Upload
dothien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU
MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM MELAKUKAN
PEMBERIAN OBAT
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syrat mendapatkan
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
LYDYA PERWITASARI AS
107104001538
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1433 H/2012
ii
iii
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Februari 2012
Lydya Perwitasari AS
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lydya Perwitasari AS
Tempat/tanggal lahir : Serang, 07 Maret 1989
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Raya Cilegon Km.5 Taman Baru Komp. KS Rt 16/05
No. 05 42162 Serang-Banten
Tlp : 0254232172/087878198523
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
TK Alkhariyah (1994-1995)
SDN 1 Kramatwatu (1995-2000)
SMPN 1 Serang (2000-2004)
SMAN 2 Serang (2004-2007)
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Februari 2012
Lydya Perwitasari AS, NIM : 107104001538
Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi
keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian
obat
xvi+ 86 halaman, 20 tabel, 2 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK
Salah satu peran perawat di pelayanan kesehatan adalah melakukan
pemberian obat yang sesuai dengan enam prinsip benar. Perawat bertanggung
jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan
obat yang tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya
dengan benar dan memberikan informasi kepada klien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan
mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat (nama dan
bentuk obat, sifat dan kerja obat, efek dan reaksi obat, sistem perhitungan obat,
rute pemberian obat, dan peran perawat dalam melakukan pemberian obat)
dengan perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat yang sesuai
dengan enam prinsip benar yaitu benar obat, benar pasien, benar waktu, benar
dosis, benar rute, dan benar dokumentasi.
Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan desain
cross sectional. Sampel sebanyak 34 orang, pengambilan sampel dilakukan
dengan cara sampling jenuh. Pengumpulan data untuk pengetahuan melalui
pengisian kuesioner, dan perilaku melalui observasi dengan menggunakan lembar
check list. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat ( spearman
rank).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh dari hasil
pengetahuan baik yaitu laki-laki 14.3% dan perempuan 29.6%. Nilai farmakologi
dan nilai IPK mempengaruhi pengetahuan mahasiswa profesi keperawatan yaitu
nilai C pengetahuan kurang 60% dan nilai IPK memuaskan (2,00-2,74)
pengetahuan kurang sebanyak 66,7%. Hasil penelitian pengetahuan didapatkan
pengetahuan kurang 35.3%, pengetahuan cukup 38.2%, dan pengetahuan baik
26.5%. Hasil penelitian perilaku didapatkan responden yang memiliki perilaku
baik sebanyak 79.4% dan perilaku buruk 20.6%. Berdasarkan hasil analisis data
didapatkan bahwa antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners
dalam melakukan pemberian tidak ada hubungan (p-value: 0,16).
Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Pemberian Obat, prinsip enam benar,
mahasiswa profesi keperawatan.
viii
Daftar bacaan : 40 (1994 – 2011).
ix
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduated thesis, February 2012
Lydya Perwitasari AS : 107104001538
Relationship with the knowledge of the behavior of the nursing profession
students Syarif Hidayatullah State Islamic University in the conduct
administration of drugs
xvi + 86 pages, 20 tables, 2 figures, 7 appendices
ABSTRACT
One of nurse’s role in health service is drug administration which
appropriate with six right principle. Nurse be responsible in understand drug’s
work, side effect which posed, giving an appropriate drug, monitoring client’s
response and helping client to use correctly and giving an information to the
client.
The aim from this research is to know relationship between knowledge
nurse student profession in drug administration (name and drug form, nature and
drug’s work, effect and drug’s reaction, drug’s calculation system, drug’s route,
and nurse’s role in drug administration) with proffesion student’s behavior in drug
administration which appropriate with six right principle that is right drug, right
patient, right time, right dose, right route and right documentation.
Research’s type is quantitative analytic with cross sectional design.
Number of sample 34 with sampling jenuh technique. Data’s collection for
knowledge with questionare and behavior with observation and check list. Data’s
analysis with univariate and bivariate (spearman rank).
Research’ s outcome show that profession student’s knowledge not
different between man and woman, man 14.3% dan woman 29.6%. pharmacology
score and IPK affecting nurse profession student knowledge, C score with less
knowledge 60% and IPK score satisfy (2,00-2,74) with less knowledge 66,7%.
Research outcome for knowledge are student with less knowledge 35.3%,
enough 38.2%, and good 26.5%. research outcome for behavior are, good
behaviour 79.4% and bad behaviour 20.6%. based on data’s analysis outcome
that there have no relation between knowledge with nurse profession student
behavior in drug administration (p-value: 0,16).
Keyword : knowledge, behavior,administration drug, six principles, nursing
profession students
References : 40 (1994-2011)
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
"Hiduplah seakan engkau akan mati besok. Belajarlah seakan engkau akan hidup
selamanya" Mahatma Gandhi
Jika Anda mendidik seorang pria, maka seorang pria akan menjadi terdidik. Jika
Anda mendidik seorang wanita, maka sebuah generasi akan terdidik"
Brigham Young
"Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat
mengubah dunia" Nelson Mandela
"Kecerdasan dan karakter adalah tujuan sejati pendidikan" Martin Luther King
Jr.
"Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara berpikir, bukan apa yang harus
dipikir" Margaret Mead
Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang
mempersiapkan dirinya sejak hari ini" Malcolm X
"Tidak penting seberapa lambat Anda berjalan, selama Anda tidak berhenti"
Confucius
"Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong. Pendidikan adalah
proses menyalakan api pikiran" W.B. Yeats
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Profesi
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Melakukan Pemberian
Obat“. Tidak lupa pula sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan pelita kehidupan bagi umatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak
lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis
merasa tidak akan mampu membalas jasa semua dari pihak yang telah
membantu. Rasa terima kasih ini disampaikan kepada :
1. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
Terimakasih telah memberikan motivasi.
3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan.
4. Ibu Ernawati S.Kp., M.Kep. Sp. KMB selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan motivasi.
5. Ibu Ita Yuanita S.Kp., M.Kep selaku Pembimbing II yang telah membimbing
dan memberikan motivasi.
xii
6. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku penguji penguji sidang skripsi
yang memberikan bimbingan pada penulis.
7. Ibu Anna selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing dan
membantu lancarnya penelitian.
8. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan
motivasi dan ilmunya pada penulis.
9. Segenap Staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan.
10. Mahasiswa profesi angkatan kedua yang menyediakan waktunya dan selalu
memberikan semangat.
11. Kedua orang tua (bapak Narto dan Ibu Karsih) yang selalu memberikan do’a,
semangat, dorongan, arahan, kasih sayang dan dukungan moril serta materiil
tanpa pernah berhenti sepanjang waktu
12. Om dan Tante (P’min dan Tante Eka) juga Kakak-kakak dan adik-adik (Mas
Rhony, Mba’ Maria dan Agus) yang selalu memberikan do’a, semangat dan
dukungan
13. Sahabat-sahabat PSIK ’07 yang telah berjuang bersama-sama dalam
perkuliahan di Keperawatan.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
karena sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Dengan memanjatkan
do’a kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan
mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin Semoga skripsi ini bisa dikembangkan
kembali dan dapat memberikan manfaat.
xiii
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Februari 2012
Lydya Perwitasari AS
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................ viii
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................. ix
KATA PENGANTAR . ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL . .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1. Tujuan umum ........................................................................ 7
2. Tujuan khusus ........................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
1. Instansi Pendidikan Keperawatan ........................................... 8
2. Responden ............................................................................. 8
3. Peneliti .................................................................................. 9
4. Peneliti Selanjutnya ............................................................... 9
F. Ruang Lingkup ............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
A. Pengetahuan ................................................................................ 10
1. Definisi .................................................................................. 10
2. Proses Adopsi Perilaku .......................................................... 10
3. Tingkat Pengetahuan didalam Domain Kognitif ..................... 11
B. Perilaku ....................................................................................... 12
1. Definisi .................................................................................. 12
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku ........... 13
3. Pembentukan Perilaku ........................................................... 14
C. Mahasiswa Profesi Keperawatan.................................................. 14
1. Definisi Profesi ...................................................................... 14
xv
2. Definisi Keperawatan............................................................. 15
3. Tahapan Pendidikan Keperawatan ......................................... 15
D. Pemberian Obat ........................................................................... 18
1. Definisi Obat ......................................................................... 18
2. Nama dan Bentuk Obat .......................................................... 19
3. Sifat dan Kerja Obat .............................................................. 21
4. Efek dan Reaksi Obat............................................................. 23
5. Perhitungan Obat ................................................................... 26
6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat .................................... 31
7. Pemberian Obat berdasarkan enam prinsip benar ................... 33
E. Penelitian Terkait ........................................................................ 38
F. Kerangka Teori ............................................................................ 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINSI OPERASIONAL ........... 42
A. Kerangka Konsep ....................................................................... 42
B. Hipotesis .................................................................................... 43
C. Definisi Operasional ................................................................... 44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................ 46
A. Desain Penelitian ........................................................................ 46
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 46
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 47
1. Populasi ................................................................................ 47
2. Sampel .................................................................................. 47
D. Instrumen Penelitian .................................................................. 47
1. Kuesioner ............................................................................. 47
2. Lembar observasi .................................................................. 49
E. Pengumpulan Data...................................................................... 50
1. Sumber Data ......................................................................... 50
2. Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 50
F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ........................................ 52
1. Uji Validitas ......................................................................... 52
2. Reliabilitas ............................................................................ 52
G. Tekhnik Analisa Data ................................................................. 53
1. Langkah Analisis Data .......................................................... 53
2. Analisis Data ....................................................................... 54
H. Etika Penelitian .......................................................................... 55
xvi
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 57
A. Wewenang Mahasiswa Profesi Keperawatan dalam pemberian obat
.................................................................................................. 57
B. Gambaran Demografi
1. Jenis Kelamin....................................................................... 58
2. Nilai Farmakologi ................................................................ 59
3. Nilai IPK .............................................................................. 59
C. Analisis Univariat
1. Pengetahuan ......................................................................... 60
2. Perilaku ................................................................................ 67
D. Analisis Bivariat ........................................................................ 69
BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... 71
A. Analisis Univariat ...................................................................... 71
1. Gambaran jenis kelamin dengan pengetahuan ...................... 71
2. Gambaran nilai farmakologi dan nilai IPK dengan pengetahuan
74
3. Gambaran jenis kelamin dengan perilaku pemberian obat .... 76
4. Gambaran perilaku pemberian obat ...................................... 78
B. Analisis Bivariat ........................................................................ 81
1. Hubungan pengetahuan dengan perilaku dalam melakukan
pemberian obat ..................................................................... 81
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 85
B. Saran .......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 2.1 Reaksi Alergi Ringa ...................................................................... 24
Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran ........................................................................... 26
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 42
Tabel 5.1 Frekuensi Jenis kelamin .................................................................. 58
Tabel 5.2 Frekuensi Nilai Farmakologi ........................................................... 59
Tabel 5.3 Frekuensi Nilai IPK ......................................................................... 59
Tabel 5.4 Frekuensi Subvariabel nama dan bentuk obat .................................. 60
Tabel 5.5 Frekuensi Subvariabel sifat dan kerja obat ....................................... 61
Tabel 5.6 Frekuensi Subvariabel efek dan reaksi obat ..................................... 61
Tabel 5.7 Frekuensi Subvariabel sistem perhitungan obat ............................... 62
Tabel 5.8 Frekuensi Subvariabel rute pemberian obat ..................................... 62
Tabel 5.9 Frekuensi Subvariabel peran perawat dalam pemberian obat ........... 63
Tabel 5.10 Frekuensi tingkat pengetahuan ...................................................... 64
Tabel 5.11 Frekuensi jenis kelamin dan tingkat pengetahuan .......................... 64
Tabel 5.12 Frekuensi nilai farmakologi dan tingkat pengetahuan .................... 65
Tabel 5.13 Frekuensi nilai IPK dan tingkat pengetahuan ................................. 66
Tabel 5.14 Frekuensi jenis kelamin dan perilaku ............................................. 67
Tabel 5.15 Frekuensi Subvariabel perilaku pemberian obat ............................. 68
Tabel 5.16 Frekuensi perilaku pemberian obat ................................................ 69
Tabel 5.17 Proporsi Pengetahuan dan perilaku ................................................ 69
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Gambar 2.3 Kerangka Teori ....................................................................... 39
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 40
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Lembar Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Mahasiswa Profesi
dalam melakukan pemberian obat
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lampiran 4 Lembar Petunjuk Pengisian Lembar Observasi
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Hasil Penelitian Univariat
Lampiran 7 Hasil Penelitian Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat dan
bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut
tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara
profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada
upaya lain yang perlu dilakukan kecuali mengadakan penyesuaian dan
perbaikan terhadap mutu layanan keperawatan (Muhlisin & Ichsan 2008).
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada
hasil Lokakarya Nasional (1983), didefinisikan sebagai suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan
biologis-psikologis-sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Peran perawat adalah sebagai pemberi pelayanan keperawatan yang
professional, pembuat keputusan klinis, pelindung atau advokat klien, manajer
kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh dan sebagai
pendidik. Pada perannya sebagai pemberi pelayanan keperawatan salah satu
kegiatan yang dilakukan yaitu pemberian obat yang pada dasarnya merupakan
2
suatu kolaborasi antara dokter, apoteker dan perawat. Saat pemberian obat
tersebut hal yang terpenting adalah perawat memberikan obat yang aman dan
akurat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati
klien yang memiliki masalah kesehatan, walaupun obat menguntungkan klien,
obat juga menimbulkan efek samping yang serius dan berpotensi
menimbulkan efek yang berbahaya. Perawat bertanggung jawab memahami
kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat yang tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar
dan memberikan informasi kepada klien. Perawat pada saat sebelum
memberikan obat harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan
sebelumnya yang nantinya untuk perawat dapat berdiskusi dengan dokter
apakah obat tersebut tepat dan aman untuk klien (O’shea,1998).
Pemberian obat oleh perawat diharuskan menggunakan prinsip “benar”
yaitu, benar pengkajian, benar obat, benar klien, benar rute, benar dosis, benar
waktu, benar dokumentasi, benar tindakan,benar bentuk, dan benar respon,
benar evaluasi, sehingga apabila terjadi kesalahan dan tidak sesuai dengan
prinsip pemberian obat maka akan timbul atau terjadi kesalahan pemberian
obat yang merupakan tanggung jawab perawat (Elliott & Liu, 2010).
Angka kejadian kesalahan pemberian obat masih terhitung banyak data
ini didapatkan dari penelitian di Auburn University di rumah sakit dan nursing
home di Colarado dan Gerogia, USA pada tahun 2002, dari 3216 jenis
pemberian obat terdapat 43% pemberian obat dilakukan pada waktu yang
salah, dan 4% diberikan obat yang salah (Joint Commission on Acreditation of
Health Organization [JCAHO], 2002). Peneliti pada penelitian ini juga
3
mengemukakan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Institut of
Medicine pada tahun 1999, yaitu kesalahan medis (medical error) telah
menyebabkan 1 (satu) juta cedera dan 98.000 kematian dalam setahun. Data
yang didapat dari JCAHO juga menunjukkan bahwa 44.000 dari 98.000
kematian yang terjadi di rumah sakit setiap tahun disebabkan oleh kesalahan
medis. (Kinninger & Reeder, 2003 dalam Kusmarjathi, 2009). Di Nort-West-
England dari 11.077 kesalahan, terdeteksi 124.260 pemberian obat tingkat
kesalahan rata-rata 8,9 per 100 pemberian obat (Ashcroft, Healthfield, Lewis,
Miles, Taylor, & Tully, 2009)
Kesalahan obat di Australia terjadi sebanyak 350.000 per tahun yang
42% mengakibatkan kerugian pasien, termasuk 130 kematian. 27% (96.000)
kesalahan cairan yang mengakibatkan 27% kerugian pada pasien, termasuk 7
kematian (Hospira,2009). Negara Malaysia terdapat sebanyak 1118 pemberian
obat yang diamati pada 66 pasien rawat inap dengan kesalahan pemberian
obat yang tercatat sebanyak 135. Ini berarti 12,1/100 kesalahan pemberian
obat. Jenis kesalahan yang umum terjadi adalah pada waktu yang salah
(25,2%), diikuti oleh salah teknik (cara) pemberian (16,3%), dan lain-lain
seperti penyiapan obat yang tidak benar, dosis yang salah dan kelalaian
(masing-masing 10,4%) (Hui, Siang, & Rahman, 2005). Sedangkan untuk
Negara Indonesia sendiri data yang didapatkan berdasarkan laporan Peta
Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI 2007), kesalahan
dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama. Kurangnya data-data
yang diperoleh terhadap masalah kesalahan pemberian obat adalah
dikarenakan kurangnya laporan dan pencatatan.
4
Berdasarkan kejadian dari kesalahan pemberian obat maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian obat kepada klien harus dilakukan
sesuai dengan prosedur yang ada dan berdasarkan dengan prinsip-prinsip
pemberian obat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat.
Pemberian obat yang dilakukan oleh perawat harus berdasarkan pengetahuan
yang memadai sehingga resiko terjadinya kesalahan pemberian obat dapat
dikurangi. Pengetahuan merupakan hal yang penting untuk melandasi
bagaimana seseorang berperilaku, sehingga diharapkan dengan mempunyai
pengetahuan yang baik mengenai pemberian obat dapat mencegah terjadinya
kesalahan dalam pemberian obat, oleh karena itu, untuk menghasilkan perawat
yang professional perlu dimulai pada saat pendidikan.
Pendidikan perawat di Indonesia telah dimulai pada masa
pemerintahan Kolonial Belanda, perawat penduduk pribumi yang disebut
Vepleger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit. Pada
masa ini perkembangan rumah sakit maju dengan pesat tetapi perkembangan
keperawatan secara konseptual belum ada. Bentuk-bentuk kegiatan pelayanan
keperawatan dari tahun 1945 sampai akhir tahun 1962-an masih berorientasi
pada keterampilan melaksanakan prosedur, sampai adanya perubahan konsep
tentang konsep tentang keperawatan sebagai profesi tahun 1983 (kusnanto,
2003).
Berlangsungnya proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia,
telah terjadi pergeseran yang sangat mendasar di beberapa aspek dalam
perkembangan keperawatan. Pergeseran dalam pemahaman tentang
keperawatan, yaitu yang tadinya dipersepsikan sebagai pekerjaan bersifat
5
vokasional (vocational) secara bertahap diterima keberadaannya sebagai suatu
profesi (professional). Menghasilkan tenaga profesi saat ini telah
dikembangkan beberapa program pendidikan, yaitu Program Pendidikan D-III
Keperawatan, Program Pendidikan Ners, Program Magister Keperawatan dan
Program Spesialis Bidang Keperawatan, dan Program Doktor Keperawatan
(Kusnanto 2003).
Program pendidikan Ners harus memiliki sikap dan kemampuan
professional (professional competencies) melakukan praktik keperawatan
ilmiah dasar secara mandiri. Menurut Shortdrige (1985) menyatakan
karakteristik esensial dari suatu profesi adalah pelayanan yang didasarkan
pada ilmu pengetahuan, menggunakan berbagai konsep teori dan prinsip
sebagai landasan asuhan yang didapat melalui pengalaman belajar dan praktik;
berorientasi pada komitmen untuk memberikan pelayanan professional dalam
memenuhi kebutuhan pasien (Erniyati, Bukit & Salbiah 2007).
Alasan dilakukannya penelitian ini adalah dikarenakan dalam hal
pemberian obat adalah kegiatan yang sering dilakukan oleh perawat di
pelayanan keperawatan, dan dilakukan pada mahasiswa profesi keperawatan
(ners) dikarenakan untuk menciptakan perawat yang profesional dimulai dari
mahasiswa profesi, sehingga dengan penelitian ini akan dapat membantu
dalam meningkatkan kualitas keperawatan pada pelayanan di rumah sakit.,
selain itu penelitian tentang mahasiswa profesi juga belum pernah dilakukan
di Indonesia. Beberapa penelitian yang dapat mendukung alasan peneliti
melakukan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut : Penelitian menurut
Manias & Bullock (2001), didapatkan hasil adalah Perawat klinis menyatakan
6
bahwa perawat yang baru lulus dari akademik mengalami kekurangan dalam
bidang farmakologi, yang mengakibatkan kurangnya pemahaman tentang
nama obat beserta golongannya, ketidakmampuan dalam membaca grafik
obat, dan kesulitan dalam perhitungan obat, selain itu juga kurangnya
pemahaman dalam mengaplikasikan konsep farmakologi ke dalam
prakteknya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kusmarjathi tahun 2009 tentang
penerapan prinsip “enam benar” dalam pemberian obat oleh perawat di ruang
rawat inap, didapatkan hasil tingkat pengetahuan responden tentang obat
adalah 62,5% pengetahuan sangat baik, 25% pengetahuan baik, 2,5%
pengetahuan cukup dan 5% pengetahuan kurang. Hasil penelitian dalam
tingkat penerapan prinsip “enam benar” dalam pemberian obat oleh perawat
didapatkan hasil 55% tinggi, 41,2% sedang, 3,7% rendah.
Hasil wawancara pada tanggal 15 juni 2011, kepada 3 orang
mahasiswa profesi keperawatan didapatkan bahwa mahasiswa berusaha untuk
melakukan pemberian sesuai dengan prinsip 6 benar, permasalahan
mahasiswa profesi tentang obat adalah macam-macam obat yang tidak umum
beserta golongannya, serta efek samping yang akan ditimbulkan oleh obat
tersebut, selain itu juga mahasiswa profesi masih merasakan kesulitan pada
perhitungan dosis obat yang akan diberikan.
7
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam melakukan pemberian obat?”.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana karakteristik responden yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan yang dimiliki mahasiswa profesi
terkait dengan obat seperti efek dan reaksi obat, sifat dan kerja obat dan
system perhitungan dosis obat, dan peran perawat dalam pemberian obat?
3. Bagaimana gambaran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan
pemberian obat sesaui dengan enam prinsip benar ?
4. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa
profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian
obat?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
Tujuan Penelitian adalah untuk Mengetahui gambaran pengetahuan dan
perilaku mahasiswa profesi keperawatan dalam pemberian obat.
2. Tujuan Khusus
a. Karakteristik responden : jenis kelamin, nilai mata kuliah farmakologi,
dan nilai IPK
8
b. Diperolehnya data tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki
mahasiswa profesi terkait dengan obat seperti efek dan reaksi obat,
sifat dan kerja dari obat, dan system perhitungan dosis obat.
c. Diperolehnya gambaran perilaku mahasiswa dalam mengidentifikasi
pasien ketika akan memberikan obat.
d. Diperolehnya gambaran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan
crosscheck terkait dengan nama obat, rute yang diberikan, waktu
pemberian dan dosis yang akan diberikan pada pasien.
e. Diperolehnya gambaran mahasiswa profesi dalam melakukan
dokumentasi.
f. Menganalisa hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah dalam melakukan
pemberian obat.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Instansi Pendidikan
Menambah literatur dan memberikan informasi tentang pengetahuan dan
perilaku mahasiwa profesi dalam pemberian obat, sehingga dapat terus
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Responden
Manfaat bagi responden adalah diharapkan dengan hasil penelitian ini
dapat memberikan bahan evaluasi, sehingga mahasiswa profesi dapat terus
meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuannya tersebut
saat melaksanakan praktek keperawatan.
9
3. Peneliti
Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menyusun
karya tulis ilmiah, dan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Program
Sarjana di keperawatan.
F. RUANG LINGKUP
Penelitian ini dilakukan untuk dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi ners UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam melakukan pemberian obat yang sedang
melaksanakan praktek klinik di Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta. Subjek
yang diteliti adalah mahasiwa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah angkatan
kedua. Dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian cross sectional. Variable terikat pada penelitian ini adalah
perilaku pemberian obat, sedangkan variable bebas adalah pengetahuan
tentang pemberian obat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanggung jawab perawat selalu mengalami perkembangan seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak menghasilkan
informasi. Perawat pelaksana maupun mahasiswa keperawatan dituntut untuk
dapat mengadaptasikan diri dalam suatu lingkungan yang mengalami
perkembangan pengetahuan (Asmadi, 2005).
A. PENGETAHUAN
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behavior).
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yaitu:
11
a. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mencoba perilaku baru
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, dan menyimpulkan terhadap objek yang
dipelajari.
12
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Contohnya menggunakan prinsip-prinsip benar dalam melakukan
pemberian obat.
d. Analisis (Analysis)
analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sinstesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan–rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan criteria-kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin
13
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas.
B. PERILAKU
1. Definisi Perilaku
Perilaku menurut Skinner 1938 adalah respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Definisi lain dari perilaku
menurut Suryani 2003 adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari
hubungannnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain :
a. Susunan syaraf pusat
Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku
manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari
rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan.
b. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang diahasilkan melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman.
c. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku.
14
d. Belajar
Belajar diartikan sebagai suatu perubahan perilakuyang dihasilkan dari
praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964)
mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang
dihasilkan dari perilaku terdahulu.
e. Faktor ekstern: objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan
yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.
3. Pembentukan perilaku
Perilaku manusia terbesar adalah perilaku yang dibentuk, dengan perilaku
yang dipelajari. Cara untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan
harapan :
a. Cara pembentukan perilaku dengan condititioning/kebiasaan
Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai dengan
harapan maka akan terbentuklah suatu perilaku.
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
belajar secara kognitif disertai dengan adanya pengertian atau insight,
dan dalam belajar juga dibutuhkan latihan.
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model.
C. MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN
1. Definisi Profesi
Profesi memiliki mekanisme aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu
ketentuan, sedangkan pekerjaan tidak memerlukan hal rumit. Profesi
menurut Paul F Comenisch (1983). Adalah suatu “komunitas moral” yang
15
memiliki cita-cita dan nilai bersama. Seluruh profesi dipersatukan oleh
latar belakang pendidikan yang sama dan keahlian yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu pernyataan atau
suatu janji terbuka yang menegaskan bahwa individu akan mengabdikan
dirinya kepada suatu pekerjaan tertentu karena dirinya merasa terpanggil
untuk menjalani pekerjaan itu. (Aziz 2002)
2. Definisi Keperawatan
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada
hasil lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat
pendidikan keperawatan juga menekankan pemahaman tentang
keprofesian.
3. Tahapan Pendidikan Keperawatan
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks
dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, yang
intinya didalam pendidikan keperawatan membutuhkan proses belajar
yang dapat merubah perilaku dalam dunia pendidikan.
Menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua
tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya
16
mendapat gelar S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya
mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus
diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi
sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap
akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata
kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya
umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak
langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian
berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi
mahasiswa mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah
didapat selama tahap akademik.
a. Pendidikan Keperawatan Sebagai Pendidikan Akademik
Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan
nasional yang mana pola pendidikan terdiri dari dua aspek yakni
pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pada pendidikan
akademik dituntut mampu melaksanakan tiga fungsi pendidikan yaitu
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, dalam bidang
keperawatan melalui tiga fungsi tersebut diharap dapat menghasilkan
berbagai jenis tenaga keperawatan dalam berbagai jenjang kemampuan
baik sebagai professional maupun sebagai ilmuan keperawatan, dengan
riset keperawatan atau penelitian keperawatan akan dapat diperoleh
hasil yang dapat menambah atau memperluas ilmu pengetahuan
keperawatan yang mampu menerapkan teknologi keperawatan, dalam
17
meningkatkan pelayanan keperawatan dan melalui pengabdian
masyarakat khususnya dalam bidang keperawatan.
b. Pendidikan Keperawatan sebagai Pendidikan Profesi
Sebagai pendidikan profesi, pendidikan keperawatan harus
memiliki landasan akademik yang kuat dan selalu mengikuti
perkembangan IPTEK Keperawatan, mampu mengembangkan
keterampilan dasar dan kemampuan sebagai sarjana keperawatan. Pada
pendidikan profesi diharapkan mampu menumbuhkan dan membina
sikap tingkah laku dan kemampuan professional keperawatan dalam
melakukan praktek keperawatan ilmiah, menumbuhkan sikap
professional, membina landasan profesi merupakan sosialisasi
professional sehingga mampu melakukan adaptasi secara professional,
melalui pembelajaran klinik keperawatan menjadikan diri sebagai
model peran.
Pendidikan keperawatan dalam melaksanakan praktek klinik akan
menggunakan rumah sakit pendidikan sebagai usaha untuk
mengembangkan pengalaman belajar klinik keperawatan, secara
professional konsep-konsep keperawatan akan dapat diterapkan.
Pendidikan profesi dikembangkan dan dibina berdasarkan tanggung
jawab moral kepada masyrakat. Pendidikan profesi dilaksanakan
setelah selesai menyelesaikan pendidikan akademik, oleh karena itu
landasan kokoh dalam bidang ilmu keperawatan yang diperoleh selama
pendidikan akademik akan mempunyai arti penting dalam
pembelajaran pendidikan profesi.
18
Pemberian asuhan keperawatan secara professional dapat bersifat
saling berhubungan dan saling bergantung dengan system pelayanan
professional lain, seperti pelayanan asuhan medik, sifat saling
bergantung mempunyai arti bahwa system pemberian pelayanan saling
memerlukan dan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Asuhan keperawatan dikatakan professional bila pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada klien berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan dengan pendekatan holistic, mencakup bio-psiko-sosio-
spiritual yang berorientasi pada kebutuhan dasar manusia. Disamping
itu dalam prakteknya asuhan keperawatan dilaksanakan dengan
menggunakan metode penyelesaian masalah secara ilmiah dengan
landasan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan secara tepat
guna dan menggunakan keterampilan interpersonal, tehnikal dan
intelektual (Husin, 1999 dalam Hidayat 2002).
Pada dasarnya pengembangan pendidikan profesi merupakan
aplikasi dari pendidikan akademik. Tuntutan secara professional dalam
memberikan asuhan keperawatan merupakan wujud dari penerapan
pendidikan profesi. Dengan demikian program pendidikan professional
mengutamakan peningkatan kemampuan penerapan ilmu pengetahuan.
Pendidikan profesi lebih mengutamakan penguasaan keahlian dalam
upaya profesi tertentu yang dilaksanakan setelah menyelesaikan
pendidikan akademik dan lulusannya mendapatkan sebutan profesi.
19
D. PEMBERIAN OBAT
1. Definisi Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah
sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang
sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi
tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa
penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia).
2. Nama dan Bentuk Obat
a. Nama Obat
1) Nama kimia memberi gambaran pasti komposisi obat. Salah satu
contoh nama kimia adalah asam asetilasetat yang biasa dikenal
sebagai aspirin.
2) Nama generik diberikan oleh pabrik yang pertama kali meproduksi
obat tersebut sebelum mendapat izin dari FDA dalam hal ini
dilindungi hukum.
3) Nama resmi adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi
resmi, misalnya dalam United States Pharmacopeia (USP).
20
4) Nama dagang, nama merek atau nama pabrik adalah nama yang
digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generik
dapat memasarkan sebuah obat generik memiliki nama yang
berbeda. Nama dagang memiliki simbol ® disebelah kanan atas
nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar.
b. Bentuk Obat
1) Pulvis (Serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar.
2) Tablet (Compressi) merupakan sedian padat berbentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan tanpa bahan
tambahan.
3) Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil
mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral.
4) Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat
dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
5) Solutiones (Larutan) merupakan sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang larut,
6) Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut terdispersi dalam fase cair.
7) Unguenta (Salep) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir
21
8) Suppositoria Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,
umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
9) Guttae (Obat Tetes) Merupakan sediaan cairan berupa larutan,
emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat
luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan
penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia.
10) Injectiones (Injeksi) Merupakan sediaan steril berupa larutan,
emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
3. Sifat dan Kerja Obat
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian
umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di
tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini
disebut dengan proses farmakokinetika (Raden Sanjoyo, 2005).
a. Absorpsi
Absorpsi adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian
obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Setiap rute
pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat,
bergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relatif tidak dapat
ditembus zat kimia, sehingga sehingga absorpsi menjadi lambat, selain
22
itu obat yang diberikan lewat oral juga lambat dikarenakan harus
melewati sistem percenaan. Membran mukosa dan saluran napas
mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa
dan permukaan kapiler-alveolar. (potter dan perry 1999).
b. Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke selruh tubuh melalui
sirkulasi darah. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan
penyebarannya didalam tubuh : 1) distribusi yang terjadi segera setelah
penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya
jantung, hati, ginjal, dan otak. 2) distribusi mencakup jaringan yang
perfusi jaringannya mencakup tidak sebaik organ di fase pertama
misalnya, otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Obat yang mudah
larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan terditribusi ke
dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit
menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terutama di
cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein
plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai
keseimbangan. (Raden Sanjoyo, 2005).
c. Metabolisme
Proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi
lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam
lemak sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal.
23
d. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam
bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut
lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ
ekskresi yang terpenting. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat,
liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif
kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat. Liur
dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar
obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam
toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik.
4. Efek dan Reaksi Obat
Menurut Potter dan perry (1999) efek dan reaksi obat dapat dibagi
menjadi 5 :
a. Efek Terapeutik
Efek terapeutik merupakan respons fisiologis obat yang diharapkan
atau diperkirakan timbul. Contoh, aspirin berfungsi sebagai analgesik,
antipiretik, dan antiinflamasi, dan menurunkan agregasi (gumpalan)
trombosit.
b. Efek samping
Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang
tidak diinginkan. Contoh, penggunaan kodein fosfat dapat membuat
24
seorang klien mengalami konstipasi, dan penggunaan teofilin dapat
membuat klien sakit kepala dan pusing.
c. Efek Toksik
Efek toksik terjadi setelah klien meminum obat berdosis tinggi
dalam jangka waktu lama, setelah lama menggunakan obat yang
ditujukan untuk aplikasi eksternal, atau setelah suatu obat
berakumulasi didalam darah akibat kerusakan metabolisme atau
ekskresi. Satu dosis obat dapat menimbulkan efek toksik pada
beberapa klien. Jumlah obat yang yang berlebihan didalam tubuh dapat
menimbulkan efek yang mematikan, bergantung pada kerja obat.
Contoh, morfin, sebuah analgesik narkotik, meredakan nyeri dengan
menekan susunan saraf pusat. Bagaimanapun, kadar toksik morfin
menyebabkan depresi pernapasan yang berat dan kematian.
d. Reaksi Idiosinkratik
Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan,
misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi berlebihan,
tidak bereaksi, atau bereaksi tidak normal terhadap obat. Contoh,
seorang anak yang menerima antihistamin (contohnya, Benadryl)
menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk.
e. Reaksi Alergi
Reaksi alergi adalah respon lain yang tidak dapat diperkirakan
terhadap obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% sampai 10% merupakan
reaksi alergi. Kekebalan tubuh seseorang dapat tersentralisasi terhadap
25
dosis awal obat,. Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien,
ia akan menglami respon alergis terhadap obat atau zat kimia bekerja
sebagai antigen, memicu pelepasan antibodi.
Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat. Gejala alergi
bervariasi, bergantung pada individu dan obat. Contoh, antibiotik dapat
menimbulkan banyak reaksi alergi.
Tabel 2.1 Reaksi Alergi
REAKSI ALERGI RINGAN
GEJALA DESKRIPSI
Urtikaria Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan,
meninggi, ukuran dan bentuk bervariasi; erupsi
memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya
berwarna pucat.
Ruam Vesikel kecil yang meninggi yang biasanya berwarna
merah; seringkali tersebar diseluruh tubuh
Pruritus Gatal-gatal pada kulit, kebanyakan timbul bersama
ruam.
Rinitis Inflamasi lapisan membrane mukosa hidung
menimbulkan bengkak dan pengeluaran rabas encer
dan berair.
Sumber: Potter & Perry 2007
Reaksi yang berat atau reaksi anafilaksis ditandai oleh konstriksi
(pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat, dan
sesak napas. Klien juga dapat mengalami hipotensi berat, sehingga
26
membutuhkan resusitasi darurat. Klien yang memiliki riwayat alergi
terhadap obat tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat
tersebut, dan setelah sadar, klien harus mengenakan gelang atau kalung
identifikasi, sehingga perawat dan dokter dapat mengetahui klien tersebut
alergi terhadap obat tertentu.
5. Perhitungan Obat
a. Sistem Perhitungan Obat
Ketepatan perhitungan obat bergantung pada kemampuan perawat
menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur obat dengan
benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan angka
desimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat akan
mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat bertanggung jawab
mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta memberitahu klien
tentang dosis yang diprogramkan.
1) Sistem Metrik
Sistem Metrik merupakan system desimal, sistem metrik
merupakan sistem perhitungan yang secara logis paling teratur.
Unit metrik dengan mudah dapat dikonversi dihitung melalui
perkalian dan pembagian sederhana. Satiap satuan dasar
perhitungan disusun ke dalam unit-unit 10. Mengalikan atau
membagi dengan 10 membentuk unit-unit sekunder. Pada
perkalian, angka desimal berpindah kekanan. Pada pembagian,
angka desimal berpindah kekiri.
27
Satuan dasar perhitungan pada sistem metrik antara lain
meter (panjang), liter (volume), dan gram (berat). Pada perhitungan
obat, perawat terutama menggunakan satuan volume dan berat.
Pada sistem metrik, huruf besar dan kecil digunakan untuk
menandai satuan-satuan utama. Contoh: gram = g atau Gm; liter = l
atau L. Huruf kecil merupakan singkatan untuk subbagian satuan
utama. Contoh: milligram=mg, mililiter = ml.
2) Ukuran Rumah Tangga
Ukuran rumah tangga meliputi tetesan, sendok teh, sendok
makan, dan cangkir (cups) untuk volume dan ounce serta pound
untuk berat. Kerugian ukuran rumah tangga adalah
ketidakarutannya. Peralatan rumah tangga misalnya sendok teh dan
cangkir, ukurannya seringkali bervariasi. Keuntungan penggunaan
ukuran rumah tangga adalah aspek kenyamanan dan mudah
dikenali. Apabila keakuratan tidak terlalu diperlukan, penggunaan
ukuran rumah tangga aman digunakan. Contoh: obat yang dijual
bebas, misalnya laksatif, antasida, dan obat batuk sirup, dapat
diukur dengan aman menggunakan ukuran rumah tangga.
Tabel 2.2 Ekivalensi Ukuran
EKIVALENSI UKURAN
Metrik Rumah Tangga
1 ml 15 tetes (tts)
4-5 ml 1 sendok teh (sdt)
28
16 ml 1 sendok makan (sdm)
30 ml 2 sendok makan (sdm)
240 ml 1 cangkir (c)
480 ml (kira-kira 500 ml) 1 pint (pt)
960 ml (kira-kira 1 L) 1 quart (qt)
3840 ml (kira-kira 5 L) 1 galon (gal)
Sumber : Potter & Perry 1999
3) Larutan
Pada praktik klinis perawat menggunakan larutan yang
konsentrasinya berbeda-beda untuk injeksi, irigasi, dan infus.
Perawat harus mengerti istilah yang menggambarkan konsentrasi
larutan. Suatu larutan adalah suatu massa zat padat yang larut
dalam suatu volume cairan lain yang diketahui. Apabila sebuah zat
padat di larutankan dalam cairan, satuan konsentrasinya adalah
satuan berat per satuan volume (missal. g/ml, g/L, mg/ml). Suatu
konsentrasi juga dapat diekspresikan sebagai persentase. Misal,
larutan 10% adalah 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 ml
larutan. Suatu perbandingan juga menunjukkan konsentrasi.
Larutan 1:1000 adalah larutan yang mengandung 1 g zat padat
dalam 1000 ml cairan atau 1 ml cairan dalam 1000 ml cairan lain.
b. Mengonversi Satuan Ukuran
Seorang farmasi tidak selalu membagikan obat dalam satuan
ukuran yang diprogramkan. Perusahaan obat menyalurkan obat dengan
ekuivalensi standar tertentu dalam bentuk kemasan dan botol. Contoh,
29
dokter memprogramkan 250 mg obat yang tersedia hanya dalam gram.
Perawat bertanggung jawab mengubah satuan volume dan berat ke
dalam dosis yang diinginkan. Perawat harus mengetahui ekuivalensi
standard dalam semua sistem perhitungan utama. Pemberian obat
bukan satu-satunya fungsi konversi yang dilakukan perawat. Konversi
digunakan dalam banyak aktivitas keperawatan.
1) Konversi dalam satu sistem
Pada sistem metrik, perawat secara sederhana membagi dan
mengali. Untuk mengubah milligram menjadi gram, perawat
membagi dengan 1000, menggeser koma pada angka decimal tiga
kali ke kiri (contoh, 1000 mg = 1 g dan 350 mg = 0,35 g). Untuk
mengubah liter menjadi mililiter perawat mengalikannya dengan
1000 atau menggeser koma pada angka decimal tiga kali ke kiri, 1
L = 1000 ml dan 0,25 L = 250 ml.
2) Konversi Antar-Sistem
Perawat harus menentukan dosis akurat sebuah obat dengan
mengubah berat atau volume dari satu sistem perhitungan ke dalam
sistem perhitungan lain. Biasanya,satuan metrik dan apothecary
harus diubah ke dalam ukuran rumah tangga yang ekuivalen untuk
digunakan dirumah. Ketika harus melakukan kalkulasi obat yang
sebenarnya, perawat sangat dianjurkan menggunakan satuan dalam
sistem perhitungan yang sama
30
Sebelum membuat konversi, perawat membandingkan
sistem perhitungan yang tersedia dengan sistem yang
diinstruksikan. Contoh, dokter mengintruksikan “Morfin 1/6 gram
IM”. Obat hanya tersedia dalam milligram. Untuk mengubah gram
kedalam milligram, perawat harus mengetahui ekuivalensi 1 mg=
1/60 gr atau 60 mg=1 gr, sehingga dengan mengubah 1/6 gr ke
dalam milligram , perawat memiliki ukuran yang dibutuhkan untuk
membuat kalkulasi dosis akhir. Perawat membagi dengan 6:
60 mg : 6 = 1/6 gr
10 mg = 1/6 gr
Setelah menghitung bahwa instruksi dokter untuk “1/6 gr morfin”
sama dengan 10 mg morfin, perawat dapat menyiapkan obat
dengan akurat berdasarkan dosis yang tersedia.
3) Kalkulasi Dosis
Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam
banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus yang dapat digunakan ketika
perawat mempersiapkan obat dalam bentuk padat atau cair:
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑑𝑜𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian
khusus. Seorang tidak mampu memetabolisasi banyak obat
semudah orang dewasa, karena tubuh anak yang lebih kecil, dosis
31
obat yang diberikan juga harus lebih rendah. Metode perhitungan
pediatrik yang paling akurat didasarkan pada area permukaan
tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat
tubuh. Nomogram standar, atau grafik menggambarkan area
permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia rata-rata.
Rumus tersebut merupakan rasio area permukaan tubuh anak
dibandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa
(1,7 meter persegi atau 1,7 m2).
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑎𝑘 =𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘
1,7 𝑚2 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
6. Peran Perawat dalam Pemberian Obat
a. Peran perawat
Peran dan tanggung jawab perawat dalam pemberian obat
mengalami perubahan seiring dengan perubahan keperawatan dan
sistem pelayanan kesehatan dalam menanggapi tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan tuntutan teknologi (Asperheim,
Eisenhauer, 1974, dalam Priharjo 1994)
Pada dasarnya, perawat mempunyai beberapa jenis peran bila
dilihat dari batas kewenangannya. 1) peran independen merupakan
peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan secara
mandiri terhadap diagnose keperawatan tertentu. 2) peran dipenden
merupakan peran dimana perawat tergantung pada profesi lain dalam
melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan. 3) peran
interdipenden (kolaborasi) merupakan peran dimana perawat
32
melakukan tindakan terhadap masalah kesehatan yang memerlukan
penanganan bersama.
b. Peran dalam mendukung keefektivitasan obat
Perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya
kerja dan efek terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan
observasi untuk mengevaluasi efek obat dan harus melakukan upaya
untuk meningkatkan keefektifitasan obat.
Berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam mengevaluasi
keefektifitasn obat yang diberikan pada pasien. Namun laporan
langsung yang disampaikan oleh pasien dapat digunakan pada berbagai
keadaan, sehingga perawat penting untuk bertanya langsung kepada
pasien tentang keefektifitasan obat yang diberikan.
c. Peran perawat dalam mengobservasi efek samping dan alergi obat
Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi
pasien terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat. Perawat
harus memberitahu pasien yang memakai atau minum obat di rumah
mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus
dilaporkan pada dokter atau perawat.
Perawat perlu tanggap terhadap kemungkinan terjadinya
sensitivitas solang (cross sensitivity) terhadap berbagai obat atau
makanan yang berbeda.
33
d. Peran perawat dalam menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
Cara menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat sangat
bervariasi antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain.
Perawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar karena
penyimpanan yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek
obat.
Saat mempersiapkan obat, perawat harus memeriksa tanda
kadaluwarsa obat, cara penggunaan dan pemberiannya. Perawat juga
harus menguasai dasar-dasar perhitungan obat misalnya dalam
menyiapkan pemberian dosis insulin, injeksi, pembuatan larutan dan
lain-lain.
e. Peran perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas. Hal ini termasuk
pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan
penyuluhan tentang manfaat obat secara umum, sedangkan informasi
yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung perawat tetapi
tanggung jawab dokter.
7. Pemberian obat berdasarkan “6 prinsip benar”
Pemberian obat harus menggunakan prinsip benar agar pemberian
obat tersebut aman. menurut Ni Ketut Kusmarjathi 2009 menggunakan 6
prinsip benar dalam pemberian obat.
34
a. Benar pasien
Langkah penting dalam pemberian obat dengan aman adalah
meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan pada klien yang benar.
Mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format,
atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang
identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya.
b. Benar waktu
Obat-obatan harus diberikan pada waktu yang tepat untuk
memastikan level kadar serum terapeutik. Pemberian pada waktu yang
salah juga dapat dikategorikan kesalahan dalam pemberian obat.
Bullock, Manias dan Galbraith (2007) menyatakan bahwa jika obat
diintruksikan harus diberikan pada interval waktu tertentu, pemberian
obat oleh perawat tidak boleh lebih dari 30 menit, jika pemberian lebih
30 menit dari waktu yang ditentukan maka biovailabilitas (kemampuan
kecepatan obat untuk menyerap ke dalam sirkulasi sitemik) dari obay
mungkin terpengaruh.
c. Benar obat
Obat pada saat pertama kali diprogramkan, perawat harus di cek
ulang antara format pencatatan dengan intruksi yang ditulis dokter.
Perawat melakukan tiga kali cek ulang saat melihat label obat dengan
laporan pencatatan yaitu, 1) sebelum memindahkan obat dari wadah
obat dari laci atau lemari (tempat penyimpanan). 2) pada saat sejumlah
obat yang di intruksikan atau diprogramkan dipindahkan dari
35
wadahnya. 3) sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat
penyimpanan. Perawat hanya memberikan obat yang dipersiapkannya.
Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung
jawab terhadap efek obat.
d. Benar cara atau rute
Perawat hanya diperbolehkan untuk memberikan obat pada rute
yang telah diresepkan atau diintruksikan, perawat harus memahami
perbedaan antara rute seperti tingkat penyerapan, sehingga apabila rute
yang diintruksikan tidak sesuai dengan cara yang direkomendasikan,
perawat dapat mengingatkan dokter, selain itu apabila terdapat intruksi
obat yang tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengonsultasikannya kepada dokter. Rute yang digunakan dalam
pemberian obat :
1) Oral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut.
Keuntungannya relatif aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya
timbul efek lambat; tidak bermanfaat untuk pasien yang sering
muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan
rasa tidak enak penggunaannya terbatas; obat yang inaktif/terurai
oleh cairan lambung atau usus tidak bermanfaat (penisilin G,
insulin); obat absorpsi tidak teratur.
Tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki,
penggunaan oral adalah yang paling menyenangkan dan murah,
36
serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat yang
mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada
keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset
yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai.
2) Sublingual
Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah.
Tujuannya supaya efeknya lebih cepat karena pembuluh darah
bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal pada kasus pasien
jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta kerusakan obat
di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari.
3) Inhalasi
Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal
obat asma. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan
homogen, kadar obat dapat dikontrol, terhindar dari efek lintas
pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya
yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur dosis,
sering mengiritasi epitel paru–sekresi saluran nafas, toksisitas pada
jantung.
Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan
diabsorpsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membran
mukosa pada perjalanan pernafasan.
37
4) Rektal
Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya
mempercepat kerja obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral
sulit/tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai di
lambung, terjadi efek lintas pertama. Contoh, asetosal,
parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat.
5) Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke
vagina, langsung ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.
6) Parentral
Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat
dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa
melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah.
Misal suntikan atau insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran.
Keuntungannya yaitu dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering
muntah, diare, yang sulit menelan/pasien yang tidak kooperatif;
dapat untuk obat yang mengiritasi lambung; dapat menghindari
kerusakan obat di saluran cerna dan hati; bekerja cepat dan dosis
ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman, tidak disukai pasien,
berbahaya (suntikan – infeksi).
Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan
secara parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan,
suspensi, atau emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan,
maka dibuat dalam bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah
38
aqua steril untuk memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
Beberapa cara pemberian obat dengan parenteral :
a) Subkutan (SC). Injeksi ke dalam jaringan tepat dibawah lapisan
dermis kulit.
b) Intradermal (ID). Injeksi ke dalam dermis tepat dibawah
epidermis.
c) Intramuskular (IM). Injeksi ke dalam otot tubuh.
d) Intravena (IV). Injeksi ke dalam vena.
7) Topikal/lokal
Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.
e. Benar dosis
Sebelum memberikan obat terkait dengan dosis yang diberikan
maka perawat harus melakukan perhitungan, selain itu juga perawat
harus berhati-hati dalam membaca rencana obat. Sebuah titik decimal
yang salah dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada dosis obat.
Sebagai perawat bertanggung jawab untuk memastikan keamanan
klien.
f. Benar dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari
seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat
yang telah diberikan. Pendokumentasian meliputi nama obat, dosis,
rute, waktu, dan tanggal inisial dan tanda tangan perawat. Penundaan
dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan
39
atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena berpikir obat itu
belum diberikan (Sari 2009; Kee and Hayes, 2000; Joyce 1996).
Dokumentasi yang detail sangat dibutuhkan, apabila ternyata
perawat tidak memberikan obat tersebut pada waktu yang telah
diintruksikan, harus tercantum alasan mengapa perawat tidak
memberikan obat tersebut, selain itu apabila terdapat perubahan dalam
rute pemberian obat maka harus dicatat atau didokumentasikan.
E. PENELITIAN TERKAIT
1. Penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Manias, Shane Bullock (2001)
dengan judul persepsi perawat di rumah sakit tentang pengetahuan perawat
yang baru lulus mengenai farmakologi. Metode yang dilakukan diskusi
kelompok (Focus Group Discussion) pada 12 participan (perawat). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Perawat yang baru lulus mengalami
kekurangan yang besar dalam pendidikan farmakolgi, yang mengakibatnya
kurangnya pemahaman tentang kelompok obat, ketidakmampuan
membaca grafik obat. Perawat klinis juga menunjukkan bahwa
kekurangan tidak terbatas tentang pemahaman obat tetapi juga
mengaplikasikan konsep farmakologi dalam pengaturan praktek.
2. Penelitian lain dilakukan oleh Ni Ketut Kusmarjathi (2009) dengan judul
Penerapan prinsip “Enam Tepat dalam Pemberian Obat oleh Perawat di
Ruang Rawat Inap Berdasarkan UU No.23 Th 1992. Metode yang
dilakukan adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis
univariat yang dilakukan pada 80 responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara umum tingkat penerapan prinsip “enam tepat”
40
dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawap inap RSDK baik,
namun untuk prinsip umum yang berkaitan dengan dengan aspek
keamanan (safety) bagi perawat masih rendah. Dari hasil penelitian juga
tampak bahwa penerapan prinsip”enam tepat” dalam pemberian obat yang
cukup baik, dipengaruhi oleh faktor internal perawat, yaitu karakteristik
responden dan tingkat pengetahuan. Faktor eksternal yang teridentifikasi
yang mempengaruhi adalah ketersediaan fasilitas pemberian obat,
supervise oleh ketua tim atau grup dan kepala ruangan masih kurang, dan
kebijakan institusi dalam pemberian obat dalam hal ini dilihat dari
ketersediaan dan penerapan SOP.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ellen o’shea tentang faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kesalahan obat yang terkait dengan perawat dan
system yang ada. Penelitiannya dilakukan dengan sistematik review
dengan 97 artikel yang didapatkan hasil bahwa faktor yang berkontribusi
terhadap kesalahan obat adalah mengenai perhitungan (kemampuan
matematika), pengetahuan perawat mengenai obat-obatan (medikasi),
lamanya pengalaman kerja sebagai perawat, lamanya pergantian shift
perawat, beban kerja dan pengaturan staff, Pelayanan Keperawatan dan
Sistem Pemberian Obat, Single-Perawat pemberi Obat, Kebijakan dan
Prosedur, Distraksi dan Interupsi (maksudnya adalah kondisi lingkungan
perawat), dan Kualitas resep
41
F. KERANGKA TEORI
PENDIDIKAN :
3. Kurangnya pelatihan untuk
penggunaan/pengelolaan alat
4. Kegagalan untuk mencatat
alergi/alergi pada pasien yang
tidak tercatat
1. Kurangnya pengetahuan dan
informasi
2. Kurangnya kemampuan untuk
mengkalkulasi obat
BEBAN KERJA:
1. Lingkungan kerja yang tidak
menyenangkan
2. Kurangnya komunikasi, seperti
tidak tercatatnya riwayat
penggunaan obat diluar resep.
SISTEM :
1. Tidak adanya standar untuk dosis
2. Perubahan istilah dan tidak
konsistennya antara produsen
3. Kurangnya penyimpanan obat-
obatan
4. Tidak jelasnya laporan kejadian
5. Kurangnya umpan balik untuk
mengidentifikasi kesalahan.
PRINSIP 6 BENAR :
1. Benar pasien
2. Benar waktu
3. Benar obat
4. Benar cara atau
rute
5. Benar dosis
6. Benar dokumentasi
YA
TIDAK
Pemberian obat
sesuai dengan
prinsip benar
Kesalahan
pemberian
obat
Sumber : Ellen O’she 1999 dimodifikasi dengan Ni Ketut
Kusmarjathi 2009
42
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :
Variabel independen adalah pengetahuan mahasiswa profesi tentang obat dan
pemberian obat. Variabel dependen adalah perilaku mahasiswa profesi dalam
pemberian obat yang sesuai dengan 6 prinsip benar.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian, peneliti ingin
mengidentifikasi apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat.
PENGETAHUAN :
1. Nama dan bentuk obat
2. Sifat dan kerja obat
3. Efek dan reaksi obat
4. Sistem perhitungan obat
5. Rute pemberian obat
6. Peran perawat dalam
pemberian obat
PERILAKU PEMBERIAN
OBAT SESUAI
DENGAN 6 PRINSIP
BENAR :
7. Benar pasien
8. Benar waktu
9. Benar obat
10. Benar cara atau rute
11. Benar dosis
12. Benar dokumentasi
43
B. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis
penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat.
44
C. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur Skala
Ukur
Pengetahuan Segala Sesuatu yang
diketahui mahasiswa
tentang pemberian
obat, yaitu:
1. Nama dan bentuk
obat
2. Sifat dan kerja obat
3. Efek dan reaksi obat
4. Sistem perhitungan
obat
5. Rute pemberian
obat
6. Peran perawat
dalam pemberian
obat
Angket Dinyatakan dalam
tingkatan:
0. Kurang :
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden
kurang dari 55% dari
jawaban yang benar.
1. Cukup :
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden
antara 56%-75% dari
jawaban yang benar.
2. Baik :
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden
lebih dari 76% dari
jawaban yang benar.
(Arikunto, 1998)
Kuesioner Ordinal
Perilaku Melakukan Pemberian Observasi 1 Perilaku baik : jika Lembar Ordinal
45
obat sesuai dengan
prinsip benar yaitu:
1. Benar pasien
2. Benar waktu
3. Benar obat
4. Benar cara atau rute
5. Benar dosis
6. Benar dokumentasi
skor 100%
0 Perilaku buruk : jika skor
< 100%
Check
List
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan
menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Desain tersebut dipilih oleh
peneliti dengan pertimbangan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak,
relatif murah, namun tetap dapat menjelaskan hubungan antara variabel yang
diteliti. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel bebas
(pengetahuan tentang pemberian obat) dengan variabel yang terikat (perilaku
mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam melakukan
pemberian obat) dengan melakukan pengamatan sekaligus.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto,
Jakarta tahun 2011. Daerah tersebut dipilih karena mahasiswa profesi ners
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melaksanakan praktek klinik di
rumah sakit tersebut.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 3 November – 12 November tahun 2011
47
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa profesi Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakulktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alasan pengambilan
populasi karena mahasiswa profesi yang sedang melaksanakan program
profesi masih merasakan kesulitan dalam obat dan perhitungan obat dalam
studi pendahuluan.
2. Sampel
Pengambilan Sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh yaitu dengan
mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. (Hidayat 2007) .
sampel yang diambil adalah seluruh mahasiswa profesi di Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu sebanyak 34 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi.
1. Kuesioner
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka
konsep dan teori yang telah dibuat. Kuesioner berisi tentang data
demografi dan pertanyaan tertutup tentang pengetahuan obat dan
pemberian obat.
a. Data demografi : nama, jenis kelamin, nilai IPK dan nilai farmakologi.
48
b. Kuesioner Pengetahuan : berisi pengetahuan 30 pertanyaan tertutup
yang terdiri dari :
1) Menggambarkan pengetahuan tentang nama dan bentuk obat
nomor 1, 4 dan 5
2) Menggambarkan pengetahuan tentang sifat dan kerja obat nomor
2-3, 6-7
3) Menggambarkan pengetahuan tentang efek dan reaksi obat nomor
8 s.d 12
4) Menggambarkan pengetahuan tentang sistem perhitungan obat
nomor 13 s.d 17
5) Menggambarkan pengetahuan tentang rute pemberian obat nomor
18 s.d 24
6) Menggambarkan pengetahuan tentang pengetahuan tentang peran
perawat dalam pemberian obat nomor 25 s.d 30
Pada pengisian kuesioner diberikan nilai (1) apabila responden
menjawab dengan benar dan diberikan nilai (0) apabila responden
menjawab salah pada pertanyaan yang tersedia. Kemudian data yang
didapat, dikumpulkan dan dijumlahkan sesuai dengan skor yang
didapat, lalu digolongkan tingkat pengetahuan mahasiswa profesi ners
kedalam tiga kategori : baik, cukup dan kurang. Hasil ukur variabel
tingkat pengetahuan di kategorikan menjadi 3 yaitu : (2) Baik (skor >
76%), (1) Cukup (skor 55%-75%), dan (0) kurang (skor <55%).
49
2. Lembar Observasi
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi adalah
untuk mengetahui perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan
pemberian obat yang harus sesuai dengan “6 prinsip benar”. Pada
pengisian lembar observasi observer mengisi nama yang akan diobservasi,
jenis kelamin, dan ruangan (tempat) dilakukan penilaian. Setelah itu
melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pemberian obat yang harus dilakukan dengan “6 prinsip benar”. Pada
lembar observasi terdiri dari 6 aspek yang didalamnya terdapat 11
kegiatan. Observer dalam melakukan penilaian memberikan cek list pada
kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal tersebut dilakukan oleh
mahasiswa profesi keperawatan dalam melakukan pemberian obat dan
(TIDAK) apabila mahasiswa profesi keperawatan tidak melakukan
kegiatan yang ada di lembar observasi tersebut, untuk lembar petunjuk
observer tersedia didalam lampiran.
Data yang telah didapatkan dari hasil observasi kemudian
dikumpulkan, kemudian dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat lalu
digolongkan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian
obat menjadi tiga kategori: yaitu baik, cukup, dan buruk (kurang). Hasil
ukur variabel perilaku di kategorikan menjadi 2 yaitu: (1) Perilaku Baik
(skor 100%), dan Perilaku Buruk/Kurang (0) (skor <100%).
50
E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data
demografi, dan pengetahuan yang terkait dengan pemberian obat, dan
perilaku dengan menggunakan lembar observasi pada mahasiswa profesi
ners yang penilaiannya dilakukan oleh perawat di rumah sakit dan
diruangan tempat mahasiswa profesi melaksanakan praktek pada tanggal 3
November-12 November tahun 2011.
Kuesioner memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh
peneliti dengan mengacu pada literatur sebanyak 30 pertanyaan dengan
menggunakan tiga bentuk yaitu, pilihan ganda, dan tipe soal pilihan benar
dan salah. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang
lebih 20-30 menit. Untuk menghindari persoalan teknis yang berkaitan
saat dilakukan pengumpulan data responden dan ketelitian dalam
memberikan jawaban, peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian
kuesioner serta mengadakan pengawasan dan penjelasan kembali apabila
responden mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan. Pada
penilaian perilaku dilakukan sebelum responden mengisi kuesioner berisi
pengetahuan yang tekait dengan pemberian obat.
51
2. Prosedur Pengumpulan Data
Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap
yaitu:
a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin validitas
dan penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Diklat Rumah Sakit Gatot
Soebroto.
b. Setelah mendapatkan persetujuan dari Litbang, peneliti menyerahkan
surat permohonan tersebut kepada kepala ruangan tempat mahasiswa
profesi ners melaksanakan praktek.
c. Setelah mendapatkan izin dari kepala ruangan, kemudian peneliti
menjelaskan terkait hal-hal yang akan diteliti kemudian meminta izin
untuk melihat data-data mahasiswa profesi yang praktek (dinas) di
ruangan tersebut,
d. Melakukan pengobservasian kepada mahasiswa profesi terkait dengan
prinsip benar pemberian obat, yang dilakukan sebanyak satu kali pada
setiap ruang dan setiap responden.
e. Menjelaskan dan memberikan petunjuk pengisian atau penilaian terkait
dengan perilaku mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian
obat.
f. Melakukan pendataan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian.
52
g. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh responden apabila setuju menjadi subjek
penelitian.
h. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
i. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
j. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
k. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa.
l. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya.
F. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Uji validitas dan realibilitas telah dilaksanakan pada mahasiswa profesi
dari Universitas Pelita Harapan sebanyak 10 responden dan tempat
pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas di RSPAD Gatot Soebroto.
Hasil dari pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas setelah diolah dengan
menggunakan program SPSS didapatkan nilai alpha cronbach sebesar (0.907)
G. Teknik Analisa Data
1. Langkah Analisis Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam
53
pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Entry Data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat
tabel kontingensi.
d. Melakukan Teknik Analisis
Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data
penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan
penelitian yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan
statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang
54
digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan
statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan
inferensial.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
variabel dependen dan independen. Variabel independen diantaranya
jenis kelamin, nilai IPK, nilai Farmakologi, dan pengetahuan yang
terkait dengan pemberian obat. Variabel dependen yaitu perilaku
mahasiswa profesi ners dalam melakukan pemberian obat.
b. Analisis Bivariat
Pengolahan data dilakukan dengan mempertimbangkan jenis
hipotesis dan skala datanya. Berdasarkan rumusan hipotesisnya,
hipotesis penelitian ini bersifat assosiatif dengan jenis skala ordinal,
pengujian assosiasi kedua variabel tersebut dilakukan dengan uji
Korelasi Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
bantuan program komputer, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui
sejauh mana hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku
mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta dalam
melakukan pemberian sesuai dengan prinsip enam benar di RSPAD
Gatot Soebroto.
H. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
55
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
(Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari
Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian ,
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormatinya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti. Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan
identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan
56
mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum
menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan menjelaskan kepada responden
bahwa penelitian tidak akan membahayakan bagi responden. Peneliti akan
menjamin kerahasian identitas responden, dimana data-data yang
diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila
telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Wewenang mahasiswa profesi ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam pemberian obat
Kewajiban mahasiswa dalam pemberian obat di ruang rawat anak
responden tidak jauh berbeda dengan pemberian obat yang dilakukan oleh
perawat ruangan (senior), di ruangan rawap inap anak dalam prinsip
pemberian obat menggunakan prinsip 10 B (sepuluh benar), sedangkan
penelitian ini menggunakan 6 B (enam benar). Pencatatan pemberian obat
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu lembar intruksi obat dan buku obat. Pada saat
pemberian obat dokumen yang dibawa ke pasien adalah buku obat.
Prosedur pemberian obat di Rumah Sakit:
1. Memindahkan intruksi obat pada rekam medic ke buku obat.
2. Pencatatan didalam buku obat terdiri dari nama pasien, nama obat,
dosis yang diberikan, waktu pemberian.
3. Melihat label obat yang akan diberikan dan cairan yang digunakan,
dan tanggal kadaluwarsa.
4. Menghitung dosis yang akan diberikan.
5. Menyiapkan obat sesuai dengan dosis yang telah dihitung.
6. Menyimpan kembali obat di tempat penyimpanan
7. Melakukan double crosscheck dengan perawat ruangan (senior) terkait
dengan benar obat, tanggal kadaluwarsa, perhitungan dosis dan
penyiapan dosis obat.
58
8. Pada saat pemberian ke pasien, melihat pada papan nama yang ada di
tempat tidur, memanggil nama pasien.
9. Pemberian obat diberikan pada rute yang telah diintruksikan
10. Melakukan pendokumentasian yaitu mencoret pada bagian jam
pemberian
B. Gambaran Demografi Responden
Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan yang
telah menyelesaikan program S1 dan melanjutkan program profesi. Data
demografi yang di ambil adalah jenis kelamin, nilai IPK dan nilai
Farmakologi. Pada variabel demografi tidak diteliti karena hanya sebagai
data demografi. Berikut adalah kategori responden penelitian antara lain :
1. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
N = 34
Persentasi
(%)
Laki-Laki 7 20.6
Perempuan 27 79.4
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 7 orang (20,6%), dan
perempuan sebanyak 27 orang (79.4%).
59
2. Nilai Farmakologi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai
Farmakologi
Nilai Frekuensi
N=34
Persentasi
(%)
A 11 32.4
B 13 38.2
C 10 29.4
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan nilai
farmakologi sebagai berikut: mahasiswa yang mendapatkan nilai A
pada mata kuliah farmakologi sebanyak 11 orang (32.4%),
mendapatkan nilai B sebanyak 13 orang (38.2%), dan yang
mendapatkan nilai C sebanyak 10 orang (29.4%).
3. Nilai IPK
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai IPK
Nilai Frekuensi
N=34
Persentasi
(%)
Memuaskan (2.00-2.74) 6 17.6
Sangat memuaskan (2.75-3.49) 26 76.5
Terpuji (3.50-4.00) 2 5.9
60
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan nilai IPK.
mahasiswa profesi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah adalah
memuaskan sebanyak 6 orang (17.6%), sangat memuaskan sebanyak
26 orang (76.5%), dan terpuji sebanyak 2 orang (5.9%).
C. Analisa Univariat
1. Pengetahuan
Tabel dibawah ini adalah menggambarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh mahasiswa profesi keperawatan terkait dengan pemberian
obat. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Kurang,
cukup, dan baik. Pada bab ini pengetahuan akan digambarkan sesuai
dengan sub variabel.
a. Distribusi frekuensi Pengetahuan (sub variabel nama dan
bentuk obat)
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang
Nama dan Bentuk Obat
T
Tabel 5.4 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait dengan nama dan bentuk obat, yang terbanyak
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 5 14.7
Cukup 21 61.8
Baik 8 23.5
Total 34 100.0
61
adalah cukup 61.8% sedangkan yang paling sedikit adalah kurang
14.7%.
b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub variabel Sifat dan
Kerja Obat)
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Sifat dan Kerja Obat
Tabel 5.5 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait dengan sifat dan kerja obat sebagai berikut
baik 19 orang (55.9%), cukup sebanyak 15 orang (44.1%) dan
kurang sebanyak 0 orang (0.0%).
c. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub Variabel Efek dan
Reaksi Obat)
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Efek dan Reaksi Obat
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0.0
Cukup 15 44.1
Baik 19 55.9
Total 34 100.0
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0.0
Cukup 8 23.5
62
Tabel 5.6 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait dengan efek dan reaksi obat, sebagai berikut
baik 26 orang (76.5%), cukup sebanyak 8 orang (23.5%) dan
kurang sebanyak 0 orang (0.0%).
d. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub Variabel Sistem
Perhitungan Obat)
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Sistem Perhitungan Obat
Tabel 5.7 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait dengan sistem perhitungan obat, sebagai
berikut baik 22 orang (64.7%), cukup sebanyak 11 orang (32.4%)
dan kurang sebanyak 1 orang (2.9%).
e. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub variabel Rute
Pemberian Obat)
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Rute Pemberian Obat
Baik 26 76.5
Total 34 100.0
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 1 2.9
Cukup 11 32.4
Baik 22 64.7
Total 34 100.0
63
Tabel 5.8 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait dengan rute pemberian obat, sebagai berikut
baik 16 orang (47.1%), cukup sebanyak 18 orang (52.9%) dan
kurang sebanyak 0 orang (0.0%).
f. Distribusi Frekuensi Pengetahuan (sub variabel Peran Perawat
dalam Pemberian Obat
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tentang Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Tabel 5.9 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait dengan peran perawat dalam pemberian obat,
sebagai berikut baik 31 orang (91.2%), cukup sebanyak 3 orang
(8.8%) dan kurang sebanyak 0 orang (0.0%).
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0.0
Cukup 18 52.9
Baik 16 47.1
Total 34 100.0
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 0 0.0
Cukup 3 8.8
Baik 31 91.2
Total 34 100.0
64
g. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
tentang pemberian obat
Tabel 5.10 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan, sebagai berikut baik 9 orang (26.5%), cukup
sebanyak 13 orang (38.2%) dan kurang sebanyak 12 orang
(35.3%).
h. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin dan Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi antara Jenis Kelamin dan Tingkat
Pengetahuan Responden
Jenis kelamin Pengetahuan Total
Kurang Cukup Baik
N % N % N % N %
Laki-laki 4 57.1 2 28.6 1 14.3 7 100
Perempuan 8 29.6 11 40.7 8 29.6 27 100
Total 12 35.3 13 38.2 9 26.5 34 100
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 12 35.3
Cukup 13 38.2
Baik 9 26.5
Total 34 100.0
65
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden laki-laki
memiliki pengetahuan baik 14.3% dan perempuan 29.6%,
sedangkan responden laki-laki yang memiliki pengetahuan kurang
57.1% dan perempuan 29.6%.
i. Distribusi Frekuensi Nilai Farmakologi dan Tingkat
Pengetahuan
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi antara Nilai Farmakologi dan Tingkat
Pengetahuan Responden
Nilai
Farmako
logi
Pengetahuan Total
Kurang Cukup Baik
N % N % N % N %
A 1 14.7 6 54.5 4 36.4 11 100
B 5 38.5 6 46.2 2 15.4 13 100
C 6 60.0 1 10.0 3 30.0 10 100
Total 12 35.3 13 38.2 9 26.5 34 100
Tabel 5.12 menunjukkan pengetahuan mahasiswa profesi
keperawatan terkait Nilai Farmakologi dengan Pengetahuan adalah
sebagai berikut responden yang memiliki nilai farmakologi A
pengetahuan kurang 1 orang 14.7%, memiliki nilai farmakologi B
pengetahuan kurang 5 orang (38.5%). Dan nilai farmakologi C
memiliki pengetahuan kurang 6 orang (60.0%)
66
j. Distribusi Frekuensi Nilai IPK dan Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi antara Nilai IPK dan Tingkat Pengetahuan
Responden
Nilai IPK
Pengetahuan Total
Kurang Cukup Baik
N % N % N % N %
Memuaskan (2.00-2.74) 4 66.7 0 0.0 2 33.3 6 100
Sangat memuaskan (2.75-
3.49)
8 30.8 12 46.2 6 23.1 26 100
Terpuji
(3.50-4.00)
0 0.0 1 50.0 1 50.0 2 100
Total 12 35.3 13 38.2 9 26.5 34 100
Tabel 5.13 menunjukkan pengetahuan mahasiswa terkait
dengan nilai IPK adalah sebagai berikut responden dengan nilai
IPK memuaskan (2.00-2.74) pengetahuan kurang 66.7%, nilai IPK
sangat memuaskan (2.75-3.49) pengetahuan kurang 30.8% dan
nilai IPK terpuji (3.50-4.00) pengetahuan kurang 0.0%.
2. Perilaku
Pengambilan data untuk perilaku dilakukan dengan cara observasi
yang dilakukan oleh peneliti. Perilaku dibagi menjadi dua kelompok
yaitu baik dan buruk.
a. Distribusi frekuensi jenis kelamin dengan perilaku responden
dalam melakukan pemberian obat.
67
Tabel 5.14
Distribusi frekuensi jenis kelamin dengan perilaku
responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan
prinsip enam benar
Jenis Kelamin
Perilaku Total
Baik Buruk
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Laki-laki 4 57.1 3 42.9 7 100.0
Perempuan 23 85.2 4 14.8 27 100.0
Total 27 79.4 7 20.6 34 100.0
Tabel 5.14 menunjukkan perilaku pemberian obat sesuai
dengan prinsip enam benar yang berjenis kelamin laki-laki
memiliki penrilaku baik 42.9% dan yang berjenis kelamin
perempuan memiliki perilaku baik 85.2%.
b. Distribusi frekuensi perilaku pemberian obat responden
Tabel 5.15
Distribusi frekuensi perilaku responden dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar
KOMPONEN
PERILAKU
Baik Buruk
Jumlah (%) Jumlah (%)
Benar Obat 34 100 0 0.0
Benar Pasien 34 100 0 0.0
Benar Dosis 34 100 0 0.0
Benar Waktu 27 79.4 7 20.6
Benar Rute 34 100 0 0.0
68
Benar Dokumentasi 34 100 0 0.0
Table 5.15 menunjukkan perilaku pemberian obat sesuai
dengan prinsip enam benar responden dengan hasil sebagai berikut,
semua responden (100%) melakukan pemberian obat dengan
prinsip benar yaitu benar obat, benar pasien, benar dosis, benar rute
dan benar dokumentasi, tetapi tidak untuk benar waktu yaitu 7
orang (20.6%) tidak melakukan pemberian obat sesuai dengan
waktu yang diintruksikan.
c. Distribusi frekuensi perilaku responden dalam melakukan
pemberian obat.
Tabel 5.16
Distribusi frekuensi perilaku responden dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan enam prinsip benar
Tabel 5.16 menunjukkan perilaku responden dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar
adalah sebagai berikut responden yang memiliki perilaku baik
79.4% dan perilaku buruk 20.6%.
Kategori Perilaku Frekuensi Persentase (%)
Buruk 7 20.6
Baik 27 79.4
Total 34 100.0
69
D. Analisis Bivariat
1. Distribusi proporsi pengetahuan dengan perilaku responden
dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam
benar.
Tabel 5.16
Distribusi proporsi pengetahuan dengan perilaku
responden dalam melakukan pemberian obat sesuai dengan
prinsip enam benar
Pengetahuan
Perilaku Pemberian Obat Total
p-value Baik Buruk
N % N % N %
Kurang 7 58.3 5 41.7 12 100.0
0.016 Cukup 11 84.6 2 15.4 13 100.0
Baik 9 100.0 0 0.0 9 100.0
Total 27 79.4 7 20.6 34 100.0
Tabel 5.16 menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku responden, responden dengan
pengetahuan kurang dengan perilaku baik 58.3%, pengetahuan
cukup dengan perilaku baik 84.6%, dan pengetahuan baik dengan
perilaku baik 100.0%.
70
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan akan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan
tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku mahasiswa profesi keperawatan
dalam melakukan pemberian obat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembahasan
ini hal yang dilakukan adalah membandingkan antara hasil penelitian dengan
konsep teoritis dan penelitian sebelumnya (terkait). Pada bab pembahasan juga
akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Analisi Univariat
1. Gambaran Jenis Kelamin dengan Pengetahuan responden
Gambaran Demografi jenis kelamin dari 34 sampel yang diambil
dari penelitian ini adalah responden laki-laki sebanyak 7 orang (20,6%),
dan responden perempuan sebanyak 27 orang (79.4%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil pengetahuan baik antara laki-laki dan
perempuan tidak berbeda jauh yaitu laki-laki 14.3% dan perempuan 29.6%
Jenis kelamin responden sesuai dengan penelitian Sari 2009, untuk
data demografi perawat yang ada di ruang rawat inap terdiri dari jenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 111 orang (88.8%) dan laki-laki
sebanyak 14 orang (11.2%), penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
Marwoto, Kusnanto dan Handono 2007) responden yang tersebar di lima
ruang rawat inap menunjukkan bahwa SDM Perawat didominasi oleh jenis
kelamin perempuan 67% sedangkan laki-laki 33%. Hal ini terjadi karena
71
lazimnya profesi keperawatan lebih banyak diminati kaum perempuan,
mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan masalah-masalah
mother instink, meskipun diera globalisasi atau alasan lain misalnya
kesetaraan gender atau juga karena faktor kebutuhan di ruang UGD, OK
dan lain-lain atau mungkin juga karena perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi maka jumlah perawat laki-laki juga mulai dipertimbangkan
dan diperhitungkan. (Marwoto A, Kusnanto H, Handono D (2007)).
Terdapat banyak perbedaan anatomis dan biokimiawi antara wanita
dan pria, hasil penelitian terhadap Sembilan otak yang diotopsi ditemukan
bahwa otak wanita rata-rata memiliki 11 persen lebih banyak sel di area
korteks yang berkaitan dengan proses informasi autif, bahkan semua
wanita memiliki sel-sel ini lebih banyak dibandingkan pria. (Witelson,
Glazer, & Kigar, 1994). Penelitian dengan menggunakan pemindaian otak
telah menemukan bahwa ada sebuah bagian korteks frontal wanita yang
lebih besar daripada pria (Gur dkk,2002) dan bahwa wanita memiliki lebih
banyak lipatan kortikal di lobus frontal dan lobus parietal (Luders dkk,
2004). Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh struktur otak yang dimiliki,
perbedaan dalam struktur otak, pada wanita bagian otak yang berhubungan
dengan bahasa, penilaian dan daya ingat lebih padat susunannya, dengan
jumlah neuron 18% lebih banyak (Browning, 2005).
Menurut Pasiak (2008) menyatakan struktur otak perempuan dan
laki-laki itu berbeda, perbedaan itu tidak menghasilkan perbedaan dalam
tingkat kecerdasan (level of intelligence), kecuali bagaimana mereka
mengatur kecerdasan itu sendiri. Struktur otak terlihat perbedaan pada :
72
korpus kolosum, hipotalamus, lobus parietal bawah, dan kehilangan sel-
sel saraf pada hipokampus dan lobus parietal. Implikasi perbedaan
struktur itu terjadi pada cara dan gaya melakukan sesuatu. Laki-laki dan
perempuan menunjukkan perbedaan dalam beberapa yaitu: emosi, tingkah
laku seksual, proses berbahasa, kemampuan spasial, dan problem-problem
matematis. Perbedaan otak baik struktur maupun cara kerja tidak
menunjukkan tingkat kecerdasan. Beberapa komponen otak memang lebih
besar pada perempuan, seperti corpus callosum (bagian belakangnya
bernama splenium memang lebih tebal dan banyak serabut sarafnya), atau
pusat pengaturan bahasa yang lebih tersebar pada dua belahan otak, tidak
berhubungan langsung dengan tingkat kecerdasan. Termasuk juga lobus
parietal bawah (bertanggung jawab untuk pengenalan ruang tiga dimensi)
yang lebih besar pada laki-laki. Dalam kecerdasan linguistic-verbal,
misalnya perempuan lebih unggul. Sementara dalam kecerdasan visuo-
spasial, lelaki lebih unggul. Sandra Witelson dalam penelitiannya (1982,
1985) pada 9 otak laki-laki dan 5 otak perempuan, menemukan bahwa
otak perempuan itu, secara keseluruhan, lebih kecil daripada otak laki-laki.
Ia menyebut korpus kalosum (jembatan saraf antara dua belahan otak),
terutama bagian isthmus, dan splenium (di belakang) sebagai komponen
yang cenderung lebih besar pada perempuan. Bagian-bagian ini
bertanggung jawab dalam hubungan antarbelahan otak yang menjamin
ketepatan dan kecepatan pertukaran informasi antarbelahan otak. Ukuran
dan bentuk otak yang berbda, secara otomatis, membedakan perempuan
dan laki-laki dalam cara dan gaya berpikir, termasuk kemampuan-
73
kemampuan khusus keduanya. Namun, itu tidak berarti berbeda dalam
tingkat kecerdasan. Jika perempuan memiliki corpus callosum (jembatan
saraf penghubung belahan otak) lebih tebal daripada laki-laki, tidak lantas
berarti lebih cerdas daripada laki-laki.
Pengetahuan yang dimiliki perawat berperan penting dalam
kinerjanya, jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang luas ia akan
mahir dan mudah dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga apapun
yang dikerjakannya akan menghasilkan kinerja yang baik. (Robbins, 1998
dalam Isesreni dan Warni 2009).
2. Gambaran Nilai farmakologi dan Nilai IPK dengan pengetahuan
responden
Hasil penelitian menunjukkan nilai C pada mata kuliah
farmakologi mendapatkan hasil pengetahuan kurang 60.0%, dan untuk
nilai IPK responden dengan hasil memuaskan (2.00-2.74) mendapatkan
hasil pengetahuan kurang 66.7%. Jadi nilai farmakologi dan nilai IPK
mempengaruhi terhadap pengetahuan, semakin baik nilai farmakologi dan
nilai IPK maka pengetahuan juga semakin baik.
Hasil penelitian pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan
responden pengetahuan baik 9 orang (26.5%), pengetahuan cukup
sebanyak 13 orang (38.2%) dan pengetahuan kurang sebanyak 12 orang
(35.3%).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sari (2009)
tentang Gambaran pengetahuan perawat tentang prinsip 10 benar dalam
74
pemberian obat, tingkat pengetahuan perawat 56% responden tingkat
pengetahuan cukup baik dan 44% tingkat pengetahuan rendah. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kusmarjathi 2009 hasil
penelitian mengetahui pengetahuan tentang prinsip pemberian obat yaitu
sebanyak 62.5% pengetahuan baik, pengetahuan sedang 27.5%
pengetahuan sedang dan pengetahuan kurang sebanyak 5%.
King 2004 menyatakan setelah melewati tiga (3) tahun belajar ilmu
farmakologi, mahasiswa perawat kurang percaya diri dalam memberikan
informasi mengenai obat terhadap pasien. Pernyataan ini juga sesuai
dengan Honey dan Lim 2007 yang menyatakan bahwa faktor internal yang
mempengaruhi mahasiswa profesi keperawatan adalah kurangnya percaya
diri dalam melakukan pemberian obat dan kesulitan mahasiswa dalam
menggunakan pengetahuan farmakologi.
Pengetahuan farmakologi dibutuhkan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang aman (Jordan et al (1999)), pernyataan ini juga sesuai
dengan pernyataan Trnobranski (1993), bahwa selain ilmu biologi, ilmu
farmakologi juga menjadi kontributor utama dari pengetahuan
keperawatan. Demikian juga dengan pernyataan King (2004) bahwa
peningkatan pemahaman mengenai farmakologi dapat meningkatkan rasa
percaya diri perawat dalam melaksanakan pemberian obat, pendidikan
pasien. Selain itu juga menurut Manias dan Bullock (2002) menyatakan
bahwa perawat yang memiliki basis pengetahuan yang kuat dalam
farmakologi akan lebih siap untuk memenuhi peran perawat dalam
pengelolaan terapi obat.
75
3. Gambaran jenis kelamin dengan perilaku responden dalam
pemberian obat sesuai prinsip enam benar
Hasil penelitian menunjukkan perilaku baik lebih banyak
dilakukan yang berjenis kelamin perempuan 85.2%, sedangkan perilaku
buruk lebih banyak pada yang berjenis kelamin laki-laki 57.1%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan puspitawati 2008 bahwa ada
hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dalam memberikan asuha keperawatan,
didapatkan hasil bahwa sebesar 55% perawat berjenis kelamin perempuan
mempunyai perilaku penerapan SOP dalam memberikan asuhan
keperawatan dengan kategori baik sedangkan perawat berjenis kelamin
laki-laki sebagian besar mempunyai perilaku penerapan SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan kategori buruk yaitu 72,4%.
Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian Isesreni dan Warni
2009 yang menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi
kinerja. Mereka menyatakan bahwa perawat yang berjenis kelamin laki-
laki belum tentu memiliki kinerja yang baik dari perawat perempuan
begitu juga sebaliknya. Mereka juga menyimpulkan bahwa penerapan
dalam praktek baik laki-laki maupun perempuan adalah sama.
Bidang keperawatan perempuan lebih mendominasi daripada
perawat laki-laki dilihat dari besarnya jumlah perawat perempuan,. Tapi,
ini tidak menutup kemungkinan laki-laki juga mempunyai basic dalam
76
bidang keperawatan. Untuk itu laki-laki lebih memungkinkan lebih banyak
melakukan pekerjaan sehingga kinerja seorang perawat laki-laki bisa lebih
baik (Heather, 2001 dalam Isesreni dan Warni 2009).
Perilaku wanita di rumah sakit lebih baik daripada laki-laki
dikarenakan pada otak wanita, corpus callosum yaitu rangkaian synapsis
dan neuron yang menyambung kedua belahan otak bentuknya lebih lebar
dibagian belakang dan juga lebih tebal 23% daripada otak laki-laki. Hal ini
berarti “pipa” yang menghubungkan kedua belahan otak pada wanita
memungkinkan adanya interaksi yang lebih cepat daripada lelaki, dengan
aktivitas yang lebih banyak pada berbagai bagian otak secara bersamaan.
Ini sebabnya wanita pada umumnya lebih baik dalam multitasking
(melakukan beberapa hal sekaligus) dan mengikuti intuisi. Terdapat
perbedaan aktivitas pada otak wanita dan pria saat melakukan suatu tugas.
Sebagian besar pria menunjukkan aktivitas pada bagian otak sebelah kiri.
Sebaliknya wanita menunjukkan aktivitas pada kedua belah bagian otak.
Kemampuan menggunakan beberapa bagian otak pada waktu bersamaan
membuat wanita lebih unggul dalam pikiran social, sedangkan untuk pria
lebih unggul pada bidang yang membutuhkan penalaran. Hal yang
menarik adalah bahwa meskipun otak pria dan wanita berfungsi secara
berbeda, kemampuan mereka sama, yang menunjukkan bahwa otak
berpotensi punya cara berlainan dalam melakukan tugas yang sama
(Shaywitz et al. dalam Browning 2005)).
77
Pria dan wanita mungkin menunjukkan perbedaan pola dalam
aktivitas otak dalam suatu tugas tertentu, tetapi mereka tidak memiliki
perbedaan kemampuan dalam melakukan pekerjaan itu. (Wade & Travis).
4. Gambaran perilaku responden dalam melakukan pemberian obat
sesuai dengan prinsip benar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku responden lebih
banyak berperilaku baik yaitu 79.4% sedangkan untuk perilaku buruk
20.6%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti 2007
tentang Gambaran Pemberian Obat berdasarkan enam benar oleh perawt di
ruang cendrawasih II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan jumlah
responden 15 orang didapatkan hasil sebanyak 60% melakukan pemberian
obat sesuai dengan prinsip enam benar dan 40% tidak melakukan
pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar terutama pada benar
waktu dan benar dokumentasi. Sari (2009)
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lestari 2009 tentang pengalaman perawat dalam menerapkan prinsip
enam benar dalam pemberian obat di ruang rawat inap rumah sakit Mardi
Rahayu Kudus, didapatkan data sebagai berikut yaitu 30% obat yang
diberikan tidak didokumentasikan, 15% obat diberikan dengan cara yang
tidak tepat, 23% obat yang diberikan dengan waktu yang tidak tepat, 2%
obat tidak diberikan, 12% obat diberikan dengan dosis yang tidak tepat.
78
Beberapa hal yang ditemukan saat pengobservasian dalam
melakukan pemberian obat responden pada benar obat selalu melakukan
double crosscheck selain dengan sesama responden tetapi juga dengan
perawat ruangan, pada benar pasien juga dari hasil observasi bebeapa
responden yang tidak lagi melihat papan nama, ini di karenakan responden
sudah hafal nama-nama pasien yang dirawat disana dan tempat tidurnya
selain itu juga sebelum melakukan pemberian obat selalu memanggil nama
pasien terlebih dahulu.
Hasil pengobservasian benar dosis ditemukan beberapa responden
kurang dalam melakukan perhitungan dan penyiapan obat yang akan
diberikan kepada pasien, tetapi dengan adanya double crosscheck kepada
lebih dari satu orang sehingga dosis yang diberikan sesuai dengan yang
diintruksikan. Perhitungan yang benar menjadi modal awal untuk perawat
dalam berbagai macam hal di pelayanan keperawatan selain melakukan
perhitungan dosis, menurut Bindler & Bayne 1984 kemahiran matematika
merupakan syarat untuk kinerja fungsi keperawatan seperti melakukan
perhitungan obat, menghitung tetesan infuse dan menghitung balance
input dan output. Studi deskriptif yang dilakukan Bindler dan Bayne 1984
menunjukkan bahwa dari 741 siswa yang diteliti berkaitan dengan
keterampilan matematika sebanyak 38% tidak dapat melewati nilai
minimum test 70%. Penelitian ini menyatakan atau menyiratkan bahwa
siswa tidak dapat melakukan perhitungan dosis dengan tepat karena
kurangnya keterampilan matematikan (O’shea ,1999).
79
Hasil pengobservasian benar rute responden sudah melakukan
pemberian obat sesuai dengan rute yang diintruksikan. Hasil
pengobservasian benar waktu beberapa responden ditemukan dalam
melakukan pemberian obat tidak sesuai dengan waktu yang diintruksikan
atau yang tertulis dalam buku obat, ini dikarenakan pasien yang akan
diberikan adalah anak-anak yang harus menggunakan pendekatan karena
anak-anak ketika di ruang rawat takut dengan yang berpakaian putih,
sehingga harus mempunyai pendekatan khusus sehingga pasien dapat trust
kepada responden.
Menurut Dean (2005) menyatakan bahwa sebanyak 31%
pemberian obat pada waktu yang salah. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Barker et al, (2002) kesalahan obat (medication error) yang ada di 36
fasilitas kesehatan di Amerika Utara sebanyak 43% kesalahan terjadi
akibat pemberian obat tidak dilakukan pada waktu yang ditentukan.
Bullock, mania dan Galbaraith (2007) menyatakan bahwa jika obat yang
diintruksikan pada waktu tertentu, maka perawat tidak boleh menyimpang
dan tidak boleh lebih dari 30 menit, jika pemberian obat diberikan diluar
waktu yang ditentukan, maka bioavailabilitas obat mungkin akan
terpengaruh (Elliott & Liu (2010)).
Hasil pengobservasian pada dokumentasi, di lingkungan praktek
pendokumentasian untuk obat dicatat pada buku obat, yang di catat pada
buku obat adalah nama pasien, nama obat, waktu pemberian, rute
pemberian, dan dosis pemberian, untuk mengetahui obat tersebut sudah
diberikan atau belum, dilihat dari waktu pemberian obat yang sudah di
80
coret (silang atau check list), kekurangannya adalah tidak menuliskan
nama atau inisial perawat yang memberikan dan tanda tangan perawat.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Honey dan Lim 2007 yang
menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi mahasiswa profesi
dalam melakukan pemberian obat adalah tempat praktek, karena
mahasiswa pada prakteknya mengikuti sistem pencatatan obat yang
berlaku di tempat praktek.
Aspek legal dalam pendokumentasian yang perlu diperhatikan
antara lain nama atau inisial dan tanda tangan atau paraf perawat yang
memberikan. Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat yaitu mencatat
yang dikerjakan diri sendiri dan tidak mencatat apa yang dikerjakan oleh
orang lain (Abrams, 1995 dalam Kusmarjathi 2009).
Pentingnya pendokumentasian dengan benar, berdasarkan hasil
penelitian Diyanto 2007 adalah 9 dari 15 responden menyatakan bahwa
menulis dokumentasi karena terkait dengan tanggung gugat jika terjadi
masalah di kemudian hari dan karena memang sudah menjadi kewajiban
perawat, selain itu faktor pendorong untuk melaksanakan dokumentasi 5
dari 15 responden menyatakan bahwa faktor pendorong yang utama adalah
pemenuhan aspek legalitas, yang maksudnya adalah sebagai bukti otentik
jika ada pemeriksaan maupun jika suatu saat terjadi masalah tertentu yang
membutuhkan dokumentasi keperawatan.
81
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan dengan perilaku responden dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku responden dalam melakukan pemberian obat
yang sesuai dengan prinsip enam benar. Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan baik maka perilaku responden juga baik yaitu sebanyak
100% dan untuk pengetahuan kurang perilaku responden kurang sebanyak
41.7%. Sehubungan dengan hal tersebut maka responden dengan
pengetahuan kurang perlu meningkatkan pengetahuannya dalam praktik
keperawatan khususnya dalam hal pemberian obat, sementara responden
yang berpengathuan tinggi tetap mempertahankan dan meningkatkan
pengetahuannya agar dapat lebih bertanggung jawab untuk menerapkan
pemberian obat sesuai dengan prinsip enam benar.
Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Idayanti (2008)
tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan
standar operasional prosedur (SOP) tehknik menyuntik dalam pencegahan
infeksi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan
penerapan SOP teknik menyuntik nilai p-value 0.025 dengan hasil
pengetahuan tinggi yang menerapkan SOP menyuntik dengan kategori
baik sebanyak 41 orang (97.6%) dan 1 orang yang menerangkan dengan
kategori cukup, sedangkan untuk berpengetahuan rendah yang
menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 14
82
orang (77.8%) dan kategori cukup menerapkan SOP teknik menyuntik
sebanyak 4 orang (22.2%).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Kusmarjathi
(2009) yang menyatakan bahwa penerapan prinsip enam tepat dalam
pemberian obat lebih dipengaruhi oleh faktor internal perawat yaitu
tingakt pengetahuan.
Kualiatas pelayanan kesehatan khususnya dalam memeberikan
tindakan keperawatan dipengaruhi oleh pengetahuan responden.
Pengetahuan responden yang baik tentang pemberian obat dapat
mempengaruhi penerapannya (perilaku) baik dengan kata lain
pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Idayanti, 2008) .
Pengetahuan yang dimiliki perawat berperan penting dalam
kinerjanya, jika seorang perawat memiliki pengetahuan yang luas ia akan
mahir dan mudah dalam melakukan asuhan keperawatan, sehingga apapun
yang dikerjakannya akan menghasilkan kinerja yang baik. (Robbins, 1998
dalam Isesreni dan Warni 2009). Pernyataan ini juga sesuai dengan
pernyataan Fink (1983) dan Rainbow (1984) bahwa perawat yang terus
menerus memperbaharui pengetahuan mereka tentang obat akan lebih
sedikit membuat kesalahan obat daripada mereka yang tidak
memperbaharui pengetahuan.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Honey dan Lim (2007)
didapatkan hasil bahwa selain pengetahuan yang dapat mempengaruhi
83
mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian obat terdapat faktor
eksternal lain yaitu seperti tempat praktek mahasiswa, dan perawat
ruangan. Selain itu juga faktor ekternal lain yang dapat mempengaruhi
pemberian obat sesuai prinsip benar adalah ketersediaan fasilitas
pemberian obat dan kebijakan institusi dalam pemberian obat.
Kusmarjathi (2009).
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pengukuran perilaku mahasiswa profesi dalam melakukan pemberian
obat menggunakan lembar observasi, dikarenakan, waktu yang minim
untuk melakukan penelitian maka melaksanakan observasi hanya
dilakukan sebanyak satu kali. Pada saat pengobservasian hanya
dilakukan oleh peneliti yang didampingi oleh pembimbing di tempat
penelitian.
2. Peneliti dalam mengukur kuesioner adalah dengan menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sehingga dikhawatirkan
tidak dapat mewakili seluruh pengetahuan yang dimiliki mahasiswa
profesi terkait dengan pemberian obat.
84
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari tujuan penelitian dan hasil penelitian yang di peroleh
tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku pemberian obat mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka peneliti mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karakteristik responden: hasil penelitian yang didapatkan dari 34 respnden
7 orang (20,6 %) berjenis kelamin laki-laki dan 27 orang (79,4%) berjenis
kelamin perempuan. Nilai farmakologi yang diperoleh responden yang
terbanyak adalah nilai B sebanyak 13 orang (38,2%) dan nilai IPK yang
diperoleh responden yang terbanyak adalah nilai IPK sangat memuaskan
(2,75-3,49) 26 orang (76,5%).
2. Pengetahuan : tingkat pengetahuan mahasiswa profesi yang terbanyak
adalah pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (38,2%). Pengetahuan baik
yang terbanyak diperoleh oleh jenis kelamin perempuan yaitu 29,8 %.
Responden dengan pengetahuan baik yang terbanyak adalah yang
memperoleh nilai farmakologi A 36,4% dan nilai IPK (2,75-3,49) 6 orang.
3. Perilaku: perilaku baik lebih banyak dilakukan oleh responden berjenis
kelamin perempuan 85,2%. Hasil penelitian tentang perilaku responden
dalam melakukan pemberian obat yang memiliki perilaku baik sebanyak
79,4% dan perilaku buruk 20,6%. Tingkat pengetahuan responden baik
85
dan perilaku baik sedangkan tingkat pengetahuan kurang hasil perilaku
buruk 58,3%.
4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku responden dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip benar.
B. SARAN
1. Bagi Responden
Untuk mempermudah responden dalam melaksanakan pemberian obat
pada pasien anak maka dibutuhkan penerapan atraumatic care oleh
responden.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang dpat mempengaruhi
perilaku mahasiswa dalam melakukan pemberian obat dan menambahkan
prinsip benar yang terbaru, dan melaksanakan prinsip benar yang terbaru
dalam praktek di pelayanan kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Browning.2005. Emergenetics. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Diyanto, Yahyo. 2007. Tesis: Analisis Faktor-faktor Pelaksanaan Dokumentasi
Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Dornan T, Ashcroft D, dkk. 2009. An In Depth Investigation Into Causes Of
Prescribing Errors By Foundation Trainees In Relation To Their Medical
Education. Manchester.
Elliot M, Liu Y. 2010. The Nine Rights Of Medication Administration : an
overview. British Journal of Nursing Vol 19 No 5.
Erniyati, Bukit K, Salbiah. 2007. Buku Panduan Program Pendidikan Profesi
Ners Program Studi Ilmu Keperawatan. Ed 1. Sumatra : Departemen Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran USU.
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Grandell-Niemi H, Hupli M, Leiono-Kilpi H & Puukka P. 2005. Finnish Nurses’
and Nursing Students’ Pharmacological Skill.. Journal of Clinical Nursing
14, 685–694
Griffth R et al. 2003. Administration of Medicines Part 1: the Law and Nusrsing.
Nursing Standard 28, 47-53.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawtan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta :
Sagung Seto.
Honey M & Lim A. 2008. Aplication of Pharmacology Knowledge in Medication
Management by Final year Undergraduate Nursing Studenst.
Contamponary 30, 12-19
Hospira.2006. Mandating Dose Error Reduction Systems for Improved Patient
Safety in Hospitals. Australia.
Hui T, Siang C, Rahman H.2005. Observational Study On drug Administration
Errors in a Hospital Ward. Malaysia.
Idayanti. 2008. Tesis : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap
Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik
Dalam Upaya Pencegahan Infeski di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Medan : Universitas Sumatra Utara.
Isesreni dan Warni. 2009. Hubungan Karakteristik Perawat dengan kinerja
perawat di RSJ. Prof. HB Sa’anin Padang tahun 2008. MNM No1. Vol.1.
King. 2004. Nurses’ perceptions of their pharmacology educational needs.
Blackwell Publishing Ltd, Journal of Advanced Nursing, 45 (4), 392-400
393
Kusmarjathi, Ni Ketut. 2009. Penerapan Prinsip “Enam Tepat” Dalam
Pemberian Obat Oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Berdasarkan UU No.
23 TH 1992. Journal Vol 15 No. 2. Denpansar
Kusnanto. 2003. Pengantar Profesi dan praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: EGC
Lestari N Yustina. 2009. Skripsi: Pengalaman Perawat dalam Menerapkan
Prinsip Enam Benar dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus
Manias E & Bullock S. 2002. The Educational Preparation of Undergraduate
Nursing Students in Pharmacology : Clinical Nurses’ perceptions and
Experiences of Graduate nurses’ Medication Knowledge. International
Journal of Nursing Studies 39 (2002) 773-784.
Marwoto, Kusnanto & Handono. 2007. Analisis Kinerja Perawat dalam
Pengendalian Infeksi Nosokomial di Ruang IRNA RSUP Dr. Sardjito.
Yogyakarta
Muchlisin A, Ichsan B. 2008. Aplikasi Model Konseptual Caring dari Jean
Watson dalam Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN
1979-2697. Vol. 1 No. 3 September:147-150.
Muntasir, Regaletha & Kono.2007. Kajian Fungsi dan Peran Perawat dalam
Pemberian Obat bagi Pasien Rawat Inap di RSUD Prof. W.Z Yohannes
Kupang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
O’she, Ellen. 1999. Factors Contributing to Medication Errors : a Literature
review. Journal of Clinical Nursing 8 : 486-504.
Pasiak, T. 2002. Revolusi IQ/EQ/SQ : Menyikap Rahasia Kecerdasan
Berdasarkan Alquran dan Neurosains Mutakhir
Perry dan Potter. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Vol 1. Jakarta: EGC
Priharjo, Robert. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta :
EGC
Sari, Christina. 2009. Skripsi: Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang
Prinsip Sepuluh Benar Pada Pemberian Obat Secara Injeksi Di Rumah
Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati. Jakarta:
Universitas Pembangunan Nasional.
Stanislaus S, Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS.
Yogyakarta:Graha ilmu.
Sujianto A, Eko. 2009. Aplikasi Statistik: dengan SPSS 16.0. Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya.
Wade dan Travis. _____. Psikologi. Ed.9. Jakarta: Erlangga
Anonim. Drug Dosage And Therapy. Edition 100. Texas
Anonim. Medication Study Guide for Unlicensed personal in Adult Care Homes.
Carolina
Anonim.2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di
Rumah Sakit. Jakarta
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan. Jakarta
Anonim. 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien
(Patient Safety). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
INFORMED CONSENT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA PROFESI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDYATULLAH DALAM MELAKUKAN
PEMBERIAN OBAT
Assalamu’alaikum. WR. WB
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
sedang mengadakan penelitian untuk mengumpulkan data sebagai bahan
penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kepada rekan-rekan
mahasiswa profesi (sebagai responden studi saya) dapat meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Dalam kuesioner ini jawaban rekan-
rekan akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran rekan-rekan dalam
menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Terima kasih banyak atas
bantuan dan kerjasama rekan-rekan untuk peran sertanya dalam studi saya.
TTD Hormat Saya,
(Peneliti)
Responden Lydya Perwitasari AS
Nomor Responden :
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MAHASISWA PROFESI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDYATULLAH DALAM MELAKUKAN
PEMBERIAN OBAT
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pertanyaan di bawah ini mohon di isi semuanya
3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling sesuaidengan
memberikan tanda silang ( X )
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama Lengkap :
______________________________________________
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Nilai Farmakologi :
______________________________________________
Nilai IPK :
______________________________________________
B. PENGETAHUAN
Pilihlah salah satu jawaban untuk setiap butir pernyataan berikut dengan
memberikan tanda silang ( X ) yang sesuai dan menurut anda benar.
1. Nama obat yang diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat
adalah
a. Nama kimia d. Nama dagang
b. Nama generik e. BSSD
c. Nama resmi
2. Obat adalah zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan,
penurunan atau pencegahan penyakit.
a. Benar b. Salah
3. Fungsi obat adalah KECUALI
a. Melindungi sel dari pengaruh agen kimia lain
b. Memperlambat fungsi sel
c. Mempercepat atau memperlambat proses kerja sel
d. Mengganti zat tubuh yang hilang
4. Obat yang merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit:
a. Supositoria d. Guttae (obat tetes)
b. Tablet e. Unguenta (Salep)
c. Injeksi
5. Obat oral harus disimpan terpisah dengan obat topical :
a. benar b. salah
6. Proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis
oleh enzim adalah
a. Absorpsi c. Metabolisme
b. Distribusi d. Ekskresi
7. Obat dikeluarkan dari dalam tubuh dengan berbagai bentuk seperti keringat
dan air liur, proses ini disebut dengan:
a. Absorpsi c. Metabolisme
b. Distribusi d. Ekskresi
8. Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak
diinginkan disebut:
a. Efek terapeutik c. Reaksi idiosinkratik
b. Efek samping d. Reaksi Alergi
c. Efek toksik
9. Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk
bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah dan bagian tengahnya
berwarna pucat adalah
a. Urtikaria c. Rinitis
b. Ruam d. BSSD
c. Pruritus
10. Manakah dari pernyataan berikut yang TIDAK BENAR tentang alergi dengan
obat?
a. Alergi adalah reaksi yang terjadi akibat dari kepekaan yang tidak biasa
terhadap obat
b. Reaksi alergi dapat termasuk ruam, pembengkakan, gatal-gatal tetapi tidak
pernah mengancam kehidupan.
c. Semua alergi atau reaksi yang timbul harus segera dilaporkan, atau
dicatatkan kedalam rekam medik.
11. Dari jenis-jenis zat berikut ini, manakah yang dapat digunakan untuk
mengurangi intensitas reaksi alergi?
a. Antiemetik c. parasimpatolitik
b. Antihistamin d. parasimpatomimetik
12. Ditemukan klien dengan konsumsi obat yang tidak lagi efektif. Klien sekarang
memerlukan dosis yang lebih besar. Reaksi ini disebut dengan
a. Kecanduan c. terbentuknya kebiasaan (habituasi)
b. Ketergantungan d. Toleran
13. Obat yang diintruksikan dokter adalah hadol liquid concentrate 2ml setiap 8
jam. Berapa banyak obat yang harus diberikan?
a. 1 mg c. 2 mg
b. 5 mg d. BSSD
14. Berapa 27,3 ml dirubah kedalam liter?
a. 0,0273 liter c. 2,73 liter
b. 0,273 liter d. 27.300 liter
15. Berapa 0,3 mg dirubah ke dalam gram
a. 0.0003 g c. 0,03 g
b. 0,003 g d. 0,3 g
16. Berapa milliliter yang harus diberikan jika obat yang tersedia Hidroklorida 25
mg/ml dan harus diberikan 12,5 mg?
a. 0,5 ml c. 12,5 ml
b. 6,25 ml d. 25 ml
17. Obat yang tersedia Prochlorperazine 10 mg/ 2 ml dan diintruksikan 7,5 mg.
Berapa banyak milliliter yang harus diberikan?
a. 1 ml c. 2 ml
b. 1,5 ml d. 2,5 ml
18. Obat yang diberikan secara sublingual adalah dengan cara?
a. dibawah lidah c. diteteskan melalui telinga
b. langsung ditelan d. dioleskan ke kulit
19. Ketika memberikan obat dengan cara topical sebaiknya menggunakan :
a. Masker c. Masker dan sarung tangan
b. Sarung tangan
20. Inhaler harus dikocok saat :
a. Sebelum setiap kali digunakan
b. Jika diintruksikan dokter lebih dari satu semprotan saat diberikan pada
pasien
c. Hanya jika inhaler tersumbat
21. Setelah pasien menerima obat tetes hidung, yang harus dilakukan pasien
adalah:
a. Kepala dimiringkan sekitar 60 menit
b. Menghembuskan nafas
c. Berbaring dengan kepala lebih rendah dari bahu selama beberapa menit
22. Saat pemberian obat, pemberian yang aman jika :
a. Hanya mengandalkan pada warna obat
b. Hanya mengandalkan pada bentuk obat
c. Hanya mengandalkan pada lokasi tempat obat
d. Membaca label obat dan rekam medik setiap kali pemberian obat
23. Pemberian obat dengan cara melakukan injeksi kedalam jaringan tepat
dibawah lapisan dermis kulit disebut dengan:
a. Interkutan c. Subkutan
b. Intramuscular d. Intravena
24. Pemberian obat yang fungsinya untuk uji alergi pada pasien dilakukan dengan
cara:
a. Interkutan c. Subkutan
b. Intramuscular d. Intravena
25. perawat bertanggung jawab terhadap semua obat yang diberikan :
a. benar b. salah
26. Setelah 30 menit melakukan pemberian obat maka yang harus dilakukan
KECUALI:
a. Menanyakan klien apakah pasien mengalami respon yang biasa timbul
akibat penggunaan obat
b. Memantau efek samping obat, toksik, dan reaksi alergi
c. Menilai semua tahap proses keperawatan
d. Menanyakan perasaan klien terhadap pemberian obat
27. Berikut ini adalah contoh kesalahan dalam pemberian obat. KECUALI :
a. Kelalaian dari resep obat
b. Penolakan terhadap pemberian obat
c. Gagal dalam melakukan pemberian obat yang sesuai dengan prinsip 6
benar
d. Memberikan obat yang tidak diresepkan.
28. Jika perawat tidak dapat membaca tulisan tangan dokter (resep) atau resep
obat yang tidak lengkap, maka perawat harus :
a. Tinggalkan pemberian obat untuk shift berikutnya
b. Hubungi perawat lain, apoteker atau dokter,
c. Tanyakan pada pasien atau keluarga
d. Gunakan yang terbaik “menebak”
29. Jika pasien mengungkapkan kekhawatiran terhadap obat yang anda berikan,
apa yang harus perawat lakukan :
a. Tetap memberikan obat tersebut
b. Berjalan pergi dan menuliskan pada rekam medik bahwa pasien
“menolak”
c. Mengecek obat dan informasi dosis
d. Memberikan obat tersebut kepada pasien lain yang satu ruangan.
30. Pasien mendapatkan resep dari dokter untuk diberikan Amoksisilin sedangkan
pada buku obat ditandai “alergi terhadap amoksisilin” sebagai perawat apa
yang harus anda lakukan?
a. Memberikan obat sesuai dengan yang diintruksikan, karena dokter tahu
yang terbaik
b. Ingatkan dokter tentang peringatan alergi
c. Tarik label alergi dari buku obat.
C. LEMBAR OBSERVASI
Kode Responden :
Nama Responden :
Jenis Kelamin : L P
Ruangan :
No. KEGIATAN YANG DILAKUKAN YA TIDAK
1. Melihat intruksi yang ditulis dokter
2. Melihat label obat yang sesuai dengan intruksi
3. Melakukan double crosscheck dengan perawat/mahasiswa
profesi lain
4. Melihat tanggal kadaluwarsa obat
5. Melakukan perhitungan dosis sebelum obat diberikan dengan
tepat
6. Menyiapkan obat sesuai dengan dosis yang telah dihitung
7. Mengecek nama pasien dengan memanggil nama/melihat
papan atau gelang nama pasien.
8. Pemberian obat dilakukan tidak boleh kurang atau lebih dari
30 menit waktu yang telah ditentukan
9. Memberikan obat sesuai dengan rute yang telah ditentukan
dengan benar
10. Memberikan obat sesuai dengan dosis yang diintruksikan
11. Mencatat hasil tindakan, seperti nama obat, dosis obat, rute
pemberian, waktu dan tanggal pemberian, inisial perawat
dan tanda tangan perawat setelah obat diberikan pada
pasien
LEMBAR PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR OBSERVASI
Petunjuk Pengisian :
Observer diminta mengisi lembar observasi ini dengan cara mengisi kolom
yang tersedia, dengan identitas observe (mahasiswa profesi yang sedang
dinilai) sebagai berikut:
1. Mengisi nama mahasiswa profesi, jenis kelamin dan Ruangan dilakukannya
mahasiswa profesi
2. Memberikan tanda check list pada kolom yang tersedia : kolom YA apabila
kegiatan tersebut dilakukan dan TIDAK apabila tidak dilakukan untuk setiap
kegiatan.
3. Kegiatan untuk benar pasien : mahasiswa profesi memeriksa kembali ke buku
obat atau rekam medis, mengecek kembali dengan melihat papan nama pada
tempat tidur pasien atau gelang yang ada pada pasien, mengecek kembali
dengan memanggil nama pasien.
4. Kegiatan untuk benar obat: melihat intruksi yang ada pada buku obat atau
rekam medis, menyamakan label obat dengan rekam medic atau buku obat,
melakukan double crosscheck dengan perawat atau dengan teman sesama
mahasiswa terkait dengan nama obat, rute pemberian, dan tanggal
kadaluwarsa.
5. Kegiatan untuk benar rute : mahasiswa dalam melakukan pemberian obat
sesuai dengan rute yang diintruksikan dan dilakukan dengan benar.
6. Kegiatan untuk benar waktu: mahasiswa profesi dalam memberikan obat
harus tepat waktu atau tidak boleh lebih dari 30 menit waktu yang telah
diintruksikan.
7. Kegiatan untuk benar dosis: mahasiswa profesi melakukan perhitungan obat
dengan tepat dan sesuai dengan yang diintruksikan, memberikan dosis obat
yang dengan benar.
8. Kegiatan untuk benar dokumentasi : mahasiswa profesi setelah melakukan
pemberian obat menuliskan nama obat, dosis obat, rute pemberian, waktu dan
tanggal pemberian dan inisial dan tanda tangan dari mahasiswa profesi yang
melakukan pemberian obat
Reliability
Scale: Pengetahuan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 43.5
Excludeda 13 56.5
Total 23 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.907 30
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
a1 .50 .527 10
a2 .80 .422 10
a3 .50 .527 10
a4 .50 .527 10
a5 .70 .483 10
a6 .50 .527 10
a7 .70 .483 10
a8 .70 .483 10
a9 .80 .422 10
a10 .70 .483 10
a11 .70 .483 10
a12 .40 .516 10
a13 .50 .527 10
a14 .40 .516 10
a15 .50 .527 10
a16 .60 .516 10
a17 .50 .527 10
a18 .60 .516 10
a19 .60 .516 10
a20 .70 .483 10
a21 .70 .483 10
a22 .70 .483 10
a23 .50 .527 10
a24 .50 .527 10
a25 .60 .516 10
a26 .60 .516 10
a27 .80 .422 10
a28 .80 .422 10
a29 .70 .483 10
a30 .70 .483 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
a1 18.00 56.667 .392 .905
a2 17.70 55.344 .723 .900
a3 18.00 56.667 .392 .905
a4 18.00 56.889 .363 .906
a5 17.80 56.400 .472 .904
a6 18.00 57.778 .250 .908
a7 17.80 56.400 .472 .904
a8 17.80 56.400 .472 .904
a9 17.70 57.344 .397 .905
a10 17.80 57.289 .346 .906
a11 17.80 58.844 .132 .909
a12 18.10 56.767 .388 .905
a13 18.00 56.444 .421 .905
a14 18.10 55.433 .566 .902
a15 18.00 56.000 .479 .904
a16 17.90 56.544 .418 .905
a17 18.00 56.889 .363 .906
a18 17.90 56.100 .477 .904
a19 17.90 56.100 .477 .904
a20 17.80 55.067 .663 .901
a21 17.80 55.956 .535 .903
a22 17.80 57.289 .346 .906
a23 18.00 57.556 .278 .907
a24 18.00 57.556 .278 .907
a25 17.90 54.100 .749 .899
a26 17.90 54.100 .749 .899
a27 17.70 56.011 .613 .902
a28 17.70 56.011 .613 .902
a29 17.80 54.844 .696 .900
a30 17.80 54.178 .794 .898
Frequencies
Statistics
Jenis.Kelamin
N Valid 34
Missing 0
Mean .21
Median .00
Mode 0
Std. Deviation .410
Minimum 0
Maximum 1
Jenis.Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 27 79.4 79.4 79.4
Laki-Laki 7 20.6 20.6 100.0
Jenis.Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Perempuan 27 79.4 79.4 79.4
Laki-Laki 7 20.6 20.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Nilai.Farmakologi
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.03
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .797
Minimum 1
Maximum 3
Nilai.Farmakologi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid C 10 29.4 29.4 29.4
B 13 38.2 38.2 67.6
A 11 32.4 32.4 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
NilaiIPK.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 1.88
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .478
Minimum 1
Maximum 3
NilaiIPK.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Memuaskan 6 17.6 17.6 17.6
Sangat Memuaskan 26 76.5 76.5 94.1
Terpuji 2 5.9 5.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
NamadanBentukObat.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.09
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .621
Minimum 1
Maximum 3
NamadanBentukObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 5 14.7 14.7 14.7
Cukup 21 61.8 61.8 76.5
Baik 8 23.5 23.5 100.0
NamadanBentukObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 5 14.7 14.7 14.7
Cukup 21 61.8 61.8 76.5
Baik 8 23.5 23.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
SifatdanKerjaObat.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.56
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .504
Minimum 2
Maximum 3
SifatdanKerjaObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup 15 44.1 44.1 44.1
Baik 19 55.9 55.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
EfekdanReaksiObat.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.76
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .431
Minimum 2
Maximum 3
EfekdanReaksiObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup 8 23.5 23.5 23.5
Baik 26 76.5 76.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
SistemPerhitunganObat.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.62
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .551
Minimum 1
Maximum 3
SistemPerhitunganObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 1 2.9 2.9 2.9
Cukup 11 32.4 32.4 35.3
Baik 22 64.7 64.7 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
RutePemberianObat.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.47
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .507
Minimum 2
Maximum 3
RutePemberianObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup 18 52.9 52.9 52.9
Baik 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
PeranPerawatdalamPemberianObat.K
at
N Valid 34
Missing 0
Mean 2.91
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .288
Minimum 2
Maximum 3
PeranPerawatdalamPemberianObat.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup 3 8.8 8.8 8.8
Baik 31 91.2 91.2 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Pengetahuan.Kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 1.91
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .793
Minimum 1
Maximum 3
Pengetahuan.Kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 12 35.3 35.3 35.3
Cukup 13 38.2 38.2 73.5
Baik 9 26.5 26.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis.Kelamin *
Pengetahuan.Kat
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Jenis.Kelamin * Pengetahuan.Kat Crosstabulation
Pengetahuan.Kat
Total kurang Cukup Baik
Jenis.Kelamin Perempuan Count 8 11 8 27
% within Jenis.Kelamin 29.6% 40.7% 29.6% 100.0%
Laki-Laki Count 4 2 1 7
% within Jenis.Kelamin 57.1% 28.6% 14.3% 100.0%
Total Count 12 13 9 34
% within Jenis.Kelamin 35.3% 38.2% 26.5% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai.Farmakologi *
Pengetahuan.Kat
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Nilai.Farmakologi * Pengetahuan.Kat Crosstabulation
Pengetahuan.Kat
Total kurang Cukup Baik
Nilai.Farmakologi C Count 6 1 3 10
% within Nilai.Farmakologi 60.0% 10.0% 30.0% 100.0%
B Count 5 6 2 13
% within Nilai.Farmakologi 38.5% 46.2% 15.4% 100.0%
A Count 1 6 4 11
% within Nilai.Farmakologi 9.1% 54.5% 36.4% 100.0%
Total Count 12 13 9 34
% within Nilai.Farmakologi 35.3% 38.2% 26.5% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
NilaiIPK.Kat *
Pengetahuan.Kat
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
NilaiIPK.Kat * Pengetahuan.Kat Crosstabulation
Pengetahuan.Kat Total
kurang Cukup Baik
NilaiIPK.Kat Memuaskan Count 4 0 2 6
% within NilaiIPK.Kat 66.7% .0% 33.3% 100.0%
Sangat Memuaskan Count 8 12 6 26
% within NilaiIPK.Kat 30.8% 46.2% 23.1% 100.0%
Terpuji Count 0 1 1 2
% within NilaiIPK.Kat .0% 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 12 13 9 34
% within NilaiIPK.Kat 35.3% 38.2% 26.5% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis.Kelamin * perilaku.kat 34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Jenis.Kelamin * perilaku.kat Crosstabulation
perilaku.kat
Total buruk baik
Jenis.Kelamin Perempuan Count 4 23 27
% within Jenis.Kelamin 14.8% 85.2% 100.0%
Laki-Laki Count 3 4 7
% within Jenis.Kelamin 42.9% 57.1% 100.0%
Total Count 7 27 34
% within Jenis.Kelamin 20.6% 79.4% 100.0%
Frequencies
Statistics
benarobat.kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 1.00
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
benarobat.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 34 100.0 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
benarpasien.kat
N Valid 34
Missing 0
Mean 1.00
Median 1.00
Mode 1
Std. Deviation .000
Minimum 1
Maximum 1
benarpasien.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
benarpasien.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 34 100.0 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
benardosis.kat
N Valid 34
Missing 0
benardosis.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 34 100.0 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
benarrute.kat
N Valid 34
Missing 0
benarrute.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 34 100.0 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
benardokumentasi.kat
N Valid 34
Missing 0
benardokumentasi.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid baik 34 100.0 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
benarwaktu.kat
N Valid 34
Missing 0
benarwaktu.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid buruk 7 20.6 20.6 20.6
baik 27 79.4 79.4 100.0
Total 34 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
perilaku.kat
N Valid 34
Missing 0
perilaku.kat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid buruk 7 20.6 20.6 20.6
baik 27 79.4 79.4 100.0
Total 34 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan.Kat *
perilaku.kat
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Pengetahuan.Kat * perilaku.kat Crosstabulation
perilaku.kat
Total buruk baik
Pengetahuan.Kat kurang Count 5 7 12
% within Pengetahuan.Kat 41.7% 58.3% 100.0%
Cukup Count 2 11 13
% within Pengetahuan.Kat 15.4% 84.6% 100.0%
Baik Count 0 9 9
% within Pengetahuan.Kat .0% 100.0% 100.0%
Total Count 7 27 34
% within Pengetahuan.Kat 20.6% 79.4% 100.0%
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .408 .118 2.529 .017c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .410 .122 2.546 .016c
N of Valid Cases 34
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Nonparametric Correlations
Correlations
Pengetahuan.Kat perilaku.kat
Spearman's rho Pengetahuan.Kat Correlation Coefficient 1.000 .410*
Sig. (2-tailed) . .016
N 34 34
perilaku.kat Correlation Coefficient .410* 1.000
Sig. (2-tailed) .016 .
N 34 34
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).