9
HUBUNGAN ISTIMEWA 1. Pengertian Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. Dalam penjelasan definisi tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah perusahaan dibawah pengendalian satu atau lebih perantara (intermediaries), perusahaan asosiasi (associated company); perorangan yang memiliki hak suara yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat ; karyawan kunci; dan perusahaan yang dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan. Transaksi hubungan istimewa dapat terjadi antara pihak-pihak dalam wilayah suatu negara (domestic transaction) atau melewati lintas batas negara (cross border transaction). Transaksi secara domestik terjadi jika terjadi transfer sumberdaya atau kewajiban antara satu pihak dengan pihak yang lain, keduanya masih berada dalam hanya dalam lingkup batas wilayah suatu negara. Karena masih dalam wilayah kedaulatan suatu negara, tentunya masih tunduk pada ketentuan hukum dan peraturan yang sama. Lain halnya jika transaksi melintasi batas wilayah negara, akan membawa permasalahan yang lebih kompleks,

HUBUNGAN ISTIMEWA

  • Upload
    vq19

  • View
    322

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ISTIMEWA

HUBUNGAN ISTIMEWA

1. Pengertian

Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap

mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk

mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam

mengambil keputusan keuangan dan operasional.

Transaksi antara pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan

sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,

tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan.

Dalam penjelasan definisi tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk sebagai pihak-

pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah perusahaan dibawah pengendalian satu

atau lebih perantara (intermediaries), perusahaan asosiasi (associated company);

perorangan yang memiliki hak suara yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota

keluarga dekat ; karyawan kunci;  dan  perusahaan yang dimiliki baik secara langsung

maupun tidak langsung oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan.

Transaksi hubungan istimewa dapat terjadi antara pihak-pihak dalam wilayah suatu negara

(domestic transaction) atau melewati lintas batas negara (cross border transaction).

Transaksi secara domestik terjadi jika terjadi transfer sumberdaya atau kewajiban antara

satu pihak dengan pihak yang lain, keduanya masih berada dalam hanya dalam lingkup

batas wilayah suatu negara. Karena masih dalam wilayah kedaulatan suatu negara,

tentunya masih tunduk pada ketentuan hukum dan peraturan yang sama. Lain halnya jika

transaksi melintasi batas wilayah negara, akan membawa permasalahan yang lebih

kompleks, mengingat pada suatu transaksi tersebut akan bersentuhan dengan aturan

hukum dari negara-negara yang berbeda.

Menurut Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 8 tahun 1984 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

undang Nomor 42 Tahun 2009, sebagai berikut:

Hubungan istimewa dianggap ada apabila:

Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% (dua

puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau hubungan antara

Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua

Page 2: HUBUNGAN ISTIMEWA

pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih

yang disebut terakhir

Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha berada di

bawah penguasaan. Penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;

atau

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan

lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat

2. Penjelasan Dirjen Pajak mengenai pengertian Hubungan Istimewa sesuai Surat

Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-18/PJ.53/1995 tanggal 26 April 1995.

SE Dirjen Pajak tersebut berisi penjelasan mengenai pengertian Hubungan Istimewa yang

ada dalam Pasal 2 UU PPN 1984.  Berhubung ketentuan dalam Pasal 2 UU PPN 1984 itu

tidak pernah mengalami perubahan hingga pemberlakuan UU PPN Nomor 42 Tahun 2009,

maka ketentuan dalam SE-18/PJ.53/1995 itu pun masih menjadi acuan para praktisi pajak

hingga saat ini.

Merefer pada ketentuan dan peraturan pajak tersebut, Hubungan Istimewa dalam konteks

pajak dapat terjadi karena terpenuhinya salah satu atau lebih dari tiga faktor yaitu: faktor

kepemilikan atau penyertaan modal, faktor penguasaan manajemen atau teknologi,

dan faktor hubungan keluarga sedarah atau semenda. Dalam istilah sehari-hari,

Hubungan Istimewa ini seringkali disebut juga dengan afiliasi atau affiliated company.

a. Faktor Kepemilikan atau Penyertaan Modal

Jika kita memiliki penyertaan modal pada perusahaan lain dengan nilai penyertaan sebesar

25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari seluruh jumlah modal disetor perusahaan

tersebut, maka dalam hal ini antara kita dan perusahaan lain itu dianggap memiliki

Hubungan Istimewa karena faktor penyertaan modal secara langsung.

Misalnya dalam akte maupun neraca PT DEF tercantum jumlah modal disetor Rp

1.000.000.000,- kemudian berdasarkan struktur kepemilikan saham atau modal diketahui

bahwa PT ABC memiliki penyertaan modal atau saham senilai Rp 250.000.000,- (atau

lebih).  Dalam hal ini, antara PT ABC dan PT DEF dianggap memiliki Hubungan Istimewa.

Page 3: HUBUNGAN ISTIMEWA

Contoh laifn misalnya PT ABC memiliki penyertaan modal atau saham pada PT DEF

sebesar 50% (atau lebih) dari seluruh jumlah modal disetor sementara PT DEF juga memiliki

penyertaan modal atau saham di PT GHI dengan nilai penyertaan 50% (atau lebih), maka

dalam hal ini:

antara PT ABC dengan PT DEF dianggap memiliki Hubungan Istimewa karena adanya

penyertaan modal secara langsung;

antara PT DEF dengan PT GHI dianggap memiliki Hubungan Istimewa karena adanya

penyertaan modal secara langsung; dan

antara PT ABC dengan PT GHI dianggap memiliki Hubungan Istimewa karena adanya

penyertaan modal secara tidak langsung melalui PT DEF (meskipun misalnya antara PT

ABC dan PT GHI tidak saling kenal).

Hubungan Istimewa yang terjadi karena faktor kepemilikan atau penyertaan modal/saham ini

diuraikan dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a UU PPN 1984

b. Faktor Penguasaan Manajemen atau Teknologi

Apabila faktor kepemilikan atau penyertaan modal/saham tidak terjadi, tidak berarti kita bisa

lepas dari konteks Hubungan Istimewa. Sebab seperti dinyatakan pada Pasal 2 ayat (2)

huruf b UU PPN 1994 dan Pasal 18 ayat (4) huruf b UU PPh 2008, Hubungan Istimewa

tetap dapat dianggap ada apabila dua pihak (perusahaan) berada dalam penguasaan dari

satu pihak (orang) yang sama.

Misalnya Bambang Gunawan selain menjadi direktur utama di PT XXX juga menjadi direktur

utama di PT YYY.  Dalam hal ini, antara PT XXX dan PT YYY dianggap mempunyai

Hubungan Istimewa karena faktor penguasaan manajemen, meskipun misalnya antara PT

XXX dan PT YYY tidak saling kenal dan tidak ada penyertaan modal/saham.

Dalam SE-18/PJ.53/1995 bahkan ada contoh Hubungan Istimewa yang terjadi karena faktor

penguasaan teknologi. Misalnya jika PT XXX produsen minuman dan menggunakan formula

yang diciptakan dan dimiliki oleh PT YYY, maka dalam hal ini antara PT XXX dan PT YYY

dianggap memiliki Hubungan Istimewa meskipun di antara keduanya tidak ada faktor

kepemilikan modal/saham maupun penguasaan manajemen seperti dicontohkan di atas.

c. Faktor Hubungan Keluarga

Jika kita memiliki usaha atau perusahaan sementara anak kita atau orang tua kita juga

memiliki usaha atau perusahaan mereka sendiri, maka menurut pajak antara

Page 4: HUBUNGAN ISTIMEWA

usaha/perusahaan kita dengan usaha/perusahaan milik anak dan orang tua kandung kita itu

dianggap memiliki Hubungan Istimewa. Begitu juga jika seandainya kakak atau adik

kandung kita punya usaha/perusahaan sendiri, maka antara usaha/perusahaan kita dengan

milik kakak/adik kandung kita dianggap memiliki Hubungan Istimewa. Ini disebut dengan

Hubungan Istimewa karena adanya faktor hubungan keluarga sedarah.

Bagi kita yang sudah bersuami/beristri dan bila mertua, anak tiri, maupun kakak/adik ipar

memiliki usaha/perusahaan sendiri, maka antara usaha/perusahaan kita dengan

usaha/perusahaan mereka itu pun dianggap memiliki Hubungan Istimewa. Ini yang disebut

dengan Hubungan Istimewa karena faktor hubungan keluarga semenda (hubungan keluarga

yang terjadi karena adanya perkawinan).

Bagi Anda yang punya istri/suami dan antara Anda dengan istri/suami Anda ada perjanjian

tertulis pisah harta dan penghasilan, juga harus hati-hati mengenai Hubungan Istimewa ini. 

Sebab seperti dijelaskan di butir 2.3. SE-18/PJ.53/1995, antara suami-istri ini pun dianggap

memiliki Hubungan Istimewa. Jadi bila suami-istri itu punya usaha/perusahaan sendiri-

sendiri, maka nilai atau harga dari setiap transaksi yang dilakukan antar mereka dapat

dicurigai mengandung unsur transfer pricing.

3. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha

Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm's length principle/ALP) merupakan prinsip

yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak

yang mempunyai Hubungan Istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi

yang dilakukan antara pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa yang

menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-

pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang

harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak yang tidak mempunyai

Hubungan Istimewa yang menjadi pembanding

Wajib Pajak yang melakukan transaksi-transaksi di atas dengan pihak yang memiliki

hubungan istimewa wajib untuk menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha

dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. melakukan Analisis Kesebandingan dan menentukan pembanding;

Yang dimaksud dengan Analisis Kesebandingan adalah analisis yang dilakukan oleh

Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak atas kondisi dalam transaksi yang

dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa

Page 5: HUBUNGAN ISTIMEWA

untuk diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-

pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, dan melakukan identifikasi atas

perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi dimaksud

b. menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat;

Penentuan Harga Transfer (transfer pricing) adalah penentuan harga dalam

transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa. Wajib Pajak

harus menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat atas transaksi yang

dilakukan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Terdapat beberapa

metode harga transfer yang diatur dalam PER-32/PJ/2011 ini, yaitu :

1. Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable

uncontrolled price/CUP), yaitu metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan

dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak

yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan

antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa dalam kondisi atau

keadaan yang sebanding

2. Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM) adalah metode

Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam

transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai

Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi

laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali

produk tersebut kepada pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau

penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar

3. Metode biaya-plus (cost plus method/CPM) adalah metode Penentuan Harga

Transfer yang dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang

diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai

Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain

dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa

pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan

Kelaziman Usaha

4. Metode pembagian laba (profit split method/PSM) adalah metode Penentuan

Harga Transfer berbasis laba transaksional (transactional profit method) yang

dilakukan dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan

dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa tersebut dengan

menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan

Page 6: HUBUNGAN ISTIMEWA

perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari

kesepakatan antar pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa.

5. Metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM) adalah

metode Penentuan Harga Transfer yang dilakukan dengan membandingkan

persentase laba bersih operasi terhadap biaya, terhadap penjualan, terhadap aktiva,

atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai

Hubungan Istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas

transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa

atau persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding yang

dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa lainnya.

c. menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha berdasarkan hasil Analisis

Kesebandingan dan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat ke dalam

transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai

Hubungan Istimewa; dan

d. mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan Harga Wajar atau Laba

Wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Namun demikian, atas transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang

mempunyai Hubungan Istimewa yang mempunyai nilai penghasilan atau pengeluaran tidak

melampaui Rp 10 .000.000,00 (sepuluh juta rupiah) tidak diwajibkan memenuhi kewajiban

melakukan langkah-langkah tersebut di atas, namun Wajib Pajak tetap diwajibkan

memenuhi ketentuan Pasal 28 Undang-Undang KUP.

Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069);

PER - 32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan Kelaziman

Page 7: HUBUNGAN ISTIMEWA

Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai

Hubungan Istimewa

SE - 18/PJ.53/1995 Tentang Pengertian Hubungan Istimewa (SERI PPN 16-95)