Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, ENABLING DAN REINFORCING
DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT
DI PUSKESMAS UTEUN PULO KECAMATAN
SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN
NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
HERLINA SARI
11C10104023
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan
Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
Nama Mahasiswa : HERLINA SARI
NIM : 11C10104023
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Minat Studi : EPIDEMIOLOGI
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Ir. Yuliatul Muslimah, MP) (Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes)
NIP. 196407271992042002 NIDN. 0119128601
Ketua Program Studi
(Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes)
NIDN. 0119128601
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Judul Skripsi : Hubungan Faktor Presdisposising, Enabling dan
Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
Nama Mahasiswa : HERLINA SARI
NIM : 11C10104023 Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Minat Studi : EPIDEMIOLOGI
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 12 November 2015 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
Ketua Ir. Yuliatul Muslimah, MP …….....………………..........
Anggota 1. Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes …………………………...…
2. Kartini, SE, M.Kes ………………………….......
3. Muhammad Iqbal Fahlevi, SKM, M.Kes……………………………...
Alue Peunyareng, 12 November 2015
Ketua Program Studi
IlmuKesehatan Masyarakat
(Teungku Nih Farisni, SKM,M.Kes)
NIDN. 0119128601
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL SKRIPSI : FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH
JAYA
NAMA MAHASISWA : RIZAL ASMI
NIM : 09C10104153
PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYAAKAT
(JURUSAN AKK)
MENYETUJUI,
KOMISI PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENGETAHUI
DEKAN FAKULTAS FKM KETUA
JURUSAN FKM
SALMAN RUSLY, SKM, M. EPID CITRA OVALISA
RAHMI, SKM NIDN. 0128067401
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT
ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TEUNOM KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH JAYA”
TIM PENGUJI PEMBIMBING I PEMBIMBING II
KISWANTO,M.SI HASRAH
JUNAIDI,SKM
NIDN. 0119107602 NIDN.
0110118601
PENGUJI I PENGUJI
II
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN EKM
CITRA OVALISA RAHMI, SKM
MENGESAHKAN,
DEKAN FAKULTAS FKM UNIVERSITAS TEUKU UMAR
SALMAN RUSLY, SKM, M. EPID
NIDN. 0128067401
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal
yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun
perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh
90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi,
sumber dari kedua penyakit tersebut akibat terabaikannya kebersihan gigi dan
mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang melekat
erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri. Berdasarkan teori
Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial
budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut,
perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan
gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara
langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan
kesehatan (Notoadmodjo, 2003).
Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan
bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan
segera sebelum terlambat dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang.
Perihal kesehatan gigi dan mulut perlu dibudidayakan di seluruh lingkungan
keluarga dan masyarakat (Yaslis Ilyas, 2001).
Masyarakat di Indonesia belum mempertimbangkan kesehatan gigi dan
mulut. Masyarakat cenderung mengabaikan sakit gigi yang ditimbulkan padahal
ketika sudah menjadi sakit, penyakit gigi merupakan jenis penyakit pada urutan
pertama yang dikeluhkan masyarakat dan anak-anak. Menurut survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 membuktikan terdapat 76,2 persen anak
Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi
berlubang. Sedangkan SKRT tahun 2004 yang dilakukan oleh Depkes
1
2
menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah berkisar antara
85%-99% (Sintawati, 2009).
World Health Organisation (WHO) dalam The World Oral Health
Report menyatakan bahwa di Indonesia kurangnya menjaga kebersihan gigi dan
mulut berakibat pada meningkatnya prevalesi edentulousness yang mencapai 24%
dengan rata-rata umur di atas 65 tahun dan penduduk Indonesia yang menderita
gang-guan kesehatan gigi dan mulut masih mencapai 90%. Penelitian Denloye di
Nigeria pada anak berumur 13-15 tahun yang dituangkan dalam jurnalnya
membuk-tikan bahwa besar Debris Indeks (DI) mencapai 1,57 dan besar Kalculus
Indeks (CI) mencapai 1,48 dengan rata-rata Oral Hygiene Index Status (OHI-S)
untuk laki-laki mencapai 3,09 dan untuk perempuan mencapai 2,94 yang
tergolong ringan sampai sedang (Denloye, 2010 dalam I Gede, dkk, 2013).
Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, karies gigi
menunjukan peningkatan dalam 5 tahun terakhir, hampir 95% rakyat Indonesia
mengalami penyakit gigi dan mulut. Secara umum, populasi Negara ini dapat
dikatakan masih kurang pengetahuannya di bidang penyakit gigi serta
hubungannya dengan penyakit-penyakit lainnya. Rata-rata dihasilkan 720 dokter
gigi baru per tahun dan perbandingan dokter gigi dengan rakyat Indonesia adalah
1:30.000 yang pendistribusiannya tidak merata dan berkumpul di daerah urban,
sedangkan 70% populasi Indonesia berada di daerah pedesaan. Selain itu,
orientasi dari dokter gigi lebih mengarah kepada pengobatan dibandingkan
pencegahan. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, bahwa prevalensi karies
di Indonesia mencapai 60-80%. Penyakit gusi dapat meningkatkan stroke lebih
3
dari 50 persen pada usia 25-54 tahun (Kemenkes RI, 2010). Hasil Riskesdas
(2013) sebesar 30% penduduk indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut.
Dilihat dari kelompok umur, golongan muda lebih banyak menderita karies gigi
dibandingkan umur 45 tahun keatas, dimana umur 10-24 tahun kareis giginya
mencapai 66,8-69,5%, umur 45 tahun keatas sebesar 53,3% dan umur 65 tahun
keatas sebesar 43,8%. Hal ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada
golongan golongan usia produktif (Riskesdas, 2013).
Masyarakat Aceh yang mengalami masalah gigi dan mulut sekitar 67
persen dari 4.485.730 warga Aceh menderita gigi berlubang dan gangguan
kesehatan gusi. Angka kasus penyakit gigi aktif di Aceh tergolong tinggi, yakni
sekitar 41 persen, selama ini mungkin masyarakat belum mendapatkan informasi
mengenai bahaya penyakit gigi, warga masih menganggap penyakit gigi maupun
mulut adalah hal biasa, jika sudah parah baru mereka berkonsultasi ke dokter
(Dinkes Aceh, 2013). Pada tahun 2014 jumlah pasien yang mengalami maslah
gigi dan mulut adalah sebanyak 62.391 orang yaitu 15.208 orang yang mengalami
penambalan gigi berlubang dan 47.183 orang yang melakukan pencabutan gigi
(Dinkes Aceh, 2014).
Pada tahun 2012 yang mengalami masalah gigi dan mulut di Kabupaten
Nagan Raya adalah sebanyak 1.299 orang, dimana masalah gigi dan mulut , hal
ini didasarai oleh kurangya perhatian dan kesadaran masyarakat tentang
kebersihan gigi dan mulut (Dinkes Nagan Raya, 2012). Pada tahun 2013 jumlah
p[asien yang mengalami maslah gigi dan mulut adalah sebanyak 300 orang yaitu
100 orang yang mengalami tumppatan atau penambalan gigi berlubang dan 200
4
orang yang melakukan pencabutan gigi (Dinkes Aceh, 2013). Pada tahun 2014
jumlah pasien yang mengalami maslah gigi dan mulut adalah sebanyak 659 orang
yaitu 2 orang yang mengalami tumppatan atau penambalan gigi berlubang dan
657 orang yang melakukan pencabutan gigi (Dinkes Aceh, 2014).
Berdasarkan data dari puskesmas Uteun Pulo di ketahui bahwa jumlah
pasien yang mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulut pada tahun 2014
adalah sebanyak 268 orang. Pada tahun 2015 jumlah pasien sampai bulan Agustus
sebanyak 103 orang. Kebanyakan pasien mengalami sakit gigi karies dan plak.
Hal ini dikarenakan pasien kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut yaitu
jarang menggosok gigi (Puskesmas Uteun Pulo, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Uteun Pulo, diketahui bahwa 3 orang dari masyarakar selalu
menyikat gigi secara rutin yaitu pagi dan malam hari sebelum tidur, dan belum
pernah mengalami masalah gigi baik plak gigi, maupun gigi berlubang.
Sedangkan 7 masyarakat lainnya tidak secara rutin melakukan sikat gigi, kadang-
kadang 2 kali sehari dan kadang-kadang 1 kali sehari. 2 diantaranya belum pernah
mengalami masalah gigi dan mulut, 3 lainnya mengalami gigi berlubang, dan 2
lainya mengalami plak gigi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian dalam
bentuk skripsi yang diberi judul: “Hubungan Faktor Predisposising, Enabling
dan Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di
Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya”
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bagaimana
Hubungan Faktor Predisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan
Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Hubungan Faktor Predisposising, Enabling
dan Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas
Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Pengetahuan masyarakat dengan Kebersihan Gigi
dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
2. Untuk mengetahui sikap dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya
3. Untuk mengetahui Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
4. Untuk mengetahui Dukungan Keluarga dengan Kebersihan Gigi dan
Mulut Masyarakat di Puskesmas Ute\un Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
6
1.4 Hipotesis
1. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya
2. Adanya hubungan antara sikap dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya
3. Adanya hubungan antara Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
4. Adanya hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kebersihan Gigi dan
Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai ilmu kesehatan
khususnya pada Hubungan Faktor Predisposising, Enabling dan
Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di
Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya
2. Bagi pihak Dinkes Kabupaten Nagan Raya sebagai informasi dalam
meningkatkan pelayanan khususnya tentang Kebersihan Gigi dan Mulut
7
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya.
1.5.2 Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian
khususnya Kebersihan Gigi dan Mulut
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai
salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
c. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat
membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Perilaku
Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang
berasal dari luar maupun dari dalam diri seseorang yang merupakan hasil bersama
atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal
(Notoatmodjo, 2010).
Lawrence Green (1980) teori domain perilaku manusia membagi perilaku
manusia itu dalam 3 (tiga) domain ranah atau kawasan yaitu: pengetahuan
(kwoledge), sikap (attitude), dan praktek atau tindakan:
2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap
obyek terjadi, melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengarui oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Sikap (Attitude)
Sikap merupakan suatu sidrom atau kumpulan gejala dalam merespons
stimulus atau objek sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Allport dalam Notoatmodjo, 2010 sikap terdiri
dari 3 komponen, yakni:
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya
bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap
objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
8
9
2.1.3 Tindakan (Practice)
Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau
tindakan individu ketika sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
bisa melalui dengan cara mengobati sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar
negeri.
Menurut Notoadmodjo (2007) juga mengatakan mengikut teori Green
(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
a. Faktor penguat (Predisposising) yang mencakup:
1. Pengetahuan
Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang
sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun
informasi yang diterima dari orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.
2. Sikap
Menurut Santrock dalam Azwar (2007) mengemukakan bahwa sikap
merupakan kepercayaan atau opini terhadap orang-orang, obyek atau suatu
ide. Setiap orang memiliki opini atau kepercayaan yang berbeda terhadap
suatu obyek atau ide. Sikap adalah reaksi atas penilaian suka atau tidak
10
suka terhadap sesuatu atau seseorang yang ditunjukkan melalui
kepercayaan, perasaan atau kecenderungan bertingkah laku.
3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas,
juga diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.
4. Jenis kelamin
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki
dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan
5. Pekerjaan
Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi
kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau
penghasilan.
b. Faktor pendukung (Enabling) yang mencakup:
1. Tingkat Pendapatan
Jumlah pendapatan ibu dan keluarga setiap bulannya yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga setiap bulannya.
2. Ketercapaian pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi
11
3. Ketersediaan sarana dan prasarana
Tersedianya semua fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan
suatu pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat.
c. Faktor pendorong (Reinfonsing) pula mencakup:
1. Keluarga
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya
selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal
bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga.
2. Lingkungan
Sesuatu yang berada di luar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan
adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh
timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat.
3. Sosial budaya
Segala sesuatu yag berkaitan dengan tata nilai yang ada pada masyakat,
yang mana di dalamnya terdapat pernyataan mengenai poin intelektual dan
juga nilai artistik yang dapat di jadikan sebagai ciri khas yang ada pada
masyarakat itu sendiri.
4. Petugas kesehatan
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan
kesehatan
12
2.3 Mulut
Rongga mulut yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis
oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding
bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari
pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh
membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi.
Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun
di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir
pada bagian bibir (Tortora et al., 2009).
Pengertian Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas
dalam proses pencernaan makanan, sehingga makanan menjadi kecil dan
memungkinkan untuk di telan. Mulut juga dapat menghaluskan makanan karena
di dalam Mulut terdapat Gigi dan Lidah. Gigi menghancurkan makanan,
sedangkan lidah berfungsi untuk membolak-balik makanan agar semua makanan
di hancurkan secara merata. Selain melakukan pencernaan secara mekanis di
dalam mulut juga terjadi pencernaan secara kimiawi, pencernaan secara kimiawi
di mungkinkan karena didalam rongga mulut juga terdapat air ludah yang
mengandung air, lendir dan Enzim Ptialin. Air dan lendir membantu dalam
melumasi rongga mulut serta membantu dalam proses menelan sementara Enzim
Ptialin mengubah amilum menjadi karbohidrat yang lebih sederhana yaitu maltose
(Ravel dalam Radiah, 2013)
2.4 Gigi
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak
vertebrata. Mereka memiliki struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka
untuk melakukan banyak tugas. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan
mengunyah makanan dan pada beberapa hewan, terutama karnivora, sebagai
senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur pelindung yang
disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi
menciut dan dentin terdeposit di tempatnya (Herawati, 2003)
13
Gigi merupakan bagian paling membedakan di jenis mamalia yang berbeda,
dan salah satu yang bisa menjadi fosil dengan baik. Paleontologis
menggunakannya untuk mengidentifikasi jenis fosil dan seringkali hubungan di
antaranya. Bentuk gigi berhubungan dengan jenis makanan hewan tersebut.
Misalnya herbivora memiliki banyak gigi geraham untuk mengunyah karena
rumput sulit untuk dicerna. Karnivora membutuhkan taring untuk membunuh dan
merobek, dan karena daging mudah untuk dicerna, maka mereka dapat menelan
makanan tersebut tanpa membutuhkan geraham untuk mengunyah makanan
tersebut terlebih dahulu (Djaya, dalam Yanuaris, 2011).
Manusia memiliki dua buah perangkat gigi, yang akan tampak pada periode
kehidupan yang berbeda. Perangkat gigi yang tampak pertama pada anak-anak
disebut gigi susu atau deciduous teeth. Perangkat kedua yang muncul setelah
perangkat pertama tanggal dan akan terus digunakan sepanjang hidup, disebut
sebagai gigi permanen. Gigi susu berjumlah dua puluh empat buah yaitu : empat
buah gigi seri (insisivus), dua buah gigi taring (caninum) dan empat buah geraham
(molar) pada setiap rahang. Gigi permanen berjumlah tiga puluh dua buah yaitu :
empat buah gigi seri, dua buah gigi taring, empat buah gigi premolar, dan enam
buah gigi geraham pada setiap rahang. Gigi susu mulai tumbuh pada gusi pada
usia sekitar 6 bulan, dan biasanya mencapai satu perangkat lengkap pada usia
sekitar 2-3 tahun. Gigi susu akan secara bertahap tanggal selama masa kanak-
kanak dan akan digantikan oleh gigi permanen (Susanto, 2007).
Pada bagian gigi manusia terstruktur/tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni
(Radiah, 2013):
a. Email
Email adalah jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat
yang sangat keras yang berada di bagian paling luar gigi manusia.
b. Tulang Gigi (dentin)
Tulang merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah email yang
dibentuk dari zat kapur.
c. Rongga Gigi (pulpa)
Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler
dan serabut-serabut syaraf.
14
d. Semen / Sementum
Semen merupakan bagian dari akar gigi yang berdampingan/berbatasan
langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh
2.5 Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan mulut dan gigi pada saat ini masalah utama kesehatan gigi dan
mulut anak di indonesia adalah karies dan penyakit periodental. Kebersihan mulut
dan gigi didefinisikan untuk mempertahankan atau usaha penjagaan kebersihan
serta kesehatan mulut dan gigi dengan menggosok gigi dan flossing untuk
membantu lebih lanjut dalam mengangkat plak diantara gigi untuk mengurangi
inflamasi gusi dan infeksi (Potter, 2005).
Gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisinya bahan
organik dan airnya sedikit sekali, sebagian besar terdiri dari bahan anorganik
sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindung dan
basah oleh air liur (Depkes, 2004).
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit (Melda, 2009)
Vertikal dari arah gusi ke ujung gigi, untuk rahang atas dari atas ke bawah.
Untuk rahang bawah ka atas. Bagian luar, dalam dan permukaan gigi yang untuk
mangunyah disikat dengan teliti, tidak usah terlalu keras, tapi mantap. Gusi yang
Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) terdiri atas dua komponen yaitu skor
debris dan skor kalkulus dengan skala masing-masing komponen 0-3. Enam
permukaan gigi yang diperiksa adalah permukaan bukal/labial gigi molar 1 kanan
atas permanen, insisivus 1 kanan atas permanen, molar 1 kiri atas permanen, gigi
15
insisivus 1 kiri bawah permanen dan permukaan lingual gigi molar 1 kiri dan
kanan bawah permanen. Bila gigi molar 1 tidak ada digantikan oleh gigi molar 2
dan 3, sedangkan bila gigi insisivus yang menjadi gigi indek tidak ada maka
digantikan oleh gigi insisivus 1 di sebelah midline. Permukaan gigi yang
berkurang tingginya karena karies atau trauma tidak digunakan sebagai gigi
indeks. Paling sedikit ada dua permukaan gigi indeks untuk tiap individu harus
ada. Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, makanan yang bersifat
membersihkan gigi yang dapat mengurangi kerusakan gigi seperti apel, jambu air,
bengkuang dan lain sebagainya, sebaliknya makanan yang manis, lunak dan
melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen dan coklat, walaupun air
ludah dan lidah merupakan pembersih alamiah terhadap gigi tapi pelekatan
permen sukar dibersihkan oleh pembersih alamiah ini terlebih pada fisur atau
celah antara gigi (Alhamda, 2011).
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
Menurut Radiah (2013) pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
merupakan tindakan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut agar terhindar
dari penyakit gigi dan mulut. Tindakan-tindakan tersebut berupa:
1. Mengurangi konsumsi makanan kariogenik,
2. Banyak mengonsumsi sayur dan buah,
3. Menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur
4. Kunjungan rutin kedokter gigi setiap 6 bulan sekali.
16
Berdasarkan teori Blum dalam Anitasari (2005), status kesehatan gigi dan
mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu
keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan
kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang
penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Di samping
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat
juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.
2.7 Kerangka Teoritis
Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas
yaitu menurut Teori Green dalam Notoadmodjo (2007)
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Kebersihan Gigi dan
Mulut
Faktor Presdissposising
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Tindakan
4. Jenis kelamin
5. Pekerjaan
Faktor Reinfonsing
1. Keluarga
2. Lingkungan
3. Sosial Budaya
4. PetugasKesehatan
Faktor Enabling
1. Tingkat pendapatan
2. Ketercapaian pelayanan
kesehatan
3. Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
17
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Kebersihan Gigi dan
Mulut
Predisposising
1. Pengetahuan
2. Sikap
Reinfoncing
Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Enabling
Dukungan Keluarga
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey yang bersifat analitik
dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti
pada saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2005), yang
bertujuan untuk mengetahui Hubungan faktor Predisposising, Enabling dan
Reinfoncing dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 4-16 Desember tahun
2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mayarakat yang berobat di
Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
berjumlah 103 orang.
18
19
3.3.2 Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), cara pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah dengan rumus slovin sebagai berikut:
Keterangan: N : Populasi Penelitian
n : Sampel penelitian
d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)
n =
n =
n =
n =50,7 digenapkan menjai 51
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 51 responden.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling. Accidental
sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental (accidental) dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sehingga dalam teknik
sampling di sini peneliti mengambil responden pada saat berkunjung ke
Puskesmas Uteun Pulo.
103
1+103 (0,1)²
103
1+103(0,01)
103
2,03
20
3.4 Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk
mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.
2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul
dan diberi kode.
3. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam
komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.
4. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan
dalam bentuk tabel.
3.5 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui
wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah
disusun sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
21
3.6 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Independent
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pengetahuan Wawasan
masyarakat
tentang cara
menyikat gigi
yang baik
dan benar
Wawancara
Kuisioner
1. Baik
2. Tidak
Baik
Ordinal
2. Sikap Reaksi atau
respon
masyarakat
tentang cara
menyikat gigi
yang baik dan
benar
Wawancara
Kuisioner
1. Baik
2. Tidak
Baik
Ordinal
3. Ketersediaan
Sarana dan
Prasarana
Adanya
tersedia
peralatan yang
lengkap di
puskesmas
untuk
melakukan
pemeriksaan
keberssihan
gigi dan mulut
pasien
Wawancara
Kuisioner
1.Ada
2. Tidak
Ada
Ordinal
4 Dukungan
Keluarga
Adanya
dukungan
keluarga
terhadap
kebersihan
gigi dan mulut
Wawancara
Kuisioner
1.Mendukung
2. Tidak
Mendukung
Ordinal
Variabel Independen
Kebersihan
gigi dan
mulut
Kebersihan
gigi dan
mulut dari
plah atau
penyakit gigi
dan mulut
Rekam
medis
Pemeriksaan 1. Bersih
2. Tidak
Bersih
Ordinal
22
3.7 Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).
1. Pengetahuan
Baik: jika responden mendapat skor nilai > 3
Tidak Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 3
2. Sikap
Baik: jika responden mendapat skor nilai > 3
Tidak Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 3
3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Ada: jika responden mendapat skor nilai > 2
Tidak Ada: jika responden mendapat skor nilai ≤ 2
4. Dukungan Keluarga
Mendukung: jika responden mendapat skor nilai > 2
Tidak Mendukung: jika responden mendapat skor nilai ≤ 2
5. Kebersihan Gigi dan Mulut
Bersih: jika hasil pemeriksaan rekam medis menyatakan bersih
Tidak Bersih: jika hasil pemeriksaan rekam medis menyatakan tidak
bersih
23
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,
2001).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected
(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS
untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga
disimpulkan ada hubungan yang bermakna.
Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:
1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah fisher`s test,
2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty
Corection,
3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka
digunakan uji pearson Chi-square.
24
4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik ,
misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk
mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua jenis ini
jarang digunakan.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian
UPTD Puskesmas Uteun Pulo merupakan satu-satunya Puskesmas yang ada
di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Lokasi UPTD di Pingir
Jalan Nasional Jeuram – Beutong Gampong Blang Panyang. Transportasi antar
wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa sebagian besar sudah
beraspal dan mudah di jangkau dengan sarana transportasi dan Empat Desa
Seberang Sugai yang Masih mengunakan Rakit Yaitu : Kila, Kandeh,Blang
Tengku dan Blang Lango.
4.1.1 Data Geografi
Secara geografi Kecamatan Seunagan Timur berbatas dengan Kecamatan
Lainnya :
1. Utara berbatasan dengan Kecamatan Pante Cermen
2. Selatan berbatas dengan Kecamatan Seunagan
3. Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong serta
4. Barat berbatasan dengan Kecamatan Meurebo
4.1.2 Data Demografi
Luas wilayah Kecamatan Seunagan Timur secara keseluruhan adalah 14761
Km terdiri dari 34 desa terdiri atas 4 Kemukiman yaitu:
25
26
Tabel 4.1 Data Penduduk Per Desa dalam wilayah Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Bulan
Desember Tahun 2014 adalah Sbb:
N
O NAMA DESA
JUMLAH
KK
PENDUDUK JUMLA
H LK PR
1. Blang Ara Gampong 105 187 194 381
2. Blang Ara Keude 135 279 253 532
3. Blang Bayu 151 231 268 499
4. Blang Langoe 45 37 37 74
5. Blang Panyang 177 353 329 682
6. Blang Preh 94 150 167 317
7. Blang Teungku 62 24 29 53
8. Blang Geudong 96 143 143 286
9. Cot Dirui 16 26 31 57
10 Cot Gud 199 335 342 678
11. Cot Manyang 83 165 150 315
12. Cot Punti 76 117 131 248
13. Cot Teuku Dek 26 53 48 101
14. Ie Beudoh 176 313 336 649
15. Kabu Baroh 80 131 147 278
16. Kabu Tunong 218 358 387 745
17. Kandeh 47 87 82 169
18. Keude Linteung 205 349 393 742
19. Keude Neulop 108 154 199 353
20. Kila 58 49 68 117
21. Krueng Kulu 105 186 182 368
22. Lhok Mesjid 205 363 373 736
23. Lhok Pange 139 222 250 472
24. Meugatmeh 110 176 201 377
25. Meurandeh Suak 105 183 182 365
26. Mon Bateung 165 292 308 600
27. Paya 64 94 126 220
28. Peleukung 125 211 198 409
29. Pulo Teungoh 67 102 101 203
30. Sapeng 106 186 207 393
31. Sawang Mane 107 190 230 420
32. Suak Perbong 92 171 169 340
33. Tuwi Meleusong 31 19 16 35
34. Uteun Pulo 278 393 419 812
J U M L A H 3.856 6.329 6.697 13.026
Sumber: Puskesmas Uteun Pulo, 2015
27
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Responden
1. Umur Responden
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
NO Umur Responden Frekuensi %
1 15-20 Tahun 16 31,4
2 21-25 Tahun 11 21,6
3 26-30 Tahun 9 17,6
4 31-35 Tahun 5 9,8
5 36-40 Tahun 7 13,7
6 > 40 Tahun 3 5,9
Total 51 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2 di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berumur 15-20 tahun adalah sebanyak 16 orang (31,4%), sedangkan responden
terendah yang berumur >40 tahun adalah sebanyak 3 orang (5,9%).
2. Pendidikan
Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan responden dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
NO Pendidikan Frekuensi %
1 SD 6 11,8
2 SMP 14 27,5
3 SMA 18 35,3
4 Perguruan Tinggi 13 25,5
Total 51 100
Sumber: data primer 2015
28
Berdasarkan tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang
berpendidikan SMA sebanyak 18 orang (35,3%) dan responden terendah yang
berpendidikan SD sebanyak 6 orang (11,8%).
3. Jenis Kelamin
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas
Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 15 29,4 2 Perempuan 36 70,6
Total 51 100 Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa responden yang berjenis
kelamin laki-laki adalah sebanyak 15 responden (29,4%), sedangkan responden
yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 36 responden (70,6%).
4. Pekerjaan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel pekerjaan dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Pengetahuan Frekuensi %
1 Tidak Bekerja 10 20,6
2 Wiraswasta 15 29,4 3 Swasta 10 20,6 4 PNS 15 29,4
Total 51 100 Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi adalah
yang bekerja sebagai Wiraswasta dan PNS adalah masing-masing sebanyak 15
29
orang (29,4%), sedangkan responden yang terndah adalah yang bekerja sebagai
sawasta dan tidak bekerja, masing-masing adalah sebanyak 10 orang (20,6%).
4.2.2 Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel pengetahuan
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden
dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas
Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 15 29,4
2 Tidak Baik 36 70,6 Total 51 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor
pengetahuan baik adalah sebanyak 15 orang (29,4%), sedangkan responden yang
faktor pengetahuan tidak baik adalah sebanyak 36 orang (70,6%).
2. Sikap
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel sikap dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut dibawah ini:
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan sikap Responden dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Sikap Frekuensi %
1 Baik 17 33,3 2 Tidak Baik 34 66,7
Total 51 100 Sumber: data primer 2015
30
Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor
sikap baik adalah sebanyak 17 orang (33,3%), sedangkan responden yang faktor
sikap tidak baik adalah sebanyak 34 orang (66,7%).
3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel ketersediaan
sarana dan parasarana dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan
Prasarana dengan Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di
Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya. NO Ketersediaan Sarana dan Prasarana Frekuensi %
1 Ada 17 33,3
2 Tidak Ada 34 66,7 Total 51 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor
ketersediaan sarana dan prasarana ada adalah sebanyak 17 orang (33,3%),
sedangkan responden yang faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada
adalah sebanyak 34 orang (66,7%),
4. Dukungan Keluarga
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel dukungan
keluarga dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini:
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Dukungan Keluarga Frekuensi %
1 Mendukung 20 39,2
2 Tidak Mendukung 31 60,8 Total 51 100
Sumber: data primer 2015
31
Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor
dukungan keluarganya mendukung adalah sebanyak 20 orang (39,2%), sedangkan
responden yang faktor dukungan keluarganya tidak mendukung adalah sebanyak
31 orang (60,8%).
5. Kebersihan Gigi dan Mulut
Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel kebersihan gigi
dan mulut dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut dibawah ini:
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya. NO Kebersihan Gigi dan Mulut Frekuensi %
1 Bersih 17 33,3 2 Tidak Bersih 34 66,7
Total 51 100 Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.10 dapat di ketahui bahwa responden yang faktor
kebersihan gigi dan mulutnya bersih adalah sebanyak 17 orang (33,3%),
sedangkan responden yang faktor kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih
adalah sebanyak 34 orang (66,7%).
4.2.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.
32
a. Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Tabel 4.11. Pengetahuan yang berhubungan dengan Kebersihan Gigi dan
Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Pengetahuan Kebersihan Gigi dan Mulut Total
Bersih Tidak Bersih Pvalue OR
f % f % f %
Baik 10 66,7 5 33,3 15 100 0,003 8,2
Tidak Baik 7 19,4 29 80,6 36 100
Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 15 responden yang faktor
pengetahuan baik, sebanyak 10 orang (66,7%) yang kebersihan gigi dan mulutnya
bersih dan sebanyak 5 orang (33,3%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak
bersih. Sedangkan dari 36 responden yang faktor pengetahuan baik, sebanyak 7
orang (19,4%) yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 29 orang
(80,6%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kebersihan gigi dan
mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarakan hasil OR 8,2 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki pengetahuan baik akan berpeluang sebanyak 8,2 kali memiliki
keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan responden yang
pengetahuannya tidak baik.
33
b. Hubungan Faktor Sikap dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Tabel 4.12. Sikap yang berhubungan dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya. Sikap Kebersihan Gigi dan Mulut Total Bersih Tidak Bersih Pvalue OR
f % f % f %
Baik 10 58,8 7 41,2 17 100 0,016 5,5
Tidak Baik 7 20,6 27 79,4 34 100
Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 17 responden yang faktor
sikap baik, sebanyak 10 orang (58,8%) yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih
dan sebanyak 7 orang (41,2%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.
Sedangkan dari 34 responden yang faktor sikap baik, sebanyak 7 orang (20,6%)
yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 27 orang (79,4%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,016 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,016 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kebersihan gigi dan mulut
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarakan hasil OR 5,5 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki sikap baik akan berpeluang sebanyak 5,5 kali memiliki
keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan responden yang sikapnya
tidak baik.
34
c. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Kebersihan Gigi dan
Mulut
Tabel 4.14. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang berhubungan dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Dukungan Kebersihan Gigi dan Mulut Total
Keluarga Bersih Tidak Bersih Pvalue OR
f % f % f %
Mendukung 11 55,0 9 45,0 20 100 0,020 5,0
Tidak Mendukung 6 19,4 25 80,6 31 100
Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 20 responden yang faktor
dukungan keluarganya mendukung, sebanyak 11 orang (55,0%) yang kebersihan
gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 9 orang (33,3%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 31 responden yang faktor dukungan
keluarga tidak mendukung, sebanyak 6 orang (19,4%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya bersih dan sebanyak 25 orang (80,6%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,020 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,020 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan kebersihan
gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarakan hasil OR 5,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki dukungan keluarga mendukung akan berpeluang sebanyak 5,0
kali memiliki keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan responden
yang dukungan keluarga tidak mendukung.
35
d. Hubungan Faktor Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut
Tabel 4.13. Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang berhubungan dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Ketersediaan Kebersihan Gigi dan Mulut Total
Sarana dan Bersih Tidak Bersih Pvalue OR
Prasarana f % f % f %
Ada 11 64,7 6 35,3 17 100 0,002 8,5
Tidak Ada 6 17,6 28 82,4 34 100
Jumlah 17 33,3 34 66,7 51 100
Sumber : data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 17 responden yang faktor
ketersediaan sarana dan prasarana ada, sebanyak 11 orang (64,7%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 6 orang (35,3%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 34 responden yang
faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada, sebanyak 6 orang (17,6%)
yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 28 orang (82,4%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor ketersediaan sarana dan parasarana
dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun
Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarakan hasil OR 8,5 dapat disimpulkan bahwa responden yang
merasa memiliki ketersediaan sarana dan parasarana ada akan berpeluang
sebanyak 8,5 kali memiliki keberihan gigi dan mulut bersih dibandingkan dengan
responden yang ketersediaan sarana dan parasarana tidak ada.
36
4.3 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Hubungan Faktor Predisposising, Enabling dan Reinfoncing dengan Kebersihan
Gigi dan Mulut Masyarakat di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
variabel independen yaitu variabel Predisposising, (pengetahuan, sikap), Enabling
(ketersediaan sarana dan prasarana, dan Reinfoncig (dukungan keluarga), dengan
variabel dependen yaitu kebersihan gigi dan mulut.
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Gigi dengan Kebersihan Gigi dan
Mulut
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
signifikan antara pengetahuan dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya, dimana dari 15 responden yang faktor pengetahuan baik, sebanyak
10 orang (66,7%) yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 5 orang
(33,3%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 36
responden yang faktor pengetahuan baik, sebanyak 7 orang (19,4%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 29 orang (80,6%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,003 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,003 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan kebersihan gigi dan
mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
37
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang berpengetahuan baik dan kebersihan gigi dan mulutnya bersih
karena mereka mengetahui pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut, selain
itu juga mereka tahu cara menjaga kebersihan gigi dan mulut degan baik.
Sedangkan responden yang pengetahuan baik akan tetapi kebersihan gigi dan
mulutnya tidak bersih karena sebenarnya mereka mengetahui tentang kebersihan
gigi dan mulut akan tetapi mereka tidak menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
dengan baik.
Selanjutnya responden yang pengetahuannya tidak baik dan memiliki
kebersihan gigi dan mulut tidak bersih karena mereka tidak mengetahui
bagaimana cara menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga mereka tidak dapat
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik. Sedangkan responden yang
pengetahuannya tidak baik akan tetapi kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena
tanpa mereka sadari mereka telah menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu
dengan rajin menyikat gigi secara rutin setiap harinya.
Menurut Fitriani (2011) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga.
Hal ini ssesuai dengan hasil penelitian Maysaroh (2010) Penelitian pada
140 responden, menemukan bahwa ada 109 responden yang memiliki
pengetahuan baik dengan dengan perilaku baik sebanyak 58 responden (53,2%),
38
dan sisanya 51 orang (46,8%) dengan perilaku kurang baik. Responden dengan
pengetahuan kurang baik ada 31 orang dengan perilaku baik sebanyak 14 orang
(45,2%) dan sisanya 17 orang (54,8%) yang memiliki perilaku kurang baik. Hasil
dari uji Chi-Square menemukan tidak adanya hubungan antara pengetahuan
tentang kebersihan gigi dan mulut terhadap perilaku menyikat gigi pada anak usia
sekolah (p 0,562 > 0,05).
4.3.2 Hubungan Sikap dengihan Gigi dengan Kebersihan Gigi dan Mulut
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
signifikan antara sikap dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya,
dimana dari 17 responden yang faktor sikap baik, sebanyak 10 orang (58,8%)
yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 7 orang (41,2%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 34 responden yang
faktor sikap baik, sebanyak 7 orang (20,6%) yang kebersihan gigi dan mulutnya
bersih dan sebanyak 27 orang (79,4%) yang kebersihan gigi dan mulutnya tidak
bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,016 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,016 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kebersihan gigi dan mulut
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang sikap baik dan kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena
39
mereka mengetahui selalu menyikat gigi dengan rutin yaitu 2 kali sehari sehabis
makan dan makan makanan yang baik bagi kesehatn gigi dan mulut. Sedangkan
responden yang sikapnya baik akan tetapi kebersihan gigi dan mulut tidak bersih
karena mereka terkadang tiak menjaga makanan yang baik bagi kesehatan gigi
dan mulut.
Selanjutnya responden yang sikap tidak baik dan memiliki kebersihan
gigi dan mulut tidak bersih karena mereka menjaga makan makanan yang tidak
baik bagi kesehatan gigi dan mulut, selain itu mereka juga jarang melakukan sikap
gigi secara rutin setiap harinya. Sedangkan responden sikapnya tidak baik dan
memiliki kebersihan gigi dan mulut bersih karena mereka tidak suka makan
makanan yang manis-manis.
Sikap merupakan suatu reaksi atu respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulu atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan
kononitas adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaki yang bersifat emosinal terhadap stimulus
sosial (Notoatmojo, 2003).
Hasil penelitian Tjahja dan Lely (2005) didapat bahwa hasil penelitian
didapatkan nilai OHIS (Oral Hygiene Indeks Simplified) berkisar antara 1,07-1,98
yang termasuk kategori sedang atau cukup. Rata-rata pengetahuan dan sikap
responden tentang kesehatan gigi juga cukup baik yaitu 97,5. Dapat disimpulkan
bahwa kebersihan gigi dan mulut ada hubungannya dengan pengetahuan dan sikap
responden.
40
4.3.3 Hubungan Ketersediaan Sarana dan Prasarana dengihan Gigi dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
signifikan antara ketersediaan sarana dan parasarana dengan kebersihan gigi dan
mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 17 responden yang faktor
ketersediaan sarana dan prasarana ada, sebanyak 11 orang (64,7%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 6 orang (35,3%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 34 responden yang
faktor ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada, sebanyak 6 orang (17,6%)
yang kebersihan gigi dan mulutnya bersih dan sebanyak 28 orang (82,4%) yang
kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,002 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,002 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor ketersediaan sarana dan parasarana
dengan kebersihan gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun
Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden memiliki sarana dan prasarana ada dan memiliki kebersihan gigi dan
mulut bersih karena mereka selalu memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada
untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut seperti rutin menyikat gigi da rutin
memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnyan ke puskesmas atau tenaga kesehatan
yang ada. Sedangkan responden yang ketersediaan sarana dan prasarana tidak ada
dan kebersihan gigi dan mulutnya tidak bersih karena mereka tidak memanfaatkan
41
sarana dan prasarana yang ada dengan baik seperti jarang melakukan pemeriksaan
gigi dan mulut, jarang menyikat gigi sehingga gigi dan mulutnya tidak bersih.
Selanjutnya responden yang ketersediaan sarana dan parasarananya tidak
ada dan kebersihan gigi dan mulut tidak bersih karena mereka tidak menjaga
makanan dan jarang melakukan sikat gigi dan tidak memeriksakan kebersihan gigi
dan mulut secara rutin karena jarak tempat tinggal yang jauh dari puskesmas,
sehingga hanya datang pada saat gigi dan mulutnya megalami masalah.
Sedangkan responden ketersediaan sarana dan parasarana tidak ada akan tetapi
kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena walaupun jarak rumah mereka jauh
dari puskesmas akan tetapi mereka rutin memeriksakan kebersihan gigi dan mulut
selama 2 bulan sekali.
Ketersediaan sarana dan parasarana ada tersedianya semua fasilitas
kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pemeriksaan kesehatan bagi
masyarakat (Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian Andayasari (2014) didapat analisis menunjukan adanya
hubungan antara ketersediaan peralatan kesehatan gigi dan mulut dengan kegiatan
penambalan dan pencabutan gigi OR 0,62; (0,41-094) dan p value 0,024. Adanya
hubungan yang bermakna antara adanya kegiatan pelayanan tambal dan cabut gigi
dengan kelengkapan alkes dan obat untuk poli gigi di Puskesmas serta terdapat
hubungan yang bermakna antara kegiatan pelayanan tambal dan cabut gigi dengan
ada-tidaknya program UKGMD di Puskesmas.
42
4.3.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengihan Gigi dengan Kebersihan Gigi
dan Mulut
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan
signifikan antara Dukungan Keluarga dengan kebersihan gigi dan mulut
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 20 responden yang faktor dukungan
keluarganya mendukung, sebanyak 11 orang (55,0%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya bersih dan sebanyak 9 orang (33,3%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya tidak bersih. Sedangkan dari 31 responden yang faktor dukungan
keluarga tidak mendukung, sebanyak 6 orang (19,4%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya bersih dan sebanyak 25 orang (80,6%) yang kebersihan gigi dan
mulutnya tidak bersih.
Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,020 dan ini lebih
kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,020 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat
hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan kebersihan
gigi dan mulut masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa
responden yang dukungan keluarganya mendukung dan kebersihan gigi dan
mulutnya bersih karena mereka selalu mendapatkan pemberitahuan atau di
ingatkan oleh keluarga untuk menyikat gigi dan menjaga makanan yang sehat
untuk kebersihan gigi danmulut. Sedangkan responden yang dukungan
keluarganya mendukung dan kebersihan gigi dan mulutnyatidak bersih karena
43
mereka tidak mendengarkan apa yang diingatkan oleh keluarga seperti rutin
menyikat gigi dan menjaga makanan.
Selanjutnya responden yang dukungan keluarganya tidak mendukung dan
kebersihan gigi dan mulut responden tidak bersih karena mereka tidak
mendapatkan perhatian atau tidak diingatkan bila mereka makanan makanan yang
manis-manis dan saat mereka lupa menyikat gigi setelah makan atau pada saat
akan tidur. Sedangkan responden yang dukungan keluarganya tidak mendukung
akan tetapi kebersihan gigi dan mulutnya bersih karena mereka selalu menjaga
sendiri jadwal menyikat gigi dan menjaga sendiri makanan yang tidak baik bagi
kesehatan gigi dan mulut.
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu
ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama
dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga (Lestari, 2012).
Hasil penelitian Halim (2011) didapat bahwa terhadap hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga yaitu orang tua dengan kebersihan gigi dan
mulut.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Pengetahuan dengan
kebersihan gigi dan mulut (Pvalue = 0,003 < α = 0,05)
2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kebersihan
gigi dan mulut (Pvalue = 0,016 < α = 0,05)
3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Ketersediaan Sarana dan
Prasarana dengan kebersihan gigi dan mulut (Pvalue = 0,002 < α = 0,05)
4. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Dukungan Keluarga
dengan kebersihan gigi dan mulut (Pvalue = 0,020 < α = 0,05)
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Uteun Pulo khusunya bagian Gigi dan
Mulut agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya
tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dan cara menjaga kebersihan gigi
dan mulut dengan baik
2. Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan Nagan Raya khusunya pada
bagaikan kesehatan lingkungan agar dapat lebih mensosialisasikan masalah
kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat luas.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian yang
sama akan tetapi dengan variabel dan analisis data yang berbeda.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Alhamda. 2011. Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun di Sekolah Dasar
Negeri Kota Bukittinggi) Dental and Oral Hygiene Status with Dental
Caries Status (Study in Student Age Group 12 Years in Elementary School
City of Bukittinggi) Jurusan Keperawatan Gigi, Politeknik Kesehatan
Padang
Anitasari. 2005. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Kebersihan Gigi dan
Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kodamadya
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 38
(2) Hal: 88-90. Universitas Mulawarman.
Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Budiarto. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: EGC
Herawati D. 2004. Mengenali Halitosis Patologis Berdasarkan Lokasi Asal untuk
Keberhasilan Perawatan Mal-odor Oral. Majalah Ceramah Ilmiah FKG
UGM Yogyakarta.
I Gede. 2013. Hubungan Pengetahuan Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Status
Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sma Negeri 9 Manado. skripsi
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Indry W, Christy NM, Paulina G. 2013. Pengalaman karies gigi serta pola makan
dan minum pada anak sekolah dasar di desa kiawa kecamatan kawangkoan
utara. Manado. Jurnal e-GiGi: 1(1).
Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat (Ilmu dan Seni), Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoadmotjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta
: Jakarta.
Notoatmodjo, S, (2003) Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset: Yogyakarta.
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley.
45
46
Tjahja dan Lely. 2005. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan
Pengetahuan dan Sikap Responden di Beberapa Puskesmas di Propinsi Jawa
Barat. Jurnal Kesehatan. Vol 15 No. 4.
Warni. 2009. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi
dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan Delitua
kabupaten Deli Serdang tahun 2009. Tesis. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Yanuaris. 2011. Volatile sulfur compounds sebagai penyebab halitosis Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
47
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : HERLINA SARI
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Blang Teungku, 15 Desember 1993
Agama : Islam
Alamat Rumah : Gampong Blang Panyang Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya
Orang, Tua/Wali
Ayah : Hasan Basri (Alm)
Ibu : Syarwani
B. Pendidikan Formal
1999-2005 : SD Negeri Uteun Pulo
2005-2008 : SMP Negeri 2 Seunagan Timur
2008-2011 : SMA Negeri 2 Seunagan
2011-2016 : Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
Peminatan Epidemiologi Universitas Teuku Umar
Meulaboh
48
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISING, REINFONCING DAN
ENABLING DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
UTEUN PULO KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA
I. Karakteristik Responden
No Responen :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
II. Pengetahuan
No Pertanyaan
1 Jika banyak mengkonsumsi makanan kariogenik akan mempengaruhi
kebersihan gigi dan mulut
a. Ya
b. Tidak
2 Memeriksakan gigi dan mulut ke dokter selama 6 bulan sekali
a. Yaa
b. Tidak
3 Jika tidak rutin menyikat gigi akan menyebabkan gigi berlubang
a. Ya
b. Tidak
4 Menyikat gigi adalah cara untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut
a. Ya
b. Tidak
5 OHI-S terdiri dari 2 komponen
a. Ya
b. Tidak
6 Status kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh
a. 4 faktor
b. 1 faktor
49
III. Sikap
No Pertanyaan
1 Anda setuju dengan saran dokter untuk menyikat gigi dan mulut
sebanyak 2 kali sehari
a. Ya
b. Tidak
2 Anda setuju bahwa menyikat gigi dan mulut merupakan cara menjaga
kebersihan gigi dan mulut
a. Ya
b. Tidak
3 Anda setuju bahwa menyikat gihi dan mulutb harus dilakukan kesemua
bagian gigi
a. Ya
b. Tidak
4 Anda setuju untuk menyikat gigi hanya pada pagi hari saja
a. Ya
b. Tidak
5 Anda setuju bahwa menyikat gigi dan mulut disertai dengan bahan
kumur
a. Ya
b. Tidak
6 Anda setuju menyikat gigi dan mulut harus menggunakan sikat gigi
yang keras
a. Ya
b. Tidak
50
IV. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
No Pertanyaan
1 Peralatan di Puskesmas lengkap jika anda memeriksakan kebersihan gigi
dan mulut
a. Ya
b. Tidak
2 Perawat atau petugas di ruang gigi dan muluit selalu siap melakukan
pemeriksaan setiap pasien datang
a. Ya
b. Tidak
3 Apakah anda meras alat yang ada di puskesmas sudah lengkap
khususnya di ruangan gigi dan mulut
a. Ya
b. Tidak
4 Pelayanan petugas sangat baik pada saat anda memeriksakan kebersihan
gigi dan mulut
c. Ya
d. Tidak
V. Dukungan Keluarga
No Pertanyaan
1 Keluarga anda selalu mengingatkan anda untuk menyikat gigi setelah
makan
a. Ya
b. Tidak
2 Keluarga anda selalu melarang anda makan makanan yang manis-manis
a. Ya
b. Tidak
3 Keluarga anda selalu menyiapkan obat kumur di rumah untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut
a. Ya
b. Tidak
4 Keluarga anda selalu menyiapkan makanan yang baik bagi kesehatan
dan kebersihan gigi dan mulut
a. Ya
b. Tidak
51
TABEL SKOR
NO Variabel yang
diteliti
No. urut
pertanyaan
Bobot Skor Rentang
a b
1 Pengetahuan 1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Baik : > 3
Tidak Baik: ≤ 3
2 Sikap 1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Baik : > 3
Tidak Baik: ≤ 3
3 Ketersediaan
Sarana dan
Prasarana
1
2
3
4
1
1
1
1
0
0
0
0
4 - 0
= 2
2
Ada : > 2
Tidak Ada: ≤ 2
4 Dukungan
Keluarga
1
2
3
4
1
1
1
1
0
0
0
0
4 - 0
= 2
2
Ada : > 2
Tidak Ada: ≤ 2
5 Kebersihan Gigi
dan Mulut
Bersih: jika hasil pemeriksaan
menyatakan gigi dan
mulut bersih
Kurang Bersih: jika hasil
pemeriksaan menyatakan
gigi dan mulut kurang
bersih
52
KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
No Nama Bersih Tidak Bersih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
53
37
38
39
40
41
42
No Nama Bersih Tidak Bersih
43
44
45
46
47
48
49
50
51
54
TABEL SKOR
NO Variabel yang
diteliti
No. urut
pertanyaan
Bobot Skor Rentang
a b
1 Pengetahuan 1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Baik : > 3
Tidak Baik: ≤ 3
2 Sikap 1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Baik : > 3
Tidak Baik: ≤ 3
3 Tindakan 1
2
3
4
5
6
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
6 - 0
= 3
2
Ada : > 3
Tidak Ada: ≤ 3
4 Dukungan
Keluarga
Bersih: jika hasil pemeriksaan
menyatakan gigi dan
mulut bersih
Kurang Bersih: jika hasil
pemeriksaan menyatakan
gigi dan mulut kurang
bersih