Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA
REMAJA DI SMP SHALAHUDDIN MALANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Oleh:
Arinda Rizky Febyantari
135070200111011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Lampiran 15
CURRICULUM VITAE
Nama : Arinda Rizky Febyantari
NIM : 135070200111011
Jurusan/Angkatan : Ilmu Keperawatan/2013
Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 12 Februari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Asal : Desa Burengan RT 03 RW 11 , Kediri
Alamat di Malang : Jl.Ikan Gurami Gg 1 No.19, Malang
Status : Mahasiswa
Hobi : Membaca dan Mendengarkan musik.
Motto Hidup : Selalu berdoa dan berusaha untuk mendapatkan
yang terbaik
No. HP : 085 736 811 644
Email : [email protected]
Orang Tua
Nama Ayah : Budi Santoso
Nama Ibu : Sutikah
Saudara : Andrian Laksono Putro
Riwayat Pendidikan
1. TK Dharmawati Pakunden Kediri (Tahun 1999-2001)
2. SDN Pakunden 1,Kediri (Tahun 2001-2007)
3. SMP Negeri 2 Kediri (Tahun 2007-2010)
4. SMA Negeri 7 Kediri (Tahun 2010-2013)
v
ABSTRAK
Febyantari, Arinda Rizky. 2017. Hubungan Harga Diri dengan Prokrastinasi
Akademik pada Remaja di SMP Shalahuddin Malang. Tugas Akhir,
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Pembimbing (1) Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep, M.Kep (2) Ns. Retno
Lestari, S.Kep, M.Nurs.
Salah satu permasalahan yang dilakukan remaja di lingkungan akademik
adalah kebiasaan menunda tugas atau pekerjaan yang disebut dengan prokrastinasi
akademik. Prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Faktor internal yang dapat mempengaruhi adalah harga diri.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan
prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang. Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif analitik korelasional, dengan metode pendekatan
Cross Sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik Cluster Sampling
pada 81 responden yaitu kelas VII 40 responden dan kelas VIII 41 responden.
Hasilnya harga diri tinggi 74 responden (91,4%) dan prokrastinasi akademik tinggi
78 responden (96,3%). Data di analisa menggunakan Uji Rank Spearman. Hasil
menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara harga diri dengan
prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang dengan nilai p
value sebesar 0,000 dan nilai korelasi 0,683. Sehingga dapat disimpulkan terdapat
hubungan positif signifikan yang kuat antara harga diri dengan prokrastinasi
akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang. Untuk selanjutnya, peneliti
memberikan saran untuk mengidentifikasi mengenai hubungan prokrastinasi dengan
variabel psikologis lainnya, yaitu kontrol diri, kesadaran diri dan kecemasan sosial
Kata kunci: Harga Diri, Prokrastinasi Akademik, Remaja
vi
ABSTRACT
Febyantari, Arinda Rizky. 2017. The Relation Between Self Esteem with
Academic Procrastination in Adolescence at SMP Shalahuddin Malang.
Final Project, Nursing Progran, Medical Faculty, Brawijaya University,
Supervisor (1) Ns. Tina Handayani Nasution, S.Kep, M.Kep (2) Ns. Retno
Lestari, S.Kep, M.Nurs.
One of the problems that teenagers do in the academic environment
is the habit of postponing a task or job called academic procrastination.
Academic procrastination can be influenced by external and internal factors.
Internal factors that can affect is self-esteem. The purpose of this study was
to determine the relationship between self-esteem with academic
procrastination in adolescents at Shalahuddin Junior High School Malang.
The research design used is descriptive correlational analytics, with Cross
Sectional approach method. Sampling technique used is Cluster Sampling
technique on 81 respondents that is class VII 40 respondents and class VIII
41 respondents. The result is high self-esteem 74 respondents (91.4%) and
high academic procrastination 78 respondents (96.3%). Data were analyzed
using Spearman Rank Test. The results showed a strong relationship
between self-esteem and academic procrastination in adolescents at
Shalahuddin Junior High School Malang with p value of 0.000 and correlation
value 0.683. So it can be concluded there is a strong positive significant
relationship between self-esteem with academic procrastination in
adolescents in Shalahuddin Junior High School Malang. Furthermore, the
researcher suggests to identify the relationship of procrastination with other
psychological variables, namely self-control, self-awareness and social
anxiety
Key Word : Self Esteem, Academic Procrastination, Adolescence
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak
menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif,
sosial, dan emosional yang cepat pada laki–laki maupun pada
perempuan (Wong, 2008). Masa remaja juga disebut sebagai masa
peralihan karena individu yang berada pada masa ini akan
meninggalkan sikap dan tingkah laku yang biasa ditampilkan pada
masa kanak-kanak dan mulai belajar menyesuaikan diri dengan tata
cara hidup orang dewasa. Di Indonesia, menurut Sensus Penduduk
2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18 % dari jumlah penduduk. Di
dunia kelompok remaja diperkirakan berjumlah 1,2 milyar atau 18 %
dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).
Menurut Tamami (2011) pada usia remaja ini, pendidikan
menjadi suatu kewajiban mutlak yang harus dijalani. Umumnya para
remaja sering mengeluh mengenai permasalahan seperti
ketidaknyamanan dengan kondisi sekolah, cara guru mengajar, tugas
yang dianggap terlalu banyak hingga adanya keengganan belajar.
Dalam proses belajarnya di sekolah, tidak sedikit remaja yang
mengalami masalah-masalah akademik, seperti pengaturan waktu
belajar, memilih metode belajar untuk mempersiapkan ujian,
menyelesaikan tugas–tugas sekolahnya dan sebagainya (Gunarsa,
2
2008). Siswa yang tidak dapat memanfaatkan waktu belajar dengan
baik dapat mengakibatkan tugas akademik menjadi terbengkalai dan
penyelesaian tugas tidak maksimal. Setiap individu sebenarnya bukan
dinilai karena faktor intelengensi semata, namun salah satunya
adalah kebiasaan melakukan penundaan terutama dalam
penyelesaian tugas akademik yang disebut dengan prokrastinasi
akademik( Savira dan Suharsono, 2013).
Istilah prokrastinasi digunakan pada suatu kecenderungan
untuk menunda-nunda suatu penyelesaian tugas atau pekerjaan
(Ghufron dan Risnawita, 2014). Fenomena prokrastinasi akademik
yang terjadi pada siswa karena mereka suka menunda-nunda
mengerjakan tugas sampai batas waktu pengumpulan, suka tidak
segera mengumpulkan tugas dengan memberi alasan untuk
memperoleh tambahan waktu atau tidak menyukai tugasnya dan
memilih untuk melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan
seperti menonton televisi, jalan - jalan dan sebagainya (Stiyawan dan
Ismara,2014). Di Indonesia dari fenomena yang ada menurut
beberapa penelitian, salah satunya penelitian Anggraeni (2014) pada
siswa SMP di Samarinda menyebutkan sekitar 25% sampai dengan
75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah
satu masalah dalam lingkup akademis mereka. Hal ini berkaitan
dengan hasil yang di dapat bahwa penyabab dari prokrastinasi adalah
siswa mengalami kesulitan belajar yang bergantung pada beberapa
faktor, seperti tersedia tidaknya tempat penggunaan waktu tersebut
untuk belajar, tersedia tidaknya fasilitas belajar ang memadai, dan
3
harmonis tidaknya hubungan manusiawi baik di sekolah, di rumah
maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Gufron dan Rini (2010) menyatakan bahwa faktor – faktor
yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat di kategorikan
menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri individu meliputi:
gaya pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan.Sedangkan faktor
internal yaitu faktor yang ada pada diri individu yang melakukan
prokrastinasi, yaitu unsur kepribadian, salah satunya adalah tentang
harga diri. Ellies (2010) mengungkapkan bahwa orang yang
berpretasi tinggi dipengaruhi oleh seberapa besar orang bernilai,
menyukai dirinya sendiri dan mepunyai harga diri atau penilaian
terhadap dirinya secara positif.
Harga diri adalah sejauh mana individu tersebut menilai dirinya
sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan
kompeten (Stuart dan Sundeen, 2006). Baron dan Byrne (2012) juga
berpendapat bahwa harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh
setiap individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang
dimensi positif sampai negatif. Harga diri akan bermakna dan berhasil
jika individu diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu
menghadapi kehidupan dan dapat mengontrol dirinya (Prameswari
dkk, 2013).
Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan angka gangguan
mental emosional (kecemasan, harga diri rendah, depresi) pada
penduduk usia kurang dari 15 tahun adalah 11,6 % atau sekitar 19
juta penduduk. Sedangkan dengan gangguan jiwa berat rata-rata
4
sebesar 0,64 % atau sekitar satu juta penduduk. Penelitian yang
dilakukan di Indonesia (Eunike dkk, 2015) di SMP Negeri 43
Surabaya tentang harga diri menunjukkan bahwa 1 subjek (1%)
masuk dalam kategori tinggi, 20 subjek (20%) masuk dalam kategori
sedang, 57 subjek (57%) masuk dalam kategori rendah, dan 22
subjek (22%) masuk dalam kategori sangat rendah.
Sugiyarlin (2008) menyatakan bahwa harga diri yang tinggi
merupakan kunci keberhasilan, karena membawa dampak pada
kehidupan yang optimis yang dapat membawa individu untuk bersikap
gigih,rajin,dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik,sedangkan harga diri yang rendah merupakan kunci kegagalan,
karena membawa dampak pada kehidupan yang pesimis, segala
sesuatu ditanggapi dengan penuh kekhawatiran dan penolakan,
sehingga menghambat ke arah peningkatan keberhasilan. Hal ini di
dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zaitun (2015) yaitu
hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar siswa MTS
Aisyiyah Palembang menemukan adanya hubungan yang sangat
signifikan antara konsep diri akademik dan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini dilakukan di SMP Shalahuddin adalah karena
menurut observasi peneliti bahwa siswa masih banyak melakukan
prokrastinasi akademik seperti tidak mengerjakan PR. Menurut studi
pendahuluan yang dilakukan tanggal 11 Oktober 2016 di SMP
Salahudin malang dengan mewawancarai guru BK yaitu 50 % siswa
pada setiap kelas sering tidak mengerjakan PR pada waktu yang
ditentukan ditambah dengan banyaknya guru di SMP Salahudin yang
mengeluhkan siswanya yang tidak pernah mengerjakan PR serta
5
tugas lainnya yang telah diberikan. Fenomena di atas membuat
peneliti tertarik untuk melihat hubungan harga diri dengan perilaku
prokrastinasi akademik.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan harga diri dengan prokrastinasi
akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan harga diri dengan
prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin
Malang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi harga diri remaja di SMP Shalahuddin
Malang
b. Mengidentifikasi prokrastinasi akademik remaja di SMP
Shalahuddin Malang
c. Menganalisa hubungan harga diri dengan prokrastinasi
akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang
6
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan pemikiran mengenai hubungan harga diri
dengan prokrastinasi akademik pada remaja di SMP
Shalahuddin Malang
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan yang berguna bagi penyelenggara kegiatan
belajar mengajar pada khususnya di SMP Shalahuddin
Malang,bagaimana cara untuk dapat meningkatkan
harga diri pada siswa dan untuk mengatasi
prokrastinasi akademik pada remaja.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja (Adolescence) adalah kata yang berasal dari bahasa
latin,yang berarti ‘’tumbuh untuk mencapai kematangan’’. Masa
remaja merupakan periode transisi seseorang dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja adalah waktu untuk
kematangan secara fisik, kognitif, emosonal, dan sosial yang cepat
yang terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan untuk menjadi
individu dewasa (Wong,2008).
Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di
sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada
umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-
22 tahun (Notoatdmojo, 2007).
8
2.1.2 Periode Perkembangan Remaja
Menurut, Sarwono (2010) mengatakan bahwa tahap
perkembangan remaja dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Tahap Remaja Awal 12-15 tahun (early adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
serta dorong-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para
remaja sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2. Tahap Remaja Madya 15-18 tahun (middle adolescence)
Pada saat ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.
Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana
peka atau tidak peduli, rame-rame atau sendiri, optimis atau
pesimistis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria
harus membebaskan diri dari oedipoes complex (perasaan
cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan
mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
3. Tahap Remaja Akhir 18-21 tahun (late adolescence)
9
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 (lima) hal,yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-
orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya
(private self) dan masyarakat umum (the public).
2.1.3 Perkembangan pada Masa Remaja
Setiap individu yang memasuki usia remaja akan mengalami
berbagai perkembangan pada dirinya. Berikut adalah berbagai
perkembangan yang dialami oleh remaja ( Wong,2008):
1. Perkembangan Fisik
Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil
perubahan hormonal yang berada di bawah pengaruh sistem
saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada
pertumbuhan fisik serta pada penampakan dan perkembangan
karakteristik seks sekunder . Perbedaan fisik antara kedua
jenis kelamin ditentukan berdasarkan dua karakteristik, yaitu:
(1) karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan
internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (missal:
10
ovarium, uterus, payudara, dan penis); dan (2) karakteristik
seks sekunder yang merupakan perubahan di seluruh tubuh
sebagai hasil dari perubahan hormonal (misal: perubahan
suara, munculnya rambut pubertas, penumpukan lemak) tetapi
tidak berperan langsung dalam fungsi reproduksi .
2. Perkembangan emosional
Remaja seringkali dijuluki sebagai orang yang labil, tidak
konsisten, dan tidak dapat diterka. Hal ini dikarenakan status
emosional remaja masih belum stabil. Remaja awal bereaksi
cepat dan emosional sedangkan remaja akhir sudah mampu
mengendalikan emosi hingga mendapatkan situasi dan kondisi
yang tepat untuk mengekspresikan dirinya.
3. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada remajamencapai puncaknya
pada kemampuan berpikir abstrak . Remaja sudah memiliki
pola piker sendiri sebagai upaya untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks dan abstrak.
4. Perkembangan moral
Masa remaja mulai terbentuk sikap autonomi. Remaja
sudah memiliki suatu prinsip yang diyakini, mulai memikirkan
keabsahan dari pemikiran yang ada, serta mencari dan
mempertimbangkan cara-cara alternative untuk mencapai
tujuan.
11
5. Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual remaja ditandai dengan
munculnya pertanyaan terkait nilai-nilai yang dianut keluarga.
Remaja akan mengeksplorasi keberadaan Tuhan dan
membandingkan agamanya dengan agama orang lain . Hal ini
dapat menyebabkan remaja seringkali mempertanyakan
kepercayaan yang dianut oleh diri remaja sendiri .
6. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial remaja ditandai dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat, mulai membebaskan diri dari
dominasi keluarga, serta menetapkan identitas yang mandiri
dan wewenang orang tua .
7. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial dicirikan dengan tingginya
inisiatif dan kesenangan remaja untuk mencoba suatu hal
yang baru.
2.1.4 Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Syamsu Yusuf
(2011) yaitu :
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
Seorang remaja bisa belajar menerima diri sendiri,
bentuk tubuh, bentuk wajah. Remaja diharapkan dapat
menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri
mereka sendiri dan dapat memanfaatkan dan memelihara
fisiknya sendiri secara efektif.
12
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-
figur yang mempunyai otoritas.
Mencapai kemandirian emosional merupakan tugas
perkembangan penting yang dihadapi remaja. Kemandirian
emosional dapat memupuk mentalitas dalam
menyelesaikan setiap masalah dan dapat bertanggung
jawab sendiri terhadap setiap langkah pilihannya yang
ditempuh. Apabila remaja tidak memiliki kemandirian
emosional, remaja akan menemui berbagai kesukaran
dalam masa dewasa, tidak bisa membuat keputusan
sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang
ditempuhnya.
3. Menjalin hubungan dengan teman sebaya atau orang lain, baik
secara individual maupun ke kelompok.
Remaja diharapkaan sudah mampu untuk menerima
pertemanan atau persahabatan tidak hanya dari teman putra
atau putri saja, tapi keduanya. Selain itu, remaja diharapkan
mampu untuk menjaga dan memelihara hubungan yang sudah
terjalin dengan baik. Apabila terjadi konflik atau masalah dalam
hubungan yang sudah terjalin, maka mereka dapat
menyelesaikannya dengan cara yang matang.
13
4. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan sendiri (Harga Diri)
Remaja biasanya sudah mulai memikirkan arah
perkembangan menuju masa dewasa. Remaja harus
melakukan refleksi diri untuk memikirkan kemampuan
dirinya guna mencapai harapan-harapan tersebut. Remaja
yang melakukan refleksi diri akan memperoleh pengetahuan
tentang dirinya, melakukan pertimbangan dan kemungkinan
untuk memanfaatkan kesempatan di kemudian hari.
5. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
Remaja sangat tertarik pada persoalan yang
menyangkut kehidupan dan falsafah hidup, serta soal
kaegamaan. Mereka tertarik pada tujuan hidup, memusatkan
perhatian pada standar perilaku pada diri, keluarga dan orang
lain. Sehingga dapat menuntun dan mewarnai berbagai aspek
kehidupannya dalam masa dewasa dan selanjutnya (berguna
sebagai kendali atau kemudi dalam kehidupan).
6. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap
perilaku) kekanak-kanakan.
Seorang remaja diharapkan bisa meninggalkan
kecenderungan untuk menang sendiri seperti ketika masih
kanak- kanak. Remaja harus belajar melihat dari sudut pandang
orang lain, belajar untuk menanggungkan hal-hal yang
14
menyenangkan dan mendahulukan pelaksanaan tugas dan
kewajiban
2.2 Harga Diri
2.2.1 Definisi Harga Diri
Harga Diri merupakan hasil penilaian individu terhadap dirinya
sendiri. Penilaian ini menyatakan suatu sikap yang berupa
penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar
individu itu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan
berharga menurut keahliannya dan nilai pribadinya (Lubis, 2009).
Harga Diri mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai
dengan realitas. Harga Diri yang tinggi juga dapat mengindikasikan
penghayatan mengenai superioritasnya terhadap orang lain, yang
sombong, berlebihan, dan tidak beralasan. Dengan cara yang sama,
Harga Diri yang rendah dapat mengindikaskan persepsi yang tepat
mengenai keterbatasan atau penyimpangan, atau bahkan kondis tidak
aman (Santrock,2007).
2.2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut (Esa dkk.,2014) faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
yaitu :
1. Faktor Internal
a. Intelegensi
15
Intelegensi peserta didik merupakan hal yang
sangat mendukung dalam mepertahankan diri atau
mengangkat harga diri seseorang. Intelegensi juga sangat
mempengaruhi harga diri peserta didik, apabila intelegensi
seseorang tinggi maka dapat meningkatkan harga diri
seseorang sebaliknya apabila intelegensi seseorang
rendah maka harga dirinya juga ikut rendah.
b. Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan salah satu yang bisa
mengangkat harga diri seseorang, termasuk peserta didik
yang sedang menuntut ilmu pengetahuan di jenjang
pendidikan. Apabila seseorang memiliki kondisi fisik yang
bagus, maka harga diri seseorang itu terangkat dengan
sendirinya, sebaliknya apabila kondisi fisik seseorang
kurang maka akan mempengaruhi harga dirinya.
c. Penerimaan diri
Penerimaan diri menggambarvan individu menilai keadaan
dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang dianutnya.
Individu menilai dirinya telah memenuhi atau mendekati
apa yang ada dalam kebutuhannya dan mempunyai
penerimaan yang positif.
16
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah
juga mempengaruhi harga diri seseorang dalam meraih
prestasi di sekolah, karena mendapatkan prestasi yang
baik di sekolah maka dengan sendirinya harga dirinya
akan terangkat oleh lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini
pola asuh orang tua sangat mempengaruhi harga diri
seseorang seperti bagaimana orang tua mendidik anaknya
dirumah dalam memberikan arahan yang baik dan cara
menyelesaikan suatu pekerjaan, apabila seorang anak
melakukan pekerjaan dengan bagus maka orang tua dapat
memberikan penghargaan kepada anak atas apa yang
telah dia lakukan, hal ini sangat mepengaruhi harga diri
anak di lingkungan keluarga.
b. Lingkungan sosial
Harga diri seseorang juga dipengaruhi oleh
lingkungan sosialnya, karena dengan bergaul dengan
lingkungan yang baik maka akan melahirkan tingkah laku
yang baik terhadap seseorang itu, dengan tingkah laku
yang baik, maka orang lain akan menghormati seseorang
atau peserta didik itu dengan baik sesuai dengan apa yang
ditampilkan .
17
2.2.3 Aspek-Aspek Harga Diri
Coopersmith menyebutkan bahwa harga diri individu terdiri dari
tiga komponen (Sriati & Hernawati, 2007), yaitu:
1. Perasaan berharga
Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki oleh
individu saat ia merasa bahwa dirinya berharga karena dihargai
oleh orang lain.Individu yang merasa dirinya berharga, biasanya
akan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik, dapat
menerima kritik, dan memiliki kecenderungan dapat mengontrol
perilaku.
2. Perasaan mampu
Perasaan mampu merupakan suatu persaan yang dimiliki
individu pada saat individu merasa mampu untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan. Individu yang meiliki harga diri
positif menyukai tugas baru yang menantang, aktif, dan tidak
cepat bingung jika segala sesuatu berjalan di luar rencana .
Perasaan mampu dan merasa kompeten ketika melaksanakan
tugas, secara bertahap dapat meningkatkan harga diri remaja.
3. Perasaan diterima
Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki
individu ketika individu diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu
kelompok . Ketika individu diperlakukan sebagai bagian dari
kelompok, maka ia akan merasa dirinya diterima dan dihargai
dalam kelompok tersebut.
18
2.2.4 Karakteristik Harga Diri
Menurut Santrock (2007) indikator-indikator harga diri
yaitu :
1. Harga Diri Tinggi
Indikator individu dengan harga diri tinggi adalah remaja
yang dapat mengekspresikan pendapat kepada orang lain,
merasa percaya diri, Mempertahanvan kontak mata selama
percakapan, Lancar dan tidak ragu-ragu dalam berbicara,
mempunyai kepercayaan diri dan mampu menerima dirinya
sendiri dengan baik..
2. Harga Diri Rendah
Indikator individu dengan harga diri rendah adalah remaja
yang tidak percaya diri terhadap dirinya, Individu yang sulit
mengontrol tindaannya, Individu yang tidak menyukai tugas
baru dan tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri.
2.2.5 Perkembangan Harga Diri Remaja
Pencapaian harga diri yang tinggi akan menolong remaja
melewati masa perkembangannya dengan optimal. Santrock
(2007) menyebutkan bahwa harga diri remaja dapat ditingkatkan
dengan:
1. Mengidentifikasi penyebab rendahnya harga diri
Intervensi yang diberikan pada remaja dengan harga diri
negative, harus sampai pada penyebab rendahnya harga diri .
19
Hal ini dilakukan agar harga diri remaja dapat meningkat.
Berbagai penelitian menyebutkan, intervensi yang dilakukan
untuk membuat remaja merasa nyaman dengan dirinya
sendiri, ternyatatidak efektif untuk meningkatkan harga diri
remaja .
2. Mengidentifikasi bidang-bidang kompetensi yang penting bagi
diri remaja
Remaja memiliki harga diri positif apabila dapat tampil
dengan kompeten dalam bidangnya. Sehingga, remaja harus
didorong agar dapat mengidentifkasi bidang kompeten yang
ingin dicapainya.
3. Menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial.
Dukungan dan persetujuan dari orang tua dan teman
sebaya, menjadi hal yang sangat penting bagi remaja untuk
meningkatkan harga diri remaja . Lingkungan yang nyaman
bagi remaja, meliputi lingkungan yang member dukungan
emosional dan sosial, dapat meningkatkan harga diri remaja
karena remaja merasa dicintai dan diterima oleh orang lain.
4. Meningkatkan prestasi
Prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja. Sebab,
prestasi membuat remaja merasa dirinya mampu untuk
melakukan tugas, yang elum tentu dapat dilakukan oleh orang
lain.
20
5. Meningkatkan keterampilan koping remaja
Harga diri remaja akan meningkat apabila remaja mencoba
untuk mengatasi masalah ang dihadapi, bukan menghindari
masalah . Menghadapi masalah dengan realistis, jujur, dan
tidak defensive dapat menghasilkan evaluasi diri yang positif.
Sebaliknya, menghadapi masalah dengan pengingkaran,
menipu diri, dan menghindar dapat menjadi pemicu bagi
remaja untuk mengevaluasi diri secara negatif .
2.2.6 Instrumen Pengukuran Tingkat Harga Diri
Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI) merupakan
instrument untuk mengukur tingkat harga diri yang dikembangkan
oleh Coopersmith (1981).Instrumen ini memiliki jumlah pertanyaan
yang lebih banyak dan lebih spesifik dibandingkan dengan
RSES.Jumlah pertanyaan pada instrument ini sebanyak 58 item.
Instrumen CSEI memiliki kelebihan yaiutu memiliki 8 pertanyaan
yang dapat mendeteksi kebohongan bagi individu yang
mengisinya (Bolton ,2003)
2.3 Prokrastinasi Akademik
2.3.1 Definisi Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi adalah penundaan yang sia-sia/ tidak berguna
(Knaus, 2010). Tuckman (dalam Utomo, 2010) mendefinisikan
prokrastinasi sebagai ketidakmampuan pengaturan diri yang
mengakibatkan dilakukannya penundaan pekerjaan yang seharusnya
dapat di bawah kontrol orang yang bersangkutan. Sedangkan,
21
menurut Wolter (dalam Nugrasanti, 2006) prokrastinasi akademik
adalah kegagalan dalam mengerjakan tugas dalam kerangka waktu
yang diinginkan atau menunda pengerjaan tugas sampai saat-
saatterakhir. Prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan
yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan
tugas akademik (Ferrari dkk, dalam Nugrasanti, 2006).
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi
Ada 3 macam ketakutan yang dikemukakan Knaus (2010),
antara lain fear of failure (takut gagal), failure anxiety (cemas akan
kegagalan), danfear of blame (takut salah). Pada saat individu
percaya bahwa dia tidak dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan, maka individu akan cenderung untuk melakukan perilaku
prokrastinasi akademik. Selain itu, jika individu terlalu berfokus pada
kegagalan, maka ia akan sulit melihat kemungkinan- kemungkinan
yang ada untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik (Knaus,
2010). Sedangkan, fear of success yang merupakan bentuk
dari failure anxiety menyatakan bahwa individu merasa cemas
dalam mengontrol dirinya saat sukses dan mendapat tekanan yang
lebih besar dari saat ini.
Bernard ( Nathally, 2011) mengemukakan 10 faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik, antara lain:
1. Anxiety
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan,
seperti kekhawatiran dan rasa takut yang berinteraksi
22
dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Interaksi yang
berlawanan ini menyebabkan tugas-tugas tesebut ditunda.
2. Self-esteem
Self-esteem adalah memiliki penghargaan diri yang
rendah terhadap dirinya dan cenderung menyalahkan dirinya
saat terjadi masalah. Individu ini juga kurang percaya diri
untuk memiliki masa depan yang cerah.
3. Low discomfort tolerance
Individu memiliki toleransi yang rendah akan
ketidaknyamanan sehingga saat dihadapkan pada tugas yang
sulit, individu cenderung beralih kepada tugas-tugas yang
akan mengurangi ketidaknyamanan pada diri mereka.
4. Pleasure-seeking
Individu senang mencari kenyamanan. Pada saat mereka
telah mendapatkan kenyamanan, mereka cenderung tidak
ingin keluar dari zona tersebut. Ini membuat mereka
menunda tugas mereka untuk menyenangkan diri mereka
terlebih dahulu.
5. Time disorganization
Individu diharapkan dapat mengatur waktu mereka dalam
mengerjakan tugas dan memberi prioritas atas tugas-
tugas yang akan dikerjakan tersebut. Namun, individu tidak
dapat mengatur waktu mereka dan tidak dapat memberi
prioritas atas tugas-tugas yang harus dikerjakan, maka
23
mereka akan mengalami kesulitan dalam menentukan apa
yang harus dikerjakan terlebih dahulu.
6. Environmental disorganization
Ketidakteraturan lingkungan merupakan salah satu
pendukung prokrastinasi. Lingkungan yang tidak teratur akan
menjadi gangguan bagi individu untuk berkonsentrasi dalam
menyelesaikan tugasnya tepat waktu
7. Poor task approach
Individu tidak mengetahui kapan harus memulai dan
menyelesaikan suatu tugas.
8. Lack of assertion
Individu kurang memiliki perilaku asertif sehingga sulit
baginya untuk menolak tugas-tugas yang diberikan padanya.
Pada akhirnya tugas-tugasnya overload dan membuatnya
kuranng memiliki komitmen dan tanggungjawab atas tugas-
tugas tersebut.
9. Hostility with others
Dapat diartikan sebagai permusuhan terhadap orang lain.
Kemarahan yang terus-menerus dapat menyebabkan
individu menolak atau menetang apapun yang dikatakan
oleh subjek kemarahannya.
10. Stress and fatigue
Stres adalah hasil dari sejumlah tuntutan negatif dalam
kehidupan yang digabung dengan gaya hidup dan
kemampuan mengatasi masalah pada diri individu. Semakin
24
banyaknya tuntutan dan semakin lemahnya sikap seseorang
dalam mengatasi masalah, serta gaya hidup yang kurang
baik akan meningkatkan stres seseorang.
2.3.3 Aspek Prokrastinasi Akademik
Menurut Tuckman (dalam Mohamadi, Farghadani &
Shahmohamadi, 2012), prokrastinasi terdiri atas 3 aspek yaitu:
1. Membuang waktu
Seorang procrastinator memiliki kecenderungan untuk
membuang-buang waktu hingga pada akhirnya melakukan
prokrastinasi
2. Task avoidance (menghindari tugas)
Task avoidance merupakan keadaan dimana seseorang
cenderung menghindar dalam mengerjakan tugas dikarenakan
mengalami kesulitan ketika melakukan hal yang di anggap tidak
menyenangkan.Keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan mempengaruhi seseorang dalam melakukan
penundaan atau prokrastinasi.
3. Blaming others (menyalahkan orang lain)
Blaming others adalah kecenderungan menyalahkan
kejadian eksternal atau orang lain untuk setiap konsekuensi
dari prorastinasi.Seseorang yang melakukan prokrastinasi
biasanya cenderung menyalahkan orang lain.Hal tersebut
kemungkinan akibat dari prokrastinasi yang dilakukan.
25
2.3.4 Indikator Prokrastinasi Akademik
Menurut Ferrari Ferrari (dalam Tjundjing, 2006), ciri – ciri perilaku
prokrastinasi akademik terdiri dari :
1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada
tugas yang dihadapi.
Indikator ini menunjukkan bahwa seseorang yang
melakukan prokrastinasi sadar bahwa tugasnya bermanfaat
dan harus segera diselesaikan.Namun,dia menunda-nunda
untuk memulai mengerjakan ataupun menyelesaikan sampai
tuntas jika ia sudahmemulai mengerjakan sebelumnya
2. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.
Indikator ini menunjukkan bahwa individu yang melakukan
prokrastinasi cenderung lamban dalam mengerjakantugas-
tugasnya dikarenakan mereka menghabiskan waktu untuk
mempersiapkan diri secara berlebihan sebelum mengerjakan.
Persiapan ini membuat mereka menunda niat mereka dalam
mengerjakan tugas yang ada. Ini membuat individu
memerlukan waktu yang lebih lama dari seharusnya dan
kurang mengalami kemajuan dalam pengerjaan tugasnya
sehingga tugas tersebut mungkin diselesaikan dengan energi
lebih pada penghujung deadline. Perilaku ini dilakukan tanpa
memperhitungkan keterbatasan waktu membuat individu
mengerjakannya di penghujung deadline atau bahkan tidak
berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai
26
3. Adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual
dalam mengerjakan tugas.
Indikator ini menunjukkan bahwa seorang prokrastinator
memiliki kesulitan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
rencana yang sudah dibuat. Seorang prokrastinator cenderung
tidak melaksanakan rencananya dalam mengerjakan tugas
sehingga sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi
deadline yang telah ditentukan. Hal ini dapat menyebabkan
keterlambatan dalam memulai mengerjakan tugas maupun
kegagalan untuk menyelesaikan tugas.
4. Adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang
dipandang lebih mendatangkan hiburan dan kesenangan.
Indikator ini menunjukkan bahwa prokrastinator dengan
sadar menghindari dan tidak mengerjakan tugasnya dengan
segera. Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik
lebih memilih menggunakan waktu yang dimilikinya untuk
melaksanakan aktivitas lain yang lebih menyenangkan, seperti
membaca (majalah, novel), bermain games, menonton,
mendengarkan music, shopping, dan lain sebagainya daripada
mengerjakan tugas akademik.
2.3.5 Instrumen Pengukuran Perilaku Prokrastinasi
Tuckman Procrastination Scale (TPS)
TPS dikembangkan oleh Tuckman pada tahun 1990 dengan
nilai Chronbach Alpha sebesar 0,832.Kuisoner ini
27
dikembangkan untuk mendeteksi apakah siswa memiliki
kecenderungan melakukan perilaku prokrastinasi akademik
atau tidak. Indikator data TPS antara lain:
a. Membuang waktu
b. Task Avoidance
c. Blaming others
2.4 Konsep Hubungan Harga Diri Dengan Prokrastinas i Akademik
Ferrari (dalam Tjundjing, 2006) berpendapat banyak faktor yang
mendasari individu melakukan prorastinasi.Faktor tersebut adalah
faktor eksternal dan internal.Faktor eksternal adalah lingkungan yang
berada di luar individu.Lingkungan di luar individu tersebut meliputi
kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir dan
lingkungan yang laten.Sedangkan faktor internal meliputi kondisi fisik
dan kondisi psikologis individu. Kondisi fisik dapat digambarkan
sebagai riwayat kesehatan yang dimiliki atau penyakit yang pernah
dialami. Sedangkan yang dimaksud kondisi psikologis individu
mencakup wilayah aspek kepribadian yang dimiliki seorang misalnya,
motivasi, harga diri, tingkat kecemasan, control diri dan efikasi diri.
Penelitian Umirianti (2006) menyatakan harga diri merupakan
salah satu aspek dari kepribadian dan merupakan suatu landasan
yang menyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.Harga diri
didefinisikan rasa menyukai dan menghargai diri sendiri dengan
berdasarkan hal-hal yang praktis dimana perasaan ini biasanya
mempengaruhi proses berfikir,perasaan,keinginan, nilai, maupun
28
tujuan hidupnya, yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan
terdekatnya dan dari sejumlah penghargaan,penerimaan,dan
perlakuan orang lain.
30
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Remaja
Faktor Internal :
1. Intelegensi 2. Kondisi Fisik 3. Penerimaan Diri
Faktor Eksternal :
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sosial
Perilaku prokrastinasi akademik:
1. Perilaku menunda tugas
2. Perilaku menghindari tugas
3. Menyalahkan orang lain sebagai penyebab
Keterangan:
= diteliti
= tidak diteliti
Kerangka konsep Hubungan Harga Diri Dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik
Pada Remaja di SMP Shalahuddin Malang
Gambar 3.1
Tugas Perkembangan Remaja:
1. Menerima fisiknya
2. Mencapai kemandirian emosional
3. Mengembangkan komunikasi
4. Memperkuat self-control
5. Meninggalkan reaksi kekanak-kanakan
Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik:
1. Takut gagal 2. Cemas akan kegagalan 3. Takut salah
Perasaan negatif muncul ketika remaja:
1. Tidak berharga 2. Mengalami penolakan
dari lingkungan 3. Merasa diabaikan 4. Merasa diacuhkan 5. Tidak mampu
6. Menerima dirinya sendiri dan percaya
terhadap kemampuannya (harga diri)
31
Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke
usia dewasa dimana masa ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis
yang pesat. Tugas perkembangan remaja yaitu: menerima fisiknya,
mencapai kemandirian sosial, mengembangkan komunikasi, memperkuat
self-control, meninggalkan reaksi kekanak-kanakan, dan dapat menerima
dirinya sendiri dan percaya terhadap kemampuannya sendiri (Harga Diri)
Harga diri adalah evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu,
sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif sampai
negatif. Faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu faktor internal
diantaranya intelegensi dan kondisi fisik sedangkan faktor eksternal
adalah Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
Perasaan negatif dapat muncul pada diri remaja jika remaja
merasa tidak berharga, mengalami penolakan dari lingkungan, merasa
diabaikan, merasa diacuhkan, dan tidak mampu. Bagi sebagian remaja,
prokrastinasi akademik dapat terjadi karena mereka memiliki perasaan
negative pada dirinya.
Perilaku prokrastinasi akademik yaitu perilaku menunda tugas,
perilaku menghindari tugas, dan menyalahkan orang lain sebagai
penyebab. Sedangkan faktor yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi
akademik adalah takut gagal, cemas akan kegagalan, dan takut salah .
3.2 Hipotesis Penelitian
Ada hubungan harga diri dengan prokrastinas akademik pada
remaja di SMP Shalahuddin Malang.
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional
korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara harga diri dengan
perilaku prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin
Malang.Pengumpulan data dengan menggunakan kuisoner
4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7 dan 8
SMP Shalahudin Malang. Populasi pada penelitian ini adalah
sebanyak 425 orang, kelas 7 sebanyak 215 anak, dan kelas 8
sebanyak 210 anak.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII
yang bersekolah di SMP Shalahuddin Malang
4.2.3 Teknik Sampling
Sampel diambil dengan menggunakan teknik probability
sampling dengan metode purposive sampling yaitu suatu cara
pengambilan sampel dimana peneliti menentukan sendiri sampel
33
yang diambil karena pertimbangan tertentu. Jumlah sampel yang
akan dibuthkan <1000, sehingga rumus untuk menentukan
besarnya sampel adalah dengan menggunakan.
n = N 1 + N(d)2
n = 425 1 + 425(0,1) 2
n = 80,9 = 81
Keterangan: n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
D = tingkat signifikasi (10%)
Selanjutnya dilakukan perhitungan sampel tiap kelas VII
dan VIII dengan cara menghitung secara Proporsional masing-
masing angkatan dengan cara jumlah populasi siswa tiap
angkatan dibagi total populasi dikalikan dengan total sampel yang
dibutuhkan.
Keterangan : nd = populasi tiap kelas VII dan VIII TPd = total populasi TP = jumlah populasi
Sehingga didapatkan jumlah sampel dari kelas VII dan VIII
yang terpilih sebagai berikut:
Kelas VII : ������
x 81 = 40 siswa
Kelas VIII : ������
x 81 = 40,9 = 41 siswa
34
Jadi jumlah sampel adalah 81 siswa
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variable dependent (terikat),
merupakan variabel yang bebas dalam mempengaruhi variabel
lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga diri.
4.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung
variabel bebas terhadap perubahan, variabel ini juga disebut
sebagai efek hasil. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perilaku prokrastinasi pada remaja.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Shalahuddin Malang.
4.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian yang berupa kegiatan pengambilan data dilakukan pada
bulan Maret 2017.
35
4.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Independen:
Harga diri
Peniaian siswa terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan dengan menilai diri secara positif atau negative.
Harga diri yang diukur berdasarkan:
1. Intelegensi a. Dapat memulai
dan mengerjakan tugas
b. Bangga terhadap tugas yang dikerjakan
2. Kondisi Fisik a. Dapat menerima
dan menilai kondisi fisik secara keseluruhan
3. Penerimaan diri
a. Mudah menyerah b. Bangga terhadap
dirinya sendiri c. Melakukan hal
dengan benar d. Mempunyai
kepercayaan diri
Kuisoner Coopersmith
Self Esteem Inventory
(CSEI) yang
dimodofikasi
Ordinal Harga diri rendah jika skornya 0-
16
Harga diri sedang jika skornya
17-32
Harga diri tinggi jika skor 33-48
36
e. Tidak sebaik orang lain
f. Mudah marah Merasa tidak berhasil terhadap yang dilakukan
4. Lingkungan keluarga a. Orang tua dapat
peduli terhadap perasaan remaja.
b. Orang tua dapat memahami dengan baik
c. Mudah kesal di rumah
5. Lingkungan Sekolah a. Guru membuat
tidak cukup baik b. Mudah marah
ketika dimarahi oleh guru
c. Percaya diri diri sekolah
d. Populer diantara teman-teman
6. Lingkungan Sosial a. Membiasakan
terhadap orang lain
b. Dimintai pendapat oleh orang lain.
37
Dependen: Prokrastinasi akademik
Kecenderungan siswa untuk melakukan perilaku penundaan dalam mengerjakan tugas akademik
1. Menunda tugas a. Menunda untuk
memulai mengerjakan tugas
b. Mengukur waktu penyelesain tugas
2. Menghindari tugas a. Menghindari tugas
karena dianggap tidak menyenangkan
b. Menghindari tugas karena sulit dan kurang penting untuk dikerjakan
3. Menyalahkan orang lain a. Menganggap
orang lain yang menyebabkan tugas menjadi lebih sulit
b. Mencari alas an untuk melakukan penundaan
TPS (Tuckman
Procrstination Scale )
Ordinal Prokrastinasi akademik ringan
jika skornya 0-10
Prokrastinasi akademik sedang
jika skornya 11-20
Prokrastinasi akademiki tinggi
jika skor 21-30
38
4.6 Instrumen Penelitian
4.6.1 Alat Ukur Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua buah instrument, yaitu:
1. Harga diri
Peneliti menyusun skala likert yang mencakup indikator-indikator harga
diri. Kuisoner harga diri yang digunakan berdasarkan teori Coopersmith
(1967) yaitu Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI). School Short
Form CSEI berisi 16 item dari modifikasi 50 item oleh keyfinark (2015)
yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Pernyataan pada
bagian harga diri terdapat 16 pernyataan, dengan dibuat dalam bentuk
pernyataan positif sebanyak 7 sedangkan dalam bentuk pernyataan
negative sebanyak 9.
2. Prokrastinasi akademik
Alat ukur variabel prokrastinasi akademik pada penelitian ini
menggunakan Tuckman Procrastination Scale (TPS) yang merupakan
kuisoner untuk sikap dan tingkah penundaan pengerjaan tugas atau
prokrastinasi.TPS mengacu pada teori prokrastinasi akademik yang
dikembangkan oleh B.W Tuckman (1995).Instrumen ini terdiri dari 3
dimensi yaitu membuang waktu,menghindari tugas dan menyalahkan
orang lain.
39
4.6.2 Uji Validitas
Pengujian validitas instrument dilakukan dengan menggunakan
metode Korelasi Product Moment yaitu dengan membandingkan nilai
koefisien korelasi antara butir pertanyaan dengan total jawaban ( r hitung )
dengan nilai r table pada tingkat kesalahan (alpha ) tertentu,yaitu apabila nilai
r hitung lebih besar dari nilai r table maka dapat dikatakan bahwa butir
pertanyaan dianggap valid. Selain itu dapat juga menggunakan
perbandingan antara nilai signifikansi p- value dengan alpha ( a= 0,05) ,maka
dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan yang digunakan valid.
Uji validitas dilakukan di SMP Shalahuddin dengan menggunakan 10
siswa yang tidak dilibatkan dalam penelitian dan didapatkan hasil variable
harga diri 0,625 dan variable prokrastinasi akademik 0,552. Maka hasil yang
didapatakan adalah r hitung lebih besar dari pada r tabel dan butir
pertanyaan yang digunakan valid.
Berikut rumus dari Korelasi Produk Moment :
�� =�� ���∑���∑��
���� � − �∑ ������� − ������
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Ʃxy =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y
Ʃx2 = Jumlah dari kuadrat nilai X
Ʃy2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y
40
(Ʃx)2 = Jumlah dari kuadrat nilai X
(Ʃy)2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y
4.6.3 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Uji
reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid diuji dengan rumus
alpha dengan bantuan komputer program SPSS windows 12,00 uji
reliabilitas dengan rumus Cronbach Alpha yaitu membandingkan nilai
r hasil (Alpha) dengan nilai R table. Instrumen dikatakan reliabel
apabila r Alpha lebih besar dari r tabel. Suatu instrument dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Setiadi,2007). Uji Realibitas
dilakukan di SMP Shalahuddin dengan menggunakan 10 responden
yang tidak dilibatkan dalam penelitian. Dalam peneitian ini didapatkan
variable prokrastinasi akademik sebesar 0,783 dan variable
prokrastinasi akademik sebesar 0,834. Jadi dapat dikatakan bahwa
kedua variable memiliki nilai Cronbach Alpha >0,60 dan reliable.
r11 =
−
−∑
2
2
11 t
b
k
k
σσ
Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
41
∑ 2bσ = Jumlah variansi skor butir soal ke-i
i = 1, 2, 3, 4, …n
2tσ = Variansi total
4.7 Kerangka Kerja
Studi pendahuluan SMP Shalahuddin
Populasi : seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP Shalahuddin Malang
Sampling: simple random sampling
Memeriksa Kelengkapan Jawaban Kuesioner
Analisa Data dengan Uji Statistik
Kesimpulan
Pengisian Kuesioner oleh Semua Sampel
42
Gambar 4.7 Kerangka kerja Penelitian Hubungan Harga Diri dengan Prokrastinasi
Akademik pada Remaja di SMP Shalahuddin Malang
Sebelum penelitian ini dilakukan,peneliti melakukan studi pendahuluan di
SMP Shalahuddin Malang dengan melihat populasi dan fenomena yang ada.
Populas yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII
SMP Shalahuddin Malang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple
random sampling dan memilih sampel pada kelas VIIA, VIIB, VIIIA, VIIIB.
Penelitian ini menggunakan kuisoner yang harus diisi oleh semua sampel.
Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban kuisoner dan selanjutnya menganalisa
data untuk uji statistik sehingga dapat diketahui haslnya.
4.8 Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
4.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Responden tersebut diketahui memenuhi syarat dari seleksi inklusi dan tidak
memiliki kriteria eksklusi.
4.8.2 Teknik Pengolahan Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisa melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Pre-analisa
Pada preanalisa,proses pengolahan data melalui tahapan
editing,kodeing,processing,dan tabulasi (Notoatmodjo,2012)
43
a. Editing
Data diperiksa kelengkapannya serta kebenarannya.Editing
dilakukan di tempat pengumpulan data,sehingga apabila ada
kekurangan dapat segera diperbaiki.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Coding
bertujuan untuk memberi tanda atau kode yang bertujuan untuk
mempermudah ketika melakukan tabulasi dan analisa data. Pada
proses coding peneliti melakukan memberikan nomer pada setiap
data seperti 1-114 dan melakukan pengklarifikasian jawaban
responden yang memenuhi ketentuan pengisian jawaban. Peneliti
juga memberikan tanda pada pernyataan-pernyataan negatif dari
kuisioner.
c. Processing (entry data)
Processing adalah kegiatan memasukkan data dari kuisioner yang
telah dikumpulkan ke dalam master table atau database
computer.Entry data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 20.0 for windows.
d. Tabulasi
Data harga diri dan prokrastinasi akademik yang sudah terkumpul
dimasukkan ke dalam bentuk tabel.Masing-masing tabel berisikan
jenis data yang diteliti.
44
2. Analisis
a. Analisa data univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian yang menghasilkan distribusi dan presentase dari
tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini
analisis univariat yang dilakukan adalah menghubungkan antara
harga diri dengan prokrastinasi akademik pada remaja di SMP
Shalahuddin Malang. Analisa skor yang didapat dibandingkan
dengan jumlah yang diharapkan dan dikalikan 100% dan hasilnya
berupa persentase
N = ����
x 100
Keterangan :
N = nilai yang didapat (%)
Sp = skor yang didapat
Sm = Skor maksimal
b. Analisa data bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo,
2005). Dalam penelitian ini menganalisis hubungan harga diri
dengan prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin
Malang. Penelitian ini menggunakan uji untuk mengetahui
hubungan diantara variabel-variabel digunakan uji statistik
45
“Corelation Sperman Rho” dengan batas kemaknaan p < 0,05
yang berarti ada hubungan antara dua variabel yang diukur, maka
Ho ditolak, apabila ρ ≥ 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diukur.
4.9 Etik Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti tetap mengutamakan unsur
etika dan menjamin hak-hak dari responden dan pasien dalam suatu penelitian
dengan cara:
c. Respect for peson
Lembar persetujuan disertai judul dan manfaat penelitian diserahkan kepada
responden supaya subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian.
Apabila subyek penelitian setuju maka harus menandatangani lembar
peresetujuan sebagai subyek penilitian dan apabila subyek penelitian
menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati subyek
penelitian.
d. Beneficience
Responden yang mengikuti penelitian ini mendapatkan tambahan informasi
tentang hubungan antara harga diri dengan prokrastinasi akademik pada
remaja di SMP Shalahuddin Malang.
e. Non Maleficience
Penelitian yang akan dilaksanakan tidak akan memberikan kerugian pada
responden karena responden tidak akan mendapat perlakuan, tetapi
46
responden hanya diminta untuk mengisi kuesioner dengan jenis pertanyaan
tertutup sehingga tidak menghabiskan banyak waktu.
f. Justice
Masing-masing responden diperlakukan secara adil baik sebelum, selama
dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminansi.
Masing-masing responden memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
subyek penelitian dan berkesempatan yang sama untuk mengisi kuesioner
penelitian dan akan mendapat alat tulis serta semua identitas responden
akan dijaga kerahasiaannya. Apabila ternyata ada responden tidak bersedia
mengisi kuesioner maka akan di-drop out sebagai peserta.
47
BAB V
HASIL
5.1 Analisa Univariat
5.1.1 Data Karakteristik Demografi
Berikut ini akan diuraikan mengenai distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin dan usia:
Tabel 5.1. Distribusi Data Karakteristik Responden
Karakteristik Responden N % Jenis Kelamin :
1. Laki-Laki 2. Perempuan
Total :
45 36
81
55,6 44,4
100
Kelas:
1. VII 2. VIII
Total
41 40
81
50,6 49,4
100
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa
responden dengan jenis kelamin laki-laki paling mendominasi dalam penelitian
dengan jumlah 45 orang atau sekitar 55,6% dan berdasarkan kelas menunjukkan
bahwa kelas VII mendominasi degan jumlah 50,6%.
48
5.1.2 Data Hasil Penelitian
5.1.2.1 Distribusi Harga Diri
Tabel 5.2. Distribusi Harga Diri
Harga diri Skor f % Rendah 16-40 7 8,6 Tinggi 41-64 74 91,4 Total 81 100
Dari hasil diatas didapatkan bahwa harga diri remaja di SMP Shalahuddin
tergolong tinggi yaitu sebanyak 74 responden (91,4%)
Untuk mengidentifikasi harga diri SMP Shalahuddin Malang dapat
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin sebagai
berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Harga Diri berdasarkan jenis kelamin
Harga Diri Rendah Tinggi Total
Jenis Kelamin f % f % f % Laki-Laki 4 4,9 41 50,6 45 55,6 Perempuan 3 3,7 33 40,7 36 44,4 Total 7 8,6 74 91,3 81 100
Hasil distribusi harga diri berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa dari
jenis kelamin laki laki sebanyak 45 orang (55,6%), paling banyak memiliki harga
diri tinggi yaitu 41 orang (50,6%).
49
Tabel 5.4 Distribusi Harga Diri berdasarkan Kelas
Harga Diri Rendah Tinggi Total
Kelas f % f % f % VII 1 1,2 40 49,4 41 50,6 VIII 6 7,4 36 42 40 49,4
Hasil distribusi harga diri berdasarkan kelas diketahui bahwa dari kelas
VII sebanyak 41 orang (50,6%), paling banyak memiliki harga diri tinggi yaitu
40 orang (49,4%).
5.1.2.2 Distribusi Prokrastinasi Akademik
Tabel 5.5 Distribusi Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi Akademik Skor f % Sedang 11-20 3 3,7 Tinggi 21-30 78 96,3 Total 81 100
Dari hasil diatas didapatkan bahwa prokrastinasi akademik remaja di SMP
Shalahuddin Malang termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 78
responden (96,3%).
Untuk mengidentifikasi Prokrastinasi Akademik SMP Shalahuddin Malang
dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin
sebagai berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Prokrastinasi Akademik berdasarkan jenis
kelamin
Prokrastinasi Akademik Sedang Tinggi Total
Jenis Kelamin f % f % f % Laki-Laki 2 2,5 43 53,1 45 55,6 Perempuan 1 1,2 35 43,2 36 44,4
50
Total 3 3,7 88 96,3 81 100
Hasil distribusi prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin diketahui
bahwa pada remaja laki-laki sebanyak 45 orang (55,6%) memiliki prokrastinasi
akademik tinggi yaitu 43 orang (53,1%).
Tabel 5.7 Distribusi Prokrastinasi Akademik berdasarkan kelas
Prokrastinasi Akademik Sedang Tinggi Total
Kelas f % f % f % VII 1 1,2 40 49,4 41 50,6 VIII 2 2,5 38 46,9 40 49,4
Hasil distribusi prokrastinasi akademik berdasarkan kelas diketahui bahwa pada
kelas VIIB sebanyak 41 orang (50,6%) memiliki prokrastinasi akademik tinggi
yaitu 40 orang (49,4%).
5.2. Analisa Bivariat
Untuk menguji adakah hubungan dan seberapa besar kuat hubungan
antara harga diri dan perilaku prokrastinasi akademik digunakan uji korelasi
Spearman. Kriteria pengujian dalam analisis ini yaitu dengan menggunakan
angka probabilitas (signifikansi) yang dibandingkan dengan α . Jika probabilitas
(sig) > α = 0,05, maka H0 diterima dan sebaliknya jika probabilitas (sig) < α =
0,05, maka H0 ditolak
Untuk mengetahui hubungan harga diri dan prokrastinasi akademik
remaja di SMP Shalahuddin Malang dapat disajikan dalam tabel berikut:
51
Tabel 5.8 Hubungan Harga Diri dengan Prokrastinasi Akademik
Prokratsinasi Akademik Nilai-p r Sedang Tinggi Total Harga Diri f % f % f % 0,000 0,683 Rendah 3 3,7 4 4,9 7 8,6 Tinggi 0 0 74 91,4 74 91,4 Total 3 3,7 78 96,3 81 100
Remaja dengan harga diri rendah berjumlah 7 orang dimana 3 orang
memiliki prokrastinasi sedang (3,7%) dan 4 orang lainnya tinggi (4,9%).
Sedangkan remaja dengan harga diri tinggi berjumlah 74 orang dimana
semuanya memiliki prokrastinasi tinggi. Dari hasil tersebut secara keseluruhan
dapat diringkas bahwa paling banyak remaja dengan harga diri tinggi maka
prokrastinasi akademik yang dimiliki juga tinggi.
Pengujian korelasi Spearman menunjukkan hasil yang bermakna secara
statistik dengan nilai p = 0,000. Sehingga hipotesis penelitian ini dapat diterima
yang menerangkan bahwa terdapat hubungan antara harga diri dengan
prokrastinasi akademik (Terima H1). Nilai korelasi adalah 0,683 yang memiliki
arah korelasi positif (+). Dapat diartikan bahwa semakin tinggi harga diri seorang
remaja maka akan semakin tinggi pula prokrastinsi akademik yang dimiliki.
Besarnya nilai korelasi tersebut masuk dalam kategori cukup kuat. Secara teori
memiliki hubungan negative yaitu semakin tinggi prokrastinasi akademik maka
semakin rendah harga diri. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan cukup
kuat dan tidak ada proses screening.
52
52
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Harga Diri
dengan Prokrastinasi Akademik pada Remaja di SMP Shalahuddin Malang. Cara
yang digunakan adalah dengan melakukan penelitian dengan menggunakan
kuisoner. Hasil Pengukuran Harga Diri dan Prokrastinasi Akademik Remaja SMP
Shalahuddin Malang telah dilakukan uji korelasi rank spearman untuk mengetahui
sejauh mana hubungan Harga Diri dengan Prokrastinasi Akadeik pada Remaja di
SMP Shalahuddin Malang. Kemudian diinterpretasikan dan dianalisa sesuai variable
yang diteliti, maka berikut ini akan diuraikan beberapa bahasan mengenai variabel
tersebut.
6.1 Harga Diri Remaja di SMP Shalahuddin Malang
Berdasarkan data penelitian mengenai harga diri remaja di SMP
Shalahuddin Malang didapatkan data 81 responden. Responden
berdasarkan kelompok harga diri paling banyak adalah remaja yang memiliki
harga diri tinggi dengan 74 responden (91,4 %) dan remaja dengan harga diri
rendah sebanyak 4 responden (8,6%).
Santrock (2007) mendefiniskan harga diri (self esteem) sebagai
suatu dimensi evaluatif global mengenai diri sendiri. Harga diri berada pada
rentang tinggi dan rendah. Setiap individu memiliki karakteristik masing-
masing sesuai dengan tingkat harga dirinya. Penilaian positif terhadap diri
sendiri adalah penilaian positif terhadap diri sendiri terhadap kondisi diri,
seperti: menghargai kelebihan menghargai potensi diri, dan menerima
kekurangan diri (Santrock,2007). Sedangkan penilaian negatif terhadap diri
53
sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri sendiri
dan tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu
yang selalu kurang (Santrock,2007). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diketahui sebesar 74 responden (91,4%) meiliki harga diri tinggi.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri pada remaja di
SMP Shalahuddin Malang tergolong tinggi. Sehingga harga diri penting bagi
remaja karena remaja dapat menilai kondisi yang ada pada dirinya.Hal ini
sesuai dengan Ghufron (2010) bahwa harga diri adalah salah satu faktor
yang sangat menetukan perilaku individu. Setiap orang menginginkan
penghargaan yang positif. Penghargaan yang positif akan membuat
seseorang merasa bahwa dirinya berharga, berhasil, dan berguna. Apabila
kebutuhan harga diri ini tidak terpenuhi, maka akan mebuat seseorang
berperilaku negative. Tapi tidak semua kompensasi harga diri negative
menyebabkan perilaku negatif. Ada juga yang menyadari perasaan rendah
diri kemudian mengkompensasinya melaui prestasi dalam bidang tertentu.
Dalam hal ini prestasi apapun yang dicapai akan meningkatkan harga diri
(Ghufron 2010). Dalam penelitian ini harga diri juga dapat dipengaruhi oleh
jenis kelamin dan kelas.
Hasil data penelitian didapatkan bahwa harga diri berdasarkan jenis
kelamin didapatkan bahwa harga diri remaja di SMP Shalahuddin Malang
diperoleh kategori tinggi yang berdasarkan jenis kelamin paling banyak pada
laki-laki dengan 44 responden (50,6%) . Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa
pada remaja berjenis kelamin laki laki lebih banyak mepunyai harga diri
tinggi. Menurut Ghufron (2010) bahwa wanita selalu merasa harga dirinya
paling rendah daripada pria seperti perasaan kurang mampu, kepercayaan
54
diri yang kurang mampu, atau merasa harus dilindungi. Hal ini mungkin
terjadi karena peran orang tua dan harapan-harapan masyarakat yang
berbeda-beda baik pada pria maupun wanita . Pendapat tersebut sama
dengan coopersmith (2006) yang mebuktikan bahwa harga diri laki-laki lebih
tinggi dari perempuan.
Hasil data penelitian didapatkan bahwa harga diri berdasarkan kelas
didapatkan bahwa harga diri tergolong tinggi pada remaja di SMP
Shalahuddin Malang terdapat pada kelas VII sebesar 40 responden (49,4%)
sedangkan kelas VIII sebesar 36 responden (42%).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa remaja yang memiliki
harga diri tinggi sebesar 74 responden (91,4%). Hal ini sehubungan dengan
penelitian Malkemus (2012) tentang harga diri pada remaja dimana jumlah
responden dengan harga diri tinggi juga lebih tinggi dari pada responden
dengan harga diri rendah. Meskipun demikian, seorang remaja dengan
harga diri rendah sangat memerlukan perhatian khusus. Remaja dengan
harga diri rendah tidak memiliki kepercayaan pada dunia luar, penghargaan
terhadap diri sendiri yang rendah, serta bermasalah dengan aspek interaksi
dan penerimaan sosial disekitarnya (Yanuar,2005).
Berdasarkan faktor yang mepengaruhi terdiri dari Intelegensi, kondisi
fisik, Penerimaan diri, lingkungan sosial, lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga. Berdasarkan faktor yang mepengaruhi harga diri, Remaja di SMP
Shalahuddin sebagian besar berada dalam harga diri yang baik, namun
berdasarkan faktor yang mepengaruhi harga diri terlihat perbedaan jumlah
remaja dengan harga diri pada setiap faktor yang mepengaruhi.
55
Komponen tentang intelegensi remaja di SMP Shalahudin Malang
yaitu sebesar 17 %. Intelegensi remaja berhubungan dengan hal yang
sangat mendukung dalam mepertahankan diri atau mengangkat harga diri
seseorang(Esa,dkk,2014).
Komponen tentang kondisi fisik remaja di SMP Shalahuddin Malang
yaitu sebesar 13%. Hal ini sehubungan dengan Coopersmith (dalam
Ghufron,2010) menemukan adanya hubungan yang konsisten antara daya
tarik dan tinggi badan dengan harga diri.Individu dengan kondis fisik yang
menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik dibandingkan dengan
kondis fisik yang kurang menarik. Begitu pula dengan remaja yang terlalu
mamikirkan masalah ukuran dan bentuk tubuhnya.
Komponen Penerimaan diri remaja di SMP Shalahuddin Malang yaitu
sebesar 17% . Hal ini sehubungan dengan Chamberlain dan Haaga (dalam
Davies, 2007) yaitu harga diri meiliki hubungan yang erat dengan
penerimaan diri. Penerimaan diri akan mengarahkan pada harga diri yang
lebih tinggi dibandingkan ketidakmampuan untuk menerima diri.
Komponen lingkungan sosial remaja di SMP Shalahuddin Malang
yaitu sebesar 18%. Hal ini sehubungan dengan Klass dan Hodge (dalam
Ghufron, 2010) berpendapat bahwa pembentukan harga diri dimulai dari
seseorang mencari dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari
proses lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain
kepadanya. Termasuk penerimaan teman dekat, mereka bahkan mau untuk
melepaskan prinsip diri dan melakukan perbuatan yang sama dengan teman
dekat mereka agar bisa dianggap ‘sehati’ walaupun itu adalah perbuatan
negatif.
56
Komponen lingkungan sekolah remaja di SMP Shlahuddin yaitu
sebesar 16%. Hal ini sehubungan dengan Ali dan Asrori (dalam Tania, 2011)
bahwa sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam
kesehariannya. Di dalam sekolah itu sendiri terdiri dari tenaga pengajar,
peserta didik, kurikulum, ekstrakulikuler dan jurusan. Peran lingkungan yang
ada di dalam sekolah tidak dapat diabaikan dalam membentuk harga diri
siswa (Farid & Akhtar, 2013)
Komponen lingkungan keluarga pada remaja di SMP Shalahuddin
Malang yaitu sebesar 19%. Hal ini sehubungan dengan Gerungan (dalam
Sari,2009), menyatakan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial
pertama dalam kehidupan manusia. Coopersmith (dalam Ghufron, 2010)
berpendapat bahwa perlakuan adil, pemberian kesepakatan untuk aktif dan
mendidik yang demokratis akan membuat anak mendapat harga diri yang
tinggi. Sebaliknya, orang tua yang sering memberi hukuman dan larangan
tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak berharga.
6.2 Prokrastinasi Akademik Remaja di SMP Shalahuddin Malang
Berdasarkan data penelitian mengenai prokrastinasi akademik remaja
di SMP Shalahuddin Malang didapatkan data 81 responden. Responden
berdasarkan kelompok prokrastinasi akademik paling banyak adalah remaja
yang memiliki prokarastinasi akademik tinggi dengan 78 responden (96,3 %)
dan remaja dengan prokrastinasi akademik sedang sebanyak 3 responden
(3,7%). Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Janssen dan Cartoon (dalam Erfina, 2014) yang menyatakan
bahwa prokrastinasi akademik merupakan salah satu masalah yang terjadi
57
pada sebagian remaja dan memperkirakan bahwa 95% remaja melakukan
perilaku prokrastinasi akademik dengan berbagai tingkatan.
Berdasarkan hasil tersebut, maka terdapat beberapa analisis yang
dapat dilakukan dan dikaitkan dengan faktor yang berkaitan dengan
prokrastinasi akademik. Faktor pertama yang dapat dianalisis adalah jenis
kelamin. Dalam penelitian ini didapatkan prokrastinasi akademik remaja di
SMP Shalahuddin Malang diperoleh kategori tinggi yang berdasarkan jenis
kelamin paling banyak pada laki-laki dengan 43 responden (53,1%) dan
perempuan dengan 35 responden (43,2 %). Untuk prokrastinasi sedang
remaja laki laki dengan 2 responden (2,5%) dan perempuan dengan 1
responden (1.2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Vika (2013) yang menyatakan bahwa prokratinasi akademik laki laki lebih
tinggi dari pada perempuan. Karena, laki-laki lebih tinggi melakukan
kecurangan akademik dibandingkan perempuan. Hal ini dikarenakan teori
sosialisasi peran jenis gender yakni perempuan dalam berorientasi lebih
mematuhi peraturan dibandingkan laki-laki.
Faktor selanjutnya yang mepengaruhi prokrastinasi akademik adalah
kelas responden. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan prokrastinasi
lebih banyak dilakukan pada kelas VII dengan jumlah 40 responden (49,4%).
Sedangkan untuk kelas VIII dengan jumlah 38 responden (46,9%).
Prokrastinasi akademik terbagi menjadi 3 aspek, yaitu membuang
waktu, menghindari tugas dan menyalahkan orang lain. Aspek mebuang
waktu berkaitan dengan kecenderungan untuk mebuang waktu dalam
pengerjaan tugas yang pada akhirnya menyebabkan penundaan,
menghindari tugas berkaitan dengan kecenderungan untuk menghindari hal-
58
hal yang dianggap tidak menyenangkan orang lain (Basco,2010).
Berdasarkan 3 aspek prokrastinasi akademik remaja di SMP Shalahuddin
Malang memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang bervariasi, namun
secara keseluruhan berada di rentang prokrastinasi tinggi.
Aspek membuang waktu berkaitan dengan kecenderungan untuk
membuang-buang waktu sehingga pada akhirnya melakukan prokrastinasi
(Tuckman,1991). Pada penelitian ini , jumlah remaja denga membuang
waktu ringan 11 responden (15%), membuang waktu sedang 19 responden
(19%), dan membuang waktu berat 54 responden (66%). Sehingga dapat
dismpulkan bahwa berdasarkan aspek membuang waktu prokrastinasi
akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang cukup tinggi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Paola dan Soope (2014) remaja
dengan prokrastinasi tinggi erat kaitanyya dengan mebuang waktu sehingga
menyebabkan performa akademik menjadi tidak baik. Untuk menurunkan
tingkat prokrastinasinya dapat dilakukan dengan menggunakan waktu
dengan bijaksana dan menganggap waktu adalah hal yang berharga
sehingga tidak dilakukan penundaan (Akinsola, et al 2007).
Aspek menghindari tugas berkaitan dengan kecenderungan
menghindari tugas karena dianggap tidak menyenangkan dan menganggap
tugas sulit dan kurang penting untuk dikerjakan (Tuckman, 1991). Pada
penelitian ini, jumlah remaja dengan aspek menghindari tugas berat 57
responden (70%), menghindari tugas sedang 19 responden (23%) dan 5
responden (7%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek
menghindari prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin
Malang cukup tinggi.
59
Pada penelitian yang dilakukan oleh Paola dan Scopa (2014) remaja
dengan prokrastinasi akademik sedang berefek pada peningkatan 3%
kemungkinan drop out dari sekolah, sedangkan pada remaja dengan
prokrastinasi berat meningkatkan kemungkinan drop out 10% lebih tinggi
dibandingkan dengan prokrastinasi rendah. Untuk mengatasi prokrastinasi
dalam aspek menghindari tugas, hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu
adalah menentukan penyebab remaja merasa tugas menjadi sulit dan kurang
penting. Apabila hal tersebut dirasakan karena remaja merasa dirinya tidak
kompeten, maka dapat diatasi dengan meningkatkan kompetensi personal
yang dimiliki remaja, yang terdiri dari 5 aspek yaitu kekeuatan emosional,
pikiran yang terarah, manajemen waktu, kontrol tingkah laku dan
kemampuan menyelesaikan tugas (Akinsola, et al 2007).
Aspek menyalahkan orang lain berkaitan dengan kecenderungan
menyalahkan kejadian eksternal atau orang lain untuk setiap konsekuensi
dari prokrastinasi. Pada penelitian ini, jumlah mahasiswa dengan aspek
menyalahkan orang lain ringan 10 responden (13%),menyalahkan orang lain
sedang 41 responden (50%) dan menyalahkan orang lain berat 30
responden (37%).%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek
menyalahkan orang lain prokrastinasi akademik pada remaja di SMP
Shalahuddin Malang dalam kategori sedang.
6.3 Hubungan Harga Diri dengan Prokrastinasi Akademik Pada Remaja di SMP
Shalahuddin Malang
Hasil penelitian yang dilakukan di SMP Shalahuddin Malang,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan harga diri dengan prokrastinasi
60
akademik pada remaja. Hal tersebut diuji menggunakan korelasi Rank
Spearman untuk melihat hubungan dan keterkaitan antara variable
independen dan dependen, serta mengetahui arah hubungan kedua variable.
Pada hasil uji analisa dapat dilihat bahwa nilai koefisien uji Spearman Rank
memiliki hubungan yang signifikan karena memiliki p-value (0,000) )<0,05,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terapat hubungan yang signifikan
antara harga diri dengan prokrastinasi akademik pada remaja di SMP
Shalahuddin Malang. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,683 dengan korelasi
kategori cukup kuat (0,60 – 0,799) (Sugiyono,2012).
Dalam penelitian ini juga terlihat,ketika harga diri remaja rendah
prokrastinasi akademik tergolong tinggi 4 responden (4,9%), Harga diri rendah
dengan prokrastinasi akademik sedang 3 responden (3,7%), Harga diri tinggi
dengan prokrastinasi akadeik tinggi 74 responden (91,4%). Hal ini dapat
dismpulkan bahwa harga diri dan prokrastinasi akademik remaja di SMP
Shalahuddin termasuk kategori tinggi.
Hasil dari penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erma (2013) yang menyatakan hubungan negatif yang sangat
signifikan antara harga diri dengan prokrastinasi akademik pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi UMS artinya semakin tinggi harga diri maka semakin
rendah prokrastinasi akademik atau sebaliknya semakin rendah harga diri
maka semakin tinggi prokrastinasi akademik seseorang. Penelitian tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rensi (2016) yang menyatakan
bahwa prokrastinasi memiliki hubungan negative dengan harga diri, dimana
semakin tinggi harga diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik.
61
Gufron dan Rini (2010) menyatakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi akademik dapat di kategorikan menjadi dua,
yaitu faktor eksternal dan faktor internal.Salah satu faktor internal yang
mempengaruhi adalah harga diri. Harga diri remaja di SMP Shalahuddin
tergolong tinggi. Hal ini sesuai dengan Akinsola dan Tela (2007)
mengutarakan bahwa bisa saja seorang individu yang memiliki harga diri yang
tinggi akan bisa melakukan prokrastinasi yang jika lingkungan sekitar menjadi
ancaman bagi dirinya untuk bisa mepengaruhi melakukan prokrastinasi. Hal
ini dikarenakan individu banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar
contohnya lingkungan keluarga dan sosial yang merupakan tempat
bersosialisasi dan pembentukan harga diri pada seorang individu. Lingkungan
yang mengancam adalah lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku
individu seperti individu bisa terpengaruh oleh lingkungan sosial karena
seseorang lebih meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman atau
kerabat daripada mengerjakan tugas yang harus dilakukan.Hal ini sejalan
dengan lingkungan yang ada di SMP Shalahuddin Malang bahwa siswa
mudah terpengaruh dengan ajakan teman untuk bermain dan lebih memilih
melakukan hal yang menyenangkan bersama teman-teman sehingga tugas
tidak segera dikerjakan dan terbengkalai dan akhirnya siswa lebih sering
melakukan prokrastinasi akademik. Selain itu siswa juga kurang kondusif
apabila dalam aktivitas belajar mengajar sehingga siswa banyak yang tidak
tahu apa yang dijelaskan oleh guru sehingga siswa melakukan kecurangan
dalam bidang akademik seperti tidak mengerjakan PR yang telah diberikan
sehingga dapat muncul perilaku prokrastinasi akademik.
6.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. Penggunaan teori atau sumber pustaka yang lebih dari 10 tahun banyak
terdapat pada penelitian ini, dikarenakan tidak terdapat teori terbaru
mengenai variable yang digunakan
62
2. Sampel yang digunakan tidak pada seluruh kelas tapi hanya menggunakan
kelas VIIA, VIIB, VIIIA, VIIIB sehingga tidak bisa mengobservasi harga diri
dan prokrastinasi akademik secara keseluruhan langsung.
3. Penelitian ini tidak melakukan proses screening pada tahap sebelum
penelitian sehingga hasil yang didapatkan memeiliki hasil yang kuat.
4. Penelitian ini tidak terdapat kriteria inklusi dan eksklusi
6.5 Implikasi Keperawatan
Adanya hubungan antara harga diri dengan prokrastinasi akademik yang
positif signifikan menunjukkan jika harga diri tinggi, maka kecenderungan untuk
melakukan prokrastinasi juga tinggi, sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih
dari pihak guru di sekolah khususnya pada guru BK yang bersangkutan. Melalui
peraturan tata tertib yang dapat diterapkan disekolah dapat mengurangi tindakan
prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh remaja sehingga remaja dapat
bertindak disiplin di lingkungan sekolah dan pihak sekolah dapat melakukan
kegiatan belajar kelompok bagi para siswa dalam mengerjakan tugas akademik
sehingga kegiatan ini mampu dapat mengurangi perilaku prokrastinasi akademik.
63
63
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian “Hubungan antara Harga
Diri dengan Prokrastinasi Akademik pada Remaja di SMP Shalahuddin
Malang” ini adalah :
a. Remaja SMP Shalahuddin Malang memiliki harga diri tinggi sebanyak 74
responden (91,4%) dari total 81 responden
b. Remaja SMP Shalahuddin Malang memiliki prokrastinasi akademik tinggi
sebanyak 78 responden (96,3%) dari total 81 responden
c. Terdapat hubungan signifikan antara harga diri dengan prokrastinasi
akademik,
d. Dari hasil uji Spearmen Rank didapatkan bahwa nilai uji korelasi adalah
yang berarti terdapat hubungan kuat antara harga diri dengan
prokrastinasi akademik pada remaja.
7.2 Saran
7.2.1 Untuk Peneliti Selanjutnya
1. Dari hasil penelitian ini, terdapat hubungan antara harga diri dengan
prokrastinasi akademik pada remaja di SMP Shalahuddin Malang.
Selain itu pada beberapa penelitian bivariat lain banyak faktor yang
berhubungan dengan prokrastinasi akademik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian multivariate untuk melihat faktor yang lebih
dominan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya pada kelas VII dan VIII
SMP Shalahuddin Malang..Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat
melakukan penelitian yang lebih proporsional dengan memperluas
populasi.
64
7.2.2 Untuk Instansi Terkait
Adanya hubungan harga diri dengan prokrastinasi akademik pada
remaja di SMP Shalahuddin Malang. Maka diperlukan kerjasama antara
penyelenggara pendidikan di sekolah, komunitas, dan juga orang tua siswa.
Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan melalui penyusunan kebijakan yang
dapat mengurangi prokrastinasi akademik di sekolah. Keberhasilan intervensi
ini perlu didukung dengan selalu diberikan arahan dan diberitahukan dampak
yang akan terjadi apabila prokrastinasi dilakukan. Sering diadakannya kerja
kelompok juga dapat mengurangi prokrastinasi akademik.
7.2.3 Untuk Siswa/Siswi
Untuk mengatasi dan mencegah prokrastinasi akademik
diperlukan beberapa komponen dari guru sampai siswa/siswi, kepala
sekolah dan orang tua. Adapun kegiatan yang dapat menunjang
untuk mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa/siswi antara
lain :
1. Melibatkan langsung siswa/siwi secara langsung dalam suatu
kelompok diskusi yang membahas mengenai prokrastinasi
akademik.
2. Bagi para siswa diharapkan agar tetap mengoptimalkan kontrol
dirinya sehingga dapat terus mencegah perilaku prokrastinasi
akademik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Akinsola,M.K.& Tella. A. 2007. Correlates of Academic Procrastination and
Mathematics Achievement of University Undergraduate Student. Eurasia
Journal of Mathematics Science & Technology Education. 3 (4). 363-367.
Akmal, Vika Elvira. 2013. Perbedaan Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis
Kelamin Dengan Mengontrol Manajemen Waktu Pada Mahasiswa Yang Kuliah
Sambil Bekerja Di Yogyakarta. Jurnal Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas
Ahmad Dahlan.
Anggraeni, D.C. 2014. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prokrastinasi
Akademik Pada Siswa Kelas XI di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta.
Baron, Robert, A., & Byrne. D. 2012. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga
Basco, Monica Ramirez. 2010. The Procrasstinator’s Guide to Getting Things Done.
Diterjemahkan oleh E. Esti Hapsari. 2011. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Bernard, M.E.1991.Procrastinate Later : How To Motivate Yourself To Do It
Now.Journal Monash University
Carpenito, L.J.2009. Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi
9.Jakarta : EGC
Cipta.
Coopersmith, Stanley. 1967. The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W.
Coopersmith, Stanley. 1981. The Antecendents of Self-Esteem. Pala Alto :
Consulting Psychologists Pr. Inc
Davis,Keith 2007. Jilid 1-2 Perilaku dalam Organisasi.Jakarta:PT.Erlangga
Farid,M,.& Akhtar,M.2013. Self Esteem of Secondary School Students in Pakistan.
Journal of Scientific Research,Vol.14,No.10,hlm 1325-1330
66
Ghufron M. Nur, Rini Risnawati S. 2010. Teori-teori Psikologi. Ar Ruz Media
:Yogyakarta
Guindon, Marry H.2010.Self Esteem Across The Lifespan: Issues and Interventions
New York: Taylor & Francis Group
Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Yulia 2008.Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan
keluarga. Jakarta:Gunung Mulia
Gunarsa, Singgih D. 2008.Psikologi Perawatan cetakan 5. Jakarta: Gunung Mulia
H. Freeman
Knaus, William.2010. End Procrastination Now! Get it Done with a Proven
Psychological Approach.
Lestari, Erma. 2013. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi
Belajar Siswa Konsentrasi Patiseri SMK Negeri 1 Sewon Bantul. Jurnal FT
UNY. Diakses pada 6 April 2017
Lubis, Namora Lumongga. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana
Murk. C. J. 2006. Self-esteem research, theory, and practice : toward a positive
psychology of self-esteem 3rd edition. New York : Springer Publishing
Company Inc
Nari, Rensi.2016. Hubungan Self Esteem dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa fakulltas ilmu kesehatan uksw.Salatiga: Jurnal UKSW.Diakses
pada tanggal 8 April 2017
Notoadmodjo, 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku,, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Nugrasanti, Renni. 2006. Locus Of Control dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.
Jurnal Provitae. Vol. 2. No. 1, Mei 2006
Nur Ghufron dan Rini Risnawita. 2014. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
67
Prameswari, A.K. 2013 .Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan
Keputusan Karir Siswa.Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.
Rosenberg.1965.The Self Esteem Scale .http://www.wwnorton.com
/college/psych/psychsci/media/rosenberg.htm. Diunduh pada tanggal 16
September 2016
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Pendidikan (edisi kedua). (Penerj. Tri Wibowo B.S).
Sarwono, S. W. 2010. Psikologi Remaja, Edisi Revisi., Jakarta: PT Raja Grafindo
Savira Fitria, & Suharsono Yudi. 2013. Self-Regulated Learning (SLR) dengan
Prokrastinasi Akademik pada Siswa Akselerasi. Vol. 01, No.01
Simbolon. 2011. Perilaku Outsourcing. Medan; Siregar Group.
Sriati, Aat, dan Tati Hernawati. 2007. Pengaruh Training Pengembangan Diri
Terhadap Harga Diri Remaja Putri Homoseksual di Desa Cibeureum
Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Laporan Penelitian.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.
Stiyawan, A. & Ismara, I.K. 2014. Hubungan Self Management dan Self Competence
dengan Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas X Jurusan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik SMK 2 Yogyakarta.Journal Universitas Negeri
Yogyakarta
Sugiyarlin.2008.Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Harga Diri
Remaja. Jurnal FIP UPI.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet
Tamami, A.N.I. 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Self-Regulated Learning
terhadap Prokrastinasi pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Tania,R.2011. Hubungan Persepsi Terhadap Peran Ayah dengan Harga Diri
Remaja.(Electronic Version).Skripsi.Medan:Universitas Sumatra Utara
68
Tjunjing, S. 2006. Apakah penundaan menurunkan prestasi? sebuah metaanalisis.
Prenada Media Group.
Tuckman,B.W.1991. The Development and Concurrent Validity of The
Procrastinasion Scale .Educational and Psychological Measurement.
Utomo, D. 2010. Hubungan antara pemalasan sosial dengan prokrastinasi
akademik. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC
World Health Organization, 2014. Adolescenct Health
http://www.who.int/topics/adolescenthealth/en. Diakses tanggal 12
September 2016
Yanuar, E. P. (2005). Hubungan antara harga diri dengan gaya hidup konsumtif
remaja SMU Muhammadiyah I Klaten. Skripsi. Universitas Muhamadiyah
Malang : Malang
Zaitun. 2015. Hubungan Antara Konsep Diri Akademik dengan MOTIVASI Belajar
Siswa MTs Aisyiyah Palembang.Jurnal Universitas Bina Darma Palembang
.