara bertahap seperti pola tidur orang dewasa. Sekitar usia 10 hari -

2 minggu, ritme sirkaidian mulai muncul, dan tidur bayi meningkat pada malam

hari dengan dilengkapi tiga sampai empat jam tidur di siang hari. Perkembangan

utama (mayor development milestone) yang dicapai oleh sebagian besar bayi pada

usia 6-9 bulan adalah kemampuan tidur pada malam hari (tidur setidaknya delapan

jam setiap malam) disertai dengan satu tidur pagi dan satu tidur siang.32

Page 28: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

13

b. Toddlers / Balita (2-4 tahun)

Setelah satu tahun pertama, sistem tidur-bangun terus berkembang secara lambat

dan stabil. Rata-rata tidur siang balita 1,5-2 jam. Saat usia 3 tahun, 50% dari anak-

anak masih tidur di siang hari, 35% tidur di siang hari sampai usia 5 tahun. Pada

usia lima tahun, sebagian besar berhenti tidur siang dan tidur dalam satu periode

saat malam hari. Terbangun saat malam hari sering terjadi, dan kemampuan anak

untuk kembali tidur tanpa intervensi orang tua merupakan indikasi perkembangan

tidur yang sehat, jika anak tidak memperoleh keterampilan ini, terbentuk

perkembangan insomnia (gangguan tidur).32

c. Anak usia sekolah dasar (5-12 tahun)

Perubahan bertahap waktu tidur dan onset waktu tidur dimulai pada anak usia

menengah dan mempercepat pada awal pertengahan masa remaja. Total waktu tidur

anak dan efisiensi tidur (rasio total waktu tidur untuk waktu yang dihabiskan di

tempat tidur) menurun dengan bertambahnya usia, sehingga waktu tidur malam

tertunda dan total waktu tidur berkurang.32

d. Remaja (13-19 tahun)

Selama masa remaja terdapat perubahan besar dalam ritme sirkadian, tubuh remaja

tidak mulai memproduksi kadar melatonin sebelum sekitar jam 23.00 dan puncak

produksi sampai jam 19.00 dan berhenti sekitar 20.00.33 Sehingga remaja

memerlukan waktu tidur 8-9 jam per hari.32

Perubahan pematangan karakteristik pubertas adalah fase tidur yang tertunda,

dengan keterlambatan waktu tidur dibandingkan anak dan dewasa. Ditambah

dengan tekanan lingkungan pada masa modern ini, keterlambatan fase ini sering

menyebabkan kurang tidur selama hari sekolah dan peningkatan kebutuhan tidur

saat hari libur. Peningkatan pola tidur bangun yang tidak teratur, perbedaan besar

antara waktu tidur malam dan waktu bangun saat hari sekolah dengan tidak sekolah

dan peningkatan tidur pada hari libur terlihat sejak pertengahan anak hingga ke

remaja dan seterusnya.32

Page 29: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

14

e. Adult / Dewasa dan lansia

Waktu tidur pada tahap dewasa memerlukan waktu 7-8 jam, dengan kadar

melatonin mulai diproduksi seperti saat remaja yaitu jam 23.00 namun mempunyai

puncak produksi saat jam 04.00. Sedangkan pada lansia memerlukan waktu 6-7 jam

per hari dengan tidur yang lebih sering pada siang hari.32

2.1.4.2. Gangguan tidur pada anak

Menurut klasifikasi oleh American Academy of Sleep Medicine, terdapat delapan

kategori mayor yaitu:32

a. Behavioural insomnias32

Masalah waktu tidur termasuk kesulitan memulai tidur, menjaga tidur, dan kualitas

tidur yang buruk.

b. Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan32

Central apnea syndrome

Ditandai oleh disfungsi sistem saraf pusat menyebabkan berkurang usaha

respirasi yang terjadi secara intermiten atau bersiklus. Gangguan ini

berhubungan karena kelainan anatomik atau genetik dan lingkungan.32

Apnea of prematurity

Kelainan pengaturan respirasi pada bayi premature menyebabkan

berhentinya napas 20 detik atau sering didiagnosis pada bayi prematur dan

juga bayi dengan faktor predisposisi.32

Gangguan perkembangan ini terjadi pada bayi prematur yang berat di

neonatal intensive care unit (NICU), dan tata laksana menggunakan

Continuous positive airway Pressure (CPAP. 32

Obstructive sleep apnea

Terjadi karena obstruksi parsial atau penuh pada saluran napas sehingga

terjadi ventilasi yang inadekuat dan peningkatan usaha bernapas.32

Didiagnosis pada anak ketika satu atau lebih kejadian obstruktif setidaknya

2 siklus pernapasan setiap satu jam. Gejala yang dihasilkan adalah

mendengkur atau mengorok dan tidur terganggu.32

Sering terjadi pada anak OSA menyebabkan gangguan fungsi setiap hari,

seperti masalah tingkah laku dan sering tidur di sekolah.32

Page 30: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

15

Sleep related hypoventilation/syndrome hypoxemic

Gangguan yang berhubungan dengan hipoventilasi atau hipoksemia selama

tidur. Gejala berupa penurunan hipoventilasi alveolar, gangguan fungsi paru

atau mekanisme dinding dada atau kegagalan pengontrolan secara otomatis

pada sentral pernapasan bayi.32

Obesity hypoventilation syndrome

Kumpulan gejala dari kombinasi kegemukan dan hipercapnia (peningkatan

CO2 pada darah) kronik yang menyebabkan beberapa gangguan pernapasan

tidur (apnea/hypoapnea, perodik hipoventilasi).32

Hypersomnias

Gangguan tidur dengan peningkatan mengantuk pada siang hari sebagai

keluhan utama dan tidak berhubungan dengan gangguan tidur malam hari

atau ritme sirkadian. Sering terjadi pada anak dan dewasa.32

c. Narcolepsy

Gangguan saraf kronik pada Rapid Eye Movement (REM) tidur. Ditandai dengan

serangan mengantuk pada siang hari secara tidak terkontrol berulang, mimpi yang

jelas, paralisis tidur dan cataplexy (hilangnya tonus otot tiba-tiba saat pemicu

emosi).32

Narcolepsy tanpa cataplexy didiagnosis pada anak ketika tidak ditemukan

cataplexy, meskipun terjadi paralisis tidur, halusinasi hipotonik, dan hasil positif

pada tes latensi tidur multiple (rata-rata latensi tidur <8 menit dan 2 jam lebih

periode REM).32

Gangguan ini menyebabkan mengantuk yang berat termasuk mengantuk saat waktu

makan atau aktivitas sosial dan terjadi penurunan prestasi belajar.32

d. Circadian rhythm sleep disorders,

Ditandai dengan kesulitan atau kegagalan untuk menyesuaikan waktu untuk tidur-

bangun terhadap jadwal sosial, mengeluhkan insomnia, peningkatan kelelahan pada

siang hari sehingga gangguan fungsi keseharian dan kualitas hidur.32

Page 31: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

16

e. Delayed sleep phase syndrome (DSPS)

Periode tidur tertunda dari waktu bangun dan tidur yang diinginkan. Individu

mengalami ketidakmampuan untuk bangun dan tidur sesuai jadwal yang dapat

diterima oleh sosial.32

f. Parasomnias

Ditandai dengan ketidakinginan tingkah laku, emosi, pengalaman, kelainan

pergerakan atau fungsi sistem saraf otonom saat tidur atau transisi dari tidur.

Frekuensi dapat terjadi satu kali atau bahkan setiap malam.32

Parasomnias yang umum pada anak seperti: berjalan sambil tidur, mimpi buruk,

sleep terrors (aktivasi sistem otonom dan gejala ketakutan seperti menangis atau

berteriak), kebingungan saat bangun, dan nocturnal enuresis (kehilangan urin

secara tidak sengaja saat tidur).32

g. Sleep-related movement disorders

Gangguan tidur yang ditandai dengan gerakan stereotipik yang mengganggu tidur.32

Periodic limb movement disorder

Terdiri dari pergerakan anggota gerak tubuh secara berulang saat tidur.

Pergerakan ini berhubungan dengan partial arousals, tidur yang penuh dan

menyebabkan tidur yang terpecah.

Didapatkan kesulitan tidur, menjaga tidur, frekuensi terbangun pada malam

hari tinggi, dan peningkatan kesulitan untuk kembali tidur setelah terbangun

pada malam hari.32

Sleep related rhythmic movement disorder

Terdiri dari perilaku motorik ritmik secara berulang saat kondisi mengantuk

atau tidur sebentar. Umumnya ditemukan pada anak dan merupakan bentuk

untuk menenangkan diri. Ini dapat menbuat cedera pada kepala dan anggota

tubuh karena kekerasan pergerakan.

Page 32: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

17

Restless leg syndrome (RLS)

Adalah gangguan sensorimotor ditandai dengan:

1. Dorongan untuk menggerakan kaki, biasanya disebabkan oleh rasa tidak

nyaman di kaki

2. Sensasi yang tidak diinginkan lebih buruk, hanya terjadi pada malam hari

dibandingkan pada siang hari

Kriteria yang mendukung:

1. Gangguan tidur

2. Riwayat RLC pada orang tua atau saudara

3. Menggunakan periodic limb movement index 5 atau lebih per jam saat tidur.

Diagnosis ditegakkan dengan kondisi tidak adanya gangguan tidur lain,

gangguan medis atau neurologis, gangguan mental, serta obat-obatan atau

penggunaan zat.32

h. Isolated symptoms and normal variants

Durasi tidur : kebanyakan tidur : >10 jam, kekurangan tidur : < 3 jam pada

dewasa, < 5 jam saat remaja.

Mendengkur.

Tidur sambil berbicara.

Permulaan tidur dimulai dengan kontraksi otot.32

i. Other sleep disorders

Gangguan psikologi lain.

Gangguan tidur yang tidak disebabkan karena zat atau kondisi psikologi

yang diketahui.

Gangguan tidur lingkungan.32

Page 33: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

18

2.1.4.3 BISS 10

Behaviorally induced insufficient sleep syndrome (BISS) adalah gangguan tidur

yang ditandai dengan peningkatan mengantuk dan penurunan waktu tidur karena

kurang tidur parsial yang kronis. Dengan karakteristik:

a. Durasi tidur pada hari kerja ≤ 7 jam

b. Pada hari minggu, pertambahan waktu tidur ≥ 3 jam

c. Mengantuk di siang hari (≥ Epworth kantuk skala [ESS] 10),

d. Adanya signifikan insomnia.

2.1.4.4. Hubungan durasi tidur dengan prestasi belajar

a. Belajar dan memori

Tidur memiliki peran integral dalam pembelajaran dan pengolahan memori,

terutama dalam konsolidasi memori yang penting untuk mempertahankan

informasi baru. Tidur penting dalam membentuk sinaps antara cabang dendritik

yang memungkinkan untuk pembentukan memori dari informasi yang dipelajari

sehingga memungkinkan siswa untuk mengingat informasi lebih cepat dan dalam

waktu yang lama. 34

b. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif terdiri dari serangkaian proses kognitif yang saling terkait yang

mengorganisasikan dan mengatur pengolahan informasi dan perilaku dalam

menanggapi tuntunan lingkungan, proses ini meliputi kerja memori, penghambatan,

perhatian-pergeseran atau fleksibilitas, perencanaan, pemecahan masalah dan

penalaran. Daerah otak yang mengatur fungsi eksekutif mencakup struktur di

dorsolateral, prefrontal, cingulate anterior, dan korteks parietal. Sistem regulasi

eksekutif memainkan peranan penting dalam kemampuan individu untuk mencapai

keberhasilan dan berhubungan erat dengan prestasi akademik di seluruh sekolah

anak, seperti gangguan fungsi eksekutif terkait dengan akademik masalah

kegagalan dan perilaku. Demikian pula, beberapa penelitian telah menunjukkan

bahwa kurang tidur mengganggu kinerja pada langkah-langkah dari fungsi

eksekutif termasuk tugas-tugas yang membutuhkan berpikir abstrak, kreativitas,

integrasi, perencanaan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kapasitas

berpikir divergen, memori kerja, fleksibilitas, perhatian dan kewaspadaan, perilaku

Page 34: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

19

penghambatan, dan set kognitif mengenai pergeseran. Perubahan ini dapat

bertindak dalam kombinasi untuk merusak pengaturan perilaku dan kinerja

akademik.32

Dalam jurnal lain mendukung bahwa secara neuropsikologi dan pencitraan

menunjukkan bahwa tidur bekerja untuk memastikan fungsi korteks prefrontal

adekuat, yang mengeksekusi fungsi otak yang lebih tinggi, termasuk bahasa, kerja

ingatan, penalaran logis, dan kreativitas.34

c. Kesehatan emosional

Studi menilai fisiologis dan saraf telah objektif diverifikasi hubungan antara

disregulasi emosional dan kurang tidur. Temuan secara kolektif mendukung sebuah

kerangka bahwa kurang tidur meningkatkan reaktivitas area otak subkortikal

limbik untuk kedua rangsangan adektif positif dan negatif, yang berhubungan

dengan konektivitas korteks prefrontal yang kurang.32

Pada tidur siang menunjukkan bahwa dapat menghilangkan intensitas rating

negatif, ancaman ekspresi wajah (takut atau marah) dan peningkatan responsivitas

terhadap positif (senang) gambar wajah. Studi ini menunjukan bahwa tidur

menghilangkan reaktivitas neural limbik terhadap ingatan emosional sebelumnya.32

d. Psikopatologi

Gangguan tidur sering bersamaan dengan gangguan kejiwaan, temuan paralel

disfungsi anatomis di otak (misalnya aktivitas area limbik dan konektivitas korteks

prefrontal). Telah dilaporkan sejumlah suasana hati psikiatri dan gangguan

kecemasan yang mengungkapkan turut terjadi kelainan tidur, termasuk depresi

berat, gangguan bipolar dan gangguan stress pasca trauma.32

2.1.5. AKTIVITAS FISIK

2.1.5.1. Klasifikasi Aktivitas fisik

a. Aktivitas Fisik Intensitas Sedang (Moderate intensity physical activities)

Aktivitas yang menyebabkan panas tubuh dan pernapasan meningkat sehingga

jantung berdetak lebih cepat, tetapi masih dapat melakukan percakapan

(berbicara).

Contoh: Bersepeda, bermain tanah.35

Page 35: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

20

b. Aktivitas Fisik Intensitas Berat (Vigorous intensity physical activities)

Aktivitas fisik yang menyebabkan panas tubuh dan pernapasan lebih meningkat

sehingga jantung berdetak secara cepat, dan ini membuat kesulitan untuk

berbicara (percakapan).

contoh : lari cepat, olahraga seperti berenang atau sepak bola.35

c. Aktivitas fisik yang memperkuat otot dan tulang yang melibatkan penggunaan

berat badan atau melakukan perlawanan (resistant).

contoh : berayun pada peralatan bermain, skipping (melompat), olahraga seperti

gymnastic dan tenis.35

d. Perilaku tak berpindah-pindah (sedentary behavior)

Menonton tv, bermain laptop atau video games.

Menunggu bus atau berada dalam perjalanan.35

2.1.5.2. Aktivitas fisik pada anak dan orang muda (5-18 tahun)

a. Melakukan aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat setidaknya 60 menit

dalam sehari.

b. Melakukan aktivitas fisik intensitas berat termasuk memperkuat otot dan tulang

setidaknya 3 kali dalam satu minggu.

c. Meminimalkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk perilaku duduk dalam

jangka waktu lama.35

2.1.5.3. Manfaat aktivitas fisik minimal 60 menit dalam sehari

a. Meningkatkan kesehatan kardiovascular

b. Menjaga berat badan yang ideal

c. Meningkatkan kesehatan tulang

d. Meningkatkan kepercayaan diri

e. Mengembangkan keterampilan sosial baru

f. Pertumbuhan dan perkembangan normal35

g. Mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, motor , sosial dan

etik dalam berbagai cara16

Page 36: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

21

2.1.5.4. Aktivitas fisik mempengaruhi otak

a. Keterampilan kognitif dan keterampilan motorik berkembang melalui interaksi

dinamik. Penelitian menunjukkan bahwa pergerakan fisik dapat

mempengaruhi fisiologi otak dengan meningkatkan:8

Perkembangan kapiler otak

Aliran darah

Oksigenasi 8

Produksi neutropin yang mendukung diferensiasi neuronal dan

perkembangan otak, dan peningkatan plasticity neuronal 5

Perkembangan sel saraf di hippocampus8

Kadar neurotransmitter8

Perkembangan saraf penghubung8

Kepadatan jaringan saraf8

Volume jaringan otak hippocampus dan basal ganglia9

Dengan perubahan fisiologi diatas, sehingga dapat dihubungkan dengan:

Peningkatan perhatian (attention)8

Peningkatan proses informasi, penyimpanan, dan perbaikan8

Peningkatan coping dan efek positif8

Pengurangan sensasi nyeri8

b. Aktivitas fisik meningkatkan volume dan aktivitas otak, terutama daerah yang

berhubungan dengan memori dan fungsi eksekutif, sehingga meningkatkan

kemudahan untuk belajar.36

c. Aktivitas fisik meningkatkan motorik dan keterampilan kognitif secara

paralel.36

d. Aktivitas fisik meningkatkan interaksi sosial sehingga meningkatkan anak

dalam kemampuan mendengar, mengikuti petunjuk, menunggu giliran dan

memilih cara tindakan yang tepat untuk situasi.36

e. Aktivitas fisik mengembangkan ketrampilan kerja sama tim, pengarahan diri

sendiri, dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.36

Page 37: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

22

2.1.5.5. Penelitian aktivitas fisik

a. Edukasi sekolah berbasis aktivitas fisik

b. Aktivitas di kelas berbasis aktivitas fisik

c. Istirahat

d. Ekstrakurikuler olahraga8

2.1.6. MOTIVASI

2.1.6.1 Faktor yang mempengaruhi motivasi

a. Lingkungan dan eksternal

b. Keadaan internal organisme

c. Tujuan

d. Instrumen untuk mencapai tujuan9

2.1.6.2. Komponen dari motivasi

a. Tugas

b. Usaha

c. Persaingan

d. Social power

e. Affliation

f. Social concern

g. Ibadah/doa

h. Hadiah11

2.1.6.3. Self Determination Theory (SDT)

Teori motivasi mengatakan bahwa kualitas motivasi lebih penting dibanding

kuantitas. Dalam teori ini terdapat range motivasi, mulai dari amotivasi, motivasi

eksternal, dan motivasi internal.37

Page 38: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

23

a. MOTIVASI EKSTERNAL

External regulation adalah motivasi yang berasal dari pengaruh luar, dan

jika melakukannya untuk mendapatkan sebuah reward atau

penghargaan/pujian.

Contoh, seorang mahasiswa membaca suatu jurnal karena diwajibkan oleh

pembimbing tesisnya. 34

Introjected regulation adalah motivasi dari dalam diri namun dengan

tekanan dari luar. Beberapa perilaku dilakukan untuk menghindari rasa

bersalah.

Contoh: seorang mahasiswa menamatkan studinya untuk membuktikan

bahwa dirinya mampu mencapai derajat yang lebih tinggi. 34

Identified regulation adalah motivasi dengan individu termotivasi untuk

mencapai tujuan, namun individu tidak harus menemukan kenikmatan

dalam perilakunya, dan juga tidak termotivasi karena rasa bersalah atau

malu. Individu hanya mengakui bahwa tindakannya menguntungkan

terhadap pengembangan dirinya.

Contoh: seorang mahasiswa yang belajar kelas bahasa Inggris karena

merasa penting untuk menjadi seorang penulis.34

Integrated regulation adalah bentuk motivasi yang timbul ketika seseorang

telah sepenuhnya terintegrasi motivasi dalam dirinya. Jika dia tidak

melakukannya, dia tidak akan merasa bersalah atau malu.

Contoh: mengikuti sholat Idul Fitri karena ia percaya bahwa tindakan

tersebut sejalan dengan sistem kepercayaan pribadinya, dia menghadiri

karena dia merasa benar dan cocok untuk dirinya.34

b. MOTIVASI INTERNAL

Motivasi yang berasal dari ketertarikan dan kesenangan seseorang dalam

melakukan aktivitas.

Contoh: seseorang yang termotivasi bermain bola kaki karena merasa senang saat

bermain.

Page 39: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

24

Gambar 2.1 Range Motivasi37

Sumber : Kusurkar RA, Croiset G, and others, 2012

Dalam gambar bahwa identified dan integrated regulation termasuk dalam

motivasi eksternal yang high self determination, makin dekat dengan motivasi

intrinsik. Sehingga identifies, integrated regulation dan motivasi intrinsik masuk

dalam generate autonomous motivation (AM) yaitu motivasi yang berasal dari diri

sendiri, sedangkan yang lain adalah low in self determination sehingga masuk

dalam Controlled Motivation (CM).37 Dalam SDT mendukung bahwa autonomous

motivation , semakin baik hasil yang diamati yaitu dalam pembelajaran : prestasi

akademik lebih tinggi.

2.1.6.4. Hubungan motivasi dengan prestasi belajar

Pada penelitian terhadap 252 mahasiswa di Universitas Tehran yang mengisi

kuosioner motivasi akademik didapatkan hasil positif dan signifikan hubungan

antara motivasi akademik dan prestasi belajar sebesar 9,8%. 11 Dalam Structural

Equation Modelling (SEM) analisis terdapat hubungan antara motivasi dan

academic performance.37

Gambar 2.2 Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar 37

Sumber : Kusurkar RA, Croiset G, and others, 2012

Page 40: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

25

Hipotesis: “Motivasi yang berasal dari diri sendiri (autonomous motivation)

mengarah ke strategi belajar yang baik dan usaha belajar yang tinggi sehingga

menyebabkan prestasi akademis yang lebih baik”.37

2.1.7. Otak

2.1.7.1. Anatomi Otak

Otak terdiri dari substansi pokok yaitu substansi grisea (abu-abu) dan substansi alba

(putih). Substansi grisea merupakan kumpulan badan sel sedangkan substansi alba

merupakan kumpulan serabut saraf.38

Otak terbagi menjadi dua bagian yaitu hemifer otak kanan dan hemifer otak kiri.

Setiap hemisfer otak terdiri dari substansi grisea (korteks), substansi alba, dan

daerah subcortical substansi grisea.38

a. Substansi grisea

Terbagi menjadi 4 lobus, yaitu:38

lobus frontal terdiri dari korteks motorik yang merupakan pusat pergerakan

volunter (sadar), daerah prefrontal yang merupakan pusat untuk berpikir

tingkat tinggi dan fungsi eksekutif seperti menyusun strategi dan membuat

rencana.

Lobus parietal terutama berfungsi dalam sensasi sentuhan dan pemikiran

mengenai ruang (spatial thinking)

Lobus temporal terlibat dalam penerimaan bahasa, persepsi pendengaran,

memori, dan fungsi kognitif sosial.

Lobus oksipital adalah pusat penglihatan.

Gambar 2.3 Anatomi Otak Gambar 2.4 Anatomi Otak

Sumber : Jetha MK, Segalowitz SJ, 2012 38

Sumber : Jetha MK, Segalowitz SJ, 2012 38

Page 41: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

26

Fungsi lebih tinggi dimediasi oleh subdivisi korteks prefrontal, yang bekerjasama untuk

menyatukan dengan perhatian, monitoring lingkungan dan diri, dan kontrol emosi, dan

tingkah laku. Subdivisi prefrontal terutama daerah prefrontal medial, telah telibat dalam

perkembangan sosial dan emosional. 38

Gambar 2.5 Subdivisi Korteks Prefrontal

Sumber : Jetha MK, Segalowitz SJ, 201238

b. Substansi alba

Terbentuk dari akson yang berasal dari badan sel untuk mengirimkan sinyal ke sel

yang lain. Akson diselubungi oleh myelin, sebuah selubung yang mengelilingi

akson dan mendorong transmisi sinyal. Substansi alba bertanggung jawab untuk

konektivitas dan hubungan daerah otak yang terpisah jauh atau dekat. Sistem

terbesar dari substansi alba adalah corpus callosum yang mempunyai fungsi utama

transfer informasi antara hemisfer otak kanan dan kiri.38

c. Subcortical substansi grisea

Basal ganglia terlibat dalam pengontrolan pergerakan dan tonus otot,

kebiasaan (rutinitas) dan baru-baru ini menunjukan adanya keterlibatan dalan

attention dan keadaan emosi.

Amygdala terlibat dalam proses emosi, dan keterlibatan dengan gangguan

disregulasi emosi, seperti tindakan agresif, depresi, dan cemas.

Hippocampus merupakan pusat dari fungsi psikologikal, termasuk

penyimpanan memori.

Page 42: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

27

Cerebellum merupakan pusat koordinasi pergerakan, dan baru-baru ini

menyatakan berasosiasi dengan fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti

bahasa dan kontrol emosi.38

2.1.7.2. Perkembangan Otak

Perkembangan sel saraf dimulai pada usia 2 minggu setelah konsepsi (pembuahan)

dengan dimulai dari pembentukan tabung saraf (neural tube) yang akan menjadi

otak dan saraf tulang belakang (spinal cord), proliferasi sel saraf (beberapa sel awal

akan membelah untuk menghasilkan milyar sel), migrasi sel saraf (migrasi sel ke

tujuan akhir mereka), dan diferensiasi sel saraf (sel berdiferensiasi menjadi khusus

untuk fungsi tertentu).39

Proliferasi sel saraf yang hampir selesai pada usia gestasi 4 dan 7 bulan. 39 Migrasi

sel saraf, mereka memperpanjang akson dan dendrit untuk membuat hubungan

sinaps (synaptogenesis).39

a. Masa Janin

Sistem saraf berkembang dari jaringan embrionik yaitu ektoderm. Tanda pertama

perkembangan sistem saraf adalah lempeng saraf (neural plate) yang dapat dilihat

pada hari ke 16. Kemudian beberapa hari kemudian terbentuk “trench” (parit) pada

lempeng saraf sehingga membentuk lengkung saraf (neural groove). Pada hari ke

21, tepi dari masing-masing lengkung saraf bertemu (neural crest) sehingga

membentuk tabung saraf (neural tube).39

Bagian depan dari neural tube berkembang menjadi otak, sisa tabung saraf

berkembang menjadi saraf tulang belakang, dan neural crest cell menjadi sistem

saraf perifer.39

Pada akhir bagian depan neural tube, terbentuk tiga daerah otak besar yaitu :

prosencephalon (forebrain), mesencephalon (mdbrain) dan rhombencephalon

(hindbrain). Kemudian pada minggu ke 7 perkembangan, terjadi proses

encephalisasi yaitu tiga daerah otak besar tersebut terbagi lagi.39

Page 43: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

28

Tabel 2.2 Proses Ensefalisasi

Pembagian utama Subdivisi Struktur

Prosencephalon

(forebrain)

Telencephalon Neocortex; basal ganglia; amygdala;

hippocampus;lateral ventrikel

Diencephalon Thalamus, hipotalamus, epitalamus,

ventikel tiga

Mesencephalon

(mdbrain)

Mesencephalon Tectum, tegmentum, cerebral

aqueduct

Rhombencephalon

(hindbrain)

Metencephalon Cerebellum, pons, ventrikel empat

Myelencephalon Medulla oblongata, ventrikel empat

Sumber : Cuddler EH. Neuroscience for kids, 2015 39

b. Awal kelahiran

Milyaran sel saraf pada otak mengirimkan pesan melalui sinaps dan beberapa

region otak berfungsi saling berkoordinasi. Sinaptogenesis terjadi sehingga

menghasilkan overproduksi sinaps. Pada percobaan di hewan, penguatan dan

pengurangan sel saraf tergantung dari lingkungan dan pengalaman. Perkembangan

awal lahir (lahir sampai usia 6 tahun) merupakan waktu luar biasa untuk otak

plasticity.38

Plasticity atau neuroplastisitas menjelaskan bagaimana dengan adanya pengalaman

menata kembali jalur saraf di otak, perubahan fungsional longlasting di otak terjadi

ketika seorang belajar hal baru atau mengingat informasi baru. Perubahan-

perubahan dalam hubungan saraf yang disebut neuroplastisitas.39

c. Setelah usai 7 tahun

Volume otak sudah mencapai 90% ukuran dewasa pada usia 6 tahun dan mencapai

ukuran dewasa pada sekitar usia 12 tahun. Pertumbuhan sinaps sebelum pubertas

dan periode synaptic pruning dan plastisitas lebih lambat dibandingkan awal

kelahiran. Perkembangan otak ini sensitif terhadap lingkungan selama belajar dan

pengalaman.38

2.1.7.3. Perubahan Anatomi

Pematangan otak selama periode ini termasuk remodeling dan “fine tunning” of

neural circuitry. Ini spesifik terhadap daerah otak, waktu, dan gender.38

a. Substansi abu-abu

Selama anak-anak, daerah substansi grisea menebal (peningkatan volume) dan

memuncak saat anak-anak atau awal remaja (onset puberty saat usia 11 tahun pada

Page 44: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

29

perempuan dan 12 tahun pada laki-laki) dan mulai menipis (mengecil volume) saat

memasuki awal dewasa (perkembangan bentuk U terbalik). Penebalan ini karena

peningkatan jumlah dan ketebalan cabang dan koneksi dendrit dan akson dari

neuron yang ada, disebut sebagai arborization.38

Tabel 2.3 Estimasi Usia Puncak Penebalan Korteks Serebri

Lobus Fungsi Perempuan/laki-laki

Frontal Planning, organizing, strategizing, initiating,

shifting, sustaining attention

11,0 tahun / 12,1 tahun

Temporal Language, emotion memory 16,7 tahun / 16,2 tahun

Parietal Receiving and processing sensory input 10,2 tahun / 11,8 tahun

Sumber : Jetha MK, Segalowitz SJ, 2012 38

Penipisan substansi grisea karena beberapa faktor, termasuk pruning of synapses,

akson, dan dendrit, pengurangan sel saraf penyokong (sel glia) dan mielinisasi yang

meningkatkan substansi alba. Penipisan daerah volume substansi grisea

menandakan pematangan, sebuah periode membentuk dan “rewiring”

(mengkabelkan) sinaps yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan.38

Proses pematangan substansi grisea dimulai dari bagian belakang otak yang

menerima informasi dari sense (penglihatan, pendengaran, dan perabaan),

kemudian daerah yang terlibat dalam orientasi ruang dan bahasa dan terakhir pada

daerah yang memiliki fungsi lebih tinggi seperti mengintegrasi informasi yang

masuk dari berbagai daerah otak, yang disebut daerah asosiasi (association regions)

dan terletak di lobus frontal. Daerah asosiasi terlibat dalam integrasi informasi yang

lebih tinggi seperti menyusun rencana, strategi dan tujuan yang membutuhkan

kemampuan untuk memungkinkan perhatian dan kontrol impuls, daerah antara

lobus temporal dan frontal mengintegrasi informasi sosial dengan motivasi dan

informasi emosi. Daerah asosiasi ini tidak akan benar-benar matang sampai

dewasa.38

Page 45: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

30

Gambar 2.6 Daerah Asosiasi

Sumber : Jetha MK, Segalowitz SJ, 2012 38

b. Substansi putih (Substansi Alba)

Volume substansi alba mulai meningkat saat mulai periode postnatal awal berlanjut

selama anak-anak, remaja dan pertengahan dewasa, beberapa studi menunjukkan

puncak volume saat pertengahan dekade ke 5 kehidupan, namun penelitian

menggunakan diffusion tensor imaging (DTI) menunjukkan organisasi

mikrostruktur terjadi sampai dekade 2 kehidupan dan diikuti penurunan stabil

setelah usia 30 tahun.38

Fase perkembangan substansi alba dimulai sebelum, selama, dan sesudah remaja.

Terutama pematangan saat remaja terlibat dalam emosi, perilaku, dan kontrol

kognitif (seperti yang menghubungkan daerah subkortikal: basal ganglia dan daerah

prefrontal). Pada usia ini berimplikasi terhadap cara belajar. Pematangan daerah

substansi alba selama anak-anak dan remaja berkorelasi dengan intelegensi,

keterampilan membaca, keterampilan visuospatial, bahasa, respon inhibisi, dan

memori.38

Corpus callosum sangat menebal dari usia 4 sampai 22 tahun, penebalan ini

berhubungan dengan intelegensi, dan bervariasi sesuai gender dan usia.38

Mielinisasi meningkatkan kecepatan komunikasi antara saraf dan penting untuk

waktu dan sinkronisasi “neuronal firing” antara jarak daerah otak. Namun,

myelinisasi menghambat kemampuan otak untuk beradaptasi, yaitu menghambat

akson tumbuh dan pembentukan sinaps baru yang merupakan karakteristik

pertumbuhan dan adaptasi. Sehingga, penyelesaian mielenisasi mengambat

Page 46: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

31

lingkungan, dan terjadi perubahan pada konektivitasnya. Proses mielinisasi proses

yang dinamis dan tergantung pengalaman, namun secara besar mielinasi terjadi dari

anak-anak sampai remaja.38

Pematangan otak (substansi grisea dan substansi alba) merupakan hasil dari peran

dinamis antara biological proses pertumbuhan, pengaruh lingkungan, dan

pengalaman.38

c. Pematangan subkortikal

Basal ganglia mempunyai pola bentuk U terbalik. Puncak produksi usia 7,5 tahun

pada perempuan dan 10 tahun pada laki-laki, kemudian terjadi penurunan volume

sampai dewasa.38

Amigdala meningkat selama remaja dan dewasa muda, dan lebih mencolok pada

pria dibanding perempuan.38

Hippocampus meningkat ukurannya selama remaja dan dewasa muda, dan lebih

meningkat pada perempuan dibanding laki-laki. Pengalaman hipokampus membuat

perubahan penting selama remaja dalam organisasi synaps, sirkuit dopamine

(neurotransmitter) dan mielinisasi.38

Cerebellum lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan selama anak-anak dan

remaja, tetapi perbedaan ini berkurang saat dewasa. Pertumbuhan cerebellum

mengikuti pola bentuk U terbalik, dengan puncak produksi usia 11,3 tahun pada

perempuan dan 15,6 tahun pada laki-laki, dan pengurangan terjadi pada

perempuan.38

2.1.8. Remaja

Pubertas adalah masa kematangan fisik yang cepat yang melibatkan perubahan

hormonal dan tubuh yang terjadi terutama selama masa remaja awal.40

Aspek-aspek fisik dan psikologis dari pubertas

2.1.8.1. Kematangan seksual, tinggi badan dan berat badan

Karakteristik pubertas laki-laki berkembang dalam urutan berikut: peningkatan

ukuran penis dan testis, muncul rambut kemaluan yang lurus, perubahan suara

kecil, ejakulasi pertama (yang biasanya terjadi melalui masturbasi atau mimpi

Page 47: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

32

basah), munculnya bulu kemaluan yang keriting, permulaan pertumbuhan tinggi

badan dan berat badan yang maksimal, pertumbuhan bulu di ketiak, perubahan

suara lebih terdeteksi, dan akhirnya pertumbuhan bulu di wajah.40

Karakteristik pubertas perempuan diawali salah satu payudara membesar atau

munculnya rambut kemaluan, kemudian muncul rambut ketiak, ketika perubahan-

perubahan tersebut terjadi perempuan tumbuh lebih tinggi dan pinggul menjadi

lebih besar daripada bahunya, menstruasi pertama (menarche), tidak ada perubahan

suara, pada akhir pubertas, payudara menjadi lebih bulat sepenuhnya.40

Karakteristik pubertas tersebut terdapat dibagi menjadi: 41

a. Ciri primer yaitu matangnya organ seksual yang ditandai dengan adanya

menstruasi (menarche) pertama pada wanita dan produksi cairan sperma

pertama pada anak laki-laki yaitu peristiwa ejakulasi (mimpi basah) pada laki-

laki.

b. Ciri sekunder meliputi perubahan pada bentuk tubuh pada kedua jenis kelamin.

Pada anak perempuan tumbuh payudara, pinggul membesar, paha membesar,

dan tumbuh rambut ketiak dan jenis kelamin. Pada anak laki-laki terjadi

perubahan otot, bahu melebar suara mulai berubah, tumbuh rambut pada alat

kelamin dan ketiak, serta kumis. Di samping itu terjadi pertambahan berat badan

pada kedua jenis kelamin.

c. Ciri tersier adalah ciri yang tampak pada perubahan tingkah laku. Perubahan

yang terlibat yaitu perubahan psikis yaitu perubahan minat antara lain minat

belajar berkurang, timbul minat terhadap lawan jenis, dan juga minat terhadap

kerja menurun.41

Usia rata-rata awal percepatan pertumbuhan pada anak perempuan adalah 9 tahun,

untuk anak laki-laki adalah 11 tahun. Puncak tingkat perubahan pubertas terjadi

pada usia 11,5 tahun untuk anak perempuan dan 13,5 tahun untuk anak laik-laki.40

Page 48: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

33

2.1.8.2. Perubahan hormonal

Hipotalamus mengeluarkan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)

menstimulasi hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang akan merangsang

testis dan ovarium sehingga terjadi produksi sperma pada pria dan menstruasi pada

wanita.40

2.1.8.3. Waktu dan variasi dalam pubertas

Bagi kebanyakan anak laki-laki, urutan pubertas dapat dimulai paling awal pada

usia 10 tahun atau paling telat pada usia 13 tahun, dan mungkin berakhir paling

awal usia 13 tahun atau paling telat pada usia 17 tahun. Bagi anak perempuan,

menstruasi pertama dianggap dalam batas normal jika muncul antara usia 9 dan 15

tahun.40

Pubertas prekoks adalah istilah yang menggambarkan permulaan yang sangat dini

dan kemajuan yang cepat dari pubertas. Didiagnosis ketika pubertas terjadi sebelum

usia 8 tahun pada anak perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki.40

2.1.8.4. Dimensi psikologis dari pubertas

a. Citra tubuh

Satu aspek psikologis dari perubahan fisik saat pubertas adalah sesuatu yang pasti:

remaja terobsesi dengan tubuh mereka dan mengembangkan gambaran dari bentuk

tubuh yang mereka inginkan.40

b. Kematangan dini dan kematangan yang terlambat

Berkeley longitudinal studi memaparkan anak laki-laki yang mengalami

kematangan dini mempersepsikan diri mereka lebih positif dan lebih sukses dalam

hubungan teman sebaya daripada teman mereka yang mengalami kematangan yang

terlambat.40

Bagi anak perempuan, tingkat kematangan dikaitkan dengan citra tubuh. Hal ini

menyebabkan pada akhir remaja, anak perempuan yang mengalami kematangan

dini lebih pendek dan gemuk, sementara anak perempuan yang mengalami

kematangan terlambat lebih tinggi dan kurus. Banyak peneliti menemukan bahwa

kematangan dini meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap masalah

Page 49: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

34

seperti merokok, minum minuman keras, menjadi tertekan, menderita gangguan

makan, pengalaman seksual dini.40

2.1.8.5. Otak

Para ilmuwan menemukan bahwa otak remaja mengalami perubahan struktural

yang signifikan. Corpus calossum yang menghubungkan hemisfer kanan dan kiri

menebal pada masa remaja sehingga meningkatkan kemampuan remaja untuk

memproses informasi.

Perkembangan korteks prefrontal – tingkat tertinggi lobus frontal yang terlibat

dalam penalaran, pengambilan keputusan dan pengendalian diri. Namun korteks

prefrontal tidak selesai tumbuh hingga sekitar usia 18-25 tahun. Sementara

amigdala (pusat emosi seperti marah) tumbuh lebih cepat dari korteks prefrontal.

Sehingga walaupun remaja mampu terhadap emosi yang sangat kuat, korteks

prefrontal belum cukup berkembang ke titik ketika mereka dapat mengendalikan

dorangan tersebut.40

2.1.9. Pediatri Sosial

Menurut The European Society of Social Pediatrics and Child Health (ESSOP)

mendefinisikan pediatri sosial adalah pendekatan global, holistik, dan multidisiplin

untuk kesehatan anak; menganggap kesehatan anak dalam konteks masyarakat,

lingkungan, sekolah, dan keluarga, mengintegrasikan dimensi fisik, mental, dan

sosial dari kesehatan anak dan pengembangan seperti perawatan, pencegahan dan

promosi kesehatan, dan kualitas hidup.42

Tiga cakupan pediatri sosial adalah masalah kesehatan anak dengan penyebab

sosial, masalah kesehatan anak dengan konsekuensi sosial, dan kepeduliaan

kesehatan anak dalam masyarakat.42

Mencakup empat bidang perawatan kesehatan anak yaitu pediatri kuratif, promosi

kesehatan, pencegahan penyakit, dan rehabilitasi 42

Pediatri sosial mempelajari:43

a. Pertumbuhan dan perkembangan anak baik jasmani, rohani, maupun sosial.

b. Keperluan anak pada umur-umur tertentu, supaya pertumbuhan dan

perkembangan berjalan dengan sebaik-baiknya.

Page 50: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

35

c. Lingkungan dan usaha-usaha memperbaiki lingkungan anak sedemikian rupa

sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya.

2.1.9.1 Aspek pediatri sosial

a. Etiologi sosial dari penyakit anak.

b. Kepercayaan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai masalah anak.

c. Penilaian sosial terhadap bagian Ilmu Kesehatan Anak.

d. Keterampilan dan kebijaksanaan menghubungi orang tua, kemudian

memberikan pendidikan dan penerangan kesehatan dan makanan.

e. Penganjuran keluarga berencana.

f. Social science and social pediatrics.

g. Perawatan / pengawasan para remaja.43

Page 51: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

36

2.2. KERANGKA TEORI

= Faktor internal = Faktor eksternal

Riwayat

penyakit

Gangguan

penglihatan

Input visual

terganggu

asma Gangguan

napas malam

hari

Reaktivitas

subkortikal

limbik Pola tidur

Kurang

durasi

tidur

Gangguan

tidur

Kurang

pembentukan

sinaps

Disfungsi anatomis di

otak (limbik dan

korteks prefrontal)

na mental

(depresi,

bipolar)

Aktivitas

fisik

Peningkatan

oksigenasi otak

Peningkatan

diferensiasi

neuronal

Fungsi korteks

prefrontal kurang

adekuat

Status gizi

obesitas Durasi perhatian pendek

IQ rendah

Vitamin, sarapan, sayur, buah (-)

intake makan (-)

motivasi

Strategi

belajar baik

PRESTASI

BELAJAR

Volume

jaringan

otak

meningkat

Peningkatan kadar

neurotransmiter

Produksi

neutropin Usaha

belajar

tinggi

Perkembangan

kapiler otak

Tingkah laku

Status sosial

ekonomi

Keadaan

sekolah

Edukasi orang

tua

Pendapatan

keluarga

Pekerjaan

orangtua

Manajemen

sekolah

Kurikulum

sekolah

Program

fasilitas

Status sosial

ekonomi

Lokasi

sekolah

Status

akademik

Kepemilikan

sekolah

keuangan

Page 52: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

37

2.3. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Internal Faktor Eksternal

Keterangan

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Prestasi Belajar

Latar

belakang

sekolah

Keadaan

sekolah

status sosial

ekonomi

keluar

Aktivitas

fisik

Nutrisi

Riwayat

penyakit

Tingkah

laku

Motivasi

akademik

Pola tidur

Page 53: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

38

2.4 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2.4 Variabel Dependen yaitu prestasi belajar

No Variabel Definisi Operasional Skala Hasil

1. Prestasi

belajar

Prestai belajar adalah hasil

penilaian pendidik terhadap

proses belajar dan hasil belajar

siswa sesuai dengan tujuan

instruksional yang menyangkut

isi pelajaran dan perilaku yang

diharapkan dari siswa.37

Numerik 1 = Kurang (rata-rata

<85)

2 = Baik (rata-rata >=

85)

Tabel 2.5 Variabel Independen yaitu faktor internal yang meliputi:

No Variabel Definisi Operasional Skala Hasil

1. Indeks Massa

Tubuh

Nilai yang diambil dari

perhitungan antara berat

badan dan tinggi badan

seseorang, sebagai indicator

status gizi seseorang

Ordinal 1 = Kurang (IMT

<18,5 atau IMT

>22,9)

2 = Normal

(18,5 – 22,9)

2. Anemia penurunan kadar

hemoglobin darah dibawah

nilai normal untuk usia dan

jenis kelamin21, gejala sering

merasa lelah, pucat (tangan,

kuku, kelopak mata), merasa

pusing dan mata berkunang-

kunang, mudah marah atau

kesal, jantung berdetak cepat

dalam 1 tahun terakhir

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

3. Gangguan

penglihatan

Gangguan melihat benda

dalam jarak jauh maupun

dekat dalam 1 tahun terakhir

Nominal 1 = Ya (tidak berkacamata

atau berkacamata)

2 = Tidak

4. Gangguan

Pendengaran

Gangguan mendengar yang

seharusnya dapat didengar

oleh orang normal dalam 1

tahun terakhir

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

5. Batuk dan Flu Batuk disertai flu atau pilek

lebih dari 1 hari dalam 1

tahun terakhir24

Ordinal 1 = Sering ( >= 6 kali/

tahun)

2 = Tidak pernah atau

kadang-kadang (< 6

kali / tahun)

Page 54: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

39

Tabel 2.5 Variabel Independen yaitu faktor internal yang meliputi: (lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Skala Hasil

6. Diare Buang air besar dengan feses

yang lembek lebih dari 3 kali

dalam sehari selama 1 tahun

terakhir

Nominal 1 = Diare (akut <14 hari

atau kronis >14 hari atau

akut dan kronis)

2 = Tidak diare

7. Cacar Penyakit cacar berupa

kemerahan pada kulit

menjadi lenting berisi cairan,

terasa gatal dan disertai

demam

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

8. Alergi Riwayat gatal atau merah

pada kulit atau bentol

terhadap suatu benda atau

makanan

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

9. Asma Penyakit pernapasan berupa

hiperesponsif bronkus yang

menyebabkan sesak napas

Nominal 1 = Asma

2 = Tidak asma (sembuh

atau tidak memiliki

riwayat asma)

10. Sarapan Sarapan pada pagi hari Ordinal 1 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

2 = Ya (Sering atau selalu)

11. Intake makanan Makan sebanyak 3 kali yaitu

pagi, siang dan malam

Ordinal 1 = kurang (tidak pernah

atau jarang sarapan/makan

siang/makan malam)

2 = cukup (kadang-

kadang/sering/selalu)

12. Vitamin Mengkonsumsi

multivitamin atau suplemen

lainnya dalam sehari

Ordinal 1 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

2 = Ya (Sering atau selalu)

13. Buah Mengkonsumsi buah >1

mangkok dalam sehari

Ordinal 1 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

2 = Ya (Sering atau selalu)

14. Sayur Mengkonsumsi sayur setiap

hari

Ordinal 1 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

2 = Ya (Sering atau selalu)

15. Gangguan

makan

Menurunkan berat badan

dengan cara memuntahkan

makan atau menggunakan

obat pil atau tidak makan

Ordinal 1 = Ya (Sering atau selalu)

2 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

Page 55: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

40

Tabel 2.5 Variabel Independen yaitu faktor internal yang meliputi: (lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Skala Hasil

16. Makanan cepat

saji

Mengkonsumsi makanan

cepat saji (fast food, junk

food)

Ordinal 1 = Ya (Sering atau selalu)

2 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

17. Makanan tidak

sehat

Mengkonsumsi makanan

atau cemilan tidak sehat

Ordinal 1 = Ya (Sering atau selalu)

2 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

18. Minuman

bersoda

Mengkonsumsi minuman

bersoda

Ordinal 1 = Ya (Sering atau selalu)

2 = Tidak (Tidak pernah

atau jarang atau kadang-

kadang)

19. Merokok Memiliki kebiasaan

merokok

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

20. Durasi tidur Jumlah waktu tidur malam

hari

Ordinal 1 = Kurang (<= 8 jam /

hari)

2 = Cukup (>8 jam / hari)

21. Insomnia Masalah waktu tidur

termasuk kesulitan memulai

tidur, menjaga tidur dan

kualitas tidur yang buruk32

Nominal 1 = Ya (skor >=8 dari 15)

2 = Tidak

22. Gangguan

pernapasan saat

tidur

Masalah waktu tidur akibat

gangguan pernapasan yang

menyebabkan respon

terbangun32

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

23. Parasomnia Masalah waktu tidur ditandai

dengan ketidak inginan dari

tingkah laku, emosi,

pengalaman, kelainan

pergerakan atau fungsi

sistem saraf otonom saat

tidur atau transisi dari

tidur.32

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

24. Aktivitas fisik

sebelum

berangkat

sekolah

Aktivitas fisik saat baru

bangun tidur pada pagi hari

sampai sebelum masuk

sekolah

Ordinal 1 = Kurang

2 = Cukup

(jalan/sepeda/>2 hari per

minggu)

25. Aktivitas fisik

saat di sekolah

Aktivtas fisik selama di

sekolah, yaitu saat istirahat

dan kelas olahraga

Ordinal 1 = Kurang

2 = Cukup (skor >7 dari

15)

26. Aktivitas fisik

setelah pulang

sekolah

Aktivitas fisik setelah pulang

sekolah sampai sore hari

Ordinal 1 = Kurang

2 = Cukup

(jalan/sepeda/>2 hari per

minggu)

Page 56: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

41

Tabel 2.5 Variabel Independen yaitu faktor internal yang meliputi: (lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Skala Hasil

27. Aktivitas fisik

pada malam hari

Aktivitas fisik dari pukul

18.00-22.00

Ordinal 1 = Kurang(0 atau 1 atau 2

hari / minggu)

2 = Cukup (3 atau 4-5 hari

per minggu)

28. Aktivitas fisik

pada akhir

pekan

Aktivitas fisik yang

dilakukan pada hari sabtu

dan minggu

Ordinal 1 = Kurang

2 = Cukup (sabtu dan

minggu masing-masing

>= 1 jam)

29. Kegiatan

ekstrakurikuler

Aktivitas fisik saat

melakukan kegiatan

ekstrakurikuler olahraga

Ordinal 1 = Kurang (Tidak pernah

atau 1-2 x / minggu)

2 = Cukup (3-4 x atau 5-6

/ minggu atau setiap hari)

30. Aktivitas fisik

intensitas

sedang

Aktivitas yang

menyebabkan panas tubuh

dan pernapasan meningkat

sehingga jantung berdetak

lebih cepat, tetapi masih

dapat melakukan percakapan

(berbicara) 35

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

31. Aktivitas fisik

intensitas berat

aktivitas fisik yang

menyebabkan panas tubuh

dan pernapasan lebih

meningkat sehingga jantung

berdetak secara cepat, dan

ini membuat kesulitan untuk

berbicara (percakapan) 35

Nominal 1 = Ya

2 = Tidak

32. Usaha Kegiatan yang dilakukan

responden untuk memenuhi

tujuannya

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

33. Tugas Sesuatu yang harus atau

wajib dikerjakan oleh

responden

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

34. Kompetisi Hubungan antara manusia

yang satu dengan yang

lainnya saling bersaing

untuk mendapatkan yang

diinginkan

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

35. Dukungan

sosial

Kehadiran orang lain yang

dapat mendorong individu

untuk mencapai tujuannya

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

Page 57: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

42

Tabel 2.5 Variabel Independen yaitu faktor internal yang meliputi: (lanjutan)

No Variabel Definisi Operasional Skala Hasil

36. Perhatian sosial Perhatian dari orang

disekitar yang membuat

individu percaya bahwa

dirinya dicintai dan

diperhatikan

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

37. Ibadah Segala sesuatu yang dicintai

Allah SWT dan di ridhai-

Nya, baik berupa perkataan

maupun perbuatan, yang

tersembunyi (batin) maupun

yang nampak (lahir)

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

39. Penghargaan Sesuatu yang diberikan pada

seseorang karena melakukan

suatu yang baik atau bagus

Ordinal 1 = Tidak (sangat tidak

setuju atau tidak setuju)

2 = Ya (Kadang setuju

kadang tidak atau setuju

atau sangat setuju)

Page 58: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode pengumpulan

data secara potong lintang. Penelitian ini meliputi pengambilan data dengan

kuesioner kepada responden, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 19 September 2015 sampai September

2016. Pengambilan data dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN

Jakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi dan sampel yang diteliti

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah

Pembangunan UIN Jakarta

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 Madrasah

Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran 2015-2016

Teknik sampling yang dugunakan pada penelitian ini adalah cluster random

sampling karena sampel diambil dari setiap kelas sebanyak 15 siswa dengan

diambil secara random karena diduga dari masing-masing kelas mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda

Page 59: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

44

3.3.2 Jumlah sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus Rule of

thumbs

N = (5-20) x jumlah variabel

N = (5-20) x 5

N = 25-100 orang

3.3.3 Variabel yang diteliti

3.3.3.1 Variabel bebas

Faktor-faktor internal yaitu: riwayat penyakit, nutrisi dan status gizi, pola

tidur, aktivitas fisik, motivasi

3.3.3.2 Variabel terikat

Prestasi belajar

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Alur penelitian

1. Pembuatan kuosioner

Kuesioner dikembangkan dari penelitian sebelumnya : Acham7, Basch CE5,

Emodi22, Nichol24, Mitchell25, McLoughin26, Taras30, Purtell31, Lee YJ10, Tarp

Jakob52, Amrai11

2. Validasi kuosioner (n: 40 anak di SMP AL-Fath Cirendeu)

3. Pengambilan sampel dengan cluster random sampling dari populasi yang

ditentukan

4. Pembagian kuesioner

5. Responden mengisi formulir persetujuan penelitian

Page 60: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

45

6. Responden mengisi formulir identitas dan melakukan pemeriksaan berat badan

dan tinggi badan

7. Pengumpulan dan pengolahan data dengan SPSS

8. Kesimpulan

3.5. Managemen Data

3.5.1 Pengumpulan data

a. Data primer

Pengambilan data dilakukan selama bulan Januari - Maret 2016. Data primer

diperoleh dari pemeriksaan berat badan dan tinggi badan serta hasil dari kuesioner

yang dibagikan pada siswa kelas 2 Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Tahun

Ajaran 2015-2016.

b. Data sekunder

Untuk mengetahui prestasi belajar menggunakan nilai rapot rata-rata semester 1 dan

2 saat kelas 7 dan semester 1 dan 2 saat kelas 8.

c. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti

yang dikembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya dan sudah divalidasi

sebanyak satu kali. Pengukuran berat badan dan tinggi badan menggunakan alat

timbangan berat badan dan tinggi badan, kalkulator dan tabel Indeks Massa Tubuh.

3.5.2 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari responden akan diolah

dengan menggunakan program computer dengan alat bantu perangkat computer

software SPSS versi 22. Tahapan untuk pengolahan data yaitu coding, editing, entry

data dan cleaning. Analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu analisis

univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat yaitu sebagai berikut:

Page 61: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

46

3.5.2.1.Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel

independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner diolah dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dgunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi-Square, bila syarat uji Chi-

Square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji Fisher Exact, dan jika tidak

terpenuhi maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnow. Melalui uji statistik Chi-

Square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat

kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika

mempunyai p<= 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak

bermakna jika mempunyai nilai p> 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

3.5.2.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat untuk mengetahui variabel bebas yang paling berhubungan

dengan variabel terikat. Variabel pada penelitian ini kategorik sehingga pada

analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Analisis multivariat

dilakukan pada variabel bebas yang memiliki nilai p < 0,25 saat analisis bivariat.

3.6 Etika penelitian

Peneliti menyediakan lembar inform consent untuk responden sebagai bukti bahwa

responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Page 62: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji validitas dan Reliabilitas

Uji instrument dilakukan kepada 40 responden yaitu siswa dan siswi SMP Al-Fath

Cirendeu. Pada penelitian ini didapatkan nilai kritis untuk korelasi r product-

moment (r table) sebesar 0,321. Nilai ini didapatkan berdasarkan jumlah sampel

dan tingkat signifikan yang dipilih yaitu 40 responden dan 5%.

4.1.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan instrument yang digunakan

sebagai alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.44 Suatu item dikatakan

memiliki nilai validitas yang baik apabila memiliki nilai Pearson correlation (r

hitung) lebih dari r table.45 Nilai r table pada uji validitas ini adalah 0,312 (n=40

orang dan taraf signifikan 95%)

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Pada Item Kuesioner

No Variabel Range r hitung

1. Riwayat penyakit 0,323 - 0,546 *

2. Nutrisi 0,329 - 0,676 **

3. Pola tidur 0,350 – 0,796 ***

4. Aktivitas fisik 0,472 – 0,789

5. Motivasi 0,481 – 0,783

* pada variabel riwayat penyakit terdapat 8 pertanyaan yang validitas kurang baik,

hal ini dapat dikarenakan kalimat pertanyaan yang sulit dipahami dan kurang variasi

jawaban (tidak ada pilihan jawaban), sehingga dilakukan perubahan kalimat pada

pertanyaan tersebut pada nomor 8, 12-14 dan 16.

Page 63: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

48

** pada variabel nutrisi terdapat 4 pertanyaan yang validitas kurang baik, hal ini

dapat dikarenakan pertanyaan yang sulit dipahami (nomor 9 – 10) dan mayoritas

responden tidak memiliki kebiasaan merokok dan merasa lapar saat belajar di

sekolah (nomor 11-12) sehingga data yang didapat kurang bervariasi, oleh karena

itu dilakukan perubahan kalimat pada pertanyaan tersebut pada nomor 9-11.

*** pada variabel pola tidur terdapat 1 pertanyaan validitas kurang baik, hal ini

dapat dikarenakan pertanyaan yang sulit dipahami, oleh karena itu dilakukan

perubahan kalimat pada pertanyaan tersebut.

4.1.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan instrumen

penelitian menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk

melakukan pengukuran berkali-kali.44,45

Terdapat dua aspek reliabilitas alat ukur : Konsistensi internal / homogenitas

(dengan homogen mengukur berbagai aspek yang berbeda dari satu variabel yang

sama) dan stabilitas/reprodusibilitas (stabil untuk mengukur variabel subjek

penelitian pada kondisi yang identik. Cronbach’s α alpha merupakan koefisien

konsistensi internal yang paling sering digunakan untuk analisis reliabilitas.46

Menilai reliabilitas suatu instrument juga dapat dilakukan dengan melihat nilai

cronbach’s alpha, berikut interpretasi nilai cronbach’s α alpha:47

1. Kurang reliebel : cronbach’s α alpha 0.00 – 0,20

2. Agak reliebel : cronbach’s α alpha 0.21 – 0,40

3. Cukup reliebel : cronbach’s α alpha 0.41 – 60

4. Reliebel : cronbach’s α alpha 0.61 – 0,80

5. Sangat reliebel : cronbach’s α alpha 0.81 – 1,00

Page 64: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

49

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Pada Item Kuesioner

No Variabel cronbach’s α alpha if item

deleted

1. Riwayat penyakit 0,303 - 0,646

2. Nutrisi 0,646 - 0,696

3. Pola tidur 0,666 – 0,768

4. Aktivitas fisik 0,819 – 0,848

5. Motivasi 0,669 – 0,743

4.2 Madrasah Pembangunan UIN

Madrasah Pembangunan UIN lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh di

Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan

Islam yang representatif pada tahun 1972. Seiring dengan perubahan IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti

perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Sekarang,

madrasah pembangunan sudah mempunyai sekolah pada tingkat KB-TK,

Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Madrasah Pembangunan UIN beralamat di

jalan Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang

Selatan, Banten, 15419 Indonesia.

Madrasah Pembangunan UIN dipilih sebagai populasi target dalam penelitian ini

karena dianggap memiliki karakteristik sama dengan sampel validasi kuesioner

yaitu SMP Al-Fath Cirendeu, yang keduanya merupakan sekolah swasta. Selain itu,

Madrasah Pembangunan UIN dan SMP Al-Fath Cirendeu memiliki lokasi yang

dapat dijangkau oleh peneliti.

Page 65: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

50

4.3.Analisis Univariat

Pada analisis univariat akan dideskripsikan mengenai karakteristik responden dan

sebaran responden berdasarkan masing-masing variabel, baik variabel bebas

maupun variabel terikat. Penelitian ini melibatkan 120 responden sebagai subjek

penelitian.

Tabel 4.3 Karakteristik responden (n=120)

No. Variabel Kategori Jumlah

n Persentase (%)

1. Prestasi belajar Kurang

Baik

53

67

44,2

55,8

2. Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

63

57

52,5

47,5

3. IMT Tidak normal

Normal

72

48

60

40

Berdasarkan table 4.3, dari sejumlah responden 120 orang hampir seimbang antara

mempunyai prestasi belajar yang baik yaitu anak dengan rata-rata 4 semester di

bawah 85 sebanyak 53 anak (44,2%) dan prestasi belajar baik dengan nilai rata-rata

di atas 85 terdapat 67 anak (55,8%).

Sebaran jenis kelamin responden cukup merata untuk laki-laki dan perempuan.

Responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 63 anak (52,5%), sedangkan

untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 57 anak (47,5%).

Indeks massa tubuh (IMT) dikelompokkan menjadi normal dengan IMT 18,5 – 22,9

dan tidak normal termasuk underweight, overweight, obesitas 1, dan obesitas 2.

Berdasarkan IMT anak dengan indeks massa tubuh normal sebanyak 48 anak (40%)

lebih sedikit dibandingkan anak dengan IMT tidak normal sebanyak 72 anak (60%).

Page 66: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

51

Tabel 4.4 Hasil Analisis Univariat Riwayat penyakit (n=120)

No. Variabel Kategori Jumlah

n Persentase (%)

1. Anemia Ya

Tidak

48

72

40

60

2. Gangguan

Penglihatan

Ya

Tidak

53

67

44,2

55,8

3. Gangguan

Pendengaran

Ya

Tidak

16

104

13,3

86,7

4. Batuk dan Flu Sering

Kadang-kadang

41

79

34,2

65,8

5. Diare Diare

tidak diare

60

60

50

50

6. Cacar Ya

Tidak

89

31

74,2

25,8

7. Alergi Ya

Tidak

49

71

40,8

59,2

8. Asma asma

tidak asma

10

110

8,3

91,7

Anak dengan anemia dicirikan dengan gejala merasa cepat lelah, kulit pucat

terutama pada tangan, kuku dan kelopak mata, merasa pusing, mata berkunang-

kunang, mudah marah dan jantung berdetak cepat. Sebanyak 48 anak (40%)

mengalami anemia sedangkan 72 anak lainnya (60%) tidak mengalami anemia.

Gangguan penglihatan ditandai oleh kesulitan untuk melihat atau membaca baik

gambar atau tulisan yang berjarak jauh ataupun berjarak dekat, sebanyak 53 anak

(44,2%) mengalami gangguan penglihatan baik tidak maupun menggunakan

kacamata, sedangkan 67 anak lainnya (55,8%) tidak mengalami gangguan

penglihatan. Sebanyak 16 anak (13,3%) mengalami gangguan pendengaran dan 104

anak (86,7%) tidak mengalami gangguan pendengaran.

Batuk dan pilek dikatakan sering bila terjadi >6 kali dalam setahun, didapatkan

terdapat 79 anak (65,8%) mengalami batuk dan pilek kurang dari 6 kali dalam

setahun, 41 anak (34,2%) mengalami batuk dan pilek lebih dari 6 kali dalam

setahun.

Page 67: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

52

Diare adalah buang air besar dengan feses yang lembek lebih dari 3 kali dalam

sehari dibagi menjadi diare kronis yaitu diare lebih dari 2 minggu dan diare akut

kurang dari 2 minggu, berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa anak yang pernah

mengalami diare akut dan kronis maupun diare keduanya dalam 1 tahun belakang

ini sebanyak 60 anak (50%) sebanding dengan anak yang tidak mengalami diare

sebanyak 60 anak (50%).

Cacar ditandai dengan awal kemerahan pada kulit menjadi lenting berisi cairan,

terasa gatal disertai demam, didapatkan terdapat 89 anak (74,2%) sudah mengalami

cacar sedangkan 31 anak lainnya (25,8%) belum pernah mengalami cacar.

Anak dengan alergi seperti menjadi gatal, merah pada kulit dan bentol, baik

terhadap jenis makanan, obat-obatan, debu, serbuk tanaman dan lainnya didapatkan

data sebanyak 49 anak (40,8%), sedangkan 71 anak lainnya (59,2%) tidak

mempunyai riwayat alergi.

Anak dengan asma didapatkan sebanyak 10 anak (8,3%) mengalami asma.

Sedangkan 110 anak lainnya (91,7%) tidak mempunyai penyakit asma.

Page 68: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

53

Tabel 4.5 Hasil Analisis Univariat Nutrisi (n=120)

No. Variabel Kategori Jumlah

n Persentase (%)

1. Sarapan Tidak

Ya

42

78

35

65

2. Intake makanan Kurang

Cukup

32

88

26,7

73,3

3. Vitamin Tidak

Ya

99

21

82,5

17,5

4. Buah Tidak

Ya

88

32

73,3

26,7

5. Sayur Tidak

Ya

87

33

72,5

27,5

6.

Gangguan makan

Ya

Tidak

3

116

2,5

97,5

7. Makanan cepat saji Ya

Tidak

31

89

25,8

74,2

8. Makanan tidak

sehat

Ya

Tidak

45

75

37,5

62,5

9. Minuman bersoda Ya

Tidak

16

104

13,3

86,7

10. Merokok Ya

Tidak

-

120

-

100

Variabel nutrisi diambil dari beberapa aspek, yang pertama adalah sarapan,

didapatkan hasil bahwa 78 anak (65%) mempunyai kebiasaan sarapan dan 42 anak

(35%) tidak mempunyai kebiasaan sarapan rutin.

Intake makanan dilihat dari sarapan, makan siang dan makan malam, anak yang

tidak pernah/jarang sarapan atau makan siang atau makan malam dikatakan kurang

intake makanannya sedangkan yang kadang-kadang, sering, selalu sarapan, makan

siang dan makan malam mempunyai intake makanan yang cukup, didapatkan hasil

sebanyak 32 anak (26,7%) kurang intake makanannya, sedangkan 88 anak (73,3%)

lainnya mempunyai intake makanan yang cukup.

Hanya sedikit anak yang mengkonsumsi vitamin yaitu sebanyak 21 anak (17,5%),

sedangkan 99 anak (82,5%) tidak mengkonsumsi vitamin. Begitu juga pada faktor

Page 69: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

54

buah dan sayur juga didapatkan hasil yang sedikit anak yang mengkonsumsi buah

atau sayur, hanya sebanyak 32 anak (26,7%) yang mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi buah dan 88 anak (73,3%) tidak mengkonsumsi buah-buahan.

Sedangkan anak yang punya kebiasaan mengkonsumsi sayur hanya 33 anak

(27,5%) dan 87 anak (72,5%) tidak mengkonsumsi sayur.

Anak dengan gangguan makan seperti menurunkan atau mengontrol berat badan

dengan memuntahkan makanan atau menggunakan obat pil atau tidak makan, hanya

sedikit yaitu 3 anak (2,5) yang mengalami gangguan makan, sedangkan 116 anak

(97,5%) tidak mengalami gangguan makan.

Anak yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yaitu

sebanyak 31 anak (25,8%), sedangkan 89 anak (74,2%) tidak mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi makan cepat saji.

Anak yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan tidak sehat seperti

jajanan pinggir jalan : sosis, gorengan cukup banyak yaitu 45 anak (37,5%) dan 75

anak (62,5%) tidak mengkonsumsi makanan tidak sehat.

Anak yang mempunyai kebiasaan meminum minuman bersoda hanya 16 anak

(13,3%), dan 104 anak (86,7%) tidak mengkonsumsi minuman bersoda.

Anak dengan merokok yaitu menghisap batang rokok tidak ditemukan pada

penelitian ini, sebanyak 120 anak (100%) didapatkan anak tidak merokok. Hal ini

dapat disebabkan karena ketakutan anak-anak untuk jujur mengenai merokok.

Page 70: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

55

Tabel 4.6 Hasil Analisis Univariat Pola Tidur (n=120)

No. Variabel Kategori Jumlah

n Persentase (%)

1. Durasi tidur Kurang

Cukup

115

5

95,8

4,2

2. Insomnia Ya

Tidak

71

49

59,2

40,8

3. Gangguan

pernapasan saat tidur

Ya

Tidak

18

102

15

85

4. Parasomnia Ya

Tidak

61

59

50,8

49,2

Variabel pola tidur yaitu durasi tidur dan gangguan tidur; insomnia, gangguan

pernapasan dan parasomnia. Anak yang mempunyai tidur yang cukup yaitu lebih

dari 8 jam sehari hanya sedikit yaitu 5 anak (4,2%), sedangkan 115 anak (95,8)

mempunyai tidur kurang dari 8 jam.

Anak dengan gangguan tidur insomnia mengalami sulit untuk memulai tidur, sering

terbangun pada tengah malam (>2 kali tiap malam) dan dan bangun lebih awal dan

sulit untuk melanjutkan tidur, didapatkan data sebanyak 71 anak (59,2%)

mengalami gangguan tidur insomnia dan hanya 49 anak (40,8%) tidak mengalami

gangguan insomnia.

Gangguan pernapasan saat tidur ditandai dengan anak terbangun pada malam hari

karena kesulitan bernapas (gelagapan), didapatkan 18 anak (15%) mengalami

gangguan pernapasan dan 102 anak (85%) tidak mengalami gangguan pernapasan.

Parasomnia adalah ketidakinginan dari tingkah laku, emosi, pengalaman, kelainan

pergerakan atau fungsi sistem saraf otonom saat tidur atau transisi dari tidur,

gangguan ini salah satunya ditandai dengan mimpi buruk, didapatkan data sebanyak

61 anak (50,8%) gangguan parasomnia dan 59 anak (49,2%) tidak mengalami

gangguan parasomnia.

Page 71: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

56

Tabel 4.7 Hasil Analisis Univariat Aktivitas Fisik (n=120)

No. Variabel Kategori Jumlah

n Persentase (%)

1. Aktivitas fisik sebelum

berangkat sekolah

Kurang

Cukup

101

18

84,9

15,1

2. Aktivitas fisik setelah

pulang sekolah

Kurang

cukup

86

34

71,7

28,3

3. Aktivitas fisik saat di

sekolah

Kurang

Cukup

11

109

9,2

90,8

4. Aktivitas fisik pada

malam hari

Kurang

Cukup

83

37

69,2

30,8

5. Aktivitas fisik pada

hari-hari libur

Kurang

Cukup

85

35

70,8

29,2

6. Kegiatan ekstra

kurikuler

Kurang

Cukup

108

12

90

10

7. Aktivitas fisik

intensitas sedang

Tidak

Ya

62

58

51,7

48,3

8. Aktivitas fisik

intensitas berat

Tidak

Ya

59

61

49,2

50,8

Variabel aktivitas fisik diambil dari banyak aspek. Aktivitas fisik sekolah dibagi

menjadi sebelum, saat dan sesudah. Aktivitas fisik sebelum berangkat sekolah

dilihat dari saat perjalanan menuju sekolah dan aktivitas fisik sebelum di rumah

seperti jalan atau bersepeda sebelum berangkat sekolah, didapatkan sebanyak 101

anak (84,9%) kurang dan 18 anak (15,1%) cukup melakukan aktivitas fisik sebelum

sekolah yaitu berjalan kaki atau sepeda ke sekolah atau lebih dari 2 hari / minggu

melakukan aktivitas fisik sebelum berangkat sekolah.

Aktivitas fisik saat di sekolah dilihat saat kelas olahraga, waktu istirahat pagi dan

saat waktu istirahat siang, didapatkan anak dengan aktivitas fisik cukup di sekolah

sebanyak 109 anak (90,8%) dan 11 anak (9,2%) melakukan aktivitas fisik di sekolah

kurang.

Aktivitas fisik setelah pulang sekolah cukup yaitu dengan berjalan kaki atau

bersepeda menuju rumah atau lebih dari 3 hari dalam 1 minggu melakukan aktivitas

fisik setelah pulang sekolah, didapatkan data sebanyak data 86 anak (71,7%) kurang

dan 34 anak (28,3%) cukup aktivitas fisik setelah pulang sekolah.

Page 72: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

57

Anak yang melakukan aktivitas fisik pada malam hari yaitu pada pukul 18.00-22.00

didapatkan sebanyak 83 anak (69,2%) kurang melakukan aktivitas fisik pada

malam hari yaitu tidak pernah atau hanya 1 hari / minggu sedangkan hanya sedikit

yaitu 37 anak (30,8) yang melakukan aktivitas fisik cukup pada malam hari.

Anak-anak yang melakukan aktivitas fisik pada akhir minggu yang kurang jika

setiap Sabtu dan Minggu melakukan aktivitas fisik kurang dari 1 jam, cukup jika

setiap hari Sabtu dan Minggu melakukan aktivitas fisik minimal 1 didapatkan data

sebanyak 85 anak (70,8%) kurang, dan 35 anak (29,2) melakukan cukup aktivitas

fisik saat hari Sabtu dan Minggu.

Anak yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga didapatkan data yaitu 108

anak (90%) tidak pernah atau minimal 1-2 kali / minggu, 12 anak (10%) cukup

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu 3-4 kali / minggu atau setiap hari.

Anak yang melakukan aktivitas fisik intensitas sedang seperti berjalan, bersepeda

setidaknya 1 jam setiap hari sebanyak 58 anak (48,3%), sedangkan yang tidak

melakukan sebanyak 62 anak (51,7%).

Anak yang melakukan aktivitas fisik intensitas berat seperti lari, berenang, sepak

bola, basket, skipping, tenis setidaknya 3 kali dalam 1 minggu sebanyak 61 anak

(50,8%), sedangkan yang tidak melakukan sebanyak 59 anak (49,2%).

Page 73: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

58

Tabel 4.8 Hasil Analisis Univariat Motivasi (n=120)

No. Variabel Kategori Jumlah

n Persentase (%)

1. Usaha Tidak setuju

Setuju

2

118

1,7

98,3

2. Tugas Tidak setuju

Setuju

8

112

6,7

93,3

3. Kompetisi Tidak setuju

Setuju

4

116

3,3

96,7

4. Social Power Tidak setuju

Setuju

7

113

5,8

94,2

5. Social Concent Tidak setuju

Setuju

21

99

17,5

82,5

6. Ibadah Tidak setuju

Setuju

2

118

1,7

98,3

7. Penghargaan Tidak setuju

Setuju

25

95

20,8

79,2

Variabel motivasi terdiri dari 7 komponen. Anak yang berusaha untuk belajar giat

untuk memperoleh nilai baik terdapat 118 anak (98,3%) sedangkan 2 anak (1,7%)

tidak setuju dengan berusaha belajar giat dapat memperoleh nilai baik.

Anak yang merasa tugas sekolah membantu dirinya belajar terdapat 112 anak

(93,3%) sedangkan 8 anak lainnya (6,7%) tidak setuju. Anak yang mempunyai jiwa

berkompetisi terdapat 116 anak (96,7%) dan hanya 4 anak (3,3%) yang tidak merasa

adanya persaingan di kelas.

Anak yang mempunyai dukungan sosial terdapat 113 anak (94,2%) dan terdapat 7

anak (5,8%) yang merasa tidak memiliki dukungan sosial. Anak yang merasa

diperhatikan jika mendapatkan nilai bagus terdapat 99 anak (82,5%) sedangkan 21

anak sisanya (17,5%) merasa tidak diperhatikan walaupun mendapat nilai bagus.

Sebanyak 118 anak (98,3%) setuju bahwa dengan beribadah mempermudah belajar

dan sisanya 2 anak (1,7%) tidak setuju. Anak yang mendapat hadiah saat mendapat

nilai bagus terdapat 95 anak (79,2%), sedangkan 25 anak (20,8%) tidak mendapat

hadiah walaupun mendapat nilai bagus.

Page 74: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

59

4.4 Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat dilakukan uji antara setiap variabel bebas dengan variabel

terikat. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.

4.4.1 Hubungan antara riwayat penyakit dengan prestasi belajar

Tabel 4.9 Sebaran responden berdasarkan faktor riwayat penyakit dan tingkat prestasi belajar

(n=120)

Variabel independen

Prestasi belajar Total p

value OR

IK (95%) Kurang Baik

n % n % n % min max

Jenis kelamin Laki-laki 34 54 29 46 63 100

0,023 2,345 1,118 4,918 Perempuan 19 33,3 38 66,7 57 100

Index massa

tubuh

Tidak

normal 34 47,2 38 52,8 72 100

0,409 1,366 0,651 2,864

Normal 19 39,6 29 60,4 48 100

Anemia Ya 13 27,1 35 72,9 48 100

0,002 0,297 0,135 0,654 Tidak 40 55,6 32 44,4 72 100

Gangguan

penglihatan

Ya 25 47,2 28 52,8 53 199 0,566 1,244 0,602 2,569

Tidak 28 41,8 39 58,2 67 100

Gangguan

Pendengaran

Ya 8 50 8 50 16 100 0,614 1,311 0,457 3,762

Tidak 45 43,3 59 56,7 104 100

Batuk dan

pilek

Sering 13 31,7 28 68,3 41 100

0,048 0,453 0,205 0,999 Kadang-

kadang 40 50,6 39 49,4 79 100

Diare Diare 30 49,2 31 50,8 61 100

0,261 1,515 0,734 3,128 Tidak diare 23 39 36 61 59 100

Cacar Ya 37 41,6 52 58,4 89 100

0,332 0,667 0,294 1,516 Tidak 16 51,6 15 48,4 31 100

alergi Ya 16 32,7 33 67,3 49 100

0,035 0,446 0,209 0,950 Tidak 37 52,1 34 47,9 71 100

Asma Ya 4 40 6 60 10 100

1,000 0,830 0,222 3,106 Tidak 49 44,5 61 55,5 110 100

Page 75: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

60

Pembagian tingkat prestasi belajar anak didasarkan pada rata-rata 4 semester yaitu

kurang (rata-rata <85) dan baik (rata-rata >85). Hasil analisis hubungan antara jenis

kelamin dan faktor riwayat penyakit anak yang mempunyai hubungan signifikan

dengan tingkat prestasi belajar yaitu batuk pilek, anemia, dan alergi.

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dan prestasi belajar menunjukkan

bahwa jenis kelamin perempuan memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan

anak dengan jenis kelamin laki-laki. Pada prestasi belajar kurang didominasi oleh

laki-laki yaitu 53 anak prestasi belajar kurang terdapat 34 anak laki-laki dan 19 anak

perempuan. Sedangkan prestasi belajar baik didominasi oleh anak perempuan yaitu

dari 67 anak memiliki prestasi belajar baik terdapat 38 anak perempuan (66,7%)

dan 29 anak laki-laki (46%). Hasil yang didapat dari uji chi-square yang

membandingkan jenis kelamin terhadap prestasi belajar diperoleh nilai p = 0,023

(OR : 2,345 IK 95% 1,118 - 4,918) yang berarti p <0,05 sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa hasil penelitian terdapat hubungan bermakna antara jenis

kelamin dengan prestasi belajar anak. Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Mahsa dkk mendeskripsikan bahwa terdapat

perbedaan performa akademik antara perempuan dan laki-laki, setidaknya enam

guru menyatakan bahwa perempuan pekerja keras dan lebih disiplin dibandingkan

laki-laki.48

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa dari 53 anak yang memiliki prestasi belajar

kurang terdapat 13 anak mengalami anemia dan 40 anak tidak mengalami anemia,

sedangkan dari 67 anak yang memiliki prestasi belajar baik terdapat 35 anak

mengalami anemia dan 32 anak tidak mengalami anemia. Hasil yang didapat dari

uji chi-square yang membandingkan prestasi belajar dengan anemia diperoleh nilai

p = 0,002 ( OR : 0,297 IK 95% 0,135 - 0,654) yang berarti p <0,05 sehingga dapat

diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian tedapat hubungan bermakna antara

prestasi belajar anak dengan anemia. Penelitian sebelumnya Ogunfowora dkk

membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara anak anemia

dengan saudaranya pada nilai rata-rata (50-75%) dengan nilai p=0,016 dan nilai

dibawah rata-rata dengan nilai p =0,017. Pada penelitian ini mengidentifikasi deficit

kognitif disebabkan kumulatif efek dari intracerebral sickling (pada anemia sel

sabit) dan thrombosis atau karena efek cerebrovasculopathy progressive.49 Namun,

Page 76: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

61

dari hasil analisis menunjukkan bahwa kebanyakan anak dengan anemia (35 anak :

72,9%) memiliki prestasi belajar yang baik dibandingkan dengan anak tidak

mengalami anemia (32 anak:44,4%). Hal ini dapat disebabkan oleh kurang tepatnya

penegakkan diagnosis anemia hanya dari gejala berdasarkan kuesioner.

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa dari 53 anak yang memiliki prestasi belajar

kurang terdapat 16 anak mempunyai alergi dan 37 anak tidak mempunyai alergi,

sedangkan dari 67 anak yang memiliki prestasi belajar baik terdapat 33 anak

mempunyai alergi dan 34 anak tidak mempunyai alergi. Hal ini menunjukkan

bahwa anak yang tidak mempunyai alergi (21 anak : 29,6%) memiliki prestasi

belajar sangat baik dibandingkan anak yang mempunyai alergi (14 anak: 28,6%).

Hasil yang didapat dari uji chi-square yang membandingkan prestasi belajar dengan

alergi diperoleh nilai p = 0,035 (OR : 0,446 IK 95% 0,209-0,950) yang berarti p

<0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian tedapat hubungan

bermakna antara prestasi belajar anak dengan alergi. Pada penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Jauregui menjelaskan bahwa rhinitis alergi adalah penyakit

kronik yang dapat menyebabkan masalah dalam belajar dan ditandai dengan

gangguan melihat dan mendengar yang berefek kepada otak. Selain itu adanya

penyumbatan hidung dan pengeluaran mediator inflamasi IFN gama, TNF alfa, IL-

1, IL-4 dan IL10 menyebabkan kesulitan tidur sehingga mengantuk pada siang hari

dan gangguan sekunder seperti absensi, presenteeism (inattention, distraction,

gangguan konsentrasi), irritability dan restlessness, dan gangguan mood. Karena

gangguan tersebut dapat mengurangi ingatan jangka panjang anak dibandingkan

anak tidak alergi.27 Pada penelitian hasil hubungan alergi dengan prestasi belajar

menunjukkan bahwa anak alergi yang mempunyai prestasi belajar baik (33 anak :

67,3%) lebih banyak dibandingkan anak yang tidak mempunyai alergi (34 anak:

47,9%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya, karena pada penelitian

ini alergi yang dimaksud adalah dermatitis atopik, namun hingga sekarang peneliti

belum menemukan penelitian yang mengenai hubungan dermatitis atopik dengan

prestasi belajar.

Sedangkan pada faktor batuk pilek diperoleh data dari 52 anak yang memiliki

prestasi belajar kurang terdapat 40 anak kadang-kadang mengalami batuk pilek dan

13 anak sering mengalami batuk pilek, sedangkan dari 67 anak yang memiliki

Page 77: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

62

prestasi belajar baik terdapat 39 anak kadang-kadang mengalami batuk pilek dan

28 anak sering mengalami batuk pilek. Hasil yang didapat dari uji chi-square yang

membandingkan prestasi belajar dengan alergi diperoleh nilai p = 0,048 (OR : 0,453

IK 95% 0,205 - 0,999) yang berarti p < 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa hasil penelitian terdapat hubungan bermakna antara prestasi belajar anak

dengan batuk pilek. Hasil uji statistik ini sejalan dengan penelitian kohort

sebelumnya yang dilakukan oleh Nichol et al yang menyatakan responden dengan

Influenza like illness/ILIs (gangguan pernapasan atas disertai demam dan pilek)

mempunyai efek lebih tinggi dengan rendahnya nilai ujian (p = 0,001) dan

rendahnya tugas kelas (p = 0,001) dibanding responden dengan batuk saja.24

Namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah anak yang

sering mengalami batuk pilek (28 anak : 68,3%) mempunyai prestasi belajar yang

baik. Hal ini dapat disebabkan oleh anak yang diduga sering batuk pilek tidak

masuk sekolah lebih banyak sehingga membuat anak mengejar ketinggalannya

dengan belajar lebih giat sehingga berprestasi lebih baik.

Sedangkan pada faktor diare diperoleh data dari 53 anak yang memiliki prestasi

belajar kurang terdapat 30 anak pernah mengalami diare (diare akut atau diare

kronis atau diare keduanya) dan 23 anak tidak mengalami diare, sedangkan dari 67

anak yang memiliki prestasi belajar baik 31 anak pernah mengalami diare dan 36

anak tidak mengalami diare. Hasil yang didapat dari uji chi-square yang

membandingkan prestasi belajar dengan diare diperoleh nilai p = 0,261 (OR : 1,515

IK 95% 0,734 - 3,128) yang berarti p >0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa hasil penelitian tidak ada hubungan bermakna antara prestasi belajar anak

dengan batuk diare. Hasil uji statistik ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Jonathan dkk yang menyatakan episode diare pada usia lebih

2 tahun tidak berhubungan dengan nilai matematika (p = 0,073).25

Page 78: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

63

4.4.2 Hubungan antara nutrisi dengan prestasi belajar

Tabel 4.10 Sebaran responden berdasarkan nutrisi dan tingkat prestasi belajar (n=120)

Variabel independen

Prestasi belajar Total p

value OR

IK (95%) Kurang Baik

n % n % n % min max

Sarapan Tidak 21 50 21 50 42 100 0,345 1,438 0,676 3,057

Ya 32 41 46 59 78 100

Intake

makanan

Kurang 19 59,4 13 40,6 32 100 0,043 2,321 1,017 5,301

Cukup 34 38,6 54 61,4 88 100

Vitamin Tidak 46 46,5 53 53,5 99 100 0,271 1,736 0,645 4,669

Ya 7 33,3 14 66,7 21 100

Merokok Ya 0 0 0 0 0 0 a a - -

Tidak 53 44,2 67 55,8 120 100

Buah Tidak 38 43,2 50 56,8 88 100 0,719 0,861 0,382 1,941

Ya 15 46,9 17 53,1 32 100

sayur Tidak 40 46 47 54 87 100 0,517 1,309 0,579 2,960

Ya 13 39,4 20 60,6 33 100

Gangguan

Makan

Ya 2 66,7 1 33,3 3 100 0,580 2,640 0,233 29,94

Tidak 50 43,1 66 56,9 116 100

Makanan

Cepat saji

Ya 11 35,3 20 64,5 31 100 0,258 0,615 0,264 1,433

Tidak 42 47,2 47 52,8 89 100

Makanan

Tidak

Sehat

Ya 18 40 27 60 45 100

0,476 0,762 0,360 1,612 Tidak 35 46,7 40 53,3 75 100

Minuman

Soda

Ya 8 50 8 50 16 100 0,614 1,311 0,457 3,762

Tidak 45 43,3 59 56,7 104 100

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa dari 53 anak yang memiliki

prestasi belajar kurang terdapat 19 anak kekurangan intake makanan dan 34 anak

cukup intake makanannya sedangkan dari 67 anak yang memiliki prestasi belajar

cukup terdapat 13 anak kekurangan intake makanan dan 54 anak cukup intake

makanan. Hal ini menunjukkan pada anak yang cukup intake makanan banyak yang

dapat berprestasi belajar baik (54 anak : 61,4%). Hasil yang didapat dari uji chi-

square yang membandingkan prestasi belajar dengan intake makanan diperoleh

nilai p = 0,043 (OR : 2,321 IK 95% 1,017 - 5,301) yang berarti p <0,05 sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara prestasi

belajar anak dengan intake makanan. Hasil analisis ini sejalan seperti penelitian

Page 79: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

64

sebelumnya yang dilakukan oleh Kleinman menunjukkan bahwa anak yang lapar

mempunyai masalah di sekolah dan gangguan konsentrasi atau perhatian.30

Hubungan analisis antara konsumsi vitamin dengan prestasi belajar menunjukkan

lebih banyak anak yang mengkonsumsi vitamin rutin 14 anak (66,7%) memiliki

prestasi belajar sangat baik dibandingkan anak yang tidak mengkonsumsi vitamin

53 anak (53,5%). Hasil yang didapat dari uji chi-square yang membandingkan

prestasi belajar dengan vitamin diperoleh nilai p = 0,271 (OR : 1,736 IK 95% 0,645

- 4,669) yang berarti p >0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

penelitian tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi vitamin dengan prestasi

belajar anak. Nilai p yang kurang signifikan dalam penelitian ini kemungkinan

disebabkan oleh jumlah responden yang mengkonsumsi vitamin hanya sedikit.

Hasil analisis ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Stuijvenberg menunjukkan bahwa anak yang diberikan biskuit yang mengandung

besi, iodine dan betacarotene menunjukkan perbedaan yang signifikan fungsi

kognitifnya (p<0,05) dibandingkan anak grup kontrol.30

Pada hubungan analisis konsumsi sarapan dan sayur didapatkan bahwa anak yang

sarapan atau mengkonsumsi sayur mempunyai persentasi tinggi memiliki prestasi

belajar baik yaitu sarapan 46 anak (59%) dan sayur 20 anak (60,6%) dibandingkan

anak yang tidak sarapan atau konsumsi sayur. Namun hasil yang didapat dari uji

chi square yang membandingkan prestasi belajar dengan sarapan diperoleh nilai p

= 0,345 (OR : 1,438 IK 95% 0,676 - 3,057) , dan hasil uji chi square yang

membandingkan prestasi belajar dengan sayur diperoleh nilai p = 0,517 (OR : 1,309

IK 95% 0,579 - 2,960) yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara sarapan

dengan prestasi belajar dan tidak ada hubungan bermakna antara sayur dengan

prestasi belajar. Nilai p yang kurang signifikan dalam penelitian ini kemungkinan

dapat disebabkan oleh jumlah responden yang mengkonsumsi sayur hanya sedikit.

Hasil analisis hubungan faktor-faktor nutrisi tersebut sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan So Young Kim menunjukkan bahwa sarapan (AOR =

2,34. 95% CI = 2,20-2,48), sayur (AOR = 1,48, 95% CI = 1,37 – 1,61 ) berhubungan

positif terhadap tingkat prestasi belajar yang baik (p<0.001).50

Page 80: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

65

Pada hasil analisis didapatkan makanan cepat saji p = 0,258 ( OR : 0,615 IK 95%

0,264 - 1,433), minuman bersoda p =0,614 (OR : 1,311 IK 95% 0,457 - 3,762) .

Hasil yang didapat dari uji chi-square dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

penelitian tidak ada hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dengan prestasi

belajar anak. Hasil analisis hubungan faktor-faktor nutrisi tersebut tidak sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan So Young Kim menunjukkan bahwa

pada minuman bersoda (AOR = 0,42, 95% CI = 0,38 – 0,46) dan makanan cepat

saji (AOR = 0,83, 95% CI = 0,72 – 0,96) berhubungan bermakna dengan prestasi

belajar (p<0,001).50

4.4.3 Hubungan antara pola tidur dengan prestasi belajar

Tabel 4.11 Sebaran responden berdasarkan pola tidur dan tingkat prestasi belajar (n=120)

Variabel independen

Prestasi belajar Total p

value OR

IK (95%) Kurang Baik

n % n % n % min max

Durasi tidur Kurang 49 42,6 66 57,4 115 100 0,169 0,186 0,20 1,713

Cukup 4 80 1 20 5 100

Insomnia Ya 31 43,7 40 56,3 71 100 0,893 0,951 0,457 1,979

Tidak 22 44,9 27 55,1 49 100

Gangguan

pernapasan

saat tidur

Ya 11 61 7 38,9 18 100

0,116 2,245 0,804 6,265 Tidak 42 41,2 60 58,8 102 100

Parasomnia Ya 25 41 36 59 61 100 0,475 0,769 0,373 1,583

Tidak 28 47,5 31 52,5 59 100

Hasil analisis hubungan antara faktor pola tidur dan tingkat prestasi belajar

diperoleh bahwa berdasarkan hasil uji chi square didapatkan semua faktor memiliki

nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara faktor

pola tidur dengan tingkat prestasi belajar, baik dari durasi tidur maupun gangguan

tidur.

Page 81: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

66

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 53 anak yang memiliki prestasi belajar

kurang terdapat 49 anak mempunyai durasi tidur yang kurang dan 4 anak

mempunyai durasi tidur cukup, sedangkan dari 67 anak yang memiliki prestasi

belajar baik terdapat 66 anak mempunyai durasi tidur kurang dan 1 anak

mempunyai durasi tidur cukup. Hasil yang didapat dari uji chi-square yang

membandingkan prestasi belajar dengan durasi tidur diperoleh nilai p = 0,169 yang

berarti p >0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian tidak ada

hubungan bermakna antara prestasi belajar anak dengan durasi tidur. Hasil analisis

ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mohammed dkk

pada mahasiswa kedokteran menunjukkan bahwa total durasi tidur tidak ada

hubungan bermakna terhadap prestasi belajar (p = 0,113).51

Hasil analisis hubungan insomnia dengan prestasi belajar diperoleh bahwa dari 53

anak yang memiliki prestasi belajar kurang terdapat 31 anak mengalami insomnia

dan 22 anak tidak mengalami insomnia, sedangkan dari 67 anak yang memiliki

prestasi belajar baik terdapat 40 anak mengalami insomnia dan 27 anak tidak

mengalami insomnia. Hasil yang didapat dari uji chi-square yang membandingkan

prestasi belajar dengan insomnia diperoleh nilai p = 0,893 yang berarti p >0,05

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian tidak ada hubungan

bermakna antara prestasi belajar anak dengan insomnia. Nilai p yang kurang

signifikan dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah responden

yang kurang. Hasil analisis ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Mohammed dkk pada mahasiswa kedokteran menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara insomnia terhadap prestasi belajar (p = 0,026).51

Page 82: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

67

4.4.4 Hubungan antara aktivitas fisik dengan prestasi belajar

Tabel 4.12 Sebaran responden berdasarkan aktivitas fisik dan tingkat prestasi belajar

(n=120)

Aktivitas fisik

Prestasi belajar Total p

value OR

IK (95%) Kurang Baik

n % n % n % min max

Sebelum

berangkat

sekolah

Kurang 44 43,6 57 56,4 101 100

0,613 0,772 0,283 2,107 Cukup 9 50 9 50 18 100

Setelah

sekolah

Kurang 36 41,9 50 58,1 86 100 0,418 0,720 0,324 1,598

Cukup 17 50 17 50 100

Saat di

sekolah

Kurang 7 63,6 4 36,4 11 100 0,211 2,397 0,662 8,672

Cukup 46 42,2 63 57,8 109 100

Malam

hari

Kurang 36 43,4 47 56,6 83 100 0,793 0,901 0,414 1,963

Cukup 17 45,9 20 54,1 37 100

Hari

Libur

Kurang 49 43,8 63 56,3 112 100 0,731 0,778 0,185 3,267

Cukup 4 50 4 50 8 100

Kegiatan

ekstrakurikuler

Kurang 48 44,4 60 55,6 108 100 0,854 1,120 0,334 3,751

Cukup 5 41,7 7 58,3 12 100

Intensitas

sedang

Tidak 22 35,5 40 64,5 62 100 0,048 0,479 0,230 0,997

Ya 31 53,4 27 46,6 58 100

Intensitas

berat

Tidak 24 40,7 35 59,3 59 100 0,449 0,757 0,367 1,559

Ya 29 47,5 32 52,5 61 100

Berdasarkan tabel 4.12 Pada hasil analisis hubungan aktivitas fisik intensitas sedang

diketahui bahwa dari 53 anak yang memiliki prestasi belajar kurang terdapat 31

anak (53,4%) melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setiap hari dan 22 anak

(35,5%) tidak melakukan aktivitas fisik intensitas sedang setiap hari, sedangkan

dari 67 anak yang memiliki prestasi belajar baik terdapat 27 anak (46,6%)

melakukan aktivitas fisik intensitas sedang dan 40 anak (64,5) tidak melakukan

aktivitas fisik intensitas sedang. Hasil yang didapat dari uji chi-square yang

membandingkan prestasi belajar dengan aktivitas fisik intensitas sedang diperoleh

nilai p = 0,048 (OR : 0,479 IK 95% 0,230 - 0,997) yang berarti p <0,05 sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian terdapat hubungan bermakna

antara prestasi belajar anak dengan aktivitas fisik intensitas sedang. Pada analisis

ini menunjukkan bahwa prestasi belajar kurang didominasi oleh anak-anak yang

Page 83: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

68

melakukan cukup aktivitas fisik intensitas sedang, sedangkan prestasi belajar baik

didominasi oleh anak-anak yang tidak melakukan aktivitas fisik intensitas sedang

setiap hari. Hal ini dapat disebabkan karena anak yang tidak melakukan aktivitas

fisik intensitas sedang setiap hari membuat waktu belajarnya menjadi lebih banyak

sehingga mempunyai kesempatan prestasi menjadi lebih baik.

Berdasarkan tabel 4.12 aspek aktivitas fisik yang berbasis di sekolah yaitu aktivitas

fisik sebelum sekolah (p : 0,613 OR : 0,772 IK 95% 0,283 - 2,107), aktivitas fisik

saat di sekolah (p : 0,211 OR : 2,397 IK 95% 0,552 - 8,672), aktivitas fisik

setelah sekolah (p : 0,418 OR : 0,720 IK 95% 0,324 - 1,598), dan kegiatan

ekstrakurikuler (p : 0,854 OR : 1,120 IK 95% 0,334 - 3,751) menunjukkan bahwa

hasil yang didapat dari uji chi square adalah p>0,05 yang menyimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan aktivitas fisik berbasis sekolah terhadap prestasi belajar.

Hasil analisis ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jakob

dkk pada remaja usia 12-14 tahun mengenai hubungan program olahraga sekolah

berupa pelajaran olahraga, saat jam pelajaran, waktu istirahat, perjalanan sekolah,

diperoleh hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan pada anak pada grup

intervensi dibanding anak pada grup control (p = 0,73).52

Page 84: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

69

4.4.5 Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar

Tabel 4.13 Sebaran responden berdasarkan motivasi dan tingkat prestasi belajar (n=120)

Variabel independen

Prestasi belajar Total p

value OR

IK (95%) Kurang Baik

n % n % n % min max

Usaha Tidak 2 100 0 0 2 100 0,193 2,314 1,881 2,845

Ya 51 43,2 67 56,8 118 100

Tugas Tidak 5 62,5 3 37,5 8 100 0,300 2,222 0,506 9,757

Ya 48 42,9 64 57,1 112 100

Kompetisi Tidak 3 75 1 25 4 100 0,320 3,960 0,400 39,215

Ya 50 43,1 66 56,9 116 100

Dukungan

sosial

Ya 4 57,1 3 42,9 7 100 0,698 1,741 0,372 8,144

Tidak 49 43,4 64 56,6 113 100

Perhatian

sosial

Tidak 6 28,6 15 71,4 21 100 0,113 0,443 0,159 1,234

Ya 47 47,5 52 52,5 99 100

Ibadah

0,193

2,314

1,881

2,845 Tidak 2 100 0 0 2 100

Ya 51 43,2 67 56,8 11 100

Penghargaan

0,000

0,075

0,017

0,336 Tidak 2 8 23 92 25 100

Ya 51 53,7 44 46,3 95 100

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 53 anak yang memiliki prestasi belajar

kurang terdapat 51 anak mendapat penghargaan seperti hadiah dan 2 anak tidak

mendapatkan penghargaan seperti hadiah saat mendapatkan nilai yang bagus,

sedangkan dari 67 anak yang memiliki prestasi belajar baik terdapat 44 anak

mendapatkan penghargaan dan 23 anak tidak mendapatkan penghargaan. Hasil

yang didapat dari uji chi-square yang membandingkan prestasi belajar dengan

mendapatkan penghargaan diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti p <0,05 sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian tedapat hubungan bermakna

antara prestasi belajar anak dengan mendapatkan penghargaan. Hasil analisis ini

tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kourosh bahwa

komponen usaha, tugas, sifat kompetitif dan perhatian sosial yang mempunyai

hubungan positif dan signifikan terhadap prestasi belajar.11 Hal ini dapat

disebabkan karena perbedaan motivasi dari populasi tiap negara, dari penelitian

menunjukkan bahwa orang Iran memiliki motivasi internal yang baik sehingga

Page 85: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

70

dapat memiliki prestasi baik, sedangkan orang Indonesia membutuhkan motivasi

eksternal untuk mempengaruhi prestasi belajar.

4.5 Analisis Multivariat

Pada analisis multivariat dilakukan uji pada variabel bebas yang pada analisis

bivariat mempunyai nilai p < 0,25. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk

mengetahui variabel bebas yang paling berhubungan dengan variabel terikat.

Tabel 4.14 Hasil analisis multivariat

Prestasi

belajar kurang

Prestasi belajar

baik p RO

IK 95%

n % n % min max

Intake

makanan

Kurang 19 59,4 13 40,6 0,005 4,755 1,597 14,158

Cukup 34 38,6 54 61,4

Jenis kelamin Laki-laki 34 54 29 46

0,008 3,664 1,402 9,578 Perempuan 19 33,3 38 66,7

Gangguan

pernapasan

saat tidur

Ya 11 61,1 7 10,1

0,080 3,156 0,872 11,427 Tidak 42 41,2 60 58,8

Anemia Ya 13 27,1 35 72,9

0,015 0,295 0,111 0,786 Tidak 40 55,6 32 44,4

Penghargaan Tidak 2 8 23 92

0,001 0,061 0,012 0,305 Ya 51 53,7 44 46,3

Aktivitas

fisik

intensitas

sedang

Tidak 22 35,5 40 64,5

0,531 0,746 0,298 1,865 Ya 31 53,4 27 46,6

Batuk

Sering 13 31,7 28 68,3

0,525 0,722 0,264 1,973 Kadang-

kadang 40 50,6 39 49,4

Perhatian

sosial

Tidak 6 28,6 15 71,4 0,472 0,587 0,137 2,508

Ya 47 47,5 52 52,5

Alergi Ya 16 32,7 33 67,3

0,114 0,462 0,177 1,205 Tidak 37 52,1 34 47,9

Durasi tidur Kurang 49 42,6 66 57,4

0,181 0,140 0,008 2,494 Cukup 4 80 1 20

Page 86: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

71

Tabel di atas menunjukkan faktor-faktor yang memiliki p <0,25 saat analisis

bivariat dan setelah dilakukan analisis multivariat regresi logistik didapatkan lima

faktor yang paling kuat hubungannya dengan prestasi belajar yaitu intake makanan,

jenis kelamin, gangguan pernapasan saat tidur, anemia, dan penghargaan.

Berdasarkan tabel 4.14 intake makanan mempunyai kekuatan hubungan yang

paling besar, anak dengan intake makanan kurang dibandingkan anak dengan intake

makanan cukup untuk mengalami prestasi belajar yang kurang sebesar 4,755 (p=

0,005 IK 95% 1,597-14,158). Anak laki-laki mempunyai kemungkinan 3,664 kali

(p : 0,008 OR : 3,664 IK 95% 1,402-9,578) untuk mengalami prestasi belajar kurang

dibandingkan anak perempuan. Kemudian anak dengan gangguan pernapasan saat

tidur dibandingkan dengan anak tidak mengalami gangguan pernapasan saat tidur

mempunyai kemungkinan 3,156 kali (p : 0,080 OR 3,156 IK 95% 0,872-11,42)

untuk mengalami prestasi belajar yang kurang.

4.6 Kelebihan penelitian

Mendapatkan hubungan berbagai faktor – faktor risiko internal yang berhubungan

atau tidak berhubungan terhadap prestasi belajar. Sehingga faktor risiko internal

yang berhubungan dapat digunakan sebagai rencana strategi untuk meningkatkan

prestasi belajar anak.

Hasil validitas dan reliabilitas kuesioner yang bernilai baik dan juga dapat

diaplikasikan pada penelitian lain di berbagai daerah di Indonesia.

4.7 Keterbatasan penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisisan kuesioner

sehingga memungkinkan terjadinya recall bias, kemungkinan responden lupa atau

pasien yang pernah sakit mempunyai ingatan lebih kuat dibandingkan responden

tidak sakit.

Penelitian dilakukan di Madrasah Pembangunan dengan sampel homogen sehingga

beberapa aspek kurang bermakna.

Page 87: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

72

Validasi kuesioner hanya dilakukan sebanyak satu kali, sehingga perlu penelitian

lebih lanjut untuk validasi kuesioner.

Penentuan anak dengan prestasi belajar kurang atau baik kurang tepat yaitu anak

dengan prestasi belajar kurang mempunyai nilai rata-rata < 85 dan prestasi belajar

baik >= 85. Hal dikarenakan Kriteria Ketuntasan Minimal di MP UIN Jakarta

tinggi, sehingga rata-rata anak MTS Pembangunan UIN tinggi dan peneliti tidak

mendapatkan data nilai sebelum perbaikan.

Page 88: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

1. Terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (p : 0,023 OR : 0,023 IK

95% : 1,118 – 4,918), anemia (p : 0,002 OR 0,297 IK 95%: 0,135 – 0,654),

batuk pilek (p: 0,048 OR: 0,453 IK 95%: 0,205-0,999) alergi (p:0,035 OR:0,446

IK 95% 0,209-0,950), intake makanan (p : 0,043 OR: 2,321 IK 95% 1,017-

5,301), aktivitas fisik intensitas sedang (p : 0,048 OR 0,479 IK 95% : 0,230 –

0,997) dan penghargaan (p: 0,000 OR : 0,075 IK 95% : 0,017 – 0,336) terhadap

prestasi belajar, sedangkan durasi tidur (p: 0,169 OR : 0,186 IK 95% : 0,2 –

1,713) tidak terdapat hubungan bermakna terhadap prestasi belajar.

2. Faktor yang memiliki kekuatan hubungan paling kuat terhadap prestasi belajar

yaitu intake makanan (OR : 4,755 p : 0,005 IK 95% 1,597-14,158), jenis

kelamin (OR: 3,664 p : 0,008 OR : 3,664 IK 95% 1,402-9,578), gangguan

pernapasan saat tidur (OR: 3,156 p : 0,080 OR 3,156 IK 95% 0,872-11,42),

anemia (OR : 0,015 p : 0,295 IK 95% 0,111 - 0,786) dan penghargaan ( OR :

0,001 p : 0,061 IK 95% 0,012 - 0,305)

5.2 SARAN

1. Untuk meneliti lebih lanjut faktor internal terhadap prestasi belajar dengan

jumlah sampel lebih banyak dan heterogen.

2. Memperbaiki dan mengembangkan kuesioner pada kuesioner yang memiliki

nilai validitas yang kurang baik untuk menghindari bias yang dapat

memengaruhi hasil penelitian serta lebih jauh lagi agar dapat membuat

kuesioner baku mengenai faktor internal prestasi belajar.

Page 89: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

74

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3.

2. United Nations Development Programme. Sustaining human progress:

reducing vulnerabilities and building resilience. Human Development

Report 2014. 2003:159.

3. World Competitiveness Yearbook. The IMD World Competitiveness

Scoreboard. 2015. [Diakses tanggal 20 Oktober 2015]. Tersedia di:

https://www.imd.org/uupload/imd.website/wcc/scoreboard.pdf

4. Ngalim P. Motivasi belajar. 2011. [Diakses tanggal 20 Juli 2016]. Tersedia

di: www.undip.ac.id

5. Basch CE. Healthier students: are better learners: a missing link in school

reforms to close the achievement gap. Educational equity teacher college.

Newyork: Columbia university; 2010. h. 14-51

6. Naticchioni K. The relationship between obesity and academic achievement

of school age children. John Carroll University. 2013:8-16.

7. Acham H. Nutrition: health and academic achievement of primary school

children in Uganda. 2013:1-2.

8. Centers for disease control and prevention`s (CDC). The association

between school-based physical activity, including physical education and

academic performance. CDC Division of adolescent and school health

(DASH). 2010:5-10.

9. Johnson RW. Active Education: growing evidence on physical activity and

academic performance. Active living research. 2015:2-4.

10. Lee YJ, Park J, dkk. Academic performance among adolescents with

behaviorally induced insufficient sleep syndrome. Journal of clinical sleep

medicine. 2015;11:62-6.

11. Amrai K, Motlagh, SE, dkk. The relationship between academic motivation

and academic achievement students. Elsevier. 2011:1-3.

12. Sarwono SW. Akselerasi. Jakarta: Grasindo; 2012. h. 168-9

13. Olivia F. Teknik ujian efektif. Jakarta: Gramedia; 2011. h. 73

Page 90: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

75

14. Badan pengembangan dan pembinaan Bahasa, Kemdikbud. Kamus besar

Bahasa Indonesia. 2012 [diakses tanggal 2 Februari 2016]. Tersedia di:

http://kbbi.web.id/prestasi

15. Hakim, Thursan. Belajar secara efektif. Jakarta: Puspa Swara; 2012. h. 11-

7

16. What is the relationship of student health to academic achievement, adapted

from: Association of state and territorial health officials (ASTHO).

California Healthy Kids Resource center. 2002;12.

17. Dilley J. Research review: School based health intervention and academic

achievement. Washington state office of superintendent of public

instruction. 2009:3-8.

18. Martha K. Factors affecting academic performance of undergraduate

students at Uganda Christian university. Makerere University. 2009:23-5.

19. Charvat JL. Research on the relationship between mental health and

academic achievement. National Association of School Psychologists.

Bethesda. 2012:2,4.

20. Dengra M, Kalra A, Malhotra G. Study on factor affecting student quality

of academic performance in colleges – with special reference to indore.

Althius shodh Journal Management and Commerce. 2012:2-5.

21. Marcdante KJ dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essensial. In: Ikatan

Dokter Anak Indonesia, penyunting. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-6.

Singapore: Elsevier; 2011. h. 599

22. Ezenwosu O U, Emodi I J dkk. Determinants of academic performance in

children with sickle cell anaemia. Biomed central. 2013;13(189):2.

23. Audiology information series. Identifying and managing hearing loss in

school age children. American speech language hearing association

(ASHA). 2015:1-2.

24. Nichol KL, Heilly SD dkk. Colds and influenza-like illness in students:

impact on health, academic, work performance and health care use. Oxford

djournals. 2005;40:1264-9.

Page 91: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

76

25. Mitchell J. The long term association of early childhood diarrhea with

school success: a case study from Pakistan. Journal of education for

international development. 2006;2:1.

26. McLoughlin J, Nall M dkk. The relationship of allergies and allergy

treatment to school performance and student behavior. PubMed.

1983;51:506-10.

27. Jauregui I, Mullol J dkk. Allergic rhinitis and school performance. J Investig

allergol clin immunol. 2009;19:32.

28. Michigan nutrition standards. The link between nutrition and academic

achievement. 2012:1-2.

29. Kulakowska D, Biernacka K dkk. Neurocognitive and social cognitive

deficits in patients with anotexia nervosa. Psychiatriapolska. 2014;48:468.

30. Taras H. Nutrition and student performance at school. Journal of school

health. 2005;75:206-13.

31. Purtell KM. Children Who Eat More Fast Food Show Less Academic

Improvement, Study Shows. 2014 [diakses tanggal 15 july 2016]. Tersedia

di: http://www.huffingtonpost.com/2014/12/23/fast-food-school-

effects_n_6369284.html

32. Gruber R, Carrey N, dkk. Position statement on pediatric sleep for

psychiatrists. Journal of the Canadian academy of child and adolescent

psychiatry. 2014;23:177-88.

33. Carrell SE, Maghakian T, dkk. As from zzzz`s? the causal effect of the

school start time on the academic achievement of adolescents. American

economic journal. 2011;3:64.

34. Sims S. intrinsic and extrinsic motivations. 2015 [diakses tanggal 10 Juli

2016]. Tersedia di: https://badgeville.com/intrinsic-and-extrinsic-

motivations/

35. Physical activity guidelines for children and young people (5-18 years).

Departement of health. 2011:3.

36. Syavaoja H, Kantomaa M, dkk. Physical activity and learning. Finlandia:

Finnish National Board of Education. 2012. h. 8-9

Page 92: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

77

37. Kusurkar RA, Croiset G, and others. How motivation affects academic

performance: a structural equation modelling analysis. Spingerlink. 2012:2-

4.

38. Jetha MK, Segalowitz SJ. Adolescent brain development : implications for

behavior. USA: Elsevier; 2012. h. 1-8

39. Cuddler EH. Neuroscience for kids. 2015 [diakses tanggal 20 Desember

2015]. Tersedia di: https://faculty.washington.edu/chudler/dev.html

40. Santrock JW. Masa perkembangan anak. In: Verawaty Pakpahan,

penyunting. Jakarta: Salemba Humanika; 2011. h. 301-308

41. Willis SS. Remaja & masalahnya. Edisi ke-2. Bandung: Alfabeta; 2008. h.

19-21

42. Sayerd BME, Farley RS, Fuller DK, Morgan DW, Caputo JL. Physical

fitness and academic achievement in elementary school children. Journal of

Physical Activity and Health. 2009;6:99-105.

43. Hassan R, Alatas H. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Edisi ke-11. Jakarta:

Infomedika; 2007. h. 43-48

44. Universitas Sebelas Maret. Analisis instrumen. Solo: Universitas Sebelas

Maret [diakses pada tanggal 5 Juli 2016]. Tersedia di:

http://repository.maranatha .edu/3087/2/0421036_appendices.pdf

45. Sanusi SR. Beberapa Uji Validitas dan Reliabilitas Pada Instrumen

Penelitian. USU Institutional Repository [diakses pada tanggal 5 Juli 2016].

Tersedia di: http://repository .usu.ac.id/bitstream/123456789/1/ikm-

okt2005-9%20(6).pdf

46. Murti, Bhisma. Validitas dan Reliabilitas Pengukuran. UNS. 2011:6-17.

47. Umar Husein. Nilai Reliabilitas. 2007 [diakses tanggal 2 Agustus 2016].

Tersedia di: http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/542/jbptunikompp-gdl-

denisprayu-27088-4-unikom_d-i.pdf

48. Bakhshael M and others. Gender at the intersection with race and class in

the schooling and wellbeing of immigrant-origin students. Biomed Central.

2016;16:1-15.

Page 93: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

78

49. Oginfowora Olusoga dkk. A comparative study of academic achievement

of children with sickle cell anemia and their healthy siblings. Journal of the

national medical association. 2005;97:405.

50. Kim So Young dkk. Dietary Habits are associated with school performance

in adolescents. Medicine observational study. 2016;95:1.

51. Alsaggaf Mohammed A and others. Sleep quantity, quality and insomnia

symptoms of medical students during clinical years. Saudi Med J.

2016;37:173-180.

52. Tarp Jakob and others. Effectiveness of a school based physical activity

intervention on cognitive performance in Danish adolescents. Plos one.

2015:1-19.

Page 94: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

79

Lampiran 1

Lembar surat persetujuan responden

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kepada adik-adik di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN

Jakarta, saya ucapkan terimakasih banyak atas waktu yang sudah diluangkan

untuk membantu penelitian saya.

Perkenalkan saya Clarissa Maharani Putri, mahasiswi

semester 5 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, Jurusan

Pendidikan Dokter Angkatan 2013. Penelitian saya berjudul “Hubungan

Faktor-Faktor Internal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 2 SMP di

Madrasah Pembangunan Tahun Ajaran 2015-2016.” untuk menyelesaikan

pendidikan S1 Kedokteran.

Oleh karena itu saya harap adik-adik bersedia untuk membantu

saya, dengan mengisi kuesioner ini dengan jujur. Kurang lebihnya saya

mohon maaf. Wassalamualikum Wr. Wb.

Responden Peneliti

.................................... Clarissa Maharani Putri

Lampiran 2

Kuesioner

I. Data Responden

Nama : ........................

Jenis Kelamin* : P / L

Usia : ......... Tahun

Tanggal lahir :

Kelas :

Nomor HP :

IMT (di isi oleh peneliti)

TB : ......... cm

BB : ......... kg

Pekerjaan Orang tua

Ayah : ..........................................

Ibu : ..........................................

Jumlah anggota Keluarga : ......... Orang (Termasuk saya)

Keterangan :

*coret yang tidak perlu

(Silang (X) yang merupakan jawabanmu)

Page 95: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

80

KESEHATAN

1. Dalam 1 tahun terakhir, berapa kali mengalami sakit? ………………

Dalam 6 bulan terakhir :

No Pernyataan Jawaban

11. Jika menjawab

nomor 7 atau 8

kadang-

kadang/sering/selal

u, apakah anda

menggunakan

kacamata?

a. Ya, kacamata lensa jauh

b. Ya, kacamata lensa dekat

c. Tidak

12. Saya pernah

mengalami BAB

(Buang air besar) >3

kali /hari kurang

dari 14 hari

a. tidak pernah

b. 1 kali per tahun

c. 2-3 kali per-tahun

d. >4 kali / tahun

13. Saya pernah

mengalami BAB

(Buang air besar) >3

kali / hari lebih dari

14 hari

a. tidak pernah

b. 1 kali per tahun

c. 2-3 kali per-tahun

d. >4 kali / tahun

14. Saya pernah

mengalami sakit

cacar (awal

kemerahan pada

kulit menjadi lenting

berisi cairan, terasa

gatal, demam)

a. tidak pernah

b. ya, saat usia….

No Pernyataan Tidak

pernah

Jarang Kadangk

adang

Sering Selalu

2. Saya mudah merasa cepat

lelah

3. Kulit saya pucat terutama

pada tangan, kuku dan

kelopak mata

4. Saya merasa pusing, mata

berkunang-kunang

5. Saya mudah marah atau kesal

6. Jantung saya berdetak cepat

7. Saya merasa susah untuk

melihat atau membaca

(gambar atau tulisan) yang

berjarak jauh

8. Saya merasa susah untuk

melihat atau membaca

(gambar atau tulisan) yang

berjarak dekat

9. Saya mengalami gangguan

pendengaran

10. Saya mengalami batuk dengan

flu

Page 96: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

81

15. Berapa kali dalam

setahun anda

mengalami batuk?

…….. kali/tahun

16. Saya mempunyai

alergi (menjadi gatal,

merah pada kulit,

bentol dll) terhadap

a. tidak ada

b. makanan, yaitu……

c. obat-obatan

d. debu

e. serbuk tanaman

17. Apakah anda mempunyai asma?

a. Ya b. Tidak

(Jika Ya, lanjut ke pertanyaan berikutnya)

17. Sejak usia berapa anda asma? ……… tahun

18. Apakah anda masih mempunyai asma?

a. Ya b. Tidak

19. Apakah anda menggunakan obat atau terapi lain untuk asma

anda?

a. Ya, yaitu…………. b. Tidak

(Jika nomor 18 Tidak, lanjut ke pertanyaan berikut)

20. Sejak usia berapa asma anda berhenti?

a. usia ...... tahun

b. Tidak tahu

NUTRISI

No Pernyataan Tidak

perna

h

Jarang Kadang

kadang

sering Sela

lu

1. Sarapan pada pagi

hari

2. Makan siang hari

3. Makan malam hari

4. Mengkonsumsi

vitamin, herbal atau

suplemen lainnya

5. Mengkonsumsi buah

>1 mangkok setiap

hari

6. Mengkonsumsi sayur

setiap hari

7. Menurunkan atau

mengontrol berat

badan dengan

memuntahkan

makan, atau diet

menggunakan obat

pil atau tidak makan

8. Mengkonsumsi

makanan cepat saji

(missal: Mcd, KFC,

pizza hut, dll)

Page 97: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

82

9. Mengkonsumsi

cemilan tidak sehat

(misal: sosis,

gorengan, chiki dll)

10. Mengkonsumsi soft

drink (coca-cola,

sprite, Fanta)

11. Apakah anda seorang perokok (menghisap batang rokoknya)?

a. Ya b. Tidak

12. Apakah anda merasa lapar saat belajar di sekolah?

a. Ya b. Tidak

POLA TIDUR

No. Pertanyaan Jawaban

1. Berapa rata-rata lama tidur pada

hari sekolah? (senin-jumat)

a. 1-3 jam

b. 3-5 jam

c. 5-7 jam

d. 7-8 jam

e. >8 jam

2. Berapa lama tidur pada hari libur?

(sabtu-minggu)

a. 1-3 jam

b. 3-5 jam

c. 5-7 jam

d. 7-8 jam

e. >8 jam

No. Pernyataan Tidak

pernah

jarang Kadang-

kadang

sering selalu

3. Mengantuk pada siang

hari

4. Merasa tidak

bersemangat / tidak

gembira / tidak mood

5. Sulit untuk memulai

tidur

6. Sering terbangun pada

tengah malam (>2 kali

tiap malam)

7. Bangun lebih awal dan

sulit untuk

melanjutkan tidur

8. Terbangun malam hari

karena kesulitan

bernapas (gelagapan)

9. Mengalami mimpi

buruk

Page 98: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

83

AKTIVITAS FISIK

No. Pertanyaan Jawaban

1. Berangkat sekolah menggunakan

(Jika memilih lebih dari satu pilihan, tulis

frekuensi dalam 1 minggu)

a. Jalan kaki

b. Sepeda

c. Kendaraan

(Angkutan umum,

ojek, mobil/ motor

pribadi)

2. Pulang sekolah menggunakan

(Jika memilih lebih dari satu pilihan, tulis

frekuensi dalam 1 minggu)

a. Jalan kaki

b. Sepeda

c. Kendaraan

(Angkutan umum,

ojek, mobil/ motor

pribadi)

3. Saat kelas olahraga, seberapa sering kamu

berlari atau bergerak melakukan aktivitas

atau bermain?

a. hampir tidak

pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. hampir selalu

4. Saat waktu istirahat, seberapa sering anda

berolahraga, berjalan, berlari atau aktivitas

bermain?

a. hampir tidak

pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. hampir selalu

5. Saat waktu istirahat makan siang, seberapa a. hampir tidak

sering anda bergerak, berjalan atau

bermain?

pernah

b. jarang

c. kadang-kadang

d. sering

e. hampir selalu

6. Seberapa lama anda melakukan aktivitas

fisik sebelum sekolah ? (termasuk aktivitas

di rumah, tetapi tidak termasuk jalan atau

bersepeda ke sekolah)

a. 0 hari

b. 1 hari

c. 2 hari

d. 3 hari

e. 4-5 hari

7. Seberapa lama anda melakukan aktivitas

fisik setelah sekolah? (termasuk aktivitas

di rumah, tetapi tidak berjalan atau

bersepeda dari sekolah)

a. 0 hari

b. 1 hari

c. 2 hari

d. 3 hari

e. 4-5 hari

8. Seberapa lama anda melakukan aktivitas

fisik pada malam hari (18.00-22.00)

a. 0 hari

b. 1 hari

c. 2 hari

d. 3 hari

e. 4-5 hari

9. Pada hari Sabtu, berapa lama anda

melalukan aktivitas fisik? (latihan,

berolahraga, bermain)

a. tidak pernah (o

menit)

b. 1-30 menit

c. 31-60 menit

d. 1-2 jam

e. > 2 jam

10. Pada hari Minggu, berapa lama anda

melalukan aktivitas fisik? (latihan,

a. tidak pernah (o

menit)

b. 1-30 menit

Page 99: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

84

berolahraga, bermain) c. 31-60 menit

d. 1-2 jam

e. > 2 jam

11. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

olahraga

a. Tidak pernah

b. Ya, 1-2 kali /

minggu

c. Ya, 3-4 kali /

minggu

d. Ya, 5-6

kali/minggu

e. Setiap hari

12. Melakukan aktivitas fisik intensitas sedang

seperti berjalan, bersepeda setidaknya 1

jam setiap hari

a. Ya

b. tidak

13. Melakukan aktivitas fisik intensitas berat

seperti lari, berenang, sepak bola, basket,

skipping, tenis setidaknya 3 kali dalam 1

minggu

a. Ya

b. tidak

MOTIVASI

No. Pertanyaan Sangat

tidak

setuju

Tida

k

setuj

u

Kadang

setuju kadang

tidak

Setuju Sangat

setuju

1. Saya berusaha untuk

belajar giat

2. Saya merasa tugas

sekolah membantu

saya belajar

3. Saya akan belajar

untuk mendapat juara

kelas

4. Saya mendapat

dukungan social dari

lingkungan

5. Saya merasa

diperhatikan jika

mendapat nilai bagus

6. Saya berdoa dan

beribadah untuk

mempermudah saya

belajar

7. Saya mendapat hadiah

jika saya mendapat

nilai bagus

Page 100: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

85

Lampiran 3

Hasil uji validitas dan reliabilitas

1. Uji Validitas Item Kuesioner Riwayat penyakit

Page 101: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

86

2. Uji Validitas Item Kuesioner Nutrisi

Page 102: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

87

3. Uji Validitas Item Kuesioner Pola Tidur

Page 103: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

88

4. Uji Validitas Item Kuesioner Aktivitas fisik

Page 104: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

89

5. Uji Validitas Item Kuesioner Motivasi

Page 105: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

90

6. Uji Reliabilitas Item Kuesioner Riwayat penyakit

Page 106: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

91

7. Uji Reliabilitas Item Kuesioner Nutrisi

Page 107: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

92

8. Uji Reliabilitas Item Kuesioner Pola Tidur

Page 108: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

93

9. Uji Reliabilitas Item Kuesioner Motivasi Fisik

Page 109: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

94

10. Uji Reliabilitas Item Kuesioner Motivasi

Page 110: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

95

LAMPIRAN 4

DOKUMENTASI

Page 111: hubungan faktor faktor internal terhadap prestasi belajar siswa kelas 2 di madrasah tsanawiyah

96

LAMPIRAN 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Clarissa Maharani Putri

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 20 Agustus 1995

Alamat : Perumahan Raffles Hills blok N2B nomor 26, Cibubur

Nomor HP : 085881028493

Email : [email protected]

Riwayat pendidikan

1. TK Bhayangkari Jakarta Pusat (2000-2001)

2. SDN 03 Pagi Slipi (2001-2002)

3. SDN 02 Cibubur (2002-2007)

4. SMPN 49 Jakarta (2007-2010)

5. SMAN 39 Jakarta (2010-2013)

6. PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-sekarang)