27
Hubungan Gangguan Pernapasan dengan Mekanisme Pernapasan Avena Athalia Alim 102011031 [email protected] Pendahuluan Latar Belakang Setiap makhluk hidup termasuk tanaman pasti bernapas untuk melangsungkan kehidupannya. Meski cara bernapas dan organ pernapasan berbeda, namun tetap dibutuhkan gas-gas untuk melakukan pernapasan. Pengertian sederhana bernapas adalah menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Ternyata, pengertian sederhana saja tidak cukup untuk mengetahui segala hal tentang bernapas. Bernapas ternyata memiliki beberapa faktor seperti aliran darah, suhu, pH, dan lain-lain. Terkadang, terjadi gangguan pernapasan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah batuk dan sesak napas. Tentu batuk dan sesak napas se-tidak parah apa pun akan menyebabkan rasa tidak enak ketika bernapas. Rasa tidak enak ini dikarenakan batuk dan sesak napas tersebut mengganggu sistem pernapasan. 1

Hubungan Gangguan Pernapasan Dengan Mekanisme Pernapasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah mngenai hubungan gangguan pernapasan dengan mekanisme pernapasan

Citation preview

Albino Pada Manusia

Hubungan Gangguan Pernapasan dengan

Mekanisme Pernapasan

Avena Athalia Alim

102011031

[email protected]

Pendahuluan

Latar Belakang

Setiap makhluk hidup termasuk tanaman pasti bernapas untuk melangsungkan kehidupannya. Meski cara bernapas dan organ pernapasan berbeda, namun tetap dibutuhkan gas-gas untuk melakukan pernapasan. Pengertian sederhana bernapas adalah menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Ternyata, pengertian sederhana saja tidak cukup untuk mengetahui segala hal tentang bernapas. Bernapas ternyata memiliki beberapa faktor seperti aliran darah, suhu, pH, dan lain-lain.

Terkadang, terjadi gangguan pernapasan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah batuk dan sesak napas. Tentu batuk dan sesak napas se-tidak parah apa pun akan menyebabkan rasa tidak enak ketika bernapas. Rasa tidak enak ini dikarenakan batuk dan sesak napas tersebut mengganggu sistem pernapasan.

Tujuan

Untuk mengetahui dan mengerti hubungan gangguan pernapasan yaitu batuk dan sesak napas dengan mekanisme pernapasan.

Pembahasan

Pada kasus laki-laki berusia 25 tahun mengalami batuk dan sesak napas. Terdapat gangguan pernapasan, batuk dan sesak napas, yang menyebabkan mekanisme pernapasan terganggu.

Struktur

Fungsi keseluruhan struktur pernapasan adalah untuk menyalurkan udara dan menukarkan gas-gas dari dan ke paru-paru. Secara garis besar, struktur pernapasan dibagi menjadi dua, yaitu strutur berdasarkan histologi dan berdasarkan anatomi.

Mikroskopis

Sistem pernapasan dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi merupakan bagian yang menyalurkan udara. Sedangkan bagian respirasi merupakan bagian dimana terjadi pertukaran gas. Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Bagian respirasi meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. (Lihat Gambar 1)

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fossa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet sebelum masuk fossa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius, dan sel basal. Sel penyokong berbentuk silindris tinggi dengan bagian apex lebar dan bagian basal menyempit, mempunyai granula kuning kecoklatan. Sel olfaktorius terletak di antara sel penyokong dan sel basal, berhubungan dengan nervus I (nervus Olfaktorius). Sel basal berbentuk segitiga, merupakan reverse cell / sel cadangan yang dapat membentuk sel penyokong dan mungkin menjadi sel olfaktorius. Pada rongga hidung, setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.1 (Lihat Gambar 2)

Sinus paranasalis tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Sinus paranasalis terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid. Pada faring terdapat 3 bagian, yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofarings. Nasofarings dilapisi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, orofarings dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedangkan laringofarings epitelnya bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.1-3

Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Epitelnya adalah epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Tulang rawan hialin terdiri dari 1 tulang rawan tiroid, 1 tulang rawan krikoid, dan 2 tulang rawan aritenoid. Tulang rawan elastis terdiri dari 1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang rawan kuneiformis, dan 2 tulang rawan kornikulata.3

Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia dan kelenjar campur, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati (plika vokalis) yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.2

Pada trakea, terdapat sel bersilia, sel goblet, sel sikat I, sel sikat II, sel sekretorik bergranul, dan sel basal. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan. Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia, sedangkan yang mengandung otot disebut pars membranasea.1,2

Paru-paru ada sepasang, paru kanan terdiri dari 3 lobus (superior, medius, inferior) dan paru kiri terdiri dari 2 lobus (superior dan inferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura. Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Di antara pelura terdapat kavum pleura, yang berisi cairan serosa.1,2 (Lihat Gambar 3)

Pada bronkus, bronkus ekstrapulmonal sama dengan trakea namun diameternya lebih kecil, sedangkan bronkus intrapulmonal epitelnya epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin.1,2 (Lihat Gambar 4)

Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat torak bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.1,2

Pada bronkiolus terminalis yang merupakan akhir dari bagian konduksi, epitelnya selapis torak bersilia, tidak ada sel goblet. Pada bronkiolus respiratorius yang merupakan awal dari bagian respirasi, mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kubis dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak dijumpai.1

Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat epitel selapis gepeng dan terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.2

Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.1,2

Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan alveolus paru. Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat.

Gambar 1. Pernapasan

Sumber : Campbell et al, 1999.

Gambar 2. Epitel olfaktorius

Sumber : Internet, http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/06/epitel-olfaktori.jpg

Gambar 3. Paru-paru

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci paru-paru

Gambar 4. Bronkus sampai alveolus

Sumber : Internet, http://sectiocadaveris.files.wordpress.com/2010/06/saluran-pernapasan.jpg

Makroskopis

A. Rongga Hidung dan Nasal3 : (Lihat Gambar 5)

A.1.Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Bagian anterior septum adalah kartilago.

A.2.Naris eksternal dibatasi oleh kartilago nasal. Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung. Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi nostril.

A.3.Tulang hidung (tulang nasal) membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung. Vomer dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior septum nasal. Lantai rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan palatinum. Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribiform tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sfenoid.

B. Faring : tabung muskular yang berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui dua naris internal (koana). Pada nasofaring juga terdapat tuba Eustachius yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Pada orofaring terdapat uvula (prosesus kerucut kecil), amandel palatinum. Laringofaring mengelilingi mulut esofagus dan laring.3

C. Laring : menghubungkan faring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh sembilan kartilago.3

D. Trakea : tuba dengan panjang 10-20 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merentang dari laring dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama. Trakea dapat tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk-C. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan ekspansi esofagus.3

E. Percabangan Bronkus3 :

E.1.Bronkus primer (utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan.

E.2.Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin kecil.

E.3.Bronki disebut ekstrapulmonar sampai memasuki paru-paru, setelah itu disebut intrapulmonar.

F. Paru-Paru : paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara. Terletak dalam rongga toraks. Paru kanan memiliki tiga lobus, pasru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik (bagian dasar) terletak di atas diafragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas kerangka iga. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari paru. Paru-paru memiliki membran pembungkus yaitu pleura.4

Pembuluh darah pada pulmonal adalah arteri pulmonalis dextra, arteri pulmonal sinistra, vena pulmonalis superior, vena pulmonlais inferior, dan arteri/vena bronchiales.5

Persarafan paru lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang truncus symphaticus segmen T 1-2 atau 4 dan parasimpatik N. Vagus.5 Sedangkan otot-otot yang berperan adalah muskulus intercostalis internus dan muskulus intercostalis externus.5

Gambar 5. Bagian luar hidung

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci anatomi rongga hidung dan nasal

Mekanisme Pernapasan

Keadaan dimana tekanan udara atmosfer sama dengan tekanan udara dalam alveoli disebut tekanan intra-alveolar (intrapulmonar). Sedangkan keadaan dimana tekanan kurang dari tekanan atmosfer disebut tekanan intrapleura. Recoil adalah kemampuan paru-paru kembali ke bentuknya setelah diregangkan. Sedangkan compliance adalah kemampuan paru-paru untuk meregangkan atau mengembangkan paru-paru.3,6

A. Inspirasi dan Ekspirasi

Inspirasi adalah proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi menaikkan volume intratoraks. Selama bernapas tenang tekanan intrapleura pada permulaan inspirasi menurun dan paru-paru ditarik ke dalam posisi yang lebih mnegembang. Tekanan dalam jalan udara menjadi sedikit negatif sehingga udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, paru-paru recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi di mana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan menjadi sedikit lebih positif, dan udara mengalir keluar dari paru-paru. Ekspirasi selama pernapasan tenang adalah pasif dalam arti bahwa tidak ada otot-otot yang menurunkan volume. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.3,7

B. Volume Paru-Paru

Jumlah udara yang bergerak masuk ke dalam paru-paru dalam sekali inspirasi tenang dinamakan volume tidal (TV), nilai rata-rata = 500 ml. Udara inspirasi dengan inspirasi maksimal yang melebihi volume tidal adalah volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, VCI), nilai rata-ratanya = 3.000 ml. Volume yang dikeluarkan oleh usaha ekspirasi aktif setelah ekspirasi pasif adalah volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume, VCE), nilai rata-ratanya = 1.000 ml. Udara yang tersisa setelah ekspirasi maksimal adalah volume residu (VR), nilai rata-ratanya = 1.200 ml.6,7

Kapasitas inspirasi (KI) adalah volume maksimum udara yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi normal tenang (KI=VCI+TV). Nilai rata-ratanya = 3.500 ml. Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KRF=VCE+VR). Nilai rata-ratanya = 2.200 ml. Kapasitas vital (KV) adalah jumlah udara paling banyak yang dapat di ekspirasi setelah usaha inspirasi maksimal (KV=VCI+TV+VCE). Nilai rata-ratanya = 4.500 ml. Kapasitas paru total (KPT) adalah volume udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru (KPT=KV+VR). Nilai rata-ratanya = 5.700 ml.6 (Lihat Gambar 6)

C. Ventilasi Alveolus, Ventilasi Paru, dan Ruang Mati

Berbagai perubahan volume hanya mencerminkan satu faktor dalam penentuan ventilasi paru atau minute ventilation, yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan dalam satu menit. Faktor lain yang pentig adalah frekuensi pernapasan (kecepatan bernapas) yang rata-rata sebesar 12 kali napas per menit.6

Ventilasi paru (ml/menit) = tidal volume (ml/napas) x frekuensi pernapasan (napas/menit)

Udara di dalam saluran pernapasan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan untuk pertukaran gas disebut ruang-mati anatomi. Ventilasi alveolus adalah volume udara yang dipertukarkan antara atmosfer dan alveolus per menit dan lebih penting daripada ventilasi paru.6

Ventilasi alveolus = (tidal volume volume ruang mati) x frekuensi pernapasan

Pada pernapasan tenang, ventilasi alveolus adalah 4.200 ml/menit [(500 ml/napas 150 ml volume ruang-mati) x 12 napas/menit = 4200 ml/menit], sementara ventilasi paru adalah 6.000 ml/menit.6

Gambar 6. Grafik volume pernapasan

Sumber : Bullock, BL, 1996.

Faktor yang Mempengaruhi Mekanisme Pernapasan

A. Tekanan

Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan terjadi melalui difusi sederhana O2 dan CO2 mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. Gradien tekanan parsial adalah perbedaan tekanan parsial antara darah paru dan udara alveolus. Suatu gas selalu berdifusi mengikuti penurunan gradien tekanan parsial dari daerah dengan tekanan parsial tinggi ke daerah dengan tekanan parsial rendah.6

B. Kelarutan Gas dalam Darah

Adanya kelarutan gas dalam darah mengakibatkan transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dapat terjadi. Pada transpor oksigen, sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma. Oksigen dibawa dalam darah dengan cara berikatan dengan hemoglobin menjadi oksihemoglobin (HbO2). Oksigen terkadang dapat lepas dari Hb. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terpisahnya O2 dengan Hb. Hal ini dapat dilihat dari kurva disosiasi (saturasi). Ketika PCO2, suhu, dan 2,3-DPG naik, maka kurva akan bergeser ke sebelah kanan yang berarti ikatan antara oksigen dan hemoglobin melemah (afinitas/daya ikat antara Hb dengan O2 menurun). Sedangkan ketika PO2 dan pH naik, maka kurva akan bergeser ke sebelah kiri yang berarti ikatan antara oksigen dan hemoglobin kuat (afinitas/daya ikat antara Hb dengan O2 naik).3,6 (Lihat Gambar 7)

Pada transpor karbon dioksida, karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui beberapa cara. Cara pertama, sejumlah kecil karbon dioksida tetap terlarut dalam plasma. Cara kedua, karbon dioksida yang tersisa membentuk karbaminohemoglobin dengan gugus amino. Cara ketiga, karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma dan dapat berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalisis oleh anhidrase karbonik. Cara keempat, dengan mengadakan pertukaran antara ion bikarbonat dengan ion klorida untuk menyeimbangkan kadar asam-basa dalam darah. Cara ini disebut pergeseran klorida (clorida shift).3 (Lihat Gambar 8)

C. Kadar pH Buffer

pH darah arteri normal adalah 7,35-7,45. Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat matabolik (karena perubahan konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (karena perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah akan turun (asidosis) jika PaCO2 naik (asidosis respiratorik) atau jika HCO3- turun (asidosis metabolik). pH darah akan naik (alkalosis) jika PaCO2 turun (alkalosis respiratorik) atau jika HCO3- naik (alkalosis metabolik). Naik atau turunnya pH dapat disebabkan karena beberapa hal.7,8

Normalnya, keseimbangan asam-basa tubuh diatur oleh sistem buffer. Sistem buffer adalah keadaan dimana jika ditambahkan sedikit asam atau basa dan jika diencerkan tidak akan mengubah pH. Dalam tubuh, terdapat buffer pernapasan, buffer ginjal, dan buffer darah.

Gambar 7. Kurva disosiasi

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci kurva disosiasi

Gambar 8. Pergeseran klorida

Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci chloride shift

Tes Pemeriksaan Fisik Paru

Tes pemeriksaan fisik paru menggunakan alat yang disebut spirometri. Alat ini berfungsi untuk mengukur volume dan tingkat arus udara yang bisa melewati saluran pernapasan. Jika saluran pernapasan menyempit karena peradangan, udara akan lebih sulit melewati saluran pernapasan sehingga volume pernapasan akan berkurang dari jumlah aslinya. Namun, yang susah pada pemeriksaan ini, sulitnya bernapas secara spontan ketika orang tersebut mengetahui bahwa ia sedang melakukan pemeriksaan pernapasan. Padahal, ketika melakukan pemeriksaan ini, diharapkan pasien bernapas secara spontan, tanpa berpikir bahwa ia sedang bernapas. Sehingga hasil yang di dapat biasanya melebihi angka normal inspirasi normal.9

Cara menggunakan spirometri mudah. Mulut dihubungkan dengan pipa, dimana pada pipa tersebut terdapat semacam katrol dan disambungkan dengan jarum pengukur. Ketika seseorang inspirasi, maka udara dalam pipa akan tertarik dan menggerakan katrol sehingga di dapatlah angka pada jarum penunjuk. Begitu pula ketika ekspirasi.

Gangguan Pernapasan

Gangguan pada pernapasan dapat terjadi karena banyak hal. Dalm kasus, pasien mengalami batuk dan sesak napas selama 5 hari. Batuk dan sesak napas ini tentu mengganggu jalannya sistem pernapasan. Paru-paru tidak dapat inspirasi dan ekspirasi secara tenang sehingga paru-paru membutuhkan oksigen yang cukup dan harus mengeluarkan karbondioksida yang tertahan.

Penutup

Kesimpulan

Adanya gangguan pada pernapasan baik ringan ataupun berat akan mempengaruhi sistem pernapasan. Karena ketika ada gangguan, maka saluran pernapasan akan terganggu sehingga jalan masuk oksigen dan jalan keluarnya karbon dioksida tidak lancar. Jika dibiarkan, dapat berakibat fatal, yaitu tidak terjadinya pertukaran gas di paru-paru.

Gangguan pernapasan tidak hanya mengganggu saluran pernapasan, tetapi juga dapat mengganggu faktor-faktor yang mendukung proses mekanisme pernapasan. Gangguan tersebut bisa terjadi pada sistem difusi, bisa mengakibatkan ketidakseimbangan asam-basa, bisa juga terjadi gangguan pada transpor gas di darah.

Pada kasus, pasien batuk dan sesak napas selama beberapa hari sehingga mengganggu mekanisme pernapasannya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa gangguan pernapasan (dalam hal ini batuk dan sesak napas) memiliki hubungan dengan mekanisme pernapasan dan gangguan pernapasan tersebut dapat mempengaruhi mekanisme pernapasan (terutama mekanisme pernapasan paru-paru).

Daftar Pustaka

1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks & atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007.h.335-54.

2. Kuehnel. Color atlas of Cytology, Histology, and microscopic Anatomy. 4th ed. Stuttgart: Thieme; 2003.p.340-51.

3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.266-77.

4. Faiz O, Moffat D. At a glance series Anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004.h.13.

5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006.p.218-19.

6. Sherwood L. Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.h.411-56.

7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.625-61.

8. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.222-3.

9. Williams & Wilkins. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h.219.

14