Upload
others
View
36
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT
QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH
DENGAN PERILAKU IHSAN
(Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan,
Kab. Semarang Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
WAHIDATUR ROHMAH
11110188
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wahidatur Rohmah
NIM : 11110188
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16 Maret 2015
Yang menyatakan,
Wahidatur Rohmah
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA
NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN
(Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang
Tahun 2015)
DISUSUN OLEH
WAHIDATUR ROHMAH
NIM: 11110188
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,
pada tanggal 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.
Sekretaris Penguji : Achmad Maimun, M.Ag
Penguji I : Agus Ahmad Su‟aidi, Lc. M.A.
Penguji II : Dr. Mukti Ali, M.Hum
Salatiga, 16 April 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd
NIP. 19670121 199903 1 002
MOTTO
tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)
(Q.s Ar rahman: 60)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku Bapak Mufid & Ibu Sulasi tersayang yang telah membesarkanku
dengan penuh cinta dan kesabaran.
Adekku satu-satunya Anik Mufidah, terima kasih atas motivasi yang adek berikan.
Keluarga besar PAI ‟10 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu trima kasih atas
motivasi kalian.
Oenni2 koz sebelah, ex (mb rul, mb nana, mb ela, mb pipik, dek hayyin) in (alulung)
terimakasih telah berbagi suka bersama
Teman-teman KKN posko 9 (sigit, uni novi, uni inur, uni ismi, kak masrifah, thariq)
serta masyarakat dusun Jengkol. Bahagia bisa bertemu, berbagi bersama kalian. It‟s
memorable
Keluarga besar KOPMA FATAWA yang telah memberi ruang untuk berbagi ilmu
Bapak ibu guru di SDN Tawang 02 (Pak Mul, bu giyem, pak wid, bu yuli, bu tri, bu
neng, pak tomo) terimakasih untuk bimbingan dan kesabarannya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi robilalamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran
Allah swt. yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat
Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan Pada Jamaah sewelasan di Dusun
Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2015”
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi agung
Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia
yang mana beliaulah sebagai rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari
zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Dengan Perilaku Ihsan Pada Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2015”
Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
2. Dekan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak Suwardi, M. Pd.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi
kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
8. Bapak Suhada selaku Kepala Desa Timpik beserta stafnya yang telah memberikan ijin
penelitian.
9. Bapak dan Ibu jamaah sewelasan di Dusun Sumber yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan
dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah swt.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis
khususnnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 16 Maret 2015
Penulis
Wahidatur Rohmah
11110188
ABSTRAK
Rohmah, Wahidatur. 2015. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan (Bagi Jamaah Sewelasan di Dusun
Sumber Desa Timpik, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang). Skripsi.
Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Achmad Maimun, M.Ag.
Kata Kunci: Pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan.
Mengikuti Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan jalan sufi yang
ditempuh oleh jamaah ini untuk menguatkan keyakinan kepada Allah swt. Namun seseorang
tidak akan dikatakan sempurna imannya jika tidak berperilaku baik terhadap sesama.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran
tarekat dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:1)
Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran tarekat pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber,
Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015? 2)Bagaimanakah
perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun 2015? 3) Adakah hubungan antara pengamalan ajaran tarekat
dengan perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan
angket, wawancara, dan dokumentasi. Sampel penelitian 34 jamaah tarekat. Data penelitian
dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dan rumus product moment untuk menguji
hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) tingkat pengamamalan ajaran tarekat dalam kategori
sedang dengan jumlah responden 16 jamaah (47%), 2) perilaku ihsan pada jamaah tarekat
dalam keadaan baik dengan jumlah responden 19 jamaah (56%), 3) ada hubungan yang
positif antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan jamaah tarekat. Analisis data
yang didapat dari rumus product moment menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara variable x dengan variable y, hal ini terbukti karena lebih besar dari r tabel. Setelah
dianalisis menggunakan rumus product moment diperoleh nilai sebesar 0,450 yang mana
dengan N= 34 diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,436 sehingga hipotesis
dapat diterima.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iv
Motto dan Persembahan ................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Abstrak ............................................................................................................. ix
Daftar Isi .......................................................................................................... x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Hipotesis Penelitian ........................................................... 5
E. Kegunaan Penelitian .......................................................... 6
F. Definisi Operasional .......................................................... 7
G. Metode Penelitian .............................................................. 11
H. Sistematika Penulisan ........................................................ 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengamalan Tarekat
1. Pengertian Tarekat ....................................................... 20
2. Tujuan Tarekat ............................................................. 22
3. Macam-macam Tarekat ............................................... 23
4. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ......................... 24
5. Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ............. 25
6. Ritual-ritual dalam Tarekat Tarekat ............................. 28
7. Amalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ........... 30
B. Perilaku Ihsan
1. Pengertian Ihsan ........................................................... 31
2. Macam-macam Perilaku Ihsan ..................................... 32
3. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara dan
perbuatan terhadap sesama
(pergaulan terhadap orang lain) .................................. 35
C. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan
Perilau Ihsan....................................................................... 46
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian
1. Keadaan Geografis ....................................................... 48
2. Keadaan Monografis .................................................... 48
B. Profil Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber
1. Sejarah singkat ............................................................. 53
2. Susunan kepengurusan ................................................. 54
3. Kegiatan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ......... 54
C. Penyajian Data
1. Daftar responden .......................................................... 55
2. Data jawaban angket pengamalan ajaran tarekat ......... 58
3. Data jawaban angket perilaku ihsan ............................ 60
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pendahuluan ......................................................... 62
B. Analisis Lanjutan ............................................................... 79
C. Analisis Uji Hipotesis ........................................................ 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 84
B. Saran .................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Indikator Pengamalan Ajaran Tarekat .................................... 15
........................................................................................................................
2. Tabel 1.2 Indikator Perilaku Ihsan ........................................................... 16
3. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Timpik tahun 2015 ............................ 49
4. Tabel 3.2 Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Agama .......................... 50
5. Tabel 3.3 Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Mata Pencaharian ......... 50
6. Tabel 3.4 Penduduk Dusun Sumber Berdasarkan Mata Pencaharian ...... 52
7. Tabel 3.5 Daftar Nama Responden .......................................................... 56
8. Tabel 3.6 Daftar Jawaban Angket Pengamalan Ajaran Tarekat .............. 58
9. Tabel 3.7 Daftar Jawaban Angket Perilaku Ihsan .................................... 60
10. Tabel 4.1 Data Nilai Angket Pengamalan Ajaran Tarekat ...................... 63
11. Tabel 4.2 Interval Pengamalan Ajaran Tarekat ....................................... 66
12. Tabel 4.3 Nominasi Pengamalan Ajaran Tarekat .................................... 67
13. Tabel 4.4 Persentase Pengamalan Ajaran Tarekat ................................... 70
14. Tabel 4.5 Data Nilai Angket Perilaku Ihsan ............................................ 72
15. Tabel 4.6 Interval Perilaku Ihsan ............................................................. 74
16. Tabel 4.7 Nominasi Perilaku Ihsan .......................................................... 75
17. Tabel 4.8 Persentase Perilaku Ihsan......................................................... 78
18. Tabel 4.9 Koefisien Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan Perilaku Ihsan
........................................................................................................................ 80
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Pernyataan Telah Meneliti
4. Lembar Konsultasi
5. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
6. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dari segumpal darah. Tujuan
penciptaan manusia sendiri adalah untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Qur‟an yang berbunnyi:
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada Ku.” (Q.S. Adz-dzariyat : 56)
Tanggung jawab sebagai abdi merupakan suatu tanggung jawab individu atau
fardhu „ain. Manusia diliputi kemestian untuk memahami lapangan aqidah dan tauhid,
syariat dan akhlak. Bentuk dari ibadah kepada Allah adalah dengan cara mentaati
apa-apa yang diperintahkan kepada manusia dan meninggalkan apa yang dilarang-
Nya. Manusia diciptakan untuk bisa menjaga hubungan dengan Allah dan menjaga
hubungan dengan makhluk Allah lainnya (manusia, tumbuhan, hewan, dan alam
sekitarnya). Manusia dianjurkan untuk berperilaku baik (ihsan) terhadap Allah swt.
maupun terhadap sesama. Bersikap Ihsan mencerminkan keimanan kepada Allah,
sebagaimana dalam hadis berikut:
نُ ُهْم ُخُلًقا ا ْؤ ِمِنْْي ِاْْي اناً ا ْحس ُ ْكم ُل امل
Artinya:”Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Ahmad)
Ihsan merupakan puncak ibadah dan amal sholeh yang senantiasa menjadi
target seluruh hamba Allah. Ihsan dapat menjadikan manusia sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Allah menyukai manusia yang baik dalam
beribadah kepada-Nya maupun dalam bersikap baik kepada sesama manusia.
Bersikap baik kepada sesama manusia bisa dilakukan dengan bersikap lembut dan
kasih sayang, meskipun orang lain tersebut pernah memperlakukan dirinya dengan
tidak baik.
Namun, banyak dari manusia yang berbuat semaunya baik terhadap Allah dan
sesama. Terhadap Allah, banyak yang melalaikan atau tidak mengerjakan ibadah
wajib (sholat, puasa, zakat, dan haji). Terdapat hubungan antara menunaikan ibadah
wajib tersebut dengan kualitas akhlak seseorang terhadap sesama. Seseorang yang
mendirikan sholat tentu tidak akan melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.
Seseorang yang benar-benar berpuasa demi mencari ridha Allah swt., di samping
menahan lapar dan haus juga akan menahan diri dari berkata kotor dan perbuatan
tercela. Dengan zakat, maka manusia akan belajar untuk memberi dan peduli terhadap
sesama. Dengan haji pula, manusia akan menjaga hawa nafsu dan berbuat kefasikan.
Keadaan zaman yang semakin modern,yaitu dengan kemajuan teknologi yang
pesat, di samping berpengaruh positif juga terdapat banyak pengaruh negatifnya.
Revolusi teknologi dapat menyebabkan gaya hidup yang berbeda. Dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern. Masyarakat modern, lebih bersifat rasional yaitu
jika melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan dahulu untung dan ruginya secara
logika. Dengan pemikiran yang seperti itu, masyarakat sendiri akan cenderung lebih
mengutamakan hal-hal yang bersifat keduniawian semata. Hal ini bisa saja akan
menyebabkan nilai-nilai keagamaan (Agama Islam) semakin luntur.
Dengan adanya hal tersebut peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk
menciptakan masyarakat yang agamis. Yaitu masyarakat yang segala ucapan,
perbuatannya dilakukan atas dasar Al-Qur‟an dan Hadits. Dengan begitu timbullah
akhlak-akhlak yang baik. Untuk menciptakan masyarakat yang agamis tersebut, dapat
ditempuh melalui pendidikan. Baik itu pendidikan formal, in-formal, dan non-formal.
Pendidikan yang diadakan dalam masyarakat biasanya melalui majelis taklim atau
pengajian-pengajian.
Pemuka agama atau ustadz dalam suatu masyarakat dalam cara mendidik
suatu masyarakat ada yang menempuh jalan tarekat. Sebagaimana yang ada dalam
masyarakat Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
Hal ini dikarenakan tarekat merupakan satu kesatuan dalam kegiatan tasawuf yang
mengembangkan sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah merupakan
kegiatan yang paling dominan.
Di dalam tarekat tersebut, terdapat zikir-zikir yang harus diamalkan setiap
harinya. Fungsi dari zikir itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
nantinya akan menghindarkan diri dari sifat yang tidak baik. Sebagaimana dikatakan
oleh al-Shaawi, tarekatadalah melaksanakan hal-hal yang wajib dan yang mandub
(sunat), meninggalkan hal-hal yang dilarang, tidak melakukan hal-hal yang mubah
yang tak berguna, memilih perilaku yang hati-hati seperti wira‟i, dan memilih
riyadhah seperti tidak banyak tidur pada malam hari, berlapar-lapar, dan diam (tidak
berbicara tanpa guna). (Aziz, 2006: 248)
Berdasarkan gambaran serta paparan dari latar belakang masalah di atas, maka
penulis ingin mempelajari lebih dalam dan melakukan penelitian dangan mengangkat
judul “HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA
NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN (Bagi Jamaah Sewelasan di
Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015)”
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun 2015?
2. Bagaimanakah perilaku ihsan pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa
Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015?
3. Adakah hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada
jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
2. Untuk mengetaui perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa
Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku
ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti
melalui data yang terkumpul (Sandjaya, 2006:70). Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto hipotesis adalah tebakan pemecahan atau jawaban yang diusulkan
(Arikunto, 2005: 43-44). Jadi hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan atau
masalah penelitian, dan harus diuji kebenarannya.
Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah
dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban atas rumusan masalah yang
masih perlu dibuktikan di lapangan atau masih perlu diuji melalui penelitian.
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “ada hubungan yang
positif antara pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah terhadap
perilaku ihsan jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang tahun 2015”, artinya semakin tinggi pengamalan ajaran tarekat semakin
meningkat perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan memperkaya wawasan
dalam dunia pendidikan keagamaan di masyarakat khususnya bagi jamaah
sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang tahun 2015.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau memberi
sumbangan bagi pengembang dan pelaksana pendidikan Tarekat pada umumnya,
dan khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan islam yang
diperoleh dari penelitian lapangan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran berbeda dengan
maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu
penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.
Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Pengamalan Ajaran Tarekat
Pengamalan secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan mengamalkan,
melaksanakan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:34).
Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan, nasihat, petuah atau petunjuk
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007:17).
Tarekat adalah jalan menuju kebenaran, cara atau aturan hidup
(Departemen Pendidikan Nasional: 2007:1144). Tarekat adala jalan, yang
ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat,
sebab jalan utama disebut syar’ sedangkan anak jalan disebut tariq. (Schimmel,
2000: 123)
Yang dimaksud peneliti disini adalah pengamalan Tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah yang berbentuk ajaran-ajaran ahklak atau zikir baik zikir sir
(pelan) maupun jahr (keras).
Pengamalan ajaran tarekat dapat diteliti dengan indikator-indikator
sebagai berikut:
a. Intensitas pengamalan ajaran tarekat
1) Sering menjalankan amalan-amalan dalam tarekat
2) Mengerjakan amalan tarekat dalam keadaan apapun
b. Pemahaman tentang ajaran tarekat
1) Memahami lafal dari zikir dan tata cara yang ada dalam tarekat
2) Mengerti tujuan dari mengerjakan amalanyang ada dalam tarekat
c. Kekhusyu‟an dalam menjalankan ajaran tarekat
1) Menghayati amalan ibadah dalam Tarekat
2) Merasakan manfaat amalan ibadah dalam tarekat
d. Ketaatan terhadap mursyid
1) Menjalankan perintah mursyid dalam bimbingan rohani dan spiritual
dengan rasa ikhlas
2) Menghormati mursyid atau guru dan keluarganya
2. Perilaku Ihsan
Perilaku biasanya disamakan dengan istilah sikap (attitude) yang artinya
perbuatan yang berdasar pendirian (Poerwadarminto, 1999:731)
Ihsan secara etimologi berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsan(nan) yang
berarti berbuat baik atau saleh (Kaelany, 2000:54)
Sedangkan menurut Wachid Ahmadi ihsan juga bisa diartikan
mengerjakan sesuatu secara baik, tidak asal berbuat serta mengerjakan sesuatu
secara profesional atau berkualitas (Ahmadi, 2004:165).
Wahid ahmadi menyebutkan ada beberapa macam perilaku ihsan yaitu: 1)
Ihsan dalam beribadah, 2) Ihsan dalam berbicara, 3) Ihsan dalam membunuh dan
menyembelih, 4) Ihsan dalam pergaulan terhadap sesama, 5) Ihsan dalam
berbakti kepada orang tua, 6) Ihsan dalam keluarga, dan juga 7) Ihsan dalam
berdakwah (Ahmadi, 2004:166-176).
Dari uraian diatas tersebut, peneliti mengambil dua dari macam-macam
perilaku ihsan. Yaitu yang berkaitan dengan perilaku kepada sesama, diantaranya
adalah Ihsan dalam berbicara dan Ihsan dalam perbuatan terhadap sesama
(pergaulan terhadap orang lain). adapun indikator-indikatornya sebagai berikut:
a. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara adalah:
1) Berbicara tentang kebaikan
2) Berbicara dengan nada yang halus
3) Tidak berbicara dengan kata keji
4) Tidak berbicara yang dusta
5) Tidak membicarakan aib orang lain
b. Indikator perilaku ihsan dalam perbuatan terhadap sesama (pergaulan terhadap
orang lain)
1) Memberi salam bila bertemu orang lain
2) Mempererat tali silaturahmi
3) Menolong orang yang sedang kesusahan
4) Menjenguk orang lain yang sedang sakit
5) Menghadiri undangan yang diberikan orang lain
6) Bersedia memaafkan kesalahan orang lain
7) Menegur kesalahan orang lain dengan bijaksana.
8) Mau menerima nasihat dari orang lain
3. Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Qodiriyah adalah sebuah tarekat yang didirikan oleh Sayyid Muhammad
Muhyidin Abdul Qadir Jilani, yang wafat pada tahun 1266 M di usia 90 tahun
(Valiudin, 1996:121). Sayyid Muhammad Muhyidin Abdul Qadir jilani adalah
seorang yang alim dan zahid, dulunya beliau adalah orang fikih yang terkenal
dalam Mazhab Hambali (Aceh, 1996:308)
Sedangkan Naqsabandiyah adalah sebuah Tarekat yang didirikan oleh
Khwaja Baha‟udin Naqsyaband dari Bukhari. Beliau wafat pada tahun 1390 M
(Valiudin, 1996:121). Dinamakan Naqsyabandi karena diambil dari kata
Naksyaband yang berarti lukisan, konon karena ia ahli dalam memberikan lukisan
kehidupan yang ghaib-ghaib (Aceh, 1996:319).
Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah nama sebuah Tarekat yang
merupakan penggabungan dari Tarekat Qodiriyyah dan Naqsabandiyah yang
dilakukan oleh Syaikh Ahmad Khatib bin Abdul Ghaffar al Sambasi. Beliau
berasal dari Sambas di Kalimantan Barat, tetapi menetap dan mengajar di
Mekkah.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang digunakan
dalam proses penelitian (Kartono, 1990:20). Kebenaran suatu penelitian dapat
diterima apabila ada bukti-bukti nyata yang sesuai dengan prosedur-prosedur
penelitian dan sisitematis serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun
metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu penelitian lapangan dimana
peneliti hadir secara langsung di tempat penelitian, disebut juga dengan penelitian
kuantitatif karena bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data
kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan, 2004:14).
Penelitian ini menggunakan pendekatan expose fakto yaitu pendekatan dimana
gejala muncul dengan sendirinya secara wajar tanpa rekayasa dari peneliti (Nazir,
1985:73).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Dusun Sumber, Desa Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pelaksanaan penelitian ini
berlangsung mulai tanggal 16 Februari sampai 1 Maret 2015.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat penelitian
(Sandjaya, 2006:180). Populasi yang dimaksud disini adalah seluruh pengikut
Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa
Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015. Berdasarkan
keterangan dari guru Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber,
Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015, jumlah
jamaah ada 112 orang.
b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diselidiki. Dengan demikian dalam pengambilan sampel,
peneliti mengikuti pedoman Suharsimi yakni apabila subyeknya kurang dari
100, maka sebaiknya di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan
populasi. Jika jumlah subyeknya lebih dari 100, maka diambil salah satunya
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuaidengankemampuan (Arikunto,
2006:134).
Berdasarkanpetunjuktersebut,
dalampenelitianinipenulismengambilsampel 30% dari 112 jamaah,
sehinggabesarnyasampelsebagaiberikut:
4. Metode Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah
dengan menggunakan metode angket, metode dokumentasi, dan wawancara.
Adapun rincian metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Angket
Menurut pengertiannya angket adalah kumpulan pertanyaan yang
diajukan secara tertulis kepada seseorang atau responden dan cara
menjawabnya juga secara tertulis (Arikunto, 2005: 101). Bentuk angket yang
digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, sehingga responden hanya
memilih jawaban yang sudah disediakan.
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan
dengan pemahaman dan aktivitas Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang
dilaksanakan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang. Penggunaan metode ini juga digunakan untuk
mengetahui perilaku ihsan pada jamaah tarekat.
Dikarenakan jamaah tarekat banyak yang sudah berusia lanjut dan
mengalami penurunan dalam kemampuan membaca, maka peneliti tidak
menyebar angket pada saat pengajian tarekat, tetapi mendatangi satu persatu
responden ke rumah dan membacakannya serta membantu menuliskan
jawaban yang sudah dipilih oleh responden.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006:144). Metode
dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran
umum lokasi penelitian dan data-data mengenai Tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang.
c. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang
atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang
lain dan mendengarkan sendiri suaranya (Hadi, 1989:192). Metode wawancara
ini digunakan oleh peneliti untuk menguraikan tentang sejarah berdirinya
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket yang terdapat
dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu pengamalan ajaran tarekat dan
perilaku ihsan.
Berikut ini tabel kedua variabel tersebut yang disarikan dari berbagai
sumber.
Tabel 1.1
Indikator Pengamalan Ajaran Tarekat
Variabel Indikator Item Angket
Intensitas
pengamalan
ajaran
tarekat
1. Sering menjalankan
amalan-amalan dalam
tarekat
1,2,3
2. Mengerjakan amalan
tarekat dalam keadaan
apapun
4
Pemahaman
tentang
ajaran
1. Memahami lafal dari
zikir dan tata cara yang
ada dalam tarekat
5,6
tarekat 2. Mengerti tujuan dari
mengerjakan amalan
yang ada dalam tarekat
7
Kekhusyu‟an
dalam
menjalankan
ajaran
tarekat
1. Menghayati amalan
ibadah dalam tarekat
8,9
2. Merasakan manfaat
amalan ibadah dalam
tarekat
10
Ketaatan
terhadap
mursyid atau
guru
1. Menjalankan perintah
mursyid dalam
bimbingan rohani dan
spiritual dengan rasa
ikhlas
11,12
2. Menghormati mursyid
atau guru dan
keluarganya
13
Tabel 1.2
Indikator Perilaku Ihsan
Variabel Dimensi Indikator Item Angket
Perilaku
Ihsan
1. Perilaku ihsan
dalam
berbicara
a. Berbicara tentang
kebaikan
1
b. Berbicara dengan
nada yang halus
2
c. Tidak berbicara
dengan keji
3
d. Tidak berbicara
yang dusta
4
e. Tidak
membicarakan
aib orang lain
5
2. Perilaku ihsan
dalam
perbuatan
terhadap
sesama
(pergaulan
terhadap orang
lain)
a. Memberi salam
bila bertemu
orang lain
6
b. Mempererat tali
silaturahmi
7
c. Menolong orang
yang sedang
kesusahan
8
d. Menjenguk orang
lain yang sedang
sakit
9
e. Menghadiri
undangan yang
diberikan orang
lain
10
f. Bersedia
memaafkan
kesalahan orang
lain
11
g. Menegur
kesalahan orang
lain dengan
bijaksana
12
h. Mau menerima
nasihat dari
orang lain
13
6. Analisis Data
Untuk menganalisis data penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu
mula-mula data yang terkumpul disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis
dengan teknik presentase untuk mengetahui gejala yang muncul.
a. Analisis Pertama
Pada tahap ini digunakan perhitungan awal, untuk tujuan penelitian yang
pertama dan kedua maka penulis menggunakan presentase. Adapun
rumusnya adalah sebagai berikut:
P =
X 100%
Keterangan
P : Persentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
b. Analisis Kedua
Dalam meneliti subjek penelitian, penulis membagi kedalam dua
variabel yaitu: pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan pada jamaah
tarekat. Untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran tarekat dengan
perilaku ihsan pada jamaah tarekat, maka penulis menggunakan rumus
korelasi product momen. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara X dan Y
XY : Produk dari X dikali Y
X : Variabel skor 1
Y : Variabel skor 2
N : Jumlah responden
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara sistematis dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan yang berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan
masalah, Tujuan penelitian, Hipotesis penelitian, Kegunaan penelitian, Definisi
operasional, Metode penelitian, Sistematika penulisan.
Bab II, Landasan Teori berisi tentang teori-teori yang membahas pengamalan
ajaran tarekat, perilaku ihsan, dan hubungan pengamalan ajaran tarekat terhadap
perilaku ihsan pada jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun
Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
Bab III, Melaporkan hasil penelitian tentang keadaan umum jamaah Tarekat
Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang, pemaparan data perilaku ihsan jamaah tarekat.
BAB IV, Analisis hasil penelitian berisi tentang analisis data dan interpretasi
hasil dari data penelitian.
BAB V, Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, dan
saran-saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengamalan Tarekat
1. Pengertian Tarekat
Tarekat berasal dari kata thariq yang berarti jalan, metode, cara (Ahmad Zuhri
Mudhor, 1993: 1231) dimaknai sebagai cara atau metode untuk mendekatkan diri
kepada Allah melalui amalan yang ditentukan. Pengertian lain dari tarekat adalah
jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan
dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun
sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai (Abu bakar,
1996:67)
Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada
mulanya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan
diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk
menunjukan pada suatu metode psikologis yang dilakukan oleh guru tasawuf
(mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam, melalui metode
psikologis tersebut, murid dilatih mengamalkan syariat dan latihan-latihan keruhanian
secara ketat sehingga ia mencapai pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan
(Huda, 2008:62).
Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-tingkatan
(maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang
sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan NYATA (fana fi al-haq).
Mengikuti suatu tarekat berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (riyadah), dan
perjuangan yang sungguh-sungguh (mujahadah) di bidang kerohanian. Mengikuti
tarekat juga berarti membersihkan diri dari sifat mengagumi diri sendiri (ujub),
sombong (takabur), ingin dipuji orang lain (riya’), cinta dunia dan sejenisnya.
Tarekat harus ikhlas, rendah hati (tawadu’), berserah diri (tawakal) dan rela (ridha)
(Jamil, 2005:48).
Dalam konteks tasawuf, tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi dan
digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut
syar’, sedang anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa pada
dasarnya, menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari
jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi (syariat), tempat berpijak bagi setiap muslim
(Schimmel, 1986:101).
Definisi di atas mengisyaratkan bahwa antara tarekat dan syariat ada
keterkaitan yang erat. Syariat merupakan aturan atau hukum, sedang tarekat
merupakan cara untuk melaksanakan aturan dan hukum. Tarekat merupakan cara bagi
orang-orang yang menjalankan laku mistis atau tasawuf untuk mencapai tujuan
utamanya, yakni memperoleh cita makrifatpada alam gaib dan mendapatkan
penghayatan langsung pada dzat Allah atau al-Haq (Fathurahman, 1999:67).
Pada mulanya tarekat dilakukan oleh seorang sufi secara individual. Tetapi
dalam perjalanannya kemudian tarekat diajarkan kepada orang lain baik secara
individu maupun kolektif. Pengajaran tarekat kepada orang lain ini sudah dimulai
sejak zaman Al-Hallaj (858-922). Selanjutnya praktek-praktek pengajaran semacam
itu dilakukan pula oleh sufi-sufi besar lain. Dengan demikian, timbullah dalam sejarah
Islam
kumpulan-kumpulan sufi yang mempunyai sufi tertentu sebagai syekh nya dengan
tarekat tertentu sebagai amalannya, juga pengikut-pengikut atau murid-murid (Jamil,
2005:49).
Dilihat dari ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabaroh) dan
ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghairu mu’tabaroh). Suatu tarekat dikatan
sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam
tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syariat. Sebaliknya, jika suatu
tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat
tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syariat maka ia dianggap tidak
memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (
Huda,2008:63).
2. Tujuan Tarekat
Menurut Syeikh Najmuddin Al-Kubra yang di kutip dalam bukunya Abu
Bakar (1996:71), sebagai tersebut dalam kitab Jami’ul Auliya’ mengatakan, syariat
itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan
keadaan, dan makrifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang
sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci thaharah, pada syariat dengan air
atau tanah, pada hakikat bersih dari hawa nafsu, pada hakikat bersih dari hati dari
selain Allah, semuanya itu untuk mencapai makrifat terhadap Allah. Oleh karena itu
orang tidak dapat berhenti pada syariat saja, mengambil tarekat atau hakikat saja. Ia
memperbandingkan syariat itu dengan sampan, tarekat itu lautan, hakikat itu mutiara,
orang tidak dapat mencapai mutiara itu dengan tidak melalui kapal dan laut.
Sebenarnya tarekat itu tidak terbatas banyaknya, karena tarekat atau jalan
kepada Tuhan itu sebanyak jiwa hamba Allah. Pokok ajarannya tidak terbilang pula,
karena ada yang akan melalui jalan zikir, jalan muraqabah, jalan ketenangan hati,
jalan pelaksanaan segala ibadat, jalan melalui kekayaan, jalan membersihkan jiwa dari
kebimbangan dunia akan kethama‟an hawa nafsu, semuanya itu tidak dapat dicapai
dengan meninggalkan syariat dan sunnah Nabi. Dalam hal ini Al- Junaidi
memperingatkan: “Semua tarekat itu tidak berfaedah bagi hamba Allah jika tidak
menurut Sunnah Rasulnya (Aceh, 1993:72)
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tarekat
sebenarnya adalah jalan untuk menuju kepada keridhoan Allah dengan cara
mengamalkan syariat untuk kemudian mensucikan hati dengan mengikuti tarekat
sehingga akan menemukan hakikat sebenarnya dari ajaran agama Islam, dan disinilah
seorang hamba Allah akan mengerti tujuan dari hidupyaitu hanya Allah.
3. Macam-macam Tarekat
Perkembangan tasawuf yang begitu berpengaruh di dunia Islam telah
melahirkan sejumlah tarekatyang tersebar di seluruh penjuru negeri ini, tarekat-tarekat
tersebut ada yang sudah diakui keberadaannya dan ada yang belum diakui
keberadaannya. Adapun tarekatyang sudah diakui keberadaannya disebut
Tarekatmu’tabaroh diantaranya adalah sebagai berikut:
Dr. Syeikh H. Jalaluddin menerangkan ada 41 macam Tarekatmu‟tabaroh
yaitu Qodiriyah, Naqsabandiyah, Syaziliyah, Rifa’iyah, Ahmadiyah, Dasukiyah,
Akbariah, Maulawiyah, Qurobiyah, Suhrowadiyah, Khalwatiyah, Jalutiyah,
Bakdasiyah, Ghozaliyah, Rumiyyah, Jastiyyah, Sya’baniyah, ‘Alawiyah, ‘Usyaqiyyah,
Bakriyah, Umariyah, Usmaniyah, ‘Aliyyah, Abbasiyah, Haddadiyah, Maghribiyyah,
Ghoibiyyah, Hadiriyyah, Syattariyyah, Bayyumiyah(Abu Bakar Aceh, 1993: 303).
Diantara nama tarekat yang ada dan berkembang di dunia Islam, nama Tarekat
Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan tarekat yang paling berpengaruh di
Indonesia (Bruinessen, 1994:34).
4. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang berkembang di Indonesia adalah
merupakan suatu gabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-
sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru yang berdiri sendiri,
yang di dalamnya terdapat unsur-unsur pilihan dari Tarekat Qodiriyah dan juga
Tarekat Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi suatu yang baru.
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah didirikan oleh seorang tokoh asal
Indonesia Ahmad Khatib ibn „Abd Al-Ghaffar Sambas atau dikenal sebagai Ahmad
al-Sambasi (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-‘Arifin. Dia
berasal dari Sambas Kalimantan Barat yang bermukim dan mengajar di Mekkah
pada pertengahan abad sembilan belas ( Bruinessen, 1992 : 89-90).
5. Ajaran-ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Tujuan utama mempelajari dan mengamalkan tarekat adalah mengetahui
perihal nafsu dan sifat-sifatnya, baik nafsu yang tercela (mazmumah) maupun nafsu
yang terpuji (mahmudah). Sifat nafsu yang tercela harus dijauhi dan sifat yang terpuji
setelah diketahui maka dilaksanakan (Jamil, 2005:59).
Tarekat berupaya mengendalikan nafsu tercela dengan melatih nafsu terpuji.
Untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah, namun demikian untuk
mencapai kedekatan kepada Allah itu, para pelaku tarekat harus menempuh
perjalanan panjang. Rumusan mengenai tahapan-tahapan perjalanan rohani antara
satu tarekat memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk satu tarekat tertentu kadang
juga merupakan gabungan dua atau lebih ajaran unsur tarekat (Jamil,2005:61).
Sebagaimana yang tetulis dalam buku Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris
Ajaran Islam, disebutkan empat macam tujuan dari Tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah meliputi; pertama; Taqarrub ilallah, mendekatkan kepada Allah
dengan jalan zikirullah. Kedua; Menuju jalan mardhatillah. Yaitu jalan yang diridhai
Allah SWT. Ketiga; Kemakrifatan(al-makrifat)yaitu melihat tuhan dengan mata hati.
Keempat; Kecintaan (mahabbah) terhadap Allah (Alba, 2012:96).
Tarekat berupaya untuk mengendalikan nafsu tercela manusia salah satunya
dengan cara menggunakan atau mengisi waktu-waktu luang untuk senantiasa selalu
mengingat Allah Swt. Sehingga dengan demikian manusia jarang mempunyai peluang
untuk berbuat hal yang dipandang jelek oleh agama. Namun demikian untuk
mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Tuhan, pelaku tarekat harus menempuh
perjalanan panjang demi mencari tujuan mereka.
Secara garis besar metode dan fase-fase yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tersebut adalah:
a. Takhali
Takhali berarti mengkosongkan atau membersihkan diri dari sifat-sifat
tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Yaitu menjauhkan diri dari
kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa
nafsu.
Takhali sebagai langkah awal menuju manusia yang berkepribadian utuh
dilengkapi dengan sikap terbuka. Artinya, orang yang bersangkutan menyadari
betapa buruknya sifat-sifat yang ada pada dirinya, kemudian timbul kesadaran
untuk membrantas dan menghilangkan. Apabila ini bisa dilakukan, maka akan
tampil pribadi yang bersih dari sifat madzmumah (Syukur, 2002:115).
b. Tahalli
Tahalli berarti berhias. Maksudnya adalah membiasakan diri dengan sifat
dan sikap serta perbuatan yang baik. Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi
diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku dan akhlak terpuji. Pada
tahap tahalli, kaum sufi berusaha agar setiap gerak perilaku selalu berjalan di atas
ketentuan agama, baik yang bersifat “luar” maupun yang bersikap “dalam”. Yang
dimaksud aspek “luar” adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal, seperti
shalat, puasa, zakat, dan haji. Adapun aspek “dalam” seperti iman, ketaatan, dan
kecintaan kepada Allah swt. (Aceh, 1993:193).
c. Tajalli
Tajalli bermakna pencerahan atau penyingkapan. Dalam tasawuf
tajalliyaitu sampainya Nur Ilahi dalam hati. Dalam keadaan demikian seseorang
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang haq dan
mana yang batil. Dan secara khusus tajalliberarti makrifatullah, melihat Tuhan
dengan mata hati, dengan rasa. Ini adalah puncak kebahagiaan seseorang,
sehingga berhasil mencapai thuma’ninatul qalb (Syukur, 2002:115).
6. Ritual-ritual dalam Tarekat
Ada beberapa bentuk upacara ritual dalam Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah sebagai sebuah jam’iyyah yaitu : pembai’atan, khataman, dan
manaqiban. Ketiga bentuk upacara ritual dalam Tarekatini dilaksanakan oleh semua
kemursyidan yang ada di Indonesia, dengan prosesi kurang lebih sama. Tapi dalam
istilah nama kegiatan tesebut kadang berbeda, Seperti dalam pembai’atan, ada
kemursyidan mereka menyebutnya dengan penalqinan. Demikian pula khataman,
ada yang menyebutnya dengan istilah tawajjuhan. Tetapi perbedaan itu sama sekali
tidak membedakan isi dan makna kegiatan tersebut.
a. Pembai‟atan
Baiat adalah sumpah atau pernyataan kesetiaan yang diucapkan oleh
seorang murid kepada guru mursyid sebagai simbol penyucian serta keabsahan
seseorang mengamalkan ilmu tarekat. Jadi baiat menjadi semacam upacara sakral
yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengamalkan tarekat (Jamil,
2005 : 64)
Baiat ini dilakukan oleh orang yang hendak mengamalkan tarekat, jadi pada
dasarnya setiap orang yang ingin memasuki dunia tarekat maka hal yang paling
mula ia lakukan adalah baiat.
b. Manaqiban
Upacara ritual yang menjadi tradisi dalam TarekatQodiriyah wa
Naqsyabandiyah yang tidak kalah pentingnya adalah manaqiban. Sebenarnya
kata manaqiban berasal dari kata manaqib (bahasa Arab), yang berarti biografi
ditambah dengan akhiran: -an, menjadi manaqiban sebagai istilah yang berarti
kegiatan pembacaan manaqib (biografi), syekh Abdul Qadir Al-Jilani, pendiri
Tarekat Qodiriyah, dan seorang wali yang sangat legendaris di Indonesia.
Isi kandungan kitab manaqib itu meliputi: silsilah nasab Syeikh Abdul
Qadir Al-Jilani, sejarah hidupnya, akhlak dan karamah-karamahnya, di samping
adanya doa-doa bersajak (nadaman, bahr dan rajaz) yang bermuatan pujian dan
tawassul melalui dirinya. Pengakuan akan kekuatan magis dan mistis dalam ritual
manaqiban ini karena adanya keyakinan bahwa syekh Abdul Qadir al-Jilani
adalah qutb al-auliya’ yang sangat istimewa, yang dapat mendatangkan berkah
(pengaruh mistis dan spiritual) dalam kehidupan seseorang.
c. Khataman
Kegiatan ini merupakan upacara ritual yang biasanya dilaksanakan secara
rutin di semua cabang kemursyidan. Ada yang menyelenggarakan sebagai
kegiatan mingguan, tetapi banyak juga yang menyelenggarakan kegiatannya
sebagai kegiatan bulanan, dan selapanan (35 hari).
Dari segi tujuannya, khataman merupakan kegiatan individual, yakni
amalan tertentu yang harus dikerjakan oleh seorang murid yang telah
mengkhatamkan tarbiyat Zikir lathaif. Dan khataman sebagai suatu ritus (upacara
sakral) dilakukan dalam rangka tasyakuran atas keberhasilan seorang murid
dalam melaksanakan sejumlah beban dan kewajiban dalam semua tingkatan Zikir
lathaif (Jamil, 2005:64).
7. Amalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah termasuk tarekat zikir. Sehingga
zikir menjadi ciri khas yang harus ada dalam tarekat. Dalam suatu tarekat, zikir
dilakukan secara terus menerus (istiqomah), hal ini dimaksudkan sebagai suatu
latihan psikologis (riyadah al-nafs) agar seorang dapat mengingat Allah di setiap
waktu dan kesempatan.
Penyebutan zikir dalam tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah terdapat dua
jenis zikir, yaitu zikir nafi isbat dan zikir ismu zat.
Zikir nafi isbat adalah zikir kepada Allah dengan menyebut kalimat laa ilaaha
illa Allaah. Dilakukan dengan gerakan-gerakan simbolis sebagai sarana penyucian
jiwa, yaitu membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh nafsu yang buruk. Zikir ini
merupakan inti ajaran Tarekat Qodiriyah yang diucapkan secara jahr (dengan suara
keras).
Zikir ismu zat adalah zikir kepada Allah dengan menyebut kalimat Allah
secara sirr (dalam hati). Zikir ini juga disebut zikir latifah yang dapat mengaktifkan
kelembutan-kelembutan rohani yang ada dalam diri manusia. Zikir ini merupakan ciri
khas dari Tarekat Naqsabandiyah.
Sedangkan Bruinessen mengutip dalam kitab Fath al Arifin amalan Tarekat
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dijelaskan sebagai berikut:
“Membaca istigfar sekurang-kurangnya dua kali atau dua puluh kali dengan
mengucapkan astagfir Allah al-ghafur ar-rahim, kemudian membaca shalawat
Allahuma shali ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala alaihi wa sahbihi wa
sallam, kemudian zikir la ilaha illa allah seratus enam puluh kali setiap
selesai mengerjakan Shalat lima waktu. Setelah selesai zikir membaca
shalawat Allahuma shalla ‘alasayyidina muhammad shalat tanajina biha min
jami’al-ahwat wa al-afat, kemudian membaca alfatihah kepada sayyidina
Rosullah SAW, sahabatnya, sekalian masyayikh ahl al-silsilah Al-qodiriyah
wa Naqsyabandiyah khususan Sayyidina Syeikh Abd-Qadir Al-Jilani wa
sayyidina al syeikh junaidi al-baghdadi wa syeikh khatib sambaswa abna‟ ina
wa umahatina wa ikhwanina al-muslimin walmuslimat wa al mukminina wa al
mukminat al-ihya minhum wa al-amwat wa al- salam (Bruinessen, 1995:216)
B. Perilaku Ihsan
1. Pengertian Ihsan
Secara etimologi ihsan adalah baik (Departemen Pendidikan Nasional,
2007:368). Kata ihsan memiliki akar kata hasanyang berarti baik. Ihsan berarti
berbuat sesuatu secara baik. Tidak asal berbuat. Ihsan juga mengerjakan sesuatu
secara profesional atau berkualitas (Ahmadi, 2004:165)
Sedangkan ihsan menurut Asmaran, (1994: 88) adalah berbuat baik /
perbuatan baik. Orang yang berihsan akan menghindari hal-hal yang buruk,keji dan
munkar, meyakini Allah maha melihat dan membalas atas segela perbuatan.
Baik kebajikan maupun kebaikan (perilaku ihsan), erat kaitannya dengan
akhlak, yaitu keadaan yang melekat pada manusia yang melahirkan perbuatan,
tingkah lakuperangai, tabia‟at, mungkin baik mungkin juga buruk (Ali, 2008:345-
346).
Perilaku ihsan mengandung makna yang ideal, yaitu yang termasuk dalam
segala tingkah laku, tabi‟at, watak dan perangai yang sifatnya baik. Hal ini tidak bisa
lepas dari norma agama dan juga norma kebiasaan (adat) yang baik pula.
Secara teologi ihsan dalam hubungan dengan Allah, adalah kita beribadah
seolah-olah kita melihat Allah atau kita meyakini bahwa Allah melihat kita.
Sehingga kita beribadah dengan penuh kekhusyukan.
2. Macam-macam perilaku ihsan
Wahid ahmadi menyebutkan ada beberapa macam sikap ihsan yaitu:
a. Ihsan dalam beribadah
Ibadah yang ihsan yaitu ibadah yang dikerjakan dengan penuh
kesungguhan, terpenuhi syarat rukun dan anjuran-anjurannya, serta berdampak
pada perilakunya secara umum. Ibadah yang ihsan dikerjakan dengan kesadaran
sepenuhnya, bahwa Allah swt. menyaksikan. Sebagaimana hadis dari Abu
Hurairah r.a, beliau saw. bersabda:
ا نَّك ت ر اُه ف ِاْن َلْ ت ُكْن ت ر اُه ف ِانَّوُ ي ر اك ا ْن ت ْعُبد ا هلل ك Artinya: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya. Maka sesungguhnya Dia melihatmu (HR. Bukhari-Muslim)
b. Ihsan dalam berbicara
Alat komunikasi yang paling utama antar manusia adalah melalui kata-
kata. Melalui kata-kata manusia menyampaikan isi hati kepada lawan bicara.
Bahkan, kata-katalah yang menjadi alat utama dalam berdakwah. Maka, Islam
sangat menganjurkan setiap muslim untuk berhati-hati dalam berkata-kata, agar
mendatangkan pahala dan menghindarkan dari dosa. Hendaklah kata-kata bisa
membuahkan hasil yang positif, seperti persaudaraan dan cinta kasih. Bukan
melahirkan permusuhan dan kebencian.
Kata-kata yang baik adalah kata-kata yang sejuk didengarkan. Tidak
terlalu keras dan tidak terlalu lirih, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan dan
jelas maksudnya. Bahkan kepada musuh sekali pun, harus berbicara dengan kata-
kata yang lembut. Sebagaimana Allah berfirman kepada Musa dan Harun ketika
memerintahkan keduanya untuk mendakwahi Fir‟aun:
Artinya: maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (Thaha:44)
c. Ihsan dalam membunuh dan menyembelih
Membunuh sering dikaitkan dengan hal yang kejam. Tetapi dalam Islam
membunuh diperbolehkan seperti halnya dalam perang. Maka Nabi
menasihatkan agar pembunuhan dilakukan dengan ihsan. Etika membunuh
musuh juga berlaku dalam menyembelih binatang.
d. Ihsan dalam pergaulan terhadap sesama
Pergaulan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Melalui
pergaulan, bisa mengekspresikan nilai-nilai agama dan terjalin persaudaraan.
Seorang muslim yang bergaul dan mengalami pahit getirnya pergaulan, dianggap
lebih baik kualitasnya daripada seorang yang tidak ikut merasakan pahit getirnya
perlakuan orang lain.
e. Ihsan dalam berbakti kepada orang tua
Orang tua mendapatkan tempat yang istimewa dalam agama. Karena
melalui orang tualah Allah menciptakan dan menumbuhkan umat manusia.
Hingga Allah swt. seolah-olah menggantungkan ridha dan murka-Nya kepada
ridha dan murka orang tua.
Karena kehormatannya hingga menyebutkan ihsan kepada orang tua
disebutkan setelah perintah ibadah kepada Allah.
Allah swt. berfirman:
... Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu
bapak...” (Q.S. Al-Baqarah: 83)
f. Ihsan dalam keluarga
Keluarga merupakan komponen pembentuk masyarakat. Dari keluarga
diharapkan lahir sumber daya manusia yang bisa mewarnai kehidupan
bermasyarakat. Untuk itu peran masing-masing anggota harus dioptimalkan.
Dari semua anggota keluarga diharapkan bisa ihsan dalam menjalankan
perannya masing-masing. Seorang ayah harus menjadi pemimpin keluarga yang
bertanggung jawab terhadap anggota keluarga yang lain. Seorang ibu harus
mampu membuat suasana internal rumah tangga yang menyejukkan selain juga
harus mendidik anak. Agar menjadi anak yang baik di tengah keluarga besarnya.
g. Ihsan dalam berdakwah
Berdakwah haruslah dilakukan secara baik atau ihsan, karena dari
hasilnya dituntut adanya ketertarikan terhadap Islam. Para dai atau lembaga-
lembaga dakwah harus memikirkan secara serius agar dakwah yang dijalankan
bernuansa ihsan, sehingga dengan kualitas dakwah tersebut orang tertarik kepada
agama Islam.
Ihsan dalam berdakwah berarti terpenuhinya rukun dakwah. Rukun
dakwah meliputi hikmah, mau‟izah hasanah, dan mujadalah. Dan juga rukun-
rukun lain yang lebih terinci antara lain penguasaan materi, penguasaan
metodologi dakwah, perilaku teladan dai, perangkat yang memadai, dan
pendukung-pendukung dakwah lainnya seperti perencanaan, organisasi, dan
evaluasi.
3. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara dan perbuatan terhadap sesama (pergaulan
terhadap orang lain)
Ihsan merupakan puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target
seluruh hamba Allah. Sebab dengan ihsan seseorang mendapatkan kemuliaan disisi-
Nya. Kemuliaan tersebut bisa di dapat jika manusia ihsan kepada Allah dan kepada
sesama. Seseorang yang cuma rajin beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa, dan
haji tetapi tidak berbuat baik terhadap sesama maka dia bukanlah orang yang berbuat
ihsan. Dia bukan orang yang disukai Allah. Dari uraian tersebut, maka dalam
penelitian ini penulis hanya akan meneliti perilaku ihsan dalam berbicara dan dalam
berbuat terhadap sesama (pergaulan terhadap orang lain). Adapun indikator kedua
perilaku ihsan tersebut adalah:
a. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara
Adapun indikator-indikator perilaku ihsan dalam berbicara adalah:
1) Berbicara tentang kebaikan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain. Hal
ini tentu dibutuhkan komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain.
Manusia dibekali lisan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan akal
untuk berpikir. Orang yang berakal selayaknya bisa mengendalikan apa yang
diucapkan. Kalau ingin bicara hendaknya berpikir terlebih dahulu apakah
kata-kata tersebut menyakiti orang lain atau tidak. Karena tidak hanya
perbuatan yang di hisab tetapi juga perkataan. Sebagaimana firman Allah
sebagai berikut:
Artinya:“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (Q.S. Qaaf: 18)
2) Berbicara dengan nada yang halus
Selain berkata-kata yang baik, manusia dalam berkomunikasi kepada
orang lain dianjurkan untuk berbicara dengan nada yang halus. Hal ini
dianjurkan agar supaya tidak membuat orang lain tersinggung dengan
perkataan yang diucapkan.
Berbicara dengan nada halus yaitu dalam berbicara selalu menjaga
suaranya agar tidak terlalu keras dan tidak terlalu lirih, menggunakan intonasi
yang sesuai. Berbicara yang halus tidak hanya kalau berbicara kepada orang
tua, melainkan kepada semua orang bahkan kepada musuh sekalipun. Allah
swt. berfirman:
Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 19)
3) Tidak berbicara dengan kata keji
Berbicara dengan kata-kata keji merupakan akhlak tercela. Allah swt.
tidak menyukai orang-orang yang selalu berbicara keji. Maka dari itu
hendaknya menghindarkan dari kata-kata yang keji. Mencela, menghina,
mencemooh orang lain merupakan perkataan yang keji, karena dengan hal itu
akan membuat orang lain sakit hati dan tersinggung.
Berbicara dengan kata keji adalah kebiasaan yang tercela dan terlarang,
harusnya selalu menjaga lisan dari kata-kata keji yang dapat menyakiti orang
lain. Kata-kata keji ini timbul dari budi rendah dan jiwa yang hina (Hamka,
1992:36).
Allah swt berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-
laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujarat: 11).
4) Tidak berbicara yang dusta
Setiap kata yang keluar dari lisan hendaknya kata-kata yang
sebenarnya. Tidak mengada-ada atau merekayasa. Karena setiap kata yang
keluar dari mulut kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.
Berbicara dusta akan menyeret manusia ke dalam neraka. Mukmin yang
menyempurnakan imannya memilih berkata yang sebenarnya, tidak hanya
berbicara kosong belaka tetapi tidak terealisasi dengan baik. Allah swt.
berfirman:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S: Ash-Shaff : 2-
3)
5) Tidak membicarakan aib orang lain
Membicarakan orang lain atau yang disebut ghibah merupakan
perbuatan tercela. Imam Al-Ghazali telah menghitung ada dua puluh bencana
karena lisan, dan salah satu diantaranya adalah ghibah (membicarakan orang
lain) (Suprianto, 2004:49).
Allah Swt tidak suka dengan orang yang sering membicarakan orang
lain. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Hujaarat: 12)
b. Indikator perilaku ihsan dalam perbuatan terhadap sesama (pergaulan terhadap
orang lain)
Adapun indikator-indikator peilaku ihsan dalam perbuatan terhadap
sesama (pergaulan terhadap orang lain)
1) Memberi salam bila bertemu orang lain
Ucapan salam termasuk dari syiar Islam yang paling nampak, Allah
menjadikannya sebagai ucapan selamat di antara kaum muslim. Menyebarkan
salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya cinta dan kasih sayang di
tengah-tengah kaum muslimin. Dan tidak sepantasnya seorang membatasi
ucapan salam hanya unuk sebagian orang (yang dikenal) dan tidak kepada
lainnya (yang tidak dikenal). Hukum orang memulai salam adalah sunnah
sementara yang menjawab adalah wajib.
Allah berfirman:
Artinya:”apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa:86)
2) Mempererat tali silaturahmi
Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat mulia. Karena dengan
silaturahmi bisa mempererat hubungan persaudaraan diantara muslim dan
dapat meningkatkan kerukunan antara sesama.
Allah swt. telah berfirman:
Artinya:”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai.” (Q.S. Ali Imran:103)
3) Menolong orang yang sedang kesusahan
sebagai seorang muslim, dianjurkan untuk saling tolong menolong
terutama dalam hal kebaikan. Allah akan melepaskan kesulitan pada hari
kiamat jika seorang tersebut menghilangkan (membantu) kesulitan seorang
mukmin di dunia. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu
menolong saudaranya. Siapa yang berbuat baik maka kebaikannya itu akan
kembali kepada dirinya sendiri.
Allah swt. berfirman:
Artinya:” jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.”
(Q.S. Al-Israa‟:7)
4) Menjenguk orang lain yang sedang sakit
Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, dan terdapat
keutamaan yang agung, serta pahala yang sangat besar, dan merupakan salah
satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya.Dengan menjenguk orang
lain yang sedang sakit, maka akan memupuk rasa kasih sayang, rasa
kebersamaan baik dalam suka maupun duka. Maka menjenguk orang yang
sedang sakit menjadi keharusan dalam rangka menjalin hubungan
persaudaraan.
Disunnahkan pada saat menjenguk orang sakit untuk menanyakan
keadaannya, mendoakan serta menghiburnya dan memberinya harapan karena
hal tersebut merupakan sebab yang paling besar untuk mendatangkan
kesembuhan dan kesehatan.
5) Menghadiri undangan yang diberikan orang lain
Hukum memenuhi undangan seorang muslim adalah sunnah
mu‟akkaddah. Terlebih menghadiri undangan orang lain mencerminkan
sebagai seorang karib yang setia dan berbudi tinggi. Menghadiri undangan
orang lain menunjukkan rasa menghormati orang lain. Hal ini akan menarik
hati orang yang mengundang serta mendatangkan rasa cinta dan kasih sayang.
6) Bersedia memaafkan kesalahan orang lain
Agama mengajarkan agar manusia dengan lapang dada memberi maaf
kepada orang yang telah berbuat salah. Memberi maaf kepada orang atas
ketidaksengajaannya adalah keutamaan buat orang yang sempat tersakiti. Dan
memberi maaf atas tindakan buruk orang lain juga sebuah keutamaan.
Sebagaimana Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya untuk
senantiasa bersifat pemaaf. Ketika beliau melewati dan sering diganggu oleh
seseorang yang tidak suka terhadap beliau, Nabi selalu memaafkan.
Sikap pemaaf menunjukkan seseorang memilih jalan yang dekat
dengan keridhoan Allah. Sebagaimana firman Allah swt.:
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Q.S. Ali Imron: 134)
7) Menegur kesalahan orang lain dengan bijaksana.
Dalam pergaulan sehari-hari, adakalanya seseorang melakukan
kesalahan, baik itu yang disengaja ataupun tidak disengaja. Maka sebagai
seseorang yang mengetahui perbuatan tersebut, selayaknya menegur dengan
bijaksana. Yaitu dengan menggunakan pendekatan positif dan kata-kata yang
lembut.
Menegur orang lain yang berbuat salah dengan bijaksana, merupakan
sikap baik yang perlu ditumbuh kembangkan, Syeikh Mustofa Al-Gholayani
(1976 : 227-228) mengatakan:
Manakala anda melihat seseorang yang tersesat dari jalan kebenaran,
menyeleweng dari petunjuk agama yang benar dan kemudian dia
menempuh jalan yang sah dan rendah dipandangan masyarakat, lebih-
lebih jikalau dia telah kebingungan mondar mandir kesana kesini
bagaikan orang yang berada ditengah padang luas atau samudera besar
dan hanya berpegang kepada sekerat kayu kapal yang telah lama
terbenam dan hancur sebab terbentur karang. Nah dikala anda
mengetahui orang yang berkeadaan sedemikian itu, hendaklah anda
memeras otak dan pikiran bagaimana cara memberikan kepada
manusia yang kebingungan tadi. Gunakan kata-kata manis dan lemah
lembut untuk menyadarkannya, bahwa ia sebenarnya adalah dalam
keadaan gawat sekali, tiada diketahui dirinya sendiri. Nasihatilah dia
dengan cara yang bagus tanpa menusuk perasaan hatinya dan berhati-
hatilah untuk memilih kata yang sopan sehingga dia tidak mengerti
bahwa maksud anda adalah menginsafkan kekeliruan jalan
ditempuhnya.
8) Mau menerima nasihat dari orang lain
Nasihat dan dinasihati adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan
manusia. Tanpa disuruhpun secara langsung atau tidak langsung, dengan cara
yang baik atau kurang baikorang akan senang dan ringan hati selalu
menasihati orang lain yang diketahui sedang khilaf, lalai, atau tersesat.
Namun tidak semua manusia senang untuk dinasihati, serta bersedia
mendengar, menerima dan menjalankan nasihat.
Sesungguhnya orang yang tidak mau menerima nasihat dari orang lain
adalah orang yang merugi. Sebagaimana firman Allah swt.:
Artinya:”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran. (Q.S. Al-„Ashr:1-3)
C. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan Perilaku Ihsan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa terlepas dari pergaulan terhadap
sesama. Dalam melangsungkan kehidupannya manusia sangat membutuhkan orang
lain. Perlu adanya kesadaran yang tinggi agar tercipta hubungan sosial yang baik.
Kondisi zaman yang semakin semarak dengan berbagai kecanggihan media
yang ditawarkan menjadikan masyarakat cenderung apatis (cuek) terhadap hal-hal
yang terjadi di sekitarnya. Perhatian mereka lebih mengedepankan yang bersifat
keduniawian sehingga nilai-nilai agama sedikit demi sedikit memudar. Mereka lebih
suka mengguncingkan tetangga, enggan menolong, acuh terhadap saudara dan
sebagainya.
Melihat fenomena-fenomena masyarakat yang demikian tentunya menjadikan
para pemuka-pemuka agama tergerak hatinya untuk mengantisipasi meluasnya
masyarakat yang mempunyai tenggang rasa terhadap sesama yang rendah.
Di dusun Sumber yang mayoritas agamanya adalah mempunyai background
ahli sunnah wal jamaah, dan seperti yang kita ketahui bahwa ahli sunanh wal jamaah
suka dengan amalan-amalan, melihat adanya tarekat ini mereka cenderung untuk
mengikutinya karna merasa butuh akan pentingnya tasawuf bagi kehidupan mereka
dan tentunya dengan tujuan untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Allah
swt.
Tasawuf merupakan ajaran atau ilmu untuk mengetahui hal ikhwal nafsu yang
terpuji maupun yang tercela, cara mensucikan nafsu dari sifat-sifat tercela serta
menghiasinya dengan sifat-sifat yang terpuji. Dan cara menempuh perjalanan ke
hadirat Allah swt. tarekat ini berupaya untuk mengendalikan nafsu tercela manusia
salah satunya dengan cara menggunakan atau mengisi waktu-waktu luang mereka
untuk senantiasa selalu mengingat Allah. Sehingga dengan demikian manusia jarang
mempunyai peluang untuk berbuat hal yang dipandang jelek oleh agama.
Idealnya jika ajaran tarekat itu di ikuti dengan sepenuh hati, tentu akan menumbuhkan
perilaku ihsan. Baik ihsan hubungannya dengan Allah maupun ihsan terhadap sesama
manusia.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Keadaan Geografis
Desa Timpik merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Dengan luas wilayah 728, 304
ha. Yang terdiri dari tiga belas dusun yakni Dusun Karang Salam, Kaibon, Gedangan,
Kauman, Durenan, Geneng, Timpik, Sumber,Ngasinan, Bogo, Lempuyangan, Jetak
dan Cengklik.
Secara geografis Desa Timpik yang terletak di Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang dibatasi oleh:
1. Sebelah utara : Desa Susukan dan Desa ketapang
2. Sebelah Timur : Desa Tawang
3. Sebelah selatan : Desa Rogo mulyo
4. Sebelah barat : Desa Ngampon KecamatanAmpel
2. Keadaan Monografis
Jumlah penduduk Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
tahun 2015 secara keseluruhan adalah 5.542 jiwa, dengan rincian 2.738 berjenis
kelamin laki-laki dan 2.804 berjenis kelamin perempuan. Untuk jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Desa Timpik Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang Tahun 2015
No Nama Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Karang Salam 289 298 587
2 Kaibon 115 125 241
3 Gedangan 161 183 344
4 Kauman 302 315 617
5 Durenan 190 185 375
6 Geneng 164 184 348
7 Timpik 325 323 648
8 Sumber 247 250 497
9 Ngasinan 285 297 582
10 Bogo 260 235 495
11 Lempuyangan 152 147 299
12 Jetak 113 105 219
13 Cengklik 134 156 290
JUMLAH 2.738 2.804 5.542
(Sumber Data: Sekertaris Desa Timpik)
Masyarakat Desa Timpik yang berjumlah 5.542 jiwa mayoritas
penduduknya adalah beragama Islam, dan untuk Dusun Sumber 100% penduduknya
beragama Islam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Agama
No Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Islam 2.705 2.777 5.482
2 Katholik - - -
3 Kristen 35 31 66
4 Hindu - - -
5 Budha - - -
6 Konghucu - - -
Jumlah 2.740 2.808 5.548
(Sumber Data: Sekertaris Desa Timpik)
Adapun mata pencaharian Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang tahun 2015 sebagian besar adalah petani, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Mata pencaharian
No Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 PNS 26 10 36
2 TNI 4 - 4
3 POLRI 7 - 7
4 Pegawai
Swasta
493 189 682
5 Pensiunan 15 8 23
6 Pengusaha 2 - 2
7 Buruh
Bangunan
134 - 134
8 Buruh Industri 48 70 118
9 Buruh Tani 334 343 677
10 Petani 703 656 1.359
11 Peternak 6 - 6
12 Nelayan - - -
13 Lain-lain 966 1.528 2.494
JUMLAH 2.738 2.804 5.542
(Sumber Data: Sekertaris Desa Timpik)
Adapun mata pencaharian masyarakat di Dusun Sumber sendiri sebagian besar
adalah petani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Penduduk Dusun Sumber Berdasarkan Mata pencaharian
No Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 PNS 3 4 7
2 TNI 9 - 9
3 POLRI 2 - 2
4 Pegawai
Swasta
6 4 10
5 Pensiunan 2 - 2
6 Pengusaha - - -
7 Buruh
Bangunan
10 - 10
8 Buruh Industri 26 18 44
9 Buruh Tani 8 1 9
10 Petani 149 72 221
11 Peternak - - -
12 Nelayan - - -
13 Lain-lain 24 30 54
JUMLAH 239 129 368
(Sumber Data: Kepala Dusun Sumber)
B. Profil Tarekat Qodariyah wa Naqsabandiyah Dusun Sumber, Desa Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
1. Sejarah Singkat
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah masuk di Dusun Sumber, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang pada tahun 1956 oleh H. Ahmad Ilyas. Beliau dibaiat
oleh bapak guru/mursyid K.H. Zaenal Makarim di Desa Pulutan, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali. Setelah dibaiat beliau langsung mengajarkan dan
membina Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber.
Setelah H. Ahmad Ilyas meninggal, yang melanjutkan Tarekat Qodiriyah wa
Naqsabandiyah di Dusun Sumber, dilanjutkan oleh H. Abu Bakar Shidiq. Beliau
dibaiat oleh guru/mursyid bapak K.H. Basyri Abdul Syukur di Desa Ketapang. Pada
masa bapak H. Abu Bakar Shidiq, masyarakat yang ingin mengikuti tarekat dibaiat di
Desa Ketapang oleh K.H Salman Basyri dan K.H Makin Basyri.
Bapak H. Abu Bakar Shidiq telah meninggal, selanjutnya dilanjutkan oleh
bapak Ahmadi Ilyas sampai sekarang. Beliau dibaiat oleh K.H Salman Basyri di Desa
Ketapang.
(Sumber Data: Ketua Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah)
2. Susunan Kepengurusan Jamaah Tarekat
Adapun susunan kepengurusan jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun
2015 adalah sebagai berikut:
a. Ketua : Ahmadi Ilyas
b. Ustadz : Ahmadi Ilyas
c. Sekretaris : H. Ali Rohman
d. Bendahara : H. Ja‟far Shodiq
(Sumber Data: Ketua Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah)
3. Kegiatan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber
Di sini penulis akan memaparkan kegiatan-kegiatan TarekatQodiriyah wa
Naqsyabandiyah di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang tahun 2015. Kegiatan harian Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah adalah
membaca zikir jahr yaitu kalimat tahlil sebanyak 165 kali yang dilaksanakan setiap
selesai mengerjakan shalat fardhu dan zikir sir yaitu menyebut nama Allah sebanyak
1.400 kali yang dilaksanakan sehari sekali sehabis melaksanakan shalat fardhu.
Kegiatan harian ini dilaksanakan secara pribadi oleh pengikut Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah.
Kegiatan bulanan atau sebelasan (sewelasan) dilaksanakan pada hari sebelas
tanggal jawa dilaksanakan secara berjamaah bertempat di rumah jamaah secara
bergantian setiap bulannya, pengajian sewelasan tidak hanya diikuti oleh masyarakat
yang sudah ikut tarekat saja, tetapi masyarakat yang belum di baiat dalam tarekat juga
ikut. Amalan yang di baca adalah membaca manaqib yang berisi sejarah hidup Syeikh
Abdul Qadir Jilani. Dan yang terakhir adalah kegiatan tahunan atau khaul, khaul
dilaksanakan di masjid. Biasanya khaul diisi dengan kajian akhlak.
(Sumber Data: Ketua Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah)
C. Penyajian Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan
pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada jamaah sewelasan Dusun
Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2015. Untuk
itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 26 item pertanyaan tentang kedua
variabel tersebut kepada responden, 13 item soal berisi pernyataan Pengamalan
Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah dan 13 item berisi Perilaku Ihsan.
1. Daftar Responden
Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang dijadikan
obyek penelitian adalah sampel dari jumlah pupolasi jamaah yang mengikuti
Tarekat Qodiriyah di Dusun Sumber Desa Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun 2015. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 3.5
Daftar Nama Responden
No Nama
Responden
Jenis Kelamin Umur
L P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Ahmadi Ilyas
Hj.Sri Mulyati
Ngatinem
Munjayanah
Mulyo Rejo
Sarti
Menik
Ngatiyah
Safrudin
Ngatminah
Giyanti
Nur Hadi
Suyekti
Nur Kholis
Jumi
Jumeri
Rohyatun
Paniah
Yoso Sumadi
Sumini
H.Hadi Warto
Nuryanto
Choeroni
Shopiyah
Juriyah
Wasini
H. Ali Karno
Muhson
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
62
56
46
56
54
50
50
60
57
48
50
63
63
62
63
83
45
55
72
62
70
53
66
50
60
56
74
64
29.
30.
31.
32.
33.
34.
.
H.Ja‟far Sodiq
Suyati
Sri Lestari
Istirokah
Amat Nazari
Somyani
L
L
L
L
P
P
P
65
63
55
56
55
57
2. Data Jawaban Angket Tentang Pengamalan Ajaran Tarekat
Tabel 3.6
Daftar Jawaban Angket Pengamalan Ajaran Tarekat
No Nama
Responden
No item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 AHMD A A A A A A A A B A A A B
2 MLYT A A B A C A A B B C A A A
3 NTM A A B A B B B A A A A B B
4 MJY A A A A B B C A A B A A B
5 MRJA A A B B C B B A A C A A B
6 SRTI A A A C C B B A A C A A B
7 MNK B C C C C C C C C B B A C
8 NGTYH B A A A A A B A C A B C C
9 SFRDN B A B A C C C B A A A A C
10 NTMH A A A A B B B B B A A A B
11 GYT A C B A C C C A C C B A A
12 NRHD A C B A C C C A C C B A A
13 SYKTI A C A A C C A B B A A A C
14 NRKLS A A A A A A A A B B A A C
15 JMI A A A B A A A A B B A A C
16 JMRI A A A A A A A C B B A A A
17 RHYTN A A A A A A A C B B B A A
18 PNH A A A C A A A B B C B B B
19 YSSMD B C C C C C C C B B B A C
20 SMNI A A A A A A A B B C A A A
21 HDWRT A C C A C C C C C B B A B
22 SKMN A A B A B B B B B B A A B
23 CHRN A A A A B A A B B A B A B
24 SPYH A A A A B A A B B A B A B
25 JRYH A A A A A C C B C A A A C
26 WSN A A A A C C C B A A B A A
27 AKRN A A A A A A A A A C B A B
28 MHSN A A B A C A C C A C A A B
29 JSDQ A B A A A B A B B A A A B
30 SYTI A A A A A A A A B C A A A
31 LSTR A B A A B B B B B B B B B
32
33
STRH
ANZR
A
A
A
A
B
A
A
C
B
C
B
B
A
B
A
A
B
A
A
C
A
A
A
A
A
B
34 SMYN A B A B B B B B B B B B B
3. Data Jawaban Angket Tentang Perilaku Ihsan
Tabel 3.7
Daftar Jawaban Angket Perilaku Ihsan
No Nama
Responden
No item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 AMHD A A A B A A A A B A A A A
2 MLYT A A A A C A A A A A A A A
3 NTM A A A A A A A A A A A A A
4 MJY A B A A A A A B A A A A A
5 MRJA A A A A A A B A A A A C A
6 SRTI A A A A A A B A A A A C A
7 MNK C A A A A B B B A A A C A
8 NGTYH C B A A A B B A A A A A A
9 SFRDN A A A A C B B B A A A C A
10 NTMH B A A A B A B B A A A B A
11 GYT A A A A A A B B A A A B A
12 NRHD A A A A A A B B A A A B A
13 SYKTI C A A A A B B A A A A C A
14 NRKLS A B A A A A B A A A A A A
15 JMI A B A A A A B A A A A A A
16 JRMI C A A A A B C C A A A C A
17 RHYTN C A A A A B B C A A A C A
18 PNH C B A A A B B C A A A C B
19 YSSMD C A A C A B C B B A A A A
20 SMNI A A A A A A B B A A A C A
21 HDWRT C A A A A A C A A A A C A
22 SKMN A A A A C A A A A A A A A
23 CRNI C A A A A A A A A A A A A
24 SPYH C A A A A B B A A A A A A
25 JRYH C A A A A A C B A B A C A
26 WSNI A B A A A A A A A A A A A
27 AKRN A B A A A B A A A A A A A
28 MHSN A B A A C A A A A A A A A
29 JSDQ A A A A A A B A A A A A A
30 SYTI A B A A C A A A A A A A A
31 LSTR B B A B A B B A A A A A A
32
33
STRH
ANZR
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
34 SMYN C B A B A B B A A A A A A
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data.
Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan statistik dengan maksud untuk
memperoleh jawaban dari permasalahan yang dipertanyakan, yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah pada
jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang tahun 2015.
2. Untuk mengetaui perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada
jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang tahun 2015.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa ini disusun berdasarkan data
hasil penelitian yang telah terkumpul. Berikut ini adalah uraian tentang analisis terhadap data.
A. Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini didiskripsikan tentang pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah
wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber yang datanya diperoleh dari responden.
1. Pengamalan ajaran tarekat
Data tentang pengamalan ajaran tarekat pada jamaah diperoleh dari angket
yang terdiri dari 13 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan tiga alternatif
jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1
Tabel 4.1
Data Nilai Angket Pengamalan Ajaran Tarekat
Jamaah Tarekat Sewelasan Dusun Sumber
tahun 2015
No Nama
Responden
No item Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 AMD 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 37
2 MLYT 3 3 3 3 1 3 3 2 2 1 3 3 3 33
3 NTNM 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 33
4 MJY 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 3 3 2 33
5 MRJA 3 3 2 2 1 2 2 3 3 1 3 3 2 30
6 SRTI 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 3 3 2 30
7 MNK 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 1 18
8 NGTY 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 1 1 30
9 SFRD 2 3 2 3 1 1 1 2 3 3 3 3 1 28
10 NTMH 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 33
11 GYT 3 1 2 3 1 1 1 3 1 1 2 3 3 25
12 NHD 3 1 2 3 1 1 1 3 1 1 2 3 3 25
13 SYKT 3 1 3 3 1 1 3 2 2 3 3 3 1 29
14 NKHLS 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 35
15 JMI 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 1 34
16 JMRI 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 34
17 RHYTN 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 34
18 PNH 3 3 3 1 3 3 3 2 2 1 2 2 2 30
19 YSSMD 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 19
20 SMNI 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 35
21 HDWRT 3 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 3 2 22
22 SKMN 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 31
23 CRNI 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 35
24 SPYH 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 34
25 JRYH 3 3 3 3 3 1 1 2 1 3 3 3 1 30
26 WSN 3 3 3 3 1 1 1 2 3 3 2 3 3 31
27 AKRN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 35
28 MHSN 3 3 2 3 1 3 1 1 3 1 3 3 2 29
29 JSDQ 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 34
30 SYT 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 36
31 SLTR 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29
32 ISTRKH 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 35
33 NZR 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 3 3 2 30
34 SMYN 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:
Li=( )
Keterangan:
Li = Lebar interval
Ba = Batas atas
Bb = Batas bawah
Ji = Jumlah interval
Sehingga:
Li =( )
=
= 6,66 dibulatkan menjadi 7
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
pengamalan ajaran tarekat jamaah dengan kategori baik, sedang dan kurang seperti
tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Interval Pengamalan Ajaran Tarekat
Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber tahun 2015
Nilai
Interval
Jumlah Jamaah Nilai Nominasi
32-38 15 A
25-31 16 B
18-25 3 C
Dengan demikian dapat diketahui:
a. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai baik dengan
nilai interval 32-38 sebanyak 15 jamaah.
b. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai sedang
dengan nilai interval 25-31 sebanyak 16 jamaah.
c. Untuk pengamalan ajaran tarekat yang mendapat nilai cukup dengan nilai
interval 18-25 sebanyak 3 orang.
Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Nominasi Pengamalan Ajaran Tarekat
Jamaah Sewelasan
di Dusun Sumber tahun2015
No
Responden
Skor Nilai Nominasi
1 37 A
2 33 A
3 33 A
4 33 A
5 30 B
6 30 B
7 18 C
8 30 B
9 28 B
10 33 B
11 25 B
12 25 B
13 29 B
14 35 A
15 34 A
16 34 A
17 34 A
18 30 B
19 19 C
20 35 A
21 22 C
22 31 B
23 35 A
24 34 A
25 30 B
26 31 B
27 35 A
28 29 B
29 34 A
30 36 A
31 29 B
32 35 A
33 30 B
34 29 B
Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang memperoleh
pengamalan ajaran tarekat, baik, sedang, cukup, kemudian dipersentasekan
dengan menggunakan rumus :
P =
X 100 %
Keterangan:
P= Persentase perolehan
F= Frekuensi
N= Jumlah responden
Adapun gambaran dari persentase dari masing-masing kategori adalah
sebagai berikut:
a. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai baik dengan
nilai interval 32-38 sebanyak 15 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam
persentase sebagai berikut:
P=
x 100%
P= 44,11% dibulatkan menjadi 44%
b. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai sedang
dengan nilai interval 25-31 sebanyak 16 jamaah, maka dapat dinyatakan
dalam persentase sebagai berikut:
P=
x 100%
P= 47,05% dibulatkan menjadi 47%
c. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai cukup
dengan nilai interval 18-24 sebanyak 3 jamaah, maka dapat dinyatakan
dalam persentase sebagai berikut:
P=
x 100%
P= 8,82% dibulatkan menjadi 9%
Tabel 4.4
Persentase Pengamalan Ajaran Tarekat
Jamaah Sewelasan
di Dusun Sumber Tahun 2015
No Kategori Interval Frekuensi Persentase
1 Baik (A) 32-38 15 44%
2 Sedang (B) 25-31 16 47%
3 Cukup (C) 18-24 3 9%
Jumlah 34 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
a. Jumlah yang mendapat nilai A pada pengamalan ajaran tarekat sebanyak 15
jamaah dengan persentase 44%
b. Jumlah yang mendapat nilai B pada pengamalan ajaran tarekat sebanyak 16
jamaah dengan persentase 47%
c. Jumlah yang mendapat nilai C pada pengamalan ajaran tarekat sebanyak 3
jamaah dengan persentase 9%
2. Perilaku Ihsan
Data tentang perilaku ihsan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 13
pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban dengan bobot nilai
sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A dengan nilai 3
b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2
c. Alternatif jawaban C dengan nilai 1
Tabel 4.5
Data Nilai Angket Perilaku Ihsan
Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber
tahun 2015
No Nama
Responden
No item
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 AMD 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 38
2 MLYT 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 37
3 NTM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
4 MJY 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 37
5 MRJA 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 36
6 SRTI 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 36
7 MNK 1 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 3 32
8 NGTY 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 34
9 SFRDN 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 3 1 3 32
10 NTMH 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 33
11 GYT 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 37
12 NHD 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 36
13 SYKT 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 33
14 NKLS 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 37
15 JMI 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 37
16 JMRI 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 3 31
17 RHYTN 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 3 31
18 PNH 1 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 2 29
19 YMD 1 3 3 1 3 2 1 2 2 3 3 3 3 30
20 SMNI 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 35
21 HDWRT 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 33
22 SKMN 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 37
23 CRNI 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 36
24 SPYH 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 35
25 JRYH 1 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 1 3 31
26 WSNI 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38
27 AKRN 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 37
28 MHSN 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 36
29 SDQ 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 38
30 SYTI 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 36
31 LSTR 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 34
32 ISTRKH 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39
33 NZRI 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 37
34 SMYN 1 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 33
Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:
Li=( )
Keterangan:
Li : Lebar interval
Ba : Batas atas
Bb : Batas bawah
Ji : Jumlah interval
Sehingga:
Li=( )
=
= 3,666 dibulatkan menjadi 4
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
perilaku ihsan jamaah dengan kategori baik, sedang dan cukup seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Interval Perilaku Ihsan
Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber
tahun 2015
Nilai Interval Jumlah Jamaah Nilai Nominasi
36-39 19 A
32-35 10 B
28-31 5 C
Dengan demikian dapat diketahui:
a. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 36-39
sebanyak 19 jamaah.
b. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 32-35
sebanyak 10 jamaah.
c. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai cukup dengan nilai interval 28-31
sebanyak 5 orang.
Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Nominasi Perilaku Ihsan
Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber
Tahun 2015
No Responden Skor Nilai Nominasi
1 38 A
2 37 A
3 39 A
4 37 A
5 36 A
6 36 A
7 32 B
8 34 B
9 32 B
10 33 B
11 37 A
12 36 A
13 33 B
14 37 A
15 37 A
16 31 C
17 31 C
18 29 C
19 30 C
20 35 B
21 33 B
22 37 A
23 36 A
24 35 B
25 31 C
26 38 A
27 37 A
28 36 A
29 38 A
30 36 A
31 34 B
32 39 A
33 37 A
34 33 B
Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang mempunyai perilaku ihsan, tinggi,
sedang, kurang, kemudian dipersentasekan dengan menggunakan rumus :
P =
X 100 %
Keterangan:
P= Persentase perolehan
F= Frekuensi
N= Jumlah responden
Adapun gambaran dari persentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
a. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 36-39
sebanyak 19 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:
P=
x 100%
P= 55,88% dibulatkan menjadi 56%
b. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 32-35
sebanyak 10 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:
P=
x 100%
P= 29,41% dibulatkan menjadi 29%
c. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai cukup dengan nilai interval 28-31
sebanyak 5 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:
P=
x 100%
P= 14, 70 % dibulatkan menjadi 15%
Tabel 4.8
Persentase Perilaku Ihsan
Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber
Tahun 2015
No Kategori Interval Frekuensi Persentase
1 Baik (A) 28-31 19 56%
2 Sedang (B) 32-35 10 29%
3 Rendah (C) 36-39 5 15%
Jumlah 34 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
a. Jumlah yang mendapat nilai A pada perilaku ihsan sebanyak 19 jamaah dengan
persentase 56%
b. Jumlah yang mendapat nilai B pada perilaku ihsan sebanyak 10 jamaah dengan
persentase 29%
c. Jumlah yang mendapat nilai C pada perilaku ihsan sebanyak 5 jamaah dengan
persentase 15%
B. Analisis Lanjutan
Setelah diperoleh data tentang pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan
jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Sususkan, Kabupaten
Semarang. Maka selanjutnya akan dianalisis dengan rumus product moment, tetapi
sebelum masuk rumus tersebut terlebih dahulu akan di lihat tabel koefiensi hubungan.
Dalam analisis lanjut ini akan mnganalisis tentang pengamalan ajaran tarekat
dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang dalam bentuk koefiensi hubungan, dimana pengamalan ajaran tarekat sebagai
variabel X dan perilaku ihsan sebagai variabel Y. Maka dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:
Tabel 4.9
Koefisien Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Dengan Perilaku Ihsan
Jamaah Sewelasan Dusun Sumber
Tahun 2015
No
Responden
X Y XY
1 37 38 1369 1444 1406
2 33 37 1089 1369 1221
3 33 39 1089 1521 1287
4 33 37 1089 1369 1221
5 30 36 900 1296 1080
6 30 36 900 1296 1080
7 18 32 324 1024 576
8 30 34 900 1156 1020
9 28 32 784 1024 896
10 33 33 1089 1089 1089
11 25 37 625 1369 925
12 25 36 625 1296 900
13 29 33 841 1089 957
14 35 37 1225 1369 1295
15 34 37 1156 1369 1258
16 34 31 1156 961 1054
17 34 31 1156 961 1054
18 30 29 900 841 870
19 19 30 361 900 570
20 35 35 1225 1225 1225
21 22 33 484 1089 726
22 31 37 961 1369 1147
23 35 36 1225 1296 1260
24 34 35 1156 1225 1190
25 30 31 900 961 930
26 31 38 961 1444 1178
27 35 37 1225 1369 1295
28 29 36 841 1296 1044
29 34 38 1156 1444 1292
30 36 36 1296 1296 1296
31 29 34 841 1156 986
32 35 39 1225 1521 1365
33 30 37 900 1369 1110
34 29 33 841 1089 957
Jumlah 1045 1190 32815 41892 36760
Sehingga diketahui:
∑x: 1045 ∑ :32815 ∑xy: 36760
∑y: 1190 ∑ : 41892
Kemudian dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:
=
( )( )
√*( ( )
+*(
( )
)+
=
√*(
)+*(
)+
=
√( )( )
=
√( )( )
=
√
=
C. Analisis Uji Hipotesis
Sebagai langkah terakhir dalam menganalisis data dari penelitian ini adalah menguji
hipotesis yang diajukan pada bab I. dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah
ada korelasi positif antara pengamalan ajaran tarekatdengan perilaku ihsan pada jamaah
TarekatDusun Sumber, dengan kata lain semakin baik jamaah mengikuti pendidikan
dalam tarekat, semakin tinggi tingkat perilaku ihsan jamaah tarekat Dusun Sumber. Untuk
membuktikan pernyataan hipotesis tersebut dibuktikan dan dilihat secara langsung melalui
penerapan rumus statistik, yaitu korelasi product moment yang telah penulis uraikan di
atas. Dengan demikian koefisien antara variabel X dan variabel Y adalah sebesar = 0,450.
Berdasarkan besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan adalah: pada taraf
signifikan 1% = 0,436. Sehingga dapat dibandingkan berdasarkan tabel tersebut nilai-nilai
yang diperoleh ialah : 0,450> 0,436 pada taraf signifikan 1%.
Berdasarkan pembuktian dengan korelasi product moment pada taraf signifikansi
1% diperoleh hasil yang signifikan. Dengan demikian dari pengujian di atas, maka
hipotesis yang diajukan dapat diterima, yaitu: ada hubungan positif antara pengamalan
ajaran tarekat terhadap perilaku ihsan pada jamaah,artinya semakin tinggi pengamalan
ajaran tarekat semakin meningkat perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun
Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang penulis lakukan dalam penulisan skripsi, baik dari penelitian
lapangan maupun dari pembahasan teori-teori yang ada dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengamalan ajaran tarekatTarekatQodiriyah wa Naqsyabandiyah di Dusun Sumber
Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2015, kategori baik
sebanyak 15 jamaah dengan persentase 44%, kategori sedang sebanyak 16 jamaah
dengan persentase 47%, dan yang termasuk kategori cukup sebanyak 3 jamaah
dengan persentase 9%
2. Perilaku ihsan jamaah sewelasan di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang tahun 2015, dapat diketahui kategori baik sebanyak 19 jamaah
dengan persentase 56%, kategori sedang sebanyak 10 jamaah dengan persentase 29%
dan dalam kategori cukup 5 jamaah dengan persentase 15%
3. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan menggunakan rumus product moment di
peroleh rxy hitung sebesar 0,450 dan rxy tabel sebesar 0,436. rtabel product moment
dengan N=34 pada taraf signifikasi 1%=0,436 rxyhitung sebesar 0,450>rxy tabel
sebesar 0,436. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara
pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber Desa Timpik
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2015
B. Saran
1. Kepada ulama yang membina tarekat agar senantiasa meningkatkan dan mengingatkan
jamaah untuk selalu mengamalkan tarekat agar dapat meningkatkan hubungan baik
kepada sesama dan kepada Allah.
2. Kepada jamaah tarekat khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan mengikuti
Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ini diharapkan masyarakat bisa membina
kerukunan dan dapat menciptakan masyarakat yang religius serta berbudi pekerti yang
tinggi antar sesama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan terjemahannya.1984. Semarang: CV. Toha Putra
Aceh, Abu bakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:Era
Intermedia
Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ali, Muhammad. 2004. Muslim Ideal. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asmaran As. 1994. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Puja Grafindo Persada.
Aziz, Masyhuri. 2006. Permasalahan Thariqah. Surabaya: Khalista
Bruinnessen, Martin Van, 1995, Kitab Kuning, Pesantren dan tarekat, Tradisi-tradisi Islam
di Indonesia, Bandung : Mizan,
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Fathurrahman,Oman. 1999. Menyoal Wahdatul Wujud. Jakarta: Mizan.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodology Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hermawan, Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Sekripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Wahidatul Wujuh. Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta.
Jamil, Muhsin, 2005 Tarekat dan Dinamika Sosial Politik Tafsir Sosial Sufi; Nusantara,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Schimmel, annemarie.2000. Dimensi Mistik Dalam Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus
Shihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik: Islam Pertama Dan Pengaruhnya Hingga Kini Di
Indonesia. Bandung: Mizan
Valuddin, Mir. 1996. Zikir Dan Kontemplasi Dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Wahidatur Rohmah
2. Tempat dan Tanggal Lahir :Kab. Semarang, 29 Juni 1992
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat :Sumber, Timpik, Susukan, Semarang
7. Riwayat Pendidikan :
a. SDN Timpik 04 lulus tahun 2004
b. MTsN 1 Susukan lulus tahun 2007
c. SMAN 1 Susukan lulus tahun 2010
d. IAIN Salatiga lulus tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 16 Maret 2015
Penulis
Wahidatur Rohmah
11110188
ANGKET
HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT DENGAN PERILAKU IHSAN
(Studi Kasus Pada Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dusun Sumber, Desa
Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015)
Identitas Responden
Nama :
Usia :
Petunjuk pengisian lembar angket!
1. Jawablah pertanyaan yang anda anggap paling sesuai menurut anda
2. Berilah tanda silang pada jawaban yang anda pilih
3. Jawaban tidak ada yang benar atau salah
A. Angket Pengamalan Tarekat
1. Apakah Saudara/Saudari telah mengikuti tarekat?
a. Ya, saya mengikuti dan sudah di baiat
b. Ya, saya sudah mengikuti tetapi belum di baiat
c. Belum mengikuti tetapi sudah mempunyai niat untuk ikut
2. Apakah saudara/saudari sudah menjalankan semua amalan dalam tarekat?
a. Ya, sudah menjalankan semua
b. Baru menjalankan sebagian
c. Menjalankan tetapi sebagian kecil
3. Apakah saudara/saudari sering melaksanakan amalan dalam tarekat?
a. Saya selalu melaksanakan amalan-amalan tarekat
b. Saya kadang-kadang melaksanakan amalan tarekat
c. Saya jarang melaksanakan
4. Jika suatu hari saudara/saudari berhalangan untuk menjalankan amalan dalam tarekat,
apa yang saudara/saudari lakukan?
a. Mengganti secepatnya setelah ada waktu
b. Mengganti tetapi tidak sesegera mungkin (di tunda-tunda)
c. Kadang mengganti kadang tidak
5. Apakah saudara/saudari dapat memahami lafal/amalan dari zikir yang ada dalam
tarekat?
a. Ya, saya sudah dapat memahami semuanya
b. Sebagian besar saya memahami
c. Sebagian kecil saja yang saya pahami
6. Apakah saudara/saudari sudah bisa melakukan cara berzikir dengan benar?
a. Ya, saya sudah bisa melakukan zikir dengan benar
b. Belum sepenuhnya bisa
c. Belum bisa sama sekali
7. Apakah saudara/saudari memahami/mengerti tujuan dari melaksanakan amalan
dalam tarekat?
a. Ya, saya memahmi semua
b. Sebagian besar saya memahami
c. Sebagian kecil saja yang saya pahami
8. Apakah saudara/saudari dapat menghayati makna amalan tarekat ketika
melakukannya?
a. Ya, saya selalu dapat menghayati
b. Kadang-kadang dapat menghayati
c. Jarang dapat menghayati
9. Apakah saudara/saudari bisa mengatasi hal-hal yang mengganggu kekhusyu‟an
(banyak pikiran, bnyak pekerjaan yang harus diselesaikan) dalam menjalankan
amalan tarekat?
a. Ya, bisa mengatasi
b. Kadang bisa mengatasi
c. Jarang bisa mengatasi
10. Apakah saudara/saudari merasakan adanya pengaruh mengikuti tarekat terhadap
perbaikan perilaku saudara/saudari dalam hidup di masyarakat?
a. Ya, saya merasakan adanya pengaruh amalan tarekat terhadap kehidupan
b. Saya kurang merasakan pengaruh amalan tarekat terhadap kehidupan
c. Saya tidak merasakan pengaruh amalan tarekat terhadap kehidupan
11. Ketika guru atau mursyid memberikan tausiyah atau pembinaan akhlak kepada
jamaah tarekat, Apakah saudara/saudari selalu melaksanakan tausiyah tersebut?
a. Ya, saya sering melaksanakan
b. Saya kadang- kadang melaksanakan
c. Saya jarang melaksanakan
12. Bagaimana saudara/saudari menempatkan/memposisikan mursyid/guru?
a. Menghormatinya lebih pada orang lain
b. Menghormati sebagaimana orang pada umumnya
c. Biasa saja
13. bagaimana saudara/saudari memposisikan keluarga dari mursyid/guru?
a. menghargai keluarga guru melebihi keluarga orang lain
b. menghargai keluarga guru sebagaimana keluarga orang pada umumnya
c. Biasa saja
B. Angket perilaku ihsan
1. jika pada suatu saat saudara/saudari mengetahui ada teman yang sedang
membicarakan kejelekan orang lain, apa yang saudara/saudari lakukan?
a. Saya akan mengingatkan bahwa membicarakan kejelekan orang lain itu tidak baik
b. Saya akan mengakhiri pembicaraan
c. Cuek dan membiarkannya
2. Apakah saudara/saudari membiasakan memilih kata yang halus dalam berbicara?
a. Ya, saya berusaha memilih kata yang halus
b. Ya, hanya kepada yang lebih tua
c. Tidak pernah
3. Ketika ada yang menyakiti hati saudara/saudari, apa yang saudara/saudari lakukan?
a. Saya akan berusaha semampu saya untuk tidak menyakiti hati orang lain
b. Saya akan mengeluarkan kata-kata yang sebagaimana ia katakan
c. Saya akan balas dengan kata-kata yang lebih menyakitkan
4. Apakah saudara/saudari jika menghadapi satu keadaan yang mendorong
saudara/saudari untuk berbohong apa yang saudara/saudari lakukan?
a. Saya tidak akan berbohong apapun resikonya
b. Saya akan berbohong jika hal itu merugikan saya
c. Saya akan melakukan kebohongan yang penting menguntungkan saya
5. Apabila saudara/saudari mengetahui salah satu aib teman saudara/saudari, dan orang
lain menanyakannya bagaimana yang saudara/saudari lakukan?
a. Berusaha menutupi
b. Jika terpaksa saya akan mengatakannya
c. Memberi tahunya
6. Apabila bertemu dengan teman atau tetangga atau kerabat, apakah saudara/saudari
selalu mengucapkan salam?
a. Saya selalu mengucapkan salam
b. Kadang-kadang saja mengucapkan salam
c. Tidak pernah
7. Apakah saudara/saudari sering mengunjungi/bersilaturahmi kepada teman?
a. Ya saya sering mengunjungi/bersilaturahmi
b. Kadang-kadang
c. Jarang sekali
8. Apabila kerabat, teman atau tetangga meminta bantuan kepada saudara/saudari untuk
memecahkan masalah yang di hadapinya, apa yang saudara/saudari akan lakukan?
a. Segera membantu dengan kemampuan yang ada
b. Kadang-kadang saja mau membantu
c. Jarang mau membantu
9. Apabila kerabat, teman atau tetangga memderita sakit, apakah saudara/saudari selalu
menengok?
a. Ya, saya selalu menengok
b. Kadang-kadang menengoknya
c. Jarang sekali menengoknya
10. Apabila kerabat, teman, tetangga mempunyai hajat dan mengundang saudara/saudari,
apa yang saudara/saudari lakukan?
a. Saya berusaha untuk dapat selalu menghadirinya
b. Kadang-kadang saja menghadirinya, kecuali kepada teman akrab saja
c. Jarang menghadirinya
11. Apabila orang lain berbuat salah dan meminta maaf kepada saudara, apa yang
saudara/saudari lakukan?
a. Bersedia memaafkan kesalahannya
b. Merasa berat untuk memaafkannya
c. Tidak mau memaafkan kesalahannya
12. Bila ada tetangga, kerabat, teman yang melakukan kesalahan, apa yang
saudara/saudari lakukan?
a. Segera menegurnya dengan bijaksana
b. Kadang-kadang menegurnya
c. Tidak pernah menegur
13. Apabila saudara/saudari melakukan kesalahan, dan orang lain (tetangga, kerabat,
teman) menasehati anda bagaimana sikap saudara/saudari?
a. Menerimanya dengan lapang dada dan segera intropeksi diri
b. Menerimanya tetapi dengan menggerutu dalam hati (berat hati)
c. Tidak menerima/ marah terhadap orang yang memberi nasehat
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Wahidatur Rohmah
NIM : 11110188
Jurusan/ Progdi: Tarbiyah/ PAI
Dosen PA : M. Gufron, M.Ag
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1. OPAK STAIN Salatiga 25-27 Agustus 2010 Peserta 3
2. User Education
(Pendidikan Pemakai) UPT
Perpustakaan STAIN
Salatiga
20-25 September 2010 Peserta
3
3. Seminar Nasional
Pendidikan Dengan Tema
“Membudayakan sebuah
Pendidikan Berkarakter
Ke-Indonesia-an dalam
Pendidikan Formal (Potret
Sekolah Artenatif)
HMJ Tarbiyah STAIN
Salatiga
6 November 2010 Peserta 6
4. Ceramah dan Dialog
(CERDIG) Muslimah
Dengan Tema “Muslimah
24 Karat”
Silmi Community
5 Desember 2010 Peserta 3
5. Seminar Nasional Sosial
“ALANGKAH
LUCUNYA NEGERI INI”
Universitas Diponegoro
12 Desember 2010 Peserta 6
6. National Workhsop Of
Enterpreneurship and Basic
Cooperation. KOPMA
FATAWA STAIN Salatiga
19 Desember 2010 Peserta 6
7. Javanese Public Speaking
Training (JPST) “Nguri-
Uri Boso Jawi” LDK
Darul Amal STAIN
Salatiga
15 Januari 2011 Peserta 3
8. Seminar “Heal the World
with Voluntary Service”
CEC STAIN Salatiga
19 Maret 2011 Peserta 3
9. Bedah Buku “Ratusan
Bangsa Merusak Satu
Bumi” CEC STAIN
Salatiga
3 Mei 2011 Peserta 2
10. Bedah Buku “Ijinkan Aku
Menikah Tanpa Pacaran”
LDK Darul Amal STAIN
Salatiga
14 Mei 2011 Peserta 2
11. Sarasehan Keagamaan
“Membedah Pemikiran dan
Gerakan” DEMA STAIN
SALATIGA
06 Juni 2011 Peserta 3
12. Praktikum Mata Kuliah
Baca Tulis Al Qur‟an
(BTQ)
22 Juni 2011 Peserta 2
13. Public Hearing SEMA
STAIN Salatiga
25 Juni 2011 Peserta 2
14. Smart Succesful SIBA
TEST (SSST) II
LDK Darul Amal STAIN
Salatiga
1 Juli 2011 Peserta 2
15. Seminar Nasional
ITTAQO
11 Juli 2011 Peserta 3
16. Praktikum Kepramukaan
STAIN Salatiga
22-27 Juli 2011 Peserta 3
17. Dauroh Mar‟atus Sholiha
LDK Darul Amal STAIN
Salatiga
24 November 2011 Peserta 3
18. Pelatihan sholat Khusyu‟
Biro Konsultasi Psikologi
“TAZKIA”
29 Januari 2012 Peserta 3
19. Praktikum Mata Kuliah
Etika Profesi Keguruan
10 Februari 2012 Peserta 2
20. Praktikum Mata Kuliah
Komputer Multimedia
14-15 Februari 2012 2
21. Pelatihan Penggunaan
Maktabah Syamilah dan
Mengetik Arab Cepat
ITTAQO STAIN Salatiga
17 Maret 2012 Peserta 3
22. Seminar Muslimah “Ibu,
Pondasi Utama
Membangun Generasi
Rabbani”
Lembaga Pendidikan Ibnu
Abbas Salatiga
15 April 2012 Peserta 3
23. Pendidikan Dasar
Perkoperasian (PDP)
KOPMA FATAWA
STAIN Salatiga
29 April 2012 Peserta 3
24. Bedah Buku Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI)
“Sang Maha-Segalanya
Mencintai Sang Maha-
Siswa”
14 Mei 2012 Peserta 2
25. Praktikum Mata Kuliah
Fiqih “Perawatan Jenazah”
17 September 2012 Peserta 3
26. Pendidikan Lanjutan
Perkoperasian (PLP) se-
JATENG KOPMA
FATAWA STAIN Salatiga
30 November - 2
Desember 2012
Peserta 3
27. Surat Keterangan Pengurus
KOPMA FATAWA
STAIN Salatiga
01 Maret 2013 Pengurus 3
28. Seminar Nasional DEMA
STAIN Salatiga
“Ahlussunna Waljamaah
dalam Perspektif Islam
Indonesia”
26 Maret 2013 Peserta 6
29. Seminar Pendidikan HMJ
Tarbiyah STAIN Salatiga
2 Mei 2013 Peserta 3
30. Training of Trainer “To Be
The Best Trainer”
KOPMA FATAWA
STAIN SALATIGA
22-24 November 2013 Panitia 3
31. Surat Keterangan Guru
Wiyata Bhakti di SD
Tawang 02
1 Januari 2014 Pengajar 3
32 Pesantren Kilat 17-19 Juli 2014 Panitia 3
Jumlah 100
Salatiga, 10 Maret 2015
Wakil Ketua III
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Moh. Khusen, M.Ag., M.A
NIP. 19741212 199903 1 003