HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1263/1/98885... · 8 . 1. Kompetensi ... memberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP pada sekolah

  • Upload
    dokiet

  • View
    233

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

  • HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

    DENGAN EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN

    DI MTs. ANNIDA AL-ISLAMY RAWA BUGEL

    BEKASI UTARA

    Skripsi ini diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

    Oleh :

    AHMAD SIROJUDDIN

    204011002677

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011 M

  • i

    ABSTRAK

    Ahmad Sirojuddin (204011002677)

    HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN

    EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI MTs. ANNIDA AL-

    ISLAMY RAWA BUGEL BEKASI UTARA.

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan

    kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Metode

    yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis.

    Metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan

    penelaahan hubungan antara dua variabel. Yaitu Kompetensi Profesional Guru

    (X) Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data diperoleh dari penyebaran angket,

    sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui angket, wawancara,

    observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa/i MTs

    Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, kemudian data diolah dengan

    menggunakan rumus product moment. Dari hasil pengolahan data tersebut

    diperoleh kesimpulan bahwa rxy sebesar 0,684 sedangkan r tabel 0,497 pada N = 16,

    taraf signifikansi 5 % dan 0,623 pada N = 16, taraf signifikansi 1 %. hal ini berarti bahwa

    rxy atau r hitung lebih besar dari r tabel ( 0,684 > 0,497 dan 0,623). Maka Ho ditolak

    dan Ha diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan

    antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs

    Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

    Dapat disimpulkan bahwa Terdapat kontribusi hubungan kompetensi

    profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-

    Islamy sebesar 41 %. Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang

    dan masih terdapat 59 % faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan antara

    kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs

    Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan

    rahmat, pertolongan, menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan dan kekuatan,

    dengan segala kepayahan dan kecemasan akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Rasa syukur ini dibarengi dengan selalu bermunajat kehadirat Allah

    SWT penulis berdoa semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat pula

    mempersembahkan karya yang lebih baik di masa mendatang. Shalawat serta

    salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw,

    keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin.

    Penulis menyadari begitu tulisan ini selesai, seketika itu juga penulis

    menyadari sekaligus menemukan betapa banyak kekurangan yang ada sehingga

    harus diperbaiki dan ditulis ulang. Dan ketika perbaikan telah selesai, maka

    kekurangan yang lain muncul lagi.

    Hal ini merupakan ungkapan pengakuan dari kekurangan tulisan ini dan

    sekaligus permohonan maaf kalau tulisan ilmiah ini terlalu banyak kejanggalan,

    kedangkalan dan kesalahan analisis.

    Meski demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, menyita

    waktu yang tidak sedikit untuk menyelesaikan skripsi ini. Disadari sepenuhnya

    bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

    Oleh karena itu saya merasa berhutang budi dan menyampaikan rasa terima kasih

    dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Dr. H. Faridal Arkam, M.Pd dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq,

    M.Ag, pembimbing skripsi yang tak pernah bosan dalam mengarahkan

    penulisan skripsi ini.

  • iii

    4. Bapak H. Mutawakkil Alallah, S.Ag (Kepala MTs Annida Al-Islamy

    Rawa Bugel Bekasi Utara) dan Bapak Fahrurozi, yang telah mengizinkan

    dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian.

    5. Ayahanda H. Ahmad Zuhdi dan Ibunda Hj. Kholilah yang selalu berjuang

    dan berusaha memberikan dukungan moril dan sprituil yang begitu

    sucinya, serta merekalah sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani

    semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua program

    perkuliahan dengan baik.

    6. Kakanda tercinta Aa Khoirul Anwar, S.Pd dan Imam Aspihani, terima

    kasih atas segala bantuan dan kesabarannya.

    7. Adinda tercinta Neneng Fitriyanah, Abdul Hafidz dan Elida Zulfa, terima

    kasih atas motivasinya.

    8. Sahabat-sahabatku Bajul Comunnity: Hariyanto dan keluarga, Dedi

    Sumarna, Yana Supriyatna, M. Fakih Assalaf dan Ahmad Fauzi. Mereka

    semua sahabat sejati yang seiring selaras dalam berbagai episode

    akademik, yang tak bosan-bosannya mengajak berdiskusi, curhat dan

    berkeluh kesah.

    9. Teman-temanku Mahfud Fauzi, Syahri Setiawan dan keluarga, Susanto,

    Bambang Gunawan, Miftahur Rahmat, Habib Masturi, Suryadi diningrat

    dan Anggun Mukhlisin. Yang selalu memberikan semangat kepada

    penulis.

    Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada

    kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari pada cerdik dan cendikia demi

    kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis

    menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.

    Jakarta, Maret 2011

    Penulis

    Ahmad Sirojuddin

  • iv

    DAFTAR ISI

    SURAT PERNYATAAN

    ABSTRAK ........................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5

    C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6

    D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6

    E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

    F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

    BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori ..................................................................................... 8

    1. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 8

    Pengertian Kompetensi ................................................................ 8

    Kompetensi Guru ......................................................................... 10

    Pengertian Profesional ................................................................. 17

    Profesional Guru .......................................................................... 21

    2. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 24

    Pengertian Efektivitas .................................................................. 24

    Pengertian Pembelajaran .............................................................. 25

    a. Pengertian Belajar ............................................................. 28

    b. Pengertian Mengajar ......................................................... 29

    Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan .......................... 30

    Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran .................. 32

    Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 35

    3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses

    Pembelajaran ................................................................................ 37

  • v

    B. Kerangka Berpikir ............................................................................ 41

    C. Hipotesis ........................................................................................... 43

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 44

    B. Variabel Penelitian ........................................................................... 44

    C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 47

    D. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................. 48

    E. Tekhnik Analisa Data ....................................................................... 50

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel

    Bekasi Utara ..................................................................................... 55

    1. Sejarah Berdirinya ........................................................................ 55

    2. Struktur Organisasi ...................................................................... 57

    3. Visi, Misi dan Tujuan ................................................................... 58

    4. Pengadaan Sarana dan Prasarana; Tenaga Pendidikan dan

    Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan ...................................... 59

    a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan ............................................ 59

    b. Data Siswa ................................................................................ 60

    c. Tanah dan Bangunan ................................................................. 60

    B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................... 60

    a. Kompetensi Profesional Guru ...................................................... 62

    b. Efektivitas Proses Pembelajaran .................................................. 71

    C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 80

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 86

    B. Saran ................................................................................................. 87

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah system ............................... 40

    Tabel 1 Variabel Penelitian ................................................................................ 45

    Tabel 2 Pengambilan Sampel ............................................................................. 48

    Tabel 3 Kisi kisi Angket ................................................................................. 49

    Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi ................................................................ 51

    Tabel 5 Interpretasi Data .................................................................................... 53

    Tabel 6 Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB ................................... 57

    Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB .................. 59

    Tabel 8 Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB ................................................ 60

    Tabel 9 Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB ..................................... 61

    Tabel 10 Pemahaman Siswa tentang Materi yang diajarkan ............................ 62

    Tabel 11 Penguasaan Guru dari pertanyaan yang diajukan oleh Siswa ............. 63

    Tabel 12 Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran ........... 63

    Tabel 13 Menggunakan Metode Kombinasi ...................................................... 64

    Tabel 14 Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM ............... 65

    Tabel 15 Guru Mengatur Murid dalam Kelas .................................................... 65

    Tabel 16 Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar ..................... 66

    Tabel 17 Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang .................................. 66

    Tabel 18 Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran ................ 67

    Tabel 19 Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik ................ 67

    Tabel 20 Pemberian Motivasi kepada Siswa ..................................................... 68

    Tabel 21 Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang

    Kurang Mengerti ................................................................................. 68

    Tabel 22 Pemahaman Siswa terhadap Soal-soal Ujian ...................................... 69

    Tabel 23 Pemberian Kesempatan Remedial bagi siswa yang Nilainya Rendah 69

  • vii

    Tabel 24 Memberikan Saran tentang Tugas ....................................................... 70

    Tabel 25 Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas ...................................................... 71

    Tabel 26 Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan .................... 71

    Tabel 27 Masuk Kelas dengan Tepat Waktu ..................................................... 72

    Tabel 28 Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya ....................................... 72

    Tabel 29 Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat ..................... 73

    Tabel 30 Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya ....................... 73

    Tabel 31 Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman ..................... 74

    Tabel 32 Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran .................................. 74

    Tabel 33 Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas ............................................... 75

    Tabel 34 Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan

    Materi Pelajaran .................................................................................. 75

    Tabel 35 Menguasai Bahan Pengajaran ............................................................. 76

    Tabel 36 Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan

    Kondisi Siswa ..................................................................................... 76

    Tabel 37 Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif ................................ 77

    Tabel 38 Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif ................................. 77

    Tabel 39 Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa .......................................... 78

    Tabel 40 Skor Angket Kompetensi Profesional Guru ........................................ 79

    Tabel 41 Skor Efektivitas Proses Pembelajaran ................................................. 80

    Tabel 42 Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan

    Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) .................................................. 81

    Tabel 43 Mencari Koefisien Korelasi Antara Kompetensi Profesional Guru

    dengan Efektivitas Proses Pembelajaran ............................................. 82

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang Masalah

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    Negara.1

    Keberhasilan pendidikan sekolah ditentukan oleh keberhasilan

    pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan

    guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

    kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus

    memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar-mengajar,

    melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian

    terhadap hasil dari proses belajar-mengajar.

    Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga harus membuat metode

    pembelajaan untuk lebih efektifnya proses pembelajaran, metode

    pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar,

    1. Undang-undang SISDIKNAS 2003, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-4, hal. 2

  • 2

    sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadikan siswa aktif

    dengan melibatkan semua sumber pembelajaran.

    Intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber

    ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak

    membosankan bagi para siswa. Metode pembelajaran dengan cara guru

    berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran

    memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang

    dimilikinya.2

    Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk

    meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia adalah dengan

    memberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP pada sekolah. Namun, hal

    yang paling penting dalm hal ini pun adalah faktor guru, sebab secanggih

    apapun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas

    guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang

    maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang

    diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan

    efisien.

    Seorang guru mempunyai nilai lebih. bahwa Guru disamping

    melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, ia juga melaksanakan tugas

    pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan

    kepribadian, pembinaan akhlak, disamping menumbuhkan dan

    mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.3

    Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyapaian

    informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntunan zaman,

    guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan

    berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi

    kesulitan belajar. Dalam hal itu, guru dituntut memahami berbagai model

    2. Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17

    3. Zakiah Dradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV.

    Ruhama, 1994 ), cet. Ke-1, h. 99.

  • 3

    pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara

    optimal.4

    Dari penjelasan di atas terlihat tugas seorang guru itu cukup berat,

    karena ia tidak hanya mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan

    dan pembinaan, maka disini seorang guru harus mempunyai kompetensi

    yang lebih pula.

    Guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat

    menentukan dalam proses belajar-mengajar, Tanpa pendidik, tujuan

    pendidikan mana pun yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh

    anak didik.5 Demikianlah guru harus tahu tujuan pendidikan yang ingin di

    capai dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus pembelajaran

    sehingga mempunyai persiapan yang mantap dalam proses pembelajaran.

    Bila guru mengajar tanpa persiapan, itu merupakan jalan pintas dan

    tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan peserta

    didik dan mengancam kenyamanan guru dalam proses pembelajaran.

    Dengan demikian kemampuan guru dalam melaksanakan tugas,

    dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang

    dimilikinya, selain itu guru harus mengikuti banyak kegiatan-kegiatan

    yang berhubungan dengan bidangnya untuk meningkatkan kompetensi

    guru agar menjadi pendidik yang profesional.

    Selain meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru juga harus

    meningkatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Karena pada

    dasarnya guru yang bermutu tidak hanya sebagai fasilitator pengajaran

    bagi siswa saja, tetapi juga meningkatkan serta menumbuh kembangkan

    integritas diri serta mutu kompetensi keguruannya secara

    4. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

    cet. Ke-8, h. 21

    5. Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000

    ), h. 108.

  • 4

    berkesinambungan baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan atau

    bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru.

    Peningkatan mutu guru merupakan tuntutan yuridis seperti yang

    tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan

    Nasional )Tentang Pendidik dan tenaga Kependidikan Bab XI Pasal 40

    Ayat 2 :

    Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a. menciptakan

    suasanan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

    dinamis, dan dialogi; b. mempunyai komitmen secara profesional

    untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi teladan dan

    menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan

    kepercayaan yang diberikan kepadanya.6

    Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji dan meneliti

    lebih lanjut korelasi antara kompetensi guru dengan proses pembelajaran

    dalam bentuk skripsi yang berjudul Hubungan antara Kompetensi

    Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran di Mts

    Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara

    Adapun alasan penulis memilih judul di atas adalah sebagai berikut :

    1. Guru adalah sosok yang bukan hanya mengajarkan ilmu

    pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi ia juga harus

    menjadi suri tauladan dalam kesehariannya di sekolah maupun luar

    sekolah dalam pembentukan kepribadian, budi pekerti, tumbuh dan

    perkembangan iman dan taqwa bagi para muridnya.

    2. Kompetensi Profesional guru merupakan tuntutan yang harus

    dimilikinya agar dapat meningkatkan pengatahuan dan

    keterampilan dalam mengajar dan mendidik, sehingga ketika

    kegiatan belajar mengajar dilaksanakan murid tidak akan merasa

    jenuh dan bosan.

    6. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, ( Jakarta : Sinar Grafika,

    2006), cet. Ke-3, h. 21

  • 5

    3. Proses pembelajaran merupakan titik temu antara guru dan murid

    dalam suatu interaksi edukatif ( pengajaran dan pendidikan ) yang

    juga menjadi tolak ukur dalam tercapai atau tidaknya hasil belajar

    yang efektif.

    4. Penulis tertarik pada profesi guru karena seorang guru juga

    mempunyai tanggung jawab, dia tidak hanya mengajar, tetapi juga

    melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan terhadap peserta

    didik.

    B. Identifikasi Masalah

    Adapun Identifikasi masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut :

    1. Adanya UU No. 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru

    mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan

    social. Agar guru lebih berkualitas dalam mengajar.

    2. Pentingnya kompetensi guru terhadap efektivitas proses

    pembelajaran dan perkembangan siswa di kelas.

    3. Seorang guru harus lebih profesional dalam menekuni profesinya

    sesuai dengan tuntutan zaman.

    4. Kurangnya pengetahuan guru terhadap kompetensinya dalam

    proses pembelajaran.

    5. Para guru kurang mendalami pengetahuan kompetensinya dengan

    mencari informasi dan mau belajar lagi.

    6. Perlunya peningkatan kompetensi guru terhadap efektivitas proses

    pembelajaran di kelas.

  • 6

    C. Pembatasan Masalah

    Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk

    menghindari pembiasan penulisan dalam memahami pembahasan maka

    penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai

    berikut :

    1. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan profesional guru

    dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas.

    2. Efektivitas proses pembelajaran yang di maksud adalah

    kemampuan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang

    Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).

    3. Guru disini adalah guru bidang studi secara umum yang mengajar

    pada satuan pendidikan.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah

    adalah :

    1. Bagaimana kompetensi guru di MTs. Annida Al-Islamy Rawa

    Bugel Bekasi Utara?

    2. Bagaimana keprofesionalan guru dalam mengefektifkan proses

    pembelajaran di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi

    Utara?

    3. Bagaimana peran sekolah dalam meningkatkan efektivitas proses

    pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara?

  • 7

    E. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :

    1. Mengetahui kompetensi profesional guru yang ada di Mts Annida

    Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

    2. Mengetahui efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-

    Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

    3. Mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi profesional

    guru terhadap efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-

    Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

    F. Manfaat Penelitian

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

    1. Guru, agar mengembangkan kompetensinya dan mampu

    menciptakan lingkungan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif

    dan Menyenangkan (PAKEM) sehingga kelas menjadi kondusif.

    2. Siswa, agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya ke

    arah yang lebih baik dalam segala pelajaran melalui bimbingan dan

    arahan dari guru.

    3. Sekolah, agar dapat meningkatkan kompetensi para gurunya

    dengan mengikuti berbagai kegiatan kependidikan dan dapat

    mengeluarkan generasi bangsa yang berakhlak dan bermoral serta

    aktif dan inovatif.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori

    1. Kompetensi Profesional Guru

    Pengertian Kompetensi

    Kata kompetensi dari bahasa Inggris yaitu Competency yang

    berarti kecakapan atau kemampuan W.Robert Houston Memberikan

    pengertian sebagai berikut : competence ordinaliry is defined as

    Adequency for a task or as posession of require knowledge, skill and

    abilities disini dapat diartikan kompetensi sebagai suatu tugas yang

    memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan

    kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.1 Dalam pengertian ini

    kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar.

    Kompetensi juga dapat diartikan sebawai kewenangan atau

    kemampuan soorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah The

    ability of a teacher to responsible perform has or her duties approriately

    yang diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang

    guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung

    jawab dan layak.2

    1 Ny.Roestiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.18

    2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru), (Bandung: Remaja Rosda

    Karya, 1996), cet ke-3, h.230

  • 9

    Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

    kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti cakap, berkuasa,

    memutuskan (menentukan) sesuatu.3

    Menurut E. Mulyasa, kompetensi dapat diartikan sebagai :

    pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang

    yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan

    perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-

    baiknya.4

    Pengertian tersebut mengandung makna bahwa kompetensi

    merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang

    direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir

    dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan

    seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,

    keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

    Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep

    kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut :

    1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan

    identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan

    pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan

    kebutuhannya.

    2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru

    yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki

    pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta

    didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan

    efisien.

    3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau perkerjaan yang dibebankan

    kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan

    membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan

    belajar kepada peserta didik.

    4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

    Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran,

    keterbukaan, demokratis dan lain-lain).

    3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa

    Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 518

    4 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi,

    (Bandung: Rhineka Cipta, 2002), h. 38

  • 10

    5. Sikap (attitude); yaitu perasaaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang

    datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi,

    perasaan terhadap upah/gaji dan sebagainya.

    6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk

    mempelajari atau melakukan sesuatu.5

    Sejalan dengan pendapat diatas W. Gulo juga mempunyai pendapat

    tentang kompetensi, ia berpendapat bahwa : kompetensi atau kemampuan

    dapat di pahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan aspek

    yang tidak tampak.6 Kompetensi dalam aspek yang tampak disebut

    performance atau penampilan, sedangkan kompetensi dalam arti yang

    tidak tampak disebut juga kompetensi dalam aspek rasional yang umunya

    dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Kompetensi Guru

    Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan

    standar kompetensi guru dan dosen, karena badan ini yang memiliki

    kewenangan untuk mengembangkan stnadar kompetensi guru Dan dosen

    yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat

    dicermati pendapat Johnson (1974) yang mengatakan kompetensi

    merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan

    sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005

    Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan :

    Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi

    kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

    dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

    profesi.7

    5 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, h. 38

    6 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h.

    34

    7 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta : Gaung Persada Press,

    2006), cet. Ke-2, h. 215

  • 11

    Dengan demikian sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 Tentang

    guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 dapat dijelaskan yang dimaksud dengan

    kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

    peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

    kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan

    berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan

    kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran

    secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial

    adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara

    efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali

    peserta didik, dan masyarakat sekitar.8

    Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper (1990),

    sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya,

    peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision

    maker). Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam

    meningkatkan kualitas pembelajaran yakni :

    1. Sebagai perencana program pembelajaran

    a. Mengembangkan indikator hasil belajar;

    b. Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan

    indikator hasil belajar;

    c. Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang

    strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran

    serta menentukan skenario pembelajaran;

    d. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh

    siswa untuk mencapai indikator hasil belajar; dan

    e. Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat

    mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil

    belajar.

    8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan.., h. 250

  • 12

    2. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program

    pembelajaran

    a. Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran;

    b. Kemampuan mengembangkan variasi stimulus;

    c. Kemampuan bertanya;

    d. Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran

    melalui bahasa yang komunikatif;

    e. Kemampuan guru untuk memberikan penguatan terhadap

    respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan

    f. Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran

    baik media pembelajaran sederhana maupun media

    elektronik.

    3. Sebagai evaluator

    Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan

    dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian

    dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk

    menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil

    belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.9

    Dengan demikian, sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus

    mempunyai kompetensi yang harus dimiliki (pedagogik, kepribadian,

    profesional, dan sosial) sehingga guru dapat mengintegrasikan peran

    utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus

    dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan

    profesinalitasnya dalam mengajar.

    Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir),

    sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam

    bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan

    dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

    direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan

    tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi

    merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap,

    9 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Kencana, 2010), cet. Ke-2, h. 10-12

  • 13

    sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik

    seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjaqlankan tugas atau pekerjaan

    guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi

    adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus

    dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-

    tugas profesionalnya.

    Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek (1)

    kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pengelaman, apresiasi

    dan harapan yang menjadi cirri dan karekteristik seseorang dalam

    menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada kompetensi sebagai

    gambaran subtansi atau materi ideal yang seharusnya dikuasai atau

    dipersyaratkan untuk dikasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya.

    Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk

    menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara profesional;

    (2) ciri dan karekteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek

    pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan

    unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran

    untuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan

    tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai.

    Seseorang dapat saja berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek

    material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan. Namum begitu

    jika dalam praktek tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan

    tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkanya maka ia tidak

    dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai;

    (3) hasil unjuk kerjanya yaitu memenuhi kriteria standar kualitas tertentu.

    Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil (out put dan atau out

    come ) dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan atau

    perilaku serta mahir dalam menjalankan tugas untuk menghasilkan

    tindakan kerja yang efektif dan efisien.hasilnya merupakan produk dari

    kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.

  • 14

    Sehingga pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan

    tugas dan pekerjaannya berkompeten dan profesional atau tidak.10

    Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi

    menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi

    spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh

    rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran mengapa dan

    bagaimana perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi

    merupakan hasil yang menunjukan perbuatan yang bisa diamati.

    Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan

    bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasi seseorang, baik yang

    sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi

    yang digelutinya berdasarkan pendidikan secara bertanggung jawab dan

    profesional.

    Adapun perangkat kompetensi yang kita kenal dalam kurikulum

    sekolah adalah :

    1. Kompetensi personal dan sosial, terdiri atas perangkat nilai kepribadian dan nilai-nilai sosial yang perlu dikuasai sebagai

    warga yang bertanggungn jawab.

    2. Kompetensi akademik, yaitu perangkat kemampuan keahlian dalam bidang tertentu yang memungkinkan seorang lulusan

    mampu menginterpretasikan tugas-tugas secara ilmiah.

    3. Kompetensi profesional, yaitu perangkat kemampuan yang memungkinkan seorang lulusan mampu menjalankan tugas-

    tugas profesinya pada tingkat tertentu.11

    Perangkat-perangkat tersebut diuraikan dalam komponen-

    komponen, kemudian sekelompok yang mirip digabungkan menjadi satu

    satuan yang diberi nama mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, mata

    pelajaran merupakan satu satuan program yang tertuju pada penguasaan

    bagian tertentu dari kompetensi.

    10 Syaiful Sagala, Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Penerbit

    Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 23-24

    11

    W. Gulo, Strategi, h. 30

  • 15

    Untuk itu kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara

    pendidikan dengan dunia kerja terutama dalam mengidentifikasi dan

    menganalisis kompetensi yang perlu dicapai kepada siswa di sekolah, agar

    lulusan dari suatu jenjang pendidikan dapat diterima di masyarakat dan

    mempunyai kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

    Dalam beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan

    bahwa guru yang berkompeten, adalah guru yang memiliki kemampuan

    dan menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran

    dan sesuai dengan bidang yang ia tekuni sebagai seorang guru, serta

    mampu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya

    secara bertanggung jawab.

    Dalam dunia pendidikan macam-macam kompetensi guru menurut

    para ahli berbeda-beda. Menurut Nana Sudjana misalnya membagi

    kompetensi guru tersebut menjadi tiga, yaitu :

    1. Kompetensi Kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara

    mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku

    individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,

    pengetahuan kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil

    pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta lainnya.

    2. Kompetensi bidang sikap, adalah kesiapan dan kesedian terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan

    profesi.

    3. Kompetensi prilaku, performance menyangkut keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu

    belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan atau

    perencanaan mengajar, keterampilan melakukan administrasi

    kelas dan sebagainya.12

    Selain ketiga kompetensi di atas, para ahli berpendapat ada tiga

    kompetensi yang lain yaitu kompetensi personal atau pribadi, sosial dan

    profesional. Sedangkan Nana Sudjana mengunakan istilah untuk

    komptensi pribadi dengan istilah kompetensi sikap dan prilaku meskipun

    demikian ia merinci kembali antara kompetensi sikap dan kompetensi

    perilaku.

    12

    A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakar Kanisius, 1994), cet ke-1, h. 3

  • 16

    Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial dan

    kompetensi profesional. Banyak analisa tentang kompetensi keguruan,

    kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan, hal ini

    wajar karena sosialisasi manusia dapat dipandang sebagai

    pengejewantahan pribadinya.

    Dari uraian di atas penulis menfokuskan kompetensi keguruan

    pada kompetensi profesionalnya, sebagai seorang pengajar dan pendidik,

    profesional dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas dengan

    menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan dan

    juga menjadi tauladan di luar kelas.

    Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru

    merupakan modal dasar guru bagi yang bersangkutan dalam melaksanakan

    tugas keguruannya secara profesional. Rincian kompetensi tersebut adalah

    :

    a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan)

    b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab. c. Guru mampu berperan sebagai pempimpin, baik didalam

    lingkungan sejolah maupung di luar lingkungan sekolah.

    d. Guru bersifat bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik.

    e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat.

    f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan prinsip dan nilai yang diyakininya.

    g. Guru ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkungan kesejawatannya maupun dalam kehidupan

    masyarakat pada umumnya.

    h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru terampil secara pantas dan rapi j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan dalam

    keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya.

    k. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tuntutan tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif.

    13

    13

    Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam , h.54-57

  • 17

    Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

    seorang guru harus mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas

    tinggi, maka kemungkinan besar tidak akan banyak mengalami kesulitan

    dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan berinteraksi dengan

    rekan kerja serta siswa. Untuk itu seorang guru yang profesional harus bisa

    menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang efektif dan dapat

    menyelesaikan kegiatan administrasi sekolah dengan baik.

    Pengertian Profesional

    Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti

    melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sabagai profesi dan bukan

    sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seoarang

    professional mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan

    yang dimilki dalam melayani pekerjaannya. Tanggung jawab

    (responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan

    memiliki rasa kesejawatan menjunjung tingi etika profesi dalam suatu

    organisasi yang dinamis. Seorang profesional memberikan layanan

    pekerjaan secara struktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas personal yang

    memcerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri (self concept),

    idea yang muncul dari diri sendiri (self idea) dan realita atau kenyataan

    dari diri sendiri (self reality).

    Dalam kehidupan sehari-hari profesional dan profesi telah

    menjadi kosa kata umum. Sering sekali terdengar orang mengatakan Cara

    orang itu melaksanakan usaha atau bisnisnya tidak profesional atau Pak

    mekanik itu mengerjakan usaha bengkelnya tidak profesional, saya tidak

    mau memperbaiki mobil saya ke bengkelnya karena cara kerjanya kurang

    bermutu dan sebagainya. Kini sangat banyak yang menganggap bahwa

    setiap orang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan

    dapat memuaskan orang lain. Cara kerja yang demikian itu disebut sebagai

    telah menyelesaikan pekerjaan secara profesional. Sehingga hampir

  • 18

    kepada siapa saja dengan mudah masyarakat memberikan gelar

    profesional.14

    Dalam Al-Quran Surah al-Qashash (cerita-cerita) ayat 26, Allah juga

    telah memberikan konsep tentang profesionalisme, yang ayatnya sebagai

    berikut :

    .

    Artinya : , karena sesungguhnya orang yang paling baik

    yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang

    yang kuat lagi dapat dipercaya.15

    Asbabunnuzzul potongan ayat 26 diatas adalah tentang Nabi Musa

    yang sudah menolong dua orang wanita dengan memberikan minum

    ternak dua orang wanita itu, lalu Nabi Musa di panggil oleh bapak dua

    wanita yang ditolongnya itu yang tak lain adalah Nabi Syuaib dan Musa

    menceritakan kepadanya mengenai dirinya. Singkat cerita salah seorang

    dari dua wanita itu meminta kepada bapaknya (Nabi Syuaib) agar

    mengambil Musa sebagai pekerjanya dengan meyakinkan Nabi Syuaib

    dengan potongan ayat diatas. Dengan demikian, penulis dapat

    menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan profesional kalau ia

    mempunyai kekuatan mental dan fisik serta dapat dipercaya semua orang.

    Sedangkan dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan umatnya

    agar meyerahkan suatu urusan (pekerjaan) harus kepada ahlinya, karena

    apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang yang bukan

    ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya kehancurannya, yang mana

    haditsnya sebagai berikut :

    14

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru, h. 1-2 15

    Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung :

    Gema Risalah Press, 1992), h. 613

  • 19

    . ..........

    Artinya : .., Apabila suatu urusan (pekerjaan)

    diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka

    waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat,

    kehancuran). (HR. Bukhari)16

    Dari hadits Rasulullah diatas dapat penulis kesimpulkan bahwa

    menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang bukan

    ahlinya, ialah menyerahkannya kepada orang yang tidak mengerti, tidak

    sanggup, tidak cakap, tidak jujur, dan tidak pantas mengerjakannya,

    akibatnya ialah kehancuran dan kebinasaan.

    Kata profesi berasal dari bahasa Yunani pbropbaino yang berarti

    menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut professio yang

    digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh

    seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Profesi

    mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang mempunyai

    kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau

    keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang

    itu dalam hal melaksanakan tugasnya.

    Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 7 Ayat 1

    bahwa :

    Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus

    yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

    a. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

    keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

    c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

    d. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

    e. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

    f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

    g. Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

    16

    Zainuddin Hamidy, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta : Bumirestu,

    1992), jilid. 1, cet. Ke-13, h. 40

  • 20

    h. Memilki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

    i. Memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan

    guru17

    Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah orang yang

    melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang

    amatir tanpa pembayaran. Artinya profesionalisme adalah suatu

    terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah

    dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau

    profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki

    pengetahuan dan ketermpilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi

    memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan

    masyarakat. Kecakapan atau keahlian seorang profesional bukan sekedar

    hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari

    wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi

    dan berusaha untuk berkarya.18

    Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki

    oleh seorang guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas

    keguruannya sebagai pengajar. Depdikbud sejak tahun 1979 1980 telah

    merumuskan sepuluh kompetensi profesional guru yang dikenal dengan

    rumusan P 3 G (Pendidikan, Pengayaan, Pengajaran Guru), antara lain :

    1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media dan sumer dalam pelaksanaan

    pengajaran.

    5. Menguasai landasan-landasan pendidikan. 6. Mengelola interaksi belajar-mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8. Mengenal fungsi dam program bimbingan dan penyuluhan

    di sekolah.

    9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

    17

    Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan, h. 214 18

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan.., h. 2-3

  • 21

    10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

    19

    Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa seorang guru

    dapat dikatakan sebagai guru yang profesional di bidangnya, apabila ia

    telah memiliki kemampuan teoritis dalam melaksanakan tugasnya, dan

    tidak hanya mengetahui tetapi betul- betul melaksanakan apa yang menjadi

    tugas serta perannya dengan didasari wawasan yang mantap, memiliki

    wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.

    Profesional Guru

    Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah. Oleh karena itu menigkatkan mutu pendidikan,

    berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan

    hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 4

    tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional

    dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

    melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

    usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

    menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi

    keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada

    kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru,

    mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan

    pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.20

    Undang-undang Sistem pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI

    tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2)

    menyatakan bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang

    bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

    hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan kepada masyarakat,

    terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Pasal 40 ayat (2)

    seorang pendidik berkewajiban (a) menciptakan suasana pendidikan yang

    19

    Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta. Raja Grafindo

    Persada, 1996), cet ke-6, h. 162-178 20

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung :

    Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 39

  • 22

    bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai

    komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

    (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

    kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.21

    Dengan demikian, menjadi guru adalah sebuah profesi yang harus

    di kembangkan agar menjadi pendidik yang profesional dengan memiliki

    kompetensi keguruan yang cukup, pandai dalam merencanakan

    pembelajaran dan meningkatkan wawasan sosial yang luas dan mantap

    berdasarkan pada Undang-undang SISDIKNAS 2003.

    Profesionalitas guru menjalankan tugasnya dalam pembelajaran

    tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai

    kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk

    memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu

    membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu,

    guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar

    dapat membimbing peserta didik secara optimal.

    Guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem,

    yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu

    seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan

    melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta

    merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan

    zaman.22

    Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah. Sebagai seorang profesional guru harus memilki

    kompetensi keguruan yang cukup, kompetensi keguruan itu tampak pada

    kemampuannya menerapkan konsep, asas kerja sebagai guru, mampu

    mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran

    yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.

    21

    Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet. Ke-4,

    h. 20 & 21 22

    E. Mulyasa., Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

    cet. Ke-8, h. 21 & 22

  • 23

    Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut

    slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala terdiri dari sub-

    kompetensi yang mencirikan guru profesional sebagai berikut.

    1. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar;

    2. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada

    dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);

    3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar;

    4. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; 5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-

    hari.23

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala,

    dapat dikemukakan bahwa Peran guru sangat menentukan keberhasilan

    proses pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi

    yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian

    berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Dengan demikian,

    penulis dapat kemukakan bahwa 5 ciri-ciri dari kompetensi guru

    profesional di atas saling berhubungan apabila salah satunya tidak ada

    maka tidak dapat di katakan sebagai guru profesional.

    23

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru.., h. 39-40

  • 24

    2. Efektivitas Proses Pembelajaran

    Pengertian Efektivitas

    Kata efektivitas merupakan kata sifat dari kata efektif yang

    berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat

    membawa hasil, berhasil guna.24

    Sedangkan kata efektivitas yang terdapat

    dalam Ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan, suatu usaha

    dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.25

    Dalam karya bukunya, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan

    Manajemen Suwarno Handayaningrat, efektivitas adalah pengukuran

    dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

    sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan

    yang telah di rencanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau

    sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,

    pekerjaan itu tidak efektif.26

    Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi,

    yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid.

    Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan

    belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

    Efektivitas belajar siswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran

    yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang

    ditempuh.27

    Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan

    menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal, Baik

    Sekali/optimal, Baik/minimal, dan kurang.28

    Yang kriterianya adalah

    sebagai berikut :

    24

    Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar

    Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-8, h. 961 25

    Hasan sadhili, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta ; Ikhtiar Baru Van Hoeven), jilid 2.

    h. 883 26

    Suwarno handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,

    (Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10, h. 16 27

    Madyo Eko Susilo dan R.B. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effhar

    Offset, 1990), cet. Ke-1, h. 63

    28

    Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, h. 107

  • 25

    a. Istimewa/maksimal :Apabila seluruh (100%) bahan

    pelajaran yang diajarkan itu dapat

    dikuasai oleh siswa.

    b. Baik Sekali/optimal :Apabila sebagian besar (76%-99%)

    bahan pelajaran itu dapat dikuasai

    siswa.

    c. Baik/maksimal :Apabila hanya (60%-75%) bahan

    pelajaran yang diajarakan dikuasai

    oleh siswa.

    d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang

    diajarkan itu kurang dari 60% dapat

    dikuasai oleh siswa.

    Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

    pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah

    direncanakan sebelumnya. Berdasakan ketercapaian tujuan pembelajaran

    ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat

    efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan

    pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Pengertian Pembelajaran

    Pengertian Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

    Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum,

    bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

    dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29

    Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan

    asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

    keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua

    arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

    belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan

    pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk

    mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun

    29 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.., h. 4

  • 26

    mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan

    mengembangkan diri. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek

    yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai,

    menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.

    Pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan

    kata benda atau nomina yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan

    orang atau makhluk hidup belajar.30

    Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai a set event

    embedded in purposeful activities that facilitate learning. Pembelajaran

    adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud

    untuk memudahkan terjadinya proses belajar.

    Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran digunakan untuk

    menggantikan istilah pengajaran yang lebih bersifat sebagai aktivitas

    yang berfokus pada guru (teacher centered). Oleh karenanya, kegiatan

    pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran. Istilah

    pembelajaran telah digunakan secara luas bahkan telah dikuatkan dalam

    perundang-undangan, yaitu dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

    Nasional Nomor 20 Tahun 2003.

    Sejalan dengan pandangan diatas, Gagne dan kawan-kawan dalam

    Richey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi secara rinci

    mengemukakan pandangan yang berbeda antara pengajaran dengan

    pembelajaran sebagai berikut :

    Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari

    pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya

    transfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkan

    pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, yaitu kegiatan yang

    dimulia dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan,

    dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya

    proses belajar.31

    30

    Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , Kamus Besar

    Bahasa Indonesia , (Jakarta, Balai Pustaka, 1996), h. 17 31

    Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ),

    cet. Ke-1, h. 9-10

  • 27

    Walter Dick dan Lou Carey sebagaimana yang dikutip oleh Benny

    A. Pribadi, mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau

    kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan

    menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses pembelajaran

    mempunyai tujuan yang dirancang secara sistematik dan sistemik agar

    siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan, proses

    merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain sistem

    pembelajaran.32

    Konsep belajar (learning) dan pembelajaran (instruction)

    merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Konsep

    belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar

    pada pihak pendidik (guru) dan keduanya bisa berdiri sendiri dan juga

    menyatu, tergantung pada situasi dari kedua kegiatan itu terjadi.

    Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja

    diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada

    peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.33

    Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar

    sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan

    demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru

    merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar

    pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan

    langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik, yaitu secara utuh

    dengan memeperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan

    pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu

    sistem.34

    32 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem.., h. 10-11

    33 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Universitas

    Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka, 2002), h. 11 34

    Aminuddin Rasyad, Teori , h. 14

  • 28

    Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah

    merangsang dan menyukseskan proses belajar untuk mencapai tujuan,

    sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal

    mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya

    perubahan dalam diri peserta didik.

    Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep

    belajar dan pembelajaran, berikut dipaparkan kedua konsep itu.

    a. Pengertian Belajar

    Abu Ahmadi dalam bukunya psikologi belajar mengungkapkan :

    Bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu

    untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

    keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

    dengan lingkungannya.35

    H.M Arifin mengemukakan pandangannya tentang belajar yang

    dikutip Drs. Yunus Namsa dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama

    Islam bahwa Belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan response

    yang terjadi dalam rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada

    terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniah

    akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh36

    Dari definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

    itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui

    pengalaman dan latihan yang dilakukan manusia selama hidupnya melelui

    kegiatan membaca, mengamati, mendengkarkan, meniru, dan lain

    sebagainya.

    Seorang dapat dikatakan belajar jika terjadi perubahan dalam

    dirinya. Dari tidak tahu menjadi tahu dari bodoh menjadi pintar, dari tidak

    bisa menjadi bisa dan dari kurang ajar menjadi terpelajar, belajar

    merupakan sesuati proses buku suatu hasil. Oleh karena itu belajar

    berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai

    35

    Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1991), cet ke-1, h. 121 36

    Yunus Namsa, Metodologi, h. 103

  • 29

    bentyk perbuatan untuk mencapai tujuan. Meskipun belajar merupakan

    sesuatu proses, tatapi ia juga melihat hasilnya. Karena semua aktivitas dan

    prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Dengan belajar,

    seorang dapat mengaktifkan berpikir, beraksi, dan berbuat terhadap suatu

    objek yang dipelajari melalui berbaai aktivitas sehingga timbul suatu

    pengalaman baru dalam dirinya.

    b. Pengertian Mengajar

    Menurut pengertian lama, mengajar adalah proses menanamkan

    pengetahuan kepada anak atau proses penyampaian kebudayaan kepada

    anak.37

    Pengertian semacam ini yang aktif dan memegang peranan utama

    adalah guru, sedangkan murid pasif. Padahal murid yang diajar atau

    sebagai pihak yang belajar, juga harus aktif, sebab murid tidak dapat

    diberlakukan hanya seperti bejana atau wadah yang dengan mudah dapat

    diisi, karena murid adalah individu yang juga punya pribadi serta

    dinamika. Sedangkan menurut definisi modern menjara diartikan dengan

    Teaching is the guidance of learning38

    mengajar adalah bimbingan

    kapada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukan bahwa

    yang aktif adalah anak, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru

    hanya membimbing, menunjukan jalan dengan memperhatikan

    kepribadian anak.

    Dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi antara peserta

    didik dan pendidik. Interkasi ini dalam dunia pendidikan dikenal dengan

    istilah interaksi edukatif. Menurut Syaifuk Bahri Djamarah, interaksi

    edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :39

    1. Mempunyai tujuan

    2. Mempunyai prosedur yang direncanakan

    3. Ditandai dengan penggarapan materi khusus

    4. Ditandai dengan aktivitas siswa

    5. Guru berperan sebagai pembimbing

    6. Membutuhkan disiplin

    37

    Yunus Namsa, Metodologi , h.104 38

    Roestiyah, NK, Masalah-masalah, h. 13 39

    Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik.., h.15

  • 30

    7. Mempunyai batas waktu.

    8. Diakhiri dengan evaluasi

    Dari penjelasan diatas, penulis dapat kemukakan bahwa dalam

    proses belajar mengajar, peserta didik, pendidik, bahan, metode dan media

    serta tujuan merupakan hal-hal yang sangat esensial, sebab, bila salah satu

    diantaranya tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat

    berlangsung dalam suatu proses enteraksi adukatif. Tidak hanya itu, titik

    tekan dalam proses interaksi edukatif yaitu terletak pada posisi guru itu

    sendiri. Dimana guru memposisikan dirinya sebagai pembimbing, teman

    belajar mendialogkan materi yang sedang dipelajari bersama antara siswa

    dan guru.

    Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan

    Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-

    komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu

    mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert Heinich dkk,

    membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa tipe, yaitu :

    Pembelajaran di kelas (tatap muka), pembelajaran dengan menggunakan

    siaran radio dan televisi, pembelajaran mandiri dengan menggunakan

    paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh, pembelajaran

    berbasis web, aktivitas belajar di laboratorium dan workshop, seminar,

    symposium dan studi lapangan (field study) dan pembelajaran dengan

    memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.

    Dalam suatu sistem pembelajaran, output dari sebuah komponen

    merupakan input bagi komponen yang lain. Komponen-komponen dari

    sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan,

    metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.40

    40 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta, Dian Rakyat, 2009 ),

    cet. Ke-1, h. 30-31

  • 31

    Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta

    didik, dan sedekat mungkin dihubungkan dengan kenyataan dan

    kegunaannya dalam kehidupan, inilah yang disebut pembelajaran

    bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran yang Aktif, Kreatif.

    Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran

    yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM menurut Philip Rekdale

    adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group,

    individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek, penelitian, penyelidikan,

    penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari

    imaginasi guru.41

    Guru harus memahami dan mengerti bahwa perkembangan

    IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat, teknologi

    informasi/sumber belajar sangat beragam. Oleh karena itu pembelajaran

    yang mempersiapkan bekal memenuhi kebutuhan manusia modern,

    mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah, persaingan

    internasional (Globalisasi), belajar lebih efektif/pendalaman menjadi

    sangat penting dalam pembelajaran. Proses PAKEM (1) peserta didik

    menjadi aktif dan kreatif; (2) guru sebagai fasilitator; (3) penerapan asas

    fleksibilitas; (4) persiapan guru matang; (5) multi interaksi; (6) latihan

    dan tugas lebih intensif; (7) sumber belajar bermacam-macam; dan (8)

    sudah memanfaatkan alat bantu.42

    Kata Frida Dwiyanti Widjaya, salah satu guru di Sinarmas World

    Academy, agar pembelajaran lebih efektif dalam menggunakan metode

    pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang

    pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadi

    siswa yang aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran. intinya

    education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses

    pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan

    bagi para siswa.43

    41

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru.., h. 164 & 168 42

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional, h. 169 43

    Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17

  • 32

    Dengan demikian, agar proses pembelajaran lebih aktif kreatif dan

    menyenangkan guru harus berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai

    pusat dari pembelajaran agar memungkinkan anak untuk bisa

    mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya sehingga terciptalah

    pendidikan yang aktif, kreatif, dan meyenangkan (PAKEM).

    Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran

    Secara umum surya subrata membagi faktor-faktor yang

    mempengaruhi kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) itu kepada dua

    bagian :

    a. Faktor yang berasal dari individu yang meliputi faktorfaktor

    fisiologis dan psikologis, seperti motivasi belajar, sikap dan

    kebiasaan belajar, ketekunan dan sosial ekonomi.

    b. Faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor

    faktor sosial dan faktor sosial, seprti lingkungan belajar dan

    lain-lain.44

    Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktorfaktor yang

    mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yaitu :

    1. Karakteristik siswa yang meliputi kematangan dan intelektual, kondisi jasmani, status ekonomi, usia, dan jenis kelamin.

    2. Karakteristik guru yang meliputi intelektual guru, ramah rasa dan karsa guru, usia, jenis kelamin dan sosial guru.

    3. Karakteristik kelompok, sistem kelompok juga bisa berpengaruh.

    4. Fasilitas fisik, baik yang berada di sekolah, maupun di rumah 5. mata pelajaran. 6. Pengaruh lingkungan luar yang meliputi lingkungan sekolah

    maupun lingkungan disekitar rumah kita.45

    44

    Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001) cet

    ke-10, h. 233 45

    Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1996 ), cet. Ke-3, h. 132

  • 33

    Itulah beberapa faktor yang harus diperhatikan agar segala kinerja

    yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di

    sekolah mencapai kesuksesan sebab bila segala faktor yang dapat

    mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, salah satunya diabaikan atau

    tidak diperhatikan, maka hal ini akan mengakibatkan kegiatan belajar

    mengajar menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran tidak akan

    tercapai sesuai yang diharapkan.

    Berbagai penelitian menunjukkan, kemampuan cara mengajar di

    depan kelas masih kurang dimiliki guru-guru. Padahal materi pelajaran

    yang dipelajari itu dimana-mana sama. Selama ini pembelajaran yang

    berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan (1) guru lebih banyak

    ceramah; (2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar

    cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; (4) tuntutan

    guru terhadap hasil belajar dan produktifitas rendah; (5) tidak ada

    pajangan hasil karya peserta didik; (6) guru dan buku sebagai sumber

    belajar; (7) semua peserta didik dianggap sama; (8) penilaian hanya berupa

    test; (9) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang; dan (10)

    interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian ini tidak

    menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan

    waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti.

    Adapun penulis menambahkan bahwa faktor-faktor yang

    berpengaruh terhadap sistem pembelajaran diantaranya, yaitu : (1) Faktor

    guru; (2) Faktor siswa; (3) Faktor sarana dan prasarana; dan (4 )

    lingkungan. Keempat faktor diatas sangat penting untuk diperhatikan dan

    agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya dalam proses pembelajaran.

    Hal penting yang perlu dicermati juga menurut pendapat Hirsch

    yang mengatakan dalam setiap sistem yang terbukti berhasil, citra diri

    ternyata lebih penting daripada materi pelajaran. Citra diri yang positif

    sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Citra

  • 34

    diri tentu menyangkut kejujuran, kerja keras, disiplin, inovatif, cinta akan

    kualitas, dan pemberdayaan potensi secara optimal.46

    Dari pendapat Hirsch diatas penulis menambahkan, selain guru

    harus mempunyai citra diri yang baik, guru yang profesional juga harus

    memperhatikan komponen proses pembelajaran, yaitu : (1) Proses

    pembelajaran; (2) Tujuan terhadap pembelajaran; (3) Materi pembelajaran

    yang akan disampaikan; (4) Metode yang digunakan dalam proses

    pembelajaran; (5) Media pembelajaran; dan (6) Evaluasi. Sehingga dengan

    keenam komponen diatas guru lebih dapat mengkondisikan kelas agar

    dapat tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan

    bagi siswa-siswanya.

    Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian

    kegiatan belajar mengajar adalah tingkat dan fase yang dilakukan anak

    didik dalam mempelajari sesuatu melalui bimbingan yang diberikan oleh

    pendidik untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Baik pada

    aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan memperhatikan

    komponen proses pembelajaran dan kompetensi keguruan (Pedagogik,

    Profesional, Kepribadian dan Sosial).

    46 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan, (Bandung,

    ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 164-165

  • 35

    Efektivitas Proses Pembelajaran

    Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan

    pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan

    pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

    mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

    dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan

    tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk

    mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun

    mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan

    mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai

    subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah,

    mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.47

    Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan ditunut

    untuk memilki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih

    metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk

    menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara

    guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mugkin memerlukan

    pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.48

    Peter Kline dalam The everiday genius yang dikutip oleh Syaiful

    Sagala mengatakan bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika

    dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Setiap orang adalah guru

    dan sekaligus murid. Oleh karena itu ciptakanlah lingkungan yang baik,

    maka peserta didik akan berkembang dalam proses belajar mandiri. Jadi,

    pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM)

    menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus

    PAKEM adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group,

    individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek penelitian, penyelidikan,

    47

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1,

    h. 164 48

    E. Mulyasa,.Menjadi Guru Profesional(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

    cet. Ke-8, h. 95

  • 36

    penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari

    imaginasi guru.49

    Efektif dalam belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Syaiful

    Sagala adalah membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu

    (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relatif tetap dan setiap saat

    diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan

    masalah (problem solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun

    penyelesaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka

    mempertahankan kelangsungan hidupnya. Efektif belajar dapat

    ditunjukkan (1) tepat waktu, efisien waktu; (2) pertanyaan sederhana dapat

    informasi lengkap; (3) cepat menguasai konsep; (4) metode tepat sesuai

    dengan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator; dan (5) irit biaya.

    Berikut skema belajar efektif bahwa pelajaran dimulai dari apa yang

    diketahui peserta didik.

    Konsep belajar adalah membangun makna terhadap pengalaman

    informasi oleh si pebelajar dan guru atas dasar pengetahuan yang dimilki.

    Makna ini terbangun dari persepsi dan perasaan peserta di dalam kegiatan,

    sehingga mereka belajar berbuat menggunakan bahasa/istilah dipahami

    oleh peserta didik. Pengalaman belajar ini akan mendorong/dan

    merangsang peserta didik unutk mengungkapkan gagasannya, adapun

    perbedaan menjadikan peserta didik menjadi lebih kreatif dan saling

    menghargai pendapat masing-masing. 50

    Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa dalam proses

    pembelajaran yang efektif perlu adanya pendekatan dan metode khusus

    yang guru kembangkan agar terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif

    dan menyenangkan.

    49

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,

    ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 168 50

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona Guru, h. 174-175

  • 37

    3. Hubungan Profesional Guru dengan Efektivitas Proses

    Pembelajaran

    Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggraan

    pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan,

    berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan

    hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No.

    14 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik

    profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

    pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

    pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus harus

    memilki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu

    tampak kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai

    guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah starategi maupun pendekatan

    pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.

    Profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok

    sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby

    belaka. Profesi berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin

    disebut profession yang di gunakan untuk menunjukkan pernyataan

    publik yang di buat oleh seseorang yang bermaksud menduduki suatu

    jabatan publik. Guru yang terjamin kualitasnya diyakini mampu

    melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Penjaminan mutu guru

    perlu dilakukan dari waktu ke waktu demi terselenggaranya layanan

    pembelajaran yang berkualitas.51

    Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar

    terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan

    dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan

    hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah

    makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan

    orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu

    menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam

    51

    Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, h. 39 & 40

  • 38

    perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua

    mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan

    terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

    Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh

    peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.

    Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara

    individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memilki

    perbedaan yang sangat mendasar.

    Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru profesional dalam

    membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik . mereka

    memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membantu