99
HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN (Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh WAHIDATUR ROHMAH 11110188 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/345/1/Wahidatur Rohmah_11110188.pdfHUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH

  • Upload
    others

  • View
    36

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT

QODIRIYAH WA NAQSABANDIYAH

DENGAN PERILAKU IHSAN

(Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan,

Kab. Semarang Tahun 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

WAHIDATUR ROHMAH

11110188

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2015

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wahidatur Rohmah

NIM : 11110188

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 16 Maret 2015

Yang menyatakan,

Wahidatur Rohmah

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN

(Bagi Jamaah Sewelasan Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang

Tahun 2015)

DISUSUN OLEH

WAHIDATUR ROHMAH

NIM: 11110188

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,

pada tanggal 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar

sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.

Sekretaris Penguji : Achmad Maimun, M.Ag

Penguji I : Agus Ahmad Su‟aidi, Lc. M.A.

Penguji II : Dr. Mukti Ali, M.Hum

Salatiga, 16 April 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd

NIP. 19670121 199903 1 002

MOTTO

tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)

(Q.s Ar rahman: 60)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku Bapak Mufid & Ibu Sulasi tersayang yang telah membesarkanku

dengan penuh cinta dan kesabaran.

Adekku satu-satunya Anik Mufidah, terima kasih atas motivasi yang adek berikan.

Keluarga besar PAI ‟10 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu trima kasih atas

motivasi kalian.

Oenni2 koz sebelah, ex (mb rul, mb nana, mb ela, mb pipik, dek hayyin) in (alulung)

terimakasih telah berbagi suka bersama

Teman-teman KKN posko 9 (sigit, uni novi, uni inur, uni ismi, kak masrifah, thariq)

serta masyarakat dusun Jengkol. Bahagia bisa bertemu, berbagi bersama kalian. It‟s

memorable

Keluarga besar KOPMA FATAWA yang telah memberi ruang untuk berbagi ilmu

Bapak ibu guru di SDN Tawang 02 (Pak Mul, bu giyem, pak wid, bu yuli, bu tri, bu

neng, pak tomo) terimakasih untuk bimbingan dan kesabarannya.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi robilalamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran

Allah swt. yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat

Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan Pada Jamaah sewelasan di Dusun

Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2015”

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi agung

Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia

yang mana beliaulah sebagai rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari

zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah

Dengan Perilaku Ihsan Pada Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang Tahun 2015”

Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga.

2. Dekan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Bapak Suwardi, M. Pd.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi

kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

8. Bapak Suhada selaku Kepala Desa Timpik beserta stafnya yang telah memberikan ijin

penelitian.

9. Bapak dan Ibu jamaah sewelasan di Dusun Sumber yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan

dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah swt.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis

khususnnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 16 Maret 2015

Penulis

Wahidatur Rohmah

11110188

ABSTRAK

Rohmah, Wahidatur. 2015. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan (Bagi Jamaah Sewelasan di Dusun

Sumber Desa Timpik, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang). Skripsi.

Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Achmad Maimun, M.Ag.

Kata Kunci: Pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan.

Mengikuti Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan jalan sufi yang

ditempuh oleh jamaah ini untuk menguatkan keyakinan kepada Allah swt. Namun seseorang

tidak akan dikatakan sempurna imannya jika tidak berperilaku baik terhadap sesama.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran

tarekat dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:1)

Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran tarekat pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber,

Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015? 2)Bagaimanakah

perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang tahun 2015? 3) Adakah hubungan antara pengamalan ajaran tarekat

dengan perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015?

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan

angket, wawancara, dan dokumentasi. Sampel penelitian 34 jamaah tarekat. Data penelitian

dianalisis dengan menggunakan rumus persentase dan rumus product moment untuk menguji

hipotesis penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) tingkat pengamamalan ajaran tarekat dalam kategori

sedang dengan jumlah responden 16 jamaah (47%), 2) perilaku ihsan pada jamaah tarekat

dalam keadaan baik dengan jumlah responden 19 jamaah (56%), 3) ada hubungan yang

positif antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan jamaah tarekat. Analisis data

yang didapat dari rumus product moment menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara variable x dengan variable y, hal ini terbukti karena lebih besar dari r tabel. Setelah

dianalisis menggunakan rumus product moment diperoleh nilai sebesar 0,450 yang mana

dengan N= 34 diperoleh r tabel pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,436 sehingga hipotesis

dapat diterima.

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. ii

Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii

Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iv

Motto dan Persembahan ................................................................................... v

Kata Pengantar ................................................................................................. vi

Abstrak ............................................................................................................. ix

Daftar Isi .......................................................................................................... x

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv

Daftar Lampiran ............................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5

D. Hipotesis Penelitian ........................................................... 5

E. Kegunaan Penelitian .......................................................... 6

F. Definisi Operasional .......................................................... 7

G. Metode Penelitian .............................................................. 11

H. Sistematika Penulisan ........................................................ 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengamalan Tarekat

1. Pengertian Tarekat ....................................................... 20

2. Tujuan Tarekat ............................................................. 22

3. Macam-macam Tarekat ............................................... 23

4. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ......................... 24

5. Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ............. 25

6. Ritual-ritual dalam Tarekat Tarekat ............................. 28

7. Amalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ........... 30

B. Perilaku Ihsan

1. Pengertian Ihsan ........................................................... 31

2. Macam-macam Perilaku Ihsan ..................................... 32

3. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara dan

perbuatan terhadap sesama

(pergaulan terhadap orang lain) .................................. 35

C. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan

Perilau Ihsan....................................................................... 46

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

1. Keadaan Geografis ....................................................... 48

2. Keadaan Monografis .................................................... 48

B. Profil Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber

1. Sejarah singkat ............................................................. 53

2. Susunan kepengurusan ................................................. 54

3. Kegiatan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ......... 54

C. Penyajian Data

1. Daftar responden .......................................................... 55

2. Data jawaban angket pengamalan ajaran tarekat ......... 58

3. Data jawaban angket perilaku ihsan ............................ 60

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pendahuluan ......................................................... 62

B. Analisis Lanjutan ............................................................... 79

C. Analisis Uji Hipotesis ........................................................ 83

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 84

B. Saran .................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Indikator Pengamalan Ajaran Tarekat .................................... 15

........................................................................................................................

2. Tabel 1.2 Indikator Perilaku Ihsan ........................................................... 16

3. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Timpik tahun 2015 ............................ 49

4. Tabel 3.2 Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Agama .......................... 50

5. Tabel 3.3 Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Mata Pencaharian ......... 50

6. Tabel 3.4 Penduduk Dusun Sumber Berdasarkan Mata Pencaharian ...... 52

7. Tabel 3.5 Daftar Nama Responden .......................................................... 56

8. Tabel 3.6 Daftar Jawaban Angket Pengamalan Ajaran Tarekat .............. 58

9. Tabel 3.7 Daftar Jawaban Angket Perilaku Ihsan .................................... 60

10. Tabel 4.1 Data Nilai Angket Pengamalan Ajaran Tarekat ...................... 63

11. Tabel 4.2 Interval Pengamalan Ajaran Tarekat ....................................... 66

12. Tabel 4.3 Nominasi Pengamalan Ajaran Tarekat .................................... 67

13. Tabel 4.4 Persentase Pengamalan Ajaran Tarekat ................................... 70

14. Tabel 4.5 Data Nilai Angket Perilaku Ihsan ............................................ 72

15. Tabel 4.6 Interval Perilaku Ihsan ............................................................. 74

16. Tabel 4.7 Nominasi Perilaku Ihsan .......................................................... 75

17. Tabel 4.8 Persentase Perilaku Ihsan......................................................... 78

18. Tabel 4.9 Koefisien Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan Perilaku Ihsan

........................................................................................................................ 80

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Pernyataan Telah Meneliti

4. Lembar Konsultasi

5. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)

6. Daftar Riwayat Hidup

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dari segumpal darah. Tujuan

penciptaan manusia sendiri adalah untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana yang

diterangkan dalam Al-Qur‟an yang berbunnyi:

Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah

kepada Ku.” (Q.S. Adz-dzariyat : 56)

Tanggung jawab sebagai abdi merupakan suatu tanggung jawab individu atau

fardhu „ain. Manusia diliputi kemestian untuk memahami lapangan aqidah dan tauhid,

syariat dan akhlak. Bentuk dari ibadah kepada Allah adalah dengan cara mentaati

apa-apa yang diperintahkan kepada manusia dan meninggalkan apa yang dilarang-

Nya. Manusia diciptakan untuk bisa menjaga hubungan dengan Allah dan menjaga

hubungan dengan makhluk Allah lainnya (manusia, tumbuhan, hewan, dan alam

sekitarnya). Manusia dianjurkan untuk berperilaku baik (ihsan) terhadap Allah swt.

maupun terhadap sesama. Bersikap Ihsan mencerminkan keimanan kepada Allah,

sebagaimana dalam hadis berikut:

نُ ُهْم ُخُلًقا ا ْؤ ِمِنْْي ِاْْي اناً ا ْحس ُ ْكم ُل امل

Artinya:”Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik

akhlaknya.” (HR. Ahmad)

Ihsan merupakan puncak ibadah dan amal sholeh yang senantiasa menjadi

target seluruh hamba Allah. Ihsan dapat menjadikan manusia sosok yang

mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Allah menyukai manusia yang baik dalam

beribadah kepada-Nya maupun dalam bersikap baik kepada sesama manusia.

Bersikap baik kepada sesama manusia bisa dilakukan dengan bersikap lembut dan

kasih sayang, meskipun orang lain tersebut pernah memperlakukan dirinya dengan

tidak baik.

Namun, banyak dari manusia yang berbuat semaunya baik terhadap Allah dan

sesama. Terhadap Allah, banyak yang melalaikan atau tidak mengerjakan ibadah

wajib (sholat, puasa, zakat, dan haji). Terdapat hubungan antara menunaikan ibadah

wajib tersebut dengan kualitas akhlak seseorang terhadap sesama. Seseorang yang

mendirikan sholat tentu tidak akan melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.

Seseorang yang benar-benar berpuasa demi mencari ridha Allah swt., di samping

menahan lapar dan haus juga akan menahan diri dari berkata kotor dan perbuatan

tercela. Dengan zakat, maka manusia akan belajar untuk memberi dan peduli terhadap

sesama. Dengan haji pula, manusia akan menjaga hawa nafsu dan berbuat kefasikan.

Keadaan zaman yang semakin modern,yaitu dengan kemajuan teknologi yang

pesat, di samping berpengaruh positif juga terdapat banyak pengaruh negatifnya.

Revolusi teknologi dapat menyebabkan gaya hidup yang berbeda. Dari masyarakat

tradisional ke masyarakat modern. Masyarakat modern, lebih bersifat rasional yaitu

jika melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan dahulu untung dan ruginya secara

logika. Dengan pemikiran yang seperti itu, masyarakat sendiri akan cenderung lebih

mengutamakan hal-hal yang bersifat keduniawian semata. Hal ini bisa saja akan

menyebabkan nilai-nilai keagamaan (Agama Islam) semakin luntur.

Dengan adanya hal tersebut peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk

menciptakan masyarakat yang agamis. Yaitu masyarakat yang segala ucapan,

perbuatannya dilakukan atas dasar Al-Qur‟an dan Hadits. Dengan begitu timbullah

akhlak-akhlak yang baik. Untuk menciptakan masyarakat yang agamis tersebut, dapat

ditempuh melalui pendidikan. Baik itu pendidikan formal, in-formal, dan non-formal.

Pendidikan yang diadakan dalam masyarakat biasanya melalui majelis taklim atau

pengajian-pengajian.

Pemuka agama atau ustadz dalam suatu masyarakat dalam cara mendidik

suatu masyarakat ada yang menempuh jalan tarekat. Sebagaimana yang ada dalam

masyarakat Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

Hal ini dikarenakan tarekat merupakan satu kesatuan dalam kegiatan tasawuf yang

mengembangkan sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah merupakan

kegiatan yang paling dominan.

Di dalam tarekat tersebut, terdapat zikir-zikir yang harus diamalkan setiap

harinya. Fungsi dari zikir itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan

nantinya akan menghindarkan diri dari sifat yang tidak baik. Sebagaimana dikatakan

oleh al-Shaawi, tarekatadalah melaksanakan hal-hal yang wajib dan yang mandub

(sunat), meninggalkan hal-hal yang dilarang, tidak melakukan hal-hal yang mubah

yang tak berguna, memilih perilaku yang hati-hati seperti wira‟i, dan memilih

riyadhah seperti tidak banyak tidur pada malam hari, berlapar-lapar, dan diam (tidak

berbicara tanpa guna). (Aziz, 2006: 248)

Berdasarkan gambaran serta paparan dari latar belakang masalah di atas, maka

penulis ingin mempelajari lebih dalam dan melakukan penelitian dangan mengangkat

judul “HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSABANDIYAH DENGAN PERILAKU IHSAN (Bagi Jamaah Sewelasan di

Dusun Sumber, Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015)”

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat

dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah

pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang tahun 2015?

2. Bagaimanakah perilaku ihsan pada jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa

Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015?

3. Adakah hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada

jamaah Sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

2. Untuk mengetaui perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa

Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku

ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti

melalui data yang terkumpul (Sandjaya, 2006:70). Sedangkan menurut Suharsimi

Arikunto hipotesis adalah tebakan pemecahan atau jawaban yang diusulkan

(Arikunto, 2005: 43-44). Jadi hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan atau

masalah penelitian, dan harus diuji kebenarannya.

Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah

dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban atas rumusan masalah yang

masih perlu dibuktikan di lapangan atau masih perlu diuji melalui penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “ada hubungan yang

positif antara pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah terhadap

perilaku ihsan jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang tahun 2015”, artinya semakin tinggi pengamalan ajaran tarekat semakin

meningkat perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan memperkaya wawasan

dalam dunia pendidikan keagamaan di masyarakat khususnya bagi jamaah

sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang tahun 2015.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau memberi

sumbangan bagi pengembang dan pelaksana pendidikan Tarekat pada umumnya,

dan khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan islam yang

diperoleh dari penelitian lapangan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran berbeda dengan

maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, maka perlu

penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.

Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pengamalan Ajaran Tarekat

Pengamalan secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan mengamalkan,

melaksanakan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005:34).

Ajaran adalah segala sesuatu yang diajarkan, nasihat, petuah atau petunjuk

(Departemen Pendidikan Nasional, 2007:17).

Tarekat adalah jalan menuju kebenaran, cara atau aturan hidup

(Departemen Pendidikan Nasional: 2007:1144). Tarekat adala jalan, yang

ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat,

sebab jalan utama disebut syar’ sedangkan anak jalan disebut tariq. (Schimmel,

2000: 123)

Yang dimaksud peneliti disini adalah pengamalan Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah yang berbentuk ajaran-ajaran ahklak atau zikir baik zikir sir

(pelan) maupun jahr (keras).

Pengamalan ajaran tarekat dapat diteliti dengan indikator-indikator

sebagai berikut:

a. Intensitas pengamalan ajaran tarekat

1) Sering menjalankan amalan-amalan dalam tarekat

2) Mengerjakan amalan tarekat dalam keadaan apapun

b. Pemahaman tentang ajaran tarekat

1) Memahami lafal dari zikir dan tata cara yang ada dalam tarekat

2) Mengerti tujuan dari mengerjakan amalanyang ada dalam tarekat

c. Kekhusyu‟an dalam menjalankan ajaran tarekat

1) Menghayati amalan ibadah dalam Tarekat

2) Merasakan manfaat amalan ibadah dalam tarekat

d. Ketaatan terhadap mursyid

1) Menjalankan perintah mursyid dalam bimbingan rohani dan spiritual

dengan rasa ikhlas

2) Menghormati mursyid atau guru dan keluarganya

2. Perilaku Ihsan

Perilaku biasanya disamakan dengan istilah sikap (attitude) yang artinya

perbuatan yang berdasar pendirian (Poerwadarminto, 1999:731)

Ihsan secara etimologi berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsan(nan) yang

berarti berbuat baik atau saleh (Kaelany, 2000:54)

Sedangkan menurut Wachid Ahmadi ihsan juga bisa diartikan

mengerjakan sesuatu secara baik, tidak asal berbuat serta mengerjakan sesuatu

secara profesional atau berkualitas (Ahmadi, 2004:165).

Wahid ahmadi menyebutkan ada beberapa macam perilaku ihsan yaitu: 1)

Ihsan dalam beribadah, 2) Ihsan dalam berbicara, 3) Ihsan dalam membunuh dan

menyembelih, 4) Ihsan dalam pergaulan terhadap sesama, 5) Ihsan dalam

berbakti kepada orang tua, 6) Ihsan dalam keluarga, dan juga 7) Ihsan dalam

berdakwah (Ahmadi, 2004:166-176).

Dari uraian diatas tersebut, peneliti mengambil dua dari macam-macam

perilaku ihsan. Yaitu yang berkaitan dengan perilaku kepada sesama, diantaranya

adalah Ihsan dalam berbicara dan Ihsan dalam perbuatan terhadap sesama

(pergaulan terhadap orang lain). adapun indikator-indikatornya sebagai berikut:

a. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara adalah:

1) Berbicara tentang kebaikan

2) Berbicara dengan nada yang halus

3) Tidak berbicara dengan kata keji

4) Tidak berbicara yang dusta

5) Tidak membicarakan aib orang lain

b. Indikator perilaku ihsan dalam perbuatan terhadap sesama (pergaulan terhadap

orang lain)

1) Memberi salam bila bertemu orang lain

2) Mempererat tali silaturahmi

3) Menolong orang yang sedang kesusahan

4) Menjenguk orang lain yang sedang sakit

5) Menghadiri undangan yang diberikan orang lain

6) Bersedia memaafkan kesalahan orang lain

7) Menegur kesalahan orang lain dengan bijaksana.

8) Mau menerima nasihat dari orang lain

3. Qodiriyah wa Naqsabandiyah

Qodiriyah adalah sebuah tarekat yang didirikan oleh Sayyid Muhammad

Muhyidin Abdul Qadir Jilani, yang wafat pada tahun 1266 M di usia 90 tahun

(Valiudin, 1996:121). Sayyid Muhammad Muhyidin Abdul Qadir jilani adalah

seorang yang alim dan zahid, dulunya beliau adalah orang fikih yang terkenal

dalam Mazhab Hambali (Aceh, 1996:308)

Sedangkan Naqsabandiyah adalah sebuah Tarekat yang didirikan oleh

Khwaja Baha‟udin Naqsyaband dari Bukhari. Beliau wafat pada tahun 1390 M

(Valiudin, 1996:121). Dinamakan Naqsyabandi karena diambil dari kata

Naksyaband yang berarti lukisan, konon karena ia ahli dalam memberikan lukisan

kehidupan yang ghaib-ghaib (Aceh, 1996:319).

Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah nama sebuah Tarekat yang

merupakan penggabungan dari Tarekat Qodiriyyah dan Naqsabandiyah yang

dilakukan oleh Syaikh Ahmad Khatib bin Abdul Ghaffar al Sambasi. Beliau

berasal dari Sambas di Kalimantan Barat, tetapi menetap dan mengajar di

Mekkah.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang digunakan

dalam proses penelitian (Kartono, 1990:20). Kebenaran suatu penelitian dapat

diterima apabila ada bukti-bukti nyata yang sesuai dengan prosedur-prosedur

penelitian dan sisitematis serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun

metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini di antaranya adalah sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu penelitian lapangan dimana

peneliti hadir secara langsung di tempat penelitian, disebut juga dengan penelitian

kuantitatif karena bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan analisis data

kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik (Hermawan, 2004:14).

Penelitian ini menggunakan pendekatan expose fakto yaitu pendekatan dimana

gejala muncul dengan sendirinya secara wajar tanpa rekayasa dari peneliti (Nazir,

1985:73).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Dusun Sumber, Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pelaksanaan penelitian ini

berlangsung mulai tanggal 16 Februari sampai 1 Maret 2015.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi pusat penelitian

(Sandjaya, 2006:180). Populasi yang dimaksud disini adalah seluruh pengikut

Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa

Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015. Berdasarkan

keterangan dari guru Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber,

Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015, jumlah

jamaah ada 112 orang.

b. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diselidiki. Dengan demikian dalam pengambilan sampel,

peneliti mengikuti pedoman Suharsimi yakni apabila subyeknya kurang dari

100, maka sebaiknya di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan

populasi. Jika jumlah subyeknya lebih dari 100, maka diambil salah satunya

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuaidengankemampuan (Arikunto,

2006:134).

Berdasarkanpetunjuktersebut,

dalampenelitianinipenulismengambilsampel 30% dari 112 jamaah,

sehinggabesarnyasampelsebagaiberikut:

4. Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

dengan menggunakan metode angket, metode dokumentasi, dan wawancara.

Adapun rincian metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Angket

Menurut pengertiannya angket adalah kumpulan pertanyaan yang

diajukan secara tertulis kepada seseorang atau responden dan cara

menjawabnya juga secara tertulis (Arikunto, 2005: 101). Bentuk angket yang

digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, sehingga responden hanya

memilih jawaban yang sudah disediakan.

Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan

dengan pemahaman dan aktivitas Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang

dilaksanakan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang. Penggunaan metode ini juga digunakan untuk

mengetahui perilaku ihsan pada jamaah tarekat.

Dikarenakan jamaah tarekat banyak yang sudah berusia lanjut dan

mengalami penurunan dalam kemampuan membaca, maka peneliti tidak

menyebar angket pada saat pengajian tarekat, tetapi mendatangi satu persatu

responden ke rumah dan membacakannya serta membantu menuliskan

jawaban yang sudah dipilih oleh responden.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006:144). Metode

dokumentasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran

umum lokasi penelitian dan data-data mengenai Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang.

c. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang

atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang

lain dan mendengarkan sendiri suaranya (Hadi, 1989:192). Metode wawancara

ini digunakan oleh peneliti untuk menguraikan tentang sejarah berdirinya

Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

5. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa angket yang terdapat

dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu pengamalan ajaran tarekat dan

perilaku ihsan.

Berikut ini tabel kedua variabel tersebut yang disarikan dari berbagai

sumber.

Tabel 1.1

Indikator Pengamalan Ajaran Tarekat

Variabel Indikator Item Angket

Intensitas

pengamalan

ajaran

tarekat

1. Sering menjalankan

amalan-amalan dalam

tarekat

1,2,3

2. Mengerjakan amalan

tarekat dalam keadaan

apapun

4

Pemahaman

tentang

ajaran

1. Memahami lafal dari

zikir dan tata cara yang

ada dalam tarekat

5,6

tarekat 2. Mengerti tujuan dari

mengerjakan amalan

yang ada dalam tarekat

7

Kekhusyu‟an

dalam

menjalankan

ajaran

tarekat

1. Menghayati amalan

ibadah dalam tarekat

8,9

2. Merasakan manfaat

amalan ibadah dalam

tarekat

10

Ketaatan

terhadap

mursyid atau

guru

1. Menjalankan perintah

mursyid dalam

bimbingan rohani dan

spiritual dengan rasa

ikhlas

11,12

2. Menghormati mursyid

atau guru dan

keluarganya

13

Tabel 1.2

Indikator Perilaku Ihsan

Variabel Dimensi Indikator Item Angket

Perilaku

Ihsan

1. Perilaku ihsan

dalam

berbicara

a. Berbicara tentang

kebaikan

1

b. Berbicara dengan

nada yang halus

2

c. Tidak berbicara

dengan keji

3

d. Tidak berbicara

yang dusta

4

e. Tidak

membicarakan

aib orang lain

5

2. Perilaku ihsan

dalam

perbuatan

terhadap

sesama

(pergaulan

terhadap orang

lain)

a. Memberi salam

bila bertemu

orang lain

6

b. Mempererat tali

silaturahmi

7

c. Menolong orang

yang sedang

kesusahan

8

d. Menjenguk orang

lain yang sedang

sakit

9

e. Menghadiri

undangan yang

diberikan orang

lain

10

f. Bersedia

memaafkan

kesalahan orang

lain

11

g. Menegur

kesalahan orang

lain dengan

bijaksana

12

h. Mau menerima

nasihat dari

orang lain

13

6. Analisis Data

Untuk menganalisis data penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu

mula-mula data yang terkumpul disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis

dengan teknik presentase untuk mengetahui gejala yang muncul.

a. Analisis Pertama

Pada tahap ini digunakan perhitungan awal, untuk tujuan penelitian yang

pertama dan kedua maka penulis menggunakan presentase. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut:

P =

X 100%

Keterangan

P : Persentase

F : Frekuensi

N : Jumlah responden

b. Analisis Kedua

Dalam meneliti subjek penelitian, penulis membagi kedalam dua

variabel yaitu: pengamalan ajaran tarekat dan perilaku ihsan pada jamaah

tarekat. Untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran tarekat dengan

perilaku ihsan pada jamaah tarekat, maka penulis menggunakan rumus

korelasi product momen. Adapun rumusnya sebagai berikut:

Keterangan :

: Koefisien korelasi antara X dan Y

XY : Produk dari X dikali Y

X : Variabel skor 1

Y : Variabel skor 2

N : Jumlah responden

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara sistematis dapat dijabarkan

sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan yang berisi tentang Latar belakang masalah, Rumusan

masalah, Tujuan penelitian, Hipotesis penelitian, Kegunaan penelitian, Definisi

operasional, Metode penelitian, Sistematika penulisan.

Bab II, Landasan Teori berisi tentang teori-teori yang membahas pengamalan

ajaran tarekat, perilaku ihsan, dan hubungan pengamalan ajaran tarekat terhadap

perilaku ihsan pada jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun

Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

Bab III, Melaporkan hasil penelitian tentang keadaan umum jamaah Tarekat

Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang, pemaparan data perilaku ihsan jamaah tarekat.

BAB IV, Analisis hasil penelitian berisi tentang analisis data dan interpretasi

hasil dari data penelitian.

BAB V, Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, dan

saran-saran

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengamalan Tarekat

1. Pengertian Tarekat

Tarekat berasal dari kata thariq yang berarti jalan, metode, cara (Ahmad Zuhri

Mudhor, 1993: 1231) dimaknai sebagai cara atau metode untuk mendekatkan diri

kepada Allah melalui amalan yang ditentukan. Pengertian lain dari tarekat adalah

jalan, petunjuk dalam melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan

dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun

sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai (Abu bakar,

1996:67)

Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada

mulanya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan

diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk

menunjukan pada suatu metode psikologis yang dilakukan oleh guru tasawuf

(mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam, melalui metode

psikologis tersebut, murid dilatih mengamalkan syariat dan latihan-latihan keruhanian

secara ketat sehingga ia mencapai pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan

(Huda, 2008:62).

Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-tingkatan

(maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang

sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan NYATA (fana fi al-haq).

Mengikuti suatu tarekat berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (riyadah), dan

perjuangan yang sungguh-sungguh (mujahadah) di bidang kerohanian. Mengikuti

tarekat juga berarti membersihkan diri dari sifat mengagumi diri sendiri (ujub),

sombong (takabur), ingin dipuji orang lain (riya’), cinta dunia dan sejenisnya.

Tarekat harus ikhlas, rendah hati (tawadu’), berserah diri (tawakal) dan rela (ridha)

(Jamil, 2005:48).

Dalam konteks tasawuf, tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi dan

digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut

syar’, sedang anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa pada

dasarnya, menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari

jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi (syariat), tempat berpijak bagi setiap muslim

(Schimmel, 1986:101).

Definisi di atas mengisyaratkan bahwa antara tarekat dan syariat ada

keterkaitan yang erat. Syariat merupakan aturan atau hukum, sedang tarekat

merupakan cara untuk melaksanakan aturan dan hukum. Tarekat merupakan cara bagi

orang-orang yang menjalankan laku mistis atau tasawuf untuk mencapai tujuan

utamanya, yakni memperoleh cita makrifatpada alam gaib dan mendapatkan

penghayatan langsung pada dzat Allah atau al-Haq (Fathurahman, 1999:67).

Pada mulanya tarekat dilakukan oleh seorang sufi secara individual. Tetapi

dalam perjalanannya kemudian tarekat diajarkan kepada orang lain baik secara

individu maupun kolektif. Pengajaran tarekat kepada orang lain ini sudah dimulai

sejak zaman Al-Hallaj (858-922). Selanjutnya praktek-praktek pengajaran semacam

itu dilakukan pula oleh sufi-sufi besar lain. Dengan demikian, timbullah dalam sejarah

Islam

kumpulan-kumpulan sufi yang mempunyai sufi tertentu sebagai syekh nya dengan

tarekat tertentu sebagai amalannya, juga pengikut-pengikut atau murid-murid (Jamil,

2005:49).

Dilihat dari ortodoks Islam, ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabaroh) dan

ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghairu mu’tabaroh). Suatu tarekat dikatan

sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam

tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syariat. Sebaliknya, jika suatu

tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat

tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syariat maka ia dianggap tidak

memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (

Huda,2008:63).

2. Tujuan Tarekat

Menurut Syeikh Najmuddin Al-Kubra yang di kutip dalam bukunya Abu

Bakar (1996:71), sebagai tersebut dalam kitab Jami’ul Auliya’ mengatakan, syariat

itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan

keadaan, dan makrifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang

sebenar-benarnya. Diberinya teladan seperti bersuci thaharah, pada syariat dengan air

atau tanah, pada hakikat bersih dari hawa nafsu, pada hakikat bersih dari hati dari

selain Allah, semuanya itu untuk mencapai makrifat terhadap Allah. Oleh karena itu

orang tidak dapat berhenti pada syariat saja, mengambil tarekat atau hakikat saja. Ia

memperbandingkan syariat itu dengan sampan, tarekat itu lautan, hakikat itu mutiara,

orang tidak dapat mencapai mutiara itu dengan tidak melalui kapal dan laut.

Sebenarnya tarekat itu tidak terbatas banyaknya, karena tarekat atau jalan

kepada Tuhan itu sebanyak jiwa hamba Allah. Pokok ajarannya tidak terbilang pula,

karena ada yang akan melalui jalan zikir, jalan muraqabah, jalan ketenangan hati,

jalan pelaksanaan segala ibadat, jalan melalui kekayaan, jalan membersihkan jiwa dari

kebimbangan dunia akan kethama‟an hawa nafsu, semuanya itu tidak dapat dicapai

dengan meninggalkan syariat dan sunnah Nabi. Dalam hal ini Al- Junaidi

memperingatkan: “Semua tarekat itu tidak berfaedah bagi hamba Allah jika tidak

menurut Sunnah Rasulnya (Aceh, 1993:72)

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tarekat

sebenarnya adalah jalan untuk menuju kepada keridhoan Allah dengan cara

mengamalkan syariat untuk kemudian mensucikan hati dengan mengikuti tarekat

sehingga akan menemukan hakikat sebenarnya dari ajaran agama Islam, dan disinilah

seorang hamba Allah akan mengerti tujuan dari hidupyaitu hanya Allah.

3. Macam-macam Tarekat

Perkembangan tasawuf yang begitu berpengaruh di dunia Islam telah

melahirkan sejumlah tarekatyang tersebar di seluruh penjuru negeri ini, tarekat-tarekat

tersebut ada yang sudah diakui keberadaannya dan ada yang belum diakui

keberadaannya. Adapun tarekatyang sudah diakui keberadaannya disebut

Tarekatmu’tabaroh diantaranya adalah sebagai berikut:

Dr. Syeikh H. Jalaluddin menerangkan ada 41 macam Tarekatmu‟tabaroh

yaitu Qodiriyah, Naqsabandiyah, Syaziliyah, Rifa’iyah, Ahmadiyah, Dasukiyah,

Akbariah, Maulawiyah, Qurobiyah, Suhrowadiyah, Khalwatiyah, Jalutiyah,

Bakdasiyah, Ghozaliyah, Rumiyyah, Jastiyyah, Sya’baniyah, ‘Alawiyah, ‘Usyaqiyyah,

Bakriyah, Umariyah, Usmaniyah, ‘Aliyyah, Abbasiyah, Haddadiyah, Maghribiyyah,

Ghoibiyyah, Hadiriyyah, Syattariyyah, Bayyumiyah(Abu Bakar Aceh, 1993: 303).

Diantara nama tarekat yang ada dan berkembang di dunia Islam, nama Tarekat

Qodiriyah wa Naqsabandiyah merupakan tarekat yang paling berpengaruh di

Indonesia (Bruinessen, 1994:34).

4. Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah

Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang berkembang di Indonesia adalah

merupakan suatu gabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-

sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru yang berdiri sendiri,

yang di dalamnya terdapat unsur-unsur pilihan dari Tarekat Qodiriyah dan juga

Tarekat Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi suatu yang baru.

Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah didirikan oleh seorang tokoh asal

Indonesia Ahmad Khatib ibn „Abd Al-Ghaffar Sambas atau dikenal sebagai Ahmad

al-Sambasi (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-‘Arifin. Dia

berasal dari Sambas Kalimantan Barat yang bermukim dan mengajar di Mekkah

pada pertengahan abad sembilan belas ( Bruinessen, 1992 : 89-90).

5. Ajaran-ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah

Tujuan utama mempelajari dan mengamalkan tarekat adalah mengetahui

perihal nafsu dan sifat-sifatnya, baik nafsu yang tercela (mazmumah) maupun nafsu

yang terpuji (mahmudah). Sifat nafsu yang tercela harus dijauhi dan sifat yang terpuji

setelah diketahui maka dilaksanakan (Jamil, 2005:59).

Tarekat berupaya mengendalikan nafsu tercela dengan melatih nafsu terpuji.

Untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah, namun demikian untuk

mencapai kedekatan kepada Allah itu, para pelaku tarekat harus menempuh

perjalanan panjang. Rumusan mengenai tahapan-tahapan perjalanan rohani antara

satu tarekat memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk satu tarekat tertentu kadang

juga merupakan gabungan dua atau lebih ajaran unsur tarekat (Jamil,2005:61).

Sebagaimana yang tetulis dalam buku Tasawuf dan Tarekat Dimensi Esoteris

Ajaran Islam, disebutkan empat macam tujuan dari Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah meliputi; pertama; Taqarrub ilallah, mendekatkan kepada Allah

dengan jalan zikirullah. Kedua; Menuju jalan mardhatillah. Yaitu jalan yang diridhai

Allah SWT. Ketiga; Kemakrifatan(al-makrifat)yaitu melihat tuhan dengan mata hati.

Keempat; Kecintaan (mahabbah) terhadap Allah (Alba, 2012:96).

Tarekat berupaya untuk mengendalikan nafsu tercela manusia salah satunya

dengan cara menggunakan atau mengisi waktu-waktu luang untuk senantiasa selalu

mengingat Allah Swt. Sehingga dengan demikian manusia jarang mempunyai peluang

untuk berbuat hal yang dipandang jelek oleh agama. Namun demikian untuk

mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Tuhan, pelaku tarekat harus menempuh

perjalanan panjang demi mencari tujuan mereka.

Secara garis besar metode dan fase-fase yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan tersebut adalah:

a. Takhali

Takhali berarti mengkosongkan atau membersihkan diri dari sifat-sifat

tercela dan dari kotoran penyakit hati yang merusak. Yaitu menjauhkan diri dari

kemaksiatan dengan segala bentuk dan berusaha melepaskan dorongan hawa

nafsu.

Takhali sebagai langkah awal menuju manusia yang berkepribadian utuh

dilengkapi dengan sikap terbuka. Artinya, orang yang bersangkutan menyadari

betapa buruknya sifat-sifat yang ada pada dirinya, kemudian timbul kesadaran

untuk membrantas dan menghilangkan. Apabila ini bisa dilakukan, maka akan

tampil pribadi yang bersih dari sifat madzmumah (Syukur, 2002:115).

b. Tahalli

Tahalli berarti berhias. Maksudnya adalah membiasakan diri dengan sifat

dan sikap serta perbuatan yang baik. Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi

diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku dan akhlak terpuji. Pada

tahap tahalli, kaum sufi berusaha agar setiap gerak perilaku selalu berjalan di atas

ketentuan agama, baik yang bersifat “luar” maupun yang bersikap “dalam”. Yang

dimaksud aspek “luar” adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal, seperti

shalat, puasa, zakat, dan haji. Adapun aspek “dalam” seperti iman, ketaatan, dan

kecintaan kepada Allah swt. (Aceh, 1993:193).

c. Tajalli

Tajalli bermakna pencerahan atau penyingkapan. Dalam tasawuf

tajalliyaitu sampainya Nur Ilahi dalam hati. Dalam keadaan demikian seseorang

bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang haq dan

mana yang batil. Dan secara khusus tajalliberarti makrifatullah, melihat Tuhan

dengan mata hati, dengan rasa. Ini adalah puncak kebahagiaan seseorang,

sehingga berhasil mencapai thuma’ninatul qalb (Syukur, 2002:115).

6. Ritual-ritual dalam Tarekat

Ada beberapa bentuk upacara ritual dalam Tarekat Qodiriyah wa

Naqsyabandiyah sebagai sebuah jam’iyyah yaitu : pembai’atan, khataman, dan

manaqiban. Ketiga bentuk upacara ritual dalam Tarekatini dilaksanakan oleh semua

kemursyidan yang ada di Indonesia, dengan prosesi kurang lebih sama. Tapi dalam

istilah nama kegiatan tesebut kadang berbeda, Seperti dalam pembai’atan, ada

kemursyidan mereka menyebutnya dengan penalqinan. Demikian pula khataman,

ada yang menyebutnya dengan istilah tawajjuhan. Tetapi perbedaan itu sama sekali

tidak membedakan isi dan makna kegiatan tersebut.

a. Pembai‟atan

Baiat adalah sumpah atau pernyataan kesetiaan yang diucapkan oleh

seorang murid kepada guru mursyid sebagai simbol penyucian serta keabsahan

seseorang mengamalkan ilmu tarekat. Jadi baiat menjadi semacam upacara sakral

yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengamalkan tarekat (Jamil,

2005 : 64)

Baiat ini dilakukan oleh orang yang hendak mengamalkan tarekat, jadi pada

dasarnya setiap orang yang ingin memasuki dunia tarekat maka hal yang paling

mula ia lakukan adalah baiat.

b. Manaqiban

Upacara ritual yang menjadi tradisi dalam TarekatQodiriyah wa

Naqsyabandiyah yang tidak kalah pentingnya adalah manaqiban. Sebenarnya

kata manaqiban berasal dari kata manaqib (bahasa Arab), yang berarti biografi

ditambah dengan akhiran: -an, menjadi manaqiban sebagai istilah yang berarti

kegiatan pembacaan manaqib (biografi), syekh Abdul Qadir Al-Jilani, pendiri

Tarekat Qodiriyah, dan seorang wali yang sangat legendaris di Indonesia.

Isi kandungan kitab manaqib itu meliputi: silsilah nasab Syeikh Abdul

Qadir Al-Jilani, sejarah hidupnya, akhlak dan karamah-karamahnya, di samping

adanya doa-doa bersajak (nadaman, bahr dan rajaz) yang bermuatan pujian dan

tawassul melalui dirinya. Pengakuan akan kekuatan magis dan mistis dalam ritual

manaqiban ini karena adanya keyakinan bahwa syekh Abdul Qadir al-Jilani

adalah qutb al-auliya’ yang sangat istimewa, yang dapat mendatangkan berkah

(pengaruh mistis dan spiritual) dalam kehidupan seseorang.

c. Khataman

Kegiatan ini merupakan upacara ritual yang biasanya dilaksanakan secara

rutin di semua cabang kemursyidan. Ada yang menyelenggarakan sebagai

kegiatan mingguan, tetapi banyak juga yang menyelenggarakan kegiatannya

sebagai kegiatan bulanan, dan selapanan (35 hari).

Dari segi tujuannya, khataman merupakan kegiatan individual, yakni

amalan tertentu yang harus dikerjakan oleh seorang murid yang telah

mengkhatamkan tarbiyat Zikir lathaif. Dan khataman sebagai suatu ritus (upacara

sakral) dilakukan dalam rangka tasyakuran atas keberhasilan seorang murid

dalam melaksanakan sejumlah beban dan kewajiban dalam semua tingkatan Zikir

lathaif (Jamil, 2005:64).

7. Amalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah

Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah termasuk tarekat zikir. Sehingga

zikir menjadi ciri khas yang harus ada dalam tarekat. Dalam suatu tarekat, zikir

dilakukan secara terus menerus (istiqomah), hal ini dimaksudkan sebagai suatu

latihan psikologis (riyadah al-nafs) agar seorang dapat mengingat Allah di setiap

waktu dan kesempatan.

Penyebutan zikir dalam tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah terdapat dua

jenis zikir, yaitu zikir nafi isbat dan zikir ismu zat.

Zikir nafi isbat adalah zikir kepada Allah dengan menyebut kalimat laa ilaaha

illa Allaah. Dilakukan dengan gerakan-gerakan simbolis sebagai sarana penyucian

jiwa, yaitu membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh nafsu yang buruk. Zikir ini

merupakan inti ajaran Tarekat Qodiriyah yang diucapkan secara jahr (dengan suara

keras).

Zikir ismu zat adalah zikir kepada Allah dengan menyebut kalimat Allah

secara sirr (dalam hati). Zikir ini juga disebut zikir latifah yang dapat mengaktifkan

kelembutan-kelembutan rohani yang ada dalam diri manusia. Zikir ini merupakan ciri

khas dari Tarekat Naqsabandiyah.

Sedangkan Bruinessen mengutip dalam kitab Fath al Arifin amalan Tarekat

Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dijelaskan sebagai berikut:

“Membaca istigfar sekurang-kurangnya dua kali atau dua puluh kali dengan

mengucapkan astagfir Allah al-ghafur ar-rahim, kemudian membaca shalawat

Allahuma shali ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala alaihi wa sahbihi wa

sallam, kemudian zikir la ilaha illa allah seratus enam puluh kali setiap

selesai mengerjakan Shalat lima waktu. Setelah selesai zikir membaca

shalawat Allahuma shalla ‘alasayyidina muhammad shalat tanajina biha min

jami’al-ahwat wa al-afat, kemudian membaca alfatihah kepada sayyidina

Rosullah SAW, sahabatnya, sekalian masyayikh ahl al-silsilah Al-qodiriyah

wa Naqsyabandiyah khususan Sayyidina Syeikh Abd-Qadir Al-Jilani wa

sayyidina al syeikh junaidi al-baghdadi wa syeikh khatib sambaswa abna‟ ina

wa umahatina wa ikhwanina al-muslimin walmuslimat wa al mukminina wa al

mukminat al-ihya minhum wa al-amwat wa al- salam (Bruinessen, 1995:216)

B. Perilaku Ihsan

1. Pengertian Ihsan

Secara etimologi ihsan adalah baik (Departemen Pendidikan Nasional,

2007:368). Kata ihsan memiliki akar kata hasanyang berarti baik. Ihsan berarti

berbuat sesuatu secara baik. Tidak asal berbuat. Ihsan juga mengerjakan sesuatu

secara profesional atau berkualitas (Ahmadi, 2004:165)

Sedangkan ihsan menurut Asmaran, (1994: 88) adalah berbuat baik /

perbuatan baik. Orang yang berihsan akan menghindari hal-hal yang buruk,keji dan

munkar, meyakini Allah maha melihat dan membalas atas segela perbuatan.

Baik kebajikan maupun kebaikan (perilaku ihsan), erat kaitannya dengan

akhlak, yaitu keadaan yang melekat pada manusia yang melahirkan perbuatan,

tingkah lakuperangai, tabia‟at, mungkin baik mungkin juga buruk (Ali, 2008:345-

346).

Perilaku ihsan mengandung makna yang ideal, yaitu yang termasuk dalam

segala tingkah laku, tabi‟at, watak dan perangai yang sifatnya baik. Hal ini tidak bisa

lepas dari norma agama dan juga norma kebiasaan (adat) yang baik pula.

Secara teologi ihsan dalam hubungan dengan Allah, adalah kita beribadah

seolah-olah kita melihat Allah atau kita meyakini bahwa Allah melihat kita.

Sehingga kita beribadah dengan penuh kekhusyukan.

2. Macam-macam perilaku ihsan

Wahid ahmadi menyebutkan ada beberapa macam sikap ihsan yaitu:

a. Ihsan dalam beribadah

Ibadah yang ihsan yaitu ibadah yang dikerjakan dengan penuh

kesungguhan, terpenuhi syarat rukun dan anjuran-anjurannya, serta berdampak

pada perilakunya secara umum. Ibadah yang ihsan dikerjakan dengan kesadaran

sepenuhnya, bahwa Allah swt. menyaksikan. Sebagaimana hadis dari Abu

Hurairah r.a, beliau saw. bersabda:

ا نَّك ت ر اُه ف ِاْن َلْ ت ُكْن ت ر اُه ف ِانَّوُ ي ر اك ا ْن ت ْعُبد ا هلل ك Artinya: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau

melihat-Nya. Maka sesungguhnya Dia melihatmu (HR. Bukhari-Muslim)

b. Ihsan dalam berbicara

Alat komunikasi yang paling utama antar manusia adalah melalui kata-

kata. Melalui kata-kata manusia menyampaikan isi hati kepada lawan bicara.

Bahkan, kata-katalah yang menjadi alat utama dalam berdakwah. Maka, Islam

sangat menganjurkan setiap muslim untuk berhati-hati dalam berkata-kata, agar

mendatangkan pahala dan menghindarkan dari dosa. Hendaklah kata-kata bisa

membuahkan hasil yang positif, seperti persaudaraan dan cinta kasih. Bukan

melahirkan permusuhan dan kebencian.

Kata-kata yang baik adalah kata-kata yang sejuk didengarkan. Tidak

terlalu keras dan tidak terlalu lirih, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan dan

jelas maksudnya. Bahkan kepada musuh sekali pun, harus berbicara dengan kata-

kata yang lembut. Sebagaimana Allah berfirman kepada Musa dan Harun ketika

memerintahkan keduanya untuk mendakwahi Fir‟aun:

Artinya: maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah

lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (Thaha:44)

c. Ihsan dalam membunuh dan menyembelih

Membunuh sering dikaitkan dengan hal yang kejam. Tetapi dalam Islam

membunuh diperbolehkan seperti halnya dalam perang. Maka Nabi

menasihatkan agar pembunuhan dilakukan dengan ihsan. Etika membunuh

musuh juga berlaku dalam menyembelih binatang.

d. Ihsan dalam pergaulan terhadap sesama

Pergaulan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Melalui

pergaulan, bisa mengekspresikan nilai-nilai agama dan terjalin persaudaraan.

Seorang muslim yang bergaul dan mengalami pahit getirnya pergaulan, dianggap

lebih baik kualitasnya daripada seorang yang tidak ikut merasakan pahit getirnya

perlakuan orang lain.

e. Ihsan dalam berbakti kepada orang tua

Orang tua mendapatkan tempat yang istimewa dalam agama. Karena

melalui orang tualah Allah menciptakan dan menumbuhkan umat manusia.

Hingga Allah swt. seolah-olah menggantungkan ridha dan murka-Nya kepada

ridha dan murka orang tua.

Karena kehormatannya hingga menyebutkan ihsan kepada orang tua

disebutkan setelah perintah ibadah kepada Allah.

Allah swt. berfirman:

... Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):

janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu

bapak...” (Q.S. Al-Baqarah: 83)

f. Ihsan dalam keluarga

Keluarga merupakan komponen pembentuk masyarakat. Dari keluarga

diharapkan lahir sumber daya manusia yang bisa mewarnai kehidupan

bermasyarakat. Untuk itu peran masing-masing anggota harus dioptimalkan.

Dari semua anggota keluarga diharapkan bisa ihsan dalam menjalankan

perannya masing-masing. Seorang ayah harus menjadi pemimpin keluarga yang

bertanggung jawab terhadap anggota keluarga yang lain. Seorang ibu harus

mampu membuat suasana internal rumah tangga yang menyejukkan selain juga

harus mendidik anak. Agar menjadi anak yang baik di tengah keluarga besarnya.

g. Ihsan dalam berdakwah

Berdakwah haruslah dilakukan secara baik atau ihsan, karena dari

hasilnya dituntut adanya ketertarikan terhadap Islam. Para dai atau lembaga-

lembaga dakwah harus memikirkan secara serius agar dakwah yang dijalankan

bernuansa ihsan, sehingga dengan kualitas dakwah tersebut orang tertarik kepada

agama Islam.

Ihsan dalam berdakwah berarti terpenuhinya rukun dakwah. Rukun

dakwah meliputi hikmah, mau‟izah hasanah, dan mujadalah. Dan juga rukun-

rukun lain yang lebih terinci antara lain penguasaan materi, penguasaan

metodologi dakwah, perilaku teladan dai, perangkat yang memadai, dan

pendukung-pendukung dakwah lainnya seperti perencanaan, organisasi, dan

evaluasi.

3. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara dan perbuatan terhadap sesama (pergaulan

terhadap orang lain)

Ihsan merupakan puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target

seluruh hamba Allah. Sebab dengan ihsan seseorang mendapatkan kemuliaan disisi-

Nya. Kemuliaan tersebut bisa di dapat jika manusia ihsan kepada Allah dan kepada

sesama. Seseorang yang cuma rajin beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa, dan

haji tetapi tidak berbuat baik terhadap sesama maka dia bukanlah orang yang berbuat

ihsan. Dia bukan orang yang disukai Allah. Dari uraian tersebut, maka dalam

penelitian ini penulis hanya akan meneliti perilaku ihsan dalam berbicara dan dalam

berbuat terhadap sesama (pergaulan terhadap orang lain). Adapun indikator kedua

perilaku ihsan tersebut adalah:

a. Indikator perilaku ihsan dalam berbicara

Adapun indikator-indikator perilaku ihsan dalam berbicara adalah:

1) Berbicara tentang kebaikan

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain. Hal

ini tentu dibutuhkan komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lain.

Manusia dibekali lisan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan akal

untuk berpikir. Orang yang berakal selayaknya bisa mengendalikan apa yang

diucapkan. Kalau ingin bicara hendaknya berpikir terlebih dahulu apakah

kata-kata tersebut menyakiti orang lain atau tidak. Karena tidak hanya

perbuatan yang di hisab tetapi juga perkataan. Sebagaimana firman Allah

sebagai berikut:

Artinya:“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di

dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (Q.S. Qaaf: 18)

2) Berbicara dengan nada yang halus

Selain berkata-kata yang baik, manusia dalam berkomunikasi kepada

orang lain dianjurkan untuk berbicara dengan nada yang halus. Hal ini

dianjurkan agar supaya tidak membuat orang lain tersinggung dengan

perkataan yang diucapkan.

Berbicara dengan nada halus yaitu dalam berbicara selalu menjaga

suaranya agar tidak terlalu keras dan tidak terlalu lirih, menggunakan intonasi

yang sesuai. Berbicara yang halus tidak hanya kalau berbicara kepada orang

tua, melainkan kepada semua orang bahkan kepada musuh sekalipun. Allah

swt. berfirman:

Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 19)

3) Tidak berbicara dengan kata keji

Berbicara dengan kata-kata keji merupakan akhlak tercela. Allah swt.

tidak menyukai orang-orang yang selalu berbicara keji. Maka dari itu

hendaknya menghindarkan dari kata-kata yang keji. Mencela, menghina,

mencemooh orang lain merupakan perkataan yang keji, karena dengan hal itu

akan membuat orang lain sakit hati dan tersinggung.

Berbicara dengan kata keji adalah kebiasaan yang tercela dan terlarang,

harusnya selalu menjaga lisan dari kata-kata keji yang dapat menyakiti orang

lain. Kata-kata keji ini timbul dari budi rendah dan jiwa yang hina (Hamka,

1992:36).

Allah swt berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih

baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-

orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujarat: 11).

4) Tidak berbicara yang dusta

Setiap kata yang keluar dari lisan hendaknya kata-kata yang

sebenarnya. Tidak mengada-ada atau merekayasa. Karena setiap kata yang

keluar dari mulut kelak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.

Berbicara dusta akan menyeret manusia ke dalam neraka. Mukmin yang

menyempurnakan imannya memilih berkata yang sebenarnya, tidak hanya

berbicara kosong belaka tetapi tidak terealisasi dengan baik. Allah swt.

berfirman:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa

kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S: Ash-Shaff : 2-

3)

5) Tidak membicarakan aib orang lain

Membicarakan orang lain atau yang disebut ghibah merupakan

perbuatan tercela. Imam Al-Ghazali telah menghitung ada dua puluh bencana

karena lisan, dan salah satu diantaranya adalah ghibah (membicarakan orang

lain) (Suprianto, 2004:49).

Allah Swt tidak suka dengan orang yang sering membicarakan orang

lain. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.

Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha

Penyayang.” (Q.S. Al-Hujaarat: 12)

b. Indikator perilaku ihsan dalam perbuatan terhadap sesama (pergaulan terhadap

orang lain)

Adapun indikator-indikator peilaku ihsan dalam perbuatan terhadap

sesama (pergaulan terhadap orang lain)

1) Memberi salam bila bertemu orang lain

Ucapan salam termasuk dari syiar Islam yang paling nampak, Allah

menjadikannya sebagai ucapan selamat di antara kaum muslim. Menyebarkan

salam termasuk dari sebab-sebab tersebarnya cinta dan kasih sayang di

tengah-tengah kaum muslimin. Dan tidak sepantasnya seorang membatasi

ucapan salam hanya unuk sebagian orang (yang dikenal) dan tidak kepada

lainnya (yang tidak dikenal). Hukum orang memulai salam adalah sunnah

sementara yang menjawab adalah wajib.

Allah berfirman:

Artinya:”apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,

Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau

balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah

memperhitungankan segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa:86)

2) Mempererat tali silaturahmi

Silaturahmi merupakan ibadah yang sangat mulia. Karena dengan

silaturahmi bisa mempererat hubungan persaudaraan diantara muslim dan

dapat meningkatkan kerukunan antara sesama.

Allah swt. telah berfirman:

Artinya:”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai.” (Q.S. Ali Imran:103)

3) Menolong orang yang sedang kesusahan

sebagai seorang muslim, dianjurkan untuk saling tolong menolong

terutama dalam hal kebaikan. Allah akan melepaskan kesulitan pada hari

kiamat jika seorang tersebut menghilangkan (membantu) kesulitan seorang

mukmin di dunia. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu

menolong saudaranya. Siapa yang berbuat baik maka kebaikannya itu akan

kembali kepada dirinya sendiri.

Allah swt. berfirman:

Artinya:” jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu

sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.”

(Q.S. Al-Israa‟:7)

4) Menjenguk orang lain yang sedang sakit

Mengunjungi orang sakit merupakan perbuatan mulia, dan terdapat

keutamaan yang agung, serta pahala yang sangat besar, dan merupakan salah

satu hak setiap muslim terhadap muslim lainnya.Dengan menjenguk orang

lain yang sedang sakit, maka akan memupuk rasa kasih sayang, rasa

kebersamaan baik dalam suka maupun duka. Maka menjenguk orang yang

sedang sakit menjadi keharusan dalam rangka menjalin hubungan

persaudaraan.

Disunnahkan pada saat menjenguk orang sakit untuk menanyakan

keadaannya, mendoakan serta menghiburnya dan memberinya harapan karena

hal tersebut merupakan sebab yang paling besar untuk mendatangkan

kesembuhan dan kesehatan.

5) Menghadiri undangan yang diberikan orang lain

Hukum memenuhi undangan seorang muslim adalah sunnah

mu‟akkaddah. Terlebih menghadiri undangan orang lain mencerminkan

sebagai seorang karib yang setia dan berbudi tinggi. Menghadiri undangan

orang lain menunjukkan rasa menghormati orang lain. Hal ini akan menarik

hati orang yang mengundang serta mendatangkan rasa cinta dan kasih sayang.

6) Bersedia memaafkan kesalahan orang lain

Agama mengajarkan agar manusia dengan lapang dada memberi maaf

kepada orang yang telah berbuat salah. Memberi maaf kepada orang atas

ketidaksengajaannya adalah keutamaan buat orang yang sempat tersakiti. Dan

memberi maaf atas tindakan buruk orang lain juga sebuah keutamaan.

Sebagaimana Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya untuk

senantiasa bersifat pemaaf. Ketika beliau melewati dan sering diganggu oleh

seseorang yang tidak suka terhadap beliau, Nabi selalu memaafkan.

Sikap pemaaf menunjukkan seseorang memilih jalan yang dekat

dengan keridhoan Allah. Sebagaimana firman Allah swt.:

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikan.” (Q.S. Ali Imron: 134)

7) Menegur kesalahan orang lain dengan bijaksana.

Dalam pergaulan sehari-hari, adakalanya seseorang melakukan

kesalahan, baik itu yang disengaja ataupun tidak disengaja. Maka sebagai

seseorang yang mengetahui perbuatan tersebut, selayaknya menegur dengan

bijaksana. Yaitu dengan menggunakan pendekatan positif dan kata-kata yang

lembut.

Menegur orang lain yang berbuat salah dengan bijaksana, merupakan

sikap baik yang perlu ditumbuh kembangkan, Syeikh Mustofa Al-Gholayani

(1976 : 227-228) mengatakan:

Manakala anda melihat seseorang yang tersesat dari jalan kebenaran,

menyeleweng dari petunjuk agama yang benar dan kemudian dia

menempuh jalan yang sah dan rendah dipandangan masyarakat, lebih-

lebih jikalau dia telah kebingungan mondar mandir kesana kesini

bagaikan orang yang berada ditengah padang luas atau samudera besar

dan hanya berpegang kepada sekerat kayu kapal yang telah lama

terbenam dan hancur sebab terbentur karang. Nah dikala anda

mengetahui orang yang berkeadaan sedemikian itu, hendaklah anda

memeras otak dan pikiran bagaimana cara memberikan kepada

manusia yang kebingungan tadi. Gunakan kata-kata manis dan lemah

lembut untuk menyadarkannya, bahwa ia sebenarnya adalah dalam

keadaan gawat sekali, tiada diketahui dirinya sendiri. Nasihatilah dia

dengan cara yang bagus tanpa menusuk perasaan hatinya dan berhati-

hatilah untuk memilih kata yang sopan sehingga dia tidak mengerti

bahwa maksud anda adalah menginsafkan kekeliruan jalan

ditempuhnya.

8) Mau menerima nasihat dari orang lain

Nasihat dan dinasihati adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan

manusia. Tanpa disuruhpun secara langsung atau tidak langsung, dengan cara

yang baik atau kurang baikorang akan senang dan ringan hati selalu

menasihati orang lain yang diketahui sedang khilaf, lalai, atau tersesat.

Namun tidak semua manusia senang untuk dinasihati, serta bersedia

mendengar, menerima dan menjalankan nasihat.

Sesungguhnya orang yang tidak mau menerima nasihat dari orang lain

adalah orang yang merugi. Sebagaimana firman Allah swt.:

Artinya:”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan

nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya

menetapi kesabaran. (Q.S. Al-„Ashr:1-3)

C. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat dengan Perilaku Ihsan

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa terlepas dari pergaulan terhadap

sesama. Dalam melangsungkan kehidupannya manusia sangat membutuhkan orang

lain. Perlu adanya kesadaran yang tinggi agar tercipta hubungan sosial yang baik.

Kondisi zaman yang semakin semarak dengan berbagai kecanggihan media

yang ditawarkan menjadikan masyarakat cenderung apatis (cuek) terhadap hal-hal

yang terjadi di sekitarnya. Perhatian mereka lebih mengedepankan yang bersifat

keduniawian sehingga nilai-nilai agama sedikit demi sedikit memudar. Mereka lebih

suka mengguncingkan tetangga, enggan menolong, acuh terhadap saudara dan

sebagainya.

Melihat fenomena-fenomena masyarakat yang demikian tentunya menjadikan

para pemuka-pemuka agama tergerak hatinya untuk mengantisipasi meluasnya

masyarakat yang mempunyai tenggang rasa terhadap sesama yang rendah.

Di dusun Sumber yang mayoritas agamanya adalah mempunyai background

ahli sunnah wal jamaah, dan seperti yang kita ketahui bahwa ahli sunanh wal jamaah

suka dengan amalan-amalan, melihat adanya tarekat ini mereka cenderung untuk

mengikutinya karna merasa butuh akan pentingnya tasawuf bagi kehidupan mereka

dan tentunya dengan tujuan untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya dengan Allah

swt.

Tasawuf merupakan ajaran atau ilmu untuk mengetahui hal ikhwal nafsu yang

terpuji maupun yang tercela, cara mensucikan nafsu dari sifat-sifat tercela serta

menghiasinya dengan sifat-sifat yang terpuji. Dan cara menempuh perjalanan ke

hadirat Allah swt. tarekat ini berupaya untuk mengendalikan nafsu tercela manusia

salah satunya dengan cara menggunakan atau mengisi waktu-waktu luang mereka

untuk senantiasa selalu mengingat Allah. Sehingga dengan demikian manusia jarang

mempunyai peluang untuk berbuat hal yang dipandang jelek oleh agama.

Idealnya jika ajaran tarekat itu di ikuti dengan sepenuh hati, tentu akan menumbuhkan

perilaku ihsan. Baik ihsan hubungannya dengan Allah maupun ihsan terhadap sesama

manusia.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Keadaan Geografis

Desa Timpik merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan

Susukan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Dengan luas wilayah 728, 304

ha. Yang terdiri dari tiga belas dusun yakni Dusun Karang Salam, Kaibon, Gedangan,

Kauman, Durenan, Geneng, Timpik, Sumber,Ngasinan, Bogo, Lempuyangan, Jetak

dan Cengklik.

Secara geografis Desa Timpik yang terletak di Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang dibatasi oleh:

1. Sebelah utara : Desa Susukan dan Desa ketapang

2. Sebelah Timur : Desa Tawang

3. Sebelah selatan : Desa Rogo mulyo

4. Sebelah barat : Desa Ngampon KecamatanAmpel

2. Keadaan Monografis

Jumlah penduduk Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

tahun 2015 secara keseluruhan adalah 5.542 jiwa, dengan rincian 2.738 berjenis

kelamin laki-laki dan 2.804 berjenis kelamin perempuan. Untuk jelasnya dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Desa Timpik Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang Tahun 2015

No Nama Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Karang Salam 289 298 587

2 Kaibon 115 125 241

3 Gedangan 161 183 344

4 Kauman 302 315 617

5 Durenan 190 185 375

6 Geneng 164 184 348

7 Timpik 325 323 648

8 Sumber 247 250 497

9 Ngasinan 285 297 582

10 Bogo 260 235 495

11 Lempuyangan 152 147 299

12 Jetak 113 105 219

13 Cengklik 134 156 290

JUMLAH 2.738 2.804 5.542

(Sumber Data: Sekertaris Desa Timpik)

Masyarakat Desa Timpik yang berjumlah 5.542 jiwa mayoritas

penduduknya adalah beragama Islam, dan untuk Dusun Sumber 100% penduduknya

beragama Islam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Agama

No Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Islam 2.705 2.777 5.482

2 Katholik - - -

3 Kristen 35 31 66

4 Hindu - - -

5 Budha - - -

6 Konghucu - - -

Jumlah 2.740 2.808 5.548

(Sumber Data: Sekertaris Desa Timpik)

Adapun mata pencaharian Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang tahun 2015 sebagian besar adalah petani, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Penduduk Desa Timpik Berdasarkan Mata pencaharian

No Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 PNS 26 10 36

2 TNI 4 - 4

3 POLRI 7 - 7

4 Pegawai

Swasta

493 189 682

5 Pensiunan 15 8 23

6 Pengusaha 2 - 2

7 Buruh

Bangunan

134 - 134

8 Buruh Industri 48 70 118

9 Buruh Tani 334 343 677

10 Petani 703 656 1.359

11 Peternak 6 - 6

12 Nelayan - - -

13 Lain-lain 966 1.528 2.494

JUMLAH 2.738 2.804 5.542

(Sumber Data: Sekertaris Desa Timpik)

Adapun mata pencaharian masyarakat di Dusun Sumber sendiri sebagian besar

adalah petani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Penduduk Dusun Sumber Berdasarkan Mata pencaharian

No Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 PNS 3 4 7

2 TNI 9 - 9

3 POLRI 2 - 2

4 Pegawai

Swasta

6 4 10

5 Pensiunan 2 - 2

6 Pengusaha - - -

7 Buruh

Bangunan

10 - 10

8 Buruh Industri 26 18 44

9 Buruh Tani 8 1 9

10 Petani 149 72 221

11 Peternak - - -

12 Nelayan - - -

13 Lain-lain 24 30 54

JUMLAH 239 129 368

(Sumber Data: Kepala Dusun Sumber)

B. Profil Tarekat Qodariyah wa Naqsabandiyah Dusun Sumber, Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

1. Sejarah Singkat

Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah masuk di Dusun Sumber, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang pada tahun 1956 oleh H. Ahmad Ilyas. Beliau dibaiat

oleh bapak guru/mursyid K.H. Zaenal Makarim di Desa Pulutan, Kecamatan

Karanggede, Kabupaten Boyolali. Setelah dibaiat beliau langsung mengajarkan dan

membina Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber.

Setelah H. Ahmad Ilyas meninggal, yang melanjutkan Tarekat Qodiriyah wa

Naqsabandiyah di Dusun Sumber, dilanjutkan oleh H. Abu Bakar Shidiq. Beliau

dibaiat oleh guru/mursyid bapak K.H. Basyri Abdul Syukur di Desa Ketapang. Pada

masa bapak H. Abu Bakar Shidiq, masyarakat yang ingin mengikuti tarekat dibaiat di

Desa Ketapang oleh K.H Salman Basyri dan K.H Makin Basyri.

Bapak H. Abu Bakar Shidiq telah meninggal, selanjutnya dilanjutkan oleh

bapak Ahmadi Ilyas sampai sekarang. Beliau dibaiat oleh K.H Salman Basyri di Desa

Ketapang.

(Sumber Data: Ketua Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah)

2. Susunan Kepengurusan Jamaah Tarekat

Adapun susunan kepengurusan jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah

di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun

2015 adalah sebagai berikut:

a. Ketua : Ahmadi Ilyas

b. Ustadz : Ahmadi Ilyas

c. Sekretaris : H. Ali Rohman

d. Bendahara : H. Ja‟far Shodiq

(Sumber Data: Ketua Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah)

3. Kegiatan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber

Di sini penulis akan memaparkan kegiatan-kegiatan TarekatQodiriyah wa

Naqsyabandiyah di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang tahun 2015. Kegiatan harian Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah adalah

membaca zikir jahr yaitu kalimat tahlil sebanyak 165 kali yang dilaksanakan setiap

selesai mengerjakan shalat fardhu dan zikir sir yaitu menyebut nama Allah sebanyak

1.400 kali yang dilaksanakan sehari sekali sehabis melaksanakan shalat fardhu.

Kegiatan harian ini dilaksanakan secara pribadi oleh pengikut Tarekat Qodiriyah wa

Naqsyabandiyah.

Kegiatan bulanan atau sebelasan (sewelasan) dilaksanakan pada hari sebelas

tanggal jawa dilaksanakan secara berjamaah bertempat di rumah jamaah secara

bergantian setiap bulannya, pengajian sewelasan tidak hanya diikuti oleh masyarakat

yang sudah ikut tarekat saja, tetapi masyarakat yang belum di baiat dalam tarekat juga

ikut. Amalan yang di baca adalah membaca manaqib yang berisi sejarah hidup Syeikh

Abdul Qadir Jilani. Dan yang terakhir adalah kegiatan tahunan atau khaul, khaul

dilaksanakan di masjid. Biasanya khaul diisi dengan kajian akhlak.

(Sumber Data: Ketua Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah)

C. Penyajian Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan

pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada jamaah sewelasan Dusun

Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2015. Untuk

itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 26 item pertanyaan tentang kedua

variabel tersebut kepada responden, 13 item soal berisi pernyataan Pengamalan

Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah dan 13 item berisi Perilaku Ihsan.

1. Daftar Responden

Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama yang dijadikan

obyek penelitian adalah sampel dari jumlah pupolasi jamaah yang mengikuti

Tarekat Qodiriyah di Dusun Sumber Desa Timpik, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang tahun 2015. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5

Daftar Nama Responden

No Nama

Responden

Jenis Kelamin Umur

L P

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

Ahmadi Ilyas

Hj.Sri Mulyati

Ngatinem

Munjayanah

Mulyo Rejo

Sarti

Menik

Ngatiyah

Safrudin

Ngatminah

Giyanti

Nur Hadi

Suyekti

Nur Kholis

Jumi

Jumeri

Rohyatun

Paniah

Yoso Sumadi

Sumini

H.Hadi Warto

Nuryanto

Choeroni

Shopiyah

Juriyah

Wasini

H. Ali Karno

Muhson

L

L

L

L

L

L

L

L

L

L

L

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

P

62

56

46

56

54

50

50

60

57

48

50

63

63

62

63

83

45

55

72

62

70

53

66

50

60

56

74

64

29.

30.

31.

32.

33.

34.

.

H.Ja‟far Sodiq

Suyati

Sri Lestari

Istirokah

Amat Nazari

Somyani

L

L

L

L

P

P

P

65

63

55

56

55

57

2. Data Jawaban Angket Tentang Pengamalan Ajaran Tarekat

Tabel 3.6

Daftar Jawaban Angket Pengamalan Ajaran Tarekat

No Nama

Responden

No item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 AHMD A A A A A A A A B A A A B

2 MLYT A A B A C A A B B C A A A

3 NTM A A B A B B B A A A A B B

4 MJY A A A A B B C A A B A A B

5 MRJA A A B B C B B A A C A A B

6 SRTI A A A C C B B A A C A A B

7 MNK B C C C C C C C C B B A C

8 NGTYH B A A A A A B A C A B C C

9 SFRDN B A B A C C C B A A A A C

10 NTMH A A A A B B B B B A A A B

11 GYT A C B A C C C A C C B A A

12 NRHD A C B A C C C A C C B A A

13 SYKTI A C A A C C A B B A A A C

14 NRKLS A A A A A A A A B B A A C

15 JMI A A A B A A A A B B A A C

16 JMRI A A A A A A A C B B A A A

17 RHYTN A A A A A A A C B B B A A

18 PNH A A A C A A A B B C B B B

19 YSSMD B C C C C C C C B B B A C

20 SMNI A A A A A A A B B C A A A

21 HDWRT A C C A C C C C C B B A B

22 SKMN A A B A B B B B B B A A B

23 CHRN A A A A B A A B B A B A B

24 SPYH A A A A B A A B B A B A B

25 JRYH A A A A A C C B C A A A C

26 WSN A A A A C C C B A A B A A

27 AKRN A A A A A A A A A C B A B

28 MHSN A A B A C A C C A C A A B

29 JSDQ A B A A A B A B B A A A B

30 SYTI A A A A A A A A B C A A A

31 LSTR A B A A B B B B B B B B B

32

33

STRH

ANZR

A

A

A

A

B

A

A

C

B

C

B

B

A

B

A

A

B

A

A

C

A

A

A

A

A

B

34 SMYN A B A B B B B B B B B B B

3. Data Jawaban Angket Tentang Perilaku Ihsan

Tabel 3.7

Daftar Jawaban Angket Perilaku Ihsan

No Nama

Responden

No item

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 AMHD A A A B A A A A B A A A A

2 MLYT A A A A C A A A A A A A A

3 NTM A A A A A A A A A A A A A

4 MJY A B A A A A A B A A A A A

5 MRJA A A A A A A B A A A A C A

6 SRTI A A A A A A B A A A A C A

7 MNK C A A A A B B B A A A C A

8 NGTYH C B A A A B B A A A A A A

9 SFRDN A A A A C B B B A A A C A

10 NTMH B A A A B A B B A A A B A

11 GYT A A A A A A B B A A A B A

12 NRHD A A A A A A B B A A A B A

13 SYKTI C A A A A B B A A A A C A

14 NRKLS A B A A A A B A A A A A A

15 JMI A B A A A A B A A A A A A

16 JRMI C A A A A B C C A A A C A

17 RHYTN C A A A A B B C A A A C A

18 PNH C B A A A B B C A A A C B

19 YSSMD C A A C A B C B B A A A A

20 SMNI A A A A A A B B A A A C A

21 HDWRT C A A A A A C A A A A C A

22 SKMN A A A A C A A A A A A A A

23 CRNI C A A A A A A A A A A A A

24 SPYH C A A A A B B A A A A A A

25 JRYH C A A A A A C B A B A C A

26 WSNI A B A A A A A A A A A A A

27 AKRN A B A A A B A A A A A A A

28 MHSN A B A A C A A A A A A A A

29 JSDQ A A A A A A B A A A A A A

30 SYTI A B A A C A A A A A A A A

31 LSTR B B A B A B B A A A A A A

32

33

STRH

ANZR

A

A

A

A

A

A

A

A

A

B

A

A

A

B

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

A

34 SMYN C B A B A B B A A A A A A

BAB IV

ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data.

Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan statistik dengan maksud untuk

memperoleh jawaban dari permasalahan yang dipertanyakan, yaitu:

1. Untuk mengetahui tingkat pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah pada

jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang tahun 2015.

2. Untuk mengetaui perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan pada

jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang tahun 2015.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa ini disusun berdasarkan data

hasil penelitian yang telah terkumpul. Berikut ini adalah uraian tentang analisis terhadap data.

A. Analisis Pendahuluan

Dalam analisis ini didiskripsikan tentang pengamalan ajaran Tarekat Qodiriyah

wa Naqsabandiyah di Dusun Sumber yang datanya diperoleh dari responden.

1. Pengamalan ajaran tarekat

Data tentang pengamalan ajaran tarekat pada jamaah diperoleh dari angket

yang terdiri dari 13 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan tiga alternatif

jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3

b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2

c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1

Tabel 4.1

Data Nilai Angket Pengamalan Ajaran Tarekat

Jamaah Tarekat Sewelasan Dusun Sumber

tahun 2015

No Nama

Responden

No item Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 AMD 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 37

2 MLYT 3 3 3 3 1 3 3 2 2 1 3 3 3 33

3 NTNM 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 33

4 MJY 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 3 3 2 33

5 MRJA 3 3 2 2 1 2 2 3 3 1 3 3 2 30

6 SRTI 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 3 3 2 30

7 MNK 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 1 18

8 NGTY 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 1 1 30

9 SFRD 2 3 2 3 1 1 1 2 3 3 3 3 1 28

10 NTMH 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 33

11 GYT 3 1 2 3 1 1 1 3 1 1 2 3 3 25

12 NHD 3 1 2 3 1 1 1 3 1 1 2 3 3 25

13 SYKT 3 1 3 3 1 1 3 2 2 3 3 3 1 29

14 NKHLS 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 35

15 JMI 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 1 34

16 JMRI 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 34

17 RHYTN 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 34

18 PNH 3 3 3 1 3 3 3 2 2 1 2 2 2 30

19 YSSMD 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 19

20 SMNI 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 35

21 HDWRT 3 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 3 2 22

22 SKMN 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 31

23 CRNI 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 35

24 SPYH 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 34

25 JRYH 3 3 3 3 3 1 1 2 1 3 3 3 1 30

26 WSN 3 3 3 3 1 1 1 2 3 3 2 3 3 31

27 AKRN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 35

28 MHSN 3 3 2 3 1 3 1 1 3 1 3 3 2 29

29 JSDQ 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 34

30 SYT 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 36

31 SLTR 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

32 ISTRKH 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 35

33 NZR 3 3 3 1 1 2 2 3 3 1 3 3 2 30

34 SMYN 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:

Li=( )

Keterangan:

Li = Lebar interval

Ba = Batas atas

Bb = Batas bawah

Ji = Jumlah interval

Sehingga:

Li =( )

=

= 6,66 dibulatkan menjadi 7

Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

pengamalan ajaran tarekat jamaah dengan kategori baik, sedang dan kurang seperti

tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Interval Pengamalan Ajaran Tarekat

Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber tahun 2015

Nilai

Interval

Jumlah Jamaah Nilai Nominasi

32-38 15 A

25-31 16 B

18-25 3 C

Dengan demikian dapat diketahui:

a. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai baik dengan

nilai interval 32-38 sebanyak 15 jamaah.

b. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai sedang

dengan nilai interval 25-31 sebanyak 16 jamaah.

c. Untuk pengamalan ajaran tarekat yang mendapat nilai cukup dengan nilai

interval 18-25 sebanyak 3 orang.

Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Nominasi Pengamalan Ajaran Tarekat

Jamaah Sewelasan

di Dusun Sumber tahun2015

No

Responden

Skor Nilai Nominasi

1 37 A

2 33 A

3 33 A

4 33 A

5 30 B

6 30 B

7 18 C

8 30 B

9 28 B

10 33 B

11 25 B

12 25 B

13 29 B

14 35 A

15 34 A

16 34 A

17 34 A

18 30 B

19 19 C

20 35 A

21 22 C

22 31 B

23 35 A

24 34 A

25 30 B

26 31 B

27 35 A

28 29 B

29 34 A

30 36 A

31 29 B

32 35 A

33 30 B

34 29 B

Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang memperoleh

pengamalan ajaran tarekat, baik, sedang, cukup, kemudian dipersentasekan

dengan menggunakan rumus :

P =

X 100 %

Keterangan:

P= Persentase perolehan

F= Frekuensi

N= Jumlah responden

Adapun gambaran dari persentase dari masing-masing kategori adalah

sebagai berikut:

a. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai baik dengan

nilai interval 32-38 sebanyak 15 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam

persentase sebagai berikut:

P=

x 100%

P= 44,11% dibulatkan menjadi 44%

b. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai sedang

dengan nilai interval 25-31 sebanyak 16 jamaah, maka dapat dinyatakan

dalam persentase sebagai berikut:

P=

x 100%

P= 47,05% dibulatkan menjadi 47%

c. Untuk pengamalan ajaran tarekat jamaah yang mendapat nilai cukup

dengan nilai interval 18-24 sebanyak 3 jamaah, maka dapat dinyatakan

dalam persentase sebagai berikut:

P=

x 100%

P= 8,82% dibulatkan menjadi 9%

Tabel 4.4

Persentase Pengamalan Ajaran Tarekat

Jamaah Sewelasan

di Dusun Sumber Tahun 2015

No Kategori Interval Frekuensi Persentase

1 Baik (A) 32-38 15 44%

2 Sedang (B) 25-31 16 47%

3 Cukup (C) 18-24 3 9%

Jumlah 34 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:

a. Jumlah yang mendapat nilai A pada pengamalan ajaran tarekat sebanyak 15

jamaah dengan persentase 44%

b. Jumlah yang mendapat nilai B pada pengamalan ajaran tarekat sebanyak 16

jamaah dengan persentase 47%

c. Jumlah yang mendapat nilai C pada pengamalan ajaran tarekat sebanyak 3

jamaah dengan persentase 9%

2. Perilaku Ihsan

Data tentang perilaku ihsan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 13

pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban dengan bobot nilai

sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A dengan nilai 3

b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2

c. Alternatif jawaban C dengan nilai 1

Tabel 4.5

Data Nilai Angket Perilaku Ihsan

Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber

tahun 2015

No Nama

Responden

No item

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 AMD 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 38

2 MLYT 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 37

3 NTM 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39

4 MJY 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 37

5 MRJA 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 36

6 SRTI 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 36

7 MNK 1 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1 3 32

8 NGTY 1 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 34

9 SFRDN 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 3 1 3 32

10 NTMH 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 33

11 GYT 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 37

12 NHD 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 36

13 SYKT 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 33

14 NKLS 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 37

15 JMI 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 37

16 JMRI 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 3 31

17 RHYTN 1 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 3 31

18 PNH 1 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 2 29

19 YMD 1 3 3 1 3 2 1 2 2 3 3 3 3 30

20 SMNI 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 35

21 HDWRT 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 33

22 SKMN 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 37

23 CRNI 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 36

24 SPYH 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 35

25 JRYH 1 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 1 3 31

26 WSNI 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 38

27 AKRN 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 37

28 MHSN 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 36

29 SDQ 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 38

30 SYTI 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 36

31 LSTR 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 34

32 ISTRKH 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39

33 NZRI 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 37

34 SMYN 1 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 33

Dalam menentukan intervalnya, penulis menggunakan rumus:

Li=( )

Keterangan:

Li : Lebar interval

Ba : Batas atas

Bb : Batas bawah

Ji : Jumlah interval

Sehingga:

Li=( )

=

= 3,666 dibulatkan menjadi 4

Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat

perilaku ihsan jamaah dengan kategori baik, sedang dan cukup seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.6

Interval Perilaku Ihsan

Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber

tahun 2015

Nilai Interval Jumlah Jamaah Nilai Nominasi

36-39 19 A

32-35 10 B

28-31 5 C

Dengan demikian dapat diketahui:

a. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 36-39

sebanyak 19 jamaah.

b. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 32-35

sebanyak 10 jamaah.

c. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai cukup dengan nilai interval 28-31

sebanyak 5 orang.

Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Nominasi Perilaku Ihsan

Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber

Tahun 2015

No Responden Skor Nilai Nominasi

1 38 A

2 37 A

3 39 A

4 37 A

5 36 A

6 36 A

7 32 B

8 34 B

9 32 B

10 33 B

11 37 A

12 36 A

13 33 B

14 37 A

15 37 A

16 31 C

17 31 C

18 29 C

19 30 C

20 35 B

21 33 B

22 37 A

23 36 A

24 35 B

25 31 C

26 38 A

27 37 A

28 36 A

29 38 A

30 36 A

31 34 B

32 39 A

33 37 A

34 33 B

Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang mempunyai perilaku ihsan, tinggi,

sedang, kurang, kemudian dipersentasekan dengan menggunakan rumus :

P =

X 100 %

Keterangan:

P= Persentase perolehan

F= Frekuensi

N= Jumlah responden

Adapun gambaran dari persentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

a. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 36-39

sebanyak 19 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:

P=

x 100%

P= 55,88% dibulatkan menjadi 56%

b. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 32-35

sebanyak 10 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:

P=

x 100%

P= 29,41% dibulatkan menjadi 29%

c. Untuk perilaku ihsan jamaah yang mendapat nilai cukup dengan nilai interval 28-31

sebanyak 5 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam persentase sebagai berikut:

P=

x 100%

P= 14, 70 % dibulatkan menjadi 15%

Tabel 4.8

Persentase Perilaku Ihsan

Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber

Tahun 2015

No Kategori Interval Frekuensi Persentase

1 Baik (A) 28-31 19 56%

2 Sedang (B) 32-35 10 29%

3 Rendah (C) 36-39 5 15%

Jumlah 34 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:

a. Jumlah yang mendapat nilai A pada perilaku ihsan sebanyak 19 jamaah dengan

persentase 56%

b. Jumlah yang mendapat nilai B pada perilaku ihsan sebanyak 10 jamaah dengan

persentase 29%

c. Jumlah yang mendapat nilai C pada perilaku ihsan sebanyak 5 jamaah dengan

persentase 15%

B. Analisis Lanjutan

Setelah diperoleh data tentang pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan

jamaah sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Sususkan, Kabupaten

Semarang. Maka selanjutnya akan dianalisis dengan rumus product moment, tetapi

sebelum masuk rumus tersebut terlebih dahulu akan di lihat tabel koefiensi hubungan.

Dalam analisis lanjut ini akan mnganalisis tentang pengamalan ajaran tarekat

dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten

Semarang dalam bentuk koefiensi hubungan, dimana pengamalan ajaran tarekat sebagai

variabel X dan perilaku ihsan sebagai variabel Y. Maka dapat dilihat dalam tabel berikut

ini:

Tabel 4.9

Koefisien Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Dengan Perilaku Ihsan

Jamaah Sewelasan Dusun Sumber

Tahun 2015

No

Responden

X Y XY

1 37 38 1369 1444 1406

2 33 37 1089 1369 1221

3 33 39 1089 1521 1287

4 33 37 1089 1369 1221

5 30 36 900 1296 1080

6 30 36 900 1296 1080

7 18 32 324 1024 576

8 30 34 900 1156 1020

9 28 32 784 1024 896

10 33 33 1089 1089 1089

11 25 37 625 1369 925

12 25 36 625 1296 900

13 29 33 841 1089 957

14 35 37 1225 1369 1295

15 34 37 1156 1369 1258

16 34 31 1156 961 1054

17 34 31 1156 961 1054

18 30 29 900 841 870

19 19 30 361 900 570

20 35 35 1225 1225 1225

21 22 33 484 1089 726

22 31 37 961 1369 1147

23 35 36 1225 1296 1260

24 34 35 1156 1225 1190

25 30 31 900 961 930

26 31 38 961 1444 1178

27 35 37 1225 1369 1295

28 29 36 841 1296 1044

29 34 38 1156 1444 1292

30 36 36 1296 1296 1296

31 29 34 841 1156 986

32 35 39 1225 1521 1365

33 30 37 900 1369 1110

34 29 33 841 1089 957

Jumlah 1045 1190 32815 41892 36760

Sehingga diketahui:

∑x: 1045 ∑ :32815 ∑xy: 36760

∑y: 1190 ∑ : 41892

Kemudian dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:

=

( )( )

√*( ( )

+*(

( )

)+

=

√*(

)+*(

)+

=

√( )( )

=

√( )( )

=

=

C. Analisis Uji Hipotesis

Sebagai langkah terakhir dalam menganalisis data dari penelitian ini adalah menguji

hipotesis yang diajukan pada bab I. dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah

ada korelasi positif antara pengamalan ajaran tarekatdengan perilaku ihsan pada jamaah

TarekatDusun Sumber, dengan kata lain semakin baik jamaah mengikuti pendidikan

dalam tarekat, semakin tinggi tingkat perilaku ihsan jamaah tarekat Dusun Sumber. Untuk

membuktikan pernyataan hipotesis tersebut dibuktikan dan dilihat secara langsung melalui

penerapan rumus statistik, yaitu korelasi product moment yang telah penulis uraikan di

atas. Dengan demikian koefisien antara variabel X dan variabel Y adalah sebesar = 0,450.

Berdasarkan besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan adalah: pada taraf

signifikan 1% = 0,436. Sehingga dapat dibandingkan berdasarkan tabel tersebut nilai-nilai

yang diperoleh ialah : 0,450> 0,436 pada taraf signifikan 1%.

Berdasarkan pembuktian dengan korelasi product moment pada taraf signifikansi

1% diperoleh hasil yang signifikan. Dengan demikian dari pengujian di atas, maka

hipotesis yang diajukan dapat diterima, yaitu: ada hubungan positif antara pengamalan

ajaran tarekat terhadap perilaku ihsan pada jamaah,artinya semakin tinggi pengamalan

ajaran tarekat semakin meningkat perilaku ihsan pada jamaah sewelasan di Dusun

Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang penulis lakukan dalam penulisan skripsi, baik dari penelitian

lapangan maupun dari pembahasan teori-teori yang ada dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengamalan ajaran tarekatTarekatQodiriyah wa Naqsyabandiyah di Dusun Sumber

Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2015, kategori baik

sebanyak 15 jamaah dengan persentase 44%, kategori sedang sebanyak 16 jamaah

dengan persentase 47%, dan yang termasuk kategori cukup sebanyak 3 jamaah

dengan persentase 9%

2. Perilaku ihsan jamaah sewelasan di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang tahun 2015, dapat diketahui kategori baik sebanyak 19 jamaah

dengan persentase 56%, kategori sedang sebanyak 10 jamaah dengan persentase 29%

dan dalam kategori cukup 5 jamaah dengan persentase 15%

3. Hasil penelitian setelah dianalisis dengan menggunakan rumus product moment di

peroleh rxy hitung sebesar 0,450 dan rxy tabel sebesar 0,436. rtabel product moment

dengan N=34 pada taraf signifikasi 1%=0,436 rxyhitung sebesar 0,450>rxy tabel

sebesar 0,436. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara

pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber Desa Timpik

Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun 2015

B. Saran

1. Kepada ulama yang membina tarekat agar senantiasa meningkatkan dan mengingatkan

jamaah untuk selalu mengamalkan tarekat agar dapat meningkatkan hubungan baik

kepada sesama dan kepada Allah.

2. Kepada jamaah tarekat khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan mengikuti

Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah ini diharapkan masyarakat bisa membina

kerukunan dan dapat menciptakan masyarakat yang religius serta berbudi pekerti yang

tinggi antar sesama.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an dan terjemahannya.1984. Semarang: CV. Toha Putra

Aceh, Abu bakar. 1996. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani

Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:Era

Intermedia

Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ali, Muhammad. 2004. Muslim Ideal. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmaran As. 1994. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Puja Grafindo Persada.

Aziz, Masyhuri. 2006. Permasalahan Thariqah. Surabaya: Khalista

Bruinnessen, Martin Van, 1995, Kitab Kuning, Pesantren dan tarekat, Tradisi-tradisi Islam

di Indonesia, Bandung : Mizan,

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Fathurrahman,Oman. 1999. Menyoal Wahdatul Wujud. Jakarta: Mizan.

Hadi, Sutrisno. 1989. Metodology Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

UGM

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hermawan, Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Sekripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Wahidatul Wujuh. Yogyakarta: LKIS

Yogyakarta.

Jamil, Muhsin, 2005 Tarekat dan Dinamika Sosial Politik Tafsir Sosial Sufi; Nusantara,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Schimmel, annemarie.2000. Dimensi Mistik Dalam Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus

Shihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik: Islam Pertama Dan Pengaruhnya Hingga Kini Di

Indonesia. Bandung: Mizan

Valuddin, Mir. 1996. Zikir Dan Kontemplasi Dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Wahidatur Rohmah

2. Tempat dan Tanggal Lahir :Kab. Semarang, 29 Juni 1992

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Warga Negara : Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat :Sumber, Timpik, Susukan, Semarang

7. Riwayat Pendidikan :

a. SDN Timpik 04 lulus tahun 2004

b. MTsN 1 Susukan lulus tahun 2007

c. SMAN 1 Susukan lulus tahun 2010

d. IAIN Salatiga lulus tahun 2015

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 16 Maret 2015

Penulis

Wahidatur Rohmah

11110188

ANGKET

HUBUNGAN PENGAMALAN AJARAN TAREKAT DENGAN PERILAKU IHSAN

(Studi Kasus Pada Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dusun Sumber, Desa

Timpik, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2015)

Identitas Responden

Nama :

Usia :

Petunjuk pengisian lembar angket!

1. Jawablah pertanyaan yang anda anggap paling sesuai menurut anda

2. Berilah tanda silang pada jawaban yang anda pilih

3. Jawaban tidak ada yang benar atau salah

A. Angket Pengamalan Tarekat

1. Apakah Saudara/Saudari telah mengikuti tarekat?

a. Ya, saya mengikuti dan sudah di baiat

b. Ya, saya sudah mengikuti tetapi belum di baiat

c. Belum mengikuti tetapi sudah mempunyai niat untuk ikut

2. Apakah saudara/saudari sudah menjalankan semua amalan dalam tarekat?

a. Ya, sudah menjalankan semua

b. Baru menjalankan sebagian

c. Menjalankan tetapi sebagian kecil

3. Apakah saudara/saudari sering melaksanakan amalan dalam tarekat?

a. Saya selalu melaksanakan amalan-amalan tarekat

b. Saya kadang-kadang melaksanakan amalan tarekat

c. Saya jarang melaksanakan

4. Jika suatu hari saudara/saudari berhalangan untuk menjalankan amalan dalam tarekat,

apa yang saudara/saudari lakukan?

a. Mengganti secepatnya setelah ada waktu

b. Mengganti tetapi tidak sesegera mungkin (di tunda-tunda)

c. Kadang mengganti kadang tidak

5. Apakah saudara/saudari dapat memahami lafal/amalan dari zikir yang ada dalam

tarekat?

a. Ya, saya sudah dapat memahami semuanya

b. Sebagian besar saya memahami

c. Sebagian kecil saja yang saya pahami

6. Apakah saudara/saudari sudah bisa melakukan cara berzikir dengan benar?

a. Ya, saya sudah bisa melakukan zikir dengan benar

b. Belum sepenuhnya bisa

c. Belum bisa sama sekali

7. Apakah saudara/saudari memahami/mengerti tujuan dari melaksanakan amalan

dalam tarekat?

a. Ya, saya memahmi semua

b. Sebagian besar saya memahami

c. Sebagian kecil saja yang saya pahami

8. Apakah saudara/saudari dapat menghayati makna amalan tarekat ketika

melakukannya?

a. Ya, saya selalu dapat menghayati

b. Kadang-kadang dapat menghayati

c. Jarang dapat menghayati

9. Apakah saudara/saudari bisa mengatasi hal-hal yang mengganggu kekhusyu‟an

(banyak pikiran, bnyak pekerjaan yang harus diselesaikan) dalam menjalankan

amalan tarekat?

a. Ya, bisa mengatasi

b. Kadang bisa mengatasi

c. Jarang bisa mengatasi

10. Apakah saudara/saudari merasakan adanya pengaruh mengikuti tarekat terhadap

perbaikan perilaku saudara/saudari dalam hidup di masyarakat?

a. Ya, saya merasakan adanya pengaruh amalan tarekat terhadap kehidupan

b. Saya kurang merasakan pengaruh amalan tarekat terhadap kehidupan

c. Saya tidak merasakan pengaruh amalan tarekat terhadap kehidupan

11. Ketika guru atau mursyid memberikan tausiyah atau pembinaan akhlak kepada

jamaah tarekat, Apakah saudara/saudari selalu melaksanakan tausiyah tersebut?

a. Ya, saya sering melaksanakan

b. Saya kadang- kadang melaksanakan

c. Saya jarang melaksanakan

12. Bagaimana saudara/saudari menempatkan/memposisikan mursyid/guru?

a. Menghormatinya lebih pada orang lain

b. Menghormati sebagaimana orang pada umumnya

c. Biasa saja

13. bagaimana saudara/saudari memposisikan keluarga dari mursyid/guru?

a. menghargai keluarga guru melebihi keluarga orang lain

b. menghargai keluarga guru sebagaimana keluarga orang pada umumnya

c. Biasa saja

B. Angket perilaku ihsan

1. jika pada suatu saat saudara/saudari mengetahui ada teman yang sedang

membicarakan kejelekan orang lain, apa yang saudara/saudari lakukan?

a. Saya akan mengingatkan bahwa membicarakan kejelekan orang lain itu tidak baik

b. Saya akan mengakhiri pembicaraan

c. Cuek dan membiarkannya

2. Apakah saudara/saudari membiasakan memilih kata yang halus dalam berbicara?

a. Ya, saya berusaha memilih kata yang halus

b. Ya, hanya kepada yang lebih tua

c. Tidak pernah

3. Ketika ada yang menyakiti hati saudara/saudari, apa yang saudara/saudari lakukan?

a. Saya akan berusaha semampu saya untuk tidak menyakiti hati orang lain

b. Saya akan mengeluarkan kata-kata yang sebagaimana ia katakan

c. Saya akan balas dengan kata-kata yang lebih menyakitkan

4. Apakah saudara/saudari jika menghadapi satu keadaan yang mendorong

saudara/saudari untuk berbohong apa yang saudara/saudari lakukan?

a. Saya tidak akan berbohong apapun resikonya

b. Saya akan berbohong jika hal itu merugikan saya

c. Saya akan melakukan kebohongan yang penting menguntungkan saya

5. Apabila saudara/saudari mengetahui salah satu aib teman saudara/saudari, dan orang

lain menanyakannya bagaimana yang saudara/saudari lakukan?

a. Berusaha menutupi

b. Jika terpaksa saya akan mengatakannya

c. Memberi tahunya

6. Apabila bertemu dengan teman atau tetangga atau kerabat, apakah saudara/saudari

selalu mengucapkan salam?

a. Saya selalu mengucapkan salam

b. Kadang-kadang saja mengucapkan salam

c. Tidak pernah

7. Apakah saudara/saudari sering mengunjungi/bersilaturahmi kepada teman?

a. Ya saya sering mengunjungi/bersilaturahmi

b. Kadang-kadang

c. Jarang sekali

8. Apabila kerabat, teman atau tetangga meminta bantuan kepada saudara/saudari untuk

memecahkan masalah yang di hadapinya, apa yang saudara/saudari akan lakukan?

a. Segera membantu dengan kemampuan yang ada

b. Kadang-kadang saja mau membantu

c. Jarang mau membantu

9. Apabila kerabat, teman atau tetangga memderita sakit, apakah saudara/saudari selalu

menengok?

a. Ya, saya selalu menengok

b. Kadang-kadang menengoknya

c. Jarang sekali menengoknya

10. Apabila kerabat, teman, tetangga mempunyai hajat dan mengundang saudara/saudari,

apa yang saudara/saudari lakukan?

a. Saya berusaha untuk dapat selalu menghadirinya

b. Kadang-kadang saja menghadirinya, kecuali kepada teman akrab saja

c. Jarang menghadirinya

11. Apabila orang lain berbuat salah dan meminta maaf kepada saudara, apa yang

saudara/saudari lakukan?

a. Bersedia memaafkan kesalahannya

b. Merasa berat untuk memaafkannya

c. Tidak mau memaafkan kesalahannya

12. Bila ada tetangga, kerabat, teman yang melakukan kesalahan, apa yang

saudara/saudari lakukan?

a. Segera menegurnya dengan bijaksana

b. Kadang-kadang menegurnya

c. Tidak pernah menegur

13. Apabila saudara/saudari melakukan kesalahan, dan orang lain (tetangga, kerabat,

teman) menasehati anda bagaimana sikap saudara/saudari?

a. Menerimanya dengan lapang dada dan segera intropeksi diri

b. Menerimanya tetapi dengan menggerutu dalam hati (berat hati)

c. Tidak menerima/ marah terhadap orang yang memberi nasehat

SURAT KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Wahidatur Rohmah

NIM : 11110188

Jurusan/ Progdi: Tarbiyah/ PAI

Dosen PA : M. Gufron, M.Ag

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai

1. OPAK STAIN Salatiga 25-27 Agustus 2010 Peserta 3

2. User Education

(Pendidikan Pemakai) UPT

Perpustakaan STAIN

Salatiga

20-25 September 2010 Peserta

3

3. Seminar Nasional

Pendidikan Dengan Tema

“Membudayakan sebuah

Pendidikan Berkarakter

Ke-Indonesia-an dalam

Pendidikan Formal (Potret

Sekolah Artenatif)

HMJ Tarbiyah STAIN

Salatiga

6 November 2010 Peserta 6

4. Ceramah dan Dialog

(CERDIG) Muslimah

Dengan Tema “Muslimah

24 Karat”

Silmi Community

5 Desember 2010 Peserta 3

5. Seminar Nasional Sosial

“ALANGKAH

LUCUNYA NEGERI INI”

Universitas Diponegoro

12 Desember 2010 Peserta 6

6. National Workhsop Of

Enterpreneurship and Basic

Cooperation. KOPMA

FATAWA STAIN Salatiga

19 Desember 2010 Peserta 6

7. Javanese Public Speaking

Training (JPST) “Nguri-

Uri Boso Jawi” LDK

Darul Amal STAIN

Salatiga

15 Januari 2011 Peserta 3

8. Seminar “Heal the World

with Voluntary Service”

CEC STAIN Salatiga

19 Maret 2011 Peserta 3

9. Bedah Buku “Ratusan

Bangsa Merusak Satu

Bumi” CEC STAIN

Salatiga

3 Mei 2011 Peserta 2

10. Bedah Buku “Ijinkan Aku

Menikah Tanpa Pacaran”

LDK Darul Amal STAIN

Salatiga

14 Mei 2011 Peserta 2

11. Sarasehan Keagamaan

“Membedah Pemikiran dan

Gerakan” DEMA STAIN

SALATIGA

06 Juni 2011 Peserta 3

12. Praktikum Mata Kuliah

Baca Tulis Al Qur‟an

(BTQ)

22 Juni 2011 Peserta 2

13. Public Hearing SEMA

STAIN Salatiga

25 Juni 2011 Peserta 2

14. Smart Succesful SIBA

TEST (SSST) II

LDK Darul Amal STAIN

Salatiga

1 Juli 2011 Peserta 2

15. Seminar Nasional

ITTAQO

11 Juli 2011 Peserta 3

16. Praktikum Kepramukaan

STAIN Salatiga

22-27 Juli 2011 Peserta 3

17. Dauroh Mar‟atus Sholiha

LDK Darul Amal STAIN

Salatiga

24 November 2011 Peserta 3

18. Pelatihan sholat Khusyu‟

Biro Konsultasi Psikologi

“TAZKIA”

29 Januari 2012 Peserta 3

19. Praktikum Mata Kuliah

Etika Profesi Keguruan

10 Februari 2012 Peserta 2

20. Praktikum Mata Kuliah

Komputer Multimedia

14-15 Februari 2012 2

21. Pelatihan Penggunaan

Maktabah Syamilah dan

Mengetik Arab Cepat

ITTAQO STAIN Salatiga

17 Maret 2012 Peserta 3

22. Seminar Muslimah “Ibu,

Pondasi Utama

Membangun Generasi

Rabbani”

Lembaga Pendidikan Ibnu

Abbas Salatiga

15 April 2012 Peserta 3

23. Pendidikan Dasar

Perkoperasian (PDP)

KOPMA FATAWA

STAIN Salatiga

29 April 2012 Peserta 3

24. Bedah Buku Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI)

“Sang Maha-Segalanya

Mencintai Sang Maha-

Siswa”

14 Mei 2012 Peserta 2

25. Praktikum Mata Kuliah

Fiqih “Perawatan Jenazah”

17 September 2012 Peserta 3

26. Pendidikan Lanjutan

Perkoperasian (PLP) se-

JATENG KOPMA

FATAWA STAIN Salatiga

30 November - 2

Desember 2012

Peserta 3

27. Surat Keterangan Pengurus

KOPMA FATAWA

STAIN Salatiga

01 Maret 2013 Pengurus 3

28. Seminar Nasional DEMA

STAIN Salatiga

“Ahlussunna Waljamaah

dalam Perspektif Islam

Indonesia”

26 Maret 2013 Peserta 6

29. Seminar Pendidikan HMJ

Tarbiyah STAIN Salatiga

2 Mei 2013 Peserta 3

30. Training of Trainer “To Be

The Best Trainer”

KOPMA FATAWA

STAIN SALATIGA

22-24 November 2013 Panitia 3

31. Surat Keterangan Guru

Wiyata Bhakti di SD

Tawang 02

1 Januari 2014 Pengajar 3

32 Pesantren Kilat 17-19 Juli 2014 Panitia 3

Jumlah 100

Salatiga, 10 Maret 2015

Wakil Ketua III

Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Moh. Khusen, M.Ag., M.A

NIP. 19741212 199903 1 003