90
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana KeperawatanOleh : Devita Indra Kusumastuti NIM. S10010 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET

HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI

HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA

BAKTI KASIH SURAKARTA

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Devita Indra Kusumastuti

NIM. S10010

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang

berjudul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET

HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI

HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA

BAKTI KASIH SURAKARTA

Oleh :

Devita Indra Kusumastuti

NIM S10010

Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(bc.Yeti Nurhayati,M.Kes) (Febriana Sartika Sari, S.Kep.,Ns)

NIK. 201378115 NIK. 201390125

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi

Keperawatan yang berjudul :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET

HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI

HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA

BAKTI KASIH SURAKARTA

Oleh :

Devita Indra Kusumastuti

NIM S10010

Telah diuji pada tanggal 14 Juli 2014 dan ditanyakan telah memenuhi syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

bc. Yeti Nurhayati, M.Kes Febriana Sartika Sari, S.Kep., Ns

NIK. 201378115 NIK. 201390125

Penguji,

Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK.200679022

Surakarta, Agustus 2014

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tagan dibawah ini :

Nama : Devita Indra Kusumastuti

NIM : S10010

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di

perguruan tinggi lain.

2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim

Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, Juli 2014

(Devita Indra Kusumastuti)

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah

memberi kekuatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi

Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta”. Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program

S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam menyelesaikan

penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Suharti M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Ketua Prodi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini

hingga selesai.

4. Ibu Febriana Sartika Sari.S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini

hingga selesai.

5. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta

yang telah memberikan ilmu dan bimbingan pada penulis.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

vi

6. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam

penyusunan Skripsi ini.

7. Teman-teman prodi S-1 yang telah memberikan dorongan baik material dan

spiritual dalam pembuatan Skripsi ini.

8. Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini

masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangatlah penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi

ini.

Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa

STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya dan bagi Ilmu Keperawatan di

Indonesia pada umumnya.

Surakarta, Juli 2014

Peneliti

(Devita Indra Kusumastuti)

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................ .................... iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

ABSTRAK .......................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 9

2.1.1 Pengetahuan ........................................................................ 9

2.1.2 Lansia ................................................................................. 16

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

viii

2.1.3 Hipertensi ............................................................................ 21

2.1.4 Kepatuhan ........................................................................... 32

2.1.5 Diet Hipertensi ................................................................... 37

2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 44

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 45

2.4 Hipotesis ...................................................................................... 46

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 47

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 47

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran .............. 48

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .............................. 50

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... 57

3.7 Etika Penelitian ............................................................................ 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1 Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi ..................................... 61

4.2 Pendidikan Lansia yang Mengalami Hipertensi .......................... 62

4.3 Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi

.................. .................................................................................... 62

4.4 Kepatuhan Diet Hipertensi pada Lansia yang Mengalami

Hipertensi...................................................................................... 63

4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi............................................. 63

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

ix

4.6 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda................. 64

BAB V. PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi........... 65

5.2 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami

Hipertensi.................................................................................... 66

5.3 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi........................................... 68

BAB VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan.................................................................................. 71

6.2 Saran............................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................... 6

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ....................................................................... 25

Tabel 2.2 Jenis-Jenis Makanan Hipertensi ....................................................... 42

Tabel 2.3 Makanan yang Dianjurkan untuk Hipertensi………. ...................... 43

Tabel 2.4 Makanan yang tidak Diianjurkan untuk Hipertensi ......................... 43

Tabel3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ................... 48

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti

Wredha Dharma Bakti Kasih Surkarta ............................................ 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Lansia yang Mengalami

Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta……………………… ...................................................... 62

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami

Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta ........... 62

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Lansia yang Mengalami Hipertensi

terhadap Diet Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta .......................................................................................... 63

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi ...................... 63

Tabel 4.6 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda ........................ 64

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 44

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 45

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

1 F01 Usulan Topik Penelitian

2 F02 Pengajuan Judul Skripsi

3 F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4 F07 Pengajuan Ijin Penelitian

5 Jadwal Penelittian

6 Surat Studi Pendahuluan

7 Surat Ijin Penelitian

8 Surat Keterangan Balasan Penelitian

9 Lembar Permohonan Menjadi Responden

10 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

11 Kuesioner Pengetahuan tentang Hipertensi (Validitas)

12 Kuesioner tentang Kepatuhan Diet Hipertensi

(Validitas)

13 Kuesioner Pengetahuan tentang Hipertensi

(Penelitian)

14 Kuesioner tentang Kepatuhan Diet Hipertensi

(Penelitian)

15 Data Pengujian Validitas Pengetahuan

16 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengetahuan

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

xiii

17 Data Pengujian Validitas Kepatuhan

18 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan

19 Data Penelitian Pengetahuan

20 Data Penelitian Kepatuhan

21 Resume Data Penelitian

22 Hasil Penelitian

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

xiv

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014

Devita Indra Kusumastuti

The Correlation between Knowledge and Hypertension Diet Obedience in the

Elderly with Hypertension at Dharma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta

ABSTRACT

Hypertension is a condition in which one’s blood pressure is above 120/80

mmHg. Diet is one of the ways to lower the hypertension in the elderly. However,

many of them sometimes do not obey their hypertension diet due to their own lack

of knowledge. The objective of this research is to investigate the correlation

between knowledge and hypertension diet obedience in the elderly with

hypertension at Dharma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta.

This research used the descriptive correlational approach with the cross

sectional design to 35 hypertension respondents. The samples of research were

taken by using the total sampling technique.

The results of research show that the number of the elderly with good

knowledge and with hypertension diet obedience is 19 (54.30%); that of the

elderly with good knowledge but without hypertension diet obedience is 11

(31.40%); that if the elderly with fair knowledge and with hypertension diet

obedience is 0 (0.00%); and that of the elderly with fair knowledge but without

hypertension diet obedience is 5 (14.30%). In addition, the data analyzed with

lambda shows that the value of correlation is 0.238, and the value of p is smaller

than that of alpha, meaning that there is a correlation between knowledge and

hypertension diet obedience in the elderly with hypertension. Based on the results

of research, a conclusion is drawn that there is a correlation between knowledge

and hypertension diet obedience in the elderly with hypertension at Dharma Bakti

Kasih Nursing Home of Surakarta.

Keywords: Knowledge, hypertension, and hypertension diet

References: 44 (2003-2013)

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

xv

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

DevitaIndraKusumastuti

Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia

yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta

Abstrak

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di

atas 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Diet merupakan

salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Tetapi terkadang lansia

banyak yang tidak patuh terhadap diet hipertensi, hal tersebut dikarenakan

pengetahuan yang kurang dari lansia itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi di PantiWredha Dharma BaktiKasih Surakarta.

Desain penelitian yang digunakan yaitu descriptif corelational dengan

pendekatan cross sectional pada 35 responden penderita hipertensi. Pengambilan

sampel dilakukan dengantotal sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang berpengetahuan baik dan

patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 19 lansia (54,30%), lansia yang

berpengetahuan baik dan tidak patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 11 lansia

(31,40%), lansia yang berpengetahuan cukup dan patuh terhadap diet hipertensi

yaitu 0 (0,00%), dan lansia yang berpengetahuan cukup dan tidak patuh terhadap

diet hipertensi sebanyak 5 lansia (14,30%).

Analisis data menggunakan lambda dengan nilai korelasi sebesar 0.238 dan

nilai p value < alpha yang artinya ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami

hipertensi di PantiWredha Dharma Bakti Kasih Surakarta.

Kata Kunci:Pengetahuan, Hipertensi, Kepatuhan, Diet Hipertensi

Daftar Pustaka : 44 (2003-2013)

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah

suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau

optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit

ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui

dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi

yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke,

serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal

kronik (Purnomo2009).

Data Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi hipertensi di

Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60%

penderita hipertensi berakhir pada stroke dan penyakit ini hampir diderita sekitar

25% penduduk dunia dewasa (Adrogue&Madias 2007).Sisanya mengakibatkan

penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Rikesdas (2007) menyebutkan

hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis,

jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di

Indonesia (Yoga 2009). Fenomena inidisebabkan karena perubahan gaya hidup

masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap

saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

2

garam, lemak, gula,dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar

dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi (Agrina 2011).

Lansia (lanjut usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Statistik

Indonesia 2010). Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-

penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, diabetes

mellitus, gout (reumatik), dan kanker. Salah satu penyakit yang diderita oleh

lansia yaitu hipertensi.

Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak

lagi, dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun

dengan tekanan darah di atas 140 atau 90 mmHg. Prevalensi hipertensi diprediksi

meningkat pada tahun 2025, diperkirakan penderita tekanan darah tinggi hampir

mencapai 1,6 miliar orang di dunia (Palmer 2007). Pada lansia akan meningkat

yaitu sekitar 1,2 miliar jiwa (Bandiyah 2009). Hal ini merupakan faktor resiko

dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan

kematian di dunia (Adrogue & Madias 2007).

WHO – Community Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa

hipertensi dan kardiovaskuler disease merupakan penyakit kedua terbanyak yang

diderita lansia setelah atritis yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel. Sekitar 60%

dari semua kematian premature diakibatkan karena pasien menderita hipertensi

ringan (Fisher & Gordon 2005). Menkokesra tahun 2008, mengatakan jumlah

penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18% dan di Pulau Jawa dan Bali

sebanyak 7% (Megarani 2007). Menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia pada tahun 2007,jumlah lansia di Jawa Tengah sekitar 6,86%.

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

3

Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini,

mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan

maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo 2003). Direntang umur lansia yang

semakin menua kemungkinan intelegensi dan kemampuan penerimaan atau

mengingat akan mengalami penurunan. Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan

bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dengan

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan

atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Agoes. dkk 2013).

Hasil penelitian Domas (2010), yang berjudul “ pengaruh pendidikan tentang

hipertensi terhadap perubahan pengetahaun dan sikap lansia di Desa Makamhaji

Kartasura Sukoharjo “ menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan tentang

hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji

Kartasura Sukoharjo. Dalam penelitian tersebut ada perubahan sikap setelah

diberikan pendidikan tentang hipertensi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor

pemberian informasi dari petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan

lansia itu sendiri sehingga lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam

menjalankan diet hipertensi.

Hasil penelitian Agrina (2006), yang berjudul “ kepatuhan lansia penderita

hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi “ menyatakan bahwa pada umumnya

responden tidak patuh untuk melakukan diet hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi

oleh pengetahuan atau sikap penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan yang

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

4

kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari

petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik. Faktor sikap negatif yang

sering muncul dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi

untuk menjalankan diet hipertensi, yang disebabkan oleh budaya responden itu

sendiri yang sudah melekat sejak lahir sehingga sulit untuk dihilangkan.

Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Faktor

makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada

penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet

hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita

hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan ada atau

tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan

darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit

hipertensi dan komplikasinya (Agrina 2011).

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 November 2013 di Panti

Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta, menunjukkan bahwa dari 52 lansia yang

berada dipanti tersebut ada 35 lansia yang mengalami hipertensi. Dari wawancara

yang dilakukan kepada petugas panti, banyak lansia yang tidak patuh terhadap

diet hipertensi. Mereka lebih suka makan asin. Terkadang mereka juga suka

meminta garam di dapur. Petugas panti juga mengatakan pengetahuan lansia

dipanti tersebut tentang hipertensi sudah banyak yang tahu tetapi hanya sekilas

saja, mereka cenderung acuh tak acuh terhadap penyakitnya dan menganggapnya

tidak berbahaya.

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

5

Latar belakang di atas mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang “

Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang

Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta “.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, yaitu :

Adakah Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet HipertensiPada Lansia

yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia yang mengalami hipertensi.

2) Mengidentifikasi kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami

hipertensi.

3) Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

6

1.4.2 Bagi Perawat

Memberikan informasi tentang penyakit hipertensi, terutama tentang pengetahuan

dan kepatuhan diet hipertensi.

1.4.2 Bagi Lansia

1) Membantu lansia untuk meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi.

2) Membantu lansia dalam meningkatkan kepatuhan diet hipertensi.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan memperkaya literatur ilmu keperawatan dan mampu

dijadikan referensi penelitian selanjutnya tentang hipertensi.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Peneltian

NamaPeneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Domas Fitria

Widyasari &

Anika

Candrasari

Pengaruh

Pendidikan

tentang

Hipertensi

terhadap

Perubahan

Pengetahuan

dan Sikap

Lansia di Desa

Makamhaji

Kartasura

Sukoharjo.

Metode penelitian

ini menggunakan

eksperimentaldengan

rancangan one group

pre – test post – test.

Terdapat pengaruh

pendidikan terhadap

pengetahuan &

sikap lansia tentang

hipertensi di Desa

Makamhaji masing-

masing dengan nilai

p=0,000.

Dr. dr.

Achidiat

Agoes, Sp.S.

Ns. Dian

Susmarini,

S.Kep.,M.N.

Yosi Dwi

Saputro

Hubungan

Tingkat

Pengetahuan

tentang Faktor

Resiko

Hipertensi

dengan

Kejadian

Hipertensi Pada

Metode penelitian

ini menggunakan

cross sectional

design.

Ada hubungan

tingkat pengetahuan

tentang faktor resiko

hipertensi dengan

kejadian hipertensi

pada lansia di

Dinoyo RW II

Malang.

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

7

Lansia di

Dinoyo RW II

Malang.

Mega Tri

Susanti,

Maria, dan

Shobirun

Pengaruh

Pendidikan

Kesehatan

tentang

Hipertensi

terhadap

Pengetahuan

dan Sikap

Mengelola

Hipertensi di

Puskesmas

Pandanarang

Semarang.

Metode penelitian

ini menggunakan

Quasy experimental

design pretest –

posttest yaitu

menggambarkan

perbedaan tingkat

pengetahuan dan

sikap mengelola

hipertensi sebelum

dan sesudah

diberikan pendidikan

kesehatan.

Terdapat pengaruh

pendidikan

kesehatan tentang

hipertensi terhadap

pengetahuan dan

sikap mengelola

hipertensi di

Puskesmas

Pandanarang

Semarang.

Agrina,

Sunarti

Swastika Rini,

Riyan

Hairitama

Kepatuhan

Lansia

Penderita

Hipertensi

dalam

Pemenuhan

Diet Hipertensi.

Desain penelitian

yang digunakan pada

penelitian ini adalah

deskriptif sederhana

dengan

menggunakan

pendekatan cross

sectional.

Tidak terdapat

kepatuhan lansia

penderita hipertensi

dalam pemenuhan

diet hipertensi

karena hal tersebut

dikarenakan oleh

faktor pengetahuan

dan sikap penderita

hipertensi itu

sendiri. Pengetahuan

yang kurang

dikarenakan oleh

kurangnya informasi

dari petugas

kesehatan maupun

media cetak dan

elektronik serta

budaya responden

itu sendiri yang

sudah melekat sejak

lahir dan sangat sulit

untuk dihilangkan.

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Teori

2.1.1. Pengetahuan

1. Pengertian

Notoatmodjo (dikutip dalam Wawan&Dewi 2011)

menyatakan pengetahuan adalah hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting

untuk menentukan tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan

penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan.

Rogers (dikutip dalam Notoatmodjo 2003) mengungkapkan

bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru, di dalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

b. Interest(merasa tertarik), dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

9

c. Evaluation (menimbang-nimbang), dimana individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaption, dimana individu telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus.

Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi perilaku

melalui proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan,

kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting).Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama. Pada perilaku itu sendiri dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti pendidikan, budaya, perilaku, usia, dan

sumber informasi (Notoatmodjo 2003).

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (dikutip dalam Wawan&Dewi 2011)

menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent

behavior). Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif

mencakup 6tingkatan, yaitu :

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

10

a. Tahu (Know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali

terhadap apa yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah memahami

suatu objek atau materi, orang tersebut dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap

objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyatakan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu samalain.

e. Sintesis (Syntesis)

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

11

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke

arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup.Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi (Nursalam dikutip dalam

Wawan & Dewi 2011).

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untukmenunjangkehidupannya dan kehidupan

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

12

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak mengupayakan mencari nafkah yang

membosankan, berulang,danbanyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu.Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga (Nursalam dikutip dalam

Wawan & Dewi 2011).

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun (Nursalam 2008).

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa

(Wawan& Dewi 2011).

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Ann Mariner (dikutip dalam Wawan&Dewi

2011)menyatakan bahwa lingkungan merupakan seluruh

kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

13

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

(Wawan&Dewi 2011).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yaitu sebagai berikut

(Notoatmojo2003) :

a. Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban

padawaktu itu. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah

dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan ini berupa pemimpin masyarakat

baik formal maupun informal, ahliagama, dan pemegang

pemerintah. Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan

otoritas, baik tradisi otoritas pemerintahan, agama,

maupun ahli pengetahuan. Dimana prinsip ini

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa

menguji dahulu dan membuktikan kebenarannya

berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

14

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi di masa lalu.

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau

metodelogi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561–1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk

melakukan penelitian yang lebih dikenal dengan penelitian

ilmiah.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Arikunto (dikutip dalam Wawan & Dewi 2011) menyatakan

bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : hasil persentase 76%-100%

b. Cukup : hasil persentase 56%-75%

c. Kurang : hasil persentase>56%

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

15

2.1.2. Lansia

1. Pengertian

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan

lanjut usia apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto 2004). Lansia

bukan suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti 2003).

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress

fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Hawari 2001). Usia lanjut dapat dikatakan usia emas,

karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka

orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik

yang bersifat preventif maupun promotif agar mereka dapat

menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna

dan bahagia (Maryam. dkk 2008).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat dikutip dalam Maryam.

dkk 2008). Usia lanjut adalah suatu kejadian yang akan dialami

oleh semua orang yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Usia tua

adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu

periode dimana seseorang telah “ beranjak jauh “ dari periode

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

16

terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang

penuh manfaat (Hurlockdikutip dalam Murwani& Wiwin 2010).

Usia tua tidak hanya dilihat dari perhitungan kronologis atau

berdasarkan kalender saja, tetapi juga menurut kondisi kesehatan

seseorang dan berdasarkan ciri daya pikirnya (Nugroho 2000).

2. Batasan Usia Lanjut

Birren dan Jenner (dikutip dala Murwani & Wiwin

2010)membedakan usia menjadi tiga yaitu :

a. Usia biologis

Diartikan sebagai jangka waktu seseorang sejak lahirnya

berada dalam keadaan hidup dan tidak pernah mati.

b. Usia psikologis

Diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengadakan

penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

c. Usia sosial

Diartikan sebagai peran-peran yang diharapkan atau diberikan

masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age),yaitu kelompok usia 45 sampai

59 tahun.

b. Usia lanjut (elderly), yaitu kelompok usia antara 60-74 tahun.

c. Usia tua (old), yaitu kelompok usia antara 75-90 tahun.

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

17

d. Usia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia di atas 90

tahun.

Setyonegoro (dikutip dalam Effendi & Makhfudli),

membedakan usia lanjut ada tiga yaitu :

a. Usia dewasa muda, yaitu usia antara 18-25 tahun.

b. Usia dewasa penuh, yaitu usia antara 25-60 tahun.

c. Lanjut usia, yaitu lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk

umur 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih

dari 80 tahun (very old).

Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Dalam

menuju usia lanjut dilewati dua fase, yaitu : fase inventus

merupakan fasedimana lansia menginjak usia antara 25-40 tahun

dan fase virilitas merupakan fase dimana lansia menginjak usia 40-

55 tahun. Dan pada akhir fase virilitas inilah biasanya disebut fase

pertama usia lanjut. Dalam konsep Raus, masa tersebut disebut

dengan fase presenium, antara 55 tahun hingga 65 tahun dan fase

selanjutnya yaitu fase senium, mulai umur 65 tahun hingga tutup

usia (Nugroho dikutip dalam Murwani & Wiwin 2010).

3. Klasifikasi lansia

Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima ( Maryam. dkk 2008 ) yaitu :

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

18

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan / kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/ jasa.

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang sudah tidak bisa mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada orang lain.

4. Karakteristik lansia

Menurut Budi Anna Keliat (dikutp dalam Maryam. dkk

2008)menyatakan bahwa lansia memiliki beberapa macam

karakteristik antara lain :

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU

No. 13 tentang Kesehatan .

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,

serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

19

d. Tipe lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter,

pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial,

dan ekonominya (Effendi& Makhfudli 2009). Tipe lansia dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Tipe arif bijaksana

Lansia tersebut bisa menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Lansia tersebut bisa mengganti kegiatan yang hilang

dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, dan

dapat bergaul dengan teman.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit

dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah

Lansia tersebut hanya menerima dan menunggu nasib

baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan

apa saja.

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

20

e. Tipe bingung

Lansia tersebut biasanya suka kaget, kehilangan

kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif,

dan acuh tak acuh.

e. Tugas perkembangan lansia

Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri

terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh

proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila

seseorang pada tahap tumbuh kembangnya melakukan

kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina

hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka

pada usia lanjut akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia

lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti

olahraga, bercocok tanam. Adapun tugas perkembangan lansia

yaitu (Maryam. dkk 2008) :

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.

c. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusianya.

d. Mempersiapkan kehidupan baru.

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial /

masyarakat secara santai.

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian

pasangan.

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

21

2.1.3 Hipertensi

1. Pengertian

Tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang dibutuhkan

untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan

darah akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh. Latihan

yang berat dan stres cenderung meningkatkan tekanan darah.

Sementara itu, dalam keadaan berbaring atau istirahat, tekanan darah

akan turun kembali. Hal itu merupakan peristiwa yang normal.Jika

tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian

tetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan

darah tinggi atau hipertensi (Bangun 2002).

Penyakit hipertensi juga disebut “ the silent disease “ karena

tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar

(Gunawan 2004). Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan,

tetapi secara potensial sangat berbahaya karena tekanan darah di atas

normal bisa mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Dalimartha 2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal dalam jangka waktu yang lama.Indikatornya adalah bila

diperiksa dengan sphygmomanometer, angka tekanan darah

menunjukkan di atas 140/80 mmHg. Angka 140 menunjukkan angka

sistolik, artinya tekanan terhadap dinding arteri setiap waktu jantung

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

22

berkontraksi dan angka 80 menunjukkan angka diastolik, artinya

tekanan di dalam arteri sewaktu jantung relaksasi (Putri 2009).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti ada tekanan yang

tinggi di dalam pembuluh darah arteri.Arteri merupakan pembuluh

darah yang membawa darah dari jantung menuju ke seluruh jaringan

dan organ tubuh.Jadi darah tinggi bukanlah tekanan emosi yang

berlebihan meskipun kondisi ini bisa memicu kenaikan tekanan

darah.Dengan menggunakan alat yang bernama tensimeter, bisa

diketahui seberapa tinggi atau rendahnya tekanan darah.Jika tekanan

darahnya lebih dari 140/90 mmHg sudah bisa dikatakan hipertensi

(Sutono 2008).

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang

mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus

meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus

meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara

perlahan bahkan menurun drastis. Berdasarkan statistik China, jenis

penyakit yang paling sering diderita lansia yaitu hipertensi

(Soenanto 2009).

Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa disertai

peningkatan tekanan diastolik lebih sering pada lansia, sedangkan

hipertensi dengan peningkatan tekanan darah diastolik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah sistolik lebih sering terdapat pada usia

dewasa muda (Tambayong 2000).

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

23

2. Penyebab hipertensi

Beberapa penyebab yang membuat tekanan darah diatas

140/90 mmHg adalah (Sutono 2008) :

a. Gaya hidup modern

Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup

masa kini menyebabkan stress berkepanjangan. Kondisi ini

memicu berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, maag,

jantung, dan hipertensi.Gaya hidup modern cenderung membuat

berkurangnya aktivitas fisik (olahraga), konsumsi alkohol

tinggi, minum kopi, dan merokok.Semua perilaku tersebut

merupakan pemicu naiknya tekanan darah.

b. Pola makan tidak sehat

Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga

keseimbangan cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila

asupannya berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat

adanya retensi cairan dan bertambahnya volume darah.

Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap

makanan instan yang telah menggantikan bahan makanan segar.

Gaya hidup serba cepat menuntut segala sesuatunya serba

instan, termasuk konsumsi makanan. Padahal makanan instan

cenderung menggunakan zat pengawet seperti natrium benzoate

dan penyedap rasa seperti monosodium glutamat (MSG). Jenis

makanan yang mengandung zat tersebut, apabila dikonsumsi

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

24

secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan

darah karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.

c. Obesitas

Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya bisa

membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,

karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang

gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes. Berat

badan yang berlebih membuat aktivitas fisik menjadi

berkurang.Akibatnya, jantung bekerja lebih keras untuk

memompa darah.

3. Gejala hipertensi

Pada umumnya gejala hipertensi antara lain (Dalimartha 2008) :

a. Pusing

b. Mudah marah

c. Telinga berdenging

d. Mimisan (jarang)

e. Sukar tidur

f. Sesak napas

g. Rasaberat di tengkuk

h. Mudah lelah

i. Mata berkunang-kunang

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

25

4. Jenis hipertensi

Menurut Julianti (2009) menyatakan bahwa hipertensi

digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Hipertensi primer atau esensial

Merupakan hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya.Dari sejumlah penderita hipertensi secara umum,

90% termasuk di dalam golongan ini. Faktor pemicu terjadinya

hipertensi primer adalah karena faktor bertambahnya usia, stres

psikologis yang berkepanjangan, keturunan (hereditas),

gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga

dapat memicu peningkatan tekanan darah. Umumnya penderita

hipertensi jenis ini tidak merasakan gejala apapun.

b. Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya.

Dari total jumlah penderita hipertensi, 10% dari golongan

hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder yaitu

gangguan pada endokrin (adrenal, tiroid, hipofisis, dan

paratirod), penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat oral

kontrasepsi.

5. Klasifikasi hipertensi

Menurut JNC VII menyatakan bahwa klasifikasi hipertensi dibagi

menjadi beberapa macam yaitu :

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

26

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi

Derajat 1

Derajat 2

140-159

≥160

90-93

≥100

Menurut WHO (World Health Organization), klasifikasi tekanan

darah tinggi sebagai berikut :

a. Tekanan darah normal, yakni sistolik ≤ 140 mmHg dan

diastolik ≤ 90 mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141–149 mmHg dan

dastolik 91–94 mmHg.

c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik ≥ 160

mmHg dan diastolik ≥ 95 mmHg (Bangun 2002).

6. Komplikasi hipertensi

Tekanan darah yang menetap pada kisaran angka tinggi

membawa resiko berbahaya.Biasanya, muncul berbagai komplikasi.

Berikut ini komplikasi hipertensi yang dapat terjadi (Julianti 2009) :

a. Kerusakan dan gangguan pada otak

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak

mengakibatkan pembuluh darah sulit meregang sehingga aliran

darah ke otak berkurang dan menyebabkan otak kekurangan

oksigen. Pembuluh darah di otak sangat sensitif sehingga

apabila terjadi kerusakan atau gangguan di otak akan

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

27

menimbulkan perdarahan yang dikarenakan oleh pecahnya

pembuluh darah.

b. Gangguan dan kerusakan mata

Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak

pembuluh darah di belakang mata.Gejalanya yaitu pandangan

kabur dan berbayang.

c. Gangguan dan kerusakan jantung

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus

memompa darah dengan tenaga yang ekstra keras.Otot jantung

semakin menebal dan lemah sehingga kehabisan energi untuk

memompa lagi.Gejalanya yaitu pembengkakan pada

pergelangan kaki, peningkatan berat badan, dan napas yang

tersengal-sengal.

d. Gangguan dan kerusakan ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta

mengeluarkan air dan zat sisa yang tidak diperlukan tubuh.

Ketika tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah di ginjal

akan rusak dan ginjal tidak mampu lagi untuk menyaring darah

dan mengeluarkan zat sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal

tidak tampak. Namun, jika dibiarkan terus menerus akan

menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

28

7. Faktor risiko hipertensi

Ada 2 (dua) macam faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu faktor

risiko yang bisa dikendalikan dan faktor risiko yang tidak bisa

diubah. Beberapa macam faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu

(Sutono 2008) :

a. Ras

Suku yang berkulit hitam beresiko lebih tinggi terkena

hipertensi. Di Amerika, penderita hipertensi berkulit hitam 40%

lebih banyak dibandingkan penderita berkulit putih.

b. Usia

Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin

bertambah usia seseorang, resiko terserang hipertensi semakin

meningkat. Hal ini terjadi akibat perubahan alami pada jantung,

pembuluh darah, dan hormon.

c. Riwayat keluarga

Hipertensi merupakan penyakit keturunan.Anak yang salahsatu

orang tuanya menderita hipertensi, memiliki resiko 25%

menderita hipertensi juga.Jika kedua orang tuanya menderita

hipertensi, 60% keturunannya menderita hipertensi.

d. Jenis kelamin

Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan

paruh baya.Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

29

besar wanita setelah berusia 55 tahun atau setelah mengalami

menopause.

Faktor risiko yang bisa dikendalikan antara lain (Sutono 2008) :

a. Kegemukan

Ada beberapa sebab mengapa kelebihan berat badan bisa

memicu hipertensi.Masa tubuh yang besar membutuhkan lebih

banyak darah untuk menyediakan oksigen dan makanan ke

jaringan tubuh.Artinya, darah yang mengalir dalam pembuluh

darah semakin banyak sehingga dinding arteri mendapatkan

tekanan lebih besar. Tidak hanya itu, kelebihan berat badan

membuat frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam

darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh menahan

natrium dan air.

b. Kurangnya aktivitas fisik

Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung

menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih

keras setiap kontraksi.

c. Merokok

Zat-zat kimia tembakau, seperti nikotin dan

karbonmonoksida dari asap rokok, membuat jantung bekerja

lebih keras untuk memompa darah dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

30

d. Sensitivitas natrium

Beberapa orang lebih sensitif terhadap natrium. Tubuh

mereka akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi

retensi air dan peningkatan tekanan darah. Usia pun

mempengaruhi kemampuan tubuh menahan natrium. Semakin

tua umur seseorang, tubuhnya semakin sensitif terhadap natrium.

e. Kalium rendah

Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah

natrium di dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium,

natrium yang berlebihan di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan

sehingga resiko hipertensi meningkat.

f. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan

Sekitar 5–20% kasus hipertensi disebabkan oleh

alkohol.Hubungan alkohol dan hipertensi memang belum

jelas.Tetapi penelitian menyebutkan, resiko hipertensi meningkat

dua kali lipat jika mengonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih.

g. Stres

Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stress datang,

tetapi sifatnya hanya sementara. Stress juga bisa memicu

seseorang berperilaku buruk yang bisa meningkatkan resiko

hipertensi.

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

31

8. Pencegahan

Tidak semua penderita tekanan darah tinggi memerlukan

obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat

dikontrol melalui gaya hidup sehari-hari. Hal- hal yang perlu

dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai tindakan pencegahan

adalah (Wijayakusuma 2008) :

a. Diet rendah lemak. Kurangi atau hindari makanan gorengan,

daging yang banyak lemak, susu full cream, telur.

b. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang

diasinkan seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, kecap asin.

c. Hindari memakan daging kambing, buah durian, atau minum-

minuman yang beralkohol.

d. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol. Olahraga yang

cocok berupa aktivitas aerobik, seperti jalan kaki, lari, naik

sepeda, dan berenang.

e. Berhenti merokok

f. Berhenti minum kopi

g. Menurunkan berat bedan bagi penderita hipertensi yang

mengalami obesitas

h. Menghindari stress dengan gaya hidup yang lebih santai

i. Mengobati penyakit penyerta, seperti diabetes mellitus,

hipertiroid, dan kolesterol tinggi.

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

32

2.1.4 Kepatuhan

1. Pengertian

Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku

yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan

(Notoatmojo 2003).Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan.

2. Jenis Kepatuhan

a. Kepatuhan penuh (total compliance)

Dimana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara

sungguh-sungguh terhadap diet.

b. Penderita yang tidak patuh (non compliance)

Dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet

terhadap hipertensi.

3. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan

Beberapa faktor yang mendukung sikap patuh (Notoatmojo 2003) :

a. Pendidikan

Merupakan suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan

kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju

kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan

jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya,

yang berupa rohani (cipta, rasa, dan karsa) dan jasmani.

Domain pendidikan dapat diukur dari:

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

33

1) Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan

(knowledge).

2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi yang

diberikan.

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.Pasien yang

mandiri harus dilibatkan secara aktif dalam program

pengobatan.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman

sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu memahami kepatuhan terhadap program

pengobatan.

d. Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Notoatmojo, 2003)

yaitu :

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

34

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah

paham tentang instruksi yang diberikan.Hal ini disebabkan

karena kesalahan dalam memberikan informasi, penggunaan

istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang

harus diingat oleh penderita. Kesalahpahaman ini juga dapat

terjadi pada lanjut usia penderita hipertensi. Instruksi dokter

untuk melakukan diet rendah garam ini disalahartikan oleh

lanjut usia penderita hipertensi dengan tidak boleh

menambahkan garam pada makanan.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan,

sepanjang pendidikan tersebut diperoleh secara mandiri lewat

tahapan-tahapan tertentu. Semakin tua umur seseorang maka

proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi

pada umur-umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan

demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami

puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun

kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring

dengan usia semakin lanjut. Lanjut usia sebagai kelompok usia

yang telah lanjut dan mengalami kemunduran daya ingat,

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

35

sehingga terkadang lansia tidak dapat mencerna kepatuhan

tentang diet hipertensi, namun hanya berkeinginan untuk

menuruti keinginannya yaitu makan dengan rasa yang

diinginkannya.

c. Kesakitan dan pengobatan

Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena

tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang

jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama,

pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping.

d. Keyakinan, sikap, dan kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dan orang yang gagal

berbeda.Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami

depresi, ansietas, sangat tidak memperhatikan kesehatannya,

memiliki kekuatan ego yang lemah, memiliki kehidupan sosial

yang lebih rendah, dan memusatkan perhatian kepada dirinya

sendiri.

e. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat

berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan

individu serta menentukan program pengobatan yang akan

mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan

membuat keputusan mengenai perawatan kepada anggota

keluarga yang sakit. Seseorang yang tidak mendapatkan

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

36

pendampingan dari orang lain, mengalami isolasi sosial, akan

berpengaruh terhadap kepatuhan.

f. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk

memnuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi adakalanya

seseorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja biasanya ada

sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai

semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum

tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami

ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi menengah ke

atas terkadang mengalami ketidakpatuhan.

g. Dukungan sosial

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas

yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat

menghilangkan ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat

menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.

2.1.5 Diet Hipertensi

1. Pengertian

Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek

samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami.

Hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi

sebagai sesuatu yang merepotkan dan tidak

menyenangkan.Banyak makanan kesukaan bisa masuk daftar

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

37

makanan yang harus dihindari, misalnya garam penyedap,

popcorn asin, keju, dan keripik kentang (Utami 2009).

Tujuan dari penatalaksanaan diet yaitu membantu menurunkan

tekanan darah dan mempertahankan tekanan darh menuju normal.

Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor

resiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar

lemak kolesterol dan asam urat dalam darah (Soenardi 2005).

2. Tujuan

Tujuan dari diet hipertensi (Ramayulis 2008) yaitu:

a. Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan lebih

banyak mengonsumsi kalsium, magnesium, dan kalium.Diet

garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah

secara nyata.Idealnya cukup menggunakan sekitar satu

sendok teh atau sekitar 5 gram per hari.

b. Memperbanyak serat

Mengonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak

serat akan memperlancar buang air besar dan menahan

sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi

menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari

restoran, yang dikhawatirkan mengandung banyak pengawet

dan kurang serat.

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

38

c. Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat menguragi

beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan

baik.Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh

darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah

jantung koroner, sehingga jantung bekerja lebih

keras.Sedangkan alkohol dapat memacu tekanan darah.Selain

itu, kopi dapat memacu detakjantung.

d. Perbanyak asupan kalium

Penelitian menunjukkan dengan mengkonsumsi 3500 mg

kalium dapat membantu mengatasi kelebihan

natrium.Makanan yang banyak mengandung kalium misalnya

pisang, sari jeruk, jagung, dan brokoli.

e. Penuhi kebutuhan magnesium

Penelitian menunjukkan bahwa asupan magnesium yang

tinggi yaitu menurut RDA (Recommended Dietary

Allowance) adalah sekitar 3500 mg dapat mengurangi

tekanan darah pada seseorang yang mengalami hipertensi.

Sumber makanan yang banyak mengandung magnesium

misalnya kacang tanah, bayam, kacang polong dan makanan

laut.

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

39

f. Lengkapi kebutuhan kalsium

Kandungan kalsium yang dibutuhkan dalam kehidupan

sehari-hari yaitu 800 mg yang setara dengan 3 susu dapat

mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi.

Makanan yang banyak mengandung kalsium misalnya keju

rendah lemak dan ikan salmon.

g. Manfaat sayuran dan bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrol

tekanan darah seperti tomat, wortel, seledri, bawang putih

dan kunyit.

3. Prinsip Diet Hipertensi

Prinsip diet pada penderita hipertensi yaitu (Utami 2009) :

a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.

b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi

penderita.

c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan

jenis makanan dalam daftar diet.

4. Jenis Diet Hipertensi

Secara garis besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi

atau mempertahankan keadaan tekanan darah yaitu (Ramayulis

2008) :

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

40

a. Diet rendah garam

Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta

hipertensi.Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan

tekanan darah, mencegah edema dan penyakit jantung (lemah

jantung).Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya

membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi

makanan rendah sodium atau natrium (Na).Oleh karena itu

yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet

rendah garam adalah komposisi makanan yang harus

mengandung cukup zat–zat gizi, baik kalori, protein, mineral

maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium. Sumber

sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue,

baking powder,MSG(Mono Sodium Glutamat), pengawet

makanan atau natrium benzoat (biasanya terdapat didalam saos,

kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta

obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi

penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan

dengan dokter terlebih dahulu.

b. Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas

Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolestrol,

trigeserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari

makanan sehari–hari dan dari hasil sintesis dalam hati.

Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

41

pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat

terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang

mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi

sekitar 25–50% dari setiap makanan.

c. Diet tinggi serat

Diet tinggi serat ini sangat penting pada penderita hipertensi,

serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar dimana banyak

terdapat pada sayuran dan buah–buahan, sedangkan serat

makanan terdapat pada makanan karbohidrat, seperti kentang,

beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi

mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar

mampu mengikat kolesterol maupun asam empedu dan

selanjutnya akan dibuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat

dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar

yang cukup tinggi.

d. Diet rendah kalori

Diet ini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat

badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi

terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia

40 tahun ke atas akan mudah terkena hipertensi.

5. Jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan

untuk penderita hipertensi

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

42

Ada beberapa macam makanan yang diperbolehkan dan yang tidak

diperbolehkan untuk penderita hipertensi yaitu (Soenardi 2005) :

Tabel 2.2 Jenis-Jenis Makanan Hipertensi

Sumber Bahan

Makanan

Makanan yang

diperbolehkan

Makanan yang

tidak

diperbolehkan

Protein nabati Tahu, tempe, kacang

hijau, kacang kedelai,

kacang tolo, kacang

tanah, kacang kapri, dan

kacang lain yang segar

Keju, kacang

asin, tauco,

tahu asin

Lemak Santan encer, minyak

mentega tanpa garam

Mentega,

margarine,

lemak hewan

Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang

diawetkan dan

sayuran dalam

kaleng

Ada beberapa makanan yang dianjurkan dan makanan yang tidak

dianjurkan untuk hipertensi menurut DASH :

Tabel 2.3 Makanan yang dianjurkan untuk hipertensi

Zat Gizi Bahan Makanan

Kalium Kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel, pisang,

jeruk, anggur, mangga, melon, stroberi, semangka,

nanas, susu, dan yogurt.

Kalsium Tempe, tahu, sarden, bandeng presto, ikan teri, kacang-

kacangan, susu, yogurt, dan keju rendah lemak.

Magnesium Beras (terutama beras merah), kentang, tomat, wortel,

sayuran bewarna hijau tua, jeruk, lemon, ikan, seafood,

dan daging ayam tanpa kulit.

Serat Beras merah, roti, whole, wheat, oats, kacang-kacangan,

sayuran, kentang, tomat, apel, jeruk, dan belimbing.

Protein Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan, daging ayam tanpa

kulit, susu, yogurt, dan keju rendah lemak.

Lainnya Bawang putih, seledri, lalapan hijau.

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

43

Tabel 2.4 Makanan yang tidak dianjurkan untuk hipertensi

Zat Gizi Bahan Makanan

Natrium Garam meja, ikan asin, telur asin, kecap, terasi, petis,

tauco, MSG, soda kue/baking powder, pengawet

makanan yang mengandung benzoate, dan pemanis

buatan yang mengandung natrium siklamat.

Gula Sirup, cake, soft drink, dan permen.

Lemak jenuh Gajuh, daging berlemak, mentega, margarin, santan

kental, gulai, gorengan dari minyak bekas, makanan

yang digoreng berulang kali, dan makanan yang

digoreng dengan suhu tinggi (berlemak trans).

Kolesterol Otak, kuning telur, jeroan, gajih, dan daging berlemak.

Lainnya Kopi, soda, minuman beralkohol.

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka teori

(Notoatmojo 2003)

Pengetahuan lansia

penderita hipertensi

1. Pendidikan

2. Pekerjaan

3. Umur

4. Lingkungan

5. Sosial budaya

1. Pemahaman

tentang instruksi

2. Tingkat

Pendidikan

3. Kesakitan dan

pengobatan

4. Keyakinan, sikap

dan kepribadian

5. Dukungan

keluarga

6. Tingkat ekonomi

7. Dukungan sosial

Kepatuhan

Patuh terhadap

diet hipertensi

Tidak Patuh

terhadap diet

hipertensi

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

44

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep –

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penenlitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmojo 2005).

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.2. Kerangka konsep

Keterangan

:variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Pengetahuan Kepatuhan

1. Pemahaman

tentang instruksi

2. Tingkat

Pendidikan

3. Kesakitan dan

pengobatan

4. Keyakinan, sikap

dan kepribadian

5. Dukungan

keluarga

6. Tingkat ekonomi

7. Dukungan sosial

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

45

2.4 Hipotesis

Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut (Notoatmojo 2005).

Ho : tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta.

H1 : ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta.

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

46

BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis danRancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian

kuantitatif dengan descriptif corelational yaitu penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui jenis tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih,

tanpa melakukan perubahantambahan, atau manipulasi terhadap data yang

memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross

sectional yaitu penelitian observasional analitik yang dilakukan dan diamati

dalam satu waktu (Nasehudin & Nanang 2012).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia penderita

hipertensi dengan kriteria inklusi yang berada di Panti Wredha

Dharma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 35 lansia.

3.2.2 Sampel

Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto,

2010). Sampel pada penelitian ini yaitu diambil dari seluruh lansia

yang berada di panti tersebut yang menderita penyakit hipertensi

yaitu sebanyak 35 lansia. Cara pengambilan sampel pada penelitian

ini yaitu dengan total sampling yaitu teknik penentuan sampel

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

47

dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau

sampel (Sugiyono 2009).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2008).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

a. Lansia yang berusia 60 tahun ke atas (laki-laki dan perempuan).

b. Lansia yang menderita hipertensi.

c. Lansia yang mengkonsumsi obat hipertensi.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Tempat/lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk

pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmojo 2003).

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari-Juni 2014.

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

48

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam peneltian ini dikategorikan menjadi dua yaitu

(Sugiyono 2013) :

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan

tentang hipertensi.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu kepatuhan diet hipertensi.

3.4.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat 2007).

Definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

49

Tabel 3.1

Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Nama

Variabel Pengertian Indikator Alat Ukur Skala

Pengetahuan

lansia

tentang

hipertensi

Merupakan

hasil tahu

seseorang

setelah melihat

sesuatu objek

tertentu dengan

panca

inderanya, dari

yang tidak tahu

menjadi tahu

dan dari yang

tidak dapat

menjadi dapat

1.Kategori baik yaitu

menjawab benar

dengan rentang

nilai 33-50

2.Kategori sedang

yaitu menjawab

benar dengan

rentang nilai 17-32

3.Kategori kurang

yaitu menjawab

benar dengan

rentang nilai <16

Kuesioner A

(kuesioner

pengetahuan

tentang hipertensi)

berisi 25

pertanyaan dengan

penjelasan tentang

pengertian,

penyebab, tanda

dan gejala,

komplikasi,

pencegahan, dan

diet serta

responden

menjawab benar

dan salah

Ordinal

Kepatuhan

lansia

terhadap

diet

hipertensi

Merupakan

suatu perubahan

perilaku dari

yang semula

tidak menaati

peraturan

menjadi

menaati

peraturan

1. Kategori patuh

yaitu menjawab

ya dengan

rentang nilai 11-

20

2. Kategori tidak

patuh yaitu

menjawab tidak

dengan rentang

nilai 1 – 10

Kuesioner B

(kuesioner

kepatuhan tentang

diet hipertensi)

berisi 20

pertanyaan dengan

menjawab sangat

sering,sering,kadan

g-kadang,tidak

pernah

Nominal

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010)

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

50

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana

sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

(Arikunto, 2010).

1. Kuesioner A (Kuesioner Pengetahuan tentang Hipertensi).

Kuesioner ini berisi 25 pertanyaan dengan penjelasan

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan,

dan diet. Kuesioner ini menjelaskan tiga kategori yaitu baik,

cukup, kurang. Dikatakan baik apabila responden bisa

menjawab pertanyaan 33–50 atau 76–100%. Dikatakan cukup

apabila responden bisa menjawab pertanyaan 17-32 atau 56–

75%. Dikatakan kurang apabila responden bisa menjawab < 16

atau < 56% (Wawan & Dewi 2011).

2. Kuesioner B (Kuesioner tentang Kepatuhan Diet Hipertensi)

Kuesioner ini berisi 22 pertanyaan dengan jawaban sangat

sering, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Apabila responden

bisa menjawab 1–10 dari pertanyaan bisa dikategorikan tidak

patuh dan apabila responden bisa menjawab 11–20 bisa

dikategorikan patuh.

3. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan suatu instrumen (Arikunto 2010). Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

51

hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan

rumus product moment :

Σ Σ Σ

Σ Σ Σ Σ

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,05)

(Hidayat 2007).

Validitas dalam penelitian ini dilakukan di dua Panti yang

berbeda yaitu di Panti Aisiyah Surakarta dengan mengambil 10

orang responden yang menderita hipertensi pada tanggal 16

April 2014 dan di Panti Griya Sehat Bahagia dengan mengambil

20 responden yang menderita hipertensi pada tanggal 22 Mei

2014.

Hasil analisis uji coba validitas butir pertanyaan

pengetahuan diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 butir

pertanyaan yang diujicobakan, ada 25 pertanyaan yang valid dan

5 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu 12, 17, 18, 23, dan 28.

Ke-5 pertanyaan tersebut tidak valid karena nilai r hitungnya

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

52

lebih kecil dari nilai r tabelnya yaitu 0.361. Ke 25 pertanyaan

yang valid tersebut digunakan untuk pertanyaan penelitian .

Hasil analisis uji coba validitas butir pertanyaan kepatuhan

diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 butir pertanyaan yang

diujicobakan, ada 20 pertanyaan yang valid dan 10 butir

pertanyaan yang tidak valid yaitu 1, 2, 10, 16, 19, 21, 22, 24, 25,

dan 26. Ke-10 pertanyaan tersebut tidak valid karena nilai r

hitungnya lebih kecil dari nilai r tabelnya yaitu 0.361. Ke 20

pertanyaan yang valid tersebut digunakan untuk pertanyaan

penelitian .

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan yang dapat diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan (Nursalam 2008). Penelitian ini

menggunakan uji reliabilitas dengan rumus alpha cronbach:

Σσ

σ

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσ = Jumlah varian butir

σ = Varians total

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

53

Hasil uji instrumen didapatkan nilai alpha cronbach 's> rkriteria

(0,60)

Hasil uji reliabilitas angket pengetahuan yang dihitung dengan

rumus koefisen alpha cronbach dihasilkan nilai r-hitung =

0.891. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai r-hitung>r-

tabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai r-

hitung = 0.891>0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat

disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan reliabel.

Hasil uji reliabilitas angket kepatuhan yang dihitung dengan

rumus koefisenalpha cronbach dihasilkan nilai r-hitung =

0.905. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai r-hitung>r-

tabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai r-

hitung = 0.905> 0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat

disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan reliabel.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari

responden penelitian (Riwidikdo 2006). Dalam penelitian ini

data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang

pengetahuan hipertensi dan kepatuhan diet hipertensi yang diisi

oleh lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta.

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

54

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang

lain dan tidak dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi

dapat digunakan untuk tujuan penelitian (Riwidikdo 2006). Data

sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari data lansia yang

mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih

Surakarta.

3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi

bebrapa tahap yaitu :

a. Tahap Orientasi

Tahap Orientasi meliputi :pengajuan surat studi

pendahuluan ke bagian STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Tahap pertama, peneliti mempersiapkan beberapa materi

dan konsep yang mendukung penelitian yang akan diteliti

dengan membaca atau mencari beberapa literatur, misalnya

dari jurnal maupun buku. Tahap kedua, peneliti melakukan

studi pendahuluan untuk mengetahui seberapa pengetahuan

lansia tentang hipertensi dengan kepatuhan diet hipertensi di

panti tersebut.

Tahap ketiga, peneliti mengkonsultasikan ke pembimbing I

dan pembimbing II, menyusun proposal dan membuat judul

yang sebelumnya sudah dikonsul

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

55

Tahap keempat, peneliti melakukan revisi proposal yang

sebelumnya sudah di konsultasikan ke pembimbing I dan

pembimbing II.

Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan ijin dengan

surat studi pendahuluan dari kampus yang kemudian

diserahkan ke bagian koordinator Panti Wredha Dharma

Bakti Kasih Surakarta.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pertama, peneliti menentukan objek penelitian yaitu

mengambil populasi dari seluruh lansia yang berada di Panti

tersebut yaitu sebanyak 52 lansia.

Tahap kedua, peneliti mengambil sampel dari sebagian

populasi yang sudah ditentukan yaitu sebanyak 30 lansia.

Tahap ketiga, peneliti melakukan pengambilan data dengan

menyebar kuesioner ke lansia yang mengukur tentang

pengetahuan dan kepatuhan. Kemudian peneliti

mendampingi lansia untuk mengisi kuesioner tersebut

sampai selesai.

Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian.

c. Tahap Akhir

Pengumpulan hasil laporan penelitian

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

56

3.6 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan data meliputi :

Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengolahan

data. Beberapa cara pengolahan data yaitu (Arikunto 2006) :

1. Editing atau mengedit data, kegiatan untuk melakukan

pengecekan kuesioner apakah jawaban yang di kuesioner sudah

lengkap, jelas, relevan, dan konsisten.

2. Coding atau menkode data merupakan memberikan skor atau

nilai pada setiap item jawaban. Data yang terkumpul biasanya

berupa angka, kata , atau kalimat.

3. Entridata merupakan memasukkan data ke dalam computer

untuk dilakukan analisis data dengan program SPSS.

4. Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau

tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita

mengentri komputer.

5. Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel sehingga

memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian dan

merupakan tahap akhir dari proses pengolahan data.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan untuk mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

57

variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2013). Pada penelitian ini

menggunakan sistem komputer yaitu SPSS dalam penghitungannya.

Adapun analisa data dalam penelitian ini yaitu :

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisis yang menggambarkan

karakteristik setiap variabel. Analisa univariat akan tersaji dalam

bentuk distribusi frekuensi (Widyasari&Anika 2010). Analisis

univariat dalam penelitian ini meliputi tingkat pengetahuan,

kepatuhan diet hipertensi, usia, dan tingkat pendidikan.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui keterkaitan dua variabel (Widyasari&Anika 2010).

Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi diuji dengan lambda. Lambda

digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel

nominal – nominal atau nominal – ordinal (Dahlan 2005).

Rumus dari lambda yaitu: =

Keterangan :

: koefisien korelasi lambda

fb : frekuensi terbesar pada baris

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

58

fk : frekuensi terbesar pada kolom

Fb : frekuensi marginal terbesar pada baris

Fk : frekuensi marginal terbesar pada kolom

n : jumlah data

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

a. Jika nilai p value ≥ 0.05 maka tidak ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia

yang mengalami hipertensi.

b. Jika nilai p value < 0.05 maka ada hubungan pengetahuan

dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami

hipertensi.

3.7 Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian

dengan memperhatikan masalah etika penelitian menurut Hidayat (2007),

meliputi :

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar

persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek penelitian

bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subjek penelitian menolak untuk diteliti maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Peneliti juga tidak

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

59

memaksa subjek penelitian untuk menjadi responden apabila tidak mau

untuk diteliti.

2. Anonimity (tanpa nama)

untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan member nomor pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subjek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

4. Benefience (manfaat)

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, khususnya jika mengguanakan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan

tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

subyek dalam bentuk apapun.

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 April 2014 di Panti Wredha Dharma

Bakti Kasih Surakarta selama 5 hari.Data yang diperoleh selama penelitian, lansia

memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian adalah 35 orang

responden. Responden diminta menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti.

Karakter responden meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan

kepatuhan.

A. Analisis Univariat

4.1 Karakteristik Responden

4.1.1 Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi UsiaLansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha

Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35)

Umur lansia (tahun) Frekuensi Persentase(%)

60-74

75-90

Total

23

12

35

65,7

34,3

100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 23 lansia (65,7%) memiliki umur 60-74 tahun, 12

lansia (34,3%) memiliki umur 75 - 90 tahun

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

61

4.1.2 Pendidikan Lansia yang Mengalami Hiperrtensi

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Lansia yang Mengalami Hipertensi di

Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35)

Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase(%)

SD 4 11,4

SMP 13 37,1

SMA 17 48,6

S1 1 2,9

Total 35 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 4 lansia (11,4%) berpendidikan

SD, 13 lansia (37,1%) berpendidikan SMP, 17 lansia (48,6%)

berpendidikan SMA, dan 1 lansia (2,9%) berpendidikan S1.

4.1.3 Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi di

Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35)

Pengetahuan Frekuensi Persentase(%)

Baik 30 85,7

Cukup 5 14,3

Kurang 0 0

Total 35 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 30 lansia (85,7%) memiliki

pengetahuan baik, 5 lansia (14,3%) memiliki pengetahuan cukup,

dan tidak ada lansia yang memiliki pengetahuan kurang.

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

62

4.1.4 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami

Hipertensi

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Kepatuhan Lansia yang Mengalami Hipertensi terhadap Diet

Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35)

Kepatuhan Frekuensi Persentase(%)

Patuh 19 54,3

Tidak patuh 16 45,7

Total 35 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 19 lansia (54,3%) patuh dalam diet

hipertensi dan 16 lansia (45,7%) tidak patuh dalam diet hipertensi.

B. Analisis Bivariat

4.5 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi

Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi (n=35)

Pengetahuan

Kepatuhan Total

Patuh Tidak patuh

Baik 19

(54.30%)

0

(0.00%)

19

(54.30%)

11

(31.40%)

5

(14.30%)

16

(45.70%)

30

(85.70%)

51

(4.30%)

35

(100.00%)

Cukup

Total

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lansia yang berpengetahuan baik

dan patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 19 lansia (54,30%),

lansia yang berpengetahuan baik dan tidak patuh terhadap diet

hipertensi sebanyak 11 lansia (31,40%), lansia yang

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

63

berpengetahuan cukup dan patuh terhadap diet hipertensi

sebanyak 0 (0,00%), dan lansia yang berpengetahuan cukup dan

tidak patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 5 lansia (14,30%).

4.2 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda

Tabel 4.6

Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda

Value

Asymp.

Std.

Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Lambda

Symmetric 0.238 0.067 2.415 0.016

pengetahuan

Dependent 0 0 .c .c

kepatuhan

Dependent 0.313 0.116 2.415 0.016

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan lambda

diperoleh nilai korelasi sebesar 0.238 dengan nilai p value sebesar 0.016.

Nilai p value<alpha 0.05, maka H0 ditolak, artinya ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami

hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

64

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi

Hasil penelitian diperoleh bahwa 30 lansia (85,7%) memiliki

pengetahuan baik, 5 lansia (14,3%) memiliki pengetahuan cukup, dan tidak

ada lansia memiliki pengetahuan kurang. Sebagian besar lansia

berpengetahuan baik.

Notoatmojo (dikutip dalam Wawan & Dewi 2011) menyatakan

bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pada hasil penelitian

diperoleh bahwa 30 lansia berpengetahuan baik, mereka sebagian besar

mengetahui tentang pengertian hipertensi, peyebab hipertensi, tanda dan

gejala hipertensi, komplikasi hipertensi, pencegahan hipertensi, dan diet

hipertensi. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar dari responden

mempunyai usia 60-74 tahun (65,7%) sehingga semakin tua umur seseorang

semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin

banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya terutama

terpaparnya informasi dari pendidikan informal dari petugas kesehatan

mengenai penyakitnya. Hal ini terjadi juga dikarenakan sebagian besar dari

responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup yaitu SMA

(48,6%)sehingga akses untuk memperoleh informasi atau memahami suatu

informasi lebih mudah dan informasi didapatkan dari petugas kesehatan

(Agoes. dkk 2013).

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

65

Nugroho (2000) menyatakan bahwa pengetahuan responden yang

baik kemungkinan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

pengalaman, serta sarana informasi. Pengetahuan tidak hanya didapat secara

formal melainkan juga melalui pengalaman. Selain itu pengetahuan juga

didapat melalui sarana informasi yang tersedia di rumah, seperti radio dan

televisi. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga sehingga penggunaan pancaindra terhadap suatu informasi sangat

penting.

Hasil penelitian diperoleh bahwa lansia sebagian besar

berpengetahuan baik, di Panti tersebut yang memberikan sarana informasi

kepada lansia yaitu pihak panti itu sendiri sehingga sebagian besar

responden sudah mengerti tentang penyakit hipertensi dan diet hipertensi.

Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah pengetahuan, oleh sebab itu dengan pengetahuan yang

baik, maka kepatuhan responden dalam menjalankan diet hipertensi juga

baik, responden lebih patuh dalam menjalankan diet hipertensi.

5.2 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi

Hasil penelitian diperoleh bahwa 19 lansia (54,3%) patuh terhadap

diet hipertensi, 16 lansia (45,7%) tidak patuh terhadap diet hipertensi.

Sebagian besar lansia patuh terhadap diet hipertensi. Sarafino (2003),

mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita dalam

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

66

atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan

perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang

mentaati peraturan.

Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan

responden yang ada di Panti tersebut sebagian besar patuh dalam

menjalankan diet hipertensi, menurut Pranoto (2007) menyatakan bahwa

patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan

kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan, hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan bahwa responden patuh dalam menjalankan diet

hipertensi, mereka selalu membatasi makanan yang berupa asin-asinan

bahkan menjauhinya.

Mardiyati (2009) menyatakan bahwa perilaku berkaitan dengan

kebiasaan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat positif maupun

negatif. Sehingga mempengaruhi penderita hipertensi untuk

berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap diet hipertensi. Niven (2008)

menyatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan, maka seseorang akan patuh

dalam menjalankan diet hipertensi, sedangkan semakin rendah pengetahuan,

maka seseorang cenderung tidak patuh dalam menjalankan diet hipertensi.

Dengan demikian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo 2012).

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

67

5.3 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada

Lansia yang Mengalami Hipertensi

Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan uji lambda dari 35

responden dengan tingkat kepercayaan 95%/α 0,05 diperoleh p value 0.016

dan tingkat keeratan 0.238. Nilai p value < α, maka H0 ditolak artinya ada

hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang

mengalami hipertensi, dengan keeratan hubungan 23,8%. Hasil penelitian

menunjukkan ada hubungan positif antara pengetahuan dengan kepatuhan

diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan responden, semakin patuh terhadap diet hipertensi.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan dari Niven (2008)

yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan

yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang, karena

dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh

pengetahuan (Wawan & Dewi 2011). Sesuai dengan penelitian bahwa

responden memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, makanan apa yang

seharusnya diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk hipertensi, setelah

mereka tahu mereka akan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman

tersebut untuk berperilaku positif untuk menjalankan diet hipertesi dengan

baik.

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

68

Hasil penelitian diperoleh bahwa lansia yang berpengetahuan baik

dan patuh terhadap diet hipertensi ada 19 lansia (54,30%), lansia yang

berpengetahuan baik dan tidak patuh terhadap diet hipertensi ada 11 lansia

(31,40%), lansia yang berpengetahuan cukup dan patuh terhadap diet

hipertensi 0 (0,00%), dan lansia yang berpengetahuan cukup dan tidak patuh

terhadap diet hipertensi ada 5 lansia (14,30%), terkait dengan hasil

penelitian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

patuh dalam menjalankan diet hipertensi yang umumnya responden

memiliki pengetahuan yang tinggi. Dalam penelitian ini salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah pengetahuan, oleh sebab itu

dengan pengetahuan yang baik, maka kepatuhan responden dalam

menjalankan diet hipertensi juga baik, responden lebih patuh dalam

menjalankan diet hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

olehDiyah Ekarini (2011) yang berjudul “ Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjalani

Pengobatan di Puskesmas Gondangrejo Karanganyar. Hasil penelitian

diperoleh ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

kepatuhan klien hipertensi dalam menjalani pengobatan.

Pengetahuan dengan kepatuhan jika dihubungkan maka akan

didapatkan adanya hubungan yang bersifat positif, artinya jika tingkat

pengetahuan tinggi maka tingkat kepatuhan juga tinggi.Responden yang

berpengetahuan tinggi berarti mampu mengetahui, mengerti, dan memahami

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

69

arti, manfaat, dan tujuan menjalani diet hipertensi secara teratur. Tingkat

pengetahuan responden tidak hanya diperoleh secara formal, tetapi juga

melalui pengalaman. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih abadi daripada perilaku yang tidak didasari

dengan pengetahuan.

Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik akan

mendorong seseorang untuk berperilaku yang tepat khususnya dalam

pencegahan hipertensi dengan diet, dimana perilaku biasanya dipengaruhi

oleh respon individu terhadap stimulus, tergantung bagaimana reaksi

individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu

tindakan atau perilaku.

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

70

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Sebagian besar lansia yang mengalami hipertensi memiliki pengetahuan

tinggi yaitu sebesar 85,7%.

2. Lebih banyak lansia yang patuh dalam menjalankan diet hipertensi

dibandingkan dengan lansia yang tidak patuh dalam menjalankan diet

hipertensi yaitu 54,3%.

3. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada

lansia yang mengalami hipertensi dengan nilai p-value sebesar 0.016.

6.2 SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Pihak tenaga kesehatan sebaiknya memberikan informasi tentang

kepatuhan diet hipertensi kepada lansia yang ada di Panti, sehingga

pengetahuan lansia tentang hipertensi dapat meningkat. Dengan

demikian, lansia dapat melakukan diet hipertensi.

2. Bagi Lansia

Diharapkan dengan penelitian ini, dapat membantu lansia meningkatkan

pengetahuan tentang hipertensi sehingga lansia tersebut dapat

melakukan diet hipertensi dengan baik.

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

71

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kepatuhan

diet hipertensi terutama pada lansia dan dapat diterapkan dalam

pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti menganjurkan peneliti lain untuk memberikan penyuluhan

kesehatan sebelum melakukan penelitian karena di panti tersebut belum

pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan bisa

menambah sampel responden yang lebih banyak lagi. Peneliti lain juga

bisa memberikan metode kualitatif dengan wawancara langsung kepada

responden/pihak panti.

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

DAFTAR PUSTAKA

Adrogue, HJ & Madias, Ne 2007, Sodium and Potassium in the Pathogenesis of

Hypertention, NEJM, 356 : 1966-1978

Agoes, A dkk 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko

Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Dinoyo RW II

Malang, diakses Juli 2013

Agrina, dkk 2011, Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan

Diet

Hipertensi, vol 6, hal 46-53

Arikunto 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,

Jakarta

Arikunto2010, Prosedur Penelirian Suatu Pendekatan Praktek, (Edisi revisi

2010), RinekaCipta, Jakarta

Bandiyah, Siti 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Nuha Medika,

Yogyakarta

Bangun 2003, Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi, Agro Media

Pustaka,Jakarta

Dahlan, Sopiyudin 2005, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba

Medika, Jakarta

Dalimartha, Setiawan 2008, Care You Self Hipertensi, Penebar Plus, Jakarta

Effendi, F & Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan

Praktek dalamKeperawatan, Salemba Medika, Jakarta

Ekarini, Diyah 2011.Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Tingkat

KepatuhanKlienHipertensidalamMenjalaniPengobatan di

PuskesmasGondangrejoKaranganyar, diakses selama tahun 2011

Fisher, NDL & Gordon, HW 2005, Hypertensive Vascular Disease dalam

Harrison’s

Principles of Internal Medicine 16th edition, Me Graw-Hill Profesional,

USA

Gunawan, Lany 2004, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius Media,

Yogyakarta

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

Hawari, Dadang 2003, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, Fakultas

Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta

Hidayat, A 2007, Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika,

Jakarta

Julianti, ED dkk 2009, Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus, Puspa Sehat, Jakarta

Mardiyati, Y 2009.Hubungan Tingkat

PengetahuanPenderitaHipertensidenganSikapMenjalani Diet Hipertensi

di PuskesmasNgawen 1 KabupatenGunungkidulProvinsi D.I.Y,

UniversitasMuhamadiyah Surakarta

Maryam, S dkk 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba

Medika, Jakarta

Megarani, AM 2007, Pada 2025 Seperlima Penduduk Indonesia

Lansia,www.Tempointeraktif.com, Diakses tanggal 20 Oktober 2009

Murwani, A & Wiwin, P 2010, Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan

Home Care dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta

Nasehudin, TS & Nanang, G 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Pustaka Setia,

Bandung

Niven 2008, PsikologiKesehatan :PengantaruntukPerawatdanProfesional, EGC,

Jakarta

Notoatmojo, S 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmojo, S 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka

Cipta, Jakarta

Notoatmojo, S2012.PromosiKesehatandanPerilakuKesehatan, PT. RinekaCipta,

Jakarta

Nugroho, W 2003, Keperawatan Gerontik, EGC, Jakarta

Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, SalembaMedika, Jakarta

Palmer, A & Williams, B 2007, Tekanan Darah Tinggi, (Yasmine, Penerjemah),

Erlangga, Jakarta

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

Pranoto 2007, IlmuKebidanan :YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohardjo,

Yogyakarta

Pudjiastuti 2003, Fisioterapi Pada Lansia, EGC, Jakarta

Purnomo, H 2009, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling

Mematikan, BuanaPustaka, Yogyakarta

Putri, A 2009, Tetap Sehat di Usia Lanjut, Genius Printika, Yogyakarta

Ramayulis 2008, Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi, Penebar Plus,

Jakarta

Riwidiko, H 2006, Statistik Kesehatan, Mitra Cendekia Press Bunda, Yogyakarta

Sarafino 2003.DukunganKeluarga, SalembaMedika, Jakarta

Setianto, B 2004, Pengetahuan Pelayanan Fisik Lanjut Usia, EGC, Jakarta

Soenanto, Hardi 2009, 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan

Obesitas, ElexMedia Komputindo, Jakarta

Soenardi, dkk 2005, Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi, Gramedia

Pustaka Utama,Jakarta

Statistik, Indonesia 2010, http://www.datastatistik-indonesia.com, Diakses tanggal

2 Oktober 2009

Sugiyono 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta,

Bandung

Sutono, Budi 2008, Menu Sehat Penakluk Hipertensi, De Media, Jakarta

Tambayong, Jan 2003, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta

Utami, Prapti 2009, Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi, Agromedia Pustaka,

Jakarta

Wawan, A & Dewi, M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku

Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta

Widyasari, DF & Anika, C 2010, Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi

Terhadap

Perubahan Pengetahuan dan Sikap Lansia di Desa Makamhaji

Kartasura Sukoharjo,Diakses tanggal 20 Februari 2010

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN · PDF filePROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet

Wijayakusuma 2008, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi,

Penebar

Swadaya, Jakarta

Yoga, T 2009, Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Perhari,

Diakses pada Maret 2011, dari http://www.depkes.go.id