Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN GADGET
DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PERIODE
PRESCHOOL (LITERATURE REVIEW)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan
GHINA NUR MAULIDA
NIM AK116022
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Anak usia prasekolah (3-6 tahun) mengalami proses perkembangan pada
beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, motorik, bahasa, sosial dan emosional.
Penggunaan gadget pada anak usia prasekolah berawal dari motivasi orang tua
yang beranggapan bahwa pemberian gadget dapat memenuhi kebutuhan anaknya.
Penggunaan gadget yang relatif lama >60 menit akan menimbulkan dampak
negatif pada perkembangan anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan
intensitas penggunaan gadget dengan perkembangan anak periode preschool.
Metode yang digunakan adalah metode systematic literature review.
Pencarian jurnal menggunakan database google scholar, pubmed, dan portal
garuda dengan kata kunci “gadget, perkembangan anak, prasekolah”. Jumlah
populasi mencapai 412 jurnal, namun hanya 11 jurnal internasional dan nasional
yang dijadikan sampel karena sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
Instrumen yang digunakan yaitu instrumen JBI (Joanna Briggs institute).
Hasil penelitian berdasarkan jurnal yang ditelaah, terdapat 11 jurnal yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara intesitas penggunaan gadget dengan
aspek-aspek perkembangan anak periode prechool, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ntensitas penggunaan gadget memiliki hubungan dengan perkembangan
anak periode preschool. Berdasarkan hasil penelitian, literature review ini
diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan bagi petugas
kesehatan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak
salah satunya intensitas penggunaan gadget.
Kata Kunci : Gadget, Perkembangan Anak, Prasekolah.
Referensi : 12 Buku (2010-2020)
23 Jurnal (2010-2020)
4 Website (2010-2020)
v
ABSTRACT
Preschoolers (3-6 years old) experience the development process in
several aspects, namely cognitive, motor, language, social and emotional aspects.
The use of gadgets in preschoolers begins with the motivation of parents who
assume that the provision of gadgets can meet the needs of their children. The use
of gadgets that are relatively long> 60 minutes will have a negative impact on
children's development.
The purpose of this literature review is to find out and explain the
relationship between the intensity of the use of gadgets and the development of
preschool children.
The method used is a systematic literature review method. Search journals
using Google Scholar database, PubMed, and Garuda portal with the keywords
"gadget, child development, preschool". The population reached 412 journals, but
only 11 international and national journals were sampled because they fit the
inclusion and exclusion criteria. The instrument used was the JBI (Joanna Briggs
institute) instrument.
The results of the research are based on the journals reviewed, there are
11 journals which state that there is a relationship between the intensity of gadget
use and aspects of child development in the prechool period, so it can be
concluded that the intensity of using gadgets has a relationship with the
development of children in the preschool period. Based on the research results,
this literature review is expected to provide information and considerations for
health workers regarding factors that can influence children's development, one
of which is the intensity of using gadgets.
Keywords : Gadget, Development Child, Preschool.
Reference : 12 Book (2010-2020)
23 Journal (2010-2020)
4 Website (2010-2020)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kesehatan kepada peneliti dan atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Intensitas
Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Anak Periode Preschool.
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana
Bandung Tahun 2020. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kiranya peneliti
mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada :
1. H. Mulyana SH. M.Pd, M.H.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana
Bandung.
2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt, selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
3. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung.
4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.
5. Susan Irawan, S.Kep., Ners., MAN, selaku Pembimbing Utama dalam
menyusun skripsi ini yang telah banyak membantu dan memberi masukan
serta membimbing peneliti dengan sabar dan ketulusannya.
vii
6. R. Nety Rustikayanti, M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping dalam
menyusun skripsi ini yang telah banyak membantu dan memberi masukan
serta membimbing peneliti dengan sabar dan ketulusannya.
7. Kedua Orangtua, Toto Suharto dan Suryani Hamidah yang selalu
mendo’akan, memberikan motivasi, dan pengorbanannya baik dari segi moril
dan materi kepada peneliti sehinggan peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semuadan menjadi bahan masukan dalam dunia keperawatan dan pendidikan.
Bandung, Agustus 2020
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN ........................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periode Anak Preschool (Prasekolah) ...................................................... 7
2.2 Perkembangan Anak Periode Preschool (Prasekolah) .............................. 7
2.3 Penggunaan Gadget ................................................................................. 22
ix
2.4 Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perkembangan ............ 26
2.5 Teori Model Keperawatan ....................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 31
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 31
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 32
3.4 Tahapan Literature Review ..................................................................... 33
3.5 Analisa Data ........................................................................................... 36
3.6 Etika Penelitian ....................................................................................... 37
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 38
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 43
4.3 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 47
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 48
5.2 Saran ....................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Sesuai Umur .................................................9
Tabel 4.1 Penilaian Kritis tentang Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget
dengan Perkembangan Anak Periode Preschool .................................39
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 3.1 Prisma Flow Diagram .......................................................................36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule
Lampiran 2 Instrumen Critical Appraisal JBI
Lampiran 3 Scoring
Lampiran 4 Matriks Artikel
Lampiran 5 Lembar Bimbingan
Lampiran 6 Matriks Evaluasi Penguji
Lampiran 7 Pernyataan Bebas Plagiarsme
Lampiran 8 Biodata Peneliti
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang belum dewasa atau belum mengalami
masa pubertas dari masa di dalam kandungan hingga usia 6 tahun. Tahap
perkembangan anak dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu prenatal (proses
pertumbuhan anak didalam kandungan), Infant (0-1 tahun), Toddler (1-3
tahun), preschool (3-6 tahun), dan school (6-12 tahun). Anak usia 3-6 tahun
disebut juga sebagai anak pra sekolah atau masa pra sekolah. Masa
prasekolah merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 2015).
Pertumbuhan fisik dan peningkatan perkembangan sangat penting selama
periode prasekolah (Kyle, 2015).
Pertumbuhan fisik pada anak usia prasekolah yaitu bertambahnya
tinggi badan, berat badan, dan pertumbuhan struktur organ-organ tubuh dan
otak. Perkembangan pada masa prasekolah ini meliputi kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, emosi, dan interaksi sosial (Soetjiningsih, 2015). Dalam
perkembangan ini, otak anak lebih terbuka untuk belajar dan lebih peka
terhadap lingkungan, lingkungan yang mendukung atau tidak mendukung.
Masa ini disebut juga sebagai Golden Age Periode yang diartikan sebagai
masa keemasan pada anak dan bisa di sebut sebagai masa kritis atau critical
2
periode. Berhubung masa ini tidak berlangsung lama, anak harus mendapat
perhatian yang serius pada awal kehidupannya. Mengingat pentingnya
tumbuh kembang pada masa anak maka stimulasi dan deteksi dini perlu
dilakukan (Depkes RI, 2005).
Pada masa ini, bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang
adalah hal yang penting yang harus dilakukan orangtua untuk perkembangan
anak. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi
melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-
ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya (Kania 2006). Peran
orang tua yang dulunya sebagai teman bermain bagi anaknya sekarang telah
digantikan oleh gadget, padahal masa prasekolah adalah masa dimana
tumbuh dan berkembangnya fisik maupun psikologis manusia. Ketika anak
berada pada masa Golden Age, mereka menjadi peniru yang handal, lebih
pintar dari yang difikirkan dan lebih cerdas. Ketika anak diberikan gadget
sebagai mainan, maka itu akan berpengaruh terhadap proses
perkembangannya (Abdillah, 2019).
Penggunaan gadget adalah sebuah upaya menggunakan perangkat
atau instrumen elektronik yang dianggap memiliki tujuan dan fungsi praktis
terutama untuk membantu pekerjaan manusia. Contoh dari gadget yang
dipakai oleh anak usia prasekolah biasanya smartphone, i-phone, dan tab
(Iswindharmanjaya, 2014). Penggunaan gadget pada anak berawal dari cara
orang tua ataupun keluarga berupaya memberikan fasilitas pada anaknya
dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan anaknya. Berawal dari motivasi
3
orangtua atau keluarga yang salah tersebut, secara tidak langsung
mengenalkan anak dengan gadget yang nantinya dapat memicu rasa
keingintahuan anak yang lebih terhadap gadget.
Penggunaan gadget yang relative lama (> 60 Menit) dan sering (>60
menit setiap hari) pada anak usia prasekolah akan memiliki beberapa dampak
seperti dampak positif dan negatif. Dampak positif penggunaan gadget adalah
berkembangnya imajinasi, melatih kecerdasan, meningkatkan rasa percaya
diri, mengembangkan dalam kemampuan membaca, matematika, dan
pemecahan masalah. Sedangkan dampak negatif penggunaan gadget pada
anak usia dini yaitu, penurunan konsetrasi belajar, malas membaca dan
menulis, penurunan kemampuan bersosialisasi, kecanduan, perkembangan
kognitif anak terhambat, menghambat kemampuan berbahasa, dan dapat
mempengaruhi perilaku anak (Handrianto, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imron (2017),
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan penggunaan gadget dengan
perkembangan sosial emosional anak prasekolah. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Baderi (2017), penelitian menyatakan bahwa
ada hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan interaksi sosial anak
usia prasekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dyana, dkk
(2018), memaparkan bahwa penggunaan gadget yang relatif lama pada anak
di bawah usia 6 tahun memberikan dampak negatif pada perkembangan
kognitif dan sosial mereka. Berdasarkan hasil penelitian Ayu, dkk (2019),
hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan kebiasaan penggunaan
4
gadget dengan perkembangan bahasa pada anak usia pra sekolah. Sedangkan
menurut hasil penelitian Dewi, dkk (2019), menyatakan bahwa tidak ada
hubungan positif dari penggunaan gadget terhadap perkembangan bahasa
anak usia dini (0-6 tahun).
Menurut pengamatan peneliti, anak-anak usia 3-6 tahun yang
menggunakan gadget sudah banyak dijumpai, karena diberi izin oleh
orangtuanya. Peneliti mengamati sudah banyak anak yang malas untuk
belajar hanya karena gadget. Walaupun tujuan orangtua baik karena ingin
memenuhi kebutuhan anaknya, namun orangtua juga harus tau kapan waktu
yang tepat mereka memperikan fasilitas gadget pada anak mereka. Anak
menjadi lebih cenderung asyik sendiri dengan gadgetnya, mereka asyik
bermain game dan menonton video dengan waktu yang cukup lama dan tanpa
disadari, anak akan menjadi kecanduan dengan gadget lalu akan berdampak
seperti malas belajar, malas bersosialisasi dengan teman sebayanya, sulit
diajak berkomunikasi karena fokus terhadap gadgetnya, dari sulit
bersosialisasi anak akan cenderung berdiam diri tanpa ada aktivitas fisik
menyebabkan kurangnya mengasah kemampuan motorik, lalu ketika
gadgetnya diambil atau tidak diberikan anak akan mudah marah.
Berdasarkan uraian fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan intensitas penggunaan gadget dengan perkembangan anak periode
preschool.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Intensitas Penggunaan
Gadget dengan Perkembangan Anak Periode Preschool?”
1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi, menganalisa, dan mengevaluasi hubungan intensitas
penggunaan gadget terhadap perkembangan anak periode preschool.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
keperawatan khususnya di keperawatan anak yang berkaitan dengan
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak khususnya anak
usia prasekolah salah satunya adalah penggunaan gadget.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh para
tenaga kesehatan untuk .melakukan pemeriksaan perkembangan
secara berkala dan mengadakan pendidikan kesehatan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
6
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi dan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan anak yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan gadget dengan
perkembangan anak periode preschool. Metode penelitian ini adalah
systematic literature review dengan populasi jurnal internasional dan
nasional.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Periode Anak Preschool (Prasekolah)
Anak prasekolah adalah anak usia antara 3-6 tahun. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung stabil berupa perubahan ukuran kecilnya fungsi
organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh serta terjadi
perkembangan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
keterampilan dan proses pikir. Aspek tumbuh kembang anak merupakan
suatu aspek yang diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan
aspek yang menjelaskan mengenai pembentukan perkembangan, baik dari
fisik maupun psikososial (Soetjiningsih, 2015).
Masa anak prasekolah merupakan periode penting dalam tumbuh
kembang anak. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi
dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 2015).
Periode prasekolah ini adalah kelanjutan perkembangan dari masa todler
dan akan dikuasai dan sempurna di masa prasekolah ini (Kyle, 2015).
2.2 Perkembangan Anak Periode Preschool (Prasekolah)
2.2.1 Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks,
8
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasl dari proses
pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi
sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ, yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan, kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan
perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya. Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat
progresif, terarah, dan terpadu/koheren. Progresif mengandung arti
bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung
maju ke depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan
yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya. (Soetjiningsih,
2015)
2.2.2 Tahap-tahap Perkembangan Periode Preschool (Prasekolah)
1. Perkembangan kognitif
Tahap perkembangan kognitif usia pra sekolah digambarkan
dalam teori Piaget sebagai tahap praoperasional (2-7 tahun). Dimana,
selama tahap ini, anak mulai memiliki kecakapan motorik, proses
berpikir anak-anak juga berkembang, meskipun mereka masih
dianggap jauh dari logis karena biasanya anak usia prasekolah ini
memiliki khayalan atau imajinasi yang tinggi. Pada fase ini, anak
bersifat egosentrik dan mampu mendekati masalah hanya dari satu
sudut pandang.
9
Anak prasekolah biasanya mampu menghitung hingga 10
atau lebih, dapat menyebutkan paling sedikit 4 warna, mengenakan
sepatunya sendiri, berpakaian sendiri, dan anak usia ini mengetahui
tentang hal-hal yang digunakan setiap hari, seperti uang, makanan,
dan peralatan (Kyle, 2015).
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik dibagi menjadi 2, yaitu
perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan
motorik kasar melibatkan otot-otot besar; meliputi perkembangan
gerakan kepala, badan, anggota badan, keseimbangan dan
pergerakan. Perkembangnan motorik halus, adalah koordinasi halus
yang melibatkan otot-otot kecil; meliputi anak dapat menggerakan
setiap jarinya dan menggenggam sesuatu, menulis dengan bebas,
memotong dengan gunting dan mengikat sesuatu (Kyle, 2015).
Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Sesuai Kelompok Umur
Usia (bulan) Motorik Kasar Motorik Halus
36-48 1. Berdiri pada satu kaki
selama 2 detik
2. Melompat dengan kedua
kaki diangkat
3. Mangayuh sepeda roda
tiga
1. Menggambar garis lurus
2. Menumpuk 8 buah
kubus
48-60 1. Berdiri pada satu kaki
selama 6 detik
2. Melompat lompat
dengan satu kaki 3. Menari
1. Menggambar tanda
silang
2. Menggambar lingkaran
3. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
(kepala, badan, lengan)
60-72 1. Berjalan lurus
2. Berdiri dengan satu kaki
selama 11 detik
1. Menangkap bola kecil
dengan kedua tangan
2. Menggambar segi
empat
Sumber : Needlman, (2004 dalam Soetjiningsih 2015)
10
3. Perkembangan Emosional dan Sosial
1) Perkembangan Emosional
Anak prasekolah cenderung memiliki emosi yang kuat,
mereka dapat bahagia, senang, gembira, dan diwaktu selanjutnya
anak dapat sangat kecewa. Anak prasekolah lebih bangga
menggunakan kontrol diri daripada menyerah pada rangsangan
mereka. Sebagian besar anak di usia ini telah belajar
mengendalikan perilaku mereka (Kyle,2015).
2) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan
anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
Mula-mula anak hanya mengenal orang-orang yang paling dekat
dengan dirinya, yatu ibunya, selanjutnya orang-orang yang
serumah (Soetjiningsih, 2015). Seorang teman merupakan bagian
penting dalam perkembangan sosial, dimana anak prasekolah
memerlukan berinteraksi dengan teman dan belajar bagaimana
cara mempertahankan pertemanan (Kyle, 2015).
4. Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indicator seluruh
perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kelainan pada sistem lainnya, seperti kemampuan
kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan disekitar
anak (Soetjiningsih, 2015).
11
Perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah
diekspresikan melalui pikiran dan kreativitas. Pada masa ini anak
biasanya menggunakan bahasa telegrafik, yaitu menggunakan
kalimat singkat yang mengandung informasi. Kosakata pada masa
prasekolah ini bisa mencapai 2.100 kata (Kyle,2015)
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (2015), faktor yang mempengaruhi
perkembangan adalah :
1. Faktor biologis
a. Rasa atau suku bangsa
Pertumbuhan somatic dipengaruhi oleh rasa tau suku
bangsa. Bangsa kulit putih atau ras Eropa mempunyai
pertumbuhan somatic lebih tinggi daripada bangsa Asia.
b. Jenis kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan
anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa
demikian; mungkin sebabnya adalah perbedaan kromosom
antara laki-laki (xy) dan perempuan (xx). Pertumbuhan fisik dan
motorik berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Anak
laki-laki lebih aktif bila dibandingkan dengan anak perempuan.
12
c. Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, terutama
pada umur satu tahun pertama, karena pada masa itu anak sangat
rentan terhadap penyakit dan terjadi kurang gizi.
d. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak. Kebutuhan anak berbeda dari orang dewasa,
karena makanan bagi anak, selain untuk aktivitas sehari-hari,
juga untuk pertumbuhan.
e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur tidak saja dilaksanakan
kalau anak sakit, melainkan juga mencakup pemeriksan
kesehatan, imunisasi, skrining dan deteksi dini gangguan
tumbuh kembang, stimulasi dini, termasuk pemantauan
pertumbuhan dengan menimbang anak secara rutin setiap bulan.
f. Kerentanan terhadap penyakit
Kerentanan terhadap penyakit dapat dikurangi antara lain
dengan memberikan gizi yang baik termasuk ASI (air susu ibu),
meningkatkan sanitasi, dan memberikan imunisasi. Dengan
demikian, diharapkan anak terhindar dari penyakit yang sering
menyebabkan cacat atau kematian.
13
g. Kondisi kesehatan kronis
Kondisi kesehatan kronis adalah keadaan yang perlu
perawatan terus menerus; tidak hanya penyakit, melainkan juga
kelainan perkembangan seperti autisme, serebral palsi, dan
sebagainya. Anak dengan kondisi kesehatan kronis ini sering
mengalami gangguan tumbuh kembang dan gangguan
pendidikannya.
h. Fungsi metabolisme
Pada anak terdapat perbedaan proses metabolisme yang
mendasar diantara berbagai jenjang umur, maka kebutuhan akan
berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat
atau memadai sesuai dengan tahapan umur. Penyakit metabolik
yang banyak ditemukan pada anak adalah diabetes melitus dan
hipotiroid.
i. Hormon
Hormone-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembanng antara lain adalah : growth hormone, tiroid, hormon
seks, insulin, IGFs (Insulin-like growth factors), dan hormone
yang dihasilkan kelenjar adrenal.
14
2. Faktor Lingkungan
Menurut Soetjiningsih (2015), Faktor lingkungan sebagai berikut :
a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang, banjir, gempa bumi, atau
bencana alam lainnya dapat berdampak pada tumbuh kembang
anak, sebagai akibat dari kurangnya prsediaan pangan dan
meningkatnya wabah penyakit, sehingga banyak anak yang
terganggu tumbuh kembangnya.
b. Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan
terhadap kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan,
baik kebersihan perorangan maupun lingkungan, memegang
peranan yang penting dalam menimbulkan penyakit. Kebersihan
yang kurang dapat menyebabkan anak sering sakit, misalnya
diare, kecacingan, demam tifoid, hepatitis, malaria, demam
berdarah, dan sebagainya.
c. Keadaan rumah
Struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian. Keadaan perumahan yang layak, dengan konstruksi
bangunan yang tidak dapat membahayakan penghuninya, serta
tidak pernah sesak, dan menjamin kesehatan penghuninya.
15
d. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya
radiasi yang tinggi. Radiasi gelombang elektromagnetik dari
gadget memang tidak terlihat, efeknya pun tidak terasa secara
langsung.
3. Faktor Psikososial
a. Stimulasi
Stimulasi dari lingkungan merupakan hal yang paling
penting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat
stimulasi. Stimulasi juga akan mengoptimalkan potensi genetic
yang dipunyai anak. Lingkungan yang kondusif akan mengiring
perkembangan fisik dan mental yang baik, sedangkan
lingkungan yang kurang mendukung akan mengakibatkan
perkembangnan anak dibawah potensi genetiknya. Stimulasi
lingkungan yang dimaksud yaitu suasana di mana anak itu
berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam
kandungan sampai dewasa (Kania 2006).
Perkembangan pada masa prasekolah ini dipengaruhi
oleh stimulasi lingkungan salah satunya stimulasi berlebih dari
penggunaan gadget terbukti menyebabkan keterlambatan
16
perkembangan kognitif, gangguan dalam proses belajar,
tantrum, meningkatkan sifat impulsif, serta menurunnya
kemampuan anak untuk mandiri. Pada masa ini, bermain,
mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah hal yang
penting yang harus dilakukan orangtua untuk perkembangan
anak. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang
saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan
mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi,
dan pikirannya (Kania 2006).
Peran orang tua yang dulunya sebagai teman bermain
bagi anaknya sekarang telah digantikan oleh gadget, padahal
masa prasekolah adalah masa dimana tumbuh dan
berkembangnya fisik maupun psikis manusia. Ketika anak
berada pada masa Golden Age, mereka menjadi peniru yang
handal, lebih pintar dari yang difikirkan dan lebih cerdas. Ketika
anak diberikan gadget sebagai mainan, maka itu akan
berpengaruh terhadap proses perkembangannya (Abdillah,
2019).
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya
perpustakaan, buku-buku yang menarik minat baca anak dan
17
bermutu, suasana tempat belajar yang tenang, sekolah yangn
tidak terlalu jauh, serta sarana lainnya.
c. Ganjaran atau hukuman yang wajar (reinforcement/reward and
punishment)
Kalau anak berbuat benar, kita wajib memberi ganjaran,
misalnya pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dan sebagainya.
Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi
anak untuk mengulangi tingkah laku yang baik tersebut.
Sementara itu, menghukum dengan cara yang wajar, kalau anak
berbuat salah, masih dibenarkan. Hukuman harus diberikan
secara obyektif dengan disertai penjelasan pengertian dan
maksud hukkuman tersebut; bukan hukuman untuk
melampiaskan kebencian dan kejengkelan kepada anak, atau
penganiayaan pada anak (abuse). Anak diharapkan tahu mana
yang baik dan yang tidak baik, sehingga dapat timbul rasa
percaya diri pada anak, yang penting untuk perkembangan
kepribadiannya kelak.
d. Kelompok sebaya
Anak memerlukan teman sebaya untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya. Perhatian dari orang tua tetap
dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul.
Khususnya bagi remaja, harus diperhatikan teman sebayanya,
karena teman sebaya dapat mempengaruhi untuk hal-hal yang
18
tidak baik, seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang, alcohol,
merokok, geng motor, dan sebagainya.
e. Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya; misalnya, anak akan menarik diri, rendah diri,
gagap, nafsu makan menurun, dan bahkan bunuh diri.
f. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun, diharapkan setiap
anak mendapat kesempatan duduk dibangku sekolah minimal 9
tahun. Pendidikan yang baik dapat meningkatkan taraf hidup
anak kelak. Saat ini, yang masih menjadi masalah sosial adalah
masih banyaknya anak yang terpaksa tidak sekolah karena
membantu mencari nafkah untuk keluarganya. Selain itu
perhatian pemerintah terhadap sarana, prasaran, dan mutu
pendidikan dirasakan masih kurang.
g. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan
dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang
adil dari orang tuanya, agar kelak ia menjadi anak yang tidak
sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula.
Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan, yang
menjurus kearah memanjakan, akan menghambat bahkan
mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya, anak
19
akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, kurang
bertanggung jawab, dan kurang bisa menerima kenyataan.
h. Kualitas interaksi anak-orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan
menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka
kepada orang tuanya, sehingga komunikasi bisa timbal balik dan
segala permasalahan dapat dipecahkan bersama. Kedekatan dan
kepercayaan antara orang tua dan anak sangat penting. Interaksi
tidak ditentukan oleh lama waktu bersama anak, tetapi lebih
ditentukan oleh kualitas interaksi tersebut. Kualitas interaksi
adalah pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan
upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang
dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Hubungan yangn
menyenangkan dengan orang lain, terutama dengan anggota
keluarga, akan mendorong anak untuk mengembangkakn
kepribadian dan interaksi sosial dengan orang lain.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat
a. Pekerjaan atau pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan
semua kebutuhan dasar anak
b. Pendidikan ayah atau ibu
20
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
penting untuk tumbuh kembang anak. Karena dapat pendidikan
yang baik, orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana
menjaga kesehatan anak, mendidiknya, dan sebagainya.
c. Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak, pada keluarga yang mampu,
dapat menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang
yang diterima anak, lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat.
Pada keluarga yang sosial ekonomi kurang, jumlah anak yang
banyak dapat menyebabkan kurangnya kasih sayang dan
perhatian pada anak, selain kebutuhan dasar anak juga tidak
terpenuhi. Keluarga berencana tetap diperlukan bagi semua
golongan, baik kaya maupun miskin.
d. Jenis kelamin dalam keluarga
Pada masyarakat tradisional, perempuan mempunyai
status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga angka
kematian dan malnutrisi lebih tinggi pada perempuan. Tingkat
pendidikan pada umumnya juga lebih rendah.
e. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan orumah tangga
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak
21
akan berbeda pada keluarga yang harmonis dibandingkan
dengan mereka yang kurang harmonis.
f. Kepribadian ayah atau ibu
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap tumbh kembang anak, bila
dibandingkan mereka yang mempunyai kepribadian mereka
yang tertutup. Ketiadaan hubungan emosional, akibat penolakan
dari anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua,
seringkali menimbulkan gangguan kepribadian. Sebaliknya,
pemuasan emosional akan meningkatkan perkembangan
kepribadian. Apabila orang tua dapat memahami emosi anak
serta dapat mengajarkan pada anak tentang cara mengenal dan
mengendalikan emosinya, kelak anak akan mempunyai EQ
(Emotional Quotient) yang tinggi. EQ sangat penting dalam
pergaulan dan untuk membina karier mereka kelak. Demikian
pula, moral etika (SQ = Spiritual Quotient) sanngat penting; jika
orang tua mengajarkan nilai-nilai moral sejak dini dan memberi
contoh nyata perbuatan mulia, akan timbul dampak positif pada
perilaku dan moral anak.
g. Pola pengasuhan
Pola pengasuhan yang ditetapkan dalam keluarga
bermacam-macam, seperti pola pengasuhan permisif, otoriter,
atau demokratis; pola ini mempengaruhi perkembangan anak.
22
Anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan permisif, kalau
sudah besar, anak nanti cenderung kurang bertanggung jawab,
mempunyai kendali emosional yangn buruk, dan sering
berprestasi rendah dalam melakukan sesuatu. Sementara itu,
anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan yang demokratis
mempunyai penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik,
anak lebih mandiri serta bertanggung jawab.
h. Adat istiadat, norma, tabu
Adat istiadat yang berlaku disetiap daerah akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Misal di Bali, upacara
agama sering diadakan dan keluarga harus menyediakan
berbagai sajian makanan dan buah-buahan, maka sangat jarang
terdapat anak yang gizi buruk, karena makanan maupun buah-
buahan tersebut akan dimakan bersama setelah selesai upacara.
Demikian pula, norma-norma maupun tabu-tabu yang berlaku
pada masyarakat misalnya, tidak boleh makan daging nantibisa
cacingan dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
i. Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anak-
anak sedini mungkin, karena agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
Sejak dini anak perlu dilatih agar kelak menjadi anak
yang bermoral tinggi. Untuk menjadi manusia yang berkualitas,
23
tidak hanya diperlukan IQ, dan EQ yang tinggi, melainkan
moral etika (SQ) juga harus tinggi.
j. Urbanisasi
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan
dengan segala permasalahannya.
k. Kehidupan politik
Anggaran untuk kesehatan dan pendidikan anak
ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Anak, adalah generasi
penerus bangsa, selayaknya mendapat perhatian yang sungguh-
sungguh.
2.3 Penggunaan Gadget
2.4.1 Definisi Penggunaan Gadget
Penggunaan gadget adalah sebuah upaya menggunakan
perangkat atau instrumen elektronik yang dianggap memiliki tujuan dan
fungsi praktis terutama untuk membantu pekerjaan manusia. Contoh
dari gadget yang dipakai oleh anak usia prasekolah biasanya
smartphone, dan tab (Iswindharmanjaya, 2014).
2.4.2 Intensitas Penggunaan Gadget pada Anak Preschool (Prasekolah)
Orang tua harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang
diperbolehkan untuk anak usia prasekolah dalam bermain gadget,
karena total lama penggunaan gadget dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rideout
24
(2013), didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia 2 sampai 4 tahun
telah menghabiskan waktunya di depan layar selama 1 jam 58 menit
perharinya dan anak usia 5 hingga 8 tahun menghabiskan waktu di
depan layar selama 2 jam 21 menit setiap harinya.
Hal ini bertentangan dengan pendapat WHO yang menyatakan
bahwa anak hanya boleh berada di depan layar <1 jam setiap harinya.
Pendapat tersebut didukung oleh Sigman, seorang psikolog sekaligus
dosen di bidang kesehatan anak yang mengemukakan bahwa waktu
ideal lama anak usia prasekolah dalam menggunakan gadget yaitu 30
menit hingga 1 jam dalam sehari. Sedangkan menurut asosiasi dokter
anak Amerika dan Canada, mengemukakan bahwa anak usia 0-2 tahun
alangkah lebih baik apabila tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak
usia 3-5 tahun diberikan batasan durasi bermain gadget sekitar 1 jam
perhari, dan 2 jam perhari untuk anak usia 6-18 tahun. Akan tetapi,
faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang menggunakan
gadget 4-5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan.
Pemakaian gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi
kesehatan anak, selain radiasinya yang berbahaya, penggunaan gadget
yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada anak. Anak
yang terlalu asik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi
ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu
akan bedampak sangat buruk apabila dibiarkan secara terus menerus.
25
Berdasarkan keterangan diatas, Anindya (2017) membagi
intensitas penggunaan gadget menjadi 2 kriteria :
1. Normal : >1 jam dalam sehari
2. Lama : <1 jam dalam sehari
2.4.3 Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Anak Preschool
Menurut Handrianto (2013), gadget memiliki dampak positif
dan dampak negative. Dampak tersebut antara lain :
1. Dampak positif
a. Berkembangnya imajinasi (melihat gambar kemudian
menggambarkannya sesuai imajinasinya yang melatih daya pikir
tanpa dibatasi oleh kenyataan).
b. Melatih kecerdasan (dalam hal ini anak dapat terbiasa dengan
tulisan, angka, gambar yang membantu melatih proses belajar).
c. Meningkatkan rasa percaya diri (saat anak memenangkan suatu
permainan akan termotivasi untuk menyelesaikan permainan).
d. Mengembangkan kemampuan dalam membaca, matematika, dan
pemecahan masalah (dalam hal ini anak akan timbul sifat dasar
rasa ingin tahu akan suatu hal yang membuat anak akan muncul
kesadaran kebutuhan belajar dengan sendirinya tanpa perlu
dipaksa).
26
2. Dampak negative
a. Penurunan konsentrasi saat belajar (pada saat belajar anak
menjadi tidak fokus dan hanya teringat dengan gadget, misalnya
anak teringat dengan permainan gadget seolah-olah dia seperti
tokoh dalam game tersebut).
b. Malas menulis dan membaca (hal ini diakibatkan dari
penggunaan gadget misalnya pada saat anak membuka video di
aplikasi, anak cenderung melihat gambarnya saja tanpa harus
menulis apa yang mereka cari)
c. Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi (misalnya anak
kurang bermain dengan teman di lingkungan sekitarnya, tidak
mempedulikan keadaan disekelilingnya).
d. Kecanduan (anak akan sulit dan ketergantungan dengan gadget
karena sudah menjadi suatu hal yang menjadi kebutuhan
untuknya)
e. Dapat menimbulkan gangguan kesehatan (jelas dapat
menimbulkan gangguan kesehatan karena paparan radiasi yang
ada pasa gadget, dan juga dapat merusak kesehatan mata anak).
f. Perkembangan kognitif anak usia dini terhambat (kognitif atau
pemikiran proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya akan
terhambat).
27
g. Menghambat kemampuan berbahasa (anak yang terbiasa
menggunakan gadget akan cenderung diam, sering menirukan
bahasa yang di dengar, menutup diri, dan enggan berkomunikasi
dengan teman atau lingkungannya).
h. Dapat mempengaruhi anak usia dini (seperti contoh anak
bermain game yang memiliki unsur kekerasan yang akan
mempengaruhi pola perilaku dan karakter yang dapat
menimbulkan tindak kekerasan terhadap teman).
2.4 Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perkembangan
Kecepatan tumbuh kembang setiap individu bervariasi, tergantung
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya selama proses tumbuh kembang itu
berlangsung, salah satunya faktor psikososial. Dalam faktor psikososial
terdapat stimulasi yang menjelaskan bahwa stimulasi dari lingkungan paling
penting untuk perkembangan anak. Stimulasi akan mengoptimalkan potensial
genetik yang dimiliki oleh anak (Soetjiningsih, 2015). Kebiasaan lingkungan
dan pemberian stimulasi terhadap anak prasekolah akan membentuk
perkembangan anak. Seiring berkembangnya teknologi, banyak sekali yang
berpengaruh pada pemberian stimulasi perkembangan anak salah satunya
penggunaan gadget (Imron, 2017).
Orangtua akan mengizinkan atau memperbolehkan apa saja yang anak
minta seperti gadget, karena orang tua menganggap bahwa pemberian gadget
ini adalah salah satu upaya dalam memenuhi kebutuhan anaknya. Anak
28
menjadi lebih cenderung asyik sendiri dengan gadgetnya, mereka asyik
bermain game dan menonton video dengan waktu yang cukup lama dan tanpa
disadari, anak akan menjadi kecanduan dengan gadget lalu akan berdampak
seperti malas belajar, malas bersosialisasi dengan teman sebayanya, sulit
diajak berkomunikasi karena fokus terhadap gadgetnya, dari sulit
bersosialisasi anak akan cenderung berdiam diri tanpa ada aktivitas fisik
menyebabkan kurangnya mengasah kemampuan motorik, lalu ketika
gadgetnya diambil atau tidak diberikan anak akan mudah marah.
2.5 Teori Model Keperawatan
Teori model yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini
menggunakan teori Kathryn E Barnard, dimana teori ini menjelaskan tentang
hubungan interaktif antara orang tua dan anak secara langsung yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Model keperawatan Barnard
pada awalnya dikembangkan untuk bayi/infant, dan selanjutnya berkembang
menjadi teori interaksi pengkajian pada anak. Model ini difokuskan pada
pengembangan perangkat atau suatu format pengkajian untuk mengevaluasi
kesehatan anak, perkembangan dan pertumbuhannya dengan melihat
hubungan orangtua- anak sebagai suatu interaksi. Karakteristik orang tua dan
anak dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan sistem. Barnard
menekankan modifikasi sebagai perilaku adaptif (Alligood dkk, 2010).
Perilaku adaptif tersebut meliputi :
29
1. Parent’s social and emotional growth fostering activities (orang tua
membantu pertumbuhan social dan emosional)
Kemampuan untuk membantu aktivitas pertumbuhan social emosional
bergantung kamampuan orang tua untuk beradaptasi secara luas. Orang
tua harus menyadari tingkat perkembangan anak dan mampu mengatur
perilaku yang sesuai. Hal ini tergantung pada kemampuan orang tua
dalam menerapkan pengetahuan dan keahliannya.
2. Parent’s cognitive growth fostering activities (orang tua membantu
perkembangan kognitif)
Pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan pemberian stimulasi sesuai
tingkat pemahaman anak. Untuk melaksanakannya orang tua harus
memiliki pemahaman tentang kemampuan anaknya dan orang tua harus
memiliki energy untuk menerapkan keahliannya.
Model Barnard tersebut selanjutnya berkembang menjadi dasar teori
interaksi pengkajian kesehatan anak (Child Health Assesment Interaction
Theory). Konsep utama/asumsi dari teori ini adalah: anak (child), ibu atau
pengasuh (mother/caregiver), dan lingkungan (environment) (Alligood dkk,
2010) :
1. Anak
Barnard menggambarkan anak dengan karakteristik berikut : perilaku
bayi baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan fisik, temperamen dan
kemampuan anak beradaptasi terhadap lingkungan dan petugas
kesehatan.
30
2. Ibu/ pengasuh (Mother/ care giver)
Karakteristik ibu yang digambarkan Barnard meliputi: aspek psikososial,
perhatian terhadap anak, kesehatan ibu sendiri, pengalaman ibu yang
mengubah kehidupannya, harapan ibu terhadap anaknya, dan yang paling
penting adalah pola hubungan orang tua- anak dan kemampuan
adaptasinya.
3. Lingkungan (Environment)
Karakteristik lingkungan aspek lingkungan fisik dan keluarga,
keterlibatan ayah, dan derajat hubungan orang tua untuk menghormati
anaknya.