Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA
KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2017
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Alih Jenjang Program Diploma IV Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
DEWI PURNAMA SHANTY P00312016113
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
DIPLOMA IV KEBIDANAN 2017
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Dewi Purnama Shanty
2. NIM : P00312016113
3. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 05 Desember 1989
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
7. Alamat : Jalan. Y.Wayong No.25 C
Kendari- Sulawsi Tenggara
B. PENDIDIKAN
1. SD Negri 2 Ponggilaka, Tamat tahun 2001
2. SMP Negri3 Kendari Tamat Tahun 2004
3. SMAN 4 KENDARI Tamat Tahun 2007
4. DIII KEBIDANAN Poltekes Kendari Tamat Tahun 2010
5. DIV KEBIDANAN Poltekes Alih Jenjang Masuk 2016 Sampai
Sekarang
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT
karena berkat karunia Nya, sehingga penulis dapa tmenyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktunya dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
yang diberikan Penyuluhan Tentang Kelas Ibu Hamil Dengan Motivasi
Mengikuti Kelas Ibu Hamil Di Desa Andoolo Utama Kec. Buke Kab. Kon-
Sel tahun 2017”.
Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak kendala yang di hadapi
namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Sitti
Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I dan Melania Asi,
S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam proses
penyusunan skripsi ini selesai.
Selanjutnya penulis pun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Melania Asi, S.Si. T,M.Kes selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
vi
4. Ibu Hendra Yulita, SKM.,MPH selaku Penguji I, Ibu Sultina
Sarita,SKM.,M.Kes selaku Penguji II dan Ibu Fitriyanti, S.ST.,M.Keb
selaku Penguji III.
5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan
membagi ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah
beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.
6. Teristimewa untuk kedua orang tuaku,Adik-adikku yang terkasih atas
doa, dukungan,bantuan, motivasi serta kasih sayang yang begitu besar
kepada penulis semoga kita semua selalu dalam lindungan-NYA dan
semoga penulis bisa memberikan yang terbaik untuk kalian.
7. Seluruh rekan – rekan seperjuanganku Politeknik Kesehatan Kendari
Prodi DIV Kebidanan angkatan 2016 khususnya teman-teman Alih
Jenjang Kelas C. Terima kasih atas segala dukungan serta
kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama dalam bidang ilmu Kebidan amin.
Kendari, Desember 2017
Penulis
vii
INTISARI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN
STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA
KABUPATEN BUTON UTARA
Dewi Santi, Siti Aisa, Melani Asi
Latar Belakang : Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang atas makanan yang telah dikonsumsi termasuk penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan dengan status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara Metode Penelitian : Rancangan penelitian cross sectional dengan populasi
penelitian adalah balita usia 13 sampai 60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Wa Ode Buri tahun 2017 berjumlah 320 orang. Sampel penelitian balita yang berkunjung ke Puskesmas atau Posyandu saat dilakukan penelitian berjumlah 64 orang. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Hasil Penelitian : Responden 64 responden balita berdasarkan pengetahuan ibu lebih banyak yang memiliki pengetahuan baik (64%), berdasarkan tingkat pendapatan lebih banyak dengan pendapatan layak (75%). Hasil uji chi-square
diperoleh x2hit=5,30>x2tabel=3,841, ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Nilai x2hit=0,77>x2tabel=3,841, tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi balita. Kesimpulan : ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. Tidak ada hubungan pendapatan dengan dengan status gizi balita Kata Kunci : Status Gizi Balita, Pengetahuan, Pendapatan Daftar Pustaka : 22 referensi (2002 s/d 2014)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
ABSTRAK................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
E. Keaslian Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi ........................................................................... 7
B. Gizi Balita ............................................................................ 15
C. Pengetahuan ....................................................................... 26
D. Pendapatan ......................................................................... 32
E. Landasan Teori ................................................................... 35
F. Kerangka Teori ................................................................... 37
G. Kerangka Konsep ............................................................... 38
H. Hipotesis .............................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 40
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 40
ix
D. Definisi Operasional ............................................................. 40
E. Instrumen Penelitian ............................................................ 41
F. Pengolahan Data ................................................................ 41
G. Analisis Data ......................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian .............................................. 44
B. Hasil Penelitian .................................................................... 47
C. Pembahasan ...................................................................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 52
B. Saran ................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ................................................................. 37 Gambar 2. Kerangka Konsep .............................................................. 38 Gambar 3. Rancangan Cross Sectional .............................................. 39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Surat Izin Penelitian
3. Data Hasil Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang dalam program
pembangunannya berupaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
anak. Kelompok rawan untuk mengalami masalah gizi adalah ibu
hamil, ibu menyusui dan anak balita. Anak sebagai aset bangsa
sangat penting mendapatkan perhatian untuk menghasilkan generasi
berkualitas dimulai sejak dalam kandungan sampai dewasa. Salah
satu upaya peningkatan kesehatan anak adalah melalui perbaikan
status gizi sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal (Soetjiningsih, 2012).
Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang atas makanan yang telah dikonsumsi termasuk
penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh (Almatsier, 2010). Status gizi
anak dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, sehingga perlu
dipantau secara berkala (Kemenkes, 2011). Indikator menilai status
gizi anak melalui pengukuran antropometri dengan menimbang dan
mengukur panjang/tinggi badan. Manifestasi penilaian status gizi
dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan untuk menilai adanya penyimpangan/gangguan (kurus,
kurus sekali dan obesitas). Penilaian status gizi baik (normal) jika
2
indeks tinggi badan menurut berat badan (BB/TB) berada 2 SD (Kemenkes, RI, 2012).
Status gizi seimbang dapat dilihat dari variabel pertumbuhan,
yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan dan panjang tungkai. Keadaan dimana berat badan lebih
rendah dari berat seharusnya disebut gizi kurang (Gibney dan Barrie,
2009). Kondisi dimana berat badan atau pertambahan berat badan
yang berada di bawah berat badan anak lain sesuai umur dan jenis
kelaminnya (Romily, 2012). Pertumbuhan terlambat jika seorang anak
tidak mencapai tahap pertumbuhan yang diharapkan pada umur yang
semestinya. Studi Dudley 3,3%-17% anak mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan (Dudley, 2010).
Jutaan anak berusia di bawah lima tahun mengalami
permasalahan gizi ganda (double burden) gizi lebih dan kurang.
Sebagian anak mengalami obesitas, namun sebagian lainnya
mengalami stunting atau tubuh pendek, kurus, hingga gizi buruk. Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat bahwa 18,8%
balita usia 0 sampai 5,9 bulan mengalami kurang gizi, 29% mengalami
stunting akibat kurang gizi menahun. Sementara disisi lain, terdapat
1,6% balita yang mengalami obesitas (Berita UGM, 2017).
Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh ibu. Pola asuh
yang diberikan dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan gizi,
pekerjaan dan pendapatan (Almatsier, 2010). Ketersediaan pangan,
3
pelayanan kesehatan dan pola pengasuhan. Pola pengasuhan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan keluarga.
Kebutuhan gizi yang cukup, stimulasi, lingkungan (keluarga) dan
keterjangkauan oleh pelayanan kesehatan sangat membantu tumbuh
kembang anak optimal (Kemenkes, RI, 2012). Peran keluarga sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita (Soetjiningsih,
2012). Peran keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar persoalan
gizi setiap anggota keluarganya (Berita UGM, 2017).
Balita merupakan salah satu periode kritis yang menentukan
kualitas sumber daya manusia. Masa ini disebut juga sebagai masa
keemasan, dasar pembentukan kemampuan, mental dan moral yang
sangat menentukan sikap, nilai dan pola perilaku seseorang. Peran
keluarga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
balita. Faktor genetik, lingkungan, biopsikososial dan perilaku dari
keluarga itu sendiri. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga
dapat memberikan hasil yang berbeda-beda pada setiap anak
(Soetjiningsih, 2012).
Pengetahuan orang tua dan peran serta keluarga diperlukan
dan mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan yang
terjadi dalam proses tumbuh kembang. Peranan ibu dalam tumbuh
kembang anak sangat penting. Ibu harus berperan sebagai pengamat
dan ikut berpartisipasi. Peran ibu juga meliputi hal-hal seperti
mengontrol anak selama masa tumbuh kembang dan membuat
4
perencanaan bagi anak. Sehingga pengetahuan orang tua khususnya
ibu sangat penting pada masa pertumbuhan dan perkembangan
(Rahayu, 2011).
Survey data pendahuluan yang diperoleh di Puskesmas Wa
Ode Buri selama 2 tahun terakhir telah dilaporkan 20% balita
mengalami gangguan pertumbuhan baik yang mengalami kurus dan
obesitas. Orang tua terutama ibu mempunyai tanggung jawab besar
dalam membesarkan anak. Pengawasan lingkungan bio-psikososio-
religius pada anak balita akan berpengaruh pada proses tumbuh
kembang anak. Ibu memiliki kedekatan emosional terhadap balita
dalam bergaul, mengasuh, merawat dan memeliharanya, sehingga ibu
perlu memahami segala permasalahan mengenai balita termasuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu peneliti ingin
menelaah lebih jauh bagaimana pengetahuan ibu dan tingkat
pendapatan keluarga terhadap status gizi Balita di Puskesmas Wa
Ode Buri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dirumuskan masalah penelitian ”Apakah
ada hubungan pengetahuan ibu dan tingkat pendapatan dengan
pertumbuhan balita di Puskesmas Wa Ode Buri?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan pendapatan
dengan pertumbuhan balita di Puskesmas Wa Ode Buri
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang status gizi di
Puskesmas Wa Ode Buri.
b. Untuk mengetahui pendapatan keluarga di Puskesmas Wa Ode
Buri.
c. Untuk mengetahui status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri
d. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan status gizi
balita di Puskesmas Wa Ode Buri.
e. Untuk menganalisis hubungan pendapatan dengan status gizi
balita di Puskesmas Wa Ode Buri.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi bagi pihak Puskesmas Wa Ode Buri
dalam upaya pemantauan pertumbuhan balita.
2. Sebagai sumber informasi bagi ibu agar lebih memahami dan
mengerti tentang status gizi balita yang baik.
3. Bagi peneliti merupakan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu
dan praktik berkaitan metode penelitian dan pemantauan
pertumbuhan balita.
E. Keaslian Penelitian
1. Cholida Fitria AB (2009) dengan judul Pengetahuan Keluarga
Tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Lingkungan
6
Amaliah Kelurahan Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.
Jenis penelitian deskriptif dengan sampel penelitian adalah kepala
keluarga. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan
adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional dan
sampel penelitian adalah pengetahuan ibu ditambah dengan
variabel pendapatan keluarga.
2. Romilly Purba, Evawany Y Aritonang, Ernawati Nasution (2012)
dengan judul Gambaran Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Pedagang Pasar Dwikora Parluasan di Kota Pematang Siantar
Tahun 2012. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross
sectional dengan variabel penelitian adalah pertumbuhan (variabel
bebas) dan perkembangan (variabel terikat). Perbedaan dengan
penelitian yang akan saya lakukan pada variabel penelitian yaitu
pengetahuan dan pendapatan (variabel bebas) dan perkembangan
(variabel terikat).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Definisi
Status gizi merupakan salah satu indikator status kesehatan
seseorang. Status gizi yang baik diperlukan untuk
mempertahankan derajat kesehatan, membantu pertumbuhan
anak termasuk prestasi. Status gizi merupakan bagian penting
yang berkontribusi terjadinya kesakitan atau kematian.
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010). Status gizi
adalah suatu keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, contoh gondok endemik merupakan keadaaan tidak
seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh
(Supariasa, 2002). Penilaian status gizi dilakukan dengan cara
pengukuran antropometri, penilaian klinis, biokimia dan biofisik
(Kemenkes, 2012).
2. Penilaian Status Gizi Balita
a. Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan cara menentukan
status gizi dengan menggunakan beberapa parameter.
Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
http://skripsitesisdisertasi.com/pengertian_pendapatan
8
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak
dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan
usia merupakan cara yang paling sering dilakukan dalam survei
gizi. Untuk keperluan pengukurab perorangan yang paling
sering dilakukan adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB)
atau panjang badan (PB) (Almatsier, 2010).
Pengukuran antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara
umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan dapat dilihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,
otot dan jumlah air dalam tubuh. Indikator yang digunakan
untuk penilaian status gizi diantara :
a. Tinggi/Panjang Badan
Tinggi badan adalah jarak dari puncak kepala hingga telapak
kaki. Parameter tersebut menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Panjang badan diukur dengan
infantometer length board untuk anak usia 0-2 tahun. Anak
diposisikan tidur terlentang saat pengukuran. Pengukuran
9
membutuhkan 2 orang pengukur. Cara mengukur dengan
posisi berbaring menggunakan infantometer:
1) Alas kaki dilepaskan
2) Anak diposisikan tidur terlentang pada alas datar
3) Kepala anak menempel pada puncak papan & kaki lurus.
4) Pengukur digeser hingga rapat pada ujung kaki
Gambar Pengukuran panjang badan
Untuk anak usia >2 tahun, tinggi badan diukur dengan
stadiometer. Berikut adalah cara pengukuran menggunakan
stadiometer:
1) Alas kaki dilepaskan.
2) Anak diposisikan berdiri tegak kaki lurus, tumit, pantat,
punggung dan kepala bagian belakang menempel pada
dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan
ke depan.
3) Menurunkan pengukur sampai rapat pada kepala bagian
atas.
4) Pembacaan pada stadiometer dilakukan saat anak
inspirasi.
10
Gambar Pengukuran tinggi badan
b. Berat Badan
Berat badan mencerminkan keadaan nutrisi sekarang dan
dapat menjadi indikator yang sensitif terhadap malnutrisi.
Seseorang dapat dikatakan mengalami malnutrisi apabila:
1) Berat badan kurang dari 80% dari berat badan ideal,
atau
2) Mengalami penurunan berat badan sebesar:
a) 1%-2% dalam satu minggu, atau
b) 5% dalam satu bulan, atau
c) 7,5% dalam tiga bulan, atau
d) 10% dalam enam bulan
Pengukuran berat badan paling baik dilakukan dengan alat
beam balance scale. Alat timbangan perlu dikalibrasi secara
rutin untuk mendapatkan hasil yang akurat menggunakan
berat badan yang sudah diketahui. Anak disarankan
memakai pakaian tipis dan melepas sepatu saat
pengukuran. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi
11
berat badan seperti ascites, edema, dan splenomegali perlu
diperhatikan agar tidak menyebabkan kesalahan pada
interpretasi data.
c. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala adalah suatu proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ukuran lingkar
kepala anak dalam batas normal atau tidak. Jika terjadi
penyimpangan maka hal yang dapat muncul makrosefal atau
mikrosefal.
12
Pengukuran lingkar kepala dilakukan dengan cara
melingkarkan alat pengukur dari dahi ke bagian kepala yang
menonjol, satu lingkaran penuh di atas telinga.
b. Klinis
Metode tersebut didasarkan atas perubahan yang terjadi
dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit,
mata, rambut dan mukosa atau organ yang dekat dengan
permukaaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Sering digunakan
untuk survei klinis secara cepat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis
secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain itu dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Pemeriksaan spesimen diuji secara laboratorium yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang
digunakan anatara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
13
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi
d. Biofisik
Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
dan melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam
situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic
of night blindness)
e. Survei konsumsi makanan
Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan
dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi barbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga dan individu (Supariasa, 2002).
f. Statistik vital
Menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaan sebagai bahan
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Klasifikasi
Klasifikasi penilaian status gizi (WHO-NCHS) dibedakan menjadi
empat :
14
a. Gizi lebih (over weight)
Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan sehingga dapat membahayakan (Almatsier,
2005). Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena
ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar
seperti kondisi terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga
atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak boleh
diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus
menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
(Arisman, 2007).
b. Gizi baik (well nourished)
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2005).
c. Gizi kurang (under weight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat esensial (Almatsier, 2005).
d. Gizi buruk (severe PCM)
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang kekurangan
nutrisi, atau status nutrisi berada di bawah standar rata-rata.
15
Nutrisi yang dimaksud berupa protein, karbohidrat dan kalori
contoh KEP (Kurang Energi Protein).
Menurut Kemenkes RI (2012) Paremeter BB/TB berdasarkan Z-
Score diklasifikasikan menjadi :
1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) :
16
periang dan padai bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Pertumbuhan fisik balita cukup erat kaitannya dengan makanan yang
dikonsumsi. Jika seorang balita sering diberi asupan makanan yang
mengandung zat-zat yang tidak baik, seperti jenis makanan yang
mengandung bahan pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan,
pelezat makanan dan yang sejenisnya, maka bisa dipastikan hal itu
memberikan efek yang tidak baik bagi kesehatan tubuh. Pemberian
makanan dengan pemenuhan gizi yang memadai adalah cara yang
tepat untuk menjaga kesehatan serta tumbuh kembang balita. Peran
makanan bagi balita adalah sebagai sumber zat gizi. Zat gizi yang
terdapat dalam makanan yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Zat gizi diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
1. Zat Energi
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,
lemak dan protein. Bagi balita tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena
itu kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga
menggantikan jaringan yang rusak.
17
3. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh
termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini
zat yang berperan sebagai zat pengatur yaitu vitamin baik yang
larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun yang larut
dalam lemak (vitamin A, D, E dan K), mineral seperti kalsium, zat
besi, iodium, dan flour dan air sebagai alat pengatur vital kehidupan
sel-sel tubuh.
Kebutuhan gizi adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan dan tinggi badan. Asupan zat gizi
dan pengeluaran harus seimbang sehingga diperoleh status gizi
yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang
anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
Penyebab langsung timbulnya gangguan gizi pada bayi dan
balita adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makanan dengan kebutuhan tubuh. Faktor penyebab tidak
langsung antara lain :
1. Ketidaktahuan hubungan makanan dan kesehatan. Keluarga
yang berpenghasilan cukup dapat memberikan makanan yang
seadanya saja. Kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga
18
pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan
ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi
makanan keluarga, khususnya makanan anak balita. Masalah
gizi karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang
memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan
keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan
misalnya kebosanan.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu. Banyak
bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi
tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat
adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan
harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein
dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang
dapat menurunkan harkat keluarga.
3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan. Berbagai
kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan.
Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun
daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya
dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal
19
anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu
guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. Kadang-kadang
kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat
anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua
beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya
memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena
diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan
tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan
mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
5. Jarak kelahiran yang terlalu rapat. Hasil penelitian membuktikan
bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena
ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir,
sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan
perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan
kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu
sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak
akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu (ASI) yang
masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar. Anak yang
20
belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut
juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena
produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak
segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena
alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha
untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
6. Sosial Ekonomi. Keterbatasan penghasilan keluarga turut
menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat
disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.
7. Penyakit infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar
dan tidak ada nasu makan. Adanya penyakit tertentu dapat
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat
menghalangi penyerapan makanan. Penyakit yang dapat
memperburuk keadaan gizi seperti diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria
kronis dan cacingan.
21
Status gizi anak dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung merupakan faktor bawaan dan sudah
melekat dalam diri anak meliputi umur, kromosom, adanya penyakit
infeksi. Faktor eksternal merupakan faktor yang bisa dilakukan
upaya perbaikan/pencegahan/peningkatan sehingga pertumbuhan
anak balita dapat lebih baik seperti dengan perbaikan gizi selama
hamil, menghindari paparan zat kimia/toksin berbahaya,
meminimalkan terjadinya infeksi, anoksia embrio dan perbaikan
psikologi saat hamil dan meminimalkan terjadinya komplikasi
selama persalinan. Lingkungan pengasuhan yang mendukung
meliputi sanitasi, pola pengasuhan termasuk didalamnya memenuhi
kebutuhan anak (asah,asih,asuh), kemapanan ekonomi dan
pendidikan/ pengetahuan keluarga.
Peran keluarga sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan balita (Soetjiningsih, 2012) termasuk status gizi
balita. Peran keluarga berkaitan dengan pemenuhan asupan gizi
dan pengetahuan orang tua tumbuh kembang seorang anak.
Proses ini bersifat individual dan unik sehingga dapat memberikan
hasil yang berbeda-beda. Peran keluarga memiliki pengaruh yang
cukup besar persoalan gizi setiap anggota keluarganya (Berita
UGM, 2017). Anak dikatakan mengalami hambatan pertumbuhan
bila berat badan anak secara signifikan berada di bawah berat
badan anak lain yang sama umur dengan jenis kelaminnya (Romily,
22
2012). Tumbuh kembang dikatakan terlambat jika seorang anak
tidak mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
diharapkan pada umur yang semestinya, ketertinggalan dalam
populasi yang normal (Dudley, 2010).
Akibat ketidak seimbangan antara zat gizi yang masuk
dengan kebutuhan maka dapat menimbulkan beberapa masalah
gizi antara lain :
1. Kekurangan Energi dan Protein (KEP) disebabkan kurangnya
asupan energi dan protein.
a. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
b. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
c. Gangguan saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
d. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit
infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi
yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang
disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat
menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam
jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting.
Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak
23
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak
kurus. Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan KEP akut
derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk :
1) Marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya
seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi
yang dominan.
2) Kwashiorkor, anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu
penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan.
Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya
mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan
kekurangan asupan protein secara akut (mendadak),
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein
dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor, bentuk ini merupakan kombinasi
antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat
tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
2. Obesitas
Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya
faktor keturunan, lingkungan, asupan energi yang tidak sesuai
dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui pada anak
sebagai berikut:
a. Sejak bayi anak diberi susu botol.
24
b. Bayi terlalu dini diperkenalkan akanan padat.
c. Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
d. Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula
jika berbuat sesuai keinginan orangtua.
e. Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
Makanan pada usia balita membutuhkan gizi seimbang
yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia
dewasa sampai lanjut. Gizi makanan sangat mempengaruhi
pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat
tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui
makanan ibu hamil. Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka
ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak
bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan
dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan
keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola
makan keluarga. Peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk
membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal
ini harus mengetahui, mau dan mampu menerapkan makan
25
yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan
meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di
sekelilingnya dalam keluarga. Makanan selingan tidak kalah
pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan
pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak
cukup menerima porsi makan karena anak susah makan.
Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan
pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang
mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran,
tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan
lain-lain. Makanan selingan lebih baik dibuat sendiri sehingga
sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah. Bila
terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan
pilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat dan
gula semata karena sangat berbahaya jika diberikan terus
menerus. Jika sejak kecil hanya senang yang manis, maka
akan terbiasa sampai dewasa, risiko kegemukan. Kegemukan
merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat
terserang penyakit tertentu.
26
C. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif banyak berhubungan dengan
informasi dan pengetahuan (knowledge) sebagai domain penting
dalam terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran suatu
pengetahuan salah satu teknik yang dilakukan adalah pengisian
angket yang memuat isi materi yang akan diukur dari subyek
penelitian atau responden. Tingkat kedalaman pengetahuan yang
ingin diukur disesuaikan dengan tindakan domain kognitif.
1. Tingkatan Pengetahuan
Domain tingkatan kognitif dalam Notoatmodjo (2005) yaitu :
a. Tahu (know) diartikan sebagai pengingat status materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang akan
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-
komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
27
e. Sintesis (syntesis) menunjukan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam
suatu bentuk keseluruhan.
f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan
justufikasi atau pemikiran terhadap suatu materi atau obyek.
2. Cara memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) cara memperoleh pengetahuan dapat
dikelompokkan menjadi dua :
a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau
tradisional ini dipakai orang untuk memperolah kebenaran
pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah, atau
metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini meliputi :
1) Cara coba salah (trial and error), cara ini telah dipakai orang
sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ketiga
gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai
masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka
28
cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau
salah) atau metode coba-salah/coba-coba.
2) Cara kekuasaan atau otoritas, dalam kehidupan manusia
sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-
tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus
ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa
ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak
tidak boleh makan telur dan sebagainya. Kebiasaan seperti
ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-
kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima dari sumbernya
sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik
formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan
dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli
ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi, pengalaman adalah guru
yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan
29
sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu.
4) Melalui jalan pikiran, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya
melalui induksi atau deduksi. Induksi yaitu : proses penarikan
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus
ke pernyataan yang bersifat umum. Deduksi yaitu :
pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum kepada
khusus.
b. Cara modern
Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan
lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi
penelitian yaitu dengan mengembangkan metode berfikir induktif.
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-
gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya
dikumpulkan dan diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan
umum.
3. Sumber-sumber Pengetahuan
30
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi,
adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang.
Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah
baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma
dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh
jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit
dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa
keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang
bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan)
tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada
otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh
kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran
pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama,
orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka
katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek,
pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik.
Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai
orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih
luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung
kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-
orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian
pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman
31
yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah
kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan
masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia,
pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan
hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit,
orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan
kegiatan hidup.
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca
indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup
kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-
batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca
indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi
tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal
pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual,
abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi
tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa
bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai
pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran
cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif
dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati
yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui
32
ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman.
Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman
batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan
indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta
seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan
tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan
yang intuitif. Pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji
baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran.
Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal
belaka (Suhartono, 2008).
D. Konsep Pendapatan
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
keluarga, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin
besar kemampuan keluarga untuk membiayai segala pengeluaran dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh keluarga termasuk
pemenuhan kebutuhan gizi. Pendapatan adalah hal penting dalam
kehidupan dari suatu keluarga. Fungsi keluarga salah satunya adalah
menjalankan fungsi ekonomi. Tanpa pendapatan maka fungsi
keluarga yang lain dapat terabaikan misalnya dalam pendidikan,
fungsi sosialisasi, kebutuhan gizi dan masih banyak yang lain
(Wikipedia, 2017).
Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting
mendefinisikan pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva
http://skripsitesisdisertasi.com/pengertian_pendapatan
33
suatu badan usaha atau selama suatu periode, yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan
utama adan usaha. Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam
keluarga dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non
operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari
aktivitas utama keluarga sedangkan, pendapatan non operasi adalah
pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama keluarga.
Jumlah nilai nominal pendapatan dapat bertambah melalui berbagai
transaksi tetapi dtidak semua transaksi mencerminkan timbulnya
pendapatan (Teguh, 2012). Sumber pendapatan diperoleh dari :
1. Pendapatan menetap atau tidak menetap, yang mengakibatkan
adanya pertambahan dana
2. Keuntungan dari transaksi penjualan
3. Hadiah atau sumbangan
Tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Pendapatan keluarga per bulan menunjukan banyak
kemampuan responden untuk membiayai keluarga. Menurut Soekanto
(2003), pendapatan dapat dikatakan baik apabila dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya. Menurut Arifin apabila pendapatan rendah
maka makanan yang dikosumsi cenderung tidak mempertimbangkan
nilai gizi, akan tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan. Namun
tidak menutup kemungkinan bahwa keluarga yang berpenghasilan
34
rendah dapat mengkonsumsi makanan yang mempunyai nilai gizi baik
(Teguh, 2012)
35
E. Landasan Teori
Asupan gizi merupakan faktor penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita yang memiliki asupan
gizi yang cukup terlihat lebih aktif, cerdas dan ceria. Asupan gizi
mencerminkan status gizi seseorang. Status gizi yang baik menunjang
kesehatan balita sebaliknya status gizi balita yang kurang atau
berlebih dapat menimbulkan masalah. Status gizi berkaitan
perkembangan otak dan kemampuan belajar anak balita (Almatsier,
2010).
Asupan gizi berhubungan erat dengan umur balita. Kebutuhan
gizi meningkat seiring dengan umur balita. Gizi yang cukup
merupakan cara yang tepat untuk menjaga kesehatan serta tumbuh
kembang balita (Supariasa, 2002).
Adanya penyakit infeksi yang diderita anak dapat
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi diare dan muntah
dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit infeksi dapat
memperburuk status gizi seperti diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis dan cacingan
(Almatsier, 2010).
Pengetahuan akan makanan berkaitan dengan kondisi
kesehatan. Ketidaktahuan akan faedah makanan memberi dampak
baik dan buruknya terhadap mutu makanan keluarga khususnya
36
makanan anak balita. Pengetahuan dan keterampilan dalam
mengolah bahan makanan dapat menurunkan minat anak dalam hal
berkaitan dengan makan, keragaman jenis masakan mempengaruhi
kejiwaan misalnya kebosanan (Almatsier, 2010).
Kebiasaan atau pantang makan merugikan bagi kesehatan.
Pantang makan dipengaruhi oleh budaya setempat seperti larangan
makan telur, ikan, atau daging yang diwarisi secara dogmatis turun
temurun. Kebutuhan akan protein diperlukan dalam pertumbuhan
tubuh sehingga kondisi demikian dapat memperburuk status gizi anak
(Kemenkes, 2012). Faddisme merupakan suatu kondisi yang
mencerminkan kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan
tertentu, mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
Jarak kelahiran yang terlalu rapat dapat menyebabkan balita
mengalami masalah gizi, hal ini disebabkan balita kurang mendapat
perhatian dan perawatan karena persiapan orang tua akan kehamilan
yang selanjutnya. Anak usia
37
F. Kerangka Teori
Faktor Internal - Umur - Penyakit Infeksi
Faktor Eksternal - Pengetahuan keluarga - Pantang makan - Kesukaan terhadap jenis
makanan tertentu - Jarak kelahiran - Sosial Ekonomi/penghasilan - Pola pengasuhan
Sumber : Supariasa, 2002, Almatsier, 2010, Kemenkes, R.I, 2012
Status Gizi
Balita
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Gizi Lebih
Gizi Normal
Gizi Tidak Normal
38
G. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel bebas : Pengetahuan ibu dan pendapatan
Variabel terikat : Status Gizi Balita
H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita
2. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi balita
Status Gizi
Balita
Pengetahuan Ibu
Pendapatan Keluarga
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional
dengan rancangan cross sectional, variabel penelitian diukur pada
waktu yang bersamaan saat penelitian. Penelitian cross sectional
yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
dua variabel pada situasi atau kelompok subyek yang dilakukan
bersamaan pada satu waktu (Arikunto, 2006).
Skema Rancangan Cross sectional
Ibu
Pengetahuan Ibu (baik) Pendapatan (tinggi)
Pengetahuan Ibu (kurang) Pendapatan (rendah)
Status Gizi Balita (Tidak Normal)
Status Gizi Balita
(Normal)
Status Gizi Balita (Tidak Normal)
Status Gizi Balita
(Normal)
40
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017 di Puskesmas
Wa Ode Buri.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah balita usia 13 sampai 60 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Wa Ode Buri tahun 2017 berjumlah
320 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah balita yang berkunjung ke Puskesmas
atau Posyandu saat dilakukan penelitian. Teknik pengambilan
sampel dengan accidental sampling. Besar sampel penelitian
dihitung dengan rumus :
n = 20% x Populasi = 20/100 X 320 orang = 64 orang.
D. Definisi Operasional
1. Pengetahuan ibu tentang kemampuan responden menjawab
dengan benar pertanyaan dalam kuesioner tentang status gizi
balita (Arikunto, 2013)
a. Baik : persentase jawaban benar 76%-100%
b. Kurang:persentase jawaban benar ≤75% (Wawan, 2010)
2. Tingkat pendapatan keluarga adalah penghasilan atau
kemampuan keluarga membiayai pengeluaran keluarga dalam
waktu satu bulan. Tingkat pendapatan keluarga dinilai
41
berdasarkan UMP Provinsi Sulawesi Tenggara 2017
Tinggi : ≥ Rp 2.022.625
Rendah : < Rp 2.022.625
3. Status Gizi Balita adalah ukuran keberhasilan dalam
pemenuhan nutrisi untuk balita yang diukur dari BB/U
(Kemenkes, 2011).
Normal : status gizi balita -2SD s/d 2SD
Tidak normal : status gizi balita -3SD dan 3SD
(Kemenkes, 2011)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Untuk
mendiskripsikan pengetahuan ibu terdiri dari 15 pertanyaan, jika
menjawab benar diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Untuk
mengetahui pendapatan keluarga diberikan alternatif pertanyaan
sesuai UMP (Upah Minimum Provinsi) Sulawesi Tenggara. Status
gizi balita ditentukan dengan cara mengukur berat badan anak
kemudian disesuaikan tabel berat badan sesuai umur, tabel acuan
BB/U (Kemenkes, 2011).
F. Pengolahan Data
1. Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data
penelitian untuk menghindari kesalahan data.
2. Coding dilakukan dengan mengklasifikasikan data sesuai
variabel penelitian.
42
3. Scoring dilakukan dengan menghitung jumlah kejadian
(frekuensi) setiap kategori penelitian.
4. Tabulating dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian
ke dalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisis.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariabel, menggambarkan karakteristik data dan
variabel yang diteliti yang dipresentasikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan narasi.
2. Analisis Bivariabel, menganalisis hubungan variabel bebas
(pengetahuan dan pendapatan) dengan variabel terikat (status
gizi balita). Uji statistik yang akan digunakan adalah chi-square
pada tingkat kemaknaan p=0.05, untuk melihat hubungan
terjadinya efek (outcome) dengan confidence interval (CI) 95%.
Uji statistik menggunakan Uji Chi Square dengan rumus :
X2 = Σ ( )
Keterangan :
X2 = Chi- square
O = Nilai Observasi
Σ = Jumlah Data
E = Nilai yang diharapkan
Jika nilai p
43
Jika p>0,05 berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dan
pendapatan dengan status gizi balita.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Visi Puskesmas Wa Ode Buri
Menjadi Puskesmas dengan pelayanan bermutu dan mandiri
menuju masyarakat kulisusu utara yang sehat.
2. Misi Puskesmas Wa Ode Buri
a. Mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, professional,
merata dan terjangkau oleh masyarakat secara efesien dan
efektif.
b. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Mendorong kemandirian masyarakat berperilaku sehat dan
hidup dalam lingkungan yang sehat dalam upaya kesehatan
secara komprehensif.
3. Tugas Pokok Puskesmas Wa Ode Buri
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pelayanan, pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah
kerjanya.
4. Fungsi Puskesmas Wa Ode Buri
a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
45
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam
rangka meningkatkan kemampuan untuk hidupsehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Waode Buri.
5. Keadaan Wilayah dan Letak Geografi
Puskesmas Waode Buri secara geografis terletak di daratan
pesisir pantai degan luas 4900 km2 yang terletak di tengah dari
tempat pemukiman masyarakat sehingga pelayanan kesehatan
sangat mudah untuk dijangkau baik dari petugas kesehatan
maupun masyarakat. Puskesmas Waode Buri merupakan
Puskesmas induk non perawatan atau bukan Puskesmas rawat
inap , Puskesmas Waode Buri berdiri diatas lahan seluas 75x75
m2 , dengan luas gedung 5184 m2 terletak di Desa Wamboule.
Letak geografis Puskesmas Waode Buri mempunyai batas – batas
sebagaiberikut :
a. Sebelah utara berbatasan desa Pebaoa
b. Sebelah timur berbatasan Laut Banda
c. Sebelah selatan berbatasan Desa Tomoahi (Kecamatan
Kulisusu )
d. Sebelah barat berbatasan Kulisusu Barat.
Wilayah Kerja Puskesmas Waode Buri terdiri dari 7 (tujuh)
Desa yaitu Desa Waode Buri, Desa Wamboule, Desa Lelamo,
46
Desa Labelete, Desa Ulunambo, Desa E’erinere dan Desa
Petetea’a.
6. Kependudukan
Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang
menempati suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Waode Buri pada
tahun 2016 sebanyak 5.010 jiwa yang terhimpun dalam 1.311 KK
yang tersebar di 7 Desa yaitu (Desa E’erinere, Desa Ulunambo,
Desa Waode Buri, Desa Wamboule, Desa Lelamo, Desa
Labelete,dan Desa Petetea’a).
Tabel.1 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja
Puskesmas Waode Buri Tahun 2016
No Desa Jumlah jiwa Jumlah KK
1 E’erinere 320 96
2 Ulunambo 900 254
3 Waode buri 1.665 422
4 Wamboule 439 107
5 Lelamo 1.031 249
6 Labelete 463 119
7 Petetea’a 192 43
Total 5.010 1.311
Sumber: Data Sekunder Kecamatan, 2016
Desa Waode Buri memiliki Jumlah penduduk terbanyak yaitu
sejumlah 1.665 Jiwa, selanjutnya Desa Lelamo 1.031 jiwa dan
Desa Ulunambo 900 jiwa, menyusul Desa Labelete 463 Jiwa dan
47
Desa Wamboule 439 Jiwa dan terakhir Desa E’erinere 320 jiwa
dan Desa Petetea’a 192 Jiwa.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada bulan November di
Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton
Utara diperoleh data sebagai berikut :
1. Pengetahuan Ibu
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Pengetahuan ibu tentang gizi balita
n %
Baik 41 64
Kurang 23 36
Jumlah 64 100
Sumber : Data Primer, 2017
Pada tabel 1 menunjukkan pengetahuan ibu tentang status gizi balita
di Puskesmas wa Ode Buri sebagian besar (64%) memiliki
pengetahuan baik dan 36% memiliki pengetahuan kurang.
2. Pendapatan
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Pendapatan n %
Tinggi 48 75
Rendah 16 25
Jumlah 64 100
Sumber : Data Primer, 2017
48
Tabel 2 di atas menunjukkan pendapatan responden sebagian besar
(75%) memiliki pendapatan layak yang sesuai dengan UMR dan
(25%) memiliki pendapatan tidak layak sesuai UMR.
3. Status Gizi Balita
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Status Gizi Balita n %
Normal 38 59,4
Tidak normal 26 40,6
Jumlah 64 100
Sumber : Data Primer
Tabel 3. menunjukkan status gizi balita di Puskesmas Waode Buri
Kecamatan Kulisusu mayoritas status gizi balita normal (59,4%) dan
40,6% dengan status gizi balita tidak normal
4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan status gizi balita di
Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai
x2hit>x2tabel (5,30>3,841), p
49
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita di
Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.
5. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan dengan status gizi
balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan dengan status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten Buton Utara
Sumber : Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh nilai
x2hit3,841), p>0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status
gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.
C. Pembahasan
1. Hubungan pengetahuan Ibu dengan status gizi balita di
Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan
dari 64 responden balita usia 1-5 tahun diperoleh pengetahuan
ibu mayoritas baik. Hasil Uji statistik chi-square diperoleh nilai p
= 0,02 (p
50
Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara Kabupaten
Buton Utara
Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan sikap dalam memilih
makanan untuk anaknya. Keadaan gizi yang baik akan
menentukan tingginya angka presentase status gizi secara
nasional. Ketidaktahuan tentang makanan yang mempunyai gizi
baik akan menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan
rendahnya gizi yang tekandung dalam makanan tersebut dan
akan menyebabkan status gizi anak tersebut menjadi buruk dan
kurang (Maulana, 2012).
Agus (2008) menerangkan salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi pada balita adalah pengetahuan orang
tua dalam memilih dan memberikan makan, karena pengetahuan
orang tua mempengaruhi bagaimana orang tua mampu
memenuhi persediaan makanan bagi balitanya, mengkonsumsi
makanan sesuai gizi yang benar, memilih jenis makanan serta
memprioritaskan makanan di tengah keluargannya.
2. Hubungan pendapatan dengan status gizi balita di
Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan
dari 64 responden balita usia 1-5 tahun diperoleh pendapatan
51
orang tua mayoritas layak. Hasil Uji statistik chi-square diperoleh
nilai p= 0,37 (p>0,05) dengan demikian Ho diterima dan Ha
ditolak, berarti tidak ada hubungan pendapatan dengan status
gizi balita di Puskesmas Waode Buri Kecamatan Kulisusu Utara
Kabupaten Buton Utara
Hasil penelitian yang terdapat dilakukan berbeda dengan
penelitian Dian Handini (2013) dengan judul Hubungan Tingkat
Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kalijambe dimana ada hubungan antara
pendapatan keluarga dengan status gizi balita.
Penyebab timbulnya gizi kurang pada balita dapat
dipengaruhi beberapa faktor penyebab, diantaranya adalah
penyebab langsung, penyebab tidak langsung, akar masalah dan
pokok masalah. Faktor penyebab langsung yaitu makanan dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Penyebab
tidak langsung diantaranya adalah ketahanan pangan dalam
keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan serta
kesehatan lingkungan. pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
dasar yang dapat dijangkau oleh keluarga, serta tersedianya air
bersih (Istiono dkk, 2009).
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari 64 responden balita berdasarkan pengetahuan ibu lebih
banyak yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi.
2. Dari 64 responden balita berdasarkan pendapatan keluarga lebih
banyak yang memiliki pendapatan layak.
3. Dari 64 responden balita mayoritas memiliki status gizi.
4. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi denga status
gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.
5. Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi denga
status gizi balita di Puskesmas Wa Ode Buri Kecamatan Kulisusu.
B. Saran
1. Mempertahankan edukasi kepada ibu yang memiliki balita usia 1-5
tahun sehingga derajat status gizi balita dalam batas normal
sampai kehidupan selanjutnya
2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi
balita.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Anak Balita (1-5 Tahun) di Jorong Surau Laut Wilayah Kerja Puskesmas Biaro Kecamatan IV Angkek Kabupaten Agam Tahun 2008. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol 1, No 1: 23-28.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta. Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka. Utama. Berita UGM. 2017. Jutaan Balita di Indonesia Mengalami Masalah Gizi.
https://ugm.ac.id/id/berita/13208-jutaan balita di indonesia mengalami masalah gizi. Diakses April 2017
Dudley L & Vasche T., 2010. Vision Therapy For a Patient With
Developmental Delay. Journal of Behavioral Optometry. 21(2): 39-45.
Istiono, W., Suryadi, H., Haris, M., Irnizarifka., Tahitoe, A.D., Hasdianda,
M.A., Fitria, T., & Sidabutar, T.I.R. (2009). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25, No. 3, September
Kemenkes, RI, 2012. Pedoman Pelaksanaan, Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
______. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam
Kompas 9 September 2002 Maulana, LAM., 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Terhadap Status Gizi Siswa SD Inpres 2 Pannamu. Makasar: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Keseahtan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar. Jurnal Kesmas, Vol 2, No 3. 21-24
Moersintowati, 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Edisi ke-1. IDAI: Sagung Seto
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus.
https://ugm.ac.id/id/berita/13208-jutaan%20balita%20di%20indonesia%20mengalamihttps://ugm.ac.id/id/berita/13208-jutaan%20balita%20di%20indonesia%20mengalami
Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta. Rahayu, Ary Oktora Sri. 2011. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu
Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011.
Romilly Purba, Evawany Y Aritonang, Ernawati Nasution. 2012. Gambaran
Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Pedagang Pasar Dwikora Parluasan di Kota Pematang Siantar Tahun 2012. Universitas Sulawesi Utara
Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. I Dewa Nyoman Supariasa.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak. In: Ranuh IGNG, penyunting. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2012.h.2-3.
Soekanto, S. 2003. Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: PT Radja
Grafindo Persada Sudiyanto. 1988. Membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh
kembang anak, Fakultas Kedokteran UI. Supariasa . 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Teguh, H. 2012. Konsep Pendapatan. http://skripsitesisdisertasi.com/
konsep_pendapatan diakses Maret 2017 Wikipedia. 2017. Pendapatan. http://wikipedia.org diakses Maret 2017
http://skripsitesisdisertasi.com/%20konsep_pendapatan%20diakses%20Maret%202017http://skripsitesisdisertasi.com/%20konsep_pendapatan%20diakses%20Maret%202017http://wikipedia.org/
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA
KABUPATEN BUTON UTARA
IDENTITAS IBU
Nama : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat :
DATA ANAK BALITA
Nama : Tanggal Lahir : Jenis Kelamin :
STATUS GIZI BALITA
Umur :
BB :
Normal Tidak Normal (Kurus, Lebih)
PENDAPATAN KELUARGA PER BULAN
≥ Rp 2.022.625 < Rp 2.022.625
PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI
Pilihlah jawaban yang anda anggap benar sesuai pengetahuan anda
tanpa melihat catatan atau bertanya pada responden lain dengan cara
memberi tanda cheklist (√) pada tempat yang sudah disediakan.
NO PERNYATAAN Benar Salah
1 Makanan yang baik adalah makanan yang
memberikan
semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2 Makanan bergizi penting untuk kecerdasan dan
perkembangan balita
3 Telur daging, tempe, ikan, tahu, dan kacang –
kacangan
sangat baik untuk pertumbuhan balita
4 Kebutuhan gizi balita lebih besar dari orang dewasa
5 Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah
terserang penyakit.
6 Ukuran berat badan menentukan status gizi balita
7 Hanya bayi sakit yang perlu dilakukan
penimbangan berat badan
8 Asupan gizi yang kurang dapat mengakibatkan
balita mengalami gizi kurang
9 Pengolahan makanan untuk balita dibedakan
dengan pengelolaan makanan untuk keluarga.
10 Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
termasuk Ke alam zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
11 Pemberian makanan balita disesuaikan dengan
umur
12 Balita yang sehat adalah balita yang gemuk
13 Konsumsi ikan akan membuat anak balita
mengalami kecacingan
14 Penyakit ineksi (TBC) menyebabkan anak menjadi
kurus
15 Makanan selingan lebih penting dari makanan
utama
16 Sumber makanan protein dapat diperoleh dari
sumber makanan hewani
17 Kebutuhan gizi setiap anak balita berbeda-beda
18 Makanan selingan harus disesuaikan dengan
keinginan balita
19 Balita dikatakan bila mempunyai berat badan
sesuai dengan umur balita
20 Balita yang memiliki status gizi baik akan lebih
optimal dibandingkan dengan status gizi buruk
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS WA ODE BURI KECAMATAN KULISUSU UTARA KABUPATEN BUTON UTARA
No Nama
Status Gizi
Tk. Pendapatan
Pengetahuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 nilai score kategori
1 Farhan Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 baik
2 M. Amin Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik
3 Rahmad Normal 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 13 65 kurang
4 Pangeran Normal 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75 kurang
5 Zaki Normal 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 13 65 kurang
6 M. Azar Normal 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 11 55 kurang
7 Reno Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
8 Fandri Normal 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
9 M. Arfan Normal 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75 kurang
10 Luhan Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
11 Fadil Tidak
Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
12 Azril Tidak
Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang
13 Fahrin Normal 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 kurang
14 Arif R Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
15 Riliando Normal 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
16 Faizul Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
17 Azfar Normal 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang
18 Haikal Normal 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13 65 kurang
19 M. Alif Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
20 Afril Normal 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 14 70 kurang
21 Ld. Harlin Normal 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 baik
22 Madar Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik
23 Nal Tidak
Normal 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
24 Yuni Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
25 Lisna Normal 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang
26 Yasmin Normal 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 kurang
27 Ainun Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
28 Hesti Tidak
Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
29 Aurel Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
30 Ramadani Normal 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
31 Henita Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik
32 Fahri Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
33 Azka Normal 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
34 Fairuz Normal 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 13 65 kurang
35 Rasyafa Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
36 Giovani Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 baik
37 Shaquilano Normal 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik
38 Siska Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
39 Adeliya Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
40 Asyifa Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
41 Dirga Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 15 75 kurang
42 Anan Tidak
Normal 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 baik
43 Noval Tidak
Normal 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
44 Muh. Bilal Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
45 Hamisan Tidak
Normal 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
46 Amira Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik
47 Abisar Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 baik
48 Ardiansya S Tidak 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 15 75 kurang
Normal
49 Khairul Tidak
Normal 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik
50 Achmad Tidak
Normal 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik
51 Sisca Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 17 85 baik
52 Meri Tidak
Normal 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 baik
53 Nita Tidak
Normal 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik
54 Laeli Tidak
Normal 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 baik
55 Dinda Tidak
Normal 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
56 Annisa Tidak
Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 16 80 baik
57 Lisna Tidak
Normal 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 60 kurang
58 Lupita Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 85 baik
59 Endra Normal 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 14 70 kurang
60 Arsi Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 16 80 baik
61 Niken Normal 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 baik
62 Bobi Tidak
Normal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 95 baik
63 Bertrand Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16 80 baik
64 Rizal Tidak
Normal 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 baik
Frequencies Notes
Output Created 13-Dec-2017 05:56:25 Comments Input Active Dataset DataSet0
Filter Weight Split File N of Rows in Working Data File
64
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Status_Gizi Pendapatan Pengetahuan /ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00 00:00:00.000
Elapsed Time 00 00:00:00.009
Statistics
Status_Gizi Pendapatan Pengetahuan
N Valid 64 64 64
Missing 0 0 0
Frequency Table
Status_Gizi
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 38 59.4 59.4 59.4
Tidak Normal
26 40.6 40.6 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pendapatan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid layak 48 75.0 75.0 75.0
Tidak layak 16 25.0 25.0 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 41 64.1 64.1 64.1
kurang 23 35.9 35.9 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pengetahuan * Status_Gizi
Crosstab
Status_Gizi
Total Normal Tidak
Normal
Pengetahuan baik Count 20 21 41
% of Total 31.3% 32.8% 64.1%
kurang Count 18 5 23
% of Total 28.1% 7.8% 35.9%
Total Count 38 26 64
% of Total 59.4% 40.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.309a 1 .021 Continuity Correctionb
4.157 1 .041
Likelihood Ratio 5.561 1 .018 Fisher's Exact Test .033 .019 N of Valid Cases 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.34. b. Computed only for a 2x2 table Pendapatan * Status_Gizi
Crosstab
Status_Gizi
Total Normal Tidak
Normal
Pendapatan layak Count 27 21 48
% of Total 42.2% 32.8% 75.0%
Tidak layak
Count 11 5 16
% of Total 17.2% 7.8% 25.0%
Total Count 38 26 64
% of Total 59.4% 40.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .777a 1 .378 Continuity Correctionb
.345 1 .557
Likelihood Ratio .795 1 .373 Fisher's Exact Test .558 .281 N of Valid Cases 64
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50. b. Computed only for a 2x2 table
DOKUMENTASI