111
HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA WANITA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 DAN 3 JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh NIKA SARI CAHYANINGRUM NIM: 1111104000041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

  • Upload
    others

  • View
    37

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI

KOGNITIF PADA LANJUT USIA WANITA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 DAN 3

JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh

NIKA SARI CAHYANINGRUM NIM: 1111104000041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

ii

Page 3: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2015

Nika Sari Cahyaningrum, NIM: 1111104000041

Correlation between Waist Circumference and Cognitive Function of Elderly

Women in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 and 3 Jakarta

xvi + 69 pages, 11 tables, 2 charts, 6 attachment

ABSTRACT

Background. Elderly population in Indonesia is increasing that cause various

problems related to degenerative processes one of which is decline of cognitive

function. The role of excessive fat mass in middle age influences cognitive

function in old age, but the role of fat mass in old age itself is still unclear. Body

composition changes in elderly make waist circumference as a measure of central

adiposity is better than the body mass index measurement. Waist circumference is

associated with increased risk of vascular and metabolic disorders that mediate

changes in cognitive function.

Purpose. The aim of this research is to find out the corellation between waist

circumference and cognitive function in elderly women. Methods. Quantitative

analytical research with cross sectional design. Respondents in this study were

elderly women aged over 60 years in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1

and 3 Jakarta.The sampling technique used total sampling with 35 elderly as

sample size. The data was taken by instruments questionnaires Mini Mental State

Examination (MMSE) and waist circumference measurements. Results. There

was no correlation between waist circumference and cognitive function in elderly

(p = 0.366, r = 0.158). Suggestion. Results of this study is expected to be a

consideration for the relevant agencies to organize screening on the adequacy of

nutrition of elderly periodically in anticipation of excessive losing weight due to

chronic disease or dementia.

Key Word: Waist Circumference, Cognitive Function, Elderly

Reference: 90 (1992-2014)

Page 4: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2015

Nika Sari Cahyaningrum, NIM: 1111104000041

Hubungan Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia

Wanita di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

xvi + 69 halaman, 11 tabel, 2 bagan, 6 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang. Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia menimbulkan

berbagai permasalahan terkait proses degeneratif salah satunya adalah

menurunnya fungsi kognitif. Peran massa lemak yang berlebihan pada usia

pertengahan diduga turut mempengaruhi fungsi kognitif pada usia lanjut namun

peran massa lemak di usia lanjut sendiri masih belum jelas. Perubahan komposisi

tubuh pada lanjut usia menjadikan lingkar pinggang sebagai pengukuran

kelebihan lemak sentral yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran indeks

massa tubuh. Lingkar pinggang berhubungan dengan meningkatnya risiko

kelainan vaskular dan metabolik yang diduga memperantarai terjadinya perubahan

fungsi kognitif.

Tujuan. Mengetahui hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif

pada lanjut usia wanita. Metode. Penelitian analitik kuantitatif dengan desain

cross sectional. Responden dalam penelitian adalah lanjut usia wanita yang

berusia di atas 60 tahun di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3

Jakarta.Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 35 lanjut usia. Pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta

pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan antara lingkar

pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia (p = 0,366, r = 0,158). Saran.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi instansi

terkait untuk mengadakan pemeriksaan secara berkala mengenai kecukupan

nutrisi lanjut usia untuk mengantisipasi adanya kehilangan berat badan secara

tidak normal akibat penyakit kronik maupun akibat demensia.

Kata Kunci: Lingkar Pinggang, Fungsi Kognitif, Lanjut Usia

Referensi: 90 (1992-2014)

Page 5: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

v

Page 6: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

vi

Page 7: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

vii

Page 8: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nika Sari Cahyaningrum

Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 12 Juli 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Merkurius III Blok D7 No. 17 RT 02 RW 12

Taman Kuta Bumi, Pasar Kemis, Tangerang

HP : 08561669077

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Kperawatan

PENDIDIKAN

1. TK. PUTRA XI

2. SDN Kapuk 01 Pagi

3. SDN Kuta Bumi 01

4. SMP AL-IJTIHAD II Kabupaten Tangerang

5. SMAN 11 Kabupaten Tangerang

6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Lingkar Pinggang

dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Wanita di Panti Sosial Tresna Werdha

(PSTW) Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh

karena itu bimbingan serta arahan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan

demi hasil penelitian yang lebih baik.

Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah

memberikan motivasi, bimbingan serta arahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah

diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada :

1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes., selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu

Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep, dan Ibu Gusrina Komala Putri S.Kep.,

M.S.N, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk

beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan

dengan sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS, selaku Dosen Penguji Skripsi,

terima kasih sebesar-besarnya atas saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing

Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah

membimbing, memberi motivasi, dan memberi arahan selama 4 tahun

duduk di bangku kuliah.

6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya

kepada saya selama duduk di bangku kuliah.

Page 10: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

x

7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan

Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi sebagai

bahan rujukan.

8. Kedua orangtuaku, Bpk. Joko Purwanto dan Ibu Parni yang telah mendidik

serta mencurahkan segala kasih sayangnya yang tak terhingga,

mendo’akan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril

maupun materiil kepada penulis sejak penulis lahir ke dunia hingga

penulis dapat duduk dibangku kuliah. Tak lupa, Adikku Helmi Jani

Mustofa dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat selama

ini.

9. Teman-teman FKIK, PSIK 2011, sahabat dan teman terbaikku Syahir

Noer Muhamad yang telah berjuang bersama, memberikan motivasi,

menjadi kakak, serta menghibur penulis selama menyelesaikan skripsi ini,

serta teman-temanku Revi, Mba Susi, Dina, Suci, Tristi, Ratna, Wiwi,

Rifka, Ita, Azmi yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis

selama menempuh perkuliahan hingga menyelesaikan penulisan skripsi,

dan semua pihak yang telah mendo’akan selama proses pembuatan skripsi

ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa

datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca serta bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Juli 2015

Nika Sari Cahyaningrum

Page 11: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................. i

Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. ii

Abstract ............................................................................................................ iii

Abstrak ............................................................................................................. iv

Pernyataan Persetujuan .................................................................................... v

Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... viii

Kata Pengantar ................................................................................................. ix

Daftar Isi .......................................................................................................... xi

Daftar Singkatan .............................................................................................. xiii

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv

Daftar Bagan .................................................................................................... xv

Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia ................................................................................. 8

1. Pengertian Lanjut Usia .......................................................... 8

B. Fungsi Kognitif .......................................................................... 9

1. Pengertian Fungsi Kognitif ................................................... 9

2. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia ......................................... 10

3. Aspek-Aspek Fungsi Kognitif ............................................... 12

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif pada

Lanjut Usia ............................................................................ 16

C. Obesitas dan Distribusi Lemak Tubuh ....................................... 19

1. Definisi Obesitas .................................................................... 19

2. Distribusi Lemak Tubuh ........................................................ 20

3. Pengukuran Obesitas ............................................................. 21

D. Hubungan Obesitas dengan Fungsi Kognitif ............................. 27

E. Kerangka Teori ........................................................................... 31

Page 12: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

xii

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ....................................................................... 32

B. Definisi Operasional .................................................................. 34

C. Hipotesis .................................................................................... 36

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................ 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 37

C. Populasi dan Sampel .................................................................. 37

D. Instrumen Penelitian .................................................................. 40

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 42

F. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 44

G. Pengolahan Data ......................................................................... 46

H. Metode Analisis Data ................................................................. 46

I. Etika Penelitian ........................................................................... 48

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 50

B. Hasil Analisis Univariat .............................................................. 51

C. Hasil Analisis Bivariat ................................................................ 54

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Antopometri ............................................................... 56

B. Gambaran Fungsi Kognitif .......................................................... 58

C. Korelasi antara Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif ......... 60

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 67

B. Saran ........................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

xiii

DAFTAR SINGKATAN

UIN : Universitas Islam Negeri

PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha

Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik

DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

IMT : Indeks Massa Tubuh

WHO : World Health Organization

MMSE : Mini Mental State Examination

MAIs : Myelin-associated Inhibitors

NIH : National Institute of Health

MRI : Magnetic Resonance Imaging

CT : Computed Tomography

NHANES : National Health and Nutrition Examination Survey

AGEs : Advanced glycosylation end products

IL-6 : Interleukin-6

WAIS : Wechsler Adult Intelegence Scale

APOE-ɛ 4 : ApolipoproteinE alel 4

DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

NINCDS-ADRDA : National Institute of Neurological and Communicative

Disorders and Stroke and the Alzheimer’s Disease and

Related Disorders Association

3MSE : Modified Mini-Mental State

DelRec : Delayed word list recall

Page 14: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh 22

2.2 Indikator Risiko Tinggi Lingkar Pinggang 26

2.3 Cut off points Komplikasi Risiko Metabolik 26

2.4 Klasifikasi overweight dan obesity dengan IMT, lingkar pinggang dan

hubungannya dengan risiko penyakit 27

3.1 Definisi Operasional 34

4.1 Fungsi Kognitif berdasarkan Skor MMSE untuk Responden Buta Huruf 42

5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Demografi 51

5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Antopometri 52

5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Fungsi Kognitif 53

5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Kognitif Menurut Usia 54

5.5 Korelasi Lingkar Pinggang dan Fungsi Kognitif Lanjut Usia Wanita di

PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta. 55

Page 15: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 31

3.1 Kerangka Konsep 32

Page 16: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Peneliti dan Responden

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Penelitian

Lampiran 5.Hasil Analisis SPSS Univariat

Lampiran 6. Hasil Anallisis SPSS Bivariat

Page 17: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang kesehatan dan meningkatnya tingkat

kesejahteraan sosial menyebabkan meningkatnya usia harapan hidup. Pada

tahun 2000 usia harapan hidup penduduk Indonesia adalah 64,5 tahun, tahun

2007 meningkat menjadi 68,7 tahun (Profil Kesehatan Indonesia, 2008) dan

diperkirakan akan semakin meningkat di tahun mendatang. Keadaan ini

menyebabkan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia (lansia) yakni

penduduk berusia 60 tahun ke atas.

Pada tahun 2012 Indonesia termasuk dalam negara Asia ketiga dengan

jumlah populasi lansia di atas 60 tahun terbesar setelah Cina (200 juta), India

(100 juta) dan menyusul Indonesia (20 juta). Diperkirakan jumlah lanjut usia

di Indonesia akan mencapai 100 juta dalam tahun 2050 (Abikusno, 2013).

Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) tahun

2013, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar

8,05% dari seluruh penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2013).

Presentase lansia yang telah mencapai angka di atas tujuh persen

menunjukkan bahwa negara Indonesia telah memasuki kelompok negara

berstruktur tua (ageing population) (Badan Pusat Statistik, 2012).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia, maka semakin

meningkat pula permasalahan kesehatan akibat proses penuaan. Otak sebagai

organ kompleks serta vital yang merupakan pusat pengaturan sistem tubuh

dan pusat kognitif, sangat rentan terhadap proses penuaan atau

Page 18: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

2

degeneratif (Turana, 2013). Proses penuaan menyebabkan perubahan struktur

otak pada lansia yang meliputi kehilangan ukuran, berat, dan volume yang

diperlihatkan dengan berkuranganya berat sebanyak 5 persen pada usia 70

tahun, 10 persen pada usia 80 tahun, dan 20 persen pada usia 90 tahun

(Bloom dan Arlyne,1996). Penuaan menyebabkan penurunan sensorik dan

motorik pada susunan saraf pusat, termasuk juga otak mengalami perubahan

struktur dan biokimia (Depkes RI, 2004).

Perubahan struktur otak pada lansia, berkaitan dengan perubahan pada

pusat kognitif. Proses penuaan dikarakteristikan dengan penurunan kognitif

secara progresif yang meliputi perhatian, persepsi, berpikir, pengetahuan dan

daya ingat (Saladin, 2007). Gangguan satu atau lebih dari fungsi tersebut

akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-

hari (Nugroho, 2004) dan berujung pada tingginya tingkat ketergantungan

sehingga menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Turana, 2013).

Perubahan fungsi kognitif lebih banyak terjadi pada lansia wanita, hal

ini dikarenakan oleh keadaan menopause yang tidak dapat dihindari sebagai

konsekuensi dari penuaan. Pengaruh menopause dan hilangnya hormon

ovarium merupakan salah satu yang mempengaruhi penurunan memori.

Wanita menopause secara alami memiliki kadar estrogen endogenous yang

rendah, menunjukkan perburukan memori verbal dan meningkatkan

penurunan fungsi kognitif (Frick, 2009). Progesteron dan esterogen memiliki

peran fisiologis pada kemampuan motorik dan koordinasi, jalur nyeri dan

analgesia, afektif dan mood, eksitabilitas neural, dan memori episodik.

Esterogen memiliki peran dalam pengaturan hormon mood dan kognisi pada

Page 19: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

3

manusia. Hippocampus adalah region dalam otak yang terlibat dalam fungsi

memori pada manusia dan hewan, dimana esterogen meningkatkan sinaps dan

potensial transmisi neuronal. Esterogen juga memiliki fungsi kolinergik,

mengatur aliran darah otak, dan pemanfaatan glukosa serebral (Breslin dan

Vicki, 2003).

Selain perubahan pada struktur otak dan menurunnya hormon

esterogen pada lansia wanita, penuaan juga berhubungan dengan perubahan

pada komposisi tubuh yang meliputi peningkatan massa lemak dan penurunan

massa bebas lemak atau lean mass (Eliopoulus, 2005). Pada lansia akumulasi

lemak terjadi lebih besar pada daerah viseral atau lemak sentral daerah

abdominal dibandingkan dengan daerah perifer, hal ini menyebabkan

pengukuran lingkar pinggang pada lansia merupakan indikator yang tepat

untuk mengukur tingkat kelebihan massa lemak dibandingkan pengukuran

menggunakan indeks massa tubuh (IMT), karena pengukuran dengan IMT

mungkin tidak menggambarkan akumulasi lemak akibat berkurangnya massa

otot pada lansia (Lee dan David, 2007).

Peningkatan massa lemak tubuh terutama lemak sentral yang

berlebihan menyebabkan peningkatan risiko kelainan vaskular dan metabolik

yang mungkin merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang

berhubungan dengan usia (Kopelman, 2000). Lingkar pinggang yang besar

berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif demensia terkait stroke hal ini

diperantarai oleh peningkatan risiko penyakit vaskular pada responden

dengan lingkar pinggang besar (Luchsinger, 2007).

Page 20: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

4

Peningkatan massa lemak berlebihan atau obesitas pada usia

pertengahan berhubungan dengan menurunnya fungsi kognitif pada usia

lanjut (West et al, 2009; Dahl et al, 2013; Luchsinger, 2009). Namun obesitas

pada usia lanjut menunjukkan peforma kognitif yang lebih baik dalam

beralasan dan kecepatan proses visuospasial dibandingkan dengan berat

badan normal (Kuo et al 2006, Hughes et al, 2009).

Hal ini memperlihatkan keadaan yang berlawanan mengenai pengaruh

massa lemak terhadap fungsi kognitif yang disebut dengan “obesity paradox”

dimana obesitas pada usia pertengahan merupakan faktor risiko menurunnya

fungsi kognitif namun obesitas pada usia lanjut menunjukkan perlindungan.

Salah satu penjelasan mengenai obesity paradox adalah karena terjadinya fase

preklinis pada demensia yang meliputi menurunnya berat badan,

mempercepat sarcopenia, dan berkurangnya massa lemak. Sehingga IMT

yang rendah memprediksi terjadinya demensia pada lansia dan lansia dengan

berat badan lebih mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik (Fitzpatrick et

al, 2009 dalam Vidoni et al, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya ditemukan ketidakjelasan

mengenai pengaruh massa lemak tubuh terhadap fungsi kognitif dan

pengaruh fase preklinis demensia terhadap berat badan lansia, membuat

peneliti tertarik untuk meneliti kembali bagaimana hubungan kelebihan massa

lemak atau obesitas khususnya pada bagian sentral abdominal yang berperan

dalam meningkatnya risiko kelainan vaskular dan metabolik dengan fungsi

kognitif di masa lanjut usia yang diukur melalui lingkar pinggang.

Page 21: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

5

B. Rumusan Masalah

Besarnya dampak dari peningkatan populasi lansia, juga akan

meningkatkan tingkat ketergantungan akibat demensia yang diawali dengan

menurunnya fungsi kognitif membuat banyak peneliti mencari faktor yang

turut mempengaruhi menurunnya fungsi kognitif. Obesitas menjadi salah satu

faktor yang diduga mempengaruhi fungsi kognitif. Obesitas pada usia

pertengahan merupakan salah satu faktor yang diduga mempercepat

penurunan fungsi kognitif di usia lanjut (West et al, 2009; Dahl et al, 2013;

Luchsinger, 2009), namun lansia yang obesitas menunjukan fungsi kognitif

yang lebih baik dibandingkan dengan lansia berat badan normal (Kuo et al

2006, Hughes et al, 2009). Berdasarkan hasil beberapa penelitian tersebut,

menunjukan peran berlawanan dari lebihnya massa lemak sehingga perlu

diteliti kembali apakah terdapat hubungan berlebihnya massa lemak yang

diukur melalui lingkar pinggang pada lanjut usia terhadap fungsi kognitif.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran demografik yaitu usia, suku, dan riwayat

penyakit pada lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran antopometri yakni indeks massa tubuh, lingkar

pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul pada lansia wanita di

PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta?

3. Bagaimana gambaran fungsi kognitif pada lansia wanita di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta?

Page 22: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

6

4. Apakah ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif

pada lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar

pinggang terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia wanita di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran demografik lansia wanita di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.

b. Mengidentifikasi gambaran antopometri yakni indeks massa

tubuh, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul

pada lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.

c. Mengidentifikasi gambaran fungsi kognitif lansia wanita di

PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.

d. Mengidentifikasi hubungan lingkar pinggang dengan fungsi

kognitif lansia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat

Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam

menangani pasien lansia dengan masalah status gizi baik lansia yang

mengalami kekurangan gizi maupun lansia dengan obesitas sebagai

tindakan promotif dan preventif menurunannya fungsi kognitif pada

lansia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia.

Page 23: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

7

2. Bagi PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran fungsi

kognitif pada lansia penghuni panti serta menggambarkan jumlah

lansia yang mengalami risiko tinggi lingkar pinggang yang

mengindikasikan obesitas dan risiko tinggi terhadap penyakit guna

memberikan informasi untuk meningkatkan pelayanan di panti sosial

khususnya pada program pengendalian penyakit pada lanjut usia

sebagai tindakan promotif dan preventif yang turut berpengaruh

terhadap fungsi kognitif pada lansia.

3. Bagi Perkembangan Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya

Keperawatan Gerontik mengenai hubungan massa lemak terhadap

fungsi kognitif pada lansia dalam upaya pencegahan menurunnya

fungsi kognitif maupun sebagai prediktor gangguan fungsi kognitif

pada lansia. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi landasan

pengembangan evidence based ilmu keperawatan, khususnya

mengenai upaya pemberdayaan lansia guna mencapai kesejahteraan

lansia secara holistik.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik kuantitatif

dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung dan Ciracas Jakarta Timur

serta Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.

Page 24: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia yang akan dialami oleh setiap individu dan

merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Sutikno, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO, 2006) klasifiksi lanjut

usia meliputi, usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly)

60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, lansia sangat tua (very old) di

atas 90 tahun (Nugroho, 2009).

Sedangkan di Indonesia batasan usia lanjut menurut Undang-Undang

No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Berdasarkan pendapat

beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, Departemen

Kesehatan RI membuat pengelompokan yang meliputi; kelompok

pertengahan umur (45-54 tahun), kelompok usia lanjut dini (55-64

tahun), kelompok usia lanjut (65 tahun keatas), kelompok usia lanjut

dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun keatas atau kelompok usia lanjut

yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat)

(Sutikno, 2011).

Page 25: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

9

B. Fungsi Kognitif

1. Pengertian Fungsi Kognitif

Istilah “cognition” berasal dari bahasa Yunani gnosis, yang artinya

adalah pengetahuan; ini berkenaan pada kemampuan manusia untuk

berpikir, merasa, dan beralasan (American Psychiatric Association, 2000

dalam Fortinash, 2012).

Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memperoses,

mempertahankan, dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif

mencakup pemikiran, penilaian, persepsi, perhatian, pemahaman, dan

memori. Kemampuan kognitif penting pada individu dalam membuat

keputusan, menyelesaikan masalah, menginterpretasikan lingkungan, dan

mempelajari informasi baru, untuk memberi nama pada beberapa hal

(Videbeck, 2008).

Menurut Ramdhani (2008) kognitif adalah kepercayaan seseorang

mengenai sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir. Proses yang

dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi

pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami,

menilai, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan

kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau intelegensi.

Fungsi kognitif merupakan suatu proses mental manusia yang

meliputi perhatian, persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori.

Sebanyak 75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin,

2007).

Page 26: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

10

Menurut Ginsberg (2007) fungsi kognitif dalam konsep neurologi,

mencakup fungsi otak yang dapat disubklasifikasikan menjadi:

a. Fungsi yang terdistribusi, yaitu tidak terlokalisasi pada regio otak

tertentu, namun membutuhkan aksi dari berbagai bagian kedua

sisi otak, seperti: atensi dan konsentrasi, memori, fungsi eksekutif

yang lebih tinggi, konduksi sosial dan kepribadian

b. Fungsi yang terlokalisasi, yakni bergantung dari struktur dan

fungsi normal dari satu area tertentu pada hemisfer serebri, yakni

dominasi hemisfer yang terbagi dalam (1) fungsi hemisfer

dominan yang meliputi kemampuan bahasa (hemisfer serebri kiri)

dan praksis, (2) fungsi hemisfer nondominan yang bertanggung

jawab untuk keterampilan visuospasial.

2. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia

Lanjut usia sering ditandai dengan penurunan kognitif secara

progresif, penurunan kognitif pada usia lanjut merupakan fenomena

kompleks dan sangat beranekaragam dalam perjalanannya pada setiap

individu; beberapa orang menurun secara cepat, sedangkan yang lainnya

menunjukkan penurunan secara lambat (Boyle et al, 2013).

Teori Fluid and Crystallized Intelligence menjelaskan penurunan

fungsi kognitif pada usia lanjut yang terbagi menjadi Crystallized

Intelligence dan Fluid Intelligence. Crystallized Intelligence berasal dari

hemisfer otak dominan yang terpelihara selama dewasa, merujuk pada

keterampilan kognitif yang didapat melalui pembelajaran masa lalu dan

pengalaman untuk memecahkan suatu masalah. Sedangkan Fluid

Page 27: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

11

Intelligence berasal dari hemisfer otak nondominan, yang mengontrol

emosi, menyimpan informasi nonintelektual, kapasitas kreatif, persepsi

spasial, dan apresiasi estetika, yang diyakini akan menurun dalam

kehidupan (Eliopoulos, 2005).

Teori selanjutnya terkait dengan perubahan fungsi kognitif pada

proses penuaan adalah teori relativitas perubahan otak menua. Teori ini

menjelaskan secara biologis tentang adanya perubahan otak terkait usia.

Teori ini tidak menjelaskan adanya kondisi otak pada stadium tertentu,

namun proses perubahan otak secara perlahan dan tidak nyata. Teori ini

menjelaskan mekanisme hambatan yang dapat merusak sel-sel otak, yaitu

(1) Protein salah bentuk (misfloded protein) yang mempunyai dampak

terjadinya berbagai jenis neurodegenerasi. (2) Perampasan energi (energy

deprivation) yang mencakup semua gangguan vaskuler yang

mengakibatkan sel-sel neuron kekurangan oksigen, semua proses menua

yang menyebabkan kesalahan penggunaan mitokondria dan bahkan

diabetes yang menyebabkan otak kekurangan glukosa (Kusumoputro,

2006).

Dasar dari kemampuan intelegensi adalah terpeliharanya dengan baik,

intelegensi tidak menjadi bertambah atau berkurang dengan usia

(Elioupulous, 2005).

Page 28: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

12

3. Aspek- Aspek Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif dapat dikaji melalui pemeriksaan status mental.

Pemeriksaan status mental secara khas diadakan untuk mengkaji adanya

masalah kognitif, emosional dan perilaku seseorang (Trull, 2005).

Mini-Mental State Examination (MMSE) merupakan alat ukur status

mental dengan beberapa tes kognitif yang meliputi atensi dan

konsentrasi, orientasi, bahasa, memori, visuospasial, fungsi eksekutif,

dan kalkulasi (Sadock, 2000). MMSE berfokus pada aspek kognitif dari

fungsi mental dan tidak termasuk pertanyaan mengenai suasana hati atau

mood, pengalaman abnormal psikologi, dan isi atau proses berpikir

(Stuart dan Michele, 2005).

a. Atensi dan Konsentrasi

Atensi merupakan kemampuan untuk memfokuskan perhatian

pada masalah yang dihadapi. Konsentrasi merupakan kemampuan

untuk mempertahankan fokus tersebut. Atensi yang terpusat

merupakan hal esensial dalam belajar dan memberikan

kemampuan untuk memproses item penting yang dipilih, dan

mengabaikan yang lainnya (Lumbantobing, 2008). Atensi dan

konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi

kognitif, terutama dalam proses belajar (Plassman et al, 2010).

b. Orientasi

Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan

sekitar dengan pengalaman lampau (Lumbantobing, 2008).

Orientasi dinilai dengan acuan pada personal, tempat dan waktu.

Page 29: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

13

Orientasi terhadap personal merupakan kemampuan seseorang

dalam menyebutkan namanya sendiri. Orientasi tempat dinilai

dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi

dalam gedung, sedangkan orientasi waktu dinilai dengan

menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Perubahan

waktu lebih sering terjadi dari pada tempat, maka waktu dijadikan

indeks paling sensitif untuk diorientasi (Goldman, 2000).

c. Bahasa

Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada

manusia, dan merupakan dasar bagi kemampuan kognitif

(Lumbantobing, 2008). Dalam berbahasa mencakup berbagai

kemampuan yaitu:

1) Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan

kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal.

Metode yang dapat membantu menilai kelancaran individu

adalah dengan meninta individu menulis atau berbicara

spontan.

2) Komperhensi (pemahaman bahasa)

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu

perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya

seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

Page 30: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

14

3) Repetisi (pengulangan)

Pengulangan merupakan kemampuan seseorang untuk

mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan

seseorang.

4) Penamaan

Penamaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk

menamai suatu objek beserta bagian – bagiannya (Goldman,

2000; Sadock, 2000). Menamai merupakan elemen paling

sensitif yang mendasari gangguan bahasa (Ebert dkk, 2008).

d. Memori

Memori merupakan terminologi umum untuk status mental

yang memungkinkan individu menyimpan informasi untuk

dipanggil kembali di kemudian hari. Evaluasi yang akurat dan

tepat dari fungsi memori merupakan salah satu hal yang penting

dalam evaluasi neuropsikologi pada usia lanjut. Pada usia lanjut

perubahan fungsi memori dapat disebabkan oleh faktor

neurologik, psikiatrik atau proses menua terkait usia. Penilaian

memori meliputi penilaian memori segera, memori baru (jangka

pendek) dan memori jangka panjang (Lumbantobing, 2008).

e. Visuospasial

Kemampuan visuospasial adalah kemampuan untuk

menempatkan sebuah benda, objek atau gambar dalam sebuah

tempat atau ruangan (Ulfah, 2009). Fungsi visuospasial adalah

untuk mengukur kemampuan individu untuk berfungsi dalam

Page 31: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

15

lingkungannya sehubungan dengan pengenalan objek dan

persepsi terhadap hubungan spasial (Ebert dkk, 2000).

Tes yang digunakan untuk menilai fungsi visuospasial adalah

meminta individu menirukan gambar, memulai dengan objek

yang sederhana seperti bintang berujung lima dan berlanjut

menjadi objek yang lebih sulit (Isselbacher et al, 2000).

f. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif meliputi kemampuan untuk membuat

rencana, beradaptasi, menangani konsep abstrak, dan

menyelesaikan masalah, digabung dengan aspek perilaku sosial

dan kepribadian, misalnya inisiatif, motivasi, dan inhibisi. Lobus

frontal hemisfer serebri, terutama area prefrontal, merupakan area

yang penting untuk fungsi eksekutif normal (Ginsberg, 2007).

g. Kalkulasi

Kalkulasi merupakan kemampuan seseorang untuk berhitung.

Kemampuan kalkulasi diuji pada penilaian status mental meliputi;

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Kemampuan kalkulasi ditentukan oleh pendidikan dan riwayat

pekerjaan, serta lingkungan (Sadock, 2000).

Kemampuan berhitung umumnya tidak berkurang seiring

dengan bertambahnya usia, lanjut usia normal masih mampu

melakukan berhitung (Lumbantobing, 2008).

Page 32: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

16

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif pada Lanjut

Usia

a. Status Kesehatan

Beberapa masalah kesehatan yang mempengaruhi penurunan

fungsi kognitif pada lanjut usia diantaranya adalah masalah kesehatan

yang berkaitan dengan vaskularisasi otak baik hipertensi maupun

hipotensi yang mempengaruhi perfusi otak dan menjadikan buruknya

hasil kognitif. Penurunan kapasitas vaskular membuat lemahnya

penghubung neurovaskular dan menurunnya kemapuan kognitif.

Disfungsi endotelial, penyakit mikrovaskuler, dan makrovaskuler pada

pertengahan kehidupan juga berperan penting dalam manifestasi dan

keparahan dari kondisi yang mendasari penurunan kognitif pada usia

lanjut (Novak and Ihab, 2010).

Masalah kesehatan lain yang mempengaruhi penurunan fungsi

kognitif pada lanjut usia adalah ditemukannya prevalensi penderita

demensia lebih tinggi pada pasien dengan diabetes dari pada pasien

non diabetis. Banyaknya mekanisme yang dipertimbangkan dalam

hubungan antara diabetes dan disfungsi kognitif, abnormalitas

metabolisme glukosa seperti hiperglikemia dan hipoglikemia, dan

abnormalitas dari aksi insulin seperti kekurangan dan resitensi insulin

dapat menyebabkan memburuknya kognitif (Kawamura et al, 2012;

Feinkohl, 2013).

Page 33: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

17

b. Usia

Kondisi menurunnya kognitif berhubungan dengan usia secara

cepat meningkat dengan penuaan (Wu et al, 2011; Lipnicki et al,

2013). Penelitian yang dilakukan oleh VanGuilder et al (2012) pada

tikus yang telah disesuaikan usianya menunjukan bahwa hubungan

usia dengan penurunan kognitif berhubungan dengan sinyal neuron

dan plastisitas otak. Protein Myelin-associated Inhibitors (MAIs) yang

ditemukan pada individu dengan usia lanjut menurunkan stimulus

kekuatan induksi sinaps dan mengubah bentuk secara struktur yang

akhirnya menghalangi mekanisme sinaps dari proses belajar spasial

dan memori dan menghasilkan penurunan kognitif.

Penurunan kognitif berhubungan dengan proses penuaan

terutama dengan umur lebih dari 50 tahun. Beberapa penurunan fungsi

kognitif, berkurangnya ukuran dan platisitas otak adalah normal

terjadi, namun tidak semua penurunan kognitif dipertimbangkan

sebagai normal (Blondell et al, 2014).

c. Status pendidikan

Perubahan struktur dan fungsi otak sebagian besar dipengaruhi

oleh pengalaman dan pendidikan. Pendidikan dapat menjadi stimulus

rutin dan berkelanjutan bagi perkembangan kemampuan kognitif

seperti logika, penalaran, pemikiran abstrak dan mencegah hilangnya

hubungan dan meningkatkan hubungan antar neuron (Yao et al, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Wu et al (2011) di Taiwan pada lanjut

usia berusia 65 tahun keatas sebanyak 2119 menunjukkan 22,2%

Page 34: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

18

mengalami penurunan kognitif dan berhubungan dengan rendahnya

tingkat pendidikan.

d. Jenis Kelamin

Pada wanita, keadaan menopause tidak dapat dihindari sebagai

konsekuensi dari penuaan. Pengaruh menopause dan hilangnya

hormon ovarium merupakan salah satu yang mempengaruhi

penurunan memori. Beberapa studi mengaitkan menopause dengan

kehilangan memori, terutama pada studi wanita menopause setelah

pengangkatan ovarium yang secara signifikan menunjukkan

kehilangan memori verbal. Secara alami wanita menopause memiliki

kadar estrogen endogenous yang rendah menunjukkan perburukan

memori verbal dan meningkatkan penurunan kognitif. Wanita juga

dilaporkan merupakan faktor risiko meningkatnya penyakit Alzheimer

dibandingkan laki-laki, yang mana keadaan kekurangan estrogen dan

atau progestin pada usia pertengahan mungkin menjadi faktor penting

dalam perkembangan demensia. Hipocampus pada wanita

mengeluarkan hormon seperti estrogen sebagai faktor tropik selama

dewasa, kekurangan estrogen selama menopause mengakibatkan

neuron menjadi lebih rapuh dan memperburuk kemunduran memori

(Frick, 2009).

e. Aktifitas Fisik

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi gaya hidup

sebagai tindakan preventif dalam penurunan kognitif, salah satunya

adalah aktivitas fisik (Blondell, 2014). Menjadi aktif atau individu

Page 35: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

19

yang lebih fit mampu menunjukkan atensi yang lebih baik terhadap

lingkungan dan kemampuan memproses informasi lebih cepat.

Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa latihan fisik baik untuk

kesehatan dan platisitas sistem saraf (Gomez-Pinilla and Charles

2013). Sejumlah penelitian menganjurkan aktifitas fisik memiliki

keuntungan untuk fungsi kognitif pada lansia (Carvalho et al, 2014).

f. Obesitas

Hasil review studi yang dipublikasikan tahun 2007 dan 2008

yang dilakukan oleh Luchsinger et al (2009) menyimpulkan bahwa

kelebihan lemak (lemak sentral) pada usia pertengahan diprediksi

menyebabkan demensia pada usia lanjut, hubungan antara tingginya

tingkat lemak dan demensia dilemahkan dengan usia yang menua,

rendahnya indeks massa tubuh (IMT) memprediksi demensia pada

lansia dan kehilangan berat badan mungkin mendahului diagnosis

demensia. Tingginya tingkat lemak memprediksi hiperinsulinemia dan

diabetes yang keduanya merupakan faktor risiko demensia (Muller,

2007 dalam Fitzpatrick, 2009).

C. Obesitas dan Distribusi Lemak Tubuh

1. Definisi Obesitas

Obesitas dan kegemukan didefinisikan dengan abnormalnya atau

berlebihnya akumulasi lemak yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,

2014). Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak

kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk

Page 36: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

20

menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut

disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).

2. Distribusi Lemak Tubuh

Distribusi lemak tubuh adalah konsep penting dalam pertimbangan

impilikasi kesehatan terkait obesitas. Dimana tempat lemak, atau

distribusinya dalam tubuh mungkin lebih penting daripada jumlah lemak

tubuh. Distribusi lemak dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni; (1) bagian

atas tubuh, android, atau tipe pria, dan (2) bagian bawah tubuh, gynoid, atau

tipe wanita. Individu dengan obesitas yang mempunyai proporsi lemak lebih

pada bagian atas tubuh, terutama pada abdomen dibandingkan dengan

pinggul dan paha disebut dengan obesitas android. Individu dengan obesitas

dengan lemak paling banyak terdapat pada bagian pinggul dan paha disebut

dengan obesitas gynoid (Lee dan David, 2007).

Obesitas android disebut juga dengan obesitas sentral dan obesitas gynoid

disebut dengan obesitas perifer. Tipe obesitas sentral berhubungan lebih kuat

dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas

perifer (Boivin et al, 2007 dalam Oviyanti, 2010). Banyak penelitian

menunjukkan bahwa risiko resitensi insulin, hiperinsulinemia, diabetes

mellitus tipe 2, hipertensi, hiperlipidemia, dan stroke diketahui sebagai risiko

kematian dan meningkat pada individu dengan obesitas sentral. Total lemak

abdomen digambarkan sebagai jumlah dari lemak atau jaringan adiposa dari

tiga kompartemen tubuh regio abdominal yang meliputi: subkutan (dibawah

kulit), viseral (sekitar organ dalam rongga peritoneal), dan retroperitoneal (di

Page 37: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

21

luar dan belakang rongga peritoneal). Lemak berlebihan dalam kompartemen

viseral berhubungan kuat dengan meningkatnya risiko morbiditas dan

mortalitas (Lee dan David, 2007).

3. Pengukuran Obesitas

a. Indeks Massa Tubuh

Terdapat beberapa metode akurat untuk mengukur lemak tubuh

seperti jumlah air tubuh, jumlah potassium tubuh, dan dual energy X-

ray absorptiometry, namun pengkuran menggunakan teknik tersebut

mahal dan tidak tersedia dalam praktik klinis. Salah satu pengkuran

yang lebih praktis dan tersedia di klinis adalah pengukuran Indeks

Massa Tubuh (IMT). Penelitian secara epidemiologi dan observasi

menunjukkan bahwa IMT menyediakan perkiraan yang dapat diterima

dari jumlah total lemak tubuh untuk kebanyakan individu (National

Institute of Health, 1998).

IMT adalah indeks sederhana dari berat ke tinggi yang umum

digunakan untuk mengklasifikasikan kegemukan dan obesitas pada

individu dewasa. IMT digambarkan sebagai berat seseorang dalam

kilogram dibagi dengan panjang tingginya dalam meter (kg/m2) (WHO,

2014). IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka untuk

menilai status gizi orang dewasa diatas usia 18 tahun dan mempunyai

hubungan yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh

(Fatmah, 2010).

Saat ini IMT secara rutin diterapkan untuk memperkirakan lemak

tubuh, tidak hanya dalam studi epidemiologi, namun juga dalam

Page 38: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

22

praktek klinis, meskipun terdapat peringatan bahwa IMT bukan ukuran

yang sangat akurat untuk mengukur tingkat lemak pada individu

(Bergman et al, 2011).

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur IMT adalah sebagai

berikut (Asmadi, 2008):

Belum terdapat pedoman pasti dalam mengklasifikasikan IMT untuk

populasi lansia, namun muncul bukti kuat bahwa cut-off WHO tidak

tepat dalam bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh Winter

et al (2014) dalam studi cohort menyimpulkan bahwa risiko mortalitas

meningkat pada lansia dengan IMT <23. Oleh karena itu, dalam

prakteknya mungkin tepat untuk menyesuaikan klasifikasi IMT pada

individu yang berusia ≥ 65 tahun sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Status Gizi IMT (kg/m2)

Underweight < 23

Healthy weight 24 – 30

Overweight > 30

Sumber: Nutrition Education Materials Online, 2014

Pengukuran IMT pada lansia memiliki keterbatasan, dimana pada

lansia dalam keadaan sakit atau aktifitas fisik yang menurun akan

cenderung kehilangan massa otot dan akan diganti dengan lemak, hal

Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) 2

Page 39: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

23

tersebut membuat nilai dari IMT tidak berubah, namun pada

kenyataannya penyimpanan lemak meningkat dan memungkinkan

terjadinya obesitas terkait penyakit. Selain itu keterbatasan lain dari

pengukuran IMT pada lansia yakni, terjadi karena perubahan komposisi

tubuh pada lansia yang ditandai dengan menurunnya fat free mass atau

massa bebas lemak dan meningkatnya atau redistribusi dari fat mass

atau massa lemak. Keterbatasan lain pengukuran IMT pada lansia

disebabkan oleh menurunnya tinggi badan pada lansia. Ketika proses

penuaan terjadi lansia cenderung mengalami penurunan tinggi badan

yang disebabkan oleh osteoporosis dan permasalahan pada spinal

vertebral. Hal ini membuat hasil pengukuran IMT pada lansia menjadi

lebih tinggi dan dapat diklasifikasikan kelebihan berat badan sementara

dalam kenyataannya lansia tersebut tidak mengalami kelebihan berat

badan (Pietrzykowska, 2015).

b. Pengkajian Lemak Abdominal

Berlebihnya lemak pada abdomen melebihi proporsi dari total

lemak tubuh merupakan prediktor independen faktor risiko dan

keadaan tidak sehat. Lokasi lemak pada regio abdominal berhubungan

dengan risiko kesehatan yang lebih besar daripada regio perifer sebagai

contoh area gluteal-femoral. Oleh karena itu, lingkar pinggang sama

halnya dengan IMT harus diukur tidak hanya untuk pengkajian awal

obesitas, namun juga sebagai pedoman dalam efektifnya terapi

penrunan berat badan (National Institutes of Health, 1998).

Page 40: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

24

Pengukuran paling akurat dari lemak total abdominal adalah

dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) atau

computed tomography (CT). Bagaimanapun, penggunaan MRI maupun

CT membutuhkan biaya yang besar dan tidak tersedia di klinik (Lee

dan David, 2007). Pengukuran untuk menilai total lemak abdominal

yang cukup mudah digunakan dalam praktik klinik salah satunya

adalah waist-to-hip ratio atau rasio lingkar pinggang-panggul dan

lingkar pinggang (Lee dan David, 2007).

1. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Rasio lingkar pingang-panggul dihitung dengan membagi

lingkar pinggang dengan lingkar panggul (atau gluteal).

Peningkatan lemak abdominal berhubungan dengan meningkatnya

risiko hipertensi, diabetes tipe 2, dan hiperlipidemia dan risiko

lebih rendah berhubungan dengan penempatan lemak pada panggul

dan paha, hal ini menunjukkan bahwa lingkar pinggang lebih kecil

dibandingkan dengan lingkar panggul adalah lebih baik dan

sebagai hasilnya rasio lingkar pinggang-panggul kurang dari 1.

Nilai rasio lingkar pinggang-panggul yang direkomendasikan

untuk individu dewasa adalah <0,9 untuk pria dan <0,8 untuk

wanita, dan ketika nilai rasio lebih besar dari nilai potong tersebut

risiko penyakit akan meningkat secara bertahap (Lee dan David,

2007).

Page 41: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

25

2. Lingkar Pinggang

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lingkar pinggang secara

nyata merupakan penanda lemak abdominal yang lebih baik

dibandingkan dengan rasio lingkar pinggang-panggul, dan penanda

lebih baik terhadap penyakit (Lee dan David, 2007). Peneliti di

Canada melakukan penelitian menggunakan CT untuk mengukur

lemak abominal pada 800 pria dewasa dan wanita, ketika

dibandingkan dengan perkiraan lemak abdominal yang diperoleh

melalui pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul dan lingkar

pinggang, mereka menemukan bahwa lingkar pinggang merupakan

penanda yang paling baik pada obesitas viseral abdominal dan

pada wanita rasio lingkar pinggang-panggul merupakan penanda

yang buruk dan seharusnya dihindari (Lee dan David, 2007).

Menurut National Institutes of Health (NIH)

merekomendasikan penggunaan lingkar pinggang untuk mengkaji

lemak abdominal. NIH menyimpulkan bahwa lingkar pinggang

adalah metode yang mudah dan praktis untuk mengkaji distribusi

bagian lemak tubuh. Hal ini merupakan panduan yang baik dalam

mengkaji risiko kesehatan seseorang dalam kategori IMT normal

atau lebih dan memprediksi risiko lebih IMT. Lingkar pinggang

telah menunjukkan hubungan yang positif dengan jumlah lemak

pada abdomen dan menyajikan indikator yang baik pada obesitas

viseral abdominal. Peningkatan total lemak abdominal merupakan

Page 42: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

26

prediktor risiko penyakit yang independen, bahkan ketika IMT

tidak meningkat (Lee dan David, 2007).

Berikut adalah indikator risiko tinggi lingkar pinggang untuk

pria dan wanita :

Tabel 2.2 Indikator Risiko Tinggi Lingkar Pinggang

Risiko Tinggi Lingkar Pinggang Pria dan Wanita Dewasa

Pria >40in. (>102cm)

Wanita >35in. (>88cm)

Sumber : National Institutes of Health dalam Lee dan David, 2007

Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) cut-off

points dan risiko dari komplikasi metabolik adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Cut off points Risiko Komplikasi Metabolik

Indikator Cut-off points Risiko komplikasi

metabolik

Lingkar Pinggang >94cm (M)

>80cm (W)

Meningkat

Lingkar Pinggang >102cm (M)

>88cm (W)

Meningkat secara kuat

Rasio lingkar

pinggang-panggul

≥0.90cm (M)

≥0.85cm (W)

Meningkat secara kuat

Sumber :World Health Organization (WHO), 2008

Lingkar pinggang memiliki nilai prediktif yang kecil pada IMT ≥

35kg/m2 dan pada individu ini lingkar perut tidak perlu dilakukan.

Lingkar pinggang merupakan prediktor risiko penyakit yang lebih baik

dibandingkan dengan IMT untuk ras Asia. Pada lansia, lingkar

pinggang lebih bernilai untuk memperkirakan obesitas terkait risiko

penyakit (Lee dan David, 2007).

Page 43: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

27

Persentase lemak tubuh mungkin konstan atau meningkat seiring

dengan bertambahnya usia, namun penuaan berhubungan dengan

redistribusi yang besar dari jaringan lemak. Data dari National Health

and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan lingkar

pinggang meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan lebih besar

pada individu yang lebih tua dari pada individu dewasa yang lebih

muda pada kedua jenis kelamin sampai umur 70 tahun (WHO, 2008).

Berikut merupakan klasifikasi overweight dan obesity dengan IMT,

lingkar pinggang dan hubungannya dengan risiko penyakit menurut

National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) Obesity Education

Initiative (2000) dalam WHO (2008) :

Tabel 2.4 Klasifikasi overweight dan obesity dengan IMT,

lingkar pinggang dan hubungannya dengan risiko penyakit*

IMT Kelas

Obesitas

Pria ≤102 cm

Wanita ≤88

cm

>102 cm

>88 cm

Underweight <18,5

Normal+ 18,5 - 24,9

Overweight 25 - 29,9 Meningkat Tinggi

Obesity 30 - 34,9 I Tinggi Sangat tingggi

35 - 39,9 II Sangat tinggi Sangat tinggi

Extreme

Obesity

≥40 III Secara ekstrim

tinggi

Secara ekstrim

tinggi * Risiko penyakit dari diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit serebrovaskular +

Meningkatnya lingkar pinggang juga dapat menjadi penanda dalam

meningkatnya risiko meskipun dalam IMT yang normal

D. Hubungan Obesitas dengan Fungsi Kognitif

Patofisiologi yang mendasari menurunnya fungsi kognitif pada individu

obesitas belum jelas terungkap. Penelitian menyebutkan bahwa obesitas

menyebabkan berkurangnya dalam belajar, memori, dan fungsi eksekutif

pada pasien obese dibandingkan dengan pasien non obese (Elias et al, 2005;

Page 44: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

28

Waldstein et al, 2006). Mekanisme potensial yang menghubungkan obesitas

dengan penyakit Alzheimer yang ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif

meliputi hiperinsulinemia, advanced glycosylation products, hormon turunan

adiposit (adipokin dan cytokines), dan pengaruh lemak pada risiko penyakit

vaskular dan serebrovaskular (Luchsinger et al, 2009).

a. Hiperinsulinemia

Salah satu konsekuensi utama dari obesitas adalah resistensi insulin

dan hiperinsulinemia. Insulin dapat melewati sawar darah dari perifer

ke sistem saraf pusat dan bersaing dengan Aβ (amyloid β) untuk enzim

penurun insulin (Insulin Degrading Enzyme) dalam otak, termasuk

pada hippocampus. Insulin juga diproduksi dalam otak, dan mungkin

memiliki efek yang bermanfaat pada pembersihan amyloid.

Hiperinsulinemia perifer dapat menghambat produksi insulin otak

yang akan mengganggu pembersihan amyloid dan tingginya risiko

penyakit Alzheimer (Luchsinger et al, 2009).

b. Advanced glycosylation end products (AGEs)

AGEs merupakan hasil dari terganggunya toleransi glukosa dan

diabetes, yang mana sering mendampingi atau mengikuti tingginya

lemak dan bertanggung jawab terhadap kerusakan akhir organ. AGEs

dapat diidentifikasi secara immunohistochemically dalam plak senile

dan kekusutan neurofibrialis sebagai penanda utama dari penyakit

Alzheimer. Selanjutnya, reseptor AGEs telah ditemukan pada

permukaan spesifik reseptor untuk amyloid β, sehingga secara

potensial memfasilitasi kerusakan neuron (Luchsinger et al, 2009).

Page 45: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

29

c. Adipokin dan cytokines

Jaringan lemak aktif menghasilkan rangkaian substansi yang

penting dalam peran metabolisme (adipokin), dan proses inflamasi

(cytokines). Adipokin meliputi adiponectin, leptin dan resistin, dan

cytokines yang meliputi Tumor Necrosis Factor-α dan Interleukin-6

(IL-6). Semuanya berhubungan dengan resistensi insulin dan

hiperinsulinemia (Luchsinger et al, 2009). Peran cytokines seperti IL-6

berhubungan dengan penurunan kognitif dan meningkatkan risiko

demensia yang berpengaruh secara langsung terhadap pembuluh darah

atau dapat melewati sawar darah otak dan mengganggu homeostasis

dalam otak di mana individu dengan obesitas memiliki level cytokine

lebih tinggi daripada individu dengan berat normal (Aslan, 2014).

d. Faktor risiko vaskular dan penyakit serebrovaskular

Penyakit serebrovaskuler dan stroke berhubungan dengan

tingginya risiko dari penyakit Alzheimer. Belum jelas bagaimana aksi

langsung penyakit serebrovaskular pada amyloid. Penyakit

serebrovaskular mungkin menyebabkan kerusakan otak sebagai

tambahan dalam toksisitas neuro amyloid. Obesitas, hiperinsulinemia,

dan diabetes serta faktor risiko vaskular seperti hipertensi dan

dyslipidemia berhubungan dengan tingginya risko penyakit

serebrovaskular. Oleh karena itu, obesitas mungkin mempengaruhi

penurunan fungsi kognitif secara tidak langsung melalui faktor risiko

vaskular dan penyakit serebrovaskuler (Luchsinger et al, 2009).

Page 46: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

30

Obesitas sendiri memainkan peran utama dalam patofisiologi

diabetes melitus, resistensi insulin, dyslipidemia, hipertensi dan

aterosklerosis, yang diakibatkan oleh sekresi berlebihan adipokin

(Redinger, 2007) yang mungkin secara tidak langsung menyebabkan

berbagai risiko penyakit vaskular dan berkontribusi lebih besar

terhadap terjadinya risiko penyakit serebrovaskular.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitzpatrick et al (2009)

mengevaluasi hubungan antara obesitas di usia pertengahan dan usia

lanjut dengan risiko demensia pada 2.798 responden dengan rata-rata

umur 74,7 tahun, menemukan bahwa obesitas pada usia pertengahan

berhubungan dengan lebih tingginya risiko demensia, namun IMT

yang diukur setelah usia 65 tahun menunjukkan hubungan yang

terbalik. Risiko demensia pada lansia paling besar ditemukan pada

individu dengan berat badan rendah, penemuan ini menganjurkan

bahwa kemampuan prediksi dari IMT berubah seiring dengan waktu

dan rendahnya IMT berhubungan dengan kehilangan berat badan.

Page 47: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

31

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Blondell (2014), Frick et al (2009), Heather et al (2012), Kawamura et al (2012),

Luchsinger et al (2009), Novak & Ihab (2010), Pinilla & Charles (2013). Wu et al (2011),

Yao et al (2009).

Fungsi Kognitif

Perubahan komposisi

tubuh

Lanjut Usia

Obesitas

Peningkatan massa lemak

dan penurunan lean mass Lingkar Pinggang

Jenis Kelamin

Status

Pendidikan

Usia

Status Kesehatan

Aktifitas Fisik

Aspek Fungsi Kognitif

1. Atensi dan

Konsentrasi

2. Orientasi

3. Bahasa

4. Memori

5. Visuospasial

6. Fungsi Eksekutif

7. Kalkulasi

(Sadock, 2000; Lumbantobing, 2008; Goldman, 2000; Ebert

dkk, 2000)

Hormonal (adipokin) dan

peradangan (cytokines)

Hiperinsulinemia

Resistensi insulin

Faktor risiko vaskular dan

penyakit serebrovaskular

↑ Asam lemak

bebas ↑ Jaringan lemak

Lipotoxicity

Insulin substrat

reseptor disfungsi

Menghambat produksi

insulin otak

Page 48: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

32

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas

(independen) yakni lingkar pinggang serta satu variabel terikat (dependen)

yakni fungsi kognitif pada lanjut usia. Hubungan antara variabel bebas dan

terikat digambarkan dalam kerangka konsep di bawah ini.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Ket : Variabel yang diteliti

Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia

Variabel yang tidak diteliti, dikontrol dalam pengambilan sampel

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian tentang hubungan lingkar pinggang dengan fungsi kognitif

pada lanjut usia wanita di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 dan 3

Jakarta.

Fungsi Kognitif Lingkar

Pinggang

Status Kesehatan

Usia

Status Pendidikan

Jenis Kelamin

(Wanita)

Aktifitas Fisik

(mampu melakukan

ADL)

Page 49: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

33

Variabel confounding pada penelitian ini dihomogenkan melalui

pengambilan sampel yang meliputi status kesehatan responden yakni lanjut usia

yang tidak memiliki penyakit hipertensi dan diabetes, usia responden yakni lanjut

usia yang berusia antara 60-90 tahun, status pendidikan responden yakni

responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal, jenis kelamin

reponden yakni lanjut usia yang berjenis kelamin wanita, aktifitas fisik responden

yakni lanjut usia yang mampu melakukan aktifitas fisik sehari-hari secara

mandiri.

Page 50: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

34

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Lingkar

Pinggang

Besaran keliling lingkar

pinggang pada posisi

berdiri yang diukur pada

bagian atas crista illiaca

pada sisi kanan

mengelilingi abdomen

secara horizontal sejajar

dengan crista illiaca.

Pengukuran pada

bagian yang akan

diukur terbebas dari

pakaian diukur saat

ekspirasi normal

responden.

Pita ukur dengan tingkat

ketelitian 1 mm

Lingkar Pinggang dalam cm

dengan kriteria :

>80cm (risiko meningkat)

>88cm (risiko tinggi)

Analisa

Univariat

(Ordinal)

Analisa

Bivariat

(Rasio)

2. Indeks

Massa

Tubuh

Nilai yang diambil

melalui hasil

perbandingan berat

badan (kg) responden

dengan tinggi badan (m2)

responden

Pengukuran

menggunakan alat

bantu hitung

kalkulator dengan

membagi nilai berat

badan (kg) dengan

tinggi badan

responden (m2).

- Timbangan berat badan

dengan ketelitian 0,1 kg

- Alat pengukur tinggi

badan dengan ketelitian

0,1 cm

Indeks massa tubuh dalam

kg/m2 dengan kriteria :

Underweight : <23kg/m2

Healthyweight : 24 – 30kg/m2

Overweight : >30kg/m2

Ordinal

Page 51: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

35

3. Rasio

Lingkar

Pinggang-

Panggul

Nilai yang diukur melalui

hasil pembagian besar

lingkar pinggang dengan

besar lingkar panggul

dinyatakan dalam bentuk

desimal.

Pengukuran

menggunakan alat

bantu hitung

kalkulator dengan

membagi nilai besar

lingkar pinggang

dengan lingkar

panggul.

Pita ukur dengan tingkat

ketelitian 1 mm Rasio Lingkar Pinggang-

Panggul dalam bentuk

desimal dengan kriteria:

>0,80 (risiko meningkat)

Ordinal

4. Fungsi

Kognitif

Kemampuan responden

yang terdiri dari aspek

atensi dan konsentrasi,

orientasi, bahasa,

memori, visuospasial,

fungsi eksekutif, dan

kalkulasi.

Membacakan

kuesioner.

- Kuesioner paten MMSE

(Mini Mental State)

- Kuesioner ini terdiri dari

11 item pertanyaan.

Skor Fungsi Kognitif

diperoleh,

Skor tertinggi : 30

Skor terendah : 0

Dengan kriteria

Fungsi kognitif normal skor:

22-30

Kemungkinan gangguan

fungsi kognitif demensia

skor:

≤21

(Kochhann et al, 2010)

Analisa

Univariat

(Ordinal)

Analisa

Bivariat

(Rasio)

Page 52: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

36

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis pada penelitian ini

adalah :

H0 : Tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi

kognitif pada lanjut usia.

Ha : Ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif

pada lanjut usia.

Page 53: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

37

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi analitik kuantitatif dengan

menggunakan desain cross sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu

kejadian pada titik waktu dimana variabel dependen dan independen diteliti

sekaligus pada saat yang sama (Setiadi, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung dan Ciracas Jakarta Timur serta

PSTW Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan. Alasan peneliti memilih

PSTW Budi Mulia 1 dan 3 sebagai lokasi penelitian karena terdapat jumlah

lanjut usia yang cukup banyak, lokasi yang terjangkau dan belum pernah

dilakukan penelitian tentang hubungan lingkar pinggang dengan fungsi

kognitif pada lanjut usia di panti tersebut.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi Target

Populasi target adalah unit dimana suatu hasil peneltian akan diterapkan

(Dharma, 2011). Populasi target bersifat umum dan luas (Riyanto,

2011). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia

wanita di panti sosial tresna werdha di Indonesia.

Page 54: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

38

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau merupakan bagian dari populasi target yang dapat

dijangkau oleh peneliti. Sehingga populasi terjangkau merupakan

bagian dari populasi target yang dibatasi oleh tempat dan waktu yang

lebih sempit dan berdasarkan populasi terjangkau inilah akan diambil

sampel dalam penelitian (Riyanto, 2011). Populasi terjangkau dalam

penelitian ini adalah lanjut usia wanita yang berada di Panti Sosial

Trena Werdha Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representatif populasi (Riyanto, 2011). Teknik

pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Berdasarkan

hasil survei yang dilakukan di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta pada

bulan Maret 2015 didapatkan jumlah sampel sesuai dengan kriteria

sebanyak 35 lansia. Besar sampel sebanyak tiga puluh responden

merupakan batas antara sampel kecil dengan sampel besar (Arikunto,

2010). Adapun sampel tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian pada

populasi target dan sumber (Riyanto, 2011). Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah:

Page 55: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

39

1. Lanjut usia dalam kelompok usia lanjut usia/ elderly (60-74 tahun)

sampai lansai tua/ old (75-90 tahun).

2. Lanjut usia berjenis kelamin wanita.

3. Lanjut usia yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik.

4. Lanjut usia yang tidak pernah menempuh pendidikan formal.

5. Lanjut usia yang mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara

mandiri.

6. Lanjut usia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi pada penelitian ini

adalah:

1. Lanjut usia yang mengalami gangguan psikologis seperti

halusinasi.

2. Lanut usia yang mengalami penyakit kronik seperti hipertensi dan

diabetes melitus.

3. Lanjut usia dengan riwayat penyakit stroke dan trauma kepala.

D. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner untuk

memperoleh data atau informasi dari responden. Kuesioner adalah suatu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2007).

Page 56: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

40

Instrumen pengumpulan data terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Bagian A : Berupa pertanyaan mengenai data demografi responden

yang terdiri dari inisial responden, usia, suku, dan riwayat penyakit.

2. Bagian B

Berupa hasil gambaran obesitas pada responden yang meliputi :

2.1 Hasil pengukuran IMT yang didapat melalui hasil pembagian dari

berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan yang

dikuadratkan (m2).

2.2 Hasil pengukuran lingkar pinggang yang dilakukan dengan

menggunakan pita pengukur/metline dengan ketelitian 1 mm.

Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri tegak dengan daerah

yang diukur dibebaskan dari pakaian, pita diukur di atas crista

illiaca pada sisi kanan, pada titik tertinggi dari tulang pangkal

paha. Pita mengelilingi abdomen secara horizontal sejajar dengan

crista illiaca. Pita langsung menyentuh kulit pasien secara pas dan

tidak menekan kulit dan diukur saat akhir ekspirasi normal. Hasil

yang menjadi indikator obesitas untuk wanita dewasa risiko tinggi

adalah >88cm, risiko meningkat ≥80cm, dan normal atau risiko

rendah <80cm (WHO, 2008; NIH dalan Lee dan David, 2007).

2.3 Hasil pengukuran lingkar panggul yang diukur pada lingkar

terbesar/maksimal dari bagian bokong (gluteal) dan di atas os

symphysis pubis. Nilai lingkar panggul digunakan untuk

menentukan rasio lingkar pinggang-panggul.

Page 57: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

41

2.4 Rasio lingkar pinggang-panggul dihitung dengan membagi lingkar

pinggang dengan lingkar panggul (atau gluteal). Nilai rasio lingkar

pinggang-panggul yang direkomendasikan untuk individu dewasa

adalah <0,9 untuk pria dan <0,8 untuk wanita (Lee dan David,

2007).

3. Bagian C : Berupa instrumen Mini Mental State Examination

(MMSE). MMSE merupakan metode pemeriksaan untuk menilai

fungsi kognitif dan telah banyak digunakan oleh para klinisi untuk

praktek klinik maupun penelitian. MMSE diperkenalkan oleh Folstein

pada tahun 1975. MMSE digunakan secara luas sebagai pemeriksaan

yang sederhana dan cepat untuk mencari kemungkinan munculnya

defisit kognitif sebagai tanda demensia (Kaplan et al, 1997 dalam

Setyopranoto, 2002).

MMSE terdiri dari 11 pertanyaan dengan jumlah skor 30 dan

terdiri atas 6 domain dari kognisi: orientasi, registrasi, atensi dan

kalkulasi, recall, bahasa dan konstruksi visuospasial (Elhan, 2005).

Responden pada penelitian ini merupakan lanjut usia yang tidak

pernah menenmpuh pendidikan formal sehingga mempengaruhi skor

penelitian MMSE karena terdapat item pertanyaan yang mengukur

kemampuan responden dalam hal membaca dan menulis, sehingga

pada penelitian ini digunakan titik potong kriteria gangguan fungsi

kognitif berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kochhann et al

(2010) yakni responden buta huruf dengan skor MMSE ≤21

mengindikasikan bahwa responden terdapat kemungkinan gangguan

Page 58: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

42

fungsi kognitif demensia. Adapun penilaian fungsi kognitif

berdasarkan skor MMSE adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Fungsi Kognitif berdasarkan Skor MMSE untuk Responden

Buta Huruf

Skor MMSE Fungsi Kognitif

22 – 30 No Cognitive Impairment

≤ 21

Probable Cognitive Impairment

(dementia)

Sumber : Kochhann et al, 2010

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran, valid

artinya alat yang digunakan mengukur apa yang ingin diukur (Riyanto,

2011). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Beberapa penelitian dilaporkan

bahwa MMSE menunjukkan level sensitivitas dan spesifisitas yang

dapat diterima (Setyopranoto, 2002; Yudawijaya, 2010). Di Indonesia

instrumen MMSE telah coba diterapkan oleh Tedjasukmana dkk,

dengan tingkat sensivitas 100% dan spesifitas 90% (Tedjasukmana

dkk, 1998 dalam Patriyani, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh

Kochhann et al (2010) menemukan bahwa nilai potong MMSE untuk

responden buta huruf adalah 21 dengan tingkat sensitivitas 93% dan

spesifitas 82%.

Page 59: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

43

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.

Reliabilitas menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang

konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,

2011). Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada

tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2010). Menurut

Wood dan Haber (2006) terdapat tiga metode untuk menentukan

reliabilitas instrumen, yaitu penentuan stabilitas (stability),

homogenitas (homogenity) dan ekuivalensi (Dharma, 2011).

Stabilitas suatu instrumen dapat diuji menggunakan uji statistik test

retest correlation. Uji ini dilakukan dengan mengukur instrumen

sebanyak dua kali pada responden yang sama kemudian dikorelasikan

menggunakan korelasi product moment. Semakin tinggi nilai

reliabilitas suatu instrumen, maka semakin stabil instrumen tersebut.

Homogenitas menunujukkan konsistensi internal suatu alat ukur.

Konsistensi internal suatu alat ukur dapat diuji dengan beberapa

prosedur antara lain, metode Split half, Formula Kuder Richardson

atau Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas selanjutnya adalah ekuivalensi

yang menunjukkan kesepakatan antarpengukur mengenai hasil suatu

pengukuran. Penilaian ini dapat dilakukan dengan tiga metode, antara

lain Percent Agreement, Cohen’s Kappa dan Pearso’sn Product

Moment Correlation (Dharma, 2011).

Reliabilitas untuk instrumen MMSE telah diuji oleah National

Institute of Mental Health USA dan menunjukkan korelasi yang baik

Page 60: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

44

dengan nilai IQ pada Wechsler Adult Intelegence Scale (WAIS).

Instrumen MMSE telah digunakan sebagai alat pengkajian pada

seseorang yang dicurigai mengalami demensia sebagai pengkajian

kognitif klinis oleh National Collaborating Centre For Mental Health

(The British Psychological Society and Gaskell, 2007). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Setyopranoto dan Lamsudin (1999),

bahwa reliabilitas antara dua orang dokter pada lanjut usia dan

penderita stroke iskemik akut didapatkan nilai Kappa masing-masing

sebesar 0,94 (p < 0,0001) dan 0,98 (p <0,00001) (Setyopranoto, 2002).

Nilai Kappa > 0,75 menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan (degree

of agreement) dari dua penilai dalam mengklasifikasikan objek ke

dalam grup sangat baik.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai fungsi kognitif

dan pengukuran lingkar pinggang pada lansia. Terdapat beberapa tahap yang

dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian ini, yakni :

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan

surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada pihak

Kecamatan Cipayung dan Kelurahan Gandaria Selatan melalui Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk pembuatan surat rekomendasi

Page 61: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

45

penelitian ke pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung

Jakarta Timur dan Budi Mulia 3 Margaguna Jakarta Selatan.

3. Setelah persyaratan izin penelitian dan proposal penelitian disetujui dan

surat rekomendasi penelitian selesai dibuat kemudian surat rekomendasi

penelitian diserahkan kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia 1 dan 3 Jakarta.

4. Pihak panti sosial telah menerima surat dan penelitian disetuji oleh pihak

panti, selanjutnya peneliti melakukan koordinasi dengan Kepala Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dan 3 maupun staff panti untuk

mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria inklusi.

5. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat serta informasi

berkaitan dengan penelitian, selanjutnya responden diberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

6. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden

mengisi kuesioner data demografi kemudian dilakukan pengukuran berat

badan, tinggi badan, lingkar pinggang, dan lingkar panggul. Selanjutnya

responden mengisi kuesioner MMSE dibantu dengan wawancara oleh

peneliti.

7. Hasil pengukuran lingkar pinggang serta kuesioner yang telah terisi

selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.

Page 62: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

46

G. Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data yang meliputi :

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh. Data perlu diedit untuk memudahkan pengolahan data

selanjutnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengedit meliputi

kelengkapan pengisian, kejelasan tulisan, kejelasan makna, kesesuaian

dan konsistensi antar jawaban.

2. Coding

Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban

responden. Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori.

3. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner kedalam

program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan dan telah bersih

dari kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat, 2008).

H. Metode Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara

Page 63: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

47

ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisa univariat

diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data secara

sederhana. Variabel pada penelitian ini meliputi data demografi (usia,

suku, dan riwayat penyakit), gambaran antopometri pada individu yang

diukur melalui IMT, rasio lingkar pinggang-panggul, serta lingkar

pinggang dan variabel dependen (terikat) yaitu fungsi kognitif lanjut usia.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua

variabel yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen, yakni

hubungan lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia wanita

di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta, dimana lingkar pinggang sebagai

indikator obesitas dan merupakan prediktor terkait risiko penyakit yang

tepat yang dihubungkan dengan fungsi kognitif pada lanjut usia.

Sebelum menentukan teknik statistik yang akan digunakan untuk

menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data.

Salah satu faktor yang harus dipertimbangakan dalam pemilihan teknik

statistik adalah penyebaran data, yakni dengan melakukan uji normalitas

untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang akan dianalisis

(Arikunto, 2010). Hasil uji normalitas didapatkan bahwa variabel lingkar

pinggang (p=0,378) dan variabel fungsi kognitif (p=0,058) berdistribusi

normal karena hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan >0,05. Kedua variabel

berdistribusi normal dan berskala rasio sehingga digunakan uji parametrik.

Uji parametrik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji Korelasi

Pearson.

Page 64: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

48

Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%,

sehingga jika nilai P (p value) ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik

bermakna atau menunjukkan ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen, dan apabila nilai p value > 0,05 menunjukkan

hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Nilai korelasi Pearson disimbolkan dengan huruf r, dimana nilai

absolut dari r menunjukkan kekuatan hubungan linear. Nilai korelasi

berada pada interval -1≤ r ≤1. Tanda (–) dan (+) menunjukkan arah

hubungan. Tanda (+) adalah perubahan pada salah satu variabel akan

diikuti perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama, sedangkan

tanda (–) adalah perubahan pada salah satu variabel akan diikuti perubahan

variabel yang lain dengan arah yang berlawanan (Christianus, 2010).

Berikut adalah interpretasi hubungan kedua variabel berdasarkan koefisien

korelasi, meliputi:

Koefisien Kekuatan Hubungan

0,70-1,00 Hubungan asosiasi yang tinggi

0,40-<0,70 Hubungan yang substansial

0,20-<0,40 Ada korelasi yang rendah

<0,20 Korelasi dapat diabaikan

Sumber : Christianus, 2010

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika penelitian

yang meliputi :

Page 65: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

49

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria sampel. Tujuan informed consent adalah

agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampaknya (Hidayat, 2007).

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang

diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu

(Hidayat, 2007).

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Hidayat,

2007).

Page 66: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

50

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia adalah Unit Pelaksana

Teknis (UPT) bidang kesejahteraan sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi

DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat, PSTW Budi Mulia

adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

khususnya bagi lanjut usia dengan tugas pokok memberikan pelayanan sosial

bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan

bermasyarakat, yang meliputi perawatan, perlindungan dan pembinaan fisik,

spiritual, sosial dan psikologis. Adapun fungsi dari PSTW Budi Mulia adalah

sebagai lembaga pemenuhan kebutuhan lanjut usia, lembaga pelayanan dan

pengembangan lanjut usia dan sebagai pusat informasi dan rujukan.

Pemerintah provinsi DKI Jakarta memiliki tiga PSTW Budi Mulia yakni,

PSTW Budi Mulia 1 yang terletak di Cipayung dan Ciracas Jakarta Timur,

PSTW Budi Mulia 2 terletak di Cengkareng Jakarta Barat, dan PSTW Budi

Mulia 3 terletak di Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta dengan jumlah lanjut usia yang menempati PSTW

Budi Mulia 1 sebanyak 211 lanjut usia, sedangkan di PSTW Budi Mulia 3

jumlah lanjut usia sebanyak 223 lanjut usia. Lanjut usia yang dijadikan

responden pada penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 35 lanjut

usia wanita.

Page 67: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

51

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Demografik Responden Lanjut Usia Wanita di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

Gambaran karakteristik responden berdasarkan data demografik

yang meliputi usia, suku, dan riwayat penyakit yang diderita oleh

responden dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Data Demografik (n=35)

Variabel Jumlah

n=35

Presentase

(%)

Usia

60-74 tahun 25 71,4

75-90 tahun 10 28,6

Suku

Betawi 7 20

Jawa 23 65,7

Sunda 5 14,3

Riwayat Penyakit

Asam Urat 5 14,3

Asma 2 5,7

Arthritis 3 8,6

Gastritis 1 2,9

Sakit Pinggang 1 2,9

Tidak ada 23 65,6

Rata-rata usia responden antara 60 – 74 tahun sebanyak 25 orang

(71,4%), sementara responden yang berusia antara 75 – 90 tahun atau

lanjut usia tua/old sebanyak 10 orang (28,6%). Sebagian besar responden

berasal dari suku Jawa yakni sebanyak 23 orang (65,7%), sedangkan

responden paling sedikit berasal dari suku Sunda sebanyak 5 orang

(14,3%). Rata-rata responden tidak memiliki riwayat penyakit yakni

sebanyak 23 orang (65,6%), sedangkan penyakit yang cukup banyak

Page 68: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

52

diderita oleh responden adalah asam urat sebanyak 5 orang (14,3%) dari

35 orang responden.

2. Gambaran Antopometri Responden Lanjut Usia Wanita di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

Gambaran karakteristik responden berdasarkan hasil pengukuran

antopometri yang meliputi indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan

rasio lingkar pinggang-panggul dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Antopometri (n=35)

Klasifikasi IMT

Underweight

(<23kg/m2)

Healthyweight

(24-30kg/m2)

N % n %

Lingkar Pinggang

<80cm (normal) 12 44,4 0 0

80-88cm (risiko meningkat) 8 29,6 0 0

>88cm (risiko tinggi) 7 26 8 100

Rasio Lingkar

Pinggang-Panggul

>0,80 (risiko meningkat) 27 77,2 8 22,8

Rata-rata responden memiliki Indeks Massa Tubuh dibawah

normal/underweight sebanyak 27 orang (77,2%), sedangkan responden

yang memiliki IMT normal/healthyweight hanya sebanyak 8 orang

(22,8%). Berdasarkan nilai IMT, responden yang memiliki IMT

healthyweight cenderung memiliki lingkar pinggang >88cm yang

menunjukkan risiko tinggi yakni sebanyak 8 orang jika dibandingkan

dengan IMT underweight sebanyak 7 orang (25%) dari 27 responden

dengan nilai IMT underweight. Responden yang memiliki IMT

Page 69: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

53

underweight rata-rata memiliki ukuran lingkar pinggang <80cm sebanyak

12 orang (44,4%). Hasil pengukuran rasio lingkar pinggang-panggul

menunjukkan bahwa semua responden yang berjumlah 35 orang memiliki

ukuran >0,80 yang menunjukkan peningkatan risiko terhadap penyakit

baik responden dengan nilai IMT healthyweight maupun nilai IMT

underweight.

3. Gambaran Fungsi Kognitif Responden Lanjut Usia Wanita di PSTW

Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

Gambaran fungsi kognitif responden dinilai melalui skor MMSE

dengan nilai responden terendah 10 poin dan tertinggi 28 poin memiliki

rata-rata 21,57 poin dan standar deviasi 4,64.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Fungsi Kognitif (n=35)

Fungsi Kognitif Frekuensi Persentase (%)

Tidak ada gangguan 16 45,7%

Kemungkinan gangguan 19 54,3%

Total 35 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia

yakni sebanyak 19 orang (54,3%), sedangkan sebanyak 16 orang (45,7%)

diantaranya tidak mengalami gangguan fungsi kognitif.

4. Gambara Fungsi Kognitif Menurut Usia Responden

Gambaran fungsi kognitif responden menurut usia yang

dikelompokkan menjadi lanjut usia/elderly yakni usia 60-74 tahun dan

lanjut usia tua/old yakni 75-90 tahun dapat dilihat pada tabel 5.4:

Page 70: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

54

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fungsi Kognitif Menurut Usia

Responden (n=35)

Fungsi Kognitif

Tidak ada gangguan Kemungkinan gangguan

n % n % Total

Usia

60-74 tahun 12 48 13 52 25

75-90 tahun 3 30 7 70 10

Berdasarkan usia, 25 responden yang berusia antara 60-74 tahun

mengalami kemungkinan gangguan kognitif demensia sebanyak 12 orang

(48%). Sedangkan responden yang berusia antara 75-90 tahun paling

banyak mengalami kemungkinan gangguan fungsi kognitif demensia

sebanyak 70% dari 10 responden.

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang

berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia

wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta. Sebelum menentukan teknik

analisis yang digunakan dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas yang

digunakan adalah uji Shapiro-Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50

responden (Dahlan, 2011). Jika nilai Shapiro-Wilk <0,05 maka data tidak

berditribusi normal.

Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa variabel lingkar

pinggang (p=0,378) dan variabel fungsi kognitif (p=0,058) berdistribusi

normal karena hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan >0,05. Kedua variabel

berdistribusi normal dan berskala rasio sehingga digunakan uji parametrik.

Page 71: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

55

Uji parametrik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji korelasi

Pearson.

1. Hubungan Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut

Usia Wanita

Tabel 5.5

Korelasi Lingkar Pinggang dan Fungsi Kognitif Lanjut Usia Wanita

di PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta

(n= 35)

Fungsi Kognitif

Lingkar Pinggang p : 0,366

r : 0,158

Ket : p = kemaknaan r = koefisien korelasi,

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan nilai p> 0,05 (0,366) maka

dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara lingkar

pinggang dengan fungsi kognitif, sehingga hipotesis H0 diterima bahwa

tidak ada hubungan antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada

lanjut usia wanita.

Page 72: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

56

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Antopometri

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar

responden lanjut usia termasuk ke dalam klasifikasi underweight atau

IMT di bawah normal (<23kg/m2) yakni sebanyak 27 orang (77,1%) dari

35 responden. Penelitian ini didukung oleh penelitian Nisa (2004) di

PSTW DKI Jakarta yang menunjukkan bahwa status gizi kurang

berdasarkan pengukuran IMT(<18,4kg/m2) diderita oleh 60 orang

(32,9%) dari 182 responden sedangkan nilai IMT(18,5-25kg/m2)

ditemukan pada sebagian besar lanjut usia yakni sebanyak 88 orang

(48,4%). Perbedaan penggunaan titik potong pengkategorian nilai IMT

membuat hasil presentase berbeda dimana Nisa (2004) menggunakan

klasifikasi berdasarkan Departemen Kesehatan RI (1996) yakni nilai IMT

dikatakan dibawah normal ketika IMT <18,4kg/m2 sementara penelitian

ini menggunakan titik potong sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Winter dkk (2014) yakni nilai IMT untuk lanjut usia dikatakan

underweight ketika nilai IMT <23kg/m2 dimana nilai ini dianggap lebih

sensitif untuk lanjut usia dan berhubungan dengan risiko mortalitas pada

lanjut usia.

Rasio lingkar pinggang-panggul seluruh lanjut usia wanita yang

menjadi responden sebanyak 35 orang termasuk dalam kategori

meningkatnya risiko penyakit yakni nilai >0,80 baik responden dengan

IMT underweight maupun IMT healthyweight. Nilai IMT tidak

Page 73: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

57

mempengaruhi rasio lingkar pinggang-panggul secara signifikan oleh

karena rata-rata responden yang memiliki IMT underweight juga

memiliki rasio lingkar pinggang-panggul >0,80 dimana nilai >0,80

menunjukkan bahwa lingkar pinggang responden lebih besar

dibandingkan lingkar panggul (gluteal), hal ini berkaitan dengan

peningkatan distribusi lemak abdominal tanpa meningkatnya nilai IMT

akibat massa otot yang menurun pada lansia yang digantikan dengan

massa lemak yang berdistribusi lebih banyak pada area abdominal (Lee

dan David, 2007).

Berdasarkan nilai IMT, responden yang memiliki IMT

healthyweight seluruhnya termasuk dalam nilai lingkar pinggang risiko

tinggi penyakit (>88cm) yakni sebanyak 8 orang. Sedangkan responden

dengan IMT underweight yang termasuk dalam lingkar pinggang risiko

tinggi (>88cm) sebanyak 7 orang (26%) dari 27 responden. Hal ini

menunjukkan bahwa lansia cenderung mengalami penurunan massa otot

dan digantikan dengan lemak dimana lingkar pinggang cenderung lebih

besar walaupun nilai IMT underweight. Penelitian ini didukung oleh

penelitian Janssen dkk (2004) yang menyebutkan bahwa lingkar

pinggang merupakan penanda kelebihan lemak abdominal yang lebih

baik dibandingkan IMT.

Lingkar pinggang sebagai prediktor untuk mengukur akumulasi

jaringan lemak daerah abdomen yang merupakan tempat penyimpanan

jaringan adiposa terbanyak pada individu terutama dipengaruhi oleh

umur (Luchsinger, 2009). Peningkatan ukuran lingkar pinggang

Page 74: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

58

beruhubungan dengan peningkatan risiko penyakit metabolik seperti

diabetes, hipertensi, dislipidemia dan penyakit jantung (Janssen, 2004)

yang mungkin merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang

berhubungan dengan usia (Kopelman, 2000).

Hasil penelitian yang dilakukan pada lanjut usia wanita yang

menjadi responden menunjukkan bahwa rerata lingkar pinggang adalah

83,8cm dimana hasil ini mengindikasikan meningkatnya risiko

kompilikasi metabolik berdasarkan WHO tahun 2008 yakni nilai lingkar

pinggang >80cm untuk wanita. Sedangkan berdasarkan hasil

pengkategorian lingkar pinggang, ditemukan bahwa sebanyak 15 orang

(42,9%) dari 35 responden berada pada kategori risiko tinggi (>88cm),

dimana sebanyak 11 orang (44%) dialami oleh lansia dengan usia antara

60-74 tahun.

Dapat disimpulkan bahwa rerata responden memiliki lingkar

pinggang dengan risiko tinggi, dimana usia mempengaruhi perubahan

pada komposisi tubuh yakni dengan menurunnya lean mass atau massa

bebas lemak dan meningkatnya massa lemak serta pada lanjut usia

akumulasi lemak terjadi lebih besar pada daerah viseral atau abdominal

dibandingkan dengan daerah perifer (Eliopoulus, 2005) sehingga lingkar

pinggang pada lanjut usia cenderung akan mengalami peningkatan.

B. Gambaran Fungsi Kognitif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata lanjut usia

kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia dengan

skor MMSE ≤21, yakni sebanyak 19 orang (54,3%) dari 35responden.

Page 75: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

59

Jika dilihat berdasarkan usia, usia antara 75-90 tahun lebih banyak

memiliki skor MMSE ≤21 sebanyak 70% dari 10 lanjut usia yang berusia

75-90 tahun dan hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia tersebut

kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lipnicki dkk (2013)

yang dilakukan pada 889 responden yang berusia antara 70-90 tahun

dengan melakukan pengkajian neuropsikologi secara komperhensif dan

setelah dua tahun ditemukan bahwa 14% responden mengalami

gangguan kognitif ringan atau demensia dimana usia yang semakin

menua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penurunan fungsi

kognitif. Lipnicki dkk (2013) menemukan bahwa usia yang lebih tua

mengalami penurunan lebih besar pada aspek memori, atensi atau

kecepatan memproses, dan kognisi umum. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin menuanya usia akan berpengaruh pada fungsi kognitif,

meskipun pada penelitian ini telah mengkategorikan lanjut usia yakni

individu yang berusia di atas 60 tahun, namun dapat terlihat bahwa

kecenderungan gangguan kognitif dialami oleh responden dengan usia

antara 75-90 tahun yakni sebanyak 70% kemungkinan mengalami

gangguan kognitif demensia jika dibandingkan dengan responden yang

berusia antara 60-74 tahun sebanyak 52%.

Gambaran fungsi kognitif pada lanjut usia dalam penelitian ini

dilakukan di panti yang mungkin juga tururt serta mempengaruhi

perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia. Hal ini ditemukan melalui

penelitian yang dilakukan oleh Wilson dkk (2007) pada lanjut usia di

Page 76: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

60

panti sebanyak 432 responden menunjukkan bahwa penempatan lanjut

usia di panti setelah empat tahun berhubungan dengan menurunnya

tingkat kognitif dan mempercepat penurunan tingkat kognitif pada lanjut

usia dengan penyakit Alzheimer.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gonzalez-Colaco

dkk (2014) yang membandingkan antara dua kelompok lanjut usia yakni

lanjut usia yang tinggal di panti dan di komunitas dimana 558 lanjut usia

yang tinggal di panti setelah 22 tahun secara signifiikan berhubungan

dengan rendahnya nilai MMSE antara sebelum masuk dan setelah masuk

panti dengan mengontrol sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi

seperti aktivitas sehari-hari, insiden demensia, gejala depresi, dan

penyakit kronik. Gonzalez-Colaco dkk (2014) menyimpulkan dalam hasil

penelitiannya bahwa lanjut usia yang tinggal di panti lebih besar

mengalami penurunan kognitif dibandingkan dengan lanjut usia yang

berada di komunitas dimana alasan menurunnya fungsi kognitif belum

jelas dan mungkin berhubungan dengan efek secara fisik dan psikologis

tinggal di suatu lembaga panti atau institusi.

C. Korelasi antara Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif lanjut usia wanita dengan

nilai p-value sebesar 0,366. Penelitian ini didukung oleh penelitian

Luchsinger dkk (2007) pada 907 responden dengan usia diatas 65 tahun

bahwa lingkar pinggang sebagai variabel berkelanjutan selama lima

tahun tidak berhubungan dengan terjadinya gangguan fungsi kognitif

Page 77: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

61

demensia. Namun setelah menyesuaikan melalui usia, gender,

pendidikan, kelompok etnis dan APOE-ɛ 4 ditemukan bahwa pada lanjut

usia muda (usia <76 tahun) kuartil keempat yakni lingkar pinggang

>97cm berhubungan dengan risiko lebih tinggi gangguan fungsi kognitif

demensia dan penyakit Alzheimer, tetapi pada lanjut usia tua (usia ≥76

tahun) lingkar pinggang >97cm tidak berhubungan dengan demensia

maupun dengan penyakit Alzheimer. Hal ini menjelaskan bahwa

tingginya nilai lingkar pinggang berhubungan dengan tingginya risko

demensia dan penyakit Alzheimer pada lanjut usia muda, konsisten

dengan dugaan bahwa pengukuran lemak kehilangan kemampuan

prediksinya pada lanjut usia tua.

Luchsinger dkk (2007) dalam penelitiannya juga menemukan

bahwa besarnya lingkar pinggang berhubungan dengan risiko demensia

terkait stroke untuk semua grup usia. Hubungan antara faktor risiko

vaskular dan demensia sangat jelas lebih kuat untuk demensia terkait

stroke dibandingkan dengan penyakit Alzheimer dan ini menjelaskan

mengapa lingkar pinggang hanya memprediksi demensia terkait stroke

karena meningkatnya ukuran lingkar pinggang beruhubungan dengan

peningkatan risiko penyakit vaskular yang memperantarai terjadinya

demensia terkait stroke.

Berbeda dengan West dkk (2009) yang juga melakukan studi

secara cohort selama delapan tahun pada 1.351 lanjut usia yang berusia

antara 60-101 tahun menemukan bahwa besarnya lingkar pinggang

berhubungan dengan meningkatnya tingkat demensia maupun gangguan

Page 78: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

62

fungsi kognitif bukan demensia pada usia lanjut setelah menyesuaikan

nilai IMT dan tinggi badan responden. Hal ini diperantarai oleh

hubungan antara obesitas abdominal dan kelainan vaskular serta

metabolik yang merupakan faktor-faktor terjadinya gangguan fungsi

kognitif. Hasil penelitian West dkk (2009) memperlihatkan bahwa

setelah penyesuaian nilai IMT dan tinggi badan maka dapat terlihat

hubungan yang lebih kuat antara lingkar pinggang dengan demensia

maupun gangguan fungsi kognitif bukan demensia hal ini menunjukkan

bahwa efek dari obesitas general dan obesitas sentral pada usia lanjut

terhadap gangguan kognitif mungkin tertutup jika tanpa penyesuaian

secara menyeluruh mengenai ukuran tubuh dan tinggi badan.

Desain penelitian yang berbeda antara penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh Luchsinger (2007) dan West (2009)

dimana pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang

hanya melihat kejadian pada suatu waktu dan pengukuran yang dilakukan

secara bersamaan membuat pengaruh dari lingkar pinggang terhadap

fungsi kognitif tidak terlihat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Luchsinger dkk (2007) dan West dkk (2009) menggunakan desain studi

cohort yakni penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko

dengan efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif

(Riyanto, 2011) sehingga membuat pengaruh nilai lingkar pinggang pada

lanjut usia terhadap funngsi kognitif dapat diidentifikasi lebih baik.

Penelitian ini mendeteksi adanya perubahan fungsi kognitif pada

lanjut usia melalui kuesioner MMSE sebagai pemeriksaan yang

Page 79: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

63

sederhana dan cepat untuk mencari kemungkinan munculnya defisit

kognitif sebagai tanda demensia dengan hasil yang dikategorikan

menjadi fungsi kognitif normal dengan skor MMSE >21 dan

kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia pada lanjut

usia dengan skor MMSE ≤21. Berbeda halnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Luchsinger dkk (2007) dimana gangguan fungsi kognitif

lebih spesifik seperti demensia yang didiagnosis melalui kriteria DSM-IV

(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), penyakit

Alzheimer berdasarkan kriteria NINCDS-ADRDA (National Institute of

Neurological and Communicative Disorders and Stroke and the

Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association), dan demensia

terkait stroke. Sedangkan West dkk (2009) dalam penelitiannya

menggunakan 3MSE (Modified Mini-Mental State) sebagai alat

skreening untuk fungsi kognitif secara umum dan tes DelRec (Delayed

word list recall) yang mendeteksi penurunan memori jangka pendek pada

lanjut usia, kemudian penegakan diagnosis demensia West dkk (2009)

menggunakan kriteria DSM-III dan diagnosis gangguan kognitif bukan

demensia ditegakkan jika pada responden tidak ditemukan kriteria

diagnostik untuk demensia namun secara klinis memperlihatkan

gangguan pada satu atau lebih domain kognitif. Hal ini mungkin menjadi

salah satu keterbatasan dalam penelitian ini bahwa penggunaan kuesioner

hanya mendeteksi adanya gangguan kognitif pada lanjut usia sebagai

tahap awal skreening gangguan kognitif tanpa penegakkan diagnosis

spesifik gangguan kognitif yang mungkin dialami oleh responden.

Page 80: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

64

Penelitian yang sama menggunakan desain studi secara cross-

sectional dengan penelitian ini yakni penelitian yang dilakukan oleh

Taylor dkk (2012) pada 15.022 lanjut usia (>65 tahun) menemukan

bahwa lingkar pinggang dan lingkar lengan yang lebih kecil berhubungan

dengan gangguan fungsi kognitif demensia dan meningkatkan keparahan

demensia. Taylor dkk (2012) mendapatkan hasil penelitian yang berbeda

dengan Luchsinger dkk (2007) dan West dkk (2009) dimana nilai lingkar

pinggang dan lingkar lengan yang lebih kecil berhubungan dengan

gangguan kognitif, hal ini diperantarai karena desain studi yang berbeda

dimana Taylor dkk (2012) melakukan pengukuran secara bersamaan

tanpa melihat riwayat lingkar pinggang responden maupun efek secara

prospektif. Taylor dkk (2012) menggunakan pengukuran lingkar

pinggang untuk mewakili lemak tubuh dan lingkar lengan yang mewakili

lean mass atau massa bebas lemak pada lanjut usia.

Obesitas total maupun obesitas sentral terutama pada usia

pertengahan berhubungan dengan memburuknya fungsi kognitif dan

demensia (Anstey et al, 2010; Whitmer et al, 2008) hal ini diperantarai

oleh beberapa mekanisme potensial meliputi resitensi insulin dan

diabetes tipe-2 dan meningkatnya gangguan metabolik (Craft et al, 2005;

Luchsinger et al, 2001). Namun penelitian yang dilakukan secara cross

sectional menunjukkan bahwa lingkar pinggang yang lebih kecil pada

lanjut usia berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif (Taylor et al,

2012). Hal ini diperantarai oleh hilangnya berat badan yang berakibat

berkurangnya lean mass maupun massa lemak pada lanjut usia.

Page 81: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

65

Mekanisme yang mendasari kehilangan berat badan sebagai

penanda klinis demensia ialah perubahan struktur otak seperti atropi otak

yang berhubungan dengan rendahnya lean mass atau massa bebas lemak

pada individu dengan tahap awal demensia (Burns et al, 2010).

Kehilangan berat badan atau berubahnya komposisi tubuh dapat juga

sebagai hasil dari respons stres atau penurunan regulasi dari kebutuhan

energi yang berhubungan dengan menurunnya fungsi otak (Grundman,

2005).

Kehilangan berat badan terjadi seiring dengan morbiditas pada

lanjut usia dan sering direfleksikan dengan rendahnya status kesehatan.

Kehilangan berat badan, bersamaan dengan masalah psikologis, perilaku

dan mobilitas, adalah salah satu manifestasi dasar dari penyakit

Alzheimer dan mungkin mendahului onset demensia (Fitzpatrick et al,

2009).

Meskipun hasil uji analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara lingkar pinggang dengan fungsi kognitif, kita dapat melihat

kecenderungan bahwa 46,7% dari 15 responden dengan lingkar pinggang

>88cm memiliki status kognitif baik. Sedangkan dari total 12 responden

yang memiliki lingkar pinggang <80cm 58,3% diantaranya memiliki

kemungkinan gangguan fungsi kognitif demensia. Hasil bermakna

kemungkinan akan didapat apabila jumlah sampel diperbesar.

Page 82: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

66

D. Keterbatasan Penelitian

Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel dalam jumlah yang kecil

yakni 35 lanjut usia wanita hal ini dikarenakan peneliti berusaha

menyesuaikan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil fungsi

kognitif seperti jenis kelamin, pendidikan, aktifitas fisik, dan

responden yang tidak memiliki penyakit kronis yakni hipertensi dan

diabetes.

2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yakni

penelitian yang mengambil dan menganalisis suatu keadaan dalam satu

waktu tertentu saja, pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan

pada saat yang berasamaan.

Page 83: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

67

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Gambaran demografi lanjut usia wanita di PSTW Budi Mulia 1 dan 3

Jakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 25

orang (71,4%) berusia antara 60-74 tahun, bersuku Jawa yakni

sebanyak 23 orang (65,7%) dan rata-rata responden tidak memiliki

riwayat penyakit sebanyak 23 orang (65,6%) dari 35 lanjut usia.

2. Gambaran antopometri responden lanjut usia wanita di PSTW Budi

Mulia 1 dan 3 Jakarta berdasarkan pengukuran IMT yakni sebanyak

27 orang (77,2%) termasuk ke dalam kategori IMT di bawah normal

(underweight) yakni nilai IMT <23kg/m2, sedangkan yang memiliki

IMT normal (healthyweight) yakni nilai IMT 24-30kg/m2 sebanyak 8

orang (22,8%). Berdasarkan nilai rasio lingkar pinggang-panggul

seluruh responden termasuk ke dalam kategori risko meningkat

(>0,80) yakni sebanyak 35 orang. Sedangkan gambaran lingkar

pinggang responden sebanyak 15 orang (42,9%) termasuk dalam

kategori risiko tinggi (>88cm).

3. Gambaran fungsi kognitif lanjut usia wanita di PSTW Budi Mulia 1

dan 3 Jakarta sebesar 54,3% (19 orang) dari 35 responden

kemungkinan mengalami gangguan fungsi kognitif demensia,

sedangkan 45,7% responden (16 orang) berkognitif baik dengan skor

MMSE >21.

Page 84: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

68

4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

lingkar pinggang dengan fungsi kognitif pada lanjut usia wanita di

PSTW Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta (p=0,366).

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Meningkatkan peran serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan

lanjut usia melalui kolaborasi aktif pencegahan penurunan fungsi

kognitif pada lanjut usia dengan mengembangkan kegiatan yang

mampu melatih para lanjut usia untuk tetap aktif sehingga melatih

kemampuan otak untuk terus bekerja, serta peranan nutrisi yang

mencukupi sehingga lanjut usia terhindar dari kehilangan berat badan

yang berujung pada terjadinya malnutrisi pada lanjut usia yang akan

mempengaruhi kinerja otak dan fungsi kognitif.

2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

a. Perlu diadakannya pemeriksaan kesehatan secara berkala

khususnya mengenai screening kecukupan nutrisi lanjut usia untuk

mengantisipasi adanya penurunan berat badan secara tidak normal

akibat penyakit kronik maupun akibat demensia.

b. Perlu ditingkatkan kembali kegiatan fisik seperti senam lanjut usia

yang mampu merangsang fungsi kognitif dan mencegah hilangnya

massa otot akibat penuaan dan kurangnya aktifitas dari lanjut usia.

Page 85: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

69

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar

dan tidak hanya terfokus pada lanjut usia di panti namun dapat juga

meneliti lanjut usia di komunitas dimana mungkin terdapat

perbedaan karakteristik yang bermakna.

b. Penelitian untuk melihat pengaruh massa lemak terhadap fungsi

kognitif lanjut usia dengan menggunakan desain penelitian cohort.

c. Penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor risiko yang turut

mempengaruhi fungsi kognitif pada lanjut usia yang belum dapat

dieksplorasi pada penelitian ini.

Page 86: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

DAFTAR PUSTAKA

Abikusno, Nugroho. 2011. “Kelanjutusiaan Sehat Menuju Masyarakat Sehat

Segala Usia.” Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian

Kesehatan RI. h. 25-28.

Anstey, K J., Cherbuin N., Budge M., Young J. 2011. Body Mass Index In

Midlife and Late-Life as a Risk Factor For Dementia: A Meta-Analysis Of

Prospective Studies. journal of the International Association for the Study of

Obesity. ; 12:e426–437.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asenath, La Rue. 1992. Aging and Neuropsychological Assessment. New York:

Plenum Press.

Aslan, Anna D. 2014. Health and Cognition in Old Age. New York: Springer.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia

2012. diakses pada 22 desember 2014 dari http://www.bps.go.id.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia

2013. diakses pada 22 desember 2014 dari http://www.bps.go.id.

Bergman, R N., Stefanovski D., Buchanan T A., et al. 2011. A Better Index of

Body Adiposity, Obesity (Silver Spring) 19 (5): 1083-9.

Blondell, S J., Rachel H M and J Lennert V. 2014. Does physical activity prevent

cognitive decline and dementia?: A systematic review and meta-analysis of

longitudinal studies, BMC Public Health 510 (14): 1-12.

Bloom, Floyd E dan Arlyne Lazerson. 1996. Brain, Mind, and Behaviour , 2th ed.

Boyle, A P., Robert S W., Lei Y., et al. 2013. Much Of Late Life Cognitive

Decline Is Not Due To Common Neurodegenerative Pathologies, Ann Neurol

74 (3): 1-22.

Breslin, Eileen T dan Vicki A L. 2003. Women’s Health Nursing Toward

Evidence-Based Practice. USA: SAUNDERS Elsevier Science.

Burns, J M., Johnson D K., Watts A., Swerdlow R H., Brooks W M. 2010.

Reduced lean mass in early Alzheimer disease and its association with brain

atrophy, Arch Neurol 67 ( 4 ): 428-433.

Page 87: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Carvalho, A., Irene M R., Tanyalak P., Barry, J C. 2014 Physical Activity and

Cognitive Function in Individuals Over 60 Years of Age: a Systematic

Review, Clinical Intervention in Aging 9: 661-682.

Christianus, S. 2010. Seri Belajar Kilat SPSS 17. Yogyakarta: ANDI.

Craft, S. 2005. Insulin Resistance Syndrome and Alzheimer’s Disease: Age- and

Obesity-Related Effects on Memory, Amyloid, and Inflammation, Journal

Neurobiol Aging 26(1):65–69.

Dahl, A K., Linda B H., Eleonor I F., et al. 2013. Body Mass Index Across

Midlife And Cognitive Change In Late Life. Int J Obes (Lond) 37 (2): 296–

302.

Dahlan, Muhamad S. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Departemen Kesehatan RI. 2004. “Pemeriksaan Gerontology dalam Berbagai

Aspek”. Artikel diakses pada 12 November 2014 dari

http://www.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:

Depkes RI, 2009.

Dharma, Kelana K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media.

Ebert, Michael H., et al. 2008. Current Diagnosis & Treatment: Psychiatry, 2th

ed.

Singapore: Mc Graw Hill.

Elhan, A H., Sehim K., Ayse A K., et al. 2005. Psychometric Properties of The

Mini Mental State Examination In Patients With Acquired Brain Injury In

Turkey, J Rehabil Med 37; 306-311.

Elias, M F., Elias P K., Sullivan L M., et al. 2005. Obesity, diabetes and cognitive

deficit: the Framingham Heart Study, Neurobiol Aging 26: 11–16.

Eliopoulos, Charlotte. 2005. Gerontological Nursing 6th edition. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Feinkohl, I., Marketa K., Christine M R., et al. 2013. Clinical and Subclinical

Macrovascular Disease as Predictors of Cognitive Decline in Older

PatientsWith Type 2 Diabetes, Diabetes Care 36:2779–2786.

Fitzpatrick, A L., et al. 2009. Mid- and Late-Life Obesity: Risk of Dementia in the

Cardiovascular Health Cognition Study. Arch Neurol 66 (3) : 336-342.

Page 88: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Fortinash, Katherine M and Patricia, A H Worret. 2012. Psychiatric Mental

Health Nursing, 5th ed. Elsevier.

Frick, K M. 2009. Estrogens And Age-Related Memory Decline In Rodents: What

Have We Learned And Where Do We Go From Here?, Horm Behav 55(1):

2–23.

Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes: Neurology, 8th ed. Alih bahasa dr. Indah

Retno Wardhani. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Goldman, H H. 2000. Review of General Psychiatry: an Introduction to Clinical

Medicine. Singapore: McGraw-Hill.

Gomez-Pinilla, F and Charles Hillman. 2013. The Influence of Exercise on

Cognitive Abilities, Compr Physiol 3(1): 403–428.

Gonzalez-Colaco, H M., Meillon C., Rullier L., et al. 2014. Cognitive Decline

After Entering A Nursing Home: A 22-Year Follow-Up Study of

Institutionalized and Noninstitutionalized Elderly People, J Am MedDir

Assoc. 15(7): 504-8.

Grundman, M. 2005. Weight loss in the elderly may be a sign of impending

dementia, Arch Neurol 62 ( 1 ): 20-22.

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Jakarta: Salemba Medika.

http://www.statstutor.ac.uk/resources/uploaded/spearmans.pdf artikel diakses

pada 26 Januari 2015.

Hughes, T F., Borenstein A R., Schofield E., et al. 2009. Association Between

Late-Life Body Mass Index and Dementia, Neurology 72 (20): 1741-1746.

Isselbacher, K J., Eugene B dkk. 2000. Harrison : Prinsip-Pinsip Ilmu Penyakit

Dalam Volume 1 Edisi 13. Jakarta: EGC.

Janssen, I., Katzmarzyk P T., Ross R. 2004. Waist Circumference and Not Body

Mass Index Explains Obesity-Related Health Risk, Am J Clin Nutr 79(3):379-

384.

Kawamura, Takahiko., et al. 2012. Cognitive Impairment in Diabetic Patients:

Can Diabetic Control Prevent Cognitive Decline.

Page 89: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Kochhann, R., Juliana S V., Carolina S M., Marcia L F. 2010. The Mini Mental

State Examination Review of Cutoff Points Adjusted for Schooling in a Large

Southern Brazilian Sample, Dement Neuropsychol 4 (1): 35-41.

Kopelman, P G. 2000. Obesity as a Medical Problem. Nature. 404 : 635-643.

Kuo, H K., Richard N., William P., et al. 2006. Cognitive Function in Normal-

Weight, Overweight, and Obese Older Adults: An Analysis of the Advanced

Cognitive Training for Independent and Vital Elderly Cohort. J Am Geriatr

Soc 54 (1): 97–103.

Kusumoputro, S dan Lily D S. 2006. Old Age Or Disease? Proses Otak Menjadi

Tua, Sehat Atau Bermasalah?. Jakarta: UI Press.

Lee, D R dan David, C N. 2007. Nutritional Assessment, 4th

ed. Singapore:

McGraw-Hill.

Lipnicki, D M., Perminder, S S., John C., Simone R., et al. 2013. Risk Factors for

Late-Life Cognitive Decline and Variation with Age and Sex in the Sydney

Memory and Ageing Study, Plos ONE 8 (6): 1-9.

Luchsinger, J A and Deborah R G. 2009. Adiposity and Alzheimer’s Disease.

Curr Opin Clin Nutr Metab Care 12 (1): 15–21.

Luchsinger, J A., Bindu P., Ming-Xin T., et al. 2007. Measures of Adiposity and

Dementia Risk in The Elderly, Arch Neurol 64(3): 392-398.

Luchsinger, J A., Tang M X., Stern Y., et al. 2001. Diabetes Mellitus and Risk of

Alzheimer’s Disease and Dementia With Stroke In a Multiethnic Cohort, Am

J Epidemiology 154: 635–641.

Lumbantobing. 2008. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI.

Nisa, Hoirun. 2004. Faktor Determinan Status Gizi Lansia Penghuni Panti

Werdha Pemerintah DKI Jakarta Tahun 2004. Media Litbang Kesehatan XVI

Nomor 3 Tahun 2006 hlm 24-34.

Novak, V and Ihab H. 2010. The Relationship Between Blood Pressure And

Cognitive Function, Nat Rev Cardiol 7(12): 686–698.

Nugroho, Wahyudi. 2004. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nugroho, Wahyudi. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta :

EGC.

Nursalam. 2008. Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Page 90: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Patriyani, Ros E H. 2009. “Perbedaan Karakteristik Lansia dan Dukungan

Keluarga terhadap Tipe Demensia pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Gatak Sukoharjo.” Tesis S2 Program Peminatan Keperawatan Komunitas

Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

Pietrzykowska Nadia B. 2015. “Obesity in the Elderly”. Artikel diakses pada 02

April 2015 dari http://www.obesityaction.org/wp-

content/uploads/Obesity_in_the_ Elderly_online.pdf

Plassman, B L., Havlik R J., et al. 2010. Documented Head Injury In Early

Adulthood And Risk Of Alzheimer’s Disease And Other Dementias,

Neurology.

Ramdhani, N. 2008. “Sikap Dan Beberapa Definisi Untuk Memahaminya.”

Artikel diakses pada 5 Desember 2014 dari http://www.neila.staff.ugm.ac.id.

Redinger, N Richard. 2007. The Pathophysiology of Obesity and Its Clinical

Manifestations, Gastroenterology &Hepatology 3 (11): 856-863.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. “Riset Kesehatan Dasar 2013” Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013. Artikel

diakses pada 8 Desember 2014 dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2

02013.pdf

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Sadock, B J and Virginia A S. 2000. Kaplan and Sadock’s comprehensive

textbook of psychiatry Vol. I, 7th ed. Philadelphia: Lippincot Williams &

Wilkins.

Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology the Unity of From and Function, 4th

ed. New York: McGraw-Hill Companies.

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Setyopranoto, Ismail. 2002. Reliabilitas dan Validitas Mini Mental State

Examination untuk Penapisan Demensia, LOGIKA 8 (9): 3-10.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Stuart, G W and Michele, T L. 2005. Principles and Practice of Psychiatric

Nursing, 8th

ed. Philadelphia: Elsevier Mosby.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Page 91: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Sutikno, Ekawati. 2011. “Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup

Lansia.” Tesis Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Taylor, C L., Emiliano A., and Robert S. 2012. The Association of Dementia with

Upper Arm and Waist Circumference in Seven Low- and Middle- Income

Countries: The 10/66 Cross-Sectional Surveys, Journal of Gerontology 67(8):

897-904.

The British Psychological Society and Gaskell. 2007. Dementia The NICE-SCIE

Guideline on Supporting People wiyh Dementia and Their Carers inHealth

and Social Care. London: Alden Press.

Trull, Timothy. 2005. Clinical Psychology, 7th

ed. London: Thomson Learning.

Turana, Yuda. 2011. “Stimulasi Otak pada Kelompok Lansia di Komunitas.”

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.

h.19-24.

Ulfah, Nurul. 2009. “Ini Dia Pertanda Awal Penyakit Pikun.” Health.detik.com,

15 Oktober 2009. Diakses pada 11 Desember 2014.

VanGuilder, H D., Georgina V B., William E S., et al. 2012. Hippocampal

expression of myelin-associated inhibitors is induced with age-related

cognitive decline and correlates with deficits of spatial learning and memory,

J Neurochem 121 (1): 77–98.

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Renata

Komalasari. Jakarta: EGC.

Vidoni, E D., Townley R A., Honea R A., Burns J M. 2011. Alzheimer Disease

Biomarkers are Associated with Body Mass Index. Neurology 77:1913–1920.

Waldstein, S R., Katzel L I., et al. 2006. Interactive relations of central versus

total obesity and blood pressure to cognitive function, Int J Obes (Lond) 30:

201–207.

West, N A., and Mary N H. 2009. Body Adiposity in Late Life and Risk of

Dementia or Cognitive Impairment in a Longitudinal Community-Based

Study, Journal of Gerontology 64A (1): 103-109.

Whitmer, R A., Gustafson D R., Barrett-Connor E., et al. 2008. Central Obesity

and Increased Risk of Dementia More Than Three Decades Later, Neurology

71:1057–1064.

Page 92: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Wilson, R S., McCann J J., Li Y., et al. 2007. Nursing Home Placement, Day Care

Use, and Cognitive Decline in Alzheimer’s Disease, Am J Psychiatry 164(6):

910-5.

World Health Organization (WHO). 2014. “Obesity and Overweight.” Artikel

diakses pada 17 Desember 2014 dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/.

World Health Organization (WHO). 2008. “Waist Circumference and Waist-Hip

Ratio: Report of a WHO Expert Consultation. Geneva: WHO.” Artikel

diakses pada 18 Desember 2014 dari

http://whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241501491_eng.pdf

World Health Organization (WHO). 2012. “Dementia: A Public Health Priority.”

Artikel diakses pada 2 Desember 2014 dari

http://www.whqlibdoc.who.int/publications/2012/9789241564458_eng.pdf.

Wreksoatmodjo, Budi R. 2013. Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang Tinggal

di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti di Jakarta Barat, CDK-209 40 (10):

738-745.

Wu, M S., Tsuo-Hung L., Chun-Min C., et al. 2011. Associated With Cognitive

Impairment In The Elderly In Taiwan, BMC Public Health 11 (22): 1-8.

Yao, S., Zeng H., Sun S. 2009. Investigation on Status and Influential Factors of

Cognitive Function of the Community-Dwelling Elderly in Changsha City,

Arch Gerontology Geriatric 49(3): 329-34.

Yudawijaya, Agus. 2010. “Hubungan antara Homosistein Plasma dengan

Perubahan Skor Fungsi Kognitif pada Pasien Paska Stroke Iskemik.” Tesis S2

Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan

Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf, Universitas Diponegoro Semarang.

Page 93: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

LAMPIRAN

Page 94: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan
Page 95: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan
Page 96: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan
Page 97: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan
Page 98: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan
Page 99: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA WANITA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 DAN 3 JAKARTA

Assalamualaikum wr. wb.

Salam sejahtera,

Nama : Nika Sari Cahyaningrum

NIM : 1111104000041

Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan

penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan

sebagai Sarjana Keperawatan.

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan pengukuran berart badan, tinggi

badan, lingkar pinggang dan pengukuran lingkar panggul yang berhubungan dengan

penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Bapak/Ibu

bersedia meluangkan waktunya untuk dilakukan pengukuran dan mengisi kuesioner yang

telah disediakan. Identitas pribadi Bapak/Ibu dari semua informasi yang diberikan akan

dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dengan surat ini saya

lampirkan surat persetujuan bila saudara bersedia menjadi responden penelitian.

Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian dan

menjawab pertanyaan terkait penelitian yang akan dilakukan. Atas kesediaan dan

kerjasamanya saya mengucapkan terimakasih.

Peneliti

( Nika Sari C )

Page 100: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi

dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu

Keperawatan yang bernama Nika Sari C, NIM 1111104000041 dengan penelitian yang

berjudul “Hubungan Lingkar Pinggang dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Wanita di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 dan 3 Jakarta”. Saya mengetahui tujuan

serta manfaat dilakukannya penelitian ini untuk pengembangan ilmu keperawatan di

Indonesia.

Jakarta, April 2015

Responden

( )

Page 101: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN

LEMBAR KUESIONER

A. Data Demografi

1. Inisial Responden :...................

2. Usia :...................

3. Suku :...................

4. Riwayat Penyakit :.....................

B. Hasil Pengukuran (diisi oleh peneliti)

Berat Badan : kg

Tinggi Badan : cm

Indeks Massa Tubuh : kg =

m2

Lingkar Pinggang : cm

Lingkar Panggul : cm

Rasio Lingkar

Pinggang Panggul : cm

Page 102: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

C. Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE)

Instruksi : Tanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam tabel. Untuk setiap

jawaban yang dijawab dengan benar diberi skor satu poin.

Skor Maksimum Skor Responden Pertanyaan

5

Tahun berapa sekarang? ... (1)

Bulan apa sekarang? ... (1)

Tanggal berapa sekarang? ... (1)

Hari apa sekarang? ... (1)

Musim apa sekarang? ... (1)

5

Sedang dimanakah kita sekarang,

Negara ? ... (1)

Kota ? ... (1)

Kabupaten/kecamatan mana ? ... (1)

Nama tempat ? ... (1)

Ruang apa ? ... (1)

3

Pemeriksa menyebutkan tiga benda yang

tidak berhubungan (Buku, Jeruk, Sepatu),

tiap satu benda disebutkan dalam waktu satu

detik.

Kemudian minta responden untuk

menyebutkan ketiga benda tersebut kembali.

Tiap benda yang disebutkan dengan benar

diberikan nilai satu poin.

Apabila responden tidak dapat menyebutkan

dengan benar ketiga benda tersebut, hal ini

dapat diulangi sebanyak enam kali.

..............(1)..............(1)..............(1)

Bila responden sudah melewati tahap ini,

minta responden untuk mengingat ketiga

kata tersebut karena akan ditanyakan

kembali.

5

“Saya ingin Anda menghitung mundur mulai

dari angka 100, namun tiap angka yang Anda

Page 103: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

sebutkan harus sudah dikurangi 5.” (berhenti

setelah 75)

.......(1) .......(1) .......(1) .......(1) ........(1)

3

Tanyakan kembali tiga nama benda yang telah

disebutkan sebelumnya (Buku, Jeruk, Sepatu).

............(1) ...........(1) ...........(1)

2

Tunjukkan kepada responden dua buah benda,

seperti jam tangan dan pulpen, lalu minta

responden untuk menyebutkan nama benda

tersebut.

...................(1) ........................(1)

1

“Sekarang saya akan meminta Anda

mengulang apa yang saya katakan...”

TIDAK, JIKA, DAN, ATAU

3

Minta responden untuk mengikuti perintah

berikut yang terdiri dari 3 langkah:

“Ambil kertas dengan tangan kanan Anda,

lipat menjadi dua, dan letakkan di lantai.”

........(1) ambil kertas dengan tangan kanan

........(1) kertas dilipat dua

....... (1) kertas ditaruh di lantai

1

“Silahkan baca tulisan ini dan lakukan apa

yang tertulis dalam kertas ini.”

(instruksi: “TUTUP MATA ANDA”)

1

“Silahkan tuliskan sebuah kalimat tentang

sesuatu.”

(Kalimat harus mengandung subjek dan kata

kerja yang masuk akal).

Page 104: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

1

“Sekarang coba gambarkan kembali gambar

ini.” (Peneliti memberikan selembar kertas

kosong dan meminta responden

menggambarkan gambar yang di maksud.

Kesepuluh sisi gambar harus tergambar dan

keduanya saling memotong).

30

TOTAL

Page 105: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Lampiran 4

REKAPITULASI DATA DEMOGRAFI, VARIABEL ANTOPOMETRI DAN VARIABEL FUNGSI KOGNITIF

LANJUT USIA WANITA DI PSTW BUDI MULIA 1 DAN 3 JAKARTA

No. Usia Suku Riw. Penyakit BB TB IMT L.Ping L.Pang RLPP Skor MMSE

1 67 Jawa Asam urat 40 141 20 78 82 0,95 27

2 70 Betawi Tidak ada 33 139 17 70 79 0,88 13

3 62 Sunda Tidak ada 31 145 15 75 76 0,98 18

4 70 Jawa Tidak ada 39 141 20 85 91 0,93 10

5 70 Betawi Asam urat 43 153 18 73 85 0,85 20

6 75 Jawa Tidak ada 30 145 14 64 75 0,85 28

7 65 Jawa Tidak ada 35 149 16 72 80 0,9 21

8 85 Jawa Asma 52 146 24 96 99 0,96 19

9 74 Jawa Asam urat 49 146 23 86 98 0,87 28

10 75 Sunda Asam urat 31 140 16 82 84 0,97 20

11 81 Betawi Tidak ada 23 145 11 67 73 0,91 18

12 70 Sunda Arthritis 35 155 15 96 98 0,97 28

13 77 Betawi Tidak ada 26 140 13 62 74 0,83 24

14 73 Jawa Tidak ada 52 147 24 96 98 0,97 28

15 65 Sunda Asam urat 45 134,5 25 93 95,5 0,97 17

16 68 Jawa Tidak ada 43 137 23 83 87 0,95 22

17 73 Jawa Gastritis 30 137,5 16 80 79 1,01 23

18 90 Jawa Tidak ada 42 149 19 91 93 0,97 17

19 79 Jawa Arthritis 43 139 22 92 95 0,96 25

20 69 Betawi Tidak ada 35 152 15 77 87 0,88 23

21 83 Sunda Tidak ada 43 138 23 86 88 0,97 18

22 64 Jawa Asma 34 143 17 73 84 0,86 27

Page 106: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

23 70 Jawa Tidak ada 35 142 17 70 81 0,86 19

24 60 Betawi Sakit pinggang 43 142 21 80 88 0,9 19

25 60 Jawa Tidak ada 61 160 24 91 108 0,84 28

26 60 Jawa Tidak ada 55 146 26 88 103 0,85 20

27 60 Betawi Tidak ada 52 149 23 92 98 0,93 24

28 90 Jawa Tidak ada 31 140 16 78 80 0,97 15

29 60 Jawa Tidak ada 50 149 23 90 100 0,9 20

30 62 Jawa Tidak ada 45 146 21 97 110 0,88 21

31 68 Jawa Tidak ada 53 142 26 100 104 0,96 27

32 67 Jawa Tidak ada 60 145 29 102 112 0,91 20

33 65 Jawa Tidak ada 46 142 23 85 97 0,87 24

34 87 Jawa Tidak ada 40 136 22 90 99 0,9 21

35 64 Jawa Arthritis 56 153 24 93 100 0,93 28

Page 107: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Lampiran 5

HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT

A. Usia

B. Suku

suku responden

N Valid 35

Missing 0

suku responden

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Betawi 7 20,0 20,0 20,0

Jawa 23 65,7 65,7 85,7

Sunda 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

usia responden

N Valid 35

Missing 0

Mean 70,80

Median 70,00

Mode 60

Std. Deviation 8,741

Minimum 60

Maximum 90

klasifikasi usia

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

60-74 tahun 25 71,4 71,4 71,4

75-90 tahun 10 28,6 28,6 100,0

Total 35 100,0 100,0

Page 108: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

C. Riwayat Penyakit

riwayat penyakit responden

N Valid 35

Missing 0

riwayat penyakit responden

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Arthritis 3 8,6 8,6 8,6

Asam urat 5 14,3 14,3 22,9

Asma 2 5,7 5,7 28,6

Gastritis 1 2,9 2,9 31,4

Sakit pinggang 1 2,9 2,9 34,3

Tidak ada 23 65,7 65,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

D. Indeks Massa Tubuh

indeks massa tubuh

N Valid 35

Missing 0

Mean 19,98

Median 21,11

Mode 16

Std. Deviation 4,334

Minimum 11

Maximum 29

klasifikasi IMT

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

underweight 27 77,1 77,1 77,1

healthyweight 8 22,9 22,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Page 109: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

E. Lingkar Pinggang

lingkar pinggang

N Valid 35

Missing 0

Mean 83,8

Median 85,0

Mode 96,0

Std. Deviation 10,6489

Minimum 62,0

Maximum 102,0

klasifikasi lingkar pinggang

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

<80 cm 12 34,3 34,3 34,3

80-87 cm 8 22,9 22,9 57,1

>88 15 42,9 42,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

F. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

rasio lingkar pinggang panggul

N Valid 35

Missing 0

Mean 0,9169

Median 0,9100

Mode 0,97

Std. Deviation 0,04963

Minimum 0,83

Maximum 1,01

klasifilasi RLPP

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid risiko meningkat

(>0,80) 35 100,0 100,0 100,0

Page 110: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

G. Fungsi Kognitif

fungsi kognitif responden

N Valid 35

Missing 0

Mean 21,71

Median 21,00

Mode 28

Std. Deviation 4,644

Minimum 10

Maximum 28

Fungsi Kognitif

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Kemungkinan gangguan 19 54,3 54,3 54,3

Tidak ada 16 45,7 45,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

HASIL UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fungsi kognitif responden ,126 35 ,174 ,950 35 ,058

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

lingkar pinggang ,120 35 ,200* ,967 35 ,378

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 111: HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN FUNGSI KOGNITIF …...penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) serta pengukuran lingkar pinggang. Hasil. Tidak terdapat hubungan

Lampiran 6

HASIL ANALISIS SPSS BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

klasifikasi lingkar

pinggang * klasifikasi

fungsi kognitif

35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%

klasifikasi lingkar pinggang * klasifikasi fungsi kognitif Crosstabulation

klasifikasi fungsi kognitif Total

Kemungkinan

gangguan

Tidak ada

gangguan

klasifikasi

lingkar

pinggang

<80 cm

Count 7 5 12

% within klasifikasi

lingkar pinggang 58,3% 41,7% 100,0%

80-87 cm

Count 4 4 8

% within klasifikasi

lingkar pinggang 50,0% 50,0% 100,0%

>88

Count 8 7 15

% within klasifikasi

lingkar pinggang 53,3% 46,7% 100,0%

Total

Count 20 15 35

% within klasifikasi

lingkar pinggang 54,3% 45,7% 100,0%

Correlations

lingkar pinggang fungsi kognitif responden

lingkar pinggang

Pearson Correlation 1 ,158

Sig. (2-tailed)

,366

N 35 35

fungsi kognitif responden

Pearson Correlation ,158 1

Sig. (2-tailed) ,366

N 35 35